You are on page 1of 20

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Hadits Tarbawi Herlina, S.Ag., M.Ag.

PENTINGNYA KEIKHLASAN DALAM SETIAP TINDAKAN

UIN SUSKA RIAU

Disusun Oleh :

KOHARUDIN NUR PRAMUAZIZ (12210811441)

SITI ULFA ZAHARANI (12210820641)

SEMESTER 3 / A

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN PELAJARAN 2023 M/1445 H


KATA PENGANTAR

Assalmua’alaikum warahmatullahi wabarakatu,

Alhamdulillah, puji syukur kita berikan pada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat

dan rahmat kepada kita semua, sehinga penulis mampu menyelesaikan tugas teks terstruktur

tentang “PENTINGNYA KEIKHLASAN DALAM SETIAP TINDAKAN” ini,sesuai dengan

waktu yang sudah di tentukan.

Penulis juga menyampaikan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

dalam penggarapan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Ibu Herlina

S.Ag., M.Ag., dan teman-teman seperjuangan. Sehingga penulis mampu melaksanakan dan

menyelesaikan tugas mata kuliah ini.

Penulis juga memohon maaf kepada seluruh pihak apabila dalam makalah yang di buat ini,

masih terdapat banyak sekali kekurangannya, lebih-lebih mengenai referensi. Untuk itu penulis

sangat menunggu kritikan maupun saran dari semua pembaca agar kedepanya penulis bisa

membuat makalah yang lebih baik.

Pekanbaru, 11 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan masalah ............................................................................................. 3

C. Tujuan masalah ................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 4

A. Hadits Pertama ................................................................................................. 4

B. Hadits Ke-Dua ................................................................................................... 8

C. Hadits Ke-Tiga .................................................................................................. 10

D. Hadits Ke-Empat ............................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 16

B. Saran ................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak semua aktivitas yang memperoleh pujian manusia dikategorikan riya' atau pamer.

Semua bergantung kepada hati masing-masing, karena keikhlasan merupakan rahasia

antara seorang hamba dengan Alah SWT. Ada juga aktivitas yang mendapatkan pujian

dari banyak orang, tetapi tidak terselip riya' atau sum'ah di dalamnya. Hal tersebut justru

merupakan kabar gembira pendahuluan dari Allah SWT yang dibagikan kepada orang

tersebut di dunia. Selain itu, ada kabar gembira pula yang akan ia dapatkan di akhirat

karena ketulusan dan keikhlasannya. 1 Ikhlas memang kadang belum akan terlihat banyak

man- faatnya bagi orang yang masih baru mulai menapakinya, namun pembicaraan tentang

ikhlas akan bermanfaat bagi orang yang memiliki komitmen menyambut ketaatan Allah.

SWT sejak lama, berinteraksi dengan-Nya, bersemangat mengerjakan ibadah, dan mampu

merasakan manis nikmat- Nya. Atau singkat kata, ia sambut Allah SWT dan ia palingi

syaitan.

Penyebutan kata "ikhlas" pun sudah sangat akrab di kalangan umat Islam. Akan tetapi

fenomena ini belum bisa dijadikan barometer yang menjamin bahwa umat Islam sudah

menjalankan substansi ikhlas secara utuh. Apalagi sering kita dengar keluhan-keluhan

yang muncul tentang sulitnya aplikasi nilai-nilai keikhlasan dalam setiap aktivitas

terutama yang berdimensi ibadah, padahal sudah banyak literatur tentang ikhlas yang

dibaca dan dipahami. Para ulama mendefinisikan kata ikhlas cukup beragam. Secara

bahasa diambil dari kata khalasha- khulushan-khalashan, berarti murni dan tanpa noda

campuran. Jadi, orang yang ikhlas melakukan sesuatu berarti dia melakukannya hanya

1
Ahmad Hadi Yasin, MERAIH DAHSYATNYA IKHLAS, Cet. Perta (Tangerang: PT. Agro Media Pustaka, 2010).

1
karena Allah Swt. dan tidak mencampurinya dengan riya. Oleh karena itu Al-Fairuzabadi

mengatakan, ikhlas karena Allah. adalah meninggalkan riya. 2

Definisi lain, ikhlas adalah jika kita hanya melihat dan memperhatikan Allah SWT Sang

