You are on page 1of 66

A.

Identitas Modul
Nama Penyusun : Yeni Kurniasari, S.Kom
Instansi : SMK N 2 Purwodadi
Tahun Disusun : 2022/ 2023
Jenjang/ kelas : SMK (Fase E) / X
Elemen : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup
(K3LH) dan Budaya Kerja Industri
Alokasi Waktu : 36 JP (6x45 Menit)
Jumlah Murid : 37 siswa
Model Pembelajaran : Problem Based Learning (PBL)

B. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri,
antara lain: praktik- praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur- prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk pencegahan kecelakaan kerja di
tempat tinggi dan prosedur kerja di tempat tinggi (pemanjatan).

C. Profil Pelajar Pancasila


KEGIATAN PROFIL PELAJAR PRAKTIK INTI
PPANCASILA
Diskusi, praktik Mandiri Mengemukakan ide pada saat diskusi dan
praktikum

Diskusi, praktik Kreatif Membuat presentasi


hasil diskusi
Diskusi, praktik Berfikir Kritis a. Mencari Informasi yang dapat
diperoleh dari internet

b. Membedakan kalimat yang bernilai


benar dan salah
Diskusi, praktik Bergotong Royong Siswa bersama kelompok secara
sukarela melakukan kegiatan
penyelesaian tugas dapat dikerjakan
dan berjalan lancar, mudah dan ringan.
Masingmasing siswa dapat dengan
mudah berkolaborasi, saling peduli dan
berbagi.
D. Materi Ajar
praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur- prosedur
dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin), kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur kerja di tempat tinggi.

E. Kata Kunci
Praktik kerja aman, 5R, bahaya ditempat kerja

F. Sarana dan Prasarana


 Bahan : Modul Ajar dan Video Tutorial
 Alat : Laptop/Komputer, HP, Jaringan Internet
 Media Aplikasi : google form, google drive

G. Tujuan Pembelajaran
 Peserta didik dapat budaya kerja industri berdasarkan studi kasus dan dokumen
perencanaan yang diberikan.
 Peserta didik dapat memahami lingkup kerja pada bidang teknik jaringan komputer
dan telekomunikasi.

H. Pertanyaan Pemantik
 Bagaimana bekerja yang baik?
 Bagaimana memahami K3LH?

I. Kegiatan Pembelajaran Utama


Pengaturan siswa (individu,berkelompok) Metode (Diskusi,
presentasi, demontrasi Project)

J. Langkah-angkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah Pembelajaran
KEGIATAN AWAL
1. Memberi Salam 10 menit
2. Guru meminta peserta didik memimpin doa
3. Guru mengabsen, memeriksa kerapian berpakaian, kebersihan kelas.
4. Guru menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
5. Guru memberikan penjelasan tentang tahapan kegiatan pembelajaran
6. Guru melakukan apersepsi
7. Guru memberikan pertanyaan arahan (Guide Questions) :
a. Bagaimana bekerja yang baik?
b. Bagaimana memahami K3LH?
8. Guru memberi motivasi kepada peserta didik

KEGIATAN INTI

A. Orientasi peserta didik pada masalah 160 menit


1. Guru memberikan kepada peserta didik sebuah gambaran atau
deskripsi tentang K3LH, resiko dan bahaya kerja, penggunaan alat
keamanan diri budaya 5R disertai juga mengajak siswa untuk
Tanya jawab terkait pengetahuan siswa tentang materi tersebut
- Peserta didik mendengarkan kalimat yang diutarakan oleh guru.
- Peserta didik diminta memberikan tanggapan dan pendapat
terhadap pertanyaan-pertanyaan guru.

2. Guru menugaskan peserta didik agar membentuk kelompok, tiap


kelompok terdiri maksimal 4 orang. Guru membagikan lembar kerja
secara berkelompok yang berisi permasalahan yang ditetapkan
dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan tugas membuat
ringkasan materi untuk dipresentasikan. Guru membuka akses
koneksi internet untuk peserta didik.
- Peserta didik segera membentuk kelompok sesuai instruksi dan
dalam kelompok masing-masing siswa membaca dan
mengamati aktivitas pembelajaran yang diberikan.
- Peserta didik melakukan eksplorasi melalui internet untuk
mencari dan menemukan referensi pendukung.

3. Guru memberikan kesempatan peserta didik bertanya dengan


menanyakan bagian yang belum dipahami pada LKPD
- Peserta didik bertanya tentang bagian yang belum dipahami.
4. Guru memberikan kesempatan peserta didik bertanya dengan
menanyakan bagian yang belum dipahami pada LKPD
- Peserta didik bertanya tentang bagian yang belum dipahami.
B. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar
5. Guru memastikan setiap anggota memahami tugas yang ahrus
diselesaikan secara kelompok dengan mandiri, bergotong royong,
bernalar kritis dan kreatif .
- Peserta didik dalam kelompok dengan musyawarah mufakat
mennetukan tugas masing-masing anggota kelompok.
C. Membimbing penyelidikan peserta didik secara mandiri maupun
kelompok
6. Guru memantau perkembangan penyelesaian tugas oleh kelompok
peserta didik selama pengerjaan masalah (penyelidikan) sampai
masing-masing kelompok mampu menyelsaikan tugasnya dengan
mandiri, bergotongroyong, bernalar kritis dan kreatif
- Peserta didik dapat menunjukan kemandirian dan bergotong
royong dalam mencari sumber-sumber informasi terkait,
bernalar kritis dalam berdiskusi atas kajian berbagai referensi
yang ditemukan, serta kreatif dalam menyusun bahan presentasi.
- Kelompok menentukan atau memutuskan opsi jawaban yang
dianggap paling sesuai dan memliki referensi pendukung
dianggap paling rasional melalui musyawarah mufakat.
- Hasil dikumpulkan

D. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya


7. Guru menilai hasil sajian setiap kelompok dan melakukan
penyamaan persepsi dengan melakukan tanya jawab kepada
beberapa peserta didik
8. Kelompok menyajikan hasil diskusi dan jawaban beserta argumen
pendukung yang mendasari jawaban.

KEGIATAN PENUTUP
1. Peserta didik bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil 15menit
pembelajaran
2. Refleksi
3. Melanjutkan Aktivitas selanjutnya

K. Assesmen
 Penilaian (Asesmen individu dan kelompok)
 Jenis (Performa, tertulis, observasi)

L. Refleksi Siswa
Aspek Refleksi Peserta DIdik
Perasaan dalam belajar Apa yang menyenangkan dalam kegiatan
pembelajaran hari ini?
Makna Apakah aktivitas pembelajaran hari ini
bermakna dalam kehidupan saya?
Penguasaan materi Saya dapat menguasai materi pelajaran pada hari
ini
a. Baik
b. Cukup
c. kurang
Keaktifan Apakah saya terlibat aktif dalam pembelajaran hari
ini? Apakah saya menyumbangkan ide
dalam proses pembuatan presentasi?

Gotong Royong Apakah saya dapat bekerjasama dengan


teman 1 kelompok?

M. Refleksi Guru
Refleksi Pendidik
Apakah ada kendala dalam pembelajaran?

Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran?

Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan


pembelajaran?

Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan
baik?

Apa level pencapaian rata-rata siswa dalam kegiatan pembelajaran ini?


N. LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD)
Dasar-Dasar Kejuruan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Satuan Pendidikan : SMK N 2 Purwodadi


Kelas/Semester : X (sepuluh)/II (genap)
Nama Kelompok : .................................
Nama Anggota : 1. ...............................
2. ...............................
3. ...............................
4. ...............................
5. ...............................
Materi Pokok : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja industri
Guru Pengampu : Yeni Kurniasari, S.Kom

a. Media
Media: google classroom, google form
b. Langkah Kerja
Diskusikan dengan kelompok kalian :
1. Mengevaluasi rambu-rambu yang dibutuhkan laboratorim Teknik Komputer
dan Jaringan
2. Membuat rambu-rambu K3 untuk Laboratorium Teknik Komputer dan
Jaringan
3. Memasang rambu-rambu K3 di Laboratorium Teknik Komputer dan Jaringan
c. Hasil Diskusi
Rubrik Penilaian
No Komponen/Sub Komponen Skor Bobot
1 2 3
1 Persiapan (maksimal 3 skor) 10
Adanya alat dan bahan
2 Proses Kerja (maksimal 3 skor) 25
Prosedur pembuatan rambu K3
3 Hasil (maksimal 3 skor) 25
Pemasangan hasil produk Rambu K3
di laboratorium Teknik Komputer dan
Jaringan
4 Sikap Kerja (Skor maksimal 3) 20
Sikap antusiasme selama proses projek
berlangsung
5 Waktu (Skor maksimal 3) 10
Ketepatan waktu dalam menyelesaikan
projek
6 Kesesuaian Tema 10
Kesesuaian antara tema dan hasil yang
diperoleh

Tes Formatif
● Pertanyaan
1. Alat pengaman diri yang wajib digunakan di dunia industri berbeda-beda untuk
setiap kegiatan. Saat kita akan melakukan perakitan PC, alat pengaman diri apa
yang perlu digunakan?
2. Di dunia industri kecelakan atau keadaan berbahaya bias saja terjadi dalam
berbagai kejadian. Jika terjadi kebakaran di tempat kerja, langkah-langkah apa
yang perlu diambil?
3. Uraikan secara terperinci posisi duduk yang baik saat menggunakan komputer!
4. Saat melakukan pemasangan kabel jaringan di tempat tinggi, apakah aman jika
tidak menggunakan helm pengaman? Jelaskan!

Kunci Jawaban
1) Saat melakukan perakitan PC, alat pengaman Diri yang diperlukan adalah :
a. Wearpack atau baju bengkel
b. Topi atau pengaman kepala
c. Sepatu atau sandal karet
d. Sarung tangan karet atau gelang statis
2) Langkah yang perlu diambil jika terjadi kebakaran adalah ….
a. Hidupkan segera alarm
b. Beritahu regu pemadam kebakaran.
c. Peringatkan setiap orang agar segera keluar.
d. Padamkan api dengan peralatan yang tersedia.
e. Bila dipandang perlu segera keluar.
f. Jangan masuk kembali ke gedung yang sedang terbakar
3) Posisi duduk yang baik saat menggunakan computer adalah :
a. Berkedip secara berkala saat menatap layar computer
b. Posisi duduk yang nyaman
c. Istirahat setiap 20 menit
d. Layar computer 40-75 cm dari mata
e. Gunakan filter proteksi radiasi computer
f. Pastikan cahaya ruangan cukup
g. Kemiringan antara layar computer dan mata maksimal 200
h. Menaruh materi referensi di tempat strategis.
4) Tidak aman, sebab jika terjadi kecelakaan beripa terjatuh atau terantuk bias
menimbulkan cedera berat pada kepala tanpa pengaman.

● Penskoran
Nomor Skor Bobot
Soal 1 2 3 4
1 15
2 25
3 25
4 35

O. Pengayaan dan Remidial


a. Pengayaan diberikan dalam bentuk materi yang lebih kompleks dan tambahan
latihan-latihan dibidang tecnopreneur.
b. Remidial diberikan dalam bentuk lembar kerja atau tugas yang belum dicapai
oleh masing-masing peserta didik yang berbeda.

