You are on page 1of 11

PENETAPAN EROSIVITAS HUJAN

RAHMAT WAHYU AJI G051221012

Email: ajirw22g@unhas.ac.id

ABSTRACK
Rainfall is a weather element whose data is obtained by measuring it using a rain gauge, so that the amount
can be determined in millimeters (mm). Rainfall is defined as the height of rainwater received on the surface
before experiencing surface flow, evaporation and infiltration into the ground, while rainfall intensity is a
measure of the amount of rain per certain unit of time during which the rain lasts. Erosivity is the power of
rain to cause erosion of the soil. Erosivity largely determines the amount of soil eroded, the amount of soil
eroded is directly proportional to erosivity. Rainfall is the main factor that can produce soil erosion. Rain
erosivity is one of the determining factors in predicting the amount of soil erosion. The aim of this practicum
is so that practitioners can determine the level of erosivity of rain based on data from rainfall measurements.
The usefulness of this practicum is that the practitioner is able to analyze the results of the level of rain
erosivity based on data from rainfall measurements. The method in this practicum is by processing rainfall
data, daily rainfall, maximum rainfall in Gowa Regency in 2014, then processing the results from the number
of CH, HH, and average maximum CH using the Bols formula. The results of calculating rain erosivity using
the Bols equation obtained an annual erosivity index value of 2052.543246 tonnes/ha/cm which was obtained
from the results of the monthly erosivity index added up over a year. Meanwhile, the results of annual
erosivity calculations based on the Lenvain approach obtained an annual erosivity value of 95546.44087
tonnes/ha/year. Bols and Lenvain are two methods used to calculate the rainfall erosivity index, which is an
important factor in soil erosion. Both methods use monthly rainfall as input parameters, but the Bols method
uses more parameters, including the number of rainy days per month and the maximum rainfall in a month.
Based on the results of the practicum that has been carried out, it is concluded that by knowing the level of
rainfall in an area, you can determine the value of rain erosivity and are able to analyze the value of rain
erosivity using rainfall data for an area.
Keywords: Rainfall, Daily Rain, Maximum Rinfall, Erosion, Erosivity, Bols, Lenvain.