Pencipta. Dengan demi- kian kita dapat menjadi orang yang ikhlas meski berdiri di

kerumunan ribuan orang. Mengapa? Karena kita tidak mem- pedulikan mereka. Tidak

akan kita temui lagi problem yang barangkali dapat mengganggu keikhlasan saat

bersedekah di depan sorot mata manusia, dan tak akan kita temui masalah lagi jika

menangis saat shalat sambil tetap khusu'. Sebab, kita tidak melihat apa dan siapa lagi

kecuali hanya Allah SWT.3 Faktor yang bisa mendorong ikhlas adalah berteman dan

berkolusi dengan orang-orang yang ikhlas serta hidup bersama mereka. Agar dia bisa

mengikuti irama langkah mereka, mengambil pelajaran dari mereka dan mencontoh akhlak

mereka. Karena dengan cara begini bisa diperoleh keberuntungan. 4

Melalui tulisan sederhana ini penulis mengajak kepada pembaca untuk jujur kepada diri

sendiri, membuang sikap meremehkan itu untuk kembali mendalami makna dan hakikat

ikhlas. Karena dengan ikhlas inilah kita akan selamat di dunia dan akhirat. Selain itu kita

hendaknya selalu memohon kepada Allah Swt. agar memberikan kita taufik agar selalu

ikhlas dalam beribadah dan beramal saleh, karena di tangan-Nya-lah segala sesuatu.

Semoga tulisan ini dapat memberikan sedikit pencerahan tentang makna dan hakikat ikhlas

sebagaimana mestinya.

2
dkk Lalu Heri Afrizal, Lc., Ibadah Hati, Cetakan I (Jakarta Timur: PT Grafindo Media Pratama, 2008).
3
Amru Khaleed, TERAPI HATI, (Jakarta: Penerbit Republika, 2005).
4
DR. Yusuf Al-Qaradhawi, Serahkan Hidupmu Hanya Pada Allah, Cetakan Pe (Jakarta Timur: PUSTAKA AL-
KAUTSAR, 2023).

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa Saja Hadits Tentang Pentingnya Keihlasan Dalam Setiap Tindakan ?

2. Apa Saja Makna Kata Dalam Hadits (Mufrodat) Tentang Pentingnya Keihlasan Dalam

Setiap Tindakan?

3. Bagaimana Asbab Al-Wurud Tentang Pentingnya Keihlasan Dalam Setiap Tindakan ?

4. Bagaimana Tafsir Umum Hadits Tentang Pentingnya Keihlasan Dalam Setiap Tindakan ?

5. Apa Kaitannya Hadits Tentang Pentingnya Keihlasan Dalam Setiap Tindakan Dengan

Pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan dan rumuan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Apa Saja Hadits Tentang Pentingnya Keihlasan Dalam Setiap

Tindakan

2. Untuk Mengetahui Apa Saja Makna Kata Dalam Hadits (Mufrodat) Tentang

Pentingnya Keihlasan Dalam Setiap Tindakan

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Asbab Al-Wurud Tentang Pentingnya Keihlasan

Dalam Setiap Tindakan

4. Untuk Mengetahui Bagaimana Tafsir Umum Hadits Tentang Pentingnya Keihlasan

Dalam Setiap Tindakan

5. Untuk Mengetahui Apa Kaitannya Hadits Tentang Pentingnya Keihlasan Dalam

Setiap Tindakan Dengan Pendidikan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadits Pertama

1. Hadits

ٰ
َ ‫ص َو ِركُ ْم َو لك ِْن يَ ْنظُ ُر ا‬
‫ِلى‬ َ ‫سامِ كُ ْم َوالَ ا‬
ُ ‫ِلى‬ َ ‫ ا َِّن هللاَ الَ يَ ْنظُ ُر ا‬: ‫ قَالَ َرسُ ْو ُل هللاِ ص‬: َ‫ع ْن اَبِى ه َُري َْرة َ رض قَال‬
َ ‫ِلى ا َ ْج‬ َ

‫ مسلم‬.‫قُلُ ْوبِكُ ْم‬

2. Terjemah

Dari Abu Hurairah RadiAllahuanhum, ia berkata: Rasulullah SAW pernah

bersabda,“Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula

menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu”.

