Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Rizal Husen
NIM. 2111A0111
Diajukan oleh :
Rizal Husen
NIM. 2111A0111
Dosen Pembimbing
MENGETAHUI,
Oleh :
Rizal Husen
Nim. 2111A0111
Usulan Penelitian ini telah disetujui dan dinilai Oleh Panitia Penguji
Pada Program Studi S1 Keperawatan
Kamis, 27 Oktober 2022
Ketua Penguji
Dr. Agusta Dian Ellina, S. Kep., Ns., M. Kep ________
Anggota Penguji
1. Dhita Kurnia Sari, S.Kep., Ns., M.Kep ________
Mengetahui :
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Penulis,
Rizal Husen
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul...........................................................................................................i
Usulan Penelitian ....................................................................................................ii
Halaman Persetujuan..............................................................................................iii
Halaman Pengesahan ...........................................................................................iv
Surat Pernyataan ....................................................................................................v
Kata Pengantar .......................................................................................................iv
Daftar Isi................................................................................................................vii
Daftar Tabel ..................................................................................................... ix
Daftar Lampiran.......................................................................................................x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................5
1. Manfaat teoritis...............................................................................................5
2. Manfaat praktis...............................................................................................5
E. Keaslian Penelitian..............................................................................................6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori..................................................................................................11
1. Konsep Dasar Self Efficacy..........................................................................11
2. Konsep Dasar Motivasi ................................................................................17
3. Konsep Dasar Diabetes
Mellitus...................................................................29
B. Kerangka Teori..................................................................................................43
C. Hipotesis............................................................................................................44
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian...............................................................................................45
B. Kerangka Kerja..................................................................................................45
C. Populasi, Sampel, dan Sampling.......................................................................46
1. Populasi.........................................................................................................46
2. Sampel..........................................................................................................46
3. Sampling.......................................................................................................46
D. Variabel Penelitian............................................................................................47
E. Definisi Operasional..........................................................................................47
F. Lokasi Penelitian...............................................................................................48
G. Teknik Pengumpulan Data................................................................................48
H. Analisis Data.....................................................................................................50
I. Etika penelitian..................................................................................................50
J. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................65
K. Daftar lampiran..................................................................................................68
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jurnal – jurnal penelitian sebelumnya 19
Tabel 2.2 Definisi Operasional 47
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................70
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus sudah merupakan salah satu ancaman untuk kesehatan umat
manusia pada abad 21 (Yahya et al., 2020). Menurut estimasi International Diabetes
Federation (IDF) terdapat 177 juta penduduk dunia menderita DM pada tahun 2002, dan
WHO memprediksi data DM akan meningkat menjadi 300 juta pada 25 tahun mendatang.
Jumlah pasien DM di Indonesia, menurut IDF diperkirakan pada tahun 2000 berjumlah
5,6 juta dan pada tahun 2020 nanti akan ada 178 juta penduduk yang berusia di atas 20
tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien
Diabetes Melitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif di latar
belakangi oleh resistensi insulin (JUSTITIA PUSPA ALAMI, 2021). Proporsi kejadian
diabetes tipe 2 mencapai 90-95% dari populasi 3 dunia yang menderita diabetes mellitus
(Gebang, 2021). Diabetes adalah penyakit tidak menular yang akan semakin meningkat
jumlahnya di masa datang. Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan
umat manusia pada abad ke 21 (Dodie et al., 2013). World Health Organization (WHO)
membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20
tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun
2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Apabila dibiarkan tidak
terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka
Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, jumlah
kasus DM di Provinsi Papua Barat pada tahun 2020 berjumlah 3652 dan mengalami
peningkatan pada tahun 2021 yang berjumlah 5083. Dan data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Papua DM di Kota Papua pada tahun 2020 berjumlah 2756 dan
meningkat pada tahun 2021 dengan jumlah 3496 (Dinkespapuabarat, 2021). Data
penyakit 3 tahun terakhir berdasarkan survei awal di RSUD Kabupaten FakFak Papua
Barat didapatkan bahwa DM merupakan penyakit dengan jumlah kasus kedua terbanyak
yaitu pada tahun 2019 terdapat 1875 pasien, pada tahun 2020 mengalamai peningkatan
dengan jumlah kasus 3201 pasien 3 begitu pun pada tahun 2021 juga mengalami
peningkatan dengan jumlah kasus 5261 pasien. Berdasarkan data awal yang didapatkan di
RSUD Kabupaten FakFak Papua Barat, terdapat 2.042 kasus penyandang DM pada bulan
Juli - September 2021 (Data Primer, 2021). Wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3
orang pasien diabetes mellitus di RSD Kabupaten FakFak Papua Barat, mengatakan
bahwa motivasi pasien untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2 ini dapat berfluktuasi
disebabkan oleh perawatan yang lama dan biaya yang besar sehingga dapat menimbulkan
masalah psikologis seperti frustasi, cemas, dan depresi. Masalah psikologis ini dapat
mempengaruhi motivasi klien untuk melakukan perawatan diri. Tingkat motivasi klien
yang rendah dapat mempengaruhi efikasi diri klien, sehingga manajemen perawatan diri
pasien DM tidak dapat berjalan dengan baik. Manajemen diri yang berjalan kurang baik
akan berdampak pada keberhasilan penatalaksanaan pasien DMT2. Tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini ialah diketahui adanya hubungan antara motivasi dengan
efikasi diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten FakFak Papua Barat.