P. Referensi Lain
https://www.awonapa.com/2021/07/memahami-k3lh-pada-smk-tkj.html
http://afm98.blogspot.com/2018/08/materi-k3lh-smk-tkj-kelas-x.html

Q. Glosarium
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
K3LH : keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
Kecelakaan : merupakan insiden yang berkaitan dengan pekerjaan
dimana terjadi cedera, terdapat penyakit di tempat
pekerjaan ataupun kematian yang bisa saja terjadi,
termasuk juga insiden dengan keadaan yang begitu
darurat.
Prosedur : serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi
yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang
baku (sama) agar selalu memperoleh hasil yang sama
dari keadaan yang sama, semisal prosedur kesehatan dan
keselamatan kerja
safety : Suatu kondisi keadaan yang selamat, sehat,aman dan
nyaman di dalam sebuah aktifitas sehari - hari yang di
lakukan oleh setiap manusia

R. Daftar Pustaka
a. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2021. Dasar-dasar Teknik Jaringan
Komputer dan Telekomunikasi SMK Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
b. Internet :
o https://eticon.co.id/panduan-keselamatan-kerja/
o https://smkn1panjalu.sch.id/k3lh-komputer-dan-jaringan-dasar/
o https://belajark3.com/sop/bekerja_pada_ketinggiaan/

Purwodadi, 6 Juli 2022


Mengetahui,
Kepala SMK N 2 Purwodadi Guru Mapel

Sukamto, S.Pd., M.M Yeni Kurniasari, S.Kom


Pembina Tingkat I NIP. 19900617 202221 2 012
NIP 19720302 199512 1 001
Lampiran
Materi/ Bahan Ajar

K3LH ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup)

1. Konsep K3
Menurut konsep K3 ada aspek K3 diperuntukkan diantaranya:
 Pelaku/tenaga kerja (pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut
berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional),
 Lingkungan sekitar (baik orang, tanaman, binatang yang secara tidak
langsung dapat terkena dampak dari resiko kecelakaan kerja dan
jaminan keselamatan diatur di lingkungan tempat kerja)
 Alat kerja/managemen kerja (peralatan yang digunakan mengalami
kerusakan/hilang saat digunakan dan terjamin aman dan effisien)
Semua aspek tersebut perlu diadakan pembinaan noma-norma untuk
mewujudkan dalam undang–undang yang memuat ketentuan umum tentang
keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik dan teknologi dan pemerintah sebagai monitor agar
undang–undang tersebut berjalan dan tidak ada pihak yang dirugikan.
2. Pengertian K3
A. Pengertian K3
Ada 3 pengertian K3:
1) Secara Etimologi:
K3 adalah memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar
tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja dan agar setiap sumber
produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.
2) Secara Filosofi:
K3 adalah uatu konsep berpikir dan upaya nyata untuk menjamin
kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil
karya dan budaya dalam mencapai adil, makmur, dan sejahtera.
3) Secara Keilmuan:
K3 adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang
mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja.
4) Secara institusi:
a. Menurut Occupational Safety Health Administrasi
(OSHA)
K3 adalah kesehatan dan keselamatan kerja adalah
aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko keselamatan manusia
dan properti baik dalam industri maupun bukan. Kesehatan
keselamatan kerja merupakan mulitidispilin ilmu yang terdiri
atas fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku dengan aplikasi
pada manufaktur, transportasi, penanganan material bahaya.
b. Menurut International Labour Organization (ILO)
K3 adalah meningkatan dan memelihara derajat tertinggi
semua pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan
sosial di semua jenis pekerjaan, mencegah terjadinya gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi pekerja
pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor
yang dapat mengganggu kesehatan, menempatkan dan
memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan
kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk
menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan
setiap orang dengan tugasnya.
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja mengatur dengan jelas
pelaksanaan K3 di semua tempat kerja di mana terdapat tenaga
kerja, hubungan kerja atau kegiatan usaha dan sumber bahaya
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara yang berada di dalam wilayah Indonesia
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.
463/MEN/1993
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang
lainnya di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan
selamat dan sehat serta agar setiap produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien.
5) Menurut para ahli
a. Mathis dan Jackson
Menurut Mathis dan Jackson, gagasan K3 adalah sebuah
kegiatan yang akan menjamin terciptanya kondisi kerja yang
aman bagi karyawan, menghindari gangguan fisik dan mental
melalui pelatihan K3, mengarahkan dan mengendalikan
pelaksanaan tugas dari karyawan, serta memberikan bantuan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik dari lembaga
pemerintah dan perusahaan tempat mereka bekerja.
b. Flippo
Menurut Flippo, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
merupakan sebuah pendekatan menentukan standar yang sangat
komprehensif dan spesifik bagi karyawan dengan menentukan
kebijakan pemerintah tentang praktik perusahaan di tempat kerja
dan menerapkannya melalui surat panggilan, denda, dan sanksi
lainnya.
c. Hadiningrum
Menurut Hadiningrum, definisi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah pengawasan terhadap sumber daya manusia
(SDM), permesinan, material, dan metode yang mencakup
lingkungan kerja sehingga pekerja tidak mengalami kecelakaan.
d. Widodo
Menurut Widodo, pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah sebuah bidang yang berkaitan dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di suatu
lembaga atau lokasi proyek.
e. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health
Organization (WHO)
Menurut WHO (World Health Organization), definisi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkat
tertinggi kesehatan fisik, mental dan sosial bagi pekerja di semua
jenis pekerjaan; pencegahan masalah kesehatan yang disebabkan
oleh kondisi kerja; serta perlindungan pekerja dari risiko
pekerjaannya karena faktor-faktor yang merugikan kesehatan.
B. Fungsi dan Tujuan K3
1) Fungsi K3
Dalam implementasinya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
memiliki cukup banyak fungsi dan manfaat, baik untuk perusahaan
maupun bagi pekerja. Berikut ini adalah beberapa fungsi K3 secara
umum:
● Sebagai pedoman untuk mengidentifikasi, menilai risiko dan
bahaya untuk keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
● Membantu memberikan saran tentang perencanaan, proses
pengorganisasian, desain tempat kerja, dan implementasi
pekerjaan.
● Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan
pekerja di lingkungan kerja.
● Memberikan saran tentang informasi, pendidikan, serta pelatihan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
● Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur,
dan program pengendalian bahaya.
● Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkah- langkah
pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.

Dari penjelasan dan definisi para ahli yang telah disebutkan di


atas, maka dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah salah satu hal penting yang harus diterapkan oleh
semua perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan amanat Undang-
Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 87.
Implementasi K3 di area kerja ditujukan untuk melindungi rekan
kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Fungsi K3 cukup penting bagi
moral, legalitas, dan finansial. Semua perusahaan yang menjadi area
kerja untuk sekelompok orang memiliki kewajiban untuk memastikan
bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi
aman sepanjang waktu.
2) Fungsi K3 secara khusus adalah sebagai berikut:
● Sebagai alat untuk mengidentifikasi dan melakukan penilaian
terhadap resiko dari bahaya keselamatan di tempat kerja.
● Sebagai alat untuk memberikan saran terhadap perencanaan dan
pengorganisasian dalam praktik kerja, termasuk juga desain area
kerja.
● Sebagai alat dalam memberikan informasi, pelatihan, dan
edukasi terkait kesehatan kerja dan Alat Pelindung Kerja (APD).
● Dan sebagai alat dalam mengelola pertolongan pertama pada
kecelakaaan serta tindakan darurat lainnya.
Selain itu, K3 juga berfungsi untuk melindungi semua sumber
produksi sehingga dapat digunakan secara efektif.
3) Tujuan K3
Menurut Undang Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Adapun tujuan dari K3 secara khusus adalah sebagai berikut:
● Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja.
● Meningkatkan derajat kesehatan pekerja melalui promosi K3.
● Menjaga status kesehatan para pekerja pada kondisi yang
optimal.
● Menciptakan sistem kerja yang aman.
● Mencegah terjadinya kerugian (loss) baik moril maupul materil
akibat terjadinya kecelakaan kerja, dan
● Melakukan pengendalian terhadap resiko yang ada di tempat
kerja.

Tujuan menerapkan K3 adalah


 melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja,
 menjamin sumber-sumber produksi dapat dipakai secara
aman dan efisien, dan
 menjamin proses produksi berjalan lancar.

C. Faktor ancaman risiko kecelakaan kerja

Bahaya potensial di lingkungan kerja meliputi:


 Faktor Fisik
 Faktor Kimia (uap, gas, debu, asap)
 Faktor Biologi
 Faktor Fisiologis/Ergonomi
 Faktor Psikososial

Penjelasannya:
1) Faktor Fisik
a. Suhu
Suhu terlalu tinggi menyebabkan:
 Heat Stroke
 Heat Cramp
 Heat Exhaustion
Suhu terlalu rendah menyebabkan:
 Frostbite
 Chilblain
 Trenchfoot

b. Tekanan
Tekanan udara tinggi
 Pada pekerja penyelam dan pekerja tambang

Tekanan udara rendah


 Pada pekerja penerbang dan astronot

c. Kebisingan
 Kerusakan indra pendengaran, kejiwaan, berdebar

d. Pencahayaan
 Menyebabkan kelainan indra penglihatan

e. Radiasi
 Radiasi sinar infra merah
 Radiasi sinar ultra violet
 Radiasi sinar rontgen

f. Konstruksi bangunan dan lingkungan kerja


 Kecelakaan, terjatuh, tertimpa
 Penyakit Infeksi (ISPA)
 Emosional/Psikis

2) Faktor Kimia
a. Debu, dapat menimbulkan Pneumoconosis antara lain:
 Silicosis
 Stanosis
 Asbestosis
 Berryliosis

b. Uap
 Uap logam, menimbulkan demam uap logam, dermatitis,
keracunan.
 Gas, menyebabkan keracunan (gas Sianida, Asam sulfida, CO,
dan lain-lain).
 Larutan, menyebabkan kerusakan pada kulit (Benzen, etanol,
dan lain-lain).

3) Faktor Biologi:
 Bakteri, Jamur, Parasit, Virus

4) Faktor Fisiologis:
 Kelelahan karena tidak serasi alat kerja, frekuensi, beban, dan lain-
lain).

5) Faktor Psikososial
 Hubungan sesama pekerja, stress kerja, shift, pasca kerja, dan
lain-lain.

KESULITAN DALAM PERHITUNGAN PAK (Penyakit Akibat


Kerja)
a. Banyak masalah yang kurang mendapat perhatian dari para ahli
kesehatan dan institusi pendidikan serta perusahaan.
b. Seorang pekerja biasanya tidak menyadari bahwa masalah yang
mereka alami berhubungan dengan pekerjaan mereka. Bahkan
meskipun hubungannya sudah jelas, mereka tetap akan
mengabaikannya karena takut kehilangan pekerjaan.

c. Kesadaran akan PAK sulit dicapai karena lamanya antara pajanan


awal dengan gejala yang muncul pada saat pemeriksaan.
d. Membuat hubungan sebab akibat sulit untuk diakses karena
banyaknya jenis bahaya kerja yang dapat mengenai pekerja.
e. Sejumlah masalah kesehatan yang dicurigai oleh ahli kesehatan
sebagai PAK tidak dilaporkan lebih lanjut karena asosiasinya
dengan pekerjaan masih samar dan karena syarat pelaporan tidak
kuat.
f. Bertolak belakang dengan penyakit yang bukan akibat kerja.
Penyakit akibat kerja hampir selalu rentan terhadap pencegahan.

UPAYA PENCEGAHAN
 Legislatif Control
 Administratif Control
 Engineering Control
 Medical Control dengan Pelayanan Kesehatan
PENYAKIT & KECELAKAAN AKIBAT KERJA
Disebabkan oleh pemajanan zat-zat berbahaya di lingkungan
kerja, ada beberapa pendekatan perlindungan di antaranya:
 NAB
 Konsentrasi maksimum

PENEGAKAN DIAGNOSA
 Annamnesa penyakit (keluhan, riwayat pekerjaan, dan
penyakit)
 Hazard/faktor resiko pekerjaan
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan tempat kerja
 Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan timbulnya
gejala dan penyakit
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Pelayanan Paripurna:
 Pelayanan Promotif
 Pelayanan Preventif
 Pelayanan Kuratif
 Pelayanan Rehabilitatif
Penjelasan:
a. Pelayanan Promotif
 Pendidikan dan penyuluhan kesehatan kerja
 Pemeliharaan berat badan ideal
 Perbaikan gizi menu seimbang dan makanan sehat
 Pemeliharaan tempat, cara, dan lingkungan kerja yang sehat
 Konsultasi untuk perkembangan kejiwaan yang sehat
 Olah raga fisik dan rekreasi

c. Pelayanan Preventif
Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus:
 Imunisasi
 Kesehatan lingkungan kerja
 Perlindungan diri terhadap bahaya pekerjaan
 Penyerasian pekerja dengan mesin, alat kerja
 Pengendalian bahaya lingkungan kerja (fisik, kimia, biologi,
ergonomi)
 Suplemen gizi
 Survailance kesehatan kerja

d. Pelayanan Kuratif

Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan


pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum
maupun penyakit akibat kerja.
e. Pelayanan Rehabilitatif

Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan


kemampuannya yang masih ada secara maksimal. Penempatan kembali
pekerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.

