You are on page 1of 9

FAKTOR PENDERITA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN

PENYAKIT TUBERCULOSIS (TBC) PARU DI WILAYAH KERJA


DI KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN 2018

Upik Pebriyani1, Mala Kurniati2, Neno Hasbie1

1Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati


2Departemen Biologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati
3Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas
Malahayati

Abstract: Patient Factor Related to Healing Of Tuberculosis (Tb) Lung


Disease in Work Area Natar SubDistrict, South of Lampung, 2018.
Tuberculosis (TB) still becomes one of the main public health issues in the world
even though the efforts of TB eradication has been done in many countries. The
highest new case distribution of BTA (+) in South Lampung District in 2017 was in
Natar Public Health working area which was as many as 113 cases. One of the
efforts that was done to increase the successfulness of pulmonary TB medication is
by paying attention to the factors of TB sufferer recovery factor. The objective of
this research is to know the factors from the sufferers which are related to
pulmonary TB medication recovery on patients who got treatment in Natar Sub-
District working area, South Lampung 2018. Data collection used questionnaires
filled during September 2018. There were 66 respondents who met the inclusion
and exclusion criteria using non-random sampling. The data was analyzed using
univariate, bivariate (Chi-Square) and multivariate (Logistic Regression). Univariate
analysis showed various respondents’ characteristic and TB medication recovery
level of 75.8%. There was relationship between nutrition, medication obedience,
other disease complication, knowledge and behavior towards the TB sufferer
recovery (p>0.05). Knowledge is the most dominant variable related to the TB
sufferer medication recovery.

Keywords: TB, recovery, sufferer’s factor

Abstrak: Faktor Penderita Yang Berhubungan Dengan Kesembuhan


Penyakit Tuberculosis (Tbc) Paru Di Wilayah Kerja di Kecamatan Natar
Lampung Selatan Tahun 2018. Tuberculosis (TB) masih merupakan salah satu
masalah utama kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan
TB telah dilaksanakan di banyak negara. Penyebaran kasus baru BTA (+) di
Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2017 yang tertinggi berada di wilayah
kerja Puskesmas Natar sebanyak 113 kasus. Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan keberhasilan pengobatan TB Paru salah satunya adalah dengan
memperhatikan faktor kesembuhan penderita TB. Tujuan penelitian ini mengetahui
faktor-faktor penderita yang berhubungan dengan kesembuhan pengobatan TB
paru pada pasien yang berobat di Wilayah Kerja Kecamatan Natar, Lampung
Selatan Tahun 2018. Pengumpulan data menggunakan kuisioner yang dilakukan
selama September 2018. Responden berjumlah 66 yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi dengan teknik pengambilan non random sampling. Data dianalisis
dengan univariat, bivariat (Chi-Square) dan multivariat (Regresi Logistik). Analisis
univariat menunjukkan karakteristik responden yang beragam dan tingkat
kesembuhan pengobatan TB (75,8%). Terdapat hubungan antara status gizi,
kepatuhan berobat, komplikasi penyakit lain, pengetahuan, dan sikap dengan
kesembuhan penderita TB (p>0,05). Pengetahuan merupakan variabel paling
dominan terkait dengan kesembuhan pengobatan pada penderita TB.

