Professional Documents
Culture Documents
Info Artikel
Diterima : 14 Maret 2022
Disetujui : 24 Juli 2022
Dipublikasikan : 30 Juli 2022
Abstract : Bulan Bujur Sangkar is a drama script by Iwan Simatupang. In general, the drama script
provides an overview of the resistance to the social system of society. There are four
characters in the drama script Bulan Bujur Sangkar, namely Orang Tua, Anak Muda,
Perempuan, and Gembala. The complicated characters give rise to a broad understanding
of the author's point of view in telling the story. The purpose of this research is to describe
the personality of the characters in the drama Bulan Bujur Sangkar. The three aspects that
are the focus of the research are the Id, Ego, and Super Ego based on Sigmund Freud's
psychoanalytic theory. This study uses a descriptive qualitative method. The analysis
process applies reading techniques and understands in detail the contents in the drama
script and analyzes the personality of each character using Sigmund Freud's
Psychoanalysis. The results of this study indicate that Orang Tua is the main antagonist
character, this is evidenced by the dialogue and the dominant element of Id. Anak Muda is
the antagonist figurine, while Perempuan and Gembala are the protagonists because they
only have ego element.
Keywords: psychoanalysis; sigmund freud; id; ego; super ego
Abstrak : Bulan Bujur Sangkar merupakan naskah drama karya Iwan Simatupang. Naskah drama
tersebut secara garis besar memberikan gambaran mengenai perlawanan terhadap sistem
sosial masyarakat. Terdapat empat tokoh dalam naskah drama Bulan Bujur Sangkar yaitu
Orang Tua, Anak Muda, Perempuan, dan Gembala. Karakter-karakter para tokoh yang
rumit menimbulkan pemahaman yang luas terhadap sudut pandang penulis dalam
menuangkan cerita. Tujuan dari penelitian ini ialah mendeskripsikan kepribadian tokoh-
tokoh dalam drama Bulan Bujur Sangkar. Tiga aspek yang menjadi fokus penelitian ialah
Id, Ego, dan Super Ego berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Proses analisis menerapkan
teknik membaca dan memahami secara rinci isi di dalam naskah drama serta
menganalisis kepribadian setiap tokoh menggunakan Psikoanalisis Sigmund Freud. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Orang Tua merupakan tokoh utama antagonis, hal
tersebut dibuktikan dengan dialog Orang Tua yang paling banyak dan unsur Id yang
mendominasi. Adapun tokoh Pemuda yang merupakan figurin antagonis sedangkan tokoh
Perempuan dan Gembala merupakan tokoh protagonist karena hanya memiliki unsur
Ego.
Kata Kunci : psikoanalisis; sigmund freud; id; ego; super ego
224
http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/disastra
How to cite: Mufti, M., & Anita, A. (2022). Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama
Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang. Disastra: Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 4(2), 224-232. doi:http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472
Pada tahap awal dalam naskah drama Sigmund Freud? Adapun tujuan riset ini
Bulan Bujur Sangkar berisi pengenalan untuk mengetahui dengan jelas
tokoh. Pada tahap ini, tokoh orang tua kepribadian para tokoh berdasarkan
yang tak lain adalah tokoh utama penemuan Id, ego, dan super ego pada
memasuki panggung dan menyiapkan setiap tokoh.
tiang gantung. Ia menjelaskan tentang
tiang gantung yang dibuatnya selama 60 Metode Penelitian
tahun. Penelitian dalam karya tulis ilmiah
Tahap tengah ditandai dengan ini menggunakan metode kualitatif
komplikasi atau permasalahan awal yang deskriptif. Metode kualitatif merupakan
muncul dalam cerita. Dimulai ketika sebuah metode yang dirancang untuk
seorang pemuda mendatangi orang tua. mengkonstruksi sebuah realitas dan
Pemuda tersebut menuduh orang tua sebagai langkah memahami suatu makna
hendak membunuhnya. Kemudian, pada yang ada di dalamnya. Somantri (Arianto,
tahap dua ini terjadi klimaks. Ditandai 2021). Peneliti menjabarkan kepribadian
dengan seorang perempuan yang mencari para tokoh berdasarkan teori psikoanalisis.
