You are on page 1of 94

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DAN Ny.

N YANG
MENGALAMI CLOSE FRAKTUR RADIUS ULNA DENGAN
NYERI AKUT DI RUANG MELATI 3 RSUP Dr. SURADJI
TIRTONEGORO KLATEN

DI SUSUN OLEH :
FARIDA YULIANA
NIM.P14077

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DAN Ny. N YANG
MENGALAMI POST OP CLOSE FRAKTUR RADIUS ULNA
DENGAN NYERI AKUT DI RUANG MELATI 3 RSUP Dr.
SURADJI TIRTONEGORO KLATEN

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DI SUSUN OLEH :
FARIDA YULIANA
NIM.P14077

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Farida Yuliana
NIM : P14077
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan pada Ny. S dan Ny. N yang
mengalami post op close fraktur radius ulna
dengan nyeri akut di ruang melati 3 RSUP
Dr.Suradji Tirtonegoro Klaten.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Agustus 2017


Yang Membuat pernyataan

FARIDA YULIANA
NIM . P14077

ii
MOTTO

"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-mujadilah 11)

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DAN Ny. N YANG


MENGALAMI POST OP CLOSE FRAKTUR RADIUS ULNA
DENGAN NYERI AKUT DI RUANG MELATI 3 RSUP Dr. SURADJI
TIRTONEGORO KLATEN

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatn (Amd. Kep.)

Oleh :
FARIDA YULIANA
P14077

Surakarta, Agustus 2017

Menyetujui,
Pembimbing

Nurul Devi Ardiani, S. Kep., Ns.,M.Kep


NIK. 201186080

iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah Di Uji Pada Tanggal :

Dewan Penguji :

Penguji 1 :
1. Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M,Kep ( )
NIK. 200981037
Penguji 2 :
2. Nurul Devi Ardiani, S. Kep., Ns., M,Kep ( )
NIK. 201186080

v
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : Farida Yuliana
Nim : P14077
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada Ny. S dan Ny. N yang
mengalami post op close fraktur radius ulna dengan nyeri
akut di ruang melati 3 RSUP Dr.Suradji Tirtonegoro
Klaten.

Telah diujikan dan dipertahankan


dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis
Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada


Hari/Tanggal : 10 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI

Ketua :Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M.Kep ( )


NIK. 200981037
Anggota : Nurul Devi Ardiani, S. Kep., Ns M.Kep( )
NIK. 201186080

Mengetahui
Ketua Program Studi D3 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta

Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep


NIK. 200981037

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dan Ny. N yang
mengalami post op close fraktur radius ulna dengan nyeri akut di ruang melati 3
RSUP Dr.Suradji Tirtonegoro Klaten”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua STIKes yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta dan selaku dosen penguji yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,
inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
3. Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku sekretaris Program Studi
D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk
dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
4. Nurul Devi Ardiani, S. Kep., M.Kepselaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orangtuaku yang selaku menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

vii
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Agustus 2017

Farida Yuliana

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................i
PERNYTAAN TIDAK PLAGIATISME.................................................ii
MOTTO......................................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI........................................v
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................vi
KATA PENGANTAR................................................................................vii
DAFTAR ISI...............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang......................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Fraktur..........................................................8
2.1.1 Definisi.............................................................................6
2.1.2 Etiologi.............................................................................7
2.1.3 Klasifikasi........................................................................7
2.1.4 Patofisiologi.....................................................................9
2.1.5 Faktor...............................................................................9
2.1.6 Manifestasi.......................................................................10
2.1.7 Komplikasi........................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik.....................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan.................................................................12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.............................................13
2.2.1 Pengkajian........................................................................13
2.2.2 Diagnosis...........................................................................14
2.2.3 Rencana Keperawatan.......................................................16
2.2.4 Implementasi Keperawatan...............................................22
2.2.5 Evaluasi.............................................................................23
BAB III METODE STUDI KASUS
3.1 Desain Studi Kasus..............................................................25
3.2 Batasan Istilah......................................................................25
3.3 Partisipan..............................................................................26
3.4 Lokasi dan Waktu................................................................26
3.5 Pengumpulan Data...............................................................26
3.6 Uji Keabsahan Data..............................................................27
3.7 Analisa Data.........................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.......................................................................................................28
4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data..................................28
4.1.2 Pengkajian.........................................................................29
4.1.3 Analisa Data......................................................................32
4.1.4 Perencanaan......................................................................33
4.1.5 Pelaksanaan.......................................................................35
ix
4.1.6 Evaluasi.............................................................................40
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan.............................................................................................46
5.1.1 Pengkajian.........................................................................46
5.1.2 Rumusan Masalah.............................................................48
5.1.3 Intervensi Keperawatan.....................................................49
5.1.4 Implementasi Keperawatan...............................................51
5.1.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan..........................................................................54
6.1.1 Pengkajian.........................................................................54
6.1.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................54
6.1.3 Intervensi...........................................................................55
6.1.4 Implementasi.....................................................................55
6.1.5 Evaluasi.............................................................................55
6.2 Saran....................................................................................56
6.2.1 Institusi Pendidikan...........................................................56
6.2.2 Rumah Sakit......................................................................56
6.2.3 Penelitian Selanjutnya.......................................................56
6.2.4 Keluarga Penderita............................................................57
6.2.5 Bagi Penulis Selanjutnya..................................................57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar konsultasi


Lampiran 2. Daftar riwayat hidup
Lampiran 3. Asuhan keperawatan

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Insiden kecelakaan merupakan salah satu dari masalah kesehatan dasar

selain gizi dan konsumsi, sanitasi lingkungan, penyakit gigi dan mulut, serta

aspek moralitas dan perilaku di Indonesia. Kecelakaan lalu lintas menewaskan

hampir 1,3 juta jiwa diseluruh dunia atau 3000 kematian setiap hari dan

menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya. Dimana pada tahun

2005 terdapat lebih dari tujuh juta orang meninggal karena kecelakaan dan

sekitar dua juta mengalami kecacatan fisik.

Menurut Depkes RI 2007 dalam Ropyanto (2011) kecelakaan di Indonesia

berdasarkan laporan kepolisian menunjukkan peningkatan 6,72% dari 57.726

kejadian di tahun 2009 menjadi 61.606 insiden di tahun 2010 atau berkisar

168 insiden setiap hari dan 10.349 meninggal dunia atau 43,15%.Kejadian

fraktur akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 13 juta setiap tahun dengan

jumlah penduduk 238 juta, dan merupakan angka kejadian terbesar di Asia

Tenggara. Kejadian fraktur di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar delapan

juta orang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda. Insiden

fraktur di Indonesia 5,5% dengan rentang setiap provinsi antara 2,2-9% fraktur

ekstremitas bawah memiliki prevalensi sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan.

Hasil tim survey Depkes RI (2007) menunjukkan bahwa 25% penderita

fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami

1
2

stress psikologis dan bahkan depresi, serta 10% mengalami kesembuhan

dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh dari medikal record Rumah

Sakit Pusat Kepolisisan Raden Said Sukanto Jakarta, pada bulan Januari 2016

sampai dengan desember 2016 jumlah klien yang menderita fraktur sbanyak

382 orang, sedangkan klien yang menderita fraktur femur sebanyak 82 orang

(22%).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau ruda paksa (Faradisi, 2012).

Fraktur dapat dibedakan menjadi 4 klasifikasi, diantaranya yaitu berdasarkan

luas dan garis fraktur meliputi fraktur komplit dan fraktur inkomplit, fraktur

berdasarkan hubungan dengan dunia luar meliputi fraktur tertutup dan fraktur

terbuka, fraktur berdasarkan garis patah tulang meliputi green stick,

transverse, longitudinal, oblique, dan spiral, dan fraktur berdasarkan

kedudukan fragmen meliputi tidak ada dislokasi dan adanya dislokasi

(Musliha, 2010).

Masalah yang terjadi pada pasien fraktur meliputi gangguan rasa nyaman

nyeri, hambatan dalam mobilitas fisik, perubahan citra tubuh dan kecemasan

(Bararah dan Jaurah, 2013). Kecemasan merupakan perasaan khawatir yang

tidak jelas terhadap sumber yang seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui

oleh individu (Maryam dkk, 2013). Menurut Efendy (2005) dalam Faradisi

(2012), pasien kadang tidak mampu mengontrol kecemasan yang dihadapi,

sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh. Keadaan ini akan berakibat buruk

apabila tidak segera diatasi.


3

Penanganan fraktur menurut Mansjoer (2007) dalam Faradisi (2012) dapat

berupa konservatif ataupun operasi. Tindakan operasi terdiri dari reposisi

terbuka, fiksasi interna dan reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti

fiksasi interna, dimana didalamnya terdapat banyak prosedur yang harus

dilaksanakan. Hal ini menyebabkan kecemasan pada masa preoperasi, karena

kecemasan pada saat ini merupakan hal yang wajar.

Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan

keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik

memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai

peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada

klien fraktur melalui metode ilmiah.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.

S dan Ny. N yang mengalami post op close fraktur radius ulna dengan nyeri

akut di ruang melati 3 RSUP Dr. Suradji Tirtonegoro Klaten”.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. S dan Ny. N yang

mengalami post op close fraktur radius ulna dengan nyeri akut di ruang melati

3 RSUP Dr. Suradji Tirtonegoro Klaten.


4

Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dan Ny. N yang

mengalami post op close fraktur radius ulna dengan nyeri akut di ruang

melati 3 RSUP Dr. Suradji Tirtonegoro Klaten.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada Ny. S dan Ny. N

yang mengalami post op close fraktur radius ulna dengan nyeri akut di

ruang melati 3 RSUP Dr. Suradji Tirtonegoro Klaten.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S dan

Ny. N yang mengalami post op close fraktur radius ulna dengan nyeri akut

di ruang melati 3 RSUP Dr. Suradji Tirtonegoro Klaten.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dan Ny. N yang

mengalami post op close fraktur radius ulna dengan nyeri akut di ruang

melati 3 RSUP Dr. Suradji Tirtonegoro Klaten.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dan Ny. N yang

mengalami post op close fraktur radius ulna dengan nyeri akut di ruang

melati 3 RSUP Dr. Suradji Tirtonegoro Klaten.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan untuk pedoman dalam

memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terutama pada pasien

dengan fraktur.

2. Bagi Pendidikan
5

Hasil karya tulis ilmiah ini sebagai sumber informasi bagi institusi dalam

pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.

