Professional Documents
Culture Documents
Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada Bayi Baru Lahir
Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada Bayi Baru Lahir
net/publication/328769941
CITATIONS READS
12 12,121
3 authors, including:
All content following this page was uploaded by Andi Alim on 06 November 2018.
ABSTRACT
dan yang memberikan Inisiasi Menyusu Dini hal ini berarti bahwa Ha diterima dan Ho
sebanyak 4 (5,19%). Berdasarkan hasil uji ditolak atau ada hubungan antara pengetahuan
statistik diperoleh nilai p = 0. 000 < α = 0,05, ibu dengan Inisiasi Menyusu Dini.
perilaku dimana seseorang dapat bertindak itu, keterampilan dalam menerapkan tatalaksana
dengan memikirkan aspek positif dan negatif Inisiasi Menyusu Dini dengan benar memang
yang ada. terbentuknya pengetahuan pada sudah menjadi hal yang mutlak yang harus
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dimana dimiliki oleh petugas kesehatan yang menolong
pada wilayah tersebut senantiasa membahas persalinan. Ibu maupun suami yang
atau membicarakan argument yang menyangkut mendampingi akan mengikuti apa saja yang
pada pola pengetahuan itu sendiri. disarankan dan dilakukan oleh petugas
Penelitian yang sejalan dijelaskan oleh kesehatan pada saat persalinan. Apabila petugas
Winda (2003), dimana dalam pembahasannya kesehatan tidak terampil dalam penerapan
menjelaskan bahwa semakin tinggi langkah-langkah dalam IMD maka
pengetahuan maka semakin tinggi pula kemungkinan besar Inisiasi Menyusu Dini akan
kesadaran atau tindakan yang dilakukan, gagal dilaksanakan pasca persalinan.
sebaliknya jika pengetahuan rendah maka akan Kendala utama yang ditemukan di
berpengaruh pada tidak maksimalnya lapangan yang berhubungan dengan
pemberian Inisiasi Menyusu Dini. pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini antara lain,
Berbeda dengan penelitian yang belum optimalnya komitmen Rumah Sakit dan
dilakukan oleh Ansar Said (2005) tidak ada penolong persalinan untuk selalu melakukan
hubugan yang terjadi, jika pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir,
menunjukkan nilai cukup maka ibu akan gempuran promosi susu formula dengan iming-
memberikan Inisiasi Menyusu Dini. bisa jadi iming bonus yang begitu besar kepada petugas
ibu yang memiliki pengetahuan cukup tidak kesehatan. Faktor ibu bersalin juga berperan
melakukan Inisiasi Menyusu Dini disebabkan pada kegagalan Inisiasi Menyusu Dini antara
oleh aktifitas kerja yang sangat padat atau ada lain rendahnya pengetahuan ibu tentang Inisiasi
hal lain yang menyebabkan sehingga ibu tidak Menyusu dini. Oleh karena itu diharapkan
memberikan Inisiasi Menyusu Dini. petugas kesehatan lebih bijak dalam
memberikan penyuluhan dan pengarahan
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan tentang IMD jangan malah petugas kesehatan
dengan Pemberian Inisiasi Menyusu Dini sendiri yang memotivasi ibu untuk memberikan
Dari hasil penelitian ini menunjukan susu formula.
bahwa sebagian besar responden yang tidak Hasil penelitian di atas sejalan dengan
mendapatkan dukungan petugas kesehatan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarigan
terkait pelaksanaan inisiasi menyusu dini tidak (2012), bahwa dukungan tenaga kesehatan yang
melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini. menolong persalinan sebagai faktor
Sedangkan pada responden yang mendapatkan penguatuntuk pemberian ASI Eksklusif kepada
dukungan tenaga kesehatan sebagian besar bayi. Juga penelitian yang dilakukan oleh Ratri
melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini. Penelitian (2000), bahwa ada hubungan bermakna antara
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pemberian ASI pertama kali dengan pemberian
oleh yendra (2011), Suhartatik dkk (2013) yang nasehat ASI yang diterimasaat pemeriksaan
menyatakan bahwa ada hubungan yang kehamilan. Ibu yang menerima nasehat tentang
signifikan antara dukungan tenaga kesehatan ASI memiliki rata-rata pemberian ASI pertama
dengan pemberian Inisiasi Menyusu Dini. kali paling cepat yaitu 26, 25 jam setelah lahir.
