You are on page 1of 206

DIKTAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL

BIDANG KEBUMIAN

Disusun oleh : Muhammad Hanif Affan Yusron


DAFTAR ISI

KISAH PERJUANGAN DI OLIMPIADE KEBUMIAN……………………………………………………………. 4

BAGIAN 1 : GEOLOGI
BAB 1 : INTERIOR BUMI DAN TEKTONIK LEMPENG..……………………………………………………… 8
BAB 2 : KRISTAL DAN MINERAL……………………………………………………………………………………… 14
BAB 3 : BATUAN BEKU…………………………………………………………………………………………………… 25
BAB 4 : VULKANISME DAN PRODUKNYA……………………………………………………………………….. 33
BAB 5 : BATUAN SEDIMEN…………………………………………………………………………………………….. 38
BAB 6 : BATUAN METAMORF……………………………………………………………………………………….. 46
BAB 7 : GEOLOGI SEJARAH DAN PALEONTOLOGI………………………………………………………….. 49
BAB 8 : GEOLOGI STRUKTUR…………………………………………………………………………………………. 54
BAB 9 : GEOMORFOLOGI……………………………………………………………………………………………… 61
BAB 10 : STRATIGRAFI…………………………………………………………………………………………………… 78
BAB 11 : BENCANA KEBUMIAN……………………………………………………………………………………… 81
BAB 12 : GEOFISIKA……………………………………………………………………………………………………….. 87
BAB 13 : HIDROGEOLOGI………………………………………………………………………………………………. 89

BAGIAN 2 : METEOROLOGI
BAB 1 : PENDAHULUAN METEOROLOGI DAN ATMOSFER……………………………………………… 91
BAB 2 : PROSES PANAS DI ATMOSFER…………………………………………………………………………… 98
BAB 3 : SIRKULASI ATMOSFER………………………………………………………………………………………. 100
BAB 4 : MASSA UDARA DAN FRONT……………………………………………………………………………… 106
BAB 5 : FENOMENA OPTIK DI ATMOSFER……………………………………………………………………… 108
BAB 6 : GERAK SIKLONIK……………………………………………………………………………………………….. 110
BAB 7 : AWAN……………………………………………………………………………………………………………….. 113
BAB 8 : MONSUN…………………………………………………………………………………………………………… 117
BAB 9 : IKLIM………………………………………………………………………………………………………………… 119
BAB 10 : EL NINO DAN LA NINA…………………………………………………………………………………….. 123
BAB 11 : OBSERVASI METEOROLOGI……………………………………………………………………………. 125

BAGIAN 3 : ASTRONOMI
BAB 1 : FENOMENA GEOSENTRIK…………………………………………………………………………………. 131
BAB 2 : PENGUKURAN SUDUT DAN PARALAKS……………………………………………………………… 137
BAB 3 : ASTROFISIKA…………………………………………………………………………………………………….. 139
BAB 4 : MEKANIKA BENDA LANGIT……………………………………………………………………………….. 143
BAB 5 : TATA KOORDINAT LANGIT DAN ASTRONOMI BOLA…………………………………………. 147
BAB 6 : PENGAMATAN ASTRONOMI……………………………………………………………………………. 151
BAB 7 : MATAHARI DAN ANGGOTA TATA SURYA…………………………………………………………. 156

BAGIAN 4 : OSEANOGRAFI
BAB 1 : PENDAHULUAN OSEANOGRAFI DAN SAMUDERA……………………………………………. 164
BAB 2 : SIFAT AIR LAUT……………………………………………………………………………………………….. 167

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 2


BAB 3 : GERAKAN AIR LAUT………………………………………………………………………………………… 174
BAB 4 : LINGKUNGAN LAUT………………………………………………………………………………………… 184
BAB 5 : KEHIDUPAN DI LAUT………………………………………………………………………………………. 188

SOAL LATIHAN……………………………………………………………………………………………………………. 189


KUNCI JAWABAN SOAL LATIHAN………………………………………………………………………………… 204
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………….. 205

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 3


Kisah Perjuanganku di Olimpiade Kebumian
oleh: Muhammad Hanif Affan Yusron

Sejak SD, aku sudah mengenal event bernama “Olimpiade Sains Nasional”. Aku mulai ikut
berkompetisi pada event ini sejak kelas 5 SD, tepatnya di bidang IPA. Saat itu, aku telah merasakan
atmosfer persaingan hingga OSP (tingkat provinsi) yang diadakan di Semarang, Jawa Tengah. Tidak
hanya OSN di bidang IPA, aku juga pernah mengikuti kompetisi mapel (mata pelajaran) matematika
saat SD. Sewaktu duduk di bangku SMP, aku juga pernah mengikuti olimpiade matematika.
Sayangnya, aku hanya bisa bertanding di tingkat kota (OSK) dan tidak berhasil lolos ke OSP.

Sebenarnya, aku tidak benar-benar menyukai kedua mapel tersebut (IPA dan matematika). Aku baru
menyadari passion (ketertarikan) yang kumiliki pada saat masuk SMA. Passionku itu adalah
mempelajari ilmu Kebumian. Aku mulai tertarik dengan ilmu Kebumian sejak SD, meski aku belum
tahu bahwa itu adalah ilmu Kebumian. Di rumahku memang terdapat banyak sekali buku-buku jadul
yang tersimpan di dalam lemari. Di waktu luang, kadang aku penasaran dengan buku-buku yang
tersimpan itu. Aku mulai tertegun ketika melihat ada buku Geografi SMA serta buku Ilmu Kebumian
& Antariksa. Aku pun penasaran dan mulai membaca isinya. Ternyata, banyak penjelasan mengenai
berbagai macam fenomena alam di dalam buku itu. Rasa penasaran dan keingintahuanku mulai
banyak terjawab dan aku mulai ketagihan membaca kedua buku tersebut. Bahkan, aku lebih tertarik
dengan kedua buku itu daripada buku pelajaran sekolahku sendiri, hehe.

Saat pertama kali terdaftar sebagai siswa baru di SMA Semesta Semarang, aku belum mempunyai
gambaran apapun mengenai target di bidang akademis maupun non-akademis. Pernah suatu ketika,
aku melihat pengumuman seleksi anggota baru tim olimpiade kebumian di mading sekolah. Aku pun
iseng dan coba-coba untuk ikut seleksi itu. Tak kusangka, aku diterima sebagai salah satu anggota di
tim olimpiade kebumian. Setelah aku pikir-pikir, sepertinya olimpiade matematika kurang cocok
untukku dan terlalu ketat persaingannya. Sehingga, aku telah memantapkan hatiku untuk berjuang
di olimpiade kebumian. By the way, mapel kebumian tidak dipelajari di sekolah karena tidak ada di
kurikulum SMA.

Aku merasa sangat beruntung karena menerima banyak fasilitas yang menunjang keinginanku untuk
mempelajari ilmu kebumian dan berjuang di olimpiade kebumian saat SMA. Setelah aku resmi
menjadi anggota tim olimpiade kebumian di SMA, aku mulai mempelajari ilmu kebumian dari
setumpukan buku yang aku dapat dari guru geografiku yang bernama Bu Susan. Buat sebagian
orang, setumpukan buku ini terlihat membosankan untuk dilihat dan dibaca. Memang, buku-buku ini
sangat didominasi oleh tulisan dengan sedikit gambar. Gambarnya pun tidak berwarna. Maklum,
buku fotokopian (#ups). Namun, kekuatan passion membuatku tetap tertarik untuk mengorek
berbagai macam ilmu dari buku-buku itu.

Selain buku, sekolahku juga memberi fasilitas berupa pelatihan olimpiade yang sering dinamakan
“olympiad camp”. Camp ini ada yang bersifat individual (pesertanya dari SMA-ku saja) dan terpusat
(pesertanya dari berbagai macam SMA dan kadang diadakan di luar kota). Aku pernah mengikuti
keduanya. Durasi setiap camp bervariasi antara 1 minggu hingga 1 bulan. Pengajar di camp tersebut

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 4


adalah beberapa mahasiswa dari Undip (Universitas Diponegoro), UGM (Universitas Gadjah Mada),
dan ITB (Institut Teknologi Bandung).

Seiring berjalannya waktu, ilmu kebumian yang aku peroleh semakin banyak dan luas. Setelah camp
selesai, aku mengikuti tes seleksi untuk memilih 3 orang yang bisa mengikuti OSK. Ternyata, aku
berhasil lolos ke dalam 3 besar itu. Sejak saat itu, aku mulai menetapkan target untuk bisa lolos
setidaknya sampai tingkat provinsi (OSP).

Sebulan sebelum OSK dilaksanakan, aku dan beberapa teman lain yang juga akan mengikuti OSK
diperbolehkan untuk tidak mengikuti pelajaran di kelas dan belajar di perpustakaan untuk
mempersiapkan diri menghadapi OSK. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Aku pun terus
mempelajari dan me-review ilmu kebumian dari buku-buku yang telah kudapat serta catatan yang
kudapat selama olympiad camp. Selain itu, aku juga berlatih mengerjakan soal-soal olimpiade
kebumian dari tahun-tahun sebelumnya.

Meskipun aku sangat tertarik dalam mempelajari ilmu kebumian, adakalanya aku merasa bosan,
jenuh, dan tidak mood untuk belajar. Di saat-saat seperti itu, aku manfaatkan waktu yang ada untuk
istirahat, jalan-jalan ke mall, nonton film, atau aktivitas lain yang bersifat refreshing. Ketika mood-ku
membaik, barulah aku melanjutkan kembali belajar ilmu kebumian.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, yaitu hari pelaksanaan OSK 2011. Aku yang masih duduk di kelas
10 telah siap menghadapinya. Tidak hanya 3 besar (di setiap mapelnya) dari sekolahku yang boleh
mengikuti OSK. Teman-teman yang tidak termasuk 3 besar pun boleh ikut. Aku menghadapi dan
mengerjakan soal-soal OSK 2011 dengan cukup tenang dan optimis. Aku pun berharap bisa lolos ke
OSP.

Sebulan kemudian, pengumuman hasil OSK telah muncul. Berbeda dengan harapanku, aku ternyata
tidak lolos ke OSP. Setelah mengetahuinya, aku merasa sedih, kecewa, dan terpuruk. Bahkan sampai
seminggu setelah pengumuman, perasaan itu masih tetap ada. Kemudian, aku mulai berintrospeksi
terhadap diri sendiri. Mungkin aku kurang berdoa, kurang berusaha, dan mungkin juga aku terlalu
optimis. Setelah introspeksi diri, sedikit demi sedikit harapan dan semangatku mulai muncul
kembali. Masih ada kesempatan di tahun depan saat aku telah naik ke kelas 11.

Tahun pelajaran baru telah dimulai, aku pun naik ke kelas 11. Dengan cara belajar yang hampir sama
dengan sebelumnya, aku kembali bersiap untuk menghadapi olimpiade kebumian 2012. Bedanya,
aku bisa mempelajari materi tambahan dari file softcopy karena aku telah mempunyai laptop sendiri
(meski ukurannya kecil). Selain itu, porsi latihan soal dari berbagai sumber juga ditambah. Aku
merasa tertantang untuk mengerjakan latihan soal yang tingkat kesulitannya meningkat dari waktu
ke waktu.

Langsung skip yaa ke event OSK 2012. Aku menghadapi OSK 2012 dengan sedikit gugup karena takut
akan kegagalan seperti di masa lalu. Namun, aku tetap berusaha fokus dan mengerjakan soal-soal
yang ada dengan semaksimal mungkin. Setelah menghadapi ujian OSK, aku pulang tanpa membuat
ekspektasi apapun. Hari-hari setelah OSK aku lewati dengan berdoa kepada Allah SWT dan tetap me-
review materi ilmu kebumian, barangkali aku lolos ke OSP.

Sebulan setelah OSK, pengumuman pun muncul. Ternyata, aku berhasil lolos ke OSP dengan

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 5


peringkat 1 di tingkat Kota Semarang. Perasaan kaget sekaligus senang mengisi ruang hatiku. Aku
juga sempat speechless (tidak bisa berkata-kata) setelah mengetahui pengumuman ini.

Selanjutnya, semangatku untuk mempelajari ilmu kebumian dan berjuang di olimpiade kebumian
semakin meningkat. Aku mempelajari materi ilmu kebumian yang lebih kompleks dan mendalam
serta mulai mencoba untuk mengerjakan soal-soal IESO (International Earth Science Olympiad) dari
tahun-tahun sebelumnya.

Hari demi hari terus berjalan dan tibalah saatnya menghadapi OSP. OSP 2012 diadakan di gedung
LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) di Kota Semarang, Jawa Tengah. Tempat ini
mengingatkanku pada event OSP 2006 yang aku ikuti saat SD. Ujian OSP bidang kebumian diadakan
satu ruangan dengan bidang astronomi. Tak heran jika ruangan yang dipakai sangat luas dan
terdapat 210 peserta di dalamnya. Aku merasa soal-soal yang diujikan pada OSP 2012 lebih sulit
daripada OSP 2011. Aku hanya bisa pasrah dan tetap berusaha semaksimal mungkin dalam
menghadapinya.

Pengumuman hasil OSP muncul kira-kira sebulan kemudian. Pada suatu siang, tiba-tiba wali kelasku
mengucapkan selamat atas keberhasilanku lolos ke OSN. Aku kembali menjadi speechless dan sangat
senang mendengarnya. Ini merupakan kesempatan pertamaku mengikuti ajang OSN. Beberapa hari
kemudian, ada undangan untuk mengikuti pelatda (pelatihan daerah) yang diadakan oleh Dinas
Pendidikan Jawa Tengah. Pelatda ini diadakan dalam 2 tahap. Untuk bidang kebumian, tahap
pertama diadakan di Yogyakarta, sedangkan tahap kedua di Salatiga. Total durasi kedua pelatda ini
adalah sekitar 5 minggu. Selama pelatda, aku mendapatkan banyak materi baru dari dosen dan
mengikuti beberapa kali ekskursi ke lapangan untuk mempelajari materi praktikum yang diujikan di
OSN. Selain itu, aku juga bertemu dan berkenalan dengan teman-teman sekontingen Jawa Tengah
yang mengikuti OSN 2012.

OSN 2012 dilaksanakan di Jakarta. OSN bidang kebumian terdiri atas ujian teori, ujian peraga
geologi, dan ujian praktik lapangan. Aku sempat agak down setelah selesai mengikuti ujian teori
karena ketidaktelitianku saat mengerjakan bagian uraiannya. Untungnya, ada teman sekontingen
yang tetap menyemangatiku. Ujian praktik lapangan dilaksanakan di Pantai Tanjung Pasir (di
Tangerang, Banten) dan AMG (Akademi Meteorologi & Geofisika) di Bintaro, Jakarta.

Malam penutupan sekaligus pengumuman hasil OSN pun tiba. Rangkaian pengumuman ini
berlangsung cukup lama dan sangat mendebarkan. Perasaanku sudah bercampur aduk.
Pengumuman peraih medali urut dari perunggu, perak, lalu emas. Dari seluruh peraih medali
perunggu dan perak dari berbagai bidang yang naik ke atas panggung, namaku belum juga disebut.
Aku pun semakin deg-degan karena ini merupakan pertaruhan antara meraih medali emas atau
tidak dapat medali sama sekali. Saat peraih medali emas diumumkan, namaku pun disebutkan.
Sontak aku sangat kaget dan secara spontan meloncat beberapa kali untuk melepaskan euforiaku,
baru kemudian naik ke atas panggung untuk dikalungkan medali emas. Muncul perasaan bangga
sekaligus terharu saat proses pengalungan medali. Setelah turun dari panggung, aku berfoto-foto ria
dengan beberapa teman lain yang juga memperoleh medali. Lalu, tidak lupa juga aku menelepon
orang tuaku untuk memberitahu kabar gembira ini.

Itulah kisah singkat perjuanganku di OSN Kebumian. Semoga dapat menginspirasi para pembaca,

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 6


terutama bagi adik-adik yang akan berjuang di ajang OSN. Aku merasa sangat bersyukur kepada
Allah SWT karena telah diberi kesempatan untuk menjadi salah satu peraih medali OSN. Aku ingin
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, menyemangati, dan mendoakanku
selama berjuang di OSN Kebumian.

Ada beberapa tips dari saya bagi adik-adik yang akan mengikuti ajang olimpiade sains, terutama di
bidang kebumian:

1. Temukan passion-mu dalam olimpiade. Carilah mapel yang paling tepat untuk kamu perjuangkan
di ajang olimpiade. Passion akan membuatmu selalu semangat dalam berjuang.
2. Carilah metode belajar yang paling tepat untukmu. Maksimalkan belajarmu saat mood-mu baik,
namun jangan paksakan diri ketika kamu sedang bosan, jenuh, atau tidak mood untuk belajar.
3. Jangan mudah menyerah ketika menemui hambatan dalam belajar. Jadikan hambatan itu
sebagai tantangan yang dapat menaikkan semangatmu.
4. Pasanglah target pencapaian sebelum ajang olimpiade tiba untuk dijadikan sebagai motivasi dan
semangat. Setelah menghadapi ujian olimpiade, berusahalah untuk pasrah dan tetap berdoa
kepada Tuhan sembari menunggu pengumuman.
5. Jika kamu masih kelas 10 dan tidak berhasil lolos ke OSN, janganlah putus asa. Masih ada
kesempatan saat kelas 11 nanti.
6. Berusahalah untuk optimis dengan kadar yang pas (tidak minder ataupun terlalu optimis). Sedikit
minder juga boleh, asalkan minder yang positif.
7. Jangan lupa untuk selalu berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan serta memohon doa restu
dari orang tua sebelum mengikuti ujian olimpiade. Sehebat-hebatnya seseorang, dia bukanlah
siapa-siapa tanpa kehendak dan izin dari Tuhan.

Beberapa quote penyemangat:

Work hard, dream big. Anonymous

Without believing, your dreams will never come true. Anonymous

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 7


BAGIAN 1 : GEOLOGI
BAB 1 : INTERIOR BUMI DAN TEKTONIK LEMPENG
INTERIOR BUMI
Interior Bumi (struktur dalam Bumi) dibagi menjadi beberapa bagian menurut 2 sifat, yaitu :
1. Sifat kimia
Berdasarkan sifat ini, struktur dalam Bumi dibagi menjadi 3 bagian (urut dari yang terluar
sampai yang terdalam):
a. Kerak bumi
Kerak bumi terdiri atas kerak benua dan kerak samudera dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kerak benua :
- Ketebalan 35 – 70 km
- Tersusun oleh SiAl (Silikon dan Aluminium)
- Densitas 2,7 gram/cm3
2) Kerak samudera :
- Ketebalan 7 – 10 km
- Tersusun oleh SiMa (Silikon dan Magnesium)
- Densitas 3,0 gram/cm3
b. Mantel bumi
Mantel bumi menyusun sekitar 82% volume Bumi. Material penyusunnya memiliki
kandungan silika yang rendah (bersifat ultrabasa).
c. Inti bumi
Inti bumi dominan tersusun oleh unsur Fe (besi) dan Ni (nikel).

2. Sifat fisik (rheologi)


Berdasarkan sifat ini, struktur dalam Bumi dibagi menjadi 5 bagian (urut dari yang terluar
sampai yang terdalam):
a. Litosfer
Litosfer mencakup bagian dari kerak bumi dan mantel bagian paling atas. Ketebalannya
sekitar 100 km. Sifat litosfer adalah brittle (rapuh) karena suhunya relatif dingin.
b. Astenosfer
Astenosfer mencakup bagian dari mantel atas. Lapisan ini terletak pada kedalaman
antara 100 – 660 km di bawah permukaan Bumi. Sifatnya ductile (liat/plastis) dan dapat
mengalir layaknya fluida (tidak berbentuk padatan maupun cairan). Dengan demikian,
lempeng-lempeng yang merupakan pecahan dari litosfer dapat bergerak secara
horizontal di atas astenosfer.
c. Mesosfer
Mesosfer terdapat pada kedalaman antara 660 – 2885 km. Lapisan ini bersifat padat dan
panas. Komposisi utama penyusunnya adalah silikat dan magnesium.
d. Inti luar
Inti luar terletak pada kedalaman antara 2885 – 5155 km, sifatnya cair dan panas
e. Inti dalam
Inti dalam tidak berbentuk lapisan, melainkan bola dengan radius 1216 km, sifatnya
padat dan panas

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 8


Gambar 1.1.1 Pembagian struktur dalam Bumi berdasarkan sifat kimia (kiri) dan sifat fisik
(kanan)

Gambar 1.1.2 Bagian terluar struktur dalam Bumi (mencakup kerak benua, kerak samudera,
litosfer, dan astenosfer)

PENGENALAN TEKTONIK LEMPENG


Pergerakan litosfer (lempeng-lempeng) di Bumi mengakibatkan berbagai macam konsekuensi,
antara lain gempa bumi, munculnya gunung api, dan pembentukan pegunungan. Teori yang
dapat menjelaskan pergerakan lempeng-lempeng di Bumi disebut Teori Tektonik Lempeng.
Interaksi antar lempeng kebanyakan terjadi di bagian tepi lempeng. Distribusi keberadaan
gempa bumi, pegunungan, dan gunung api kebanyakan berada di daerah yang berdekatan

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 9


dengan batas lempeng.

Terdapat 3 tipe batas antara 2 lempeng, yaitu:


1. Divergen: dua lempeng yang berdekatan bergerak saling menjauh
2. Konvergen: dua lempeng yang berdekatan bergerak saling mendekat
3. Transform: dua lempeng yang berdekatan bergerak saling berpapasan

Gambar 1.1.3 Batas lempeng divergen (kiri), batas lempeng konvergen (tengah), batas lempeng
transform (kanan)

Gambar 1.1.4 Persebaran lempeng-lempeng di Bumi beserta arah geraknya

BATAS LEMPENG DIVERGEN


Batas lempeng divergen adalah batas antara 2 lempeng yang berdekatan dimana kedua lempeng
tersebut bergerak saling menjauh. Batas lempeng ini dapat menghasilkan 2 macam bentukan,
yaitu pematang tengah samudera (mid oceanic ridge) dan lembah retakan (rift valley). Mid
oceanic ridge berada di dasar laut, sedangkan rift valley berada di tengah daratan.

Selama kedua lempeng pada batas divergen bergerak saling menjauh, akan terbentuk celah
kosong di batas lempeng tersebut yang akan terisi secara perlahan oleh magma yang berasal
dari mantel bumi. Secara perlahan, magma bergerak ke atas dari mantel bumi, membeku, dan
membentuk lempeng samudera yang baru. Mekanisme perluasan lantai samudera di zona

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 10


divergen disebut sea-floor spreading. Mekanisme ini telah membentuk lantai Samudera Atlantik
sejak 160 juta tahun yang lalu. Konsekuensi dari adanya mekanisme sea-floor spreading adalah
umur lantai samudera yang semakin tua jika letaknya semakin jauh dari mid-oceanic ridge
(begitu juga sebaliknya).

Batas lempeng divergen juga dapat terbentuk di tengah-tengah suatu daratan/benua yang
menyebabkan daratan tersebut pecah menjadi 2 (atau lebih) daratan yang lebih kecil.
Mekanisme ini disebut continental rifting. Continental rifting terjadi di tengah daratan/benua
tempat terdapatnya 2 gaya yang menarik lempeng di tempat tersebut ke arah yang berlawanan
(extension stress). Karena lempeng tertarik ke arah yang berlawanan, terjadi penipisan lempeng
→ penurunan tekanan (decompression) di astenosfer atas → pelelehan parsial (partial melting)
astenosfer menjadi magma → magma bergerak ke atas dan melengkungkan lempeng di atasnya.
Lempeng yang terus ditarik lama kelamaan akan mulai retak. Keretakan lempeng ini menyebar
luas hingga membentuk lembah panjang yang disebut rift valley. Selain di daratan, rift valley juga
dapat ditemukan di sepanjang puncak pematang tengah samudera (mid oceanic ridge).

Seiring berjalannya waktu, rift valley tersebut akan bertambah lebar dan dalam. Contoh rift
valley adalah East African Rift. Rift valley yang terus berkembang akan memanjang hingga ke
tepi lempeng dan memisahkan daratan/benua tersebut menjadi 2 bagian yang lebih kecil oleh
laut. Mekanisme ini menyebabkan daratan Amerika Selatan dan Afrika terpecah menjadi 2
benua. Laut pemisah yang awalnya sempit dan memanjang akan terus bertambah lebar hingga
menjadi samudera seperti Samudera Atlantik.

Gambar 1.1.5 Urutan proses yang berlangsung pada zona divergen di tengah daratan

BATAS LEMPENG KONVERGEN


Batas lempeng konvergen terbentuk ketika 2 lempeng saling bertemu dan mendekat satu sama
lain. Dua jenis zona konvergen adalah:
1. Subduksi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 11


a. Lempeng samudera menunjam di bawah lempeng benua
b. Lempeng samudera menunjam di bawah lempeng samudera lainnya
2. Kolisi (collision)
a. Lempeng benua bertumbukan dengan lempeng benua lainnya

Ciri khas dari zona subduksi lempeng benua – lempeng samudera adalah keberadaan busur
pegunungan vulkanik (continental volcanic arc). Contoh busur pegunungan vulkanik adalah
Pegunungan Andes di Amerika Selatan. Ketika lempeng samudera yang menunjam mencapai
kedalaman sekitar 100 km, astenosfer yang berada di atasnya meleleh menjadi magma.
Mekanisme pelelehan magma ini merupakan partial melting. Penyebab partial melting ini adalah
pelepasan air yang terbawa oleh batuan lempeng samudera ke astenosfer. Air ini akan
mengurangi suhu titik leleh astenosfer, sehingga pada suhu yang sama astenosfer bisa meleleh
sebagian menjadi magma.

Gambar 1.1.6 Proses partial melting pada astenosfer dan naiknya magma ke arah permukaan
Bumi di zona subduksi lempeng benua – lempeng samudera

Ciri khas pada zona subduksi lempeng samudera – lempeng samudera adalah keberadaan busur
kepulauan vulkanik (volcanic island arc). Contoh busur kepulauan vulkanik adalah Kepulauan
Nusa Tenggara di Indonesia. Kebanyakan busur kepulauan vulkanik berada di Samudera Pasifik.
Posisi busur kepulauan vulkanik pada umumnya sejajar dengan palung laut.

Gambar 1.1.7 Zona subduksi lempeng samudera – lempeng samudera

Pada zona subduksi, lempeng samudera bisa menunjam di bawah lempeng lainnya karena
lempeng samudera yang menunjam memiliki densitas yang lebih besar daripada lempeng yang

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 12


tidak menunjam. Lempeng samudera yang berumur relatif tua bersuhu lebih dingin dan memiliki
densitas lebih besar daripada lempeng samudera yang berumur relatif muda. Lempeng benua
akan selalu terapung di atas astenosfer dan tidak dapat menunjam di bawah lempeng lainnya
karena densitasnya lebih kecil daripada lempeng samudera dan astenosfer.

Gambar 1.1.8 Zona kolisi antara 2 lempeng benua

Zona kolisi biasanya akan membentuk pegunungan tektonik di tengah daratan. Contoh
pegunungan tektonik di zona kolisi adalah Pegunungan Himalaya di Asia.

BATAS LEMPENG TRANSFORM


Batas lempeng transform terbentuk ketika 2 lempeng bergerak horizontal sejajar dan saling
berpapasan satu sama lain, sehingga batas lempeng ini sering ditemukan dalam bentuk
patahan/sesar transform (sesar geser). Sesar transform banyak berasosiasi dengan mid oceanic
ridge. Selain itu, sebagian sesar transform juga memotong bagian dari kerak benua. Contoh
sesar transform ini adalah Sesar San Andreas di Kalifornia, Amerika Serikat.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 13


BAB 2 : KRISTAL DAN MINERAL
KRISTALOGRAFI
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari/menggambarkan tentang kristal. Kristal adalah suatu
zat padat yang mempunyai susunan atom/molekul yang teratur.

Sistem-sistem kristal dibagi menjadi 7 golongan berdasarkan:


- Jumlah sumbu kristal
- Letak sumbu kristal yang satu dengan yang lainnya
- Parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal
Sumbu kristal adalah garis bayangan lurus yang menembus kristal (bidang-bidang kristal) dan
melalui pusat kristal.

Tujuh sistem kristal antara lain:


1. Isometrik: ketiga sumbu kristalnya sama panjang dan saling tegak lurus (a=b=c) (a⊥b⊥c)

Gambar 1.2.1 Sistem kristal isometrik dan contoh mineralnya (pirit)

Contoh mineral: intan, fluorit, galena, pirit, garnet, halit, emas, magnetit

2. Tetragonal: kedua sumbu kristal mempunyai panjang yang sama, sedangkan sumbu yang
lain bisa lebih panjang atau lebih pendek (a=b≠c); ketiga sumbu kristal saling tegak lurus
(a⊥b⊥c)

Gambar 1.2.2 Sistem kristal tetragonal dan contoh mineralnya (kasiterit)

Contoh mineral: kalkopirit, pirolusit, rutil, kasiterit, zirkon

3. Ortorombik: ketiga sumbu kristalnya tidak sama panjang (a≠b≠c), namun saling tegak lurus
(a⊥b⊥c)

Gambar 1.2.3 Sistem kristal ortorombik dan contoh mineralnya (topaz)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 14


Contoh mineral: belerang, aragonit, anhidrit, barit, olivin, staurolit, topaz, ortopiroksen,
silimanit

4. Monoklin: terdiri atas 3 sumbu kristal yang tidak sama panjang (a≠b≠c); kedua sumbu kristal
saling tegak lurus, sedangkan sumbu yang lain tidak tegak lurus terhadap kedua sumbu
tersebut (a⊥b⊥c)

Gambar 1.2.4 Sistem kristal monoklin dan contoh mineralnya (augit (klinopiroksen))

Contoh mineral: ortoklas, biotit, muskovit, amphibol, klinopiroksen, gipsum, klorit, limonit,
talk

5. Triklin: ketiga sumbu kristalnya tidak sama panjang dan tidak saling tegak lurus (a≠b≠c)
(a⊥b⊥c)

Gambar 1.2.5 Sistem kristal triklin dan contoh mineralnya (mikroklin)

Contoh mineral: kaolinit, kyanit, mikroklin, albit

6. Heksagonal: terdiri atas 4 sumbu kristal; ketiga sumbu kristal mempunyai panjang yang
sama, terletak horizontal, dan saling membentuk sudut 1200 (a,b,d⊥c) (a⊥b⊥d); sumbu
kristal yang lain bisa lebih panjang atau lebih pendek (a=b=d≠c)

Gambar 1.2.6 Sistem kristal heksagonal dan contoh mineralnya (beril)

Contoh mineral: kuarsa, grafit, beril, siderit, apatit

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 15


7. Trigonal: cirinya sama dengan sistem kristal heksagonal; perbedaannya terletak pada bentuk
luar kristalnya

Gambar 1.2.7 Sistem kristal trigonal

Contoh mineral: kalsit, cinnabar, korundum, hematit, ilmenit, dolomit, magnesit

Unsur-unsur simetri kristal:


- Bidang simetri: bidang imajiner yang memisahkan kristal menjadi 2 bagian yang kongruen,
sehingga bagian yang satu akan tampak sebagai cerminan dari bagian satunya lagi
- Sumbu simetri: garis imajiner yang memungkinkan kristal berotasi dalam satu putaran untuk
memperoleh beberapa kenampakan yang sama persis
- Pusat simetri: titik pusat imajiner kristal yang apabila ditarik garis dari bagian kristal
melewati pusat ini dengan jarak yang sama, maka akan dijumpai bagian kristal yang sama

MINERALOGI FISIK
Mineralogi merupakan ilmu yang mempelajari tentang asal usul, pembentukan, sifat fisik, sifat
kimia, serta klasifikasi dan manfaat mineral. Mineral adalah zat atau benda yang biasanya padat
dan homogen, merupakan hasil bentukan alam, anorganik, memiliki sifat-sifat fisik dan kimia
tertentu serta umumnya berbentuk kristalin. Menurut asal usul pembentukannya, mineral dibagi
menjadi 2 macam, yaitu:
1. Mineral primer: terbentuk melalui proses primer
Macam-macam proses primer:
a. Pembekuan magma (magmatisme)
Contoh mineral: ortoklas, olivin, hornblende
b. Sedimentasi & kristalisasi larutan
Contoh mineral: gipsum, halit, kalsit
c. Pengendapan uap
Contoh mineral: gipsum, belerang, alunit
d. Metamorfisme
Contoh mineral: emas, tembaga
e. Hidrotermal
Contoh mineral: andalusit, silimanit, kyanit
2. Mineral sekunder: terbentuk melalui proses sekunder
Proses sekunder yang dimaksud adalah oksidasi. Contohnya adalah ortoklas teroksidasi
menjadi mineral lempung.

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik mineral yang
satu dengan yang lainnya. Sifat-sifat fisik suatu mineral ditentukan oleh susunan atom-atomnya
dan komposisi kimianya. Sifat-sifat fisik mineral antara lain:

1. Warna: kesan mineral jika terkena cahaya


Warna mineral dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 16


a. Idiokromatik: warna selalu tetap (biasanya pada mineral yang tidak tembus cahaya atau
mineral opaque)
b. Allokromatik: warna mineral tidak tetap, tergantung pada zat pengotornya (biasanya
pada mineral tembus cahaya)
Selain itu, mineral juga dibedakan berdasarkan ketembusan cahayanya, yaitu:
a. Transparent: sepenuhnya tembus cahaya
b. Translucent: tembus cahaya sebagian
c. Opaque: tidak tembus cahaya

2. Kilap (luster): kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya
Kilap dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kilap logam
Contoh mineral: pirit, galena, emas
b. Kilap non-logam
Macam-macam kilap non-logam:
(1) Kilap kaca (vitreous)
Contoh mineral: kalsit, kuarsa, halit
(2) Kilap intan (adamantine): biasanya dimiliki oleh batu mulia (mineral berindeks bias
tinggi)
Contoh mineral: intan, korundum
(3) Kilap sutra (silky): seperti jalinan benang, timbul karena struktur serabut
Contoh mineral: gipsum, asbestos
(4) Kilap mutiara (pearly): seperti mutiara atau bagian dalam kulit kerang; biasanya
dimiliki oleh mineral dengan struktur berlapis
Contoh mineral: talk
(5) Kilap lemak (greasy): kesan permukaan berminyak
Contoh mineral: nefelin
(6) Kilap tanah (dull/earthy): kesan buram seperti tanah, tidak cemerlang ataupun
berkilau
Contoh mineral: kaolinit, limonit
(7) Kilap damar (resinous)
Contoh mineral: sphalerit

3. Kekerasan (hardness): ketahanan mineral terhadap goresan


Secara relatif, kekerasan ditentukan menggunakan skala Mohs, mulai dari skala 1 (mineral
terlunak) sampai skala 10 (mineral terkeras)

Tabel 1.1 Skala Mohs (kiri) dan Alat Penguji Kekerasan Mineral (kanan)
Skala Mohs Mineral
1 Talk Skala Mohs Alat Penguji
2 Gipsum 1,5 Ujung pensil
3 Kalsit 2,2 – 2,5 Kuku
4 Fluorit 3 – 3,5 Koin tembaga
5 Apatit 5 – 5,5 Pisau
6 Ortoklas 5,5 Pecahan kaca
7 Kuarsa 6–7 Pelat baja
8 Topaz 8 – 9 Amplas
9 Korundum
10 Intan

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 17


4. Cerat/gores (streak): warna mineral dalam bentuk bubuk
Cerat bisa sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat pada suatu
mineral tetap.
Contoh:
- Cerat pada hematit: merah tua
- Cerat pada emas: kuning
- Cerat pada pirit: hitam

Gambar 1.2.8 Cerat dari pirit yang diperoleh dengan cara menggoreskan pirit ke porselen

5. Belahan (cleavage): kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui


bidang-bidang yang rata dan licin
Belahan diklasifikasi berdasarkan kesempurnaan bidang belahannya dan jumlah arah bidang
belahannya. Berdasarkan kesempurnaan bidang belahanannya, terdapat 4 macam belahan,
yaitu:
a. Sempurna (perfect): bidang belahan sangat rata, sulit dipecah jika tidak melewati bidang
belahannya
b. Baik (good): bidang belahan rata, tapi masih bisa pecah pada arah lain
c. Jelas (distinct): bidang belahan jelas, tapi tidak begitu rata; bisa pecah pada arah lain
dengan mudah
d. Tidak sempurna (imperfect): bidang belahan sangat tidak rata; kemungkinan
menghasilkan belahan sangat kecil dan cenderung membentuk pecahan
Berdasarkan jumlah arah bidang belahannya, ada 4 macam belahan, antara lain:
a. Belahan 1 arah
Contoh mineral: muskovit, biotit
b. Belahan 2 arah
Contoh mineral: feldspar, gipsum
c. Belahan 3 arah
Contoh mineral: kalsit, halit
d. Belahan 4 arah
Contoh mineral: fluorit

Gambar 1.2.9 Feldspar beserta bidang belahannya (2 arah)

6. Pecahan (fracture): kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan
tidak teratur
Jenis-jenis pecahan:
a. Pecahan konkoidal: permukaan melengkung atau bergelombang seperti cangkang atau
kaca
Contoh mineral: kuarsa
b. Pecahan berserat (fibrous/splintery): pecah menjadi serat
Contoh mineral: asbestos
c. Pecahan tidak rata (uneven): permukaan kasar atau tidak rata
Contoh mineral: garnet
d. Pecahan rata (even): permukaan cukup rata
e. Pecahan runcing (hackly): permukaan tidak teratur, kasar, dan meruncing

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 18


Contoh mineral: tembaga
f. Pecahan tanah: pecahan tidak teratur dan seperti tanah
Contoh mineral: kaolinit

Gambar 1.2.10 Pecahan berserat (kiri) dan pecahan konkoidal (kanan)

7. Bentuk & struktur


Terdapat 3 macam bentuk mineral, antara lain:
a. Kristalin: apabila suatu mineral mempunyai bidang kristal yang jelas
b. Mineraloid: apabila suatu mineral berbentuk kristal yang masih prematur
c. Amorf: apabila suatu mineral memiliki susunan atom/molekul yang acak
8. Berat jenis: perbandingan/rasio antara berat mineral dengan berat air pada volume yang
sama

9. Sifat dalam (tenacity): reaksi mineral terhadap gaya/stress yang mengenainya (penekanan,
pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan, penghancuran, dll)
Macam-macam sifat dalam mineral:
a. Brittle (rapuh)
Contoh mineral: kuarsa
b. Sectile (dapat diiris)
Contoh mineral: gipsum
c. Ductile (dapat dipintal)
Contoh mineral: tembaga
d. Malleable (dapat ditempa)
Contoh mineral: emas
e. Elastic (lentur/kenyal)
Contoh mineral: muskovit
f. Flexible (fleksibel)
Contoh mineral: talk

10. Kemagnetan: reaksi mineral terhadap medan magnet di sekitarnya


Macam-macam sifat kemagnetan dalam mineral:
a. Ferromagnetik: mineral dengan sifat magnetik
Contoh mineral: magnetit, pirhotit, platina
b. Paramagnetik: mineral yang tidak mempunyai kemagnetan, namun merespon medan
magnet
Contoh mineral: garnet, biotit, turmalin
c. Diamagnetik: mineral yang tidak mempunyai kemagnetan dan tidak merespon medan
magnet
Contoh mineral: gipsum, halit, kuarsa

11. Sifat fisik khusus pada mineral tertentu


Contoh :
- Halit: rasanya asin
- Belerang: baunya menyengat
- Mineral karbonat: bereaksi dengan asam

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 19


- Grafit: terasa berminyak jika dipegang

MINERALOGI KIMIA
Beberapa mineral mempunyai rumus kimia yang tetap, seperti kuarsa (SiO2) dan kalsit (CaCO3).
Mineral lainnya memiliki rumus kimia variabel karena substitusi ionik yang tidak mengubah
struktur kristal, seperti olivin (Mg,Fe)2SiO4, piroksen (Mg,Fe)SiO4, dan plagioklas (NaAlSi3O8 –
CaAl2Si2O8). Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi Dana,
yang mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana membagi
mineral menjadi 8 golongan (Klein & Hurlbut, 1993), yaitu:
1. Unsur murni (native element): tersusun oleh 1 unsur kimia
Golongan ini dibagi lagi menjadi logam, semi-logam, dan non-logam.
Contoh mineral: emas (Au), perak (Ag), tembaga (Cu), bismuth (Bi), belerang (S), intan (C),
grafit (C)

Gambar 1.2.11 Contoh-contoh mineral unsur murni

2. Sulfida: kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang (S)


Contoh mineral: pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), galena (PbS), cinnabar (HgS), sphalerit (ZnS)

3. Oksida & hidroksida


Oksida: kombinasi antara oksigen dengan satu atau lebih macam logam
Contoh mineral: hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4), korundum (Al2O3), kasiterit (SnO2)
Hidroksida: kombinasi antara hidroksil dengan satu jenis logam atau lebih
Contoh mineral: limonit (FeO(OH).nH2O), bauksit (Al(OH)2.nH2O), goetit (FeOOH)

Gambar 1.2.12 Contoh-contoh mineral sulfida (kalkopirit, galena, pirit), oksida (magnetit,
kasiterit), dan hidroksida (goetit)

4. Halida: dicirikan oleh adanya dominasi ion halogenida yang elektronegatif, seperti Cl, Br, F,
dan I

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 20


Contoh mineral: halit (NaCl), silvit (KCl), fluorit (CaF2)

Gambar 1.2.13 Contoh-contoh mineral halida

5. Karbonat: kombinasi antara logam atau non-logam dengan ion CO3 (karbonat)
Hanya mineral karbonat yang sering dijumpai
Contoh mineral: kalsit (CaCO3), aragonit (CaCO3), dolomit (CaMg(CO3)2)

Gambar 1.2.14 Contoh-contoh mineral karbonat

6. Sulfat: dicirikan oleh kombinasi logam atau non-logam dengan ion sulfat (SO4)
Contoh mineral: barit (BaSO4), anhidrit (CaSO4), gipsum (CaSO4.2H2O)

Gambar 1.2.15 Contoh mineral sulfat (barit)

7. Fosfat: kombinasi antara logam atau non-logam dengan ion fosfat (PO4)
Contoh mineral: apatit (CaF(PO4)3), vanadinit (Pb5Cl(PO4)3)

Gambar 1.2.16 Contoh-contoh mineral fosfat

8. Silikat: mengandung ikatan Si dan O serta memiliki struktur yang sangat beraneka ragam
Silikat merupakan golongan mineral yang jumlahnya meliputi 25 % dari keseluruhan mineral
yang dikenal atau 40 % dari mineral yang umum dijumpai.
Contoh mineral silikat: kuarsa (SiO2), feldspar, olivin, piroksen, amphibol, opal, mika, garnet,
epidot, silimanit

Gambar 1.2.17 Contoh mineral silikat (kuarsa)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 21


MINERAL PEMBENTUK BATUAN (ROCK FORMING MINERAL)
Berdasarkan kelimpahannya dalam suatu batuan, mineral pembentuk batuan terbagi menjadi 2
macam:
1. Mineral essensial: mineral yang paling banyak menyusun komposisi suatu batuan dan
menentukan penamaan batuan tersebut
2. Mineral aksesori: mineral yang jumlahnya sedikit, namun tetap penting keberadaannya
pada suatu batuan beku

Berdasarkan komposisi kimianya, mineral pembentuk batuan dibagi menjadi 4 golongan:


1. Mineral sialik: kaya akan Si dan Al; berwarna cerah
Contoh mineral: feldspar, kuarsa, muskovit
2. Mineral mafik (ferromagnesia): kaya akan Mg dan Fe; berwarna gelap
Contoh mineral: olivin, piroksen, amphibol, biotit
3. Mineral lempung: terbentuk oleh proses pelapukan, diagenesis, dan alterasi
Contoh mineral: kaolinit, montmorilonit, illit, smektit
4. Mineral non-silikat: mineral yang terbentuk oleh proses sedimentasi
Contoh mineral: kalsit, dolomit, halit, gipsum

Mineral-mineral yang umum ditemukan pada batuan:


1. Batuan beku: kuarsa, feldspar, mika, piroksen, amphibol, dan olivin
2. Batuan sedimen: kuarsa, feldspar, mineral lempung, kalsit, kalsit, dolomit, gipsum, halit
3. Batuan metamorf: kuarsa, feldspar, mika, garnet, piroksen, staurolit, kyanit

Contoh-contoh mineral pembentuk batuan beserta penjelasannya:


1. Kuarsa
Ciri-ciri:
- Rumus kimia tetap (SiO2)
- Pecahan konkoidal
- Kekerasan 7
- Warnanya bervariasi (umumnya bening atau putih)

2. Kelompok feldspar
Ciri-ciri:
- Rumus kimia variabel ((K,Na,Ca)AlSi2O8)
- Belahan 2 arah
- Kekerasan 6
- Warna bervariasi (putih, pink, hijau)

Gambar 1.2.18 Contoh mineral kelompok feldspar

Mineral kelompok feldspar dibagi menjadi 2 golongan:


a. Alkali feldspar/potassium feldspar (K-feldspar)
Mineral: ortoklas, mikroklin, sanidin
b. Plagioklas feldspar (Na,Ca-feldspar)
(1) Na-plagioklas
Mineral: albit, oligoklas

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 22


(2) Ca-plagioklas
Mineral: anortit, bitownit
(3) Na,Ca-plagioklas
Mineral: andesin, labradorit

3. Kelompok amphibol
Ciri-ciri:
- Rumus kimia variabel (Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22)
- Belahan 2 arah
- Berbentuk prismatik panjang
- Berwarna hijau – hitam

Gambar 1.2.19 Contoh mineral kelompok amphibol (hornblende)

4. Kelompok piroksen
Ciri-ciri:
- Rumus kimia variabel (Mg,Fe)2SiO4(Ca,Na)(Mg,Fe,Al)(Al,Si)2O6)
- Belahan 2 arah
- Berbentuk prismatik pendek
- Warnanya gelap

Gambar 1.2.20 Contoh mineral kelompok piroksen

Mineral kelompok piroksen dibagi menjadi 2 golongan, yakni:


a. Ortopiroksen (sistem kristal ortorombik)
Mineral: hipersten ((Mg,Fe)SiO3), enstatit (MgSiO3), ferrosilit (FeSiO3)
b. Klinopiroksen (sistem kristal monoklin)
Mineral: augit (Ca(Mg,Fe,Al)(Al,Si)2O6), diopsid (CaMgSi2O6), hedenbergit (CaFeSi2O6)

5. Kelompok mika
Ciri-ciri:
- Rumus kimia variabel (K(Fe,Mg,Al)3(Al,Si)3O10(F,OH)2)
- Belahan sempurna dan 1 arah
- Berbentuk lapisan-lapisan tipis yang fleksibel
- Warnanya cerah – gelap

Gambar 1.2.21 Contoh mineral kelompok mika

Mineral: muskovit, biotit, flogopit

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 23


6. Kelompok olivin
Ciri-ciri:
- Rumus kimia variabel ((Mg,Fe)2SiO4)
- Pecahan konkoidal
- Warnanya hijau
- Terlihat seperti gelasan

Gambar 1.2.22 Mineral olivin


Mineral: forsterit (Mg2SiO4), fayalit (Fe2SiO4)

7. Kalsit dan dolomit


Ciri-ciri:
- Rumus kimia tetap (kalsit: CaCO3; dolomit: CaMg(CO3)2)
- Kristalnya berbentuk rhombohedral
- Bereaksi dengan asam

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 24


BAB 3 : BATUAN BEKU
PENDAHULUAN
Petrologi berasal dari kata “petra” (yang berarti batuan) dan logos (artinya ilmu). Jadi, petrologi
adalah cabang dari ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan (meliputi asal mula,
keterdapatan, struktur, dan sejarah terbentuknya). Batuan adalah material alam yang tersusun
atas kumpulan (agregat) mineral, baik yang terkonsolidasi maupun tidak, yang merupakan
penyusun utama kerak bumi, serta terbentuk sebagai hasil proses alam. Batuan dapat
digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan asal usul terbentuknya, antara lain:
1. Batuan beku
2. Batuan sedimen
3. Batuan metamorf
Ketiga jenis batuan tersebut saling berhubungan dalam siklus batuan.

Gambar 1.3.1 Siklus batuan

MAGMA DAN PENGENALAN BATUAN BEKU


Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan/konsolidasi magma atau lava yang
berasal dari dalam Bumi. Magma adalah lelehan batuan silikat panas yang terbentuk di alam,
bersifat mobile (bisa bergerak), mengandung material padat dan gas. Magma berasal dari
pelelehan parsial kerak bumi dan mantel bagian atas. Karena densitas magma lebih kecil
daripada batuan di sekitarnya, magma akan terus bergerak naik hingga mencapai permukaan
Bumi dan menghasilkan erupsi vulkanik. Magma yang mencapai permukaan Bumi disebut lava.

Magma yang sedang naik mendekati permukaan Bumi biasanya akan termodifikasi komposisi
kimia dan mineraloginya. Magma yang belum termodifikasi disebut magma induk (parental
magma atau primitive magma). Ada 3 macam proses modifikasi magma, antara lain:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 25


- Diferensiasi magma
Diferensiasi magma adalah proses yang menghasilkan magma turunan (derivative magma)
yang berbeda komposisi kimia dan mineraloginya dari magma induk. Umumnya, diferensiasi
magma terjadi dalam dapur magma di dalam kerak bumi (kedalaman < 10 km). Magma
dalam kondisi stagnan mendingin secara perlahan dan mengkristal. Mineral yang pertama
mengkristal dari suatu pendinginan magma merupakan mineral yang terakhir meleleh saat
pelelehan batuan.

Gambar 1.3.2 Proses diferensiasi magma

Selama berlangsungnya proses diferensiasi magma, terjadi pembentukan kristal mineral


secara perlahan-lahan dan bertahap, mulai dari mineral yang suhu pembentukannya paling
tinggi (komposisinya paling mafik) sampai mineral yang suhu pembentukannya paling
rendah (komposisinya paling felsik). Urutan terbentuknya mineral selama pendinginan
magma berlangsung tercantum dalam deret/seri reaksi Bowen. Seri reaksi Bowen dimulai
dari 2 cabang urutan mineral di sebelah kiri dan sebelah kanan. Cabang di sebelah kiri
merupakan cabang discontinue (tidak
menerus), artinya mineral-mineral yang
terbentuk tidak menerus (berbeda-beda
dari awal hingga akhir). Cabang di
sebelah kanan adalah cabang continue
(menerus) karena urutan mineral yang
terbentuk bersifat menerus (masih
dalam satu kelompok mineral, yaitu
plagioklas feldspar). Di bagian bawah
seri reaksi Bowen, kedua cabang ini
menyatu.

Gambar 1.3.3 Seri Reaksi Bowen

- Asimilasi magma
Asimilasi magma adalah perubahan komposisi magma akibat adanya reaksi antara magma
dengan batuan dinding yang komposisinya berbeda.

- Percampuran magma induk (magma mixing)


Dua jenis magma induk yang komposisi kimianya berbeda, bergabung membentuk magma
yang komposisi kimianya merupakan pertengahan antara kedua magma induk tersebut.

