You are on page 1of 13

JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang

Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81

JAPANEDU:
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
http://ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/index

The Perception of Japanese Language Education Students


About Microteaching

Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi


Japanese Language Department, Universitas Pendidikan Ganesha, Jalan Ahmad Yani, Singaraja, Indonesia
desak.mardani@undiksha.ac.id., nym.padmadewi@undiksha.ac.id

ABSTRACT
Microteaching is one of the subject matters to prepare student teachers. Many publications confirm the function and
importance of microteaching in improving the student teachers’ teaching skills. However, publication on the perception of
Japanese Language Education students about microteaching is still limited, despite its importance in guiding the students
for better improvement. This study aimed at analyzing the students’ perception on the implementation of microteaching at
the Japanese Language Education in a university in Bali on 2018. This study used qualitative research, and the data collected
by questionnaire and interview. The results of the analysis showed that holistically, the students have postive perception and
microteaching is perceived as very useful to improve the student teachers’ teaching skills. The instrumens used are not only
relevant to assess the progress and the achievement of the student teachers but also can function as guideline for students on
what to do in improving the teaching skills.

KEYWORDS
Microteaching; Students’ perception; Japanese Language Education.

ARTICLE INFO
First received: 20 August 2020 Final proof accepted: 30 November 2020
Available online: 31 December 2020

PENDAHULUAN paling lama sampai dengan tahun pelajaran


2019/2020.
Telah menjadi kebijakan nasional di Indonesia Hasil observasi di sekolah-sekolah negeri di
bahwa Kurikulum 2013 (K-13) mulai Bali, status bahasa Jepang tidak dimasukkan
diberlakukan di beberapa sekolah sejak tahun sebagai mata pelajaran wajib tetapi dimasukkan
2013 dan mulai digunakan secara serentak di sebagai peminatan yang dilakukan di SMA/K.
seluruh Indonesia. Pasal 4 Permendikbud No Memiliki status sebagai peminatan, guru bahasa
160/2014 tentang pemberlakuan Kurikulum Jepang harus mampu mengajarkan bahasa
2006 dan Kurikulum 2013 menyatakan bahwa Jepang secara komunikatif agar setelah tamat
Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan siswa mampu menggunakan bahasa Jepang
Menengah dapat melaksanakan kurikulum 2006 dalam hidup mereka. Sedangkan dalam
69 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi,
The Perception of Japanese Language Education Students About Microteaching

Kurikulum 2006, bahasa Jepang adalah mata Centre for Teaching and Learning, Harvard
pelajaran bahasa asing dan proses Univeristy menyatakan bahwa microteaching
pembelajarannya dilakukan lebih bersifat formal adalah praktek pembelajaran yang memiliki
dan teoritis. Dengan demikian, dengan tujuan untuk memberikan instruktur (calon
statusnya sebagai peminatan, pembelajaran guru) rasa percaya diri, dukungan, dan masukan
bahasa Jepang harus disesuaikan, dan guru dengan memberikan kesempatan kepada
pengajar harus memiliki kompetensi mereka mempraktekkan bagian demi bagian
pembelajaran yang menghasilkan siswa untuk dari apa yang telah direncanakan bersama
mampu menggunakan bahasa Jepang dalam teman mereka. Idealnya sesi microteaching
konteks kehidupan nyata (tidak hanya bersifat dimulai sebelum hari pertama perkuliahan
teoritis dan struktural) yang bisa dipakai sebagai dimulai, direkam untuk bisa direviu secara
bekal dan dasar untuk studi lanjut maupun individual bersama dosen yang berpengalaman.
untuk bekerja. Microteaching merupakan cara yang cepat,
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan efisien, menarik dan terbukti mampu membantu
di sekolah tempat mahasiswa melakukan calon guru mulai mengajar dengan awal yang
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di kota baik. “Microteaching is organized practice teaching.
Singaraja, dapat dinyatakan bahwa proses The goal is to give instructors confidence, support, and
pembelajaran masih bersifat konvensional dan feedback by letting them try out among friends and
kurang kontekstual. Dengan kata lain, colleagues a short slice of what they plan to do with
mahasiswa calon guru masih sangat tergantung their students. Ideally, microteaching sessions take
pada buku teks/lembar kerja siswa (LKS) dan place before the first day of class, and are videotaped
belum mampu secara inovatif melaksanakan for review individually with an experienced teaching
pembelajaran yang berpusat pada siswa (students consultant. Microteaching is a quick, efficient, proven,
centred approach). Oleh sebab itu perlu upaya and fun way to help teachers get off to a strong start”
kongkret untuk meningkatkan keterampilan (http://boxcentre.harvard.edu).
mahasiswa calon guru agar mampu mengajar Konsep microteaching juga dijelaskan oleh
bahasa Jepang secara lebih inovatif, menarik University of Guelph dari sisi pelaksanaannya di
dan mampu menghasilkan siswa yang mampu kelas (www.tss.uoguelph.ca). Dinyatakan
berbahasa Jepang, seperti yang dinyatakan bahwa microteaching merupakan bentuk latihan
dalam standar proses Kurikulum 2013 pengajaran dimana kelompok kecil mahasiswa
(Permendikbud no 81a tahun 2013). saling merekam dan mengobservasi praktek
Ada tiga komponen yang dicakup dalam pembelajaran satu sama lain, memberikan
Standar Proses Kurikulum 2013 yaitu yang masukan, terlibat dalam diskusi dengan tujuan
berkenaan dengan perencanaan pembelajaran, untuk meningkatkan kemampuan mereka
dan pelaksanaan pembelajaran yang harus dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam
menggunakan pendekatan saintifik (yang diatur microteaching, mahasiswa diberikan kesempatan
kembali dalam Permendikbud No 103/2014 untuk mempraktekkan keterampilan
tentang pembelajaran pada pendidikan dasar instruksional dalam lingkungan pembelajaran
dan pendidikan menengah), dan tentang yang berpusat pada siswa serta memiliki tujuan
penilaian (yang diatur dalam Permendikbud No untuk memperkuat pendekatan mahasiswa
104 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik tentang pembelajaran, mengidentifikasi
pada pendidikan dasar dan pendidikan kekuatan dan kelebihan mahasiswa melalui
menengah). Dengan adanya aturan-aturan baru refleksi dan diskusi, memperkaya pemhaman
tersebut, pihak Jurusan Pendidikan Bahasa dan keterampilan mahasiswa tentang berbagai
Jepang harus melakukan upaya agar lulusannya gaya mengajar yang efektif dan meningkatkan
memiliki kompetensi untuk mampu kemampuan mahasiswa untuk memberikan dan
menjalankan kebijakan yang dinyatakan dalam menerima masukan yang efektif. Microteaching
peraturan Kementrian Pendidikan dan merupakan teknik latihan untuk belajar menjadi
Kebudayaan Republik Indonesia. Salah satu guru (Bello & Ayelaagbe, 2015); latihan untuk
upaya yang dilakukan adalah mencermati dan menjadi guru baik untuk calon guru maupun
memberdayakan mata kuliah Microteaching untuk guru dalam jabatan (Ghafoor dkk., 2012).
sebagai muara keterampilan pedagogik dan Berdasarkan kutipan tersebut, inti mata
persyaratan untuk melakukan praktek mengajar kuliah microteaching adalah mempraktekkan
di sekolah. bagian demi bagian keterampilan mengajar
secara mikro, berulang, dan direviu oleh teman
70 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81