3. Bagi Perawat

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat menambah wacana keilmuan terutama di

bidang keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan fraktur.

4. Bagi Pasien

Menambah pengetahuan tentang penyakit fraktur dan cara penanganannya.

5. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai dengan

profesi yang penulis tekuni sebagai perawat, sehingga nantinya bisa

memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terutama pada pasien

fraktur.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fraktur

2.1.1 Pengertian

Frakturadalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih

besar dari pada yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan

oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan

bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan di

sekitarnya juga akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak,

perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan

saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami

cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen

tulang (Burner at all, 2002). Fraktur femur adalah terputusnya

kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung

(kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian) dan biasanya lebih banyak

dialami oleh laki-laki dewasa. Fraktur femur adalah rusaknya

kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma

langsung maupun tidak langsung. (Mansjoer, 2007)

Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika

tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya

(Wong, 2004)

6
7

Berdasarkan pengertian para ahli diatas, penulis menyimpulkan

bahwa fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas tulang pangkal

paha yang disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung.

2.1.2 Etiologi

a. Kekerasan langsung:kekerasan langsung menyebabkan patah

tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering

bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

b. Kekerasan tidak langsung:kekerasan tidak langsung menyebabkan

patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan.

Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur

hantaran vektor kekerasan.

c. Kekerasan akibat tarikan otot:patah tulang akibat tarikan otot

sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran,

penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan

penarikan. (Oswari E,2000)

2.1.3Klasifikasi fraktur

1. Jenis-jenis fraktur :

a. Complete fracture (fraktur komplit), patah pada seluruh garis

tengah tulang, luas dan melintang. Biasanya disertai dengan

perpindahan posisi tulang.

b. Closed fracture (simple fraktur), tidak menyebabkan robeknya

kulit, integritas kulit masih utuh.


8

c. Open fracture (compound fraktur/ komplikata/ kompleksi),

merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak

dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau

membrane mukosa sampai kepatahan tulang.

Fraktur terbuka digradasi menjadi :

Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm panjangnya

Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak

yang ekstensif

Grade III : luka sangat terkontaminasi, dan mengalami

kerusakan jaringan lunak ekstensif.

d. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang

lainnya membengkok.

e. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.

f. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

g. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.

h. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa

fragmen.

i. Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam

(sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).

j. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi

pada tulang belakang).

k. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit

(kista tulang, paget,metastasis tulang, tumor).

l. Epifisial, fraktur melalui epifisis.


9

m. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen

tulang lainnya. (Brunner & Suddarth,2005)

2.1.4 Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan

gaya pegas untuk menahan tekanan (Graham, 2007). Tapi apabila

tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap

tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan

rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito & Lynda Juall,

2005). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta

saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus

tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan

terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang

segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang

mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang

ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan

infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari

proses penyembuhan tulang nantinya (Black, 2007).

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur :

a.Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang

tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat

menyebabkan fraktur.
1

b. Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya

tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari

tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan

tulang. (Ignatavicius &Donna D, 2006)

2.1.6 Manifestasi klinis

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen

tulang diimobilisasi.

b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)

bukannya tetap rigid seperti normalnya.

c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya

karena konstraksi otot yang melekat diatas ada dibawah tempat

fraktur.

d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik

tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara

fragmen satu dengan lainnya.

e. Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

( Brunner & Suddarth, 2005 )

2.1.7 Komplikasi

1. Umum :

a. Shock
1

b. Kerusakan organ

c. Kerusakan saraf

d. Emboli lemak

2. Dini :

a. Cedera arteri

b. Cedera kulit dan jaringan.

c. Cedera partement syndrom.

3. Lanjut :

a. Stiffnes (kaku sendi)

b. Degenerasi sendi

c. Penyembuhan tulang terganggu

d. Mal union

e. Non union

f. Delayed union

g. Cross union

( Price, A dan L. Wilson,2006 )

2.1.8 Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah:

1) X-ray:

Menentukan lokasi/luasnya fraktur.

2) Scan tulang:

Memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan

jaringan lunak.
1

3) Arteriogram

Dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.

4) Hitung Darah Lengkap

Hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan;

peningkatanlekosit sebagai respon terhadap peradangan.

5) Kretinin

Trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.

6) Profil koagulasi

Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau

cedera hati. (Doengoes,2007)

2.1.9 Penatalaksanaan

1.Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).

2.Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi

union :

a.Eksternal→gips, traksi.

b. Internal→naildan plate.

3. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula. (Mansjoer, 2003)

2.2 Asuhan keperawatan fraktur

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2007) diperoleh data

sebagai berikut :

1. Aktivitas (istirahat)
1

Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

(mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari

pembengkakan jaringan nyeri).

2. Sirkulasi

Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap

nyeri) atau hipotensi (kehilangan darah), takikardia (respon stress,

hipovolemia), penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang

cedera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena

pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi cedera.

3. Neurosensori

Gejala :Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis)

Tanda :Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,

krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi

(mungkin berhubungan dengan nyeri atau trauma).

4. Nyeri / kenyamanan

Gejala:Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi

pada area jaringan / kerusakan tulang : dapat berkurang pada

imobilisasi, tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf, spasme / kram

otot (setelah imobilisasi).

5. Keamanan

Tanda :Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna,

pendarahan, pembengkakan local (dapat meningkat secara

bertahap atau tiba-tiba).

6. Pemeriksaan Diagnostik
1

a. Pemeriksaan rontgen :Menentukan lokasi/luasnya

fraktur/trauma.

b. Skan tulang, tomogram, skan CT/MRI : memperlihatkan

fraktur, juga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi

jaringan lunak.

c. Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat

(hemokonsentrasi). Peningkatan jumlah SOP adalah respon

stress setelah trauma.

e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin

untuk kirens ginjal.

f. Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan

darah, transfuse multiple atau cedera hati. (Doengoes, 2007)

2.2.2 Diagnosa

Ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

a. Risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan

integritas tulang (fraktur).

b. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot gerakan fragmen

tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak, alat

traksi/imobilisasi, stress, ansietas.

c. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer

berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah : cedera


1

vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus,

hipovolemia.

d. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan

dengan pertukaran aliran : darah/emboli lemak, perubahan

membran alveolar/kapiler intestisial, edema paru, kongesti.

e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

rangka neuromuskuler : nyeri/ketidaknyamanan : terapi restriktif

(imobilisasi tungkai).

f. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan cedera tusuk : fraktur terbuka : bedah perbaikan;

pemasangan traksi,pen, kawat, skrup, perubahan sensasi,

sirkulasi : akumulasi ekskresi/secret.

g. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak

adekuatnya pertahanan primer ; kerusakan kulit, trauma

jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur infasif, traksi

tulang.

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpajan/mengingat, salah interprestasi informasi/tidak mengenal

sumber informasi. (Price &Wilson,2008)

2.2.3 Perencanaan

1. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan

integritas tulang (fraktur).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperaatan diharapkan

trauma tidak terjadi


1

Kriteria evaluasi :

1) Mempertahankan stabilitas dan posisi fraktur.

2) Menunjukan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas

pada sisi fraktur.

3) Menunjukan pembentukan kallus/mulai penyatuan fraktur

yang tepat.

Intervensi :

1) Pertahankan tirah baring atau ekstremitas sesuai indikasi,

berikan sokongan sendi di atas dan di bawah fraktur bila

bergerak.

2) Letakkan papan di bawah tempat tidur, pertahankan posisi

netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir, gulungan

trochanter, papan kaki.

a. Kaji integritas alat fiksasi eksternal.

b. Kaji tulang foto atau evaluasi.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot gerakan ragmen

tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak, alat

traksi/imobilisasi, stress, ansietas.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

nyeri berkurang/hilang.

Kriteria evaluasi :

1) Menyatakan nyeri hilang.

2) Menunjukkan sikap santai.


1

3) Menunjukkan ketrampilan penggunaan relaksasi dan aktifitas

terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu.

Intervensi :

1) Kaji tingkat nyeri, lokasi nyeri, kedalaman, karakteristik

serta intensitas.

2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah

baring, gips, pemberat, traksi.

3) Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.

4) Berikan alternatif tindakan kenyamanan misalnya : pijatan

dan perubahan posisi.

5) Ajarkan menggunakan teknik manajemen stress misalnya :

relaksasi progresif, latihan nafas dalam.

6) Kolaborasi, berikan analgetik sesuai program.

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer

berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah ; cedera

vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus,

hipovolemia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

disfungsi neurovaskuler tidak terjadi.

Kriteria evaluasi.

1) Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya

nadi, kulit kering/hangat,sensasi biasa, tanda vital stabil.

2) Haluaran urin adekuat untuk situasi individu.

Intervensi :
1

1) Evaluasi adanya atau kualitas nadi perifer distal terhadap

cedera melalui palpasi, bandingkan dengan ekstremitas

yang satu.

2) Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada

fraktur.

3) Pertahankan peninggian ekstremitas yang cedera kecuali

dikontraindikasikan dengan keyakinan danya sindrom

kompartement.

4) Anjurkan klien untuk secara rutin latihan ROM.

5) Beri obat sesuai indikasi.

4. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan

dengan perubahan alairan darah / emboli lemak, perubahan

membrane alveolar/kapiler, edema paru kongesti.

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

kerusakan pertukaran gas tidak terjadi.

Kriteria evaluasi :

Mempertahankan fungsi pernafasan adekuat, dibuktikan oleh tidak

adanya dispnea/sianosis, frekuensi pernafasan dan GDA dalam

batas normal.

Intervensi :

1) Observasi frekuensi pernapasan dan upayanya.

2) Instruksikan dan Bantu dalam latihan nafas dalam dan batuk,

reposisi dengan sering.

3) Berikan tambahan O2 bila diindikasikan.


1

4) Berikan obat sesuai indikasi.

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler : nyeri / ketidaknyamanan : terapi restriktif

(imobilisasi tungkai)

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

kebutuhan mobilitas fisik terpenuhi.

Kriteria evaluasi :

1) Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling

tinggi yang mungkin.

2) Mempertahankan posisi fungsional.

3) Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan

mengkompensasi bagian tubuh.

4) Menunjukan teknik yang memampukan melakukan aktivitas.

Intervensi :

1) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cidera atau

pengobatan dan perhatikan persepsi klien tehadap imobilisasi.

2) Instruksikan dan Bantu dalam gerak aktif atau pasif pada

ekstremitas yang sakit dan tidak sakit.

