You are on page 1of 11

Vol. 23 No.

3, Desember 2022: 149-159

Tembang Macapat Sebagai Metode untuk


Penanaman Dasar-Dasar Musikalitas
Teguh Wahyudiono1, Mulyanto, Slamet Supriyadi
Program Studi Pendidikan Seni, Pascasarjana Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan
Universitas Sebelas Maret

ABSTRACT
Tembang Macapat as A Method of Inculcating the Fundamentals of Musicality. This study
is based on an issue that the students of Mangkunegaran Art Academy of Surakarta enrolling the
second semester in the academic year of 2021/2022 have difficulty in understanding the musicality
of tembang macapat including titilaras and laya. In regard to this case, the objective of the study is
explaining the learning process of tembang macapat as an inculcation of the basis of the students’
musicality in karawitan study program at Mangkunegaran Art Academy of Surakarta. The author
examined several elements such as the learning stages (pre, process, and post), learning components
(objectives, materials, models, methods, media, and evaluation), and the fundamentals of musicality
– titilaras and laya. The subjects of this study were second semester students in the academic year
of 2020/2021. The author applied descriptive-qualitative method by engaging directly with both
students and lecturers during the research process to obtain information and data about the learning
process. The result of this study proves that learning process of tembang macapat does affects the
students’ musicality basis in the form of theory and practice. It can be identified from the the lecturers’s
success in instilling the fundamentals of musicality to students which is evidenced by 81.25% of
students are capable of presenting tembang macapat with splendid emphasizing on titilaras and laya.
This achievement is supported by various factors such as the students’ basic conditions and skills (eg
the sound of sasap, blero, false – unmatch tone notation, and the diversed beat of tembang macapat).
Even though the author found 18.75% of students have not been able to present tembang macapat
in accordance with predetermined titilaras and laya, according to the percentage, it can be stated that
lecturers have succeeded in carrying out their obligations as professional educators; comphrehensively
applying learning media; and embodying creative, disciplined, independent, and motivated students.
Keywords: tembang macapat; musicality; learning method

ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari sebuah permasalahan yaitu mahasiswa Akademi Seni Mangkunegaran
Surakarta pada semester II tahun ajaran 2020/2021 mengalami kesulitan dalam memahami tentang
musikalitas tembang macapat yang diantaranya titilaras dan laya. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan proses pembelajaran tembang macapat sebagai penanaman dasar-dasar musikalitas
mahasiswa di progam studi seni karawitan Akademi Seni Mangkunegaran Surakarta. Peneliti mengkaji
pembelajaran dari tahapan pembelajaran (pra, proses, dan post), komponen pembelajaran (tujuan,
materi, model, metode, media, dan evaluasi) dan dasar-dasar musikalitas diantaranya titilaras dan laya.
Subjek penelitian adalah mahasiswa semester II tahun ajaran 2020/2021. Peneliti memilih metode
kualitatif dalam bentuk deskriptif dengan melakukan keterlibatan langsung dengan mahasiswa dan dosen
selama proses penelitian untuk mendapatkan informasi dan data tentang proses pembelajaran. Hasil
penelitian ini membuktikan bawa adanya pengaruh proses pembelajaran tembang macapat terhadap
penanaman dasar-dasar musikalitas dalam bentuk teori maupun praktik. Hal ini dapat dilihat dari
keberhasilan dosen dalam menamkan dasar-dasar musikalitas kepada mahasiswa dengan dibuktikan
81,25% mahasiswa ketika menyajikan tembang macapat dengan baik dalam penekanan titilaras dan
laya, karena berbagai faktor yaitu kondisi dasar dan keterampilan mahasiswa (misal suara sasap, blero,

1
Alamat korespondensi: Program Studi Pendidikan Seni, Pascasarjana Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No.36, Kentingan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126. E-mail:
teguhwahyu130@gmail.com; HP.: 082225595863.

Naskah diterima: 28 Agustus 2022 | Revisi akhir: 5 November 2022 149


Wahyudiono, Mulyanto & Supriyadi, Tembang Macapat Sebagai Metode Penanaman Dasar Musikal

fals “tidak sesuai notasi nada” dan ketukan setiap tembang macapat tidak sama), masih ada 18,75%
mahasiswa yang belum bisa menyajikan tembang macapat sesuai dengan titilaras dan laya yang sudah
ditentukan. Menurut temuan penelitian sehingga bisa dikatakan yakni dosen telah berhasil melaksanakan
kewajibannya sebagai tenaga pendidik yang berkompeten, menerapkan perangkat pembelajaran dengan
baik dan mampu membentuk mahasiswa yang kreatif, dispilin, mandiri, dan memiliki motivasi.
Kata kunci: tembang macapat; musikalitas; metode pembelajaran