sekelas dan dosen pengampu mata kuliah. tetapi persepsi mahasiswa Pendidikan Bahasa
Dengan demikian ada beberapa keterampilan Jepang terhadap pelaksanaan pembelajaran
dasar yang dipilah untuk dilatih dan microteaching belum banyak dipublikasikan.
dipraktekkan secara terpisah agar nanti Penelitian terkait persepsi pembelajaran
keterampilan-keterampilan dasar yang sudah microteaching bahasa Jepang pernah dilakukan
terlatih bisa membentuk kompetensi pedagogik oleh Arismayanti, Padmadewi, dan Hermawan
yang memadai. (2016), dimana diketahui bahwa dalam
Menurut PACE (Partnership for Advance pembelajaran microteaching di Pendidikan
Clinical Education), keterampilan dasar dalam Bahasa Jepang, Universitas Pendidikan
microteaching dikelompokkan menjadi 6 Ganesha, mahasiswa tidak diberikan
keterampilan yaitu 1) Set induction (apersepsi), 2) keterampilan mengajar yang mengarahkan
planning (membuat perencanaan), 3) presentation pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum
(keterampilan melakukan presentasi), 4) Pupil 2013. Penelitian ini kemudian menjadi salah
presentation (presentasi siswa), 5) penggunaan satu dasar penelitian yang dilakukan oleh
media Audio Visual, dan 6) Closure (penutup). Padmadewi dan Mardani (2017).
Keterampilan tersebut dilatih di tiap-tiap sesi Untuk merespon tuntutan Kurikulum 2013,
untuk pertemuan sekitar 5-10 menit untuk di upaya kongkret strategis yang bisa dilakukan
kelompok terdiri dari sekitar 4-10 orang adalah mereviu mata kuliah microteaching
(chs.uonbi.ac.ke). selaku muara dari semua mata kuliah keguruan
Pendapat lain tentang keterampilan dasar sebagai wadah untuk menggodog calon guru,
microteaching di Jiaxing University China, terdiri dan menyesuaikan model pelaksanaan
dari: 1) teknik memberikan reinforcement, 2) pembelajarannya agar link dan match dengan
memvariasikan situasi stimulus, 3) keterampilan kebutuhan di lapangan. Hal ini sudah dilakukan
presentasi, 4) ilustrasi dan penggunaan contoh, melalui penelitian Padmadewi dan Mardani
dan 5) keterampilan menggali pertanyaan siswa (2017), dan penyesuaian materi microteaching
(Ping, 2013). Sedangkan Ghanaguru, Nair dan sudah dilakukan sejak 2017. Dalam penelitian
Yong (2013) menyatakan microteaching sebagai tersebut dihasilkan perangkat pembelajaran
upaya untuk menekankan pada praktek yang lengkap berupa: kontrak kuliah silabus,
pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa RPS (Rencana Program Semester), RTM
calon guru untuk menguji keterampilan (Rencana Tugas Mahasiswa), media
pedagogisnya yang diasimilasikan dalam pembelajaran (video dan powerpoint), buku ajar
konteks pembelajaran. serta buku panduan pelaksanaan pembelajaran
Berdasarkan kajian informasi di atas, dapat microteaching (di dalamnya terdapat rubrik
dinyatakan bahwa semua konsep tersebut penilaian pelaksanaan pembelajaran
mengacu pada muara tujuan yang sama bahwa microteaching). Keseluruhan perangkat tersebut
microteaching merupakan mata kulian untuk mengarahkan mahasiswa mempelajari dan
melatih keterampilan mengajar mahasiswa melatih pembelajaran sesuai dengan tuntutan
dengan mempraktekkan keterampilan- Kurikulum 2013. Perangkat microteaching ini
keterampilan dasar pedagogik dalam kelompok juga diinsersi dengan keterampilan Abad 21
kecil kemudian mendiskusikannya untuk yaitu 4C (communication, collaboration, creativity
perbaikan. Semua keterampilan dasar yang dan critical thinking) (Trilling & Fadel, 2009)
dilatih pada dasarnya mengacu pada tujuan serta disisipi oleh nilai-nilai karakter sehingga
yang sama yaitu terampil dalam mengajar. menjadi 5C. Penelitian tersebut sampai pada
Dengan kata lain siklus pembelajaran tahap penilaian perangkat pembelajaran oleh
microteaching seperti dipaparkan di atas ahli dan pengajar mata kuliah microteaching.
menekankan pada mempraktekkan Tetapi belum dilakukan sebuah penelitian
keterampilan dasar microteaching secara mikro, terkait tanggapan dan persepsi mahasiswa
yang kemudian diberikan masukan dari terhadap pelaksanaan microteaching yang telah
berbagai pihak sebelum kemudian diadakan disesuaikan tersebut. Oleh sebab itulah,
revisi perbaikan sebelum dipraktekkan kembali. penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan
Banyak penelitian telah dilakukan yang menganalisis persepsi atau tanggapan
menganalisis manfaat dan pentingnya mata mahasiswa tentang perkuliahan microteaching.
kuliah microteaching dalam pembentukan Diharapkan hasil penelitian ini bisa dipakai
keterampilan guru mengajar (Fernandez, 2005; sebagai bahan pertimbangan untuk
Kpanja, 2001; Kumar, 2016; Anthonia, 2014), penyempurnaan pelaksanaan pembelajaran
71 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi,
The Perception of Japanese Language Education Students About Microteaching

