You are on page 1of 11

ASPEK HUKUM TENTANG PENGENDALIAN OPERASIONAL

TRANSPORTASI BECAK MOTOR DALAM WILAYAH KOTA


MAKASSAR

LEGAL ASPECTS OF OPERATIONAL CONTROL OF MOTOR


PEDICAB TRANSPORTATION IN MAKASSAR CITY

Herlinah Johar, Marthen Arie, Hamzah Halim

Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi :
Herlinah Johar
Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
Hp : 085242811945
Email : herlinahjohar@ymail.com

1
Abstrak

Transportasi adalah salah satu sarana dan prasarana yang mendukung perkembangan di segala sektor
kehidupan suatu daerah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaturan hukum operasional
transportasi becak motor di Kota Makassar. pelaksanaan kewenangan antara polisi lalu lintas dan dinas
perhubungan darat terhadap operasional transportasi becak motor di Kota Makassar. Metode penelitian ini
menggunakan pendekatan sosio yuridis. Data-data yang diperoleh dideskripsikan kemudian dianalisis
secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan hukum operasional transportasi becak
motor tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan hal ini dikarenakan legalitas dari becak motor
sendiri tidak terdapat dalam undang-undang, maupun peraturan daerah. Dalam Pelaksanaan kewenangan
antara polisi lalu lintas dan dinas perhubungan masih saling tunjuk menunjuk. Hal ini dikarenakan tidak
adanya standar operasional prosedur dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya masing-masing.

Kata kunci : pengendalian operasional, becak motor

Abstract

Transport is one of the facilities and infrastructure that supports the development of all sectors of life in
an area. The purpose of this study to determine the legal arrangements operating a motor rickshaw
transportation in Makassar. exercise of authority between the traffic police and land transportation
services for the operation of a motor rickshaw transportation in Makassar . This research method uses
socio juridical approach . The data obtained were analyzed qualitatively described . The results showed
that the legal arrangements motor rickshaw transport operations are not in accordance with the laws and
regulations this is due to the legality of its own motor tricycles are not included in the legislation , as well
as local regulations . In the implementation of authority between the traffic police and the transportation
department is still another point to pointing . This is due to the lack of standard operating procedures in
carrying out the duties and authority of each .

Keywords : operational control , motor pedicab

2
PENDAHULUAN
Transportasi adalah salah satu sarana dan prasarana yang mendukung
perkembangan ekonomi, sosial, politik, dan mobilitas penduduk suatu daerah. Dengan
tingginya mobilitas masyarakat di suatu daerah dalam menjalankan perputaran roda
pembangunan nasional yang khususnya di bidang perekonomian, maka diperlukan
pelayanan jasa di bidang transportasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Kansil,
1995). Pada umumnya, permasalahan transportasi terletak pada ketidakseimbangan
antara kebutuhan sarana, prasarana dan fasilitas transportasi, serta pertumbuhan
penduduk dan juga perkembangan ekonomi suatu daerah atau wilayah. Dengan begitu
perkembangan suatu wilayah dapat diarikan bahwa perkembangan suatu daerah maupun
masyarakatnya atau wilayah tergantung dari perkembangan transportasi, atau
sebaliknya. (Marsi, 2003). Adapun Fungsi transportasi sendiri adalah sebagai sektor
penunjang pembangunan dan sebagai sektor pemberi jasa. Berkaitan dengan sangat
pentingnya fungsi transportasi maka ada yang menganggap bahwa transportasi
merupakan urat nadi perekonomian, namun menurut Schumer transportasi bukan
merupakan tujuan tetapi merupakan sarana untuk mencapai banyak tujuan (Adisasmita,
2010).
Banyaknya jenis transportasi umum dalam kota membuat Kota Makassar
semakin semrawut. Contohnya angkutan umum (pete-pete), taxi, ojek, becak, dan yang
saat ini ramai diperbicangkan adalah becak motor. Munculnya fenomena bentor di Kota
Makassar dikarenakan adanya kebutuhan masyarakat yang meningkat di bidang jasa
transportasi.
Di Kota Makassar sendiri becak motor sudah tidak terkendali dan terkesan
sangat semrawut. Berdasarkan data yang dimiliki oleh dinas perhubungan dan
polrestabes makassar jumlah bentor yang di data oleh asosiasi bentor sendiri pada tahun
2012 telah mencapai 11.000 unit (Anonim, 2013). Seharusnya sejak awal becak motor
beroperasi di kota makassar, dinas perhubungan sudah mengambil langkah antisipasi
dan tidak dilakukan pembiaran.
Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan tidak diatur secara jelas mengenai kendaraan becak motor.
Berdasarkan Pasal 47 ayat 1 kendaraan terbagi atas terdiri atas kendaraan bermotor;
dan kendaraan tidak bermotor. Untuk kendaraan bermotor sendiri dikelompokkan