Kata Kunci : TB, kesembuhan, faktor penderita

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 29


PENDAHULUAN 181.328 jiwa mencakup 26 desa serta
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit penyebaran kasus baru BTA (+)
menular yang disebabkan oleh tertinggi ada di wilayah kerja
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat Puskesmas Natar yang merupakan
menyerang paru dan organ lainnya bagian dari kecamatan Natar (Dinas
(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Kesehatan Lampung Selatan, 2018).
Sampai dengan saat ini TB masih Upaya yang dilakukan untuk
merupakan salah satu masalah utama meningkatkan keberhasilan pengobatan
kesehatan masyarakat di dunia TB salah satunya adalah dengan
walaupun upaya penanggulangan TB memperhatikan faktor risiko TB.
telah dilaksanakan di banyak negara Menurut Ivanovs (2016) dari penelitian
(Muniroh, Aisah and Mifbakhuddin, yang telah dilakukan determinasi TB
2013). Penyakit ini bila tidak diobati diidentifikasi dan diklasifikasikan
atau pengobatannya tidak tuntas dapat berdasarkan faktor risiko penyakit TB.
menimbulkan komplikasi berbahaya Model determinasi faktor risiko TB ini
hingga kematian. Tuberkulosis sudah diadopsi dari Four Layer Model of Health
ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum yang dikemukan oleh Dahlgren and
masehi, namun kemajuan dalam Whitehead pada tahun 1991. Tingkat
penemuan dan pengendalian penyakit pertama yaitu kondisi sosial ekonomi
TB baru terjadi dalam dua abad terakhir masyarakat, budaya dan lingkungan.
(Subuh et al., 2014). Tingkat kedua yaitu kondisi kehidupan
Berdasarkan Global Tuberculosis dan kemakmuran. Tingkat ketiga adalah
Report (2015) TB menjadi penyebab faktor risiko psikososial dan tingkat
utama kematian di seluruh dunia keempat yaitu faktor risiko yang
disamping HIV. Pada tahun 2014, TB berhubungan dengan individu (Ivanovs,
membunuh 1,5 juta orang terdiri dari 2016).
1,1 juta penderita dengan HIV negatif Pada tingkat keempat dari model
dan dan 0,4 juta penderita dengan HIV Four Layer Model of Health yaitu faktor
positif. Jumlah tersebut terdiri dari risiko yang berhubungan dengan
890.000 pria, 480.000 wanita dan individu merupakan salah satu faktor
140.000 anak-anak (World Health penting dalam mempengaruhi
Organization, 2015). kesembuhan penderita TB. Faktor
Berdasarkan hasil Survei penderita tersebut terdiri dari kebiasaan
Prevalensi TB Indonesia tahun 2013- merokok, penyalahgunaan alkohol,
2014, diperkirakan prevalensi TB penyalahgunaan obat, dan malnutrisi
sebanyak 1.600.000 kasus sedangkan (status gizi) (Ivanovs, 2016). Selain
insiden TB sebanyak 1.000.000 kasus keempat faktor penderita dari Ivanovs
dan mortalitas TB 100.000 kasus. tersebut, Narasimhan et al (2013)
Dengan angka notifikasi kasus tahun menambahkan faktor risiko individu
2014 sebanyak 324.000 kasus maka yang berhubungan dengan kesembuhan
case detection TB di Indonesia hanya TB yaitu kondisi imun penderita, usia
sekitar 32 %. Sebanyak 68% kasus muda, komplikasi dengan penyakit lain
masih belum diobati atau sudah diobati (misalnya pada diabetes), serta pekerja
tetapi belum tercatat oleh program kesehatan (Narasimhan et al., 2013).
(Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Berdasarkan latar belakang
2016). tersebut peneliti tertarik untuk
Kecamatan Natar merupakan melakukan penelitian mengenai faktor-
salah satu kecamatan di wilayah faktor penderita yang berhubungan
Lampung Selatan yang dipilih menjadi dengan kesembuhan penyakit
lokasi pada penelitian ini. Dipilihnya Tuberculosis (TB) di Wilayah Kerja
lokasi ini dikarenakan kecamatan Natar Kecamatan Natar Lampung Selatan
memiliki luas wilayah terbesar diantara tahun 2018. Oleh karena itu penelitian
kecamatan lainnya di Kabupaten ini sangat menarik dilakukan dalam
Lampung Selatan yaitu 213 Km2 dengan rangka menghasilkan data penelitian
jumlah penduduk terbesar sejumlah