microteaching di perguruan tinggi Bali, sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN


tahap lanjutan dari penelitian Padmadewi dan
Mardani (2017) tentang penyesuaian Hasil Penelitian
pembelajaran microteaching. Hal ini sangat
penting dilakukan karena selama ini Untuk mendapatkan data yang menyeluruh,
pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia lebih persepsi mahasiswa dianalisis dari berbagai
banyak mendapat bantuan dari negara Jepang, aspek, yaitu persepsi tentang buku ajar yang
sedangkan peran dan fungsi bahasa Jepang digunakan dosen tanggapan terhadap proses
dalam Kurikulum 2013 lebih sebagai mata perencanaan microteaching dan juga terhadap
pelajaran untuk peminatan. Oleh sebab itu pelaksanaan microteaching secara umum.
mengetahui dan menganalisis persepsi Tabel 1 berikut ini adalah hasil analisis data
mahasiswa tentang pembelajaran microteaching yang ditunjukkan oleh mahasiswa mengenai
menjadi semakin penting. tanggapan mereka terhadap buku ajar yang
dipakai.

METODE PENELITIAN Tabel 1: Tanggapan mahasiswa dan dosen tentang


buku microteaching.
Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan
paradigma pendekatan embedded mixed method No Pertanyaan Standard
Mean
tipe (Creswell, 2009) dalam bentuk penelitian Deviation
ASPEK ISI
kualitatif dan didukung oleh analisis secara 1 Buku microteaching
kuantitatif. Tetapi pada penelitian ini, persepsi dan Panduannya 4.48 0.505
mahasiswa dianalisis secara kualitatif melalui mudah dipahami
wawancara dan kuesiner dan didukung oleh 2 Buku microteaching
analisis data melalui kuesioner. Populasi dan Panduannya
penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen mata menggunakan 4.25 0.438
kuliah microteaching untuk Jurusan Pendidikan informasi yang
Bahasa Jepang untuk perguruan tinggi di Bali. mudah dimengerti.
3 Instrumen penilaian
Perguruan tinggi yang memiliki jurusan
pada tiap-tiap
Pendidikan Bahasa Jepang di Bali adalah hanya keterampilan dasar
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). 4.85 0.357
relevan untuk
Jumlah kelas yang mempelajari mata kuliah menilai tiap-tiap
microteaching di Jurusan Pendidikan Bahasa keterampilan dasar
Jepang adalah dua (2) kelas yang berjumlah 22 4 Semua instrumen
dan 26 orang mahasiswa. Untuk meningkatkan yang digunakan
tingkat keterpercayaan terhadap data yang sesuai dengan 4.79 0.410
dikumpulkan, instrumen telah melewati uji ahli tujuan keterampilan
sebelum dipakai. Uji ahli dilakukan oleh pakar dasar mengajar.
5 Buku microteaching
pendidikan yang memiliki keahlian dalam
dan Panduan ini
pembelajaran microteaching bahasa asing, membantu
dimana hasilnya dinyatakan bahwa instrumen mahasiswa untuk
tersebut sangat layak digunakan untuk 4.54 0.504
memahami
memperoleh data terkait persepsi dan tanggapan pelajaran
mahasiswa tentang pelaksanaan pembelajaran microteaching dengan
microteaching. Data yang terkumpul lewat lebih cepat.
kuesioner dan wawancara dianalisis secara 6 Langkah-langkah
kualitatif dan juga didukung oleh perhitungan penggunaan tahapan
4.71 0.459
melaksanakan
persentase.
microteaching jelas.
7 Instrumen yang
dibutuhkan dalam
pembelajaran 4.75 0.438
microteaching
lengkap.
8 Instrumen yang
4.29 0.459
digunakan
72 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81

memberikan Tabel 2: Komentar Mahasiswa tentang Buku


kesempatan pada Panduan Microteaching.
mahasiswa untuk
menilai diri sendiri No Komentar Mahasiswa tentang buku
dan sejawat. panduan microteachng
9 Intrumen yang 1 Sangat bermanfaat
digunakan 2 Membantu sekali dalam membuat persiapan
membimbing mengajar
mahasiswa tentang 3 Sangat bagus merangsang proses
membuat 4.69 0.468 pembelajaran agar bisa mencetak guru
perencanaan (RPP), profesional
melaksanakan 4 Buku sangat menuntun mahasiswa
pembelajaran dan 5 Membantu mahasiswa dalam merancang
melakukan evaluasi. pembelajaran dan memahami keterampilan
10 Panduan dasar mengajar sehingga mahasiswa lebih
microteaching ini siap mengajar
memberikan 6 Membantu mahasiswa dalam memahami
4.77 0.425
kesempatan pada komponen dalam mengajar
mahasiswa untuk 7 Mudah memahami dan membuat
melakukan refleksi. mahasiswa mampu mengaplikasikan
Keseluruhan Aspek Isi 4.61 0.488 keterampilan mengajar dengan baik
ASPEK BAHASA
8 Sangat bermanfaat setiap komponennya
1 Buku microteaching lengkap, mahasiswa mudah menerapkan
dan panduannya 4.69 0.468 keterampilan-keterampilan dasar.
mudah dipahami 9 Sangat bermanfaat. Dari buku ini dapat
2 Buku microteaching dipelajari bagaimana langkah-langkah
dan panduannya menjadi guru yang baik, dan keterampilan
menggunakan 4.73 0.449 dasar yang harus dipelajari.
informasi yang
mudah dimengerti. Buku panduan seperti namanya memuat
3 Instrumen penilaian tentang langkah-langkah yang digunakan dalam
pada tiap-tiap
pembelajaran microteaching. Buku panduan
keterampilan dasar
4.35 0.483 memuat semua instrumen asesmen yang dipakai
relevan untuk
menilai tiap-tiap dalam melaksanakan setiap tahapan
keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran microteaching.
4 Semua instrumen Dengan buku ini, mahasiswa merasa sangat
yang digunakan terbantu dan bisa memahami dengan mudah
sesuai dengan 4.46 0.504 bagaimana semestinya pembelajaran
tujuan keterampilan microteaching dilakukan.
dasar mengajar. Untuk mendapatkan masukan yang lebih
Kesluruan Aspek Bahasa 4.56 0.498
rinci tentang implementasi mata kuliah
ASPEK ISI & BAHASA 4.60 4.91
microteaching, mahasiswa juga menjawab
kuesioner. Pada Tabel 3 berikut adalah data
Dari hasil analisis yang didapat pada Tabel
hasil analisis kuesioner penilaian mahasiswa
1, rata-rata penilaian terhadap isi dari buku yaitu
terhadap implementasi Mata Kuliah
4.61 dengan standar deviasi 0.488. Sementara
Microteaching Pendidikan Bahasa Jepang.
pada aspek bahasa diperoleh nilai rata-rata 4.56
dengan standar deviasi 0.498. Jika digabungkan,
nilai rata-rata penilaian aspek isi dan bahasa
yakni 4.60 dengan standar deviasi 4.91. Dengan
nilai rata-rata 4.60, mahasiswa dan dosen
beranggapan bahwa buku microteaching berada
pada kategori sangat baik.
Secara rinci, komentar mahasiswa tentang
buku panduan microteaching dideskripsikan di
Tabel 2.