Penatalaksaan pada pasien diabetes melitus tipe 2 secara tepat adalah dengan mencegah
management dalam kehidupan seharihari meliputi diet sehat, aktivitas fisik, motivasi yang
tinggi untuk tetap pada kondisi sehat. Kemampuan tubuh pasien diabetes untuk bereaksi
dengan insulin dapat menurun, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi akut (seperti
mampu mencegah penyakit tersebut seperti pengaturan pola makan yang sehat, aktivitas
fisik, minum obat yang teratur, pemantauan glukosa darah dan perawatan diri sendiri
dengan kemampuan dan keyakinan yang tinggi pada diri sendiri atau yang disebut dengan
..
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan Self efficacy dengan Motivasi dalam Mencegah terjadinya komplikasi
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Fakfak Papua Barat Tahun
2022?
C. Tujuan
2022.
b. Mengidentifikasi motivasi dalam Mencegah terjadinya komplikasi Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Fakfak Papua Barat Tahun 2022.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
sumber referensi dan wawasan terkait hubungan Self efficacy dengan motivasi dalam
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Institusi
d. Bagi Responden
Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat kepada responden, sehingga
responden menjadi tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus serta self efficacy
E. Keaslian Penelitian
A. Tinjauan Pustaka
merujuk pada keyakinan diri seseorang bahwa orang tersebut memiliki kemampuan
untuk melakukan suatu perilaku, sementara ekspetasi atas hasil merujuk pada
berbeda dengan konsep diri. Konsep diri mengacu pada persepsi-persepsi diri
tindakan yang diperlukan untuk mengelola situasi yang akan dihadapi”. Efikasi diri
merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri yang paling berpengaruh
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki
ikut memengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan termasuk di dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan
dengan keyakinan individu mengenai hal apa yang dapat dilakukan dengan
kecakapan yang ia miliki seberapa pun besarnya. Efikasi diri menekankan pada
komponen keyakinan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang
akan datang yang mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan, dan sering penuh
dengan tekanan. Meskipun efikasi diri memiliki suatu pengaruh sebab yang besar
untuk menghasilkan perilaku. Efikasi diri akan mempengaruhi beberapa aspek dari
seorang individu akan kemampuannya dalam mengontrol hasil dari usaha yang telah
dilakukan”. Efikasi diri dapat membawa pada perilaku yang berbeda di antara
individu dengan kemampuan yang sama karna efikasi diri memengaruhi pilihan,
dengan efikasi diri rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu
mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang
dengan efikasi yang rendah cenderung mudah menyerah. Sementara orang dengan
efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang
ada. Perasaan efikasi diri memainkan satu peran penting dalam mengatasi
memotivasi pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang menantang dalam
hasil yang akan diperoleh dari kerja kerasnya yang akan mempengaruhi cara
individu berperilaku”. Efikasi diri pada dasarnya adalah hasil proses kognitif berupa
tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Zagoto, 2019).
mendorong para siswa untuk tetap tenang dan mencari solusi daripada merenung
diri ini adalah indikator positif untuk melakukan evaluasi diri yang berguna untuk
mengenal dan memahami diri serta kemampuan yang dimiliki diri sendiri.
kecakapan-kecakapan tertentu.
dalam mempengaruhi fungsi manusia. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui cara-
cara berikut:
1) Proses kognitif
menetapkan tujuan dan sasaran perilaku sehingga peserta didik dapat merumuskan
tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran pribadi
2) Proses motivasi
penyebab, dimana individu yang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi menilai
usaha, sedangkan peserta didik dengan efikasi diri yang rendah menilai
3) Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam
kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola-pola pikir yang benar
mempengaruhi tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi tugas yang
sulit atau bersifat mengancam. Individu yang yakin dengan dirinya maka akan
mampu mengontrol ancaman yang muncul dan tidak akan membangkitkan pola pikir
yang mengganggu.
4) Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk
menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Ketidakmampuan peserta didik dalam melakukan seleksi
tingkah laku, maka akan membuat individu atau dalam hal ini siswa menjadi tidak
percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi masalah atau
situasi sulit. Efikasi diri dapat membentuk hidup peserta didik melalui pemilihan
tipe aktivitas dan lingkungan. Dengan demikian, maka dapat melakukan seleksi
tingkah laku yang harus dibuatnya (DINI, 2017).
Dorongan dari orang lain yang menyemangati kita dengan mengatakan bahwa
mampu mengerjakan tugas tersebut.
4. Kondisi emosi
1. Level
2. Kekuatan
bertahan dalam usahanya, tidak mudah goyah, mampu bertahan lebih lama
3. Generalisasi
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan, daya
penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Kata
movere, dalam bahasa inggris, sering disepadankan dengan motivation yang berarti
pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang menimbulkan dorongan atau
berperilaku dengan cara – cara motivasi yang mengacu pada sebab munculnya
sebuah perilaku, seperti faktor – faktor yang mendorong seseorang untuk
kehendak untuk mencapai status, kekuasaan dan pengakuan yang lebih tinggi bagi
setiap individu. Motivasi justru dapat dilihat sebagai basis untuk mencapai sukses
ketidakseimbangan.
a. Model Tradisional
insentif untuk memotivasi para pekerja. Lebih banyak berproduksi, lebih banyak
menerima penghasilan. Model ini menganggap bahwa “ para pekerja pada dasarnya
faktor, tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga
secara baik dan bahwa mereka tidak secara otomatis melihat pekerjaan sebagai
karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang
baik. Jadi, para karyawan dapat diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk
3. Sumber Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif – motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Itu sebabnya motivasi
intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif – motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai
dorongan dari luar yang tidak terkait dengan dirinya. Ada dua faktor utama di
dalam organisasi (faktor eksternal) yang membuat karyawan merasa puas terhadap
peke rjaan yang dilakukan, dan kepuasan tersebut akan mendorong mereka untuk
bekerja lebih baik, kedua faktor tersebut antara lain : a) Motivator, yaitu prestasi
merupakan kebijakan dan administrasi perusahaan yang baik, supervisi teknisi yang
memadai, gaji yang memuaskan, kondisi kerja yang baik dan keselamatan kerja.
disebabkan tidak mudah untuk menumbuhkan kesadaran dari dalam diri karyawan,
mendapatankan kepuasan kerja yang hanya dapat dipenuhi dari luar dirinya
(Suprihanto, 2018).
4. Teori Motivasi
Ada beberapa macam teori motivasi :
a. Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchical of Needs Thry)
Teori motivasi Maslow dinamakan, “ A theory of human motivation
”. Teori ini mengikuti teori jamak, yakni seorang berperilaku atau bekerja
pertama telah terpenuhi, maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang
utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, maka muncul
dan hanya akan berhenti bila akhir hayat tiba; b) Suatu kebutuhan yang telah
dipuaskan tidak menjadi motivator bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang
tersusun dalam suatu jenjang. Ada beberapa urutan atau tingkatan kebutuhan
b. Kebutuhan yang lebih rendah adalah yang terkuat, yang harus dipenuhi lebih
dahulu. Kebutuhan itu adalah kebutuhan fisik (lapar, haus, pakaian, perumahan dan
lain – lain). Dengan demikian kebutuhan yang terkuat yang memotivasi seseorang
c. Kekuatan kebutuhan dalam memotivasi tidak lama, karena setelah terpenuhi akan
melemah atau kehilangan kekuatannya dalam memotivasi. Oleh karena itu usaha
tugasnya.
d. Cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi ternyata
lebih banyak daripada untuk memenuhi kebutuhan yang berada pada urutan yang
lebih rendah. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan fisik, cara satu – satunya yang
Motivasi juga dapat dipahami dari teori kebutuhan dasar manusia. Manusia
lain, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan – kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dapat
melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Orang yang berprestasi
moderat.
upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor – faktor lain, seperti kemujuran
misalnya
Selain itu ada 3 motivasi yang paling menentukan tingkah laku manusia,
standard exelence.