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 30


yang khusus membahas faktor bermakna bila nilai p ≤ 0,05 yang
kesembuhan individual penderita. berarti hipotesis diterima dan hubungan
dinyatakan tidak bermakna bila nilai p >
METODE 0,05 yang berarti hipotesis ditolak.
Penelitian ini adalah penelitian Analisis multivariat digunakan untuk
analitik observasional dengan mengetahui hubungan lebih dari satu
pendekatan cross sectional yaitu variabel independen dengan satu
rancangan studi epidemiologi yang variabel dependen serta untuk
mempelajari hubungan penyakit dan mengetahui variabel independen mana
paparan (faktor penelitian) dengan yang paling berpengaruh terhadap
mengamati status paparan dan variabel dependen. Terdapat dua
penyakit serentak pada individu dari analisis multivariat yang sering
populasi tunggal, pada satu saat atau digunakan dalam penelitian yaitu
periode. Subjek penelitian adalah analisis regresi logistik dan analisis
penderita tuberkulosis paru berjumlah regresi linear.
66 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi berasal dari lima tempat HASIL
penelitian yaitu Puskesmas Sukadamai,
Puskesmas Branti Raya, Puskesmas Gambaran Karakteristik Responden
Natar, Puskesmas Hajimena dan Hasil penelitian diperoleh
Puskesmas Tanjung Sari. Variabel bebas karakteristik responden yaitu laki-laki
dalam penelitian yaitu status gizi, sebanyak 37 orang (54,4%) dan
kepatuhan berobat, komplikasi dengan perempuan sebanyak 29 orang
penyakit lain, pengetahuan penderita (42,6%). Kelompok umur yang didapat
tentang penyakit TB, sikap penderita yaitu kelompok umur 15-55 sebanyak
terhadap kesembuhan TB. Sedangkan 46 orang (69,7%) dan kelompok umur
variabel terikatnya adalah kesembuhan > 55 sebanyak 20 orang (30,3%).
TB. Distribusi frekuensi strata pendidikan
Pada penelitian ini alat untuk responden didapatkan hasil yaitu
mengumpulkan data menggunakan SMA/Sederajat sebanyak 15 orang
kuesioner terstruktur dengan (22,1%), SMP/Sederajat sebanyak 16
pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan orang (23,5%), SD/Sederajat sebanyak
yang kemungkinan jawabannya sudah 29 orang (42,6%), Tidak Sekolah (TS)
ditentukan terlebih dahulu dan sebanyak 6 orang (8,8%) sedangkan
responden tidak diberi kesempatan yang mengenyam pendidikan di
memberikan jawaban lain. Indikator Perguruan Tinggi tidak ada.
variabel pada penelitian ini dijadikan Distribusi frekuensi karakteristik
sebagai titik tolak untuk menyusun responden dari pekerjaan yaitu tidak
item-item instrumen yang dapat berupa bekerja sebanyak 22 orang (32,4%),
pernyataan atau pernyataan (Poernomo, petani sebanyak 9 orang (13,2%),
2009). Pengolahan data meliputi swasta sebanyak 30 orang (44,1%),
Editing, Coding, Entry, Cleaning. dan wiraswasta sebanyak 5 orang
Analisis data hasil penelitian (7,4%). Karakteristik responden
disajikan secara univariat untuk berdasarkan penghasilan rendah dan
menunjukkan karakteristik responden tinggi maka diperoleh data yaitu
yang beragam dan tingkat kesembuhan berpenghasilan rendah ≤ 2.168.702, 48
pengobatan TB. Analisis bivariat perbulan sebanyak 61 orang (89,7%)
dilakukan analisis tabulasi silang antara dan yang berpenghasilan tinggi ≥
variabel bebas dan variabel terikat 2.168.702, 48 perbulan sebanyak 5
untuk mencari hubungan antar dua orang (7,4%) (tabel 1).
variabel. Proses ini menggunakan uji
Chi-Square. Hubungan dinyatakan

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 31


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden di
Wilayah Kerja Kecamatan Natar Tahun 2018

No. Karakteristik Jumlah Persentase (%)


Jenis Kelamin
1. a. Laki-laki 37 54,4
b. Perempuan 29 42,6
Umur
2. a. Laki-laki 46 69,7
b. Perempuan 20 30,3
Pendidikan
a. Akademik/PT 0 0
b. SMA/Sederajat 15 22,1
3.
c. SMP/Sederajat 16 23,5
d. SD/Sederajat 29 42,6
e. Tidak Sekolah 6 8,8
Pekerjaan
a. Tidak bekerja 22 32,4
4. b. Petani 9 13,2
c. Swasta 30 44,1
d. Wiraswasta 5 7,4
Penghasilan
a. Rendah
(≤ 2.168.702, 48 perbulan) 61 89,7
5.
b. Tinggi
(≥ 2.168.702, 48 perbulan) 5 7,4

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesembuhan, Status Gizi,


Kepatuhan Berobat, Komplikasi Penyakit lain, Pengetahuan dan
Sikap di Wilayah Kerja Kecamatan Natar Tahun 2018

No. Variabel Kategori Jumlah Persentase


(%)

1. Kesembuhan Tidak sembuh 9 13,6


Sembuh 57 86,4

2. Status Gizi Kurang 21 31,8


Normal 45 68,2
Kepatuhan
3. Tidak patuh 17 25,8
Berobat
Patuh 48 74,2
Komplikasi
4. Ada 23 34,8
Penyakit lain
Tidak ada 43 65,2