73 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi,
The Perception of Japanese Language Education Students About Microteaching

Tabel 3: Penilaian Mahasiswa Terhadap sumber materi


Implementasi Mata Kuliah Microteaching online
Pendidikan Bahasa Jepang. Keseluruhan 4.48 0.500

No Pertanyaan Mean
Standard Dari hasil analisis penilaian mahasiswa
Deviation terhadap implementasi mata kuliah
1 Dengan microteaching, diperoleh nilai rata-rata 4.48
microteaching saya dengan standard deviasi 500. Ini menunjukkan
percaya saya 4.60 0.494 bahwa implementasi mata kuliah microteaching
menjadi terampil berada pada kategori baik.
dalam mengajar. Manfaat pembelajaran microteaching secara
2 Materi microteaching lebih rinci dinyatakan dalam Tabel 4.
yang dibuat sangat
bermakna bagi 4.77 0.425 Tabel 4: Respon mahasiswa terhadap manfaat
mahasiswa yang pelaksanaan pembelajaran microteaching.
belajar microteaching.
3 Melalui No Respon mahasiswa terhadap manfaat
microteaching, pelaksaan pembelajaran microteaching
mahasiswa menjadi 1 Pelaksanaan microteaching menyiapkan
yakin akan memiliki 4.90 0.309 mental sebelum menjadi guru.
keterampilan yang 2 Microteaching melatih mahasiswa bisa
memadai untuk mengajar, menilai diri sendiri, dan
menjadi guru. menyiapkan mental sebelum menjadi guru
4 Dengan yang professional.
microteaching 3 Meningkatkan mental untuk menjadi guru
keterampilan dasar yang profesional.
menjadi guru bahasa 4.31 0.468 4 Mahasiswa dapat belajar lebih awal tentang
Jepang dinyatakan berinterkasi langsung dengan siswa
berikut ini menjadi meskipun dengan teman sekelas. Mahasiswa
meningkat. mendapatkan gambaran tentang mengajar di
5 Melalui kelas, dapat belajar RPP dan media
microteaching pembelajaran, serta melatih kesiapan mental
keterampilan untuk menjadi guru bahasa Jepang.
4.21 0.410 5 Bisa melatih menjadi seorang guru yang
mahasiswa untuk
mengajar inovatif profesional dan bertanggung jawab dengan
menjadi meningkat. menerapkan keterampilan dasar mengajar,
6 Microteaching juga serta bisa meningkatkan rasa percaya diri.
melatih mahasiswa Mahasiswa paham komponen mengajar
untuk membuat seperti membuat RPP, memberi dan menilai
4.40 0.494 ujian dan sebagainya.
persiapan mengajar
dengan baik dan 6 Memahami bagaimana cara mengajar dan
benar. harus berani belajar dari kesalahan-
7 Microteaching juga kesalahan lewat refleksi yang diberikan.
meningkatkan 7 Menjadi tahu cara-cara mengajar yang baik,
kemampuan mengenal berbagai metode dan strategi yang
4.40 0.494 dipakai dalam mengajar.
mahasiswa calon
guru untuk menilai 8 Dapat melatih diri tentang cara mengajar di
pembelajaran. depan teman sekelas sebelum siap untuk
8 Microteaching PPL Riil
meningkatkan 9 Tahu bagaimana cara mengajar, percaya
keterampilan diri, dan merasa siap mental untuk terjun ke
mahasiswa dalam lapangan.
4.40 0.494
menyisip 10 Belajar tentang cara mengajar terutama
pendidikan karakter memilih strategi mengajar.
dan literasi dalam
pembelajaran. Di samping itu, mahasiswa juga
9 Microteaching juga memberikan komentar tentang dampak
meningkatkan pembelajaran microteaching terhadap
4.31 0.468
keterampilan keterampilan berbahasa Jepang mahasiswa.
mahasiswa mencari Dengan tuntutan simulasi pembelajaran bahasa
74 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81