ABSTRAK
Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan cara mengukurnya dengan
menggunakan alat penakar hujan, sehingga dapat diketahui jumlahnya dalam satuan millimeter (mm). Curah
hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran permukaan,
evaporasi dan peresapan ke dalam tanah, sedangkan Intensitas curah hujan merupakan ukuran jumlah hujan per
satuan waktu tertentu selama hujan berlangsung. Erosivitas merupakan daya hujan untuk menimbulkan erosi
pada tanah. Erosivitas sangat menentukan jumlah tanah yang tererosi, jumlah tanah yang tererosi
berbanding lurus dengan erosivitas. Curah hujan adalah faktor utama yang dapat menghasilkan erosi tanah.
Erosivitas hujan adalah salah satu faktor yang menentukan dalam prakiraan besarnya erosi tanah. Tujuan dari
praktikum ini yaitu agar praktikan dapat menentukan tingkat erosivitas hujan berdasarkan data hasil
pengukuran curah hujan. Kegunaan dari praktikum ini yaitu praktikan mampu menganalisis hasil tingkat
erosivitas hujan berdasarkan data hasil pengukuran curah hujan. Metode pada praktikum ini yaitu dengan
cara mengolah data curah hujan, hujan harian, curah hujan maksimal di Kabupaten Gowa pada tahun 2014,
lalu mengolah hasil dari jumlah CH, HH, dan rata-rata CH maksimum menggunakan rumus Bols. Hasil
perhitungan erosivitas hujan dengan persamaan Bols diperoleh nilai indeks erosivitas tahunan 2052,543246
ton/ha/cm yang didapatkan dari hasil indeks erosivitas bulanan yang dijumlahkan selama setahun. Sedabgkan
hasil perhitungan erosivitas tahunan berdasarkan pendekatan lenvain diperoleh nilai erosivitas tahunan
95546,44087 ton/ha/tahun. Bols dan Lenvain adalah dua metode yang digunakan untuk menghitung indeks
erosivitas curah hujan, yang merupakan faktor penting dalam erosi tanah. Kedua metode menggunakan curah
hujan bulanan sebagai parameter input, tetapi metode Bols menggunakan lebih banyak parameter, termasuk
jumlah hari hujan per bulan dan curah hujan maksimum dalam sebulan. Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa dengan mengetahui tingkat curah hujan pada suatu daerah,
maka dapat menentukan nilai erosivitas hujan serta mampu menganalisis nilai erosivitas hujan dengan
menggunakan data curah hujan suatu daerah.
Kata Kunci: Curah hujan, Hujan harian, Curah hujan maksimum, Erosi, Erosivitas, Bols, Lenvain.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan
sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan
jenis ini disebut sebagai virga. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi.
Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu
turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk
mengulangi daur ulang itu semula. Curah hujan merupakan variabel hujan yang sangat
diperhitungkan dalam berbagai aspek kehidupan (Fajeriana & Rijal, 2023).
Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan cara
mengukurnya dengan menggunakan alat penakar hujan, sehingga dapat diketahui jumlahnya dalam
satuan millimeter (mm). Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan
sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam tanah, sedangkan Intensitas
curah hujan merupakan ukuran jumlah hujan per satuan waktu tertentu selama hujan berlangsung.
Bagi beberapa wilayah tertentu yang memiliki tingkat kemiringan topografi atau berada di sekitar
lereng bukit, intensitas curah hujan yang sangat tinggi sangatlah berpotensi untuk menyebabkan
terjadinya bencana bagi wilayah tersebut salah satunya ialah bencana tanah longsor (Perkasa et al.,
2019).
Erosivitas merupakan daya hujan untuk menimbulkan erosi pada tanah. Erosivitas sangat
menentukan jumlah tanah yang tererosi, jumlah tanah yang tererosi berbanding lurus dengan
erosivitas. Erosi merupakan hal yang sederhana sangat sederhana dan sudah pasti akan terjadi di
alam. Indeks erosivitas hujan juga bisa diperkirakan (diprediksi) menggunakan formula empiris
yang telah dikemukakan oleh bols (1978) menggunakan data hujan tahunan, hari hujan dan hujan
maksimum rerata pertahun (Ambarwati, 2018).
Curah hujan adalah faktor utama yang dapat menghasilkan erosi tanah. Erosivitas hujan
adalah salah satu faktor yang menentukan dalam prakiraan besarnya erosi tanah. Secara umum
karakteristik curah hujan yang turun akan sangat berpengaruh terhadap jenis erosi yang terjadi di
suatu tempat. Respon tanah terhadap curah hujan ditentukan oleh keadaan meteorologi yang terjadi
pada masa lalu di tempat tersebut. Indeks erosivitas di suatu wilayah dapat diketahui dengan cara
mengolah data curah hujan pada daerah tersebut dengan metode erosivitas yang telah banyak
berkembang. Besarnya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi
hujan terhadap tanah, jumlah dan kekuatan aliran permukaan serta tingkat erosi (Respatiningrum et
al., 2021).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum penetapan erosivitas hujan ini agar
dapat mengetahui definisi dari erosivitas, dan cara menghitung serta menentukan erosivitas hujan.
Tujuan dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat menentukan tingkat erosivitas hujan
berdasarkan data hasil pengukuran curah hujan. Kegunaan dari praktikum ini yaitu praktikan
mampu menganalisis hasil tingkat erosivitas hujan berdasarkan data hasil pengukuran curah hujan.
METODOLOGI
2.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum penetapan erosivitas hujan dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Oktober 2023, pukul 09.00-
selesai di Laboratorium Fisika Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin.
2.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum penetapan erosivitas hujan yaitu ATK dan laptop. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu data mentah curah hujan yang bersumber dari Dinas PUPR
Kabupaten Gowa tahun 2014.
2.3 Prosedur Praktikum
Untuk menghitung erosivitas, maka dilakukanlah dengan langkah berikut:

