You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328769941

PEMBERIAN INISIASI MENYUSU DINI PADA BAYI BARU LAHIR

Article in Jurnal Kesehatan Manarang · December 2016


DOI: 10.33490/jkm.v2i2.19

CITATIONS READS

12 12,121

3 authors, including:

Arlin Adam Andi Alim


Universitas Pejuang Republik Indonesia Universitas Pejuang Republik Indonesia
309 PUBLICATIONS 188 CITATIONS 169 PUBLICATIONS 145 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Andi Alim on 06 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

PEMBERIAN INISIASI MENYUSU DINI PADA BAYI BARU LAHIR

Arlin Adam1, Andi Alim2, Novi Purnama Sari3


1
Dosen Jurusan Promkes FKM UPRI Makasar
2
Dosen Jurusan Gizi Kesmas FKM UPRI Makasar
3
Fakultas Kesehatan Masyarakat UPRI Makassar

ABSTRACT

Provision of Early Initiation of Breastfeeding (IMD) to newborns in Indonesia is still


relatively more low. Early Initiation of Breastfeeding can increase potential success of exclusive
breastfeeding for 6 months. Found 40% of infant deaths occur in the first month of life. The infant
mortality can be reduced by up to 22% with action of Early Initiation Breastfeeding. This study aimed
to analyze the influence of knowledge, support health, and social culture of the provision of Early
Initiation of Breastfeeding newborn. This research was conducted at the General Hospital of Makassar
to the entire population that has been doing deliveries, with a total sample of 100 respondents.
Research shows that there is a relationship between the mother's knowledge by giving Early Initiation
of Breastfeeding (p = 0.000). There is a relationship between support services to the administration of
Early Initiation of Breast feeding (p = 0.000). There was no relationship between the social and
cultural perspectives giving Early Initiation of Breastfeeding (p = 1,000). Enough knowledge about the
provision of Early Initiation of Breastfeeding is a need for being able to reduce infant mortality.
Health workers support the Early Initiation of Breastfeeding is an appropriate step to encourage
mothers to give Early Initiation of Breastfeeding. Social effects of culture against early initiation of
breastfeeding sometimes become an obstacle to the provision of Early Initiation of Breastfeeding.

Keyword: IMD, Knowledge, Service Support, Social Cultural.

PENDAHULUAN eksklusif meningkat menjadi 77,18%


Berdasarkan penelitian WHO (World (Kusumawati, 2013).
Health Organization) tahun 2013, di enam Inisiasi Menyusu Dini atau Permulaan
negara berkembang resiko kematian bayi antara Menyusu Dini adalah bayi mulai menyusu
usia 9 – 12 bulan meningkat 40% jika bayi sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi
tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia manusia juga seperti mamalia lain mempunyai
dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan
menjadi 48% sekitar 40% kematian balita dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya,
terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. setidaknya selama satu jam segera setelah lahir.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi Cara melakukan inisiasi menyusu dini ini
22% kematian bayi 28 hari, berarti inisiasi dinamakan the breast crawl atau merangkak
menyusu dini (IMD) mengurangi kematian mencari payudara sendiri (Irawan, 2013).
balita 8,8%. Namun, di Indonesia hanya 8% ibu Pada hari pertama sebenarnya bayi
yang memberikan ASI eksklusif kepada belum memerlukan cairan atau makanan, tetapi
bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4% pada usia 30 menit harus di susukan pada
bayi disusui ibunya dalam waktu satu jam ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi tetapi
pertama setelah kelahirannya. Padahal sekitar untuk belajar menyusu atau membiasakan
21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah menghisap puting susu dan juga guna
28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi
pemberian ASI pada satu jam pertama setelah ASI. Apabila bayi tidak menghisap puting susu
lahir. pada setengah jam setelah persalinan, Prolaktin
Angka kematian bayi dan balita di (hormon pembuat ASI) akan turun dan sulit
Sulawesi Selatan dapat digambarkan, antara merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan
lain persentase cakupan pemberian ASI keluar pada hari ketiga atau lebih dan
eksklusif (57,48% pada tahun 2013 dan 57,05% memperlambat pengeluaran kolostrum (Roesli,
pada tahun 2014) dan lain-lain. Untuk data 2010).
tahun 2013 persentase, cakupan pemberian ASI Manfaat Inisiasi Menyusu Dini, bayi
dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stres,