3) Bantu dan dorong perawatan diri dan Bantu imobilitas dengan

kursi roda dan tongkat.

4) Observasi TTV.

5) Konsul dengan ahli terapi atau okupasi dan spesifikasi

rehabilitasi.
2

6. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan

cedera tusuk : fraktur terbuka: bedah perbaikan: pemasangan

traksi pen, kawat, skrup, perubahan sensasi, akumulasi

eskresi/secret.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

kerusakan integritas kulit tidak terjadi.

Kriteria evaluasi :

1) Menyatakan ketidaknyamanan hilang.

2) Menunjukan teknik/prilaku untuk mencegah kerusakan kulit.

3) Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.

Intervensi :

1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan,

perdarahan dan perubahan warna.

2) Massage kulit dan penonjolan tulang.

3) Ubah posisi sesering mungkin.

4) Bersihkan kelebihan plester dari kulit.

5) Massage kulit disekitar balutan luka dengan alcohol.

6) Letakan bantalan pelindung dibawah kaki dandi atas tonjolan

tulang.

7. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak

adekuatnya pertahanan primer ; kerusakan kulit, trauma

jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur infasif traksi

tulang.
2

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

infeksi tidak terjadi.

Kriteria evaluasi :

Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drinase

purulen atau eritema dan demam.

Intervensi :

1) Inspeksi untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas.

2) Observasi tanda tanda infeksi.

3) Lakukan perawatan luka sesuai program.

4) Observasi hasil laboratorium dan tanda tanda vital.

5) Berikan obat antibiotik sesuai program.

8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang

kondisi,prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengankurang terpajan/mengingat, salah interpretasi

informasi/tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

mengerti tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

Kriteria evaluasi :

1) Menyatakan pemahaman tentang kondisi prognosis dan

pengobatan.

2) Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan

menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi :

1) Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan datang.


2

2) Beri penguat metode mobilotas dan ambulasi sesuai

program dengan fisioterapi bila diindikasikan.

3) Anjurkan penggunaan buck spalk.

4) Buat daftar perkembangan aktifitas sejauh mana klien dapat

melakukan tindakan mandiri dan yang memerlukan

bantuan. (Price &Wilson,2008)

2.2.4 Implementasi

Implementasi / pelaksanaan keperawatan merupakan inisiatif

dari perencanaan tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujukan pada nursing oders untuk mambantu klien mencapai

tujuan yang diharapkankan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus

melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan

yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan

keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan oleh

institusi. (Nursalam, 2001)

Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat berupa

tindakan mandiri maupun kolaborasi.

Dalam pelaksanaan tindakan langkah langkah yang dilakukan

adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana

keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan


2

serta menetapkan strategi tindakan dilakukan. Selain itu juga dalam

pelaksanaan tindakan semua tindakan yang dilakukan pada klien dan

respon klien pada setiap tindakan keperawatan didokumentasiakn

dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan

keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu

tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberikan tanda

tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.

(Price,2006)

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang

mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai

berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi

merupakan aspek penting didalam proses keperawatan, karena

menghasilkan kesimpulan apakah perencanaan keperawatan diakhiri

atau ditinjau kembali atau dimodifikasi. Dalam evaluasi prinsip

objektifitas, reliabilitas dan validitas dapat dipertahankan agar

keputusan yang diambil tepat.

Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi proses dan

evaluasi hasil. Evalusi proses/formatif adalah evaluasi yang

dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan

pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil/sumatif adalah

evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian


2

tujuan yang ditetapkan, dan dilakukan pada akhir asuhan.

(Price,2006)

2.3 Konsep Nyeri

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah

sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait

dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi

terjadinya kerusakan (Tamsuri, 2007).

Penanganan nyeri dengan tehnik non farmakologi merupakan modal utama

menuju kenyamanan (Catur, 2005). Dipandang dari segi biaya dan manfaat,

penggunaan managemen non farmakologi lebih ekonomis dan tidak ada efek

sampingnya jika dibandingkan dengan penggunaan managemen farmakologi.

Selain juga mengurangi ketergantungan pasien terhadap obat-obatan (Burroughs,

2011).

Selain penanganan secara farmakologi, cara lain adalah dengan

managemen nyeri non farmakologi dengan menggunakan tehnik relaksasi, yang

merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu

terhadap nyeri. Managemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup relaksasi

otot, nafas dalam, massase, meditasi dan perilaku. Tehnik relaksasi nafas dalam

merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat

mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat

(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas

secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, tehnik relaksasi nafas

dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah

(Smeltzer & Bare, 2007).


2

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam pengambilan kasus ini adalah studi

kasus yang bertujuan untuk menggambarkan subjek pengamatan pada

saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana

adanya.

3.2 Batasan masalah

Batasan masalah pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini berfokus

pada asuhan keperawatan fraktur femur.

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha

yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung.

Pada pasien fraktur femur muncul masalah keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.(Mansjoer,

2007)

Nyeri akut adalah perasaan nyaman tidak nyaman yang muncul

sebagai akibat dari terputusnya jaringan tulang panjang klien yang di

pengaruhi oleh tingkat trauma klien tentang nyeri. Parameternya

adalah pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yaitu

menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri. Karakteristik

25
2

nyeri meliputi awitan dan durasi, lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas

dan tindakan-tindakan yang memperberat dan memperingan nyeri.

Adapun instrumen pengukur nyeri yang di gunakan adalah NRS

(Numeral Rating Scale) adalah suatu alat ukur yang meminta pasien

untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya

pada skala numeral dari 0 – 10. Angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1

sampai 3 berarti nyeri ringan, angka 4 sampai 6 berarti nyeri sedang,

angka 7 sampai 9 berarti nyeri berat terkontrol dan angka 10 berarti

nyeri hebat.

3.3 Partisipan

Partisipan atau subyek penelitian ini adalah dua orang pasien

yang mempunyai diagnosa medis yang sama yaitu post op close

fraktur radius ulna.

3.4 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi pada studi kasus ini di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten. Waktu penelitian pada tanggal 22 mei-5 juni 2017.

3.5 Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk melakukan

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian (Hidayat,

2003). Dalam hal ini penulis melakukan asuhan keperawatan mulai


2

dari pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, penatalaksanaan,

evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan antara lain:

1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga dll).

Sumber data dari pasien, keluarga, perawat lainnya.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA :

inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh pasien.

3. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostic

dan data lain yang relevan).

3.6 Uji keabsahan data

Uji keabsahan data dilakukan dengan:

1. Memperpanjang waktu pengamataan / tindakan.

2. Sumber informasi tambahan menggunakan dari tiga sumber data

utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan

dengan masalah yang di teliti yaitu gangguan rasa nyaman nyeri

pada pasien yang mengalami Fraktur.

3.7 Analisa data

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumentasi).Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian

disalin dalam bentuk transkrip (asuhan keperawatan).

2. Mereduksi Data
2

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokan

menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasian dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Sesuai dengan tujuan khusus data yang dikumpulkan terkait

dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan

evaluasi.
2

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi pengambilan data

Lokasi pengambilan data ini dilakukan di RSUP Klaten. Pasien dirawat di ruang

Melati 3 dengan kondisi ruangan yang bersih, terdiri dari 30 bed pasien, serta

lebih dekat dengan ruangan perawat. Didapatkan 2 data pasien yang bernama Ny.

S tinggal di Klaten dan Ny. N tinggal di Klaten.

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas Klien

Identitas Klien
Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama Ny. S Ny. N
Usia 50 Tahun 76 Tahun
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Alamat Klaten Klaten
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Nama Penanggung Tn. P Ny. S
Jawab
Dignosa medis Close fraktur radius ulna Close fraktur radius ulna
sinistra distal
Tanggal masuk 20 Mei 2017 19 Mei 2017
Tanggal pengkajian 22 Mei 2017 22 Mei 2017
Tanggal Operasi 23 Mei 2017 24 Mei 2017

2. Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit Ny. S Ny. N
Keluhan utama Nyeri Nyeri
Riwayat penyakit Klien mengalami Klien terpeleset saat akan
sekarang kecelakaan sepeda motor ke kamar mandi 08.47 dan
jam 15.40 dan mengalami mengalami patah tulang
patah tulang pada tangan pada tangan kirinya, lalu
kirinya, lalu pasien dibawa dibawa ke RSUP Klaten.
ke RSUP Klaten. Di IGD Di IGD diperiksa tanda-

29
3

diperiksa tanda-tanda vital tanda vital TD : 140/80


TD : 120/80 mmHg, N : mmHg, N : 80x/menit, RR
80x/menit, RR :21x/menit, : 22x/menit, S : 36,3 0 C
S : 36,2 0 C
Riwayat penyakit Pasien mengatakan belum Pasien mengatakan belum
dahulu pernah mengalami fraktur, pernah mengalami fraktur,
belum pernah menderita belum pernah menderita
penyakit yang parah dan penyakit yang parah dan
belum pernah dirawat di belum pernah dirawat di
rumah sakit. rumah sakit.
Riwayat keluarga Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti keturunan seperti
hipertensi, DM, dan HIV. hipertensi, DM, dan HIV.
Riwayat kesehatan Pasien mengatakan tinggal Pasien mengatakan tinggal
lingkungan di lingkungan yang bersih di lingkungan yang bersih
dan nyaman. dan nyaman.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Ny. S Ny. N
Kesadaran umum Lemah Lemah

Kesadaran Composmentis Composmentis

Tanda-tanda vital:
Nadi 80 80
Suhu 36,2 ˚C 36,3 ˚C
RR 21 22
Saturasi 95 95

Kepala/leher Tidak ada perbesaran Tidak ada perbesaran


tiroid tiroid
Bentuk kepala Bentuk kepala
Mesochepal, bersih, Mesochepal, bersih,
tidak ada kutu tidak ada kutu

Mata Konjingtiva tidak Konjingtiva anemis


anemis ,bentuk simetris ,bentuk simetris
THT :
Telinga Normal Normal
Hidung Simetris Simetris

