You are on page 1of 14

JIMPS: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 8(3), 2023. Hlm.

1978-1991
JIMPS P-ISSN: 2964-7231, E-ISSN: 2614-3658
DOI: https://doi.org/10.24815/jimps.v8i3.25421

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana


Pertambangan Batubara Tanpa Izin Di Kalimantan
Selatan Berdasarkan Asas Keadilan

Rismaya Mutiara Lestari1, Ifrani2, Dadang Abdullah3


1,2,3Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia

Correspondence Author: rismayamutiara@gmail.com

Abstract: This study aims to analyze the Application of Criminal Sanctions Against
Article History Unlicensed Coal Mining Crimes in South Kalimantan Based on the Principles of
Received : 2023-03-13 Justice stipulated in Article 158 of Law Number 3 of 2020 concerning Amendments
Accepted : 2023-05-14 to Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining, which states that ,
Published : 2023-06-25 Any person who conducts mining business without a permit shall be subject to
imprisonment for a maximum of 10 years and a maximum fine of Rp.
10,000,000,000.00- (ten billion rupiah). This research uses normative research
methods or what is called doctrinal legal research. The results of this study found
that the mild criminal sanctions given to the perpetrators of the crime of coal
Kata Kunci: mining without a permit in South Kalimantan did not create a deterrent effect on
sanksi pidana, the perpetrators nor to prevent the same incident from happening in the future
pertambangan with new perpetrators. The mild criminal sanction in this case occurred because
batubara tanpa izin, there was no minimum limit for judges as a benchmark for imposing criminal
asas keadilan penalties on coal miners without a permit. When viewed from the point of view of
justice, justice is indeed very difficult to create because there are two parties with
different interests demanding the creation of justice, both parties are perpetrators
and victims, justice for perpetrators is of course a light crime and this will certainly
conflict with justice for the victim. , vice versa

Abstrak: Penelitian ini bertujuan menganalisa Penerapan Sanksi Pidana


Terhadap Tindak Pidana Pertambangan Batubara Tanpa Izin di Kalimantan Selatan
Berdasarkan Asas Keadilan diatur dalam Pasal 158 Undang-undang Nomor 3 tahun
2020 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomo 4 Tahun 2009 tentang
Penambangan Mineral dan Batubara, yang menyebutkan bahwa, Setiap orang yang
melakukan usaha penambangan tanpa izin dipidana penjara paling lama 10 tahun
dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00- (sepuluh miliar rupiah).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif atau yang disebut dengan
penelitian hukum doktrinal. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dengan
ringannya sanksi pidana yang diberikan pada pelaku tindak pidana pertambangan
batubara tanpa izin di Kalimantan Selatan, tidak menimbulkan efek jera pada
pelaku maupun untuk mencegah peristiwa yang sama terjadi di masa yang akan
datang dengan pelaku-pelaku baru. Ringannya sanksi pidana pada kasus ini terjadi
karena tidak ada batasan minimum bagi hakim sebagai patokan untuk
menjatuhkan pidana pada para pelaku penambangan batubara tanpa izin. Apabila
ditinjau dari sudut pandang keadilan, keadilan memang sangat sulit diciptakan
karena terdapat dua pihak berbeda kepentingan yang menuntut terciptanya
sebuah keadilan, kedua pihak tersebut adalah pelaku dan korban, keadilan bagi
Available online at pelaku tentu pidana yang ringan dan hal itu tentu akan bertentangan dengan
https://jim.usk.ac.id/sejarah keadilan bagi pihak korban, begitupun sebaliknya.

1978
PENDAHULUAN tanpa IUP, IPR, dan IUPK” seperti
Setiap perusahaan pertambangan wajib tersebut dalam dakwaan Kesatu Primair
mendapatkan izin sebagai diatur dalam yaitu melanggar Pasal 158 Undang-
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2009 Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
tentang Pertambangan Mineral juncto Pertambangan Mineral dan Batubara,
Pemerintah Peraturan Nomor 23 Tahun 2010 dijatuhi pidana penjara selama 4 (empat)
tentang Penyelenggaraan Pertambangan bulan dikurangi selama terdakwa berada
Mineral. Faktanya, tidak semua perusahaan dalam masa penahanan sementara dan
memiliki lisensi. Ada begitu banyak denda sebesar Rp. 15.000.000,- (lima
perusahaan yang beroperasi secara ilegal. belas juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan
Kegiatan usaha penambangan dilakukan kurungan.
tanpa izin maka dapat dikenakan pidana 2. Putusan Nomor 83/Pid.Sus/2022/PN Ktb
sebagaimana tertuang pada ketentuan pidana Dengan terdakwa Slamet Supriyadi als
Pasal 158 Undang-Undang Republik Slamet, telah terbukti secara sah dan
Indonesia Nomor 3 tahun 2020 tentang meyakinkan melakukan tindak pidana
Perubahan atas Undang-undang Nomo 4 secara bersama-sama Melakukan
Tahun 2009 tentang Penambangan Mineral Penambangan Tanpa Ijin sebagaimana
dan Batubara, menyatakan bahwa: diatur dan diancam pidana dalam Pasal
“Setiap orang yang melakukan usah 158 Jo Pasal 35 Undang-Undang No.3
penambangan tanpa Izin Usaha Penambangan, Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Izin Penambangan Rakyat, Izin Usaha Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
Penambangan Khusus sebagaimnana tentang Pertambangan Mineral dan
dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Batubara Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP,
Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) pidana penjara selama 5 (lima) bulan dan
atau ayat (5) dipidana penjara paling lama 10 denda sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. rupiah) subsidair 2 (dua) bulan kurungan.
10.000.000.000,00- (sepuluh miliar rupiah).” 3. Putusan Nomor 388/Pid.Sus/2016/PN Bln
Polda Kalsel mencatat, sejak Januari Dengan terdakwa Ahmad Junaidi alias
sampai November 2022, ada sebanyak 28 Ahmad Kobra dan Wawan, telah terbukti
kasus pertambangan ilegal. Angka itu naik secara sah dan meyakinkan melakukan
86,66 persen jika dibandingkan tahun 2021 tindak pidana “Penambangan tanpa IUP,
lalu. Kapolda Kalsel Irjen Pol Andi Rian Djajadi IPR, dan IUPK” yaitu melanggar Pasal 158
menyebutkan, kasus pertambangan tanpa izin Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
yang ditangani polisi pada tahun lalu hanya 15 Tentang Pertambangan Mineral dan
kasus. Jadi ada kenaikan 13 kasus.1 Batubara, dijatuhi pidana penjara masing-
Sedangkan untuk sanksi pidana kasus masing selama 2 (dua) Tahun dikurangkan
ini di Kalimantan Selatan rata-rata adalah selama Para Terdakwa berada dalam
dibawah 5 tahun, padahal hukuman maksimal tahanan dengan perintah tetap ditahan dan
menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun pidana denda masing-masing sebesar
2020 tentang Perubahan atas Undang-undang Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan subsidair 6 (enam) bulan kurungan.
Mineral dan Batubara, yaitu pidana penjara 4. Putusan Nomor 80/Pid.SUS/2022/PT BJM
maksimal 10 tahun dan denda maksimal
Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah). Dengan terdakwa Saipul Rahman bin
Berikut beberapa contoh putusan yang Mukri (Direktur PT Saraba Kawa) dan
penulis rangkum: Fadlul Rahman (Kepala Teknik Tambang
1. Putusan Nomor 291/Pid.Sus/2016/PN PT Saraba Kawa) dijatuhi pidana kepada
Kt Terdakwa dengan pidana penjara selama
Dengan terdakwa Andi Abas Alyydrus, 10 (sepuluh) bulan dan pidana denda
telah terbukti secara sah dan meyakinkan sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu milyar
melakukan tindak pidana “Penambangan rupiah) dengan ketentuan apabila pidana