Secara umum, batuan beku dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:


1. Batuan beku ekstrusif/vulkanik: terbentuk di permukaan Bumi
- Berasal dari pembekuan lava
- Pembekuan lava terjadi karena pendinginan akibat kontak dengan air atau udara di

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 26


permukaan Bumi

Gambar 1.3.4 Contoh batuan beku ekstrusif

2. Batuan beku intrusif/plutonik: terbentuk di bawah permukaan Bumi


- Berasal dari pembekuan magma di bawah permukaan Bumi
- Pembekuan magma terjadi karena pendinginan akibat perpindahan panas secara
perlahan dari magma ke batuan sekitarnya
- Meskipun terbentuk di bawah permukaan Bumi,
batuan beku intrusif dapat muncul dan tersingkap
di permukaan Bumi karena adanya pengangkatan
tektonik dan erosi

Gambar 1.3.5 Contoh batuan beku intrusif yang telah mengalami pengangkatan dan erosi

KLASIFIKASI BATUAN BEKU


Pada dasarnya, batuan beku diklasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi penyusunnya.
Secara lebih detil, batuan beku dapat diklasifikasi berdasarkan:
1. Genetik (tempat terbentuknya)
a. Batuan beku plutonik: terbentuk jauh di bawah permukaan Bumi
b. Batuan beku hipabisal: terbentuk relatif dangkal di bawah permukaan Bumi
c. Batuan beku vulkanik: terbentuk dari magma/lava yang membeku relatif sangat cepat di
permukaan Bumi atau sangat dekat dengan permukaan Bumi

2. Indeks warna
a. Leucocratic: kurang dari 30 % mineral berwarna gelap
b. Mesocratic: 30 – 60 % mineral berwarna gelap
c. Melanocratic: lebih dari 60 % mineral berwarna gelap

3. Komposisi kimia
Batuan beku tersusun sebagian besar oleh mineral silikat. Ada 2 golongan mineral silikat,
yaitu:
- Felsik (feldspar-silika): non-ferromagnesia
- Mafik (magnesium-ferrik): ferromagnesia

Menurut komposisi kimianya, batuan beku dibagi menjadi 4 macam:


a. Batuan beku asam (felsik)
Komposisi kimia: > 66 % silika, kandungan K-feldspar > 1/3 feldspar total
b. Batuan beku intermediate (mafelsik)
Komposisi kimia: 52 – 66 % silika, kandungan plagioklas feldspar > 2/3 feldspar total,
kandungan plagioklas-Na > plagioklas-Ca
c. Batuan beku basa (mafik)
Komposisi kimia: 45 – 52 % silika, plagioklas-Ca lebih dominan daripada plagioklas-Na

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 27


d. Batuan beku ultrabasa (ultramafik)
Komposisi kimia: < 45 % silika, kandungan mineral mafik > 90 %

Gambar 1.3.6 Seri Reaksi Bowen dan kaitannya dengan mineral-mineral yang terkandung
dalam beberapa jenis batuan beku menurut komposisi kimianya

Gambar 1.3.7 Diagram kelimpahan mineral-mineral yang terkandung dalam berbagai jenis
batuan beku menurut komposisi kimianya

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 28


TEKSTUR DAN STRUKTUR BATUAN BEKU
Salah satu yang membedakan antara suatu batuan beku dengan batuan beku lainnya adalah
teksturnya. Tekstur adalah susunan dan ukuran kristal-kristal pada suatu batuan beku. Tekstur
batuan beku ditentukan oleh kecepatan pendinginan magma/lava. Semakin dalam (semakin
jauh di bawah permukaan Bumi) pembekuan magma terjadi, kecepatan pendinginan magma
akan semakin lambat. Begitu pula sebaliknya. Kecepatan pendinginan magma/lava berbanding
terbalik dengan ukuran kristal yang terbentuk. Semakin lama waktu pendinginan magma,
semakin besar ukuran kristal yang terbentuk. Penamaan tekstur batuan beku didasarkan pada 3
macam parameter, yaitu tingkat kristalisasi (kristalinitas), ukuran kristal (granularitas), dan
hubungan antar kristal (kemas).

Dari ketiga parameter penamaan tekstur batuan beku di atas, yang paling sering digunakan
adalah parameter kedua, yaitu ukuran kristal (granularitas). Istilah-istilah tekstur batuan beku
yang paling sering digunakan antara lain:
1. Faneritik (fanerik granular)
Pada tekstur ini, ukuran kristal-kristal cukup besar untuk dapat dilihat dan dibedakan antara
satu kristal dengan yang lainnya menggunakan mata telanjang. Biasanya, tekstur ini
ditemukan pada batuan beku intrusif.

2. Afanitik
Tekstur ini menunjukkan ukuran kristal-kristal yang sangat kecil, sehingga tidak dapat
dibedakan antara satu kristal dengan yang lainnya menggunakan mata telanjang. Umumnya,
tekstur ini ditemukan pada batuan beku ekstrusif.

Gambar 1.3.8 Tekstur faneritik (kiri) dan tekstur afanitik (kanan) pada batuan beku

3. Porfiritik
Batuan beku bertekstur porfiritik terdiri atas fenokris (kristal berukuran besar) dan massa
dasar / groundmass (matriks kristal berukuran kecil yang berada di sekeliling fenokris).
Tekstur ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Faneroporfiritik: massa dasarnya bertekstur faneritik
b. Porfiroafanitik: massa dasarnya bertekstur afanitik

Gambar 1.3.9 Contoh batuan beku yang mempunyai tekstur faneroporfiritik

4. Gelasan (glassy)
Tekstur gelasan terbentuk karena pembekuan lava yang terjadi relatif sangat cepat, sehingga
tidak sempat membentuk kristal (posisi ion-ion dan atom-atomnya acak).

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 29


Gambar 1.3.10 Contoh batuan beku (obsidian) yang mempunyai tekstur gelasan

5. Fragmental

Tabel 1.2 Penamaan beberapa batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi kimianya
Komposisi kimia → Asam Intermediate Basa Ultrabasa
Tekstur ↓
Faneritik Granit Diorit Gabro Peridotit
Afanitik Riolit Andesit Basalt Komatit
Faneroporfiritik Granit porfir Diorit porfir Gabro porfir Peridotit porfir
Porfiroafanitik Riolit porfir Andesit porfir Basalt porfir Komatit porfir

Gambar 1.3.11 Batuan beku (urut dari kiri ke kanan): granit, riolit, diorit, andesit, gabro, basalt

Struktur batuan beku adalah rupa fisik batuan beku dalam skala yang lebih besar dan luas.
Struktur menjelaskan hubungan antar kumpulan material penyusun batuan. Macam-macam
struktur batuan beku antara lain:
1. Masif: kompak dan solid tanpa rongga
2. Vesikuler: berlubang-lubang, merupakan bekas gelembung gas
a. Pumisan: lubang-lubang dan rongga-rongganya sangat banyak, densitas batuannya
rendah, dapat mengambang di atas air
b. Skoriaan: lubang-lubang dan rongga-rongganya sangat banyak, densitas batuannya
relatif lebih tinggi, tenggelam di dalam air

Gambar 1.3.12 Batuan beku berstruktur vesikuler: pumice / batuapung (kiri) dan scoria
(kanan)

3. Amigdaloidal: berlubang-lubang, lubang-lubangnya sudah terisi oleh mineral lain

4. Kekar (jointed): merekah-rekah, terkekarkan


a. Kekar tiang (columnar joint): rekahan batuan beku membentuk kolom-kolom poligonal
b. Kekar lembaran (sheeting joint): rekahan batuan beku membentuk lembaran-lembaran
c. Kekar gerus (shear joint): rekahan batuan beku yang saling menyilang

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 30


Gambar 1.3.13 Struktur kekar pada batuan beku: kekar tiang (kiri) dan kekar lembaran
(kanan)

5. Lava bantal (pillow lava): lava yang membeku di lingkungan air


membentuk struktur bantal

Gambar 1.3.14 Struktur lava bantal

BENTUKAN INTRUSI BATUAN BEKU


Di bawah ini adalah beberapa tipe tubuh batuan beku intrusi / terobosan:
1. Sill

Gambar 1.3.15 Contoh sill yang ada di alam

2. Lakolit (laccolith)

Gambar 1.3.16 Ilustrasi lakolit

3. Lopolit (loppolith)

Gambar 1.3.17 Ilustrasi lopolit

4. Pakolit (paccolith)

Gambar 1.3.18 Ilustrasi pakolit

5. Korok (dike)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 31


Gambar 1.3.19 Contoh dike yang ada di alam

6. Korok berbentuk cincin (ring dike)

Gambar 1.3.20 Ilustrasi ring dike

7. Urat (vein)
- Berbentuk tabular tipis
- Lebarnya beberapa cm

8. Stock
- Bentuknya relatif melingkar, diperpanjang, dan terorientasi vertikal
- Luas singkapan < 100 km2 (relatif kecil dibanding batholith)

Gambar 1.3.21 Contoh stock yang ada di alam

9. Batholith
- Berukuran sangat besar (luas singkapan mencapai ribuan km2)

Gambar 1.3.22 Contoh batholith yang ada di alam

10. Pluton
Istilah pluton mencakup seluruh tipe batuan beku intrusif. Istilah ini sering dipakai jika sulit
untuk mengklasifikasikan suatu tubuh intrusi batuan beku ke dalam istilah tertentu
(misalnya karena bentuk / geometrinya tidak diketahui).

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 32


BAB 4 : VULKANISME DAN PRODUKNYA
AKTIVITAS VULKANIK
Aktivitas vulkanik sering digambarkan sebagai proses yang menghasilkan bentukan struktur
kerucut (gunung) di permukaan Bumi yang bisa menghasilkan erupsi/letusan. Setiap gunung api
menghasilkan erupsi/letusan yang berbeda-beda kekuatan dan intensitasnya. Faktor-faktor
utama yang menentukan sifat, kekuatan, dan intensitas letusan suatu gunung api adalah:
- Komposisi magma
- Temperatur magma
- Kandungan gas dalam magma

Ketiga faktor di atas mempengaruhi viskositas magma. Viskositas sebanding dengan tingkat
kekentalan. Semakin tinggi viskositas magma, semakin sulit atau lambat magma tersebut
mengalir. Semakin tinggi temperatur magma, semakin rendah viskositasnya.

Tabel 1.3 Jenis-Jenis Magma dan Karakteristiknya


Komposisi Basaltik Andesitik Riolitik
Kandungan Silika ~50 % ~60 % ~70 %
Viskositas Rendah Sedang Tinggi
Kandungan Gas 1-2 % 3-4 % 5-6%
Kecenderungan Membentuk
Rendah Sedang Tinggi
Piroklastik
Gunung perisai Kubah lava
Struktur Vulkanik Plateau basalt Stratovolcano Aliran piroklastik
Kerucut sinder

Lava basaltik akan cenderung mengalir jauh (dapat mencapai 150 km). Magma basaltik
mengandung relatif sedikit gas karena gas-gas yang awalnya terkandung bisa lebih mudah lepas
ke udara akibat viskositasnya yang rendah. Dampaknya, erupsi gunung api yang dihasilkannya
bersifat efusif. Lepasnya gas-gas dari magma basaltik ke udara menghasilkan pancuran lava yang
tingginya bisa mencapai ratusan meter.

Lava riolitik akan cenderung mengalir pada jarak yang pendek dan biasanya membentuk aliran
yang tebal. Magma riolitik mengandung banyak gas karena gas-gas yang terkandung sulit lepas
ke udara akibat viskositasnya yang tinggi. Dampaknya, erupsi gunung api yang dihasilkannya
bersifat eksplosif. Gas-gas yang tertahan di dalam magma riolitik akan terus menumpuk,
sehingga tekanannya terus naik sampai akhirnya terjadi erupsi eksplosif yang melemparkan
batuan setengah leleh (semi-molten rock) ke udara.

Gambar 1.4.1 Erupsi efusif (kiri) dan eksplosif (kanan)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 33


PRODUK VULKANISME
Berdasarkan komposisi kimia magma, erupsi gunung api dapat menghasilkan lava, gas, dan
material piroklastik. Saat lava basaltik yang mengalir mulai mengental dan membeku, bagian
luarnya mulai memadat dan membentuk kulit tipis yang mengerut karena bagian bawahnya
masih mengalir dan belum membeku. Aliran lava ini dinamakan pahoehoe dan bersifat ductile.
Lava basaltik yang mulai mengental dan membeku tadi juga bisa membentuk aliran lava yang
disebut aa dan bersifat brittle.

Gambar 1.4.2 Lava pahoehoe (kiri) dan lava aa (kanan)

Dari hasil analisis sampel magma, dapat disimpulkan bahwa gas-gas yang terkandung di dalam
magma antara lain:
- Uap air (70 %)
- Karbon dioksida (15 %)
- Nitrogen (5 %)
- Belerang dioksida (5 %)
- Klorin, hidrogen, argon (5 %)

Magma yang tinggi kandungan silikanya (magma riolitik) akan cenderung menghasilkan banyak
material piroklastik. Material piroklastik terbentuk ketika batuan yang hancur lebur, gumpalan
lava, dan fragmen gelas dierupsikan oleh gunung api (magma yang keluar dari gunung api
terfragmentasi). Partikel-partikel abu dan debu (diameter < 2 mm) dihasilkan ketika magma
yang dierupsikan memiliki kandungan gas yang sangat tinggi.

Pada suatu letusan gunung api, kadang material piroklastik yang dierupsikan berukuran cukup
besar. Material piroklastik yang berukuran 2 – 64 mm disebut lapili (cinder), sedangkan yang
berukuran > 64 mm ada 2 jenis, yaitu block dan bomb. Block terbentuk dari lava yang mengeras
dan bentuknya meruncing. Bomb terbentuk dari lava pijar dan bentuknya membulat.

Gambar 1.4.3 Endapan partikel abu & debu (kiri) dan endapan lapili (kanan)

Gambar 1.4.4 Bomb (kiri) dan block (kanan)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 34


STRUKTUR VULKANIK
Sejarah erupsi setiap gunung api berbeda-beda dan unik, sehingga setiap gunung api memiliki
bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Meskipun begitu, vulkanologis telah mengenali bahwa
gunung-gunung api yang tipe letusannya mirip dapat dikelompokkan ke dalam satu kelompok
yang sama. Setelah dikelompokkan, secara umum ada 3 jenis struktur gunung api, yaitu:
1. Shield volcano (gunung api perisai)
Gunung api perisai terbentuk ketika terjadi erupsi lava basaltik yang lama kelamaan
membentuk struktur kubah yang landai dan meluas. Struktur gunung api ini hanya
mengandung sedikit material piroklastik dan memiliki kemiringan lereng yang landai.

Gambar 1.4.5 Struktur dalam gunung api perisai

Karena shield volcano berasosiasi dengan magma basaltik yang relatif encer, erupsi yang
dihasilkan tipe gunung api ini bersifat efusif. Gunung api perisai merupakan salah satu tipe
gunung api terbesar di Bumi. Contoh shield volcano: Gunung Mauna Loa (Hawaii, Amerika
Serikat)

2. Composite volcano / stratovolcano (gunung api kerucut)


Stratovolcano merupakan struktur gunung api berukuran besar yang bentuknya hampir
simetris. Gunung api ini tersusun oleh tumpukan lapisan-lapisan lava yang telah membeku
dan endapan material piroklastik yang dierupsikan oleh kawah utama/pusat. Umumnya,
struktur ini mengerupsikan lava yang viskositasnya tinggi (bisa andesitik maupun riolitik)
dalam waktu yang lama. Setelah itu, tipe erupsinya pun berubah dan mulai mengerupsikan
material-material piroklastik secara dahsyat. Stratovolcano dapat menghasilkan letusan
terdahsyat di dunia dan terkadang menghasilkan aliran piroklastik (pyroclastic flow) yang
berbahaya. Aliran piroklastik ini berupa awan panas (nuee ardente) yang terdiri atas awan
uap dan aliran abu turbulen yang menuruni lereng gunung api dengan kecepatan mencapai
200 km/jam. Selain itu, letusan stratovolcano sering menghasilkan aliran lumpur (mudflow)
yang disebut lahar. Contoh stratovolcano: Gunung Merapi (perbatasan Jawa Tengah – DIY).

Gambar 1.4.6 Struktur stratovolcano

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 35


Gambar 1.4.7 Awan panas (kiri) dan lahar (kanan)

3. Cinder cone (kerucut sinder)


Kerucut sinder terbentuk dari fragmen-fragmen lava (material piroklastik) yang tererupsikan.
Kerucut ini memiliki kemiringan lereng yang cukup curam (30 – 400), berukuran relatif kecil,
dan umumnya memiliki ketinggian < 300 meter. Kadang, kerucut sinder terbentuk di dekat
atau di lereng gunung api yang lebih besar. Contoh cinder cone: Sunset Crater (Arizona,
Amerika Serikat)

Gambar 1.4.8 Shield volcano (kiri), stratovolcano (tengah), dan cinder cone (kanan)

PIROKLASTIK
Batuan piroklastik sering disebut sebagai batuan beku fragmental (memiliki tekstur fragmental).
Kadang, batuan ini dikenal juga dengan nama batuan vulkaniklastik. Batuan piroklastik tersusun
oleh endapan piroklastik yang telah terkonsolidasi.

Jenis-jenis endapan piroklastik:


1. Piroklastik jatuhan (fall)
Endapan piroklastik jatuhan dihasilkan oleh erupsi vulkanik yang eksplosif. Pada awalnya,
material piroklastik disemburkan ke atmosfer dalam bentuk suspensi. Lalu, material
piroklastik tersebut turun kembali ke permukaan Bumi akibat gaya gravitasi. Endapannya
bersifat menutup (mantle bedding), menunjukkan ketebalan yang seragam, namun secara
lokal lebih tebal (terutama pada topografi yang lebih curam). Endapan ini memiliki sortasi
yang baik akibat adanya pemilahan oleh udara selama proses pengendapan. Material
berukuran besar berada lebih dekat dengan pusat erupsi gunung api daripada material
berukuran kecil. Material berukuran kecil bergerak ke atas akibat tekanan gas, lalu terbawa
oleh angin.

2. Piroklastik aliran (flow)


Endapan piroklastik aliran terbentuk oleh proses aliran permukaan dengan mekanisme aliran
debris piroklastik yang mengalir dengan campuran partikel-partikel padat dan gas panas
berkonsentrasi tinggi yang dihasilkan oleh erupsi vulkanik. Pergerakan alirannya dikontrol
oleh gaya gravitasi, proses erupsi, dan sebagian oleh kumpulan partikel selama mengalir.
Proses pengendapannya dikontrol oleh topografi (cenderung mengisi lembah dan depresi).
Endapannya menunjukkan struktur masif dan sortasi yang buruk.

3. Piroklastik surge
Endapan piroklastik surge berasal dari aliran partikel yang diangkut secara lateral dalam gas
turbulen. Endapan ini terbentuk secara langsung oleh erupsi freatomagmatik maupun

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 36


freatik. Piroklastik surge berasosiasi dengan piroklastik aliran. Pengaruh topografi pada
proses pengendapannya tidak sedominan pada endapan piroklastik aliran.

Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan ukuran fragmen (Wentworth dan Williams, 1932):
- Breksi vulkanik: tersusun atas fragmen-fragmen yang bentuknya meruncing berdiameter >
32 mm
- Aglomerat: tersusun atas fragmen-fragmen yang bentuknya membulat berdiameter > 32
mm
- Lapili: tersusun atas fragmen-fragmen yang berukuran antara 4 – 32 mm
- Tuff kasar: tersusun atas fragmen-fragmen abu kasar berukuran 0,25 – 4 mm
- Tuff halus: tersusun atas fragmen-fragmen abu halus berukuran < 0,25 mm

Gambar 1.4.9 Breksi vulkanik (kiri), aglomerat (tengah), dan lapili (kanan)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 37


BAB 5 : BATUAN SEDIMEN
PENGENALAN BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di atas permukaan Bumi (tekanan dan suhu
relatif rendah) dari hasil pelapukan batuan yang telah ada sebelumnya. Hasil lapukan tadi
tererosi lalu tertransport ke lokasi baru tempat ia terendapkan dan terlithifikasi. Urutan proses
pembentukan batuan sedimen adalah: pelapukan → erosi → transportasi → deposisi →
diagenesis. Diagenesis adalah konsolidasi dan lithifikasi kumpulan sedimen menjadi batuan
sedimen. Ada 2 jenis pelapukan yang dapat terjadi, yaitu pelapukan mekanik (fisik) dan kimiawi.

Hasil pelapukan batuan ditransport ke tempat lain. Partikel-partikel padat atau zat terlarut yang
tertransportasi ke suatu tempat dan terendapkan di tempat tersebut dinamakan sedimen.
Setelah terendapkan, akumulasi sedimen akan terlithifikasi (mengalami pembatuan). Proses-
proses yang terjadi pada sedimen saat lithifikasi adalah kompaksi dan sementasi. Kompaksi
(proses fisik) adalah pemampatan akumulasi sedimen menjadi batuan sedimen. Sementasi
(proses kimia) adalah penggabungan partikel-partikel sedimen oleh semen (yang berupa
mineral).

KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN


Secara umum, batuan sedimen dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
- Batuan sedimen klastik: batuan sedimen yang terbentuk dari kumpulan sedimen (partikel
padat hasil pelapukan batuan yang telah ada) yang terlithifikasi
- Batuan sedimen non-klastik: batuan sedimen yang terbentuk dari rekristalisasi zat-zat
terlarut

Batuan sedimen klastik dapat diklasifikasi berdasarkan ukuran material/butir-butir penyusunnya.


Ukuran material/butir-butir penyusun batuan sedimen diklasifikasikan dalam Skala Wentworth.
Nama suatu batuan sedimen klastik mencerminkan ukuran material/butir-butir sedimen
penyusun batuan sedimen klastik tersebut. Mineral yang paling umum ditemukan pada batuan
sedimen klastik adalah kuarsa dan mineral lempung.

Tabel 1.4 Skala Wentworth


Ukuran Partikel
Nama Partikel Nama Sedimen Nama Batuan
Sedimen (mm)
> 256 Boulder (bongkah)
64 – 256 Cobble (berangkal)
Gravel Konglomerat atau breksi
4 – 64 Pebble (kerakal)
2–4 Granule (kerikil)
1/16 – 2 Sand (pasir) Sand Batupasir
1/256 – 1/16 Silt (lanau)
Mud Batuserpih atau batulumpur
< 1/256 Clay (lempung)

Breksi dan konglomerat merupakan batuan sedimen klastik yang sama-sama tersusun oleh
partikel sedimen berukuran > 2 mm (gravel). Hanya saja, gravel penyusun breksi berbentuk
meruncing, sedangkan gravel penyusun konglomerat berbentuk membulat.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 38


Gambar 1.5.1 Breksi (kiri) dan konglomerat (kanan)

Batupasir (sandstone) adalah batuan sedimen klastik yang tersusun oleh kumpulan pasir
(partikel-partikel sedimen berukuran 1/16 – 2 mm). Batupasir menyusun hingga 20 % batuan
sedimen yang ada di Bumi. Mineral yang paling dominan ditemukan pada batupasir adalah
kuarsa.

Gambar 1.5.2 Batupasir kuarsa (kiri) dan batupasir arkose (kanan)

Batulumpur (mudstone) menyusun hingga 60 % batuan sedimen yang ada di Bumi. Jenis-jenis
batulumpur antara lain:
- Batulanau (siltstone): partikel-partikel sedimennya berukuran 1/256 – 1/16 mm
- Batulempung (claystone): partikel-partikel sedimennya berukuran < 1/256
mm
- Batuserpih (shale): partikel-partikel sedimennya berukuran 1/256 – 1/16
mm dan kenampakannya menyerpih (fissile)

Gambar 1.5.3 Batuserpih

Batuan sedimen non-klastik tersusun oleh sedimen-sedimen yang berasal dari presipitasi atau
rekristalisasi zat-zat yang terlarut dalam air. Presipitasi zat-zat yang terlarut dalam air dapat
terjadi karena 4 sebab, yaitu evaporasi, perubahan suhu, aktivitas kimia, dan aktivitas
organisme. Sedimen-sedimen non-klastik yang terbentuk oleh proses evaporasi, perubahan
suhu, ataupun aktivitas kimia disebut sedimen non-klastik anorganik. Sedimen-sedimen non-
klastik yang terbentuk oleh aktivitas organisme (terutama yang tinggal di laut) disebut sedimen
non-klastik biokimia. Berdasarkan sedimen-sedimen penyusunnya, batugamping dapat dibagi
menjadi 2 jenis:
- Batugamping kimia (anorganik): tersusun oleh sedimen-sedimen anorganik (berupa
kumpulan kristal hasil rekristalisasi zat-zat yang terlarut dalam air
Contoh: batugamping kristalin dan travertine
- Batugamping biokimia: tersusun oleh sedimen-sedimen organik (berupa kumpulan
cangkang organisme laut)
Contoh: batukapur (chalk), batugamping koral, dan coquina

Gambar 1.5.4 Travertine (kiri), batugamping koral (tengah), dan coquina (kanan)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 39


Rijang (chert) adalah batuan sedimen non-klastik yang kompak dan keras yang tersusun oleh
kumpulan mikrokristalin silika (SiO2).

Gambar 1.5.5 Tiga varietas rijang di alam: agate (kiri), jasper (tengah), dan flint (kanan)

Batuan sedimen evaporit adalah batuan sedimen yang terbentuk dari hasil presipitasi mineral-
mineral di dalam air akibat terjadinya evaporasi pada air. Contoh batuan sedimen evaporit
adalah batugaram (NaCl) dan batugipsum (CaSO4.2H2O).

Gambar 1.5.6 Batugaram (kiri) dan batugipsum (kanan)

Batubara tersusun atas materi organik yang berbentuk padat dan berasal dari gambut (peat).
Kualitas batubara ditentukan oleh kandungan air dan kandungan karbonnya. Semakin sedikit
kandungan airnya, semakin baik kualitas batubaranya. Semakin tinggi kandungan karbonnya,
semakin baik kualitas batubaranya. Urutan macam-macam batubara mulai dari yang kualitasnya
paling rendah hingga yang paling tinggi adalah:
- Peat (gambut) → asal batubara
- Lignit
- Sub-bituminus
- Bituminus
- Antrasit

Gambar 1.5.7 Batubara

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


Tekstur batuan sedimen adalah hubungan antar butiran/mineral penyusun batuan sedimen.
Tekstur batuan sedimen klastik ditentukan oleh tiga hal, yaitu ukuran butir sedimen, morfologi
butir sedimen, dan kemas (fabric). Ukuran butir sedimen dinyatakan dalam skala Wentworth.
Salah satu parameter ukuran butir sedimen untuk menyatakan tekstur suatu batuan sedimen
klastik adalah sortasi. Sortasi adalah derajat pemilahan butir sedimen dalam suatu batuan
sedimen klastik. Sortasi baik berarti besar butiran sedimennya relatif seragam. Sortasi buruk
berarti besar butiran sedimennya tidak seragam.

Gambar 1.5.8 Batuan sedimen klastik dengan sortasi baik (kiri) dan sortasi buruk (kanan)

Parameter-parameter untuk menentukan morfologi butir sedimen antara lain:


- Bentuk (shape): variasi panjang, lebar, dan tebal/tinggi butir sedimen
- Kebundaran (sphericity): pendekatan bentuk butir sedimen terhadap bentuk bola

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 40


- Kebulatan (roundness): kemulusan permukaan butir sedimen

Gambar 1.5.9 Hubungan antara jarak transport butir sedimen dengan kebulatan butir sedimen

Kemas (fabric) adalah orientasi, pengemasan (packing), dan kontak antar butir sedimen pada
suatu batuan sedimen klastik. Berdasarkan perbandingan antara kandungan fragmen dan
matriks, terdapat 2 macam kemas:
- Grain-supported: fragmen/butiran lebih dominan daripada matriks; butiran-butiran sedimen
saling bersinggungan
- Matrix-supported: matriks lebih dominan daripada fragmen/butiran; butiran-butiran
sedimen terlihat mengambang di dalam matriks

Gambar 1.5.10 Grain-supported (kiri) dan matrix-supported (kanan)

Perlapisan batuan sedimen berasal dari pembentukan lapis demi lapis sedimen yang
terakumulasi, lalu terlithifikasi. Perlapisan dapat ditunjukkan oleh perbedaan ukuran ataupun
warna butir-butir sedimen penyusun batuan sedimen. Perlapisan merupakan salah satu ciri khas
dari batuan sedimen. Setiap perlapisan batuan sedimen mempunyai ciri khas yang unik.
Variasi/keunikan pada perlapisan batuan sedimen mencerminkan lingkungan pengendapan
sedimen-sedimen tersebut (kondisi saat sedimen-sedimen tersebut diendapkan). Klasifikasi
lingkungan pengendapan sedimen:
1. Continental (daratan)
- Danau
- Aluvial (sungai)
- Gurun (desert)
- Glasial (glacier)
2. Garis pantai
- Delta
- Pantai
- Dataran pasang surut (tidal flats)
3. Laut
- Laut dalam
- Paparan benua (continental shelf)
- Terumbu organik (organic reef)
- Tepi benua (continental margin)
- Lereng benua (continental slope)

Klasifikasi struktur sedimen:


1. Struktur erosi (sole mark)
Struktur erosi terbentuk akibat erosi pada suatu permukaan lapisan sedimen yang telah
terkonsolidasi sebelumnya (biasanya pada batulumpur). Macam-macam struktur erosi:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 41


a. Scour mark: terbentuk akibat turbulensi arus air yang sifatnya erosif
b. Tool mark: terbentuk akibat jejak yang ditinggalkan oleh suatu objek pada permukaan
lapisan sedimen

Gambar 1.5.11 Contoh struktur scour mark (flute cast) dan tool mark (groove cast)

2. Struktur pengendapan
Struktur pengendapan terbentuk ketika suplai sedimen sedang diendapkan (syn-depositional
structure). Macam-macam struktur pengendapan:
a. Ripple mark
Struktur ripple mark bisa terbentuk karena 3 sebab, yaitu angin, arus air, dan gelombang
air laut. Struktur ripple mark yang terbentuk karena angin ataupun arus air akan
berbentuk asimetris, sedangkan yang terbentuk karena gelombang air laut akan
berbentuk simetris.

Gambar 1.5.12 Struktur ripple mark simetris (kiri) dan asimetris (kanan)

b. Gradasi
Struktur gradasi ada yang ditemukan dalam satu lapisan sedimen, ada juga yang
ditemukan dalam lebih dari satu lapisan sedimen membentuk suksesi perlapisan
sedimen. Gradasi dalam satu lapisan sedimen:
- Gradasi normal (normal graded bedding): makin ke atas, ukuran butir-butir sedimen
makin halus/kecil (fining upward)
- Gradasi terbalik (reverse graded bedding): makin ke atas, ukuran butir-butir
sedimen makin kasar/besar (coarsening upward)

Gambar 1.5.13 Gradasi normal (kiri) dan gradasi terbalik (kanan)

c. Perlapisan: ketebalan > 10 mm


d. Laminasi: ketebalan < 10 mm

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 42


e. Imbrikasi
Struktur imbrikasi umumnya dimiliki oleh
konglomerat. Butir-butir sedimen yang berukuran
gravel berbentuk discoid (memipih) dan
terimbrikasi (posisinya terorientasi miring).
Struktur ini dapat ditemukan pada endapan
sedimen akibat banjir (sheetflood deposit).
Sheetflood adalah banjir yang arusnya kuat,
menyebar luas ke daerah sekitar, dan terjadi dalam
periode yang pendek.

Gambar 1.5.14 Tipikal sheetflood deposit

f. Cross-stratification
Berdasarkan skala/ukurannya, struktur cross-stratification dapat dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
- Cross-lamination: skalanya kecil; dapat dihasilkan dari struktur ripple yang
menumpuk
- Cross-bedding: skalanya besar, dapat tersusun oleh gumuk pasir (sand dune)
ataupun endapan aliran sungai
Batuan sedimen berstruktur cross-bedding yang berasal dari gumuk pasir menandakan
bahwa batuan sedimen tersebut terbentuk di lingkungan eolian (gurun). Batuan sedimen
berstruktur cross-bedding yang berasal dari endapan aliran sungai menandakan bahwa
batuan sedimen tersebut terbentuk di lingkungan fluvial (sungai).

Gambar 1.5.15 Batupasir berstruktur cross-bedding yang berasal dari sand dune

3. Struktur pasca pengendapan


Struktur pasca pengendapan terbentuk setelah proses pengendapan sedimen terjadi,
terutama oleh proses deformasi sebelum terjadinya pembatuan (lithifikasi) kumpulan
sedimen secara sempurna (post-depositional structure). Macam-macam struktur pasca
pengendapan:
a. Load structure
Struktur beban (load structure) terbentuk akibat tekanan pada sedimen berupa lumpur
yang masih basah dan belum terkonsolidasi oleh sedimen berupa pasir di atasnya.
Faktor yang mendukung terbentuknya struktur ini adalah terdapatnya perbedaan
densitas antara pasir dan lumpur.

Gambar 1.5.16 Load structure

b. Flame structure
Struktur ini sejenis dengan load structure, namun bentuk intrusi lumpurnya lebih

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 43


melengkung dan mirip dengan nyala api (flame).

Gambar 1.5.17 Flame structure

c. Mud crack
Struktur mud crack terbentuk akibat kondisi basah dan kering yang datang secara
bergantian. Umumnya, struktur ini membentuk retakan poligonal. Mud crack bisa
terbentuk di cekungan gurun, danau yang dangkal, ataupun rawa.

Gambar 1.5.18 Struktur mud crack

d. Raindrop impression
Raindrop impression merupakan jejak tetes hujan yang dapat ditemukan pada lumpur
yang telah mengering. Struktur ini jarang ditemukan dan kadang berasosiasi dengan
struktur mud crack.

Gambar 1.5.19 Struktur raindrop impression

e. Slump structure
Struktur slump terbentuk pada lereng. Struktur ini berbentuk lipatan kecil yang miring.

Gambar 1.5.20 Struktur slump

f. Convolute bedding

4. Struktur biogenik
Struktur sedimen ini pada dasarnya termasuk struktur pasca pengendapan akibat adanya
gangguan organisme hidup pada sedimen. Macam-macam struktur biogenik:
a. Trace fossil
Trace fossil adalah fosil jejak (track, trail, ataupun burrow)
yang ditinggalkan oleh organisme pada sedimen. Trace
fossil tertentu mencerminkan lingkungan pengendapan
yang tertentu juga.

Gambar 1.5.21 Contoh struktur trace fossil

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 44


b. Bioturbasi
Bioturbasi adalah gangguan oleh organisme pada sedimen yang dapat merusak struktur
primer sedimennya.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 45


BAB 6 : BATUAN METAMORF

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat terjadinya metamorfisme (transformasi)
pada batuan yang telah ada sebelumnya. Metamorfisme tersebut terjadi pada fase padat
dengan suhu dan tekanan yang relatif tinggi. Batuan yang telah ada sebelumnya bisa jadi batuan
beku, batuan sedimen, ataupun batuan metamorf lainnya.

Batuan metamorf umumnya memiliki komposisi kimia yang sama dengan batuan asalnya
(kecuali hilangnya atau bertambahnya zat-zat volatil seperti H2O). Metamorfisme jenis ini
dikenal dengan nama metamorfisme isokimia. Kadang, komposisi kimia batuan berubah secara
ekstensif (biasanya karena larutan hidrotermal yang bersirkulasi pada batuan) saat terjadinya
metamorfisme. Metamorfisme ini dinamakan metasomatisme.

Metamorfisme terjadi secara bertahap mulai dari tingkat rendah (low grade) sampai tingkat
tinggi (high grade). Metamorfisme dicirikan oleh pertumbuhan mineral baru dari mineral yang
telah ada sebelumnya melalui rekristalisasi. Selain itu, metamorfisme juga dicirikan oleh adanya
deformasi (perubahan bentuk dan orientasi) mineral yang telah ada sebelumnya. Yang berperan
sebagai agen metamorfisme antara lain: panas (suhu yang tinggi), tekanan, dan fluida kimia yang
aktif.

Macam-macam metamorfisme:
- Metamorfisme kontak/termal: dihasilkan oleh naiknya suhu dalam batuan akibat
keberadaan magma di dekat batuan
- Metamorfisme regional/dinamotermal: terjadi selama pembentukan pegunungan di zona
orogenik atau zona subduksi; menghasilkan volume batuan metamorf yang sangat besar
- Metamorfisme dinamik: terjadi di zona patahan
- Metamorfisme terpendam/burial: terjadi di bagian dasar perlapisan sedimen yang tebal
pada cekungan sedimen
- Metamorfisme hidrotermal: alterasi kimia pada batuan oleh air panas yang kaya ion
- Metamorfisme kejutan/shock: terjadi akibat tumbukan meteor di permukaan Bumi

Gambar 1.6.1 Macam-macam metamorfisme

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 46


STRUKTUR DAN MINERALOGI BATUAN METAMORF
Derajat metamorfisme yang sebelumnya dialami oleh suatu batuan metamorf dapat terlihat dari
struktur dan komposisi mineral batuan metamorf tersebut. Suatu batuan yang mengalami
metamorfisme berderajat rendah akan berubah menjadi batuan metamorf yang sifatnya lebih
kompak dan lebih padat daripada batuan asalnya. Pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi,
beberapa mineral pada batuan yang mengalami metamorfisme tersebut akan mengalami
rekristalisasi menjadi kristal yang berukuran lebih besar. Selama terjadinya metamorfisme,
kristal-kristal dari beberapa mineral seperti mika (yang strukturnya melembar) dan hornblende
(yang strukturnya prismatik memanjang) akan mengalami rekristalisasi dengan orientasi
tertentu. Orientasi ini akan berarah tegak lurus terhadap arah tekanan/stress.

Gambar 1.6.2 Perubahan orientasi mineral pada granit yang termetamorfisme menjadi gneiss

Orientasi ini akan membuat batuan metamorf terlihat memiliki kenampakan berlapis (layered)
atau berpita (banded) yang dinamakan foliasi. Tidak semua batuan metamorf memiliki struktur
foliasi. Batuan yang mineral-mineralnya berbentuk ekuidimensional jika mengalami
metamorfisme akan berubah menjadi batuan metamorf dengan struktur non-foliasi. Semakin
tinggi derajat/intensitas metamorfisme, semakin besar ukuran kristal yang terbentuk dari
rekristalisasi dan semakin kasar foliasinya. Batuan metamorf berfoliasi diklasifikasi berdasarkan
derajat metamorfisme, ukuran kristal, tipe foliasi, dan banding (perlapisan).

Berdasarkan bentuk mineralnya, tekstur batuan metamorf dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
- Lepidoblastik: terdiri atas mineral-mineral berbentuk tabular seperti mika
- Nematoblastik: terdiri atas mineral-mineral berbentuk prismatik seperti hornblende/amfibol
- Granoblastik: terdiri atas mineral-mineral yang berbentuk granular, anhedral, dengan batas-
batas sutured
- Porfiroblastik: terdiri atas mineral-mineral yang berukuran tidak seragam

KLASIFIKASI BATUAN METAMORF


Batuan metamorf diklasifikasi berdasarkan struktur dan komposisinya (baik mineralogi ataupun
kimia). Berdasarkan strukturnya, batuan metamorf dibagi menjadi 2 jenis, yaitu batuan
metamorf foliasi dan batuan metamorf non-foliasi. Macam-macam batuan metamorf
berstruktur foliasi antara lain: slate (batusabak), phyllite (filit), schist (sekis), dan gneiss (genes).
Urutan keempat batuan metamorf tersebut dari yang derajat metamorfismenya terendah
sampai yang tertinggi adalah: slate → phyllite → schist → gneiss.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 47


Tabel 1.5 Batuan Metamorf Foliasi
Batuan Ukuran kristal Struktur Keterangan
Slate Mikroskopik - sangat halus Slaty cleavage Membelah lewat bidang lemahnya
Kilap sutra; dominan tersusun oleh
Phyllite Sangat halus - halus Phyllitic
muskovit dan klorit
Schist Medium - kasar Schistosic Dominan tersusun oleh mika
Gneiss Medium - kasar Gneissic Kenampakan banded atau layered

Contoh batuan metamorf non-foliasi:


- Marmer
Marmer terbentuk dari metamorfisme batugamping atau batudolomit.
Komposisinya adalah butir-butir kalsit yang saling mengunci (interlocking).

Gambar 1.6.3 Marmer

- Kuarsit
Kuarsit terbentuk dari metamorfisme batupasir kuarsa. Komposisinya adalah
butir-butir kuarsa yang interlocking.

Gambar 1.6.4 Kuarsit

- Metakonglomerat
Metakonglomerat terbentuk dari metamorfisme konglomerat. Kerakal-kerakalnya (pebble)
terdeformasi menjadi tampak memanjang. Tekstur yang dimiliki oleh
metakonglomerat adalah tekstur sisa (palimpsest) karena menunjukkan sisa
tekstur yang dimiliki oleh konglomerat.

Gambar 1.6.5 Metakonglomerat

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 48


BAB 7 : GEOLOGI SEJARAH DAN PALEONTOLOGI
GEOLOGI SEJARAH
Geologi sejarah merupakan bagian dari ilmu geologi yang khusus membahas tentang sejarah
Bumi. Ilmu ini membahas tentang Bumi sebagai badan angkasa sepanjang waktu geologi. Waktu
geologi adalah waktu yang diperlukan oleh suatu proses geologi. Waktu geologi terhitung dari
saat pembentukan Bumi (4,6 milyar tahun yang lalu) hingga saat ini.

Waktu geologi dibagi menjadi beberapa unit yang lebih pendek jangka waktunya. Unit waktu
geologi yang paling besar adalah eon (kurun). Satu eon dibagi menjadi beberapa era (masa).
Satu era dibagi menjadi beberapa period (zaman). Satu period dibagi menjadi beberapa epoch
(kala).

Tabel 1.6 Skala Waktu Geologi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 49


PALEONTOLOGI
Paleontologi adalah cabang ilmu geologi yang membahas tentang fosil. Fosil adalah sisa atau
jejak yang merupakan bukti adanya kehidupan di masa lalu yang terekam dan terawetkan
dalam batuan oleh proses alam. Masa lalu yang dimaksud adalah masa lalu geologis, yaitu kala
sebelum kala holosen (lebih dari 11.000 tahun yang lalu). Batuan yang mengandung fosil adalah
batuan sedimen dan batuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen yang tidak sepenuhnya
mengalami metamorfisme. Wujud fosil antara lain:
1. Body fossil (fosil tubuh): sisa yang berupa kerangka utuh atau fragmen kerangka
Body fossil dapat berupa:
a. Tubuh/cangkang asli
b. Mold: awetan berupa cetakan
c. Cast: awetan berupa cetakan dari cetakan

Gambar 1.7.1 Proses pembentukan mold dan cast

2. Trace fossil (fosil jejak): jejak yang merupakan rekaman kegiatan organisme
Trace fossil dapat berupa:
a. Track: awetan jejak berupa tapak kaki
b. Trail: awetan jejak berupa alur atau seretan
c. Burrow: awetan berupa lubang pada sedimen yang masih lunak
d. Boring: awetan berupa lubang pada sedimen yang sudah mengeras

3. Chemical fossil (fosil kimia): senyawa organik yang tersimpan dalam batuan hasil penguraian
dari tubuh organisme yang pernah ada

Syarat-syarat agar organisme yang telah mati dapat terawetkan sebagai fosil yang baik antara
lain:
- Mempunyai cangkang yang keras
Cangkang keras memungkinkan bagi organisme yang telah mati untuk tidak mudah rusak
oleh proses pembusukan, erosi, dan transportasi. Meski begitu, terdapat pengecualian pada
beberapa kasus.

- Berjumlah banyak dan berukuran kecil


Jika suatu organisme yang telah mati berjumlah banyak, maka kemungkinan masih ada sisa

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 50


yang relatif utuh seandainya sebagian besar di antara mereka mengalami kerusakan.
Organisme mati yang berukuran kecil sukar mengalami abrasi, sehingga dalam suatu batuan
yang bervolume kecil masih dijumpai banyak fosil yang berukuran kecil.

- Penguburan cepat
Agar terawetkan menjadi fosil yang baik, organisme yang telah mati seharusnya cepat
terkubur oleh sedimen yang relatif impermeabel. Tujuannya adalah agar organisme terbebas
dari pemangsa dan bakteri pembusuk serta terbebas dari pelapukan dan abrasi. Setelah
terkubur, organisme yang telah mati juga seharusnya tidak terserang air tanah yang bersifat
korosif.

- Tidak terkena proses tafonomik yang merusak


Proses tafonomik adalah proses yang bekerja pada fosil atau mengenai organisme yang telah
mati. Proses tafonomik yang merusak dan tidak menghasilkan fosil antara lain:
- Dimangsa oleh predator
- Busuk karena bakteri sebelum terkubur
- Hancur karena transportasi
- Terkubur secara lambat; hancur sebelum organisme sepenuhnya terkubur
- Terkubur secara lambat atau cepat; hancur karena proses tektonis, magmatis, atau
metamorfisme
- Terkubur secara lambat atau cepat pada batuan porous; hancur karena air tanah yang
korosif
Proses yang menghasilkan fosil adalah terkuburnya organisme yang telah mati secara cepat
pada batuan yang kedap air.

Organisme mati dapat berubah menjadi fosil lewat beberapa cara. Empat macam proses
pengawetan yang didasarkan pada komposisi sisa organisme ataupun perubahan yang telah
dialaminya antara lain:
- Pengawetan bagian lunak dari organisme
Agar bagian lunak dari organisme terawetkan, organisme harus terkubur dalam suatu
medium yang mampu menahan pembusukan bagian lunak dari organisme tersebut. Fosil
seperti ini dijumpai pada tanah yang beku (permafrost), tanah yang jenuh oleh tir, dan
getah. Selain itu, udara yang kering dapat mengakibatkan terjadinya proses desikasi pada
organisme, sehingga organisme tersebut segera terawetkan.

- Pengawetan bagian keras dari organisme


Ada 4 jenis bagian keras dari organisme yang dapat terawetkan, yaitu:
- Fosil karbonatan, contoh: cangkang kerang
- Fosil fosfatan, contoh: fosil gigi ikan hiu dan gading gajah
- Fosil silikaan, contoh: fosil Diatomae dan Radiolaria
- Fosil khitinan, contoh: fosil Arthropoda

- Pengawetan dari bagian keras yang telah mengalami perubahan


Macam-macam proses pengawetan dari bagian keras yang telah mengalami perubahan
antara lain:
- Karbonisasi atau destilasi
Destilasi terjadi karena zat organik pada organisme mengalami pembusukan setelah
terkubur. Selama proses dekomposisi, zat organik kehilangan gas dan cairannya. Dengan
demikian, yang tersisa hanyalah suatu lapisan tipis karbon.

- Petrifikasi atau permineralisasi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 51


Permineralisasi terjadi apabila air tanah yang mengandung mineral tertentu menyusup
ke pori-pori pada tulang, cangkang, atau material tumbuhan.

- Penggantian atau mineralisasi


Mineralisasi terjadi bila bagian keras yang asli dari suatu organisme terlarutkan oleh air
tanah, meninggalkan rongga yang bentukannya merupakan cetakan dari bagian keras
tadi. Proses ini segera diikuti oleh pengendapan senyawa lain pada rongga tersebut.

- Pengawetan sisa atau jejak organisme: mencakup mold, cast, dan trace fossil

Di bawah ini akan dibahas beberapa golongan (filum) makrofosil hewan invertebrata, yaitu:
- Coelenterata
Coelenterata merupakan golongan hewan multiseluler pembentuk koloni yang masih
primitif. Dalam keadaan hidup, Coelenterata dicirikan oleh adanya rongga tubuh seperti
kantung, dengan lubang mulut yang jelas dan sejumlah tentakel yang mengandung sel
penyengat. Coelenterata terbagi menjadi 3 kelas:
- Hydrozoa
- Scypozoa
- Anthozoa

Gambar 1.7.2 Bagian tubuh dari Coelenterata

- Brachiopoda
Brachiopoda adalah hewan invertebrata yang memiliki kedua cangkang yang saling
membuka dan menutup (valve). Brachiopoda dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu artikulata
dan inartikulata. Pada jenis artikulata, kedua engsel dihubungkan oleh semacam gigi
pertautan, otot, dan lekukan (socket). Pada jenis inartikulata, kedua cangkang tidak memiliki
pergigian. Keduanya disatukan oleh suatu sistem otot.

Gambar 1.7.3 Contoh Brachiopoda

- Moluska
Moluska merupakan hewan bertulang lunak. Filum ini termasuk kelompok besar golongan
invertebrata yang hidup di air dan di daratan. Mereka terbagi menjadi 5 kelas:
- Amphineura
- Schapopoda
- Gastropoda
- Pelecypoda
- Cephalopoda

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 52


Gambar 1.7.4 Contoh moluska: cephalopoda (kiri), gastropoda (tengah), dan pelecypoda
(kanan)

- Echinodermata
Echinodermata adalah kelompok hewan invertebrata yang tubuhnya berkulit duri. Filum
Echinodermata dibagi menjadi beberapa kelas:
- Asteroidea
- Blastoidea
- Crinoidea
- Echinoidea
- Holothuroidea
- Ophiuroidea

Gambar 1.7.5 Contoh Echinodermata (Asteroidea)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 53


BAB 8 : GEOLOGI STRUKTUR
PENDAHULUAN GEOLOGI STRUKTUR
Geologi struktur adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari bangun ruang tubuh batuan yang
dihasilkan oleh proses deformasi. Pergerakan yang mempengaruhi tubuh batuan padat
dihasilkan dari tenaga endogen (asal dalam Bumi). Pembahasan geologi struktur tidak terlepas
dari orogenesis, yaitu proses terangkat dan terlipatnya jalur kerak bumi oleh tenaga endogen
yang terjadi pada daerah relatif sempit dan berhubungan dengan tektonik lempeng. Secara luas,
proses orogenesis menyebabkan deformasi pada tubuh batuan kerak dan menghasilkan
berbagai struktur geologi, antara lain lipatan (fold), kekar (joint), dan patahan/sesar (fault).

Deformasi adalah proses perubahan pada tubuh batuan akibat gaya yang bekerja padanya.
Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan posisi, bentuk, dan volume. Batuan sedimen
dianggap terkena deformasi apabila kedudukannya tidak horizontal (miring/tegak). Kedudukan
lapisan batuan sedimen yang miring dinyatakan dalam notasi strike dan dip. Strike (jurus) adalah
arah suatu garis yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang horizontal dengan bidang
perlapisan batuan yang miring. Dip (kemiringan) adalah deviasi sudut maksimum dari suatu
bidang perlapisan batuan yang miring dari bidang horizontal.

Gambar 1.8.1 Ilustrasi strike dan dip

Deformasi sering juga disebut sebagai strain. Deformasi pada batuan terjadi akibat stress. Istilah
stress mirip dengan tekanan, yaitu gaya yang bekerja pada suatu permukaan per satuan luas.
Ada 3 jenis stress, yaitu:
- Compression (kompresi)
Kompresi dihasilkan akibat gaya eksternal yang saling berhadapan dan keduanya saling
menekan batuan. Batuan yang terkena kompresi akan mengalami pemendekan (shortening).

- Tension (ekstensi)
Ekstensi dihasilkan akibat gaya eksternal yang saling berhadapan dan keduanya saling
menjauhi batuan. Batuan yang terkena ekstensi akan mengalami pemanjangan.