3. Mufrodat

Pada/Ke ‫لى‬
َ ‫ِإ‬ Ayahku ‫أ َ ِبي‬

Bentuh tubuh/Rupa mu َ ‫أ َ ْج‬


‫سا ِمكُ ْم‬ Berkata َ‫قَال‬

Wajahmu ‫ص َو ِركُ ْم‬


ُ Sesungguhnya Allah َ ‫ا َِّن‬
‫هللا‬

Tetapi ‫ٰلك ِْن‬ Tidak َ‫ال‬

Hatimu ‫قُلُ ْو ِبكُ ْم‬ Melihat ‫َي ْنظُ ُر‬

4. Asbab Al-Wurud

Imam al-Nawawi dalam Syarh Muslim–nya menjelaskan bahwa yang dimaksud

adalah Allah tidak memberikan balasan dan menghitung amal seseorang berdasarkan

tampilan fisiknya namun berdasarkan apa yang ada di hatinya. Untuk memahami hadis

di atas maka perlu pula kita memahami kata kunci yang ada pada hadis tersebut yakni al-

4
shurah, amwal, qalbu dan ‘amal. Karena Nabi seakan mengajarkan dua hal yang berbeda

meskipun saling terkait.5

Dalam Maqayis al-Lugah, Ibn Faris memaknai kata ‘al-shurah’ dengan ‘hai’ah

khilqah’ atau bentuk fisik penciptaan. Karena itu, dalam banyak kitab tafsir seperti Tafsir

al-Thabari, Ibn Katsir, al-Sa’di dan lainnya, memahami kata ‘yushawwirukum’ dalam

bentuk penciptaan fisik seseorang yakni apakah ia diciptakan sempurna atau cacat,

ganteng atau jelek, laki-laki atau perempuan, warna kulit hitam atau merah, bahkan Ibn

Katsir menambahkan dengan apakah ia kelak akan sengsara atau bahagia. Pada intinya,

kata ‘al-shurah’, baik secara bahasa maupun pemahaman para mufassir, menunjukkan

makna keadaan atau tampilan fisik seseorang. Adapun kata ‘al-amwal’ adalah bentuk

jamak dari ‘al-mal’ yang berarti harta yang menurut Ibn Manzhur dalam Lisan ‘Arabnya

adalah semua yang kita miliki baik berupa emas, perak atau binatang ternak. Singkatnya,

‘al-mal’ adalah segala benda yang kita miliki dan membuat kita puas. Dalam matan

riwayat Muslim lainnya, Nabi Saw. menyandingkan antara ‘al-shuwar’ dan ‘al-ajsad’.

5. Syarah Hadits

Hadits ini dengan lafazh ‫( َو لَك ِْن يَ ْنظُ ُر إِلَى قُلُ ْوبِكُ ْم َو أ َ ْع َما ِلكُ ْم‬tetapi sesungguhnya Allah hanya

melihat kepada hati dan amal kalian). Kata ‫ قُلُ ْوبِكُ ْم َو أ َ ْع َما ِلكُ ْم‬sangat penting karena inilah

yang akan dinilai oleh Allah nanti pada hari Kiamat. Oleh karena itu, Imam Baihaqi

(wafat tahun 458H), setelah membawakan hadits di atas, beliau berkomentar: “Hadits

inilah yang shahih dan terpelihara yang dihafal oleh huffazh (ulama ahli hadits). Adapun

riwayat yang biasa diucapkan oleh sebagian ahli ilmu 'sesungguhnya Allah tidak melihat

pada rupa dan amal kalian, tetapi melihat kepada hati kalian', riwayat ini tidak ada

satupun yang shahih yang sampai kepada kami, juga menyalahi hadits yang shahih.

5
MA Prof. Dr. H. Said Agil Munawwar and M.Ag Abdul Mustaqim, ASBABUL WURUD, Cetakan l (Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR, 2001).

5
Riwayat yang sudah shahih itulah yang menjadi pegangan kita dan seluruh kaum

muslimin. Terutama (yang harus dicakup dengan riwayat yang shahih ini) adalah ulama

yang diikuti, yang menjadi panutan (bagi ummat). Wabillahit taufiq ”.

Di dalam kitab Riyadhush Shalihin, no. 8 tahqiq Syaikh Muhammad Nashiruddin Al

Albani, dibawakan hadits ini tanpa tambahan ‫ َو أ َ ْع َما ِلكُ ْم‬yaitu:

‫ص َو ِركُ ْم َو أ َ ْم َوا ِلكُ ْم َو لَك ِْن يَ ْن ظُ ُر إِلَى قُلُ ْوبِكُ ْم‬


ُ ‫إِ َّن هللاَ الَ يَ ْنظُ ُر إِلَى‬

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa

kalian, tetapi Dia melihat pada hati kalian.”