Pendahuluan pendidikan seni berkontribusi pada pengembangan


pribadi, seperti: (1) mengembangkan potensi kreatif
Musikalitas adalah suatu kemampuan mengu- dan imajinasi, (2) meningkatkan kepekaan rasa,
bah, mencipta musik, menyanyikan, memahami, dan (3) mengembangkan wawasan budaya. Riset
memainkan music, dan memelihara ritme (Putra, terdahulu juga menjelaskan apabila mencermati
2013). Tujuan utama belajar musikalitas yaitu musik ataupun belajar musik dapat berguna untuk
agar lebih peka untuk mengingat melodi musik, meningkatkan kepekaan pendengaran, berdialog,
memahami keterampilan ritme, dan laya. Untuk koordinasi, membangun rasa percaya diri, dan dapat
mencapai kepekaan tersebut menggunakan memaksimalkan kecerdasan pada anak (Widayati
musikalitas yang terdapat dalam tembang macapat et al., 2008). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
diantaranya: 1). Titilaras, dengan mempelajari dengan belajar musik mampu berperan penting
tinggi rendahnya sebuah nada; dan 2). Laya, untuk membantu menumbuhkan kecerdasan
mempelajari tentang ketukan dalam sebuah lagu. pada anak khusunya kemampuan pendengaran,
Untuk mempercepat pemerolehan kepekaan berdialog, dan kecerdasaan otak. Salah satu
musik, salah satu keterampilan yang perlu pelajaran seni yang wajib di ajarkan didalam
dikembangkan mahasiswa seni adalah kecerdasan kelas adalah seni musik. Hal ini di karenakan seni
musikal. Kecerdasan musikal adalah kemampuan musik telah menyatu dalam kehidupan sehari-
untuk menyimpan nada-nada dalam pikiran, hari, dengan ini seni musik harus diajarkan pada
mengingat ritme, dan mempengaruhi suasana anak baik dari tingkat dasar, menegah, hingga ke
hati melalui musik (Setyawati et al., 2017; Irawati, universitas (Widiastuti, 2022).
2019). Kecerdasan musikal adalah kemampuan Pembelajaran seni musik salah satu di-
untuk memahami bentuk-bentuk aktivitas musik, antaranya adalah tembang bisa sebagai sarana
seperti mendengarkan musik dan mengingat dalam memupuk karakter, kepribadian dan
ritme sebuah lagu. Kecerdasan musikal seseorang pendidikan moral anak melalui makna yang
dapat dilihat dari caranya mengapresiasi musik, terkandung didalamnya (Rosmiati, 2014; Irawati
menangkap suara, mengubah musik, membedakan 2021). Selain itu, menurut (Raharja, 2021) juga
musik, dan berekspresi dengan atau tanpa suara menyatakan bahwa pembelajaran yang salah
(Putri & Ismet, 2020). Oleh karena itu, kecerdasan satunya tembang dolanan dapat berkontribusi pada
musikal sangat penting bagi mahasiswa seni karena kecerdasan anak terkait aspek motorik, kognitif,
dapat memberikan manfaat yang banyak untuk kebahasaan, artistik, dan bentuk sosio-emosional.
membantu perkembangan mahasiswa dalam Aspek-aspek tersebut juga terdapat dalam tembang
berbagai aspek. macapat dan berguna sebagai salah satu pilihan
Belajar tentang ilmu seni mampu dalam menyalurkan pembelajaran yang mampu
menumbuhkan dan memicu sebuah kecerdasan. dirasakan dari aktivitas seninya antara lain untuk
Hal ini didukung dengan pernyataan (Irawati, menanamkan dasar-dasar musikalitas secara efektif
2020; Antara, 2015) yang menyatakan bahwa dan efisien. Hal ini juga didudukung dengan hasil

