You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi dalam bahasa Yunani disebut farmakon yang berarti medika atau
obat. Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi/pembakuan obat
serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman, sedangkan ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari
tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu (meracik) hingga
siap digunakan sebagai obat (Susanti, 2016).
Farmasi di Indonesia berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan,
jadi relatif masih muda. Pada zaman penjajahan Hindia Belanda maupun Jepang
kefarmasian di Indonesia berkembang sangat lambat dan masyarakat kurang
mengenal profesi farmasi. Pada masa setelah kemerdekaan tenaga farmasi di
Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah masih
sedikit. Sementara apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari
Denmark, Austria, Jerman dan Belanda. Meskipun demikian pada masa
peperangan di Klaten didirikan Perguruan tinggi Farmasi tahun 1946 dan di
Bandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi tersebut mempunyai
andil yang sangat besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian sampai sekarang.
Dalam dunia farmasi kita mempelajari farmasetika.
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-
obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien. Dalam mempelajari tentang farmasetika
maka kita juga mempelajari istilah yang dikenal dengan obat.
Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai
dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan. Salah satu bentuk sediaan obat adalah serbuk.

1
Serbuk (pulvis) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena
mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih
larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa
yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam
bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum. Serbuk
oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi (pulvis).
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain
yang cocok. Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk kering ditambah
zat tambahan yang bersifat netral atau indiferen, seperti sacharum lactis,
sacharum album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg (Anief, 2003).
Berdasarkan latar belakang diatas, kami melakukan pembuatan serbuk bagi
dengan bahan obat yaitu Paracetamol, CTM, dan Amoxycillin yang berguna
sebagai antibiotik, demam, dan alergi.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu sediaan serbuk bagi.
2. Untuk memahami lebih detail langkah pembuatan serbuk bagi.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung dosis sesuai resep.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun tujuan praktikum sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu sediaan serbuk bagi.
2. Agar mahasiswa lebih memahami langkah pembuatan serbuk bagi.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara menghitung dosis
sesuai resep.
1.4 Prinsip Percobaan
Pada percobaan ini prinsip yang digunakan adalah menggerus Amoxycillin,
Paracetamol, dan CTM menggunakan metode trituration. Trituration adalah
metode mencampurkan bahan obat dalam lumpang dan alu, selain itu juga
percobaan ini menggunakan prinsip perhitungan dosis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Farmasetika
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang penyediaan obat
yang mencakup pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembekuan bahan
obat-obatan, peracikan obat dan pembuatan sediaan farmasi hingga menjadi
bentuk tertentu dan siap disajikan untuk digunakan sebagai obat serta
perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam
bentuk sediaan yang siap diberikan kepada pasien (Nardina, dkk, 2021)
2.1.2 Resep
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu
dan menyerahkannya kepada pasien. Resep merupakan perwujudan akhir dari
kompetensi, pengetahuan dan keahlian dokter dalam menerapkan
pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi. Resep juga perwujudan
hubungan profesi antara dokter, apoteker dan pasien. Penulisan resep harus
ditulis dengan jelas, lengkap dan memenuhi peraturan perundangan serta
kaidah yang berlaku sehingga mudah dibaca oleh Apoteker. Resep yang ditulis
dengan tidak jelas akan menimbulkan terjadinya kesalahan saat
peracikan/penyiapan obat dan penggunaan obat yang diresepkan (Nardina, dkk,
2021).
2.1.3 Obat
Obat adalah suatu bahan/paduan bahan bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badania dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok bahan
atau bagian badan manusia (Murtini, 2016).
2.1.4 Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan untuk pemakaian oral atau dalam atau untuk pemakaian luar.