Kemudian Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani berkomentar: “Dalam riwayat

Muslim dan lainnya ada tambahan ‫ َوأ َ ْع َما ِلكُ ْم‬dan tambahan ini sangat penting, karena

kebanyakan kaum muslimin memahami hadits di atas tanpa ada tambahan ini dengan

pemahaman yang salah. Apabila Anda menyuruh mereka dengan perintah syariat yang

bijaksana, seperti diperintahkan untuk memelihara atau memanjangkan janggut dan tidak

boleh menyerupai orang kafir dan selain itu dari beban syariat, mereka akan menjawab

'yang penting adalah hati'. Mereka berdalil dengan hadits di atas. Mereka tidak

mengetahui tambahan yang shahih ini, yang menunjukkan bahwa Allah yang Maha

Mulia dan Maha Tinggi melihat juga kepada amal mereka. Bila amal baik (sesuai dengan

sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam), maka Allah akan bersahabat. Dan jika tidak

baik, maka Allah akan menolaknya, sebagaimana terdapat dalam nash-nash shahih,

seperti sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

َ ‫َم ْن أ َ ْحدَثَ فِي أ َ ْم ِرنَا َهذَا َما لَي‬


‫ْس ِم ْنه ُ فَ ُه َو َرد‬

“Barangsiapa yang mengada-ngada dalam urusan (agama) kami ini, sesuatu yang bukan

bagian darinya, maka ia tertolak”6

6
Muhammad Nashiruddin Al Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta Selatan: PUSTAKA AZAM, 2007).

6
Sungguh tidak mungkin dapat dibayangkan kebaikan hati, kecuali dengan kebaikan

amal dan tidak ada kebaikan amal, melainkan dengan kebaikan hati.

6. Hubungan Hadits Dengan Pendidikan

Hubungan antara ikhlas dengan bentuk rupa tidak terlalu jelas, karena ikhlas lebih

berkaitan dengan niat dan sikap hati seseorang dalam menjalankan suatu aktivitas.

Ikhlas tidak berkaitan dengan bentuk fisik atau rupa seseorang, tetapi lebih pada

kesungguhan dan ketulusan hati dalam melakukan sesuatu.

Namun, dalam konteks pendidikan, sikap ikhlas dapat mempengaruhi bentuk rupa

atau tampilan seseorang. Jika seseorang memiliki sikap ikhlas dalam belajar dan

berusaha, maka mereka cenderung akan menunjukkan tampilan yang lebih serius,

fokus, dan bersemangat dalam menjalankan aktivitas tersebut. Mereka akan tampak

lebih rajin, tekun, dan berdedikasi dalam belajar, yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi hasil akademik dan prestasi mereka.

Selain itu, sikap ikhlas juga dapat mempengaruhi bentuk rupa seseorang dalam hal

moral dan etika. Seseorang yang memiliki sikap ikhlas cenderung akan menunjukkan

sikap yang jujur, adil, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawab mereka. Mereka akan tampak lebih berintegritas dan memiliki karakter yang

baik, yang dapat tercermin dalam bentuk rupa atau perilaku mereka sehari-hari.

Namun, penting untuk diingat bahwa bentuk rupa atau tampilan seseorang tidak

selalu mencerminkan sikap ikhlas yang sebenarnya. Ada orang yang mungkin tampak

serius dan rajin, tetapi sebenarnya tidak memiliki niat yang tulus dalam belajar atau

berusaha. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk tidak hanya melihat dari segi

bentuk rupa atau tampilan fisik seseorang, tetapi juga memperhatikan sikap dan niat

hati mereka dalam menjalankan aktivitas.

7
B. Hadits Ke-Dua

1. Hadits

ُ‫ِي بِ ِه َو ْج ُهه‬ ً ‫َّللا َال يَ ْقبَ ُل م ِْن ْال َع َم ِل ِإ َّال َما َكانَ لَهُ خَا ِل‬
َ ‫صا َوا ْبتُغ‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬

2. Terjemah

" Allah tidak menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan

wajahNya."