Wajah Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan


bibir sumbing, tidak bibir sumbing, tidak
3

pucat pucat
Abdomen :
Inspeksi Simetris, tidak terdapat Simetris, tidak terdapat
jejas jejas
Auskultasi Bising, usus 14x/menit Bising, usus 15x/menit
Palpasi Hepar tidak teraba Hepar tidak teraba
Perkusi Kuadran 1 pekak Kuadran 1 pekak
II,III,IV Tympani II,III,IV Tympani
Thorax Bentuk simetris, Bentuk simetris,
retraksi (-) minimal retraksi (-) minimal
intercostal intercostal
Paru-paru :
Inspeksi Simetris kanan kiri Simetris kanan kiri
tidak ada jejas tidak ada jejas
Palpasi Vocal Premitus kanan Vocal Premitus kanan
kiri sama kiri sama
Perkusi Redup Redup
Auskultasi Tidak ada suara Tidak ada suara
tambahan nafas tambahan nafas
Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak Ictus cordis tidak
tampak tampak
Palpasi Lobus Cardis teraba di Lobus Cardis teraba di
IC 5 IC 5
Perkusi Pekak Pekak
Auskultasi S1 S2, reguler jantung S1 S2, reguler jantung

Ekstremitas :
Ekstermitas atas Ada perubahan karena Ada perubahan karena
adanya patah tulang adanya patah tulang
Kekuatan otot ka/ki :5/3 Kekuatan oto ka/ki : 5/3
Normal, tidak ada Normal, tidak ada
kelainan kelainan
Normal, tidak ada Normal, tidak ada
Ekstermits bawah kelainan kelainan
Kekuatan otot ka/ki : Kekuatan otot ka/ki :
5/5 5/5
Genitalia : Bersih, tidak terpasang Bersih, tidak terpasang
kateter kateter

Kulit Akral teraba hangat, Akral teraba hangat,


kulit tidak pucat, turgor kulit tidak pucat, turgor
kulit tidak eratis kulit tidak eratis
Suhu 36,2 C 36,3 C
3

4. Pemerikasaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Ny.S Tanggal 23 Mei 2017

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI
RUTIN
Hemaglobin 10.3 g/dl 12.0-16.0
Hematokrit Leukosit 3.84 % 4.20-5.50
Trombosit 8.6 Ribu/ul 4.8-10.8
329 Ribu/ul 150-450
INDEX ERITROSIT
McV 83.2 /um 80.0-99.0
McH 26.0 Pg 29.0-33.0
MCHC 32.3 g/dl 33.0-37.0

HITUNG JENIS
Eosinofil 0.20 % 0.00-4.00
Basofil 1.50 % 0.00-1.00
Netrofil 68.10 % 18.00-74.00
Limfosil 17.00 % 60.00-66.00
Monosit 13.20 % 0.00-6.00
KIMIA KLINIK
Ureum 50.5 mg/dL 15.0-50.0
Kreatinin 1.04 mg/dL 0.60-0.9

Ny. N
Tanggal 23 Mei 2017

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI
RUTIN
Hemaglobin 10.3 g/dl 12.0-16.0
Hematokrit 3.84 % 4.20-5.50
Leukosit 8.3 Ribu/ul 4.8-10.8
Trombosit 329 Ribu/ul 150-450
INDEX ERITROSIT
McV 83.2 /um 80.0-99.0
McH 26.0 Pg 29.0-33.0
MCHC 32.3 g/dl 33.0-37.0
HITUNG JENIS
3

Eosinofil 0.20 % 0.00-4.00


Basofil 1.50 % 0.00-1.00
Netrofil 68.10 % 18.00-74.00
Limfosil 17.00 % 60.00-66.00
Monosit 13.20 % 0.00-6.00
KIMIA KLINIK
Ureum 49.0 mg/dL 15.0-50.0
Kreatinin 1.04 mg/dL 0.60-0.9

5. Pola fungsional

Pola Fungsional
POLA Klien 1 Klien 2
KESEHATAN
Pola Persepsi Pasien mengetahui Pasien mengetahui
penyakit yang dideritanya penyakit yang dideritanya
dan berusaha untuk dan berusaha untuk
sembuh sembuh
Pasien menghabiskan Pasien menghabiskan
Pola Nutrisi makanan yang diberikan makanan yang diberikan
Pasien selama sakit BAB Pasien selama sakit BAB
1x/hari, BAK 4x/hari 1x/hari, BAK 4x/hari
Pola Eliminasi Pasien selama sakit tidur ± Pasien selama sakit tidur ±
6 jam/hari 6 jam/hari
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
Pola Istirahat-Tidur membutuhkan bantuan membutuhkan bantuan
Pola Aktivitas dan saat mau mandi saat mau mandi
Latihan Pasien mengatakan dapat Pasien mengatakan dapat
membedakan bau alkohol membedakan bau alkohol
dan bau minyak kayu putih dan bau minyak kayu putih
Pola Kognitif Pasien mengatakan Pasien mengatakan
Perseptual berjenis kelamin berjenis kelamin
perempuan perempuan
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
memiliki hubungan yang memiliki hubungan yang
Pola Persepsi baik dengan orang baik dengan orang
Konsep Diri disekitarnya disekitarnya
Pasien mengatakan sudah Pasien mengatakan sudah
Pola Hubungan menikah dan memiliki 2 menikah dan memiliki 5
Peran anak anak
Pasien mengatakan tabah Pasien mengatakan tabah
menghadapi cobaan yang menghadapi cobaan yang
Pola Seksualitas dialaminya dialaminya
Reproduksi Pasien mengatakan Pasien mengatakan
menjalankan sholat 5 menjalankan sholat 5
3

Pola Mekanisme waktu dengan baik waktu dengan baik


Koping

Pola Nilai dan


Keyakinan

6. Terapi medis
Ny. S

Terapi Medis
Jenis terapi Dosis Golongan Farmakologi

Cairan IV 20tpm Cairan Isotonik Untuk mengatasi


NaCl dehidrasi, menambah
kalori dan
mengembalikan
kesembangan elektrolit

Obat 1 gr/ 12 Antibiotik Antibiotik, infeksi yang


injeksiceftriaxone jam disebabkan oleh bakteri

Ketorolac 30 gr/ 8 Analgesik non Untuk mengurangi rasa


jam narkotik nyeri
Meloxicam 7,5 Antibiotik Untuk mengurangi rasa
gr/12 nyeri, bengkak, dan kaku
jam pada sendi

Ny. N
Terapi Medis
Jenis terapi Dosis Golongan Farmakologi

Cairan IV 20tpm Cairan Isotonik Untuk mengatasi


NaCl dehidrasi, menambah
kalori dan
mengembalikan
3

kesembangan elektrolit

Obat injeksi 200 mg/ Antibiotik Antibiotik, infeksi yang


Ceftriaxone 6 jam disebabkan oleh bakteri

Ketorolac 30 mg/ 8 Analgesik non Untuk mengurangi rasa


jam narkotik nyeri
7.5 mg/ Antibiotik Untuk mengurangi rasa
Meloxicam 12 jam nyeri, bengkak, dan kaku
pada sendi

4.1.3 Analisa Data


Analisa Data
Analisa Data Etiologi Masalah
Ny. S
DS : Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen cidera fisik
P : Nyeri saat melakukan aktivitas (00132)
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Tangan sebelah kiri
S : Skala nyeri 4
T : Saat digerakkan
DO :
Ekspresi wajah tampak meringis jika
melakukan aktivitas
Ekspresi wajah tampak tegang
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
DS : Pasien mengatakan bekas luka operasi Kerusakan Luka post operasi
sudah agak kering integritas kulit
DO: (00046)
-Luka operasi sepanjang 5 cm
-Luka tampak agak kering, tidak ada pus dan
darah
-S : 36,2 o C
-N : 80x/menit
DS : Pasien mengatakan tidak tahu cara Kurang Kurang informasi
membersihkan luka post operasi pengetahuan tentang cara merawat
DO : (00161) luka post operasi
- Pasien mengatakan tidak tahu saat
ditanya cara merawat luka post
operasi
- Pasien tampak memegangi lukanya
karena tidak tahu cara merawat
lukanya

Ny. N
DS : Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen cidera fisik
P : Nyeri saat melakukan aktivitas (00132)
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Tangan sebelah kiri
3

S : Skala nyeri 4
T : Saat digerakkan
DO :
Ekspresi wajah tampak meringis jika
melakukan aktivitas
Ekspresi wajah tampak tegang
TD : 140/80 mmHg
N : 80x/menit
DS : Pasien mengatakan luka ekas operasi Kerusakan Luka post operasi
masih basah integritas kulit
(00046)
DO:
-Luka operasi sepanjang 5cm
-Luka tampak basah, tidak ada pus dan darah
-S : 36,3 O C
-N : 82x/menit
DS : Pasien mengatakan tidak tahu cara Kurang Kurang informasi
membersihkan luka post operasi pengetahuan tentang perawatan luka
DO : (00161) post operasi
- Pasien mengatakan tidak tahu cara
merawat luka post operasi
- Pasien tampak memegangi lukanya
karena tidak tahu cara merawat
lukanya

4.1.4 Perencanaan

Perencanaan/ Intervensi
DIAGNOSIS KEPERAWATAN INTERVENSI (NIC)
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Ny. S
Setelah diakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang dengan kriteria hasil :
Nyeri berkurang 1. Monitor vital sign
Skala nyeri 3 2. Kaji skala nyeri
Ekspresi wajah tidak meringis 3. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
kesakitan bila melakukan aktivitas 4. Berikan posisi semi fowler
Ekspresi wajah tidak tegang 5. Lakukan kolaborasi pemberian analgetik
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit

Setelah diakukan tindakan keperawatan


selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
infeksi dengan kriteeria hasil :
1. Monitor vital sign
Luka kering, tidak ada pus dan darah
2. Kaji tanda fisik
Tidak ada tanda infeksi rubor, dolor,
3. Lakukan perawatan luka dengan tehnik
kolor, tumor
aseptik
_ S : 36, 2 O C
4. Lakukan kolaborasi pemberian nutrisi
_ N : 80x/menit
5. Lakukan kolaborasi pemberian analgetik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan kurang
3

pengetahuan tentang perawatan luka post


operasi teratasi dengan kriteria hasil :
- Pasien tahu cara merawat luka 1. Berikan penyuluhan kesehatan tentang
post operasi dengan baik perawatan luka post operasi
- Pasien mau melakukan 2. Berikan informasi tertulis tentang
perawatan luka post operasi di perawatan luka post operasi
rumah

Ny. N

Setelah diakukan tindakan keperawatan


selama 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang dengan kriteria hasil :
Nyeri berkurang 1. Monitor vital sign
Skala nyeri 4 2. Kaji skala nyeri
Ekspresi wajah tidak meringis 3. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
kesakitan bila melakukan aktivitas 4. Berikan posisi semi fowler
Ekspresi wajah tidak tegang 5. Lakukan kolaborasi pemberian analgetik
TD : 140/80 mmHg
N : 80x/menit