3
Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih
mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padat lainnya
(seperti kapsul, tablet, pil) (Syamsuni, 2006).
Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), serbuk adalah campuran
homogen dua atau lebih obat yang diserbukan. Menurut Farmakope edisi IV
(1995), serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan dan ditujukan untuk pemakaian luar. Serbuk dapat dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu:
1. Serbuk terbagi (Pulveres)
Serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama dibungkus
dengan kertas perkamen atau pengemas lain yang cocok untuk sekali
minum.
2. Serbuk tak terbagi (Pulvis)
Serbuk yang tidak terbagi dalam jumlah banyak. Jika dalam suatu serbuk
dinyatakan suatu cara pemakaian dalam takaran sendok teh atau sendok
lain, maka selalu sesendok rata serbuk.
2.1.5 Keuntungan dan Kerugian Serbuk
Menurut Syamsuni (2006), keuntungan bentuk serbuk, antara lain:
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.

4
Menurut Syamsuni (2006), kerugian bentuk serbuk, antara lain:
1. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di
lidah, amis).
2. Terkadang menjadi lembap atau basah pada penyimpanan.
2.1.6 Syarat Serbuk
Sediaan pulveres yang baik harus memenuhi beberapa syarat yaitu
homogen, kering, memiliki derajat kehalusan tertentu, dan keseragaman
kandungan (Rahayu dan Yusrizal, 2019).
Menurut Syamsuni (2007) sediaan serbuk terbagi (pulveres) yang baik
harus memenuhi syarat yaitu:
1. Homogen
2. Kering
3. Mempunyai derajat kehalusan tertentu
4. Serta harus memenuhi persyaratan meliputi keseragaman bobot dan
keseragaman kandungan atau dosis
2.1.7 Derajat Kehalusan
Menurut Depkes RI (1989), pengayak dibuat dari kawat logam atau
bahan lain yang cocok dengan penampang melintang yang sama diseluruh
bagian. Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor yang menunjukkan jumlah
lubang tiap cm dihitung searah dengan panjang kawat.
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak. Jika
derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, dimaksudkan bahwa
semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat
halus suatu serbuk dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan bahwa semua
serbuk dapat dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih
dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi.
Untuk penetapan keseragaman derajat halus serbuk obat dan bahan
kimia, cara yang boleh dilakukan dengan menggunakan pengayak baku yang
memenuhi persyaratan. Hindari penggoyangan lebih lama, yang akan
menyebabkan peningkatan derajat halus serbuk selama penetapan.

5
Untuk serbuk sangat kasar, kasar dan setengah kasar, masukkan 25-100 g
serbuk uji pada pengayak baku yang sesuai yang mempunyai panci penampung
dan tutup yang sesuai. Goyang pengayak dengan arah putaran horizontal dan
ketukkan secara vertikal pada permukaan keras selama tidak kurang dari 20
menit atau sampai pengayakan praktis sempurna. Timbang seksama jumlah
yang tertinggal pada pengayak dan dalam panci penampung.
Untuk serbuk halus atau sangat halus, lakukan penetapan seperti pada
serbuk kasar kecuali contoh tidak lebih dari 25 g dan pengayak yang digunakan
digoyang selama tidak kurang 30 menit atau sampai pengayakan praktis
sempurna.
2.1.8 Serbuk Bagi
Serbuk bagi (pulveres) merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain
yang cocok untuk sekali minum (Elmitra, 2017).
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang
lain yang cocok. Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk kering
ditambah zat tambahan yang bersifat netral atau indiferen, seperti sacharum
lactis, sacharum album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg (Anief,
2003).
2.1.9 Metode Pembuatan Serbuk
Menurut Syamsuni (2006), metode pembuatan serbuk adalah sebagai
berikut:
1. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortir dengan stamper.
2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung diatas kertas.
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup.
4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-
goyangkan.

6
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, metanol, etanol, isopropil alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :

Berat molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah terbakar, berbau khas panas, memberikan nyala
biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan
dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, yaitu terhindar dari cahaya,
di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga pembersih alat praktikum
yang dapat membunuh kuman
Khasiat : Sebagai antiseptik (menghambat pertumbuhan dan
membunuh mikroorganisme)
2.2.2 Amoxicillin (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AMOXICILLINUM
Nama lain : Amoxisilin
Rumus molekul : C16H19N3O5S3
Rumus struktur :

