You are on page 1of 19

JIEP-Vol.

15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

BATU NISAN: POLA PENGRAJIN


DAN KORELASINYA TERHADAP BUDAYA
(Studi Kasus Kampung Gondang Kelurahan Manahan)

Okkie Pritha Cahyani1, Hery S. J. N. Sriwiyanto2, Yogi Pasca Pratama3,


Bhimo Rizky Samudro4

1. PT. Ansvia
2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret
3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret
4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret

Email: Okkie.prithaa@gmail.com, hery_sriwiyanto@yahoo.com, yogipasca@gmail.com,


bhimosamudro@yahoo.com

Abstract

This study aims to (1) identify interaction’s pattern of crab’s man of gravestone with market agent (the
market agent are crab’s man of gravestone, middleman and consumer), and non market agent (local
government and the undertaker).(2) Describe the relation of Java’s culture with business continuity of
crab’s man of gravestone in Gondang Village.The unit of analysis in this study is the interaction
between crab’s man of gravestone with market agent and non market agent.The data in this study
were collected by using several methods, namely unstructured interviews and in-depth interviews and
non participant observation.
This study use qualitative method with phenomenology approach.The results showed that: (1) there
were 5 interaction’s pattern between crab’s man of gravestone with market agents and non market
agent (2) the Java’s culture has a big influence toward the business continuity of crab’s man of
gravestone.
The recommendations idea that given for the crab’s man of gravestone are: (1) The crab’s man of
gravestone should make an organization or association of crab’s man of gravestone, in order to have
an agreement price directly between the fellow of crab’s man of gravestone. (2) Moreover, the local
government should support the business continuity of crab’s man of gravestone directly, and they also
should take an action resolutely toward persons who play a negative role in this gravestone’s
business.

Keywords : crab’s man of gravestone, interaction, market agents and non market agents.
JEL Classification: M21, D02, Z12, L19

1. PENDAHULUAN dan budaya Jawa didukung oleh kekuasaan


Kebudayaan yang terlahir dalam ma- politik kerajaan Islam Jawa, terutama Ma-
syarakat Jawa tidak terlepas dari agama taram yang berhasil mempertemukan Is-
yang dianut sebagian besar masyarakat- lam Jawa dengan kosmologi Hinduisme
nya, yakni agama Islam. Menurut Sum- dan Budhisme. Selain itu, pola akulturasi
bulah (2012), agama Islam di Jawa me- bisa juga dilihat pada ekspresi masyarakat
miliki ekspresi dan karakter keberagamaan Jawa.
yang unik. Hal ini disebabkan karena pe- Dalam perjalanannya, kebudayaan ju-
nyebaran Islam di Jawa, lebih dominan ga berpengaruh terhadap kegiatan pere-
mengambil bentuk akulturasi, baik yang konomian masyarakat Jawa. Kebudayaan
bersifat menyerap maupun dialogis. Ter- mendorong masyarakat untuk melakukan
bentuknya pola akulturasi agama Islam kegiatan ekonomi, seperti produksi, kon-

94
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

sumsi dan distribusi. Salah satu faktor ter- dah meninggal, masyarakat Jawa memiliki
jadinya suatu proses produksi disebabkan tradisi khusus. Tradisi tersebut adalah men-
karena adanya kebutuhan atau permintaan doakan leluhur dengan cara berkunjung ke
akan suatu barang. Dalam kaitannya akan makamnya atau biasa disebut dengan zi-
kebutuhan dan kebudayaan, masyarakat Ja- arah. Agar kebiasaan ini bisa terus menerus
wa membutuhkan “ubo rampe” untuk me- dilakukan, mereka meletakkan batu nisan di
menuhi ritual kebudayaan Jawa mereka. Ri- atas makam leluhurnya. Tradisi ziarah ini
tual yang biasa mereka lakukan disebabkan mendorong terbentuknya permintaan akan
karena seluruh kepercayaan masyarakat Ja- batu nisan oleh masyarakat. Sehingga pada
wa berunsur pada animisme dari jaman pra- akhirnya batu nisan ini menjadi lahan bisnis
sejarah sampai sekarang. Kepercayaan ani- bagi masyarakat. Karena bisnis ini ber-hu-
misme mereka termasuk kepercayaan ten- bungan dengan orang meninggal, bisnis ini
tang roh leluhur, makhluk halus, yang men- masih menjadi bisnis yang tabu bagi ma-
diami macam-macam tempat tertentu. syarakat. Namun pada kenyataannya, batu
Ritual kebudayaan Jawa juga selalu nisan merupakan komoditas yang dibutuh-
dikaitkan dengan proses hidup seseorang, kan oleh masyarakat.
baik proses kelahiran, kematian maupun Dalam melakukan kegiatan ekonomi,
proses perjalanan hidup seseorang. Berba- pengrajin batu nisan akan melakukan inte-
gai kebutuhan masyarakat akan “ubo ra- raksi kepada pihak-pihak terkait, yaitu kon-
mpe” yang diperlukan dalam ritual tersebut sumen, distributor, tengkulak, pemerintah
membuka peluang usaha bagi masyarakat. daerah dan juga para petugas di pemaka-
Keberlangsungan usaha ini hampir dapat man umum. Pola interaksi ini yang akan
dipastikan dapat bertahan lama. Karena memberikan pengaruh besar terhadap ke-
manusia akan terus mengalami proses kehi- berlangsungan usaha pengrajin batu nisan.
dupan. Salah satu proses kehidupan manu- Pola interaksi akan menentukan besar ke-
sia adalah kelahiran dan kematian. Berba- cilnya jumlah batu nisan yang diproduksi,
gai ritual dalam kelahiran atau kematian se- banyak sedikitnya konsumen yang bisa di-
seorang sudah menjadi ritual turun temurun dapatkan, dan berbagai hal yang terkait de-
dalam kehidupan masyarakat Jawa. Secara ngan keberlangsungan usaha pengrajin batu
tidak langsung, hal ini membuka peluang u- nisan.
saha bagi masyarakat. Sebab kelahiran dan Rumusan Masalah
kematian merupakan sesuatu yang terus Kebudayaan Jawa mendorong timbul-
menerus terjadi didalam kehidupan manu- nya berbagai kebutuhan masyarakat ter-
sia. hadap suatu komoditas tertentu untuk men-
Masyarakat Jawa meyakini istilah “Mi- dukung keberlangsungan ritualnya. Kebera-
kul dhuwur, mendhem jero”. Maksud dari gaman “ubo rampe” menjadi peluang usaha
istilah “Mikul Dhuwur” tersebut adalah se- bagi masyarakat. Proses ritual masyarakat
orang anak wajib menjaga kehormatan o- Jawa didasarkan pada proses kehidupan
rang tuanya melalui tutur kata, tingkah laku manusia dari seseorang lahir sampai meni-
dan seorang anak wajib pula menghormati nggal.
kedua orangtuanya. Sedangkan “Mendem Ketika seseorang meninggal, mereka
Jero” dimaksudkan agar seorang anak me- meyakini bahwa ziarah adalah hal yang wa-
mendam dalam-dalam keburukan atau aib jib dilakukan sebagai bentuk penghormatan
kedua orangtuanya. Istilah ini merupakan terhadap orang tua atau leluhur mereka ya-
salah satu wujud keharusan seorang anak ng sudah meninggal. Seiring dengan batu
untuk menghormati orang tuanya bahkan nisan yang telah menjadi komoditas yang
ketika orang tuanya sudah meninggal du- dibutuhkan, muncul pengrajin batu nisan di
nia. kawasan Gondang, Kota Surakarta. Namun,
Dalam kaitannya dengan penghorma- berbagai masalah mulai timbul sebagai
tan kepada orang tua atau leluhur yang su- dampak adanya batu nisan. Berikut ini a-