- Shear
Shear stress dihasilkan akibat gaya eksternal yang bekerja saling sejajar, namun berlawanan
arah. Batuan yang terkena stress ini akan mengalami pergeseran.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 54


Gambar 1.8.2 Tiga jenis stress yang bekerja pada batuan: compression (kiri), tension (tengah),
dan shear (kanan)
Keterangan gambar 1.8.2:
- Gambar paling atas menunjukkan arah gaya eksternal yang bekerja pada batuan
- Gambar di tengah menunjukkan deformasi pada batuan yang bersifat ductile
- Gambar paling bawah menunjukkan deformasi pada batuan yang bersifat brittle

Material yang terkena deformasi bersifat elastis bila kembali ke bentuk semula ketika stress
dihilangkan. Saat batas elastisitas terlampaui, material akan mengalami deformasi yang bersifat
permanen. Deformasi permanen itu bersifat plastis bila material bersifat liat (ductile) dan
menghasilkan lipatan, atau bersifat patah bila material bersifat rapuh (brittle) dan menghasilkan
patahan. Sifat batuan yang ductile atau brittle tergantung pada berapa banyak deformasi plastis
yang dialaminya.

LIPATAN
Lipatan merupakan pembengkokan pada batuan. Struktur geologi ini terbentuk jika batuan
mengalami deformasi plastis akibat bekerjanya compressional stress (kompresi) selama selang
waktu tertentu pada batuan tersebut. Tidak hanya batuan yang bersifat ductile, batuan yang
bersifat brittle pun dapat mengalami perlipatan jika laju deformasinya (strain rate) rendah.

Lipatan dideskripsikan menurut bentuk dan orientasinya. Sisi dari sebuah lipatan disebut sayap
lipatan (limb). Kedua sayap lipatan bertemu di sebuah bagian yang bernama hinge. Garis yang
berimpitan dengan hinge adalah sumbu lipatan (fold axis). Lipatan yang mempunyai sumbu
lipatan tidak horizontal dinamakan lipatan
menunjam (plunging fold).

Gambar 1.8.3 Geometri lipatan

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 55


Berdasarkan bentuknya, ada 4 macam lipatan, yaitu:
1. Antiklin
Antiklin adalah lipatan yang dicirikan oleh lapisan batuan yang
terbengkokkan ke atas (menjadi cembung atau concave). Pada antiklin,
arah kemiringan kedua sayap lipatan saling menjauhi hinge.

Gambar 1.8.4 Antiklin

2. Sinklin
Sinklin adalah lipatan yang dicirikan oleh lapisan batuan yang terbengkokkan ke bawah
(menjadi cekung atau convex). Pada sinklin, arah kemiringan kedua
sayap lipatan saling mendekati hinge.

Gambar 1.8.5 Sinklin

3. Kubah (Dome)
Kubah adalah antiklin yang berbentuk melingkar atau elips.

4. Cekungan (Basin)
Cekungan adalah sinklin yang berbentuk melingkar atau elips.

Gambar 1.8.6 Contoh lipatan menunjam (antiklin menunjam)

Lipatan juga diklasifikasi menjadi beberapa macam menurut kenampakannya:


1. Lipatan simetris: kedua sayap lipatan miring ke arah yang berbeda dengan sudut kemiringan
yang sama
2. Lipatan asimetris: kedua sayap lipatan miring ke arah yang berbeda dengan sudut
kemiringan yang juga berbeda
3. Lipatan isoklinal: kedua sayap lipatan miring ke arah yang sama dengan besar dip yang
sama; terbentuk jika compressional stress terjadi secara intens
4. Lipatan menggantung (overturned/overfold): kedua sayap lipatan miring ke arah yang sama;
lapisan batuan pada salah satu sayap lipatan mulai terbalikkan
5. Lipatan rebah (recumbent): kedua sayap lipatan miring ke arah yang sama dengan posisi
axial plane mendekati horizontal; lapisan batuan pada salah satu sayap lipatan sudah
terbalikkan
6. Lipatan chevron: terdapat pembengkokan yang tajam (tidak melengkung) pada hinge-nya;
sayap lipatan membentuk pola zig-zag
7. Monoklin: terbentuk pada lapisan horizontal yang secara lokal memiliki kemiringan
8. Teras struktural: terbentuk pada lapisan miring yang secara lokal memiliki lapisan horizontal

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 56


Gambar 1.8.7 (Urut dari kiri ke kanan): lipatan simetris, lipatan asimetris, lipatan overturned,
lipatan recumbent

Gambar 1.8.8 Jenis-jenis lipatan isoklinal (urut dari kiri ke kanan): lipatan isoklinal vertikal,
lipatan isoklinal miring, lipatan isoklinal horizontal

Gambar 1.8.9 (Urut dari kiri ke kanan): lipatan chevron, monoklin, teras horizontal

KEKAR
Kekar adalah retakan pada batuan yang sisi-sisinya tidak mengalami pergerakan. Kekar sering
menjadi tempat mengalirnya fluida hidrotermal, ditandai dengan kehadiran urat (vein) mineral
tertentu hasil presipitasi atau kristalisasi dari fluida tersebut.

Kekar diklasifikasi menjadi beberapa macam berdasarkan penyebabnya, reaksi batuan terhadap
stress, dan kedudukan relatifnya. Berdasarkan penyebabnya, ada 3 macam kekar:
- Kekar tiang (columnar joint)
Kekar tiang terbentuk akibat pendinginan pada batuan beku
(biasanya basalt). Bentuk umum dari kekar jenis ini adalah
retakan poligonal (5 atau 6 sisi) yang berbentuk seperti tiang.

Gambar 1.8.10 Kekar tiang

- Kekar lembaran (sheeting joint)


Kekar lembaran mempunyai bidang kekar yang kira-kira sejajar
dengan permukaan tanah. Kekar ini terbentuk akibat
penghilangan beban batuan karena erosi.

Gambar 1.8.11 Kekar lembaran

- Kekar tektonik (tectonic joint)


Kekar tektonik terbentuk akibat gaya tektonik.

Gambar 1.8.12 Kekar tektonik

Kekar juga dapat dibagi menjadi 3 macam menurut reaksi batuan terhadap stress (compressional

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 57


stress), antara lain:
- Kekar gerus (shear joint)
Pola retakan yang terbentuk pada kekar gerus adalah menyilang dengan sepasang sudut
lancip dan sepasang sudut tumpul. Sepasang retakan yang berbentuk sudut lancip searah
dengan arah datangnya gaya eksternal yang dominan.

- Kekar ekstensi (extension joint)


Pada kekar ini, terbentuk jajaran bidang retakan yang searah dengan arah datangnya gaya
eksternal yang dominan.

- Kekar rilis (release joint)


Pembentukan kekar ini agak berbeda dengan kekar gerus maupun kekar ekstensi. Kekar
gerus dan kekar ekstensi terbentuk selama berlangsungnya stress, sedangkan kekar rilis
terbentuk setelah berlangsungnya stress. Awalnya, compressional stress menekan batuan.
Saat compressional stress menghilang, tubuh batuan berusaha kembali ke volume semula.
Namun, deformasi yang berlangsung menyebabkan terbentuknya jajaran bidang retakan
yang arahnya tegak lurus dengan arah datangnya gaya eksternal yang dominan. Dilihat dari
formasi rekahannya, kekar rilis agak mirip dengan kekar lembaran.

Gambar 1.8.13 Tiga macam kekar menurut reaksi batuan terhadap stress

PATAHAN/SESAR
Sesar adalah retakan pada batuan dengan terjadinya pergerakan di sepanjang bidang retakan.

Gambar 1.8.14 Geometri sesar

Di lapangan, sesar biasanya cukup sulit dikenali. Meski begitu, ada beberapa kenampakan di
lapangan yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya sesar, antara lain:
- Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan yang terpotong dengan tiba-tiba)
- Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 58


- Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores-garis, dll
- Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar, horses/slices,
milonit, dll
- Silisifikasi dan mineralisasi sepanjang zona sesar
- Perbedaan fasies sedimen
- Petunjuk fisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont scarp), triangular facet,
terpotongnya bagian depan rangkaian pegunungan structural

Berdasarkan orientasi pola tegasan yang utama, sesar dapat dibedakan menjadi:
1. Sesar anjak (thrust fault): tegasan maksimum dan menengah mendatar
Istilah thrust fault digunakan untuk sesar naik dengan dip bidang sesar kurang dari 450. Jika
suatu sesar naik memiliki dip bidang sesar lebih dari 450, maka istilah yang digunakan adalah
reverse fault. Istilah overthrust dipakai untuk sesar naik dengan dip bidang sesar yang landai
atau hampir datar.
2. Sesar normal: tegasan utama vertikal
3. Sesar geser (strike-slip fault): tegasan utama maksimum dan minimum mendatar
Sesar ini terdiri atas:
- Sesar geser sinistral (left-handed strike-slip fault)
Pada sesar geser sinistral, blok batuan sebelah kiri bergerak relatif mendekati pengamat.
- Sesar geser dekstral (right-handed strike-slip fault)
Pada sesar geser dekstral, blok batuan sebelah kanan bergerak relatif mendekati
pengamat.

Gambar 1.8.15 Beberapa macam sesar

Gambar 1.8.16 Sesar geser sinistral (kiri) dan sesar geser dekstral (kanan)

Selain yang telah dicantumkan di atas, ada beberapa jenis sesar lain yang spesifik, antara lain:
- Horst dan Graben
Extensional stress dapat menyebabkan sesar turun bisa terbentuk berderet/berjajar. Pada
deretan sesar turun ini, blok hanging wall bergerak turun karena ambles, sedangkan blok
foot wall tidak bergerak dan posisinya lebih tinggi daripada hanging wall. Horst adalah
struktur tinggian pada blok foot wall, dan graben adalah struktur rendahan pada blok
hanging wall.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 59


Gambar 1.8.17 Horst dan Graben

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 60


BAB 9 : GEOMORFOLOGI
PROSES GEOMORFOLOGI
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan Bumi (morfologi, bentuk
lahan (landform), atau bentang alam). Yang dipelajari dari bentang alam mencakup deskripsi,
wilayah sebaran/distribusi, dan proses terbentuknya. Proses geomorfologi adalah semua
peristiwa yang bersifat alami maupun non-alami yang berperan dalam mengubah bentang
alam yang telah terbentuk atau menghasilkan bentang alam baru. Berdasarkan asal sumber
tenaganya, proses geomorfologi dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Proses endogenik (asal dalam Bumi)
Proses ini merupakan proses membangun (konstruktif) karena menghasilkan bentang alam
yang baru. Ada 2 macam proses endogenik, yaitu:
a. Tektonik
Pada skala global, pancaran panas dari inti bumi menimbulkan aliran panas geotermal
dan konveksi pada mantel bumi. Arah gerakan aliran panas geotermal vertikal dari inti
bumi menuju kerak bumi menimbulkan amblesan tektonik (tectonic subsidence),
pengangkatan tektonik (tectonic uplift), dan seismik.

Ditinjau dari skala lokal maupun regional, proses tektonik menyebabkan terjadinya
epirogenesa dan orogenesa. Epirogenesa menghasilkan bentang alam struktural jenis
pegunungan blok (blocked faulted mountain). Gerak lempeng menyebabkan
orogenesa yang menghasilkan bentang alam struktural jenis pegunungan lipatan
(folded mountain)

b. Vulkanisme
Vulkanisme dalam skala global terbentuk melalui 2 cara, yaitu pemekaran lantai
samudera (sea floor spreading) dan subduksi antara 2 lempeng.

2. Proses eksogenik (asal luar Bumi)


Sumber utama proses eksogenik berasal dari radiasi matahari. Proses eksogenik tidak
pernah membentuk bentang alam baru tanpa merusak yang telah ada. Oleh karena itu,
proses eksogenik disebut juga proses merusak (destruktif). Proses eksogenik dibagi
menjadi 3 macam:
a. Degradasi
Bila terjadi secara normal, proses eksogenik diawali dengan degradasi di suatu tempat
dan diakhiri dengan agradasi di tempat lain. Degradasi pada morfologi dicirikan oleh
penurunan elevasi. Hasil akhir dari transportasi adalah agradasi di tempat lain.
1) Pelapukan
Pelapukan batuan ditandai oleh perubahan pada batuan asal. Pelapukan terjadi
pada bagian/zona litosfer yang tersingkap, kemudian mengalami interaksi dengan
proses eksogenik. Ada 2 jenis pelapukan, yaitu:
a) Pelapukan fisik (disintegrasi)
Pelapukan jenis ini lebih banyak berkembang di daerah beriklim relatif kering.
Salah satu ciri utama dari hasil pelapukan ini adalah pengurangan ukuran
batuan asal.

b) Pelapukan kimia (dekomposisi)


Pelapukan kimia secara umum lebih potensial berlangsung daripada
pelapukan fisik, apalagi di Indonesia yang beriklim tropis. Secara sederhana,

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 61


identifikasi di lapangan bahwa suatu batuan telah mengalami pelapukan kimia
adalah jika warna batuan tersebut telah berubah dari warna asalnya.

2) Erosi dan transportasi


Agen erosi & transportasi di alam antara lain aliran air, gelombang & arus laut,
angin, gletser, dan organisme.

3) Gerakan tanah
Gerakan tanah mempunyai kesamaan dengan proses erosi & transportasi, yaitu
adanya pelepasan dan pemindahan batuan dari induknya. Meskipun demikian,
gerakan tanah memerlukan waktu yang relatif lebih singkat dan cakupan luasan
daerahnya relatif lebih sempit dibandingkan dengan erosi & transportasi.

b. Agradasi
Setelah terjadinya erosi & transportasi, di tempat baru akan terjadi pengendapan.
Endapan yang terbentuk di tempat ini menghasilkan elevasi yang lebih tinggi dari
sebelumnya (agradasi).

c. Aktivitas organisme
Tumbuhan ikut berperan dalam proses geomorfologi, terutama dalam proses
pelapukan fisik maupun kimia. Hewan juga bisa ikut berperan. Aktivitas manusia tidak
tertutup kemungkinan sebagai agen proses geomorfologi. Bahkan, dampak degradasi
oleh manusia pada bentang alam lebih luas daripada yang dihasilkan oleh hewan
maupun tumbuhan.

3. Proses ekstra terrestrial (asal luar angkasa)


Jatuhan meteor merupakan proses geomorfologi dari luar angkasa yang paling umum
terjadi pada permukaan Bumi. Ukuran meteor yang jatuh bervariasi. Kalau ukurannya
terlalu kecil, jatuhan meteor ini tidak akan sampai membentuk bentang alam yang nyata.
Di dunia tercatat ada 2 lokasi jatuhan meteor yang sampai membentuk depresi/cekungan
dengan radius ratusan meter. Dua lokasi yang dimaksud adalah Siberia (Rusia) dan Arizona
(Amerika Serikat).

Bentang alam diklasifikasi menurut beberapa kriteria. Kriteria yang paling umum digunakan
adalah dominansi cara terbentuk (genesa), luasan wilayah pembentukan, dan kekhasan yang
terekam pada bentang alam yang bersangkutan.

BENTANG ALAM STRUKTURAL


Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh struktur
geologi daerah yang bersangkutan. Proses tektonik mengakibatkan terjadinya pengangkatan,
patahan, dan lipatan yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk
relief ini akan berubah akibat proses eksogenik yang berlangsung setelahnya. Kenampakan
yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang alam struktural antara lain:
- Pola pengaliran: variasinya biasanya dikontrol oleh variasi struktur geologi dan litologi
pada daerah tersebut
- Kelurusan (lineament) dari punggungan (ridge), puncak bukit, lembah, lereng, dll
- Bentuk bukit, lembah, dll
- Perubahan aliran sungai (misalnya secara tiba-tiba): kemungkinan dikontrol oleh struktur

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 62


kekar, sesar, atau lipatan

Pola penyaluran sungai yang dikontrol oleh struktur geologi adalah:


- Trelis terarah: pada homoklin landai atau pesisir landai dengan gosong pantai (beach
ridges)
- Trelis terlengkungkan: pada lipatan menunjam
- Trelis patahan: pada sesar-sesar yang tidak begitu paralel dan bercabang
- Rektangular: pada kekar atau sesar yang saling berpotongan tegak lurus
- Angulate: pada kekar atau sesar yang bertemu tidak pada sudut tegak lurus

Gambar 1.9.1 Pola penyaluran sungai yang dikontrol oleh struktur geologi (urut dari kiri ke
kanan): trelis terarah, trelis terlengkungkan, trelis patahan, rektangular, angulate

Macam-macam bentang alam struktural:


1. Bentang alam dengan struktur mendatar (lapisan horizontal):
a. Dataran rendah: dataran yang memiliki elevasi antara 0 – 500 kaki di atas permukaan
laut
b. Dataran tinggi (plateau): dataran yang memiliki elevasi lebih dari 500 kaki di atas
permukaan laut, berlereng sangat landai atau datar, posisinya lebih tinggi daripada
bentang lahan di sekitarnya

2. Bentang alam dengan struktur miring:


a. Cuesta: kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetris dengan sudut
kemiringan lereng yang searah dengan perlapisan batuan kurang dari 300
b. Hogback: kemiringan antara kedua sisi lerengnya relatif simetris dengan sudut
kemiringan lereng yang searah dengan perlapisan batuan lebih dari 300

Gambar 1.9.2 Bentang alam dengan struktur miring: cuesta (kiri) dan hogback (kanan)

3. Bentang alam dengan struktur lipatan:


Macam-macam lipatan dapat dilihat lagi pada bab 8.
a. Antiklin dan sinklin menunjam
b. Kubah
c. Cekungan

4. Bentang alam dengan struktur patahan


Macam-macam patahan dapat dilihat lagi pada bab 8. Ciri umum dari kenampakan
morfologi bentang alam struktural dengan struktur patahan adalah:
- Beda tinggi yang relatif mencolok pada daerah yang sempit
- Resistensi batuan terhadap erosi sangat berbeda pada posisi/elevasi yang hampir
sama
- Sistem gawir yang lurus (pola konturnya panjang, lurus, dan rapat)
- Adanya batas yang curam antara perbukitan/pegunungan dengan dataran rendah

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 63


- Adanya kelurusan sungai melalui zona patahan dan membelok dengan tiba-tiba
(menyimpang dari arah umum)
- Sering dijumpai kelurusan mata air pada bagian yang naik/terangkat
- Pola penyaluran sungai yang umum dijumpai adalah rektangular, trelis, contorted, dan
modifikasi dari ketiganya

Gambar 1.9.3 Triangular facet pada gawir pegunungan selatan

BENTANG ALAM VULKANIK


Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh vulkanisme.
Gunung api adalah tempat atau lubang keluarnya bahan pijar atau gas yang berasal dari dalam
Bumi ke permukaan Bumi. Gunung api memiliki ciri yang khas meliputi bentuk, tipe erupsi, dan
material yang dikeluarkan. Letusan gunung api diklasifikasi berdasarkan tekanan gas, derajat
kecairan magma, dan kedalaman dapur magma. Uraian klasifikasinya adalah sebagai berikut:
- Tipe Hawaii
Tipe letusan gunung api ini dicirikan oleh lava cair dan tipis yang dalam perkembangannya
akan membentuk tubuh gunung api perisai (shield volcano). Sifat magma yang sangat cair
memungkinkan terbentuknya lava pijar. Kandungan gas pada lava ini menyebabkan lava
yang ringan akan terlempar ke atas, sedangkan lava yang berat setelah gas hilang akan
tenggelam lagi. Tipe ini banyak ditemukan di Hawaii, seperti Gunung Kilauea dan Gunung
Mauna Loa.

- Tipe Stromboli
Tipe ini sangat khas untuk Gunung Stromboli dan beberapa gunung api lain yang sedang
meningkat aktivitas vulkaniknya. Magmanya sangat cair, di permukaan sering dijumpai
letusan pendek disertai ledakan. Material yang dikeluarkan berupa abu, bom vulkanik,
lapili, dan setengah padatan bongkah lava.

- Tipe Vulkano
Tipe letusan ini dicirikan oleh awan debu membentuk bunga kol karena gas yang
disemburkan ke atas meluas hingga berada jauh di atas kawah. Tipe ini memiliki tekanan
gas relatif sedang dan lavanya tidak terlalu cair. Berdasarkan kekuatan letusannya, tipe ini
dibedakan menjadi tipe vulkano kuat (contoh: Gunung Vesuvius dan Gunung Etna) dan
tipe vulkano lemah (contoh: Gunung Raung dan Gunung Bromo).

- Tipe Merapi
Tipe ini dicirikan oleh lavanya yang kental, dapur magma relatif dangkal, dan tekanan gas
yang agak rendah. Sifat magmanya yang kental akan membentuk sumbat atau kubah lava.
Kubah lava ini akan menyumbat pipa vulkanik dan menaikkan tekanan gas di dalam pipa
vulkanik. Jika kubah lava sudah tidak kuat menahan tekanan gas di dalam pipa vulkanik,
maka kubah lava ini akan gugur dan membentuk awan panas.

- Tipe Pelee
Tipe ini memiliki kekentalan magma yang hampir sama dengan tipe Merapi, tetapi
memiliki tekanan gas yang cukup besar. Ciri khasnya adalah adanya letusan gas ke arah
lateral.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 64


- Tipe Vincent
Tipe ini memiliki lava yang agak kental dan tekanan gas sedang, serta terdapat danau
kawah. Pada waktu meletus, keberadaan danau kawah ini menghasilkan lahar panas,
disusul oleh pelontaran material lepas seperti bom vulkanik, lapili, dan awan pijar.

- Tipe Perret atau Plinian


Tipe ini dicirikan oleh tekanan gas yang sangat kuat dan lava cair. Setelah letusan terjadi,
dapat terbentuk kaldera.

Gambar 1.9.4 Klasifikasi tipe letusan gunung api

Bentang alam vulkanik dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan kenampakan


morfologinya:
1. Kubah vulkanik
Kubah vulkanik merupakan morfologi gunung api yang bentuknya cembung ke atas.
Morfologi ini dibedakan lagi menjadi beberapa macam atas dasar asal kejadiannya:
a. Kerucut semburan dan kerucut perisai
Morfologi ini terbentuk oleh erupsi lava yang bersifat basaltis (encer).
b. Kubah sumbat (plug dome)
Morfologi ini terbentuk oleh erupsi lava yang bersifat granitis (kental).
c. Kerucut parasit (parasitic cone)
Morfologi ini terbentuk sebagai hasil
erupsi gunung api yang berada pada
lereng gunung api yang lebih besar.
d. Kerucut sinder (cinder cone)
Kerucut sinder merupakan kubah yang
terbentuk oleh letusan kecil yang
terjadi pada kaki gunung api, berupa
kerucut rendah dengan bagian puncak
tampak cekung datar.

Gambar 1.9.5 Beberapa jenis kubah vulkanik

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 65


2. Depresi vulkanik
Depresi vulkanik adalah morfologi bagian gunung api yang secara umum berupa cekungan.
Berdasarkan material pengisinya, depresi vulkanik dibedakan menjadi:
a. Danau vulkanik: depresi vulkanik yang terisi oleh air sehingga membentuk danau
b. Kawah: depresi vulkanik yang terbentuk oleh letusan dengan diameter maksimum 1,5
km dan tidak terisi oleh apapun selain material hasil letusan
c. Kaldera: depresi vulkanik yang belum tentu terbentuk oleh letusan, tetapi didahului
oleh amblesan pada komplek gunung api; ukurannya lebih dari 1,5 km

Gambar 1.9.6 Danau vulkanik (kiri) dan kawah (kanan)

3. Dataran vulkanik
Dataran vulkanik dicirikan oleh topografi yang datar dengan variasi beda tinggi (relief)
tidak mencolok. Macam-macam dataran vulkanik antara lain: dataran rendah basalt,
plateau basalt, dan dataran kaki gunung api.

4. Gunung api semu (pseudo volcano)


Gunung api semu adalah morfologi mirip kerucut gunung api. Material pembentuknya
berasal dari gunung api yang berdekatan. Gunung api semu bisa juga terbentuk oleh erosi
lanjut terhadap suatu gunung api yang sudah lama tidak menunjukkan aktivitasnya
(dormant/extinct volcano). Gunung api semu jenis lainnya adalah
leher vulkanik (volcanic neck), yaitu morfologi yang terbentuk bila
suatu kubah vulkanik tererosi hingga tinggal berbentuk kolom.

Gambar 1.9.7 Contoh volcanic neck

BENTANG ALAM FLUVIAL


Bentang alam fluvial adalah bentang alam yang pembentukannya erat kaitannya dengan
proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses di alam (baik fisika maupun kimia) yang
disebabkan oleh aksi air permukaan yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk
permukaan Bumi. Adanya air permukaan sangat dikontrol oleh keberadaan air hujan.

Macam-macam proses fluviatil:


1. Erosi
Erosi adalah peristiwa terkikisnya lapisan permukaan tanah atau batuan oleh agen alami
(khususnya air permukaan). Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi:
- Erosi vertikal: erosi yang arahnya vertikal dan cenderung terjadi di daerah hulu sungai;
menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai
- Erosi lateral: erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi di daerah hilir sungai,
menyebabkan sungai bertambah lebar

2. Transportasi
Transportasi adalah proses perpindahan/pengangkutan material oleh air permukaan yang
dinamis. Terdapat 2 mekanisme transportasi sungai, yaitu:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 66


a. Bed load
Pada mekanisme bed load, material terangkut sepanjang dasar sungai. Mekanisme ini
dibedakan menjadi 3 cara:
- Traksi: material yang diangkut oleh aliran sungai terseret di dasar sungai
- Rolling: material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai
- Saltasi: material terangkut dengan cara meloncat-loncat pada dasar sungai

b. Suspended load
Pada mekanisme suspended load, material terangkut dengan cara melayang dalam
tubuh air sungai. Mekanisme ini dibedakan menjadi 2 cara:
- Suspension: material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air sungai,
sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh
- Solution: material terangkut dengan cara terlarut dalam air sungai

Gambar 1.9.8 Berbagai macam mekanisme transportasi di sungai

3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terjadi bila sungai tidak mampu
lagi membawa material tersebut. Apabila energi angkut (energi kinetik) air sungai semakin
berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu,
kemudian disusul oleh pengendapan material yang lebih halus. Oleh karena itu, semakin
ke arah hilir sungai, ukuran material yang diendapkan semakin halus.

Gambar 1.9.9 Tiga jenis endapan sedimen yang berada di 3 zona sungai yang berbeda

Satu sungai atau lebih beserta anak sungai dan cabangnya dapat membentuk suatu pola atau
sistem tertentu yang dikenal sebagai pola pengaliran/pola penyaluran (drainage pattern). Pola
pengaliran dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
- Dendritik
Pola pengaliran dendritik berbentuk seperti pohon, dengan anak sungai dan cabang-
cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan. Umumnya, pola ini berkembang pada

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 67


daerah yang resistensi batuannya seragam. Litologi yang berasosiasi dengan pola dendritik
bisa berupa batuan sedimen datar (atau hampir datar), daerah batuan beku masif, daerah
lipatan, ataupun daeran batuan metamorf yang kompleks. Kontrol struktur tidak dominan
pada pola ini.

- Radial
Pola pengaliran radial berbentuk memusat atau menyebar dengan 1 titik pusat yang
dikontrol oleh kemiringan lerengnya.

- Rektangular
Pola pengaliran rektangular dicirikan oleh anak-anak sungai yang membentuk sudut tegak
lurus terhadap sungai utamanya. Umumnya, pola ini terdapat pada daerah patahan dan
kekar yang bersistem (teratur).

- Trelis
Pola pengaliran trelis berbentuk seperti daun dengan anak-anak sungai yang sejajar.
Sungai utama biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya,
pola ini terbentuk pada daerah dengan batuan sedimen yang berselang-seling antara yang
resistensinya tinggi dan rendah. Anak-anak sungai akan dominan terbentuk dari erosi pada
batuan sedimen yang resistensinya rendah.

- Annular
Pada pola pengaliran annular, sungai atau anak sungainya mempunyai penyebaran yang
melingkar mengikuti jurus perlapisan batuan. Pola ini sering dijumpai pada struktur kubah
berstadia dewasa dan merupakan perkembangan dari pola radial.

- Multibasinal
Multibasinal merupakan pola pengaliran yang tidak sempurna. Kadang, sungai nampak di
permukaan Bumi. Kadang juga sungai tidak nampak di permukaan Bumi karena masuk ke
bawah permukaan tanah melalui sinkhole menjadi sungai bawah tanah. Pola ini
berkembang pada bentang alam karst yang litologinya didominasi oleh batugamping.

- Contorted
Pada pola pengaliran contorted, aliran sungainya berbalik arah. Kontrol struktur yang
bekerja pada pola ini berupa pola lipatan yang tidak beraturan.

Gambar 1.9.10 Beberapa macam pola penyaluran (urut dari kiri ke kanan): dendritik, radial,
rektangular, trelis

Macam-macam bentang alam fluvial:


- Sungai teranyam (braided stream)
Sungai teranyam terbentuk pada bagian hilir sungai yang mempunyai kelerengan (slope)
hampir datar atau datar, alurnya luas, dan dangkal. Morfologi ini terbentuk karena adanya
erosi yang berlebihan pada bagian hulu sungai, sehingga terjadi pengendapan pada bagian
alurnya dan membentuk channel bar (sejenis bar deposit). Banyaknya channel bar
memberikan kesan teranyam pada aliran sungai ini.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 68


Gambar 1.9.11 Contoh sungai teranyam

- Endapan gosong (bar deposit)


Bar deposit adalah endapan sedimen yang berada di tepi atau tengah dari alur sungai.
Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong tengah (channel bar), sedangkan
endapan pada tepi sungai disebut gosong tepi (point bar).

Gambar 1.9.12 Endapan gosong di sungai: point bar (kiri) dan channel bar (kanan)

- Dataran banjir (flood plain) dan tanggul alam (natural levee)


Aliran sungai stadia dewasa mengendapkan sebagian material sedimen yang terangkut
pada saat banjir di sisi kiri dan kanan sungai membentuk dataran banjir. Dataran ini
biasanya hanya terendam oleh air sungai ketika
terjadi banjir. Aliran banjir pada sungai dapat
melambat secara tiba-tiba ketika air telah menyebar
di dataran banjir. Penurunan kecepatan aliran ini
akan mengendapkan sedimen di bagian pinggir
channel sungai membentuk tanggul alam.

Gambar 1.9.13 Diagram yang menunjukkan flood plain di sisi kiri dan kanan sungai serta
natural levee di tepi sungai

- Kipas alluvial (alluvial fan)


Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang banyak mengalir dari bukit atau
pegunungan ke dataran rendah, maka akan terjadi penurunan kecepatan aliran sungai
secara drastis. Hal ini menyebabkan terjadinya pengendapan material secara cepat
membentuk kipas alluvial. Kipas alluvial adalah suatu
endapan material sedimen lepas yang berbentuk seperti
kipas.

Gambar 1.9.14 Kipas alluvial

- Meander
Meander adalah kelokan channel pada dataran banjir sungai. Meander terbentuk apabila
suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas. Aliran
sungai melintasi dataran banjir tersebut dengan tidak teratur (terdapat pembelokan
aliran). Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang
menghalangi, sehingga alirannya membelok dan terus
melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah.

Gambar 1.9.15 Contoh meander

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 69


- Danau tapal kuda (oxbow lake)
Danau tapal kuda terbentuk jika lengkungan meander
terpotong oleh pelurusan aliran sungai.

Gambar 1.9.16 Danau tapal kuda

- Delta
Delta adalah morfologi hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah memasuki muara
sungai.

BENTANG ALAM KARST


Bentang alam karst adalah bentang alam yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa
batuan yang mudah larut oleh air (batugamping), menunjukkan relief yang khas, dan
penyaluran tidak teratur (multibasinal). Beberapa kondisi batuan yang menunjang
terbentuknya bentang alam karst adalah:
- Mudah larut dan berada di atau dekat permukaan
- Masif, tebal, dan terkekarkan
- Berada di daerah yang curah hujannya tinggi
- Dikelilingi lembah

Morfologi yang menyusun bentang alam karst dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Morfologi konstruksional
Morfologi konstruksional adalah morfologi yang dibentuk oleh proses pelarutan
batugamping atau pengendapan mineral karbonat yang dibawa oleh air. Berdasarkan
ukurannya, morfologi ini dapat dibedakan menjadi 2:
a. Morfologi minor
Morfologi minor tidak dapat diamati pada peta topografi atau foto udara. Ada
beberapa jenis morfologi minor, yaitu:
- Lapies
Lapies adalah morfologi yang tidak rata pada batugamping akibat adanya proses
pelarutan dan penggerusan.

- Karst split
Karst split adalah celah pelarutan yang terbentuk di permukaan.

- Parit karst
Parit karst adalah alur pada permukaan yang memanjang membentuk parit.

- Palung karst
Palung karst adalah alur yang berukuran besar dan lebar pada permukaan batuan.
Kedalamannya lebih dari 50 cm.

- Speleotherms
Speleotherms adalah hiasan pada gua yang merupakan endapan karbonat hasil
dari presipitasi pada air tanah yang membawanya masuk ke dalam gua. Ada 2
macam speleotherms, yaitu stalaktit (endapan tumbuh dari atap gua) dan
stalagmit (endapan tumbuh dari lantai gua). Stalaktit dan stalagmit yang menyatu
disebut pilar.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 70


- Fitokarst
Fitokarst adalah permukaan yang berlekuk-lekuk dengan lubang-lubang yang
saling berhubungan. Fitokarst terbentuk karena adanya pengaruh aktivitas
biologis, yaitu alga yang tumbuh di dalam batugamping.

Gambar 1.9.17 Beberapa morfologi konstruksional minor (urut dari kiri ke kanan): lapies,
karst split, parit karst, palung karst, dan speleotherms

b. Morfologi mayor
Morfologi mayor dapat diamati pada peta topografi atau foto udara. Ada beberapa
jenis morfologi mayor, yaitu:
- Surupan (dolina)
Dolina adalah depresi tertutup hasil pelarutan dengan diameter mulai dari
beberapa meter sampai beberapa kilometer. Kedalamannya bisa mencapai
ratusan meter. Bentuknya bundar atau lonjong.

- Uvala
Uvala adalah gabungan dari beberapa dolina.

- Polje
Polje adalah depresi tertutup yang besar dengan lantai datar dan dinding curam.
Pembentukannya dikontrol oleh litologi dan struktur.

- Jendela karst
Jendela karst adalah lubang pada atap gua yang menghubungkan dengan udara
luar. Morfologi ini terbentuk karena atap gua runtuh.

- Lembah karst
Lembah karst adalah lembah atau alur besar yang terbentuk oleh aliran
permukaan yang mengerosi batuan yang dilaluinya.

- Gua
Gua adalah ruang bawah tanah yang dapat dicapai dari permukaan dan cukup
besar untuk dapat dilalui oleh manusia.

- Terowongan dan jembatan alam (natural bridge)


Terowongan dan jembatan alam adalah lorong di bawah permukaan yang
terbentuk oleh pelarutan dan penggerusan air tanah pada batuan

Gambar 1.9.18 Beberapa morfologi konstruksional mayor (urut dari kiri ke kanan):
dolina, polje, jendela karst, lembah karst (blind valley), dan jembatan alam

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 71


2. Morfologi sisa pelarutan
Morfologi sisa pelarutan adalah morfologi yang terbentuk karena pelarutan dan erosi
sudah berlangsung sangat lama (mencapai stadia dewasa/tua) hingga meninggalkan sisa
pelarutan yang khas pada bentang alam karst. Macam-macam morfologi sisa pelarutan:
- Kerucut karst
Kerucut karst adalah bukit karst yang berbentuk kerucut, berlereng terjal, dan
dikelilingi oleh depresi.

- Menara karst
Menara karst adalah bukit sisa pelarutan dan erosi yang berbentuk menara dengan
lereng yang terjal (tegak atau menggantung), terpisah antara satu dengan yang
lainnya, dan dikelilingi oleh dataran alluvial.

Gambar 1.9.19 Morfologi sisa pelarutan: kerucut karst (kiri) dan menara karst (kanan)

BENTANG ALAM GLASIAL


Bentang alam glasial terbentuk pada lokasi yang sangat terbatas karena agen penyebabnya
adalah gletser (salju/es yang bergerak). Gletser dijumpai di daerah kutub, lintang tinggi pada
musim dingin, dan daerah berketinggian minimal 4000 meter di atas permukaan laut. Gletser
sebagai media erosi, sedimentasi, dan pembentuk bentang alam mempunyai kerapatan massa
yang tinggi. Hal itu mengindikasikan gletser akan masuk ke dalam celah batuan sambil
menggerus permukaan batuan lembah yang teralirinya. Jejak yang ditinggalkannya berupa
bentang alam minor berupa lekukan, tonjolan, goresan, dan penyemiran.

Tebing-tebing pada bentang alam glasial nyaris tegak, bahkan ada tebing yang menggantung
(hanging valley). Kenampakan tebing dan lembah pada bentang alam ini mirip huruf U dan
dalam. Kenampakan lembah yang dalam dengan tebing yang tegak dapat teramati sampai di
pantai membentuk pantai fjord.

Endapan hasil proses glasiasi sejenis dengan endapan lahar hasil proses fluvio-vulkanik. Sifat
endapan glasial memiliki tekstur: berukuran butir lempung – bongkah, kemas terbuka, dan
bongkah di atas (floating mass).

Gambar 1.9.20 Beberapa morfologi pada bentang alam glasial

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 72


BENTANG ALAM EOLIAN
Bentang alam eolian adalah bentang alam yang terbentuk karena adanya aktivitas angin.
Bentang alam ini banyak dijumpai di daerah gurun pasir. Proses-proses yang disebabkan oleh
agen angin meliputi:
- Erosi
Erosi oleh angin dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
- Deflasi: proses lepasnya tanah dan partikel-partikel kecil dari batuan yang diangkut
dan dibawa oleh angin
- Abrasi atau korasi: proses penggerusan batuan dan permukaan lain oleh partikel-
partikel yang terbawa oleh angin

- Transportasi
Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan cara transportasi oleh air.

- Pengendapan
Jika kecepatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka
material-material tersebut (debu dan pasir) akan diendapkan.

Dilihat dari proses pembentukannya, bentang alam eolian dapat dikelompokkan menjadi 2,
yaitu:
1. Bentang alam akibat proses erosi oleh angin
Bentang alam yang dihasilkan oleh proses erosi dibagi lagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Bentang alam hasil proses deflasi
- Cekungan deflasi
Cekungan deflasi adalah cekungan yang terbentuk akibat angin yang bertiup pada
daerah yang materialnya lunak dan tidak terkonsolidasi atau yang materialnya
tersementasi secara buruk. Material yang ada di daerah tersebut dipindahkan ke
tempat lain oleh angin.

- Lag gravel
Deflasi terhadap debu dan pasir meninggalkan material kasar (gravel) yang disebut
lagstone. Seiring berjalannya waktu, akumulasi tersebut akan membanyak dan
menjadi lag gravel.

- Desert varnish
Desert varnish adalah lagstone yang tipis, mengkilat, berwarna hitam atau coklat,
dan permukaannya tertutup oleh oksida besi.

Gambar 1.9.21 Bentang alam eolian hasil proses deflasi (urut dari kiri ke kanan):
cekungan deflasi, lag gravel, dan desert varnish

b. Bentang alam hasil proses abrasi


- Beveled stone

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 73


Beveled stone adalah material (batuan) lepas berukuran gravel yang
permukaannya licin/mengkilat karena proses abrasi oleh angin.

- Polish
Polish terbentuk pada batuan berukuran butir halus yang digosok oleh angin
berkekuatan lemah yang mengandung pasir (sand blast) atau lanau (silt blast),
sehingga batuan tersebut menjadi lebih mengkilat.

- Grooves
Angin yang membawa pasir bisa juga menggosok dan menyapu permukaan batuan
membentuk alur-alur yang disebut grooves.

- Sculpturing
Proses sculpturing menghasilkan morfologi batujamur, yaitu batu yang tererosi
oleh angin yang membawa pasir hingga bentuknya menyerupai jamur.

Gambar 1.9.22 Bentang alam eolian hasil proses abrasi (urut dari kiri ke kanan):
beveled stone, grooves, dan batujamur

2. Bentang alam akibat proses pengendapan oleh angin


Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Gumuk pasir (dune)
Gumuk pasir adalah timbunan pasir yang dapat bergerak atau berpindah dan
bentuknya tidak dipengaruhi oleh bentuk permukaan ataupun rintangan. Bentuk
gumuk pasir bisa bermacam-macam, tergantung pada banyaknya pertambahan pasir,
pengendapan di tanah, tumbuhan yang menghalangi, dan arah angin. Berdasarkan hal-
hal tersebut, gumuk pasir digolongkan menjadi beberapa jenis:
- Lee dune (sand drift)
Lee dune adalah punggungan pasir sempit yang berada di belakang batuan atau
tumbuhan. Dune ini mempunyai kedudukan yang tetap. Jika ada penambahan
jumlah pasir yang banyak, maka lee dune berkembang menjadi sand drift.

- Longitudinal dune
Bentuk longitudinal dune memanjang searah dengan arah angin yang efektif dan
dominan. Dune ini terbentuk karena angin tertahan oleh rumput atau pohon-
pohon kecil.

- Transversal dune
Transversal dune terbentuk pada daerah dengan penambahan pasir yang banyak
dan kering, serta angin bertiup secara tetap (misalnya di sepanjang pantai). Pasir
yang banyak itu akan membentuk timbunan berupa punggungan atau deretan
punggungan yang tegak lurus terhadap arah angin yang efektif dan dominan.

- Parabolic dune
Parabolic dune adalah dune yang berbentuk seperti sekop atau parabola. Dune ini
terbentuk karena dipengaruhi oleh adanya tumbuhan.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 74


- Barchan
Barchan merupakan dune yang mempunyai sayap searah dengan arah angin. Dune
ini terbentuk di daerah yang terbuka, tidak dibatasi oleh topografi atau tumbuhan,
arah angin selalu tetap, penambahan pasir terbatas, dan berada di atas batuan
dasar yang padat. Barchan berbentuk koma, dengan lereng yang landai pada
bagian luar (backslope), serta mempunyai puncak dan sayap.

- Seif
Seif adalah barchan yang salah satu sayap/lengannya jauh lebih panjang akibat
kecepatan angin yang lebih kuat pada lengan yang lebih panjang tersebut. Seif
berkembang dari barchan biasa dan bisa berkembang menjadi lee dune.

- Complex dune (star dune)


Complex dune terbentuk di daerah yang anginnya berubah-ubah serta pasir dan
vegetasinya agak banyak.

Gambar 1.9.23 Beberapa jenis gumuk pasir (1) (urut dari kiri ke kanan): lee dune,
longitudinal dune, transversal dune, parabolic dune

Gambar 1.9.24 Beberapa jenis gumuk pasir (2) (urut dari kiri ke kanan): barchan, seif,
complex dune

b. Loess
Loess merupakan material lepas berukuran halus yang menutupi daerah luas.
Ketebalan endapan loess berkisar dari beberapa meter hingga
ratusan meter. Loess berkomposisi partikel-partikel angular
berdiameter kurang dari 0,5 mm.

Gambar 1.9.25 Contoh endapan loess

Evolusi dari bentang alam eolian dapat menghasilkan beberapa macam morfologi:
- Kipas alluvial
Kipas alluvial adalah endapan material sedimen berbentuk seperti kipas yang berada di
bagian kaki bukit. Morfologi di bentang alam eolian yang mirip dengan kipas alluvial
disebut bajada.

- Danau playa
Danau playa terbentuk pada cekungan di antara bajada yang terisi oleh air hujan. Jika tidak
terisi oleh air (kering), maka daerah ini dinamakan playa.

Gambar 1.9.26 Danau playa

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 75


BENTANG ALAM DELTA DAN PANTAI
Delta merupakan endapan sedimen di muara sungai yang bentuknya menjorok keluar dari
garis pantai (seperti huruf D). Delta bisa terbentuk jika laju pembawaan sedimen oleh sungai
lebih besar daripada laju pendistribusian sedimen oleh proses-proses di pantai. Syarat-syarat
terbentuknya delta:
- Arus sungai di bagian muara mempunyai kecepatan yang minimum
- Jumlah material yang dibawa sungai cukup banyak
- Laut di daerah muara sungai cukup tenang
- Pantainya relatif landai
- Material yang terendapkan tidak terganggu oleh aktivitas air laut
- Tidak ada gangguan tektonik, kecuali penurunan dasar laut seimbang dengan
pengendapan sedimen sungai

Delta diklasifikasi berdasarkan proses fluvial dan influks sedimen serta proses laut (gelombang
dan arus bawah permukaan). Menurut dasar itu, delta dibagi menjadi 3 macam:
- Cuspate delta: didominasi oleh aksi gelombang laut
- Lobate delta: didominasi oleh aksi pasang surut
- Elongate delta (delta kaki burung): didominasi oleh aksi fluvial

Gambar 1.9.27 Tiga macam delta (urut dari kiri ke kanan): cuspate delta, lobate delta,
elongate delta

Pantai adalah jalur atau bidang memanjang yang terletak di antara daratan dan lautan. Tinggi
dan lebar pantai dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
morfologi pantai antara lain:
- Pengaruh diatropisme
- Tipe batuan
- Struktur geologi
- Perubahan naik turunnya muka air laut
- Pengendapan sedimen asal daratan/sungai, erosi daratan, dan angin

Klasifikasi pantai:
1. Berdasarkan naik turunnya muka air laut relatif terhadap pantai
a. Pantai tenggelam (submergence coast)
Pantai tenggelam terbentuk karena penenggelaman daratan atau naiknya muka air
laut. Ciri-cirinya adalah:
- Garis pantai tidak teratur
- Ada pulau-pulau di depan pantai
- Ada teluk yang dalam
- Ada lembah-lembah yang turun

Gambar 1.9.28 Pantai tenggelam

b. Pantai naik (emergence coast)


Pantai naik adalah pantai yang terbentuk oleh majunya garis pantai atau turunnya
muka air laut. Ciri-cirinya adalah:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 76


- Garis pantai relatif lurus
- Pantai relatif landai
- Terbentuknya undak-undakan pantai dan gosong pantai
atau tanggul-tanggul di muka pantai

Gambar 1.9.29 Pantai naik

c. Pantai netral
Pantai netral adalah pantai yang tidak mengalami penenggelaman ataupun penaikkan.
Ciri-cirinya adalah:
- Garis pantai relatif lurus melengkung
- Pantai relatif landai
- Ombak tidak besar
- Adanya delta plain, alluvial plain, dll

d. Pantai campuran
Pantai campuran adalah pantai yang kenampakannya merupakan campuran antara
pantai tenggelam dan pantai naik. Pantai ini terbentuk sebagai hasil dari naik turunnya
muka air laut.

2. Berdasarkan tenaga geomorfik


a. Pantai primer (muda)
Pantai primer terbentuk oleh tenaga-tenaga dari darat (erosi, pengendapan asal darat,
gunung api, sesar, dan lipatan).

b. Pantai sekunder (dewasa)


Pantai sekunder terbentuk oleh proses laut (erosi laut, pengendapan asal laut, dan
bentukan organik).

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 77


BAB 10 : STRATIGRAFI
HUKUM DASAR STRATIGRAFI
Stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang membahas tentang penyatuan, penamaan, dan
hubungan antar satuan batuan baik secara lateral maupun vertikal. Stratigrafi suatu daerah
pada umumnya digambarkan dengan urutan macam batuan yang ada di daerah tersebut,
mulai dari yang tertua hingga yang termuda. Urutan macam batuan ini dinyatakan dalam
bentuk kolom stratigrafi. Kolom stratigrafi harus disusun dan ditafsirkan dengan menggunakan
hukum dasar stratigrafi:
1. Hukum Uniformitarianisme (oleh James Hutton)
Hukum uniformitarianisme menyatakan bahwa peristiwa geologi yang terjadi di masa kini
juga terjadi di masa lalu, meskipun intensitasnya tidak selalu sama. Hukum ini bisa
dirangkum dalam satu kalimat, yaitu “the present is the key to the past”.

2. Hukum Original Horizontality


Hukum original horizontality menyatakan bahwa pada waktu baru terjadi, sedimen akan
terendapkan oleh pengaruh gravitasi mengikuti permukaan alas pengendapan, serta
mempunyai permukaan endapan yang horizontal, menerus, dan membaji di tepian
cekungan.

Gambar 1.10.1 Ilustrasi hukum original horizontality

3. Hukum Superposisi
Hukum superposisi menyatakan bahwa dalam keadaan tidak terganggu (oleh aktivitas
tektonik), lapisan batuan yang berumur tua akan berada di bawah lapisan batuan yang
berumur lebih muda.

Gambar 1.10.2 Ilustrasi perlapisan batuan sedimen yang horizontal (belum mengalami
gangguan tektonik)

4. Hukum Lateral Accretion


Hukum lateral accretion menyatakan bahwa dalam keadaan normal, dalam suatu urutan
proses pengendapan, perlapisan sedimen akan tumbuh (mengalami akresi) ke arah lateral.
Pembajian lapisan terjadi pada tepian
maupun dasar cekungan. Lapisan sedimen
yang berumur muda bisa terdapat di atas
maupun di samping lapisan sedimen yang
berumur tua.

Gambar 1.10.3 Ilustrasi hukum lateral accretion

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 78


5. Hukum Cross-Cutting Relationship (hubungan potong silang)
Hukum hubungan potong silang menyatakan apabila suatu tumpukan perlapisan batuan
diterobos oleh intrusi batuan beku, maka batuan beku yang menerobos tadi berumur lebih
muda daripada lapisan batuan termuda yang diterobos. Selain itu, ada variasi lain dalam
cross-cutting relationship, yaitu sesar dan lipatan. Dalam suatu urutan batuan yang
terpotong oleh sesar, umur sesar lebih muda daripada batuan termuda yang terpotong
oleh sesar tersebut. Pada suatu tumpukan perlapisan batuan yang terlipat, umur lipatan
lebih muda daripada batuan termuda yang terlipat.

Gambar 1.10.4 Ilustrasi hukum cross-cutting relationship

6. Hukum Inklusi
Hukum inklusi menyatakan bahwa batuan yang menginklusi selalu lebih tua daripada
batuan yang diinklusinya.

Gambar 1.10.5 Ilustrasi hukum inklusi

7. Hukum Biotic Succession (oleh Abbe Giraud-Soulavie)


Hukum biotic succession menyatakan bahwa dalam suatu urutan batuan secara vertikal,
kandungan fosilnya mengalami pergantian secara sistematis.

8. Hukum Strata Identified by Fossil (oleh William Smith)


Hukum strata identified by fossil menyatakan bahwa suatu perlapisan batuan dapat
dibedakan dari perlapisan batuan lainnya atas dasar ciri tertentu dari kandungan fosilnya.
Fosil yang mencirikan lapisan batuan tertentu pada rekaman stratigrafi disebut fosil
indeks.

KETIDAKSELARASAN
Kerak bumi terus menerus mengalami perubahan. Di saat erosi bekerja di suatu tempat,
pengendapan sedimen berlangsung di tempat lain. Ketika sedimen tidak terendapkan dalam
waktu yang lama atau ketika erosi menghilangkan lapisan sedimen yang telah terendapkan di
masa lalu, akan muncul ketidakmenerusan pada rekaman stratigrafi. Ketidakmenerusan ini
dinamakan ketidakselarasan (unconformity). Ada 4 macam ketidakselarasan dalam rekaman
stratigrafi, yaitu:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 79


- Disconformity (ketidakselarasan paralel)
Disconformity ditandai oleh adanya bidang erosi antara batuan sedimen yang berumur tua
dengan batuan sedimen yang relatif jauh lebih muda.

Gambar 1.10.6 Proses terbentuknya disconformity

- Paraconformity
Paraconformity mirip dengan disconformity, namun tidak disertai adanya bidang erosi
antara batuan yang berumur tua dengan batuan yang relatif jauh lebih muda.