76 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

pernafasan dan detak jantung lebih stabil, Keberhasilan pembangunan nasional


dikarenakan oleh kontak antara kulit ibu dan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
bayi. Sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada sumber daya manusia yang berkualitas.
puting susu ibu akan merangsang pengeluaran Kekurangan gizi yang terjadi pada individu
hormon oxytosin yang menyebabkan rahim dapat merusak kualitas sumber daya manusia.
berkontraksi sehingga mengurangi perdarahaan Kejadian kekurangan gizi sering terluput dari
ibu dan membantu pelepasan plasenta. Bayi pengamatan biasa, akan tetapi secara perlahan
juga akan terlatih motoriknya saat menyusu, dapat berakibat pada tingginya angka kematian
sehingga mengurangi kesulitan posisi menyusu ibu, angka kematian bayi, angka kematian
dan mempererat hubungan ikatan ibu dan anak balita serta rendahnya umur harapan hidup
(JNKPK-KR, 2013). (Kusumawati, 2013). Berdasarkan latar
Dengan adanya upaya kesehatan ibu belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
bersalin maka peran tenaga kesehatan sangatlah meneliti tentang hubungan pemberian inisiasi
penting, karena bisa memberikan keyakinan menyusu dini pada bayi baru lahir diruang
dan kepercayaan kepada ibu bersalin. Tenaga bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kota
kesehatan akan sangat berpengaruh dalam Makassar.
pelaksanaan IMD yang dilakukan sesaat setelah
bayi lahir (Notoatmodjo 2010). METODE
Edukasi sangat berpengaruh terhadap Jenis Penelitian
perubahan pengetahuan. Perilaku menyusui Penelitian ini merupakan observasi analitik
bayi sendiri dianggap sebagian orang sebagai yaitu penelitian yang menjelaskan adanya
tingkah laku yang tradisional. Pengetahuan ibu hubungan antara variabel melalui pengujian
tentang IMD sangat penting. Banyak ibu tidak hipotesa. Sedangkan waktu penelitian dengan
mengetahui tentang manfaat IMD. Seringkali metode survey dan wawancara dengan
para ibu memiliki pemahaman yang tidak kuesioner. Berdasarkan waktu penelitian adalah
benar, misalnya tidak perlu meneteki bayi potong lintang (cross sectional) karena
karena ASI belum keluar atau karena air susu mempelajari korelasi antar variabel sebab
yang keluar pertamakali dan berwarna kuning dengan akibat.
adalah kotoran dan basi. Hal lainya yang
membuat pemberian ASI tertunda misalnya ibu Waktu dan Lokasi Penelitian
merasa haus dan perlu istirahat dulu kerena Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum
lelah, masih merasa sakit, atau menganggap Daerah Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
bayi perlu dimandikan terlebih dahulu dimulai pada tanggal 25 April sampai dengan
(Notoatmodjo 2010). 24 Juni tahun 2016
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif
kepada bayi sampai umur enam bulan Populasi dan Sampel
bergantung pada keberhasilan praktik inisiasi Populasi dalam penelitian ini adalah
menyusu dini, juga sangat bergantung pada seluruh ibu yang telah melahirkan pervaginam
factor social. Peran faktor sosial budaya adalah dengan bayi sehat yang ada di Rumah Sakit
dalam membentuk, mengatur, dan Umum Daerah Kota Makassar yang berjumlah
mempengaruhi tindakan dan kegiatan dalam 135 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
pemberian ASI. Adakalanya faktor sosial sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
budaya dapat mendukung pemberian ASI atau yang diteliti dan dianggap mewakili, dalam
sebaliknya adakalah faktor social budaya penelitian ini adalah semua ibu bersalin
menghindari pemberian ASI. pervaginam dengan bayi sehat di Rumah Sakit
Upaya meningkatkan pemberian ASI Umum Daerah Kota Makassar.
sedini mungkin di Indonesia hingga saat ini Besar sampel yang diambil dengan
masih banyak menemui kendala. Permasalahan menggunakan rumus:
yang utama adalah faktor kurangnya
pengetahuan, sosial budaya, kesadaran akan N . Z2 . p . q
pentingnya ASI untuk kesehatan anak, n =
d . (N-1) + Z2 . p . q
2

pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan


yang belum sepenuhnya mendukung program Diperoleh besar sampel sebanyak 100 orang.
peningkatan penggunaan ASI. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
simple random sampling.