95
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

dalah permasalahan yang dikaji dalam pe- ngenai Economic of Property Rights, juga
nelitian ini. oleh Cheung (1968) yang melakukan studi
Terpusatnya pengrajin batu nisan serta mengenai share cropping di Taiwan. Kedua
terjadinya kegiatan ekonomi di Kampung studi ini membuktikan bahwa ketidakje-
Gondang ini tidak hanya dipengaruhi oleh lasan hak pemilikan dan enforced property
faktor-faktor pasar, namun juga faktor-fak- rights terbukti menjadi handicap dalam
tor non pasar. Salah satu faktor non pasar mentransformasi pembangunan ekonomi
tersebut adalah interaksi yang terjadi. Pe- yang berkaitan dengan lahan.
laku pasar meliputi pengrajin batu nisan, Bagian lain yang juga penting da-
tengkulak dan konsumen. Ketiganya saling lam konteks ekonomi kelembagaan adalah
berinteraksi dalam proses kegiatan eko- menyangkut biaya transaksi. Biaya tran-
nomi. Keadaan seperti ini memberi dampak saksi adalah sisi lain atau pendekatan lain
terbentuknya sebuah pola interaksi antara yang digunakan untuk menjelaskan aspek
pelaku pasar dalam kegiatan ekonomi yang ekonomi dari kelembagaan (Black, 2002).
berkaitan dengan komoditas batu nisan. Biaya transaksi mempertimbangkan man-
Dalam kaitannya dengan interaksi, pe- faat dalam melakukan transaksi di dalam
laku pasar juga memiliki keterkaitan de- organisasi dan antara aktor (organisasi) ya-
ngan pelaku non pasar. Pelaku non pasar ng berbeda dengan menggunakan meka-
tersebut meliputi pemerintah daerah setem- nisme pasar. Biaya transaksi mempertim-
pat dan beberapa penjaga pemakaman. Ke- bangkan beberapa aspek penting dalam e-
terkaitan tersebut membuat terbentuknya konomi yakni bounded rationality (rasi-
sebuah pola interaksi antara pelaku pasar onalitas terbatas), masalah informasi, biaya
dan pelaku non pasar dalam kegiatan eko- negosisasi kontrak dan opportunism.
nomi yang berkaitan dengan komoditas ba- Jadi pada intinya, ekonomi kelem-
tu nisan. bagaan adalah ekonomi yang menekankan
Adanya komoditas batu nisan dalam pada hak kepemilikan. Perekonomian di-
kehidupan masyarakat Jawa tidak terlepas kembangkan oleh individu atau kelompok
dari pengaruh budaya Jawa. Keadaan ini yang memiliki sarana atau faktor produksi.
menyebabkan adanya hubungan yang kuat Sehingga mereka memiliki keleluasaan atau
antara kebudayaan jawa dengan komoditas wewenang untuk mengatur dan berperan
batu nisan. Hubungan ini juga mempe- dalam sektor perekonomia serta pengem-
ngaruhi keberlangsungan usaha pengrajin bangannya. Dalam hal ini pemilik faktor
batu nisan yang ada di Kampung Gondang. produksi menjadi pelaku pengembangan
perekonomian. Ternyata dalam perakteknya
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPO- banyak faktor-faktor yang memengaruhi
TESIS individu dalam mengambil keputusan se-
Teori Kelembagaan perti faktor sosial, politik dan lainnya. Pada
Ekonomi kelembagaan adalah ca- titik ini ekonomi kelembagaan masuk untuk
bang ilmu ekonomi yang menekankan pada mewartakan bahwa kegiatan ekonomi sa-
pentingnya aspek kelembagaan dalam me- ngat dipengaruhi oleh tata letak antarpelaku
nentukan bagaimana sistem ekonomi dan ekonomi (teori ekonomi politik), desain a-
sosial bekerja (Black, 2002). Salah satu turan main (teori ekonomi biaya transaksi),
kunci dalam aspek ekonomi kelembagaan norma dan keyakinan suatu individu atau
adalah menyangkut property right atau hak komunitas (teori modal sosial), insentif un-
pemilikan. Property right ini melekat da- tuk melakukan kolaborasi (teori tindakan
lam bentuk aturan formal dan juga norma kolektif), model kesepakatan yang dibikin
sosial dan adat. Relefansi hak pemilikan ini (teori kontrak), pilihan atas kepemilikan
tergantung dari seberapa besar ia bisa di- aset fisik maupun non fisik (teori hak ke-
jalankan dan diakui dalam masyarakat. Bar- pemilikan), dan lain-lain. Intinya, selalu
zel (1989) menulis dalam bukunya me- ada insentif bagi individu untuk berperilaku

96
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

menyimpang sehingga sistem ekonomi ti- 1) Partisipasi dalam suatu Jaringan.


dak bisa dibiarkan hanya dipandu oleh pa- Modal Sosial sangat tergantung pada
sar. Dalam hal ini diperlukan kelembagaan kapasitas yang ada dalam kelompok
non pasar (non-market institutions) untuk masyarakat. Yaitu dalam membangun
me-lindungi agar pasar tidak terjebak sejumlah asosiasi dan membangun jari-
dalam kegagalan yang tidak berujung, ngannya. Modal Sosial tidak dibangun
yakni dengan jalan mendesain aturan main hanya oleh satu individu, tidak hanya
atau kelembagaan (institutions). terletak pada kecenderungan yang tum-
Modal Sosial buh dalam suatu kelompok untuk ber-
Modal sosial adalah bentukan dari sosialisasi sebagai bagian penting dari
hubungan yang lebih menekankan pada ni- nilai-nilai yang melekat.
lai-nilai kebersamaan dan kepercayaan baik 2) Resiprocity
dalam suatu komunitas maupun antar ko- Modal sosial selalu dilengkapi oleh ke-
munitas. Nilai-nilai tersebut merupakan su- cenderungan pertukaran kebaikan baik
atu modal dalam membentuk masyarakata antar individu dalam suatu kelompok
yang kuat dan berkepribadian, dimana saat maupun antar kelompok itu sendiri.
ini sangat penting karena ketika suatu ko- Dalam hal ini pola pertukaran tidak di-
munitas atau masyarakat dihadapi dengan lakukan secara resiprokal seketika se-
suatu masalah maka akan cepat diatasi perti dalam proses jual beli, melainkan
tanpa harus ada yang dirugikan. melalui kombinasi jangka pendek dan
Portes (1998) mendefiniskan bahwa jangka panjang dalam balutan altruism
modal sosial merupakan sesuatu yang man- (semangat untuk membantu dan me-
jur bagi pemecahan masalah pada komu- mentingkan kepentingan orang lain).
nitas atau masyarakat masa kini. Ini me- 3) Trust
nandakan bahwa interaksi yang terbentuk Dalam pandangan Fukuyama (2002),
sangat mempengaruhi perkembangan suatu trust merupakan sikap saling memper-
komunitas tertentu termasuk di dalamnya cayai yang memungkinkan masyarakat
hal pemecahan masalah. Namun dalam tersebut saling bersatu dengan yang la-
konsep modal sosial, interaksi tersebut ha- in dan memberikan kontribusi pada pe-
rus didasari pada nilai kepercayaan untuk ningkatan modal sosial.
pencapaian tujuan bersama. Modal sosial 4) Norma Sosial
akan membentuk jaringan horisontal yang Norma sosial berfungsi untuk mengon-
akan memunculkan kondisi saling mengun- trol bentuk-bentuk perilaku yang tum-
tungkan, karena akan terjadi kerjasama dan buh dalam masyarakat. Pengertian nor-
koordinasi yang lebih baik. ma itu sendiri adalah sekumpulan a-
Bank Dunia (1999) mendefinisikan turan yang diharapkan dipatuhi dan di-
modal sosial sebagai sesuatu yang merujuk ikuti oleh anggota masyarakat pada su-
ke dimensi institusional, hubungan-hubung- atu entitas sosial tertentu. Norma-nor-
an yang tercipta, dan norma-norma yang ma ini biasanya terinstusionalisasi dan
membentuk kualitas dan kuantitas hubu- mengandung sangsi sosial yang dapat
ngan sosial dalam masyarakat. Modal So- mencegah individu berbuat sesuatu ya-
sial bukan sekedar deretan jumlah institusi ng menyimpang dari kebiasaan.
atau kelompok yang menopang kehidupan 5) Nilai-Nilai
sosial, melainkan dengan spektrum yang le- Nili adalah suatu yang dianggap benar
bih luas, yaitu sebagai perekat yang men- dan penting oleh anggota masyarakat.
jaga kesatuan anggota kelompok secara be- Misalnya nilai harmoni, prestasi, kerja
rsama-sama. keras, kompetisi dan lainnya meru-
Pembahasan modal sosial juga me- pakan contoh nilai yang sangat umum
liputi unsur-unsur yang ada didalamnya, dikenal dalam masyarakat. Nilai senan-
antara lain: tiasa memiliki kandungan konsekuensi

97
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

yang ambivalen. prinsip yang berbeda-beda. Antara kelom-


Tipe atau bentuk jaringan sosial pa- pok tersebut tidak saling mempengaruhi,
da modal sosial oleh Putman diperkenalkan bisa saling menguntungkan, dan bahkan bi-
perbedaan dua bentuk dasar modal sosial, sa saling merugikan. Hal itu tergantung dari
yotu mengikat (bonding) dan menjembatani kemampuan masyarakat itu sendiri dalam
(bridging). Sedangkan Woolcock (2003) menyikapi perubahan-perubahan yang ter-
membedakan modal sosial kedalam tiga jadi di masyarakat.
bentuk yaitu social bonding, social brid- Interaksi Sosial
ging dan social linking. Proses sosial merupakan cara berhu-
Social Bonding merupakan tipe mo- bungan orang-perorangan dan kelompok-
dal sosial dengan karakteristik adanya ika- kelompok sosial yang terlihat apabila saling
tan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam bertemu dan menentukan sistem serta ben-
suatu sistem kemasyarakatan. Misalnya, ke- tuk-bentuk hubungan tersebut atau apa
banyakan dalam keluarga mempunyai hu- yang akan terjadi apabila ada perubahan-
bungan kekerabatan dengan keluarga yang perubahan yang menyebabkan goyahnya
lain, yang mungkin masih berada dalam sa- pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses
tu etnis. sosial dapat diartikan sebagai pengaruh
Social Bridging (jembatan sosial) timbal-balik antara berbagai segi kehidu-
merupakan suatu ikatan sosial yang timbul pan bersama, misalnya pengaruh antara so-
sebagai reaksi atas berbagai macam perbe- sial dengan politik, politik dengan ekono-
daan karakteristik dalam kelompoknya. Ia mi, ekonomi dengan hukum, dan sebagai-
bisa muncul karena adanya berbagai ma- nya. Interaksi sosial merupakan kunci dari
cam kelemahan yang ada di sekitarnya se- semua kehidupan sosial, karena tanpa in-
hingga akan memberikan pilihan untuk me- teraksi sosial tak akan mungkin ada kehi-
mbangun kekuatan batu dari kelemahan dupan bersama.
yang ada. Hasbullah (2006) mengatakan a- Bentuk umum proses sosial adalah
da tiga prinsip yang dianut dalam social interaksi sosial yang juga dapat dinamakan
bridging yang didasari pada prinsip uni- sebagai proses sosial karena interaksi sosial
versal mengenai persamaan, kebebasan ser- merupakan syarat utama terjadinya aktivi-
ta nilai-nilai kemajemukan dan kemanu- tas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupa-
siaan, kan hubungan-hubungan sosial yang dina-
Woolcock dalam Melfi dan Hesti mis yang menyangkut hubungan antara
(2003) memberikan pengertian terhadap so- orang-orang perorangan, antara kelompok-
cial linking (hubungan/jaringan) sebagai kelompok manusia, maupun antara orang
suatu hubugan sosial yang dikarakteris- perorangan dengan kelompok manusia. In-
tikkan dengan adanya hubungan di antara teraksi sosial antara kelompok-kelompok
beberapa jenjang sosial, yang muncul dari manusia terjadi antara kelompok tersebut
kekuatan sosial maupun status sosial yang sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak
ada dalam masyarakat. Namun dalam hal menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
ini, masing-masing kelompok tersenut sa- Interaksi sosial antara kelompok-ke-
ling membutuhkan dan atau memiliki ke- lompok manusia terjadi pula didalam ma-
pentingan sehingga terbentuk hubungan syarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok
antar kelompok tersebut, misalnya hubu- ketika terjadi benturan antara kepentingan
ngan kelompok pengurus perusahaan mem- perorangan dengan kepentingan kelompok.
butuhkan buruh untuk melakukan produksi, Interaksi sosial hanya berlangsung antara
sedangkan kelompok buruh membutuhkan pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap
pekerjaan untuk kesejahteraan mereka. dua belah pihak. Interaksi sosial tak akan
Pada dasarnya ketiga tipe modal so- mungkin terjadi apabila manusia menga-
sial tersbut merupakan bentukan dari kehi- dakan hubungan yang langsung dengan se-
dupan, di mana saling berkelompok dengan suatu yang sama sekali tidak berpengaruh