2.4 Mencari data curah hujan harian


selama satu tahun (lebih baik data
beberapa tahun)
2.5 2. Mencermati data hujan yang
diperoleh dan tentukan besarnya
ketiga variabel (
2.6 curah hujan rata-rata tahunan,
jumlah hari hujan, dan curah hujan
maksimum dalam
2.7 24 jam) berdasarkan rumus Bols.
2.8 3. Mencari nilai RAIN (R)
dengan menjumlahkan seluruh
kejadian hujan yang ada pada
2.9 data tersebut. Jumlahkan kejadian
hujan terlebih dahulu pada masing-
masing bulan,
2.10kemudian jumlahkan hasilnya
untuk mendapatkan curah hujan
tahunan,
2.11Mencari data curah hujan harian
selama satu tahun (lebih baik data
beberapa tahun)
2.122. Mencermati data hujan yang
diperoleh dan tentukan besarnya
ketiga variabel (
2.13curah hujan rata-rata tahunan,
jumlah hari hujan, dan curah hujan
maksimum dalam
2.1424 jam) berdasarkan rumus Bols.
2.153. Mencari nilai RAIN (R)
dengan menjumlahkan seluruh
kejadian hujan yang ada pada
2.16data tersebut. Jumlahkan kejadian
hujan terlebih dahulu pada masing-
masing bulan,
2.17kemudian jumlahkan hasilnya
untuk mendapatkan curah hujan
tahunan,
2.18Mencari data curah hujan harian
selama satu tahun (lebih baik data
beberapa tahun)
2.192. Mencermati data hujan yang
diperoleh dan tentukan besarnya
ketiga variabel (
2.20curah hujan rata-rata tahunan,
jumlah hari hujan, dan curah hujan
maksimum dalam
2.2124 jam) berdasarkan rumus Bols.
2.223. Mencari nilai RAIN (R)
dengan menjumlahkan seluruh
kejadian hujan yang ada pada
2.23data tersebut. Jumlahkan kejadian
hujan terlebih dahulu pada masing-
masing bulan,
2.24kemudian jumlahkan hasilnya
untuk mendapatkan curah hujan
tahunan,
1. Mencari data curah hujan harian selama satu tahun lalu masukkan ke dalam excel.
2. Mengkonversi data curah hujan dan curah hujan maksimum dari mm ke cm.
3. Menjumlahkan data curah hujan dari bulan Januari sampai Desember.
4. Menentukan erosivitas bulanan dengan menggunakan rumus Bols:
R=6,119 (CH )1 ,21 ( HH )−0 ,47 (CHmax)0 , 53
Keterangan:
R : Erosivitas hujan bulanan
CH : Curah hujan bulanan
HH : Jumlah hari hujan
CHmax : Curah hujan harian maksimum
5. Menjumlahkan hasil erovisitas bulanan yang menggunakan rumus Bols dari bulan Januari
sampai Desember untuk mendapatkan erosivitas tahunan.

6.
7. Melakukan penghitungan EI30
dengan menggunakan rumus Bols.
Jangan lupa untuk
8. mengkonversi terlebih dahulu nilai
RAIN dan MAXP ke dalam cm jika
data hujan yang
9. digunakan dalam penghitungan
disajikan dalam mm.
6. Menentukan erosivitas tahunan menggunakan rumus Lenvain:
R=2 , 34(CH )1 ,96
Keterangan
CH: Curah hujan tahunan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Berdasarkan dari data curah hujan yang telah diolah, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data mentah curah hujan tahun 2014 di Kabupaten Gowa.
BULAN CURAH HUJAN HARI HUJAN CHMAX
Januari 732 29 115
Februari 325 16 85
Maret 247 16 72
April 142 10 37
Mei 103 9 17
Juni 29 5 10
Juli 27 4 15
Agustus 15 1 15
September 0 0 0
Oktober 0 0 0
November 57 5 20
Desember 455 20 70
Sumber: Dinas PUPR Provinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 1.2 Hasil olah data curah hujan dan perhitungan erosivitas.
BULAN CURAH HUJAN HARI HUJAN CHMAX R BULANAN (RUMUS BOLS
Januari 73,2 29 11,5 827,1450168
Februari 32,5 16 8,5 348,9112388
Maret 24,7 16 7,2 229,2416881
April 14,2 10 3,7 102,8244189
Mei 10,3 9 1,7 48,51292316
Juni 2,9 5 1 10,41516438
Juli 2,7 4 1,5 13,15196908
Agustus 1,5 1 1,5 12,39022645
Septembe
0
r 0 0 0
Oktober 0 0 0 0
November 5,7 5 2 34,06583388
Desember 45,5 20 7 425,8847668
JUMLAH 213,2
R TAHUNAN (RUMUS BOLS) 2052,543246
R TAHUNAN (RUMUS LENVAIN) 95546,44087
Sumber: Data primer setelah diolah, 2023.
3.2 Pembahasan

