You are on page 1of 9

Volume 4, Nomor 2, Juli 2022

ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)


DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472

Info Artikel
Diterima : 14 Maret 2022
Disetujui : 24 Juli 2022
Dipublikasikan : 30 Juli 2022

Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya


Iwan Simatupang
(The Personality of the Characters in the Drama Script of Bulan Bujur Sangkar by Iwan
Simatupang)

Mahira Mujahida Ani Mufti¹*, Anita2

¹ Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia


2
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Serang, Indonesia
¹mahira.student@upi.edu, 2 anitaftk@uinbanten.ac.id
*Corresponding Author

Abstract : Bulan Bujur Sangkar is a drama script by Iwan Simatupang. In general, the drama script
provides an overview of the resistance to the social system of society. There are four
characters in the drama script Bulan Bujur Sangkar, namely Orang Tua, Anak Muda,
Perempuan, and Gembala. The complicated characters give rise to a broad understanding
of the author's point of view in telling the story. The purpose of this research is to describe
the personality of the characters in the drama Bulan Bujur Sangkar. The three aspects that
are the focus of the research are the Id, Ego, and Super Ego based on Sigmund Freud's
psychoanalytic theory. This study uses a descriptive qualitative method. The analysis
process applies reading techniques and understands in detail the contents in the drama
script and analyzes the personality of each character using Sigmund Freud's
Psychoanalysis. The results of this study indicate that Orang Tua is the main antagonist
character, this is evidenced by the dialogue and the dominant element of Id. Anak Muda is
the antagonist figurine, while Perempuan and Gembala are the protagonists because they
only have ego element.
Keywords: psychoanalysis; sigmund freud; id; ego; super ego

Abstrak : Bulan Bujur Sangkar merupakan naskah drama karya Iwan Simatupang. Naskah drama
tersebut secara garis besar memberikan gambaran mengenai perlawanan terhadap sistem
sosial masyarakat. Terdapat empat tokoh dalam naskah drama Bulan Bujur Sangkar yaitu
Orang Tua, Anak Muda, Perempuan, dan Gembala. Karakter-karakter para tokoh yang
rumit menimbulkan pemahaman yang luas terhadap sudut pandang penulis dalam
menuangkan cerita. Tujuan dari penelitian ini ialah mendeskripsikan kepribadian tokoh-
tokoh dalam drama Bulan Bujur Sangkar. Tiga aspek yang menjadi fokus penelitian ialah
Id, Ego, dan Super Ego berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Proses analisis menerapkan
teknik membaca dan memahami secara rinci isi di dalam naskah drama serta
menganalisis kepribadian setiap tokoh menggunakan Psikoanalisis Sigmund Freud. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Orang Tua merupakan tokoh utama antagonis, hal
tersebut dibuktikan dengan dialog Orang Tua yang paling banyak dan unsur Id yang
mendominasi. Adapun tokoh Pemuda yang merupakan figurin antagonis sedangkan tokoh
Perempuan dan Gembala merupakan tokoh protagonist karena hanya memiliki unsur
Ego.
Kata Kunci : psikoanalisis; sigmund freud; id; ego; super ego

224
http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/disastra
How to cite: Mufti, M., & Anita, A. (2022). Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama
Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang. Disastra: Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 4(2), 224-232. doi:http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472