1
ProKalsel, Jumat 30 Desember 2022, 2022-tambang-ilegal-di-kalsel-masih-marak.html
Sumber : https://kalsel.prokal.co/read/news/48926- diakses pada 10 Maret 2023.
1979
denda tidak dibayar maka diganti dengan berpatokan kepada KUHP yaitu paling singkat
pidana kurungan selama 1 (satu) bulan. 1 (satu) hari penjara. Dengan kata lain, Hakim
Dalam hukum pidana khususnya dalam tidak diperkenankan untuk memberikan
sebuah kasus pidana, keadilan sangat sulit putusan pidana di bawah dari batas minimum
diciptakan karena terdapat dua pihak berbeda khusus. Berdasarkan uraian pada bagian latar
kepentingan yang menuntut terciptanya belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
sebuah keadilan, kedua pihak tersebut adalah masalah yaitu: Bagaimana penerapan sanksi
pelaku dan korban, keadilan bagi pelaku tentu pidana terhadap tindak pidana pertambangan
pidana yang ringan dan hal itu tentu akan batubara tanpa izin di Kalimantan Selatan?
bertentangan dengan keadilan bagi pihak Apakah penerapan sanksi pidana pada kasus
korban, begitupun sebaliknya, keadilan bagi pertambangan batubara tanpa izin di
pihak korban adalah pidana seberat-beratnya Kalimantan Selatan sudah berdasarkan asas
kepada pelaku dan hal itu tentu ditentang oleh keadilan?
pelaku yang merasa tidak adil, dengan
demikian sangat sulit menentukan sebuah HASIL DAN PEMBAHASAN
keadilan yang bisa memberikan kepuasan PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP
kedua belah pihak. TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN
Penerapan sanksi pidana pada pelaku BATUBARA TANPA IZIN DI KALIMANTAN
tindak pidana pertambangan tanpa izin di SELATAN
Kalimantan Selatan, apabila ditinjau dari 1. Sanksi Pidana pada Tindak Pidana
sudut pandang keadilan, keadilan memang Pertambangan Tanpa Izin
sangat sulit diciptakan karena terdapat dua Menurut Undang-undang Nomor 3
pihak berbeda kepentingan yang menuntut Tahun 2020 Tentang Perubahan
terciptanya sebuah keadilan, kedua pihak Atas Undang-undang Nomor 4
tersebut adalah pelaku dan korban, keadilan Tahun 2009 Tentang
bagi pelaku tentu pidana yang ringan dan hal Pertambangan Mineral dan
itu tentu akan bertentangan dengan keadilan Batubara
bagi pihak korban, begitupun sebaliknya, Tindak pidana lingkungan
keadilan bagi pihak korban adalah pidana dikategorikan sebagai adminstrative
seberat-beratnya kepada pelaku dan hal itu penal law atau public welfare offenses,
tentu ditentang oleh pelaku yang merasa tidak yang memberi kesan ringannya
adil, dengan demikian sangat sulit perbuatan tersebut. Dalam hal ini fungsi
menentukan sebuah keadilan yang bisa hukum pidana bersifat menunjang
memberikan kepuasan kedua belah pihak. sanksi-sanksi administratif untuk
Dengan ringannya sanksi pidana yang ditaatinya norma-norma hukum
diberikan pada pelaku tindak pidana administrasi. Dengan demikian,
pertambangan batubara tanpa izin di keberadaan tindak pidana lingkungan
Kalimantan Selatan, tidak menimbulkan efek sepenuhnya tergantung pada hukum
jera pada pelaku maupun untuk mencegah lain.
peristiwa yang sama terjadi di masa yang akan Ketentuan Pasal 158 Undang-
datang dengan pelaku-pelaku baru. undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Ringannya sanksi pidana pada kasus ini Pertambangan Mineral dan Batu Bara
terjadi karena tidak ada batasan minimum menyatakan sebagai berikut:
bagi hakim sebagai patokan untuk
menjatuhkan pidana pada para pelaku “Setiap orang yang melakukan
penambangan batubara tanpa izin. Adanya usah penambangan tanpa Izin Usaha
batas minimum dalam sanksi tindak pidana Penambangan, Izin Penambangan
lingkungan bertujuan untuk memberikan Rakyat, Izin Usaha Penambangan
perbedaan antara tindak pidana umum Khusus sebagaimnana dimaksud dalam
dengan tindak pidana khusus. Selain itu juga Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48,
bertujuan untuk memberikan batasan kepada Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau
Hakim dalam menjatuhkan putusan pidana. ayat (5) dipidana penjara paling lama 10
Karena jika tidak ada batas minimum khusus, (sepuluh) tahun dan denda paling
Hakim dalam penjatuhan pidana penjara akan
1980
banyak Rp. 10.000.000.000,00- (sepuluh profesional yaitu harus mengndung
miliar rupiah).” prinsip dan tujuan pemidanan antara
Perbuatan yang dilarang dalam lain: pencegahan pembetulan,
ketentuan pasal diatas dasarnya terkait pendidikan, dan pemberantasan bahwa
dengan pelanggaran administrative karena dengan memperlihatkan tujuan
berupa tidak adanya IUP (Izin Usaha dan prinsip-prinsip pemidanan
Penambangan), IPR (Izin Penambangan khususnya Pasal 158 UU Minerba maka
Rakyat), atau IUPK (Izin Usaha dengan itu pemidanaan akan dapat
Penambangan Khusus) dalam diberikan, harus dapat memberikan
melakukan usaha penambangan. rasa keadilan serta penyesalan dan
Penambangan yang dimaksud disini manfaat bagi yang dihukum.2
adalah bagian kegiatan usaha Selain Pasal 158, Pasal 160
pertambangan untuk memproduksi Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020
mineral dan/atau batubara dan mineral tentang Perubahan Atas Undang-
ikutannya yang dilaksanakan dalam undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
bentuk IUP, IPR, dan IUPK. Pertambangan Mineral dan Batu Bara
Dalam penegakan hukum pidana juga menyebutkan bahwa:
dapat dikenal adanya hukuman wajib “Setiap orang yang mempunyai
dan hukuman yang bersifat IUP Eksplorasi tetapi melakukan
pemberatan. Seorang pelaku tindak kegiatan operasi produksi dipidana
pidana pertambangan dapat diberikan dengan pidana penjara paling lama 5
atau dikenakan hukuman penjara dan (lima) tahun dan denda paling banyak
sanksi uang merupakan hukuman Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
wajib. Penerapan sanksi pidana diatas rupiah).”
oleh pelaku yang juga bisa dikenakan
pidanan tambahan berupa:
a. Digunakan dalam 2. Penerapan Sanksi Pidana pada
penambangan harus Kasus Pertambangan Batubara
disita oleh pihak Tanpa Izin di Kalimantan Selatan
berwenang karena Setiap perusahaan pertambangan
melakukan perbuatan wajib mendapatkan izin sebagai diatur
pidana, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4
b. Pengambilan Tahun 2009 tentang Pertambangan
keuntungan yang Mineral juncto Pemerintah Peraturan
didapat dari hasil Nomor 23 Tahun 2010 tentang
kejahatan dan juga Penyelenggaraan Pertambangan
harus dikenakan sanksi Mineral. Faktanya, tidak semua
pembayaran biaya yang perusahaan memiliki lisensi. Ada begitu
timbul diakibat tindak banyak perusahaan yang beroperasi
pidana. secara ilegal.
Setelah itu hakim bisa 1. Putusan Nomor
memberikan hukuman tambahan 291/Pid.Sus/2016/PN Ktb
terhadap badan hukum berupa Dengan terdakwa Andi Abas
pencabutan izin usaha dan atau Alyydrus bin Said Habib Ahmad
pencabutan status badan hukum. Alyydrus. Uraian singkat : Terdakwa
Penerapan sanksi pidana merupakan Andi Abas Alyydrus Bin Said Habib
bukan hanya semata-mata perbuatan Ahmad Alyydrus, pada bulan Maret
balas dendam, Sistem pengaturan 2016 sampai dengan tanggal 14 Agustus
pemidanaan Indonesia bukan semata- 2016 melakukan usaha pertambangan
mata bertujuan untuk pembalasan, Batubara di 4 (empat) titik lokasi yang
tetapi dalam pemidanaan harus bersifat berada di Desa Bangkalaan Dayak