3
berdasarkan jenis seperti : sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus, mobil barang,
dan kendaraan khusus.
Selain itu secara tehnis becak motor di kota makassar belum di lakukan uji
kelayakan tetapi keberadaannya di tengah-tengah masyarakat sudah sangat menjamur.
Padahal dalam Pasal 48 Undang-undang lalu lintas dan Angkutan Jalan sudah mengatur
persyaratan tehnis dan laik jalan kendaraan bermotor.
Dalam ketentuan Pasal 48 (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 diatur
tentang Persyaratan Tehnis dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor. Selain itu diatur pula
dalam Pasal 49 tentang pengujian Kendaraan Bermotor. Di Kota Makassar bentor hanya
memiliki payung hukum berupa Peraturan Walikota Makassar No. 22 Tahun 2012
Tentang Pengendalian Operasional Kendaraan Becak Motor Dalam Wilayah Kota
Makassar. Dalam Peraturan Walikota tersebut hanya mengatur ketentuan operasional
yang terdapat dalam Pasal 2:
“Wilayah operasional becak motor ditetapkan pada kawasan Pemukiman
Kecamatan Tamalanrea, Pemukiman Kecamatan Biringkanaya, Pemukiman
Kecamatan Tamalate dan Pemukiman Kecamatan Manggala”
Namun pada kenyataannya keberadaan becak motor telah memasuki jalan-jalan
protokol di Makassar. Seharusnya Pemerintah Kota Makassar membuat peraturan
daerah yang mengatur lebih spesifik lagi tentang becak motor. Hal ini dibutuhkan
supaya lebih terkontrol populasi becak motor, wilayah pengoperasiannya, keselamatan
penumpang dan akhirnya bisa dijadikan PAD oleh pemerintah kota makassar. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan hukum operasional transportasi becak motor
di Kota Makassar dan pelaksanaan kewenangan antara polisi lalu lintas dan dinas
perhubungan darat terhadap operasional transportasi becak motor di kota makassar.

BAHAN DAN METODE


Lokasi dan rancangan penelitian
Penelitian ini dilakukan di Satuan Lalu Lintas Polrestabes Makassar dan Dinas
Perhubungan Kota Makassar. Adapun jenis penelitian ini adalah sosio yuridis yang
melalui model interaksi secara langsung terhadap objek yang sedang diteliti baik
melalui wawancara maupun pengamatan (observasi) pelaksanaan kewenangan antara
polisi lalu lintas dan dinas perhubungan terhadap operasional transportasi becak motor