150
Vol. 23 No. 3, Desember 2022

diskusi oleh dosen progam studi seni karawitan bahwa belajar pada dasarnya merupakan proses
Akademi Seni Mangkunegaran Surakarta yang antara mahasiswa dengan dosen secara interaktif,
menyatakan jika tembang macapat sudah mulai terprogram dan sistematis dalam rangka untuk
dikenalkan dan diajarkan kepada mahasiswa saat mencapai tujuan rencana pembelajaran. Proses
masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Untuk itu, pembelajaran tembang macapat di program studi
tembang macapat dipilih sebagai media untuk seni karawitan Akademi Seni Mangkunegaran
menanamkan dasar-dasar musikalitas dibandikan Surakarta dilakukan dengan menerapkan beberapa
instrument lainnya (Pujiyani, wawancara 26 Mei metode seperti ceramah, demontrasi, latihan (drill),
2021). tanya jawab. Namun, saat pelaksanaannya lebih
Pembelajaran merupakan sebuah proses difokuskan dengan metode latihan (drill) karena
mengatur, membimbing dan membantu mahasiswa pembelajaran ini adalah praktik.
dalam proses belajar (Pane & Dasopang, 2017). Pembelajaran tembang macapat mulai di-
Sugihartono et al., (dalam Kirom, 2017) menjelaskan ajarkan pada semester II, dimana mahasiswa
jika pembelajaran dijadikan sebagai konsep diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran
dasar dosen untuk mengajarkan pengetahuan yang mengacu pada KD 3.1.1 yaitu mahasiswa
dengan langkah pembelajaran yang dimulai dari dapat menjelaskan pengertian, jenis, dan unsur
pembukaan, motivasi, materi, dan evaluasi yang tembang macapat, KD 3.1.2 yaitu mahasiswa
bertujuan untuk menata lingkungan belajar dapat menjelaskan berbagai jenis nama tembang
dengan cara yang berbeda-beda agar mahasiswa macapat, KD 4.1.1 yaitu mahasiswa dapat
dapat melakukan kegiatan belajarnya secara lebih menyajikan tembang macapat Asmarandana,
optimal. Agar dapat tercapai, ketika merancang Pangkur, dan Pocung, KD 4.1.2 yaitu mahasiswa
pembelajaran harus mempertimbangkan bentuk dapat menyajikan tembang macapat dengan
kelas ketika sehingga dapat meraih tujuan titilaras dan laya secara benar. Titilaras dan laya
pembelajaran yang lebih optimal (Sundari & menjadi kriteria keberhasilan mahasiswa dalam
Rachmaningsih, 2015). penguasaan tembang macapat secara musikalitas.
Proses pembelajaran tembang macapat Penelitian ini dilakukan karena terdapat beberapa
mengikuti rencana pembelajaran semester yang masalah pada pembelajaran tembang macapat di
sudah disiapkan. Rencana pembelajaran semester Akademi Seni Mangkunegaran Surakarta pada
merupakan sarana pendidikan yang membantu semester II yang penting untuk dicermati yaitu
dosen agar memeroleh tujuan pendidikannya kurangnya bahan ajar tembang macapat. Bahan
melalui proses pembelajaran (Muhidin et al., ajar ialah segala bentuk alat yang dikenakan dalam
2018). Penyusunan pedoman rencana pembelajaran menunjang dosen saat memberikan pengajaran dan
semester ini adalah UU Pendidikan Tinggi No. perkuliahan. Oleh karena itu, dosen meggunakan
12/2012 serta Perpres No. 8/2012. Perencanaan metode demonstrasi untuk menjelaskan
pembelajaran semester dirancang oleh dosen secara pengetahuan tembang macapat. Permasalahan
individu atau lembaga program studi yang bertujuan kedua yaitu kurangnya media pembelajaran yang
untuk memberikan manfaat dan gambaran tentang mendukung sehingga dosen menerapkan metode
materi yang akan dipaparkan. Sehingga hal tersebut demonstrasi untuk memberikan contoh sajian
dapat membantu dosen dalam menentukan materi, tembang macapat dan metode tanya jawab sebagai
model, cara maupun sarana pendidikan harus cara untuk menanyakan kembali materi yang belum
sesuai agar menumbuhkan pengetahuan mahasiswa dipahami. Kemudian, masalah yang terakhir yaitu
mengenai tembang macapat sebagai penanaman kurangnya alat penunjang pembelajaran seperti
dasar-dasar musikalitas. Saat berlangsungnya gamelan. Gamelan yang terdapat pada Akademi
proses pembelajaran, mahasiswa menjadi objek dan Seni Mangkunegaran Surakarta jumlahnya sangat
subjek utama dalam belajar, sedangkan peran dosen kurang yaitu hanya satu set gamelan pelog slendro
hanya sebagai pendidik atau fasilitator mahasiswa yang digunakan oleh beberapa kelas, sehingga
dalam menjalani proses belajar. Dapat dikatakan muncul permasalahan pada pembelajaran

151
Wahyudiono, Mulyanto & Supriyadi, Tembang Macapat Sebagai Metode Penanaman Dasar Musikal

tembang macapat. Tanpa adanya gamelan akan membandingkan data, dan informasi dari hasil
mengakibatkan mahasiswa menyajikan tembang penelitian. Riset ini dijalani melalui analisis
macapat dengan suara sasap, blero (tidak sesuai sebagian informasi yang didapat, kemudian data
notasi nada) atau dalam istilah lain yaitu fals yang dijabarkan, dan dibandingkan dalam analisis
disebabkan kurangnya memahami jenis-jenis tangga sehingga hasil dari data tersebut tetap valid.
nada yang terdapat di seni karawitan, dan belum Strategi yang digunakan dalam penelitian ini
bisa menyesuaikan perpindahan ketukan atau adalah studi kasus. Studi kasus adalah langkah-
kecepatan. Oleh karena itu, dosen pengampu mata langkah penelitian sistematis yang detail, rinci,
kuliah tembang macapat semester II menggunakan mendalam tentang program, peristiwa, dan kegiatan
metode drill sebegai metode utama yang diterapkan untuk mendapatkan wawasan tentang peristiwa
pada pembelajaran tembang macapat semester tersebut. Sistem mencakup waktu dan tempat,
II. Metode drill digunakan dengan tujuan agar sedangkan kasus diambil dari program, acara,
memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam aktivitas pribadi (Rahardjo, 2017). Pendekatan
menyajikan tembang macapat (Budi Utomo, studi kasus digunakan untuk mencari metode
wawancara 25 April 2021). yang digunakan dalam menanamkan dasar-dasar
Beberapa masalah tersebut dapat diatasi musikalitas yang diantarannya (titilaras dan laya).
apabila proses pembelajaran tembang macapat Teknik pengumpulan data (1) observasi
dapat berjalan dengan maksimal apabila memiliki digunakan untuk melihat kondisi yang sebenarnya
dosen yang berkompeten, penerapan perangkat mengenai keadaan dan kenyataan di dalam kelas,
pembelajaran yang tepat dan adanya sikap proaktif (2) wawancara digunakan untuk memperoleh
mahasiswa di kelas. Maka harapannya mampu berbagai informasi dan sumber data dari direktur,
membentuk mahasiswa kian kreatif, disiplin, dosen dan mahasiswa semester II Progam Studi
mandiri maupun memiliki motivasi yang kuat Seni Karawitan Akademi Seni Mangkunegaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai materi, Surakarta tahun ajaran 2020/2021. Teknik
dan target yang sudah di tentukan. Pernyataan menganlisis data dengan cara interaktif berupa
tersebut didukung dengan pernyataan Nursyamsi elimnasi, menyajikan serta ringkasan data (Miles
(dalam Sulaki et al., 2019) yang menyatakan bahwa & Huberman dalam Rijali, 2018). Hal tersebut
kompetensi sebagai bagian terpenting yang ada di digunakan oleh peneliti untuk memecah informasi
dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan seorang dan membagi menjadi satuan untuk menciptakan
mahasiswa harus memiliki kompetensi seperti pola yang terdapat pada konteks.
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dikuasai. Maka dari itu, direktur Akademi Seni Hasil dan Pembahasan
Mangkunegaran Surakarta menyiapkan tenaga
pengajar yang profesional atau yang mempunyai Hasil penelitian pembelajaran tembang
kelebihan dalam bidang seni karawitan dan rata- macapat di progam studi seni karawitan Akademi
rata merupakan alumnus dari Pendidikan Tinggi Seni Mangkunegaran Surakarta pada semester II
Seni. tahun ajaran 2020/2021 adalah sebuah metode
dan model pembelajaran yang dilakukan oleh
Metode Penelitian dosen untuk mempercepat mahasiswa dalam
memahami musikalitas diantaranya titilaras dan
Peneliti memilih prosedur deskriptif kualitatif laya. Dosen menggunakan prinsip kolaboratif ini
yang mengandung informasi naratif. Juga sebagai untuk membangun komunitas belajar yang efektif,
metode dalam mendapatkan informasi deskriptif produktif, dan prinsip timeless yang memberikan
yang direkam serta bahasa yang dihasilkan oleh mahasiswa kemampuan untuk belajar musik dengan
masyarakat dan perilaku objek penelitian (Moleong, cepat. Keterampilan presentasi berdasarkan hasil
2018). Deskriptif analitik merupakan metode analisis data tes pendahuluan sebelum menerapkan
yang cara kerjanya menganalisis, menjabarkan, metode latihan (drill) untuk 16 mahasiswa tembang