3. Mufrodat

Baginya ُ‫لَه‬ Sesungguhnya Allah َ‫ا َِّن هللا‬

Murni/Ikhlas ‫صا‬
ً ‫خَا ِل‬ Tidak َ‫ال‬

Dan Mencari َ ‫َوا ْبتُغ‬


‫ِي‬ Menerima ‫يَ ْقبَ ُل‬

Dengan-Nya ‫بِ ِه‬ Kecuali ‫إِ َّال‬

Wajah-Nya ُ ‫َو ْج ُهه‬ Apa Yang Menjadi َ‫َما َكان‬

4. Asbab Al-Wurud

Telah mengabarkan kepada kami [Isa bin Hilal Al Himshi], ia berkata; telah

menceritakan kepada kami [Muhammad bin Humair], ia berkata; telah menceritakan

kepada kami [Mu'awiyah bin Sallam] dari ['Ikrimah bin 'Ammar] dari [Syaddad bin Abi

'Ammar] dari [Abu Umamah Al Bahili], ia berkata; telah datang seorang laki-laki kepada

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; bagaimana pendapat anda mengenai

seseorang yang berjihad mengharapkan upah dan sanjungan, apakah yang ia peroleh?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Ia tidak mendapatkan apa-apa, " lalu

8
ia mengulanginya tiga kali, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya:

"Ia tidak mendapatkan apa-apa".7

5. Syarah Hadits

Hadis di atas menunjukkan bahwa tanpa keikhlasan, ibadah tidak akan diterima Allah

SWT. Kita hanya mengharap ridha dari-Nya agar ibadah diterima. Ikhlas adalah urusan

hati. Berusaha ikhlas artinya berusaha membuat hati tenang, tidak membuatnya gelisah

menunggu ketidakseimbangan atau balasan. Dengan hati yang ikhlas, maka hati kita pun

akan lebih tenang menjalani kehidupan.

6. Hubungan Hadits Dengan Pendidikan

Hubungan antara ikhlas dengan amalan yang diperbuat sangat erat. Ikhlas adalah sikap

hati yang tulus dan suci dalam menjalankan suatu aktivitas, termasuk amalan kebaikan.

Ketika seseorang melakukan amalan dengan ikhlas, artinya mereka melakukannya

semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT, bukan untuk mencari pujian atau

pengakuan dari orang lain.

Amalan yang dilakukan dengan ikhlas memiliki nilai yang lebih tinggi di sisi Allah

SWT. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada

niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang hanya apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari-

Muslim). Dalam hadits ini, Rasulullah mengajarkan pentingnya niat yang ikhlas dalam

setiap amalan yang dilakukan.

Amalan yang dilakukan dengan ikhlas juga lebih berpotensi mendapatkan pahala yang

berlipat ganda. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Az-Zumar ayat 33, "Dan

orang-orang yang menjauhi kesyirikan dan mereka mengerjakan amal-amal yang ikhlas

7
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanfi AD Damsyiqi, ASBABUL WURUD Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-
Hadits Rasul 2, (Jakarta: Penerbit KALAM MULIA, n.d.).

9
karena Allah semata, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh janji (pahala)

yang sempurna."

Namun, perlu diingat bahwa ikhlas bukan berarti amalan tersebut sempurna atau bebas

dari kesalahan. Kualitas dan kebaikan amalan tetap bergantung pada ketepatan

pelaksanaannya sesuai dengan tuntunan agama. Ikhlas hanya menjadi faktor penentu

nilai spiritualitas dari amalan tersebut.

Dalam konteks pendidikan, penting bagi pendidik untuk membimbing dan

mengajarkan siswa untuk melakukan amalan dengan ikhlas. Dengan mengembangkan

sikap ikhlas dalam amalan mereka, siswa akan belajar untuk bertanggung jawab, jujur,

dan berintegritas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. Hal ini akan

membantu mereka menjadi individu yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

C. Hadits Ke-Tiga

1. Hadits

‫ب‬ ْ ‫ع ْن ُم‬
ِ َ‫صع‬ َ ‫ط ْل َحةَ ب ِْن ُم‬
َ ‫ص ِرف‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫ع ْن أَبِي ِه‬
ْ ‫ع ْن ِم‬
َ ‫سعَر‬ َ ‫ص ب ِْن ِغ َياث‬ َ ‫أ َ ْخبَ َرنَا ُم َح َّمد ُ ْب ُن إِد ِْر‬
ِ ‫يس قَا َل َحدَّثَنَا عُ َم ُر ْب ُن َح ْف‬

َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سلَّ َم فَقَا َل نَبِي‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ب النَّبِي‬ ْ َ ‫علَى َم ْن د ُونَه ُ م ِْن أ‬
ِ ‫ص َحا‬ َ ‫ظ َّن أ َ َّن لَهُ فَض ًْل‬
َ ُ ‫ع ْن أَبِي ِه أَنَّه‬
َ ‫س ْعد‬
َ ‫ب ِْن‬