kekasihnya dan ternyata kekasihnya telah Adapun teknik pengumpulan data berupa
mati di tiang gantung. tinjauan Pustaka. Studi tinjauan Pustaka
Selanjutnya tahap akhir. Tahap ini ini berasal dari analisis dan sintesis dari
terbagi menjadi dua tahap. Tahap awal referensi terkait. Sebagian besar data dari
penyelesaian masalah kemudian tahap referensi dalam penulisan didapatkan dari
akhir penyelsaian masalah. Tahap awal jurnal yang dipublikasikan secara global
penyelesaian masalah terletak ketika tokoh melalui google scholar serta buku yang
orang tua membiarkan tokoh perempuan diakses melalui Google Books.
pergi begitu saja. Tahap akhir Analisis yang dilakukan yaitu
penyelesaian masalah dalam drama Bulan menentukan deskripsi aspek psikologi
Bujur Sangkar ialah ketika orang tua masing- masing tokoh pada Naskah drama
membunuh dirinya sendiri. Unsur-unsur Bulan Bujur Sangkar karya Iwan
yang digunakan alur untuk menarik Simatupang. Proses yang dilakukan yaitu
pembaca dan penonton yaitu ketegangan, dengan menganalisis data dengan terlebih
kejutan, dan ironi (Amanda, 2017). dahulu mengidentifikasi, menentukan
Dialog naskah drama Bulan Bujur masalah, menentukan makna,
Sangkar didominasi oleh diskusi dan menganalisis, dan memberikan
argumensi para tokoh. Iwan Simatupang kesimpulan. Langkah-langkah tersebut
banyak memakai bahasa kiasan dalam merupakan hal utama saat proses
dialog-dialog tersebut. Oleh karena itu, menentukan akhir penelitian. Sehingga
timbul ketidakjelasan perwatakan para dapat menjadi penelitian yang dapat
tokoh. Sulit mengetahui antara tokoh dipelajari.
protagonist dan antagonist dalam cerita.
Maka rumusan masalah dalam Hasil dan Pembahasan
penulisan artikel ilmiah ini ialah Pada tahun 1879 psikologi diakui
bagaimana kepribadian tokoh Bulan Bujur sebagai ilmu tetap. Hal tersebut ditandai
Sangkar berdasarkan psikoanalisis dengan didirikannya laboratorium
226
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472
psikologi oleh Wilhem Mundt, seorang (2005) struktur beru tersebut tidak
ilmuwan Jerman. Ilmu psikologi terus menghapus konsep lama, hanya saja
berkembang dan terbagi ke dalam banyak terjadi spesifikasi dalam fungsi dan
cabang (Syawal and Helaluddin 2018). tujuannya (). Adapun penjelasan Id, Ego,
Psikoanalisis merupakan ilmu dari dan Super ego sebagai berikut:
percabangan ilmu psikologi. Secara umum
para ahli menyebutkan bahwa Id (Das Es)
psikoanalisis adalah ilmu yang Id merupakan komponen yang
mempelajari kepribadian (Ja’far, 2016). muncul sejak lahir dalam diri manusia
Salah satu teori psikoanalisis yang (Husin, 2018). Komponen ini identik
terkenal ialah teori Sigmund Freud yang dengan kesenangan serta kepuasaan diri.
didasari oleh observasi terhadap para Id berusaha untuk menghilangkan dan
pasiennya. Freud melakukan analisis dari meredam ketegangan. Untuk
pengalaman para pasiennya, mimpi, dan menghilangkan ketegangan Id terbagi ke
studi literatur. Berdasarkan analisis dalam dua macam jenis. Pertama refleks
tersebut Freud mengemukakan bahwa dan reaksi otomatis, misalnya batuk dan
alam bawah sadar mempunyai peran besar tertawa. Kedua Pross primer, contohnya
dalam kehidupan mental (Syawal and orang yang haus membayangkan
Helaluddin 2018). Freud mengibaratkan minuman.
teori ini dengan gunung es. Bagian atas Berdasarkan pendapat di atas dapat
gunung es yang terlihat diibaratkan disimpulkan bahwa id bagian dari alam
sebagai kesadaran manusia sedangkan bawah sadar. Id merupakan sesuatu yang
bagian bawah yang terdapat di dalam air tidak masuk akal, tidak bermoral, dan
diibaratkan sebagai alam bawah sadar. dilakukan hanya untuk memuaskan rasa
Pada masa awal perkembangannya senang. Maka definisi dari id adalah naluri
psikoanalisis selalu dihubungkan dengan yang timbul sejak manusia dilahirkan yang
Frued. Namun kini, psikoanalitas berfungsi untuk menyalurkan kesenangan.