152
Vol. 23 No. 3, Desember 2022

macapat sesuai dengan titilaras dan laya yang sudah Sebelum diberikannya metode latihan (drill)
ditentukan mendapat nilai tertinggi 3,00 terendah kepada mahasiswa, yang pertama menjalankan uji
2,00 dan skor rata-rata 2,375. Sementara itu, hasil pendahuluan untuk mendapatkan beberapa data
analisis akhir dari data uji setelah metode latihan awal. Berdasarkan data awal, mahasiswa dibagi
(drill) dari 8 sesi menemukan bahwa, skor tertinggi menjadi 2 kelompok dan kemudian ditentukan
4,00 skor terendah 2,70 dan skor rata-rata 3,675. secara acak kelompok mana yang diberikan metode
Disimpulkan hasil dari penerapan metode latihan tersebut terlebih dahulu. Setelah pembagian
(drill) dapat meningkatkan kepekaan musikalitas kelompok, mereka mengadakan 8 pertemuan yang
yaitu titilaras dan laya di progam studi seni seharusnya 1 minggu dilakukan secara 1 sesi diubah
karawitan Akademi Seni Mangkunegaran Surakarta menjadi 3 sesi dalam satu minggu. Oleh karena
pada semester II tahun ajaran 2020/2021. Untuk itu, dosen akan lebih fokus pada pembelajaran
lebih jelasnya data hasil dari penerapan metode tembang macapat untuk membangun rasa musikal
latihan (drill) dapat dilihat pada Tabel 1. mahasiswa dalam kegiatan yang menyenangkan.
Berdasarkan permasalahan yang ada pada Pendekatan yang dilakukan bertujuan untuk
penelitian ini yaitu sebagian besar mahasiswa memungkinkan semua mahasiswa dapat merespon
menyajikan tembang macapat dengan suara kepekaan mereka terhadap titilaras dan laya dengan
sasap, blero (tidak sesuai notasi nada) atau dalam kebebasan bereksplorasi di dalamnya.
istilah lain yaitu fals yang disebabkan kurangnya
memahami jenis-jenis tangga nada yang terdapat Metode Latihan (Drill)
di seni karawitan dan belum bisa menyesuaikan
perpindahan ketukan atau kecepatan, sehingga Berdasarkan hasil ujian akhir kelompok de-
diperlukan latihan intensif agar memperbaiki ngan menggunakan metode latihan (drill), 16 ma-
kemampuannya. Untuk itu, pada proses pem- hasiswa progam studi seni karawitan Akademi Seni
belajarannya dosen menggunakan metode latihan Mangkunegaran Surakarta pada semester II tahun
(drill). Metode ini bertujuan agar mahasiswa ketika ajaran 2020/2021. Diperoleh peningkatan terha-
pembelajaran di kelas mencapai hasil yang lebih dap kepekaan terhadap titilaras dan laya dari pretest
baik, tepat maupun optimal. Mengingat pelatihan dan posttest meningkat sebesar 1,3, dari rata-rata
disusun dengan harapan bisa memberikan 2,37 untuk pretest menjadi 3,675 untuk posttest.
pengetahuan, pelatihan dan tindakan mahasiswa Artinya asumsi dalam tulisan ini dapat dianggap
supaya dapat mengerjakan tugasnya dengan baik benar, bahwa metode latihan (drill) memiliki peng-
(Budiman et al., 2020). aruh yang signifikan terhadap kepekaan titilaras
dan laya, sehingga fakta ini dapat diasumsikan
Tabel 1: Konversi nilai mahasiswa.
secara empiris. Peningkatan kepekaan musikalitas
Interval Pretest Posttest
Nilai
Predikat Keterangan ini mungkin karena adaptasi fisik dari penerapan
FM FP FM FP
4.00 A Sangat Mampu 10 62,5
metode pelatihan (drill), di mana proses pelatih-
3.70 A- Sangat Mampu 2 12,5 an diulang terus menerus dan beban pelatihan
3.30 B+ Mampu 1 6,25 menjadi meningkat dengan setiap pertemuan. Se-
3.00 B Mampu 4 25 hingga setelah meningkatkan beban latihan yang
2.70 B- Mampu 2 12,5 3 18,75 diberikan mempengaruhi kepekaan titilaras dan
2.30 C+ Cukup Mampu 2 12,5 laya. (Sudira et al., 2013) menyatakan metode drill
2.00 C Cukup Mampu 8 50 adalah metode mengajar mahasiswa untuk melaku-
1.70 C- Cukup Mampu kan kegiatan latihan yang memungkinkan siswa
1.00 D Kurang Mampu mengembangkan ketangkasan atau keterampilan
0 E Kurang Mampu
di luar apa yang telah dipelajarinya.
Jumlah 16 100 16 100
Metode ini dilakukan dengan belajar secara
Keterangan:
FM = Frekuensi Mahasiswa individu atau kelompok dengan cara penugasan
FP = Frekuensi Persen dalam menyajikan tembang macapat. Oleh karena