3.3 Pada praktikum acara XI


dilakukan perhitungan erosivitas
hujan berdasarkan data
3.4 curah hujan selama satu tahun
yang telah ditentukan. Erosivitas
curah hujan,
3.5 menunjukkan kemampuan atau
kapasitas hujan untuk
menyebabkan erosi (Blanco dan
3.6 Lal, 2008). Untuk menghitung
erosivitas hujan tersebut
digunakan rumus Bols (1978).
3.7 Persamaan Bols (1978)
membutuhkan data jumlah hari
hujan, jumlah hujan maksimum
3.8 pada setiap bulan dan jumlah
hujan bulanan.
Pada praktikum ini dilakukan perhitungan erosivitas hujan berdasarkan data curah hujan
selama satu tahun yang telah ditentukan. Erosivitas curah hujan, menunjukkan kemampuan
atau kapasitas hujan untuk menyebabkan erosi. Untuk menghitung erosivitas hujan tersebut
digunakan rumus Bols dan rumus Lenvain. Persamaan Bols membutuhkan data curah hujan
pertahun, hari hujan bulanan, dan curah hujan maksimum pada setiap bulan. Langkah untuk
menentukan erosivitas hujan yaitu mula-mula mengolah data mentah yang telah didapat. Data curah
hujan tahunan dikonversi dari mm ke cm, begitu pula dengan curah hujan maksimum yang data
bulanannya dikonversi dari mm ke cm. Data curah hujan yang telah dikonversi dijumlahkan, maka
jumlah curah hujan yang didapat ialah 213,2 cm/tahun.
Hasil perhitungan erosivitas hujan dengan persamaan Bols diperoleh nilai indeks erosivitas
tahunan 2052,543246 ton/ha/cm yang didapatkan dari hasil indeks erosivitas bulanan yang
dijumlahkan selama setahun. Indeks erosivitas hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan indeks
erosivitas hujan terendah terjadi pada bulan Juni. Pada tabel hasil dapat dilihat bahwa curah hujan
tahunan di Kabupate Gowa dapat dikategorikan tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat
mempengaruhi erosivitas dan jumlah hujan yang besar dan tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Karyati (2015), bahwa curah hujan tahunan yang tinggi berkontribusi terhadap indeks erosivitas
hujan tahunan yang tinggi. Jumlah curah hujan yang kecil dan besar mampu menyebabkan erosi
tanah di area hutan lembab, sebab hujan sering turun dengan intensitas yang merusak dan terdiri
dari tetesan yang besar. Menurut Prasad et al., (2021), curah hujan yang tinggi menghasilkan indeks
erosivitas hujan tinggi, intensitas hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah
aliran permukaan dan besarnya erosi.
Hasil perhitungan erosivitas tahunan berdasarkan pendekatan lenvain diperoleh nilai
erosivitas tahunan 95546,44087 ton/ha/tahun. Untuk menghitung perhitungan erosivitas tahunan
dengan metode ini hanya menggunakan curah hujan tahunan yang telah dikonversi dari mm ke cm.
Perhitungan erosivitas dengan menggunakan pendekatan Lenvain lebih besar dibandingkan dengan
menggunakan pendekatan Bols. Menurut Palenga et al., (2020), hasil perhitungan nilai erosi
berdasarkan perhitungan USLE (Universal Soil Loss Equation) dengan formulasi erosivitas
Lenvain memperoleh angka lebih besar dibandingkan dengan volume sedimen perhitungan USLE
menggunakan formulasi erosivitas Bols. Hal ini dikarenakan nilai indeks erosivitas Lenvain
dihitung menggunakan curah hujan bulanan atau total curah hujan yang terjadi selama setahun,
Sedangkan faktor erosivitas Bols dihitung menggunakan rata-rata hujan yang terjadi selama sebulan
sehingga erosivitas yang terjadi menjadi kecil.
Bols dan Lenvain adalah dua metode yang digunakan untuk menghitung indeks erosivitas
curah hujan, yang merupakan faktor penting dalam erosi tanah. Kedua metode menggunakan curah
hujan bulanan sebagai parameter input, tetapi metode Bols menggunakan lebih banyak parameter,
termasuk jumlah hari hujan per bulan dan curah hujan maksimum dalam sebulan. Kedua metode
tersebut juga menggunakan rumus yang berbeda untuk menghitung indeks erosivitas curah hujan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo et al., (2015), bahwa pendekatan Bols akan digunakan
sebagai acuan menghitung erosivitas, karena perolehan rumus erosivitas Bols didapatkan dengan
mengumpulkan data curah hujan bulanan jadi bisa dikatakan metode pendekatan Bols sudah lazim
dipakai untuk menghitung nilai erosivitas. Adanya data pendukung curah hujan harian dan bulanan
didaerah penelitian juga menjadi faktor utama penggunaan rumus pendekatan Bols sebagai acuan
untuk penghitungan nilai erosivitas.