Berat molekul : 419,45g/mol

7
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, praktis tidak
berbau
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam
benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam
kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan ada pada suhu kamar
terkendali
Kegunaan : Sebagai zat aktif atau sediaan padat
Khasiat : Menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan
infeksi di organ tubuh seperti paru-paru, saluran kemih,
kulit, hidung serta tenggorokan
2.2.3 Chlopeniramin Maleat (Dirjen POM,1979)
Nama Resmi : CHLOPENIRAMIN MALEAT
Nama Lain : CTM
Rumus molekul : C16H13CIN2,C4H4O4
Rumus struktur :

Berat Molekul : 390,89 g/mol


Pemerian : Serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air, juga dalam 10 bagian etanol
95%P didalam 10 bagian klorofom p, sukar larut dalam
eter p
Kegunaan : Sebagai zat aktif atau sediaan padat
Khasiat : Mengatasi gejala alergi seperti rhinitis alergi, urtkaria,
bersin-bersin, mata berair, gatal pada mata, hidung,
tenggorokan atau kulit
2.2.4 Paracetamol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama lain : Paracetamol, acitaminofen, acetamidophenol
Rumus molekul : C8H9N02

8
Rumus struktur :

Berat molekul : 151,16 g/mol


Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksidan 1N, mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Kegunaan : Sebagai zat aktif atau sediaan padat
Khasiat : Analgetik dan antipiretik

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Farmasetika Dasar untuk percobaan serbuk bagi, dilaksanakan
pada hari Senin, 26 September 2022 pukul 07.00-10.00 WITA. Pelaksanaan
praktikum bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum serbuk bagi yaitu, lumpang
dan alu, spatula, dan sudip.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum serbuk bagi yaitu, alkohol
70%, amoxicillin, CTM, etiket putih, kertas perkamen, paracetamol, plastik obat,
dan tisu.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Resep Amoxycillin
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70 %.
3. Dimasukkan obat amoxycilin sebanyak 2,5 tablet ke dalam lumpang.
4. Digerus searah jarum jam hingga homogen.
5. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 5 lembar.
6. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih sama.
7. Dibungkus kedalam kertas perkamen sesuai dengan cara pengemasan yang
baik.
8. Dimasukkan kedalam plastik obat.
9. Diberi etiket berwarna putih.
3.3.2 Resep CTM dan Paracetamol
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%.

10
3. Ditambahkan paracetamol sebanyak 5 tablet kedalam lumpang dan digerus
sampai halus.
4. Ditambahkan CTM sebanyak 5 tablet kedalam lumpang dan digerus searah
jarum jam hingga homogen.
5. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 10 lembar.
6. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih sama.
7. Dikemas kedalam kertas perkamen sesuai dengan cara pengemasan yang
baik.
8. Dimasukkan kedalam plastik obat.
9. Diberi etiket berwarna putih.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
3
4
5
6

Gambar 4.1 Gambar 4.2


Amoxicilin Paracetamol & CTM

4.2 Resep
Dr. Ani
SIP : 020/152/SIP-TU/V/2014
Praktek : Jl. Teuku Umar No.8
Telpon (0411) 359608
R/ Amoxicillin 250 mg
m.f. pulv dtd No.V
S. t. dd pc
R/ Paracetamol 250 mg
CTM 2 mg
m.f. pulv dtd No.X
S. tdd pc
Pro : Luffy (9 tahun)
Alamat : Jl. Jeruk

12
4.2.1 Perhitungan bahan
250 mg
Amoxycillin = x 5 = 2,5 tablet
500 mg
2 mg
CTM = x 10 = 5 tablet
4 mg
250 mg
Paracetamol = x 10 = 5 tablet
500 mg
4.2.2 Perhitungan dosis (rumus dilling) usia 9 tahun
1. Amoxycillin
9
a. Dosis sekali = x 500mg
20
= 225 mg
9
b. Dosis sehari = x 1500 mg
20
= 675 mg
225 mg
c. %OD sekali = x 100%
250 mg
= 90 % (Tidak OD)
675 mg
d. %OD sehari = x 100%
750 mg
= 90% (Tidak OD)
2. CTM
9
a. Dosis sekali = x 4 mg
20
= 1,8 mg
9
b. Dosis sehari = x 12 mg
20
= 5,4 mg
1,8 mg
c. %OD sekali = x 100%
2 mg
= 90% (Tidak OD)
5,4 mg
d. %OD sehari = x 100%
6 mg
= 90% (Tidak OD)