153
Wahyudiono, Mulyanto & Supriyadi, Tembang Macapat Sebagai Metode Penanaman Dasar Musikal

itu, metode latihan ditujukan untuk meningkatkan Langkah Pertama


kemampuan bermusik mahasiswa. Upaya pe-
ningkatan bakat bermusik dilakukan secara Dosen memperkenalkan nada gamelan,
sistematis dan langsung melalui 8 sesi. Waktu ini mengenali nada gamelan dengan keunikan dari-
sebenarnya tidak cukup untuk berlatih karena akan pada nada lainnya. Pada dasarnya gamelan mem-
membutuhkan waktu lama untuk meningkatkan punyai dua nada yaitu pelog dan slendro, untuk
keterampilan musik dan ada banyak faktor yang membunyikannya dikemas dengan istilah karawit-
mendukung yang salah satunya adalah aktivitas fisik an yaitu titilaras. Kemudian menjelaskan pemba-
mahasiswa, seperti aktif secara fisik pada hari itu. gian wilayah untuk nada slendro yakni nem, sanga
Dengan kebugaran jasmani yang baik, mahasiswa dan manyura, sedangkan untuk nada pelog yaitu
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan latihan lima, nem dan barang. Titilaras dalam proses pem-
dengan baik tanpa kelelahan yang berati. Selain belajaran tembang macapat mengunakan format
itu, mahasiswa yang sehat, akan ceria dan serius notasi kepatihan untuk menyimpulkan nada, se-
dalam berlatih. perti dalam pembelajaran musik Barat menggu-
nakan bahasa diatonis dengan bahasa nada me-
Langkah Penerapan Metode Latihan (Drill) liputi do, re, mi, fa, sol, la, si, do sebagai simbol
mengarahkan permainan nada. Sedangkan pada
Cara menyajikan tembang macapat tidak saja tembang macapat menggunakan nada pentatonis
membacakan lirik, namun juga dengan melagukan dengan bahasa nada untuk Slendro yakni ji, ro, lu,
notasi nadanya. Persoalan ini menjadi masalah bagi mo, nem dan Pelog yaitu ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi
mahasiswa karena tidak mempunyai ilmu gamelan, sebagai komunikasi simbol saat proses pembela-
menjadikan para mahasiswa kurang mempunyai jaran titilaras untuk mempelajari tinggi rendahnya
ngeng (gambaran tinggi rendah) terhadap nada nada. Akan tetapi, sebelum ditemukannya notasi
gamelan. Untuk itu, dosen menggunakan kepatihan, orang Jawa pada jaman dahulu mem-
metode latihan (drill) untuk diterapkan kepada baca tangga nada tembang macapat ji dengan nama
mahasiswanya. (Lefudin, 2014) menjelaskan penunggul, ro dengan nama gulu, lu dengan nama
metode ini dipakai dosen untuk merencanakan dhada, pat dengan nama pelog, mo dengan nama
dan memberikan pelatihan. Pelatihan dosen lima, nem dengan nama nem, dan pi dengan nama
berkaitan dengan hal yang terdapat dalam barang. Dosen memberi contoh cara menyuarakan
penyajian tembang macapat yaitu titilaras dan laya nada pelog dan slendro, selanjutnya dosen menyu-
yang harus dikuasai mahasiswa dalam menyajikan ruh mahasiswa satu persatu untuk membunyikan
tembang macapat. Pembelajaran seperti itu akan nada gamelan. Cara ini digunakan untuk menggali
membosankan, maka dosen perlu memiliki metode potensi nada yang dimiliki mahasiswa. Penjelasan
pengajaran yang kreatif untuk mengoptimalkan yang dimaksud dapat dilihat melalui Tabel 2.
proses pembelajaran dengan strategi yang Titilaras sebagai pokok utama mempelajari
tepat. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat tinggi rendahnya nada. Hal tersebut disebabkan,
memperoleh ilmu dan pengetahuan baru agar dapat apabila mahasiswa ingin menyajikan tembang
menguasai suatu materi pembelajaran dan dapat macapat harus mengetahui tangga nada tembang
percaya diri mengembangkan minat dan bakat. macapat tersebut. Dengan mempelajari titilaras
Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan mahasiswa diharapkan mempunyai kepekaan
Djamarah & Zain (dalam Nasution, 2017) yang terhadap sebuah tangga nada gamelan.
menyatakan jika metode pembelajaran memiliki Tabel 2: Notasi titilaras.
kedudukan sebagai unsur ekstrinsik dalam strategi Titilaras
Nada
Cara Membaca
Notasi
Cara Membaca
Titilaras
Nada
Cara Membaca
Notasi
Cara Membaca
Jawa Kuno Jawa Kuno
pembelajaran. Strategi yang digunakan diharapkan Slendro
1
Kepatihan
Ji Penunggul
Pelog
1
Kepatihan
Ji Penunggul