Jepang, memberikan kesempatan kepada C = condition (jelas


mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan kondisi yang
mereka berbahasa Jepang. Tabel 5 berikut diinginkan).
menyajikan hasil tanggapan dari mahasiswa D = degree (jelas
terkait pembelajaran microteaching. tingkatan kompetensi
yang dingin dicapai).
Tabel 5: Tanggapan mahasiswa tentang dampak 4 Menggunakan 100%
pembelajaran microteaching terhadap keterampilan pernyataan tujuan yang
berbahasa Jepang. jelas.
5 Materi relevan dan 100%
No Tanggapan sesuai dengan tingkat
1 Meningkatkan keterampilan berbicara. perkembangan peserta
2 Meningkatkan penguasaan kosa kata. didik.
3 Meningkatkan cara memberikan perintah. 6 Sudah memperhatikan 42% 58%
4 Meningkatkan keterampilan berbahasa gerakan penguatan
Jepang. pendidikan karakter,
keterampilan belajar
Komentar yang diberikan pada Tabel 5 abad 21 dan “high order
semua mahasiswa sependapat bahwa simulasi thinking” siswa.
selama microteaching meningkatkan 7 Jelas apa pendekatan 100%
dan metode yang
keterampilan berbahasa mereka, meskipun
dipakai.
dalam kenyataannya (hasil observasi) 8 Jelas media dan alat 100%
mahasiswa sering merubah penjelasan ke dalam peraga yang digunakan.
bahasa Indonesia ketika mereka sulit 9 Langkah-langkah
menjelaskan dalam bahasa Jepang. pembelajaran yang
Untuk mendapatkan data yang digunakan:
komprehensif, pengambilan data tentang a. Jelas dan 100%
implementasi microteaching juga dilakukan mempermudah
secara rinci pada setiap tahap. Tabel 6 berikut ini pemahaman peserta
adalah hasil data yang diperoleh saat praktek didik.
b. Inovatif. 80% 20%
pembelajaran mikro/microtecahing.
c. Merangsang 60% 40%
Tabel 6: Asesmen Diri untuk Menilai Persiapan pemikiran tingkat
Mengajar. tinggi.
No Pernyataan Sudah Belum d. Memberikan 100%
1 Saya sudah mengacu 100% kesempatan peserta
pada silabus sebelum didik untuk
RPP ini dibuat. mempraktekkan
2 Saya sudah 100% penggunaan bahasa
menggunakan format asing yang dipelajari.
RPP terbaru yang e. Menggunakan 100%
berlaku di sekolah. pengelolaan kelas
3 Saya sudah 100% yang efektif.
mengembangkan f. Memberi kesempatan 100%
pernyataan Kompetensi kepada peserta didik
Inti dan Kompetensi untuk mengalami
Dasar menjadi sendiri dan
indikator yang merumuskan
operasional, yaitu yang pengetahuan barunya
mengandung unsur- berdasarkan
unsur berikut: pengalaman tersebut.
A = Audience (jelas siapa g. Menarik . 80% 20%
audien nya). 10 Asesmen
B = behavior ( ada a. Menilai sesuai 100%
perilaku jelas dan dengan materi yang
dinyatakan dengan kata diajarkan.
kerja operasional). b. Relevan. 100%
c. Otentik. 100%

75 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi,
The Perception of Japanese Language Education Students About Microteaching

d. Sesuai dengan 100% Tabel 7: Asesmen Diri untuk Menilai Proses


indikator . Persiapan (Pembuatan RPP).
e. Disertai contoh. 80% 20%
N
f. Ada rubrik penilaian. 100% Pernyataan Ya Tidak
o
11 Penutup
1 Waktu yang tersedia untuk 80% 20%
a. Membimbing peserta 100%
mengerjakan persiapan
didik untuk
mengajar cukup.
merangkum materi
2 Saya terampil mencari materi 58% 42%
yang diajar.
secara online.
b. Ada kegiatan 100%
3 Saya banyak menemukan situs 79% 21%
penutup
yang relevan untuk
mengembangan materi untuk
Persepsi mahasiswa tentang simulasi praktek bahan ajar saya.
mengajar, diawali dengan penilaian diri Diantaranya adalah (tulis contoh
terhadap persiapan mengajar yang dikerjakan situs yang sudah Anda coba):
oleh mahasiswa. Berdasarkan hasil asesmen a. https://www.nhk.or.jp
diri, dapat diketahui bahwa ada beberapa point b.
dari penilaian tersebut yang diyakini belum https://siriushades.wordpres
dipenuhi oleh mahasiswa. Misalnya 58% dari s. com
c. https://kelaskita.com
peserta (28 orang dari 48 mahasiswa) merasa
d. http://erlangga.co.id/compo
bahwa mereka belum mampu mengakomodasi nent/content/article9579.ht
gerakan penguatan pendidikan karakter, ml.
keterampilan belajar abad 21 dan “high order e. http://erlangga.co.id/compo
thinking” siswa dalam persiapan mengajar nent/content/article9578.ht
mereka. Sekitar 20% mahasiswa juga merasa ml.
belum inovatif. f. http://erlangga.co.id/compo
Karena proses pembuatan RPP dilakukan di nent/content/article9577.ht
luar jam pelajaran, maka sulit bagi dosen ml.
4 Bagi saya membuat persiapan 40% 60%
pengajar untuk mengontrol mahasiswa. Oleh
dalam kelompok lebih baik dari
sebab itu, sebagai bahan refleksi bagi mahasiswa bekerja sendiri.
dan dosen, maka instrumen 2 tentang asesmen 5 Saya tidak mengalami masalah 58% 42%
diri untuk menilai proses pembuatan RPP bisa dalam membuat persiapan
diberikan kepada mahasiswa. Tabel 7 6 Bagi saya membuat persiapan 10, 4% 89,6%
menyatakan hasil asesmen diri untuk menilai ini tidak efisien.
proses pembuatan RPP.
Hasil kuesioner asesmen diri tentang Keterampilan menjelaskan merupakan
persiapan membuat RPP dapat dinyatakan keterampilan yang memegang peranan sangat
bahwa mahasiswa belum terbiasa mencari penting bagi calon guru Bahasa Jepang karena
materi online karena sekitar 20 orang dari 48 kejelasan informasi yang disampaikan sangat
mahasiswa menjawab ‘tidak’ pada pernyataan tergantung pada kualitas bahasa Jepang dari
no 2. Dengan kata lain sekitar 28 dari 48 calon guru. Dari hasil penilaian asesmen sejawat
mahasiswa merasa terampil mencari materi yang tersaji pada tabel 8, dapat diketahui bahwa
online. Hasil wawancara memperjelas 60% (29 dari 48 mahasiswa) menyatakan bahwa
pernyataan 20 mahasiswa tersebut, dimana mahasiswa calon guru kadang-kadang
mereka merasa terlalu sombong jika menjawab menggunakan variasi dalam menjelaskan
dengan ‘ya’ karena meskipun mereka sudah sehingga kelas menjadi hidup dan menarik.
sering mencari materi online, mereka belum Dengan kata lain, simulasi yang dilakukan
berani mengatakan diri ‘terampil’. Hal yang mahasiswa tidak selalu menarik. Demikian juga
menarik adalah pendapat mereka tentang halnya dengan strategi menjelaskan memotivasi
membuat persiapan, 43 orang dari 48 peserta didik untuk bertanya dan berpikir kritis
mahasiswa menyatakan pembuatan RPP tidak dimana 60% menjawab ‘kadang-kadang’.
efisien karena RPP yang mereka buat yaitu RPP Dengan kata lain kedua hal tersebut, menurut
format sekolah sesuai dengan kurikulum 2013. mahasiswa, masih harus ditingkatkan.
Menurut mereka RPP bisa dibuat lebih
sederhana dan singkat.