Pendahuluan menarik dalam setiap karyanya. Salah


Sastra adalah sesuatu yang satunya Iwan simatupang, sastrawan 1960-
dihasilkan oleh kreativitas manusia berupa an yang berasal dari Sumatera Utara.
lisan atau tulisan. Penciptaan sastra Menurut Sehandi (2010) ciri khas dari
dilandasi oleh proses berpikir dan tulisan karya Iwan Simatupang bukan
berimajinasi yang dipengaruhi oleh hanya sekedar imajinatif tapi juga
pengalaman kisah nyata (Istanti, mempunyai gaya bahasa dan karakter yang
Sumampouw, and Ondang 2020). kuat. Berdasarkan tulisan Sehandi (2010)
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat dalam jurnal ia mengatakan ciri khas Iwan
Sumardjo (1994) yang menyatakan bahwa Simatupang ialah tokoh dalam setiap cerita
sastra merupakan ungkapan perasaan, mempunya gaya bahasa dan karakter yang
pikiran, pengalaman, dan kepercayaan kuat. Filsafat eksistensialisme yang
yang diekspresikan mejadi sesuatu yang menjadi ciri khas karya Iwan Simatupang
nyata oleh alat bahasa (Kanzunnudin di latar belakangi oleh pendidikannya yang
2011). Berdasarkan dua pendapat di atas cukup lama di Eropa. Karena saat itu di
dapat disimpulkan bahwa sastra adalah Kawasan Eropa sedang populer karya
bentuk ekspresi manusia yang disalurkan sastra yang berbau filsafat
oleh alat bahasa, berupa lisan atau tulisan. eksistensialisme.
Karya sastra dihasilkan dari proses Bulan Bujur Sangkar merupakan
bersastra yang dilakukan manusia. Karya naskah drama Karya Iwan Simatupang
sastra umunnya disajikan dengan unsur yang masih aktif dipentaskan hingga saat
estetika. Di dalam karya sastra terkandung ini. Naskah drama ini membahas aspek
fakta kehidupan berdasarkan pengalaman psikologis yang tidak mudah untuk
hidup penulisnya. Fakta kehidupan dan dipahami (Arianto, 2021). Dalam drama
nilai estetika pada karya sastra disajikan ini diceritakan tentang tokoh yang
dalam berbagai jenis seperti melalui bernama Orang tua. Tokoh ini membangun
drama, cerpen, dongeng, dan novel tiang gantung agar dapat memaknai
(Suwarsono, Pengemanan, and Meruntu tentang kematian. Setelah tiang gantung
2021) berhasil dibangun. Orang tua
Drama merupakan gabungan karya menawarkannya kepada beberapa tokoh
antara seni sastra dan seni pertunjukkan lain. Hal tersebut dilakukan orang tua atas
(Nugroho, 2018). Menurut Wijayanto dasar persepsinya yang menganggap
(2002) naskah drama menceritakan konflik bahwa manusia dapat dimatikan ataupun
batin melalui adegan yang dipentaskan mematikan.
para tokoh. Pada umumnya kisah drama Naskah Bulan Bujur Sangkar terbagi
menceritakan konflik kehidupan manusia menjadi tiga babak alur. Meskipun dalam
yang diangkat dari kisah nyata. Disamping setiap babak tokohnya berbeda tapi alur
itu, penulisan naskah drama mengandung ceritanya terus maju sehingga mudah
imajinasi sang penulis. Imajinasi itulah dipahami. Melati, dalam jurnalnya
yang membuat alur cerita drama lebih mengemukakan bahwa drama Bulan Bujur
menarik. Sangkar memiliki tahap pengenalan, tahap
Terdapat banyak sastrawan pengenalan konflik, dan tahap
Indonesia yang memiliki imajinasi penyelesaian.
225
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472