2
Alvika Fatmawati, Kebijakan Hukum Bidang Pertambangan, Jurnal Pembangunan Hukum
Pidana dalam Penanggulangan Tindak Pidana di Indonesia, Vol.3 No. 3, 2021, hlm. 317.
1981
Kecamatan Kelumpang Hulu Kabupaten lokasi tersebut tidak bisa dilakukan
Kotabaru dengan koordinat bukaan penambangan oleh pihak manapun
tambang 1 (pit 1) 377494,969234 dan meskipun sudah diterbitkan Ijin Usaha
bukaan tambang 2 (pit 2) 377587, Pertambangan (IUP) Eksplorasi karena
9695391 dan bukaan tambang 3 (pit 3) Ijin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
376993, 9693784 dan bukaan tambang Produksi belum diterbitkan dan Para
4 (pit 4) 376949, 9693722. Bukaan Terdakwa dalam melakukan aktivitas
tambang 1 dan bukaan tambang 2 tersebut tidak memiliki Ijin Usaha
merupakan lokasi tambang milik PT Pertambangan (IUP) Eksplorasi dan Ijin
Arutmin, sedangkan bukaan tambang 3 Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
dan bukaan tambang 4 merupakan Produksi dilokasi yang ditambang
lokasi tambang milik PT Anugerah Bara tersebut.
Hampang. Berdasarkan kasus diatas, Berdasarkan kasus diatas,
penuntut umum menjatuhkan pidana penuntut umum menjatuhkan pidana
penjara selama 4 (empat) bulan penjara masing-masing selama 2 (dua)
dikurangi selama terdakwa berada tahun dan menjatuhkan denda
dalam masa penahanan sementara sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua
dan denda sebesar Rp. 15.000.000,- miliar rupiah) dengan ketentuan
(lima belas juta rupiah) subsidair 1 apabila denda tersebut tidak
(satu) bulan kurungan. Sedangkan dibayar, maka harus diganti dengan
Majelis Hakim menjatuhkan pidana pidana kurungan selama 6 (enam)
kepada Terdakwa oleh karena itu bulan. Dan Majelis Hakim sejalan
dengan pidana penjara selama 2 dengan penuntut umum dengan
(dua) bulan serta pidana denda menjatuhkan pidana penjara masing-
sebesar Rp 15.000.000,- (lima belas masing selama 2 (dua) tahun dan
juta rupiah) dengan ketentuan menjatuhkan denda sebesar
apabila denda tersebut tidak dibayar Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
maka diganti dengan pidana rupiah) dengan ketentuan apabila
kurungan selama 1 bulan. denda tersebut tidak dibayar, maka
2. Putusan Nomor harus diganti dengan pidana
388/Pid.Sus/2016/PN Bln. kurungan selama 6 (enam) bulan.
Dengan terdakwa Ahmad Junaidi 3. Putusan Nomor 83/Pid.Sus/2022/PN
alias Amat Kobra bin (Alm) H. Ktb
Kamarudin dan Wawan bin Alm Dengan terdakwa Slamet
Hisyamudin Pode. Uraian singkat: Supriyadi als Slamet bin Sukemi Djiwo.
Tempat dimana Para Terdakwa Uraian singkat: Berawal saksi La Ode
melakukan usaha eksploitasi bahan Rachman Marsaban, SH selaku Legal
galian batubara pada waktu antara hari Supervisor di PT. STC (Sebuku Tanjung
Minggu tanggal 11 September 2016 Coal) bersama Tim dari PT.STC (Sebuku
sampai pada hari Selasa tanggal 13 Tanjung Coal) yang terdiri dari sdr.
September 2016 sekitar pukul 15.20 Jumardin selaku Deputy Project
Wita yang memiliki koordinat S 030 35’ Manager Security PT.STC (Sebuku
06,1” E 1150 39’ 57,8” di Desa Tanjung Coal) dan sdr. Muamar selaku
Sebamban Lama Kecamatan Sungai anggota Security melakukan kegiatan
Loban Kabupaten Tanah Bumbu patroli rutin di areal IUP OP PT.STC
Provinsi Kalimantan Selatan, tempat (Sebuku Tanjung Coal). Sesampainya
tersebut merupakan masuk ke dalam Tim di Desa Sebelimbingan Kec. Pulau
IUP PT.SEIA MITRA MANDIRI dan IUP Laut Utara Kab. Kotabaru, saksi La Ode
PT.SEIA Mitra Mandiri masih IUP Rachman Marsaban, SH bersama Tim
eksplorasi dan belum memegang IUP menemukan kegiatan penambangan
Operasi Produksi sesuai data yang ada batubara tanpa ijin. Bahwa dalam
pada Dinas Pertambangan dan Energi melakukan kegiatan penambangan
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi batubara tanpa ijin yang berlokasi di
Kalimantan Selatan. Sehingga pada Desa Sebelimbingan Kec. Pulau Laut
1982
Utara Kab. Kotabaru masuk dalam pada bulan September 2021 melakukan
konsensi / areal IUP OP PT. STC (Sebuku operasi produksi, dan pada bulan
Tanjung Coal). terdakwa Slamet, tidak September 2021 sampai dengan tanggal
ada memiliki Ijin Usaha Pertambangan 22 November 2021 melakukan
(IUP) maupun surat kontrak kerjasama pengiriman batubara ke pelabuhan PT
dengan pihak PT. Sebuku Tanjung Coal Pelswin.
(PT. STC).
Berdasarkan kasus diatas, Berdasarkan kasus diatas,
penuntut umum menjatuhi terdakwa penuntut umum menjatuhkan pidana
pidana penjara selama 5 (lima) bulan penjara selama 10 (sepuluh) bulan
dan denda sebesar Rp 5.000.000,- dikurangkan selama terdakwa
(lima juta rupiah) subsidair 2 (dua) berada dalam tahanan dan pidana
bulan kurungan. Sedangkan Majelis denda sebesar Rp 1.000.000.000,00
Hakim menjatuhkan pidana kepada (satu milyar rupiah) subsidair 1
Terdakwa dengan pidana penjara (satu) bulan kurungan. Dan Majelis
selama 5 (lima) bulan dan pidana Hakim sejalan dengan penuntut umum
denda sebesar Rp5.000.000,00 (lima menjatuhkan pidana penjara selama 10
juta Rupiah) dengan ketentuan (sepuluh) bulan dikurangkan selama
apabila denda tersebut tidak dibayar terdakwa berada dalam tahanan dan
maka diganti dengan pidana pidana denda sebesar Rp
kurungan selama 1 (satu) bulan. 1.000.000.000,00 (satu milyar
4. Putusan Nomor rupiah) subsidair 1 (satu) bulan
80/Pid.SUS/2022/PT BJM kurungan.
Dengan terdakwa Saipul Rahman
bin Mukri (Direktur PT Saraba Kawa) SANKSI PIDANA PADA KASUS
dan Fadlul Rahman (Kepala Teknik PERTAMBANGAN TANPA IZIN DI
Tambang PT Saraba Kawa). Uraian KALIMANTAN SELATAN DITINJAU
singkat: Penangkapan tersebut BERDASARKAN ASAS KEADILAN
berdasarkan laporan masyarakat yang 1. Prinsip Adil dalam Penerapan
kemudian dilakukan penyelidikan pada Sanksi Pidana
22 November 2021. Sehingga SAIPUL Secara universal dapat dikatakan
RAHMAN bin MUKRI pada hari Senin bahwa fungsi hukum yang utama adalah
tanggal 22 November 2021 sekitar sebagai sarana pengendalian hidup
Pukul 20.30 Wita atau setidak – bermasyarakat dengan
tidaknya pada waktu tertentu di bulan menyeimbangkan kepentingan-
November tahun 2021 bertempat di kepentingan yang ada dalam
bekas area konsesi PKP2B PT Arutmin masyarakat atau dengan perkataan lain
Indonesia selaku pemegang IUP di Desa sebagai sarana kontrol sosial. Tujuan
Mangkal Api Kec. Teluk Kepayang Kab. dari dijatuhkannya pidana adalah untuk
Tanah Bumbu Prov. Kalimantan Selatan, memperbaiki pribadi penjahat sendiri,
secara bertahap melakukan beberapa membuat orang jera untuk melakukan
tahapan pekerjaan dengan memberikan tindak pidana, membuat penjahat-
perintah kepada pengawas tambang penjahat tertentu tidak mampu untuk
untuk mengarahkan para operator dan melakukan tindak pidana.3
supir serta pekerja lainnya yaitu pada Dalam hukum pidana khususnya
bulan Mei sampai dengan Juni 2021 dalam sebuah kasus pidana, keadilan
melakukan penyedotan air yang berada sangat sulit diciptakan karena terdapat
dalam kolam bekas kegiatan dua pihak berbeda kepentingan yang
penambangan PT Arutmin, pada bulan menuntut terciptanya sebuah keadilan,
Juli 2021 sampai dengan bulan Agustus kedua pihak tersebut adalah pelaku dan
2021 melakukan pengupasan tanah, korban, keadilan bagi pelaku tentu