98
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat Gillin dan Gillin mengadakan pe-
hubungan termaksud. Berlangsungnya su- nggolongan yang lebih luas lagi. Menu-
atu proses interaksi didasarkan pada ber- rut mereka, ada dua macam proses sosial
bagai faktor : yang timbul sebagai akibat adanya interaksi
1) Imitasi sosial :
Salah satu segi positifnya adalah bah- 1) Proses-proses yang Asosiatif
wa imitasi dapat mendorong seseorang a) Kerjasama (Cooperation)
untuk mematuhi kaidah-kaidah dan ni- Suatu usaha bersama antara orang-
lai-nilai yang berlaku. perorangan atau kelompok manusia
2) Sugesti untuk mencapai suatu atau bebe-
Faktor sugesti berlangsung apabila se- rapa tujuan bersama. Bentuk kerja-
seorang memberi suatu pandangan atau sama tersebut berkembang apabila
suatu sikap yang berasal dari dirinya orang dapat digerakan untuk menca-
yang kemudian diterima oleh pihak la- pai suatu tujuan bersama dan harus
in. ada kesadaran bahwa tujuan tersebut
3) Identifikasi dikemudian hari mempunyai man-
Identifikasi merupakan kecenderungan faat bagi semua. Juga harus ada ik-
atau keinginan dalam diri seseorang lim yang menyenangkan dalam pe-
untuk menjadi sama dengan orang atau mbagian kerja serta balas jasa yang
pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih akan diterima. Dalam perkembang-
mendalam daripada imitasi, karena ke- an selanjutnya, keahlian-keahlian
pribadian seseorang dapat terbentuk a- tertentu diperlukan bagi mereka ya-
tas dasar proses ini. ng bekerjasama supaya rencana ker-
4) Proses simpati ja samanya dapat terlaksana dengan
Sebenarnya merupakan suatu proses di baik.
mana seseorang merasa tertarik pada b) Akomodasi (Accomodation)
pihak lain. Di dalam proses ini pera- Menurut Gillin dan Gillin, ako-
saan memegang peranan yang sangat modasi adalah suatu pengertian
penting, walaupun dorongan utama pa- yang digunakan oleh para sosiolog
da simpati adalah keinginan untuk me- untuk menggambarkan suatu proses
mahami pihak lain dan untuk bekerja dalam hubungan-hubungan sosial
sama dengannya. yang sama artinya dengan adaptasi
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat dalam biologi. Maksudnya, sebagai
berupa kerja sama (cooperation), persai- suatu proses di mana orang atau
ngan (competition), dan bahkan dapat juga kelompok manusia yang mulanya
berbentuk pertentangan atau pertikaian (co- saling bertentangan, mengadakan
nflict). Pertikaian mungkin akan mendapat- penyesuaian diri untuk mengatasi
kan suatu penyelesaian, namun penyele- ketegangan-ketegangan. Akomodasi
saian tersebut hanya akan dapat diterima merupakan suatu cara untuk menye-
untuk sementara waktu, yang dinamakan lesaikan pertentangan tanpa meng-
akomodasi. Ini berarti kedua belah pihak hancurkan pihak lawan sehingga la-
belum tentu puas sepenunya. Suatu keadaan wan tidak kehilangan kepribadian-
dapat dianggap sebagai bentuk keempat da- nya.
ri interaksi sosial. Keempat bentuk poko c) Asimilasi (Assimilation)
dari interaksi sosial tersebut tidak perlu Asimilasi merupakan proses sosial
merupakan suatu kontinuitas, di dalam dalam taraf lanjut. Ia ditandai de-
arti bahwa interaksi itu dimulai dengan ngan adanya usaha-usaha mengu-
kerja sama yang kemudian menjadi persai- rangi perbedaan-perbedaan yang ter-
ngan serta memuncak menjadi pertikaian dapat antara orang-perorangan atau
untuk akhirnya sampai pada akomodasi. kelompok-kelompok manusia dan

99
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

juga meliputi usaha-usaha untuk dang kajian ini pun membantu pengujian a-
mempertinggi kesatuan tindak, si- tas teori-teori ekonomi pada umumnya. Di
kap, dan proses-proses mental de- sisi lain, bidang lain pun juga dipengaruhi
ngan memerhatikan kepentingan cabang-cabang lain dari ilmu ekonomi,
dan tujuan bersama. Dengan adanya khususnya aliran mikro dan neoklasik. Me-
proses asimilasi, para pihak lebih lalui pengkajian pendekatan neoklasik, me-
saling mengenal dan dengan tim- mbuat para pemerhati antropologi ekonomi
bulnya benih-benih toleransi mere- pun meyakini asumsi-asumsinya, seperti
ka lebih mudah untuk saling men- rasionalitas setiap individu, pengutamaan
dekati. kalkulasi, optimalisasi dan sebagainya yang
2) Proses Disosiatif tidak begitu relevan terhadap pendekatan-
a) Persaingan (Competition) pendekatan lain yang lebih umum dalam
Persaingan atau competition dapat antropologi. Sedangkan ekonomi makro
diartikan sebagai suatu proses sosial ternyata tidak banyak memberi pengaruh,
di mana individu atau kelompok walaupun cakupannya begitu besar (makro)
manusia yang bersaing mencari bahkan yang lebih unik lagi adalah aliran
keuntungan melalui bidang-bidang marxisme yang justru memberi pengaruh
kehidupan yang pada suatu masa terhadap antropologi ekonomi.
tertentu menjadi pusat perhatian u- Berbeda dengan ahli ekonomi, ahli
mum (baik perseorangan maupun antropologi ekonomi menghadapi fenome-
kelompok manusia) dengan cara na ekonomi dalam masyarakat sederhana
menarik perhatian publik atau de- terintegrasi dengan sistem sosial dan
ngan mempertajam prasangka ya- budaya masyarakat. Dalton (1961) me-
ng telah ada tanpa memperguna- nekankan bahwa situasi seperti ini mempe-
kan ancaman atau kekerasan. ngaruhi masalah kajian antropologi eko-
b) Kontraversi (Contravetion) nomi sehingga definisi Boohannan (1958)
Kontravensi pada hakikatnya meru- tepat diperhatikan ahli antropologi:
pakan suatu bentuk proses sosial ya- Basically, the anthropologist is not
ng berada antara persaingan dan asking the same set of question as
pertentangan atau pertikaian. the economist. The business of an-
c) Pertentangan (Pertikaian atau con- thropology is not economics; it is
flict) rather some thing that we might call
Pribadi maupun kelompok menya- “ethno-economics”... a statement of
dari adanya perbedaan-perbedaan the categories of thought and la-
misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, nguange, the ideas, the principle of
emosi, unsur-unsur kebudayaan, po- action, in term of which a people
la-pola perilaku, dan seterusnya de- institusionalize the business of get-
ngan pihak lain. Ciri tersebut dapat ting a living... for anthropologis’s
mempertajam perbedaan yang ada task is explain how people get a
hingga menjadi suatu pertentangan living, then to classify those modes
atau pertikaian. ... and theorize about the way they
Antropologi Ekonomi are linked with other cultural or so-
Antropologi ekonomi merupakan cial atribut.
cara manusia dalam mempertahankan dan Ahli antropologi ekonomi melihat
mengekspresikan diri melalui penggunaan bahwa sistem perekonomian merupakan
barang dan jasa material (Gudeman, 2000). produk dari suatu sistem sosial masyarakat.
Selanjutnya, Guderman memaparkan bah- Sistem perekonomian pasar merupakan
wa ilmu ini berusaha merangkum aspek produk masyarakat industri. Namun de-
etnografis dan teroritis, sekalipun kedua mikian, organisasi perekonomian ini berja-
acap kali bertentangan. Sebab di satu bi- lan tanpa kontrol dari sistem sosial ma-