13
3. Paracetamol
9
a. Dosis sekali = x 500 mg
20
= 225 mg
9
b. Dosis sehari = x 1500 mg
20
= 675 mg
225 mg
c. %OD sekali = x 100%
250 mg
= 90% (Tidak OD)
675 mg
d. %OD sehari = x 100%
750 mg
= 90% (Tidak OD)
4.2.3 Narasi Resep
a. Narasi Latin
Recipe Amoxicillin 250 mg, misce fac pulveres da tales doses numero
quinque signa ter de die post coenum. Recipe Paracetamol 250 mg, CTM 2 mg
misce fac pulveres da tales doses numero decem signa ter de die post coenum. Pro
Luffy (9 tahun).
b. Narasi Indonesia
Ambilah Amoxicillin 250 mg campur dan buatlah serbuk bagi sesuai dosis
sebanyak lima tandai tiga kali sehari sesudah makan. Ambillah paracetamol 250
mg, CTM 2 mg campur dan buatlah serbuk bagi sesuai dosis sebanyak 10 tandai 3
kali sehari sesudah makan. Untuk Luffy (9 tahun).
4.2.4 Narasi Resep Perkata
Singkatan Nama Latin Arti
Dtd da tales doses Sesuai dosis
m.f Misce fac Campur dan buatkan
No V Numeorquinque Sebanyak lima
No X Numerodecem Sebanyak sepuluh
P.C Post coenum Sesudah makan
Pro Pro Untuk

14
Pulv Pulveres Serbuk bagi
R Recipe Ambillah
S Signa Tandai
Tdd Ter de die 3 kali sehari
4.3 Pembahasan
Menurut Dirjen POM (1979), serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam
bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang
cocok untuk sekali minum. Pada percobaan serbuk bagi kali ini menggunakan
metode triturasi yaitu teknik pencampuran dengan menghaluskan serbuk bahan-
bahan.
Alat yang digunakan pada praktikum serbuk bagi yaitu, lap halus, lap kasar,
lumpang dan alu, sudip. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum serbuk
bagi yaitu, alkohol 70%, amoxicillin, CTM, kertas perkamen, paracetamol, plastik
obat, dan tisu.
Langkah pertama yang dilakukan menyiapkan alat dan bahan. Bersihkan alat
dengan menggunakan alkohol 70%. Karena penggunaan alkohol 70% bersifat
antiseptik untuk benda mati. Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70% dapat
mempercepat proses pembersihan alat dari mikroorganisme.
Dimasukkan obat Amoxicillin sebanyak 2,5 tablet kedalam lumpang. Digerus
searah jarum jam. Karena penggerusan yang dilakukan searah dengan jarum jam
dapat membuat serbuk menjadi halus dan tercampur rata. Amoxicilin adalah
antibiotik golongan penicillin yang merupakan salah satu merek obat yang
digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Menurut Prahasto (2011), obat
antibiotik tidak boleh dicampur di dalam obat puyer dan harus terpisah.
Menurut Prahasto (2011), antibiotik seharusnya dikonsumsi sampai habis, jika
dicampur bersama dengan obat lain dalam bentuk puyer maka pemberian obat
akan dihentikan saat gejalanya sudah hilang. Hal ini menyebabkan dosis antibiotik
tidak dikonsumsi dengan tepat dan dapat memicu terjadinya resistensi.
Disiapkan kertas perkamen sebanyak 5 lembar. Diletakkan di atas kertas
perkamen menggunakan sudip. Kertas perkamen digunakan untuk membungkus
puyer karena kertas perkamen memiliki ketahanan lemak yang baik, permukaan