mampu membantu menciptakan sebuah kreasi 2


3
Ro
Lu
Gulu
Dhada
2
3
Ro
Lu
Gulu
Dhada
5 Mo Mo 4 Pat Pelog
pembelajaran, sehingga mampu mencapai tujuan- 6 Nem Nem 5 Mo Mo
6 Nem Nem
tujuan dari proses pembelajaran. 7 Pi Barang

154
Vol. 23 No. 3, Desember 2022

Langkah Kedua

Dosen mengenalkan beberapa laya yang di-


gunakan pada saat penyajian tembang macapat.
Gambar 1: Materi tembang macapat Asmaradana.
Terdapat 3 jenis laya dalam karawitan Jawa di- (Foto: Teguh Wahyudiono, 2021)
antaranya: (1) Tamban merupakan ketukan yang
pelan, (2) Sedeng adalah ketukan yang tidak pelan Pangkur
dan tidak cepat, (3) Seseg yaitu sebuah ketukan (sekar macapat laras pelog pathet nem)
yang cepat.

Langkah Ketiga

Dosen menjelaskan tanda sambung atas atau


bawah yang terdapat pada notasi tembang macapat
yang berfungsi menjadi variasi cengkok atau
perlebaran saat membaca lirik. Untuk membantu
memperjelas penerapannya harus didukung
dengan materi yang tepat guna mencapai tujuan
pembelajarannya. Materi pembelajaran merupakan Gambar 2: Materi tembang macapat Pangkur. (Foto:
subtansi utama yang akan diberikan pada Teguh Wahyudiono, 2021)
mahasiswa saat proses pembelajaran. (Bramantyo
& Tjaroko, 2022) menyatakan apabila pemilihan Pocung
materi yang tepat dapat dijadikan landasan untuk (sekar macapat laras slendro pathet manyura)
mengembangkan kecerdasan sosial, bahasa, moral,
dan musikal. Materi pembelajaran yang diberikan
dalam proses pembelajaran tembang macapat
di progam studi seni karawitan Akademi Seni
Mangkunegaran Surakarta pada semester II tahun
ajaran 2020/2021 yaitu Asmaradana, Pangkur
dan Pocung. Alasan dosen memilih materi ini
dikarenakan tembang macapat tersebut tergolong
mudah dan lebih cocok untuk dibelajarkan kepada
mahasiswa yang belum memahami titilaras dan Gambar 3: Materi tembang macapat Pocung. (Foto:
laya secara baik. Berikut ini contoh materi yang Teguh Wahyudiono, 2021)
digunakan.
Asmaradana Langkah Keempat
(sekar macapat laras pelog pathet barang)
Waktu proses pemberian materi harus
didukung oleh peralatan lain yang mendukung
kelancarannya, seperti pemilihan sarana
pembelajaran. Sarana merupakan sebuah peralatan
yang digunakan untuk memberi atau menciptakan
rangsangan pada mahasiswa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara maksimal.
(Maimunah, 2016) menyatakan bahwa media
pembelajaran adalah tempat berbagi ilmu antara
pemberi dengan penerima pesan tersebut. Maka

155
Wahyudiono, Mulyanto & Supriyadi, Tembang Macapat Sebagai Metode Penanaman Dasar Musikal

dari itu, dalam proses pembelajaran di ruang Evaluasi


kelas, dosen menggunakan sarana pembelajaran
berupa instument alat musik gamelan Jawa yakni Evaluasi merupakan pemberian nilai dari
Gender untuk menyampaikan materi kepada proses kegiatan belajar yang sudah dilakukan
mahasiswanya. Selain itu, dosen juga menggunakan sehingga dapat mengetahui hasil dari kegiatan yang
sarana audio visual berupa rekaman audio video dilakukan. Kegiatan evaluasi ini dilakukan oleh
dan buku tentang materi pembelajaran tembang dosen saat menyampaikan materi pembelajaran
macapat. Hal ini didukung dengan pendapat kepada mahasiswa. Tes praktik digunakan
(Mudiasih et al., 2022) dimana dalam mengajar untuk mengukur peningkatan kemampuan
pembelajaran praktik harus secara variatif baik dari keterampilan mahasiswa. Tes praktik digunakan
sisi audio, visual, maupun audio visual. untuk mengukur peningkatan kemampuan
Sarana ini digunakan untuk memperjelas dan keterampilan mahasiswa. Aspek yang dinilai
dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui dalam tes ini meliputi peningkatan pengetahuan
jalannya sajian tembang macapat. Berbagai sarana yang diaplikasikan dalam bentuk titilaras dan laya.
tersebut sangat mendukung untuk jalannya Langkah yang digunakan dalam kriteria penilainya
proses pembelajaran tembang macapat. Melalui yakni: 1) Menyajikan tembang macapat dengan
penggunaan sarana pembelajaran yang baik akan memenuhi kriteria kesesuain nada; 2) Mampu
memungkinkan mahasiswa untuk memberikan menerapkan berbagai ketukan dalam penyajian
umpan balik dan mendorong mahasiswa untuk tembang macapat. Evaluasi ini dilakukan di akhir
mempraktikkan praktik secara baik dan benar. pembelajaran tembang macapat untuk mengetahui
Berikut ini contoh gambar sarana pembelajaran tingkat penguasaan mahasiswa dalam mengetahui
yang digunakan pada proses pembelajaran mata jumlah kesulitan yang dialami mahasiswa saat
kuliah tembang macapat. menyajikan tembang macapat. Adanya evaluasi
dalam pembelajaran sangat membantu dosen
dalam mempelajari seberapa jauh kemampuan
mahasiswa terhadap materi yang sudah diberikan.