- Nonconformity
Nonconformity adalah ketidakselarasan antara batuan sedimen dengan batuan beku atau
batuan metamorf di bawahnya. Ketidakselarasan ini ditandai oleh adanya bidang erosi
antara batuan beku intrusif atau metamorf yang berumur tua dengan batuan sedimen di
atasnya yang berumur lebih muda.

Gambar 1.10.7 Proses terbentuknya nonconformity

- Angular unconformity (ketidakselarasan menyudut)


Angular unconformity ditandai oleh adanya perbedaan kemiringan (dip) lapisan batuan
sedimen antara yang di bawah dengan yang di atas bidang erosi.

Gambar 1.10.8 Proses terbentuknya angular unconformity

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 80


BAB 11 : BENCANA KEBUMIAN
GERAKAN MASSA
Gerakan massa identik dengan istilah longsoran dan gerakan tanah. Longsoran adalah
gerakan tanah pada lereng melalui bidang gelincir yang lurus atau melengkung. Gerakan tanah
merupakan gerakan suatu massa tanah atau batuan yang menuruni lereng akibat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Jenis-jenis gerakan
massa tanah/batuan antara lain:
1. Creeping (rayapan tanah)
Rayapan tanah adalah gerakan massa tanah sepanjang bidang batas dengan batuan
induknya. Gerakannya sangat lambat, sehingga tidak dapat diamati secara langsung.
Gerakan ini baru diketahui bila sudah terlihat gejalanya, seperti adanya pohon atau tiang
listrik yang miring.

2. Mudflow (aliran lumpur)


Aliran lumpur adalah gerakan massa yang relatif cair dan gerakannya relatif cepat.

3. Debris flow (aliran bahan rombakan)


Aliran bahan rombakan adalah gerakan massa bahan rombakan yang kering dan bersifat
lepas. Gerakannya relatif cepat.

4. Rock fall (jatuhan batuan) dan debris fall (jatuhan bahan rombakan)
Rock fall dan debris fall adalah gerakan massa batuan atau bahan rombakan yang jatuh
bebas karena adanya tebing terjal menggantung. Gerakannya cepat.

5. Debris slide (geseran bahan rombakan) dan rock slide (geseran batuan)
Debris slide dan rock slide adalah gerakan massa batuan atau bahan rombakan yang
menggeser di sepanjang bidang rata dan miring.

6. Slump
Slump adalah geseran massa tanah melalui bidang gelincir yang melengkung.

7. Subsidence (amblesan)
Amblesan adalah gerakan massa tanah atau batuan yang relatif vertikal dan terjadi secara
perlahan-lahan.

Gambar 1.11.1 Beberapa jenis gerakan


massa tanah/batuan

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 81


Faktor pengontrol gerakan tanah:
- Kondisi geomorfologi (kemiringan lereng)
- Kondisi tanah atau batuan penyusun lereng
- Kondisi hidrologi lereng
- Penggunaan lahan

Gejala awal gerakan massa:


- Munculnya retakan lengkung memanjang pada lereng atau bangunan
- Terjadi amblesan tanah
- Terjadi penggembungan pada lereng
- Muncul rembesan air lumpur pada lereng
- Pohon-pohon atau tiang-tiang menjadi miring
- Berubahnya bentuk bangunan rumah
- Terdengar suara gemuruh dari atas lereng dan disertai getaran
- Air sungai tiba-tiba keruh dan agak naik (gejala banjir bandang)

LETUSAN GUNUNG API

Secara umum, sifat letusan gunung api dibagi menjadi 2, yaitu:


1. Letusan efusif
- Kekuatan letusan cenderung rendah (skala VEI 0 – 1)
- Sebagian besar (atau bahkan seluruh) produk letusan berupa lava basaltik yang
mengalir dengan cepat
- Potensi bahaya yang mengancam adalah lava pijar yang mengalir cepat dan jauh
2. Letusan eksplosif
- Kekuatan letusan cenderung tinggi (skala VEI 2 – 8)
- Sebagian besar produk letusan berupa material piroklastik dan sebagian kecil berupa
lava riolitik atau andesitik yang mengalir dengan lambat
- Potensi bahaya yang mengancam adalah jatuhan material piroklastik, aliran material
piroklastik (awan panas), banjir lahar panas ataupun dingin

Tabel 1.7 Skala VEI (Volcanic Explosivity Index)

Keberadaan gunung api memberi dampak pada lingkungan, baik dampak positif maupun
dampak negatif bagi manusia. Dampak positif adanya gunung api antara lain:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 82


- Panas bumi
- Sebagai taman wisata
- Sebagai daerah pertanian yang subur
- Sebagai daerah pengisian (recharge) air tanah bagi daerah di sekitar gunung api
- Sebagai daerah penyeimbang/pembagi hujan di daerah sekitarnya

Dampak negatif/bahaya akibat erupsi gunung api dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Bahaya langsung (primer):
- Aliran lava
Aliran lava bersifat pijar dan bersuhu tinggi (bisa mencapai 12000C). Jangkauan aliran
lava dari pusat erupsi bervariasi, tergantung pada viskositasnya. Semua benda yang
dilaluinya akan hangus dan terbakar.

- Bom vulkanik
Bom vulkanik berwujud batuan yang panas dan pijar berukuran 10 cm – 2 m. Batuan
ini dapat terlempar dari pusat erupsi hingga sejauh 10 km. Bom vulkanik dapat
menimbulkan kebakaran pada hutan, pemukiman, dan lahan pertanian. Bila jatuh di
tanah, maka bom vulkanik akan hancur dan mengeluarkan letusan.

- Pasir lapili
Pasir dan lapili merupakan material letusan yang ukurannya lebih kecil dari bom
vulkanik. Saat terjadi letusan, pasir dan lapili dapat terlempar hingga puluhan
kilometer. Karena bebannya, pasir dan lapili ini dapat menghancurkan atap rumah,
merusak lahan pertanian, bahkan dapat membunuh tanaman.

- Awan panas
Awan panas merupakan campuran yang pekat antara gas, uap air, dan material halus
yang bersuhu tinggi (hingga mencapai 12000C). Campuran ini berupa suspensi yang
berat, sehingga mengalir menuruni lereng gunung api seolah-olah meluncur.
Luncurannya dapat mencapai 20 km dan membakar apapun yang dilaluinya.

- Abu vulkanik
Abu vulkanik merupakan material yang paling halus dari suatu letusan gunung api.
Ukurannya berkisar dari kurang dari 1 mikron (1 μm) hingga 0,2 mm. Bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh abu vulkanik antara lain mengganggu penerbangan,
mengganggu pernapasan, dan menimbulkan penyakit silikosis.

- Gas beracun
Gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh gunung api antara lain CO, CO2, H2S, HCN,
H3As, NO2, Cl2, dll.

2. Bahaya setelah terjadinya letusan (sekunder)


Bahaya sekunder yang dimaksud berupa aliran lahar. Lahar terbentuk dari batuan yang
dilemparkan dari pusat erupsi, baik berupa bom vulkanik, block, lapili, tuff, abu, maupun
longsoran kubah lava. Apabila terjadi hujan lebat yang bersamaan atau setelah erupsi,
maka endapan material hasil erupsi tersebut akan terangkut oleh aliran air membentuk
aliran bahan rombakan yang disebut aliran lahar. Aliran lahar ini mempunyai kekuatan
merusak yang besar dan akan menerjang apapun yang ada di depannya (pemukiman,
hutan, lahan pertanian, dll).

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 83


GEMPA BUMI

Gempa bumi adalah pelepasan energi secara tiba-tiba yang menimbulkan getaran atau
guncangan yang menyebar ke segala arah akibat pensesaran (pembentukan patahan) atau
proses subduksi.

Ada 2 istilah yang berkaitan dengan pusat gempa bumi, yaitu hiposenter dan episenter.
Hiposenter adalah titik pusat (fokal) yang merupakan sumber gempa di bawah permukaan
bumi. Episenter adalah titik di permukaan bumi yang merupakan proyeksi vertikal dari
hiposenter.

Gelombang seismik merupakan gelombang mekanik yang merambat dari titik hiposenter
gempa bumi ke segala arah melalui material tertentu. Ada 2 jenis gelombang seismik, yaitu:
1. Body wave
Body wave dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Gelombang P (Primer)
- Merupakan gelombang seismik yang paling cepat merambat (v ≈ 7 km/s)
- Bisa merambat melalui material padat, cair, maupun, gas
- Merupakan gelombang kompresional atau gelombang longitudinal
- Amplitudo gelombang searah dengan arah perambatan gelombang

Gambar 1.11.2 Perambatan gelombang primer

b. Gelombang S (Sekunder)
- Kecepatan perambatannya 1,7 kali lebih lambat daripada gelombang P (v ≈ 4
km/s)
- Hanya bisa merambat melalui material padat
- Merupakan gelombang shear atau gelombang transversal
- Amplitudo gelombang tegak lurus terhadap arah perambatan gelombang

Gambar 1.11.3 Perambatan gelombang sekunder

2. Surface wave
- Merambat tepat di bawah atau sepanjang permukaan Bumi
- Kecepatan perambatannya lebih lambat daripada body wave
- Merupakan gelombang yang merusak di permukaan Bumi
Surface wave dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Gelombang L (Love): material yang dilewatinya bergerak secara menyamping

Gambar 1.11.4 Perambatan gelombang Love

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 84


b. Gelombang R (Rayleigh): material yang dilewatinya bergerak secara menggulung
(eliptik retrograd)

Gambar 1.11.5 Perambatan gelombang Rayleigh

Magnitudo gempa bumi diukur dengan Skala Richter (SR). Skala yang digunakan untuk
mengklasifikasikan gempa bumi berdasarkan intensitasnya, tingkat keterasaannya oleh
manusia, dan tingkat kerusakannya pada bangunan adalah skala MMI (Modified Mercalli
Intensity). Skala ini berkisar dari skala I – XII.

Tabel 1.8 Skala MMI


Skala MMI Observasi
I Instrumental Dirasakan oleh sedikit orang; hampir tak terasa
II Lemah Dirasakan oleh sedikit orang, terutama di lantai teratas bangunan

III Sedikit Dirasakan di dalam ruangan, terutama di lantai teratas bangunan

IV Menengah Dirasakan oleh banyak orang di dalam ruangan dan beberapa orang di luar ruangan; terasa seperti
guncangan truk berat yang lewat
V Agak kuat Dirasakan oleh hampir semua orang, beberapa orang terbangun; benda-benda kecil bergerak,
pepohonan dan kolam renang dapat bergetar
VI Kuat Dirasakan oleh setiap orang, sulit untuk berdiri; perabotan rumah berat tergeser, beberapa plafon
rumah jatuh, atap mungkin mengalami kerusakan
VII Sangat kuat Kerusakan ringan – sedang terjadi pada bangunan berkualitas sedang, kerusakan parah terjadi pada
bangunan berkualitas buruk, beberapa tembok runtuh
VIII Merusak Kerusakan kecil terjadi pada bangunan berkualitas bagus, kerusakan sedang pada bangunan
berkualitas sedang, dan banyak kerusakan pada bangunan berkualitas buruk; beberapa dinding
runtuh
IX Hebat Kerusakan sedang pada bangunan berkualitas bagus, bangunan mengalami pergeseran pondasi, ada
retakan di permukaan tanah, kerusakan parah, longsoran lereng
X Sangat hebat Kebanyakan bangunan batu, kolom, dan pondasi hancur; retakan lebar di permukaan tanah,
kerusakan tanah, longsoran lereng
XI Ekstrem Kerusakan total, hanya sedikit bangunan utuh; jembatan hancur, retakan lebar di permukaan tanah,
perambatan surface wave terlihat di permukaan
XII Bencana Kerusakan total, perambatan surface wave terlihat di permukaan, benda terlempar ke udara

Dampak gempa bumi:


- Kerusakan bangunan
- Kebakaran
- Tsunami
- Gerakan massa

TSUNAMI
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang melanda wilayah pantai dan daratan akibat
terjadinya peristiwa geologi di dasar laut. Peristiwa geologi yang dimaksud adalah gempa
bumi, letusan gunung api, atau longsoran bawah laut.

Saat awal pembentukannya di tengah lautan, gelombang tsunami mempunyai karakteristik:


kecepatan sangat tinggi, panjang gelombang sangat panjang, dan amplitudo yang rendah.
Karena amplitudonya rendah saat masih di tengah lautan, tak heran jika gelombang tsunami
tidak dapat dirasakan oleh kapal yang berada di tengah lautan. Ketika mendekati pantai,

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 85


karakteristik gelombang tsunami berubah menjadi: kecepatan melambat, panjang gelombang
memendek, dan amplitudo meningkat. Dampak dari meningkatnya amplitudo ini adalah
ketinggian gelombang tsunami yang meningkat saat mendekati pantai dan menjadi berbahaya.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 86


BAB 12 : GEOFISIKA
METODE GEOFISIKA
Geofisika adalah ilmu yang mengaplikasikan konsep dasar fisika untuk mempelajari Bumi (baik
permukaan maupun struktur dalamnya). Gejala geofisik yang diukur ada yang bersifat alami
maupun buatan. Gejala alam diukur dengan metode geofisika pasif, sedangkan gejala buatan
diukur dengan metode geofisika aktif.

Macam-macam metode geofisika pasif:


1. Metode gravitasi
Metode ini digunakan untuk mengukur medan gravitasi di permukaan Bumi. Medan
gravitasi di permukaan banyak dipengaruhi oleh perbedaan densitas (massa jenis) batuan
di bawah permukaan.

2. Metode kemagnetan
Metode ini digunakan untuk mengukur medan kemagnetan Bumi. Medan kemagnetan di
suatu area banyak dipengaruhi oleh sifat kerentanan magnetik (magnetic susceptibility)
dari material di bawah permukaan. Di beberapa tempat bisa teramati adanya anomali
medan kemagnetan karena adanya kandungan mineral bijih tertentu yang bersifat
magnetik.

3. Metode radioaktif
Metode ini digunakan untuk mengukur sifat radioaktif batuan (terutama pada eksplorasi
bijih mineral radioaktif).

4. Metode aliran panas


Metode ini digunakan untuk mengukur aliran panas yang muncul ke permukaan Bumi.

5. Metode seismik pasif


Metode seismik pasif/gempa mikro (mikroseismik) adalah metode untuk mengukur
getaran-getaran yang muncul dari dalam Bumi. Metode ini dipakai terutama dalam survey
gempa bumi dan survey panas bumi/geotermal.

Macam-macam metode geofisika aktif:


1. Metode seismik aktif
Metode seismik aktif terdiri atas metode seismik bias dan seismik pantul. Surveyor
membuat getaran di permukaan Bumi dan merekam respon yang terjadi karena pantulan
ataupun pembiasan gelombang seismik tersebut. Faktor yang berpengaruh adalah sifat
impedansi akustik batuan.

2. Metode resistivitas
Metode ini dilakukan dengan mengalirkan arus listrik ke dalam tanah dan mengukur beda
potensial listrik yang terjadi. Dari informasi beda potensial, dapat diukur beda nilai
tahanan/hambatan jenis (resistivitas) batuan.

3. Metode elektromagnetik
Metode ini dilakukan dengan membuat medan elektromagnetik (dengan sirkuit di
permukaan) dan mengukur kuat medannya. Anomali medan elektromagnetik akan
teramati bila di bawah permukaan terdapat cebakan urat bijih/benda metal.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 87


4. Metode Ground Probing Radar (GPR)
Metode ini dilakukan dengan memancarkan gelombang radar ke permukaan tanah dan
menangkap responnya. Hasilnya adalah gambaran bawah permukaan dari jalur yang
dipindai (di-scan).

Tabel 1.9 Beberapa Macam Metode Geofisika

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 88


BAB 13 : HIDROGEOLOGI
PENDAHULUAN HIDROGEOLOGI
Hidrogeologi merupakan bagian dari hidrologi yang mempelajari penyebaran dan pergerakan
air tanah dalam tanah dan batuan di kerak bumi. Air tanah adalah air yang mengisi rongga-
rongga batuan di bawah permukaan tanah pada zona jenuh air. Sumber utama air tanah
berasal dari air hujan yang terserap (infiltrasi) ke dalam tanah.

Faktor-faktor penentu potensi air tanah:


1. Curah hujan
2. Material batuan
3. Geomorfologi/lereng
4. Vegetasi

Gambar 1.13.1 Beberapa istilah yang berkaitan dengan air tanah

AKUIFER
Kebanyakan air tanah berada di dalam akuifer. Akuifer adalah formasi atau perlapisan yang
jenuh (saturated) dan lolos air yang mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah dalam
jumlah yang besar. Contoh akuifer adalah lapisan pasir, kerikil, dan kerakal. Jenis-jenis akuifer:
1. Akuifer bebas/dangkal (unconfined aquifer)
- Muka air tanah (water table) menjadi batas atas dari akuifer ini

2. Akuifer tertekan (confined aquifer)


- Akuifer ini berada di antara 2 lapisan impermeabel/kedap air (confining layer)
- Water table terletak di atas batas atas akuifernya

3. Akuifer menggantung (perched aquifer)


- Terletak di atas akuifer bebas
- Aliran air tanah ke bawah tertahan oleh confining layer yang tidak kontinyu/menerus

4. Akuifer bocor (leaky aquifer)


- Semi-confined aquifer (akuifer setengah tertekan)
- Confining layer merupakan lapisan semi-permeabel

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 89


Jenis-jenis formasi batuan selain akuifer yang berhubungan dengan air tanah:
1. Akuifug: formasi batuan yang tidak dapat menyimpan air tanah
2. Akuitard: formasi batuan yang dapat menyimpan air tanah, tetapi hanya dapat
mengalirkannya dalam jumlah terbatas (bersifat semi-permeabel)
3. Akuiklud: formasi batuan yang dapat menyimpan air, tapi tidak dapat meloloskan air
dalam jumlah yang banyak

Gambar 1.13.2 Beberapa macam formasi batuan yang berkaitan dengan air tanah (urut dari
atas ke bawah): akuifer menggantung, akuiklud, dan akuifer bebas

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 90


BAGIAN 2 : METEOROLOGI
BAB 1 : PENDAHULUAN METEOROLOGI DAN ATMOSFER
PENDAHULUAN METEOROLOGI
Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena atmosfer, termasuk segala
proses dinamik, fisik, dan kimiawi yang terjadi di dalam atmosfer. Sebagai ilmu yang mempelajari
tentang atmosfer, meteorologi sangat berkaitan dengan klimatologi. Perbedaan antara
keduanya terletak pada fokus kajian masing-masing ilmu tersebut. Fokus kajian meteorologi
adalah cuaca, sedangkan klimatologi adalah iklim. Cuaca adalah kondisi sesaat atmosfer atau
variabilitas jangka pendek atmosfer dalam skala waktu menit hingga bulan. Iklim adalah
deskripsi statistik kondisi atmosfer jangka panjang yang merupakan perataan dalam periode 30
tahun (menurut kesepakatan WMO (World Meteorological Organization)).

Meteorologi penting untuk dipelajari karena kajiannya sangat berpengaruh dalam kehidupan
manusia. Prediksi cuaca yang dipelajari dalam meteorologi dapat digunakan untuk
mengembangkan suatu sistem peringatan cuaca ekstrem, sehingga kerugian yang mungkin
dialami bisa diminimalisasi. Di bidang pertanian, prediksi cuaca sangat berguna untuk
menentukan waktu tanam dan waktu panen dalam rangka menghindari cuaca buruk yang dapat
merusak tanaman dan membahayakan ketahanan pangan. Informasi cuaca juga penting di
bidang transportasi, pelayanan, dan komersial untuk menghindari terjadinya kerugian dan
kecelakaan. Selain itu, masih banyak lagi kegunaan ilmu meteorologi di setiap bidang dalam
kehidupan manusia.

Cuaca tidak terlepas dari berbagai macam parameter meteorologi, antara lain:
1. Temperatur udara
Terdapat beberapa satuan yang dapat digunakan untuk menyatakan besaran temperatur.
Kelvin (K) merupakan satuan internasional (SI) dari temperatur dan sering digunakan dalam
perhitungan. Derajat celcius (0C) dan derajat Fahrenheit (0F) bukan merupakan SI dari
temperatur, namun tetap sering digunakan untuk menyatakan besaran temperatur. Derajat
celcius digunakan untuk menyatakan temperatur secara umum, sedangkan derajat
Fahrenheit lebih lazim digunakan di Amerika. Selain ketiga satuan tersebut, derajat reamur
(0R) juga digunakan untuk menyatakan besaran temperatur. Persamaan konversi dari satuan
kelvin ke celcius adalah: K = 0C + 273,15

Tabel 2.1 Konversi Antara Beberapa Satuan Temperatur

2. Tekanan udara
SI untuk tekanan adalah Pascal (Pa). Umumnya, tekanan udara dinyatakan dalam satuan
hectopascal (hPa). Selain itu, tekanan sering juga dinyatakan dalam satuan non-SI seperti
milibar (mb). Persamaan konversi antara ketiga satuan tersebut adalah: 1 mb = 1 hPa = 100
Pa. Tekanan udara standar pada ketinggian muka laut adalah 1013,25 mb.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 91


Nilai gradien vertikal tekanan udara adalah sekitar 0,14 mb/m (berlaku sampai ketinggian
sekitar 5 km). Di atas ketinggian 5 km, nilai gradien ini menurun secara logaritmik seiring
dengan bertambahnya ketinggian.

3. Angin
Angin mempunyai 2 variabel utama, yaitu arah dan kecepatan. SI untuk kecepatan angin
adalah meter per sekon (m/s). Kecepatan angin juga biasa dinyatakan dalam beberapa
macam satuan non-SI seperti:
- Knots (kt) = mil-laut per jam → 1 kt = 0,514 m/s ≈ 0,5 m/s
- Kilometer per jam (kph) → 1 m/s = 3,6 kph ↔ 1 kph = 0,278 m/s
- Mil per jam (mph) → 1 mph = 1,609 kph ↔ 1 mph = 0,447 m/s

Menurut konvensi meteorologi, arah angin


menyatakan dari mana (arah menurut mata
angin) angin tersebut datang dan dinyatakan
dalam derajat dari utara (diukur searah jarum
jam dari arah utara). Contoh: angin utara (00),
angin timur (900), angin selatan (1800), angin
barat (2700).

Gambar 2.1.1 Ilustrasi penggambaran vektor


angin rataan yang arahnya 500

4. Kelembaban udara
Kelembaban udara secara umum menyatakan kandungan uap air di udara. Terdapat
beberapa istilah penting yang berkaitan dengan kelembaban udara, yaitu:
a. Kelembaban relatif atau Relative Humidity (RH)
Kelembaban relatif adalah jumlah uap air di udara yang dinyatakan dalam persentase
terhadap jumlah maksimum uap air yang mungkin terkandung di udara pada temperatur
tertentu. Menurut SI, kelembaban relatif dinyatakan dalam persen (%). Nilai RH dapat
dihitung melalui persamaan berikut:
𝐏𝐯 𝐞
RH = x 100 % = x 100 %
𝐏𝐬 𝐞𝐬
Keterangan:
- Pv : Tekanan uap air di udara saat itu
- Ps : Tekanan uap air jenuh
- e : Kandungan uap air di udara saat itu
- es : Kandungan uap air maksimum (jenuh)

b. Perbandingan campuran atau Mixing Ratio


Perbandingan campuran adalah perbandingan antara massa uap air (gram) dengan
massa udara kering (kg). Satuan perbandingan campuran adalah gram per kilogram
(g/kg).

c. Kelembaban spesifik
Kelembaban spesifik adalah perbandingan antara massa uap air (gram) dengan massa
udara lengas (massa udara total) (kg). Satuan kelembaban spesifik adalah g/kg.

d. Kelembaban mutlak/absolut atau densitas uap air


Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (gram) dalam 1 m3 udara lengas (massa
uap air per satuan volume udara lengas). Satuannya adalah g/m3.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 92


e. Titik embun
Titik embun merupakan temperatur udara ketika uap air mengondensasi. Definisi
lainnya adalah temperatur yang diperlukan oleh parsel udara dengan kandungan uap air
konstan (dan tekanan konstan) untuk menjadi jenuh uap air.

f. Depresi titik embun


Depresi titik embun adalah selisih antara suhu udara saat itu dengan suhu titik embun (T
– Td).

Selain keempat parameter yang telah dijelaskan di atas, masih ada beberapa parameter
meteorologi lain yang tidak akan dijelaskan secara mendetail pada bab ini, yaitu perawanan
(tipe, ukuran, ketinggian), presipitasi (tipe, jumlah, lokasi), dan visibilitas (jarak pandang).
Perubahan cuaca dari waktu ke waktu memerlukan pencatatan beberapa hal, antara lain trend
(kecenderungan), waktu terjadinya perubahan cuaca yang signifikan, dan fenomena cuaca
ekstrem. Cuaca dibagi menjadi 3 skala menurut ruang dan waktu, yaitu:
1. Lokal (skala mikro)
- Waktu : beberapa jam – 1 hari
- Jarak : < 2 km
- Fenomena : konveksi lokal, awan kumulus kecil, kabut, variasi angin permukaan, dll

2. Regional (skala meso)


- Waktu : beberapa jam – beberapa hari
- Jarak : beberapa km – 100 km
- Fenomena : badai petir (thunderstorm), angin lokal (angin darat, angin laut, dll), front,
dll

3. Skala besar (skala sinoptik)


- Waktu : beberapa hari – lebih dari 10 hari
- Jarak : ratusan hingga ribuan km
- Fenomena : sistem tekanan tinggi (antisiklon) dan tekanan rendah (siklon)

KOMPOSISI ATMOSFER
Atmosfer adalah lapisan gas atau campuran gas (udara) yang melingkupi dan terikat pada Bumi
karena gaya gravitasi bumi. Di dalam campuran gas itu terdapat juga uap air. Campuran gas
tanpa uap air dinamakan udara kering. Pada 4,6 milyar tahun yang lalu (saat Bumi baru saja
terbentuk), atmosfer bumi terdiri atas campuran gas hidrogen dan helium. Kedua gas tersebut
merupakan gas utama yang ditemukan di alam semesta. Melalui proses degassing (pelepasan
dan perembesan gas dari dalam Bumi), banyak gas-gas lain yang masuk ke dalam atmosfer bumi,
seperti uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), dan nitrogen (N2). Proses ini berlangsung selama
jutaan tahun dan menyebabkan atmosfer bumi berevolusi hingga menjadi seperti saat ini.

Atmosfer bumi saat ini terdiri atas campuran molekul gas, partikel tersuspensi (padat & cair),
dan presipitasi yang jatuh. Ketebalan atmosfer mencapai sekitar 1.000 km. Meskipun demikian,
99 % kandungan/massa atmosfer berada pada 30 km lapisan terbawah (di bawah ketinggian 30
km). Secara umum, gas-gas penyusun atmosfer terbagi menjadi 2 golongan, yaitu gas-gas
permanen dan gas-gas variabel.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 93


Tabel 2.2 Gas-Gas Permanen di Atmosfer Bumi

Tabel 2.3 Gas-Gas Variabel di Atmosfer Bumi

Di bawah ini dijelaskan beberapa unsur penyusun atmosfer secara lebih detail:
1. Uap air (H2O)
Waktu tinggal uap air di atmosfer adalah sekitar 10 hari. Selain menjadi sumber utama dari
semua bentuk presipitasi, uap air juga dapat menyerap radiasi matahari (gelombang pendek)
dan radiasi bumi (gelombang panjang).

2. Karbon dioksida (CO2)


Jumlah karbon dioksida di atmosfer adalah sekitar 0,036 % dari total massa atmosfer
(konsentrasinya di atmosfer sekitar 360 ppm (part per million)). Karbon dioksida yang masuk
ke atmosfer dapat berasal dari sumber alami maupun sumber alami. Sumber alami CO2
antara lain proses respirasi makhluk hidup, erupsi gunung api, dan peluruhan material
organik. Sumber buatan CO2 dapat berupa pembakaran bahan bakar fosil, industri semen,
pembakaran hutan, dan perubahan tata guna lahan.

Selanjutnya, karbon dioksida keluar dari atmosfer terutama melalui proses fotosintesis
tumbuhan. Belakangan ini, karbon dioksida menjadi perhatian banyak orang karena
konsentrasinya yang terus bertambah sekitar 1,8 ppm atau sekitar 0,5 % setiap tahunnya
sejak tahun 1950.

Sebagai gas rumah kaca yang utama, CO2 menyerap radiasi gelombang panjang yang
dipancarkan oleh Bumi. Dengan demikian, radiasi itu tidak dapat lepas ke luar angkasa.
Atmosfer yang cukup banyak mengandung CO2 berfungsi sebagai rumah kaca yang akan
menaikkan suhu rata-rata atmosfer dan pada akhirnya dapat menyebabkan pemanasan
global.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 94


3. Ozon (O3)
Ozon merupakan gas yang molekulnya terdiri atas 3 atom oksigen. Ozon terdapat di seluruh
atmosfer bagian bawah, tetapi kebanyakan terdapat di lapisan stratosfer. Ozon
terkonsentrasi pada ketinggian sekitar 15 – 35 km dari permukaan Bumi dan paling banyak
terdapat pada ketinggian sekitar 25 km dari permukaan Bumi.

Proses pembentukan ozon dimulai dari terbelahnya molekul oksigen (O2) di bawah pengaruh
radiasi ultraviolet matahari menjadi 2 atom oksigen. Kemudian, atom oksigen bertumbukan
dengan molekul oksigen lain dan bergabung membentuk ozon (seperti yang ditunjukkan
oleh persamaan di bawah ini):

M adalah molekul ketiga yang biasanya berupa N2 atau O2.

Meskipun keberadaannya di atmosfer hanya sedikit, ozon mempunyai peran yang sangat
penting bagi kehidupan di Bumi. Perannya tersebut adalah menyerap dengan kuat radiasi
ultraviolet yang dipancarkan oleh Matahari ke Bumi. Dengan demikian, radiasi ultraviolet
yang mencapai permukaan Bumi telah berkurang hingga ke level yang tidak membahayakan
makhluk hidup.

Pengamatan atmosfer bagian atas oleh berbagai penelitian di kutub selatan menunjukkan
adanya penipisan lapisan ozon. Lapisan ozon yang menipis
ini disebut “lubang ozon”. Menurut para ahli, kerusakan
lapisan ozon terjadi karena lepasnya sejumlah zat aktif
buatan dari permukaan bumi sampai tempat lapisan ozon
berada. Klorofluorokarbon (CFC) merupakan salah satu
bahan kimia yang menjadi penyebab utama rusaknya
lapisan ozon.

Gambar 2.1.2 Lubang ozon di atas Antarktika (kutub


selatan) yang teramati pada tanggal 6 September 2000

4. Metana (CH4)
Metana juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang menjadi perhatian akhir-akhir ini
karena konsentrasinya yang terus meningkat sekitar 0,01 ppm/tahun dalam beberapa
dekade terakhir. Konsentrasi metana pada saat ini adalah sekitar 1,7 ppm. Metana
mempunyai waktu tinggal yang cukup lama di atmosfer, yaitu sekitar 10 tahun.

5. Aerosol
Aerosol adalah partikel padat atau cair berukuran kecil yang tersuspensi (melayang) di
udara. Contoh aerosol antara lain asap, debu, garam laut, sulfat, dan nitrat. Ukurannya lebih
besar dari molekul, namun cukup kecil hingga dapat melayang di udara.

Aerosol yang masuk ke dalam atmosfer dapat berasal dari sumber alami maupun buatan.
Sumber alami aerosol yaitu letusan gunung berapi, permukaan daratan, dan permukaan
lautan. Sumber buatan aerosol berasal dari manusia melalui pembakaran bahan bakar fosil
dan industri.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 95


STRUKTUR ATMOSFER
Atmosfer dibagi menjadi beberapa lapisan berdasarkan beberapa sifat atau parameter, yaitu:
1. Profil temperatur
Berdasarkan profil temperatur ini, atmosfer dibagi menjadi 4 lapisan, yaitu:
a. Troposfer
Troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer yang ketebalannya bervariasi
terhadap ruang dan waktu. Ketebalan troposfer bervariasi mulai dari sekitar 8 km di
daerah kutub sampai 16 km di daerah ekuator. Sumber panas dari lapisan ini adalah
permukaan bumi yang menyerap radiasi matahari dan kemudian melepaskannya
kembali. Pada lapisan ini, suhu berkurang seiring dengan bertambahnya ketinggian.
Troposfer merupakan lapisan yang memiliki cuaca. Puncak troposfer dinamakan
tropopause.

b. Stratosfer
Stratosfer adalah lapisan
atmosfer yang berada di atas
tropopause hingga ketinggian
sekitar 50 km dari permukaan
bumi. Berbeda dengan
troposfer, suhu di stratosfer
meningkat seiring dengan
bertambahnya ketinggian
(inversi suhu). Suhu maksimum
di stratosfer terdapat pada
puncaknya, yaitu stratopause
(suhunya sekitar 270 K). Sumber
panas dari adanya inversi suhu
pada lapisan ini berasal dari
penyerapan radiasi ultraviolet
matahari oleh ozon yang
kebanyakan berada di lapisan
ini.

Gambar 2.1.3 Pembagian


struktur atmosfer berdasarkan
profil temperatur

c. Mesosfer
Mesosfer merupakan lapisan yang berada di atas stratopause hingga ketinggian 80 km di
atas permukaan bumi. Pada lapisan ini, suhu berkurang seiring dengan bertambahnya
ketinggian. Suhu terendah pada lapisan ini mencapai -900C dan terletak di bagian
puncaknya, yaitu mesopause. Pada lapisan ini, meteor mulai terbakar ketika memasuki
atmosfer bumi.

d. Termosfer
Termosfer merupakan lapisan di atas mesopause yang terletak pada ketinggian antara
80 – 500 km di atas permukaan bumi. Di dalam termosfer, suhu meningkat seiring
dengan bertambahnya ketinggian. Suhu di puncak termosfer pada siang hari dapat
mencapai 1.5000C.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 96


2. Sifat kelistrikan
Menurut sifat kelistrikannya, atmosfer dibagi menjadi 2 lapisan:
a. Netrosfer
- Pada lapisan ini tidak terjadi fotoionisasi
- Ketinggian < 60 km di atas permukaan laut

b. Ionosfer
Ionosfer merupakan lapisan atmosfer yang mengalami fotoionisasi (ionisasi oleh cahaya
matahari), sehingga mengandung banyak partikel bermuatan (proton (+) dan elektron (-
)). Lapisan ini berada di atas ketinggian 60 km dari permukaan bumi. Ionosfer dibagi lagi
menjadi 3 lapisan, yaitu:
1) Lapisan D
- Hanya ada pada siang hari
- Menyerap gelombang radio AM
2) Lapisan E
- Konsentrasi elektron pada siang
hari lebih tinggi daripada malam
hari
3) Lapisan F
- Memantulkan gelombang radio AM

Gambar 2.1.4 Keadaan ionosfer pada siang dan malam hari

3. Ikatan molekul
Berdasarkan ikatan molekulnya, atmosfer dibagi menjadi 2 lapisan:
a. Homosfer
Homosfer berada di ketinggian antara 0 – 80 km di atas permukaan laut. Pada lapisan
ini, komposisi atmosfer dapat dikatakan homogen.

b. Heterosfer
Heterosfer berada di atas ketinggian 80 km dari permukaan bumi. Pada lapisan ini,
komposisi atmosfernya sudah tidak homogen terhadap ketinggian.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 97


BAB 2 : PROSES PANAS DI ATMOSFER

Di permukaan Bumi terdapat berbagai macam proses transfer panas. Distribusi energi panas dari
Matahari di dalam atmosfer Bumi dapat dipelajari melalui neraca radiasi. Neraca ini
memperlihatkan distribusi panas dalam bentuk radiasi gelombang pendek maupun gelombang
panjang. Neraca radiasi dibuat dengan asumsi bahwa energi matahari yang masuk sama dengan
energi yang keluar.

Gambar 2.2.1 Neraca radiasi gelombang pendek di dalam atmosfer

Gambar 2.2.2 Neraca radiasi gelombang panjang di dalam atmosfer

Selain neraca radiasi gelombang pendek dan gelombang panjang, ada pula neraca radiasi
lintang. Neraca ini menunjukkan distribusi panas berdasarkan lintang geografis di Bumi. Daerah
ekuator paling banyak menerima panas matahari dan merata sepanjang tahun (berbeda dengan
lintang lainnya). Hal ini dikarenakan daerah ekuator menerima sinar matahari dengan sudut
yang relatif tegak sepanjang tahun.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 98


Gambar 2.2.3 Neraca radiasi lintang

Ada 3 proses transfer panas yang mendasar di atmosfer, yaitu:


- Konduksi: proses transfer panas yang dilakukan dari molekul ke molekul (melalui medium
dan tanpa terjadinya perpindahan medium)
- Konveksi: transfer panas yang menggunakan perantara fluida, seperti udara dan air (melalui
medium dan terjadi perpindahan medium)
- Radiasi: transfer panas yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai perantara
(tanpa melalui medium)

Di atmosfer, transfer panas digolongkan menjadi 2 macam, yaitu proses adiabatik dan non-
adiabatik. Proses adiabatik merupakan proses yang berlangsung pada suatu sistem tanpa
adanya energi yang masuk maupun keluar dari sistem. Hal yang sebaliknya berlaku pada proses
non-adiabatik.

Lapse rate adalah gradien vertikal temperatur udara di atmosfer. Ada 2 macam lapse rate pada
proses adiabatik, yaitu:
1. Lapse rate adiabatik kering (Dry Adiabatic Lapse Rate (DALR))
DALR ditemukan pada proses adiabatik kering. Proses adiabatik kering adalah proses
adiabatik yang terjadi pada udara kering (tidak ada pengembunan uap air). Nilai DALR =
9,80C/km ≈ 100C/km.

2. Lapse rate adiabatik jenuh (Saturated Adiabatic Lapse Rate (SALR))


SALR ditemukan pada proses adiabatik jenuh. Proses adiabatik jenuh adalah proses adiabatik
yang berlangsung pada udara yang jenuh uap air (terjadi pengembunan uap air). Nilai SALR
berkisar antara 40C/km untuk udara tropis yang panas dan lembab hingga 90C/km untuk
udara yang bersuhu -400C. Di Indonesia, nilai SALR yang biasa digunakan adalah 6,50C/km.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 99


BAB 3 : SIRKULASI ATMOSFER
TEKANAN UDARA DAN ANGIN
Tekanan udara merupakan berat kolom udara
per satuan luas di atas suatu bidang permukaan
bumi. Besarnya tekanan udara berubah sesuai
tempat dan waktu. Alat untuk mengukur
tekanan udara dinamakan barometer. Atmosfer
bersifat dapat dimampatkan, sehingga massa
jenis atmosfer yang paling besar berada di
lapisan bawah. Tekanan udara paling besar
berada di permukaan laut dan berkurang seiring
dengan bertambahnya ketinggian.

Gambar 2.3.1 Grafik tekanan udara terhadap ketinggian

Lintang geografis bumi mempengaruhi sebaran


tekanan udara, yaitu:
- Doldrum: zona tekanan udara rendah
sepanjang lingkaran ekuator
- Subtropical high: zona tekanan udara tinggi
sepanjang lintang 25 – 350
- Subpolar low: zona tekanan udara rendah
sepanjang lintang 60 – 700
- Polar high: zona tekanan tinggi di kutub
(lintang 900)

Gambar 2.3.2 Pengaruh lintang geografis terhadap tekanan udara

Perbedaan tekanan udara akan menimbulkan gaya gradien tekanan yang menyebabkan udara
bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Pergerakan udara dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah dalam arah horizontal dinamakan angin. Pada dasarnya,
penamaan angin didasarkan pada arah datangnya angin tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin antara lain:


- Gradien tekanan horizontal
Semakin besar gradien tekanan horizontal, semakin besar kecepatan angin
- Letak geografis
Pada gradien tekanan yang sama, kecepatan angin di ekuator lebih besar daripada di lintang
tinggi
- Ketinggian tempat
Pada gradien tekanan yang sama, kecepatan angin bertambah seiring dengan bertambahnya
ketinggian
- Waktu
Pada gradien tekanan yang sama, kecepatan angin di permukaan bumi pada siang hari lebih

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 100


besar daripada malam hari

Pada zaman dahulu sebelum ditemukan alat untuk mengukur kecepatan angin, orang-orang
mengukur kecepatan angin dari efek yang ditimbulkan pada lingkungan sekitar. Gejala alam yang
ditimbulkan oleh angin tersebut kemudian dituliskan dalam skala Beaufort.

Tabel 2.4 Skala Beaufort


Skala Kecepatan Angin (km/jam) Gejala Alam
0 1 Calm Asap naik tegak lurus
1 1–5 Light air Arah angin dilihat dari gerakan asap
2 6 – 11 Light breeze Angin sepoi, wind vane bergerak
3 12 – 19 Gentle breeze Daun bergerak konstan
4 20 – 28 Moderate breeze Debu & kertas terbang, ranting bergerak
5 29 – 38 Fresh breeze Dahan bergerak, gelombang kecil di perm. air darat
6 39 – 49 Strong breeze Cabang pohon bergerak, sulit membuka payung
7 50 – 61 Moderate gale Batang pohon bergerak, orang sulit berjalan
8 62 – 74 Fresh gale Ranting patah
9 75 – 88 Strong gale Genting terbang
10 89 – 102 Whole gale Pohon tumbang, bangunan rusak berat
11 103 – 117 Storm Transportasi berhenti total
12 > 117 Hurricane Pohon besar tumbang, gedung roboh

GERAK ATMOSFER
Ada beberapa gaya yang bekerja dalam gerak atmosfer, antara lain:
1. Gaya gradien tekanan
Gradien tekanan udara adalah besarnya perubahan tekanan udara dalam arah horizontal per
satuan jarak. Satuan yang sering digunakan untuk menyatakan gradien tekanan adalah
mb/km.
∆P
Gradien tekanan udara =
∆X

Adanya gradien tekanan ini menyebabkan munculnya gaya gradien tekanan.


1 ∆P
Gaya gradien tekanan = Fp = – .
ρ ∆X
Keterangan:
Fp : gaya gradien tekanan (N/kg atau m/s2)
ρ : densitas udara (kg/m3)
ΔP : selisih tekanan udara antara dua lokasi (Pa)
ΔX : jarak antara dua lokasi (m)

2. Gaya Coriolis
Gaya Coriolis adalah gaya semu akibat pengaruh rotasi bumi. Gaya Coriolis menyebabkan
angin dibelokkan ke kanan di Belahan Bumi Utara (BBU) dan dibelokkan ke kiri di Belahan
Bumi Selatan (BBS). Persamaan gaya Coriolis:
Fc = 2 . Ω . sin(φ) . v
Keterangan:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 101


Fc : gaya Coriolis per satuan massa (N/kg atau m/s2)
v : kecepatan angin (m/s)
Ω : kecepatan sudut rotasi bumi (rad/s)
φ : lintang geografis
Catatan: kecepatan sudut rotasi bumi = 7,29 . 10-5 rad/s

Pengaruh geografis dapat menyebabkan penyimpangan arah angin akibat adanya gaya
Coriolis. Tinjau ketika udara berada di atmosfer bebas yang jauh dari gesekan permukaan
bumi di BBU. Perhatikan gambar 2.3.3 di bawah ini. Misalkan besarnya gaya gesekan sama
dengan nol serta garis-garis isobar berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Isobar adalah
garis yang menghubungkan tempat-tempat yang tekanan udaranya sama. Gaya yang bekerja
pada ilustrasi (a) hanya gaya gradien tekanan yang arahnya tegak lurus isobar. Akibat adanya
gaya gradien tekanan ini, paket udara akan bergerak dan gaya Coriolis tidak nol lagi.
Kemudian, gaya Coriolis ini akan membelokkan arah gerak paket udara (seperti yang terlihat
pada ilustrasi (b) dan (c)). Akhirnya, gaya gradien tekanan akan sama besar dengan gaya
Coriolis dan berlawanan arah. Pada keadaan ini, paket udara akan bergerak sejajar dengan
isobar (ilustrasi (d)). Angin yang bergerak sejajar dengan isobar ini dinamakan angin
geostrofik.

Gambar 2.3.3 Kesetimbangan gaya pada angin geostrofik

Pada lintasan (isobar) yang melengkung, terdapat gaya lain yang berpengaruh pada arah
angin, yaitu gaya sentripetal. Gerak angin pada lintasan melengkung membutuhkan
percepatan ke arah pusat lengkungan, yaitu percepatan sentripetal. Kesetimbangan antara
gaya gradien tekanan dan gaya Coriolis yang dibantu oleh percepatan sentripetal
menyebabkan lintasan angin melengkung mengikuti lengkungan isobar. Angin ini dinamakan
angin gradien.

Gambar 2.3.4 Gaya-gaya yang bekerja pada angin gradien

3. Gaya gesekan
Gaya gesekan bekerja ketika udara bergerak di dekat permukaan. Semakin ke atas atau
semakin jauh dari permukaan, semakin kecil efek gesekannya. Gaya gesekan dapat
mengurangi kecepatan angin.

4. Gaya gravitasi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 102


SIRKULASI GLOBAL
Radiasi matahari merupakan energi penggerak sirkulasi di atmosfer. Sirkulasi atmosfer terjadi
karena adanya ketidakseimbangan energi radiasi matahari yang diterima permukaan bumi akibat
bentuk bumi yang merupakan bola pepat. Radiasi yang dipancarkan Matahari akan diterima
dengan intensitas yang lebih besar di wilayah ekuator daripada di kutub. Ekuator mengalami
surplus energi, sehingga harus ada mekanisme transfer panas menuju kutub untuk menjaga
keseimbangan panas.

Jika Bumi tidak berotasi dan permukaannya seragam,


maka sirkulasi yang ada di atmosfer hanya terdiri atas
satu sel di setiap belahan buminya (BBU dan BBS). Sel
sirkulasi udara ini dinamakan sel Hadley. Parsel udara
akan bergerak dari kutub menuju ekuator. Saat di
ekuator, parsel udara akan terangkat karena adanya
proses konveksi dan konvergensi. Ketika mencapai
puncak troposfer, parsel udara akan kembali bergerak
secara horizontal dari ekuator ke kutub. Di kutub, parsel
udara akan turun menuju permukaan bumi, dst.

Gambar 2.3.5 Sirkulasi atmosfer yang terjadi jika Bumi


tidak berotasi dan permukaan bumi seragam

Pada kenyataannya, Bumi terdiri atas material-material yang tidak seragam di permukaannya.
Hal ini menyebabkan sirkulasi atmosfer di Bumi tidak sesederhana yang diilustrasikan pada
gambar 2.3.5. Adanya beberapa faktor seperti ukuran Bumi, gaya Coriolis, ketebalan atmosfer,
viskositas atmosfer, dan radiasi matahari menyebabkan satu sel pecah menjadi tiga sel yang
lebih kecil di setiap belahan buminya. Ketiga sel tersebut (urut posisinya dari ekuator ke kutub)
adalah sel Hadley, sel Ferrel, dan sel polar.

Tiga sel itu berasosiasi dengan pita/zona tekanan yang telah disebutkan pada bab ini (doldrum,
subtropical high, subpolar low, polar high). Keberadaan doldrum di sekitar ekuator
menyebabkan terjadinya konvergensi
udara dari arah utara dan selatan.
Zona konvergensi udara ini
dinamakan ITCZ (Inter Tropical
Convergenze Zone) atau DKAT
(Daerah Konvergensi Antar Tropis).
Posisi ITCZ berubah sesuai dengan
zona penyinaran maksimum oleh
Matahari. Saat musim panas di BBU,
posisi ITCZ berada di sebelah utara
ekuator. Begitu juga sebaliknya. Gaya
Coriolis membelokkan aliran udara di
ketiga sel itu. Posisi batas antar sel
sirkulasi bervariasi sesuai dengan
musim, menyesuaikan posisi ITCZ.

Gambar 2.3.6 Tiga sel sirkulasi atmosfer di Bumi

Sel Hadley, sel Ferrel, dan sel polar merupakan sirkulasi meridional (sejajar bujur geografis) di

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 103


atmosfer. Sel Hadley dicirikan oleh naiknya massa udara di daerah tropis dan turunnya massa
udara di daerah subtropis. Penurunan massa udara pada sel Hadley terjadi di sekitar lintang 300,
ditandai oleh cuaca yang cerah, kering, dan tidak berawan. Oleh karena itu, kebanyakan gurun
berada di daerah subtropis (sekitar lintang 300).

Subsidensi udara yang terjadi di zona tekanan tinggi subtropis (horse latitude) akan menyebar
sebagai angin pasat (trade winds) dan angin baratan (westerlies). Angin pasat bertiup ke arah
ekuator, sedangkan angin baratan bertiup ke arah lintang tinggi. Angin pasat timur laut terjadi di
BBU, sedangkan angin pasat tenggara di BBS.

ANGIN LOKAL
Macam-macam angin lokal:
1. Angin laut dan angin darat
Perbedaan sifat pemanasan antara daratan dan lautan menyebabkan adanya perbedaan
tekanan udara antara di darat dengan di laut. Pada siang hari, temperatur di darat lebih
tinggi daripada di laut, sehingga tekanan udara di darat lebih rendah daripada di laut.
Perbedaan tekanan itu menyebabkan angin berhembus dari laut ke darat (terjadi angin
laut). Sebaliknya, pada malam hari, temperatur di darat lebih rendah daripada di laut.
Akibatnya, tekanan udara di darat lebih tinggi daripada di laut dan angin berhembus dari
darat ke laut (terjadi angin darat).

Gambar 2.3.7 Ilustrasi terjadinya angin laut (kiri) dan angin darat (kanan)

2. Angin lembah dan angin gunung


Pada siang hari, lereng gunung terpanasi oleh radiasi matahari. Udara yang berdekatan
dengan lereng ini juga akan terpanasi. Pada ketinggian yang sama, udara di atas lembah
relatif lebih dingin daripada udara yang berdekatan dengan lereng. Akibatnya, terbentuk
tekanan rendah di lereng gunung dan terjadi aliran udara dari arah lembah ke gunung yang
disebut angin lembah. Di malam hari, lereng gunung mendingin dengan cepat. Udara di
dekat lereng juga akan mendingin hingga densitasnya menjadi lebih tinggi. Akibatnya, terjadi
aliran udara menuruni lereng ke arah lembah yang dinamakan angin gunung.

Gambar 2.3.8
Ilustrasi terjadinya
angin lembah (kiri)
dan angin gunung
(kanan)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 104


3. Angin Fohn
Perhatikan gambar 2.3.9. Menurut gambar tersebut, parsel udara menaiki lereng gunung
sebelah kiri dan menuruni lereng gunung sebelah kanan. Lereng gunung sebelah kiri disebut
sisi atas angin (upwind side / windward side), sedangkan lereng gunung sebelah kanan
disebut sisi bawah angin (downwind side / leeward side). Pada windward side, parsel udara
mengalami DALR sampai ketinggian 1.000 m (Lifting Condensation Level (LCL)). Setelah
melewati LCL, parsel udara terus naik sambil mengalami SALR hingga ke puncak gunung
(ketinggian 3.000 m). Kemudian, parsel udara menuruni gunung sampai ketinggian 0 meter
di atas permukaan laut dan mengalami DALR sepenuhnya. Parsel udara yang menuruni
leeward side akan terasa sebagai angin yang lebih hangat dan kering daripada angin yang
menaiki windward side. Di Pegunungan Alpen (Eropa), angin ini disebut angin Fohn,
sedangkan di Pegunugan Rocky (Amerika Utara) disebut angin Chinook. Di Indonesia, ada
beberapa nama lain dari angin Fohn beserta tempat terjadinya, yaitu:
- Angin Bohorok: di Deli Serdang (Sumatera Utara)
- Angin Kumbang: di Cirebon (Jawa Barat) dan Tegal (Jawa Tengah)
- Angin Gending: di Probolinggo (Jawa Timur)
- Angin Brubu: di Makassar (Sulawesi Selatan)
- Angin Wambraw: di Biak (Papua)

Gambar 2.3.9 Ilustrasi terjadinya angin Chinook / angin Fohn

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 105


BAB 4 : MASSA UDARA DAN FRONT
MASSA UDARA
Massa udara adalah suatu badan/kumpulan udara yang memiliki sifat fisis seragam pada jarak
horizontal ratusan kilometer. Dalam suatu massa udara, sifat fisis yang memiliki keseragaman
adalah temperatur, kelembaban, dan lapse rate. Sifat fisis dan tingkat keseragaman suatu massa
udara bergantung pada sumber massa udara, riwayat modifikasi massa udara, dan waktu hidup
massa udara.