ِ ‫ص َلتِ ِه ْم َوإِ ْخ َل‬


‫ص ِه ْم‬ َ ِ‫َّللاُ َه ِذ ِه ْاْل ُ َّمةَ ب‬
َ ‫ضعِي ِف َها بِدَع َْوتِ ِه ْم َو‬ ُ ‫سلَّ َم إِنَّ َما يَ ْن‬
َّ ‫ص ُر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ

2. Terjemah

Telah mengkhabarkan kepada kami [Muhammad bin Idris], ia berkata; telah

menceritakan kepada kami [Umar bin Hafsh bin Ghiyats] dari [ayahnya] dari [Mis'ar]

dari [Thalhah bin Musharrif] dari [Mush'ab bin Sa'd] dari [ayahnya] bahwa ia menyangka

bahwa ia memiliki keutamaan di atas orang selainnya dari kalangan para sahabat nabi

shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan orang lemahnya, dengan doa mereka,

shalat mereka, dan keikhlasan mereka."

10
3. Mufrodat

Dengan orang-orang yang


‫ضعِي ِف َها‬
َ ‫ِب‬ ‫ِإنَّ َما‬
lemah

Dengan doa mereka ‫ِبدَع َْوتِ ِه ْم‬ Menolong/Membantu ُ ‫َي ْن‬


‫ص ُر‬

Dan sholat mereka ‫ص َلتِ ِه ْم‬


َ ‫َو‬ Ini ِ‫َه ِذه‬

Dan keikhlasan mereka ِ ‫َو ِإ ْخ َل‬


‫ص ِه ْم‬ Umat َ‫ْاْل ُ َّمة‬

4. Asbab Al-Wurud

Tafsir hadits ini bahwa orang-orang lemah lebih ikhlas dalam berdoa dan lebih khusyu’ dalam

ibadah karena hati mereka sangat sedikit bergantung dengan hirup pikuk kehidupan dunia.

Karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat dalam banyak hadits agar berkasih

sayang kepada orang yang miskin dan lemah8

5. Syarah Hadits

Hadits ini menunjukkan bahwa Allah menolong umat Islam ini justru dengan orang-

orang lemahnya. Makanya jangan kita menganggap orang-orang lemah, orang-orang

fakir miskin. Justru Allah menolong umat Islam ini dengan adanya orang-orang lemah.

Dengan doa mereka, dengan shalat mereka. Maka dari itulah orang yang merasa dirinya

kaya, merasa dirinya lebih diatas orang-orang miskin, berhati-hatilah, jangan sampai

perasaanmu itu memasukkan dirimu ke dalam api neraka. Karena -saudaraku- yang

memberikan rezeki itu Allah Subhanahu w 9a Ta’ala, yang menjadikan Si Fulan kaya, Si

Fulan miskin, semuanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah jadikan Si Fulan kaya, ujian

8
MA Prof. Dr. H. Said Agil Munawwar and M.Ag Abdul Mustaqim, Loc.Cit.
9
Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 HADITS TERPILIH, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991).

11
buat dia. Allah jadikan Si Fulan miskin, ujian buat dia. Si miskin diuji dengan si kaya, si

kaya diuji dengan si miskin.

6. Hubungan Hadits Dengan Pendidikan

Hubungan antara Allah menolong umatnya karena ikhlas dengan pendidikan adalah

bahwa pendidikan dapat membantu individu untuk memahami pentingnya ikhlas dalam

amalan mereka. Melalui pendidikan, individu dapat belajar tentang nilai-nilai agama,

termasuk pentingnya ikhlas dalam amalan kebaikan.

Pendidikan juga dapat membantu individu untuk mengembangkan sikap ikhlas dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. Dengan mengajarkan nilai-nilai seperti

tanggung jawab, jujur, dan integritas, pendidikan dapat membantu individu untuk

melakukan amalan dengan ikhlas, yaitu semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah

SWT.

Ketika individu melakukan amalan dengan ikhlas, Allah SWT berjanji akan menolong

mereka. Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Muhammad ayat 7 menyatakan, "Hai orang-

orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah niscaya Dia akan menolongmu

dan meneguhkan kedudukanmu."

Dengan demikian, pendidikan dapat memainkan peran penting dalam membantu

individu untuk memahami pentingnya ikhlas dalam amalan mereka dan bagaimana Allah

SWT akan menolong mereka ketika mereka melakukannya dengan ikhlas.