hubungan afeksi yang hangat dengan orang lain, atau selalu bergabung dengan
teori Alderfer merupakan huruf – huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence
a) Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan
untuk memuaskannya
Model dua faktor dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau
pemeliharaan. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivational adalah hal – hal yang
mendorong seseorang untuk berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber
dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan
adalah faktor- faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh,
kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor – faktor hygiene atau
pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang
kebijakan organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan
dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah menghitungkan dengan tepat
faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang
e. Teori Keadilan
Teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghasilkan
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima. Artinya, apabila seorang karyawan mempunyai persepsi bahwa imbalan yang
diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : a) seorang akan
berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau; b) mengurangi intensitas usaha yang
2) Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan
3) Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang
imbalan yang merupakan hak para pegawai (Yaya Ruyatnasih & Megawati,
2018).
tujuan yang mengarahkan perhatian (b) tujuan – tujuan yang mengatur upaya (c) tujuan –
tujuan untuk meningkatkan persistensi dan (d) tujuan – tujuan untuk menunjang strategi –
strategi dan rencana – rencana kegiatan. Setiap karyawan yang memahami dan menerima
tujuan organisasi atau perusahaan, dan merasa sesuai dengan dirinya akan merasa ikut
bertanggung jawab dalam mewujudkannya. Dalam keadaan seperti itu tujuan akan berfungsi
sebagai motivasi dalam bekerja, yang mendorong para pekerja memilih alternatif cara
untuk diperhatikan bahwa agar cara – cara yang digunakan untuk modifikasi
perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang selalu diakui
dan dihormati, cara – cara tersebut ditempuh dengan gaya yang manusiawi pula
(Mardalena, 2017).
dengan yang lainnya. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa apabila SDM
sendiri yang termotivasi untuk berprestasi baik dengan motivasi positif. Semangat
seseorang individu yang termotivasi tersebut akan meningkat, karena manusia pada
diri sendiri yang berprestasi kurang baik atau berprestasi rendah. Dengan
memotivasi negatif ini semangat dalam jangka waktu pendek akan meningkat,
karena takut akan hukuman, teteapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat
6. Manfaat Motivasi
Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja
dengan orang – orang yang termotivasi adalah : pekerjaan dapat diselesaikan dengan
tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala
waktu yang sudah ditentukan. Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi akan
membuat orang senang mengerjakannya. Orang pun akan merasa dihargai atau diakui.
Hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul – betul berharga bagi orang yang
termotivasi. Orang akan bekerja keras karena dorongan untuk menghasilkan suatu
3. Diabetes Mellitus
komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya
glukosa dalam sel agar dapat di gunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel.
Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan didalam darah
glukosa yang sangat di butuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Adam &
Tomayahu, 2019).
terjadi pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi
insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang
diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat diproduksi. Hanya sekitar 10% dari
kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh
manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes Mellitus tipe ini sering terjadi pada
dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan
peningkatan usia.
Ini meliputi 2-5% daripada seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui
karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.
yang ditemukan pertama kali saat kehamilan. Sebagian besar wanita hamil yang
normal selama kehamilan pertama (5 bulan) dan juga dapat mengalami defisiensi
insulin relative pada kehamilan kedua, tetapi kadar glukosa dapat kembali normal
golongan yaitu:
Mellitus sering muncul setelah manusia memasuki umur rawan tersebut. semakin
2) Jenis kelamin
Distribusi penderita Diabetes Mellitus menurut jenis kelamin sangat
3) Faktor keturunan
Diabetes Mellitus cenderung diturunkan. Adanya riwayat Diabetes Mellitus
dalam keluarga terutama orang tua dan saudara kandung memiliki risiko lebih
besar terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak
merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Umumnya, laki-
Diabetes Mellitus akan hilang setelah anak lahir. Namun, dapat pula terjadi
Diabetes Mellitus dikemudian hari. Ibu hamil yang menderita Diabetes Mellitus
akan melahirkan bayi besar dengan berat lebih dari 4000 gram. Apabila hal ini
terjadi, maka kemungkinan besar si ibu akan mengidap Diabetes Melitus tipe II
kelak.