77 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

Teknik Pengumpulan Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan


Teknik pengumpulan data yang digunakan Uji Chi-Square (X2) dengan tingkat signifikasi
adalah kuesioner dan observasi. Kuesioner alfa (α = 0,05), taraf kepercayaan 95% dan
adalah suatu daftar pertanyaan yang dibutuhkan derajat kepercayaan df = 1.
dari masing-masing responden yang menjadi
sampel sebanyak ibu yang bersalin. Observasi Penyajian Data
adalah penelitian awal atau pra penelitian Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk
dengan maksud untuk mengidentifikasi tabel kemudian dinarasikan dengan
berbagai permasalahan-permasalahan yang ada menggunakan program Microsoft excel dan
dilapangan yang ada relevansinya dengan Microsoft word.
penelitian ini.
Analisa data HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Makassar

Variabel penelitian n % Variabel Penelitian n %


Umur Tingkat Pendidikan
26 – 30 42 42 Akademi/S1 6 6
21 – 25 39 39 SLTA 52 52
18 – 20 15 15 SLTP 37 37
31 – 35 3 3 SD 3 3
>35 1 1 Tidak Sekolah 2 2
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Pemberian IMD Pengetahuan
Tidak Dilakukan 81 81 Kurang 77 77
Dilakukan 19 19 Cukup 23 23
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Dukungan Tenaga Kesehatan Sosial Budaya
Tidak 76 76 Tidak Percaya 68 68
Ya 24 24 Percaya 32 32
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 1, distribusi respoden (23%) dan responden yang memiliki


responden berdasarkan umur yaitu pada umur pengetahuan kurang lebih kecil yaitu 77
26-30 sebanyak 42 responden (42%), responden (77%). Berdasarkan dukungan
sedangkan pada umur 21 – 25 sebanyak 39 tenaga kesehatan, sebanyak 76 responden
responden (39%) dan pada umur 18 – 20 (76%) tidak mendapatkan dukungan tenaga
sebanyak 15 responden (15%). Distribusi kesehatan, sedangkan sebanyak 24 responden
responden berdasarkan tingkat pendidikan (24%) mendapatkan dukungan tenaga
responden yaitu 52 responden (52%) kesehatan. Berdasarkan sosial budaya terdapat
mengenyam pendidikan SLTA, sebanyak 3 68 responden (68%) tidak percaya, sedangkan
responden (37%) mengenyam pendidikan sebanyak 32 responden (32%) percaya.
SLTP, pada tingkat Akademi/S1 Sebanyak 6
responden (6%), yang tingkat pendidikan Hasil Analisa Hubungan Variabel
sekolah dasar sebanyak 3 responden (3%) dan Berdasarkan Tabel. 2 menunjukkan
yang tidak bersekolah 2 responden (2%). hubungan pengetahuan ibu dengan Inisiasi
Berdasarkan dari pemberian Inisiasi Menyusu Dini. Responden dengan pengetahuan
Menyusu Dini sebanyak 81 responden (81%) cukup namun tidak memberikan Inisiasi
tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini, Menyusu Dini sebesar 8 (34,78%) serta yang
sedangkan 19 responden (19%) melakukan memberikan Inisiasi Menyusu Dini sebanyak
Inisiasi Menyusu Dini. Responden yang 15 (65,22%), sedangkan yang memiliki
memiliki pengetahuan yang cukup tentang IMD pengetahuan kurang dan tidak memberikan
(Inisiasi Menyusu Dini) adalah sebanyak 23 Inisiasi Menyusu Dini sebanyak 73 (94,81%)

78 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

dan yang memberikan Inisiasi Menyusu Dini hal ini berarti bahwa Ha diterima dan Ho
sebanyak 4 (5,19%). Berdasarkan hasil uji ditolak atau ada hubungan antara pengetahuan
statistik diperoleh nilai p = 0. 000 < α = 0,05, ibu dengan Inisiasi Menyusu Dini.

