You are on page 1of 11

MAKALAH

BERAPRESIASI SENI
RUPA
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK MANGGA
MOZA
AJA NIRWANA PHONNA
NUR FATIMAH
NUR MALA SARI
HANIFAH
ULFA ZAHARA
IRWANSYAH
T. TANDI AFRIZAL
AZHARI

SMA NEGERI 1 BEUTONG


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
anugrah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Berapresiasi seni rupa” ini.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan
makalah yang menjadi tugas senibudaya dengan judul
“Pengembangan Sikap Empati Kepada Profesi Seniman dan
Budayawan ”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan
kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini
masih banyak terdapat kekurangannya.
SMA Negeri 1 Beutong
Penyusun
KELOMPOK MANGGA
MOZA,C.s
Ketua Kelompok

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daptar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan penulisan
Bab II Pembahasan
2.1 Pegembangan Sikap Empati Kepada Profesi Seniman
Budayawan.

A. Pengembangan sikap empati kepada profesi seniman dan


budayawan.

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan.
3.2 Saran.
3.3 IV Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apresiasi seni rupa adalah kegiatan yang banyak dilakukan di
sekitar kita. Kegiatan tersebut mampu memberikan suatu
penghormatan kepada para seniman karena para pengamat
dapat mengamati, merasakan, dan menghormati
keberagaman konsep dan variasi konvensi artistik eksistensi
dunia seni rupa.
Namun masih banyak orang yang belum mampu
mengapresiasi karya seni rupa dan menilai karya seni
hanyalah suata karya yang tidak jelas letak keindahannya.
Pada makalah ini penulis akan memberikan contoh Apresiasi
karya seni rupa serta penjelasannya yang nantinya dapat
membantu pembaca agar bisa mengapresiasi suatu karya seni
rupa dengan baik
1.2 Tujuan Penulisan
Menjelaskan pengertian apresiasi seni rupa dan contoh
apresiasi karya seni rupa supaya pembaca dapat
mengapresiasi karya seni rupa dengan baik.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Berapresiasi Seni Rupa

Apresiasi seni rupa adalah aktivitas mengindra karya seni rupa, merasakan,
menikmati, menghayati dan menghargai nilai-nilai keindahan dalam karya seni
serta menghormati keberagaman konsep dan variasi konvensi artistik eksistensi
dunia seni rupa. Secara teoretik menurut Brent G. Wilson dalam bukunya
Evaluation of Learning in Art Education; apresiasi seni memiliki tiga domain,
yakni perasaan (feeling), dalam konteks ini terkait dengan perasaan keindahan,
penilaian (valuing) terkait dengan nilai seni, dan empati (emphatizing), terkait
dengan sikap hormat kepada dunia seni rupa, termasuk kepada profesi perupa
(pelukis, pepatung, pegrafis, pekeramik, pedesain, pekria, dan lain-lain). karena
menyadari peran dan kontribusi para seniman tersebut bagi masyarakat, bangsa
dan negara, atau bagi nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya.

Mengembangkan sikap apresiatif seni rupa pada hakikatnya adalah bahwa


semua manusia dianugerahi oleh Tuhan apa yang disebut “sense of beauty”,
yang berarti "rasa keindahan". Meskipun ukuran rasa keindahan tidak sama
pada setiap orang, jelas setiap manusia secara sadar atau tidak telah
menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya
ketika kita memantaskan diri dalam berpakaian, memilih sepatu, memilih dasi,
dan berdandan. Rasa keindahan senantiasa berperan memandu prilaku kita
untuk memilih dan memilah apa yang kita anggap menampilkan citra harmonis,
penampilan citra harmonis pada umumnya kita sebut gagah, tampan, cantik,
ayu, rapi dalam bahasa sehari-hari, yaitu penggunaan kata lain untuk menyebut
fenomena keindahan. Demikian pula dalam melengkapi kebutuhan hidup, kita
senantiasa dipandu oleh rasa keindahan.