4
di kota Makassar. Adapun penelitian kepustakaan dengan mengambil bahan-bahan
bacaan berupa buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, dan catatan-catatatn
kuliah yang berhubungan dengan pokok masalah yang dibahas.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini meliputi petugas polisi lalu lintas, petugas lalu
lintas di dinas perhubungan darat, pengendara becak motor, pengendara kendaraan
pribadi. Sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan cara menetapkan jumlah dan
kriteria sampel yang ditetapkan sebelumnya, sehingga jumlahnya terbatas kepada
responden yang ada hubungannya dengan tujuan penelitian. Adapun sampel dalam
penelitian ini terdiri dari Polisi Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, LSM Masyarakat
Transportasi Indonesia dan Organda Kota Makassar
Metode Pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data diterapkan dalam penelitian ini adalah menggunakan
studi lapangan dan studi kepustakaan. Penelitian dilakukan dengan pengamatan
langsung di lapangan dan juga mengadakan interview atau wawancara dan kuisioner
secara langsung kepada pihak-pihak yang dipandang lebih mengetahui dengan pokok
permasalahan yang akan dibahas. Adapun penelitian kepustakaan di lakukan dengan
mengambil bahan-bahan bacaan berupa buku-buku literatur dan catatan-catatatn kuliah
yang berhubungan dengan pokok masalah yang dibahas.
Analisis data
Analisis data yang digunakan adalah data yang diperoleh dalam penelitian,
baik dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian
lapangan berupa pengamatan langsung di lapangan seperti wawancara (interview) dan
kuisioner pada sejumlah responden, selanjutnya dilakukan dideskripsikan dengan
menelaah permasalahan yang ada, menggambarkan, menguraikan hingga menjelaskan
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas terhadap objek yang akan diteliti.

5
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang penulis lakukan di beberapa tempat seperti Satuan Lalu
Lintas Polrestabes Makassar dan Dinas Perhubungan Kota Makassar sama-sama
menegaskan bahwa becak motor tidak termasuk ke dalam mobil angkutan sesuai dalam
Pasal 47 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Menurut Aiptu Ari Suharna SH Unit Rekayasa Satlantas Polrestabes Makassar
mengemukakan bahwa Kepolisian sama sekali tidak pernah memberikan izin untuk
operasional becak motor sedangkan dasar hukum yang digunakan oleh Satlantas
Polrestabes Makassar dalam menertibkan becak motor selama ini hanyalah
menggunakan Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. Pada dasarnya becak motor sebenarnya tidak diatur di dalam undang-undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, tetapi yang di tindak Polantas dalam hal ini adalah
pelanggaran yang dilakukan oleh sepeda motor, bukan pada becak motornya.
Sedangkan pendapat lain Dinas Perhubungan Kota Makassar dikemukakan oleh Kepala
Bidang Pengendalian Operasional Hasan Bisri bahwa Dinas Perhubungan sendiri tidak
memiliki dasar hukum dalam pemberian izin operasional becak motor ataupun dalam
menindak pelanggaran becak motor di jalan raya. Hal ini dikarenakan dalam undang-
undang, becak motor belum termasuk dari sarana angkutan yang direkomedir
pemerintah untuk menjadi angkutan umum karena belum ada izin uji type dari
kendaraan yang bersangkutan.
Bentuk dan spesifikasi bangun kendaraan dari bentor yang ada selama ini tidak
layak beroperasi, hal ini dikemukakan oleh ketua Masyarakat Transportasi Indonesia
Cabang Sulawesi Selatan bapak Lambang Basri Said. Hal ini dikarenakan nilai becak
motor ¾ dari ruang satuan penumpang seperti mobil jip atau sedan. Sedangkan untuk
muatan dari becak motor hanya sekitar 2 + 1 orang, dan untuk angkutan umum seperti
pete pete memiliki muatan kurang lebih 10 orang. Hal inilah yang membuat bentuk dan
spesifikasi bangun kendaraan dari becak motor sendiri tidak efisien.
Selain itu dalam pengaturan wila`yah operasional tidak diatur secara jelas
dalam peraturan walikota No. 22 tahun 2012. Menurut Sainal Abidin ketua harian
organda makassar sebenarnya setuju dengan adanya pengaturan wilayah operasional
dalam Peraturan Walikota No. 22 Tahun 2012, tapi pelaksanaan di lapangan tidak
seperti itu. Sebagian besar becak motor bukan lagi beroperasi di perumahan-perumahan