Setelah diakukan tindakan keperawatan


selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi 1. Monitor vital sign
infeksi dengan kriteeria hasil : 2. Kaji tanda infeksi
Luka kering, tidak ada pus dan darah 3. Lakukan perawatan luka dengan tehnik
aseptik
Tidak ada tanda infeksi rubor, dolor,
4. Lakukan kolaborasi pemberian masukan
kolor, tumor
nutrisi
- S : 36,4 O C
5. Lakukan kolaborasi pemberian analgetik
- N : 80x/menit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 3x24 jam diharapakan kurang
penegtahuan tentang perawatan luka post
operasi teratasi dengan kriteria hasil :
1. Berikan penyuluhan kesehatan tentang
- Pasien tahu cara merawat luka
perawatan luka post operasi
post operasi dengan baik
2. Berikan informasi tertulis tentang
- Pasien mau melakukan perawatan
perawatan luka post operasi
post operasi di rumah
4.1.5 Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan/ Implementasi
Diagnosa 22 Mei 2017 23 Mei 2017 24 Mei 2017
keperawatan
Pasien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
Nyeri akut 08.15 Mengobse 08.0 Mengobservasi 08.0 Mengobservasi
berhubungan rvasi 0 tanda-tanda 5 tanda-tanda
dengan agen tanda- vital vital
cidera fisik tanda vital S : Pasien S : Pasien
S : Pasien kooperatif kooperatif
kooperatif O: O:
O: -TD : 120/80 -TD :
3

-TD : 120/80 mmHg 120/80mmHg


mmHg -N :80x/menit -N :80x/menit
-N:80x/m -R :22x/menit -R :20x/menit
R:20x/menit -S : 36,3 O C -S : 36 o C
S : 36,2 O C 08.0 Mengkaji skala Mengkaji skala
5 nyeri nyeri
Mengkaji 08.1
skala nyeri S : Pasien S : Pasien
0
08.20 S : Pasien mengatakan nyeri mengatakan nyeri
mengatakan 4 3
nyeri 4 O : Pasien tampak O : Pasien tampak
O : Pasien meringis tenang
tampak kesakitan Mengajarkan
meringis 08.1 Mengajarkan 08.2 tehnik relaksasi
kesakitan 3 tehnik relaksasi 0 nafas dalam
Mengajark nafas dalam S : Pasien mau
an tehnik S : Pasien mau mencoba relaksasi
relaksasi mencoba relaksasi nafas dalam
08.23 nafas dalam O : Pasien
nafas
dalam O : Pasien menarik nafas
S : Pasien menarik nafas panjang, skala
mengatakan panjang, skala nyeri 3
mau mencoba nyeri 4 Memberikan
relaksasi nafas Memberikan posisi semi
dalam posisi semi fowler
O : Pasien 08.3 fowler 08.4 S : Pasien
menarik nafas 0 S : Pasien 0 mengatakan
panjang, skala mengatakan nyaman dengan
nyeri 4 nyaman dengan posisi semi fowler
posisi semi fowler O : Pasien terlihat
Memberik O : Pasien terlihat rileks
an posisi rileks Mengajarkan
semi
08.55 fowler Mengajarkan tehnik
S : Pasien 08.4 tehnik 08.5 relaksasi
mengatakan 5 relaksasi 0 nafas dalam
nyaman nafas dalam S : Pasien
dengan posisi S : Pasien mengatakan mau
semi fowler mengatakan mau mencoba relaksasi
O : Pasien mencoba relaksasi nafas dalam
terlihat rileks nafas dalam O : Pasien
O : Pasien menarik nafas
Mengajark menarik nafas panjang, skala
09.00 an tehnik panjang, skala nyeri 3
relaksasi nyeri 3
nafas Mengajarkan
dalam Mengajarkan tehnik
S : Pasien 09.1 tehnik 09.2 relaksasi
mengatakan 5 relaksasi 0 nafas dalam
mau mencoba nafas dalam S : Pasien
relaksasi nafas S : Pasien mengatakan mau
dalam mengatakan mau mencoba relaksasi
O : Pasien mencoba relaksasi nafas dalam
menarik nafas nafas dalam O : Pasien
panjang, skala O : Pasien menarik nafas
nyeri 4 menarik nafas panjang, skala
Mengajark panjang, skala nyeri 3
nyeri 3
an tehnik
3

09.30 relaksasi
nafas
dalam
S : Pasien
mengatakan
mau mencoba
relaksasi nafas
dalam
O : Pasien
menarik nafas
panjang, skala
nyeri 4

Kerusakan Memonitor 08.2 Memonitor 08.3 Memonitor


integritas 08.30 tanda-tanda 0 tanda-tanda 5 tanda-tanda
kulit b.d vital vital vital
luka post S : Pasien S : Pasien S : Pasien
operasi kooperatif kooperatif kooperatif
O: O: O:
- TD:120/80 -TD:120/80 -TD :120/80
mmHg mmHg mmHg
-N:80x/menit -N :80x/menit -N :80x/menit
-R:22x/menit -R :22x/menit -R :20x/menit
-S:36,30C 08.3 -S : 36,3OC -S : 36 o C
Mengkaji 5 Mengkaji Mengkaji
tanda-tanda tanda-tanda 08.4 tanda-tanda
08.45 infeksi infeksi 5 infeksi
S : Pasien S : Pasien S : Pasien
kooperatif kooperatif kooperatif
O : Luka O : Luka terlihat O : Luka
basah, tidak agak kering, tidak tampak kering,
ada pus dan ada pus dan darah tidak ada pus
darah 08.5 Kolaborasi 09.0 dan darah
Kolaborasi 0 pemasukan 3 Kolaborasi
pemasukan nutrisi pemasukan
nutrisi S : Pasien nutrisi
09.00 S : Pasien kooperatif S : Pasien
kooperatif O : Pasien kooperatif
O : Pasien menghabiskan O : Pasien
menghabiskan makanan yang menghabiskan
makanan yang 09.1 diberikan 09.1 makanan yang
diberikan 5 Memberikan 5 diberikan
Memberikan perawatan luka Memberikan
perawatan dengan tehnik perawatan luka
luka dengan aseptik dengan tehnik
tehnik S : Pasien aseptik
aseptik kooperatif S : Pasien
09.10
S : Pasien O : Luka tampak kooperatif
kooperatif 09.2 kering, tidak ada O : Luka kering,
O : Luka pus dan darah tidak ada pus dan
5
tampak lebih Menciptakan 09.4 darah
bersih dari lingkungan 0 Menciptakan
sebelumnya, yang nyaman lingkungan
tidak ada pus S : Pasien yang nyaman
S : Pasien
4

dan darah mengatakan mengatakan


Menciptaka nyaman dengan nyaman dengan
n lingkungan di lingkungan di
lingkungan sekitarnya sekitarnya
09.30 yang O : Pasien O : Pasien
nyaman terlihat duduk terlihat duduk
S : Pasien dan rileks dan rileks
mengatakan
merasa
nyaman
dengan
lingkungan di
sekitarnya

O : Pasien
terlihat duduk
dan rileks

Kurang 09.30 Mengobserv 09.2 Mengobservasi 09.3 Mengobservasi


pengetahuan asi tanda- 0 tanda-tanda 5 tanda-tanda
b.d kurang tanda vital vital vital
informasi S : Pasien S : Pasien S : Pasien
tentang kooperatif kooperatif kooperatif
perawatan O: O: O:
luka post _TD:120/80m -TD :120/80 -TD : 120/80
operasi mHg mmHg mmHg
_N80x/menit -N :80x/menit -N :80x/menit
_R21x/menit -R :21x/menit -R :21x/menit
_S:360C 10.0 -S : 36 o C 10.2 -S : 36 o C
10.10 Memberikan 3 Memberikan 5 Memberikan
penyuluhan penyuluhan penyuluhan
kesehatan tentang kesehatan
tentang perawatan luka tentang
perawatan post operasi perawatan luka
luk a post S : Pasien dan post operasi
operasi keluarga tampak S : Pasien dan
S : Pasien dan kooperatif keluarga tampak
keluarga O : Pasien tampak kooperatif
tampak mengerti dengan O : Pasien tampak
kooperatif apa yang mengerti dengan
O : Pasien dijelaskan apa yang
tampak dijelaskan
mengerti
dengan apa
yang
dijelaskan
Diagnosa 22 Mei 2017 23 Mei 2017 24 Mei 2017
keperawatan
Pasien 2 Implementasi Implementasi Implementasi
Nyeri akut 08.15 Mengobse 08.0 Mengobservasi 08.0 Mengobservasi
berhubungan rvasi 0 tanda-tanda 5 tanda-tanda
dengan agen tanda- vital vital
cidera fisik tanda vital S : Pasien S : Pasien
S : Pasien kooperatif kooperatif
kooperatif O: O:
4

O: -TD : 140/80 -TD :