MENURUT ILO (International Labour Organization)


ASURANSI
 Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan
yang memenuhi syarat K3.
PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA

 Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya


memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja.

3. Praktik kerja yang aman


A. Faktor yang menimbulkan potensi cedera atau penyakit akibat kerja
Tidak ada orang yang ingin mengalami kecelakaan kerja, tapi kadang
kala hal tersebut tidak terhindarkan. Selain perusahaan wajib
menyediakan sarana keselamatan kerja, Anda juga sebaiknya mengetahui
penyebab kecelakaan kerja yang umum terjadi agar dapat
menghindarinya.
Kecelakaan kerja adalah insiden atau kejadian yang mengakibatkan
seseorang menderita cedera fisik maupun mental. Kecelakaan ini terjadi
karena hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya kecelakaan
di tempat kerja atau di perjalanan saat Anda melakukan pekerjaan.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan pada 2019, total
kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 77.295 kasus. Meski jumlah ini
turun 33 persen dibanding 2018, angka tersebut masih cukup tinggi
sehingga Anda patut waspada selama menjalankan tugas.
Kecelakaan kerja biasanya terjadi karena kombinasi beberapa faktor
penyebab terjadinya insiden. Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja itu
sendiri dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu:
1) Faktor manusia
Faktor ini merupakan tindakan yang diambil atau tidak diambil
untuk mengontrol cara kerja di perusahaan.
2) Faktor material
Penyebab kecelakaan kerja ini berupa ledakan, kebakaran, dan
paparan tidak terduga dari zat beracun yang digunakan dalam industri
yang bersangkutan, misalnya zat asam atau zat kimia berbahaya.
3) Faktor peralatan
Faktor ini termasuk peralatan yang tidak terjaga dengan baik
sehingga rentan mengalami kegagalan fungsi dan mengakibatkan
kecelakaan kerja.
4) Faktor lingkungan
Penyebab kecelakaan kerja ini mengacu pada keadaan tempat
kerja, misalnya suhu, kebisingan, kualitas udara, maupun kualitas
pencahayaan.
5) Faktor proses
Ini termasuk ancaman yang muncul dari proses produksi, seperti
debu yang beterbangan, uap, asap, hingga suara bising yang
berhubungan dengan faktor produksi.
Jenis cedera akibat kecelakaan kerja
Tidak semua kecelakaan kerja menimbulkan korban cedera,
meski tidak jarang juga hal ini justru mengakibatkan jatuhnya
korban jiwa. Cedera akibat kecelakaan kerja sendiri dibagi menjadi
beberapa kelompok sesuai dengan tingkat keparahannya, yaitu:
● Cedera fatal (fatality): kecelakaan kerja yang sampai
mengakibatkan seseorang meninggal dunia.
● Cedera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja (loss time
injury): kecelakaan kerja yang mengakibatkan seseorang
menderita cacat permanen atau kehilangan waktu produktifnya
selama satu hari kerja atau lebih.
● Cedera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (loss time day):
kecelakaan kerja yang mengakibatkan karyawan tidak bisa
masuk kerja.

● Tidak mampu kerja atau kerja terbatas (restricted duty):


kecelakaan yang mengakibatkan karyawan mengalami
perubahan bagian atau jadwal/pola kerja.
● Dirawat di rumah sakit (medical treatment injury): kecelakaan
kerja yang mengakibatkan seseorang harus dirawat inap di
rumah sakit atau rawat jalan dengan pengawasan dokter.
● Cedera ringan (first aid injury): misalnya luka lecet, mata
kemasukan debu hingga iritasi, dan lain-lain.
● Tidak menimbulkan cedera (non-injury accident): kejadian
potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Namun,
kebakaran, peledakan, dan pembuangan limbah tidak termasuk
dalam cedera kategori ini.

B. Undang–undang Keselamatan Kerja


Sesuai dengan UU Ketenagakerjaan Tahun 2003, setiap pekerja
berhak mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(UU Keselamatan Kerja) mengatur tentang prinsip-prinsip dasar yang
berkaitan dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Tindakan harus diambil
untuk mencegah kecelakaan dan ledakan; untuk mengurangi
kemungkinan kebakaran dan untuk memadamkan api; dan setiap
tindakan lain yang disebutkan sehubungan dengan tempat kerja. Undang-
undang tersebut juga memiliki ketentuan terkait pintu keluar kebakaran;
pertolongan pertama jika terjadi cedera, perlindungan dari polutan seperti
gas, kebisingan, dan lain-lain; perlindungan dari penyakit akibat kerja;
dan penyediaan alat pelindung diri bagi pekerja.
Semua kecelakaan harus dilaporkan kepada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Ketenagakerjaan. UU Keselamatan Kerja mencantumkan
daftar industri yang memerlukan pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum
bekerja. Pemeriksaan kesehatan tahunan juga harus dilakukan.
Pihak pengusaha yang mempekerjakan 100 (seratus) atau lebih
pekerja yang terlibat dalam pekerjaan/kegiatan berisiko tinggi, maka
harus menetapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang sesuai dengan persyaratan hukum. Perwakilan pekerja harus
menyetujui sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja; yang juga harus dijelaskan kepada semua pekerja, pemasok, dan
pelanggan. Kementerian Ketenagakerjaan harus mengawasi penerapan
sistem tersebut serta mengevaluasi dan menilai sistem tersebut secara
berkala.
C. Undang–undang Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 7 Tahun 1964 tentang
Persyaratan Kesehatan dan Kebersihan, serta Penerangan di Tempat
Kerja, menetapkan persyaratan tertentu di tempat kerja yang sesuai.
Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah kebakaran,
kecelakaan, keracunan, infeksi penyakit akibat kerja, penyebaran debu,
gas, uap, dan bau yang tidak sedap. Kementerian Ketenagakerjaan telah
mengeluarkan peraturan baru melalui Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Lingkungan Kerja yang mencabut peraturan tahun 1964 di atas. Peraturan
baru memberikan pedoman baru untuk nilai ambang batas kimia dan fisik,
dan juga memberikan pedoman kualitas udara dalam ruangan untuk
menciptakan tempat kerja yang layak.
Bangunan harus menyediakan penerangan yang cukup, pengatur
suhu, dan ventilasi; kebersihan, penyimpanan, dan pembuangan limbah
secara berkala; bangunan harus dibangun dengan baik dan terbuat dari
bahan yang tidak mudah terbakar; pengecatan dinding dan langit-langit
secara berkala setidaknya setiap 5 (lima) tahun sekali; WC terpisah
untuk pria dan wanita (satu WC untuk setiap 15 karyawan); pengaturan
higienis untuk kebutuhan personel; minuman dan makanan; penginapan
personel (jika ada); stasiun kerja dan pengaturan tempat duduk; dan
penerangan darurat pada malam hari di tempat kerja.
Hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha dapat berakhir
apabila pengusaha memerintahkan pekerja untuk melakukan pekerjaan
yang membahayakan nyawa, keselamatan,

kesehatan dan atau moral pekerja, yang tidak diberitahukan atau


diberitahukan kepada pekerja pada saat perjanjian kerja dibuat.
D. Undang–undang Ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur di dalam UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan mengatur
tentang segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama, dan sesudah kerja. Tujuan dari dibentuknya hukum
ketenagakerjaan adalah untuk:
● memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara
optimal dan manusiawi;
● mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan
nasional dan daerah;
● memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejahteraan; dan
● meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara


tenaga kerja dengan pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya
perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Hubungan kerja
terdiri dari dua macam yaitu hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) dan hubungan kerja berdasarkan Perjanjian
Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Perjanjian kerja yang dibuat
tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang
dipersyaratkan secara tertulis harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Mengenai hubungan kerja tersebut
diatur di Bab IX Pasal 50-66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang dibentuk antara pengusaha dan
pekerja/buruh haruslah berlandaskan dan sesuai dengan substansi dari UU
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan hukum
lainnya yang terkait.
Di dalam menjalankan aktivitas perusahaan, pengusaha mempunyai
kewajiban untuk memenuhi hak dari setiap pekerja. Hak pekerja tersebut
diantaranya yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi atas dasar apapun, hak untuk mengembangkan kompetensi
kerja, hak untuk beribadah
menurut agama dan kepercayaannya, hak untuk mendapatkan upah atau
penghasilan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, hak untuk
mendapatkan perlindungan, kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan
kerja.
Apabila pekerja merasa bahwa hak-haknya yang dilindungi dan
diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut
merasa tidak terpenuhi dan diabaikan oleh pengusaha maka hal tersebut
akan dapat menyebabkan perselisihan- perselisihan tertentu antara
pengusaha dan pekerja. Jika perselisihan itu terjadi, maka peraturan
hukum di Indonesia telah mengaturnya di dalam UU No. 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan
Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya
perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh dalam satu perusahaan. Setiap bentuk perselisihan tersebut
memiliki cara atau prosedur tersendiri untuk menyelesaikannya baik itu
melalui perundingan bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau
diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.
Peraturan-peraturan terkait Ketenagakerjaan:
● Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
● Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial
● Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh
● Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
● Undang-Undang No. 39 Tahun 200 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
● Undang-Undang No. 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO
Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and
Commerce (Konvensi ILO No. 81 Mengenai Pengawasan
Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan)
● Undang-Undang No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO
Convention No. 182 Concerning the Prohibition and

Immediate Action for Elimination of the Worst Forms of Child


Labour (Konvensi ILO No. 182 Mengenai Pelarangan dan
Tindakan Segera Penghapusan Bentuk Bentuk Pekerjaan Terburuk
untuk Anak)
● Undang-Undang No. 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO
Convention No. 111 Concerning Discrimination in Respect of
Employment and Occupation (Konvensi ILO mengenai
Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan)
● Undang-Undang No. 20 Tahun 1999 Pengesahan tentang ILO
Convention No. 138 Concerning Minimum Age for Admission to
Employment (Konvensi ILO mengenai Usia Minimum untuk
Diperbolehkan Bekerja)
● Undang-Undang No. 19 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO
Convention No. 105 concerning the Abolition of Forced Labour
(Konvensi ILO mengenai Penghapusan Kerja Paksa)
● Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Hari Tua
● Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Pensiun
● Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kerja dan Jaminan Kematian
● Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan
Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
● Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing Serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kerja Pendamping
● Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan
● Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan
● Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
● Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2011 tentang Pemeriksaan
Kesehatan dan Psikologi Calon Tenaga Kerja Indonesia
● Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2013 tentang Koordinasi
Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia
● Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

E. Simbol–simbol Keselamatan Kerja


1. Landasan Hukum
a. Undang-undang No 1 Tahun 1970 Pasal 14b.
Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja‖
b. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kriteria audit 6. 4. 4.
 Manfaat Pemasangan Rambu
 Menyediakan kejelasan informasi dan memberikan pengarahan
umum
 Memberikan penjelasan tentang kesehatan dan keselamatan
kerja
 Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak
terlihat
 Mengingatkan para pelaksana di mana harus menggunakan
peralatan perlindungan diri sebelum memulai aktivitas di tempat
kerja.
- Menunjukkan di mana peralatan darurat keselamatan berada.
- Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan
yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan.