3
Sulardi, Yohana Puspitasari, Kepastian Perkara Pidana Anak, Jurnal Yudisial Vol. 8 No. 3
Hukum, Kemanfaatan, dan Keadilan Terhadap Desember 2015, hlm. 266.
1983
pidana yang ringan dan hal itu tentu bahwa hakim akan memeriksa dan
akan bertentangan dengan keadilan menjatuhkan putusan suatu perkara
bagi pihak korban, begitupun bersifat bebas dan tanpa batas.
sebaliknya, keadilan bagi pihak korban Penekanan pada asas keadilan,
adalah pidana seberat-beratnya kepada berarti hakim harus
pelaku dan hal itu tentu ditentang oleh mempertimbangkan hukum yang hidup
pelaku yang merasa tidak adil, dengan dalam masyarakat yang terdiri atas
demikian sangat sulit menentukan kebiasaan dan ketentuan hukum yang
sebuah keadilan yang bisa memberikan tidak tertulis. Dalam hal ini harus
kepuasan kedua belah pihak.4 dibedakan rasa keadilan menurut
Dalam praktik peradilan, sangat individu, kelompok, dan masyarakat.
sulit bagi seorang hakim untuk Selain itu keadilan dari suatu
mengakomodir ketiga asas hukum masyarakat tertentu, belium tentu sama
(kepastian, kemanfaatan, keadilan) denga rasa keadilan masyarakat
didalam satu putusan. Dalam tertentu yang lainnya. Jadi dalam
menghadapi keadaan ini, hakim harus pertimbangan putusannya, hakim harus
memilih salah satu dari ketiga asas mampu menggambarkan hal itu semua,
tersebut untuk memutuskan suatu manakala hakim memiliki asas keadilan,
perkara dan tidak mungkin ketiga asas misalnya sebagai dasar menjatuhkan
tersebut dapat tercakup sekaligus putusan. Penekanan pada asas
dalam satu putusan (asas prioritas yang kemanfaatan lebih bernuansa pada segi
kasuistis). Jika diibaratkan dalam ekonomi, dengan dasar pemikiran
sebuah garis, hakim dalam memeriksa bahwa hukum itu ada untuk manusia,
dan memutuskan suatu perkara berada sehingga tujuan hukum itu harus
(bergerak) diantara 2 (dua) titik berguna bagi masyarakat banyak.
pembatas dalam garis tersebut, yaitu Sedangakan penekanan pada asas
apakah berdiri pada titik keadilan atau kepastian hukum lebih bernuansa pada
titik kepastian hukum, sedangkan titik terciptanya keteraturan dan ketertiban
kemanfaatan itu sendiri berada dalam masyarakat.5
diantara keduanya. Keadilan itu sesungguhnya
Pada saat hakim menjatuhkan berhubungan dengan hati nurani, bukan
putusan yang lebih dekat mengarah definisi dan juga bukan soal formal-
kepada asas kepastian hukum, maka formalan. Ia berhubungan erat dengan
secara otomatis, hakim akan menjauh praktis kehidupan sehari-hari dari
dari titik keadilan. Sebaliknya, kalau manusia. Suatu putusan bisa saja
hakim menjatuhkan putusan lebih terlihat baik karena telah sesuai dengan
dekat mengarah kepada keadilan, maka peraturan perundang-undangan, tetapi
secara otomatis pula hakim akan sebenarnya, belum menyentuh rasa
menjauhi titik kepastian hukum. keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Disinilah letak batas-batas kebebasan Sehingga tepatlah apa yang
hakim, dimana hakim hanya dapat dikemukakan oleh Gustav Radbruch :
bergerak diantara 2 (dua) titik “Summum ius summa inuiria”, bahwa
pembatas tersebut. Dengan suatu keadilan tertinggi itu adalah hati nurani.
pertimbangan yang bernalar, seorang Orang yang terlalu mematuhi hukum
hakim akan menentukan kapan dirinya secara apa adanya seringkali justru
berada dititik kepastian hukum, dan akan merugikan keadilan.6
kapan harus berada di dekat titik Dalam kasus pencemaran
keadilan. Jadi tidaklah benar seperlunya lingkungan, negara melalui Undang-