Pada tahap awal dalam naskah drama Sigmund Freud? Adapun tujuan riset ini
Bulan Bujur Sangkar berisi pengenalan untuk mengetahui dengan jelas
tokoh. Pada tahap ini, tokoh orang tua kepribadian para tokoh berdasarkan
yang tak lain adalah tokoh utama penemuan Id, ego, dan super ego pada
memasuki panggung dan menyiapkan setiap tokoh.
tiang gantung. Ia menjelaskan tentang
tiang gantung yang dibuatnya selama 60 Metode Penelitian
tahun. Penelitian dalam karya tulis ilmiah
Tahap tengah ditandai dengan ini menggunakan metode kualitatif
komplikasi atau permasalahan awal yang deskriptif. Metode kualitatif merupakan
muncul dalam cerita. Dimulai ketika sebuah metode yang dirancang untuk
seorang pemuda mendatangi orang tua. mengkonstruksi sebuah realitas dan
Pemuda tersebut menuduh orang tua sebagai langkah memahami suatu makna
hendak membunuhnya. Kemudian, pada yang ada di dalamnya. Somantri (Arianto,
tahap dua ini terjadi klimaks. Ditandai 2021). Peneliti menjabarkan kepribadian
dengan seorang perempuan yang mencari para tokoh berdasarkan teori psikoanalisis.
kekasihnya dan ternyata kekasihnya telah Adapun teknik pengumpulan data berupa
mati di tiang gantung. tinjauan Pustaka. Studi tinjauan Pustaka
Selanjutnya tahap akhir. Tahap ini ini berasal dari analisis dan sintesis dari
terbagi menjadi dua tahap. Tahap awal referensi terkait. Sebagian besar data dari
penyelesaian masalah kemudian tahap referensi dalam penulisan didapatkan dari
akhir penyelsaian masalah. Tahap awal jurnal yang dipublikasikan secara global
penyelesaian masalah terletak ketika tokoh melalui google scholar serta buku yang
orang tua membiarkan tokoh perempuan diakses melalui Google Books.
pergi begitu saja. Tahap akhir Analisis yang dilakukan yaitu
penyelesaian masalah dalam drama Bulan menentukan deskripsi aspek psikologi
Bujur Sangkar ialah ketika orang tua masing- masing tokoh pada Naskah drama
membunuh dirinya sendiri. Unsur-unsur Bulan Bujur Sangkar karya Iwan
yang digunakan alur untuk menarik Simatupang. Proses yang dilakukan yaitu
pembaca dan penonton yaitu ketegangan, dengan menganalisis data dengan terlebih
kejutan, dan ironi (Amanda, 2017). dahulu mengidentifikasi, menentukan
Dialog naskah drama Bulan Bujur masalah, menentukan makna,
Sangkar didominasi oleh diskusi dan menganalisis, dan memberikan
argumensi para tokoh. Iwan Simatupang kesimpulan. Langkah-langkah tersebut
banyak memakai bahasa kiasan dalam merupakan hal utama saat proses
dialog-dialog tersebut. Oleh karena itu, menentukan akhir penelitian. Sehingga
timbul ketidakjelasan perwatakan para dapat menjadi penelitian yang dapat
tokoh. Sulit mengetahui antara tokoh dipelajari.
protagonist dan antagonist dalam cerita.
Maka rumusan masalah dalam Hasil dan Pembahasan
penulisan artikel ilmiah ini ialah Pada tahun 1879 psikologi diakui
bagaimana kepribadian tokoh Bulan Bujur sebagai ilmu tetap. Hal tersebut ditandai
Sangkar berdasarkan psikoanalisis dengan didirikannya laboratorium
226
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472

psikologi oleh Wilhem Mundt, seorang (2005) struktur beru tersebut tidak
ilmuwan Jerman. Ilmu psikologi terus menghapus konsep lama, hanya saja
berkembang dan terbagi ke dalam banyak terjadi spesifikasi dalam fungsi dan
cabang (Syawal and Helaluddin 2018). tujuannya (). Adapun penjelasan Id, Ego,
Psikoanalisis merupakan ilmu dari dan Super ego sebagai berikut:
percabangan ilmu psikologi. Secara umum
para ahli menyebutkan bahwa Id (Das Es)
psikoanalisis adalah ilmu yang Id merupakan komponen yang
mempelajari kepribadian (Ja’far, 2016). muncul sejak lahir dalam diri manusia
Salah satu teori psikoanalisis yang (Husin, 2018). Komponen ini identik
terkenal ialah teori Sigmund Freud yang dengan kesenangan serta kepuasaan diri.
didasari oleh observasi terhadap para Id berusaha untuk menghilangkan dan
pasiennya. Freud melakukan analisis dari meredam ketegangan. Untuk
pengalaman para pasiennya, mimpi, dan menghilangkan ketegangan Id terbagi ke
studi literatur. Berdasarkan analisis dalam dua macam jenis. Pertama refleks
tersebut Freud mengemukakan bahwa dan reaksi otomatis, misalnya batuk dan
alam bawah sadar mempunyai peran besar tertawa. Kedua Pross primer, contohnya
dalam kehidupan mental (Syawal and orang yang haus membayangkan
Helaluddin 2018). Freud mengibaratkan minuman.
teori ini dengan gunung es. Bagian atas Berdasarkan pendapat di atas dapat
gunung es yang terlihat diibaratkan disimpulkan bahwa id bagian dari alam
sebagai kesadaran manusia sedangkan bawah sadar. Id merupakan sesuatu yang
bagian bawah yang terdapat di dalam air tidak masuk akal, tidak bermoral, dan
diibaratkan sebagai alam bawah sadar. dilakukan hanya untuk memuaskan rasa
Pada masa awal perkembangannya senang. Maka definisi dari id adalah naluri
psikoanalisis selalu dihubungkan dengan yang timbul sejak manusia dilahirkan yang
Frued. Namun kini, psikoanalitas berfungsi untuk menyalurkan kesenangan.
mempunyai beberapa perbedaan karena
terdapat murid Freud yang menyimpang Ego (Das Ich)
sehingga mencetuskan pendapat lain. Para Ego merupakan unsur yang
murid freud ini tidak lagi menggunakan berkaitan dengan kemampuan berpikir
istilah psikoanalisis. Salah satunya Carl realistis. Ego inilah yang dapat
Gustav Jung yang menciptakan istilah mempertimbangkan mengenai
“psikologi analitis”. dilaksanakannya atau ditahannya Id. Hal
tersebut terjadi karena ego
Freud mencetuskan kehidupan jiwa ke mempertimbangkan sesuatu dengan
dalam tiga tingkat, yaitu sadar (conscious), kehidupan nyata atau bersifat realistis.
prasadar (preconscious), dan tak sadar Maka ego merupakan alat kontrol setiap
(unconscious). Pada tahun 1923 barulah Tindakan manusia.
Freud memperkenalkan tiga model lain, Ego berfungsi sebagai oemersatu
yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich antara Id dan Super ego. Hal tersebut
atau dalam Bahasa Inggris biasa disebut menjadikan ego mengatur hal-hal instingtif
Id, Ego, dan Super ego. Menurut Awisol dan menyesuaikannya dengan kebutuhan
227
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472