tubuh maka tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak
tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut. Lemak
dapat memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel
glukosa darah. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus tipe
kali lipat terjadi pada individu yang kurang aktif dibandingkan dengan individu
yang aktif. Semakin kurang aktivitas fisik, maka semakin mudah seseorang
terkena penyakit Diabetes Mellitus. Olahraga atau aktivitas fisik dapat membantu
mengontrol berat badan. Glukosa dalam darah akan dibakar menjadi energi,
sehingga sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Selain itu, aktivitas
fisik yang teratur juga dapat melancarkan peredaran darah, menurunkan faktor
b Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan berat
badan. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko terkena Diabetes Mellitus.
tinggi. Jika kadar glukosa darah sampai diatas 160-180 mg/dl, maka glukosa akan
dikeluarkan melalui kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang
air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena
ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
2009). Menurut (SARI, 2019) gejala Diabetes Mellitus adalah adanya rasa haus
yang berlebihan, sering kencing terutama pada malam hari, berat badan turun
dengan cepat, penderita lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, penglihatan
yaitu
1) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, mie, roti kentang, singkong, ubi
dan sagu
2) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,
mudah dicerna
e. Bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk diet Diabetes
Makanan yang mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa,
sirup, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
minuman botol ringan, dan es krim, mengandung banyak lemak, seperti cake,
makanan siap saji dan gorengan, mengandung banyak natrium, seperti ikan asin,
B. Pola Konsumsi
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas untuk satu kelompok masyarakat tertentu (Dr. Merryana
Adriani, 2016).
informasi frekuensi makan makanan tertentu pada individu yang diduga berisiko
tinggi menderita defisiensi gizi atau kelebihan asupan zat gizi tertentu pada
periode waktu yang lalu. Jadi, FFQ digunakan sebagai alat diagnostik terhadap
makanan yang menyebabkan kasus gizi (kekurangan atau kelebihan). Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui besar faktor pajanan makanan tertentu terhadap
kejadian penyakit yang berhubungan dengan asupan gizi. FFQ ada dua jenis,
yaitu FFQ murni dan semi-FFQ. Perbedaannya adalah pada FFQ murni tidak ada
kuantitas (porsi), sedangkan pada semi-FFQ ada kuantitas (porsi) (SARI, 2019).
kuantitatif makanan ataupun asupan konsumsi zat gizi. Namun, metode frekuensi
kuantitatif. Hal ini tergantung dari tujuan studi, apakah hanya ingin menggali
frekuensi pengunaan makanan saja atau juga sekaligus dengan konsumsi zat
gizinya. Dengan metode ini, dapat dinilai frekuensi penggunaan makanan atau
kelompok makanan tertentu selama kurun waktu yang spesifik dan sekaligus
tersedia pada FFQ, yaitu harian, mingguan, bulanan, tahunan, jarang atau
b. Semi-Kuantitatif FFQ
Semi kuantitatif FFQ adalah kualitatif FFQ dengan tambahan perkiraan
ukuran porsi, seperti kecil, medium, besar, dan sebagainya. Modifikasi tipe ini
dapat dilakukan untuk mengetahui asupan energi dan zat gizi spesifik. Kuisioner
semi kuantitatif FFQ ini harus memuat bahan makanan sumber zat gizi yang lebih
utama.
1 kali/hari = 1
3 kali/hari = 3
responden)
pada kuisioner
berfokus pada tiga aktivitas utama, yaitu: memeriksa kesehatan secara rutin,
sayur dan buah setiap hari. Konsumsi beragam sayuran dan buah nusantara,
yang ada dan banyak tersedia di daerah lokal, dapat mencegah penyakit
mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam
Sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh seperti buah
gula darah. Konsumsi buah dan sayur menurut (Carter et al., 2010) dalam
beberapa studi meta analisis dapat mengurangi risiko diabetes mellitus tipe 2
sulit buang air besar (BAB/sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan
bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam
buahan yang cukup merupakan salah satu indikator sederhana gizi seimbang
(Dewi, 2022).
Semakin matang buah yang mengandung karbohidrat semakin
tinggi kandungan fruktosa dan glukosanya, yang dicirikan oleh rasa yang
ini, semakin dikenal minuman jus bergula. Dalam segelas jus buah bergula
ditambahkan. Oleh karena itu konsumsi buah yang terlalu matang dan
minuman jus bergula perlu dibatasi agar turut mengendalikan kadar gula
darah. Konsumsi serat yang dianjurkan untuk pasien Diabetes Mellitus adalah
20-35 gram setiap harinya yang banyak terdapat di dalam buah dan sayur .