5. Pengetahuan Tidak baik 17 25,8


Baik 49 74,2

6. Sikap Tidak baik 16 24,2


Baik 50 75,8

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 32


Hasil uji statistik Chi Square antara Tahun 2018, didapatkan pula OR = 5,6
status gizi dengan kesembuhan dapat dengan CI 1,24–25,25, dimaknai bahwa
disimpulkan bahwa terdapat hubungan penderita TB yang mempunyai status
antara status gizi dengan kesembuhan gizi kurang memiliki risiko 5,6 kali untuk
TB di 5 puskesmas wilayah kerja tidak sembuh dibandingkan penderita
Kecamatan Natar Lampung Selatan TB yang mempunyai status gizi normal.

Tabel 3. Rekapitulasi Analisis data dengan Uji Chi Square Faktor Penderita
yang Berhubungan dengan Kesembuhan Penyakit Tuberculosis
(TBC) Paru Di Wilayah Kerja Di Kecamatan Natar Lampung
Selatan Tahun 2018

Kesembuhan Keterangan
No. Variabel
p OR 95%CI
1. Status Gizi 0,02 5,6 1,24-25,25 Ada hubungan
2. Kepatuhan Berobat 0,007 8,36 1,80-38,78 Ada hubungan
Komplikasi Penyakit 0,007 8,96 1,68-47,84 Ada hubungan
3.
Lain
4. Pengetahuan 0,04 4,68 1,08-20,20 Ada hubungan
5,22 Ada hubungan
5. Sikap 0,03 1,20-22,73

status gizi normal. Status gizi dan


Hasil uji statistik antara kepatuhan tuberkulosis (TB) merupakan beban
berobat dengan kesembuhan
didapatkan p Value 0,007 (p Value ≤ 0,05) yang sering dijumpai di negara
dapat disimpulkan bahwa terdapat berkembang. Kedua masalah ini saling
hubungan antara kepatuhan berobat berhubungan satu dengan yang lain.
dengan kesembuhan TB dan nilai OR = Status nutrisi buruk sering ditemukan
8,36 dengan CI 1,80–38.78. Hubungan pada penderita TB aktif dibandingkan
antara komplikasi penyakit lain dengan individu sehat. Infeksi TB sendiri
kesembuhan menunjukkan nilai (p : menimbulkan anoreksia, malabsorpsi
0,007 ; OR : 8,96 ; CI : 1,68-47,84). nutrien dan mikronutrien serta
Hubungan pengetahuan tentang gangguan metabolisme sehingga terjadi
penyakit TB dengan kesembuhan TB proses penurunan massa otot dan
menunjukkan hasil yang signifikan lemak. Suplementasi nutrisi diduga
dengan nilai (p : 0,04 ; OR : 4,68 ; CI : dapat memperbaiki keadaan umum
1,08-20,20). Hasil statistik antara sikap penderita selama pemberian obat
dengan kesembuhan TB antituberkulosis (OAT) tetapi prognosis
memperlihatkan hasil yang signifikan penderita berkaitan dengan berbagai
dengan nilai (p : 0,03 ; OR : 5,22 ; CI : faktor seperti faktor organisme, individa
1,20-22,73) (tabel 3). dan lingkungan (Pratomo et al., 2012).
Salah satu penentu keberhasilan
PEMBAHASAN penatalaksanaan terapi tuberkulosis
Status gizi merupakan faktor yaitu kepatuhan pasien terhadap terapi.
penting yang mempengaruhi Ketidakpatuhan berobat akan
kesembuhan penderita TB dan status menyebabkan kegagalan dan
gizi dapat menjadi faktor risiko bagi kekambuhan, sehingga muncul
kesembuhan penderita TB, status gizi resistensi dan penularan penyakit terus
yang kurang pada penderita menerus. Hal ini dapat meningkatkan
meningkatkan risiko sampai 5,6 kali risiko morbiditas, mortalitas dan
lebih besar daripada penderita dengan resistensi obat baik pada pasien
maupun pada masyarakat luas.
Konsekuensi ketidakpatuhan berobat