hidup manusia (Sumadi, 2008). untuk segera mengakhiri hidup dengan


Contohnya, seorang siswa yang terbiasa tiang gantung. Maka kutipan ini
diberi hadiah oleh guru karena mendapat menunjukkan Id orang tua yang semata-
nilai besar, maka mereka akan terus mata untuk memuaskan hasratnya.
berusaha untuk mendapatkan nilai besar
agar memperoleh hadiah. Orang tua: “Persetan sarjana. Kesarjanaan!
Ha ha ha. Mari kita bangun
Super ego (das Ueber Ich) kembali peristiwa ini.”
Super ego adalah sudut pandang
moral yang memuat konsep kebaikan Kutipan di atas menunjukkan
berdasarkan yang telah diperoleh dari kemarahan orang tua kepada perempuan.
orang tua dan masyarakat. Aspek-aspek Ia merasa tersinggung karena perempuan
yang terdapat dalam super ego ialah aspek mengiranya orang yang tidak
moralitas dan kesempurnaan. Oleh karena berpendidikan. Id sangat mendominasi
itu, berbeda dengan Id dan Ego yang pada kutipan ini karena orang tua yang
mempunyai prinsip dari dalam diri. Super memaki perempuan dengan perkataan
ego dikendalikan oleh nilai moral. kasar.
Fungsi utama dari Super ego ialah Orang tua: “Seorang gembala cilik. Tiap
menyempurnakan perilaku manusia. Super hari ia ke lereng gunung ini
ego menuntun manusia untuk menetukkan menjagai domba-dombanya.
hal yang benar dan salah. Oleh karena itu Anak haram jadah?!”
Super ego berisikan dua hal. Pertama yaitu
Conscienta menghukum dengan Kutipan di atas menunjukkan
memberikan rasa bersalah. Kedua, ialah kebencian orang tua terhadap gembala. Ia
Ego ideal yang memberi hadiah dengan merasa terganggu dengan bunyi seruling
rasa bangga. yang dimainkan gembala. Pada bagian ini
menunjukkan hadirnya Id. Id terjadi ketika
Adapun analisis tokoh berdasarkan orang tua meluapkan kekesalan melalui
psikoanalisis sigmund freud sebagai perkataan kasar.
berikut:
Orangtua:“Sempurna. (Terdengar
Tokoh Orang Tua Serunai). Gembala jahanam.
Id Stop! Hentikan!”
Orang tua: “Mengapa batas yang kaucari
itu, tak ingin kautemui saja Kutipan di atas menunjukkan
pada tali ini. Ia terbuat dari tali kebencian orang tua terhadap gembala. Ia
jenis bangsawan. Dari bawah merasa terganggu dengan bunyi seruling
salju puncak tertinggi di dunia. yang dimainkan gembala. Pada bagian ini
Lekas! Waktu tak banyak lagi menunjukkan hadirnya Id. Id terjadi ketika
bagi kau.” orang tua meluapkan kekesalan melalui
Pada kutipan di atas tampak usaha perkataan kasar. Ia memaki seraya
orang tua dalam membujuk anak muda menyuruh gembala untuk berhenti
agar mau memakai tiang gantung. Diakhir memainkan seruling
kalimat orang tua memerintah anak muda
228
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472

