You are on page 1of 16

Syarat-syarat Serbuk terbagi (Pulveres)

1. Kering
Serbuk tidak boleh menggumpal atau mengandung air, karena bahan yg.
higroskopis, efloresen, deliquesen ataupun campuran eutektik.
2. Halus
3. Homogen
Setiap bagian campuran serbuk harus. mgd. bhn-bhn yg. sama dan dlm.
perbdgan yg sama pula.  dipengaruhi faktor : a. Ukuran partikel -
perbedaan uk. besar  campuran berlapis  sebelum dicampur hrs. dibuat
sama dulu. R/ Vitamin C ---> serbuk halus Sacch. Album ---> kristal b.
Densitas/BJ - perbedaan besar --> campuran berlapis - atasi dg. mixing
tumbler/poedermengdoos

4. Uji keseragaman bobot

Syarat: penyimpangan yang diperbolehkan antara penimbangan satu persatu


terhadap bobot isi rata-rata, tidak lebih dari 15% untuk 2 bungkus dan tidak lebih
dari 10% untuk 18 bungkus (Syamsuni, 2006).

5. Uji keseragaman kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang


berlaku untuk serbuk terbagi/ pulveres yang mengandung obat keras,
narkotik dan psikotropik.
6.
Persyaratan serbuk
Secara umum, syarat serbuk meliputi :
1. Kering
2. Halus
3. Homogen
4. Memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) dan uji keseragaman
kandungan (seragam dalam zat yang terkandung yang berlaku untuk serbuk terbagi
(pulveres) yang mengandung obat keras, narkotik, psikotropik. (Moh. Anif, 2010)
Uji keragaman bobot atau uji keseragaman bobot menurut Farmakope Edisi
III untuk serbuk terbagi (pulveres) dilakukan dengan cara berikut :
1. Timbang isi dari 20 bungkus satu per satu
2. Campur isi ke-20 bungkus tersebut dan timbang sekaligus
3. Hitung rata-ratanya
Syarat penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi
rata-rata tidak lebih dari 15% untuk dua bungkus dan tidak lebih dari 10% untuk 18
bungkus. (Anonim, 1979)
Umumnya, serbuk terbagi dibungkus dengan kertas perkamen dan dapat
dilapisi dengan kertas selofan atau sampul polietilen untuk lebih melindungi serbuk
dari pengaruh lingkungan. Untuk serbuk tak terbagi (pulvis) hanya terbatas pada
obat yang tidak poten, seperti laksan, antacid, makanan diet, dan beberapa analgetik
tertentu. Penggunaan serbuk ini memungkinkan pasien untuk dapat menakar secara
aman dengan menggunakan senok teh atau penakar lainnya. Serbuk tak terbagi
lainnya, antara lain serbuk gigi dan serbuk tabur. (Anonim, 1979)
. CARA PENYIAPAN

1. Membersihkan alat dan meja, menyetarakan timbangan,

2. Baca resep dengan baik, periksa kelengkapan resep.

3. Analisa resep dengan seksama apakah ada hal-hal yang harus

dilaporkan

pada dokter mengenai bahan, kelengkapan ataupun sediaan. Apakah

ada

hal-hal khusus mengenai bahan obat, sediaan atau cara peracikan

bahan

yang dituangkan dalam KETERANGAN .

4. Menghitung pemakaian dibandingkan dengan Dosis Maksimal atau

Dosis

Lazim lalu disimpulkan jika perlu diberitahukan dokter.

5. Menghitung jumlah bahan yang dibutuhkan disesuaikan dengan bahan-

bahan yang tersedia.

6. Menuliskan cara pembuatan resep sesuai dengan spesifikasi sediaan

dan

bahan.

7. Membuat etiket dengan signa yang benar dan ceklist kebenaran

etiket.