76 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81

Tabel 8: Penilaian Asesmen Sejawat: Keterampilan pelajari untuk


Menjelaskan. meningkatkan
pembendaharaan kosa
N kata saya.
Pernyataan Ya Kadang Tidak
o
3 Saya suka 40% 60%
1 MCG memahami apa 100
mengerjakan kegiatan
yang dijelaskannya. % mandiri untuk
2 MCG 100 mempraktekkan
mendeskripsikan topik % bahasa asing yang saya
dengan tepat. pelajari tanpa disuruh
3 MCG menjelaskan 100 guru.
konsep dengan % 4 Saya suka menonton 20% 80%
menggunakan langkah- siaran dalam bahasa
langkah yang mudah asing yang saya
dipahami. pelajari untuk
4 Strategi menjelaskan 80% 20% menambah wawasan
yang digunakan MCG budaya bahasa target.
dalam melaksanakan 5 Saya suka menjalin 80 20%
pembelajaran bagus komunikasi dengan %
dan bermakna. penutur asli bahasa
5 MCG menggunakan 40% 60% asing yang saya
variasi dalam pelajari.
menjelaskan sehingga 4=sering, 3=biasanya, 2=kadang-kadang, 1=jarang,
kelas menjadi hidup 0= tidak pernah
dan menarik.
6 Gestur/gerak tubuh 80% 20%
Dari semua strategi yang dinyatakan,
dan ekspresi yang
digunakan MCG tepat. menjalin komunikasi dengan penutur asli
7 Struktur ide yang 100 dianggap paling sering dilakukan oleh
disampaikan MCG % mahasiswa. Hal ini bisa dimaklumi karena
jelas. ketersediaan sukarelawan penutur asli sangat
8 Pengelolaan waktu 100 membantu mahasiswa dalam berkomunikasi
yang digunakan % dalam bahasa Jepang.
pembicara akurat. Keterampilan-keterampilan dasar yang
9 Saya pikir saya mampu 100% dipraktekkan oleh mahasiswa secara implisit
lebih baik dari MCG. memberdayakan keterampilan 5C mahasiswa
10 Strategi menjelaskan 40% 60% baik itu di bidang communication (komunikasi),
memotivasi peserta
collaboration (Kolaborasi), creativity (kreativitas)
didik untuk bertanya
dan berpikir kritis. critical thinking (pemikiran kritis), dan character
(karakter). Keterampilan menjelaskan
Untuk meningkatkan keterampilan merupakan salah satu keterampilan dasar yang
menjelaskan, Tabel 9 menjelaskan tentang hal- mendidik mahasiswa calon guru untuk mampu
hal yang dilakukan mahasiswa untuk mengkomunikasikan ide agar konsep mudah
meningkatkan keterampilan menjelaskan. dipahami siswa. Kolaborasi selalu dilatih baik
dalam tahapan persiapan maupun dalam
Tabel 9: Asesmen diri untuk meningkatkan praktek simulasi. Mahasiswa ditugaskan kerja
keterampilan menjelaskan. kelompok dalam mencari materi online,
kemudian dalam simulasi selama praktikum di
N Pertanyaan Penilaian (n=48 orang) kelas mereka saling memberikan input dan
o 4 3 2 1 0
masukan untuk perbaikan. Kreativitas sangat
1 Saya mempraktekkan 10% 90%
bahasa asing yang saya
ditekankan oleh dosen pengajar baik itu dalam
pelajari selama 30 mengembangkan media, memilih strategi
menit setiap hari agar mengajar maupun dalam memilih permainan
keterampilan dan lagu. Pemikiran kritis mahasiswa dilatih
menjelaskan saya saat diskusi maupun saat memberikan penilaian
meningkat. sejawat agar mampu memperbaiki kelemahan
2 Saya membaca buku 20% 80% dalam simulasi mengajar. Pendidikan karakter
atau artikel dalam selalu ditekankan sejak awal perkuliahan dan
bahasa asing yang saya
77 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi,
The Perception of Japanese Language Education Students About Microteaching

merupakan kebijakan lembaga sejak beberapa Selain hal di atas, dalam usaha
tahun sebelumnya. meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
membuat perencanaan, terdapat beberapa poin
Pembahasan yang masih menjadi kendala bagi mahasiswa.
Menurut mahasiswa hal yang belum mereka
Hasil analisis data tentang persepsi mahasiswa kuasai yaitu keterampilan abad 21,
bisa dinyatakan secara umum bahwa mahasiswa mengakomodasi keterampilan berpikir tingkat
memiliki persepsi yang positif tentang tinggi dan inovatif dalam perencanaan
pelaksanaan pembelajaran microteaching di pembelajaran. Ketiga hal tersebut merupakan
Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, Undiksha. bagian dari implementasi kurikulum 2013.
Penggunaan buku ajar microteaching dirasakan Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
sangat memberikan manfaat karena mahasiswa dan Kebudayaan No 70/Tahun 2013 tentang
memiliki buku pegangan yang bisa dipakai Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
sebagai acuan untuk memahami konsep dasar Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
tentang microteaching. Hal ini terlihat dari Kejuruan dinyatakan bahwa pengembangan
penilaian mahasiswa terhadap buku ajar Kurikulum 2013 dilandasi oleh adanya
tersebut yaitu sangat baik. Pandangan tantangan eksternal dengan adanya arus
mahasiswa juga memperjelas bahwa konsep globalisasi. Dengan fenomena ini, maka
yang ditulis dalam buku ajar sangat bermanfaat keterampilan abad 21 yang diantaranya
disamping penggunaan bahasa pengantar dinilai menyangkut keterampilan belajar dan inovasi
mudah untuk dipahami. (yang sering disingkat 4C yaitu creativity, critical
Tanggapan mahasiswa ini sangat penting thinking, communication and collaboration) oleh
karena buku ajar microteaching merupakan Trilling dan Fadel (2009) sangat mutlak harus
sumber utama yang digunakan dalam dikuasai. Beberapa mahasiswa merasa belum
pembelajaran microteaching yang mempunyai percaya diri tentang strategi memasukkan
peran penting dalam pengenalan konsep keterampilan abad 21, dimana masalah ini
microteaching dan keterampilan dasar mengajar menjadi masukan bagi dosen pengampu mata
yang harus dikuasi mahasiswa. Di samping itu, kuliah untuk lebih menekankan dalam
kejelasan dan kemudahan bahasa pengantar perkuliahan. Di samping hal itu, keterampilan
buku ajar juga penting untuk diperhatikan agar dalam mengakomodasi keterampilan berpikir
mahasiswa membaca buku dengan nyaman dan tingkat tinggi juga dirasakan sebagai
mudah mencerna maknanya. keterampilan yang sulit bagi mahasiswa. Saran
Penguasaan konsep dasar microteaching dan yang diberikan oleh dosen pembimbing adalah
keterampilan dasarnya merupakan fondasi dasar meningkatkan rasa ingin tahu mahasiswa
agar mereka mampu mempraktekkan tiap-tiap dengan melatih mereka meningkatkan
keterampilan dasar untuk mengajarkan keterampilan bertanya. Keterampilan bertanya
topik/tema tertentu. Dalam membuat merupakan keterampilan yang sangat perlu
perencanaan pembelajaran (RPP) mahasiswa untuk dilatih (Shah & Masrur, 2011; Remesh,
merasakan bahwa pembelajaran microteaching 2013; Ghafoor dkk, 2012; Saban & Çoklar, 2013
melatih mereka membuat perencanaan menjadi dalam Padmadewi, Artini & Agustini, 2017)
lebih baik. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan bahwa keterampilan bertanya
dikatakan Bell (2007) bahwa pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu keterampilan
microteaching tidak saja meningkatkan bertanya dasar dan keterampilan bertanya
keterampilan praktek mengajar mahasiswa lanjut. Dalam konteks melatih keterampilan
tetapi juga dalam membuat perencanaan. berpikir tingkat tinggi, maka mahasiswa calon
Dalam pembuatan perencanaan guru bisa mendidik siswa untuk bertanya mulai
pembelajaran, sebagian besar mahasiswa dari bertanya dasar, dan jika bertanya dasar
merasa bahwa pembuatan RPP tersebut tidak sudah terampil, maka mereka bisa dilatih untuk
efisien, disebabkan banyaknya poin yang harus bertanya tingkat lanjut. Bertanya tingkat lanjut
dimasukkan. Mereka beranggapan bahwa RPP meliputi beberapa keterampilan yaitu
bisa dibuat lebih sederhana. Hal ini tentunya keterampilan mengubah pertanyaan untuk
bukan menjadi kendala lagi pada pembelajaran merangsang pemikiran kritis, menggunakan
sekarang, dimana terdapat perubahan dalam pertanyaan secara implisit untuk menggali
pembuatan RPP yang dituntut oleh pemerintah jawaban divergen dan kompleks, dan
yaitu hanya satu halaman. memberikan urutan pertanyaan yang
78 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81