4
Ibid, hlm. 254. Korupsi, Jurnal Gorontalo Law Review, Vol. 3 No. 2,
Oktober 2020, hlm. 174-175.
5 6
Sutrisno, Fenty Puluhuwala, dkk, Jeremies Lemek, 2007, Mencari Keadilan
Penerapan Asas Keadilan, Kepastian Hukum, dan Pandangan Kritis Terhadap Penegakkan Hukum di
Kemanfaatan dalam Putusan Hakim Tindak Pidana Indonesia, Yogyakarta: Galang Press, hlm. 25.
1984
undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang diteliti terlebih dahulu sebelum hakim
Perlindungan dan Pengelolaan menjatuhkan pidana. Sanksi pidana
Lingkungan Hidup, telah menerapkan merupakan hukuman yang dapat
hukum pidana yang lebih modern. dijatuhkan oleh hakim pada akhir
Sebagaimana tujuan pemidanaan yang proses pemeriksaan di sidang
terbagi atas tujuan prevensi khusus dan pengadilan atas seseorang yang telah
prevensi umum, yaitu tujuan terbukti secara sah dan meyakinkan
pemidanaan agar pelaku tidak bersalah melakukan tindak pidana.
merugikan masyarakat untuk kedua Bahwa penerapan sanksi pidana
kalinya dan untuk menakuti-nakuti merupakan bukan hanya semata-mata
orang lain agar tidak melakukan perbuatan balas dendam. Sistem
perbuatan yang dilarang tersebut. pengaturan penghukuman pemidanaan
Menurut Beccaria yang paling penting hukum pidana Indonesia bukan semata-
adalah akibat yang menimpa mata bertujuan untuk pembalasan,
masyarakat. Adanya keyakinan bahwa tetapi dalam pemidanaan harus bersifat
tidak mungkin pelaku dapat profesional yaitu harus mengandung
menghindari pidana yang seharusnya prinsip dan tujuan dijatuhkannya sanksi
diterima, namun harus ditekankan pidana, antara lain: pencegahan,
sekali lagi bahwa segala kekerasan yang pembetulan, pendidikan, dan
melampaui batas tidak perlu karena itu pemberantasan.8
berarti kelaliman, selalu diusahakan 2. Sanksi Pidana pada Kasus
agar sedapat mungkin mengurangi Pertambangan Tanpa Izin di
penderitaan yang ditambahkan dengan Kalimantan Selatan Ditinjau
sengaja itu. Karena sanksi pidana Berdasarkan Asas Keadilan
berupa nestapa atau penderitaan, yang Dampak pertambangan terhadap
memiliki tujuan lebih dari tujuan yakni lingkungan dapat ditinjau dari sisi
untuk menjaga ketertiban, ketenangan, positif dan sisi negatif. Dampak
kesejahteraan dan kedamaian dalam positifnya, aktivitas pertambangan
masyarakat, maka pemberian sanksi dapat meningkatkan pendapatan dan
pidana tersebut harus lebih berhati- taraf hidup masyarakat, serta
hati.7 menciptakan lapangan kerja. Dampak
Pengaturan hukum mengenai negatifnya antara lain:
penambangan ilegal telah disebutkan a. Kerusakan bentang alam
dalam aturan undang-undang bahwa akibat adanya kolam-
negara memiliki hak bagi setiap orang kolam/cekungan lobang
yang akan melakukan kegiatan yang tidak direklamasi;
pertambangan maka wajib meminta b. Sumber pencemaran air,
izin lebih dahulu dari Negara atau baik tingkat kekeruhan
pemerintah karena negara menguasai yang tinggi, maupun
atas bumi, air, dan kekayaan alam yang kandungan mercury, pada
terkandung di dalamnya, termasuk penambangan emas oleh
tambang. rakyat;
Peraturan pemidanaan sangat c. Penyebab erosi dan
membantu hakim dalam sedimentasi, serta merusak
mempertimbangkan berat ringan daerah aliran sungai dan
sanksi pidana yang akan dijatuhkan, tata air;
karena dapat memudahkan hakim d. Terjadinya pemborosan
menetapkan sanksinya. Sanksi pidana pemanfaatan sumber daya
yang tercantum dalam bentuk pasal- mineral;
pasal tersebut ibarat daftar yang harus