6
sesuai dengan ketentuan yang diatur. Memang ada yg beroperasi di perumahan tetapi
hanya sebagian kecil. Sebagian besar becak motor beroperasi di jalan-jalan garis
protokal yg mana pada kecamatan-kecamatan tidak diatur dalam Peraturan Wakilota
tersebut. Contoh di jalan veteran yang melarang beroperasinya becak motor tetapi tetap
berkeliaran dan tidak ada tindakan dari aparat disana sehingga mempengaruhi dari
pendapatan angkutan kota sendiri. Dari uraian di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa wilayah operasional yang diatur dalam Peraturan Walikota Makassar No. 22
Tahun 2012 ini tidak diatur secara jelas. Ini bisa dilihat dalam Peraturan Walikota
Makassar yang hanya menyebutkan wilayah kecamatan operasional becak motor yang
diperbolehkan sehingga dan tidak ada pembagian wilayah secara spesifik yang jelas
tentang jalan apa saja yang boleh dan tidak boleh di lewati oleh pengemudi becak
motor. Selain itu tidak ada sanksi yang bisa diterapkan oleh Dinas Perhubungan selaku
pengawas karena tidak diatur dalam peraturan Walikota ini.
Sedangkan dalam pelaksanaanaan kewenangan antara Polisi Lalu Lintas dan
Dinas Perhubungan terjadi saling tunjuk menunjuk dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya. Hal ini dikarenakan tidak adanya standar prosedur operasional yang jelas
diantara petugas lalu lintas tersebut. Menurut Aiptu Ari Suharna SH, Polantas dalam
melakukan penegakan hukum dijalan raya mengacu kepada Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sedangkan Menurut bapak Hasan
Bisri, Dinas Perhubungan Sendiri hanya melakukan pendataan terhadap jumlah becak
motor yang beroperasi di jalan dan menyerahkan penegakan hukumnnya terhadap pihak
kepolisian.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dalam pengaturan hukum operasional
transportasi becak motor di Kota Makassar tidak sesuai dengan Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota. Seperti dalam
landasan hukum izin operasional, antara instansi Kepolisian dan Dinas Perhubungan
menegaskan sama-sama tidak memberikan izin operasional becak motor walaupun
jelas-jelas ada operasionalnya di jalan raya. Sedangkan bentuk dan spesifikasi rancang
bangun kendaraan dari becak motor yang ada selama ini sama sekali tidak memenuhi
standar keselamatan baik untuk penumpang maupun pengguna jalan raya yang lainnya.

7
Selain itu becak motor tidak pernah melakukan uji kelayakan type kendaraan. Padahal
semua itu telah di atur dalam undang-undang. Untuk wilayah operasional Kepolisian
melakukan penegakan hukum secara selektif objektif. Seharusnya pihak kepolisian
melakukan penegakan hukum secara selektif subjektif, hal ini terapkan bagi pengendara
becak motor yang melakukan pelanggaran lalu lintas di jalan raya.. Hal ini dikarenakan
kepolisian belum bisa menerapkan aturan itu secara tegas kepada pengendara becak
motor dikarenakan tidak semua di tindak secara bersamaan, karena menurut Kepolisian
hal ini bisa dibawa ke ranah politis. Sedangkan Dinas Perhubungan hanya bisa menegur
tapi tidak bisa menindak bila terjadi pelanggaran.
Bahwa pelaksanaan kewenangan antara Polisi Lalu Lintas dan Dinas
Perhubungan Darat terhadap operasional transportasi becak motor di Kota Makassar
masih adanya ketidaksinkronisasi antara Dinas Perhubungan dan Kepolisian. Dalam hal
koordinasi, pengawasan, pemberian izin, dan penegakan hukum hampir semua
Kepolisian yang mengambil alih, sedangkan dari Dinas Perhubungan hanya melakukan
pendataan terhadap jumlah becak motor yang telah beropeasi di kota makassar
Dalam Pasal 47 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan tidak dijelaskan bahwa becak motor termasuk ke dalam mobil
angkutan. Namun dalam Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993
tentang Angkutan Jalan dijelaskan bahwa : Sepeda motor adalah kendaraan bermotor
roda dua (2) atau tiga (3) tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping.
Lebih lanjut dijelaskan dalam Pasal 1 angka 6 bahwa : “Mobil penumpang adalah setiap
kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk
tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan atau tanpa perlengkapan
pengangkutan”.
Dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Pasal-Pasal dalam Undang-
Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 47 ayat 1 dan
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan, bahwa becak motor
dan sejenisnya tidak termasuk jenis mobil penumpang umum yang dapat digunakan
untuk angkutan umum. Dan tidak termasuk dalam fungsinya menurut Pasal 47 ayat 3
yang mana dijelaskan bahwa : “Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b, huruf c, dan huruf d dikelompokkan berdasarkan fungsi: Kendaraan
Bermotor perseorangan; dan Kendaraan Bermotor Umum.”