Tanda digunakan untuk memperingatkan karyawan dan


anggota masyarakat tentang zat-zat berbahaya seperti asam atau
untuk menunjukkan fitur-fitur keselamatan seperti keluar api.
Mereka juga dapat memberikan informasi umum atau instruksi
spesifik tentang peralatan yang harus dipakai di daerah yang
ditunjuk. Yang dimaksudkan dengan rambu-rambu dalam

laboratorium adalah semua bentuk peraturan yang dituangkan


dalam bentuk:
● Gambar-gambar/poster
● Tulisan/logo/semboyan/motto
● Simbol-simbol
Beberapa tanda harus dipasang sebagai bagian yang
dipersyaratkan dari aturan kesehatan dan keselamatan kerja untuk
membantu mengurangi risiko berbahaya. Adapun poster merupakan
penjelasan yang menjelaskan suatu aktivitas dalam bentuk sebab dan
akibat. Kesemua hal tersebut di atas teraplikasikan dalam rangka
untuk mengingatkan kembali pentingnya prosedur, proses pekerjaan
dan hasil pekerjaan yang aman dan memenuhi standar kualifikasi
yang telah ditentukan berdasarkan undang–undang keselamatan kerja
yang berlaku.
Adapun rambu dalam workshop yang sering dipasang adalah:
● Rambu Larangan
● Rambu Peringatan
● Rambu Pertolongan
● Rambu Prasyarat
Keempat rambu tersebut di atas sangatlah penting untuk
dipahami dan disosialisasikan. Di samping itu dalam kesehariannya
perlu adanya contoh sebelum peserta memasuki areal tempat kerja.
Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan rambu–rambu di
tempat kerja sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna
memberikan informasi, tentang kondisi seperti larangan, peringatan,
persyaratan bahkan suatu pertolongan. Oleh karena itu sangatlah
perlu adanya penjelasan pengetahuan tentang simbol, kode tentang
tanda yang akan dipasang sebagai rambu-rambu dengan standar
internasional.
Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu–
rambu keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku dan dapat
dipahami secara internasional, tidaklah asal pasang kerena jika kita
salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja selamat malah
membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk
memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang
dilakukan dengan memperhitungkan:
● Mengidentifikasi bahaya;
● Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan; dan
● Menentukan jenis rambu dan indikator apa yang perlu
digunakan.
Rambu–rambu K3 pada umumnya terdiri dari beberapa
simbol atau kode yang menyatakan kondisi yang perlu mendapat
atensi bagi siapa saja yang ada di lokasi tersebut. Guna mempertegas
suatu tanda atau rambu, dalam pelaksanaannya dibedakan dalam
bentuk warna–warna dasar yang sangat mencolok dan mudah
dikenali. Warna yang dipasang pada setiap rambu berupa warna:
● Warna Merah–tanda Larangan (Pemadam Api)
● Warna kuning–tanda Peringatan atau Waspada atau
berisiko bahaya
● Warna Hijau–tanda zona aman atau pertolongan
● Warna Biru–tanda wajib ditaati atau prasyarat
● Warna Putih–tanda informasi umum
● Warna oranye–tanda beracun
Warna–warna tersebut di atas merupakan warna dasar
sebagai latar belakang (background), sedangkan gambar atau
logo/simbol di atas warna dasar tersebut merupakan warna kontras.
Menurut standar yang berlaku secara internasional berupa warna
putih atau hitam.
Adapun bentuk–bentuk kombinasi warna dasar dan tulisan
dasar rambu K3 yang perlu dipahami adalah seperti dalam tabel
sebagai berikut:
Penggunaan bentuk rambu yang memuat tanda–tanda atau simbol
ada 3 (tiga) bentuk dasar yaitu:
● Bentuk Bulat–Wajib atau bentuk larangan
● Segitiga–tanda peringatan
● Segi Empat-darurat, informasi dan tanda tambahan

Bentuk dasar rambu–rambu standar yang perlu dipahami

c. Simbol keselamatan di tempat kerja


Rambu K3 Peringatan biasanya memiliki latar belakang
warna kuning sebagaimana yang telah menjadi panduan dalam
standar internasional rambu keselamatan dan kesehatan kerja. Pyrani
dan Reynolds dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pemberian
rambu termasuk poster K3 memiliki efektivitas 51% setelah 2
minggu dan turun menjadi 11% setelah 4 bulan.
Berikut ini rambu peringatan K3 di tempat kerja:

N Keterangan Simbo
o l
1 Rambu K3 Perlintasan
Pejalan Kaki
2 Rambu Bahaya
Overhead Crane

3 Rambu Peringatan Orang di


Balik Pintu

4 Rambu Peringatan
Mudah Terbakar

5 Rambu Peringatan
Jalan Menurun

6 Rambu Jalan Menaik

7 Jaga Pintu tertutup

8 Rambu Awas Ada Anjing


9 Rambu Peringatan Zat
Korosif

10 Rambu Bahaya
Tegangan Tinggi

11 Rambu Bahaya Tabung Gas

12 Rambu Bahaya Suhu Rendah

13 Rambu Bahaya Radioaktif

14 Rambu Bahaya Radiasi


Non- Pengion

15 Rambu Bahaya
Permukaan Panas
16 Rambu Bahaya
Pengisian Baterai

17 Rambu Bahaya Pekerjaan di


Jalan

18 Rambu Bahaya Ledakan

19 Rambu Bahaya Kebisingan

20 Rambu Bahaya Biologis

21 Rambu Awas Lantai Licin

22 Rambu Area Jalur Kabel

23 Rambu Diawasi CCTV

24 Rambu Tegangan Listrik


Tinggi

25 Rambu K3 Dilarang
Membuat Api Terbuka
26 Rambu K3 Dilarang Makan
dan Minum

27 Rambu K3 Bukan Air


Minum

28 Rambu Dilarang Merokok

29 Rambu Dilarang
Menggunakan Handphone

30 Rambu Dilarang Memotret

Dan masih banyak lagi di atas hanya sebagian kecil rambu-


rambu yang ada.
d. Simbol Keselamatan Kerja di Laboratorium TKJ
Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja adalah
merupakan tanda–tanda yang dipasang di tempat kerja atau
laboratorium guna mengingatkan atau mengidentifikasi pada semua
pelaksana kegiatan di sekeliling tempat tersebut terhadap kondisi,
resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Sesuai
dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 14b bahwa
Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja.‖
Yang dimaksudkan dengan rambu-rambu dalam laboratorium
adalah semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk:
Gambar-gambar/poster, tulisan/logo/semboyan/motto, simbol-
simbol. Rambu dalam workshop yang sering dipasang adalah:
Rambu Larangan, Rambu Peringatan, Rambu Pertolongan, Rambu
Prasyarat. Keempat rambu tersebut di atas sangatlah penting untuk
dipahami dan disosialisasikan. Di samping itu dalam kesehariannya
perlu adanya contoh sebelum peserta memasuki areal tempat kerja.
Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan rambu–rambu di
tempat kerja sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna
memberikan informasi yang jelas apa yang harus diketahui dan
dipersiapkan pada daerah tersebut.
Kita ketahui bahwa rambu-rambu keselamatan penting untuk
ditaati dan dipatuhi agar kita semua terhindar dari kecelakaan.
Berikut ini beberapa gambar dan penjelasan rambu-rambu.

1) Rambu Larangan
Rambu ini adalah rambu yang memberikan larangan yang
wajib ditaati. Siapa saja yang ada di lingkungan itu harus
mematuhinya, tanpa ada pengecualian. Adapun larangan yang
harus ditaati adalah sesuai dengan rambu gambar atau informasi
yang terpasang (Unfallverhutung–sicherheitzeichen). Ciri-ciri
rambu larangan yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar
belakang berwarna putih, dan logo berwarna hitam, dengan
lingkaran terpotong berwarna merah sebagai berikut:

2) Rambu Peringatan
Rambu ini adalah rambu yang memberikan peringatan yang
perlu diperhatikan kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu
karena dapat mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan.
Adapun peringatan yang perlu diikuti adalah sesuai dengan rambu
gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu peringatan
yang sering ditemui yaitu bentuk segitiga, latar belakang berwarna
kuning, dan logo/gambar berwarna hitam, dengan bingkai
berwarna hitam.

3) Rambu Prasyarat/Wajib Dilaksanakan


Rambu ini adalah rambu yang memberikan persyaratan
dilaksanakan kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena
prasyarat tersebut merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan.
Adapun prasyarat yang perlu dilaksanakan adalah sesuai dengan
rambu tergambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu
prasyarat/kewajiban yang sering ditemui yaitu bentuk bulat,
latar belakang berwarna biru, dan logo/gambar berwarna putih.
4) Rambu Pertolongan
Rambu ini adalah rambu yang memberikan
bantuan/pertolongan serta arah yang ada di lingkungan itu karena
arah/pertolongan tersebut merupakan petunjuk arah yang harus
diikuti siapa saja terutama bila terjadi kondisi darurat.
Adapun rambu pertolongan atau petunjuk arah tersebut
dipasang pada tempat yang strategis dan mudah terlihat. dengan
jelas. Ciri-ciri rambu pertolongan atau petunjuk arah tersebut
berbentuk segi empat dengan warna dasar hijau dan logo/gambar
warna putih.
5) Strategi Penerapan
Setiap dunia usaha sewajarnya memiliki strategi yang dapat
memperkecil bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan dan
penyakit akibat kerja sesuai kondisi tempat kerjanya. Strategi
yang perlu diterapkan meliputi:
 Manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi
karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan kerja.
 Manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang K3
bersifat formal ataukah informal.
 Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat penerapan K3
yang optimal sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak
luas.

F. Proses kerja yang aman


Setiap bidang pekerjaan haruslah memprioritaskan keselamatan kerja.
Selain untuk menjamin keberlanjutan perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, penerapan prosedur keselamatan kerja di tempat kerja
ditujukan untuk menanggulangi kecelakaan maupun penyakit akibat
kerja.
Seperti yang kita ketahui bersama, tidak semua tempat kerja dapat
memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan. Bahkan, cukup
banyak bangunan tempat bekerja yang tidak laik untuk difungsikan.
Misalnya saja keberadaan ventilasi dan pintu masuk atau keluar yang
terbatas, struktur bangunan yang membahayakan, temperatur udara yang
terlalu ekstrem, maupun tingkat kebisingan yang dapat berisiko terhadap
rusaknya indra pendengaran.
Perusahaan yang tidak dapat menjamin keselamatan dan kesehatan
pekerjanya bukan hanya dapat mengakibatkan kecelakaan yang
menyebabkan sakit atau cacat fisik saja, melainkan juga dapat
menyebabkan masalah psikologis dan sosial seperti stres akibat jam kerja
terlalu tinggi, kekerasan di dalam organisasi, atau masalah lainnya.

5 Tips Keselamatan Kerja di Tempat Kerja


Agar keselamatan pekerja terjamin, maka terdapat beberapa tips yang
dapat Anda terapkan di tempat kerja. Adapun 5 (lima) tips untuk
menjamin keselamatan kerja di tempat kerja adalah sebagai berikut:
1. Patuhi prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bukan hanya
diaplikasikan pada perusahaan yang memiliki risiko kecelakaan
tinggi saja. Perusahaan dengan risiko kecelakaan rendah pun harus
memperhatikan dan menerapkan standar keamanan, kesehatan, dan
keselamatan kerja. Bahkan perusahaan dengan sektor jasa diwajibkan
untuk melindungi pekerja, keluarga pekerja, dan orang lain yang
juga terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Melakukan pengendalian
terhadap risiko yang ada di tempat kerja.
2. Lakukan perawatan dan pemeliharaan alat kerja secara rutin
Perawatan dan pemeliharaan peralatan kerja sangatlah
penting untuk dijadwalkan secara rutin. Selain bertujuan untuk
efisiensi usia mesin, peralatan kerja yang terawat dengan baik akan
menjamin keselamatan dan keamanan bagi para pekerja yang akan
menggunakannya.
Kerusakan peralatan kerja seperti mesin-mesin produksi kerap
terjadi karena buruknya perawatan. Dengan membuat catatan
penggunaan mesin dan memantau aktivitas operasionalnya secara
rutin, maka setiap kegiatan yang berhubungan dengan produksi tidak
akan terganggu produktivitasnya.
3. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri)
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
Adapun lokasi-lokasi pekerjaan yang wajib mengenakan APD di
antaranya adalah sebagai berikut:

● Tempat kerja dengan peralatan atau instalasi yang berbahaya dan


dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran maupun ledakan.
● Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan atau barang yang
dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan
infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah.
● Pekerjaan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan
atau pembongkaran gedung atau bangunan lainnya termasuk
juga bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah
tanah.
● Pekerjaan pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengelolaan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan,
perikanan, dan lapangan kesehatan.
● Pekerjaan pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas,
minyak, panas bumi atau mineral baik yang dilakukan di
permukaan, di dalam, maupun di dasar perairan.
● Pekerjaan pengangkutan barang, binatang dan manusia yang
dilakukan di daratan, melalui terowongan, permukaan air, di
dalam air, maupun di udara.
● Pekerjaan bongkar muat barang di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, bandar udara, dan gudang.
● Pekerjaan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air.
● Pekerjaan pada ketinggian layaknya di bidang konstruksi
bangunan gedung bertingkat.
● Pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah.
● Pekerjaan yang memiliki risiko tertimbun tanah, kejatuhan,
terjatuh, hanyut atau terpelanting.
● Pekerjaan dalam ruang terbatas seperti tangki, sumur, atau
lubang.
● Pekerjaan yang memiliki risiko terkena kotoran, api, asap, gas,
sinar atau radiasi, suara atau getaran.
● Pekerjaan pembuangan atau pemusnahan limbah dan sampah.
● Pekerjaan di bidang pemancaran dan penyiaran televisi, radio,
atau telepon.
● Pekerjaan di bidang pendidikan, pembinaan, percobaan,
penyelidikan atau riset yang menggunakan alat berat, dan
● Pekerjaan yang menggunakan peralatan atau instalasi listrik dan
mekanik.
Adapun Alat Pelindung Diri yang wajib dikenakan saat memasuki
area kerja seperti yang telah disebutkan di atas antara lain adalah
sebagai berikut:
- Alat pelindung kepala, yang berfungsi untuk melindungi kepala
dari benturan atau kejatuhan benda tajam dan keras.
- Alat pelindung wajah, yang berfungsi untuk melindungi mata
dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya maupun paparan
partikel-partikel yang melayang di udara.
- Alat pelindung telinga, yang berfungsi untuk melindungi
telinga terhadap kebisingan atau tekanan suara yang berisiko
merusak pendengaran.
- Alat pelindung pernapasan, yang berfungsi untuk melindungi
organ pernapasan dari bahan kimia, mikro- organisme, maupun
partikel kecil lainnya seperti debu, asap, dan gas beracun.
- Alat pelindung tangan, yang berfungsi untuk melindungi
tangan maupun jari-jari dari panas api, radiasi, bahan kimia,
dan lainnya, dan
- Alat pelindung kaki, yang berfungsi untuk melindungi kaki dari
tertimpa atau benturan benda-benda berat, tertusuk benda
tajam, terkena cairan berbahaya, dan lainnya.
4. Ikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi profesional Kompetensi
merupakan suatu hal yang dikaitkan dengan
kemampuan, pengetahuan/wawasan, dan sikap yang dijadikan suatu
pedoman dalam melakukan tanggung jawab pekerjaan yang
dikerjakan oleh seorang pekerja.
Dalam hal ini, mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi
juga harus relevan terhadap pelaksanaan tugas dan syarat jabatan
yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi juga
dapat menyiapkan pekerja yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang profesional

sehingga mereka siap untuk memberikan kontribusinya sesuai


dengan kebutuhan perusahaan.
5. Penuhi persyaratan keandalan bangunan gedung
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan setiap pekerjaannya. Salah satu
cara untuk menjamin keselamatan seseorang saat ia sedang bekerja di
dalam bangunan gedung adalah dengan dilakukannya penilaian
keandalan bangunan gedung.
―Sebagaimana yang disebutkan di dalam Pasal 16 Undang-
Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, bahwa
keandalan bangunan gedung adalah keadaan bangunan yang telah
memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.‖
Bukti bahwa bangunan gedung telah andal dan laik secara fungsi
dapat ditunjukkan dengan terbitnya Sertifikat Laik Fungsi (SLF).
Sertifikat ini diterbitkan oleh pemerintah daerah atas bangunan
gedung yang telah selesai dibangun dan telah memenuhi persyaratan
kelaikan teknis sesuai fungsi bangunan berdasar hasil pemeriksaan
dari instansi maupun penyedia jasa SLF. Dengan begitu, dapat
disimpulkan bahwa dengan dimilikinya SLF, maka bangunan gedung
yang digunakan sebagai tempat beraktivitasnya manusia telah
terjamin keamanannya.
Berikut adalah cara-cara bekerja dengan aman yang bisa menjadi
acuan setiap pekerja dan juga perusahaan.
1) Staff Training
Satu-satunya cara untuk dapat mengurangi kecelakaan kerja
adalah dengan terus menerus memberikan penyuluhan atau
program training tehadap semua pekerja. Tidak peduli sudah
sejauh mana keahlian pekerja dalam mengoperasikan bidang
tertentu. Yang jelas tetap harus terus diingatkan mengenai
keselamatan kerja. cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak
aman adalah selalu
melakukan penyuluhan agar karyawan semakin aware atau
peduli terhadap keselamatan kerja.
2) Pekerja yang kompeten
Karyawan yang diterima bekerja harus karyawan yang
kompeten. Maksudnya adalah karyawan yang mempunyai
kepedulian terhadap keselamatan kerja. Karyawan yang
memiliki keahlian khusus dan tambah kompeten adalah
karyawan yang bisa dikatakan dapat menunjang kemajuan
perusahaan juga.
3) Selalu menggunakan alat keselamtan kerja sesuai standar
Peraturan penggunaan alat keselamatan kerja harus
wajib dipatuhi. Bahkan kalau bisa jika ada karyawan yang tidak
menggunakan alat keselamtan kerja atau tidak mematuhi standar
kerja dapat langsung diberikan surat peringatan. Jika masih
membandel dapat juga langsung diberhentikan. Karyawan tipe
seperti ini malah justru akan memicu karyawan-karyawan yang
lain untuk tidak mematuhi aturan perusahaan.
4) Memberikan rambu-rambu
Karyawan yang paling safety pun harus terus
memperhatikan rambu-rambu dalam bekerja. Bukan sekadar
mengingatkan, tapi retraining hal-hal yang berkaitan dengan
kecelakaan kerja.
5) Perlengkapan kerja harus full service
Jika perusahaan ingin mengurangi tingkat kecelakaan di
perusahaannya, perusahaan harus memberikan fasilitas secara
penuh. Contoh, memberikan sepatu safety yang berkualitas,
memberikan jaket safety yang berkualitas, memberikan helmet
yang berkualitas dan lain-lain.

6) Tempat atau area kerja selau dalam keadaan bersih


Faktor lain yang menyebabkan kecelakaan kerja adalah
fakor kebersihan. Jika lingkungan kerja bersih maka secara
otomatis pikiran para pekerja akan bersih juga. Hal ini sangat
berkaitan jika kita kaitkan ke faktor psikologis.
7) Berikan reward kepada karyawan
Perusahaan sebaiknya selalu memberikan peng- hargaan
kepada karyawan-karyawan yang rajin dan selalu mematuhi
aturan keselamatan kerja agar dapat memicu semangat dalam
menjaga dan peduli terhadap keselamatan kerja bagi karyawan
yang lainnya.

G. Bahaya di tempat kerja


a. Bahaya-bahaya di tempat kerja
1. Bahaya Kerja Ergonomi
Bagi Anda yang berkecimpung di dunia kerja berkaitan dengan
gadget, maka ada bahaya yang perlu diwaspadai. Risiko kerja
ergonomi ini akan dialami bagi Anda yang banyak menghabiskan
waktu di depan layar komputer.
Istilah bahaya ini disebut dengan repetative stain injuries atau
cedera akibat adanya gerakkan repetitif dalam waktu yang lama.
Risiko kerja ergonomi merupakan cedera persendian karena kesalahan
gerak atau ketegangan otot yang terjadi secara terus menerus.
Untuk menghindari hal ini terjadi, maka Anda harus mengetahui
posisi duduk yang benar saat seharian berada di depan komputer atau
laptop. Pastikan menggunakan meja serta kursi pendukung dan
meregangkan otot agar tidak terjadi bahaya tersebut.
2. Bahaya Bekerja Pada Sektor Kimia
Bagi Anda yang berkecimpung di lingkungan dengan zat kimia
berbahaya dan beracun, maka tidak luput dari risiko kecelakaan kerja.
Contoh bahaya di tempat kerja yang bisa Anda alami meliputi reaksi
alergi di kulit, mata, hingga keluhan medis pada bagian pernapasan.
Biasanya zat kimia yang beracun dapat menyebabkan seseorang
mengalami fibrosis paru-paru. Untuk meminimalisir bahaya tersebut,
maka pastikan Anda menggunakan semua perlengkapan keamanan
yang diwajibkan.
Apalagi jika Anda berkecimpung di area berbahaya tersebut dalam
kurun waktu yang lama. Maka, sangat perlu tindakan pencegahan agar
tidak mengalami risiko kecelakaan kerja yang berpengaruh buruk pada
kesehatan Anda.

3. Bahaya Kerja Biologi


Bahaya kerja biologis paling mengancam pada tenaga kesehatan.
Bahaya ini berasal dari berbagai mikroorganisme, seperti tumbuhan
maupun hewan yang mengancam kesehatan manusia.
Terdapat berbagai macam penyakit akibat bakteri dan virus,
seperti hepatitis B dan C, HIV atau AIDS, hingga tuberkulosis yang
rentan menular ke tenaga kesehatan.
Contoh bahaya di tempat kerja ini juga dapat mengancam
kesehatan orang-orang yang bekerja dengan hewan. Para pekerja ini
rentan terkena penyakit seperti antraks dan rabies.
Untuk mencegah dan menurunkan resiko bahaya akibat
mikroorganisme yaitu dengan cara vaksinasi. Meskipun tubuh terkena
bahaya tersebut, namun tubuh memiliki imunitas yang mengurangi
gejala penyakit yang timbul.

4. Bahaya Kerja Fisik Pada Pekerja


Jenis bahaya fisik yang bisa terjadi pada Anda dapat berupa
suhu lingkungan bahkan vibrasi. Bising secara konstan dapat dirasakan
oleh pekerja konstruksi bangunan dan menimbulkan efek yang buruk
bagi telinga seperti ketulian.
Sedangkan vibrasi akibat penggunaan mesin dalam waktu lama
akan menyebabkan mual, nyeri otot, bahkan gangguan pembuluh
darah.

5. Bahaya Kerja Psikologis


Selain dapat memengaruhi fisik, lingkungan kerja juga dapat
menyebabkan gangguan psikologis. Hal yang paling sering
menyebabkan adalah stres akibat perubahan jenis pekerjaan, tanggung
jawab, hingga lingkungan kerja.
Gangguan psikologis yang termasuk ke dalam contoh bahaya di
tempat kerja ini bisa diatasi dengan mengatur waktu dengan baik, dan
beristirahat.
Setiap pekerjaan memiliki risiko kesehatan masing-masing yang
patut Anda waspadai. Untuk itu, Anda perlu mengatur waktu sebaik
mungkin agar tempat kerja yang digunakan mencari nafkah tidak
malah menjadi sumber penyakit. Selain itu, cobalah beristirahat dan
refreshing agar terhindar dari bahaya kerja psikologis, fisik, biologi,
kimia, dan ergonomi.

b. Prosedur–prosedur dalam keadaan darurat


Prosedur Peringatan Dini dan Keadaan Darurat adalah tata cara
dalam mengantisipasi keadaan darurat. Adapun prosedur darurat yang
ada di Mahkamah Syar‘iyah Sigli adalah sebagai berikut:
1. Apabila anda melihat keadaan tanda bahaya
 Tetap tenang;
 Bunyikan alat tanda bahaya/bel/alarm;
 Hubungi nomor telepon keadaan darurat.
PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DARURAT TERHADAP
KEBAKARAN
● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada Petugas
Tanggap Darurat Gedung dan Petugas Tanggap Darurat Listrik.
● Petugas Tanggap Darurat Lantai memadamkan sumber api
dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
● Petugas Tanggap Darurat Gedung melaporkan
adanya kebakaran kepada:
● Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Alam
Kabupaten Pidie
● Petugas Pelayanan Kesehatan
● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada
seluruh penghuni ruangan untuk evakuasi melalui tangga darurat
lantai.
● Petugas Tanggap Darurat Lantai melaksanakan absensi untuk
mengetahui orang-orang yang turun bersamanya.
● Koordinator Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh
penghuni gedung tentang situasi keamanan gedung.

PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DARURAT TERHADAP


GEMPA BUMI
● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada Petugas
Tanggap Darurat Gedung dan Petugas Tanggap Darurat Listrik.
● Petugas Tanggap Darurat Lantai mengumpulkan massa (penghuni
gedung).
● Petugas Tanggap Darurat Gedung melaporkan adanya gempa bumi
kepada:
- Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana
Kabupaten Pidie
- Petugas Pelayanan Kesehatan.
● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada seluruh
penghuni ruangan untuk evakuasi melalui tangga darurat lantai atau
tempat yang aman dari gempa.
● Petugas Tanggap Darurat Lantai melaksanakan absensi untuk
mengetahui orang-orang yang turun bersamanya.

● Koordinator Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh


penghuni gedung tentang situasi keamanan gedung.
● Jangan berlindung di bawah tangga dan jauhi area tangga!

2. Apabila Anda mengalami keadaan darurat, maka:


● SEGERA: Hentikan pekerjaan dan tinggalkan gedung ketika
diketahui/didengar terdapat tanda bahaya atau ketika Anda
diminta untuk melakukannya;
● HINDARI: Kepanikan;
● IKUTI: Instruksi dan bekerja sama dengan mereka yang
bertanggung jawab atas keadaan darurat;
● MATIKAN: Semua peralatan kerja terutama listrik dan tutup laci
meja;
● JANGAN: Menunda untuk segera meninggalkan gedung dengan
mencari barang-barang pribadi dan/atau orang lain;
● PERGI: Ke daerah terbuka yang cukup jauh dari gedung dan
jangan menghalangi petugas dan peralatan mereka;
● JANGAN: Masuk kembali ke dalam gedung sampai ada instruksi
dari atasan, petugas atau pihak yang berwenang akan hal tersebut.
● Kita tidak pernah menginginkan musibah terjadi, namun paling
tidak jika kita memahami prosedur peringatan dini dan keadaan
darurat maka kita bisa mengambil langkah-langkah dan keputusan
yang tepat sesuai prosedur jika suatu saat terjadi keadaan darurat
seperti kebakaran dan gempa bumi.

H. Penerapan budaya kerja industri (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)


a. Pengertian Budaya Kerja Industri
Budaya Kerja adalah falsafah yang didasari pada pandangan
hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga
pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok yang tercermin
dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta
tindakan yang terwujud sebagai kerja (Gering Supriyadi dan Tri
Guno). Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga
perilaku sumber daya manusia agar dapat meningkatkan produktivitas
kerja untuk menghadapi
berbagai tantangan di masa yang akan datang. Pembentukan budaya
kerja memerlukan proses yang panjang, dimulai dari karakter kerja
individu yang baik yang menjadi kebiasaan dan akhirnya membentuk
karakter kerja secara kolektif yang disebut budaya kerja.
Budaya kerja di dunia terdapat faktor–faktor yang dapat
memengaruhi manajemen SDM Global, yakni politik, ekonomi,
budaya, dan hukum. Di dalam faktor–faktor yang memengaruhi
manajemen SDM Global salah satunya adalah budaya. Budaya suatu
organisasi yang menyosialisasikan orang Robbins (2003: 312 dalam
Septiadi dan Zunaidah, 2014: 76). Jadi budaya adalah suatu faktor
yang dapat memengaruhi manajemen SDM yang dapat menjadi
masalah apabila keadaannya terhalang pada suatu hal tertentu. Untuk
itu manajemen SDM harus memperhatikan faktor terkait khususnya
budaya, karena apabila kebiasaan terus dibiarkan akan merusak budaya
yang ada pada suatu perusahaan khususnya pada manajemen
perusahaan atau organisasi (Septiadi dan Zunaidah, 2014: 76).
Suatu budaya yang kuat akan mendesak lebih banyak pengaruh
serta mendukung atau memengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan
dengan dampak yang lebih besar pada budaya yang lebih kuat Robbins
(2003: 308 dalam Septiadi dan Zunaidah, 2014: 76). Banyak karyawan
yang kurang memperhatikan standar operasional kerja, sehingga
tercipta sebuah budaya kerja yang menurunkan produktivitas kerja.
Budaya kerja yang diterapkan oleh karyawan dapat menjadikan suatu
kebiasaan yang sulit diubah, sehingga memerlukan waktu untuk
mengubahnya kembali.
b. Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja adalah perbandingan kegiatan antara
efektivitas keluaran dengan efektivitas masukan, artinya sebagai sikap
mental yang diperlukan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan
dalam setiap pekerjaannya (Muchdarsyah, 2010: 102 dalam Septiadi
dan Zunaidah, 2014: 79). Produktivitas kerja mencakup sikap mental
patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar
pada keyakinan diri bahwa

kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok
adalah lebih baik dari hari ini (Sinungan, 2008: 2).
c. Nilai–nilai dan Budaya Kerja
Nilai dan budaya kerja merupakan bagian dari revolusi mental
untuk mewujudkan manusia yang berintregitas. Mau bekerja keras dan
semangat bergotong–royong. Terdapat lima nilai–nilai dan budaya
kerja yang ditetapkan sebagai acuan para karyawan untuk dipahami
dan diamalkan dalam bekerja, bersikap dan berkontribusi dalam
pengembangan industri.
1. Intregitas
Jack Weich, dalam bukunya yang berjudul ―Winning‖
mengatakan, ―intregitas adalah sepatah kata yang kabur (tidak
jelas). Orang–orang yang memiliki intregitas mengatakan
kebenaran dan orang–orang itu memegang kata– kata mereka.
Mereka bertanggung jawab atas tindakan- tindakan mereka di masa
lalu, mengakui kesalahan mereka dan mengoreksinya. Mereka
mengetahui hukum yang berlaku dalam negara mereka, industri
mereka dan perusahaan mereka, baik yang tersurat maupun yang
tersirat dan menaatinya. Mereka bermain untuk menang secara
bersih (benar), seturut peraturan yang berlaku. Berbagai survei dan
studi kasus telah mengidentifikasi intregitas atau kejujuran sebagai
suatu karakteristik pribadi yang paling dihasrati dalam diri seorang
pemimpin (Jack Weich dan Winning, 2005).
2. Profesional
David H. Maister (1998 : 56) mengatakan bahwa orang– orang
profesional adalah orang–orang yang diandalkan dan dipercaya
karena mereka ahli, terampil, punya ilmu pengetahuan, bertnggung
jawab, tekun, penuh disiplin, dan serius dalam menjalankan tugas
pekerjaannya. Semua itu membuat istilah profesionalisme identik
dengan kemampuan, ilmu atau pendidikan dan kemandirian.
3. Produktif
Produktif adalah sikap yang berkonsep pada hari ini harus lebih
baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari
ini (Bambang Tri Cahyono, 1996: 283).
4. Kompetitif
Kompetitif adalah sebuah kata yang menggambarkan situasi
kerja saat ini. Jika dibandingkan dengan era yang terdahulu,
lingkungan kerja saat ini jauh lebih kompetitif. Persaingan yang
semakin ketat menuntut kita untuk terus memiliki sikap kompetitif.
5. Inovatif
Inovatif adalah mencurahkan segala pikiran atau kemampuan
diri dalam berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru bagi diri
kita, masyarakat, dan lingkungan kerja.
D. Budaya Kerja 5R
Sering kita melihat, mendengar, bahkan mengalami kejadian yang
mengakibatkan celaka di sekitar kehidupan kita. Misalnya kejadian di
kantor, ada yang terpeleset, tersandung, tersengat listrik atau kejadian
yang lebih serius lagi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Kelihatannya
hanya sepele, akan tetapi akan menjadi serius apabila menjadi
perhatian bagi semua.
Mengapa kejadian tersebut sepele? Karena kita semua tidak
peduli, tidak menganggap penting atau tidak mencatat kejadian
tersebut, apalagi menganalisisnya. Wooow. Seharusnya semua
kejadian itu dapat dicegah dengan 5R atau 5 S.

5R sering kali kita lihat di berbagai tempat pelayanan maupun di


perkantoran. Baik berupa banner, logo ataupun poster. Lalu,
bagaimana implementasinya?
5R merupakan kegiatan yang sangat sederhana dapat dilakukan
oleh semua orang dan aplikatif, akan tetapi luar biasa hasilnya apabila
dilaksanakan dengan baik. Sehingga 5R tidak hanya sebagai slogan
saja akan tetapi dapat diimplementasikan. Mari kita bahas lebih lanjut
secara singkat.

Apakah itu 5S/5R?


5R atau 5 S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan
wilayah kerja secara intensif yang bersal dari Jepang yang digunakan
oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan
disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatkan kinerja
perusahaan/tempat kerja secara menyeluruh.
5 S atau di Indonesia dikenal dengan 5R merupakan singkatan
yang isinya adalah:
● SEIRI/Ringkas, merupakan kegiatan menyingkirkan barang-
barang yang tidak diperlukan sehingga segala barang yang ada di
lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan dalam
aktivitas kerja.
● SEITON/Rapi, segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi
yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat diperlukan.
● SEISO/Resik, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan
daerah kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam
kondisi yang baik.
● SEIKETSU/Rawat, merupakan kegiatan menjaga kebersihan
pribadi sekaligus mematuhi tahap sebelumnya (3 S/3 R).
● SHITSUKE/Rajin, pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-
masing pekerja dalam menjalankan seluruh tahapan 5S/5R

Penerapan 5S/5R harus dilaksanakan secara bertahap sesuai


urutannya. Jika tahap pertama/Seiri/Ringkas tidak dilakukan dengan
baik, maka tahap berikutnya tidak dapat dijalankan secara maksimal
dan seterusnya.

Dimana 5R dapat diterapkan??


5R dapat diterapkan di seluruh tempat kerja, bahkan di rumah kita
sendiri karena pada hakikatnya semua orang senang dan nyaman
bekerja di tempat yang bersih, rapi, aman dan nyaman. 5R merupakan
teori yang sangat sederhana, mudah dimengerti oleh semua orang dan
sangat mudah diterapkan. Lalu bagaimana cara menerapkan dengan
baik?

Mengapa 5R penting ?
Sebenarnya filosofi melaksanakan 5R adalah untuk mencapai
tingkat efisiensi dan efektivitas yang sangat tinggi. Efisiensi sangat
berhubungan dengan biaya (cost) sedangkan efektif sangat
berhubungan dengan waktu. Apakah itu sulit? Sebenarnya tidak,
karena tidak membutuhkan biaya yang besar atau murah. Selain itu
kalau diterapkan dengan baik akan memberikan citra yang positif.
Selain itu 5R dilaksanakan bertujuan untuk menciptakan lingkungan
kerja yang bersih, sehat, rapi, aman, nyaman dan menyenangkan yang
akan membentuk personal yang disiplin, sikap kerja yang positif,
budaya positif, peka, dan kreatif yang selanjutnya akan membentuk
budaya disiplin.
Bagaimana cara menerapkannya?
Meskipun mudah dan murah, akan tetapi kunci dari
pelaksanaannya adalah komitmen dan kepedulian terhadap lingkungan
kita. Komitmen tentu saja yang berhubungan dengan pimpinan,
sedangkan kepedulian sangat berhubungan erat dengan seluruh
karyawan yang ada di lingkungan pekerjaan dan terlibat aktif
seluruhnya sehingga butuh kebersamaan dari seluruh karyawan.
Implementasi 5R dibutuhkan struktur, sistem, dan sumber daya
yang tersedia. Adapun tahapan-tahapan untuk melaksanakan 5R,
sebagai berikut:

1. Persiapan
● Komitmen tertulis dari pimpinan; Sebelum 5R diterapkan di
lingkungan kerja, yang terpenting pada awal adalah adanya
komitmen yang kuat dari pimpinan tinggi. Karena tanpa
komitmen tertulis akan sulit diterapkan.
● Pembentukan struktur organisasi pelaksanaan 5R yang
melibatkan dari pejabat struktural dan karyawan. Struktur
organisasi harus disusun lengkap dengan pembagian tugas dalam
tim.
● Sosialisasi 5R kepada seluruh karyawan. Agar seluruh karyawan
mendukung kegiatan 5R, dibutuhkan sosialisasi sebagai sarana
pemberian informasi tentang 5R, misalnya tentang tujuan,
struktur, dan kegiatan-kegiatan 5R.
2. Penerapan
● Pelatihan bagi tim 5R. Pelatihan singkat diperlukan bagi tim 5R
agar memahami tugas, tujuan, dan kegiatan- kegiatannya.
● Promosi. Promosi perlu dilakukan agar 5R dapat diterima oleh
seluruh karyawan bahkan sebagai media informasi bagi semua
orang yang berkunjung ke tempat kerja, sehingga tempat kerja
mendapatkan citra yang positif dari pengunjung. Promosi dibuat
dengan berbagai media misalnya pembuatan leaflet, poster,
banner, logo, slogan- slogan, dan lain-lain. Selain itu juga dibuat
lomba-lomba antar bagian/unit.
● Operasional awal, dengan membandingkan sebelum dan sesudah
kegiatan. Misalnya:
Pada saat penerapan, dibutuhkan pembinaan langsung dari
anggota tim agar hasilnya maksimal. Pelaksanaan 5R dari masing-
masing bagian juga diperlukan kreativitas dan seni agar hasilnya
baik dan lebih menarik.