membimbing dan merangsang jawaban, serta diskusi dengan teman sejawat dan asesmen
membantu peserta didik. Hal ini dianggap sulit teman sejawat sangat jarang terjadi bahkan
oleh beberapa mahasiswa sehingga pada saat hanya dilakukan sekali atau dua kali setahun
simulasi banyak mahasiswa menggunakan (Tiknaz & Sutton, 2006). Dengan demikian
bahasa Indonesia ketika mereka menggunakan diharapkan studi ini bisa mengkonfirmasi
keterampilan bertanya lanjut. perlunya asesmen diri dan asesmen sejawat
Pitoy (2012) menyatakan bahwa memahami untuk mendapatkan refleksi bagi mahasiswa
informasi secara rinci adalah kunci untuk bisa dalam upaya meningkatkan keterampilan
berbagi informasi. Oleh sebab itu, keterampilan mereka mengajar.
dalam bahasa asing sangat dibutuhkan agar Diharapkan persepsi mahasiswa dalam
calon guru bisa berbagi informasi kepada siswa kajian ini bisa menginspirasi para dosen
secara benar. Sehubungan dengan hal ini, microteaching terutama dalam pembelajaran
persepsi mahasiswa tentang keterampilan bahasa asing untuk memahami kondisi riil
menjelaskan sangat perlu dicermati. Tabel 8 mahasiswa sehingga bisa membantu mereka
menjelaskan hasil penilaian teman sejawat menjadi lebih terampil dalam mengajar bahasa
tentang keterampilan menjelaskan. Dari hasil asing. Meskipun penelitian ini memberikan
tersebut ternyata mahasiswa merasa bahwa tanggapan yang positif, perlu penelitian lebih
beberapa mahasiswa kadang-kadang belum lanjut apakah persepsi mahasiswa berkorelasi
menjelaskan dengan baik. Hal yang menarik dengan keterampilan mereka mengajar, yang
adalah semua mahasiswa merasa bahwa mareka bisa menjadi rekomendasi untuk penelitian lebih
bisa menjelaskan lebih baik dari temannya. lanjut di waktu mendatang.
Kepercayaan diri tinggi ini dianggap sangat
positif agar mahasiswa calon guru yakin bisa
meningkatkan diri lebih baik dari teman KESIMPULAN DAN SARAN
sejawatnya.
Tabel 9 menggali kegiatan yang dilakukan Pembelajaran microteaching sangat penting
mahasiswa tentang strategi belajar untuk dalam membentuk keterampilan guru mengajar.
meningkatkan keterampilan menjelaskan Microteaching merupakan muara pertemuan teori
mereka. Hal ini sangat perlu bagi dosen dan praktek. Pembelajaran microteaching
pengampu agar memudahkan memberi saran menuntut calon guru untuk mampu
sesuai dengan apa yang disenangi oleh mempraktekkan teori keguruan yang dipelajari
mahasiswa. Dari Tabel 9 bisa diketahui bahwa baik itu dalam merencanakan pembelajaran,
mahasiswa menggunakan berbagai strategi melaksanakan pembelajaran maupun untuk
untuk meningkatkan keterampilan menjelaskan melaksanakan asesmen. Mempraktekkan tiap-
yaitu dengan menggunakan media, serta tiap keterampilan dasar perlu mendapat input
beragam cara yang digunakan untuk melatih tidak saja dari dosen pengajar tetapi juga dari
keterampilan berbahasa mereka. Strategi yang mahasiswa sendiri maupun dari teman sejawat.
paling sering digunakan oleh mahasiswa dalam Tanggapan yang diberikan oleh mahasiswa
meningkatkan keterampilan menjelaskan adalah memberikan informasi dari perspektif
menjalin komunikasi dengan penutur bahasa mahasiswa yang sangat penting untuk
Jepang. diperhatikan dan dicermati agar dosen
Di samping keterampilan menjelaskan pengampu mata kuliah microteaching bisa
secara umum, mahasiswa memberikan memberikan masukan tepat sasaran sesuai
tanggapan bahwa implementasi pembelajaran dengan situasi dan kondisi mahasiswa. Persepsi
microteaching bermanfaat dalam meningkatkan yang diberikan mahasiswa merupakan kondisi
keterampilan mereka mengajar, hal ini nyata tentang kondisi mahasiswa itu sendiri
diperkuat oleh data kuisioner menunjukkan yang sering diabaikan oleh dosen pengampu.
hasil dengan kategori baik. Hal ini Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
mengkonfirmasi penelitian-penelitian masukan kepada dosen microteaching tidak
sebelumnya (Fernandez & Robinson, 2006; hanya untuk pendidikan bahasa Jepang tetapi
Kilic, 2010; Ismail, 2011; Donnelly & juga untuk pendidikan bahasa asing lainnya.
Fitzmaurice, 2011; Anthonia, 2014; Astika,
2014). Penggunaan asesmen diri dan asesmen
sejawat sangat penting dalam pembelajaran
microteaching. Tetapi pada kenyataannya,
79 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi,
The Perception of Japanese Language Education Students About Microteaching