Petugas kesahatan penolong persalinan
merupakan kunci utama keberhasilan IMD Hubungan Sosial Budaya dengan Pemberian
karena dalam waktu tersebut peran dan Inisiasi Menyusu Dini
dukungan penolong persalinan masih sangat Dari hasil penelitian yang telah
dominan. Apabila penolong persalinan dilakukan terkait dengan pengaruh sosial
memfasilitasi ibu untuk segera memeluk budaya yang terjadi terhadap pemberian Inisiasi
bayinya maka interaksi ibu dan bayi diharapkan Menyusu Dini bahwa masyararakat tidak
segera terjadi. Dengan pelaksanaan IMD, ibu terpengaruh akan hal tersebut. Pada umumnya
semakin percaya diri untuk tetap memberikan masyarakat saat ini tidak terpengaruh lagi oleh
ASInya sehingga tidak merasa perlu untuk adanya sosial budaya yang mengatakan tentang
memberikan makanan atau minuman kepada mitologi mengenai Inisiasi Menyusu Dini.
bayinya dan bayi akan merasa nyaman Masyarakat lebih cenderung berfikir modern
menempel pada payudara ibu dan tenang dalam dan tidak mempermasalahkan lagi larangan-
pelukan ibu segera setelah lahir. Oleh karena
larangan yang menjadi penghambat dalam kebiasaan atau social budaya yang tidak
pemberian inisiasi menyusu dini. mendukung pemberian IMD diubah dengan
Pada dasarnya sosial budaya akan adanya pengetahuan, karena sosial budaya yang
mempengaruhi susunan struktur di masyarakat ada dimasyarakat tentang Pemberian ASI
itu sendiri, dikarenakan segala aspek yang ada seperti ASI yang pertama kali keluar di adalah
diwilayah tersebut akan terserap secara sendiri kotoran namun ASI yang pertama keluar atau
sehingga akan di adopsi oleh masyarakat itu yang biasa disebut kolostrum adalah ASI yang
secara turun menurun. Mengubah dari suatu paling baik karena kandungan kolostrumnya.
sosial budaya tentang IMD di masyarakat Kolostrum ini akan keluar hingga hari
khusunya pada ibu untuk melakukan IMD kelima/tujuh. kolostrum ini mengandung zat
dengan memberikan pendidikan non formal putih telur (protein) yang kadarnya tinggi
seperti penyuluhan tenaga kesehatan pada ibu terutama kandungan zat anti infeksi/ daya tahan
hamil atau pada ibu yang melahirkan tentang tubuh. Sedangkan kadar laktosa dan lemaknya
manfaat IMD, secara bertahap akan mengubah rendah sehingga mudah dicerna. Jadi bila
kepercayaan ibu menyusui atau ibu hamil kolostrum berwarna jernih kekuningan ini
tentang IMD. dibuang, bayi tidak atau kurang mendapatkan
Meskipun ASI sangat penting zat-zat yang melindungi dari infeksi.
peranannya bagi bayi, sang ibu tidak begitu saja Walaupun pada masyarakat tradisional
bias menyusui terutama bagi mereka yang pemberian ASI bukan merupakan permasalahan
tinggal di daerah desa, pinggir kota, atau yang besar karena pada umumnya ibu
pedalaman, dimana informasi tentang asi dan memberikan bayinya ASI, namun permasalahan
menyusui tidak bias diankses begitu saja. adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai
Kalaupun ada informasi yang benar masih dengan konsep medis sehingga menimbulkan
harus berhadapan dengan berbagai mitos yang dampak negatif pada kesehatan dan
berkembang dimasyarakat tentang ASI dan ibu pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian
menyusui. Mitos-mitos tersebut telah ASI yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal
berkembang sekian lama, diwariskan secara ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap
turun-temurun, dan sebagian besar tidak bisa makanan yang di komsumsi si ibu baik pada
dibuktikan kebenarannya bahkan cenderung saat hamil maupun sesudah melahirkan.
menyesatkan. Salah satu mitos yang terjadi Sebagai contoh, pada masyarakat tanjung pura
dimasyarakat yaitu ASI bias merusak kulit bayi, ibu yang menyusui pantang untuk
karena anggapan ini telah masyarakat, sang ibu mengkonsumsi bayam, ikan laut, atau sayur
yang mendapati kulit bayinya terkena ASI akan nangka.