3. Evaluasi
Setelah R-1-2-3 (Ringkas, Rapi, Resik) diimplementasikan,
maka dilaksanakan R-4 (Rawat) dengan menyusun standar
perawatan. Sebelum dilakukan evaluasi, perlu dilaksanakan dahulu
pembinaan secara berkala, misalnya setiap bulan sekali atau tiga
bulan sekali. Pada saat awal pelaksanaan diperlukan pembinaan
yang lebih sering agar seluruh
karyawan memahami setiap tahapan dalam 5R. Untuk
pelaksanaan pembinaan diperlukan instrumen pembinaan demikian
pula untuk evaluasi dibutuhkan pula instrumen evaluasi,
sehingga diperlukan penetapan indikator
keberhasilan. Indikator keberhasilan 5R pada suatu bagian harus
diintegrasikan dengan indikator kegiatan yang lain.
4. Pembudayaan
Rajin/Shitsuke (R ke 5) akan terwujud apabila 5R sudah
menjadi budaya. Untuk mewujudkan 5R menjadi budaya
dibutuhkan tahapan-tahapan antara lain, setelah 5R dilaksanakan
secara bertahap, akan menjadi kebiasaan melaksanakan 5R,
selanjutnya dilakukan evaluasi berkelanjutan sehingga
menunjukkan bahwa 5R sudah menjadi budaya kerja di tempat
kerja.

I. Pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur kerja di


tempat tinggi (pemanjatan)
A. Menurut Kemnaker (2015), jumlah kecelakaan yang dialami pekerja
konstruksi relatif tinggi, yaitu 31,9% dan 26% dari total kecelakaan
akibat jatuh dari ketinggian.
Pekerjaan konstruksi merupakan salah satu sektor industri
yang memiliki risiko tinggi dan menyumbang kecelakaan kerja yang
cukup tinggi. Kompleksitas pelaksanaan proyek konstruksi yang
melibatkan pekerja, peralatan kerja, dan material dalam jumlah besar
dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Salah satunya
adalah kecelakaan kerja di ketinggian.
Kecelakaan kerja di ketinggian yang dialami para pekerja
baik di sektor konstruksi atau operasional struktur masih
memprihatinkan karena jumlah kasusnya besar. Menurut Asosiasi
Rope Access Indonesia (ARAI), kecelakaan kerja di ketinggian
menempati urutan nomor dua paling besar setelah kecelakaan lalu
lintas. Kecelakaan kerja pada ketinggian di sektor konstruksi ini
banyak terjadi pada saat pembangunan gedung atau pekerjaan
konstruksi layang.
Sebetulnya ada beberapa bahaya bekerja di ketinggian,
yakni terjatuh, terpeleset, tersandung, dan kejatuhan material dari
atas. Dari bahaya-bahaya tersebut, faktor terbesar penyebab cedera
serius dan kematian di sektor konstruksi adalah terjatuh dari
ketinggian.

Dilansir republika.co.id, Kementerian Ketenagakerjaan


mencatat jumlah kecelakaan kerja yang dialami pekerja konstruksi
relatif tinggi, yaitu 31,9% dari total kecelakaan. Jatuh dari ketinggian
(26%), terbentur (12%), dan tertimpa (9%). Sementara secara global,
data International Labour Organization (ILO) tahun 2015
menyebutkan, dari 142 kematian akibat kecelakaan kerja, penyebab
utamanya adalah jatuh dari ketinggian sebesar 45%.
Kasus umum yang banyak terjadi di antaranya jatuh dari
tangga, jatuh akibat tidak menggunakan alat pelindung jatuh/tidak
menggunakannya dengan benar, ataupun jatuh akibat melakukan
pekerjaan di atas perancah.
Kecelakaan ini biasanya didominasi pekerja sementara yang
sama sekali tanpa pengalaman, mengabaikan pentingnya penggunaan
alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi prosedur keselamatan,
dan kurang peduli pada keamanan.
1. Peralatan Penting Bekerja di Ketinggian, Bagaimana Cara
Menggunakannya dengan Benar?
Pekerjaan konstruksi membutuhkan serangkaian peralatan
khusus untuk bekerja di ketinggian dan itu membutuhkan
pemeriksaan serta pemeliharaan agar fungsinya tetap optimal.
Baik tangga, perancah, dan alat perlindungan jatuh perseorangan
merupakan jantung dari program keselamatan sektor konstruksi
yang baik.
Supervisor atau pengawas lapangan perlu
mempertimbangkan untuk meningkatkan praktik keselamatan
saat menggunakan peralatan-peralatan ini.
1) Tangga
Jatuh dari ketinggian merupakan penyebab utama
kematian para pekerja konstruksi dan kontraktor dan
penggunaan tangga yang tidak tepat merupakan penyebab
utama jatuh dari ketinggian.

Potensi cedera akibat penggunaan tangga memang


terbilang tinggi terutama di sektor konstruksi, baik karena
terjatuh dari tangga, tangga ambruk ataupun terpeleset saat
menaiki anak tangga.
Penyebab utama kecelakaan saat penggunaan tangga, di
antaranya:
● Kondisi tangga sudah rusak atau cacat.
● Posisi penempatan tangga kurang tepat.
● Tangga ditempatkan pada permukaan yang kotor, licin,
atau tidak rata.
● Pekerja tidak mematuhi prosedur keselamatan
menggunakan tangga.
Penggunaan tangga yang tidak tepat menjadi penyebab
utama jatuh dari ketinggian pada pekerjaan konstruksi. Maka,
setiap pekerja harus memahami prosedur keselamatan
menggunakan tangga dengan benar.
Keselamatan tangga melibatkan pemeriksaan,
persiapan, cara menaiki/menuruni tangga dengan benar, dan
pertimbangan yang hati-hati tentang konsekuensi
penyalahgunaan tangga. Ingatlah tips keselamatan
penggunaan tangga pada pekerjaan konstruksi berikut ini:
● Pilih tangga yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan.
● Periksa komponen yang kendur atau rusak pada anak
tangga, injakannya, pegangan, penguat sekrup yang hilang,
engsel, baut, mur, dan perangkat keras lainnya. Jika Anda
menemukan kerusakan pada tangga, laporkan kepada
atasan dan pasang rambu bahwa tangga tidak dapat
digunakan atau sedang diperbaiki.
● Baca dan ikuti label atau tanda peringatan sebelum Anda
naik dan melakukan aktivitas.
● Tempatkan tangga pada permukaan yang stabil, rata,
bersih, tidak licin, dan di area bebas dari gangguan lalu
lintas kendaraan.
● Gunakan barikade pelindung/guard untuk mencegah
kemungkinan tertabrak. Kunci atau beri palang setiap pintu
dekat tangga yang bila terbuka mengarah kepada Anda.
● Berdirikan tangga dengan perbandingan sudut 4:1, artinya
jika tangga disandarkan pada dinding dengan tinggi 4
meter, maka jarak kaki tangga dengan dinding adalah 1
meter. Bisa juga berdirikan tangga dengan sudut 75° atau
boleh kurang, asalkan terdapat penopang pada bagian
bawah tangga.

● Menghadaplah ke tangga saat naik atau turun.


● Gunakan metode 3 titik tumpu (3-points contact) saat naik
ataupun turun tangga. 3 titik tumpu artinya 2 kaki berpijak
dengan satu tangan berpegang pada anak tangga dan satu
tangan bergerak menanggapi tangga atau 2 tangan
berpegang pada anak tangga dengan satu kaki berpijak dan
kaki lain bergerak menggapai tangga.
● Ujung tangga harus lebih tinggi sekitar 1 meter di atas
lantai kerja.
● Selalu berdiri menghadap tangga dengan tangan
memegang anak tangga. Jangan bekerja di samping kiri
atau kanan.
● Jangan menggunakan tangga sebagai jembatan.
● Jangan meletakkan tangga pada kotak, tong, atau benda
lain yang tidak stabil untuk mendapatkan tinggi tambahan.
● Jangan memaksakan melakukan pekerjaan dengan posisi
tangga yang jauh dari objek yang Anda
kerjakan. Atur kembali posisi tangga lebih dekat dengan
pekerjaan.
● Jangan memindahkan atau menggeser tangga sementara
pekerja atau peralatan masih berada di tangga.
● Hindari kemungkinan tergelincir karena licin, periksa anak
tangga dan sol sepatu Anda terhadap adanya bahan-bahan
yang licin.
● Gunakan alat pelindung jatuh saat memanjat apabila
diperlukan.
● Hindari membawa barang dengan beban berlebih saat
menaiki/menuruni tangga. Periksa informasi kapasitas
beban maksimum tangga dan jika membawa peralatan,
gunakan tas atau tools belt yang memudahkan saat
naik/turun tangga.
● Hindari menggunakan tangga atau step ladders untuk
tugas-tugas berat atau dalam durasi panjang, karena
seharusnya peralatan tersebut hanya digunakan untuk
pekerjaan ringan dan durasi pendek (maksimum 30 menit
pada satu waktu).

2) Full Body Harness


Bagi Anda yang bekerja di sektor konstruksi tentu
sudah familiar dengan penggunaan full body harness. Full
body harness berfungsi sebagai alat pelindung jatuh
perseorangan saat bekerja di ketinggian dan penggunaannya
lebih dianjurkan dibanding safety belt terutama jika Anda
bekerja di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

Rambu K3 APD Full Body Harness

Hal ini dikarenakan full body harness memiliki


kelebihan dengan tali pengaman yang bisa melindungi seluruh
tubuh pekerja sehingga kemungkinan cedera akibat hentakan
saat jatuh sangat kecil. Sayangnya meski manfaatnya sangat
besar sebagai alat pelindung jatuh, masih banyak pekerja yang
mengabaikan penggunaannya, mulai dari cara penggunaan,
pemeriksaan, hingga perawatannya. Penyebabnya bisa karena
kurangnya pengetahuan, pelatihan, atau pengalaman pekerja.

Saat Anda bekerja di ketinggian, ada beberapa langkah


penting yang harus Anda perhatikan saat menggunakan full
body harness:
● Pegang bagian D-Ring pada full body harness dan
goyangkan secara perlahan, pastikan tidak ada webbing/tali
yang terpelintir dan pengencangnya (chest strap) terbuka.
● Pegang tali bahu (shoulder strap) dan masukkan tangan
satu persatu ke dalam tali. Pastikan D-Ring berada di
bagian belakang badan Anda, tepatnya di bagian punggung
(antara tulang belikat).
● Tarik dan kencangkan tali kaki (leg strap), lalu
pasangkan/hubungkan pada buckle. Untuk jenis quick
connect buckle, Anda akan mendengar bunyi ―klik‖,
jika buckle sudah terpasang dengan benar. Atur
lingkar tali pada kaki sesuai kenyamanan Anda. Pastikan
tali kaki tidak tertukar.
● Pasangkan tali dada (chest strap) dan hubungkan tab
buckle pada receptor sampai terdengar bunyi ―klik‖.
● Pastikan dengan tangan bahwa full body harness sudah
terpasang benar dan tidak ada tali yang terpelintir.
● Biarkan orang yang kompeten memeriksa full body
harness dan memasang lanyard pada D-Ring (bila
diperlukan).