Tabel 2. Hubungan Pengetahuan Ibu, Dukungan Tenaga Kesehatan dan Sosial


Budaya dengan Inisiasi Menyusu Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah
Makassar

Inisiasi Menyusu Dini


Tidak Total
Variabel Penelitian Dilakukan p
dilakukan
n % n % n %
Pengetahuan
Kurang 73 94,81 4 5,19 77 100
0, 000
Cukup 8 34,78 15 65,22 23 100
Total 81 81,00 19 19,00 100 100
Dukungan Tenaga Kesehatan
Tidak 72 94,74 4 5,26 76 100
0,000
Ya 9 37,50 15 62,50 24 100
Total 81 81,00 19 19,00 100 100
Sosial Budaya
Percaya 26 81,25 6 18,75 32 100
1,000
Tidak Percaya 55 80,88 13 19,12 68 100
Total 81 81,00 19 19,00 100 100

Responden yang tidak mendapatkan PEMBAHASAN


dukungan tenaga kesehatan dan tidak Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian
memberikan IMD sebesar 72 (94,74%) dan Inisiasi Menyusu Dini
memberikan Inisiasi Menyusu Dini sebesar 4 Dari hasil penelitian yang telah
(5,26%) sedangkan yang mendapat dukungan dilakukan bahwa pengetahuan ibu mengenai
tenaga kesehatan dan tidak memberikan IMD Inisiasi Menyusu Dini menunjukkan nilai yang
sebesar 9 (37,50%) dan memberikan IMD kurang, hal tersebut mempengaruhi pada
sebesar 15 (62,50%). Berdasarkan hasil uji pemberian Inisiasi Menyusu Dini pada bayi
statistic diperoleh nilai p = 0,000 < α = 0,05, hal yang baru saja melewati masa bersalin. Inisiasi
ini berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak menyusu dini merupakan tahapan awal dimana
atau adanya hubungan antara dukungan tenaga bayi yang telah melewati masa bersalin akan
kesehatan dengan pemberian inisiasi menyusu mengenal asupan berupa air susu ibu.
dini. pemberian inisiasi menyusu dini juga dapat
Responden yang tidak percaya dan memberikan cakupan gizi yang besar bagi bayi,
tidak melakukan Inisiasi Menyusu adalah dikarenakan kandungan air susu pada payudara
sebesar 55 (80,88%) dan yang melakukan ibu yang pertama kali keluar adalah kolostrum
Inisiasi Menyusu Dini adalah sebesar 13 yang sangat bermanfaat bagi bayi khususnya
(19,12%) sedangkan responden yang percaya sebagai pembentukan imunitas tubuh bayi.
dan tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini Kurangnya pengetahuan ibu tentu akan
adalah sebesar 26 (81,25%) dan yang mempengaruhi tindakan ibu untuk memberikan
melakukan Inisiasi Menyusu Dini adalah Inisiasi Menyusu Dini. Hal ini terjadi karena
sebesar 6 (18,75%). Berdasarkan hasil uji semakin tinggi pengetahuan akan semakin
statistic diperoleh nilai p = 1, 000 > α = 0,05, mudah juga untuk memberikan informasi dan
hal ini berarti bahwa Ho diterima dan Ha mengarahkan ibu untuk memberikan IMD.
ditolak atau tidak adanya hubungan antara Pengetahuan adalah pola yang telah
sosial budaya dengan pemberian inisiasi tersusun secara sistematis melalui pengalaman
menyusu dini. indrawi yang tertanam dalam ingatan setiap
orang. pengetahuan harusnya membentuk pola