_TD:140/80m mmHg 140/80mmHg
mHg -N :80x/menit -N :80x/menit
_N:80x/menit -R :22x/menit -R :20x/menit
_R:20x/menit -S : 36,3 O C -S : 36 o C
_S:36,20C Mengkaji skala Mengkaji skala
08.0
Mengkaji nyeri nyeri
5
08.20 skala nyeri S : Pasien 08.1 S : Pasien
S : Pasien mengatakan nyeri 0 mengatakan nyeri
mengatakan 4 4
nyeri 4 O : Pasien tampak O : Pasien tampak
O : Pasien meringis meringis
tampak kesakitan kesakitan
meringis Mengajarkan Mengajarkan
kesakitan 08.1 tehnik relaksasi tehnik relaksasi
08.23 3 nafas dalam nafas dalam
Mengajark 08.2
an tehnik S : Pasien mau S : Pasien mau
mencoba relaksasi 0 mencoba relaksasi
relaksasi
nafas nafas dalam nafas dalam
dalam O : Pasien O : Pasien
S : Pasien menarik nafas menarik nafas
mengatakan panjang, skala panjang, skala
mau mencoba nyeri 4 nyeri 4
relaksasi nafas Memberikan Memberikan
dalam 08.3 posisi semi posisi semi
O : Pasien 0 fowler fowler
menarik nafas S : Pasien 08.3 S : Pasien
panjang, skala mengatakan 5 mengatakan
nyeri 4 nyaman dengan nyaman dengan
posisi semi fowler posisi semi fowler
0855 Memberik O : Pasien terlihat O : Pasien terlihat
an posisi rileks rileks
semi
fowler Mengajarkan Mengajarkan
S : Pasien tehnik tehnik
mengatakan 08.5 relaksasi relaksasi
nyaman 0 nafas dalam nafas dalam
dengan posisi S : Pasien 08.5 S : Pasien
semi fowler mengatakan mau 0 mengatakan mau
O : Pasien mencoba relaksasi mencoba relaksasi
terlihat rileks nafas dalam nafas dalam
O : Pasien O : Pasien
Mengajark menarik nafas menarik nafas
an tehnik panjang, skala panjang, skala
08.50 relaksasi nyeri 4 nyeri 4
nafas
dalam Mengajarkan Mengajarkan
S : Pasien tehnik tehnik
mengatakan 09.2 relaksasi relaksasi
mau mencoba 0 nafas dalam nafas dalam
relaksasi nafas S : Pasien 09.2 S : Pasien
dalam mengatakan mau 5 mengatakan mau
O : Pasien mencoba relaksasi mencoba relaksasi
menarik nafas nafas dalam nafas dalam
panjang, skala O : Pasien O : Pasien
nyeri 4 menarik nafas menarik nafas
Mengajark panjang, skala panjang, skala
4

an tehnik nyeri 4 nyeri 4


relaksasi
09.20 nafas
dalam
S : Pasien
mengatakan
mau mencoba
relaksasi nafas
dalam
O : Pasien
menarik nafas
panjang, skala
nyeri 4
Kerusakan Memonitor 08.2 Memonitor 08.3 Memonitor
integritas 08.30 tanda-tanda 0 tanda-tanda 5 tanda-tanda
kulit b.d vital vital vital
luka post S : Pasien S : Pasien S : Pasien
operasi kooperatif kooperatif kooperatif
O: O: O:
-TD : 140/80 -TD : 140/80 -TD : 140/80
mmHg mmHg mmHg
-N : 80x/menit -N :80x/menit -N :80x/menit
-R : 22x/menit -R :22x/menit -R :20x/menit
-S : 36,3 o C 08.3 -S : 36,3OC -S : 36 o C
Mengkaji 5 Mengkaji Mengkaji
tanda-tanda tanda-tanda 08.4 tanda-tanda
infeksi infeksi 5 infeksi
S : Pasien S : Pasien S : Pasien
kooperatif kooperatif kooperatif
O : Luka O : Luka terlihat O : Luka
08.45 basah, tidak agak kering, tidak tampak kering,
ada pus dan ada pus dan darah tidak ada pus
darah 08.5 Kolaborasi 09.0 dan darah
Kolaborasi 0 pemasukan 3 Kolaborasi
pemasukan nutrisi pemasukan
nutrisi S : Pasien nutrisi
S : Pasien kooperatif S : Pasien
kooperatif O : Pasien kooperatif
O : Pasien menghabiskan O : Pasien
menghabiskan makanan yang menghabiskan
09.00 makanan yang diberikan 09.1 makanan yang
diberikan Memberikan 5 diberikan
Memberikan 09.1 perawatan luka Memberikan
perawatan 5 dengan tehnik perawatan luka
luka dengan aseptik dengan tehnik
tehnik S : Pasien aseptik
aseptik kooperatif S : Pasien
S : Pasien O : Luka tampak kooperatif
kooperatif kering, tidak ada O : Luka kering,
O : Luka pus dan darah tidak ada pus dan
09.10 tampak lebih 09.2 Menciptakan 09.3 darah
bersih dari 0 lingkungan 5 Menciptakan
sebelumnya, yang nyaman lingkungan
tidak ada pus S : Pasien yang nyaman
dan darah mengatakan S : Pasien
mengatakan
4

Menciptaka nyaman dengan nyaman dengan


n lingkungan di lingkungan di
lingkungan sekitarnya sekitarnya
yang O : Pasien O : Pasien terlihat
nyaman terlihat duduk duduk dan rileks
S : Pasien dan rileks
mengatakan
merasa
nyaman
09.30 dengan
lingkungan di
sekitarnya

O : Pasien
terlihat duduk
dan rileks
Kurang Mengobserv 09.2 Mengobservasi 09.3 Mengobservasi
pengetahuan 09.30 asi tanda- 0 tanda-tanda 5 tanda-tanda
b.d kurang tanda vital vital vital
informasi S : Pasien S : Pasien S : Pasien
tentang kooperatif kooperatif kooperatif
perawatan O: O: O:
luka post -TD : 120/80 -TD : 120/80 -TD : 120/80
operasi mmHg mmHg mmHg
-N : 80x/menit -N :80x/menit -N :80x/menit
-R : 21x/menit -R :21x/menit -R :21x/menit
-S : 36 o C 10.0 -S : 36 o C 10.2 -S : 36 o C
Memberikan 3 Memberikan 5 Memberikan
penyuluhan penyuluhan penyuluhan
kesehatan tentang kesehatan
10.10 tentang perawatan luka tentang
perawatan post operasi perawatan luka
luk apost S : Pasien dan post operasi
operasi keluarga tampak S : Pasien dan
S : Pasien dan kooperatif keluarga tampak
keluarga O : Pasien tampak kooperatif
tampak mengerti dengan O : Pasien tampak
kooperatif apa yang mengerti dengan
O : Pasien dijelaskan apa yang
tampak dijelaskan
mengerti
dengan apa
yang
dijelaskan
4

4.1.6 Evaluasi

EVALUA 22 Mei 2017 23 Mei 2017 24 Mei 2017


SI
Ny. S 10:3 S : Pasien 10:4 S : Pasien 10:5 S : Pasien
Nyeri akut 0 mengatakan 5 mengatakan 5 mengatakan
b.d agen nyeri berkurang nyeri nyeri
cidera fisik P : Nyeri sat berkurang berkurang
melakukan P : Nyeri saat P : Nyeri saat
aktivitas beraktivitas aktivitas
Q : Nyeri seperti Q : Nyeri Q : Nyeri
tertusuk-tusuk seperti seperti
R : Tangan tertusuk-tusuk tertusuk-tusuk
sebelah kiri R : Tangan R : Tangan
S : Skala nyeri 4 sebelah kiri sebelah kiri
T : Saat S : Skala nyeri S : Skala
digerakkan 3 nyeri 3
O: T : Saat T : Saat
- Pasien digerakkan digerakkan
tampak O: O:
meringi - Pasien - Pasie
s tampa n
kesakita k tampa
n merin k
- Ekspres gis tenan
i wajah kesaki g
tegang tan - Ekspr
- TD : - Ekspr esi
120/80 esi wajah
mmHg wajah rileks
- N : rileks - TD :
80x/me - TD : 120/8
nit 120/8 0
A : Masalah 0 mmH
belum teratasi mmH g
P : Lanjut g - N :
Intervensi - N : 80x/
1. Mengobs 80x/m menit
ervasi enit A : Masalah
tanda- A : Masalah teratasi
tanda sebagian P :
vital teratasi Pertahankan
2. Memonit P : Lanjut intervensi
or rasa intervensi :
nyeri Mengobs
3. Memberi ervasi
akan tanda-
terapi tanda
relaksasi vital
nafas Posisiska
4

dalam n semi
fowler
Melakuka
n
relaksasi
nafas
dalam

Kerusakan 10:2 S : Pasien 10:3 S : Pasien 10:5 S : Pasien


integritas 5 mengatakan 0 mengatakan 5 mengatakan
kulit b.d luka operasi luka post luka post
luka post agak kering operasi kering operasi kering
operasi O: O: O:
- Luka - Luka - Luka
operasi operas post
tampak i opera
jahitan tampa si
sepanja k kerin
ng 5 cm sepanj g,
- S : 36, 2 ang 5 tidak
O
C cm ada
- N : - S : pus
80x/me 36,2 O dan
nit C darah
- Luka - N : - S : 36
tampak 80x/m O
C
basah, enit - N :
tiadak - Luka 80x/
ada pus tampa menit
dan k A : Masalah
darah kering teratasi
A : Masalah , tidak P :
teratasi sebagian ada Pertahankan
P : Lanjutkan pus intervensi
intervensi dan
Monitor darah
tanda- A : Masalah
tanda vital teratasi
Lakukan sebagian
perawatan P : Lanjutkan
luka intervensi
dengan Monitor
tehnik tanda-
aseptik tanda
vital
Lakukan
perawata
n luka
dengan
tehnik
4

aseptik

Kurang 10:3 S : Pasien 10:2 S : Pasien 10:4 S : Pasien


pengetahu 0 mengatakan 5 mengatakan 5 mengatakan
an b.d mau merawat mau merawat mau merawat
kurang lukanya saat di lukanya di lukanya di
informasi rumah rumah rumah
tentang O:- O:- O:-
perawatan A : Masalah A : Masalah A : Masalah
luka post teratasi sebagian teratasi teratasi
operasi P : Pertahankan P : P : Hentikan
intervensi Pertahankan intervensi
intervensi
Ny. N 10:5 S : Pasien 10:3 S : Pasien 10:5 S : Pasien
Nyeri akut 5 mengatakan 5 mengatakan 4 mengatakan
b.d agen nyeri berkurang nyeri nyeri
cidera fisik P : Nyeri sat berkurang berkurang
melakukan P : Nyeri saat P : Nyeri saat
aktivitas beraktivitas aktivitas
Q : Nyeri seperti Q : Nyeri Q : Nyeri
tertusuk-tusuk seperti seperti
R : Tangan tertusuk-tusuk tertusuk-tusuk
sebelah kiri R : Tangan R : Tangan
S : Skala nyeri 4 sebelah kiri sebelah kiri
T : Saat S : Skala nyeri S : Skala
digerakkan 4 nyeri 4
O: T : Saat T : Saat
- Pasien digerakkan digerakkan
tampak O: O:
meringi - Pasien - Pasie
s tampa n
kesakita k tampa
n merin k
- Ekspres gis merin
i wajah kesaki gis
tegang tan kesak
- TD : - Ekspr itan
140/80 esi - Ekspr
mmHg wajah esi
- N : tegang tegan
80x/me - TD : g
nit 140/8 - TD :
A : Masalah 0 140/8
belum teratasi mmH 0
P : Lanjut g mmH
Intervensi - N : g
4