Serat yang dianjurkan untuk penderita Diabetes Mellitus adalah serat larut air
b) Sayuran B : Bayam, bit, buncis, brokoli, caisim, daun pakis, daun wuluh,
genjer, jagung muda, jantung pisang, kol, kembang kol, kapri muda,
kangkung, kucai, kacang panjang, kecipir, labu siam, labu waluh, pare,
pepaya muda, rebung, sawi, tauge kacang hijau, terong, dan wortel
c) Sayuran C : Bayam merah, daun katuk, daun melinjo, daun papaya, daun
singkong, daun tales, kacang kapri, kluwih, melinjo, nangka muda, tauge
kacang kedelai
d) Sedangkan jenis buah-buahan yang memiliki indeks glikemik rendah yaitu
anggur, apel, jeruk, mangga, pear, kiwi, nanas, pisang, persik, plum, dan
Pola konsumsi sayur dan buah meliputi jumlah, jenis, dan frekuensi. Prinsip
pengaturan makan pada penyandang Diabetes Mellitus hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang (Julianti, 2021).
Mellitus adalah 5-10 porsi dan jumlah sayuran dan buah-buahan yang disajikan dalam
satu kali penyajian adalah 106 gram. Sehingga, penyajian sayuran yang dianjurkan
dalam 1 hari dan dikatakan cukup apabila >318 gram serta dikatakan kurang apabila
<318 gram dan total penyajian buah dalam 1 hari dikatakan cukup apabila >212 gram
dan dikatakan kurang apabila <212 gram. Sementara itu, berdasarkan jenisnya
konsumsi sayuran dan buah-buahan dikatakan beragam jika mengonsumsi > 5 jenis
sayuran dan buah-buahan serta dinyatakan tidak beragam jika mengonsumsi <5 jenis
sayuran dan buah-buahan (FAO, 2011). Sedangkan Frekuensi konsumsi sayur dan buah
yang dianjurkan untuk pasien Diabetes Mellitus adalah > 3 hari dalam 1 minggu (SARI,
2019).
B. Kerangka Teori
Kejadian
Pasien DM
Self Eficacy Motivasi Komplikasi
Tipe II
DM Tipe II
C. Hipotesis
Ada hubungan Self efficacy dengan Motivasi dalam Mencegah terjadinya komplikasi
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Fakfak Papua Barat Tahun
2022.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian cross-sectional adalah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasional, atau pengumpulan data (Nursalam, 2016). Penelitian cross-
sectional hanya mengobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek
Populasi : Semua Pasien DM Tipe II di Poli Interna RSUD Fak fak Papua barat sebanyak 86 orang
Pengumpulan Data
Variabel Independen :
Pengetahuan Variabel Dependent :
Self Eficacy Motivasi
Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating
Analisa Data
Chi Square
Kesimpulan
C. Populasi,sampel,sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Pasien DM Tipe II di Poli Interna RSUD Fak fak
Papua Barat.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagaian pasien DM Tipe II di Poli Interna RSUD
Fak fak Papua Barat. Sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin :
n = __N___
1 + Ne2
n = ____86____
1 + 86 (0,05)2
n = _____86______
1 + 86 (0,0025)
n = __86__
1 + 0,215
n = __86__
1,215
n = 71 responden
3. Tehnik Sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini untuk mendapatkan jumlah
D. Variabel Penelitian
Variabel Independent dalam penelitian ini adalah self efficacy pasien DM Tipe II.
F. Definisi Operasional
Waktu penelitian : rencana penelitian akan dilakukan pada bulan November 2022
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini, menggunakan uji statistic chi
square. Interpretasi hasil uji statistic dapat disimpulkan jika nilai p > 0,05 maka H1
diterima dan H0 di tolak, artinya ada hubungan self efficacy dengan motivasi dalam
H. Etika Penelitian
Penelitian akan dilakukan setelah mendapatkan izin dari Kepala Rumah Sakit Umum
Daerah FakFak Papua Barat. Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsisp-
prinsip etika penelitian meliputi :
1. Informed consent (Lembar persetujuan)
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek penelitian.
Subjek diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia responden
menandatangani lembar persetujuan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin kerahasiaan oleh
peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya ditampilkan pada forum Akademis.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, L., & Tomayahu, M. B. (2019). Tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien
Anggara, F., Yusuf, A. M., & Marjohan, M. (2016). Efektivitas Layanan Bimbingan
Ardiansyah, S., Sari, N. W., Sulistiawati, F., Kusmana, O., Kautsar, A. M. A., Saputra, A.