79 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

perilaku dimana seseorang dapat bertindak itu, keterampilan dalam menerapkan tatalaksana
dengan memikirkan aspek positif dan negatif Inisiasi Menyusu Dini dengan benar memang
yang ada. terbentuknya pengetahuan pada sudah menjadi hal yang mutlak yang harus
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dimana dimiliki oleh petugas kesehatan yang menolong
pada wilayah tersebut senantiasa membahas persalinan. Ibu maupun suami yang
atau membicarakan argument yang menyangkut mendampingi akan mengikuti apa saja yang
pada pola pengetahuan itu sendiri. disarankan dan dilakukan oleh petugas
Penelitian yang sejalan dijelaskan oleh kesehatan pada saat persalinan. Apabila petugas
Winda (2003), dimana dalam pembahasannya kesehatan tidak terampil dalam penerapan
menjelaskan bahwa semakin tinggi langkah-langkah dalam IMD maka
pengetahuan maka semakin tinggi pula kemungkinan besar Inisiasi Menyusu Dini akan
kesadaran atau tindakan yang dilakukan, gagal dilaksanakan pasca persalinan.
sebaliknya jika pengetahuan rendah maka akan Kendala utama yang ditemukan di
berpengaruh pada tidak maksimalnya lapangan yang berhubungan dengan
pemberian Inisiasi Menyusu Dini. pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini antara lain,
Berbeda dengan penelitian yang belum optimalnya komitmen Rumah Sakit dan
dilakukan oleh Ansar Said (2005) tidak ada penolong persalinan untuk selalu melakukan
hubugan yang terjadi, jika pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir,
menunjukkan nilai cukup maka ibu akan gempuran promosi susu formula dengan iming-
memberikan Inisiasi Menyusu Dini. bisa jadi iming bonus yang begitu besar kepada petugas
ibu yang memiliki pengetahuan cukup tidak kesehatan. Faktor ibu bersalin juga berperan
melakukan Inisiasi Menyusu Dini disebabkan pada kegagalan Inisiasi Menyusu Dini antara
oleh aktifitas kerja yang sangat padat atau ada lain rendahnya pengetahuan ibu tentang Inisiasi
hal lain yang menyebabkan sehingga ibu tidak Menyusu dini. Oleh karena itu diharapkan
memberikan Inisiasi Menyusu Dini. petugas kesehatan lebih bijak dalam
memberikan penyuluhan dan pengarahan
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan tentang IMD jangan malah petugas kesehatan
dengan Pemberian Inisiasi Menyusu Dini sendiri yang memotivasi ibu untuk memberikan
Dari hasil penelitian ini menunjukan susu formula.
bahwa sebagian besar responden yang tidak Hasil penelitian di atas sejalan dengan
mendapatkan dukungan petugas kesehatan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarigan
terkait pelaksanaan inisiasi menyusu dini tidak (2012), bahwa dukungan tenaga kesehatan yang
melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini. menolong persalinan sebagai faktor
Sedangkan pada responden yang mendapatkan penguatuntuk pemberian ASI Eksklusif kepada
dukungan tenaga kesehatan sebagian besar bayi. Juga penelitian yang dilakukan oleh Ratri
melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini. Penelitian (2000), bahwa ada hubungan bermakna antara
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pemberian ASI pertama kali dengan pemberian
oleh yendra (2011), Suhartatik dkk (2013) yang nasehat ASI yang diterimasaat pemeriksaan
menyatakan bahwa ada hubungan yang kehamilan. Ibu yang menerima nasehat tentang
signifikan antara dukungan tenaga kesehatan ASI memiliki rata-rata pemberian ASI pertama
dengan pemberian Inisiasi Menyusu Dini. kali paling cepat yaitu 26, 25 jam setelah lahir.
Petugas kesahatan penolong persalinan
merupakan kunci utama keberhasilan IMD Hubungan Sosial Budaya dengan Pemberian
karena dalam waktu tersebut peran dan Inisiasi Menyusu Dini
dukungan penolong persalinan masih sangat Dari hasil penelitian yang telah
dominan. Apabila penolong persalinan dilakukan terkait dengan pengaruh sosial
memfasilitasi ibu untuk segera memeluk budaya yang terjadi terhadap pemberian Inisiasi
bayinya maka interaksi ibu dan bayi diharapkan Menyusu Dini bahwa masyararakat tidak
segera terjadi. Dengan pelaksanaan IMD, ibu terpengaruh akan hal tersebut. Pada umumnya
semakin percaya diri untuk tetap memberikan masyarakat saat ini tidak terpengaruh lagi oleh
ASInya sehingga tidak merasa perlu untuk adanya sosial budaya yang mengatakan tentang
memberikan makanan atau minuman kepada mitologi mengenai Inisiasi Menyusu Dini.
bayinya dan bayi akan merasa nyaman Masyarakat lebih cenderung berfikir modern
menempel pada payudara ibu dan tenang dalam dan tidak mempermasalahkan lagi larangan-
pelukan ibu segera setelah lahir. Oleh karena