8. Menuliskan khasiat masing-masing bahan obat.

9. Menyiapkan pelayanan informasi obat ( PIO ).

III. CARA PERACIKAN


1. Cara Pengambilan dan Pelipatan Kertas Perkamen:

a. Ambilah kertas perkamen yang bersih.

b. Hitunglah jumlah kertas perkamen sesuai dengan jumlah serbuk

yang

akan dibungkus/dibuat.

c. Lipatlah bagian atas dari kertas perkamen ± 1 cm.

d. Lipatlah bagian lain dari kertas perkamen hingga ujung bagian kertas

perkamen tersebut tepat berada dibagian lain dalam lipatan

pertama.

e. Buatlah bungkusan dengan cara melipat - lipat sehingga ujung kertas

perkamen yang satu dapat masuk pada bagian ujung kertas lainnya.

f. Samakan besarnya bungkusan agar kelihatan rapih.

g. Usahakan besarnya bungkusan tidak memberikan kesan terlalu kecil

atau terlalu besar.

2. Cara Membagi dan Membungkus Pulveres

a. Setelah serbuk menjadi halus, keluarkanlah serbuk tersebut dengan

cara mengambil dengan menggunakan mika dari mortir, hingga

seluruh

serbuk keluar, dan mortir tampak bersih, tampunglah dengan kertas

perkamen.

b. Bagilah serbuk keatas perkamen yang sudah tersusun rapi

c. Mulailah dari kertas perkamen yang berada pada posisi barisan atas

dan paling kiri, dilanjutkan kearah kanan, menyusul pada baris


berikutnya dimulai dari bagian kiri.

d. Perhatikan dengan cermat agar pembagian serbuk sama banyak.

e. Mulailah membungkus serbuk dari posisi paling bawah dan paling

kanan.

f. Setelah semua serbuk terbungkus, susunlah bungkusan dengan rapi,

sama tinggi dan menghadap arah yang sama.

g. Untuk pulveres berjumlah maksimal dua belas bungkus dapat dibagi

sama rata menurut pandangan mata langsung.

h. Lebih dari dua puluh dikerjakan dengan dibagi dahulu dengan jalan

penimbangan lalu dibagi sama rata.

i. Untuk bahan-bahan yang pemakaiannya lebih dari 80% dari dosis

maksimalnya maka harus ditimbang satu persatu dengan cara

ditimbang hasil serbuknya, tentukan berat rata-rata dikurangi 5-10

mg

lalu timbang satu persatu, jika pada penimbangan sisa bagi sama rata.

3. Cara Menggunakan Mortir dan Stamper dalam Peracikan Pulveres

a. Mulut dari mortir senantiasa mengarah ke kiri.

b. Maksudnya agar ketika stamper dibersihkan stamper senantiasa

tetap pada mulut mortir.

c. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara

mika tetap berada di kepala stamper.

d. Mortir diletakkan diatas meja praktik dialasi dengan lap pada waktu
menggerus bahan obat.

e. Bila akan meletakkan stamper, letakkan selalu disebelah kanan dan

dialasi dengan kertas, kepala stamper harus mengarah kepada kita.

f. Stamper dipegang seperti memegang pulpen.

g. Putarlah stamper berlawanan dengan arah jarum jam.

h. Gerakan tangan sebatas pergelangan, sambil setelah stamfer

dibersihkan dengan menggunakan mika.

i. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara

mika tetap berada dikepala stamper.

j. Ulangi beberapa kali sampai serbuk halus.

4. Cara Mencampur Bahan – Bahan Obat Dalam Serbuk.

a. Lapisilah mortir dengan sedikit bahan tambahan terlebih dahulu.

b. Dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit.

c. Bahan-bahan obat yang berwarna diaduk diantara dua lapisan zat

netral

d. Bahan obat yang kasar dihaluskan terlebih dahulu

e. Bahan obat yang berbobot/bermasa ringan dimasukkan terakhir,

begitu juga dengan bahan obat yang mudah menguap.