Pengembangan Sikap Empati kepada Profesi Seniman


dan Budayawan
Apresiasi seni budaya, termasuk seni rupa, sebagai
bagian dari estetika dimaksudkan untuk meningkatkan
sensitivitas kemampuan mengapresiasi keindahan serta
harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam
kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan
mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan
kebersamaan yang harmonis. Pengenalan akan tokoh-
tokoh seni budaya dan reputasinya, kontribusi mereka
bagi masyarakat dan bangsa, atau bagi kemanusiaan
pada umumnya, adalah upaya nyata mengembangkan
perasaan simpati, yang jika dilakukan berulang-ulang
akan meningkat menjadi perasaan empati. Sehingga
peserta didik menjadi kagum akan prestasi dan jasa-jasa
para seniman atau budayawan berdasarkan kualitas
karya seni dan pengakuan serta penghargaan yang
diperolehnya, baik dalam tingkat lokal, nasional, dan
internasional.
Apresiasi seni budaya, termasuk seni rupa, sebagai bagian
dari estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas
kemampuan mengapresiasi keindahan serta harmoni
mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan
individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri
hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga
mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
Pengenalan akan tokoh-tokoh seni budaya dan reputasinya,
kontribusi mereka bagi masyarakat dan bangsa, atau bagi
kemanusiaan pada umumnya, adalah upaya nyata
mengembangkan perasaan simpati, yang jika dilakukan
berulang-ulang akan meningkat menjadi perasaan empati.
Sehingga peserta didik menjadi kagum akan prestasi dan
jasa-jasa para seniman atau budayawan berdasarkan
kualitas karya seni dan pengakuan serta penghargaan yang
diperolehnya, baik dalam tingkat lokal, nasional, dan
internasional.
Sebelum membahas prilaku manusia berbudaya dalam
kehidupan bermasyarakat, perlu dipahami terlebih dahulu
hakikat dan pengertian kebudayaan. Kata budaya berasal
dari bahasa sansekerta, buddayah bentuk jamak dari kata
budhi yang berarti akal dan nalar. Jadi kata kebudayaan
dapat diartikan hal-hal yang berhubungan dengan budi, akal,
dan nalar. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan berarti
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar

beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.


Kebudayaan memiliki tiga wujud, (1) kebudayaan sebagai
konsep, (2) kebudayaan sebagai aktivitas, dan
(3)kebudayaan sebagai artefak. Dengan klasiikasi seperti ini
seluruh aktivitas interaksi manusia dengan Tuhan, interaksi
dengan masyarakat, dan interaksi dengan alam, semuanya
adalah kebudayaan.

Dengan mengenal, memahami, dan menghargai budayanya


sendiri, para siswa dapat mengembangkan potensi prilaku
yang baik bergaul dengan masyarakat seni dan lingkungan
sosial sebagai insan yang berbudaya. Mengembangkan sikap
ramah, dan rendah hati dalam berinteraksi secara efektif
dengan para seniman dan budayawan, lingkungan sosial
serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa
yang berbudaya dalam pergaulan dunia.
Dari pengalaman belajar apresiasi seni, di harapkan
berkembang sikap demo kratis, etis, toleransi, dan sikap
positif lainnya. Sikap demokratis misalnya akan tercermin
ketika siswa mengacu kepada prinsip diferensiasi dan tidak
diskriminatif, hal ini akan terjadi bila ia memberi peluang
yang sama kepada semua anggota panitia mengemukakan
pendapat untuk menentukan, misalnya, tema pameran.
Contoh sikap demokratis lain, adalah prilaku yang tidak bias
gender. Siswa akan memperlihatkan penerapan prinsip
kesetaraan gender sesama teman dan pergaulan dengan
masyarakat seni dan lingkungan pergaulan sosial pada
umumnya. Sikap toleran akan tercermin ketika siswa dapat
menerima perbedaan pendapat dalam aktivitas
mengapresiasi seni, karena dari kajian yang dilakukannya
dalam menafsirkan data pengamatan perbedaan respons
estetik adalah sesuatu yang wajar. Sebab dia tahu pada
dasarnya seni dapat dipersepsi secara berbeda. Sikap etis
akan tercermin bila siswa dalam kegiatan diskusi yang
hangat, tidak mengucapkan kata-kata atau menunjukkan
prilaku yang bernada melecehkan, menertawakan,
merendahkan, menghina, atau kata lain yang setara dengan
itu.
Dari perolehan kehidupan berbudaya dalam proses
pembelajaran di sekolah, dan dari interaksi siswa dengan
dunia seni (kunjungan pameran, museum, galeri, sanggar,
atau pergaulan langsung, misalnya, dalam kegiatan diskusi
dalam kegiatan pameran di sekolah dan lain-lain).
Diharapkan para siswa dapat berinteraksi dengan santun
dan efektif.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan mengamati dan menilai lukisan tersebut kita telah
mengapresiasi suatu karya seni rupa. Dengan demikian kita
dapat merasakan, menikmati, menghayati dan menghargai
nilai-nilai keindahan dalam karya seni serta menghormati
keberagaman konsep dan variasi konvensi artistik yang telah
dituangkan dalam lukisan tersebut. Itulah yang dimaksud
mengapresiasi karya seni rupa dengan baik.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah tersebut diharapkan pembaca
dapat mengetahui makna apresiasi seni rupa dan mampu
mengapresiasi karya seni rupa dengan baik.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pemikiran dan sumber yang diperoleh penulis. Oleh karena itu
saran dan kritikan dari pembaca sangat membantu dalam
penyempurnaan karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, M. (1982). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:


Angkasa.

Alloway, Lawrence. (1974). American Pop Art. Canada: Macamillan Publishing


Co., Inc.

Chapman. (1987). Approaches to Art in Education. New York: Harcourt Brace


Jovarovich, Inc.

Creswell, J. W. (2010). Reaserch Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danandjaja, J. (1984). Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.

Jakarta: Grafiti Pres.

Djelantik, A.A.M.(1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni


Pertunjukan Indoonesia dan ARTI.

Kartika, D. S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

(2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.

Masidjo, I. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.


Yogyakarta: Kanisus.

You might also like