Orang tua: “Apakah ia masih gadis? Buah mati?! Aku tak


dadanya! Buah dadanya!” menyukainya!”

Kutipan di atas menggambarkan Berdasarkan kutipan di atas tampak


hawa nafsu orang tua kepada perempuan. kemarahan orang tua kepada anak muda.
Saat mengetahui perempuan sudah tiada ia Orang tua tersinggung dengan perkataan
menghawatirkan bagian tubuh perempuan anak muda ketika proses argumentasi
yang diinginkannya. Hal tersebut berlangsung. Pada kutipan ini tampak Id
menunjukkan hadirnya Id. Orang tua dan Ego. Namun, menurut penulis Ego
menginginkan tubuh perempuan tanpa lebih mendominasi.
memikirkan sisi kemanusiaan.
Super ego
Orang tua: “ (Mengakhiri hidupnya). Aku
membunuh, oleh sebab itu aku Orangtua:“Alangkah simpelnya,
ada”. menganggap mati sebagai
keakhiran mutlak. Kata siapa?
Orang tua bunuh diri di bagian Lihat setiap agama, satu per satu
akhir cerita. Ia melakukan hal tersebut mereka memperoleh rangsang
untuk melaksanakan prinsipnya akan asasinya dalam rumus “Maut
kematian. Tentu hal tersebut menunjukkan sebagai Awal mutlak”.
adanya Id. Orang tua mengesampingkan
aturan agama dan norma masyarakat Kutipan dialog di atas
mengenai hukum bunuh diri. menunjukkan Super ego yang dimiliki
orang tua. Ia menghubungkan konsep
Ego kematian dengan nilai agama yang ada di
masyarakat. Orang tua menjelaskan
Orang tua: “Mengapa? Dengan alasan apa? konsep tersebut kepada anak muda dengan
Dengan tujuan apa aku harus penuh kesadaran. Pada kutipan ini tidak
membunuh kau?” terdapat unsur Id dan Ego.
Pada kutipan di atas Ego orang tua Tokoh Anak Muda
mendominasi. Meskipun orang tua telah Id
dituduh anak muda karena ingin Anak muda: “Jahanam! Alasan! Tujuan!”
membunuhnya, orang tua tetap mengelak (Ia menyergap orang tua itu.
dengan memberi pertanyaan balik. Orang orang tua mengelak).
tua mengedepankan rasionalitasnya karena
mengetahui bahwa membunuh adalah hal Perkataan anak muda tersebut
yang salah.” menunjukkan amarah pemuda terhadap
Orang tua:“Dari mana kau menarik perkataan orang tua. Ia melampiaskan rasa
kesimpulan bahwa aku punya curiga dengan makian yang bernada tinggi.
sangkut paut tertentu dengan Maka Id lah yang muncul dari diri
hukum, dengan hukuman, pemuda. Ia tidak memikirkan resiko dari
dan terlebih dengan hukuman perkataannya.