7
Made Satria dan Suatra Putrawan, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Universitas
Pemberian Sanksi Pidana Sebagai Ultimum Udayana.
8
Remedium dalam Undang-undang Perlindungan dan Ibid.
1985
e. Rawan terhadap pidana yang ringan dan hal itu tentu
kecelakaan tambang; akan bertentangan dengan keadilan
f. Mengancam masuknya bagi pihak korban, begitupun
investasi pihak swasta; sebaliknya, keadilan bagi pihak korban
g. Tidak ada pemasukan adalah pidana seberat-beratnya kepada
pemasukan penerimaan pelaku dan hal itu tentu ditentang oleh
negara; pelaku yang merasa tidak adil, dengan
h. Menghambat masuknya demikian sangat sulit menentukan
investasi pihak swasta; sebuah keadilan yang bisa memberikan
i. Di wilayah-wilayah kepuasan kedua belah pihak. 10 Dua
penambangan rakyat pada pihak yang dimaksud adalah keadilan
umumnya rawan akan bagi pelaku dan keadilan bagi
stabilitas keamanan.9 masyarakat. Hakim sebagai penentu
vonis bagi pelaku, dalam mengambil
Menyadari akan dampak negatif keputusan haruslah mengacu pada hati
akibatnya banyak kegiatan nurani. Karena keadilan itu
pertambangan yang tidak terkelola sesungguhnya berhubungan dengan
dengan baik yang pada umumnya hati nurani. hakim harus
disebabkan oleh kegiatan mempertimbangkan hukum yang hidup
pertambangan izin, hal ini dapat dalam masyarakat yang terdiri atas
menyebabkan pencemaran dan kebiasaan dan ketentuan hukum yang
kerusakan lingkungan berupa: tidak tertulis.
rusaknya bentang alam, adanya asam Untuk penjatuhan sanksi pidana
tambang, erosi dan sedimentasi, pada kasus ini, menurut peneliti, hakim
hilangnya kesuburan tanah, belum mencerminkan asas keadilan. Hal
pencemaran air, pencemaran air ini dibuktikan masih banyak
raksa/mercury, cekungan/kolam- masyarakat yang melanggar aturan
kolam yang sangat mengganggu yang dibuat, masyarakat menilai sanksi
kesehatan masyarakat sekitar. Hal atas aturan yang dibuat tidak benar-
demikian ini tidak bisa dibiarkan begitu benar memenuhi unsur dan rasa
saja, oleh sebab itu, bekas-bekas keadilan bagi semua pihak. Bagi pelaku
penambangan yang tidak direklamasi tindak pidana mungkin putusan yang
harus diupayakan reklamasinya. Untuk dijatuhkan oleh hakim sudah adil
mereklamasi bekas tambang tanpa izin baginya. Karena bagi pelaku sendiri, ia
tersebut pemerintah daerah telah dijatuhi pidana penjara dan
memerlukan dana sebesar Rp. pidana denda, serta alat-alat yang
459.250.000.000,00. (Sumber data digunakannya untuk melakukan
Badan Pengendalian Dampak aktivitas penambangan pun disita atau
Lingkungan Daerah Kalsel). dikembalikan pada yang berhak. Atau
apabila pelaku merupakan bagian dari
Untuk penerapan sanksi pidana korporasi, maka perusahaan
pada pelaku tindak pidana penambang batubara tanpa izin
pertambangan tanpa izin di Kalimantan tersebut akan ditutup usahanya. Hal ini
Selatan, apabila ditinjau dari sudut sesuai dengan Pasal 119 Undang-
pandang keadilan, keadilan memang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
sangat sulit diciptakan karena terdapat Perlindungan dan Pengelolaan
dua pihak berbeda kepentingan yang Lingkungan Hidup (UUPPLH).
menuntut terciptanya sebuah keadilan, Berdasarkan uraian diatas, sanksi
kedua pihak tersebut adalah pelaku dan pidana terhadap penambangan
korban, keadilan bagi pelaku tentu batubara tanpa izin yang diterapkan di

9 10
Hadin Muhjad, Op.Cit, hlm. 147. Sulardi, Yohana Puspitasari, Op.cit, hlm.
254.

1986
Kalimantan Selatan sudah sesuai sehingga memperkecil kemungkinan
dengan asas kepastian hukum, tapi atau mencegah banyak orang
belum memenuhi unsur keadilan yang melakukan pelanggaran hukum. Para 12

diinginkan oleh masyarakat. Padahal penegak hukum haruslah melihat kasus


sanksi pidana berfungsi untuk ini secara menyeluruh, tidak hanya
mendorong pentaatan norma-norma keadilan bagi pelaku pertambangan
tertentu. Norma ada buka sekedar demi tanpa izin, namun juga dampak yang
norma itu sendiri. Norma atau aturan ditimbulkannya. Selain dampak
diciptakan dengan tujuan melindungi kerusakan lingkungan karena
suatu objek hukum tertentu. Maka dari mengganggu ekosistem sekitar
itu bobot dari pidana (yang tambang batubara tanpa izin (yang
diancamkan) harus mencerminkan mengindahkan adanya AMDAL),
nilai/harga yang kita kaitkan pada objek masyarakat sekitar lokasi
hukum yang ingin dilindungi. Secara pertambangan pun belum tentu
materiel, lingkungan sebagai tempat merasakan manfaat (termasuk manfaat
hidup manusia harusnya dapat ekonomis) dari tambang batubara
terlindungi dengan adanya norma- tersebut, namun mereka dapat menjadi
norma yang terkandung didalam korban dari dampak negatifnya.
hukum lingkungan.11 Dengan ringannya Pidana denda dan alat yang disita
sanksi pidana yang diberikan pada (yang bersifat ekonomis), pada
pelaku tindak pidana pertambangan akhirnya akan masuk ke kas negara,
batubara tanpa izin di Kalimantan bukan ke masyarakat terdampak.
Selatan, tidak menimbulkan efek jera Pidana denda berdasarkan
pada pelaku maupun untuk mencegah ketentuan Pasal 42 KUHP menyatakan
peristiwa yang sama terjadi di masa bahwa, segala biaya untuk pidana
yang akan datang dengan pelaku-pelaku penjara dan pidana kurungan dipikul
baru. oleh negara, dan segala pendapatan dari
Konsep adil menurut Hans pidana denda dan perampasan menjadi
Kelsen, diantaranya yaitu keadilan dan milik negara. Hal ini juga ditegaskan
legalitas. Untuk menegakkan diatas Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun
dasar suatu yang kokoh dari suatu 2016 tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis
tananan sosial tertentu, menurut Hans Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Kelsen pengertian “Keadilan” Berlaku Pada Kejaksaan Republik
bermaknakan legalitas. Suatu peraturan Indonesia, yang memuat ketentuan
umum adalah “adil” jika ia benar-benar jenis penerimaan negara bukan pajak
diterapkan, sementara itu suatu yang berlaku pada kejaksaan meliputi
peraturan umum adalah “tidak adil” jika pembayaran denda tindak pidana.
diterapkan pada suatu kasus dan tidak Denda tindak pidana ini harus dibayar
diterapkan pada kasus lain yang serupa. terpidana dengan jumlah dan jangka
Dalam hal ini, penegakkan hukum pada waktu yang ditentukan dan ditetapkan
kasus tindak pidana pertambangan dalam putusan pengadilan yang telah
tanpa izin dapat dikatakan adil bila memperoleh kekuatan hukum tetap.
menganut pada teori Hans Kelsen Penerapan sanksi pidana penjara
diatas, adil bagi pelaku. Karena dalam kasus pertambangan batubara
hukumannya rata-rata ringan, namun tanpai izin di Kalimantan Selatan
belum tentu adil bagi masyarakat. sebagai bentuk pertanggungjawaban
Para penegak hukum harusnya pidana sudah tepat karena dalam
mengancamkan, menjatuhkan, dan menindak kasus pertambangan ilegal
melaksanakan pidana dalam bentuk sanksi pidana harus di utamakan
dan bobot tertentu sedemikian rupa (premium remedium), agar kegiatan