Full body harness harus diperiksa secara visual sebelum


digunakan, termasuk juga alat pelindung jatuh lainnya seperti
lanyard dan lifeline. Pemeriksaan peralatan secara berkala
oleh orang yang kompeten untuk mengecek kerusakan harus
dilakukan setidaknya setiap 6 bulan dan sebelum memulai
pekerjaan di ketinggian. Pastikan juga full body harness yang
Anda gunakan sesuai dengan standar dan regulasi yang
berlaku, seperti Permenaker No.9 Tahun 2016, OSHA
1926.502, ANSI Z359, CSA Z259, dll.
3) Perancah
Menurut Occupational Safety and Health
Administration (OSHA), diperkirakan sekitar 2,3 juta pekerja
konstruksi melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
perancah. Dengan begitu, banyak juga pekerja yang
berpotensi mengalami sejumlah bahaya terkait perancah
seperti terjatuh, tertimpa jatuhan benda, dan tersengat aliran
listrik.

Poster K3 Tips Aman Bekerja dengan Perancah


Berikut beberapa potensi bahaya dalam
penggunaan perancah:
● Runtuhnya seluruh atau sebagian unit perancah akibat
kegagalan komponen atau beban berlebih yang
mengakibatkan pekerja terjatuh atau terperosok.
● Jatuh dari ketinggian akibat lemahnya papan lantai kerja.
● Tertimpa benda-benda jatuh dari perancah dan melukai
pekerja yang berada di bawah.
● Terpeleset dan terjatuh akibat lantai kerja yang kotor dan
licin.
● Tersengat aliran listrik (electrocution).
● Dengan banyaknya pekerja yang berpotensi terkena bahaya
saat menggunakan perancah, maka
penerapan keselamatan penggunaan perancah perlu
menjadi prioritas.

Perancah harus dipasang oleh pekerja yang ahli di


bawah pengawasan orang yang kompeten dan perancah telah
diperiksa dengan benar sebelum digunakan. Perancah yang
sesuai dan aman harus disediakan untuk semua pekerjaan
berisiko tinggi saat bekerja di ketinggian.
Berikut tips saat menggunakan perancah:
● Pastikan pekerja sudah mendapatkan pelatihan mengenai
penggunaan perancah yang tepat dan pengendalian bahaya
saat bekerja di atas perancah, penggunaan alat pelindung
jatuh, dan apa yang harus dilakukan apabila ada
perubahan pada tempat kerja atau jenis perancah.
● Scaffolder atau pengawas memeriksa dan memastikan
perancah dalam kondisi aman sebelum digunakan.
● Lantai kerja, bagian deck, dan pagar pengaman sudah
terpasang dan dalam kondisi aman.
● Gunakan alat bantu untuk memindahkan material dari
bawah ke atas.
● Gunakan tangga yang sudah terpasang kuat dan kokoh
untuk naik dan turun dari perancah.
● Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, sepatu
keselamatan dan full body harness.
● Perhatikan rekan kerja yang bekerja di atas atau di bawah
Anda setiap saat. Jika Anda melihat ada hal yang tidak
sesuai prosedur atau ketidaknormalan pada perancah,
hentikan pekerjaan Anda dan laporkan pada atasan.
● Periksa seluruh komponen alat pelindung jatuh yang
digunakan, mencakup harness (webbing, D-ring, buckle),
lanyard, dan lifeline.
● Jangan membawa barang berlebih saat menaiki perancah.

● Jangan menggunakan pengait silang (cross bracing) saat


naik/turun dari perancah.
● Jangan bekerja di atas perancah saat cuaca buruk.
● Jangan menyimpan bahan atau peralatan pada pagar
pengaman.
● Jangan bekerja dekat jalur aliran listrik kecuali Anda
terlatih dan berwenang melakukannya.
● Penting!
o Amankan semua bahan atau peralatan dari lantai kerja
sebelum memindahkan perancah.
o Gunakan pengunci roda setiap saat bila perancah tidak
sedang bergerak berpindah.
o Tidak ada seorang pun yang menaiki perancah saat
sedang bergerak dipindahkan.
o Dilarang memasang, membongkar, atau meninggikan
perancah kecuali mendapatkan izin dan diawasi oleh
pengawas yang berwenang.
o Dilarang menggunakan perancah yang belum diberi
scafftag
● Jenis-jenis scafftag untuk perancah:
o Tanda hijau : aman
o Tanda kuning: aman dengan syarat (perlu tambahan alat
pengaman lainnya)
o Tanda merah: tidak aman (perancah tidak boleh
digunakan)

Tips Singkat Bekerja di Ketinggian:


● Bila memungkinkan, minimalkan melakukan pekerjaan di
ketinggian dan lakukan pekerjaan sebanyak mungkin di
ground level (permukaan tanah). Namun, jika sudah tidak
ada pilihan lain dan terpaksa harus bekerja di ketinggian,
maka prioritas selanjutnya adalah bagaimana melindungi
pekerja agar tidak terjatuh dari ketinggian.
● Pastikan pekerjaan direncanakan dengan benar, diawasi,
dan dilakukan oleh orang-orang yang kompeten dan
bersertifikat dengan keterampilan, pengetahuan, dan
pengalaman untuk melakukan pekerjaan itu.
● Pahami fall protection plan yang dirancang perusahaan.
● Pastikan pekerja sudah memiliki Surat Izin Kerja untuk
bekerja di ketinggian.
● Pastikan peralatan kerja yang digunakan sesuai dengan
jenis pekerjaan di ketinggian yang akan dilakukan, stabil,
dan cukup kuat untuk pekerjaan, dipelihara serta diperiksa
secara rutin.
● Gunakan alat pelindung jatuh saat bekerja di ketinggian.
Pastikan Anda menggunakan alat pelindung jatuh dengan
benar dan peralatan dalam kondisi baik.
● Buat perencanaan tanggap darurat dan prosedur
penyelamatan sebagai tindakan pencegahan bila terjadi
kondisi darurat saat bekerja di ketinggian.
● Patuhi prosedur aman bekerja di ketinggian.

B. Instalasi Kabel Udara atau aerial cables

Kabel udara adalah kabel yang ditambatkan pada tiang telepon, di


mana penambatan pada bearer kabel yang terbuat dari lilitan kawat
baja atau juga disebut dengan messenger wire. Jika tidak tersedia
berarer, maka kabel dijepit dengan clip yang ditautkan pada tiang.
Kabel udara ditempatkan pada tiang telepon dengan ketentuan sebagai
berikut;
a. Terbuat dari tiang besi dengan panjang 7 meter, 9 meter dan
12 meter dipasang untuk di dalam kota.
b. Terbuat dari tiang beton dengan panjang 12 meter dipasang
untuk luar kota.

Pemasangan tiang;

a. Ditanam 1/5 bagian yang masuk ke dalam tanah.


b. Untuk tiang besi dipasang pondasi penguat tiang dari adukan
semen setinggi 30 cm.
c. Jarak antar tiang antara 40-50 meter.
d. Penempatan tiang jangan menutup akses jalan atau di depan
pintu gerbang rumah.
Sambungan kabel udara ditempatkan di dekat tiang telepon,
karena:
a. Memudahkan pemasangan.
b. Memudahkan pemeliharaan.

Didekat sambungan biasanya diberi spare kabel (kabel cadangan)


yang diloop agar tidak terjadi gangguan bending. Hal ini jika terjadi
gangguan masih terdapat sisa kabel yang dapat disambung.
Loop kabel ini panjangnya antara 4-6 meter.

Cara pemasangan kabel udara pada tiang ada dua metode yaitu ';

1. Cara Gantung.
Yaitu kabel digantung pada tiang, dengan tidak memotong
bearer, digunakan untuk;
a. Rute lurus dengan jarak kurang dari 50 meter.

b. Peralatan yang dipasang pada tiang adalah


1. Stainless steel band
2. Suspension clamps
3. Stainless steel band

2. Cara Tambat
Cara tambat digunakan untuk;
a. Rute belok atau melengkung dan ujung akhir kabel.
b. Jarak antar tiang lebih dari 50 meter.
c. Memotong bearer untuk ditambatkan pada tiang dengan
menggnakan span wartel.

ditambat karena rute belok atau melengkung

ditambat karena anar tiang lebih dari 50 meter


Penggunaan Tiang 7 meter atau T-7 adalah untuk;

● tiang yang digunakan untuk kabel distribution atau kabel


yang menuju ke pelanggan atau sekitar perumahan.
Penggunaan Tiang 9 meter atau T-9 adalah untuk;

● tiang yang digunakan untuk jarak 60 meter yang


ditempatkan di luar kota atau penyeberangan jalan raya.
Penggunaan Tiang 12 meter atau T-12 untuk;
● penyeberangan rel kereta api atau penyeberangan sungai
yang lebarnya > 50 meter.

C. Bekerja pada menara telekomunikasi

Bila Anda akan menyusun prosedur maka hal berikut mungkin


bisa menginspirasi Anda:
1. Persiapan APD (Alat Pelindung Diri) dan peralatan:

● Sama atau sesuai dengan jenis pekerjaan, tetapi secara umum


sama dengan bekerja pada ketinggian pada siang hari seperti:
fullbody harness, double hook lanyard dengan absorber,
climbing helmet, safety shoes, dan seterusnya.
● Lampu penerangan kepala, disarankan 3 (tiga) buah, lampu
utama, cadangan dan indikator.
● Penerangan untuk tim di bawah: sejenis senter berkekuatan
besar (torch with narrow angle).
● Lampu indikator untuk menunjukan posisi bawah/darat, karena
dalam kegelapan yang absolut akan sulit bagi pemanjat untuk
membedakan mana bagian atas dan bawah dari menara.
● Peralatan lain yg disarankan sesuai standar perusahaan masing-
masing tetapi paling tidak disediakan: P3K, nomor telepon
darurat, pita pembatas area kerja, dan lain-lain.

2. Persiapan memanjat:

● Sudah pernah memanjat/survei menara yang akan dipanjat pada


siang hari atau sebelum gelap.
● Pastikan pemanjat telah mendapat pelatihan: Teknisi Akses Tali
tingkat 1 dan membawa lisensi yang diterbitkan sesuai dengan
jenis pelatihannya.
● Siapkan APD & peralatan sesuai dengan yang disarankan di atas.
● Periksa kelayakan APD & peralatan tersebut untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya, dari pengalaman lampu
kepala yang menggunakan baterai dapat bertahan 8 jam kerja,
tetapi belum pernah dibuktikan untuk kelanjutannya dalam
percobaan kami.

3. Mulai memanjat:

● Bagi pemanjat, sama dengan bekerja pada malam hari, pastikan


titik tambat berada di atas kepala atau minimum sebatas dada. Ini
untuk memperkecil jarak jatuh.
● Titik tambat hanya diletakkan di area yang berbeda, untuk
memastikan bila titik tambat gagal di satu tempat tidak
berpengaruh terhadap titik tambat lainnya.
● Gunakan pemeriksaan tambatan: lihat, dengar, dan uji. Lihat di
mana Anda lakukan penambatan atau meletakkan hook, dengar
apakah bunyi 'klik' untuk memastikan penguncian, dan uji
dengan sedikit memberikan tarikan untuk memastikan titik
tambatan.
● Kalau bekerja gunakan work positioning lanyard yang biasanya
berbentuk single lanyard.

● Bagi yang di bawah/darat, tetap berada di lokasi untuk


mengawasi pergerakan pemanjat serta memberikan pertolongan
bila diperlukan.
Sangat disarankan pekerjaan di menara telekomunikasi,
utamanya yang diperlukan pemanjatan hanya dibatasi pada lingkup,
penyesuaian arah antena (pointing), pelepasan atau pemasangan kabel
sederhana, pemeriksaan atau pekerjaan perbaikan ringan saja. Untuk
pengangkatan (rigging & lifting) sebaiknya dilakukan siang hari
sebelum pekerjaan lain yang hanya bisa/disarankan dikerjakan pada
malam hari.

You might also like