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 33


jangka panjang adalah memburuknya 2002). Nuwaha melaporkan di Uganda
kesehatan dan meningkatnya biaya 92% penderita menyelesaikan
perawatan (WHO Global Tuberculosis pengobatannya. Hal tersebut
Report, 2016). Terkait dengan disebabkan karena pengobatan
kepatuhan berobat jalan, dimungkinkan penderita pada satu fasilitas kesehatan,
beberapa hal yang mempengaruhinya, baik pada fase intensif maupun fase
dimana faktor tersebut tidak terdapat lanjutan, pengobatan penderita dekat
dalam penelitian ini, seperti peran PMO rumah (Nuwaha, 1999).
dan keluarga. Seperti penelitian Salah satu komplikasi penyakit
Muniroh N, dkk tahun 2013 menyatakan lain pada penderita TB yaitu Diabetes
pada umumnya kegagalan pengobatan Mellitus (DM). Peningkatan prevalensi
disebabkan oleh karena pengobatan DM diikuti dengan peningkatan
yang terlalu singkat, pengobatan yang prevalensi TB. Penderita DM mempunyai
tidak teratur dan obat kombinasi yang risiko 2 hingga 3 kali lebih tinggi untuk
jelek. Kepatuhan memiliki pengaruh mengidap penyakit TB paru
yang besar terhadap kesembuhan. dibandingkan penderita tanpa DM dan
Kepatuhan minum obat di wilayah banyak ditemukan pada usia lebih dari
Puskesmas Mangkang sudah sangat 40 tahun. Penyakit atau infeksi lain
baik, hal ini dikarenakan petugas yang dapat meningkatkan kejadian TB
puskesmas selalu memberikan yaitu HIV. Epidemi Human
penyuluhan mengenai keteraturan Immunodeficiency Virus (HIV)
minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT). berpengaruh pada peningkatan epidemi
Hal ini dibuktikan dengan pada TB di seluruh dunia yang berakibat pada
penderita sembuh yang patuh minum meningkatnya jumlah penderita TB di
obat sebanyak 84,2%, sedangkan yang tengah masyarakat (Novi, A.A Raka, &
tidak patuh sebanyak 18,2% (Muniroh Rini, 2011). Berdasarkan survei yang
et al., 2013). dilakukan terhadap 875 penderita TB
Ketidakpatuhan untuk berobat atau mikobateriosis paru di rumah sakit,
secara teratur bagi penderita TB tetap BP dan puskesmas di Jakarta dan
menjadi hambatan untuk mencapai Bandung. Data-data diambil dari tahun
angka kesembuhan yang tinggi. 1989 sampai dengan 1999. Hasil survei
Kebanyakan penderita tidak datang menunjukkan: adanya DM (7,2%),
selama fase intensif karena tidak Gastritis (35,1%), TB-Extra Paru
adekuatnya motivasi terhadap (16,8%), PPOM (3,1%), Asma Bronkial
kepatuhan berobat dan kebanyakan (2,5%), Bronchiektasis (2,1%) dan lain-
penderita merasa enak pada akhir fase lainnya dengan presentasi kecil
intensif dan merasa tidak perlu kembali (Misnadiarly, 1996).
untuk pengobatan selanjutnya (Linda, Variabel pengetahuan merupakan
ZS, & Tjandra Yoga, 2007). Penelitian faktor risiko kesembuhan penyakit TB.
yang dilakukan oleh Sari dkk tahun Pengetahuan yang merupakan hasil
2016 bertujuan untuk mengetahui tahu pada obyek melalui indera yang
hubungan antara pengetahuan, sikap dimilikinya merupakan faktor dominan
dan kepatuhan berobat jalan pasien TB dalam hal membentuk perilaku
di 5 RSUD Jakarta. Hasil penelitian seseorang (Notoatmodjo S., 2010).
menunjukkan bahwa angka kepatuhan Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
berobat sebesar 72,7% (Ida Diana, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mubasyiroh, & Supardi, 2016). Kurniasari dkk tahun 2012 yang
Penelitian O’Boyle dkk tahun 2002 bertujuan untuk mengetahui faktor
melaporkan di kota Kinabalu Sabah risiko yang mempengaruhi keberhasilan
Malaysia bahwa kepatuhan dapat pengobatan TB salah satunya yaitu
ditingkatkan dengan peningkatan pengetahuan. Hasil uji statistik
edukasi penderita, keluarga dan didapatkan nilai p = 0,085 sementara
populasi umum, mengurangi biaya hasil perhitungan OR didapat hasil = 2,7
transportasi dan lamanya perjalanan dengan 95% CI = 0,9-7,3. Dari
(O’Boyle, Power, Ibrahim, & Watson, pertanyaan yang diajukan menunjukkan