8
Selain itu suatu kendaraan angkutan umum baik untuk orang/barang perlu
memperhatikan bentuk dan spesifikasi bangun kendaraan. Hal ini perlu dilakukan dalam
rangka menjamin keselamatan, kelestarian lingkungan dan pelayanan umum. Namun
hal ini tidak dimiliki oleh becak motor. Bentor harusnya melakukan pengujian
kendaraan bermotor sesuai ketentuan Pasal 49 Undang-undang No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain itu juga harus memiliki bengkel resmi
yang diatur di dalam Pasal 204 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993
Tentang Kendaraan dan Pengemudi. Namun sampai saat ini becak motor belum
melakukannya sehingga sangat membahayakan bagi pengemudi, penumpang becak
motor, maupun pengguna kendaraan lain di jalan raya. Seharusnya becak motor
melakukan uji kelayakan terlebih dahulu sebelum beroperasi di jalan raya. Sebagai
contoh pengesahan yang diberikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat yaitu pada
sepeda motor merek Kanzen Type KR 125 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor : SK. 1109/AJ.402/DRJD/2008 tentang Pengesahan
Rancang Bangun Dan Rekayasa Rumah-Rumah (Karoseri) Pada Landasan Kendaraan
Bermotor Merek Kanzen Tipe KR 125 Sebagai Kendaraan Bermotor Roda Tiga Untuk
Angkutan Penumpang.
Dalam Pelaksanaan kewenangan antara polisi lalu lintas dan petugas dinas
perhubungan baik dari koordinasi, pengawasan, pemberian izin dan penegakan sanksi
semuanya lebih dominan dilakukan oleh polisi lalu lintas. Hal ini dikarenakan tidak
adanya aturan yang jelas tentang pelaksanaan kewenangan untuk dinas perhubungan
selain hanya berusaha mendata becak motor yang telah beroperasi dijalan raya
sedangkan polisi lalu lintas hanya menggunakan Undang-Undang Lalu Lintas kepada
pengemudi becak motor yang melakukan pelanggaran lalu lintas No. 22 Tahun 2009.
Meskipun telah diatur dalam dalam Pasal 6 (1) Peraturan Walikota Makassar
No. 22 tahun 2012 Tentang Pengendalian Operasional Kendaraan Becak Motor Dalam
Wilayah Kota Makassar di atur tentang ketentuan pengawasan : “Dinas Perhubungan
Kota Makassar melaksanakan pengawasan terhadap peraturan ini dengan koordinasi
unsur kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Makassar”, namun dalam
pelaksanaan pengawasan, dinas perhubungan belum bisa menerapkan Pasal ini karena
masih terganjal oleh standar prosedur operasional (SOP). Sedangkan dalam pemberian
izin wewenang Dinas Perhubungan berdasarkan Peraturan Daerah yaitu Peraturan