buru-buru menjilatnya atau membersikannya Pada beberapa masyarakat tradisional
dengan apa saja yang ada di dekatnya. Jika Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya
terlambat diyakini akan membuat kulit bayi yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan
memerah, dan bayi akan merasa gatal/panas. pola pemberian makanan pada bayi yang
Jika dibersikan untuk tujuan menjaga berbeda dengan konsepsi kesehatan yang
kebersihan tentu hal ini dianjurkan. Bias moderen. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
dilakukan dengan menggunakan kapas yang Muchtar Ali (2004) menyebutkan bahwa saat
dibasahi air hangat. Tapi bila karena ketakutan ini masyarakat telah berfikir modern sehingga
kulit bayinya akan rusak, itu adalah anggapan pengaruh sosial budaya dapat di filter
yang keliru. ASI tidak akan merusak kulit. pada sedemikian rupa.
bayi memang ada penyakit kulit yang disebut
atopic dermatitis atau sering disebut milk KESIMPULAN
dermatitis. Biasanya mneyerang daerah pipi, Terdapat hubungan yang signifikan
tapi penyebabnya bukanlah ASI atau hasil antara pengetahuan ibu dengan pemberian
kontak kulit dengan susu. Kemungkinan besar IMD. Terdapat hubungan yang signifikan
hal ini terjadi karena sebelumnya memang antara dukungan petugas kesehatan dengan
sudah ada kelainan kulit pada bayi tersebut. pemberian IMD. Tidak ada hubungan antara
Sosial budaya yang mendukung sosial budaya dengan IMD.
pemberian IMD dapat dipengaruhi oleh Disarankan pada ibu yang memiliki
pengetahuan, karena kebiasaan dalam konteks pengetahuan kurang agar sesering mungkin
ini adalah kebiasaan ibu meyusui bayi untuk mencari informasi mengenai IMD, ibu
dipengaruhi oleh pengetahuan. Kebiasaan- juga harus senantiasa aktif untuk menanyakan
pada ahli yang mengetahui tentang manfaat Ratri, C. (2000). Faktor-Faktor yang
IMD. Jika hal tersebut dilakukan maka secara Berhubungan dengan Pemberian ASI
otomatis ibu akan memberikan IMD kepada Pertama Kali di Purwakarta Jawa Barat
bayinya. tahun 1998 (Analisa Data Sekunder
Bagi Petugas layanan kesehatan Pengembangan Survei Cepat Untuk
seharusnya lebih aktif dalam memberikan Menilai Kualitas Pelayanan KIA di DT
informasi mengenai IMD, disamping itu hal II). Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan
yang sangat penting harus dilakukan adalah Masyarakat Universitas Indonesia.
petugas harus mendukung Inisiasi Menyusu Roesli U. (2010). Inisiasi Menyusui Dini plus
Dini pada ibu. Bagi Ibu yang masih terpengaruh ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
demgan nilai-nilai sosial budaya agar dapat Suhartatik, dkk. (2013). Faktor-faktor yang
lebih dewasa dalam menyikapi segala aspek berhubungan dengan pelaksanaan
yang dapat menghambat pemberian IMD. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di rumah
Bersalinn Srikandi Kota Kendari. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 Hal 1-7.
Ali Muchtar. (2004). Pengembangan Berpikir STIKES Nani Hasanuddin. Makassar.
dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Gelar Diakses Tanggal 4 Juli 2016.
Pustaka Mandiri. Bandung. Taringan, I. (2012). Pengetahuan dan Sikap
Irawan. (2013). Inisiasi Menyusui Dini Perilaku Ibu Dan Bayi Terhadap
Tertunda Meningkatkan Resiko Pemberian ASI Ekslusif (Knowledge,
Kematian Neonatal (jurnal) vol 117 No Attitude and Behavior of The Mother of
31 hal E380-e386. The Baby To The Breast Feeding
JNPK-KR. (2013). Pelatihan Asuhan Exclusively). Jakarta: Pusat Humaniora,
Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan
Dini. Jakarta. Masyarakat, Badan Penelitian Dan
Kusumawati, Anita. (2013). Hubungan Antara Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Pengetahuan Ibu Tentang Imd Dengan Keseharan RI.
sikap Inisiasi Menyusu Dini Di Rb Yendra. (2011). Hubungan Dukungan Sosial
Harapan Bunda Pajang Surakarta Tahun dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui
2010. Surakarta: Program Studi Diploma Dini di Wilyah Kerja Puskesmas Lubuk
IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret. Buaya Kota Padang Tahun 2011,
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Skripsi, Fakultas Keperawatan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta; Universitas Andalas. Diakses Tanggal 4
PT. Rineka Cipta. Juli 2016.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi WHO (World Health Organization). (2013).
Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Bresasfeeding. C2013: cited 4 Juli 2016.
Cipta.