15
bebas serat, tidak berbau dan tidak berasa, kekuatan basah baik walaupun dalam
air mendidih (Syarief, dkk, 1989).
Dimasukkan ke dalam kertas perkamen. Dimasukkan dalam plastik obat dan
diberi etiket berwarna putih. Menurut Peraturan Menkes (2014) yaitu memberikan
etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih untuk obat dalam/oral, warna biru
untuk obat luar dan suntik, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan
bentuk suspensi atau emulsi.
Golongan penisilin adalah antibiotik yang paling dasar digunakan untuk pasien
yang terkena infeksi karena berspektrum rendah atau lebih sederhana dalam
menghambat pertumbuhan bakteri. Bentuk sediaan antibiotik golongan penisilin
yang paling banyak digunakan adalah ampicillin dan amoxicillin (Nurul, 2018).
Untuk pembuatan Paracetamol dan CTM, disiapkan alat dan bahan, dihaluskan
Paracetamol sebanyak 7 tablet kedalam lumpang, digerus searah jarum jam.
Karena penggerusan yang dilakukan searah dengan jarum jam dapat membuat
serbuk menjadi halus dan tercampur rata (Syarief, dkk, 1989).
Dimasukkan CTM sebanyak 5 tablet kedalam lumpang, digerus hingga
homogen. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 10 lembar dan sediaan serbuk
bagi yang sudah halus diletakkan di atas kertas perkamen dengan menggunakan
sudip. Kertas perkamen digunakan untuk membungkus puyer karena kertas
perkamen memiliki ketahanan lemak yang baik, permukaan bebas serat, tidak
berbau dan tidak berasa, kekuatan basah baik walaupun dalam air mendidih
(Syarief, dkk, 1989).
Dimasukkan dalam plastik obat dan diberi etiket berwarna putih. Karena etiket
putih sebagai tanda penggunaan oral atau penggunaan dalam. Etiket putih adalah
etiket yang digunakan untuk obat dalam atau obat yang dikonsumsi melalui
saluran pencernaan atau secara oral. Jenis obat yang menggunakan etiket putih
diantaranya bentuk tablet, kapsul, puyer (Permenkes, 2014).
Etiket putih digunakan untuk obat dalam. Jika suatu obat masuk ke dalam
tubuh melalui kerongkongan dan mengikuti saluran cerna maka obat tersebut
termasuk ke dalam golongan obat dalam (Rifqi, 2014).

16
Setelah melakukan percobaan ini, kemungkinan kesalahan yaitu jika bahan
obat yang digerus terlalu cepat sehingga hasil akhir yang tidak halus dan untuk
pembungkusan harus memperhatikan bahan pembungkus.

17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan sediaan serbuk bagi adalah:
1. Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain
yang cocok.
2. Cara pembutan serbuk bagi dimulai dari menyediakan alat dan bahan yang
sudah dibersihkan menggunakan alkohol 70%, lalu mulai memasukan obat
ke dalam lumpang dan kemudian di gerus searah jarum jam secara konstan
hingga homogen. Serbuk yang sudah di gerus kemudian di masukan ke
dalam kertas perkamen dan di lipat serapih mungkin agar tidak tercecer, dan
terakhir masukan ke dalam plastik obat yang sudah diberi etiket putih.
3. Perhitungan dosis obat didasarkan pada rumus sediaan obat, berupa sediaan
obat (padat, cair, semi padat). Resep baru dapat diracik setelah diperiksa
sesuai dosis agar efektif sebagai obat. Perhitungan dosis obat dapat dianalisa
dari berat badan, luas permukaan tubuh, usia, ras, keadaan patologis tubuh
dan jenis kelamin.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk asisten
Untuk asisten, sebaiknya lebih memantau praktikan dalam melaksanakan
praktikum agar praktikan lebih memahami percobaan yang telah dilakukan.
5.2.2 Saran untuk laboratorium
Untuk laboratorium, sebaiknya untuk fasilitas alat dan bahan praktikum
dilengkapi, agar hasil percobaan yang dihasilkan juga maksimal. Selain itu,
ruangan laboratorium diperluas dan ditambah dengan pendingin ruangan.
5.2.3 Saran untuk jurusan
Untuk jurusan, sebaiknya bertindak langsung dalam perbaikan dan
peninjauan laboratorium.

18

You might also like