80 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

larangan yang menjadi penghambat dalam kebiasaan atau social budaya yang tidak
pemberian inisiasi menyusu dini. mendukung pemberian IMD diubah dengan
Pada dasarnya sosial budaya akan adanya pengetahuan, karena sosial budaya yang
mempengaruhi susunan struktur di masyarakat ada dimasyarakat tentang Pemberian ASI
itu sendiri, dikarenakan segala aspek yang ada seperti ASI yang pertama kali keluar di adalah
diwilayah tersebut akan terserap secara sendiri kotoran namun ASI yang pertama keluar atau
sehingga akan di adopsi oleh masyarakat itu yang biasa disebut kolostrum adalah ASI yang
secara turun menurun. Mengubah dari suatu paling baik karena kandungan kolostrumnya.
sosial budaya tentang IMD di masyarakat Kolostrum ini akan keluar hingga hari
khusunya pada ibu untuk melakukan IMD kelima/tujuh. kolostrum ini mengandung zat
dengan memberikan pendidikan non formal putih telur (protein) yang kadarnya tinggi
seperti penyuluhan tenaga kesehatan pada ibu terutama kandungan zat anti infeksi/ daya tahan
hamil atau pada ibu yang melahirkan tentang tubuh. Sedangkan kadar laktosa dan lemaknya
manfaat IMD, secara bertahap akan mengubah rendah sehingga mudah dicerna. Jadi bila
kepercayaan ibu menyusui atau ibu hamil kolostrum berwarna jernih kekuningan ini
tentang IMD. dibuang, bayi tidak atau kurang mendapatkan
Meskipun ASI sangat penting zat-zat yang melindungi dari infeksi.
peranannya bagi bayi, sang ibu tidak begitu saja Walaupun pada masyarakat tradisional
bias menyusui terutama bagi mereka yang pemberian ASI bukan merupakan permasalahan
tinggal di daerah desa, pinggir kota, atau yang besar karena pada umumnya ibu
pedalaman, dimana informasi tentang asi dan memberikan bayinya ASI, namun permasalahan
menyusui tidak bias diankses begitu saja. adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai
Kalaupun ada informasi yang benar masih dengan konsep medis sehingga menimbulkan
harus berhadapan dengan berbagai mitos yang dampak negatif pada kesehatan dan
berkembang dimasyarakat tentang ASI dan ibu pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian
menyusui. Mitos-mitos tersebut telah ASI yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal
berkembang sekian lama, diwariskan secara ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap
turun-temurun, dan sebagian besar tidak bisa makanan yang di komsumsi si ibu baik pada
dibuktikan kebenarannya bahkan cenderung saat hamil maupun sesudah melahirkan.
menyesatkan. Salah satu mitos yang terjadi Sebagai contoh, pada masyarakat tanjung pura
dimasyarakat yaitu ASI bias merusak kulit bayi, ibu yang menyusui pantang untuk
karena anggapan ini telah masyarakat, sang ibu mengkonsumsi bayam, ikan laut, atau sayur
yang mendapati kulit bayinya terkena ASI akan nangka.
buru-buru menjilatnya atau membersikannya Pada beberapa masyarakat tradisional
dengan apa saja yang ada di dekatnya. Jika Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya
terlambat diyakini akan membuat kulit bayi yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan
memerah, dan bayi akan merasa gatal/panas. pola pemberian makanan pada bayi yang
Jika dibersikan untuk tujuan menjaga berbeda dengan konsepsi kesehatan yang
kebersihan tentu hal ini dianjurkan. Bias moderen. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
dilakukan dengan menggunakan kapas yang Muchtar Ali (2004) menyebutkan bahwa saat
dibasahi air hangat. Tapi bila karena ketakutan ini masyarakat telah berfikir modern sehingga
kulit bayinya akan rusak, itu adalah anggapan pengaruh sosial budaya dapat di filter
yang keliru. ASI tidak akan merusak kulit. pada sedemikian rupa.
bayi memang ada penyakit kulit yang disebut
atopic dermatitis atau sering disebut milk KESIMPULAN
dermatitis. Biasanya mneyerang daerah pipi, Terdapat hubungan yang signifikan
tapi penyebabnya bukanlah ASI atau hasil antara pengetahuan ibu dengan pemberian
kontak kulit dengan susu. Kemungkinan besar IMD. Terdapat hubungan yang signifikan
hal ini terjadi karena sebelumnya memang antara dukungan petugas kesehatan dengan
sudah ada kelainan kulit pada bayi tersebut. pemberian IMD. Tidak ada hubungan antara
Sosial budaya yang mendukung sosial budaya dengan IMD.
pemberian IMD dapat dipengaruhi oleh Disarankan pada ibu yang memiliki
pengetahuan, karena kebiasaan dalam konteks pengetahuan kurang agar sesering mungkin
ini adalah kebiasaan ibu meyusui bayi untuk mencari informasi mengenai IMD, ibu
dipengaruhi oleh pengetahuan. Kebiasaan- juga harus senantiasa aktif untuk menanyakan