100
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

syarakat. perekonomian ini berfungsi tanpa dayaan sebagai cakupan semua yang dida-
campur tangan sistem sosial yang berlaku pat atau dipelajari oleh manusia sebagai
sehingga para ahli ekonomi tidak perlu me- anggota masyarakat yang meliputi segala
masukkan aspek-aspek organisasi kemasya- sesuatu yang dipelajari dari pola-pola peri-
rakatan yang lebih luas di dalam mengkaji kelakuan normatif yang mencakup segala
suau perekonomian (LeClair dan Sche- cara atau pola pikir, merasakan dan bertin-
neider, 1968). Sebaliknya kajian antropolo- dak.
gi ekonomi menemukan adanya integrasi Tylor (2004) mendefinisikan kebu-
yang rapat antara institusi ekonomi dengan dayaan sebagai keseluruhan hidup manusia
institusi kemasyarakatan. Kondisi seperti i- yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
ni membuat suatu hal yang tidak mungkin seni, hukum moral, adat-istiadat, dan lain-
bagi mereka untuk melukiskan fenomena e- nya dari kemampuan dan kebiasaan yang
konomi tanpa pada waktu yang sama me- didapatkan manusia sebagai anggota ma-
nunjukkan aspek-aspek sosio kultural yang syarakat.
terkait (Dalton, 1961). Beals (2006) mendefinisikan kebu-
Kekhasan selanjutnya dapat disim- dayaan sebagai satu set cara berpikir dan
pulkan bahwa karena situasi yang dihadapi bertindak yang dipelajari yang mencirikan
ahli antropologi dan ekonomi itu berbeda pengambilan keputusan apapun sebagai ke-
maka kategori-kategori yang merupakan lompok manusia. Terdapat lima komponen
“barang” atau “jasa” sebagai benda ekonmi sistem budaya yang bersangkutan, tradisi
berbeda pula antara yang diperhatikan ke- budaya yang ditempuh secara kolektif dan
dua ahli tersebut. Ahli antropologi mungkin aktivitas atau perilaku.
tidak akan memperhatikan masalah-masa- Koentjaraningrat (1990) juga me-
lah fluktuasi produksi dalam hubungannya ngatakan bahwa setiap unsur budaya seperti
dengan harga seperti ahli ekonomi karena bahasa, organisasi sosial, teknologi dan pe-
kategori harga atau uang tidak hidup di ralatan, ilmu pengetahuan, religi atau sis-
lapangan. Mereka mungin akan memperha- tem upacara keagamaan dan kesenian, ter-
tikan msalah alokasi budak dan sistem diri dari gagasan atau ide, tindakan dan
perkawinan dalam hidup dalam masyarakat benda hasil tindakan tersebut. Banyak ke-
yang diteliti (Brling, 1968). Dapat pula di- budayaan memiliki suatu unsur kebudayaan
tambahkan bahwa ahli ekonomi hanya atau beberapa pranata tertentu yang me-
memperhatikan aktivitas ekonomi serta fak- rupakan suatu unsut pusat kebudayaan, se-
tor-faktor produksi yang dapat dikuantita- hingga digemari oleh sebagian besar ma-
tifkan dan dapat dinilai dengan uang. Ak- syarakat dan dengan demikian mendomina-
tivitas domestik yang dilakukan ibu-ibu ru- si banyak aktivitas atau pranata lainnya da-
mah tangga sering luput perhatian para ahli lam kehidupan masyarakat.
ekonomi karena aktivitas mereka sungguh- Kerangka Pemikiran
pun mengorbankan harta dan waktu tetapi
pekerjaan mereka tidak dibayar.
Kebudayaan
Kata “kebudayaan” berasal dari ba-
hasa Sansekerta buddhayah, yang merupa-
kan bentuk jamak dari buddhi yang berarti
“budi” atau “akal”. Kebudayaan menurut
Koentjaraningrat (2005) adalah seluruh sis-
tem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
Dari kerangka pikir tersebut, menje-
bermasyarakat, yang dijadikan miliknya de-
laskan bahwa:
ngan belajar.
1) Kebudayaan  Komoditas Batu Ni-
Soekanto (2002) menjelaskan kebu-
san

101
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Kebudayaan menghasilkan komoditas melakukan ziarah ke makam memiliki


batu nisan dalam kehidupan masyara- kemungkinan besar untuk mengganti
kat dan menjadi kebutuhan bagi ma- batu nisan leluhurnya. Pengrajin batu
syarakat. nisan percaya, orang-orang tersebut le-
2) Komoditas Batu Nisan  Pelaku bih cenderung membeli batu nisan di
Pasar tempat pertama mereka melihatnya.
Angka kematian yang tidak bisa dite- 4) Kebudayaan  Pelaku Non Pasar
kan, akhirnya membuka peluang bisnis Kebudayaan mempengaruhi kebijakan
bagi masyarakat dan bisnis ini akan te- pelaku non pasar (Pemerintah Daerah).
rus berjalan selama masyarakat masih Pengaruhnya dapat dilihat dari kebija-
menjunjung tinggi kebudayaan. Feno- kan yang diterapkan oleh Pemerintah
mena ini menuntut pengrajin untuk te- Daerah. Pemerintah Daerah tidak me-
rus memproduksi batu nisan. nyulitkan masyarakat yang ingin me-
Komoditas Batu Nisan  Pelaku Pa- masang batu nisan sesuai dengan ke-
sar percayaannya. Kebudayaan menjadi
Pelaku pasar (pengrajin batu nisan) pertimbangan Pemerintah Daerah saat
mengatur sedemikian rupa sistem pen- mengambil arah kebijakan dalam hal
jualan serta tampilan batu nisan yang pemakaman umum.
dijualnya. Desain yang ditawarkan ke- Kebudayaan  Pelaku Non Pasar
pada konsumen memiliki terdiri dari Pelaku non pasar (Pemerintah Daerah)
berbagai bentuk dan berbagai jenis ba- melihat peluang penarikan pajak dalam
han. tingkat mortalitas masyarakat. Kebutu-
3) Kebudayaan  Pelaku Pasar han mereka akan batu nisan dan lahan
Kebudayaan Jawa mempengaruhi peri- pemakaman, mendorong Pemerintah
laku pelaku pasar. Masyarakat percaya Daerah untuk menarik pajak sebesar
bahwa ada bulan-bulan tertentu yang Rp 150.000,00 untuk biaya bedah bumi
diyakini baik untuk memasang batu ni- bagi masyarakat yang ingin memakam-
san. Sehingga pada bulan tersebut pe- kan keluarganya. Kebudayaan memba-
ngrajin batu nisan akan meningkatkan yar pajak untuk lahan pemakaman ya-
produksinya, baik untuk dijual ke teng- ng sudah terbentuk, akhirnya menjadi
kulak maupun untuk dijual secara lang- hal yang biasa terjadi dalam proses pe-
sung ke konsumen. Budaya berpenga- makaman.
ruh besar terhadap keberlangsungan u- 5) Pelaku Pasar  Pelaku Non Pasar
saha ini. Apabila masyarakat tidak lagi Pelaku pasar (pengrajin batu nisan)
percaya bahwa meletakkan batu nisan memiliki hubungan yang erat dengan
di atas makam merupakan hal yang pelaku non pasar (petugas pemakaman
perlu dilakukan, maka keberlangsung- umum). Pengrajin batu nisan meman-
an usaha ini akan terhenti. faatkan keberadaan petugas pemaka-
Kebudayaan  Pelaku Pasar man umum sebagai agen untuk mem-
Pelaku pasar (pengrajin batu nisan) a- promosikan produk batu nisannya ke-
kan membentuk kebudayaan dalam pada konsumen.
rangka meningkatkan penjualannya. Pelaku Pasar  Pelaku Non Pasar
Pengrajin batu nisan berpendapat bah- Pelaku non pasar (Pemerintah Daerah)
wa alasan tempat mereka berjualan a- juga mempengaruhi keberadaan pelaku
dalah tempat yang strategis. Hal ini di- pasar (pengrajin batu nisan). Kebijakan
sebabkan lokasi berjualan dan tempat yang diambil oleh Pemerintah Daerah
tinggal mereka berada di dekat Ter- akan mempengaruhi keberlangsungan
minal Tirtonadi. Mereka menganggap pengrajin batu nisan. Jika kebijakan
bahwa orang-orang yang bekerja di lu- Pemerintah Daerah bertentangan de-
ar kota atau berasal dari luar kota yang ngan kebutuhan pelaku pasar, maka a-