1. Meng 80x/m - N :
obser enit 80x/
vasi A : Masalah menit
tanda belum teratasi A : Masalah
- P : Lanjut belum teratasi
tanda intervensi : P : Lanjut
vital Mengobs intervensi :
2. Mem ervasi Mengobs
onito tanda- ervasi
r rasa tanda tanda-
nyeri vital tanda
3. Mem Posisiska vital
beria n semi Posisisk
kan fowler an semi
terapi _Melakukan fowler
relak relaksasi nafas _Melakukan
sasi dalam relaksasi
nafas nafas dalam
dala
m

Kerusakan 10:1 S : Pasien 10:4 S : Pasien 10:5 S : Pasien


integritas 5 mengatakan 0 mengatakan 0 mengatakan
kulit b.d luka operasi luka post luka post
luka post agak kering operasi kering operasi kering
operasi O: O: O:
- Luka - Luka - Luka
operasi operas post
tampak i opera
jahitan tampa si
sepanja k kerin
ng 5 cm sepanj g,
- S : 36, 2 ang 5 tidak
O
C cm ada
- N : - S : pus
80x/me 36,2 O dan
nit C darah
- Luka - N : - S : 36
tampak 80x/m O
C
basah, enit - N :
tiadak - Luka 80x/
ada pus tampa menit
dan k A : Masalah
darah kering teratasi
A : Masalah , tidak P :
teratasi sebagian ada Pertahankan
P : Lanjutkan pus intervensi
intervensi dan
- Monitor darah
tanda- A : Masalah
4

tanda teratasi
vital sebagian
- Lakuka P : Lanjutkan
n intervensi
perawat Monitor
an luka tanda-
dengan tanda
tehnik vital
aseptik Lakukan
perawata
n luka
dengan
tehnik
aseptik
Kurang 10:5 S : Pasien 10:3 S : Pasien 10:4 S : Pasien
pengetahu 0 mengatakan 5 mengatakan 5 mengatakan
an b.d mau merawat mau merawat mau merawat
kurang lukanya saat di lukanya di lukanya di
informasi rumah rumah rumah
tentang O:- O:- O:-
perawatan A : Masalah A : Masalah A : Masalah
luka post teratasi sebagian teratasi teratasi
operasi P : Pertahankan P : P : Hentikan
intervensi Pertahankan intervensi
intervensi
4

BAB V

PEMBAHASA

5.1 Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis

dapatkan secara konsep dasar teori dan kasus nyata Ny. S dan Ny. N

dengan fraktur radius ulna di ruang melati 3 RSUP Klaten. Asuhan

keperawatan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

5.1.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kesehatan dan keperawatan

pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012).

Penulis melakukan pengkajian dengan 2 pasien, pasien 1 yaitu Ny. S

pada hari Senin, tanggal 22 Mei 2017 pada pukul 08.00 WIB. dan pasien 2

yaitu Ny. N pada hari Senin, 22 Mei 2017 jam 10.00 WIB di ruang Melati

3 RSUP Klaten. Pengkajian pasien 1 Ny. S didapatkan keluhan utama

adalah pasien mengatakan nyeri pada tangan sebelah kirinya akibat jatuh

dari sepeda motor. Pengkajian pasien 2 Ny. N didapatkan keluhan utama

adalah nyeri pada tangan sebelah kirinya akibat terpeleset di kamar mandi.
5
49
5

Berdasarkan keluhan utama yang didapatkan oleh kedua pasien

memiliki kesamaan dengan teori yaitu nyeri yang dirasakan oleh kedua

pasien disebabkan oleh terputusnya kontinuitas tulang ( Potter dan Perry,

2008).

Pengkajian riwayat sekarang Ny. S data yang mendukung diagnosa

Nyeri akut meliputi data subyektif dan data obyektif. Analisa data Ny. S,

data subyektif pasien mengatakan nyeri pada tangan sebelah kiri. Data

obyektif Ny. S, pasien tampak tegang, pasien tampak meringis kesakitan,

P : nyeri saat aktivitas, Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R : Tangan

sebelah kiri, S : Skala nyeri 4, T : Saat digerakkan. Analisa data Ny. N,

data subyektif pasien mengatakan nyeri pada tangan sebelah kiri. Data

obyektif Ny. N pasien tampak tegang, pasien tampak meringis kesakitan, P

: Nyeri saat aktivitas, Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R : Tangan sebelah

kiri, S : Skala nyeri 4, T : Saat digerakkan.Pasien mengatakan nyeri, nyeri

dapat disebabkan oleh rangsangan yang kuat akibat fraktur ( Potter dan

Perry, 2008). Riwayat kesehatan, tanda dan gejala yang muncul pada

pasien fraktur yaitu nyeri pada tulang yang patah, nyeri merupakan

masalah yang sering muncul pada fraktur (Murwani, 2009).

Pengkajian pasien Ny. S pada tanggal 22 Mei 2017penulis menemukan

tanda dan gejala fraktur yaitu nyeri, TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, S

: 36,2 O
C. Pengakajian pasien Ny. N pada tanggal 22 mei 2017 penulis

menemukan tanda dan gejala fraktur yaitu nyeri, TD :140/80 mmHg, N :

80x/menit, S : 36,3 O C.
5

Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital di dapatkan adanya nyeri.

Lama/durasi nyeri yang dialami oleh pasien sangat beraneka ragam hal ini

tentu sangat mengganggu aktivitas dari penderita nyeri tersebut. Untuk

itulah maka perlu diambil tindakan secepat mungkin untuk mengurangi

dan menghilangkan nyeri. Sedangkan berdasarkan lamanya nyeri tersebut

dapat dibedakan atas 2 yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. (Smeltzer &

Bare, 2005).

5.1.2 Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab

(Rohmah & Walid, 2016).

Diagnosa yang diangkat yaitu Nyeri akutberhubungan dengan

agen cidera fisik. Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi

terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan

tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung

(Sjamsuhidayat, 2005).

Diagnosa nyeri akut menjadi diagnoasa utama pada pasien fraktur

dikarenakan adanya masalah yang utama pada kasus fraktur terletak pada

terputusnya kontinuitas tulang yaitu aliran darah menjadi tidak lancar

sehingga kebutuhan didalam tubuh terganggu. Alasan penulis karena


5

diagnosa nyeri akut dapat mengganggu kebutuhan didalam tubuh

pasien sehingga menjadi masalah utama ( Herdman, 2015).

Diagnosa yang muncul Pada Ny. S dan Ny. N memiliki kesamaan

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Ini sesuai dengan teori

bahwa nyeri akut yang paten dapat dilakukan tindakan relaksasi nafas

dalam. Relaksasi nafas dalam sangat berguna bagi penderita nyeri baik

yang bersifat akut maupun kronis, dari perpaduan atau kombinasi dari

ketiga teknik tersebut sangat bermanfaat untuk mengatasi gangguan nyeri

terutama pada pasien yang belum dapat melakukan mengatasi nyeri

secara sempurna ( Midarti, 2014).

5.1.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan

pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan

mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa

keperawatan (Rohmah & Walid, 2016). Berdasarkan diagnosa

keperawatan yang telah penulis rumuskan dengan menyesuaikan prioritas

permasalahan, penulis menyusun intervensi sebagai berikut:Nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik, pada kasus Ny. S dan Ny. N

penulis melakukan tindakan perawatan 3x24 jam, pasien menunjukan:

Nyeri berkurang, skala nyeri 3, ekspresi wajah tidak meringis kesakitan

bila melakukan aktivitas, ekspresi wajah tidak tegang, TD : 120/80

mmHg, N : 80x/menit. Intervensi yang akan dilakukan berdasarkan

klasifkasi intervensi keperawatan nyeri akut: monitor vital sign, kaji


5

skala nyeri, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, berikan posisi semi

fowler, lakukan kolaborasi pemberian analgetik.

Penatalaksanaan fraktursecara non farmakologi salah satunya

dengan relaksasi nafas dalam adalah tindakan yang dilakukan pada

pasien dengan caramenahan nafas selama 3-5 detik lalu perlahan

keluarkan lewat mulut. Dapat dilakukan selama 10 menit atau sampai

nyeri berkurang(Hendra & Emil 2012).

5.1.4 Implementasi keperawatan

Implementasi adalah realisasi rencanatindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, kegiatannya meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan (Rohmah & Walid, 2016).

Implementasi diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik disesuaikan dengan intervensi yang sudah ditentukan sebelumnya

yaitu observasi vital sign dan kaji skala nyeri, melakukan relaksasi nafas

dalam, , catat skala nyeri, kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

Implementasi yang dilakukan penulis pada Ny. S yaitu

mengobservasi vital sign dan mengkaji status skala nyeri didapatkan data

subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif klien

tampak tegang, tampak meringis kesakitan, P : Nyeri saat beraktivitas, Q

: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R Tangan sebelah kiri, S : Skala nyeri 4, T

: Saat digerakkan, mengajarkan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi

nyeri. Pada Ny. N yaitu mengobservasi vital sign dan mengkaji skala

nyeri didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa,


5

data obyektif pasien tampak tegang, tampak meringis kesakitan, P : Nyeri

saat digerakkan, Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Tangan sebelah kiri,

S : Skala nyeri 4, T : Saat digerakkan, mengajarkan relaksasi nafas dalam

untuk mengurangi rasa nyeri.

Penulis memberikan tindakan relaksasi nafas dalampada klien yang

dilakukan selama 10 menit, dan setelah dilakukan tindakan dilakukan

evaluasi. Respon Ny. S sebelumdilakukantindakaninipasien

mengatakan tidak bisa mengontrol nyeri secara benar, setelah

dilakukan tindakan Ny. S dapat mengontrol nyerinya. Respon Ny. N

sebelumdilakukantindakanini pasien mengatakan tidak bisa

mengontrol nyeri secara benar, setelah dilakukan tindakan Ny. N

dapat mengontrol nyerinya. Dengan memberikan teknik relaksasi

nafas dalamdiharapkan pasien merasa nyaman dan dapat mengurangi

kondisi nyeri pada fraktur tangannya. Relaksasi nafas dalam sangat

berguna bagi penderita fraktur baik yang bersifat akut maupun kronis,

dari perpaduan atau kombinasi dari ketiga teknik tersebut sangat

bermanfaat untuk mengatasi gangguan nyeri terutama pada pasien yang

belum dapat melakukan menahan nyeri secara sempurna. Relaksasi nafas

dalam sangat efektif dalam upaya mengontrol nyeri (Midarti, 2014).

5.1.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan klien (hasil yang dimati) dengan tujuan dan kriteria

hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah & Walid, 2016).
5

Penulis mengevaluasi apakah respon pasien mencerminkan

suatu kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada

evaluasi, penulis sudah sesuai teori yang ada yaitu sesuai SOAP

(Subjektif, Objektif, Assessment, dan Planning).