mempunyai beberapa perbedaan karena
terdapat murid Freud yang menyimpang Ego (Das Ich)
sehingga mencetuskan pendapat lain. Para Ego merupakan unsur yang
murid freud ini tidak lagi menggunakan berkaitan dengan kemampuan berpikir
istilah psikoanalisis. Salah satunya Carl realistis. Ego inilah yang dapat
Gustav Jung yang menciptakan istilah mempertimbangkan mengenai
“psikologi analitis”. dilaksanakannya atau ditahannya Id. Hal
tersebut terjadi karena ego
Freud mencetuskan kehidupan jiwa ke mempertimbangkan sesuatu dengan
dalam tiga tingkat, yaitu sadar (conscious), kehidupan nyata atau bersifat realistis.
prasadar (preconscious), dan tak sadar Maka ego merupakan alat kontrol setiap
(unconscious). Pada tahun 1923 barulah Tindakan manusia.
Freud memperkenalkan tiga model lain, Ego berfungsi sebagai oemersatu
yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich antara Id dan Super ego. Hal tersebut
atau dalam Bahasa Inggris biasa disebut menjadikan ego mengatur hal-hal instingtif
Id, Ego, dan Super ego. Menurut Awisol dan menyesuaikannya dengan kebutuhan
227
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472
229
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472
Anak muda: “Kita. Bapak, aku. Aku yang bahagianya aku bila aku
hendak bunuh Bapak.” tahu, akulah pembuat
keakhiran itu.” (lagi ia
Berdasarkan kutipan dialog di atas, menyergap. orang tua
anak muda menunjukkan ancaman kepada mengelak sigap).
orang tua. Ia melibatkan Id ketika
mengatakan hal tersebut. Karena yang Anak muda melawan orang tua
diinginkan pemuda hanya untuk kepuasan tidak hanya dengan perkataan. Ia juga
dirinya. menyergap orang tua seperti yang
disebutkan dalam kramagung naskah
Ego Drama Bulan Bujur Sangkar. Maka
Anak muda: “Bapak ingin bunuh saya?” perilaku anak muda di atas menunjukkan
adanya Id. Anak muda serta merta
Dialog anak muda di atas termasuk melampiaskan kemarahan tanpa adanya
ke dalam ego. Saat anak muda memiliki bantuan Ego dan Super ego.
kecurigaan terhadap orang tua ia tidak
langsung naik pitam dan melawan orang Perempuan
tua. Anak muda menahan kemarahannya Ego
dan bersikap rasional dengan bertanya Perempuan: “Ia baru saja dari sini. Baunya
terlebih dahulu mengenai niat jahat orang masih mengendap di sini.
tua kepadanya. Bagaimana rupanya kini,
Pak? Kuruskah? Gemukkah?
“Anak muda: Bapak ingin memaksa saya? Masih utuhkah tubuhnya?
Ini membunuh saya Belum pincang? Tuli? Buta?
namanya. Sedang rencana Adakah masih tahi lalat pada
Bapak itu bertolak dari keningnya atas alis matanya
kemauan bebas”. sebelah kiri? Tahi lalat
sebesar biji delima? Tahi
Kutipan dialog di atas
lalat berwarna ungu tua,
menunjukkan Ego anak muda. Ia bisa saja
sandaran bibirku di kala
melawan dengan perkataan dan perbuatan
rindu… Ke mana bibirku
kepada orang tua karena niat orang tua
harus kusandarkan?”
yang ingin membunuhnya. Namun, Ego
hadir menjadi penengah antara Id dan Kutipan dialog di atas
Super ego. Ego menjadikan anak muda menunjukkan kekhawatiran perempuan
rasional terhadap apa yang dikatan dan terhadap kekasihnya. Sang kekasih alias
dilakukannya sehingga ia mengatakan anak muda merupakan prajurit yang
ketidak sepakatannya dengan sopan. melarikan diri dari pasukan musuh.
Penulis menyimpulkan kutipan di atas
Super ego
termasuk ke dalam Ego karena perempuan
Anak muda: “Laku? Gaya? Persetan mengkhawatirkan kekasihnya. Disamping
semuanya! Yang penting itu ia juga mengkhawatirkan dirinya
bagiku adalah kesudahan sendiri yang akan merasa kehilangan.
lakon. Berakhir! Alangkah
230
Mahira Mujahida Ani Mufti, Anita
Kepribadian Tokoh dalam Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Volume 4, Nomor 2, Juli 2022
ISSN 2655-3031 (P), 2655-7851 (O)
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/disastra.v4i2.6472