5. Cara Menata Serbuk dalam Kemasan

a. Kemasan pot yang ada, maka serbuk ditata dalam posisi lipatan kertas

menghadap kearah yang sama, dibuat rapi panjangnya kurang lebih

sama dan tidak besar pada salah satu sisi kertas serbuk, etiket dan
label yang tertempel diletakkan di dalam pot.

b. Jika tersedia plastik klip, maka penataan sedemikian sehingga

teratur

satu posisi dan dirapikan menyesuaikan plastik klip, etiket dan label

berada diluar plastik disesuaikan dengan cetakan


Produksi sendiri dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), bila produk
obat/sediaan farmasi tersebut tidak diperdagangkan secara komersial atau jika
diproduksi sendiri akan lebih menguntungkan. Produksi obat sediaan farmasi yang
dilakukan merupakan produksi lokal untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Dalam
proses produksi tersebut dilakukan berbagai tahap mencakup desain dan pengembangan
produk, pengadaan, perencanan dan pengembangan proses, produksi, pengujian akhir,
pengemasan, penyimpanan, sampai dengan penghantaran produk tersebut pada
penderita/profesional kesehatan. Oleh karena itu, IFRS perlu menerapkan standar sistem
mutu ISO 9001 dan dilengkapi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Dalam rangka memutuskan tepat tidaknya produksi lokal di rumah sakit, beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan adalah rancangan kapasitas dan sumber produksi, seleksi
produksi, persediaan produksi serta pengontrolan kualitas dan harga produk.

Kriteria obat yang diproduksi:


1. sediaan farmasi dengan formula khusus
2. sediaan farmasi dengan harga murah
3. sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4. sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran
5. sediaan farmasi untuk penelitian
6. sediaan nutrisi parenteral
7. rekonstruksi sediaan obat kanker