9
Daerah Kota Makassar No 14 Tahun 2002 tentang Angkutan Jalan dan Retribusi
Perizinan Angkutan Dalam Kota Makassar.
Dalam Pasal 45 Peraturan Daerah Kota Makassar No. 14 tahun 2002 tentang
Angkutan Jalan dan Retribusi Perizinan Angkutan Dalam Kota Makassar disebutkan
bahwa : Menyimpang dari ketentuan peraturan perundang-undangan bidang angkutan
jalan dan memperhatikan perkembangan munculnya berbagai mode transportasi dalam
masyarakat maka dilakukan pengaturan melalui perizinan aangkutan khusus sebagai
berikut a) Sepeda Motor Sewa (Ojek); b) Motor Roda Tiga dan atau Motor Becak
dengan atau tanpa rumah-rumah.
Lebih lanjut dalam Pasal 55 huruf f Peraturan Daerah Kota Makassar No. 14
tahun 2002 tentang Angkutan Jalan dan Retribusi Perizinan Angkutan Dalam Kota
Makassar disebutkan bahwa besarnya tarif retribusi perizinan angkutan ditetapkan Izin
Trayek Khusus (Sepeda Motor Sewa dan Motor Roda Tiga) untuk setiap kendaraan
sebesar Rp. 35.000,-.
Menurut Hasan Bisri, sampai saat ini Dinas Perhubungan belum memberikan
izin operasional becak motor maupun melakukan penarikan retribusi terhadap becak
motor becak motor. Padahal jumlah becak motor yang di data secara resmi oleh Dinas
Perhubungan sendiri untuk sampai dengan bulan Juli 2013 telah mencapai 4.365 unit.
Sedangkan dalam penerapan sanksi, yang upaya penegakan hukum
dilaksanakan melalui perumusan ketentuan hukum yang lebih jelas serta penerapan
sanksi yang tegas. Penerapan sanksi yang tegas diharuskan agar memberikan efek jera.
Satuan Lalu Lintas Polrestabes Makassar mengemukakan bahwa penerapan sanksi
terhadap becak motor menggunakan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Hal ini dilakukan apabila ada pengguna becak motor melakukan pelanggaran lalu lintas
di jalan raya, sedangkan penerapan pelanggaran operasional wilayah berdasarkan
Peraturan Walikota No. 22 Tahun 2012 hanya masih sebatas pengawasan yang
dilakukan oleh dinas perhubungan tanpa ada penerapan sanksinya.

10
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan hukum operasional
transportasi becak motor tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan hal ini
dikarenakan legalitas dari becak motor sendiri tidak terdapat dalam undang-undang,
maupun peraturan daerah. Yang kedua yaitu pelaksanaan kewenangan antara polisi lalu
lintas dan dinas perhubungan masih saling tunjuk menunjuk dalam pelaksanaannya.
Oleh karena itu diperlukan adanya standar operasional prosedur dalam melaksanakan
tugas dan kewenangannya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita Rahardjo. (2010). Dasar-dasar Ekonomi Transportasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Adisasmita Adji Sakti. (2008). Pembanguan Sektor Transportasi. Makassar.
Kansil, C.S.T., & Kansil Christine S.T. (1994). Disiplin Berlalu Lintas Di Jalan Raya.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di
Jalan.
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.
Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan pemerintah Daerah
Kabupaten/kota.
Peraturan Daerah Kota Makassar No. 26 Tahun 2005 tentang Pembentukan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Makassar.
Peraturan Walikota Kota Makassar No. 22 Tahun 2012 Tentang Pengendalian
Operasional Kendaraan Becak Motor Dalam Wilayah Kota Makassar.
Salim H. Abbas. ( 2012). Manajemen Transportasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo.
Simbolan Marsy Maringan. (2003). Ekonomi Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
UUD RI 1945.
Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang
No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Anonim. (2013. www.polantasmakassar.com “Polantas Makassar Akan Intensifkan
Penertiban Bentor”, diakses 5 Januari 2012

11

You might also like