12
D. Hadits Ke-Empat

1. Hadits

‫س َعادَة ً َوت َِزيد ُ فِي ْالعُ ُم ِر َوتَقِي‬ َّ ‫الرحِ ِم ت ُ َح ِو ُل ال‬


َ ‫شقَا َء‬ ِ ‫ َو‬،‫ َوبِر ْال َوا ِلدَي ِْن‬، ِ‫ َواصْطِ نَاعُ ْال َم ْع ُروف‬،‫ع َلى َو ْج ِه َها‬
َّ ُ‫صلَة‬ َ ُ‫صدَقَة‬
َّ ‫ال‬

ِ‫ع السوء‬
َ ‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫َم‬

2. Terjemah

"Bersedekah dengan ikhlas, menyuruh kebaikan, berbuat baik kepada kedua orang tua

dan silaturrahmi, (dapat) merubah kehinaan menjadi kemuliaan, menambah umur dan

terpelihara diri Dari serangan kejahatan."

3. Mufrodat

Kesedihan َّ ‫ال‬
َ‫شقَا َء‬ Sedekah ‫ص َدقَ َة‬
َّ ‫ال‬

Kebahagiaan َ‫سعَا َدة‬


َ Yang diberikan dengan َ َ‫عل‬
‫ىَو ْج ِه َها‬ َ
tulus

Dan Menambah َ‫َوت َِزيد‬ Menciptakan kebaikan َ‫َواصْطِ ن َاع‬

َِ‫ْال َم ْعروف‬

Dalam umur ْ ‫ف‬


َ‫ِيَالعم ِر‬ Menjaga hubungan ْ ‫َوبِ ُّر‬
َ‫َال َوا ِل َدي ِْن‬

kekerabatan

Dan Melindungi ‫َوتَقِي‬ Menjaga hubungan َّ ‫صلَة‬


َ‫َالرحِ ِم‬ ِ ‫َو‬
kekerabatan

Dari Keburukan َِ‫ص ِارعََالسُّوء‬


َ ‫َم‬ Dapat mengubah َ‫ت َح ِول‬

4. Asbab Al-Wurud

Diriwayatkan di dalam ”Al-Hilyah” Dari Hadis Ismail bin Abu Daud, Dari Ibrahim,

Dari Auza'i, katanya: ”Aku telah sampai di Madinah. Aku bertanya kepada Muhammad

bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib tentang firman Allah yang berbunyi

13
(artinya): ”Allah akan menghapus apa yang Ia kehendaki dan akan menetapkan…." Dia

berkata: "Ayahku telah menerangkan apa yang diterimanya Dari kakekku, Dari Abu

Thalib, katanya: ”Aku telah menanyakannya kepada Rasulullah SAW. Kata Beliau :

”Akan kuterangkan kepadamu hai Ali dan terangkanlah kepada ummatku setelah aku

nanti, bahwa: "Sedekah yang ikhlas… dan seterusnya." 10

5. Syarah Hadits

Hadits yang mulia ini mencakup perkara-perkara penting, di antaranya:

a. Bersedekah dengan ikhlas,

b. Menyuruh kebaikan,

c. Berbuat baik kepada kedua orang tua dan

d. Silaturrahmi, (dapat)

e. Merubah kehinaan menjadi kemuliaan,

f. Menambah umur dan

g. Terpelihara diri Dari serangan kejahatan."

6. Hubungan Hadits Dengan Pendidikan

Bersedekah adalah salah satu bentuk amalan kebaikan yang sangat ditekankan dalam

agama Islam. Ikhlas dalam bersedekah berarti melakukannya semata-mata karena ingin

mendapatkan ridha Allah SWT, tanpa mengharapkan pujian atau imbalan dari orang

lain. 11

Dalam pendidikan, nilai-nilai seperti kebaikan, empati, dan solidaritas diajarkan

kepada individu. Melalui pendidikan, individu dapat memahami pentingnya bersedekah

dengan ikhlas dan bagaimana hal ini dapat membantu mereka mendapatkan keberkahan

dan pertolongan dari Allah SWT.

10
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanfi AD Damsyiqi, Loc.Cit.
11
Suja’i Syarifandi Alfiah, HADITS TARBAWI Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Hadits Nabi, ed. KREASI EDUKASI
(PEKANBARU, 2015).