Tujuan perencanan produksi obat adalah merencanakan produksi obat yang sesuai dan
kebutuhan rumah sakit. Dalam proses produksi untuk menghasilkan anggaran yang tepat
selama produksi maka farmasis akan menentukan inventaris dan pemakaian anggaran
yang diperlukan untuk produk akhir dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Persediaan dan tingkat pemakaian produk jadi.
Mengenai tingkat pemakaian setiap jenis barang yang akan diproduksi. Hal ini dilakukan
dengan meninjau kembali catatan dari satu atau dua tahun sebelumnya dan
membandingkan catatan ini dengan pola resep yang ditulis oleh dokter.
2. Persyaratan bahan.
Seorang farmasis di rumah sakit harus menentukan produk yang akan dibuat dengan
memperhitungkan jumlah dan banyaknya produksi yang akan dibuat serta menyusun cara
terbaik dan termudah dalam mendapatkan persediaan. Persediaan ini meliputi : Bahan
baku, Wadah, Etiket dan bahan lainnya seperti kertas saring, kotak dan etiket khusus.
3. Kepastian produksi.
Dalam kapasitas produksi ini farmasis harus mempertimbangkan dua hal yaitu apakah
farmasis mempunyai perlengkapan untuk pembuatan produk dan apakah mesin atau
perlengkapan tersebut sanggup untuk memproduksi dalam jumlah yang diinginkan. Waktu
merupakan faktor yang berharga dalam proses produksi, maka farmasis harus
menggunakan kapasitas maksimum dari peralatannya, pemilihan perlengkapan harusnya
dibuat sebagai dasar untuk mendapatkan peralatan yang mempunyai banyak fungsi dan
mencegah kerugian akibat penumpukan peralatan mahal yang nantinya tidak akan
digunakan.
4. Peralatan produksi dan sumber-sumbernya.
Macam dan ukuran dari perlengkapan produksi yang disyaratkan dalam farmasi rumah
sakit berbeda tiap rumah sakit. Penentuan peralatan berdasarkan jangkauan program
produksi, jumlah yang akan diproduksi, lainnya waktu yang hendak disyaratkan ke
pemakai produk, tersedianya personil dan tersedianya fasilitas fisik.
5. Tenaga produksi
Tenaga produksi yang terlalu banyak akan mengakibatkan pemborosan anggaran,
akibatnya harga produksi akan menjadi mahal. Bagian produksi harus diawasi oleh
farmasis yang didukung oleh tambahan personil yang terlatih untuk mengadakan
pekerjaan non teknis seperti memasukkan cairan ke dalam botol, menyaring, memberi
etiket, dan lain-lain.
6. Biaya operasi
Biaya operasi yang dikontrol dengan baik tentu akan menghasilkan suatu hasil yang
menguntungkan pemakaian biaya operasi yang tepat biasnya digunakan biaya langsung
dan tidak langsung. Biaya langsung ditujukan pada tenaga kerja sedangkan biaya tidak
langsung ditujukan pada biaya personil dalam kedudukannya sebagai pengawas, tempat
sewa, asuransi dan penurunan nilai peralatan, pemeliharaan anggaran rumah tangga dan
lain-lain. Biaya tidak langsung seharusnya dibandingkan dengan biaya langsung untuk
memastikan biaya sebenarnya dari produk.
1. Perencanaan produksi, mulai dari seleksi produk, pengemasan bahan baku dan
kemasan serta pengembangan formula. Dalam perencanaan ini perlu dipertimbangkan
seleksi produk yang mungkin untuk dimanufaktur, didasarkan pada permintaan rumah
sakit terhadap ketersediaannya, menetapkan kemungkinan pelaksanaannya secara
ekonomi dan berdasarkan penilaian dasar.
2. Perencanaan gedung dan fasilitas produksi, peralatan dan personel yang memenuhi
syarat.
3. Mengadakan pelatihan personel secara teratur, inspeksi dan evaluasi kerja.
4. Mengadakan dokumentasi proses produksi.
5. Menjamin mutu produk akhir.
Dalam proses produksi, dasar perencanaan produksi adalah formulir permintaan yang
dikirim ke instalasi produksi di mana mekanisme pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran bahan baku dan bahan jadi adalah :
a. Untuk pengadaan bahan baku dan pengemasan yang digunakan dalam proses produksi
diperoleh dari sub instalasi perbekalan setiap bulan sekali.
b. Untuk penyimpanan obat jadi dan bahan baku yang akan digunakan, masing-masing
ditempatkan dalam lemari terpisah.
c. Obat jadi didistribusikan ke sub instalasi perbekalan untuk kemudian ke ruang atau
depo farmasi. Untuk produk yang dipesan oleh pihak lain selain di rumah sakit diambil
sendiri.
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh sub instalasi produksi farmasi ada dua, yaitu:
1. Produk Obat Steril
Pembuatan produk steril terbagi menjadi :
1. Produksi steril adalah proses mencampur atau meracik bahan obat steril dan dilakukan
di dalam ruang steril.
2. Aseptic dispensing adalah teknik aseptic yang dapat menjamin ketepatan sediaan steril
yang dibuat dan bebas kontaminasi.
Stabilitas dari sediaan farmasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti,

suhu, cahaya, udara (terutama oksigen), dan kelembaban. Tetapi juga dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan produk, seperti sifat kimia dan fisika

dari zat aktif dan zat tambahan, bentuk sediaan dan komposisinya, proses

pembuatan, sistem penutupan wadah, dan sifat bahan pengemasnya (Syahputri,

2006). Suatu obat akan memberikan efek terapi yang baik apabila obat tersebut juga

dalam keadaan yang baik. Stabilitas obat yang baik akan mempengaruhi mutu obat

(Herawati, 2012).