Gambar 4: Instrumen gender. (Foto: Teguh Wahyu- Gambar 5: Buku tembang macapat. (Foto: Teguh
diono, 2021) Wahyudiono, 2021)

156
Vol. 23 No. 3, Desember 2022

Maka beserta evaluasi menjadi alat pengukuran ditinjau berdasarkan dari hasil belajar setiap
bagi penilaian kegiatan yang sudah dijalankan. mahasiswa, terdapat 81,25% mahasiswa mampu
Hasil belajar setiap mahasiswa berbeda ketika menyajikan tembang macapat dengan penekanan
tembang macapat disajikan. 81,25% mahasiswa pada titilaras dan laya dengan baik dan benar. Akan
membawakan tembang macapat dengan penekanan tetapi, karena berbagai faktor yaitu kondisi dasar
pada titilaras dan laya secara baik dan benar. dan keterampilan mahasiswa (misal suara sasap,
Namun karena berbagai faktor yaitu kondisi dasar blero, fals “tidak sesuai notasi nada”), masih terdapat
dan keterampilan mahasiswa (misal suara sasap, 18,75% mahasiswa yang belum bisa menyajikan
blero, fals “tidak sesuai notasi nada”, ketukan setiap materi tembang macapat sesuai dengan titilaras dan
tembang macapat tidak sama), masih ada 18,75% laya yang sudah ditentukan. Sehingga mahasiswa
mahasiswa yang belum bisa menyajikan tembang yang masuk dalam kategori belum sesuai kriteria
macapat sesuai dengan titilaras dan laya yang sudah ketuntasan diharapkan untuk lebih meningkatkan
ditentukan. Berdasarkan data tersebut diketahui latihan dan mempelajari titilaras dan laya secara
bahwa proses pembelajaran berlangsung secara optimal. Perangkat pembelajaran yang diterapkan
menyenangkan dan kreatif. Hal ini dapat dilihat dari dalam proses pembelajaran memberikan upaya
keberhasilan dosen dalam menamkan dasar-dasar penanaman dasar-dasar musikalitas dengan
musikalitas kepada mahasiswa dengan dibuktikan memperhatikan titilaras dan laya, dengan
81,25% mahasiswa ketika menyajikan tembang memahami hal tersebut secara tidak langsung dapat
macapat dengan baik dalam penekanan titilaras dan mempengaruhi penanaman dasar-dasar musikalitas
laya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada diri mahasiswa.
dosen telah berhasil melaksanakan kewajibannya
sebagai tenaga pendidik. Keberhasilan tersebut Kepustakaan
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1) Ketepatan
pemilihan tembang macapat ebagai media untuk Antara, P. A. (2015). Pengembangan Bakat Seni
meningkatkan dasar-dasar musikalitas khususnya Anak pada Taman Kanak-Kanak. JIV-Jurnal
dalam penekanan titilaras dan laya; 2) Pemilihan Ilmiah Visi, 10(1), 29–34. https://doi.
metode latihan (drill) yang menjadikan suasana org/10.21009/jiv.1001.4
belajar menjadi lebih kondusif. Bramantyo, T., & Tjaroko, W. S. (2022). Lagu
Dolanan dalam Permainan Tradisional sebagai
Kesimpulan Strategi Inovasi Pendidikan Sendratasik.
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 22(3),
Metode pembelajaran yang diterapkan 137–145. https://doi.org/10.24821/resital.
memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan v22i3.6823
kompetensinya berdasarkan penguasaan dan Budiman, A., Sabaria, R., & Purnomo, P. (2020).
pemahaman materi yang relevan dan praktik Model Pelatihan Tari: Penguatan Kompetensi
dengan kompetensi yang relevan. Demikian Pedagogik & Profesionalisme Guru. Panggung,
pula hasil uji coba kelompok dan uji lapangan 30(4), 532–548. https://doi.org/10.26742/
menunjukkan bahwa upaya belajar mahasiswa dapat panggung.v30i4.1370
ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan Irawati, Eli. (2019). Transmission of Kelentangan
tujuan yang diharapkan dari kompetisi, sehingga Music Among the Dayak Benuaq of East
diperlukan metode atau strategi pembelajaran Kalimantan in Indonesia. Malaysian Journal
yang kondusif. Terdapat pengaruh yang signifikan of Music, 8 (1), 108-121. https://doi.org/
terhadap penerapan metode latihan (drill) sebagai 10.37134/mjm.vol8.7.2019.
penanamanan dasar-dasaar musikalitas yang telah Irawati, Eli. (2020). Transmisi, Musik Lokal-
dilaksanakan di progam studi seni karawitan Tradisional, dan Musik Populer. Panggung,
Akademi Seni Mangkunegaran Surakarta semester 30(3), 392–410. https://doi.org/10.26742/
II tahun ajaran 2020/2021. Peningkatan ini panggung.v30i3.893

157
Wahyudiono, Mulyanto & Supriyadi, Tembang Macapat Sebagai Metode Penanaman Dasar Musikal

Irawati, Eli. (2021). The Transmission of Resilience Tambusai, 4, 463–468. https://www.jptam.