14
Pendidikan juga dapat membantu individu untuk memahami betapa pentingnya

memberikan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan mempelajari tentang

ketidakadilan sosial dan kesenjangan ekonomi, individu dapat merasa terpanggil untuk

membantu sesama dengan ikhlas melalui bersedekah.

Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 261 menyatakan, "Perumpamaan

orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir

benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat

gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-

Nya) lagi Maha Mengetahui."

Dengan demikian, pendidikan dapat memainkan peran penting dalam membantu

individu untuk memahami pentingnya ikhlas dalam bersedekah dan bagaimana Allah

SWT akan memberikan ganjaran dan pertolongan-Nya kepada mereka yang

melakukannya dengan ikhlas.

Hubungan antara ikhlas dan sedekah adalah bahwa kedua konsep tersebut memiliki

keterkaitan dalam konteks pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Ikhlas

mengacu pada sikap hati yang tulus dan ikhlas dalam melakukan sesuatu tanpa

mengharapkan imbalan atau keuntungan pribadi. Sedangkan sedekah adalah tindakan

memberikan kepada orang lain dengan ikhlas dan tulus tanpa mengharapkan balasan.

Dalam kedua konsep ini, ikhlas dan sedekah memiliki peran penting dalam mencapai

ikhals dalam pengelolaan sumber daya alam. Dengan sikap ikhlas dan tulus, serta

tindakan memberikan tanpa mengharapkan balasan, kita dapat berkontribusi dalam

menjaga keberlanjutan sumber daya alam untuk kepentingan bersama. 12

12
M.Ag Bukhari Umar, Hadits TARBAWI Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Cetakan Pe (Jakarta: AMZAH,
2012).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam makalah ini, kita telah menjelajahi Hadis Ikhlas dan maknanya dalam konteks

Islam. Hadis Ikhlas adalah salah satu hadis yang sangat penting dalam Islam karena

mengajarkan pentingnya keikhlasan dalam beribadah kepada Allah. Dari analisis yang

telah dilakukan, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan penting:

1. Pentingnya Ikhlas: Hadis Ikhlas menggarisbawahi pentingnya ikhlas dalam semua

aspek kehidupan seorang Muslim, terutama dalam ibadah. Ikhlas adalah kunci untuk

mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan keberkahan dalam amal ibadah.

2. Tanggung Jawab Individu: Setiap individu bertanggung jawab untuk memastikan

bahwa niat dan tujuan mereka selalu murni saat melakukan ibadah. Ini melibatkan

introspeksi diri dan kesadaran tentang niat kita dalam setiap tindakan.

3. Penghindaran Riya (Pamer): Riya, atau pamer, adalah dosa besar dalam Islam yang

harus dihindari. Hadis Ikhlas mengingatkan kita untuk tidak memperlihatkan ibadah

kita kepada orang lain, tetapi hanya kepada Allah.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah

pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam

penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah

manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran

dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami

semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaradhawi, DR. Yusuf. Serahkan Hidupmu Hanya Pada Allah Cetakan Pe. Jakarta

Timur: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2023.

Albani, Muhammad Nashiruddin Al. Ringkasan Shahih Bukhari. Jakarta Selatan: PUSTAKA

AZAM, 2007.

Alfiah, Suja’i Syarifandi. HADITS TARBAWI Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Hadits Nabi

Edited by KREASI EDUKASI. PEKANBARU, 2015.

Almath, Dr. Muhammad Faiz. 1100 HADITS TERPILIH. Jakarta: Gema Insani Press, 1991.

Bukhari Umar, M.Ag. Hadits TARBAWI Pendidikan Dalam Perspektif Hadits Cetakan Pe.

Jakarta: AMZAH, 2012.

Damsyiqi, Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanfi AD. ASBABUL WURUD Latar Belakang

Historis Timbulnya Hadits-Hadits Rasul 2. Jakarta: Penerbit KALAM MULIA, n.d.

Khaleed, Amru. TERAPI HATI. Jakarta: Penerbit Republika, 2005.

Lalu Heri Afrizal, Lc., dkk. Ibadah Hati Cetakan I. Jakarta Timur: PT Grafindo Media

Pratama, 2008.

Prof. Dr. H. Said Agil Munawwar, MA, and M.Ag Abdul Mustaqim. ASBABUL WURUD

Cetakan l. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2001.

Yasin, Ahmad Hadi. MERAIH DAHSYATNYA IKHLAS Cet. Perta. Tangerang: PT. Agro

Media Pustaka, 2010.

17

You might also like