Suatu sediaan farmasi dapat dikatakan stabil apabila karakteristik kimia,


fisika, mikrobiologi, terapetik dan toksikologi tidak mengalami perubahan dari
awal produksi hingga pada saat penyimpanan serta penggunaan. Mutu semua obat
yang beredar harus terjamin baik dan diharapkan obat akan sampai ke pasien dalam
keadaan baik. Penyimpanan obat yang kurang baik merupakan salah satu masalah
dalam upaya peningkatan mutu obat.
. Oleh karena itu, siapapun yang menerima obat harus mendapatkan
informasi untuk menjaga kestabilan obat tersebut, salah satunya mengenai cara
penyimpanan dan batas waktu penggunaan obat setelah kemasan dibuka.
Identitas. Sediaan dasar yang ada adalah tablet dan kapsul 300 mg, 450 mg, 600

mg

Dosis Untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari, atau

600 mg 2 – 3 kali seminggu. Rifampisin harus diberikan bersama dengan obat anti

tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis diberikan dokter / tenaga kesehatan

lain berdasarkan atas berat badan yang diberikan satu kali sehari maupun 2-3 kali

seminggu. Biasanya diberikan 7,5 – 15 mg per kg berat badan. Anjuran Ikatan

Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak < 10 kg, 150 mg untuk 10 – 20

kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg.

Indikasi Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan dengan

antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang

Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak

dapat dibunuh oleh isoniazid.

Mekanisme kerja, Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri

Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA terganggu.

Dinamika / Kinetika Obat Obat ini akan mencapai kadar plasma puncak

(berbeda beda dalam kadar) setelah 2-4 jam sesudah dosis 600 mg, masih terdeteksi

selama 24 jam. Tersebar merata dalam jaringan dan cairan tubuh, termasuk cairan

serebrosfinal, dengan kadar paling tinggi dalam hati, dinding kandung empedu, dan

ginjal. Waktu paruh plasma lebih kurang 1,5- 5 jam( lebih tinggi dan lebih lama

pada disfungsi hati, dan dapat lebih rendah pada penderita terapi INH). Cepat

diasetilkan dalam hati menjadi emtablit aktif dan tak aktif; masuk empedu melalui

sirkulasi enterohepar. Hingga 30 % dosis diekskresikan dalam kemih, lebih kurang


setengahnya sebagai obat bebas. Meransang enzim mikrosom, sehingga dapat

menginaktifkan obat terentu. Melintasi plasenta dan mendifusikan obat tertentu

kedalam hati.

Interaksi Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon, absorpsi

dikurangi oleh antasida, mempercepat metabolisme, menurunkan kadar plasma dari

dizopiramid, meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat metabolisme

kloramfenikol, nikumalon, warfarin, estrogen,teofilin, tiroksin, anti depresan

trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea),

fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol, ketokonazol, terbinafin, haloperidol,

indinafir, diazepam, atofakuon, betabloker(propanolol),diltiazem, nifedipin,

verapamil, siklosprosin, mengurangi khasiat glukosida jantung, mengurangi efek

kostikosteroid, flufastatin Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang kuat

untuk cytochrome P-450 isoenzymes, mengakibatkan turunnya konsentrasi

serum obat-obatan yang dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut. Obat obat

tersebut mungkin perlu ditingkatkan selama pengobatan TB, dan diturunkan

kembali 2 minggu setelah Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi:

diantaranya : protease inhibitor, antibiotika makrolid, levotiroksin, noretindron,

warfarin, siklosporin, fenitoin, verapamil, diltiazem, digoxin, nortriptilin,

alprazolam, diazepam, midazolam, triazolam dan beberapa obat lainnya.

Efek Samping Efek samping pada Saluran cerna ; rasa panas pada perut, sakit

epigastrik, mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare, SSP: letih rasa

kantuk, sakit kepala, ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir, baal umum,

nyeri pada anggota, otot kendor, gangguan penglihatan, ketulian frekuensi rendah

sementara ( jarang). Hipersensitifitas: demam, pruritis, urtikaria, erupsi kulit,


sariawan mulut dan lidah, eosinofilia, hemolisis, hemoglobinuria hematuria,

insufiensi ginjal, gagal ginjal akut( reversibel). Hematologi trombositopenia,

leukopenia transien, anemia, termasuk anemia hemolisis.Intoksikasi lain:

Hemoptisis, proteinurea rantai rendah, gangguan menstruasi, sindrom hematoreal.