W., Prisusanti, R. D., Hidayah, M. S., Meilinda, V., & Rafsanjani, T. M. (2022). Gizi
https://books.google.co.id/books?id=RCduEAAAQBAJ
Badrianto, Y., Pratiwi, R., Suharyat, Y., Firmansyah, H., Ginting, R., Rezeki, F., Purnomo,
M., Nuha, M. U., & Wardhana, A. (2021). Perilaku Organisasi. Media Sains Indonesia.
https://books.google.co.id/books?id=WWlUEAAAQBAJ
https://books.google.co.id/books?id=lCh1EAAAQBAJ
Publisher). https://books.google.co.id/books?id=3C6LDwAAQBAJ
Diah Wayuni, N. K., Kencana, S. K. M., Ketut, I., Purnadhibrata, M. K., & Made, I. I.
(2020). Gambaran Pola Konsumsi Dan Status Gizi Baduta. Jurusan Gizi.
EFIKASI DIRI ANAK (Studi kasus di SDN Samparwadi 2 Kp. Samparwadi Kec.
Tirtayasa Kab. Serang Prov. Banten). Universitas Islam Negeri" Sultan Maulana
Hasanuddin" BANTEN.
Dodie, N. J., Tendean, L., & Wantouw, B. (2013). Pengaruh lamanya Diabetes Melitus
Dr. Moh. Toharudin, M. P. (2020). BUKU AJAR MANAJEMEN KELAS. Penerbit Lakeisha.
https://books.google.co.id/books?id=VY0gEAAAQBAJ
Faridi, A., Trisutrisno, I., Irawan, A. M. A., Lusiana, S. A., Alfiah, E., Rahmawati, L. A.,
Doloksaribu, L. G., Suryana, S., Yunianto, A. E., & Sinaga, T. R. (2022). Survei
https://books.google.co.id/books?id=QUhrEAAAQBAJ
Fitriana, S., Ihsan, H., & Annas, S. (2015). Pengaruh efikasi diri, aktivitas, kemandirian
belajar dan kemampuan berpikir logis terhadap hasil belajar matematika pada siswa
kelas VIII SMP. Journal of Educational Science and Technology (EST), 1(2), 86–101.
Masyarakat, 8(2).
Gunawan, I., & Palupi, A. R. (2016). Taksonomi Bloom–revisi ranah kognitif: kerangka
Pustaka.
Indarti, N., & Dyahjatmayanti, D. (2014). Manajemen Pengetahuan: Teori dan Praktik.
Kusuma, H., & Hidayati, W. (2013). Hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di Persadia Salatiga. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah,
1(2).
halus anak usia prasekolah. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan,
3(1), 55–60.
id=NBExDwAAQBAJ
Mardianti, M., & Muhamad, N. (2020). Buku Saku Gizi Sehat Reproduksi Pekerja Wanita.
Oktarina, R., Wulan, T. I., & Cahyoajibroto, M. A. (2021). DIABETES MELITUS TIPE II
DENGAN HIPERTENSI.
Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Tasnim, T., Ramdany, R., Manurung, E. I.,
Sianturi, E., Tompunu, M. R. G., & Sitanggang, Y. F. (2021). Promosi Kesehatan dan
id=MR0fEAAAQBAJ
Prihatin, K., Suprayitna, M., & Fatmawati, B. R. (2019). Motivasi Terhadap Efikasi Diri
Dalam Perawatan Diri Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Qamarul
Purbasari, E. D., Wulandari, R., & Mursudarinah, M. (2018). PETTERAPAI {SENAM KAKI
Rahmadiliyani, N., & Muhlisin, A. (2008). Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit
dan komplikasi pada penderita diabetes melitus dengan tindakan mengontrol kadar gula
Rusilanti, D. R. (2008). Menu Sehat Untuk Pengidap Diabetes Mellitus. Kawan Pustaka.
SARI, K. N. F. P. (2019). Gambaran Pola Konsumsi Sayur Dan Buah Serta Kadar Glukosa
Darah Penderita Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar.
Poltekkes Denpasar.
Simarmata, H. M. P., Hidayatulloh, A. N., Revida, E., Hasibuan, A., Komariyah, I.,
Kuswandi, S., Hutabarat, M. L. P., Purba, S., Firdaus, E., & Tjiptadi, D. D. (2021).
https://books.google.co.id/books?id=1jUtEAAAQBAJ
Sumira, S., Mustari, N., Machmud, Y., & Ridal, A. (2021). STUDI LITERATUR
id=5cdVDwAAQBAJ
Winangsih, R., & Nisa, H. (2020). Strategi Komunikasi Dinas Kesehatan Kota Serang
Yahya, M., Muslikhah, S., Rosita, F., & Nuraini, F. R. (2020). Pola Peresepan Diabetes
Mellitus pasien rawat inap di RS X pada bulan November-Desember 2019. Jurnal
Yaya Ruyatnasih, S. E. M. M., & Megawati, L. (2018). Pengantar Manajemen: Teori, Fungsi
UNIVERSITY SEMARANG.