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 34


banyak responden yang belum tidak memberikan hasil yang bermakna
mengetahui TB menular lewat percikan atau signifikan (Kurniasari, Suhartono,
dahak (89%), merokok dapat & Cahyo, 2012). Penelitian
memperbesar kemungkinan TB Pradnyadewi dan Putra tahun 2013
(69,2%), dan tidur terpisah dengan menyebutkan sebanyak 64 orang
penderita TB merupakan pencegahan (78%) responden memiliki sikap
penularan TB (72%) (Kurniasari, baik/setuju sedangkan hanya 18 orang
Suhartono, & Cahyo, 2012). (22%) responden memiliki sikap
Penelitian ini sejalan dengan yang kurang/tidak setuju mengenai penyakit
dilakukan oleh Zubaidah dkk 2013 tuberkulosis. Sikap responden
menunjukkan nilai OR = 6,750 yang ditentukan berdasarkan total nilai
berarti kesembuhan penyakit TB pada responden dari jawaban
responden dengan pengetahuan kurang pernyataan-pernyataan yang menjadi
6,750 kali untuk tidak sembuh indikator (Pradnyadewi & Putra, 2013).
dibandingkan dengan kesembuhan TB
pada responden dengan pengetahuan KESIMPULAN
baik (Zubaidah, Setyaningrum, & Ani,
2013). Penelitian yang dilakukan oleh Faktor yang terbukti berpengaruh
Pradnyadewi dan Putra tahun 2013 terhadap kesembuhan TBC adalah
bahwa 73 orang (89%) responden status gizi, kepatuhan berobat,
memiliki pengetahuan baik sedangkan komplikasi penyakit lain, pengetahuan
hanya 9 orang (11%) responden dan sikap. Diharapkan dapat
memiliki pengetahuan kurang mengenai meningkatkan program kesembuhan TB
penyakit tuberkulosis (Pradnyadewi & sesuai dengan hasil penelitian berupa
Putra, 2013). Rendahnya tingkat faktor yang berhubungan dengan
pendidikan akan berkorelasi dengan kesembuhan penderita yaitu status gizi,
rendahnya sikap responden karena
kepatuhan berobat, komplikasi penyakit
berkaitan dengan rendahnya
lain, pengetahuan dan sikap penderita.
kemampuan responden dan
Peningkatan pengetahuan responden
mempengaruhi kesembuhan TB. Hal ini
menyebabkan responden yang kurang diharapkan dilakukan kepada penderita
memiliki sikap yang baik tentang TB ataupun masyarakat wilayah kerja
penyakit TB akan mempengaruhi pola Kecamatan Natar untuk aktif mengikuti
pikir responden yang dimanifestasikan penyuluhan maupun kegiatan kesehatan
kedalam tindakan untuk melakukan lainnya dalam rangka meningkatkan
dengan baik, seperti mencegah komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
penularan dengan cara tidak membuang mengenai penyakit TB. Tanpa adanya
dahak sembarangan. Penelitian pengetahuan penyakit TB khususnya
Zubaidah dkk tahun 2013 yang untuk penderita TB akan lebih sulit
menunjukkan data sikap baik responden mencapai kesembuhan pengobatan TB.
terhadap kesembuhan penyakit TB
sebesar 86,2 % sedangkan sikap yang DAFTAR PUSTAKA
tidak baik dipresentasekan sebesar 13,8
% (Zubaidah et al., 2013). Kementerian Kesehatan RI (2016a)
Kurniasari dkk tahun 2012 Peraturan Menteri Kesehatan
melaporkan hasil penelitian bahwa sikap Republik Indonesia Nomor 67
responden tentang TB yang kurang Tahun 2016 tentang
banyak terdapat pada responden Penanggulangan Tuberkulosis.
kelompok kasus (64,7%) dibandingkan Indonesia. Available at:
dengan responden pada kelompok http://hukor.kemkes.go.id/uploa
kontrol (38,2%) dengan total sikap ds/produk_hukum/PMK_No._67_
responden tentang TB yang kurang ttg_Penanggulangan_Tuberkolosi
sebanyak 51,5%. Hasil uji statistik s_.pdf.
menunjukkan dimana nilai p = 0,052, Muniroh, N., Aisah, S. and
OR = 2,9, dan 95% CI = 1,1-7,9 dan Mifbakhuddin, - (2013) ‘Faktor-