Learning in the Context of Formal Education org/index.php/jptam/article/view/484
an Ethnomusicological Review. Linguistics and Rahardjo, M. (2017). Studi Kasus Dalam Penelitian
Culture Review, 5 (S3), 1040-1053. https:// Kualitatif: Konsep dan Prosedurnya. Malang:
doi.org/10.21744/lingcure.v5nS3.1664 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Press.
Kirom, A. (2017). Peran Guru dan Peserta Didik http://repository.uin-malang.ac.id//1104/
Dalam Proses Pembelajaran. Al Murabbi, 3(1), Raharja, B. (2021). Tembang Anak Jawa Sebagai
69–80. http://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index. Media Pembelajaran Membaca. Resital: Jurnal
php/pai/article/view/893 Seni Pertunjukan, 22(2), 80–88. https://doi.
Lefudin. (2014). Belajar dan Pembelajaran org/10.24821/resital.v22i2.5935
Dilengkapi dengan Model Pembelajaran, Strategi Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif Ahmad
Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran dan Rijali UIN Antasari Banjarmasin. 17(33), 81–
Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish. 95. http:// dx.doi.org//10.18592/alhadharah.
ISBN 978-602-280-354-6. v17i33.2374
Maimunah, M. (2016). Metode Penggunaan Media Rosmiati, A. (2014). Teknik Stimulasi dalam
Pembelajaran. Al-Afkar : Jurnal Keislaman & Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Peradaban, 5(1). https://doi.org/10.28944/ melalui Lirik Lagu Dolanan. Resital: Jurnal
afkar.v5i1.107 Seni Pertunjukan, 15(1), 71–82. https://doi.
Moleong, L. J. (2018). Metodologi Penelitian org/10.24821/resital.v15i1.801
Kualitatif Edisi Revisi (Cetakan-38). Bandung: Setyawati, T., Permanasari, A. T., & Yuniarti,
PT. Remaja Rosdakarya. ISBN 979-514-051- T. C. E. (2017). MENINGKATKAN
5 KECERDASAN MUSIKAL MELALUI
Mudiasih, N. W., & Widyarto, R. (2022). BERMAIN ALAT MUSIK ANGKLUNG
Pembelajaran Legong Kuntir Berbasis (Penelitian Tindakan Pada Anak Kelompok
E-Book. Panggung, 31(4), 518–526. https:// B Usia 5-6 Tahun di TK Negeri Pembina
doi.org/10.26742/panggung.v31i4.1910 Kota Serang-Banten). Jurnal Pendidikan
Muhidin, A., Al Faruq, U., & Aden. (2018). Dan Kajian Seni, 2(1), 63–77. https://doi.
Booklet Rps & Modul: Manual Dan Prosedur org/10.30870/jpks.v2i1.2503.
Penyusunan & Penerbitan Modul Ajar. Sudira, I. N., Suhandana, A., & Marhaeni, A. A.
Tangerang: UNPAM Press.ISBN 978-602- I. N. (2013). Pengaruh Metode Pembelajaran
5867-20-0 Drill Terhadap Prestasi Belajar Seni Tari
Nasution, M. K. (2017). Penggunaan metode Ditinjau Dari Kreativitas Pada Siswa Kelas
pembelajaran dalam peningkatan hasil belajar X Smk Negeri 3 Sukawati. E-Journal Program
siswa. STUDIA DIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha,
Bidang Pendidikan, 11(1), 9–16. http:// 4(3), 11. https://ejournal-pasca.undiksha.
www.jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/ ac.id/index.php/jurnal
studiadidaktika/article/view/515 Sulaki, M. J. E., Hamdani, A., & Noor, R. A.
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar M. (2019). Pengaruh Persepsi Peserta Didik
dan Pembelajaran. FITRAH:Jurnal Kajian Tentang Kompetensi Kepribadian Guru
Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333. https://doi. Terhadap Motivasi Belajar Siswa Smk.
org/10.24952/fitrah.v3i2.945 Journal of Mechanical Engineering Education,
Putra, S. R. (2013). Panduan Pendidikan Berbasis 5(2), 212. https://doi.org/10.17509/jmee.
Bakat Siswa. Yogyakarat: Diva Press. ISBN v5i2.15190
978-602-796-802-8 Sundari, Y., & Rachmaningsih, I. (2015). Model
Putri, P. A., & Ismet, S. (2020). Efektivitas Pembelajaran Post-Method Pedagogy
Permainan Perkusi Kastanyet Terhadap Mahasiswa Perguruan Tinggi Seni Pada Mata
Kecerdasan Musikal Anak. Jurnal Pendidikan Kuliah Bahasa Inggris. Panggung, 25(2), 112–

158
Vol. 23 No. 3, Desember 2022

120. https://doi.org/10.26742/panggung. 17086-7-3


v25i2.2 Widiastuti, U. (2022). Pembelajaran Seni Musik
Widayati, S., Widijati, U., & Nunung. (2008). Berbasis Etnis Simalungun Dalam Aplikasi
Mengoptilmalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Website. Panggung, 32(1), 65–78. https://doi.
Anak. Yogyakarta: Luna Publisher. ISBN 979- org/10.26742/panggung.v32i1.1741

159

You might also like