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa dengan
mengetahui tingkat curah hujan pada suatu daerah, maka dapat menentukan nilai erosivitas hujan
serta mampu menganalisis nilai erosivitas hujan dengan menggunakan data curah hujan suatu
daerah.
4.2 Saran
Untuk melakukan perhitungan erosivitas hujan dibutuhkan ketelitian agar tidak terjadi kekeliruan
saat mengolah data.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, A. A. 2018. Analisis Pengaruh Erosivitas Hujan (R) terhadap Laju Erosi dengan
Menggunakan Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) di Wilayah DAS Sampean.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember. Jember.
Fajeriana, N., dan Risal, D. 2023. Peningkatan Pemahaman Tentang Potensi Erosi: Erosivitas dan
Erodibilitas dengan Simulasi Hujan Pada Topografi dan Tutupan Lahan yang
Berbeda. Abdimas: Papua Journal of Community Service, 5(1): 64-74.
Karyati, K. 2015. Parameter-parameter Curah Hujan yang Mempengaruhi Penaksiran Indeks
Erosivitas Hujan di Sri Aman, Sarawak. Agrifor, 14(1): 79-86.
Palenga, M. F., Nasjono, J. K., dan Pah, J. J. 2020. Prediksi Erosi Di Daerah Aliran Sungai dan
Sedimentasi Pada Bendungan Temef. Jurnal Teknik Sipil, 9(2): 241-254.

Perkasa, P.A., Putri, N.A., Balqis, A.A., Andreawan, dan B., Ningtyas, M.C. 2019. Hidrologi
(Pengukuran Curah Hujan). Universitas Negeri Malang: Malang.

Prasad, I G. N. G. G., Trigunasih, N. M., dan Sumarniasih, M. S. 2021. Prediksi Erosi dan
Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai Yeh Ho di
Kabupaten Tabanan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 10(2): 161-172.

Respatiningrum, A. W., Limantara, L. M., dan Andawayanti, U. 2021. Analisis Debit Limpasan dan
Indeks Erosivitas Hujan pada Metode USLE Akibat Variasi Intensitas Hujan dengan Alat
Rainfall Simulator. Jurnal Teknologi Dan Rekayasa Sumber Daya Air, 1(2): 467-477.
Widodo, A., Komariah, K., dan Suyana, J. 2015. Metode USLE untuk Memprediksi Erosi Tanah
dan Nilai Toleransi Erosi sebuah Sistem Agricultural di Desa Genengan Kecamatan
Jumantono Karanganyar. Agrosains: Jurnal Penelitian Agronomi, 17(2): 39-43.

You might also like