102
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

kan menghambat keberlangsungan pe- bab proses yang terkontrol tidak akan me-
ngrajin batu nisan. nggambarkan keadaan yang sebenarnya. 4)
Bersifat induktif. Penelitian kualitatif tidak
3. METODE PENELITIAN dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai
Penelitian ini didasarkan pada realitas dari lapangan yakni fakta empiris. Proses-
yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya, so- nya induktif yaitu dari data yang terpisah
sial, dan ekonomi yang telah tergabung da- namun saling berkaitan. 5) Mengutamakan
lam satu lingkaran melalui sebuah proses makna yang diungkap berkisar pada per-
perjalanan dan waktu. Dasar dari pemikiran sepsi orang mengenai suatu peristiwa.
penelitian kualitatif adalah konstruktivisme Berdasarkan ciri tersebut dapat disim-
yang berasumsi bahwa kenyataan itu pulkan bahwa penelitian kualitatif tidak di-
interaktif, berdimensi jamak, dan suatu per- mulai dari teori yang dipersiapkan sebe-
tukaran pengalaman sosial yang diinter- lumnya, tapi dimulai dari lapangan ber-
pretasikan oleh setiap individu. Peneliti pa- dasarkan lingkungan alami. Data dan in-
da penelitian kualitatif percaya bahwa ke- formasi lapangan ditarik maknanya dan
benaran bersifat dinamis dan hanya dapat konsepnya, melalui pemaparan deskriptif
ditemukan melalui penelaahan terhadap o- analitik, tanpa harus menggunakan angka,
rang melalui interaksinya dengan situasi so- sebab lebih mengutamakan proses terjadi-
sial mereka (Danim, 2002). nya suatu peristiwa dalam situasi yang
Penelitian kualitatif mengkaji perspek- alami. Generalisasi tak perlu dilakukan se-
tif partisipan dengan strategi-strategi yang bab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam
bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian konteks dan situasi tertentu. Realitas yang
kualitatif ditujukan untuk memahami fe- kompleks dan selalu berubah menuntut pe-
nomena-fenomena sosial dari sudut pan- neliti cukup lama berada di lapangan.
dang partisipan. Dengan demikian arti atau Paradigma yang digunakan dalam pe-
pengertian penelitian kualitatif tersebut a- nelitian ini adalah paradigma fenomenologi
dalah penelitian yang digunakan untuk me- yang dimaksudkan untuk merumuskan ilmu
neliti pada kondisi objek alamiah dan pe- sosial yang mampu ‘menafsirkan dan men-
neliti merupakan instrumen kunci (Sugiyo- jelaskan tindakan serta pemikiran manusia’
no, 2005). dengan cara menggambarkan struktur-str-
Penelitian kualitatif memiliki lima ciri uktur dasar. (Schutz, 1970).
pokok karakteristik, yaitu; 1) Menggunakan Fenomenologi sebagai ilmu tentang e-
lingkungan alamiah sebagai sumber data. sensi-esensi kesadaran dan esensi ideal dari
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam su- obyek-obyek sebagai korelasi dengan ke-
atu situasi sosial merupakan kajian utama sadaran. Fenomenologi bermakna metode
penelitian kualitatif. 2) Memiliki sifat des- pemikiran untuk memperoleh ilmu penge-
kriptif analitik. Data yang diperoleh seperti tahuan baru atau mengembangkan pengeta-
hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil huan yang ada dengan langkah-langkah lo-
pemotretan, analisis dokumen, catatan la- gis, sistematis kritis, tidak berdasarkan a-
pangan, disusun peneliti di lokasi peneli- priori atau prasangka, dan tidak dogmatis.
tian, tidak dituangkan dalam bentuk dan Fenomenologi juga merupakan sebuah pen-
angka-angka. Hasil analisis data berupa pe- dekatan filosofis untuk menyelidiki penga-
maparan mengenai situasi yang diteliti laman manusia. Fenomenologi sebagai me-
yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. tode tidak hanya digunakan dalam filsafat
3) Tekanan pada proses bukan hasil. Data tetapi juga dalam ilmu-ilmu sosial dan pen-
dan informasi yang diperlukan berkenaan didikan. (Donny, 2005).
dengan pertanyaan apa, mengapa, dan ba- Pendekatan fenomenologi ini diguna-
gaimana untuk mengungkap proses bukan kan untuk mengetahui gejala-gejala sosial
hasil suatu kegiatan. Proses alamiah dibi- yang terjadi di dalam kegiatan pereko-
arkan terjadi tanpa intervensi peneliti, se- nomian pengrajin batu nisan di Kampung

103
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Gondang. Peneliti hanya akan mendes- ngenai informan pendukung. Informan kun-
kripsikan fenomena yang terjadi, bukan ci akan memberikan penjelasan pengrajin
menjelaskan fenomena yang terjadi dalam manakah yang pertama kali mendirikan u-
kegiatan ekonomi pengrajin batu nisan. saha, pengrajin manakah yang memiliki
Pendekatan fenomenologi ini digunakan kualitas terbaik dan bagaimanakah target
untuk menjawab 3 pertanyaan penelitian, pasar pengrajin batu nisan ini. Langkah
yaitu: bagaimana interaksi antara pengrajin selanjutnya adalah meneliti pengrajin yang
batu nisan dengan pelaku pasar, bagaimana sudah direkomendasikan oleh sesepuh tadi
interaksi pengrajin batu nisan dengan pela- satu per satu dengan cara wawancara secara
ku non pasar, dan bagaimana kebudayaan mendalam. 2) Observasi non-partisipan.
Jawa memberikan pengaruh terhadap ke- Dalam penelitian ini, peneliti hanya me-
berlangsungan usaha pengrajin batu nisan ngamati secara langsung proses kegiatan e-
di Kampung Gondang. konomi yang dilakukan oleh pelaku pasar
Penelitian ini dilakukan di Kampung dan juga pelaku non pasar. Jadi peneliti ha-
Gondang, Kelurahan Manahan, Kecamatan nya mencatat apa yang terjadi untuk ke-
Banjarsari, Kota Surakarta. Kawasan ini mudian dianalisis lebih dalam.
memiliki puluhan pengrajin batu nisan ya-
ng tersebar di sepanjang jalan menuju Ter- 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHA-
minal Tirtonadi. Lokasi ini menarik untuk SAN
diteliti lebih jauh. Alasan pertama adalah Pola Interaksi
karena lokasi ini adalah satu-satunya lokasi Pengrajin batu nisan ini terikat dalam
yang hampir seluruh pengrajinnya mela- suatu hubungan keluarga. Hal ini dite-
kukan proses produksi serta penjualan di gaskan salah satu pengrajin, Bapak An-
tempat yang sama. Alasan kedua adalah to,dalam penuturannya berikut.
karena lokasi ini dikenal dengan pembuatan “Sebenernya sing dodol disini kabeh
dan produk batu nisannya yang berkualitas jek ono hubungan keluargane, dek. Da-
jika dibandingkan dengan daerah penghasil di jek seduluran”
batu nisan lainnya, seperti di daerah Mojo- (Sebenarnya yang jualan disini semu-
songo dan sebagainya. Sehingga pengrajin anya masih ada hubungan keluarga,
batu nisan di lokasi ini menjadi menarik Dek. Jadi masih saudara)
untuk diteliti lebih dalam. Biasanya suatu usaha yang dibangun
Penelitian ini memerlukan data-data a- berdasarkan hubungan keluarga, biasanya
tau infomasi dari pengrajin batu nisandi saling menguntungkan dan saling memban-
wilayah Kampung Gondang, Kota Sura- tu satu dengan yang lainnya. Namun dalam
karta. Metode pengumpulan data dilakukan hal ini, meski mereka terikat dalam suatu
dengan cara; 1) wawancara yang dilakukan hubungan keluarga, penulis menemukan a-
secara mendalam (in-depth interview) dan danya indikasi persaingan yang tidak sehat
tidak terstruktur (unstructural interview). antara sesama pengrajin batu nisan ini.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Persaingan yang tidak sehat ini dapat be-
wawancara secara mendalam terlebih dahu- rupa persaingan harga maupun dalam pro-
lu kepada salah satu “sesepuh” yang tinggal ses produksi. Persaingan yang tidak sehat i-
di Kampung Gondang. Variabel sesepuh ini ni digambarkan oleh Ibu Ana sebagai beri-
didapatkan dari survey ke beberapa warga kut.
dan sesepuh ini merupakan orang yang su- “Persaingan harga satu sama lain itu
dah lama tinggal di wilayah ini. Sesepuh kaya nggak ada patokannya gitu lho
dalam penelitian ini mengetahui awal mula mbak. Jadi bikin harga sendiri-sendiri
terpusatnya pengrajin batu nisan di Kam- jadi kita kan gak bisa kalo pasang har-
pung Gondang. Dalam penelitian ini, sese- ga tinggi nanti sebelahnya lebih mu-
puh berperan sebagai informan kunci yang rah. Akhirnya ya kita lepas konsumen.
nantinya akan memberikan infromasi me- Jadi persaingan harganya kurang se-