81 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

pada ahli yang mengetahui tentang manfaat Ratri, C. (2000). Faktor-Faktor yang
IMD. Jika hal tersebut dilakukan maka secara Berhubungan dengan Pemberian ASI
otomatis ibu akan memberikan IMD kepada Pertama Kali di Purwakarta Jawa Barat
bayinya. tahun 1998 (Analisa Data Sekunder
Bagi Petugas layanan kesehatan Pengembangan Survei Cepat Untuk
seharusnya lebih aktif dalam memberikan Menilai Kualitas Pelayanan KIA di DT
informasi mengenai IMD, disamping itu hal II). Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan
yang sangat penting harus dilakukan adalah Masyarakat Universitas Indonesia.
petugas harus mendukung Inisiasi Menyusu Roesli U. (2010). Inisiasi Menyusui Dini plus
Dini pada ibu. Bagi Ibu yang masih terpengaruh ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
demgan nilai-nilai sosial budaya agar dapat Suhartatik, dkk. (2013). Faktor-faktor yang
lebih dewasa dalam menyikapi segala aspek berhubungan dengan pelaksanaan
yang dapat menghambat pemberian IMD. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di rumah
Bersalinn Srikandi Kota Kendari. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 Hal 1-7.
Ali Muchtar. (2004). Pengembangan Berpikir STIKES Nani Hasanuddin. Makassar.
dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Gelar Diakses Tanggal 4 Juli 2016.
Pustaka Mandiri. Bandung. Taringan, I. (2012). Pengetahuan dan Sikap
Irawan. (2013). Inisiasi Menyusui Dini Perilaku Ibu Dan Bayi Terhadap
Tertunda Meningkatkan Resiko Pemberian ASI Ekslusif (Knowledge,
Kematian Neonatal (jurnal) vol 117 No Attitude and Behavior of The Mother of
31 hal E380-e386. The Baby To The Breast Feeding
JNPK-KR. (2013). Pelatihan Asuhan Exclusively). Jakarta: Pusat Humaniora,
Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan
Dini. Jakarta. Masyarakat, Badan Penelitian Dan
Kusumawati, Anita. (2013). Hubungan Antara Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Pengetahuan Ibu Tentang Imd Dengan Keseharan RI.
sikap Inisiasi Menyusu Dini Di Rb Yendra. (2011). Hubungan Dukungan Sosial
Harapan Bunda Pajang Surakarta Tahun dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui
2010. Surakarta: Program Studi Diploma Dini di Wilyah Kerja Puskesmas Lubuk
IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret. Buaya Kota Padang Tahun 2011,
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Skripsi, Fakultas Keperawatan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta; Universitas Andalas. Diakses Tanggal 4
PT. Rineka Cipta. Juli 2016.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi WHO (World Health Organization). (2013).
Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Bresasfeeding. C2013: cited 4 Juli 2016.
Cipta.

82 Jurnal Kesehatan MANARANG

View publication stats

You might also like