Klasifikasi massa udara dibentuk dari kombinasi antara daerah sumber dan tipe permukaan.
Jenis massa udara menurut tipe permukaannya:
1. Continental (c)
Massa udara continental berasal dari tengah daratan yang luas. Massa udara ini memiliki
kelembaban yang rendah.
2. Maritime (m)
Massa udara maritime berasal dari tengah lautan yang luas. Massa udara ini memiliki
kandungan uap air yang banyak (kelembaban tinggi).

Jenis massa udara menurut daerah sumbernya:


1. Tropical (T)
Massa udara Tropical berasal dari daerah tropis atau wilayah lintang rendah. Sifatnya hangat
atau panas.
2. Polar (P)
Massa udara Polar berasal dari wilayah lintang tinggi. Sifatnya dingin.
3. Arctic (A)
Massa udara Arctic berasal dari wilayah kutub. Sifatnya sangat dingin.

Kombinasi antara kedua parameter di atas menghasilkan 6 jenis massa udara, yaitu cT, mT, cP,
mP, cA, dan mA.

FRONT
Front adalah batas pertemuan antara 2 massa udara yang berbeda. Front berupa suatu wilayah
yang memiliki gradien temperatur horizontal dan gradien kelembaban horizontal yang signifikan
dengan lebar sekitar 100 – 200 kilometer. Front lebih dominan terdapat di wilayah lintang
menengah. Secara khusus, front diasosiasikan dengan keberadaan sistem tekanan rendah yang
berupa siklon lintang menengah.

Karakteristik masing-masing jenis front bergantung pada sifat massa udara yang bertemu. Ada 4
jenis front, yaitu:
1. Front hangat
Front hangat terbentuk jika massa udara hangat mendesak massa udara yang lebih dingin.
Pada front ini, massa udara hangat mengalir di atas massa udara dingin yang lebih rapat.
Sudut kemiringan permukaan front hangat cukup landai, yaitu sekitar 0,5 – 10. Kedatangan
front hangat ditandai oleh adanya awan sirus atau sirostratus, diikuti oleh penurunan dasar
awan menjadi altostratus dan nimbostratus. Selanjutnya, terjadi hujan yang dimulai di
bagian depan permukaan front. Hujan tersebut menyebar luas dan bersifat steady (tetap).
Setelah bagian depan permukaan front berlalu, langit akan menjadi cerah dalam jangka

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 106


waktu yang cepat dan suhu udara meningkat secara signifikan.

Gambar 2.4.1 Simbol front hangat di peta cuaca (kiri) dan profil sayatan vertikal pada front
hangat (kanan)

2. Front dingin
Front dingin terbentuk apabila massa udara dingin mendorong massa udara yang lebih
hangat hingga menyebabkan gerakan udara ke atas. Front dingin memiliki sudut kemiringan
permukaan yang relatif curam, yaitu 20. Front ini berasosiasi dengan pembentukan awan
konvektif di atas permukaan front, sedangkan hujan yang akan terjadi adalah hujan lebat di
lintasan sempit sepanjang permukaan front. Setelah bagian depan permukaan front lewat,
langit akan menjadi cerah seketika, dasar awannya terangkat, dan terjadi penurunan
temperatur udara secara
signifikan.

Gambar 2.4.2 Simbol front dingin di peta cuaca (kiri) dan profil sayatan vertikal pada front
dingin (kanan)

3. Front stasioner
Front stasioner adalah front yang tidak bergerak (posisinya tetap). Kedua massa udara yang
berbatasan masih bergerak, namun batas di antara keduanya diam.

Gambar 2.4.3 Simbol front stasioner di peta cuaca

4. Front oklusi (occluded front)


Front dingin umumnya bergerak lebih cepat daripada front hangat. Oleh karena itu, lazimnya
front dingin dapat mengejar front hangat hingga kedua front tersebut bergabung menjadi
satu front yang disebut front oklusi. Ada 2 macam front oklusi, yaitu:
a. Front oklusi hangat
Pada front oklusi hangat, udara di belakang front dingin lebih hangat daripada udara di
depan front hangat.
b. Front oklusi dingin
Pada front oklusi dingin, udara di belakang front dingin lebih dingin daripada udara di
depan front hangat.

Gambar 2.4.4 Front oklusi hangat (kiri) dan front oklusi dingin (kanan)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 107


BAB 5 : FENOMENA OPTIK DI ATMOSFER

Fenomena optik di atmosfer dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk medium yang dilalui,
yaitu:
1. Butiran air
2. Kristal es
3. Molekul-molekul udara
4. Partikel pencemar
5. Debu
6. Butiran awan

Fenomena optik dengan bentuk medium berupa molekul udara, partikel pencemar, debu, dan
butiran awan menggunakan proses optik hamburan (scattering), difraksi, dan refraksi.

Pelangi merupakan fenomena optik di atmosfer yang terbentuk akibat adanya cahaya matahari
yang menimpa butiran air di udara. Ketika sinar matahari (yang terdiri atas semua warna
tampak) dicegat oleh tetesan air hujan yang jatuh,
sebagian cahaya dibiaskan ke dalam tetesan air hujan,
dipantulkan sekali oleh permukaan dalam tetesan, dan
kemudian dibiaskan keluar dari tetesan. Pembiasan
pertama memisahkan sinar matahari menjadi beberapa
komponen warna, sedangkan pembiasan kedua
meningkatkan pemisahan antar komponen warna.

Gambar 2.5.2 Ilustrasi terbentuknya pelangi

Sebagian cahaya matahari yang jatuh di permukaan kristal es akan masuk ke dalam kristal dan
mengalami refraksi, sedangkan sebagian cahaya lainnya akan dipantulkan. Kedua peristiwa itu
akan menghasilkan fenomenanya masing-masing. Faktor lain yang mempengaruhi jenis
fenomena optik kristal es ini adalah bentuk kristal es.

Contoh fenomena optik di atmosfer dengan medium kristal es adalah halo 22 derajat. Halo ini
membentuk lingkaran 220 mengelilingi Matahari atau Bulan. Fenomena ini terbentuk ketika sinar
matahari dibiaskan dalam jutaan kristal es acak berbentuk heksagonal yang melayang di
atmosfer dalam awan sirostratus.

Gambar 2.5.10 Ilustrasi terbentuknya halo 22 derajat (kiri) dan contoh halo 22 derajat di alam
(kanan)

Hamburan adalah peristiwa penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh sekumpulan
partikel. Contoh-contoh fenomena optik di atmosfer yang berkaitan dengan proses hamburan:
1. Langit cerah berwarna biru (hamburan Rayleigh)
2. Awan berwarna putih (hamburan Mie)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 108


3. Awan tebal berwarna hitam di bagian bawahnya
4. Twilight (cahaya fajar dan senja)

Gambar 2.5.13 Hamburan Rayleigh dan Mie

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 109


BAB 6 : GERAK SIKLONIK
SIKLON DAN ANTISIKLON
Angin siklon adalah angin yang gerakannya berputar ke dalam, mengelilingi daerah bertekanan
udara rendah. Di BBU, perputarannya berlawanan dengan arah jarum jam. Di BBS,
perputarannya searah dengan jarum jam. Angin antisiklon adalah angin yang gerakannya
berputar keluar dari tekanan maksimum di pusatnya. Arah perputaran antisiklon berkebalikan
dengan siklon. Antisiklon berputar searah jarum jam di BBU dan berlawanan arah jarum jam di
BBS.

Gambar 2.6.1 Ilustrasi arah perputaran siklon (kiri) dan antisiklon (kanan) di BBU dan BBS

SIKLON TROPIS
Siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah berskala sinoptik yang berada di atas perairan
tropis dan terorganisir dengan suatu sistem konveksi (contoh: aktivitas badai/thunderstorm) dan
sirkulasi angin permukaan dari siklon. Keberadaan suatu siklon tropis membawa dampak-
dampak berupa hujan lebat, angin yang sangat kuat, gelombang badai (storm surges), serta
kemungkinan adanya tornado. Penyebutan suatu siklon tropis berbeda-beda untuk wilayah yang
berbeda. Penyebutan yang berlaku adalah:
1. Hurricane
Siklon tropis ini
terjadi di bagian
Amerika Utara dan
Amerika Tengah.

2. Taifun (Typhoon)
Siklon tropis ini
terjadi di bagian
barat laut Pasifik.

3. Siklon
Sebutan ini berlaku
untuk wilayah
Samudera Hindia
dan Australia.

Gambar 2.6.2 Persebaran wilayah terbentuknya siklon tropis beserta penyebutan namanya

Kondisi yang memungkinkan adanya pembentukan siklon tropis adalah kondisi di mana

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 110


temperatur muka air laut cukup hangat (di atas 260 C), berada paling tidak 50 di sebelah utara
maupun selatan ekuator karena nilai gaya coriolis di ekuator sama dengan 0. Siklon juga
mungkin terbentuk ketika geser angin (wind shear) vertikal antara permukaan dan troposfer atas
rendah serta ada ketidakstabilan. Untuk mencapai kondisi sempurna, suatu siklon tropis
haruslah melewati beberapa tahap pertumbuhan. Tahap-tahap pertumbuhan suatu siklon tropis
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan tropis
Gangguan tropis merupakan hasil dari adanya suatu gelombang tropis yang terganggu. Pada
saat gelombang tropis ini terjadi, akan ada sekumpulan/beberapa sistem hujan badai
(thunderstorms) dengan isobar sedikit melengkung. Pada saat gangguan tropis, kecepatan
angin masih kurang dari 20 knot.

2. Depresi tropis
Tahap lanjutan dari gangguan tropis ini terjadi ketika terdapat sebuah sistem besar
thunderstorm yang terorganisir dengan baik. Ketika depresi terjadi, ciri khusus yang dapat
dilihat adalah adanya satu isobar yang sudah tertutup. Kecepatan angin meningkat menjadi
sekitar 20 – 34 knot.

3. Badai tropis
Pada tahap ini, pembentukan siklon sudah cukup mencolok karena sistem tersebut telah
berotasi berlawanan arah jarum jam di BBU dan sebaliknya di BBS. Namun, pada tahap ini
belum terbentuk “mata” siklon yang biasanya berada di pusat rotasi siklon. Pada tahap ini,
telah ada dua isobar yang tertutup dan kecepatan angin telah mencapai 35 – 64 knot. Badai
tropis telah terbentuk dan telah diberi nama pada tahap ini.

4. Siklon tropis
Siklon tropis merupakan pengembangan dari badai tropis, “mata” siklon telah terbentuk.
Isobar yang tertutup bertambah menjadi tiga. Kecepatan angin terus meningkat di atas 64
knot.

Gambar 2.6.3 Tahap-tahap pertumbuhan siklon tropis

Ketika siklon tropis terjadi, dibutuhkan suatu patokan untuk mengukur kekuatan siklon tropis
tersebut. Oleh karena itu, dibuatlah suatu skala numerik yang menggambarkan potensi
kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh siklon tropis. Skala tersebut adalah skala Saffir-Simpson.
Skala Saffir-Simpson:
- SS1 → 64 – 82 knot - SS4 → 114 – 135 knot
- SS2 → 83 – 95 knot - SS5 → > 135 knot
- SS3 → 96 – 113 knot

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 111


TORNADO
Tornado adalah sebuah kolom udara yang berputar dengan kencang dan memiliki kontak
dengan tanah, baik bergantung pada awan kumulus maupun di bawah awan kumulus. Seperti
siklon tropis, tornado juga memiliki skala yang digunakan untuk mengukur kekuatannya. Skala
tersebut adalah skala Fujita:
- F0 → 40 – 72 mph - F3 → 158 – 205 mph
- F1 → 73 – 112 mph - F4 → 206 – 260 mph
- F2 → 113 – 157 mph - F5 → 261 – 318 mph

Gambar 2.6.4 Ilustrasi tornado

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 112


BAB 7 : AWAN

Awan adalah kumpulan titik-titik air atau kristal es di udara yang terjadi karena adanya
kondensasi atau deposisi uap air di udara yang melebihi titik jenuh. Dasar penamaan awan
dibentuk dari 4 istilah Latin berikut:
- Cirrus : berserat atau seperti rambut
- Cumulus : suatu tumpukan atau timbunan
- Stratus : sebuah lembaran horizontal atau lapisan
- Nimbus : penghasil hujan

Awalan “alto” digunakan untuk mengindikasikan awan dengan ketinggian menengah. Awan
dapat digolongkan menurut metode pembentukan dan ketinggian dasar awan. Berikut
penjelasannya:
1. Klasifikasi awan menurut metode pembentukan
Sistem awan dikendalikan oleh gerak udara vertikal yang disebabkan oleh konveksi,
pengaruh orografis, konvergensi, dan front. Klasifikasi awan berdasarkan metode
pembentukan adalah:
a. Stratiform: menyebabkan hujan kontinu; dikaitkan dengan kenaikan udara skala luas
akibat adanya front, kenaikan topografi atau konvergensi horisontal skala luas; awan
stratiform tumbuh dengan lambat
b. Cumuliform: menyebabkan hujan deras (shower); dikaitkan dengan konveksi skala
kumulus yang terlokalisasi dalam udara labil; arus vertikalnya kuat; terjadi pada area
yang relatif kecil

2. Klasifikasi awan menurut ketinggian dasar awan


a. Awan rendah: mempunyai ketinggian dasar awan kurang dari 2 km; biasanya diawali
dengan kata “strato” atau “stratus”.
Berikut adalah awan-awan yang termasuk dalam jenis awan rendah:
1) Stratokumulus
Lapisan awan putih atau kelabu; biasanya berbentuk tumpukan, gundukan, atau
gulungan; kadang muncul dengan virga (presipitasi yang jatuh dari dasar awan dan
telah menguap sebelum mencapai permukaan Bumi).

Gambar 2.7.1 Awan stratokumulus pada cuaca berawan (kiri) dan stratokumulus
yang disertai virga (kanan)

2) Nimbostratus
Awan dengan ciri-ciri berwarna abu-abu gelap,
seragam, luas, tanpa sifat-sifat menarik, dan lapisan
awan tebal; berkaitan dengan presipitasi yang
berkepanjangan.

Gambar 2.7.2 Awan nimbostratus

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 113


3) Stratus
Lapisan awan abu-abu tanpa sifat-sifat menarik dengan
dasar yang seragam; sering dikaitkan dengan gerimis
atau salju.

Gambar 2.7.3 Awan stratus

b. Awan menengah: mempunyai ketinggian dasar awan antara 2 km sampai 6 km;


biasanya diawali dengan kata “alto”.
Berikut adalah awan-awan yang termasuk dalam jenis awan menengah:
1) Altostratus
Didefinisikan sebagai lapisan awan keabu-abuan atau
kebiru-biruan; menutupi sebagian atau seluruh langit;
dapat berserat atau seragam dalam penampilan; cukup
lemah perannya untuk mengaburkan matahari, tapi
tanpa halo.

Gambar 2.7.4 Awan altostratus

2) Altokumulus
Didefinisikan sebagai lapisan awan yang tersusun dari
potongan kecil berwarna putih atau abu-abu; bentuk
dan teksturnya bermacam-macam.

Gambar 2.7.5 Awan altokumulus

Berikut adalah beberapa sub-kelas dari awan altokumulus:


a) Altokumulus lentikularis
Sesuai namanya, awan ini berbentuk seperti lensa;
berwarna putih atau abu-abu; dibentuk dari
pengangkatan udara pada penghalang topografis.

Gambar 2.7.6 Awan altokumulus lentikularis

b) Altokumulus kastelanus
Sesuai namanya, awan ini berbentuk seperti kastil. Bagian yang menandakannya
ada di bagian paling atas dari awan ini, yang
menyerupai kastil. Awan ini berwarna putih atau
abu-abu, seperti awan kumulus yang pecah;
kadang tersusun dalam garis.

Gambar 2.7.7 Awan altokumulus kastelanus

c) Altokumulus undulatus
Potongan kecil atau lapisan awan putih/abu-abu dengan tampilan berombak
atau bergelombang.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 114


Gambar 2.7.8 Awan altokumulus undulatus

c. Awan tinggi: mempunyai ketinggian dasar awan di atas 6 km; biasanya diawali dengan
kata “cirro” atau “cirrus”.
Berikut ini adalah awan-awan yang termasuk dalam jenis awan tinggi:
1) Sirus
Putih, lembut, dan berserat dalam penampilannya. Serat dapat berbentuk lurus,
melengkung tak teratur atau tampak kusut. Jenis ini dinamakan fibratus. Serat juga
dapat berbentuk koma atau kail yang mata kailnya menghadap atas. Jenis ini
dinamakan unsinus. Dalam bentuk kumpulan serat, kedua serat tampak begitu rapat
dan mampat sehingga awan terlihat seperti bercak. Jenis ini dinamakan spisatus.
Awan sirus terbentuk secara keseluruhan oleh
kristal es. Kristal es ini tumbuh dan menyublim
perlahan, menuju ke tepian halus awan.

Gambar 2.7.9 Awan sirus

2) Sirostratus
Awan ini tipis, berbentuk lapisan transparan atau tudung dengan matahari nampak
jelas dan terdapat bayangan semu pada permukaan. Sebuah halo dapat terlihat di
sekitar matahari (atau bulan pada malam
hari). Lembaran sirostratus dapat menutupi
seluruh langit dan dapat mencapai ketebalan
hingga 1000 m.

Gambar 2.7.10 Awan sirostratus

3) Sirokumulus
Awan ini berbentuk potongan kecil; bisa juga
berbentuk lapisan awan putih tipis, nampak belang
dan bergelombang.

Gambar 2.7.11 Awan sirokumulus

d. Awan vertikal: awan yang terbentuk secara vertikal.


Berikut adalah awan-awan yang termasuk dalam jenis awan vertikal:
1) Kumulus
Awan padat terpisah; berwarna putih hingga abu-abu
cerah; berbentuk gumpalan atau tumpukan (seperti
kembang kol); biasanya memiliki tepi yang jelas dan
dasar yang rata. Area kumulus sering memiliki dasar
dengan ketinggian yang sama.

Gambar 2.7.12 Awan kumulus

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 115


Berikut adalah awan-awan dalam jenis kumulus, atau tahap-tahap pembentukan
kumulus:
a) Kumulus humilis
Kumulus dalam bentuk yang kecil, jangkauan vertikalnya terbatas, bisa saja
memiliki penampilan yang datar; disebut juga sebagai kumulus cuaca baik.

b) Kumulus mediokris
Kumulus dengan perluasan vertikal yang sedang.

c) Kumulus kongestus
Hamparan kumulus yang berjejalan penuh sesak dengan perluasan vertikal yang
lebih besar; dapat menghasilkan hujan.

Gambar 2.7.13 Jenis-jenis awan kumulus: kumulus humilis (kiri), kumulus mediokris
(tengah), dan kumulus kongestus (kanan)

2) Kumulonimbus
Kumulonimbus adalah awan besar dan tinggi; memiliki dasar yang gelap dan bagian
samping yang berwarna putih; dikaitkan dengan hujan lebat, hujan badai, dan hujan
es; sering memiliki bentuk puncak anvil.
Pada sisi bawah kumulonimbus kadang membentuk mammatus; teksturnya halus
dan berbentuk bulat; dihasilkan dari downdrafts yang terjadi di dalam awan.

Gambar 2.7.14 Awan kumulonimbus dengan anvil (kiri) dan bentuk mammatus
pada kumulonimbus (kanan)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 116


BAB 8 : MONSUN

Monsun (muson) adalah angin atau sistem sirkulasi yang berbalik arah secara musiman akibat
perbedaan sifat termal antara benua dan lautan. Pada dasarnya, monsun mempunyai kemiripan
dengan sirkulasi angin darat – angin laut. Hanya saja, monsun terjadi pada skala ruang yang lebih
besar dan waktu yang lebih panjang.

Perhatikan sistem monsun di Asia Selatan pada gambar 2.8.1 di bawah ini. Pada musim dingin,
daratan lebih cepat mendingin daripada lautan. Dengan demikian, udara di atas daratan lebih
dingin daripada udara di atas lautan. Oleh karena itu, terbentuk pusat tekanan tinggi di daratan
yang menyebabkan terjadinya sirkulasi angin dari daratan ke lautan. Kejadian yang sebaliknya
terjadi pada musim panas, ketika daratan lebih panas daripada lautan. Akibatnya, udara di atas
daratan lebih panas daripada udara di atas lautan dan terbentuklah pusat tekanan rendah di
daratan. Keberadaan pusat tekanan rendah di daratan ini memunculkan sirkulasi angin dari
lautan ke daratan. Angin monsun di musim dingin menyebabkan terjadinya musim kemarau di
India karena angin tersebut berasal dari daratan (tidak membawa uap air). Sebaliknya, angin
monsun di musim panas membuat India mengalami musim hujan karena anginnya berasal dari
lautan (membawa banyak uap air).

Gambar 2.8.1 Sistem monsun Asia Selatan

Menurut Khromov, daerah monsun adalah daerah tempat angin yang berkuasa berbalik arah
paling sedikit 120 derajat antara bulan Januari (maksimum musim dingin di BBU) dan Juli
(maksimum musim panas di BBU). Ramage menyempurnakan definisi Khromov dengan
menambahkan beberapa kriteria, yang salah satunya adalah kecepatan angin prevailing (arah
angin yang paling sering bertiup) melebihi 3 m/s. Berikut ini adalah beberapa daerah monsun di
dunia:
- Monsun Afrika Barat: benua Afrika bagian barat dan Samudera Atlantik
- Monsun Afrika Timur: benua Afrika bagian timur dan Samudera Hindia bagian barat
- Monsun Asia Selatan: benua Asia bagian selatan dan Samudera Hindia
- Monsun Asia Timur dan Tenggara: benua Asia (Siberia) dan Samudera Pasifik bagian barat
- Monsun Australia Utara: benua Australia bagian utara dan Samudera Hindia bagian timur

Monsun di Indonesia adalah bagian dari monsun Asia Timur dan Asia Tenggara. Pada musim
dingin di BBU, di daerah yang membentang dari Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Lombok,
Nusa Tenggara sampai ke Papua, angin monsun tersebut bertiup dari barat ke timur. Oleh sebab
itu di daerah ini monsun dingin dari BBU disebut Musim Monsun Barat, sedangkan di daerah
yang mencakup sebagian besar Sumatera dan Kalimantan Barat angin monsun datang dari arah
timur laut dan disebut Monsun Timur Laut. Pada musim panas di BBU, di ujung Sumatera bagian
selatan, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara sampai Papua bertiup angin Monsun Timur,
sedangkan di sebagian besar Sumatera dan Kalimantan Barat bertiup angin Monsun Barat Daya.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 117


Tabel 2.5 Pembagian Musim di Indonesia berdasarkan Monsun

Gambar 2.8.2 Pola arah angin di Indonesia pada 4 bulan yang berbeda

Gambar 2.8.3 Wilayah persebaran pola curah hujan di Indonesia

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 118


BAB 9 : IKLIM

Iklim secara umum adalah pola variasi suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara, dan
parameter meteorologi lainnya pada suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu yang cukup lama.
Iklim berbeda dengan cuaca (cuaca kurun waktunya singkat).

Gambar 2.9.1 Sistem iklim di Bumi beserta faktor eksternal dan respon internalnya

Pada diagram di atas, terlihat bahwa ada 3 faktor/pendorong eksternal yang menyebabkan adanya
iklim dan perubahan iklim di Bumi. Ketiga faktor tersebut adalah perubahan pada tektonik lempeng,
perubahan orbit Bumi, dan perubahan kekuatan Matahari. Dalam suatu sistem iklim, terdapat
interaksi satu sama lain antara atmosfer, vegetasi (biosfer), es (kriosfer), permukaan daratan
(litosfer), dan lautan (hidrosfer). Perubahan dari masing-masing komponen tersebut akan
memunculkan variasi iklim. Ada 7 variabel pengontrol iklim, yaitu:
- Intensitas radiasi matahari dan variasinya terhadap lintang geografis
- Distribusi daratan dan lautan
- Arus laut
- Angin prevailing
- Posisi pusat tekanan tinggi dan pusat tekanan rendah semi-permanen
- Adanya baris pegunungan
- Ketinggian di atas permukaan laut

Dalam mengamati iklim, diperlukan suatu besaran ruang. Oleh karena itu, iklim dibagi menjadi
beberapa skala ruang tertentu, antara lain:
1. Iklim mikro
Iklim mikro berada dekat dengan kehidupan sehari-hari dan cakupan wilayahnya sangat kecil.

2. Iklim meso
Iklim meso memiliki skala yang lebih luas. Cakupan wilayahnya dapat mencapai puluhan
kilometer.

3. Iklim makro
Iklim makro memiliki skala yang cukup luas karena sudah mencakup suatu kota, provinsi, atau
negara.

4. Iklim global
Iklim global mencakup seluruh permukaan Bumi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 119


Aristoteles (seorang filsuf Yunani) membagi zona iklim berdasarkan lintang geografis. Ia membagi
Bumi menjadi 3 zona iklim, yaitu:
- Torrid zone: lintang 0 – 23,50 LU dan LS
- Temperate zone: lintang 23,5 – 66,50 LU dan LS
- Frigid zone: lintang 66,5 – 900 LU dan LS

Di bawah ini terdapat beberapa klasifikasi iklim yang menggunakan parameter curah hujan, antara
lain:
1. Klasifikasi Mohr
Klasifikasi iklim Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan.
Dari hubungan ini didapat pembagian 3 jenis bulan dalam kurun waktu 1 tahun, yaitu bulan
basah (curah hujan > 100 mm/bulan), bulan lembab (curah hujan antara 60 – 100 mm/bulan),
dan bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan). Perhitungan bulan basah, bulan lembab, dan
bulan kering menurut Mohr dilakukan dengan menghitung dahulu rata-rata curah hujan tiap
bulan selama periode tertentu (misalkan 30 tahun). Setelah rata-rata curah hujan bulanan
didapat, lakukan pengklasifikasian bulan menjadi bulan basah (BB), bulan lembab (BL), dan bulan
kering (BK). Kemudian, hitung banyaknya BB dan BK dalam setahun serta kelompokkan sesuai
dengan tipe iklim yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.6 Pengelompokan Tipe Iklim pada Klasifikasi Mohr

2. Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Pengklasifikasian ini didasarkan pada perbandingan antara bulan basah dan bulan kering dengan
kriteria bulan basah dan bulan kering sama dengan klasifikasi iklim Mohr (BB jika curah hujan >
100 mm, BL jika curah hujan antara 60 – 100 mm, BK jika curah hujan < 60 mm).

Langkah pertama dalam klasifikasi ini adalah mengelompokkan bulan-bulan pengamatan ke


dalam BB, BL, atau BK. Setelah itu, hitung rata-rata banyaknya BB dan BK dalam setahun selama
periode pengamatan (misalkan 30 tahun). Kemudian, hitung nilai Q dengan rumus:

Selanjutnya, kelompokkan nilai Q sesuai dengan tipe iklim yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.7 Pengelompokan Tipe Iklim pada Klasifikasi Schmidt-Ferguson

3. Klasifikasi Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan Oldeman didasarkan pada kebutuhan air oleh tanaman, terutama
tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 120


secara berturut-turut. Pengelompokkan bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering pada
klasifikasi ini berbeda dengan klasifikasi iklim Mohr maupun Schmidt-Ferguson. BB: curah hujan
> 200 mm/bulan, BL: curah hujan antara 100 – 200 mm/bulan, BK: curah hujan < 100 mm/bulan.

KLASIFIKASI IKLIM KÖPPEN


Klasifikasi ini merupakan contoh klasifikasi empiris yang diperkenalkan oleh Vladimir Koppen
(seorang ahli botani) pada tahun 1918. Klasifikasi iklim Koppen ditujukan sebagai alat untuk
memahami distribusi vegetasi di seluruh dunia. Klasifikasi ini menggunakan nilai rata-rata
temperatur dan presipitasi dalam skala waktu bulanan dan tahunan. Masing-masing wilayah diberi
indeks tipe iklim menggunakan 2 atau 3 karakter (karakter dominan dan sub-dominannya).

Tabel 2.8 Klasifikasi Orde Pertama Koppen

Ada juga tipe iklim H yang kriteria temperaturnya sama dengan tipe iklim E, namun penyebabnya
adalah ketinggian yang cukup tinggi di atas permukaan laut (≥ 1.500 meter di atas permukaan laut).
Pada tipe iklim E, penyebabnya adalah lintang geografis yang tinggi (berada di wilayah kutub).
Berikut ini adalah tipe-tipe iklim pada klasifikasi Koppen:
1. A (tropis)
a. Af : iklim hutan hujan tropis
b. Am : iklim tropis monsun
c. Aw : iklim tropis basah-kering (sabana)

2. B (kering)
a. BS : iklim stepa
b. BW : iklim gurun
Catatan: ada tambahan klasifikasi orde ketiga pada tipe iklim B, yaitu “h” (tropis / T > 18 0C) dan
“k” (lintang-menengah / T < 180C)

3. C (sedang / lintang-menengah hangat)


a. Cfa : iklim subtropis lembab
b. Cfb : iklim sedang maritim pantai barat
c. Cs : iklim Mediterranean (musim panas kering)
d. Cw : iklim sedang dengan musim dingin yang kering
Catatan: ada tambahan klasifikasi orde ketiga pada tipe iklim C, yaitu “a” (musim panas yang
terik), “b” (musim panas yang hangat), “c” (musim panas yang sejuk)

4. D (kontinental / lintang-menengah dingin)


a. Dfa & Dfb : iklim kontinental lembab
b. Dfc & Dfd : iklim subarktik
c. Ds : iklim kontinental dengan musim panas yang kering
d. Dw : iklim kontinental dengan musim dingin yang kering

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 121


5. E (kutub)
a. ET : iklim tundra
b. EF : iklim es/salju abadi

Gambar 2.9.2 Peta persebaran tipe iklim Koppen di dunia

KLASIFIKASI IKLIM THORNTHWAITE


Klasifikasi iklim Thornthwaite dibuat pada tahun 1948 dan dipusatkan pada pertumbuhan tanaman.
Klasifikasi ini menggunakan indeks suhu dan kelembaban.

Tabel 2.9 Pembagian Tipe Iklim Thornthwaite menurut Efisiensi Temperatur

Tabel 2.10 Pembagian Tipe Iklim Thornthwaite menurut Efektivitas Presipitasi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 122


BAB 10 : EL NINO DAN LA NINA

ENSO
ENSO (El Nino Southern Oscillation) adalah fenomena alam interaksi atmosfer-laut yang terjadi di
Samudera Pasifik bagian ekuatorial dan mempengaruhi kondisi cuaca di Bumi. El Nino dan La Nina
merupakan kondisi ekstrem dari ENSO. Kedua fenomena ini mempunyai periode rata-rata 4
tahunan, bervariasi antara 2 – 7 tahun. Istilah “Southern Oscillation” pada ENSO merujuk pada osilasi
(naik dan turunnya) tekanan udara di Pasifik timur – barat, tepatnya di sebelah selatan ekuator.

EL NINO
Selama El Nino, SST (Sea Surface Temperature, suhu permukaan laut) di ekuator lebih hangat dari
kondisi normal mulai dari garis tanggal (date line) ke timur hingga wilayah pantai di Amerika Selatan.
Curah hujan di atas normal cenderung meluas ke arah timur. El Nino menunjukkan perubahan skala
besar pada angin yang melintasi Pasifik tropis. Perubahan tersebut antara lain pelemahan angin
pasat timuran di troposfer bawah dan pelemahan angin baratan di troposfer atas (dekat
tropopause). Secara umum, El Nino menimbulkan dampak kekeringan di wilayah Indonesia dan
sekitarnya serta meningkatkan presipitasi di wilayah Peru dan Ekuador.

Gambar 2.10.1 Kondisi SST (kiri) dan pusat presipitasi (kanan) pada saat terjadinya El Nino

LA NINA
Selama La Nina, SST ekuatorial lebih dingin dibanding kondisi normal mulai dari garis tanggal ke
timur hingga pantai barat Amerika Selatan. Pusat konveksi udara dan curah hujan di daerah Pasifik
tropis cenderung berpusat di bagian barat ekuatorial Pasifik dan Indonesia yang menyebabkan curah
hujan di Pasifik ekuatorial sedikit. Curah hujan tinggi terjadi di Indonesia, sedangkan di bagian timur
Pasifik ekuatorial hampir tidak ada hujan. Perubahan sirkulasi atmosfer dan lautan selama fenomena
La Nina meliputi penurunan tekanan udara di sebelah timur Indonesia dan peningkatan tekanan
udara di Pasifik timur serta angin pasat yang menguat.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 123


Gambar 2.10.2 Kondisi SST (kiri) dan pusat presipitasi (kanan) pada saat terjadinya La Nina

SOI (Southern Oscillation Index)


SOI merupakan hasil pengukuran fluktuasi tekanan udara dalam skala besar yang terjadi di antara
bagian timur dan barat Pasifik tropis selama El Nino dan La Nina berlangsung. Secara tradisional,
indeks dihitung berdasarkan anomali perbedaan tekanan udara antara Tahiti dan Darwin. Tahiti
mewakili Pasifik Timur, sedangkan Darwin (Australia) mewakili Pasifik Barat. Fase negatif dari SOI
menunjukkan bahwa tekanan udara di bawah normal pada Tahiti dan di atas normal pada Darwin.
Periode dari nilai SOI negatif terjadi bersamaan dengan menghangatnya air laut secara abnormal di
sepanjang Pasifik tropis timur yang menandakan terjadinya El Nino. Periode dari nilai SOI positif
terjadi bersamaan dengan mendinginnya air laut secara abnormal di sepanjang Pasifik tropis timur
yang menandakan terjadinya La Nina.

Sirkulasi Walker
Sirkulasi Walker terdiri atas angin pasat yang bertiup dari timur ke barat di sepanjang Samudera
Pasifik tropis yang membawa udara permukaan lembab ke wilayah barat. Di Pasifik tropis bagian
barat, udara lembab bergerak ke atas dan membentuk sejumlah awan. Uap air yang telah
mengondensasi menjadi awan (yang menghasilkan
hujan) dan meninggalkan udara yang bergerak naik tadi
membuat udara tersebut menjadi kering. Setelah
sampai di troposfer atas, udara tadi bergerak sebagai
angin dari barat ke timur. Selama perjalanannya di
troposfer atas, ada udara yang bergerak turun di Pasifik
ekuatorial tengah dan timur sebagai udara kering yang
menghambat pertumbuhan awan. Sirkulasi ini akan
kembali lagi ke tahap angin pasat dan terus berlanjut
(kecuali saat ada anomali berupa El Nino).

Gambar 2.10.3 Ilustrasi sirkulasi Walker

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 124


BAB 11 : OBSERVASI METEOROLOGI
OBSERVASI
Observasi dalam meteorologi sangat penting karena berguna untuk menentukan keadaan cuaca
maupun fenomena yang terjadi di atmosfer. Dari observasi, kita dapat memperoleh data yang
dapat digunakan baik untuk penelitian maupun pengolahan informasi seperti prakiraan cuaca,
peringatan dini cuaca buruk, izin penerbangan, dll. Data meteorologi berasal dari 3 sumber:
- Pengukuran yang berdasar pada permukaan, baik pengamatan permukaan maupun
radiosonde
- Penginderaan jarak jauh (remote sensing) yang dapat berasal dari satelit, radar, lidar, dan
sodar
- Analisis model numerik, yang erat dikaitkan dengan prakiraan cuaca ke depan

Dalam meteorologi dikenal adanya Meteorological Observation Network yang merupakan


jaringan dari negara-negara yang tergabung dalam World Meteorological Organization (WMO)
yang melakukan observasi / pengamatan parameter yang sama dengan standar operasional yang
sama. Jaringan ini digunakan untuk menghimpun data keadaan cuaca pada waktu yang sama di
seluruh dunia termasuk Indonesia. Observasi ini disebut observasi sinoptik. Observasi ini
dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari setiap 6 jam menggunakan patokan standar waktu
UTC/GMT, yaitu pada 00:00 UTC, 06:00 UTC, 12:00 UTC, dan 18:00 UTC. Beberapa stasiun di
seluruh dunia melaporkan data lebih sering dari aturan tersebut, setiap tiga jam atau bahkan
setiap satu jam. Pada observasi sinoptik dikenal dua macam pengukuran, yaitu observasi
permukaan dan obervasi udara atas.
1. Observasi permukaan
Observasi dilakukan di stasiun meteorologi standar/taman alat meteorologi standar. Di
dalam taman alat ini terdapat berbagai macam alat/instrumen meteorologi, antara lain:
a. Automatic Weather Station (AWS)
AWS merupakan suatu alat otomatis pengukur parameter
meteorologi seperti suhu, kelembaban, curah hujan, arah &
kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, serta tekanan udara.
Alat ini terhubung pada logger otomatis yang mencatat hasil
pengukuran. Kemudian, data hasil pengukuran dapat dipindahkan
ke komputer untuk diolah.

Gambar 2.11.1 AWS

b. Sangkar meteorologi (Sangkar Stevenson)


Sangkar ini berbentuk seperti sangkar burung, berguna untuk
melindungi alat-alat yang berada di dalamnya agar terhindar dari
sinar matahari langsung dan pengaruh lingkungan. Alat yang
terdapat di dalam sangkar ini antara lain termometer bola basah –
bola kering (psikrometer), termometer maksimum & minimum,
termohigrograf, dan atmometer.

Gambar 2.11.2 Sangkar meteorologi

c. Termometer bola basah – bola kering (psikrometer)


Temometer bola basah – bola kering ini berfungsi untuk menentukan kelembaban
relatif, suhu udara, dan suhu titik embun. Alat ini terdiri atas 2 buah termometer air

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 125


raksa yang dipasang berdampingan secara vertikal. Bola dari salah satu termometer
dibungkus dengan kain kasa yang tergantung pada bejana kecil berisi air
murni, sehingga bola termometer ini selalu basah dan disebut sebagai bola
basah. Bola termometer lain yang tidak dibungkus kain kasa basah disebut
bola kering. Suhu udara dapat dibaca pada termometer bola kering.
Penguapan air dari kain kasa basah menyebabkan suhu bola basah lebih
rendah daripada suhu bola kering. Dari hasil pembacaan suhu bola basah
dan suhu bola kering, dapat diketahui kelembaban relatif dan titik embun.

Gambar 2.11.3 Psikrometer

d. Termometer maksimum
Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu udara maksimum dalam jangka waktu
tertentu (biasanya 24 jam). Cairan yang digunakan pada
termometer maksimum adalah air raksa. Adanya penyempitan
pada pipa kapiler yang berdekatan dengan reservoir
merupakan ciri termometer maksimum. Termometer ini
dipasang dengan kemiringan 2º secara horizontal di dalam
sangkar meteorologi.

Gambar 2.11.4 Termometer bola basah – bola kering (yang


digantung secara vertikal) serta termometer maksimum &
minimum (yang posisinya horizontal)

e. Termometer minimum
Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu udara minimum pada suatu periode
pengamatan (biasanya 24 jam). Cairan yang digunakan pada termometer ini adalah
alkohol. Pada pipa kapiler terdapat indeks (batang kaca kecil).
Termometer ini dipasang secara horizontal di dalam sangkar
meteorologi.

f. Piche evaporimeter (atmometer)


Atmometer berfungsi untuk mengukur banyaknya penguapan
dari permukaan basah (kertas filter).

Gambar 2.11.5 Atmometer

g. Termohigrograf
Termohigrograf berfungsi untuk mencatat suhu dan
kelembaban udara

Gambar 2.11.6 Termohigrograf

h. Champbellstokes
Bola kaca ini digunakan untuk mengukur lama penyinaran matahari. Prinsip kerjanya
adalah bola kaca (yang bertindak sebagai lensa cembung) mengumpulkan sinar matahari
ke suatu titik fokus/titik api yang kemudian akan membakar kertas pias yang diletakkan
di bawahnya. Jejak/bekas bakaran pada kertas pias akan menunjukkan lama penyinaran.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 126


Gambar 2.11.7 Champbellstokes

i. Penakar hujan (rain gauge)


Alat ini berfungsi sebagai penakar air hujan. Alat ini telah mengalami modifikasi berkali-
kali, mulai dari rain gauge sederhana manual, kemudian tipping bucket, dan rain gauge
otomatis Hellman. Prinsip kerja secara umum: air hujan yang jatuh ditampung melalui
corong yang kemudian turun, lalu dihitung dengan metode yang berbeda. Rain gauge
Hellman menghitung dengan pelampung
yang akan menggerakkan pena dan silinder
pias. Rain gauge tipping bucket menghitung
dengan prinsip jungkat-jungkit. Untuk yang
manual, pengamat harus mengukur secara
manual air hujan yang ditampung
menggunakan gelas takar.

Gambar 2.11.8 Rain gauge manual (kiri), tipping bucket (tengah), dan Hellman (kanan)

j. Termometer tanah
Termometer tanah berfungsi untuk mengukur suhu tanah dengan kedalaman yang
berbeda, yaitu: 0 cm (permukaan tanah), 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm.
Termometer ini menggunakan cairan air
raksa dan diletakkan di tanah yang
permukaan tanahnya berumput pendek
dan tanah gundul.

Gambar 2.11.9 Termometer tanah di tanah gundul (kiri) dan tanah berumput pendek
(kanan)

k. Barometer
Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara. Secara
umum, ada 2 jenis barometer, yaitu barometer air raksa dan barometer aneroid.
Jenis-jenis barometer air raksa antara lain barometer Toricelli,
Kew, dan Fortin.

Gambar 2.11.10 Barometer aneroid (kiri) dan barometer Kew


(kanan)

l. Panci evaporimeter
Panci evaporimeter berfungsi untuk mengukur evaporasi/penguapan pada periode
waktu tertentu. Alat ini berupa sebuah panci bundar besar,
terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti karat dengan diameter
122 cm dan tinggi 25.4 cm.

Gambar 2.11.11 Panci evaporimeter

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 127


m. Lysimeter
Lysimeter berfungsi untuk mengukur jumlah evapotranspirasi pada sebidang tanah
bervegetasi secara langsung. Alat ini berupa sebuah bejana
penampang berukuran 1 m x 1 m yang di bagian atasnya
ditanami vegetasi (rumput atau tanaman lain).

Gambar 2.11.12 Lysimeter

n. Wind vane anemometer


Wind vane & anemometer berfungsi untuk mengukur arah dan
kecepatan angin. Alat ini dipasang pada pipa besi dengan ketinggian
10 meter. Alat ini terdiri atas sensor dan alat penunjuk yang
dihubungkan melalui kabel.

Gambar 2.11.13 Wind vane anemometer

o. Piranometer dan pirgeometer


Sekilas kedua alat ini tampak mirip, namun memiliki fungsi yang berbeda. Piranometer
digunakan untuk mengukur radiasi matahari, sedangkan pirgeometer digunakan untuk
mengukur radiasi inframerah yang diterima. Kedua
alat ini bekerja secara otomatis menggunakan sensor
khusus yang berada di bagian atas.

Gambar 2.11.14 Piranometer (kiri) dan pirgeometer


(kanan)

2. Observasi udara atas


Observasi udara atas digunakan untuk mengetahui keadaan parameter cuaca di atas
ketingggian tertentu. Alat yang umum dipakai pada observasi udara atas adalah
radiosonde. Radiosonde merupakan sebuah balon raksasa yang digantungkan seperangkat
sensor untuk mengukur parameter cuaca seperti suhu, kelembaban, dan tekanan udara. Di
radiosonde juga terpasang sebuah GPS yang digunakan untuk memantau posisi radiosonde
secara realtime. Sebelum GPS ditemukan, pelacakan ketinggian radiosonde dilakukan
menggunakan teodolit.

Selain itu, masih banyak pengukuran lain yang dapat digunakan. Pengukuran yang sedang
berkembang misalnya instrumen yang dipasang pada penerbangan
komersil, radar cuaca, profiler radar angin, SODAR, LIDAR, dropsonde, dan
masih banyak lagi. Penginderaan jarak jauh menggunakan satelit juga
sangat berguna untuk mengukur temperatur permukaan, tinggi awan,
konsentrasi uap air, kandungan aerosol, profil temperatur, konsentrasi
zat-zat kimia di atmosfer, dan kecepatan angin di atas permukaan laut.

Gambar 2.11.15 Penerbangan radiosonde

PETA SINOPTIK
Setelah sebelumnya dibahas mengenai macam-macam observasi, data sinoptik yang telah
dihimpun untuk satu waktu akan diolah menjadi suatu peta sinoptik. Dalam peta tersebut
digunakan simbol-simbol khusus yang disebut simbol/kode sinop.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 128


Gambar 2.11.16 Contoh peta sinoptik (kiri) dan simbol/kode sinop (kanan)

Penjelasan lebih detil mengenai makna komponen-komponen simbol sinop adalah sebagai
berikut:
1. Kode untuk tutupan awan (cloud cover). Kode lingkaran berisi ini menunjukkan kondisi
bagian langit yang tertutup oleh awan, dinyatakan dalam satuan perdelapanan.

Gambar 2.11.17 Penjelasan kode untuk tutupan awan

2. Kode arah dan kecepatan angin

Gambar 2.11.18 Penjelasan kode arah


dan kecepatan angin

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 129


Catatan: apabila kita menggunakan kode angin untuk kecepatan selalu digunakan satuan
knot. Untuk kecepatan 50 knots, garis langsung diganti dengan lambang bendera. Bila
kecepatan lebih dari 50 knots, cukup ditambahkan garis sesuai keperluan. Garis panjang
untuk 10 knots dan pendek untuk 5 knots. Untuk arah angin, penempatan “ekor garis
kecepatan angin” tersebut mengikuti dari mana arah angin itu datang. Misalnya pada
gambar 2.11.8, arah angin berasal dari timur.

3. Kode tekanan
Aturan membaca kode tekanan pada simbol sinop adalah sebagai berikut:
- Untuk nilai angka di atas 500, tambahkan angka 9 di depannya, lalu dibagi 10. Contoh:
675 berarti ditambah angka 9 menjadi 9675, lalu dibagi 10. Dengan demikian, tekanan
yang terukur adalah 967,5 mb
- Untuk nilai angka di bawah 500, tambahkan angka 10 di depan, lalu dibagi 10. Contoh:
198 berarti ditambah angka 10 menjadi 10198, lalu dibagi 10. Dengan demikian, tekanan
yang terukur adalah 1019,8 mb

4. Kode cuaca sewaktu pengamatan (current weather condition)

Gambar 2.11.19 Macam-macam kode cuaca

Dari simbol-simbol sinop yang ada di peta sinoptik, dapat dibuat garis kontur yang
menghubungkan tempat-tempat yang memiliki nilai yang sama untuk suatu parameter cuaca
tertentu. Beberapa macam garis kontur parameter cuaca:
- Isobar: garis kontur yang menghubungkan tempat-tempat yang tekanan udaranya sama
- Isoterm: garis kontur yang menghubungkan tempat-tempat yang temperatur udaranya
sama
- Isohyet: garis kontur yang menghubungkan tempat-tempat yang curah hujannya sama
- Isotach: garis kontur yang menghubungkan tempat-tempat yang kecepatan anginnya sama

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 130


BAGIAN 3 : ASTRONOMI
BAB 1 : FENOMENA GEOSENTRIK

Bab ini disebut fenomena geosentrik, sebab kita mengasumsikan bahwa bumi diam dan benda-
benda langit lain mengitarinya. Benda-benda langit terletak pada jarak yang berbeda-beda. Untuk
memudahkan pemetaan posisi bintang bagi pengamat di Bumi, semuanya diasumsikan berada pada
jarak yang sama jauhnya, seolah-olah ditempatkan pada suatu bola khayalan besar yang
menyelubungi bumi, yang disebut bola langit. Dalam bola langit kita memperhitungkan arah dari
suatu bintang tanpa mempedulikan jaraknya.

BOLA LANGIT
Bola langit memiliki bagian-bagian yang penting, yaitu ekuator langit, Kutub Langit Utara (KLU),
Kutub Langit Selatan (KLS). KLU merupakan perpanjangan dari kutub utara bumi, sedangkan KLS
perpanjangan dari kutub selatan bumi.

Bagian lain yang penting ialah ekliptika (bidang edar tahunan matahari), serta titik aries dan titik
libra (perpotongan ekuator langit-ekliptika). Bagi pengamat di bumi (yang diam), bola langit tampak
berputar (lihat tanda panah) dengan arah timur ke barat atau dilihat dari arah Utara searah jarum
jam, dengan periode 23 jam 56 menit. Akibat dari putaran bola langit, semua bintang akan nampak
bergerak mengikuti lintasan harian bintang. Sementara matahari akan mengikuti lintasan harian
matahari. Selama bola langit berputar, matahari pun bergerak mengikuti lintasan tahunan, sehingga
membutuhkan 1 derajat atau 4 menit tambahan untuk memenuhi satu putaran lintasan hariannya,
sehingga periode 1 hari matahari ialah 24 Jam. Bola langit akan berbeda-beda penampakannya,
tergantung pada posisi pengamat di permukaan bumi.

Gambar 3.1.1 Gambaran bola langit dan beberapa komponennya

Pada pengamat di lintang tertentu, kutub langit akan tampak naik dari arah kutub belahan bumi
pengamat sebesar lintang pengamat tersebut. Misalnya untuk pengamat di lintang 300 Utara, KLU
naik 300 dari titik Utara. Ekuator langit akan membentuk sudut 900 terhadap arah KLU, dan lintasan

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 131


harian bintang akan sejajar dengan ekuator langit.

Gambar 3.1.2 Gambaran bola langit untuk pengamat yang berada di


lintang 300 Utara

GERAK SEMU MATAHARI

Ketika siang hari tiba, langit yang penuh bintang akan tertutupi oleh cahaya Matahari yang
mendominasi langit. Sebenarnya langit berwarna biru karena adanya fenomena penyebaran cahaya
matahari (scattering) oleh atmosfer Bumi, dimana cahaya dengan panjang gelombang terpendek
(biru) akan paling efisien disebarkan.

Di bola langit, Matahari memiliki lintasan tahunan yaitu bidang ekliptika, dimana Matahari akan
menempuh lintasan tersebut dengan periode satu tahun. Apabila kita mengambil acuan bintang
tertentu, periode tersebut bernilai 365,25636 hari atau 1 tahun sideris. Namun apabila kita
mengambil acuan titik Aries, periode tersebut bernilai 365,2422 hari atau 1 tahun tropis.

Akibat lintasan ekliptika yang berinklinasi


terhadap ekuator, deklinasi Matahari (jarak
sudut Matahari terhadap ekuator langit) akan
berubah-ubah dari +23,50 hingga –23,50.
Deklinasi Matahari juga berhubungan dengan
panjang siang, perubahan musim, dan titik terbit
Matahari di suatu tempat.