229
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472

Anak muda: “Kita. Bapak, aku. Aku yang bahagianya aku bila aku
hendak bunuh Bapak.” tahu, akulah pembuat
keakhiran itu.” (lagi ia
Berdasarkan kutipan dialog di atas, menyergap. orang tua
anak muda menunjukkan ancaman kepada mengelak sigap).
orang tua. Ia melibatkan Id ketika
mengatakan hal tersebut. Karena yang Anak muda melawan orang tua
diinginkan pemuda hanya untuk kepuasan tidak hanya dengan perkataan. Ia juga
dirinya. menyergap orang tua seperti yang
disebutkan dalam kramagung naskah
Ego Drama Bulan Bujur Sangkar. Maka
Anak muda: “Bapak ingin bunuh saya?” perilaku anak muda di atas menunjukkan
adanya Id. Anak muda serta merta
Dialog anak muda di atas termasuk melampiaskan kemarahan tanpa adanya
ke dalam ego. Saat anak muda memiliki bantuan Ego dan Super ego.
kecurigaan terhadap orang tua ia tidak
langsung naik pitam dan melawan orang Perempuan
tua. Anak muda menahan kemarahannya Ego
dan bersikap rasional dengan bertanya Perempuan: “Ia baru saja dari sini. Baunya
terlebih dahulu mengenai niat jahat orang masih mengendap di sini.
tua kepadanya. Bagaimana rupanya kini,
Pak? Kuruskah? Gemukkah?
“Anak muda: Bapak ingin memaksa saya? Masih utuhkah tubuhnya?
Ini membunuh saya Belum pincang? Tuli? Buta?
namanya. Sedang rencana Adakah masih tahi lalat pada
Bapak itu bertolak dari keningnya atas alis matanya
kemauan bebas”. sebelah kiri? Tahi lalat
sebesar biji delima? Tahi
Kutipan dialog di atas
lalat berwarna ungu tua,
menunjukkan Ego anak muda. Ia bisa saja
sandaran bibirku di kala
melawan dengan perkataan dan perbuatan
rindu… Ke mana bibirku
kepada orang tua karena niat orang tua
harus kusandarkan?”
yang ingin membunuhnya. Namun, Ego
hadir menjadi penengah antara Id dan Kutipan dialog di atas
Super ego. Ego menjadikan anak muda menunjukkan kekhawatiran perempuan
rasional terhadap apa yang dikatan dan terhadap kekasihnya. Sang kekasih alias
dilakukannya sehingga ia mengatakan anak muda merupakan prajurit yang
ketidak sepakatannya dengan sopan. melarikan diri dari pasukan musuh.
Penulis menyimpulkan kutipan di atas
Super ego
termasuk ke dalam Ego karena perempuan
Anak muda: “Laku? Gaya? Persetan mengkhawatirkan kekasihnya. Disamping
semuanya! Yang penting itu ia juga mengkhawatirkan dirinya
bagiku adalah kesudahan sendiri yang akan merasa kehilangan.
lakon. Berakhir! Alangkah
230
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472