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan,hasil evaluasi Ny. S dilakukan pada

tanggal 24 Mei 2017 dengan metode SOAP yang hasilnya adalah :

data subyektif pasien mengatakan nyeri berkurang, P : nyeri saat

aktivitas, Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R : Tangan sebelah kiri, S :

Skala nyeri 3, T : Saat digerakkan. Data obyektif pasien tampak rileks,

pasien tampak tenang, TD : 120 mmHg, N : 80x/menit. Assesment :

Masalah teratasi. Planning : Pertahankan intervensi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan,hasil evaluasi Ny. N

dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017 dengan metode SOAP yang

hasilnya adalah : data subyektif pasien mengatakan nyeri tangan sebelah

kiri, P : nyeri saat aktivitas, Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R : Tangan

sebelah kiri, S : Skala nyeri 4, T : Saat digerakkan. Data obyektif pasien

tampak rileks, pasien tampak tenang, TD : 140 mmHg, N : 80x/menit.

Assesment : Masalah belum teratasi t. Planning : Lanjutkan intervensi,

Mengobservasi tanda-tanda vital, Posisikan semi fowler, Melakukan

relaksasi nafas dalam.

Masalah keperawatan nyeri akut pada kedua klien berbeda yaitu

pada Ny. S masalah teratasi, sedangkan pada Ny. Nmasalah belum

teratasikarena belum bisa menahan nyeri. Pemberianteknik pemberian


5

relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, respon pasien sebelum

dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam pasien mengatakan tidak

bisa menahan nyeri dan respon sesudah dilakukan tindakan pasien

mengatakan bisa menahan nyeri secara tepat dan sering dilakukan

saat terasa nyeri.

Skala nyeri Ny. S dari skala 4 menjadi 3, sedangkan skala nyeri

Ny. N masih tetap 4 sehingga bisa disimpulkan nyeri belum teratasi.

Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

atau pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat

(menahan inspirasi secara maksimal) (Smeltzer & Bare, 2007).

Tujuan dari relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan

ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi

paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi strees baik strees

fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan

menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare, 2007).

Adapun prosedur relaksasi nafas dalam itu sendiri yaitu :

Pertama atur pasien pada posisi yang nyaman, Kedua minta pasien

untuk menempatkan tangannya ke bagian dada dan perut, Ketiga

minta pasien untuk menarik nafas melalui hidung secara pelan, dalam

dan merasakan kembang-kempisnya perut, Keempat minta pasien

untuk menahan nafas selama beberapa detik kemudian keluarkan

nafas secara perlahan melalui mulut, Kelima beritahukan pasien

bahwa pada saat mengeluarkan nafas, mulut pada posisi mencucu


5

(pulsep lip), Keenam minta pasien untuk mengeluarkan nafas sampai

perut mengempis dan yang terakhir lakukan latihan nafas dalam

hingga 2-4 kali

Sedangkan untuk pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap

penurunan intensitas nyeri yaitu : Pertama dengan merelaksasikan otot

skelet yang mengalami spasme yang disebabkan insisi (trauma)

jaringan saat pembedahan, Kedua relaksasi otot skelet akan

meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami trauma sehingga

mempercepat proses menyembuhan dan menurunkan (menghilangkan)

sensasi nyeri karena nyeri post bedah merupakan nyeri yang

disebabkan karena trauma jaringan oleh karena itu jika trauma (insisi)

sembuh maka nyeri juga akan hilang, Ketiga tehnik relaksasi nafas

dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod

endogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer & Bare, 2007).


5

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan

diagnosa, implementasi dan evaluasi tentang pemberian relaksasi nafas

dalam terhadap nyeri akut pada asuhan keperawatan Ny. S dan Ny. N di

ruang melati 3 RSUP Klaten secara metode studi perbandingan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

6.1.1 Pengkajian

Hasil pengkajian pemberian relaksasi nafas dalam terhadap nyeri

akut pada asuhan keperawatan Ny. S dan Ny. N dengan dengan diagnosa

fraktur radius ulna didapatkan data Ny. S data subyektif pasien

mengatakan nyeri pada tangan sebelah kiri. Data obyektif pasien yaitu

pasien tampak tegang, pasien tampak rileks, P : Nyeri saat digerakkan, Q :

Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R : Tangan sebelah kiri, S : Skala nyeri 3, T :

Saat digerakkan. Data Ny. N data subyektif pasien mengatakan nyeri pada

tangan sebelah kiri. Data obyektif pasien yaitu pasien tampak tegang,

pasien tampak meringis kesakitan, P : Nyeri saat digerakkan, Q : Nyeri

seperti tertusuk-tusuk, R : Tangan sebelah kiri, S : Skala nyeri 4, T : Saat

digerakkan.

6.1.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang diambil pada kasus Ny. S yaitu nyeri

akut berhubungan dengan agen cidera fisik, diagnosa keperawatan yang

58
6

diambil pada Ny. N yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik.

6.1.3 Intervensi

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien yaitu

Ny. S dan Ny. N untuk menyelesaikan masalah nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik antara lain: Monitoring tanda-tanda vital,

monitor skala nyeri, memberikan relaksasi nafas dalam, kolaborasi

pemberian antibiotik.

6.1.4 Implementasi

Implementasi dilakukan tiga hari pengelolaan pada kedua pasien.

Implementasi pada diagnosa masalah nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera fisik antara lain: Monitoring tanda-tanda vital, monitor skala

nyeri, memberikan relaksasi nafas dalam, pemberian, kolaborasi

pemberian antibiotik.

6.1.5 Evaluasi

Evaluasi dengan pemberian relaksasi nafas dalam terhadap nyeri

akut pada asuhan keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi

Ny. S dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017 dengan metode SOAP

yang hasilnya adalah : data subyektif pasien mengatakan nyeri

berkurang, P : nyeri saat aktivitas, Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R :

Tangan sebelah kiri, S : Skala nyeri 3, T : Saat digerakkan. Data obyektif

pasien tampak rileks, pasien tampak tenang, TD : 120 mmHg, N :


6

80x/menit. Assesment : Masalah teratasi. Planning : Pertahankan

intervensi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi Ny. N

dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017 dengan metode SOAP yang

hasilnya adalah : data subyektif pasien mengatakan nyeri tangan sebelah

kiri, P : nyeri saat aktivitas, Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R : Tangan

sebelah kiri, S : Skala nyeri 4, T : Saat digerakkan. Data obyektif pasien

tampak rileks, pasien tampak tenang, TD : 140 mmHg, N : 80x/menit.

Assesment : Masalah belum teratasi. Planning : Lanjutkan intervensi,

Mengobservasi tanda-tanda vital, Posisikan semi fowler, Melakukan

relaksasi nafas dalam.

6.2 Saran

Masukan yang positif yang sifatnya untuk membangun dibidang

kesehatan dan keperawatan khususnya baik yang terjadi dirumah sakit

maupun yang terjadi pada pasien.

6.2.1 Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dalam keperawatan, terutama dalam tindakan keperawatan pemberian

tindakan fisioterapi dada terhadap ketidakefektifaan bersihan jalan nafas.

Serta bagi institusi keperawatan diharapkan dapat meningkatkan fasilitas,

sarana dan prasarana dari proses pendidikan dari apa yang sudah ada saat

ini.

6.2.2 Rumah sakit


6

Meningkatkan tindakan fisioterapi dada terhadap ketidakefektifaan

bersihan jalan nafas, jadi rumah sakit harus memberikan ketrampilan

khusus pada perawat dirumah sakit tersebut, agar pelayanan dirumah

sakit lebih baik dan sesuai standart operasional kesehatan.

6.2.3 Penelitian selanjutnya

Penelitian selanjutnya yang ingin mengambil pemberian fisioterapi

dada terhadap ketidakefektifaan bersihan jalan nafas agar dapat

melakukan tindakan yang lebih efektif dan efisien sesuai standart

operasional kesehatan.

6.2.4 Keluarga penderita

Diharapkan keluarga dapat menerima segala resiko dan hasil yang

telah dilakukan oleh tim medis dalam tindakan asuhan keperawatan

selama dirumah sakit terhadap pasien.

6.2.5 Bagi penulis selanjutnya

Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pasa pasien

secara optimal
DAFTAR PUSTAKA

Brunner . 2002 . Asuhan Keperawatan Medikal Bedah . EGC . Jakarta

Doenges . 2007 . Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.

Doenges,M. A., Moorhouse, M. F.,& Geissler, A.C (1999). Rencana Asuhan


Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Donna L. Wong . 2004 . Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Efendy . 2005 . Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Bagian Bedah FKUI.

Faradisi . (2012). Kondas fraktur kolumna femur. http://healthreference-


ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-fraktur-collum-femur.html. .
Diperoleh pada tanggal 18 Oktober 2008

Ignatavicius, Donna D . 2006 . Terapi dan rehabilitasi Fraktur. Jakarta. EGC.

Mansjoer. 2007 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.


FKUI.

Oswari E . 2000 . Asuhan Keperawatan dengan Fraktur Femu .


http://www.kfoes.cn/index . php/article/girls/2008-09-24/1103.html.
Diperolehpada tanggal 12 April 2017.

Price, A & L. Wilson . 2006 . Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal. Jakarta.


EGC.

Price . 2007 . Bedah Primer Trauma. Jakarta. EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner
& Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.

http://satriaperwira.wordpress.com/2009/01/28/fraktur-femur/ tanggal akses 20


April 2017

Ropyanto, 2011 . Keperawatan Medikal Bedah . EGC . Jakarta

Depkes RI, 2007 . Asuhan Keperawatan Fraktur Femur . Jakarata

Musliha, 2010 Buku Ajar Medikal Bedah . Jakarta

Maryam, dkk, 2013 . Bedah Primer Trauma . EGC . Jakarta


Aply A, 2007 . Perawatan Fraktur Femur . Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 2007 . Patofisiologi Fraktur Femur. EGC . Jakarta

Black J.M, 2007 . Asuhan Keperawatan Fraktur Femur . Yogyakarta

Nursalam, 2001 . Fraktur Femur . EGC. Yogyakarta


http://exsimple.blogspot.com/2010/07/kti-fraktur-femur.html. tanggal akses 15
april 2017

Hidayat, 2003 . Patofisiologi Dan Asuhan Keperawatan Fraktur Femur . EGC.


Jakarta

You might also like