Gambar 3.1.3 Gerak semu tahunan matahari

Dari gambar di atas, keadaan yang tercapai bila Matahari berada pada titik-titik tersebut ialah:
- KEADAAN A (Titik Aries, deklinasi 00, bujur ekliptika 00) dicapai saat 21 Maret. Titik A
disebut titik Vernal equinox (equinox = sama), karena panjang siang sama di semua tempat
di muka bumi yaitu 12 jam. Titik ini adalah titik awal musim semi bagi lintang sedang Utara.
Matahari akan terbit tepat di titik timur dan tenggelam tepat di titik barat di semua tempat
di Bumi.

- KEADAAN B (Titik Cancer, deklinasi +23,50, bujur ekliptika 900) dicapai saat 22 Juni. Titik B
disebut titik Summer solstice (solstice = berhentinya matahari), karena pada saat ini
Matahari berhenti menambah deklinasinya ke Utara dan mulai berbalik ke Selatan. Saat itu,
tercapai lama siang terpanjang (lebih dari 12 jam) bagi belahan bumi utara, dan lama siang
terpendek bagi belahan bumi selatan. Titik ini adalah titik awal musim panas bagi lintang
sedang Utara. Matahari akan terbit di titik terbit paling jauh ke Utara dari titik Timur, dan
akan terbenam di titik terbenam paling jauh ke Utara dari titik Barat. Apabila dilihat dari
Ekuator, Matahari akan terbit 23,50 ke Utara dari titik Timur, dan terbenam 23,50 di Utara
titik Barat.

- KEADAAN C (Titik Libra) dicapai saat 23 September. Titik C disebut titik Autumnal Equinox.
Panjang siang sama untuk semua bagian Bumi. Titik ini adalah titik awal musim gugur bagi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 132


lintang sedang Utara. Matahari akan terbit di titik Timur di semua bagian Bumi.

- KEADAAN D (Titik Capricornus) dicapai tanggal 22 Desember. Titik D disebut titik Winter
solstice. Lama siang terpendek bagi belahan bumi utara. Titik ini merupakan titik awal musim
dingin bagi lintang sedang Utara. Matahari akan terbit di titik terbit paling jauh ke selatan
dari titik Timur.

KONFIGURASI PLANET
Para astronom sejak zaman dahulu telah menyadari bahwa tidak semua benda melekat di bola
langit. Ada beberapa objek yang tidak tunduk pada gerakan bola langit, seperti matahari dan planet.
Planet tampak bergerak terhadap latar belakang bintang-bintang. Di langit, planet-planet dapat
dibedakan dari bintang, karena cahayanya yang tidak berkelap-kelip. Hal tersebut disebabkan oleh
dekatnya jarak planet dengan bumi. Selain itu, diameter sudut planet jauh lebih besar daripada
diameter sudut bintang. Planet-planet tidak akan ditemui terlalu jauh dari ekliptika bumi, sebab
bidang orbit semua planet hanya membentuk sudut kecil terhadap ekliptika. Planet-planet yang
dapat dilihat oleh mata telanjang hanya Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.

Planet-planet juga memiliki fase (seperti bulan) yang tergantung pada posisi matahari, planet, dan
bumi. Sudut pisah antara suatu planet dengan matahari dilihat dari bumi disebut sudut elongasi.
Saat diamati dari Bumi dari hari ke hari, planet akan terlihat bergerak dengan latar belakang bintang-
bintang, dengan arah dari barat ke timur (berlawanan arah bola langit). Gerakan ini disebut gerak
direct dan menggambarkan arah yang benar dari arah revolusi planet inferior mengitari Matahari.
Namun, ada kalanya planet tampak bergerak dari timur ke barat dan disebut gerak retrograd.

Gambar di samping menunjukkan konfigurasi planet inferior.


Gerak retrograd terjadi ketika planet melintas di antara Bumi
dan Matahari (saat bergerak dari B ke F). Namun karena
kebanyakan planet inferior hanya dapat diamati saat
senja/fajar, gerak retrograd ini tidak teramati. Posisi planet
inferior:

C – Elongasi Timur Maksimum (ETM) - senja


D – Konjungsi Inferior
E – Elongasi Barat Maksimum (EBM) - fajar
A – Konjungsi Superior

Gambar 3.1.4 Konfigurasi planet inferior

Catatan: keadaan C dan E terjadi saat sudut Bumi – Matahari – planet inferior 900

Sekarang, perhatikan kembali gambar 3.1.4. Tukar Bumi menjadi yang di orbit dalam, sehingga
gambar di atas menunjukkan konfigurasi planet superior. Posisi planet superior, saat Bumi di posisi:
A – Konjungsi (Elongasi 00)
C – Kuadratur Barat (Elongasi 900)
D – Oposisi (Elongasi 1800)
E – Kuadratur Timur (Elongasi 900)

Gerak retrograd bagi planet superior terjadi karena semakin dekat suatu planet ke Matahari,
semakin cepat kecepatan orbitnya. Ketika Bumi melintas di antara planet superior dan Matahari,

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 133


planet akan “tersusul” oleh Bumi, sehingga tampak bergerak
mundur, seperti yang diilustrasikan pada gambar 3.1.5. Gerak
retrograd selalu terjadi beberapa waktu sebelum dan sesudah planet
superior mencapai fase oposisi.

Gambar 3.1.5 Ilustrasi gerak retrograd planet superior

PERIODE SINODIS PLANET


Perhatikan gambar di samping yang menunjukan orbit planet A dan B yang dilihat dari kutubnya dan
diasumsikan orbitnya berbentuk lingkaran. Menurut pengamat di planet A, oposisi planet B terjadi
pada posisi 1. Setelah oposisi, kedua planet akan bergerak dengan kecepatan sudut masing-masing.
Karena periode orbit kedua planet berbeda, kecepatan sudut kedua planet pun berbeda, sehingga
akan membuat perbedaan sudut setiap satuan waktu. Oposisi berikutnya (keadaan 3) akan tercapai
apabila perbedaan sudut mencapai 3600, sehingga akan satu garis kembali. Waktu yang diperlukan
dari suatu oposisi ke oposisi berikutnya disebut periode sinodis. Persamaan untuk mencari periode
sinodis:

Keterangan:
Tsin : periode sinodis
TsidA : periode sideris planet A
TsidB : periode sideris planet B

Persamaan di atas berlaku bagi semua planet atau benda lain yang mengelilingi Matahari dengan
orbit mendekati lingkaran. Bila pengamat berada di Bumi dan mengamati planet Mars, maka Bumi
menjadi planet A dan Mars menjadi planet B. Keadaan harus ditukar dalam kasus pengamat di Bumi
mengamati planet Venus.

GERAK BULAN
Bulan adalah satelit alami Bumi satu-satunya. Bulan memiliki periode revolusi yang sama dengan
periode rotasinya, yaitu 27,32 hari. Akibatnya, Bulan akan selalu menampakan bagian yang (nyaris)
sama kepada Bumi. Periode revolusi diukur dengan acuan posisi Bulan terhadap bintang tertentu.
Orbit Bulan memiliki kemiringan sekitar 50 terhadap ekliptika, sehingga akan nampak memiliki
kemiringan 18,50 hingga 28,50 terhadap ekuator langit. Setiap hari, bulan terbit terlambat sekitar 48
– 56 menit. Akibat konfigurasi Bulan-Bumi-Matahari yang berubah-ubah, bulan tampak memiliki
fase-fase. Namun waktu yang dibutuhkan dari satu purnama ke purnama berikutnya tidak sama
dengan periode revolusinya, yaitu sekitar 29,53 hari dan disebut periode sinodis.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 134


Gambar 3.1.6 Perubahan fase Bulan sepanjang revolusinya mengelilingi Bumi

Keterangan gambar 3.1.6:


- New Moon: Bulan baru
- Waxing Crescent: Sabit awal
- First Quarter: Kuartir awal
- Waxing Gibbous: Benjol awal
- Full Moon: Bulan purnama
- Waning Gibbous: Benjol akhir
- Third Quarter: Kuartir akhir
- Waning Crescent: Sabit akhir

GERHANA, TRANSIT, DAN OKULTASI


Inklinasi orbit bulan terhadap ekliptika membuat tidak setiap konjungsi/oposisi terjadi gerhana.
Gerhana hanya akan terjadi apabila bulan, bumi, dan matahari berada pada satu garis dan satu
bidang. Keadaan itu hanya akan terjadi bila saat konjungsi/oposisi bulan berada pada titik simpul
bidang orbit bulan dan ekliptika (analogi titik simpul serupa dengan titik aries dan libra untuk bidang
ekuator dengan ekliptika). Gerhana total hanya akan terjadi apabila saat terjadi gerhana, Bumi atau
Bulan memasuki umbra. Gerhana matahari cincin terjadi apabila hanya perpanjangan kerucut umbra
(antumbra) yang sampai ke bumi.

Saat gerhana bulan, bulan tidak akan gelap total, melainkan agak kemerahan. Hal ini terjadi karena
adanya refraksi cahaya matahari oleh atmosfer bumi yang jatuh di permukaan bulan. Besar kerucut
umbra akan maksimal apabila jarak benda penghalang dengan pengamat minimal dan jarak sumber
cahaya maksimal. Diameter benda penghalang juga berpengaruh, misalnya besar kerucut umbra
bumi jauh lebih besar daripada besar kerucut umbra bulan.

Saat Venus atau Merkurius berada pada konjungsi inferior, ada kemungkinan terjadi transit. Transit
adalah lewatnya planet di depan matahari (layaknya gerhana), namun diameter sudut benda

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 135


penghalang jauh lebih kecil daripada benda yang dihalangi.
Transit tidak terjadi di setiap konjungsi inferior karena orbit
Venus memiliki inklinasi 3,40 terhadap ekliptika. Apabila
diameter benda penghalang jauh lebih besar daripada benda
yang dihalangi, maka sebutannya adalah okultasi, Contoh
okultasi adalah bulan lewat di depan planet Saturnus.

Gambar 3.1.7 Ilustrasi peristiwa gerhana

GERAK KOMET
Komet atau bintang berekor ialah anggota tata surya yang dari bumi terlihat hanya saat tertentu lalu
menghilang. Bagi pengamat dengan mata telanjang, beberapa komet akan tampak cemerlang,
memiliki ekor panjang yang arahnya selalu menjauh dari Matahari. Magnitudo (tingkat kecerahan)
komet bervariasi dan terlihat paling terang saat berada paling dekat dengan matahari. Komet yang
memiliki lintasan elips (biasanya memiliki eksentrisitas elips mendekati 1, artinya sangat lonjong)
disebut komet periodik, karena ia akan mengitari matahari dengan suatu periode tertentu. Contoh
komet periodik adalah komet Halley dengan periode 76 tahun bumi. Komet-komet yang memiliki
lintasan parabola hanya akan mendekati Matahari sekali dan tidak akan kembali lagi.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 136


BAB 2 : PENGUKURAN SUDUT DAN PARALAKS
SUDUT
Dalam kehidupan sehari-hari, sudut dinyatakan dalam satuan derajat. Sudut 360 derajat sama
dengan satu lingkaran penuh. Namun ternyata angka 360 tersebut tidak memiliki latar belakang
ilmiah yang pasti. Oleh karena itu, dirumuskan satuan sudut radian dimana 1
radian didefinisikan sebagai besar sudut yang dibentuk oleh busur lingkaran
sepanjang jari-jari lingkaran tersebut (lihat gambar 3.2.1). Besar sudut satu
lingkaran penuh (dalam radian) ialah sudut yang dibentuk oleh busur lingkaran
sepanjang keliling lingkaran tersebut atau senilai 2π radian.

Gambar 3.2.1 Ilustrasi sudut 1 radian

Besar satu derajat dibagi lagi ke dalam 60 bagian yang sama besar untuk memperbesar keakuratan.
Satu bagiannya (1/60 derajat) disebut satu menit busur (dinyatakan dengan ‘ ). Satu menit busur
juga dibagi lagi ke dalam 60 bagian sama besar yang disebut satu detik busur (“). Konversi satuan
sudut adalah sebagai berikut:
1 radian = 3600 / 2π ≈ 57,295780 ≈ 3437,75’ ≈ 206265”

PARALAKS TRIGONOMETRI
Perhatikan gambar 3.2.2 yang menunjukkan kedudukan bumi (B),
matahari (M), dan bintang (S). Pada suatu saat bumi berada di kedudukan
B1, maka saat itu pengamat di bumi akan melihat bintang memiliki
kedudukan S1. Akibat revolusi bumi mengelilingi matahari, kedudukan
bintang akan berubah-ubah relatif terhadap bintang-bintang jauh yang
ada di latar belakangnya. Misalnya saat bumi di B2, bintang akan nampak
di S2. Sudut B1 – S – M dan B2 – S – M disebut sudut paralaks.

Gambar 3.2.2 Ilustrasi paralaks trigonometri

Besar sudut paralaks (p) ialah:

(3.1)

Karena jarak S M >> jarak B1 M, persamaan (3.1) dapat diubah menjadi:

(3.2)

Keterangan:
p : sudut paralaks (dalam satuan detik busur (“))
r : jarak bumi-matahari
d : jarak bintang-matahari
r dan d harus dalam satuan yang sama (misalnya meter)

Karena sudut p mendekati nol, cosinus p mendekati 1 dan SB 1 ≈ S M. Dengan demikian, besaran d
dapat dianggap sebagai jarak bintang ke bumi. Bila r dan d dinyatakan dalam satuan astronomi (SA)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 137


atau astronomical unit (AU) dimana 1 SA = jarak (rata-rata) bumi-matahari, maka persamaan
paralaks menjadi:

(3.3)

Dari persamaan 3.3 kita bisa lihat bahwa benda yang memiliki jarak 206265 SA akan memiliki sudut
paralaks 1 detik busur. Untuk mempersingkat persamaan, ditetapkan satuan panjang baru yaitu
parsec (parallax second) dimana satu parsec didefinisikan sebagai jarak bintang yang memiliki sudut
paralaks sebesar satu detik busur diukur dari bumi. Dengan demikian, 1 SA = 1/206265 parsec. Bila
persamaan (3.2) kita nyatakan r dan d dalam satuan parsec, kita akan mendapat persamaan:

(3.4)

Apabila pengukuran sudut paralaks dilakukan bukan dari bumi, maka persamaan (3.4) akan menjadi:

(3.5)

Keterangan:
r : jarak pengamat ke matahari (dalam satuan SA)

DIAMETER SUDUT
Diameter sudut menyatakan ukuran benda langit dalam satuan sudut. Bulan dan Matahari memiliki
diameter sudut sekitar 30’ (30 menit busur) jika dilihat dari Bumi.

Gambar 3.2.3 Ilustrasi diameter


sudut

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 138


BAB 3 : ASTROFISIKA

Untuk mempelajari benda-benda langit, informasi yang diterima hanya berupa seberkas cahaya.
Cahaya termasuk gelombang elektromagnet. Pancaran gelombang elektromagnet dibagi menjadi
beberapa jenis, bergantung pada kisaran panjang gelombangnya (λ):
1. Gelombang radio, dengan λ antara beberapa milimeter sampai 20 meter
2. Gelombang inframerah, dengan λ antara sekitar 7.500 Å hingga sekitar 1 mm (1 Å = 1
Angstrom = 10-10 m)
3. Gelombang visual (cahaya tampak), dengan λ antara 3.800 Å sampai 7.500 Å. Gelombang
visual terbagi menjadi beberapa macam warna:
a. Merah λ : 6.300 – 7.500 Å
b. Merah oranye λ : 6.000 – 6.300 Å
c. Oranye (jingga) λ : 5.900 – 6.000 Å
d. Kuning λ : 5.700 – 5.900 Å
e. Kuning hijau λ : 5.500 – 5.700 Å
f. Hijau λ : 5.100 – 5.500 Å
g. Hijau biru λ : 4.800 – 5.100 Å
h. Biru λ : 4.500 – 4.800 Å
i. Biru ungu λ : 4.200 – 4.500 Å
j. Ungu λ : 3.800 – 4.200 Å

4. Pancaran gelombang ultraviolet (UV), sinar-X, dan sinar γ (gamma) yang mempunyai λ
kurang dari 3.500 Å

Dengan mengamati pancaran gelombang elektromagnet, kita dapat mempelajari beberapa hal,
yaitu:
- Arah pancaran: mencakup letak dan gerak benda yang memancarkannya
- Kuantitas pancaran: mencakup kuat atau kecerahan pancaran
- Kualitas pancaran: mencakup warna, spektrum, dan polarisasinya

HUKUM PANCARAN
Untuk memahami sifat pancaran suatu benda, kita hipotesiskan suatu pemancar sempurna yang
disebut benda hitam (black body). Pada keadaan kesetimbangan termal, temperatur benda hitam
hanya ditentukan oleh jumlah energi yang diserapnya per detik. Suatu benda hitam tidak
memancarkan seluruh gelombang elektromagnet secara merata. Benda hitam bisa memancarkan
cahaya biru lebih banyak daripada cahaya merah, atau sebaliknya. Besaran λmaks (panjang
gelombang dengan intensitas pancaran maksimum) benda hitam dapat ditentukan menggunakan
Hukum Wien, yaitu

Keterangan:
λmaks dinyatakan dalam satuan cm
T (temperatur) dinyatakan dalam satuan Kelvin (K)

Hukum Wien dapat digunakan untuk menjelaskan kaitan antara warna bintang dengan temperatur
bintang. Bintang yang temperaturnya tinggi akan tampak berwarna biru, sedangkan yang

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 139


temperaturnya rendah tampak berwarna merah.

FLUKS DAN LUMINOSITAS


Fluks adalah jumlah energi yang dipancarkan oleh setiap cm2 permukaan benda hitam per detik ke
semua arah.

Keterangan:
F : fluks (dalam satuan W/m2)
σ : konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8 Wm-2K-4)
T : temperatur (dalam satuan K)

Apabila suatu benda berbentuk bola dengan radius R dan temperatur T memancarkan radiasi
dengan sifat-sifat benda hitam, maka energi yang dipancarkan oleh seluruh permukaan benda itu ke
segala arah per detik disebut luminositas.

Keterangan:
L : luminositas (dalam satuan W)
Luas : luas permukaan benda (dalam satuan m2)

Fluks energi yang diterima oleh pengamat (E) yang berjarak d dari suatu bintang berluminositas L
adalah:

SISTEM MAGNITUDO
Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan dalam sistem magnitudo. Semakin tinggi nilai
magnitudo suatu bintang, semakin redup bintang tersebut. Begitu pula sebaliknya. John Herschel
menemukan bahwa kepekaan mata dalam menilai terang bintang bersifat logaritmik. Bintang yang
magnitudonya 1 ternyata 100 kali lebih terang daripada bintang yang magnitudonya 6. Berdasarkan
kenyataan ini, Pogson mendefinisikan skala satuan magnitudo sebagai berikut:

Keterangan:
m1 : magnitudo bintang ke-1
m2 : magnitudo bintang ke-2
E1 : fluks pancaran bintang ke-1
E2 : fluks pancaran bintang ke-2

Magnitudo pada persamaan di atas merupakan ukuran terang bintang yang kita lihat atau terang
semu (ada faktor jarak dan penyerapan yang harus diperhitungkan). Magnitudo yang menyatakan
ukuran fluks energi bintang yang kita terima atau ukuran terang bintang yang kita lihat disebut
magnitudo semu (apparent magnitude). Magnitudo yang menyatakan luminositas bintang disebut
magnitudo mutlak (absolute magnitude). Magnitudo mutlak adalah magnitudo bintang yang
diandaikan diamati pada jarak 10 pc (parsec). Skala satuan magnitudo mutlak adalah:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 140


Keterangan:
M1 : magnitudo mutlak bintang ke-1
M2 : magnitudo mutlak bintang ke-2
L1 : luminositas bintang ke-1
L2 : luminositas bintang ke-2

Hubungan antara magnitudo semu, magnitudo mutlak, dan jarak bintang ke pengamat adalah:

Keterangan:
m : magnitudo semu
M : magnitudo mutlak
m – M : modulus jarak
d : jarak bintang ke pengamat (dalam satuan parsec)

SPEKTRUM BINTANG
Apabila seberkas cahaya putih diarahkan ke dalam prisma, maka cahaya tersebut akan terurai dalam
beberapa warna (panjang gelombang).

Gambar 3.3.1 Cahaya putih yang melewati bagian dalam prisma menghasilkan spektrum kontinu

Gambar 3.3.2 Peristiwa yang menghasilkan garis absorpsi dan garis emisi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 141


Klasifikasi kelas spektrum bintang:
1. O (warna biru, temperatur > 30.000 K, contoh: bintang 10 Lacerta)
2. B (warna biru, temperatur 11.000 – 30.000 K, contoh: bintang Rigel dan Spica)
3. A (warna biru, temperatur 7.500 – 11.000 K, contoh: bintang Sirius dan Vega)
4. F (warna biru keputihan, temperatur 6.000 – 7.500 K, contoh: bintang Canopus dan Procyon)
5. G (warna putih kekuningan, temperatur 5.000 – 6.000 K, contoh: Matahari dan bintang Capella)
6. K (warna jingga kemerahan, temperatur 3.500 – 5.000 K, contoh: bintang Arcturus dan
Aldebaran)
7. M (warna merah, temperatur 2.500 – 3.000 K, contoh: bintang Betelgeuse dan Antares)

Gambar 3.3.3 Tujuh kelas spektrum bintang (urut dari kiri ke kanan): O, B, A, F, G, K, M

Klasifikasi kelas spektrum bintang O, B, A, F, G, K, M masih dibagi lagi dalam subkelas, yaitu:
O0, O1, O2, O3, … , O9
B0, B1, B2, B3, … , B9
A0, A1, A2, A3, … , A9
.
.
.
dst

Angka subkelas yang semakin besar menunjukkan suhu bintang yang semakin rendah.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 142


BAB 4 : MEKANIKA BENDA LANGIT
HUKUM KEPLER
Pada abad ke-16 muncul banyak astronom yang mulai menentang paham geosentris yang telah lama
diikuti. Salah satunya adalah Tycho Brahe, astronom Denmark yang melakukan pengamatan dengan
peralatan minimum, namun dengan akurasi yang sangat baik. Johannes Kepler (murid Brahe)
kemudian berhasil merumuskan teori dasar tentang pergerakan planet-planet berdasarkan data
pengamatan yang dikumpulkan Brahe.

1. Hukum Kepler I
Hukum Kepler I berbunyi: “orbit setiap planet berbentuk elips dengan matahari berada di salah
satu titik fokusnya”. Elips adalah bentuk bangun datar yang merupakan salah satu dari irisan
kerucut (selain lingkaran, hiperbola, dan parabola). Eksentrisitas elips bernilai antara 0 dan 1.

Gambar 3.4.1 Skema dan parameter elips

Hukum Kepler I dengan jelas menentang pernyataan Nicolaus Copernicus yang menyatakan
bahwa orbit planet berbentuk lingkaran dengan matahari berada di pusat lingkaran. Terbukti
dari hasil pengamatan bahwa orbit elips Kepler dapat memberikan posisi yang lebih akurat
dibandingkan orbit lingkaran. Kesalahan Copernicus ini dapat dipahami sebab meskipun memiliki
lintasan elips, eksentrisitas orbit planet mendekati nol, sehingga sekilas akan tampak mendekati
lingkaran. Bahkan, untuk perhitungan-perhitungan sederhana kita boleh mengasumsikan orbit
planet adalah lingkaran.

2. Hukum Kepler II
Hukum Kepler II berbunyi: “vektor radius suatu
planet akan menempuh luas areal yang sama
untuk selang waktu yang sama”. Vektor radius
adalah garis hubung antara planet dengan pusat
gravitasi (matahari).

Gambar 3.4.2 Ilustrasi hukum Kepler II

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 143


Perhatikan gambar 3.4.2. Apabila planet membutuhkan waktu yang sama untuk menempuh P1 –
P2 dan P3 - P4, maka luas areal P1 – F – P2 akan sama dengan P3 - F - P4, begitu pula sebaliknya.
Konsekuensi dari hukum Kepler II ini ialah kecepatan linear planet di setiap titik di orbitnya
tidaklah konstan, tetapi bergantung pada jarak planet. Planet akan bergerak paling cepat saat
berada di perihelium dan akan bergerak paling lambat saat berada di aphelium.

3. Hukum Kepler III


Hukum Kepler III berbunyi: “pangkat tiga sumbu semi mayor orbit suatu planet sebanding
dengan kuadrat dari periode revolusi planet tersebut”. Apabila sumbu semi mayor dinyatakan
dengan “a” dan periode revolusi planet dinyatakan dengan “T”, maka secara matematis hukum
Kepler III dapat ditulis menjadi:

Ternyata untuk benda-benda yang mengelilingi pusat gravitasi yang sama, besarnya konstanta
akan sama (misalnya bagi planet Venus dan planet Bumi, atau bagi Io dan Europa (satelit
Jupiter)). Untuk benda-benda yang memenuhi syarat tersebut berlaku:

Apabila benda yang kita tinjau adalah planet yang mengitari matahari, dan kita nyatakan a dalam
Satuan Astronomi dan T dalam tahun, maka kita akan mendapati:

Hukum Kepler tidak hanya berlaku pada planet di tata surya, namun juga berlaku pada satelit
planet-planet, asteroid, komet, sistem bintang ganda, dll.

HUKUM GRAVITASI NEWTON


Hukum Gravitasi Newton berbunyi: “semua partikel materi di alam semesta menarik semua partikel
lain dengan gaya yang sebanding dengan produk massa dan berbanding terbalik dengan pangkat dua
dari jarak antara keduanya”. Secara matematis, hukum Gravitasi Newton dapat ditulis menjadi:

Keterangan:
F : gaya gravitasi (dalam satuan Newton)
G : konstanta gravitasi universal (G = 6,67 x 10-11 Nm2kg-2)
m1 : massa benda 1 (dalam satuan kg)
m2 : massa benda 2 (dalam satuan kg)
r : jarak antara kedua benda (dalam satuan meter)

Jika hukum Gravitasi Newton digabungkan dengan hukum Newton II, maka persamaan yang
dihasilkan adalah:

Persamaan hasil penurunan yang berada di paling kanan adalah persamaan kuat medan gravitasi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 144


atau percepatan gravitasi. Dalam fisika, percepatan gravitasi dinyatakan dengan “g”.
Keterangan:
a = g = percepatan gravitasi (dalam satuan m/s2)
M : massa benda pemberi gravitasi (dalam satuan kg)
r : jarak antara benda besar (pemberi gravitasi) dengan benda kecil (dalam satuan meter)

Energi potensial gravitasi yang dimiliki sebuah benda sebanding dengan produk massa benda
tersebut dan massa benda sumber, serta berbanding terbalik dengan jarak antara kedua benda.
Energi potensial gravitasi selalu bernilai negatif, sebab energi potensial gravitasi selalu bersifat
seolah-olah “kekurangan” energi, atau dinyatakan dengan:

Keterangan:
Ep : energi potensial (dalam satuan Joule)
M : massa benda besar (dalam satuan kg)
m : massa benda kecil (dalam satuan kg)

Potensial gravitasi yang dimiliki sebuah benda didefinisikan sebagai energi potensial gravitasi per
satuan massa:

Keterangan:
V : potensial gravitasi

MEKANIKA ORBIT SEDERHANA


Bulan mengalami gaya tarik gravitasi ke arah bumi, namun bulan tidak pernah jatuh ke bumi.
Ternyata, bulan dapat mempertahankan posisinya terhadap bumi karena ia melakukan revolusi
mengelilingi bumi, sehingga gaya gravitasi akan berlaku sebagai gaya sentripetal bagi putaran bulan.

Orbit bulan berupa elips, namun memiliki eksentrisitas mendekati nol, sehingga dapat dianggap
sebagai sebuah lingkaran. Dengan demikian, radius orbit dapat diasumsikan tetap, sehingga dapat
dinyatakan:

Keterangan:
Vorbit : kecepatan orbit (mengelilingi benda pusat) (dalam satuan m/s)

Penggabungan rumus gerak melingkar dengan rumus kecepatan orbit menghasilkan:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 145


Karena lingkaran adalah elips yang memiliki eksentrisitas 0, berlaku a = r, sehingga menjadi:

Uraian di atas adalah salah satu pembuktian hukum Kepler III. Newton mampu menentukan nilai
konstanta pada hukum Kepler III, yaitu GM/4π2.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 146


BAB 5 : TATA KOORDINAT LANGIT DAN ASTRONOMI BOLA

Tata koordinat yang paling umum digunakan adalah jenis Kartesian yang memakai sumbu X dan Y.
Namun, ada jenis tata koordinat lain yang lebih sesuai dengan keadaan Bumi yang berbentuk bola,
yaitu tata koordinat bola. Benda langit nampak bergerak di langit karena pengaruh rotasi Bumi.
Bintang-bintang dapat dibayangkan “menempel” pada sebuah kubah besar yang berputar. Oleh
karena itu, penentuan posisinya menggunakan tata koordinat bola.

Bintang-bintang terlihat seolah-olah bergerak perlahan di langit, sama seperti Matahari dan Bulan.
Hanya saja, kecepatan edar semu ketiga jenis objek tersebut di langit sedikit berbeda. Matahari dan
Bulan terbit di horizon sebelah timur, meskipun tidak selalu tepat dari titik timur. Titik terbit
Matahari dan Bulan berubah dari hari ke hari, sedangkan titik terbit bintang-bintang selalu tetap.

Sebuah bintang yang suatu saat terbit tepat di titik timur, ia akan selalu terbit tepat di titik timur dan
terbenam tepat di titik barat. Bintang-bintang yang titik terbitnya lebih selatan dari titik timur akan
selalu terbit dari titik yang sama setiap harinya, beredar di belahan langit selatan, dan terbenam di
sebuah titik yang lebih selatan daripada titik barat. Mereka sering disebut bintang-bintang selatan.
Bintang-bintang yang beredar di belahan langit utara sering disebut bintang-bintang utara. Orang-
orang di belahan bumi selatan dapat lebih lama melihat bintang-bintang selatan dan lebih singkat
kesempatannya untuk mengamati bintang-bintang utara, bahkan beberapa bintang yang jauh di
utara tidak dapat terlihat sama sekali.

Para astronom zaman dahulu membuat suatu tata koordinat benda langit sedemikian rupa sehingga
koordinat bintang dapat dibuat tidak berubah terhadap waktu. Tata koordinat itu adalah tata
koordinat yang titik acuannya bergerak sesuai dengan rotasi Bumi dan disebut tata koordinat
ekuatorial. Kadang-kadang cukup sulit untuk memahami suatu koordinat yang acuannya bergerak
relatif terhadap pengamat. Oleh karena itu, mempelajari suatu tata koordinat lain yang acuannya
diam terhadap pengamat dapat membantu dalam pemahaman tata koordinat ekuatorial.

Untuk menyatakan posisi sebuah benda langit, dapat digunakan beberapa macam tata koordinat
yang kesemuanya merupakan sistem koordinat bola tanpa memperhitungkan jarak dari pusat bola.
Pada tata koordinat benda langit ada lingkaran besar (berpusat di pusat bola) dan lingkaran kecil
(tidak berpusat di pusat bola). Semuanya mempunyai 2 titik kutub serta menggunakan lintang dan
bujur sebagai penentu posisi benda langit. Semua lingkaran bujur merupakan lingkaran besar.
Semua lingkaran lintang merupakan lingkaran kecil (kecuali satu lingkaran lintang yang membagi
bola menjadi 2 bagian yang sama besar). Lingkaran lintang semakin kecil jika semakin dekat dengan
kutub bola.

TATA KOORDINAT HORIZON

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 147


Gambar 3.5.1 Tata koordinat horizon

Keuntungan:
- Praktis dan sederhana
- Langsung mudah dibayangkan letak bendanya di bola langit
Kelemahan:
- Tergantung tempat di muka Bumi. Jika tempatnya berbeda, maka horizonnya pun berbeda
- Tergantung waktu, terpengaruh oleh gerak harian

Catatan: letak titik kardinal (Utara, Timur, Selatan, Barat (UTSB)) pada bola langit bebas, asalkan
arah SBUT atau UTSB searah jarum jam.

TATA KOORDINAT EKUATORIAL

Gambar 3.5.2 Tata koordinat ekuatorial

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 148


Catatan:
- Sudut jam bintang lokal (Hour Angle (HA)) adalah panjang busur dalam jam (1 jam = 150 busur)
dihitung dari titik kulminasi atas pada meridian langit ke arah barat.
- Jam bintang (Local Sidereal Time (LST)) adalah sudut jam bintang lokal titik Aries.
- LST = RA + HA (RA: Right Ascension / Asensiorekta)
- Koordinat ekuatorial bersifat universal, sangat standar dipakai dalam astronomi karena tidak
terpengaruh oleh letak dan waktu pengamat di permukaan Bumi.

Hubungan Waktu Matahari dengan Waktu Sideris (Waktu Bintang)


- Waktu Matahari Menengah (WMM) = Sudut jam Matahari + 12 jam
- Ketika jam 0 waktu Matahari, letak Matahari menengah berada di titik kulminasi bawah
- Satu hari Matahari = 24 jam
- Waktu Sideris = sudut jam titik Aries
- Ketika jam 0 waktu sideris, letak titik Aries berada di titik kulminasi atas
- Satu hari sideris = 23 jam 56 menit 4,0982 detik

TATA KOORDINAT EKLIPTIKA

Gambar 3.5.3 Tata koordinat ekliptika

Catatan:
- Lingkaran ekliptika membentuk sudut kemiringan 23,50 terhadap lingkaran ekuator langit
- Titik perpotongan ekliptika dengan ekuator langit setiap tanggal 21 Maret disebut titik Aries atau
Titik Musim Semi (TMS) belahan bumi utara, sedangkan pada tanggal 23 September disebut titik
Libra atau Titik Musim Gugur (TMG)
- Deklinasi maksimum Matahari di belahan langit utara (23,50) disebut Titik Musim Panas (TMP)
atau Tropic of Cancer, dicapai oleh Matahari setiap tanggal 22 Juni. Deklinasi maksimum
Matahari di belahan langit selatan (-23,50) disebut Titik Musim Dingin (TMD) atau Tropic of
Capricorn, dicapai oleh Matahari setiap tanggal 22 Desember.
- Sistem koordinat ekliptika umumnya dipakai untuk posisi Matahari dan anggota tata surya

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 149


lainnya.

LINTASAN HARIAN BENDA LANGIT

Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit


Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar dengan ekuator dan berjarak δ. Benda
bergerak dari bawah horizon ke atas horizon di sebelah timur. Peristiwa ini disebut terbit. Lalu
benda terbenam, yaitu ketika benda bergerak dari atas horizon ke bawah horizon di sebelah barat.
Saat terbit atau terbenam, z = 900 dan h = 00. Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu
yang ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas dan dari transit atas sampai terbenam.
Jadi, 2 x HA adalah lama benda langit berada di atas horizon.

Bintang Sirkumpolar
Bintang sirkumpolar adalah bintang yang tidak pernah terbit maupun terbenam.
1. Pada bintang sirkumpolar di atas horizon, berlaku:
z (transit bawah) ≤ 900 jika:
- δ ≥ 900 – Φ, untuk belahan bumi utara
- δ ≤ |Φ| - 900, untuk belahan bumi selatan
2. Pada bintang sirkumpolar di bawah horizon, berlaku:
z (transit atas) ≥ 900 jika:
- δ ≥ Φ – 900, untuk belahan bumi utara
- δ ≤ 900 – |Φ|, untuk belahan bumi selatan

Pergerakan Semu Tahunan Matahari


- Matahari bergerak semu mengelilingi Bumi pada bidang ekliptika → posisinya dalam koordinat
ekliptika berubah terhadap waktu → posisinya pada koordinat ekuatorial juga berubah
- Dalam 1 tahun, α berubah dari 0h sampai 24h dan δ berubah dari -23,270 sampai +23,270
- Posisi γ tetap

Posisi Matahari dalam Koordinat Ekuatorial II dan Ekliptika

Posisi Titik γ terhadap Matahari dalam Peredaran Harian dan Tahunan Matahari

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 150


BAB 6 : PENGAMATAN ASTRONOMI
TELESKOP
Teleskop merupakan alat optik untuk melihat benda-benda yang terletak sangat jauh sehingga
tampak lebih dekat dan lebih jelas. Fungsi utama teleskop dalam astronomi adalah mengumpulkan
lebih banyak cahaya daripada mata telanjang; berarti mengungkap objek yang terlalu lemah bila
dilihat dengan mata telanjang. Daya pengumpulan cahaya oleh teleskop sebanding dengan kuadrat
aperturenya (D2). Aperture mewakili bukaan atau luas lensa objektif teleskop. Semakin luas lensa
objektif, semakin banyak cahaya yang dapat masuk. Aperture pupil mata manusia dapat membesar
sampai 7 mm dalam keadaan gelap total. Teleskop optik terbesar di dunia memiliki diameter 10 m.
Ada 2 macam teleskop berdasarkan perbedaan sistem optiknya, yaitu:
1. Refraktor / teleskop bias
Teleskop ini menggunakan lensa objektif berbentuk cembung untuk mengumpulkan cahaya dan
membentuk citra pada titik fokusnya.

Gambar 3.6.1 Diagram teleskop refraktor

2. Reflektor / teleskop pantul


Teleskop ini menggunakan cermin cekung (disebut cermin primer) untuk mengumpulkan berkas
sinar ke titik fokusnya. Cermin yang dipakai biasanya terbuat dari bahan gelas atau keramik yang
dilapisi lapisan tipis logam pemantul (seperti aluminium) pada permukaan depannya.

Beberapa macam teleskop jenis reflektor:


a. Newtonian

Gambar 3.6.2 Diagram teleskop reflektor Newtonian

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 151


b. Cassegrain

Gambar 3.6.3 Diagram teleskop reflektor Cassegrain

c. Schmidt

Gambar 3.6.4 Diagram teleskop reflektor Schmidt

d. Schmidt-Cassegrain

Gambar 3.6.5 Diagram teleskop Schmidt-Cassegrain

Untuk pengamatan visual, diperlukan lensa okuler / lensa sekunder (eyepiece). Eyepiece merupakan
lensa dengan panjang fokus yang pendek dan menghasilkan citra yang diperbesar. Citra yang
dihasilkan oleh eyepiece dapat dilihat dengan mata telanjang atau diproyeksikan pada emulsi
fotografik, detektor elektronik, ataupun layar. Eyepiece biasanya ditempatkan pada jarak yang dekat
di belakang fokus (sama dengan panjang fokus eyepiece) dan diletakkan dalam tabung geser.

Tabel 3.1 Perbedaan antara Teleskop Refraktor dan Reflektor

Beberapa parameter fisik teleskop:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 152


1. Pembesaran (magnification)
Daya pembesaran adalah rasio antara diameter sudut objek kalau dilihat melalui teleskop
dengan diameter sudut objek jika dilihat tanpa teleskop. Rumus daya pembesaran teleskop:

𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐤𝐮𝐬 𝐥𝐞𝐧𝐬𝐚 𝐨𝐛𝐣𝐞𝐤𝐭𝐢𝐟 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐜𝐞𝐫𝐦𝐢𝐧 𝐅𝐨𝐛𝐣


𝐦= =
𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐤𝐮𝐬 𝒆𝒚𝒆𝒑𝒊𝒆𝒄𝒆 𝐅𝐨𝐤

2. Daya pisah (resolving power)


Daya pisah atau resolusi teleskop adalah ukuran kemampuan teleskop untuk mengungkap detil
citra, didefinisikan sebagai sudut minimum antara 2 sumber cahaya titik agar kedua titik itu
tampak terpisah satu sama lain. Jika sudut antara kedua citra titik tersebut lebih kecil, kedua
citra tersebut akan lebur ke dalam satu titik. Daya pisah dinyatakan dalam satuan detik busur
(arcsec = “). Nilai daya pisah didekati dengan rumus: R = 120/D (D adalah diameter lensa objektif
dalam satuan mm).
α (dalam satuan radian) = 1,22 λ/D
λ: panjang gelombang D: diameter bukaan lensa objektif
Catatan: satuan λ dan D harus sama

Jika λ dianggap 5.500 Å, maka α (“) = 140/D


Catatan: D dalam satuan mm

3. Hubungan antara jarak objek, jarak bayangan, dan panjang fokus lensa

f = panjang fokus lensa; S = jarak objek; S’ = jarak bayangan

4. Panjang teleskop refraktor (d)


- Jika mata rileks : d = fob + fok
- Jika mata berakomodasi : d = fob + Sok

5. Daya kumpul radiasi (light gathering power): kemampuan teleskop mengumpulkan radiasi
dibandingkan dengan mata telanjang
𝐃𝟐
, dpupil mata ≈ 7 – 8 mm
(𝐝𝐩𝐮𝐩𝐢𝐥 𝐦𝐚𝐭𝐚 )𝟐

6. Magnitudo batas (limiting magnitude): batas teredup (magnitudo terbesar) dari objek
astronomi yang dapat diamati melalui teleskop
m = 6 + 5.log(D/10)
D: diameter bukaan lensa objektif (dalam satuan mm)

7. Medan pandang (field of view): bentangan langit yang dapat dilihat melalui teleskop
FOV = medan pandang semu / m
Medan pandang semu = 450 - 550 m = perbesaran (magnification)

8. Skala bayangan (plate scale): hubungan antara bentangan sudut dan ukuran citra pada bidang
fokus
Skala bayangan (“/mm) = 206265” / f
f: panjang fokus lensa objektif

9. Pupil keluaran (exit pupil): diameter berkas yang keluar dari eyepiece

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 153


𝐟𝐞𝐲𝐞𝐩𝐢𝐞𝐜𝐞
Pupil keluaran =
𝐟/𝐃

10. Focal Ratio = f/D


Catatan: satuan dari f (panjang fokus lensa objektif) dan D (diameter bukaan lensa objektif)
harus sama

RASI BINTANG
Titik-titik yang berkelap-kelip di langit yang disebut bintang sebenarnya masing-masing adalah
sebuah benda serupa Matahari. Karena jaraknya yang sangat jauh, cahayanya tampak sangat redup
dibandingkan dengan cahaya matahari. Menurut imajinasi manusia, bintang-bintang di langit
nampak membentuk pola-pola yang menggambarkan bentuk khusus. Oleh karena itu, bintang-
bintang yang dekat arah datang cahayanya dikelompokan dan dinamai berdasarkan figur yang
terbentuk olehnya (rasi bintang), yang kebanyakan berdasarkan mitos dan legenda setempat.

Penamaan rasi bintang berbeda-beda bergantung pada tempat. Misalnya rasi yang dikenal sebagai
rasi Scorpio (kalajengking) oleh bangsa Yunani, namun oleh orang Jawa disebut rasi Kelapa Doyong,
karena dinilai mirip pohon kelapa yang miring. Di zaman modern ini, rasi bintang digunakan bukan
hanya untuk menamai bentuk, namun juga untuk membagi daerah. Seluruh bola langit dibagi ke
dalam 88 daerah rasi bintang yang dinamakan berdasarkan tata penamaan orang Yunani.

Tiga belas di antara rasi-rasi bintang itu dilintasi oleh matahari sepanjang tahun dan 12 di antaranya
dinamakan rasi zodiak. Seseorang dikatakan memiliki rasi Aries bila saat dia lahir matahari berada di
rasi tersebut. Rasi Ophiucus (sang pemegang ular) tidak diikutsertakan dalam zodiak namun letaknya
berada di antara rasi Scorpio dan Sagittarius.

Berikut adalah daftar beberapa rasi dan kapan ia bisa dilihat di meridian pengamat (lingkaran besar
yang melalui KLU, Zenith, dan KLS) saat tengah malam waktu lokal.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 154


15 bintang paling terang di langit beserta magnitudo semunya masing-masing:
1. Sirius (-1,46) 6. Capella (0,08) 11. Agena (0,60)
2. Canopus (-0,72) 7. Rigel (0,12) 12. Altair (0,77)
3. Rigil Kent (-0,27) 8. Procyon (0,34) 13. Aldebaran (0,85)
4. Arcturus (-0,04) 9. Achernar (0,46) 14. Acrux (0,87)
5. Vega (0,03) 10. Betelgeuse (0,50) 15. Antares (0,96)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 155


BAB 7 : MATAHARI DAN ANGGOTA TATA SURYA

Yang dimaksud dengan tata surya adalah Matahari sebagai bintang pusat/induk dan anggota tata
surya lainnya. Anggota tata surya selain Matahari antara lain planet, satelit, asteroid, Kuiper Belt
Object, komet, meteoroid, cincin, dll.

MATAHARI

Gambar 3.7.1 Data-data fisis matahari

Matahari merupakan bintang induk yang memberikan energi berupa radiasi ke semua anggota tata
surya. Energi yang dipancarkan matahari berasal dari reaksi fusi nuklir, sesuai dengan hukum
kesetaraan massa-energi Einstein (E = m.c2). Secara sederhana, reaksi fusi nuklir tersebut adalah
reaksi penggabungan 4 inti atom hidrogen menjadi 1 inti
atom helium dan ada defek/pengurangan massa yang
dikonversi menjadi energi. Matahari pernah bergantung
pada sumber energi yang berasal dari pengerutan gravitasi
saat matahari masih berupa protobintang yang mengerut
sambil mencari kesetimbangan gravitasi. Di fase ini,
matahari belum bisa melangsungkan reaksi fusi di intinya
akibat belum cukup tingginya tekanan dan temperatur di
inti matahari.

Gambar 3.7.2 Struktur bagian dalam matahari

Struktur bagian dalam matahari terdiri atas 3 bagian, yaitu:


1. Inti: merupakan tempat pembangkitan energi; reaksi fusi nuklir berlangsung dari inti matahari
sampai ke sekitar 0,25 radius matahari
2. Daerah radiatif: sampai ke sekitar 0,71 radius matahari; di daerah ini, energi lebih banyak
dihantarkan lewat proses radiasi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 156


3. Daerah konvektif: daerah kedap cahaya yang temperatur dan tekanannya relatif rendah; di
daerah ini, energi lebih banyak dihantarkan lewat proses konveksi

Angkasa matahari memiliki 3 lapisan utama, yaitu:


1. Fotosfer
Fotosfer adalah lapisan terbawah dari ketiga lapisan angkasa
matahari. Fotosfer (lapisan cahaya) merupakan bagian matahari
yang tampak. Tebalnya sekitar 400 km. Temperatur menurun dalam
arah ke atas, rata-rata 5.800 K. Konveksi di fotosfer menghasilkan
granulasi.

Gambar 3.7.3 Granulasi di fotosfer matahari

2. Kromosfer
Di atas fotosfer terdapat lapisan yang tidak terlalu rapat, tetapi
memiliki temperatur yang lebih tinggi. Lapisan ini disebut
kromosfer. Suhu kromosfer sekitar 10.000 K. Di kromosfer
terjadi peristiwa pancaran gas naik ke atas dari daerah fotosfer
masuk ke kromosfer. Pancaran gas itu disebut spikula.

Gambar 3.7.4 Kromosfer dan spikula

3. Korona
Korona merupakan lapisan angkasa matahari yang paling luar. Korona tersusun dari gas yang
temperaturnya sangat tinggi (mencapai jutaan Kelvin) dan memiliki
kerapatan yang sangat rendah. Korona membentang hingga jutaan
kilometer membentuk angin matahari. Kromosfer dan korona hanya
tampak pada saat gerhana matahari total. Hal ini disebabkan karena
terangnya kedua lapisan ini dikalahkan oleh terangnya fotosfer.

Gambar 3.7.5 Korona matahari

Salah satu kenampakan aktivitas medan magnetik


matahari yang mudah diamati adalah adanya sunspot atau
bintik matahari. Bintik matahari adalah daerah-daerah
gelap yang terdapat di fotosfer. Suhunya lebih dingin
1.000 – 1.500 K dari daerah fotosfer lainnya. Karena
suhunya lebih dingin, energi yang dipancarkan sunspot
lebih rendah daripada daerah fotosfer di sekitarnya. Oleh
karena itu, sunspot tampak gelap.

Gambar 3.7.6 Struktur vertikal angkasa matahari

Gambar 3.7.7 Kelompok sunspot

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 157


Dengan mengamati gerak sunspot, kita bisa mengetahui periode rotasi matahari di setiap lintangnya.
Matahari berotasi secara diferensial karena matahari bukanlah benda solid. Jumlah bintik matahari
bervariasi setiap waktu. Jumlah rata-rata bintik matahari meningkat dan menurun secara siklis yang
periodenya sekitar 11 tahun.

Macam-macam aktivitas matahari:


1. Busur korona (coronal loops)
Busur korona mengikuti garis gaya medan magnet di korona. Busur
korona berawal di fotosfer, satu memiliki polaritas positif, dan
satunya dengan polaritas negatif.

Gambar 3.7.8 Busur korona

2. Filamen
Filamen adalah jalur-jalur gelap di piringan matahari

3. Prominensa
Prominensa adalah filamen yang terlihat di atas tepi
piringan matahari

4. Plage
Plage adalah daerah terang yang terkait dengan bintik
matahari

Gambar 3.7.9 Prominensa, plage, dan filamen

5. Flare
Flare adalah peningkatan radiasi elektromagnetik dari matahari yang
berlangsung secara mendadak dengan intensitas yang tinggi.

Gambar 3.7.10 Flare

6. Coronal Mass Ejection (CME)


CME adalah letupan materi korona dan medan magnet yang
dilemparkan ke angkasa dengan kecepatan tinggi. CME bisa
mencapai bumi dalam beberapa hari. Material yang berupa
ion-ion tersebut ketika menumbuk gas-gas di atmosfer bumi
akan menghasilkan spektrum emisi yang tampak sebagai
aurora borealis di BBU (> 500 LU) dan aurora australis di BBS
(> 500 LS).

Gambar 3.7.11 CME ketika baru dilontarkan dari matahari


(kiri) dan ketika menumbuk magnetosfer bumi (kanan)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 158


PLANET
Di tata surya dikenal ada 8 planet dan lebih dari 50 satelit yang mengelilingi planet-planet. Urutan
planet-planet dari yang terdekat dengan matahari adalah: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Selain kedelapan planet tersebut, dikenal juga ada beberapa dwarf
planet (planet kerdil) seperti Pluto, Ceres, dan Sedna (konvensi IAU 2006). Pluto kadang-kadang
masuk ke dalam orbit Neptunus dan berada lebih dekat ke matahari daripada Neptunus. Hal ini
disebabkan karena orbit Pluto yang bersilangan (bukan berpotongan) dengan orbit Neptunus.
Planet-planet dikategorikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan posisi planet-planet terhadap sabuk asteroid
a. Planet dalam (inner planet): planet yang orbitnya terletak di dalam sabuk asteroid (anggota:
Merkurius, Venus, Bumi, Mars)
b. Planet luar (outer planet): planet yang orbitnya terletak di luar sabuk asteroid (anggota:
Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus)

2. Berdasarkan jarak planet-planet ke Matahari terhadap jarak Bumi – Matahari


a. Planet inferior: planet yang jaraknya ke Matahari lebih dekat daripada jarak Bumi –
Matahari (anggota: Merkurius, Venus)
b. Planet superior: planet yang jaraknya ke Matahari lebih jauh daripada jarak Bumi – Matahari
(anggota: Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus)

3. Berdasarkan kemiripan komposisi unsur-unsur penyusun planet-planet


a. Planet terrestrial (planet kebumian): planet yang komposisinya mirip dengan Bumi, berupa
batuan (anggota: Merkurius, Venus, Bumi, Mars)
b. Planet Jovian: planet yang komposisinya mirip dengan Jupiter, berupa gas (anggota: Jupiter,
Saturnus, Uranus, Neptunus)

Pluto tidak termasuk ke dalam salah satu kategori di atas dan sejak Agustus 2006 dikeluarkan dari
kategori planet. Salah satu alasannya adalah komposisi Pluto tidak mirip dengan Bumi ataupun
Jupiter, melainkan mirip Triton (satelit Neptunus) yang tersusun atas metana dan es beku.
Perbedaan antara planet terrestrial dan Jovian dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Perbedaan Sifat Fisis antara Planet Dalam dan Planet Luar

Planet-planet umumnya memiliki inklinasi orbit yang kecil terhadap ekliptika, artinya bidang orbit
planet-planet umumnya hampir sebidang. Eksentrisitas orbit planet-planet juga umumnya kecil,
kecuali Merkurius. Bentuk orbit planet-planet tidak terlalu lonjong (mendekati lingkaran), sedangkan
Merkurius eksentrisitas orbitnya lebih dari 0,2.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 159


Tabel 3.3 Data Planet-Planet Terrestrial

1. Merkurius
Posisi Merkurius yang dekat dengan Matahari menyebabkan temperaturnya sangat tinggi pada
saat disinari Matahari, yaitu 5000C. Tetapi, daerah Merkurius yang tidak disinari Matahari
mempunyai temperatur yang jauh lebih rendah (bisa mencapai -1830C). Perbedaan temperatur
yang sangat jauh tersebut disebabkan oleh atmosfer Merkurius yang sangat tipis.