Gembala memiliki satu struktur kepribadian yaitu


Ego Ego.
Orang tua: “Apakah ia masih gadis? Buah Maka, penulis menyimpulkan
dadanya! Buah dadanya!” bahwa tokoh Orang tua dan Anak muda
Gembala: (gembala pergi diam-diam. merupakan tokoh antagonis. Hal tersebut
suara belantara makin ramai.) dibuktikan dengan kehadiran Id yang
mendominasi. Kemudian, tokoh
Kramagung di atas menunjukkan Perempuan dan Gembala merupakan tokoh
Ego pengembala. Meskipun ia sadar jika protagonist. Hal itu didukung dengan bukti
orang tua bertanya kepadanya. Namun, dialog yang hanya menunjukkan Ego.
pengenbala tersebut meninggalkan orang
tua demi menyelamatkan diri. Hal itu Daftar Pustaka
menunjukkan Rasionalitas. Ia memutuskan
sesuatu untuk keselamatan diri. Arianto, F. (2021). Tinjauan Psikologi
Tokoh Pada Naskah Drama Bulan
Simpulan Bujur Sangkar Karya Iwan
Penulis menyimpulkan tema dari Simatupang. BASINDO : Jurnal
drama Bulan Bujur Sangkar adalah Kajian Bahasa, Sastra Indonesia,
ketidakpuasan manusia akan realita Dan Pembelajarannya, 5(2), 195–
203.
kehidupan. Berdasarkan analisis struktur
kepribadian para tokoh, penulis Armet, A., Atsari, L., & Septia, E. (2021).
menyimpulkan bahwa tokoh orang tua Perspektif Nilai Budaya dalam
merupakan tokoh utama yang sangat Cerpen Banun Karya Damhuri
mendominasi. Orang tua memiliki tiga Muhammad. Disastra: Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra
struktur kepribadian Sigmund Freud.
Indonesia, 3(2), 174.
Peneliti menemukan tujuh dialog yang https://doi.org/10.29300/disastra.v3i2.
mengandung tiga struktur kepribadian 4497
tersebut. Antara lain, dua dialog yang
menunjukkan ego (penghubung antara Bertens, K. (2006). Psikoanalisis Sigmund
Freud. Gramedia Pustaka Utama
larangan dan Hasrat). Kemudian, terdapat
satu dialog yang menunjukan super ego Husin, H. (2018). Id, Ego Dan Superego
(larangan). Serta terdapat tujuh dialog Dalam Pendidikan Islam. Al Qalam:
yang mengindikasikan Id (keinginan). Di Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan
samping itu, terdapat tiga tokoh figuratif. Kemasyarakatan, 11(23), 47.
https://doi.org/10.35931/aq.v0i0.3
Tokoh figuratif pertama adalah anak
muda. Terdapat dua dialog yang Istanti, Dwi, Rianna J Sumampouw, and
mengandung Ego serta tiga dialog yang Jusuf D Ondang. 2020. “‘
mengindikasikan Id. Selanjutnya tokoh MOTHER ’ KARYA
perempuan. Ia hanya mempunyai satu SAKAMOTO YUJI.” : 172–80.
struktur kepribadian, yaitu Ego. Tokoh Ja’far, S. (2016). Struktur Kepribadian
figuratif terakhir adalah Gembala. Serupa Manusia Perspektif Psikologi Dan
dengan tokoh perempuan, Gembala hanya Filsafat. Psympathic : Jurnal Ilmiah
Psikologi, 2(2), 209–221.
https://doi.org/10.15575/psy.v2i2.461
231
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472

Kanzunnudin, Mohammad. 2011. “Peran Syawal, S, and Helaluddin. 2018.


Sastra Dalam Pendidikan “Psikoanalisis Sigmund Freud Dan
Karakter.” Seminar Nasional Implikasinya Dalam Pendidikan.”
Alumni (July): 1–7. Academia.edu (March): 1–16.
http://www.academia.edu/downloa
Maisaroh, Siti, and Nurul Hidayah. 2019. d/60642918/Psikoanalisissigmudfr
“Analisis Unsur Intrinsik Drama eud20190919-88681-dfxtxf.pdf.
‘Asirul Karim’ Karya Ali Ahmad
Bakatsir.” Al-Lahjah 2(1): 1–18. Wiyanto, A. (2002). Terampil bermain
drama [E-book]. Grasindo.
Melati, I. K., & Saraswati, E. (2020).
Resepsi Sastra Naskah Drama
“Bulan Bujur Sangkar” Karya Iwan
Simatupang. BELAJAR BAHASA:
Jurnal Ilmiah Program Studi
Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 5(2), 247–260.
https://doi.org/10.32528/bb.v5i2.32
68
Nugroho, A. (2018). Nilai Sosial dan
Moralitas dalam Naskah Drama Janji
Senja Karya Taofan Nalisaputra.
Silampari Bisa: Jurnal Penelitian
Pendidikan Bahasa Indonesia,
Daerah, Dan Asing, 1(2), 28–42.
https://doi.org/10.31540/silamparibisa
.v1i2.153
Permatasari, Defi, and Yuni Pratiwi. 2020.
“Karakteristik Naskah Drama
Serial Bertema Cinta Tanah Air
Karya Siswa Ektrakulikuler Teater
Sman 4 Malang.” : 43–50.
Rokhmansyah, A. (2014). Studi dan
pengkajian sastra: Perkenalan
awal terhadap ilmu sastra Graha
Ilmu.Suryabrata Sumadi, Psikologi
Kepribadian. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada. 2008.
Suwarsono, Vitalia Sandi, Nontje J.
Pengemanan, and Oldie S.
Meruntu. 2021. “Nilai Pendidikan
Karakter Dalam Dongeng
“Mamanua Dan Walansendow“
Dan ‘Burung Kekekow Yang
Malang’ Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran Sastra Di Sekolah.”
Jurnal Bahtra 1(2): 1–8.
232
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang

You might also like