104
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

hat. Ngga ada patokannya.” yang memberi diskon mencapai 50%. Hal
Penuturan Ibu Ana mengindikasikan ini jelas akan merugikan pengrajin batu ni-
bahwa persaingan harga yang terjadi di san yang lain. Sebab mereka tidak akan
dalam usaha bisnis batu nisan ini adalah sanggup menjual batu nisannya lebih mu-
persaingan yang tidak sehat. Tidak diben- rah dari harga yang sudah didiskon oleh pe-
tuknya harga dasar, menyebabkan pengrajin ngrajin tersebut.
batu nisan ini bertindak semaunya dalam
menentukan harga. Selain itu, tidak adanya Persaingan harga yang tidak sehat akan
kesepakatan harga merupakan masalah uta- mendorong terjadinya perebutan konsumen
ma yang masih menjadi polemik dalam ke- melalui cara-cara yang negatif. Tapi tidak
berlangsungan usaha pengrajin batu nisan. seluruh pengrajin batu nisan di Kampung
Antara pengrajin batu nisan yang satu de- Gondang memiliki persaingan yang tidak
ngan yang lainnya memiliki harga yang sehat. Ada juga pengrajin batu nisan yang
berbeda dalam menjual produknya. Pola berhubungan dekat atau bermitra untuk
persaingan harga yang tidak sehat ini me- mendapatkan konsumen. Sebagian besar
nimbulkan pola persaingan pola perebutan dari mereka juga sudah memiliki target
konsumen yang tidak sehat pula. Mengenai konsumen masing-masing. Jadi mereka su-
persaingan antar pengrajin batu nisan se- dah mengetahui kemana produknya akan
cara lebih lanjut, Bapak Anto, menyebut dijual.
persaingan lain yang terjadi adalah diham-
Pola interaksi pengrajin batu nisan
batnya proses produksi pengrajin yang satu
dengan pengrajin batu nisan lain yang ter-
dengan pengrajin lainnya. Pengrajin batu
bentuk adalah interaksi tidak sehat yang
nisan dilarang meminjam atau meminta ba-
terjadi dalam sebuah usaha keluarga. Na-
han baku ke sesama pengerajin meskipun
mun pengrajin batu nisan ini memiliki tar-
mereka terikat dalam hubungan keluarga.
get konsumennya masing-masing. Masing-
Perbedaan harga antara pengrajin satu de-
masing dari pengrajin batu nisan sudah me-
ngan yang lainnya menyebabkan mereka
miliki target penjualan produk mereka. Ada
kehilangan konsumennya. Mereka saling
beberapa pengrajin batu nisan yang sengaja
bersaing satu sama lain untuk bisa men-
memproduksi untuk dijual langsung ke
dapatkan konsumen. Salah satu caranya a-
konsumen, namun ada juga yang mem-pro-
dalah dengan membanting harga menjadi
duksi khusus untuk dijual kembali ke pe-
lebih murah. Tujuannya adalah untuk men-
ngrajin batu nisan lainnya. Selain itu ada
dapatkan konsumen. Sehingga pengrajin
pula pengrajin yang memproduksi dengan
tersebut rela mendapatkan laba minim. Se-
kualitas terbaik dengan harga fantastis, se-
perti penjelasan Bapak Anto berikut.
perti Bapak Sarbiyanto dalam penuturan-
“Nek nggone Bu Jupri kui malah urik.
nya berikut.
Nek dino setu ngono kui kijinge di-
diskon 50%. Dadi kan do mlayu rono “Jelas beda kalo harga (harga jual).
kabeh.” Karena saya berbeda, kalo yang lain
kan asal njiplak aja jadi. Kalo saya itu
(Kalau di tempat Ibu Jupri itu malah
saya desain dulu. Jadi saya main di
curang. Kalau hari sabtu begitu batu
kualitas, desain dan skillku. Kalo o-
nisannya di didiskon 50%. Jadi kon-
rang biasanya bikin bagian atas itu cu-
sumen lari ke sana semua) ma bentuk segi 8, kalo saya bisa bikin
Salah satu kecurangan dari pengrajin bener-bener bulet kaya tempate Rong-
seperti yang dijelaskan Bapak Anto adalah gowarsito kemaren yang tak bikin itu
dengan memberikan potongan harga secara lho. Nah itu salah satunya.”
berlebihan pada hari tertentu. Hal ini tentu
Dari berbagai macam pola pengrajin
saja akan menarik minat konsumen untuk
batu nisan yang ada di Kampung Gondang,
membeli produk dari pengrajin batu nisan

105
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

berikut ini adalah gambaran pola yang akan negatif, mereka akan cenderung meng-
menjelaskan bagaimana segmentasi pasar halalkan segala cara untuk mendapat-
pengrajin batu nisan. kan konsumen. Meskipun harus saling
menjatuhkan satu sama lain maupun
Gambar Pola Interaksi Antara Pengrajin Batu Nisan,
Konsumen dan Tengkulak
menjual harga yang lebih murah agar
konsumen membeli produknya.
2) Pola 2
Pola 2 menunjukkan bahwa ada hu-
bungan yang dekat antara sesama pro-
dusen dengan tujuan mendapat konsu-
men bersama. Pada pola tersebut, hu-
bungan antar sesama produsen yang
terhubung dengan garis. Hal ini me-
ngindikasikan bahwa terjadi hubungan
baik antar sesama produsen dalam
mendapatkan konsumen. Hubungan ini
bisa terwujud dalam berbagai hal. Se-
perti saling meminjam tenaga kerja.
Saling meminjam tenaga kerja bia-
sanya dibutuhkan ketika proses pema-
sangan batu nisan berlangsung. Tenaga
kerja yang dibutuhkan akan menjadi
Keterangan gambar lebih banyak apabila batu nisan yang
akan dipasang lebih berat dari ukuran
: Pengrajin batu nisan normal. Selain itu, hubungan baik juga
tercermin dari adanya saling mendu-
: Tengkulak kung dalam proses produksi berupa sa-
ling memberikan bahan baku produksi.
: Konsumen 3) Pola 3
Pola 3 adalah pola yang menunjukkan
Gambar tersebut menunjukkan bagai- adanya hubungan antar produsen ke-
mana pola segmentasi pasar mereka, pola pada konsumen. Dalam pola ini, pro-
hubungan antar sesama pengrajin batu ni- dusen akan menjual produknya ke pro-
san dan pola hubungan antar pengrajin batu dusen lainnya.Produsen yang bertindak
nisan dengan konsumennya. sebagai pembeli batu nisan disebut
tengkulak. Dalam pola ini, produsen
1) Pola 1 hanya akan menjual produknya ke
Pola 1 menunjukkan adanya persaing- tengkulak. Setelah produk sampai ke
an antara sesama produsen. Hal ini di- tangan tengkulak,tengkulak inilah yang
gambarkan dengan adanya dua produ- nantinya akan menjual secara langsung
sen yang mengacu kepada satu konsu- kepada konsumen. Sehingga proses
men. penjualan pada pola ini melalui teng-
Pola ini dapat pula mengindikasikan a- kulak.
danya hubungan yang negatif. Hubu- 4) Pola 4
ngan yang tidak baik ini terwujud da- Pola 4 hampir memiliki kesamaan de-
lam berbagai bentuk, seperti proses ngan pola 3. Namun, pada pola ini, pe-
penghambatan proses produksi dan pe- ngrajin batu nisan menjual produksnya
ngintimidasian produk batu nisan milik ke tengkulak dan konsumen. Harga
produsen lain melalui konsumen. Pola yang dijual kepada tengkulakakan le-
seperti ini akan menimbulkan dampak bih murah jika dibandingkan harga jual

106
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

langusng kepada konsumen. Pengrajin minal Tirtonadi. Tempat-tempat usaha ter-


batu nisan dalam hal ini akan lebih sebut menjadikan kesan ‘kumuh’. Sehingga
berani menjual produk batu nisannya pemerintah daerah mengambil kebijakan
dengan harga yang lebih murah atau untuk melakukan relokasi terhadap peng-
dengan laba yang sedikit kepada bakul. rajin batu nisan tersebut. Seperti penuturan
Hal ini dikarenakan para bakulakan Bapak Sarbiyanto berikut ini.
membeli batu nisan dalam jumlah yang “Wah iya, baru aja kok itu (relokasi
banyak. Sehingga mereka rela menda- pengrajin batu nisan). Baru 8 tahunan.
patkan laba yang sedikit di setiap pen- Ya sekitar tahun 2004/2005. Itu yang
jualan satu item batu nisannya. direlokasi khusus buat yang gak punya
5) Pola 5 lahan. Terus dipindah di depan TPU
Pola 5 menunjukkan bahwa produsen Bonoloyo sana”
mampu mendapatkan kepercayaan Relokasi tersebut menimbulkan dam-
konsumen, sehingga produsen pada po- pak terhadap jumlah pengrajin batu nisan di
la ini akan lebih mudah mendapatkan kawasan Kampung Gondang. Jika sebelum
konsumen. Hal ini bisa terjadi apabila relokasi pengrajin ini berjumlah 31, setelah
produsen memiliki skill khusus dalam direlokasi pengrajin batu nisan di Kampung
membuat batu nisan. Skill inilah yang Gondang hanya berjumlah 10-11 orang.
nantinya akan menghasilkan produk Selain itu, relokasi ini juga menyebabkan
batu nisan dengan kualitas yang ber- persebaran pengrajin batu nisan di Kota
beda. Jika produsen lainnya hanya me- Surakarta. Sehingga konsumen dapat mem-
neruskan pembuatan model batu nisan beli batu nisan di berbagai tempat, seperti
yang sudah ada, maka produsen pada di kawasan TPU Bonoloyo dan beberapa
pola 5 ini akan membuat inovasi baru TPU lain.
dalam membuat produk batu nisan. Relokasi ini tidak sepenuhnya memba-
Pada sebagian orang, mengeluarkan bi- wa pengaruh positif terhadap usaha ke-
aya lebih untuk mendapatkan produk berlangsungan usaha mereka. Banyak pe-
dengan kualitas terbaik tidak menjadi ngrajin batu nisan yang akhirnya harus “gu-
suatu masalah besar. Sehingga peng- lung tikar” akibat lokasi baru tersebut. Hal
rajin batu nisan pada pola 5 ini akan ini diperkuat dengan ungkapan Bapak Anto
menjual produknya dengan harga yang berikut.
fantastis. Harga yang diberlakukan “Iya trus pengrajin disini berkurang
biasanya berlipat-lipat jika disbanding- (setelah relokasi). Trus aku sajane yo
kan dengan harga produk batu nisan dapet jatah tanah di sana. Tapi Cuma
pada umumnya. 2x3 meter. Lha saiki nek produksiku
Temuan pola tersebut sejalan dengan akeh, dikei lahan mung semono yo
kajian Pratama (2014) yang mengungkap- cukup 3 kijing tok to, Dek. Trus yo ra
kan bahwa interaksi yang kompleks terjadi tak ambil. Kui banyak yang pindah
dengan terlebih dahulu menyesuaikan ter- kesana trus nggak kerasan akhirnya
hadap persepsi dan perilaku serta institusi banyak yang collapse”
yang meliputinya. Dari penuturan Bapak Anto, dapat di-
tarik kesimpulan bahwa lokasi strategis dan
Pola Interaksi Pengrajin Batu Nisan de- tempat yang luas dibutuhkan dalam ber-
ngan Pelaku Non Pasar bisnis batu nisan ini.
Usai relokasi dilakukan, pemerintah ti-
Terpusatnya pengrajin batu nisan sem-
dak lagi melakukan campur tangan dalam
pat berdampak buruk bagi tata kota di Kota
pengembangan usaha ini. Bapak Sarbiyanto
Surakarta. Sebab pengrajin batu nisan mu-
juga memperkuat dengan penuturannya be-
lai memaksakan diri untuk membangun
rikut ini mengenai peran pemerintah da-
tempat-tempat usaha di kawasan Kampung
erah.
Gondang yang lokasinya dekat dengan Ter-

