You are on page 1of 6

JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 8 No.

2
ISSN. 2655-4399 Juni 2023
EVALUASI PENETAPAN NILAI KRITIS PARAMETER HEMATOLOGI
DI INSTALASI LABORATORIUM KLINIK RSUD WATES

PRITA MURANI NUGRAHETI1, TEGUH TRIYONO2

1DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK, FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA


2DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK DAN KEDOKTERAN LABORATORIUM FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN
MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA/RSUP DR.SARDJITO YOGYAKARTA
prita.murani@uii.ac.id1, teguhpk@ugm.ac.id2

ABSTRACT
Timely and accurate reporting critical value of laboratory examination helps support decision making, improves patient
safety, and promotes successful therapy. A very extensive or very exclusive list of critical values has the potential to cause
problems. This study is aimed to evaluate the determination of critical values, especially hematological parameters, in the
Clinical Laboratory Installation of RSUD Wates. This study is a descriptive study of laboratory examination data for
hematological parameters at RSUD Wates on January-June 2021. The proportion of critical values is calculated according to
the cut off determined by the Clinical Laboratory of RSUD Wates. The cut off of critical values for the Laboratory of RSUP Dr.
Sardjito was used as a comparison. The difference in proportion between the two groups was analyzed using the Chi Square
test with p<0.05 is statistically significant. The most examination data was leukocyte count (7903 or 25.1%) and the
examination with the most critical values is hematocrit (363 or 4.59%). There is a statistically difference in the number of
critical values on the parameters of hematocrit, platelet count, leukocyte count and APTT, between the use of the cut off
critical value of the clinical laboratory of RSUD Wates compared to the laboratory of RSUP Dr. Sardjito (p<0.01). The
different two cut offs has the potential to increase the workload of laboratory staff and more time in reporting critical values.
The cut off of critical values at the Clinical Laboratory of RSUD Wates should be reviewed, revised and updated regularly.

Key words: management, patient safety, clinical laboratory, critical value, hematology.

PENDAHULUAN
Laboratorium klinik memiliki peran penting dalam setiap tindakan medis, dimana sekitar 70% keputusan diambil berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium. Salah satu peran terpenting dari laboratorium klinik adalah komunikasi yang jelas, akurat
dan cepat kepada pemberi pelayanan kesehatan. Sebagian besar hasil pemeriksaan laboratorium memiliki implikasi
diagnostik dan terapeutik yang tidak memerlukan tindakan segera. Namun, temuan laboratorium terkadang banyak berubah
dan dapat mengindikasikan situasi yang berpotensi fatal bagi pasien.Pelaporan hasil laboratorium kritis (nilai kritis)
mendapat perhatian luas karena pentingnya dalam pelayanan kesehatan. Pelaporan yang tepat waktu dan akurat membantu
dalam mendukung pengambilan keputusan, meningkatkan keselamatan pasien dan mendorong keberhasilan terapi. Istilah
critical laboratory value (nilai laboratorium kritis/nilai kritis), yang juga dikenal sebagai critical result (hasil kritis), panic value
(nilai panik) atau alert value (nilai waspada), didefinisikan oleh George D. Lundberg pada tahun 1972 sebagai hasil yang
mewakili keadaan patofisiologis yang tidak normal dan dapat mengancam jiwa apabila tindakan tidak segera dilakukan.
Penggunaan istilah panic value tidak disarankan karena memberikan tekanan emosional dan bertentangan dengan proses
penyampaian informasi secara jelas. Nilai kritis biasanya ditemukan kurang lebih sebanyak 2% dari hasil pemeriksaan di
laboratorium klinik.Untuk meningkatkan efektivitas proses pelaporan nilai kritis, laboratorium dan fasilitas kesehatan perlu
memahami dan menangani semua variabel yang terlibat selama proses tersebut. Penyusunan daftar pemeriksaan dan nilai
kritis masing-masing harus dikoordinasikan oleh pimpinan atau penanggung jawab laboratorium, berdasarkan jenis pasien,
penyakit yang paling umum dan patofisiologinya, juga konsensus di antara tim klinis. Oleh karena itu, perlu untuk
mengadakan pertemuan dengan pihak pimpinan atau anggota departemen klinis, administrasi rumah sakit dan perawat
untuk menentukan kebijakan pelaporan nilai kritis, memilih pemeriksaan yang akan dimasukkan dalam daftar serta nilai-nilai
yang harus dilaporkan.Daftar nilai kritis yang sangat ekstensif atau sangat minimal berpotensi menimbulkan permasalahan.
Daftar nilai kritis sangat ekstensif atau tidak sesuai, dengan cut off yang kurang tepat, dapat mengakibatkan informasi yang
disampaikan berlebihan, pekerjaan yang tidak perlu oleh staf laboratorium, dan pandangan kurang baik oleh klinisi terhadap
peran penting laboratorium ini. Di sisi lain, daftar nilai kritis yang sangat minimal dan eksklusif, dengan ambang batas yang