2. Venus
Venus adalah objek langit paling terang setelah Matahari dan Bulan. Sama seperti Merkurius,
Venus juga biasanya tampak pada pagi hari sebelum matahari terbit atau sore hari setelah
matahari terbenam. Oleh karena itu, Venus sering disebut bintang pagi (bintang timur) atau
bintang senja. Venus juga mempunyai nama lain, yaitu bintang Kejora.

Permukaan Venus diselimuti oleh gas CO2 yang tebal. Sekitar 96 % atmosfer Venus tersusun oleh
gas tersebut. Gas itu memerangkap radiasi matahari yang sampai ke permukaan Venus, sehingga
temperatur di permukaan Venus menjadi sangat tinggi (mendekati 5000C). Efek pemanasan itu
disebut efek rumah kaca (greenhouse effect).

Venus berotasi sangat lambat dengan periode 243 hari. Arah rotasinya berlawanan dengan arah
revolusinya dan arah rotasi planet-planet lain. Arah rotasi seperti itu dinamakan rotasi
retrograde.

3. Bumi
Eksentrisitas orbit bumi adalah 0,0167. Jarak terjauh Bumi ke Matahari disebut aphelion, yaitu
152,1 juta km. Jarak terdekat Bumi ke Matahari dinamakan perihelion, yaitu 147,1 juta km.
Dahulu, manusia mengira bahwa Bumi berbentuk piringan, namun kemudian diketahui bahwa
Bumi berbentuk bola. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa cara, antara lain:
- Mengamati kapal laut bergerak menjauh dari pantai
- Mengamati peristiwa gerhana bulan
- Menggunakan metode Eratosthenes (200 SM)
- Mengamati posisi bintang dari beberapa tempat dengan rentang lintang cukup besar

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 160


- Melihat Bumi dari ruang angkasa

Bumi memantulkan 35 % radiasi matahari yang diterimanya. Dengan kata lain, albedo Bumi
adalah 0,35. Karena pengaruh rotasinya, bentuk Bumi menjadi agak pepat. Radius Bumi di
bagian ekuatornya adalah 6.378 km, sedangkan radius di kutubnya sebesar 6.356 km.

Rotasi bumi menyebabkan munculnya beberapa fenomena harian seperti siang & malam serta
matahari terbit & terbenam. Periode rotasi bumi yang sesungguhnya (sideris) adalah 23 jam 56
menit 4 detik, sedangkan periode satu hari matahari adalah 24 jam. Revolusi bumi
mempengaruhi pengamatan bintang dengan teleskop, yaitu menyebabkan aberasi cahaya
bintang. Bulan sebagai satelit alami Bumi akan dibahas di bagian selanjutnya.

4. Mars
Dilihat dari Bumi, Mars tampak berwarna kemerahan. Warna kemerahan itu berasal dari
permukaan Mars yang terdiri atas batu dan pasir berwarna kemerahan. Di kutub Mars terdapat
tudung es yang ukurannya berubah-ubah. Di permukaan Mars terdapat gunung-gunung api
besar dan tinggi. Gunung tertinggi di Mars adalah Gunung Olympus Mons.

Mars mempunyai 2 satelit, yaitu Phobos dan Deimos. Kedua satelit ini kecil, hanya berdiameter
27 km dan 15 km. Kecilnya massa kedua satelit tersebut membuat gravitasinya juga kecil,
sehingga tidak mampu membuat keduanya berbentuk bulat.

Tabel 3.4 Data Planet-Planet Jovian

5. Jupiter
Jupiter merupakan objek paling terang keempat di langit (setelah Matahari, Bulan, Venus)
sekaligus planet terbesar di tata surya. Pada tahun 1610, Galileo mengarahkan teleskop
pertamanya ke langit dan ia menemukan 4 satelit Jupiter yang terbesar: Ganymede, Callisto,
Europa, Io. Planet gas ini tidak memiliki daratan solid. Planet ini hanya terdiri atas gas yang
kerapatannya bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Komposisi penyusun planet
ini sebagian besar adalah hidrogen (90 %) dan helium (10 %). Di permukaan Jupiter ditemukan
suatu badai besar yang disebut bintik merah raksasa (Great Red Spot). Jupiter memiliki cincin
seperti Saturnus, tetapi jauh lebih redup dan kecil. Periode rotasi planet ini hanya 10 jam.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 161


6. Saturnus
Saturnus merupakan planet terbesar kedua di tata surya setelah
Jupiter. Planet ini memiliki kerapatan yang sangat rendah (hanya
0,7 gram/cm3). Seperti Jupiter, Saturnus tersusun sebagian
besar oleh hidrogen dan helium. Hal yang paling menonjol dari
Saturnus adalah kehadiran cincinnya. Cincin tersebut terdiri atas
batuan dan es. Satelit terbesar Saturnus adalah Titan (diameter
2.575 km).

Gambar 3.7.12 Cincin Saturnus

7. Uranus
Uranus ditemukan tahun 1781 oleh William Herschel. Komposisi planet ini didominasi oleh
hidrogen dan helium, ditambah sedikit kandungan ammonia dan metana dalam wujud awan.
Awan metana menyerap sinar merah dan memantulkan sinar biru, sehingga planet ini terlihat
berwarna biru. Sumbu rotasinya termiringkan 980 (hampir berhimpit dengan bidang orbitnya
mengelilingi Matahari). Hal ini menyebabkan Uranus nampak menggelinding dalam orbitnya.
Uranus memiliki 10 cincin yang sangat tipis. Uranus bergerak secara retrograde. Lima satelit
terbesar Uranus (urut dari yang terbesar) adalah: Titania, Oberon, Umbriel, Ariel, Miranda.

8. Neptunus
Salah satu kenampakan unik di Neptunus adalah bintik hitam raksasa (Great Dark Spot).
Neptunus juga memiliki sistem cincin, meskipun gelap dan sulit diamati. Satelit Neptunus adalah
Triton dan Nereid.

KOMET, ASTEROID, DAN METEOROID

Gambar 3.7.13 Sabuk utama asteroid

Komet memiliki orbit yang eksentrisitasnya lebih dari 0,5 hingga mendekati 1 dan menjelajah dari
beberapa SA hingga puluhan ribu SA. Ketika mendekati Matahari, komet akan mengeluarkan gas-
debu dan plasma sehingga tampak seperti memiliki ekor. Arah ekornya menjauh dari Matahari.
Komet memiliki inti tidak beraturan yang berukuran sekitar 10 km. Inti komet diselubungi oleh koma

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 162


yang muncul saat mendekati Matahari akibat tekanan radiasi dan angin matahari. Menurut periode
orbitnya, komet dikategorikan menjadi 2, yaitu komet periode pendek (periode orbit < 200 tahun)
dan periode panjang (periode orbit > 200 tahun). Contoh komet periode pendek adalah komet
Halley (periode orbit 76 tahun).

Meteoroid adalah benda kecil dalam ruang antar planet di tata surya yang berukuran jauh lebih kecil
daripada asteroid maupun komet, namun lebih besar daripada butir debu kosmik. Meteor sering
disaksikan sebagai pijaran/kilatan sesaat di atmosfer atas Bumi pada ketinggian sekitar 80 – 110 km,
saat meteoroid memasuki atmosfer. Bila tidak habis terbakar sepanjang perjalanannya di atmosfer
dan sampai di permukaan Bumi, maka batuan ini dinamakan meteorit. Batuan yang berukuran 0,1
mm hingga beberapa cm akan habis terbakar di atmosfer dan terlihat sebagai hujan meteor.

Pada beberapa waktu tertentu sepanjang tahun, Bumi mengalami hujan meteor. Batuan meteor ini
biasanya berasosiasi dengan komet, misalnya “grup” Perseids, Leonids, Geminids, atau Quadrantids.
Hancurnya inti komet tersebut akan menghasilkan batuan-batuan kecil sepanjang garis orbitnya
dahulu secara merata mengelilingi Matahari. Ketika orbit bumi berpapasan dengan orbit sisa inti
komet ini, Bumi memasuki waktu terjadinya hujan meteor yang dapat berlangsung hingga beberapa
hari.

TEORI NEBULA
Teori nebula pertama kali dikemukakan pada tahun 1976 oleh Immanuel Kant dan Pierre Simon de
Laplace. Teori ini juga dikenal sebagai teori kabut. Menurut mereka, tata surya pada awalnya adalah
sebuah gumpalan nebula, yaitu awan gas berukuran raksasa. Dengan kekuatan gravitasi ke arah
pusatnya, nebula mengalami kontraksi sambil berotasi.

Kontraksi berakibat pada meningkatnya kecepatan rotasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkannya
membuat nebula itu memipih hingga menyerupai cakram. Kecepatan rotasi yang semakin besar
melemparkan gas paling luar menjadi cincin, yang diikuti oleh pembentukan cincin-cincin berikutnya
hingga berlapis-lapis. Sebagian besar massa gas yang berada di pusat nebula membentuk bola yang
kemudian menjadi Matahari. Selama proses mendingin, masing-masing cincin membentuk gumpalan
yang melahirkan planet-planet.

Gambar 3.7.14 Urutan proses pembentukan tata surya menurut teori nebula

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 163


BAGIAN 4 : OSEANOGRAFI
BAB 1 : PENDAHULUAN OSEANOGRAFI DAN SAMUDERA

Oseaonografi adalah ilmu yang mempelajari atau menggambarkan tentang laut dan berbagai
fenomenanya. Oseanografi meliputi bidang ilmu yang lebih luas yang menggunakan prinsip-prinsip
fisika, kimia, biologi, dan geologi dalam mempelajari laut secara keseluruhan.

Apabila diamati dari ketinggian tertentu melalui satelit atau pesawat ruang angkasa, maka akan
terlihat bahwa permukaan Bumi terdiri atas 2 macam, yaitu benua dan samudera. Benua menyusun
kira-kira sepertiga permukaan Bumi. Benua (continent) adalah massa daratan berukuran sangat
besar yang muncul dari permukaan samudera, termasuk bagian tepinya yang digenangi air dengan
kedalaman air yang dangkal (< 200 meter). Samudera (ocean) adalah tubuh air asin berukuran
sangat besar dan menerus yang dibatasi oleh benua. Cekungan samudera (ocean basin) adalah
cekungan berukuran sangat besar dan dalam yang dipenuhi oleh air asin dan satu atau lebih sisinya
dibatasi oleh benua. Istilah “laut” umumnya dipakai untuk menyebutkan kawasan sebagai berikut:
- Perairan dangkal di tepi benua, contoh: Laut Utara, Laut Cina Selatan, dan Laut Arafura
- Massa air laut yang terkurung dan memiliki hubungan terbatas dengan samudera, contoh: Laut
Tengah dan Laut Baltik
- Kawasan laut yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu, contoh: Laut Merah, Laut Hitam, Laut
Karibia, dan Laut Banda

Selain itu, kata “laut” kadang-kadang dipakai untuk menyebutkan nama danau yang sangat luas
(contoh: Laut Kaspia). Teluk (bay, gulf) adalah tubuh air berukuran relatif kecil yang tiga sisinya
dibatasi oleh daratan. Teluk sering juga disebut sebagai laut setengah tertutup. Estuari (estuary)
adalah kawasan perairan muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan massa air yang
salinitasnya lebih rendah daripada air laut dan lebih tinggi daripada air tawar.

MORFOLOGI DASAR LAUT


Secara garis besar, morfologi dasar laut dapat dibedakan menjadi 2, yaitu morfologi dasar laut yang
berada di tepi benua (continental margin) dan yang berada di cekungan samudera (ocean basin).
1. Tepi benua
Tepi benua meliputi bagian dari benua yang tenggelam serta zona transisi antara benua dan
cekungan samudera. Berdasarkan aktivitas kegempaan, vulkanisme, dan pensesaran, tepi benua
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tepi benua aktif (active margin) dan tepi benua pasif (passive
margin).
a. Tepi benua aktif
- Ditandai oleh banyaknya aktivitas kegempaan, vulkanisme, dan pensesaran
- Dicirikan oleh sesar-sesar, paparan (shelf) yang sempit, palung laut dalam (deep sea
trench), dan busur kepulauan vulkanik
b. Tepi benua pasif
- Ditandai oleh sedikitnya aktivitas kegempaan, vulkanisme, dan pensesaran
- Dicirikan oleh paparan yang lebar, delta-delta yang luas, atau terumbu karang yang
tersebar meluas

Berdasarkan morfologinya, tepi benua dibagi menjadi 3 bagian:


a. Paparan benua (continental shelf)

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 164


Paparan benua adalah bagian benua yang tenggelam dengan kemiringan lereng yang sangat
kecil (1 meter per 1.000 meter). Berbagai kenampakan yang dijumpai di kawasan ini dapat
terjadi karena 7 proses, yaitu: glasiasi, perubahan ketinggian muka laut, aktivitas berbagai
kekuatan alam (seperti gelombang laut, aliran sungai, pasang surut), sedimentasi,
pengendapan karbonat, pensesaran, dan vulkanisme.

b. Lereng benua (continental slope)


Lereng benua adalah tepi benua dengan lereng yang curam, dimulai dari tekuk lereng pada
paparan benua sampai daerah tinggian benua dengan kemiringan lereng sekitar 4 derajat. Di
kawasan ini banyak terjadi longsoran bawah laut (submarine landslide) dan erosi yang
menghasilkan berbagai kenampakan. Contoh kenampakan tersebut adalah alur bawah laut
(submarine canyon).

c. Tinggian benua (continental rise)


Tinggian benua adalah daerah transisi antara
benua dan cekungan samudera. Kawasan ini
tersusun oleh material yang tidak terkonsolidasi,
terdiri atas lumpur, lanau, dan pasir yang
diturunkan dari paparan benua atau lereng
benua oleh mekanisme arus turbid (turbidity
current), longsoran bawah laut, atau proses
lainnya.

Gambar 4.1.1 Continental shelf, slope, dan rise

2. Cekungan samudera
Cekungan samudera adalah lantai samudera (ocean floor) yang luas dan terletak pada
kedalaman lebih dari 2.000 meter. Berbagai kenampakan utama yang terdapat pada cekungan
samudera adalah:
a. Pematang samudera (oceanic ridge)
Keberadaan pematang samudera berkaitan dengan pembentukan sistem retakan (rifting)
pada batas lempeng divergen antara 2 lempeng samudera; contohnya adalah Mid Atlantic
Ridge di Samudera Atlantik dan Mid Indian Ridge di Samudera Hindia

b. Dataran abisal (abyssal plain)


Dataran abisal adalah kawasan yang luas dan agak datar dengan kedalaman berkisar antara
4.000 – 5.000 meter. Dataran abisal dibatasi oleh pematang samudera atau benua dan
umumnya tertutup oleh sedimen pelagis. Di kawasan yang berbatasan dengan lereng benua,
bila terdapat alur bawah laut di lereng benuanya, maka akan terbentuk kipas bawah laut
(submarine fan) atau kipas laut dalam (deep sea fan).

c. Pulau-pulau terumbu (coral islands)


Pulau terumbu adalah pulau yang terbentuk karena pertumbuhan koral / terumbu karang.

d. Palung (trench)
Palung terdapat di zona penunjaman lempeng tektonik

e. Gunung laut (seamount)


Gunung laut adalah gunung api bawah laut yang telah mati. Bila gunung laut muncul ke atas
permukaan laut, maka akan menjadi pulau.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 165


f. Rangkaian pulau-pulau (island chain)

SEDIMEN LAUT
Berdasarkan asal usulnya, sedimen laut dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
1. Sedimen litogenik: sedimen yang berasal dari pelapukan batuan di daratan atau benua
2. Sedimen vulkanogenik: sedimen yang berupa material vulkanik yang dikeluarkan ketika terjadi
erupsi gunung api.
3. Sedimen biogenik: sedimen yang tersusun oleh organisme atau dihasilkan oleh organisme
4. Sedimen hidrogenik: sedimen yang terbentuk oleh reaksi kimia inorganik dari unsur-unsur yang
terlarut di dalam air
5. Sedimen kosmogenik: sedimen yang berasal dari ruang angkasa (seperti meteorit atau debu
ruang angkasa) yang jatuh ke Bumi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 166


BAB 2 : SIFAT AIR LAUT

Fakta penting mengenai sifat-sifat air:


- Air memiliki densitas (massa jenis) maksimum pada suhu 40C
- Air memiliki kapasitas panas yang tinggi, sehingga suhunya tidak cepat berubah

Perubahan sifat yang terjadi pada air laut dibanding air tawar:
- Kapasitas panas akan turun seiring dengan bertambahnya salinitas (kandungan garam) dalam air
- Titik didih air akan meningkat seiring dengan meningkatnya salinitas
- Densitas air akan meningkat seiring dengan meningkatnya salinitas
- Titik beku air akan menurun seiring dengan meningkatnya salinitas
- Tekanan uap air akan menurun seiring dengan meningkatnya salinitas
- Viskositas air akan meningkat seiring dengan meningkatnya salinitas

KARAKTER UMUM AIR LAUT


1. Temperatur air laut
Permukaan samudera mendapat panas dari 3 sumber, yaitu: (1) radiasi sinar matahari, (2)
konduksi panas dari atmosfer, dan (3) kondensasi uap air. Sebaliknya, permukaan laut menjadi
dingin karena 3 sebab, yaitu: (1) radiasi balik dari permukaan laut ke atmosfer, (2) konduksi
panas balik ke atmosfer, dan (3) evaporasi. Di bawah permukaan laut, arus-arus horizontal dapat
mentransfer panas dari satu kawasan ke kawasan lain.

Radiasi sinar matahari merupakan sumber panas utama bagi Bumi. Sebagian dari radiasi
matahari yang sampai ke Bumi diserap dan sebagian yang lain dipantulkan. Radiasi matahari
yang sampai ke permukaan Bumi disebut insolation‖(incoming solar radiation) atau insolasi.
Insolasi yang sampai ke permukaan laut sebagian dipantulkan dan sebagian yang lain diserap
oleh molekul-molekul air. Energi panas matahari yang diserap oleh molekul-molekul air itulah
yang dapat menyebabkan air menguap.

Insolasi tidak konstan, melainkan bervariasi sesuai dengan posisi geografis dan waktu. Insolasi di
suatu tempat di Bumi berkurang seiring dengan semakin tingginya posisi lintang karena sudut
datang sinar matahari semakin mengecil. Daerah ekuator adalah daerah yang menerima insolasi
terbanyak karena posisi matahari berada pada sudut terbesar (900) di atas ekuator. Sebaliknya,
daerah kutub adalah daerah yang menerima insolasi paling sedikit, karena matahari berada pada
posisi sudut yang kecil.

Gambar 4.2.1 Variasi insolasi terhadap lintang geografis di Bumi

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 167


Pengaruh variasi geografis terhadap insolasi menyebabkan temperatur permukaan air laut
meningkat seiring dengan menurunnya posisi lintang. Perubahan temperatur permukaan air laut
harian terjadi karena rotasi Bumi. Fluktuasi temperatur permukaan air laut secara musiman
terjadi akibat gerak revolusi Bumi mengelilingi Matahari dan sumbu rotasi Bumi yang miring
23,50 terhadap bidang orbit.

Distribusi temperatur air laut secara vertikal dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu:
a. Lapisan campuran (mixed layer)
Zona ini merupakan zona homogen. Temperatur dan kedalaman zona ini dikontrol oleh
insolasi lokal dan pengadukan oleh angin. Zona ini mencapai kedalaman 50 – 200 meter.

b. Termoklin
Di dalam zona transisi ini, temperatur air laut menurun dengan cepat seiring dengan
bertambahnya kedalaman. Zona ini berkisar dari kedalaman 200 – 1000 meter.

c. Zona dalam
Pada zona ini, temperatur berubah sangat lambat terhadap kedalaman (relatif homogen).

Gambar 4.2.2 Profil vertikal temperatur air laut di: (a) laut lintang menengah, (b) laut lintang
rendah, (c) laut lintang tinggi

2. Salinitas air laut


Salinitas adalah ukuran kandungan garam di dalam air laut. Unsur-unsur dalam bentuk ion yang
melimpah menyusun kandungan garam di dalam air laut adalah Cl-, Na+, Mg2+, SO42-, Ca2+, dan K+.
Ion-ion tersebut proporsinya konstan di dalam air laut, sehingga dinamakan ion konservatif. Ion-
ion konservatif menyusun lebih dari 99,8 % material yang terlarut di dalam air laut. Di antara
ion-ion tersebut, Na dan Cl menyusun sekitar 86 %.

Sebanyak 99 % air laut mempunyai salinitas antara 33 ‰ – 37 ‰, dengan rata-rata 35 ‰ (35


permil atau 35/1000). Salinitas air laut di permukaan sangat ditentukan oleh evaporasi dan
presipitasi. Salinitas akan naik bila evaporasi naik dan presipitasi turun. Faktor-faktor lain yang
dapat juga mempengaruhi salinitas air laut adalah pembekuan es, pencairan es, dan masuknya
air sungai ke laut.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 168


Gambar 4.2.3 Distribusi S (salinitas air laut) dan E-P (evaporasi minus presipitasi) terhadap
lintang geografis

Gambar 4.2.4 Profil vertikal salinitas air laut di samudera terbuka

Profil vertikal salinitas memperlihatkan adanya 3 zona, yaitu:


a. Lapisan campuran
Lapisan ini mempunyai salinitas yang seragam dan ketebalannya 50 – 100 meter.

b. Haloklin
Di zona ini, salinitas berubah secara signifikan terhadap kedalaman laut.

c. Zona dalam
Zona ini adalah zona di bawah haloklin sampai dasar laut dan memiliki salinitas yang relatif
seragam.

3. Densitas air laut


Densitas air laut dikontrol oleh 3 variabel, yaitu salinitas, temperatur, dan tekanan. Secara
umum, densitas meningkat seiring dengan meningkatnya salinitas, meningkatnya tekanan (atau

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 169


kedalaman), dan turunnya temperatur.

Stratifikasi densitas air laut di daerah lintang rendah dan menengah adalah sebagai berikut:
a. Lapisan atas
Lapisan ini mempunyai ketebalan sekitar 100 meter dan dicirikan oleh densitas air laut yang
hampir seragam

b. Piknoklin
Di zona piknoklin, densitas air laut bertambah dengan cepat seiring dengan bertambahnya
kedalaman.

c. Zona dalam
Zona ini berada di bawah piknoklin dan dicirikan oleh densitas air laut yang meningkat
sangat pelan seiring dengan bertambahnya kedalaman.

Gambar 4.2.5 Profil vertikal densitas air laut

Stratifikasi vertikal densitas menghambat terjadinya percampuran air laut secara vertikal.
Banyak energi yang diperlukan agar dapat terjadi percampuran vertikal. Perubahan densitas air
laut disebabkan oleh pemanasan, pendinginan, evaporasi, penambahan air tawar, dan
pendinginan oleh es di laut. Di tempat-tempat tertentu di Samudera Atlantik di utara dan
selatan, air permukaan memiliki densitas yang lebih tinggi daripada air yang ada di bawahnya.
Karena gaya gravitasi dan gaya apung, air dengan densitas tinggi akan bergerak turun ke dalam
laut dan air dengan densitas rendah bergerak naik ke permukaan laut. Kecenderungan ini
menyebabkan terjadinya gerakan air laut secara horizontal dan vertikal, seperti yang terjadi
pada sirkulasi termohalin. Penurunan temperatur di daerah lintang tinggi meningkatkan densitas
air laut. Karena densitasnya yang tinggi, air laut bergerak turun (tenggelam) hingga mencapai
tingkat kedalaman dengan densitas yang sesuai. Penenggelaman yang berlanjut menyebabkan
air di laut dalam tertekan secara horizontal di sepanjang daerah dengan densitas yang sesuai,
sehingga menghasilkan arus laut dalam.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 170


Gambar 4.2.6 Sirkulasi air laut bawah permukaan dan distribusi salinitas secara vertikal di
Samudera Atlantik

4. Suara di laut
Kecepatan suara di laut bergantung pada temperatur, salinitas, dan tekanan. Kecepatan suara di
dalam air laut berkisar antara 1.400 – 1.570 m/s. Kecepatan suara meningkat seiring dengan
meningkatnya temperatur, salinitas, dan tekanan.

5. Sinar di laut
Sinar matahari hanya dapat menembus lapisan permukaan laut. Kedalaman penetrasi cahaya
menentukan ketebalan zona eufotik, yaitu zona tempat terjadinya fotosintesis oleh tumbuhan
dan fitoplankton. Zona eufotik membentang dari permukaan laut sampai kedalaman yang hanya
1% sinar dapat masuk. Fitoplankton adalah sumber makanan utama bagi organisme di laut.
Kedalaman penetrasi sinar matahari ke dalam laut tergantung pada 4 faktor utama, yaitu (1)
tutupan awan, (2) sudut inklinasi sinar matahari yang mencapai permukaan Bumi, (3) banyaknya
material inorganik yang tersuspensi, dan (4) densitas populasi organisme plankton.

6. Warna laut
Samudera dan laut di Bumi mempunyai warna yang beraneka ragam. Nama dari beberapa laut di
Bumi mengacu kepada warna, seperti:
- Laut Hitam (Black Sea) diberi nama itu karena tampak gelap yang disebabkan oleh dasar
lautnya yang tertutup oleh sedimen berwarna hitam
- Laut Kuning (Yellow Sea) diberi nama itu karena tampak kuning yang disebabkan oleh
banyaknya muatan lumpur berwarna kuning yang dimasukkan oleh sungai, terutama selama
musim banjir
- Laut Merah (Red Sea) diberi nama itu karena tampak merah yang disebabkan oleh adanya
alga (blue-green algae) yang berwarna merah
- Laut Putih (White Sea) diberi nama itu karena permukaannya tampak putih oleh air yang
membeku lebih dari 200 hari dalam setahun

Warna laut di kawasan tertentu dapat berubah karena awan yang melintas atau karena
perubahan sudut matahari. Laut umumnya tampak biru karena sinar biru memiliki panjang
gelombang yang lebih pendek (dibandingkan warna merah), sehingga lebih mudah dihamburkan
oleh partikel-partikel air dan material-material mikroskopis di dalam air. Sesungguhnya, warna
laut pada umumnya adalah fungsi dari penghamburan sinar melalui partikel-partikel yang
tersuspensi, refleksi warna langit, serta sifat material yang tersuspensi dan terlarut di dalam air.

Warna laut juga dapat memberikan beberapa indikasi, antara lain:


a. Laut berwarna biru gelap: bila lautnya dalam, airnya jernih, dan tidak banyak mengandung
plankton

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 171


b. Laut berwarna coklat, coklat muda, coklat kekuningan, atau biru kecoklatan: bila banyak
muatan suspensi di dalam air laut; keadaan ini umumnya dijumpai di perairan dangkal dekat
pantai (khususnya di sekitar muara sungai pada saat banjir)
c. Laut berwarna biru muda jernih: bila air dangkal dan jernih (seperti di kawasan terumbu
karang)
d. Laut berwarna merah, merah kecoklatan, hijau, hijau-kuning, jingga, atau putih keruh:
mengindikasikan terjadinya blooming fitoplankton atau red tide; pada peristiwa itu, terjadi
peningkatan fitoplankton dalam jumlah besar dan waktu yang cepat

KOMPOSISI KIMIA AIR LAUT


Komposisi kimia air laut secara umum dapat dikelompokkan menjadi: (1) unsur-unsur inorganik
terlarut, (2) unsur-unsur organik terlarut, dan (3) gas-gas terlarut. Variasi komposisi kimia air laut
dari satu tempat ke tempat lain tergantung pada kondisi lingkungan lokal, seperti kelimpahan biota,
kehadiran muara sungai, serta berbagai kondisi geologi dan meteorologi.
1. Unsur-unsur inorganik terlarut
Air laut terdiri atas sekitar 3,5 % unsur-unsur inorganik terlarut. Unsur-unsur inorganik tersebut
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Unsur mayor
Unsur mayor adalah unsur-unsur yang konsentrasinya lebih dari 100 ppm. Unsur-unsur
tersebut adalah: Cl (klor), Na (natrium atau sodium), SO4 (ion sulfat), Mg (magnesium), Ca
(kalsium), dan K (kalium atau potassium).

b. Unsur minor
Unsur minor adalah unsur-unsur yang konsentrasinya antara 1 – 100 ppm. Unsur-unsur
tersebut adalah: Br (brom), C (karbon), Sr (stronsium), B (boron), Si (silikon), dan F (fluor)

c. Unsur jejak (trace elements)


Unsur jejak adalah unsur-unsur yang konsentrasinya kurang dari 1 ppm. Beberapa unsur
jejak yang utama adalah: N (nitrogen), Li (lithium), Rb (rubidium), P (fosfor), I (iodium), Fe
(besi), Zn (seng), dan Mo (molibdenum).

Sebagian besar unsur terlarut di dalam air laut dijumpai dalam bentuk ion. Garam-garam laut
terutama terdiri atas beberapa unsur mayor yang dijumpai dalam berbagai kombinasi. Sebagian
besar garam laut dihasilkan dari senyawa-senyawa berikut: NaCl, MgCl2, MgSO4, CaSO4, K2SO4,
MgBr2, CaCO3, NaSO4, KCl.

2. Unsur-unsur organik terlarut dan nutrien


Unsur-unsur organik bersumber dari ekskresi organisme dan hancuran organisme yang telah
mati. Unsur-unsur organik terlarut antara lain nitrogen (N) dan fosfor (P) yang secara kimiawi
membentuk senyawa organik dan bahkan teroksidasi, atau kadang-kadang terubah oleh bakteri
menjadi nitrat (NO3-) dan fosfat (PO43-). N dan P merupakan 2 unsur yang dibutuhkan oleh
tumbuhan untuk membentuk unsur-unsur organik. Oleh karena itu, kedua unsur tadi disebut
sebagai nutrien.

3. Gas-gas terlarut
Gas-gas utama yang terdapat di laut adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), dan karbon dioksida
(CO2). Gas-gas lain yang hadir dalam jumlah sedikit adalah helium (He), dan gas-gas inert‖(tidak
reaktif), yaitu neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), dan xenon (Xe). Gas-gas di dalam air laut
umumnya masuk dari atmosfer. Beberapa gas jarang dapat hadir di dalam air laut melalui proses

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 172


peluruhan radioaktif di dalam sedimen di dasar laut. Kelarutan gas (kemampuan gas untuk
masuk ke dalam larutan) tergantung pada 3 faktor, yaitu:
- Temperatur gas dan larutan; kelarutan gas meningkat seiring dengan berkurangnya
temperatur
- Tekanan parsial gas; kelarutan gas meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan
- Salinitas; kelarutan gas berkurang seiring dengan meningkatnya salinitas

Oksigen dan karbon dioksida adalah gas-gas yang konsentrasinya dapat bervariasi secara bebas
terhadap ketiga faktor di atas.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 173


BAB 3 : GERAKAN AIR LAUT

Pada dasarnya gerakan air laut terjadi dalam bentuk: (1) gelombang, (2) pasang surut, dan (3) arus.
Di alam, fenomena gelombang muncul bila ada dua massa yang berbeda densitasnya berada pada
posisi yang berdampingan dan berinteraksi, dimana yang satu bergerak terhadap yang lain.
Fenomena gelombang di permukaan laut merupakan interaksi antara udara dan air laut.

Pasang surut adalah gerakan air laut naik dan turun karena pengaruh gaya gravitasi dari Bulan dan
Matahari. Fenomena gerakan pasang surut baru dapat terlihat bila kita mengamati ketinggian muka
laut di pantai selama antara 12 – 24 jam. Secara visual, gejala pasang naik terlihat dari bertambah
dalamnya genangan dan bergesernya genangan ke arah daratan. Gejala surut terlihat dari
berkurangnya kedalaman air dan bergesernya genangan ke arah laut.

Arus laut adalah fenomena berpindahnya massa air laut dari satu tempat ke tempat lain. Arus laut
terjadi terutama karena interaksi antara lautan dengan udara di atasnya maupun karena pengaruh
gerak rotasi Bumi. Fenomena ini dapat terjadi dalam skala kecil di perairan pantai atau selat-selat,
maupun skala besar seperti arus-arus yang terjadi di samudera-samudera yang membentuk pola
sirkulasi massa air global.

GELOMBANG
Gelombang bergerak secara periodik, yaitu bergerak berulang-ulang pada suatu periode waktu
tertentu. Sifat-sifat gelombang dapat diterangkan dengan bentuk gelombang sederhana untuk
menggambarkan panjang gelombang, tinggi gelombang, dan periode gelombang. Periode
gelombang (T) adalah waktu yang dibutuhkan oleh puncak (atau lembah) gelombang yang berurutan
untuk melalui titik tetap tertentu. Panjang gelombang (L) adalah jarak horizontal di antara dua
puncak (atau lembah)
gelombang yang berurutan.
Tinggi gelombang (H) adalah
jarak vertikal dari dasar lembah
sampai puncak gelombang.
Kedalaman air (d) adalah jarak
vertikal antara muka laut rata-
rata sampai dasar laut.

Gambar 4.3.1 Bentuk gelombang sederhana yang menunjukkan berbagai parameter gelombang

Kecepatan perambatan gelombang (C) adalah:

Keterangan:
g : percepatan gravitasi bumi (g = 9,8 m/s2)

Bila gelombang melintasi samudera (setelah meninggalkan daerah pembentukannya), maka ia akan
kehilangan energi selama dalam perjalanannya. Hal itu dapat terjadi karena:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 174


- Peredaman internal oleh viskositas air
- Penyebaran gelombang ke arah lain karena variasi arah tiupan angin
- Angin yang bertiup berlawanan arah dengan arah rambatan gelombang
- Interaksi dengan gelombang-gelombang lain

Bila gelombang dari laut dalam bergerak menuju pantai dan memasuki perairan dangkal, maka
gelombang tersebut akan mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk itu mulai terjadi ketika
kedalaman air sama dengan ½ panjang gelombang, dan mulai berubah secara tegas ketika
kedalaman air ¼ panjang gelombang. Perubahan yang terjadi pada gelombang itu adalah kecepatan
dan panjang gelombang berkurang, tinggi gelombang bertambah, sedangkan periode gelombang
tetap. Di bagian perairan yang tidak jauh di belakang zona tempat gelombang pecah (breaker zone),
puncak-puncak gelombang menjadi bertambah runcing dan dipisahkan oleh lembah yang relatif
datar. Akhirnya, gelombang pecah
setelah menjadi sangat curam dan
tak stabil. Gelombang menjadi
tidak stabil karena kecepatan
gerakan partikel-partikel air di
puncak gelombang melebihi
kecepatan fase gelombang.

Gambar 4.3.2 Perubahan bentuk gelombang dari perairan dalam menuju pantai

Ada 4 tipe gelombang pecah, yaitu:


1. Spilling breaker
Pecahan gelombang jenis ini terjadi bila gelombang menjalar di pantai dengan dasar yang landai.
Pada pecahan jenis ini, puncak gelombang yang tidak stabil turun sebagai “white water”
(gelembung-gelembung dan buih).

2. Plunging breaker
Pecahan jenis ini terjadi bila gelombang menjalar di pantai yang miring. Pada pecahan jenis ini,
gelombang yang mendekat ke pantai memiliki lereng depan yang menghadap ke daratan
menjadi vertikal, puncak gelombang kemudian menggulung ke depan, dan akhirnya menghujam
ke depan.

3. Surging breaker
Pecahan jenis ini terjadi bila lereng pantai sangat curam. Pada pecahan jenis ini, puncak
gelombang naik seperti akan menghujam ke depan. Namun, dasar gelombang kemudian naik ke
atas permukaan pantai, sehingga gelombang jatuh dan menghilang.

4. Collapsing breaker
Pecahan ini adalah bentuk menengah antara pecahan tipe plunging dan surging.

Gambar 4.3.3 Tipe-tipe gelombang pecah

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 175


Jenis-jenis gelombang menurut penyebabnya:
1. Gelombang karena tiupan angin
Gelombang ini terjadi di permukaan laut karena angin yang bertiup di atas permukaan laut. Bila
angin bertiup melintasi permukaan laut, maka akan terjadi transfer energi dari angin ke laut, dan
di bidang antar-mukanya (permukaan laut) terjadi gelombang. Terdapat hubungan antara
kecepatan angin dengan energi gelombang, panjang gelombang, tinggi gelombang, dan periode
gelombang. Di perairan dalam faktor lain yang berpengaruh terhadap gelombang adalah
konstansi tiupan angin dan lama tiupan angin.

Gambaran mekanisme terjadinya gelombang karena tiupan angin:


Bayangkan suatu permukaan laut yang licin tanpa angin dan tanpa gelombang sama sekali.
Selanjutnya, bayangkan angin secara bertahap bertiup menggerakkan permukaan air. Angin
yang bertiup dengan kecepatan 0,5 knot dapat menimbulkan riak (ripples) di permukaan laut.
Riak terbentuk sebagai respon permukaan laut atas variasi tekanan angin yang bergerak di
permukaan laut dan respon atas gaya gesekan yang timbul dari angin terhadap permukaan laut.
Riak menyebabkan makin banyak bagian permukaan laut yang terbuka terhadap tiupan angin.
Kemudian, gesekan dan tekanan secara bertahap meningkatkan ukuran riak menjadi gelombang
kecil. Permukaan laut menjadi berombak dengan gelombang bergerak secara garis besar dalam
arah yang sesuai dengan tiupan angin. Bila kecepatan angin meningkat, maka tinggi gelombang
rata-rata juga meningkat. Lalu, lamanya angin bertiup serta panjang lintasan angin (fetch)
mempengaruhi ukuran gelombang. Bila tiupan angin berhenti atau gelombang keluar dari sistem
tiupan angin, maka gelombang berubah menjadi alun (swell). Alun terus bergerak, dan bila
mencapai pantai akan mengalami perubahan dan menjadi gelombang pecah.

2. Gelombang internal
Gelombang ini terjadi di dalam laut, terjadi di antara dua massa air laut yang berbeda
densitasnya. Kehadiran gelombang ini tidak terlihat langsung secara visual di permukaan laut.

3. Gelombang badai (storm surge)


Gelombang ini terjadi karena tiupan angin badai. Fenomena gelombang ini umum terjadi di
daerah subtropis dimana badai sering terjadi. Di daerah pesisir, gelombang ini dapat
menyebabkan air laut naik ke daratan dan menimbulkan kerusakan.

4. Seiche
Seiche adalah fenomena gelombang stasioner, yaitu gelombang yang tidak memperlihatkan
gerakan maju dari bentuk gelombang yang terjadi. Pada gelombang jenis ini, di tempat-tempat
tertentu, permukaan air akan tetap stasioner sementara permukaan air yang lainnya bergerak
naik turun. Gelombang ini umumnya terjadi di perairan tertutup (seperti danau) atau perairan
semi tertutup (seperti teluk). Di danau, seiche terjadi karena tiupan angin badai atau perubahan
tekanan udara secara cepat. Di daerah teluk, seiche dapat terjadi karena pasang surut atau
tsunami.

5. Gelombang karena longsoran


Gelombang jenis ini terjadi karena batuan atau es dalam jumlah besar longsor dan masuk ke
laut.

6. Tsunami
Tsunami dapat terjadi karena: (1) gempa bumi yang berasosiasi dengan terjadinya patahan
vertikal di dasar laut, (2) longsoran di dasar laut, atau (3) letusan gunung api di laut. Tsunami
merupakan gelombang yang sangat panjang. Panjangnya dapat mencapai 240 km, dan dapat
merambat dengan kecepatan 760 km/jam. Di daerah pesisir, gelombang tsunami yang naik ke

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 176


darat dapat mencapai ketinggian 30 meter dan masuk ke darat sampai 3,5 km. Indonesia sangat
berpotensi terkena bencana tsunami. Rangkaian tsunami terdiri atas 3 atau 4 gelombang dengan
interval kedatangan setiap gelombang sekitar 15 menit. Gelombang yang pertama belum tentu
yang paling besar. Sebelum gelombang tsunami mencapai pantai, biasanya air laut di dekat
pantai tertarik ke laut, sehingga dasar laut tersingkap ke udara.

PASANG SURUT
Pasang surut adalah gerak fluktuasi muka air laut karena pengaruh gaya gravitasi Matahari dan
Bulan. Jarak yang lebih dekat antara Bulan dan Bumi dibandingkan dengan jarak Matahari dan Bumi,
menyebabkan gaya gravitasi Bulan berpengaruh lebih besar terhadap pasang surut dibandingkan
gaya gravitasi Matahari. Besarnya gaya gravitasi Bulan yang berpengaruh terhadap pasang surut
adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya gravitasi Matahari.

Bumi dan Bulan bersama-sama berevolusi mengelilingi “bary center”, yaitu titik pusat gravitasi
bersama di antara dua benda langit. Di dalam sistem Bumi – Bulan, bary center terletak sekitar 1718
km dari permukaan Bumi. Gaya gravitasi Bulan menyebabkan air laut di Bumi menggelembung ke
arah luar pada sisi Bumi yang menghadap ke arah Bulan. Pada sisi sebaliknya, gaya sentrifugal yang
terjadi karena gerak Bumi menyebabkan
terjadi gelembungan ke arah luar yang ke-
dua. Dengan demikian, Bumi memiliki dua
gelembungan atau air pasang yang terlihat
pada garis lurus terhadap Bulan, dan air
surut yang terjadi pada sisi arah garis yang
tegak lurus terhadap Bulan.

Gambar 4.3.4 Ilustrasi terbentuknya pasang surut air laut

Tipe pasang surut yang terjadi di bumi tidak sama di semua tempat. Perbedaan tipe pasang surut ini
terjadi karena: (1) bentuk dan konfigurasi cekungan yang mempengaruhi gerakan air, (2) kondisi
topografi dasar laut lokal, dan (3) pengaruh efek Coriolis. Secara umum, ada 4 tipe pasang surut,
yaitu:
1. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Pada pasang surut tipe ini, terjadi 1 kali pasang dan 1 kali surut dalam satu hari bulan (24 jam 50
menit 47 detik).

2. Pasang surut harian ganda (semidiurnal tide)


Pada pasang surut tipe ini, dalam satu hari bulan terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut dengan
tinggi yang hampir sama.

3. Pasang surut campuran dominan harian ganda


Pada tipe ini, dalam satu hari bulan terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut dengan tinggi dan
periode yang berbeda.

4. Pasang surut campuran dominan harian tunggal


Pada tipe ini, dalam satu hari bulan terjadi 1 kali pasang dan 1 kali surut, tetapi kadang terjadi 2
kali pasang dan 2 kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 177


Gambar 4.3.5 Tipe-tipe pasang surut: semidiurnal (kiri atas), campuran dominan semidiurnal
(kanan atas), campuran dominan diurnal (kiri bawah), dan diurnal (kanan bawah)

Variasi pasang surut dapat dibedakan menjadi:


1. Variasi harian
Variasi ini terjadi karena gerak rotasi Bumi dan gerak revolusi Bulan mengelilingi Bumi. Ada
perbedaan antara hari matahari dan hari bulan (lunar day). Lama hari bulan adalah 24 jam 50,47
menit. Jadi, setiap hari pasang yang terjadi di suatu tempat selalu terlambat sekitar 50 menit
dari hari sebelumnya.

2. Variasi bulanan
Variasi bulanan adalah variasi yang terjadi dalam periode 1 bulan. Variasi ini terjadi karena
revolusi Bulan mengelilingi Bumi. Selain itu, gerak revolusi Bulan terhadap Bumi menyebabkan
pada waktu-waktu tertentu posisi Matahari – Bumi – Bulan berada pada satu garis lurus, dan
pada waktu-waktu yang lain
membentuk sudut siku-siku
dengan Bumi sebagai titik
sudutnya. Pada saat bulan
purnama di setiap tanggal 15
bulan qomariah, terjadi
pasang purnama (spring tide
at full moon). Pada saat bulan
mati di setiap tanggal 1 bulan
qomariah, terjadi pasang
bulan baru (spring tide at new
moon). Pada saat susunan
Matahari – Bumi – Bulan
membentuk sudut siku-siku di
setiap tanggal 7 dan 21 bulan
qomariah, terjadi pasang yang
rendah atau pasang kecil
(pasang perbani atau neap
tide).

Gambar 4.3.6 Siklus pasang surut dalam satu bulan qomariah

3. Variasi tahunan
Variasi tahunan adalah variasi yang terjadi dalam periode 1 tahun. Variasi ini terjadi karena
gerak revolusi Bumi mengelilingi Matahari, sumbu rotasi bumi yang membentuk sudut 23,50
terhadap bidang orbit Bumi, dan orbit Bumi yang berbentuk elips. Posisi sumbu rotasi yang
menyudut terhadap sumbu bidang orbit itu menyebabkan pasang surut berdeviasi antara 23,50

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 178


LS dan 23,50 LU. Dalam periode 1 tahun, Matahari sebanyak 2 kali berada pada posisi “equinox”
(posisi Matahari tepat berada di ekuator, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September). Pada
saat itu terjadi “High spring tide” (pasang tinggi yang tinggi atau equinoctial spring tide). Pada
saat yang lain, dalam periode 1 tahun, Matahari sebanyak 2 kali berada pada posisi “solstice”
(posisi Matahari di 23,50 LU (tanggal 22 Juni) dan 23,50 LS (tanggal 22 Desember)). Pada saat-saat
itu terjadi “Low spring tide” (pasang tinggi yang rendah atau solstice spring tide). Kemudian,
lintasan orbit Bumi yang berbentuk ellips membuat pada waktu tertentu Bumi berada paling
dekat dengan Matahari. Pada saat itu di Bumi akan terjadi pasang tertinggi dan surut terendah
sepanjang tahun.

Berdasarkan amplitudo (variasi tinggi) air pasang surut, ada 3 tipe pasang surut, yaitu:
- Mikrotidal: kisaran pasang surut < 2 meter
- Mesotidal: kisaran pasang surut 2 – 4 meter
- Makrotidal: kisaran pasang surut > 4 meter

Pasang surut jenis mikrotidal dan mesotidal umumnya dijumpai di pantai-pantai terbuka di tepi
samudera dan laut-laut yang terkurung daratan. Pasang surut makrotidal dijumpai secara lokal di
teluk-teluk di sepanjang pantai.

ARUS
Arus laut merupakan bagian dari sirkulasi massa air laut global. Sirkulasi massa air laut dibagi
menjadi 2, yaitu: (1) sirkulasi massa air laut permukaan (sebagian besar disebabkan oleh angin), dan
(2) sirkulasi laut dalam (disebabkan oleh perbedaan densitas air laut).
1. Sirkulasi massa air laut permukaan

Gambar 4.3.7 Distribusi arus laut permukaan di dunia yang digerakkan oleh angin

Air laut dalam gerakan yang konstan melintasi samudera, membentuk gerakan berputar raksasa

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 179


yang bergerak searah jarum jam di BBU dan berlawanan arah jarum jam di BBS. Setiap gerakan
berputar, atau “gyre” (gir), dapat dibagi menjadi beberapa aliran kecil dengan karakteristik yang
bervariasi.

Angin yang bertiup melintasi permukaan laut menciptakan gesekan yang menyebabkan air
bergerak. Gerakan air tersebut adalah fungsi dari kecepatan angin dan energi yang ditransfer ke
permukaan laut. Kecepatan arus permukan yang ditimbulkan oleh tiupan angin hanya 3% dari
kecepatan angin.

Arus-arus permukaan dapat dipandang sebagai fungsi dari kecepatan angin dan pola-pola angin.
Karena angin bertiup dengan pola tertentu di sekeliling Bumi, maka kita dapat mengharapkan
bahwa arus-arus permukaan juga akan mengikuti pola yang sama. Namun ternyata tidak
demikian, karena ada benua-benua, pulau-pulau di tengah samudera, dan pematang-pematang
laut yang membuatnya terdistorsi. Selain faktor fisik tersebut, banyak faktor yang
mempengaruhi pola pergerakan arus permukaan, tetapi di sini hanya akan diuraikan 2 faktor
yang utama, yaitu efek Coriolis dan Transportasi Ekman.
- Efek Coriolis
Efek Coriolis muncul sebagai akibat dari gerak rotasi Bumi. Fenomena ini menyebabkan arus
laut dibelokkan ke kanan di BBU dan ke kiri di BBS. Selain itu, pengaruh dari efek Coriolis
menyebabkan terjadinya gerakan arus berputar searah jarum jam di BBU dan berlawanan
arah jarum jam di BBS.

- Transportasi Ekman
Angin merupakan tenaga penggerak utama yang menggerakkan arus-arus permukaan.
Meskipun demikian, sesungguhnya gerakan arus tidak tepat searah dengan arah tiupan
angin, melainkan membentuk sudut ke arah kanan. Demikian pula, arus di permukaan
samudera tidak memberikan efek yang sama ke seluruh kedalaman perairan, tetapi terbatas
beberapa ratus meter. Gerak menyimpangnya arah arus dari arah angin yang
menggerakkannya itu terjadi karena pengaruh efek Coriolis terhadap gerakan arus.

Gambar 4.3.8 Ilustrasi spiral Ekman

Perhatikan gambar 4.3.8. Bayangkan bahwa P adalah tubuh air. Ketika angin bertiup di
atasnya, terjadi gaya gesekan Ft yang searah dengan arah tiupan angin dan kemudian

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 180


menggerakkan massa air itu searah dengan arah angin. Setelah arus bergerak, segera gaya
Coriolis Fc bekerja ke arah kanan dengan sudut tegak lurus dengan arah tiupan angin,
menyebabkan aliran Vo berbelok ke kanan di BBU atau ke kiri di BBS. Pada saat yang sama,
massa air yang bergerak itu memunculkan gaya gesekan dengan massa air di bawahnya.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Vo berarah 450 terhadap arah angin. Dengan
logika yang sama, arah gerakan arus di bawahnya akan terus menyimpang sebesar 450 dari
arah arus di atasnya. Sampai kedalaman tertentu, arah arus akan berlawanan arah dengan
Vo. Apabila arah-arah arus itu digambarkan pada satu bidang, maka akan tergambar Spiral
Ekman. Arah transportasi massa air yang menyudut 900 terhadap arah angin permukaan
disebut Transportasi Ekman.