Zagoto, S. F. L. (2019). Efikasi Diri Dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan
KUESIONER PENELITIAN
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya merasa sudah berpengalaman tentang penyakit
saya
2 Saya memahami agar tidak terjadi komplikasi pada
penyakit saya
3 Saya merasa tidak pernah mengalami masalah pada
penyakit saya
4 Saya merasa tahu tentang perjalanan penyakit saya
5 Saya merasa bisa mengendalikan penyakit saya agar
saya bisa sehat
6 Saya tetap bersemangat meskipun dalam keadaan
sakit ini
7 Saya memahami apa yang harus saya lakukan
terhadap penyakit saya
8 Saya merasa paham dengan obat-obatan yang saya
kosumsi untuk penyakit saya
9 Menurut saya, penyakit saya tidak menghalangi
saya untuk beraktivitas
10 Saya merasa dapat mengatasi keluhan dari penyakit
yang saya derita
11 Saya selalu berusaha keras agar tidak terjadi
komplikasi pada penyakit saya
12 Ketika merasa Lelah, saya mengingatkan keluarga
untuk selalu membangkitkan semangat saya
13 Saya menggali informasi terkait penyakit saya
14 Saya menemukan solusi Ketika penyakit saya
kambuh
15 Saya berusaha keras untuk sehat
(Prihatin et al., 2019)
C. VARIABEL MOTIVASI
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya selalu rutin minum obat DM
2 Jika saya malas minum obat DM, saya selalu ingat
untuk bisa sehat
3 Saya selalu olahraga untuk menjaga Kesehatan
4 Saya tetap meminum obat penurun gula darah
meskipun saat di luar rumah
5 Saya selalu menjaga kebersihan dan Kesehatan
tubuh saya agar tidak terjadi komplikasi penyakit
DM saya
6 Jika badan saya terasa tidak sehat, saya periksa ke
dokter
7 Saya rutin control ke RS setiap bulan
8 Saya menjalankan diit rendah karbohidrat untuk
mencegah penyakit DM saya mengalami
komplikasi
9 Saya rutin melakukan pemeriksaan kadar gula darah
setiap hari untuk mengkontrol
10 Saya tetap bersemangat meskipun menderita DM
11 Saya selalu menjaga pikiran saya agar tidak stress
untuk mencegah komplikasi DM
12 Saya melakukan cukup istirahat untuk mencegah
komplikasi
13 Saya selalu menyediakan obat DM dan tidak
sampai telat
14 Saya selalu makan sehat memperbanyak konsumsi
sayur dan buah, kurangi lemak, gula, dan makanan
asin
15 Bila ada luka di tubuh saya, saya selalu rajin
merawatnya agar tidak terjadi komplikasi DM
16 Saya selalu rutin memeriksakan mata
17 Saya selalu waspada jika ada kesemutan, rasa
terbakar, hilangnya sensasi, dan luka pada bagian
bawah kaki
18 Saya selalu Waspada infeksi kulit dan gangguan
kulit
(Sumira et al., 2021)
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
1. Penelitian yang berjudul ; “Hubungan Self Efficacy Dengan Motivasi Dalam Mencegah
Terjadinya Komplikasi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam
Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Fakfak Papua Barat”.
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek ; membagikan kuesioner.
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian ; dapat meningkatkan Motivasi Dalam Mencegah
Terjadinya Komplikasi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
Bahaya yang akan timbul ; tidak ada bahaya potensial bagi responden.
4. Hak undur diri ; responden memiliki hak untuk bersedia atau tidak bersedia menjadi
responden tanpa ada paksaan apapun.
5. Adanya insentif seperti pemberian makanan atau souvenir kepada responden.
Kepada Yth
Saudara/i yang menjadi responden
Di
Tempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rizal Husen
NIM : 2111A0111
Judul : Hubungan Self Efficacy Dengan Motivasi Dalam Mencegah Terjadinya
Komplikasi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam
Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Fakfak Papua Barat
(Rizal Husen )
NIM.2111A0111