UCAPAN TERIMA KASIH http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.05.28


8
Kumar, S. (2016). Microteaching “an efficient
Penelitian ini dapat terselenggara dengan technique for learning effective teaching”
bantuan dana DRPM Dikti, serta kerjasama dari International Journal of Research in IT and
pengajar serta mahasiswa. Management (IJRIM), 6(8), 51-61.
Ping, W. (2013). Microteaching: a powerful tool to
embedding the English teacher certification
DAFTAR PUSTAKA testing in the development of English teaching
methodologies. International Journal of English
Language and Literature Studies, 2(3), 163-175.
Anthonia, O.I. (2014). Microteaching: a technique for Retrieved from
effective teaching. African Research Review. An http://www.aessweb.com/journal-
International Multidisciplinary Journal, detail.php?id=5019.
Ethiopia.8(4), 183-197. Pitoy, S. P. (2012). Information and language for
Astika, G. (2014). Reflective teaching as alternative communicative communication. TEFLIN
assessment in teacher education: a case study of Journal, 23(1).
pre-service teachers. TEFLIN Journal, 25(1). http://dx.doi.org/10.15639/teflinjournal.v23i1
Bell, N. D. (2007). Microteaching: what is it that is /91-114
going on here? Linguistics and Education, 18(1), Padmadewi, N. N., Artini, L. P., & Agustini, D. A.
24-40. E. (2017). Pengantar Microteaching. Depok: Raja
Bello, A.O., & Ayelaagbe, S.O. (2015). Grapindo Persada.
Microteaching: a strategy for training quality Padmadewi, N.M., & Mardani, D. S. M. (2017).
teachers in Nigerian Colleges of Education. Penyesuaian model pembelajaran mata kuliah
Journal of Qualitative Education, 11(1), 1-8. microteaching berbasis standar proses
Creswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, kurikulum 2013 untuk lptk penyelenggara
Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Los pendidikan bahasa Jepang di bali (Laporan
Angeles: Sage. Hasil Penelitian tidak dipublikasikan).
Donnelly, R., & Fitzmaurice, M. (2011). Towards Partnership for advance Clinical Education (PACE).
productive reflective practice in Microteaching. Diakses dari: Microteaching-
microteaching. Innovations in Education and (PACE).pdfchs.uonbi.ac.ke/sites/default/files
Teaching International, 48(3), 335-346. /chs/chs/Microteaching-(PACE).pdf.
Fernandez, M. L. (2005). Learning through Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
microteaching lesson study in teacher Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013
preparation. Action in Teacher Education, 26, 37- tentang Implementasi Kurikulum.
47. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
https://doi.org/10.1080/01626620.2005.10463 Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014
341 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan
Fernandez, M., & Robinson, M. (2006). Prospective Kurikulum 2013.
teachers’ perspectives on microteaching lesson Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
study. Education, 127(2), 203-215. Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014
Ghafoor, A., Kiani, A., & Kayani, S. (2012). An tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar
exploratory study of microteaching as an dan Pendidikan Menengah.
effective technology. International Journal of Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Bussiness and Social Science, 3(4). Diakses dari Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014
www.ijbssnet.com. tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Ghanaguru, S., Nair, P., & Yong, C. (2013). Teacher pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
trainers’ beliefs in microteaching and lesson Menengah.
planning in a teacher training institution. The Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
English Teacher, 42(2). Republik Indonesia Nomor No 70 / Tahun
Ismail, S. A. A. (2011). Student teachers’ 2013 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
microteaching experiences in pre-service Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah
English Teacher Education Program. Journal of Aliyah Kejuruan.
Language Teaching and Research, 2(5), 1043-1051. Remesh, A. (2013). Microteaching an effective
https://doi.org/10.4304/jltr.2.5.1043_1051 teachnique for learning effective teaching.
Kilic, A. (2010). Learner-centered microteaching in Journal of Research in Medical Science, 18(2), 158-
teacher education. International Journal of 163. Diakses dari www.ncbi.nlm.nih.gov.
Instruction, 3(1). Diakses dari www.e.iji.net. Saban, A., & Çoklar, A. N. (2013). Pre-service
Kpanja, E. (2001). A study of the effects of video tape teachers’ opinions about the microteaching
recording in microteaching training. British method in teaching practice classes. TOJET. The
Journal of Educational Technology, 32(4), 483-486. Turkish Online Journal of Educational Technology,

80 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81

12(2), 234-240. Diakses dari 13(3), 327–343.


http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1015454.pdf https://doi.org/10.1080/09695940601035502
. Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills:
Shah, S. M. H., & Masrur, R. (2011). Impact of Learning for Life in our Time. San Francisco:
microteaching skills on the performance of Jossey-Bass.
primary school teachers. Gomal University Centre for Teaching and Learning Harvard
Journal of Research, 27(1), 15-29. Diakses dari University. (1999). What is Microteaching?
http://www.gomal.pk/GUJR/PDF/PDF- Diakses dari
June-2011/3%20Manzoor%2015- isite.harvard.edu/fs/html/icb.topic58474/micr
29%20Paper.pdf. oteaching.html.
Tiknaz, Y., & Sutton, A. (2006). Exploring the role of Teaching Support Services. Diakses dari
assessment tasks to promote formative www.tss.uoguelph.ca.
assessment in Key Stage 3 Geography: evidence
from twelve teachers. Assessment in Education

81 | P a g e
e- ISSN 2528-5548

You might also like