11
Tristam P. Moeliono, 1994, Kekhawatiran Lingkungan dalam Teori dan Praktik, Bandung: PT
Masa Kini: Pemikiran Mengenai Hukum Pidana Citra Aditya Bakti, hlm. 415.
12
Ibid, hlm. 410.
1987
pertambangan ilegal di kemudian hari tidak diperkenankan untuk memberikan
tidak terjadi lagi (untuk efek jera). Para putusan pidana di bawah dari batas minimum
penegak hukum sudah memenuhi asas khusus.
kepastian hukum, namun belum
memenuhi asas keadilan. Ringannya SARAN
sanksi pidana pada kasus ini terjadi Pemerintah daerah harus turun tangan
karena tidak ada batasan minimum bagi menindak para penambang ilegal dan
hakim sebagai patokan untuk memberikan himbauan atau sosialisasi
menjatuhkan pidana pada para pelaku khususnya mengenai mekanisme izin usaha
penambangan batubara tanpa izin. pertambangan dan akibat hukum yang terjadi
Adanya batas minimum dalam sanksi jika melakukan pertambangan tanpa izin,
tindak pidana lingkungan bertujuan sehingga masyarakat juga sadar dan
untuk memberikan perbedaan antara bertambah wawasan.
tindak pidana umum dengan tindak Tidak adanya aturan mengenai
pidana khusus. Selain itu juga bertujuan hukuman minimum bagi para pelaku tindak
untuk memberikan batasan kepada pidana pertambangan tanpa izin
Hakim dalam menjatuhkan putusan menyebabkan hakim dalam menjatuhkan
pidana. Karena jika tidak ada batas pidana penjara berkiblat pada Pasal 12 ayat
minimum khusus, Hakim dalam (2) KUHP, yaitu pidana penjara paling pendek
penjatuhan pidana penjara akan 1 hari. Padahal sanksi pidana menurut pasal
berpatokan kepada KUHP yaitu paling 158 Undang-undang Minerba, maksimalnya
singkat 1 (satu) hari penjara. Dengan adalah 10 tahun, sedangkan rata-rata
kata lain, Hakim tidak diperkenankan hukuman yang dijatuhkan bahkan tidak
untuk memberikan putusan pidana di sampai ½ dari hukuman maksimal. Oleh
bawah dari batas minimum khusus. karena itu perlu adanya aturan mengenai
sanksi minimum, baik pidana penjara maupun
denda, bagi para pelaku tindak pidana
KESIMPULAN pertambangan tanpa izin. Contohnya pada
Penerapan sanksi pidana penjara peraturan tindak pidana korupsi, hukuman
dalam kasus pertambangan batubara tanpai minimum adalah 1 tahun, dan maksimum
izin di Kalimantan Selatan sebagai bentuk adalah 20 tahun penjara.
pertanggungjawaban pidana sudah tepat Kemudian bagi para pelaku, selain
karena dalam menindak kasus pertambangan pidana penjara dan pidana denda, dapat
ilegal sanksi pidana harus di utamakan dijatuhkan pula sanksi reparatoir, seperti
(premium remedium), agar kegiatan pengembalian keadaan pada kondisi semula.
pertambangan ilegal di kemudian hari tidak Penerapan dari sanksi ini misalnya berupa
terjadi lagi (untuk efek jera). Para penegak pengenaan kewajiban untuk membayar biaya
hukum sudah memenuhi asas kepastian pembersihan, reklamasi, atau ganti rugi
hukum, namun belum memenuhi asas terhadap pihak yang dirugikan. Upaya
keadilan. Ringannya sanksi pidana pada kasus pemulihan dilakukan karena pentingnya
ini terjadi karena tidak ada batasan minimum udara maupun air bagi setiap individu yang
bagi hakim sebagai patokan untuk hidup di bumi. Sanksi dapat dijatuhkan oleh
menjatuhkan pidana pada para pelaku hakim maupun jaksa penuntut umum, yang
penambangan batubara tanpa izin. Adanya kisarannya telah diperhitungkan.
batas minimum dalam sanksi tindak pidana
lingkungan bertujuan untuk memberikan DAFTAR PUSTAKA
perbedaan antara tindak pidana umum Ali, Mahrus. (2015). Dasar-dasar Hukum
dengan tindak pidana khusus. Selain itu juga Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.
bertujuan untuk memberikan batasan kepada Apeldoorn, L. J. Van. (1996). Pengantar Ilmu
Hakim dalam menjatuhkan putusan pidana. Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita.
Karena jika tidak ada batas minimum khusus, Ali, Mahrus. (2020). Hukum Pidana
Hakim dalam penjatuhan pidana penjara akan Lingkungan. Depok: PT Raja Grafindo
berpatokan kepada KUHP yaitu paling singkat Persada.
1 (satu) hari penjara. Dengan kata lain, Hakim
1988
Chazawi, Adami. (2011). Pelajaran Hukum Indonesia. Yogyakarta: Genta
Pidana I. Jakarta: PT Raja Grafindo Publishing.
Persada. Muladi dan Barda Nawawi Arief. (1992).
Erliyani Rahmida. (2020). Penegakan Hukum Teori-teori dan Kebijakan Pidana.
Lingkungan Kepidanaan. Banjarmasin: Bandung: Penerbit Alumni.
Percetakan Istana Print. Rato, Dominikus. (2010). Filsafat Hukum
Friedrich, Carl Joachim. (2004). Filsafat Mencari: Memahami dan Memahami
Hukum Perspektif Historis. Bandung: Hukum. Yogyakarta: Laksbang
Nuansa dan Nusamedia. Pressindo.
Hartati, Evi. (2007). Tindak Pidana Korupsi. Rawls, John. (2006). A Theory of Justice,
Jakarta: Sinar Grafika. London: Oxford University Press. yang
Huijebers, Theo. (2005). Filsafat Hukum sudah diterjemahkan dalam bahasa
Dalam Lintasan Sejarah, Cet. ke 5. indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru
Yogyakarta: Kanisius. Prasetyo, Teori Keadilan, Yogyakarta:
HS, Salim. (2006). Hukum Pertambangan Pustaka Pelajar.
Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Remmelink, Jan. (2003). Hukum Pidana
Persada. Komentar atas Pasal-pasal Terpenting
Kaelan, (2007. Pendidikan Kewarganegaraan dari KUHP Belanda dan Pidananya
untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: dalam KUHP Indonesia. Jakarta: PT
Paradigma. Gramedia Pustaka Utama.
Kelsen, Hans. (2011). General Theory of Law Saleh, Roeslan. (1983). Stelsel Pidana
and State. diterjemahkan oleh Rasisul Indonesia. Jakarta: Aksara Baru.