107
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

“Belum ada. Dulu pernah malah, sem- ra pengrajin batu nisan, dan ongkos tenaga
pat itu dikumpulkan semua pengrajin penggali kubur serta ongkos untuk juru
kijing di Gondang untuk berkumpul di kunci.
Balai Kota. Mau ada sosialisasi lara- Sesuai dengan Perda No. 9 tahun 2011
ngan memakai kijing, tapi belum finish tentang retribusi daerah sub pemakaman u-
sampai sekarang. Kalo tak kiro, itu gak mum daerah Surakarta, biaya untuk bedah
bakalan bisa. Soalnya itu kan budaya bumi adalah sebesar Rp 150.000,00. Na-
dalam menghormati leluhur.” mun pemaksaan biaya tenaga kerja oleh ok-
Melekatnya budaya Jawa di kalangan num-oknum di pemakaman umum menjadi
masyarakat, membuat batu nisan sulit untuk hal yang kerap kali ditemukan. Permainan
dihapuskan keberadaannya. Namun lahan seperti ini juga diceritakan oleh Bapak An-
pemakaman umum semakin menyempit. to.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah “Dulu to Dek, aku yo pernah ngurusi
daerah sudah menyiapkan berbagai wacana. meninggale anake omku. Aku kan se-
Kepala Seksi Pemakaman Umum, Bapak belume belom pernah berhubungan sa-
Totok Mulyoko menjelaskan kebijakan me- ma bedah bumi to. Kui sing pertama.
ngenai pemakaman sebagai berikut. Nah aku cari lubang tanah di Bono-
“Lahan pemakaman kita sekarang loyo, trus itu harus bayar retribusi Rp
udah tambah sempit. Makanya peme- 150.000,00. Di sana kan juru kuncine
rintah sekarang bikin kebijakan untuk tukang gali kubure enek songo. Lha kui
penggunaan sela-sela. Trus sama me- yo dikei Dek. Nek per wong seket ewu
nggunakan makam-makam yang sudah (Rp 50.000,00), yo tinggal dikali. Trus
tidak dirawat. Terus sama pelarangan mengko biasane sing nggarap (meng-
adanya cungkup dan pamijen. Lara- gali tanah) kui paling mung wong telu.
ngan keras itu untuk pamijen sama cu- Tapi tetep kudu bayar wong songo o-
ngkup, semua sudah diatur di Perda.” rang mau.”
Pamijen merupakan pemesanan lahan (Dulu saya juga pernah mengurus me-
tanah bagi suatu keluarga. Sistemnya, se- ninggalnya anak om saya. Saya sebe-
seorang akan mematok lahan seluas 100 lumnya belum pernah berhubungan de-
meter misalnya. Lahan itu nantinya hanya ngan bedah bumi. Iru pertama kalinya.
diperbolehkan untuk tempat peristirahatan Kemudian saya mencari lubang tanah
akhir bagi kelurganya saja. Sehingga pami- di Bonoloyo, kemudian saya harus ba-
jen akan menghambat dibangunnya makam yar retribusi Rp 150.000,00. Disana a-
bagi orang lain yang tidak termasuk dalam da juru kunci dan penggali kubur, to-
trah keluarga. Pamijen ini nanti yang akan talnya 9 orang. itu juga harus dikasih
mempersempit lahan pemakaman. Lahan Dek. Kalau satu orang Rp 50.000,00 ya
pemakaman tidak bisa berkembang, namun tinggal dikalikan. Lalu biasanya yang
angka kematian juga tidak bisa ditekan. mengerjakan (menggali lubang) itu ha-
Pelaku non pasar, tidak hanya meliputi nya tiga orang. tapi tetap harus mem-
pemerintah daerah, namun juga para pe- bayar 9 orang tadi)
tugas yang ada di pemakaman. Pengrajin Pemaksaan seperti ini juga akan meng-
batu nisan juga melakukan interkasi sosial hasilkan ancaman tindakan anarki dari para
terhadap petugas pemakaman. Pembeli batu oknum apabila permintaannya tidak dipe-
nisan yang membeli melalui pengrajin, bi- nuhi. Tindakan ini dapat berupa perusakan
asanya meminta pengrajin untuk sekaligus batu nisan sampai dengan penghambatan
memasangkannya. Di dalam pemasangan proses pemasangan batu nisan. Peng-
batu nisan ini, terdapat biaya-biaya lebih hambatan proses pemasangan batu nisan
yang dibebankan kepada pembeli batu ni- berupa tidak diperbolehkannya mengambil
san atau konsumen. Antara lain biaya re- air dari pemakaman tersebut. Tidak disedia-
tribusi bedah bumi, ongkos tenaga kerja pa- kannya penggali kubur serta tidak dise-

108
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

diakannya tanah untuk mereka membangun sa maupun ekspresi keberagamaan lainnya.


nisan. Hal ini jelas melanggar ketentuan da- Kebudayaan berpengaruh besar terha-
erah. Menurut peraturan daerah, orang yang dap keberlangsungan usaha pengrajin batu
sudah membayar retribusi berhak men- nisan. Termasuk dalam memproduksi batu
dapatkan haknya, yaitu tanah. Namun jika nisan. Mereka akan menambah jumlah pro-
kemauan pihak-pihak pemakaman tidak duksi batu nisannya ketika permintaan me-
dipenuhi, hal-hal seperti inilah yang akan ningkat. Meningkatnya produksi batu nisan
terjadi. Tindakan meminta sejumlah uang ini berkaitan dengan kepercayaan dalam
secara paksa merupakan pemerasan yang paham spiritual Jawa. Biasanya para peng-
seharusnya ditindak secara tegas oleh pe- rajin batu nisan ini akan menambah pro-
merintah. duksi mereka pada bulan-bulan tertentu, se-
Dalam hal ini, pemerintah daerah suai dengan kepercayaan mereka. Mereka
sebenarnya sudah memberikan rambu-ram- mempercayai bulan-bulan tertentu dan
bu mengenai penarikan pajak retibusi dae- mempercayai bahwa bulan tersebut adalah
rah. Seperti penuturan Kepala Seksi Pema- bulan yang baik untuk mengganti atau me-
kaman Umum, Bapak Totok berikut ini. masang batu nisan bagi leluhur mereka. Hal
“Sebenernya kalo masalah biaya be- ini diperkuat dengan penuturan Bapak An-
dah bumi itu sudah diatur di Perda No to.
9 Tahun 2011, untuk retribusi pema-
kaman cuma Rp 150.000,00. Dan kita “Dek, oiya, ada bulan-bulan tertentu
udah mengantisipasi kalo ada juru ku- orang cari kijing. Biasanya bulan Ru-
nci atau oknum-oknum nakal. Jadi di wah, nah tiap daerah ki bedo-bedo
setiap TPU di Solo itu sudah kita pa- Dek…Nek ngawi ki malah bedo. Nek
sangi Perda dan struktur kru yang ada Ngawi itu malah pas bulan puasa
di pemakamannya. Jadi juru kuncinya boleh ganti kijinge…”
satu, trus nanti tenaga kerja penggali
(Dek oh iya, ada bulan-bulan tertentu
kuburnya siapa aja itu udah lengkap.
orang mencari batu nisan. Biasanya
Tapi kalo misal masih ada oknum yang
bulan Ruwah. Nah setiap daerah beda-
bermain ya itu diluar kendali kita.”
beda, Dek..Kalau Ngawi justru pada
Dari penjelasan tersebut dapat disim-
bulan puasa mengganti batu nisannya)
pulkan bahwa biaya yang sebenarnya diwa-
jibkan hanya biaya retribusi pemakaman Dari penjelasan Bapak Anto, masya-
saja. Antisipasi yang sudah dilakukan pe- rakat Jawa hanya memasang batu nisan pa-
merintah ternyata tidak bisa membuat para da bulan-bulan tertentu. Masyarakat di se-
oknum-oknum ilegal ini berhenti beropera- tiap daerah, memiliki kepercayaan yang
si. berbeda-beda mengenai bulan dalam me-
masang atau menggati batu nisan. Masya-
Pengaruh Budaya Jawa Terhadap Kera- rakat di wilayah Jawa Tengah, memper-
jinan Batu Nisan cayai bahwa bulan Ruwah adalah bulan
Sebagian besar masyarakat Jawa me- yang baik. Bulan Ruwah merupakan satu
meluk agama Islam. Faktor yang men- bulan sebelum Bulan Ramadhan (bulan pu-
dorong munculnya agama Islam di Jawa asa bagi umat muslim) tiba. Masyarakat di
adalah animisme dan Hinduisme, maka ma- Jawa Tengah percaya, jika mereka harus
suk akal jika “warna dan cita rasa” agama mensucikan diri sebelum puasa. Salah satu
Islam yang berkembang di Jawa bernuansa cara mensucikan diri adalah berkunjung ke
animisme dan Hinduisme. Hal ini bisa dili- makam untuk mendoakan orang tua atau le-
hat hingga sekarang dalam berbagai sistem luhurnya yang sudah meninggal.
ritual Jawa, sepertislametan dengan berba- Sedangkan masyarakat Jawa Timur,
gai bentuknya, baik slametan dalam rang- mempercayai bahwa bulan baik untuk me-
kaian acara mantenan, khitanan, bersih de- ngganti batu nisan adalah bulan Syawal.