Peringatan/Perhatian Keamanan penggunaan selama kehamilan, dan pada anak

anak usia kurang 5 tahun belum ditetapkan. Hati hati penggunaan pada : penyakit

hati, riwayat alkoholisma, penggunaan bersamaan dengan obat hepatotoksik lain.

Overdosis Gejala yang kadang kadang timbul adalah mual, muntah, sakit perut,

pruritus, sakit kepala, peningkatan bilirubin, coklat merah pada air seni, kulit, air

liur, air mata, buang air besar, hipotensi, aritmia ventrikular. Pemberian dosis yang

berlebih pada Ibu hamil dapat menyebabkan gangguan pada kelahiran berhubungan

dengan masalah tulang belakang ( spina bifida) Penanganan mual dan muntah

dengan memberikan karbon aktif, dan pemberian anti emetik. Pengurangan obat

dengan cepat dari tubuh diberikan diuresis dan kalau perlu hemodialisa.

Informasi Untuk Penderita Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu

ditanyakan tentang :

1. alergi yang pernah dialami,

2. Penggunaan obat lain bila menggunakan Rifampisin ( lihat Interaksi)

Penderita perlu diberikan informasi tentang cara penggunaan yang baik dari obat

ini dan kemungkinan reaksi yang akan dirasakan , yakni

1. Obat ini harus diminum sampai selesai sesuai dengan kategori penyakit atau

petunjuk dokter / petugas kesehatan lainnya, dan diupayakan agar tidak

lupa. Bila lupa satu hari, jangan meminum dua kali pada hari berikutnya
2. Harus disesuaikan dengan berat badan, sehingga perlu diberitahukan berat

badan kepada petugas,

3. Harus dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, namun jika lupa segera

minum obat jika waktunya dekat ke waktu minum obat seharusnya. Tetapi

jika kalau lewat waktu sudah jauh, dan dekat ke waktu berikutnya, maka

minum obat sesuai dengan waktu / dosis berikutnya.

4. Minum sesuai jadwal yang diberitahukan oleh dokter atau petugas

kesehatan lain misalnya pada pagi hari.

5. Beritahukan kepada dokter / petugas kala sedang hamil, karena penggunaan

pada minggu terakhir kehamilan dapat menyebabkan pendarahan pada bayi

dan ibu.

6. Beritahukan kepada dokter / petugas kesehatan lain kalau sedang meminum

obat lain karena ada kemungkinan interaksi.

7. Obat ini dapat menyebabkan kencing, air ludah, dahak, dan air mata akan

menjadi coklat merah.

8. Bagi yang menggunakan lensa kontak ( soft lense), disarankan untuk

melepasnya, karena akan bereaksi atau berubah warna.

9. Bagi peminum alkohol atau pernah / sedang berpenyakit hati agar

menyampaikan juga kepada dokter / tenaga kesehatan lain karena dapat

meningkatkan efek samping.

10. Sampaikan kepada dokter / petugas kesehatan lain jika mengalami efek

samping berat ( lihat efek samping)

11. Jika akan melakukan pemeriksaan diagnostik kencing dan darah,

beritahukan bahwa sedang meminum Rifampisin kepada petugas


laboratorium atau dokter dan tenaga kesehatan lain karena kadangkadang

akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Penyimpanan Obat Yang Benar

Obat ini harus disimpan :

a. Jauh dari jangkauan anak –anak.

b. Dihindari dari panas dan cahaya langsung

c. Simpan ditempat kering dan tidak lembab

d. Jangan disimpan obat yang berlebih atau obat yang dibatalkan

penggunaannya.

You might also like