Muttaqien. Bandung: Nusa Media. Santoso, Agus. (2012). Hukum, Moral, dan
Lamintang, P.A.F. (2013). Dasar-Dasar Hukum Keadilan : Sebuah Kajian Filsafat
Pidana Indonesia. Cet. Kelima. Hukum. Jakarta: Kencana Prenada
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Media Group.
Lemek, Jeremies. (2007). Mencari Keadilan Soejono, (1996). Kejahatan dan Penegakan
Pandangan Kritis Terhadap Hukum di Indonesia. Jakarta: Rineka
Penegakkan Hukum di Indonesia. Cipta.
Yogyakarta: Galang Press. Syahrani, Riduan. (1999). Rangkuman Intisari
Lunis, Suhrawardi K. (2000). Etika Profesi Ilmu Hukum. Bandung: Penerbit Citra
Hukum, Cet. Kedua. Jakarta: Sinar Aditya Bakti.
Grafika, Tongat, (2009). Dasar-Dasar Hukum Pidana
Loqman, Loebby. (2001). Pidana dan Indonesia Dalam Perspektif
Pemidanaan. Jakarta: DATACOM. Pembaharuan. Malang: UMM Press.
Manullang, Fernando M. (2007). Menggapai Wahyuni, Fitri. (2017). Dasar-dasar Hukum
Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum Pidana Indonesia. Tangerang: PT
Kodrat dan Antitomi Nilai. Jakarta: Nusantara Persada Utama.
Kompas Media Nusantara.
Masyhur, Kahar. (1985). Membina Moral dan
Akhlak. Jakarta: Kalam Mulia. A. Jurnal
Marzuki, Peter Mahmud. (2005). Penelitian AR, Suhariyono. (2009). Penentuan Sanksi
Hukum. Jakarta: Prenada Media. Pidana dalam Suatu Undang-undang,
. (2008). Pengantar Jurnal Legislasi Indonesia Vol.6 No. 4..
Ilmu Hukum. Jakarta: Kencana. Faiz, Pan Mohamad. (2009). Teori Keadilan
Moeliono, Tristam P. (1994). Kekhawatiran John Rawls, Jurnal Konstitusi, Volume
Masa Kini: Pemikiran Mengenai 6 Nomor 1.
Hukum Pidana Lingkungan dalam Fatmawati, Alika dan Mujiono. (2021).
Teori dan Praktik. Bandung: PT Citra Kebijakan Hukum Pidana Dalam
Aditya Bakti. Penanggulangan Tindak Pidana di
Moeljatno, (1993). Asas-asas Hukum Pidana. Bidang Pertambangan, Jurnal
Jakarta: Rineka Cipta. Pembangunan Hukum Indonesia
Muhjad, Hadin. (2015). Hukum Lingkungan: Program Studi Magister Ilmu Hukum
Sebuah Pengantar untuk Konteks Volume 3, Nomor 3.
1989
Nadya, Shafira dan Elis Rusmiati, dkk. (2020). Wibisono, Keris Aji. (2021). Penegakan
Penegakan Hukum Pidana Terhadap Hukum Terhadap Tindak Pidana
Pertambangan Batubara Tanpa Izin di Pertambangan tanpa izin di Wilayah
Kalimantan Timur Dikaitkan dengan Hukum Polda Kalimantan Tengah,
Tujuan Pemidanaan, Jurnal Kertha Tesis, Universitas Islam Sultan Agung,
Semaya, Vol. 8 No. Semarang.
Nurwanti, Yulian Dwi, (2022). Penegakan Program Pascasarjana ULM. (2020). Panduan
Sanksi Pidana dalam Kasus Usaha Penulisan Tesis dan Disertasi.
Tambang Mineral dan Batu Bara, Banjarmasin: Pustaka Banua.
Amnesti: Jurnal Hukum, Vol. 4 No. 2.
Pamungkas, Darmadi Prapto. (2018). Internet
Efektivitas Penyidikan Tindak Pidana Kompas, Pemberdayaan Pertambangan Skala
Penambangan Emas Tanpa Izin di Kecil Belum Optimal, Edisi 09
Kabupaten Solok Selatan (Studi pada Desember 2011, diakses pada 3 Maret
Direktorat Reserse Kriminal Khusus 2023.
Kepolisian Daerah Sumatera Barat), ProKalsel, Jumat 30 Desember 2022, Sumber :
Vol.1 Issue 2. https://kalsel.prokal.co/read/news/
Pratama, Nicodemus, Wisnu. (2019). 48926-2022-tambang-ilegal-di-
Pertanggungjawaban Pidana Bagi kalsel-masih-marak.html diakses
Pelaku Penambangan Tanpa Izin pada 10 Maret 2023.
Pertambangan Rakyat (IPR) Siaran Pers Kementerian Energi dan Sumber
Berdasarkan Undang-undang Nomor Daya Alam Republik Indonesia
4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Nomor: 259.Pers/04/SJI/2022,
Mineral dan Batubara (Studi Kasus Tanggal: 12 Juli 2022, Pertambangan
Penambangan Ilegal Bahan Batu Akik Tanpa Izin Perlu Menjadi Perhatian
di Kabupaten Kebumen), Recidive Bersama, diakses pada 27 Mei 2023.
Vol.8 No.1. Peraturan Perundang-Undangan
Puspitasari, Sulardi, Yohana. (2015). Undang-Undang Dasar Negara Republik
Kepastian Hukum, Kemanfaatan, dan Indonesia Tahun 1945.
Keadilan Terhadap Perkara Pidana Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
Anak, Jurnal Yudisial Vol. 8 No. 3. Tentang Kitab Undang-Undang
Setiadi, Wicipto. (2018). Penegakan Hukum: Hukum Pidana.
Kontribusinya bagi Pendidikan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981
Hukum dalam Rangka Pengembangan tentang Hukum Acara Pidana.
Sumber Daya Manusia. Jurnal dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Majalah Hukum Nasional (Badan tentang Perlindungan dan
Pembinaan Hukum Nasional dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 tentang
Manusia RI, Vol.48 Nomor 2. Perubahan atas Undang-Undang
Sutrisno, Fenty Puluhuwala, dkk. (2020). Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Penerapan Asas Keadilan, Kepastian Pertambangan Mineral dan Batubara.
Hukum, dan Kemanfaatan dalam Peraturan Menteri (Permen) Energi dan
Putusan Hakim Tindak Pidana Sumber Daya Mineral Nomor 19
Korupsi, Jurnal Gorontalo Law Review, Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Vol. 3 No. 2. Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2015
Hasil Penelitian/Tesis tentang Pendelegasian Wewenang
Jodi, Faris Fachrizal. (2017). Keseimbangan Pemberian Perizinan Bidang
Sanksi Pidana Kurungan sebagai Pertambangan Mineral dan Batubara
Sanksi Pidana Pengganti Sanksi Pidana dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan
Denda dalam Kasus Tindak Pidana Terpadu Satu Pintu Kepala Badan
Korupsi Dihubungkan dengan Tujuan Koordinasi Penanaman Modal.
Pemidanaan, Tesis, Universitas
Pasundan, Bandung.
1990
PP No. 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara.

1991

You might also like