2. Sirkulasi laut dalam


Gerakan air laut dalam terjadi karena perbedaan densitas air laut. Perbedaan densitas air laut
terutama karena variasi salinitas dan temperatur air laut. Sirkulasi massa air laut yang terjadi
karena perbedaan densitas itu disebut sirkulasi termohalin. Sirkulasi termohalin di samudera
terjadi karena peningkatan densitas di lapisan permukaan, baik karena pendinginan langsung
maupun karena pencairan es yang melepaskan garam-garam ke laut. Sirkulasi ini adalah proses
konveksi dimana air dingin dengan densitas tinggi terbentuk di daerah lintang tinggi turun dan
secara perlahan mengalir ke arah ekuator. Sirkulasi termohalin berjalan sangat lambat. Sirkulasi
termohalin terjadi di Samudera Atlantik, Pasifik dan Hindia. Secara keseluruhan, sel-sel sirkulasi
termohalin bergabung membawa massa air berkeliling dunia, membangun suatu sistem
transportasi massa air yang disebut “Global Ocean Conveyor System”.

Gambar 4.3.9 Global Ocean Conveyor System

Selain arus laut berskala global, ada juga arus-arus lain yang bersifat lokal dan terjadi karena sebab-
sebab khusus, antara lain:
1. Arus sepanjang pantai (longshore current)
Arus sepanjang pantai adalah arus yang bergerak sejajar dengan garis pantai. Arus ini timbul
karena 2 sebab: (1) gelombang yang mendekati pantai dengan arah tegak lurus terhadap garis
pantai, dan (2) gelombang datang mendekati pantai dengan sudut miring. Arus sepanjang pantai
berperan dalam transportasi sedimen menyusuri pantai.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 181


2. Arus rip (rip current)
Arus rip adalah arus yang bergerak ke arah laut dengan arah yang tegak lurus atau miring
terhadap garis pantai. Arus ini adalah arus balik yang timbul setelah gelombang mencapai garis
pantai. Kehadirannya umumnya berasosiasi dengan arus sepanjang pantai dalam suatu sistem
sirkulasi sel. Arus ini berperan dalam transportasi sedimen dari pantai ke arah laut.

Gambar 4.3.10 Pola pembentukan arus sepanjang pantai dan arus rip

3. Arus turbid (turbidity current)


Arus turbid adalah arus dasar laut yang terjadi karena perbedaan densitas air laut. Perbedaan
densitas itu terjadi karena kandungan muatan sedimen. Di samudera, arus turbid dicetuskan
oleh gempa bumi, longsoran bawah laut, atau badai. Di daerah muara sungai, arus turbid dapat
terjadi pada waktu banjir. Arus ini juga dapat terjadi di danau atau waduk.

4. Arus pasang surut


Arus pasang surut terjadi pada saat periode pasang dan periode surut. Arus ini terlihat jelas di
daerah estuari atau muara sungai. Arus ini mempengaruhi pola pengendapan muatan sedimen
dan pola penyebaran alur-alur sungai di kawasan delta sungai.

5. Upwelling dan downwelling


Sebelumnya telah dijelaskan bahwa tiupan angin memunculkan gerakan air laut horizontal.
Selain itu, tiupan angin dapat juga menimbulkan gerakan vertikal yang dikenal sebagai upwelling
(bila air bergerak naik) dan downwelling (bila air bergerak turun).

Perhatikan gambar 4.3.11 (kiri). Bila angin bertiup ke arah selatan sejajar dengan pantai barat
Amerika (BBU), maka akan terjadi transportasi massa air ke arah laut, yang kemudian diikuti oleh
naiknya massa air dari bagian laut yang lebih dalam ke permukaan. Peristiwa naiknya massa air
itulah yang disebut sebagai upwelling. Upwelling menyebabkan massa air laut dalam yang dingin
serta kaya nutrien dan oksigen terlarut naik ke permukaan. Akibatnya, kawasan tersebut
menjadi sangat tinggi produktivitasnya, sangat kaya secara biologi atau merupakan daerah yang
subur bagi perikanan. Sebaliknya, di pantai barat Peru yang terletak di BBS, upwelling terjadi bila
angin bertiup ke arah utara. Dua contoh upwelling di atas dikenal sebagai Coastal upwelling
(upwelling daerah pesisir).

Gambar 4.3.11 Contoh coastal upwelling di pantai barat Amerika (kiri) dan equatorial upwelling
(kanan)

Selain di daerah pesisir, upwelling dapat juga terjadi di sepanjang ekuator, sehingga disebut

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 182


Equatorial upwelling. Arus ini terjadi di Samudera Pasifik dan Atlantik. Angin yang bergerak di
sepanjang ekuator dari timur ke barat (karena pengaruh Spiral Ekman) menyebabkan massa air
membelok ke utara di BBU dan ke selatan di BBS. Selanjutnya, massa air di ekuator yang
terdorong ke samping itu menyebabkan naiknya massa air yang lebih dingin dari bagian laut
yang lebih dalam ke permukaan.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 183


BAB 4 : LINGKUNGAN LAUT

Karakter umum samudera sebagai lingkungan biologis:


- Temperatur: berkisar dari -20C – 400C
- Salinitas: berkisar dari mendekati nol di estuari dan dekat pantai sampai sekitar 40 ‰ di Laut
Merah; di permukaan samudera terbuka, salinitas air laut cenderung konstan antara 33 – 37 ‰
- Kedalaman laut: berkisar dari nol meter hingga ribuan meter di palung atau cekungan samudera
- Tekanan: berkisar dari 1 atm di permukaan laut sampai lebih dari 1.000 atm di perairan yang
sangat dalam; tekanan air laut bertambah 1 atm setiap penambahan kedalaman sebesar 10
meter
- Penetrasi cahaya: dapat mencapai kedalaman 1.000 meter
- Oksigen terlarut: berkisar dari lingkungan yang aerob sampai anaerob
- Sirkulasi
Sirkulasi air laut sangat penting secara biologis karena: (1) membawa oksigen dari permukaan
laut ke bagian laut yang lebih dalam, (2) membawa nutrien dari bagian laut yang dalam ke
permukaan laut, (3) sebagai mekanisme penyebaran bahan buangan, telur, larva, atau individu
dewasa dari berbagai kehidupan laut

Semua parameter lingkungan itu membuat di laut terdapat berbagai variasi kondisi lingkungan hidup
organisme. Setiap lingkungan tersebut dihuni oleh organisme yang spesifik.

KLASIFIKASI LINGKUNGAN LAUT


Lingkungan laut dapat dibedakan menjadi 2 lingkungan utama, yaitu: (1) lingkungan bentik (benthic),
yang mengacu kepada dasar samudera atau dasar laut, dan (2) lingkungan pelagis (pelagic), yang
mengacu kepada massa air laut. Kedua kelompok utama lingkungan laut itu meliputi dasar laut dan
perairan dengan kisaran kedalaman yang sangat besar, mulai dari nol meter di tepi laut sampai
kedalaman ribuan meter di daerah palung. Oleh karena itu, kedua lingkungan itu dibedakan lagi
menjadi beberapa zona lingkungan berdasarkan beberapa parameter lingkungan laut. Dasar yang
dipakai untuk menentukan batas-batas dari setiap zona lingkungan itu adalah salinitas, kedalaman
air, kedalaman penetrasi cahaya, dan temperatur air. Kriteria yang paling umum dipakai adalah
kedalaman air.

Berdasarkan posisinya terhadap konfigurasi benua dan samudera, lingkungan pelagis dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Lingkungan neritik, yang mengacu kepada air laut dangkal yang menutupi paparan benua;
kedalamannya mencapai 200 meter
2. Lingkungan oseanik, yang mengacu kepada air laut dalam yang menutupi lereng benua sampai
cekungan samudera; kedalamannya lebih dari 200 meter.

Lingkungan oseanik dibedakan menjadi 5 zona, yaitu:


1. Epipelagis: dari permukaan laut sampai kedalaman 200 meter
2. Mesopelagis: dari 200 sampai 700-1000 meter
3. Batipelagis: dari 700-1000 sampai 2000-4000 meter
4. Abisalpelagis: dari 2000-4000 sampai 6000 meter
5. Hadalpelagis: kedalaman lebih dari 6000 meter

Berdasarkan penetrasi sinar matahari, lingkungan pelagis dapat dibedakan menjadi 3 zona, yaitu:

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 184


1. Eufotik: mulai dari permukan laut sampai batas kedalaman dimana 99% sinar matahari diserap;
mencakup kedalaman sampai 200 meter, sebanding dengan zona neritik atau epipelagis
2. Disfotik: dari batas bawah zona eufotik sampai kegelapan total; kedalaman dari 200 – 1000
meter atau sebanding dengan zona mesopelagis
3. Afotik: zona dimana tidak ada sama sekali cahaya yang menembus; mencakup zona batipelagis,
abisalpelagis, dan hadal

Sementara itu, lingkungan bentik – dengan dasar yang sama seperti pelagis, dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1. Lingkungan litoral: dasar laut yang berupa paparan benua; kedalaman mencapai 200 meter
a. Supralitoral: dasar laut di atas pasang tinggi
b. Eulitoral: mulai dari dasar laut batas pasang tinggi sampai surut rendah
c. Sublitoral: mulai dari dasar laut surut rendah sampai kedalaman 200 meter

2. Lingkungan laut dalam: dasar laut mulai dari lereng benua sampai cekungan samudera;
kedalaman air lebih dari 200 meter
a. Batial: kedalaman dari 200 sampai 2000-4000 meter
b. Abisal: kedalaman dari 2000-4000 sampai 6000 meter
c. Hadal: kedalaman > 6000 meter

Gambar 4.4.1 Zonasi lingkungan laut

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN LAUT


LINGKUNGAN BENTIK:
1. Lingkungan supralitoral

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 185


Lingkungan supralitoral berada di atas pasang tinggi. Lingkungan ini lebih banyak tersingkap ke
udara dan hanya akan tergenang pada saat air laut mengalami pasang tertinggi. Sehari-harinya,
lingkungan ini basah oleh cipratan air laut dari gelombang yang pecah di pantai atau bila terjadi
badai. Kondisi permukaan lingkungan ini sangat kasar.

2. Lingkungan eulitoral
Lingkungan eulitoral meliputi daerah yang secara periodik tersingkap ke udara pada waktu laut
surut (daerah pasang surut). Lebar daerah pasang surut (intertidal) tergantung pada kisaran
tinggi pasang surut dan kemiringan lereng dasar laut. Hewan yang hidup di daerah ini adalah
hewan yang sanggup bertahan terhadap pukulan gelombang. Hewan dan tumbuhan di kawasan
ini sangat banyak dan bervariasi.

3. Lingkungan sublitoral
Lingkungan sublitoral mencakup daerah mulai dari dasar laut surut rendah sampai kedalaman
200 meter. Batas ini didasarkan pada kedalaman maksimum dimana alga dan tumbuhan dapat
hidup. Batas bawah lingkungan ini umumnya bertepatan dengan batas bawah zona eufotik.
Selain itu, batas sisi laut dari lingkungan ini bertepatan dengan tepi paparan benua. Faktor
lingkungan yang penting adalah cahaya dan temperatur. Faktor lain yang kadang-kadang juga
penting adalah kondisi geologi dasar perairan, gelombang, dan arus. Di lingkungan ini terbentuk
delta-delta, terumbu karang, atau alur-alur bawah laut (submarine canyon). Pada rentangan dari
lingkungan eulitoral sampai sublitoral, terdapat penurunan kehidupan tumbuhan dan
peningkatan kehidupan hewan laut.

4. Lingkungan laut dalam


Lingkungan laut dalam kosong dari kehidupan tingkat tinggi, tetapi bakteri dapat hidup di
lingkungan ini. Kondisi oseanografi di lingkungan laut dalam ini seragam, menunjukkan bahwa
musim memiliki pengaruh yang kecil terhadap berbagai fenomena kehidupan di lingkungan ini.
Temperatur turun perlahan sesuai dengan kedalaman, salinitas relatif konstan, dan tekanan
meningkat 1 atm setiap turun dengan kedalaman 10 meter. Organisme yang hidup di dalam
lingkungan ini sebagian besar tersusun oleh air. Oleh karena itu, tekanan tidak mempengaruhi
proses kehidupan hewan laut dalam. Makanan di lingkungan laut dalam tidak sebanyak di
lingkungan litoral. Hewan-hewan laut dalam diperkirakan mendapat makanan dari material
organik yang jatuh dari perairan dekat permukaan ke dasar samudera. Zona hadal meliputi
daerah palung laut dalam, temperatur mencapai < 10C, dan tekanan mencapai 600 atm. Jumlah
hewan di daerah ini kira-kira sepersepuluh kehidupan di zona abisal.

LINGKUNGAN PELAGIS:
1. Lingkungan neritik
Lingkungan neritik umumnya memperlihatkan kondisi keanekaragaman yang tinggi bila di
lingkungan itu terdapat air tawar yang masuk dari aliran sungai. Dengan demikian, organisme
yang hidup di lingkungan ini harus bertahan hidup dalam kisaran salinitas yang lebar. Nutrien
yang masuk ke dalam lingkungan ini berasal dari laut dalam melalui mekanisme “upwelling” dan
dari daratan yang masuk melalui aliran sungai.

2. Lingkungan oseanik
Lingkungan oseanik dibedakan menjadi zona eufotik, disfotik, dan afotik. Berdasarkan
kedalamannya dari permukaan laut, lingkungan eufotik setara dengan lingkungan neritik.
Meskipun demikian, terdapat perbedaan kondisi lingkungan antara keduanya yang disebabkan
oleh perbedaan kedekatan fisiknya dengan daratan. Berbeda dengan lingkungan neritik, salinitas
di lingkungan eufotik relatif konstan, temperatur turun sesuai kedalaman dan perubahan

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 186


temperatur terbesar terjadi pada kedalaman sekitar 100 meter (di daerah termoklin).
Temperatur air permukaan bervariasi sesuai dengan posisi lintang. Nutrien biasanya rendah di
perairan permukaan dan meningkat sesuai dengan kedalaman. Secara biologis, zona eufotik
memiliki produktifitas yang lebih rendah dibandingkan zona neritik.

Zona disfotik adalah zona dengan penetrasi sinar matahari kurang dari 1%. Batas bawah zona ini
adalah daerah dengan oksigen minimum dan sinar matahari nol persen. Di dalam zona ini,
bakteri menguraikan fitoplankton dan zooplankton yang mati dan tenggelam ke dalam zona ini
dari zona eufotik. Pengurai itu menghasilkan nutrien. Nutrien tersebut kemudian dibawa
kembali ke zona eufotik dengan mekanisme upwelling.

Zona afotik adalah zona bertemperatur sangat rendah, tekanan sangat tinggi, dan tanpa sinar.
Zona ini meliputi zona batipelagis, abisalpelagis, dan hadal. Di dalam zona ini, densitas air laut
naik sesuai dengan pertambahan kedalaman dan terjadi stratifikasi air laut. Sementara itu,
temperatur turun dengan bertambahnya kedalaman. Temperatur di dasar laut sekitar 1,60C.

LINGKUNGAN KHUSUS:
1. Lingkungan hidrotermal laut dalam
Lingkungan hidrotermal laut dalam sangat kaya secara biologis. Temperatur di dekat lubang
mencapai 4000C, tekanan tinggi, dan air bersifat asam dengan pH mencapai 2,8. Perairan di
lingkungan ini banyak mengandung metana dan sulfur. Secara biologis, lingkungan ini sangat
produktif, tetapi produsen primer yang berfotosintesis tidak ditemui. Produktivitas yang tinggi
terjadi karena aktivitas bakteri autotrophic (chemosynthetic). Bakteri tersebut mengoksidasi
hidrogen sulfida menjadi sulfur dan menggunakan energi kimia untuk mensintesis protein,
karbohidarat, dan lemak.

2. Estuari
Estuari atau mulut sungai adalah lingkungan transisi antara sungai dan laut. Kondisi fisik
lingkungan ini sangat ditentukan oleh sejarah geologi estuari tersebut. Secara fisik, konfigurasi
lingkungan estuari menyerupai sebuah teluk. Di dalam estuari terjadi pertemuan antara air
tawar dari aliran sungai dan air laut. Fenomena itu membuat salinitas air di dalam estuari sangat
bervariasi, mulai dari salinitas air laut sampai kurang dari 5 ‰ di tempat masuknya air sungai.
Pola penyebaran salinitas di dalam estuari sangat rumit. Hal itu terjadi karena dalam estuari
terjadi pola arus yang sangat kompleks sebagai hasil dari interaksi antara pasang surut, aliran air
sungai, rembesan air tawar, dan efek Coriolis. Nutrien banyak masuk ke dalam estuari dari
daratan melalui aliran sungai. Suplai nutrien yang banyak dan ditambah sinar matahari membuat
lingkungan estuari sangat subur.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 187


BAB 5 : KEHIDUPAN DI LAUT
CARA HIDUP ORGANISME DI LAUT
Pada dasarnya ada tiga cara hidup organisme di laut, yaitu planktonik, bentonik, dan nektonik.
Organisme yang hidup secara planktonik disebut plankton, secara bentonik disebut bentos, dan
secara nektonik disebut nekton.
1. Plankton
Kelompok organisme ini biasanya kecil dengan kekuatan untuk berpindah tempat sangat lemah
atau terbatas. Plankton berpindah tempat terutama karena arus laut. Plankton dapat berupa
hewan (zooplankton) maupun tumbuhan (fitoplankton). Sebagian besar plankton berukuran
mikroskopis, tetapi ada juga yang berukuran besar seperti ubur-ubur atau ganggang Sargassum.
Plankton meliputi kelompok terbesar organisme di laut.

2. Bentos
Bentos adalah organisme yang hidup di atas atau di bawah dasar laut. Beberapa organisme
bentos pada fase awal kehidupannya memiliki bentuk larva planktonik. Beberapa tipe kehidupan
bentonik adalah: (1) menggali lubang di dasar laut (seperti cacing), (2) merayap perlahan di atas
permukaan dasar laut (seperti bintang laut), (3) menimbun diri di dasar laut (seperti teripang
dan berbagai jenis moluska), dan (4) menambatkan diri di dasar laut (seperti koral dan berbagai
jenis tumbuhan laut).

3. Nekton
Nekton meliputi hewan yang dapat berenang bebas (bebas dari gerakan arus). Kelompok ini
meliputi berbagai bentuk kehidupan hewan tingkat tinggi, seperti ikan, ikan paus, dan berbagai
jenis mamalia laut. Tumbuhan tidak termasuk di dalam kelompok ini. Nekton memiliki
kemampuan secara aktif mencari makanan dan menghindar dari predator. Kelompok hewan ini
juga dapat bermigrasi jarak jauh ke seluruh samudera. Nekton dijumpai di permukaan laut, di
dekat dasar permukaan laut, atau di laut dalam di atas dasar laut.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 188


SOAL LATIHAN

1. Mineral yang memiliki kekerasan paling rendah adalah . . . .


a. Korundum
b. Topaz
c. Talk
d. Kuarsa
e. Kalsit

2. Sistem kristal triklin mempunyai 3 sumbu kristal, sedangkan sistem kristal trigonal mempunyai:
a. 3 sumbu kristal
b. 4 sumbu kristal
c. 5 sumbu kristal
d. 6 sumbu kristal
e. 7 sumbu kristal

3. Sistem kristal yang sumbu-sumbu kristalnya tidak saling tegak lurus adalah . . . .
a. Tetragonal
b. Ortorombik
c. Triklin
d. Heksagonal
e. Trigonal

4. Contoh mineral yang terbentuk dari kristalisasi larutan adalah . . . .


a. Belerang, gipsum, plagioklas
b. Halit, kalsit, gipsum
c. Dolomit, halit, biotit
d. Gipsum, kalsit, belerang
e. Kuarsa, pirit, halit

5. Di bawah ini adalah syarat suatu materi bisa disebut sebagai mineral, kecuali . . . .
a. Terbentuk secara alami
b. Memiliki sistem kristal tertentu
c. Terbentuk secara organik
d. Mempunyai sifat fisik tertentu
e. Memiliki komposisi kimia tertentu

6. Rekahan sistematis pada mineral yang mengikuti bidang yang terkait dengan struktur kristal
mineral tersebut dikenal dengan istilah . . . .
a. Belahan
b. Kelurusan
c. Pecahan
d. Kebidangan
e. Retakan

7. Indonesia merupakan daerah pertemuan antara beberapa lempeng. Sebagian besar pulau-pulau
di Indonesia terletak pada lempeng . . . .
a. India-Australia
b. Filipina

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 189


c. Pasifik
d. Asia
e. Eurasia

8. Penyusun utama inti bumi adalah . . . .


a. Besi
b. Aluminium
c. Silika
d. Oksigen
e. Sulfur

9. Negara-negara berikut memiliki gunung api yang berasosiasi dengan zona subduksi, kecuali . . . .
a. Jepang
b. Filipina
c. Islandia
d. Indonesia
e. Amerika Serikat

10. Bagian interior bumi yang memiliki volume paling besar adalah . . . .
a. Kerak
b. Mantel
c. Inti luar
d. Inti dalam
e. Astenosfer

11. Urutan lapisan penyusun bumi dari luar ke dalam adalah . . . .


a. Astenosfer – litosfer – mesosfer
b. Litosfer – astenosfer – mesosfer
c. Astenosfer – mesosfer – litosfer
d. Litosfer – liquisfer – mesosfer
e. Mesosfer – litosfer – liquisfer

12. Gunung Pinatubo di Filipina merupakan gunung api yang dihasilkan oleh subduksi antara . . . .
a. Lempeng Filipina dengan lempeng Eurasia
b. Lempeng Pasifik dengan lempeng Filipina
c. Lempeng Pasifik dengan lempeng Eurasia
d. Lempeng India-Australia dengan lempeng Eurasia
e. Lempeng India-Australia dengan lempeng Filipina

13. Mineral yang umumnya tidak mungkin ditemukan dalam batuan granit adalah . . . .
a. Kuarsa
b. Biotit
c. Ortoklas
d. Olivin
e. Hornblende

14. Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil pembatuan material-material sedimen klastik
berukuran 1/16 – 2 mm disebut . . . .
a. Batulempung
b. Batugamping
c. Batulanau

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 190


d. Batulumpur
e. Batupasir

15. Batugamping yang mengalami rekristalisasi selama proses metamorfisme akan berubah menjadi:
a. Kuarsit
b. Sekis
c. Marmer
d. Gneiss
e. Batusabak

16. Proses di bawah ini yang tidak termasuk dalam siklus batuan adalah . . . .
a. Pelapukan
b. Terbentuknya pegunungan
c. Transportasi
d. Lithifikasi
e. Metamorfisme

17. Batuan beku yang tersusun oleh kristal kasar (dengan ukuran kristal yang hampir sama) dan
memperlihatkan warna yang terang dinamakan . . . .
a. Riolit
b. Pumis
c. Granit
d. Gabro
e. Basalt

18. Urutan proses pembentukan batuan sedimen adalah . . . .


a. Pelapukan → erosi → lithifikasi → transportasi → deposisi
b. Erosi → kompaksi → pelapukan → deposisi → transportasi
c. Pelapukan → erosi → transportasi → deposisi → lithifikasi
d. Erosi → deposisi → transportasi → kompaksi → pelapukan
e. Transportasi → erosi → pelapukan → deposisi →kompaksi

19. Dua kriteria penting yang digunakan dalam penamaan batuan beku adalah . . . .
a. Suhu dan tekstur
b. Komposisi mineral dan suhu
c. Komposisi mineral dan tekstur
d. Suhu dan tekanan
e. Tekstur dan struktur

20. Batuan berikut yang memiliki ukuran butir paling kasar adalah . . . .
a. Batuserpih
b. Batulempung
c. Batupasir
d. Konglomerat
e. Tuff

21. Struktur foliasi pada batuan metamorf yang dicirikan oleh penjajaran mineral-mineral granular
atau berbutir kasar (umumnya berupa kuarsa dan feldspar) disebut . . . .
a. Phyllitic
b. Gneissic
c. Schistosic

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 191


d. Slaty cleavage
e. Hornfelsic

22. Magma yang membeku di lingkungan air akan membentuk struktur . . . .


a. Lava bantal
b. Kekar tiang
c. Kekar lembaran
d. Vesikuler
e. Amigdaloidal

23. Manakah di antara batuan di bawah ini yang memungkinkan untuk mengandung fosil dalam
jumlah yang banyak?
a. Sekis
b. Batukapur
c. Konglomerat
d. Breksi
e. Andesit

24. Salah satu syarat suatu organisme dapat terawetkan menjadi fosil adalah . . . .
a. Segera mengalami proses oksidasi
b. Lapisan batuan pengandungnya mengalami proses pelapukan
c. Mempunyai cangkang yang sangat lunak
d. Berukuran besar
e. Segera terkubur oleh sedimen berukuran butir halus

25. Dalam skala waktu geologi, periode Jura (Jurassic) terjadi pada jangka waktu . . . .
a. Mulai 65 juta tahun yll sampai 1,8 juta tahun yll
b. Mulai 144 juta tahun yll sampai 65 juta tahun yll
c. Mulai 206 juta tahun yll sampai 144 juta tahun yll
d. Mulai 248 juta tahun yll sampai 206 juta tahun yll
e. Sebelum 248 juta tahun yll

26. Fosil fauna dari kelas Cephalopoda termasuk dalam filum . . . .


a. Brachiopoda
b. Protozoa
c. Porifera
d. Coelenterata
e. Moluska

27. Kepunahan dinosaurus yang diduga akibat serangan meteor besar terjadi pada akhir zaman . . . .
a. Trias
b. Jura
c. Kapur
d. Tersier
e. Kuarter

28. Kemunculan tumbuhan darat pertama kali terjadi pada zaman . . . .


a. Perm
b. Karbon
c. Devon
d. Silur

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 192


e. Ordovisium

29. Berikut ini adalah beberapa kriteria untuk menentukan kehadiran struktur sesar, kecuali . . . .
a. Kehadiran tanah longsor
b. Bentukan morfologi lembah atau gawir yang lurus
c. Kehadiran beberapa mata air yang berjajar dalam garis lurus
d. Berulangnya atau hilangnya beberapa perlapisan dalam suatu urutan batuan
e. Adanya cermin sesar

30. Bila suatu gaya tekan dihilangkan dari tubuh batuan, umumnya akan terbentuk retakan-retakan
sistematis yang berarah tegak lurus terhadap arah gaya tekan. Retakan-retakan tersebut dikenal
dengan nama . . . .
a. Shear joints
b. Cubic joints
c. Extension joints
d. Release joints
e. Columnar joints

31. Gambar di samping termasuk struktur sesar/patahan . . . .


a. Diagonal
b. Turun
c. Naik
d. Geser mendatar
e. Silang

32. Bentang alam (morfologi) karst terdapat pada daerah dengan batuan berupa . . . .
a. Batusabak
b. Batugamping
c. Batupasir
d. Batulempung
e. Batulanau

33. Pola penyaluran (sungai) yang terbentuk pada batuan sedimen yang berselang-seling antara
yang mempunyai resistensi rendah dan tinggi adalah . . . .
a. Rektangular
b. Trelis
c. Multibasinal
d. Dendritik
e. Radial

34. Bentang alam berupa gumuk pasir (dune) ini berbentuk bulan sabit dengan backslope lebih
landai daripada foreslope. Arah angin searah dengan arah memanjangnya sayap dune tersebut.
Bentang alam tersebut adalah . . . .
a. Parabolic dune
b. Seif
c. Barchan
d. Longitudinal dune
e. Transversal dune

35. Bila pada suatu batuan terjadi jeda pengendapan dalam kurun waktu geologi yang sangat lama
dan sekaligus mengalami proses erosional sebelum kemudian diendapkan lapisan batuan yang

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 193


jauh lebih muda di atasnya, maka ketidakselarasan yang terjadi disebut . . . .
a. Angular unconformity
b. Disconformity
c. Nonconformity
d. Local unconformity
e. Regular unconformity

36. Sifat fisik Bumi yang dimanfaatkan untuk melakukan survei geofisika metode elektromagnetik
adalah:
a. Densitas
b. Magnetic susceptibility
c. Konduktivitas listrik dan induktansi
d. Konstanta dielektrik
e. Resistivitas

37. Perhatikan penampang stratigrafi berikut ini. Manakah


pernyataan yang benar?
a. Umur batuan A lebih tua daripada D
b. Umur batuan C lebih muda daripada D
c. Umur batuan E lebih muda daripada B
d. Umur batuan B lebih muda daripada A
e. Umur batuan B lebih tua daripada C

38. Pada suatu singkapan batuan dijumpai perlapisan batuan yang terpotong akibat sesar. Dari hasil
pengamatan, disimpulkan bahwa sesar berumur lebih muda. Kesimpulan ini didasarkan atas
hukum dasar geologi, yaitu . . . .
a. Principle of cross-cutting relationship
b. Principle of faunal succession
c. Law of uniformitarianism
d. Law of original horizontality
e. Law of superposition

39. Untuk mengetahui ketebalan akuifer air tanah, metode geofisika yang paling tidak bisa
digunakan adalah . . . .
a. Geomagnet
b. Geolistrik
c. Seismik
d. Ground Probing Radar
e. Lubang bor

40. Terjadinya anomali gravitasi di permukaan Bumi disebabkan oleh . . . .


a. Kontras massa jenis batuan di kerak bumi
b. Kontras impedansi akustik sebagai sifat dari batuan
c. Kontras kandungan mineral magnetik dalam batuan
d. Kontras porositas pada lapisan batuan
e. Kontras permeabilitas pada lapisan batuan

41. Cuaca adalah . . . .


a. Kondisi atmosfer dalam suatu waktu tertentu
b. Rata-rata kondisi atmosfer dalam suatu selang waktu tertentu
c. Suhu atmosfer pada suatu waktu tertentu

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 194


d. Perubahan atmosfer pada selang waktu tertentu
e. a – d benar

42. Atmosfer bumi terdiri atas 4 lapisan utama. Lapisan yang mengandung uap air dan merupakan
tempat terjadinya pembentukan cuaca adalah . . . .
a. Ionosfer
b. Termosfer
c. Mesosfer
d. Stratosfer
e. Troposfer

43. Pengukuran dasar untuk mengetahui karakteristik angin adalah . . . .


a. Kecepatan dan temperatur
b. Kecepatan dan arah
c. Arah dan temperatur
d. Kelembaban dan arah
e. Kelembaban dan kecepatan

44. Mixing ratio dinyatakan sebagai . . . .


a. Perbandingan antara massa uap air (gram) dan massa udara kering (kilogram) yang terdapat
dalam udara lengas
b. Perbandingan antara massa uap air dan massa uap air jenuh dalam udara
c. Massa uap air (gram) dalam 1 m3 udara lengas
d. Massa uap air (gram) dalam 1 kg udara lengas
e. a – d salah

45. Waktu tinggal (residence time) uap air di atmosfer adalah sekitar . . . .
a. 2 jam
b. 2 hari
c. 7 hari
d. 10 hari
e. 1 tahun

46. Angin Fohn yang bertiup di daerah Sulawesi Selatan adalah . . . .


a. Angin Gending
b. Angin Grenggong
c. Angin Brubu
d. Angin Bohorok
e. Angin Wambraw

47. Di bawah ini yang merupakan kelompok angin global adalah . . . .


a. Angin musim, angin lokal, angin timuran
b. Angin timuran, angin lembah, angin pasat
c. Angin pasat, angin darat, angin gunung
d. Angin baratan, angin timuran, angin pasat
e. Angin laut, angin lembah, angin musim

48. Tiga sel sirkulasi umum mulai dari ekuator ke arah kutub adalah . . . .
a. Sel Ferrel, sel Hadley, sel Kutub
b. Sel Hadley, sel Ferrel, sel Kutub
c. Sel Polar, sel Hadley, sel Kutub

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 195


d. Sel Hadley, sel Polar, sel Ferrel
e. a – d benar

49. Kesetimbangan antara gaya Coriolis, gaya gradien tekanan, dan gaya sentripetal pada isobar
melengkung akan menghasilkan angin yang disebut . . . .
a. Angin Fohn
b. Angin geostrofik
c. Angin gradien
d. Angin siklonik
e. Angin antisiklonik

50. Angin pasat adalah . . . .


a. Angin yang bertiup terus menerus dari daerah maksimum subtropis utara dan selatan (30 0)
menuju ke minimum khatulistiwa
b. Angin yang bertiup dari kedua daerah maksimum kutub menuju daerah minimum subpolar
(600 LU dan LS)
c. Angin yang bertiup terus menerus dari daerah maksimum tropis utara dan selatan (300)
menuju ke minimum subtropis
d. Angin yang bertiup terus menerus dari daerah minimum subtropis utara dan selatan (300)
menuju ke maksimum khatulistiwa
e. Angin yang bertiup dari kedua daerah minimum kutub menuju daerah maksimum subpolar
(600 LU dan LS)

51. Skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan tornado adalah . . . .


a. Skala Beaufort
b. Skala Fujita
c. Skala Tornado
d. Skala Mercalli
e. Skala Richter

52. Taifun (typhoon) adalah sebutan untuk siklon tropis di . . . .


a. Wilayah Amerika Utara
b. Wilayah barat dan timur Australia
c. Pantai barat Lautan Pasifik
d. Pantai utara Lautan Hindia
e. Wilayah Indonesia

53. Angin permukaan pada pusat tekanan tinggi di Belahan Bumi Utara (BBU) akan bertiup . . . .
a. Searah putaran jarum jam keluar dari pusat tekanan tinggi
b. Searah putaran jarum jam menuju pusat tekanan tinggi
c. Berlawanan dengan putaran jarum jam menuju pusat tekanan tinggi
d. Berlawanan dengan putaran jarum jam keluar dari pusat tekanan tinggi
e. Tidak berbelok, sejajar dengan garis isobar

54. Alat pengukur kecepatan angin adalah . . . .


a. Barometer
b. Higrometer
c. Termometer
d. Piezometer
e. Anemometer

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 196


55. Garis isohyet adalah . . . .
a. Garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan tekanan udara yang sama
b. Garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan kelembaban udara yang sama
c. Garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan temperatur udara yang sama
d. Garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan jumlah curah hujan yang sama
e. Garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan ketinggian yang sama

56. Psikrometer digunakan untuk menentukan . . . .


a. Kelembaban relatif
b. Temperatur rata-rata
c. Lamanya matahari bersinar
d. Jumlah penguapan
e. Jumlah presipitasi

57. Champbellstokes adalah alat yang digunakan untuk mengukur . . . .


a. Lama penyinaran matahari
b. Energi radiasi matahari
c. Radiasi difus matahari
d. Banyaknya sinar matahari
e. a – d salah

58. Gambar di samping adalah model stasiun cuaca. Berapakah tekanan udara yang ditunjukkan
oleh model tersebut?
a. 902,9 mb
b. 0,29 mb
c. 29,0 mb
d. 1029,0 mb
e. 1002,9 mb

59. Perkiraan persentase total radiasi matahari yang mencapai permukaan Bumi adalah . . . .
a. 10 %
b. 20 %
c. 50 %
d. 70 %
e. 90 %

60. Altokumulus termasuk ke dalam golongan . . . .


a. Awan rendah
b. Awan menengah
c. Awan tinggi
d. Awan vertikal
e. a – d salah

61. Jenis awan yang berbentuk seperti serat, letaknya sangat tinggi, dan tersusun oleh kristal es
adalah awan . . . .
a. Stratus
b. Sirus
c. Kumulus
d. Sirokumulus
e. Altostratus

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 197


62. Klasifikasi iklim Oldeman didasarkan pada . . . .
a. Kelembaban udara
b. Curah hujan
c. Suhu udara
d. Tekanan udara
e. Vegetasi penutup

63. Di bawah ini yang termasuk ciri iklim tundra adalah . . . .


a. Musim panas sejuk dan singkat
b. Vegetasi lumut dan semak
c. Musim dingin panjang
d. a dan c benar
e. a – c benar

64. Langit tampak berwarna biru karena . . . .


a. Memantulkan warna Bumi yang juga biru jika dilihat dari angkasa
b. Atmosfer tidak menghamburkan cahaya tampak dengan baik
c. Atmosfer tidak menghamburkan cahaya biru dengan baik
d. Atmosfer menghamburkan cahaya biru lebih baik daripada sinar lain
e. Warna cahaya tampak yang utama adalah biru

65. Monsun atau muson adalah . . . .


a. Sistem sirkulasi angin yang berbalik arah secara musiman akibat perbedaan sifat termal
antara benua dan lautan
b. Sistem iklim dengan 2 musim
c. Sistem angin yang berubah arah karena pergantian musim
d. Sabuk angin yang mengelilingi Bumi
e. a – d salah

66. Fenomena “halo” terjadi pada saat langit tertutup oleh awan . . . .
a. Sirus
b. Sirostratus
c. Stratokumulus
d. Kumulonimbus
e. Altokumulus

67. El Nino merupakan fenomena . . . .


a. Pendinginan lautan secara global
b. Pemanasan lautan secara global
c. Pendinginan lautan secara periodik yang terjadi di Pasifik Tengah dan Timur
d. Pemanasan lautan secara periodik yang terjadi di Pasifik Tengah dan Timur
e. Peningkatan curah hujan di Pasifik Tengah dan Timur

68. Di permukaan Bumi, banyak sedikitnya cahaya yang diterima akan bergantung pada . . . .
a. Sudut datang sinar matahari
b. Lama penyinaran matahari
c. Relief permukaan Bumi
d. a dan b benar
e. a – c benar

69. Busur pita berwarna yang terbentuk ketika cahaya matahari berinteraksi dengan butir hujan

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 198


disebut . . . .
a. Korona
b. Virga
c. Pelangi
d. Halo
e. Bayangan

70. Iklim merupakan perataan cuaca dalam jangka waktu 30 tahun yang dievaluasi setiap 10 tahun.
Yang bukan merupakan komponen iklim adalah . . . .
a. Atmosfer
b. Kriosfer
c. Litosfer
d. Ozonosfer
e. a – d salah

71. Dalam perjalanan menuju Bulan, seorang astronot mengamati diameter Bulan yang besarnya
3.500 km dalam cakupan sudut 60. Berapakah jarak Bulan pada saat itu?
a. 23.392 km
b. 33.392 km
c. 43.392 km
d. 53.392 km
e. 63.392 km

72. Paralaks sebuah bintang yang diukur dari Bumi besarnya adalah 0,05 detik busur. Tentukanlah
paralaks bintang tersebut apabila diukur dari permukaan Jupiter yang berjarak 5,2 SA dari
Matahari.
a. 0,25 detik busur
b. 0,33 detik busur
c. 0,5 detik busur
d. 0,26 detik busur
e. 1,0 detik busur

73. Dilihat dari Bumi, Matahari dan Bulan memiliki diameter sudut yang sama di langit, yaitu 30’.
Diameter Bulan 3.500 km, sedangkan diameter Matahari 1.400.000 km. Berapakah
perbandingan jarak Bumi – Matahari terhadap jarak Bumi – Bulan?
a. 100
b. 200
c. 300
d. 400
e. 500

74. Hukum yang menyatakan bahwa lintasan planet mengelilingi Matahari berbentuk elips adalah:
a. Hukum Kepler I
b. Hukum Kepler II
c. Hukum Kepler III
d. Hukum Copernicus I
e. Hukum Copernicus II

75. Berapakah percepatan gravitasi (g) pada sebuah planet dengan rapat massa yang sama dengan
rapat massa Bumi, tetapi radiusnya 2 kali radius Bumi? (percepatan gravitasi bumi = 9,8 m/s2)
a. 4,9 m/s2

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 199


b. 9,8 m/s2
c. 14,7 m/s2
d. 19,6 m/s2
e. 24,5 m/s2

76. Massa Bulan 7,35 . 1022 kg dan radiusnya R = 1740 km. Satelit yang bergerak mengitari Bulan
pada ketinggian 95 km akan mempunyai periode . . . .
a. 0,96 jam
b. 1,96 jam
c. 2,96 jam
d. 3,96 jam
e. 4,96 jam

77. Sebuah asteroid mempunyai jarak perihelium 2,0 SA. Jika periodenya 5,2 tahun, maka jarak
apheliumnya adalah . . . .
a. 1 SA
b. 2 SA
c. 3 SA
d. 4 SA
e. 5 SA

78. Vernal equinox adalah . . . .


a. Bintang yang muncul di dekat ekuator langit setiap tanggal 21 Maret
b. Titik perpotongan antara ekuator langit dengan garis equinox
c. Titik di angkasa di mana Matahari memotong ekuator langit pada tanggal 21 Maret
d. Komet yang muncul mendekati garis equinox setiap tanggal 21 Maret
e. Titik posisi Matahari pada ekuator

79. Satu hari sideris . . . .


a. Lebih lama hampir 4 menit dibandingkan satu hari matahari rata-rata
b. Lebih pendek hampir 4 menit dibandingkan satu hari matahari rata-rata
c. Sama dengan satu hari matahari rata-rata
d. Lebih lama hampir 4 jam dibandingkan satu hari matahari rata-rata
e. Lebih pendek hampir 4 jam dibandingkan satu hari matahari rata-rata

80. Pada pukul 20.00 WIB, ketika Ahmad sedang berada di Observatorium Bosscha Lembang, ia
melihat sebuah satelit melewati meridian dengan latar belakang rasi Centaurus. Satelit itu
mempunyai periode 10 jam. Pukul berapakah satelit itu akan kembali melewati meridian Ahmad
dengan latar belakang rasi Centaurus?
a. 09:10:37
b. 11:10:37
c. 13:10:37
d. 15:10:37
e. 20:10:37

81. Sebuah asteroid bergerak mengelilingi Matahari dengan periode P = 2,88 tahun. Oposisi terakhir
terlihat pada awal tahun 2008. Kapankah ia berada pada oposisi berikutnya?
a. 2009
b. 2010
c. 2011
d. 2012

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 200


e. 2013

82. Pada saat konjungsi, Bumi, Mars, dan Matahari berada pada satu garis lurus. Konfigurasinya
adalah:
a. Mars – Bumi – Matahari
b. Bumi – Mars – Matahari
c. Mars – Matahari – Bumi
d. Matahari – Mars – Bumi
e. a – d salah

83. Yang tidak termasuk planet terrestrial adalah . . . .


a. Merkurius
b. Venus
c. Bumi
d. Mars
e. Jupiter

84. Planet yang memiliki Great Dark Spot (bintik hitam raksasa) adalah . . . .
a. Mars
b. Neptunus
c. Jupiter
d. Uranus
e. Saturnus

85. Lintasan asteroid sebagian besar terletak di antara 2 planet, yaitu . . . .


a. Merkurius dan Venus
b. Venus dan Bumi
c. Bumi dan Mars
d. Mars dan Jupiter
e. Jupiter dan Saturnus

86. Bagian dari atmosfer Matahari yang dicirikan oleh rendahnya massa jenis dan tingginya
temperatur adalah . . . .
a. Fotosfer
b. Kromosfer
c. Korona
d. Granulasi
e. Prominensa

87. Menurut hipotesis nebula, tata surya berawal dari . . . .


a. Sebuah matahari yang berotasi dengan cepat
b. Sebuah awan gas dan debu
c. Sebuah awan yang mengandung elemen dengan jumlah yang kurang lebih sama dengan
seluruh elemen alam
d. Dua buah komet yang bertumbukan dengan impact yang besar
e. Hipotesis nebula hanya menjelaskan pembentukan bintang dan bukan planet-planet

88. Pilih cara di bawah ini yang paling tepat untuk menentukan ekliptika di langit malam.
a. Menarik garis melewati berbagai gugus bintang yang terlihat
b. Menarik garis sepanjang jalur Bimasakti
c. Menarik garis melewati bintang-bintang terang yang terlihat

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 201


d. Menarik garis dari kutub langit utara ke kutub langit selatan
e. Menarik garis melewati planet-planet dan satelit alam yang terlihat

89. Puncak spektrum sebuah bintang yang temperaturnya 10.500 K terletak pada panjang
gelombang λmaks. Nilainya adalah . . . .
a. 2.000 Angstrom
b. 2.800 Angstrom
c. 3.000 Angstrom
d. 3.200 Angstrom
e. 3.400 Angstrom

90. Diamati dari Bumi, fluks bintang A sama dengan 2 kali fluks bintang B. Kedua bintang tersebut
𝑟
mempunyai luminositas yang sama. Perbandingan jarak kedua bintang tersebut dari Bumi (𝑟𝐴 )
𝐵
adalah . . . .
a. √2
1
b. 2
c. 1
d. 2
1
e. 2 √2

91. Di bawah ini adalah pernyataan yang salah, yaitu . . . .


a. Semakin besar tingkat penguapan air laut, semakin tinggi kadar garam air laut
b. Semakin rendah kadar air tawar yang mengalir ke laut, semakin tinggi kadar garam air laut
c. Semakin tinggi curah hujan, semakin besar kadar garam air laut
d. Semakin tinggi tingkat pencairan es, semakin rendah kadar garam air laut
e. Kadar garam air laut sering tidak merata; arus laut dapat meratakan kadar garam pada air
laut

92. Densitas air laut bertambah bila . . . .


a. Salinitas bertambah, tekanan bertambah, temperatur bertambah
b. Salinitas bertambah, tekanan bertambah, temperatur berkurang
c. Salinitas bertambah, tekanan berkurang, temperatur bertambah
d. Salinitas bertambah, tekanan berkurang, temperatur berkurang
e. a – d salah

93. Unsur yang hanya berjumlah sangat sedikit dalam air laut adalah . . . .
a. Na
b. C
c. K
d. Ca
e. Mg

94. Batas normal kadar garam yang terkandung di dalam air laut adalah . . . .
a. 33 – 37 %
b. 33 – 37 ‰
c. 35 – 40 %
d. 35 – 40 ‰
e. a – d salah

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 202


95. Pasang surut air laut sangat dipengaruhi oleh konfigurasi Matahari dan Bulan terhadap Bumi.
Pasang tertinggi akan terjadi pada saat . . . .
a. Bulan purnama dan bulan sabit
b. Bulan baru dan bulan benjol
c. Bulan baru dan bulan purnama
d. Bulan sabit dan bulan benjol
e. Bulan purnama di musim kemarau

96. Efek Coriolis dan stratifikasi densitas air laut akan memunculkan efek Ekman, dimana secara
akumulasi pergerakan arus laut memiliki sudut terhadap arah angin sebesar . . . .
a. 900 ke kiri di belahan bumi utara dan 900 ke kanan di belahan bumi selatan
b. 900 ke kanan di belahan bumi utara dan 900 ke kiri di belahan bumi selatan
c. 450 ke kiri di belahan bumi utara dan 450 ke kanan di belahan bumi selatan
d. 450 ke kanan di belahan bumi utara dan 450 ke kiri di belahan bumi selatan
e. Di seluruh bagian Bumi berarah sama

97. Jarak yang ditempuh angin pada permukaan laut terbuka disebut . . . .
a. Periode gelombang
b. Panjang gelombang
c. Fetch
d. Crest
e. Trough

98. Faktor penting yang menentukan ketinggian gelombang atau besarnya gelombang laut karena
tiupan angin adalah . . . .
a. Kecepatan angin, arah angin, panjang lintasan angin
b. Kecepatan angin, lamanya tiupan angin, panjang lintasan angin
c. Lamanya tiupan angin, arah angin, panjang lintasan angin
d. Kecepatan angin, sudut datang angin, lamanya tiupan angin
e. Panjang lintasan angin, sudut datang angin, lamanya tiupan angin

99. Berdasarkan morfologinya, tepi benua dapat dibedakan menjadi . . . .


a. Paparan benua, lereng benua, tinggian benua
b. Pinggiran benua, lereng benua, tinggian benua
c. Paparan benua, dalaman benua, tinggian benua
d. Paparan benua, lereng benua, dataran benua
e. Dataran benua, lereng benua, tinggian benua

100. Di laut, zona batipelagis termasuk dalam zona . . . .


a. Neritik
b. Oseanik
c. Eufotik
d. Disfotik
e. Afotik

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 203


KUNCI JAWABAN SOAL LATIHAN

1. C 41. A 81. A
2. B 42. E 82. C
3. C 43. B 83. E
4. B 44. A 84. B
5. C 45. D 85. D
6. A 46. C 86. C
7. E 47. D 87. B
8. A 48. B 88. E
9. C 49. C 89. B
10. B 50. A 90. E
11. B 51. B 91. C
12. A 52. C 92. B
13. D 53. A 93. B
14. E 54. E 94. B
15. C 55. D 95. C
16. B 56. A 96. B
17. C 57. A 97. C
18. C 58. E 98. B
19. C 59. C 99. A
20. D 60. B 100. E
21. B 61. B
22. A 62. B
23. B 63. E
24. E 64. D
25. C 65. A
26. E 66. B
27. C 67. D
28. D 68. E
29. A 69. C
30. D 70. D
31. B 71. B
32. B 72. D
33. B 73. D
34. C 74. A
35. B 75. D
36. B 76. B
37. D 77. D
38. A 78. C
39. A 79. B
40. A 80. C

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 204


DAFTAR PUSTAKA

Ahrens, C. Donald. 2009. Meteorology Today. Belmont: Brooks/Cole.


Gunawan, Hans. 2006. Modul Persiapan Menuju Olimpiade Sains Nasional Bidang Astronomi.
Jakarta: SMAK 1 BPK Penabur
Monroe, James S., Reed Wicander, dan Richard Hazlett. 2001. Physical Geology: Exploring the Earth.
Belmont: Thomson Brooks/Cole.
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB.
Anonim. 2008. Diktat Pelatihan Astronomi Tingkat Nasional.
BMKG. Panduan Praktis Mengenal Alat-Alat Klimatologi. Bogor: Stasiun Klimatologi Dramaga
Nelson, Stephen A. 2003. Physical Geology. Tulane University. New Orleans, Louisiana.
Setyawan, Wahyu B. 2007. Materi Pembekalan Oseanografi – 1st IESO 2007. Yogyakarta, Indonesia.
Srijono, dan Salahuddin. 2007. Geomorfologi: Proses dan Klasifikasi Bentang Alam. Teknik Geologi
UGM. Yogyakarta, Indonesia.
Dupe, Zadrach L. Meteorologi Umum. Meteorologi ITB. Bandung, Indonesia.
Husein, Salahuddin. 2011. Geologi Struktur. Teknik Geologi UGM. Yogyakarta, Indonesia.
Kabelen, Agustinus K., dan Heri. 2012. Pengantar Paleontologi. Teknik Geologi UGM. Yogyakarta,
Indonesia.
Kuncoro, Pentatok. 2009. Hidrologi. Teknik Geologi UGM. Yogyakarta, Indonesia.
Rahardjo, Wartono dan Akmaluddin. 2009. Paleontologi. Teknik Geologi UGM. Yogyakarta,
Indonesia.
Rahardjo, Wartono dan Moh. Indra Novian. 2009. Prinsip Stratigrafi & Geologi Sejarah. Teknik
Geologi UGM. Yogyakarta, Indonesia.
Samodra, Saptono Budi. 2009. Bencana Kebumian. Teknik Geologi UGM. Yogyakarta, Indonesia.
Samodra, Saptono Budi. 2009. Geofisika. Teknik Geologi UGM. Yogyakarta, Indonesia.
Setijadji, Lucas Donny. Petrologi. Teknik Geologi UGM. Yogyakarta, Indonesia.
Tarbuck, Edward J. dan Frederick K. Lutgens. 2005. GEODe: Earth Science. East Peoria: Pearson
Prentice Hall.
Warmada, I Wayan. 2012. Kristalografi dan Mineralogi. Teknik Geologi UGM. Yogyakarta, Indonesia.
Warmada, I Wayan. Petrologi. Teknik Geologi UGM. Yogyakarta, Indonesia.

Diktat Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian 205

You might also like