109
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Pada bulan bulan ini, para pengrajin batu nya dengan memasang batu nisan, dijelas-
nisan akan bertambah permintaannya. Me- kan oleh Bapak Anto berikut ini.
nurut masyarakat yang berada di Jawa Ti-
mur, melakukan pemasangan batu nisan a- “Bangun kijing ki yo ora isoh sem-
tau penggantian lebih baik ketika leluhur barangan Dek. Kudu wes mantu”
mereka berada di rumah. Menurut keperc- (membangun batu nisan di atas makam
ayaan mereka, ketika bulan Syawal tiba, juga tidak bisa sembarangan. Yang me-
roh leluhur mereka akan pulang ke rumah. mbangun harus sudah pernah meni-
Sehingga mereka selalu melakukan pema- kahkan anaknya)
sangan atau penggantian batu nisan leluhur-
Pernyataan ini diperkuat oleh Bapak
nya pada bulan Syawal.
Sarbiyanto berikut ini.
Selain melakukan penggantian atau pe-
mbenahan batu nisan pada bulan-bulan ter- “Ada. Pantangan buat yang keluarga-
tentu, masyarakat Jawa juga memiliki ritual nya itu cuma satu. Suatu keluarga ga
dalam melakukan ziarah ke makam orang boleh ngijing kalo belum mantu. Jadi
tua atau leluhurnya. Ritual tersebut ber- misale koyo aku, bapakmu, itu pantang
beda-beda setiap daerah. Seperti penuturan ngijing. Soale belum mantu.”
Bapak Anto berikut ini.
“...Kalo Solo, itu biasanya bersih-ber- Dari penjelasan kedua narasumber,
sih makam. Nek Klaten itu biasane ba- dapat diketahui bahwa masyarakat Jawa
wa sesajen, sesajene kui isine sego gu- mempercayai bahwa seseorang yang diper-
rih, ingkung, gedang rojo setangkep bolehkan untuk membangun batu nisan di
karo jajan-jajanan pasar. Nah mengko atas makam adalah orang yang sudah per-
dikumpul di sarean ditata trus bersih- nah menikahkan anaknya. Kepercayaan
bersih. Selesai itu nanti dimakan wong mengenai pemasangan batu nisan tidak
sakdeso neng makam...” berhenti sampai permasalahan tersebut.
(Jika di Solo, biasanya bersih-bersih Masyarakat di berbagai daerah percaya,
makam. Jika di Klaten, biasanya mem- bahwa memasang batu nisan harus sesudah
bawa sesaji. Sesaji tersebut berisi nasi upacara selametan nyewu atau peringatan
gurih, ayam ingkung, pisang raja satu seribu harinya.
tangkep, dan jajanan pasar. Nah nanti
dikumpulkan dan ditata di pemakaman, Hal ini sebenarnya bertujuan untuk
lalu bersih-bersih. Selesai bersih-ber- menguatkan tekstur tanah.Ketika tanah ya-
sih, sesaji tadi dimakan orang satu desa ng baru selesai digali, akan bersifat lebih
di makam) labil. Sehingga tidak kuat untuk menopang
batu nisan di atasnya. Namun seiring de-
Dalam penuturan Bapak Anto, ma- ngan kemajuan tekhnologi, banyak orang
syarakat di Kota Solo biasa berziarah untuk sudah mulai meninggalkan adat memasang
berdoa dan kebiasaan yang mereka lakukan batu nisan setelah nyewu. Mengenai hal ini,
hanya sebatas membersihkan makam orang Bapak Anto juga memberikan penjelasan
tua atau leluhurnya. Sedangkan di Kota seperti berikut.
Klaten, lebih cenderung menggunakan ke-
sempatan ziarah mereka untuk memberikan “Nah kui ben tanahe ki stabil Dek.
sesaji3. Sesaji ini akan dipersembahkan ke- Ben tanahe padet, baru dikijing. Tapi
pada leluhur mereka dan kemudian sesaji orang sekarang baru meninggal gitu
tersebut akan dimakan bersama-sama di pe- langsung dikijing. Soalnya nek ora di
makaman. Kegiatan ini biasa mereka laku- kijing, tanahe bisa diambil orang. Trus
kan pada Bulan Ruwah. kadang kan wong jaman mbiyen nek
meninggale seloso kliwon ngono kudu
Kepercayaan lain yang juga sampai sa- ditunggu Dek. Dinggo golek pesu-
at ini masih dijunjung tinggi dalam kaitan- gihan4 kui lho. Lha nek saiki kan isoh

110
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

langsung dikijing, dadi raisoh dibong- hi jumlah produksi, sampai dengan


kar. Sopo yoan sing isoh bongkar ki- proses pemasangan batu nisan.
jing sewengi. Wong dicor kui.”
(Nah itu biar tanahnya stabil, Dek, biar Saran
tanahnya padat, baru dipasang batu 1) Perlu dibentukanya suatu organisasi a-
nisan. Tapi orang sekarang, baru me- tau paguyuban khusus untuk pengrajin
ninggal bisa langsung dipasang batu batu nisan ini. Tujuannya adalah agar
nisan. Karena kalau tidak dipasang ba- mereka memiliki kesepakatan harga se-
tu nisan, tanahnya bisa diambil orang. cara langsung antar sesama pengrajin
Kadang-kadang, orang jaman dulu batu nisan.
kalau meninggalnya hari Selasa Kli- 2) Pemerintah perlu campur tangan di da-
won gitu harus ditunggu Dek. Karena lam keberlangungan usaha ini. Karena
banyak yang mencari pesugihan. Kalau bagaimanapun juga, pengrajin batu ni-
sekarang kan bisa langsung dipasang san ini juga masih tetap dibutuhkan ek-
nisan, jadi tidak bisa dibongkar. Siapa sistensinya bagi masyarakat Surakarta.
juga yang mau membongkar batu nisan 3) Pemerintah harus menindak dengen
satu malam. Itu kan dicor) tegas oknum-oknum illegal yang ber-
Penjelasan Bapak Anto mengenai batu main di dalam proses pemakaman. Se-
nisan yang bisa langsung dipasang, yang lain merugikan masyarakat, keberada-
pertama bertujuan untuk menjaga tekstur an oknum-oknum ini juga melanggar
tanah. Yang kedua adalah untuk menjaga a- aturan pemerintah daerah.
gar makam tidak dibongkar oleh orang ya-
ng ingin mencari pesugihan. DAFTAR PUSTAKA

5. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SA- Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti


RAN, DAN BATASAN Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.
Kesimpulan Denzin, Norman K. Dan Yvonna S.
1) Terdapat 5 pola interaksi yang terjadi
Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative
antara pelaku pasar yang meliputi kon-
Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
sumen, pengrajin batu nisan dan teng-
kulak. Meski berbeda, pola tersebut Donny. (2005). Fenomenologi dan Herme-
mengarah ke arah yang sama, yaitu neutika: Sebuah Perbandingan. Jurnal Eko-
mendapatkan laba dan memenuhi ke- nomi Pembangunan.
butuhan masyarakat akan batu nisan.
2) Terdapat pola interaksi antara peng- Fukuyama, Francis. (1995). Trust : The
rajin batu nisan dengan pelaku non pa- Social Virtues and the Creation of Pros-
sar yang meliputi pemerintah dan pen- perity. NY: Free Press.
jaga pemakaman. Pemerintah akan me-
ngatur bagaimana sistem dari pemaka- Hasbullah, Jousairi. (2006). Sosial Capital
man, sehingga hal ini juga akan berpe- (Menuju Keunggulan Budaya Manusia In-
ngaruh terhadap penjualan batu nisan. donesia). Jakarta: MR United Press.
Penjaga pemakaman akan membantu Husserl, Edmund. (1962). Ideas: General
pengrajin batu nisan dalam mendapat- Introduction to The Pure Phenomenology.
kan konsumennya. United State of America: Collier Books
3) Kebudayaan Jawa berpengaruh besar Edition.
dalam keberlangsungan usaha pengra-
jin batu nisan. Adanya berabgai keper- Koentjaraningrat. (2005). Manusia dan Ke-
cayaan pada saat memasang batu nisan budayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan.
mempengaruhi jumlah produksi batu
nisan. Kebudayaan akan mempengaru- Koentjaraningrat. (1990). Metode-Metode

111
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret2015
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Penelitian Masyarakat. Jakarta: Pustaka Ja-


ya.
Mawardi. (2007). Peranan Sosial Capital
dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam Vol 3,
Nomor 2.
Pratama, Y.P., Suman, A., Manzilati, A.
Lahan Tetelan: Kajian Interaksi Simbolik
Kemitraan Antara Perhutani dengan Ma-
syarakat (Studi Kasus Desa Tambaksari,
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabu-
paten Malang). Jurnal Dinamika, Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol. 8 No.29
halaman 1-32
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Pene-
litian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakar-
ta: Graha Ilmu.
Schutz, Alfred. (1970). On Phenomenology
and Social Relations. Chicago: The Uni-
versity of Chicago Press.
Soekanto, Soerjono. (2002). Sosiologi Sua-
ra Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Per-
sada.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian K-
ualitatif. Bandung: ALFABET.
Sumbullah. (2012). Islam Jawa dan Akul-
turasi Budaya: Karakteristik, Variasi, dan
Ketaatan Ekspresif. Jurnal El harakah Vol.
14 No. 1.
Sutisna. (2002). Perilaku konsumen dan
Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Re-
maja Rosdarkarya Offset.
Sutopo. (2006). Peneltian Kualitatif: Dasar
Teori dan Terapannya dalam Penelitian.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret Su-
rakarta.
Woolcoock, Michael. (1998). Social Cap-
ital and Economic Development, Theory
and Society 27 pp 151-208.

112

You might also like