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 35


Faktor Yang Berhubungan Jakarta Province 2014. Media
Dengan Kesembuhan Penyakit Litbangkes, 26(4), 243–248.
Tuberculosis (Tbc) Paru Di O’Boyle, S. J., Power, J. J., Ibrahim, M.
Wilayah Kerja Puskesmas Y., & Watson, J. P. (2002).
Mangkang Semarang Barat’, Factors affecting patient
Jurnal Keperawatan Komunitas, compliance with anti-tuberculosis
1(1), pp. 33–42. chemotherapy using the directly
Subuh, M. et al. (2014) ‘Pedoman observed treatment, short-course
Nasional Pengendalian
strategy DOTS). International
Tuberkulosis’, Pedoman Nasional
Journal of Tuberculosis and Lung
Pengendalian Tuberkulosis, p. 3.
World Health Organization (2015) Disease, 6(4), 307–312.
Global tuberculosis report 2015, Nuwaha, F. (1999). High compliance in
WHO Library Cataloguing-in- an ambulatory tuberculosis
Publication Data. Available at: treatment programme in a rural
http://apps.who.int/iris/bitstrea community of Uganda. Int J
m/10665/191102/1/9789241565 Tuberc Lung Dis 3(1):79-81.
059_eng.pdf. Novi, L., A.A Raka, K., & Rini, N.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2011). Studi penggunaan obat
(2016) ‘Profil Kesehatan Provinsi anti tuberkulosis pada pasien TB-
lampung Tahun 2015’. Available HIV/AIDS di RSUP Sanglah
at: Denpasar tahun 2009. Jurnal
https://dinkes.lampungprov.go.id
Manajemen Pelayanan
/profil-kesehatan-lampung-
Kesehatan, 14(02), 99–107.
2015/.
Dinas Kesehatan Lampung Selatan Retrieved from
(2018) Profil Dinas Kesehatan https://journal.ugm.ac.id/jmpk/a
Lampung Selatan. rticle/viewFile/2594/2325
Ivanovs, A. (2016) ‘Analysis Of Risk Misnadiarly. (1996). Survei Penyakit
Factors For The Prevalence Penyerta pada Penderita TB
Summary of the Doctoral Thesis’. Paru/Mikobacteiosis Paru secara
Available at: www.rsu.lv. Retrospektif.
Narasimhan, P. et al. (2013) ‘Risk Kurniasari, R. A. S., suhartono,
factors for tuberculosis.’, suhartono, & Cahyo, K. (2012).
Pulmonary medicine, 2013, p. Faktor Risiko Kejadian
828939. doi: Tuberkulosis Paru di Kecamatan
10.1155/2013/828939. Baturetno Kabupaten Wonogiri.
Pratomo, I. P., Burhan, E., & Tambunan, Media Kesehatan Masyarakat
V. (2012). Malnutrisi dan Indonesia, 11(2), 198–204.
Tuberkulosis. J Indon Med Assoc, Retrieved from
62(6) Juni 2012), 230–236. http://www.ejournal.undip.ac.id/i
Linda, M., ZS, P., & Tjandra Yoga, A. ndex.php/mkmi/article/view/539
(2007). Faktor-Faktor Yang 6
Mempengaruhi Kesembuhan Zubaidah, T., Setyaningrum, R., & Ani,
Penderita TB Paru. Retrieved F. N. (2013). Faktor yang
from mempengaruhi penurunan angka
http://www.klikpdpi.com/jurnal- kesembuhan TB di Kabupaten
warta/jri-07-07/dr.linda.htm Banjar tahun 2013. Jurnal
Ida Diana, S., Mubasyiroh, R., & Epidemiologi Dan Penyakit
Supardi, S. (2016). Relationship Bersumber Binatang, 4(4), 192–
between Knowledge and Attitude
199.
and Patient Compliance Among
Pradnyadewi, N. L. N. T. A., & Putra, I.
Outpatient Tuberculosis in
W. G. A. E. (2013). Gambaran

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 36


Pengetahuan, Sikap, Perilaku Dan
Konversi Penderita Tuberkulosis
Paru Bakteri Tahan Asam (Bta)
Positif Di Kota Denpasar Tahun
2012, 2(2), 1–11.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2019 37

You might also like