112
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 8 No. 2
ISSN. 2655-4399 Juni 2023
terlalu tinggi atau terlalu rendah, mungkin tidak mencegah keadaan klinis yang buruk dan mengakibatkan penundaan
pengambilan keputusan.Rumah Sakit Umum Daerah Wates (RSUD Wates) merupakan rumah sakit yang berlokasi di
Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY. RSUD Wates memiliki berbagai layanan fasilitas penunjang, salah satunya adalah
pelayanan laboratorium di Instalasi Laboratorium Klinik. Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates melayani berbagai
pemeriksaan, antara lain pemeriksaan hematologi, kimia klinik, urin, feses, serologi, dan mikrobiologi. Instalasi Laboratorium
Klinik RSUD Wates juga telah menetapkan daftar nilai kritis dan nilai cut off-nya yang ditetapkan sejak dimulainya pelayanan
laboratorium. Namun, sejak penetapan cut off nilai kritis pertama kali belum pernah dilakukan evaluasi. Oleh sebab itu,
dirasa perlu melakukan evaluasi terhadap penetapan cut off nilai kritis sehingga pelayanan laboratorium terutama pelaporan
hasil pemeriksaan yang termasuk nilai kritis dapat lebih efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi penetapan nilai kritis, khususnya parameter hematologi, di Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates.

METODE
Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang diambil dari data sekunder, yaitu data pemeriksaan laboratorium RSUD Wates
periode Januari-Juni 2021. Subjek penelitian diambil secara keseluruhan dari data pemeriksaan laboratorium RSUD Wates
periode Januari-Juni 2021 sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi subjek penelitian adalah data pemeriksaan
laboratorium parameter hematologi yang terdiri dari hematokrit, jumlah trombosit, jumlah lekosit, prothrombin time (PT),
International Normalized Ratio (INR), dan activated partial thromboplastin time (APTT). Kriteria eksklusi adalah data
pemeriksaan laboratorium yang tidak valid dan tidak lengkap. Data pemeriksaan laboratorium parameter hematologi periode
Januari-Juli 2021 diambil, kemudian diolah untuk menentukan proporsi yang termasuk dalam nilai kritis sesuai dengan cutoff
yang ditentukan oleh Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates. Cut off nilai kritis Instalasi Laboratorium Terpadu RSUP Dr.
Sardjito digunakan sebagai pembanding (Tabel 1). Pemeriksaan parameter hematologi di Instalasi Laboratorium Klinik
RSUD Wates menggunakan alat hematologi otomatis Mindray BC-5300. Data variabel kontinu disajikan dalam bentuk nilai
rerata±simpang baku untuk data yang berdistribusi normal, median (min-maks) untuk data yang berdistribusi tidak normal
dan variabel kategorik disajikan dalam bentuk jumlah (persentase). Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan p>0,05 dinyatakan distribusi data normal. Uji beda proporsi antar dua kelompok dianalisis menggunakan uji Chi
Square dengan p<0,05 dinyatakan signifikan secara statistik. Analisis data dilakukan dengan aplikasi IBM SPSS Statistics
25.

Tabel 1. Cut off nilai kritis parameter hematologi Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates dan Instalasi Laboratorium
Terpadu RSUP Dr. Sardjito
No. Parameter Cut off Cut off
Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Instalasi Laboratorium
Wates Terpadu RSUP Dr. Sardjito
1. Hematokrit
Cut off bawah ≤ 23% ≤ 21%
Cut off atas ≥ 70% ≥ 65%
2. Jumlah trombosit
Cut off bawah ≤ 40.000 sel/mm2 ≤ 10.000 sel/mm2
Cut off atas ≥ 1.000.000 sel/mm2
3. Jumlah lekosit
Cut off bawah ≤ 2.000 sel/mm2 ≤ 500 sel/mm2
Cut off atas ≥ 100.000 sel/mm 2 ≥ 50.000 sel/mm2
4. PT ≥ 70 detik
5. INR ≥5 ≥5
6. APTT ≥ 120 detik ≥ 100 detik
Sumber : Hasil Data, 2021

HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai kritis adalah informasi penting yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan pasien oleh penyedia layanan kesehatan.
Nilai kritis pertama kali dijelaskan oleh Dr. George Lundberg sebagai hasil yang mewakili keadaan patofisiologis yang tidak

113
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 8 No. 2
ISSN. 2655-4399 Juni 2023
normal dan dapat mengancam jiwa apabila tindakan tidak segera dilakukan. Pelaporan nilai kritis sekarang menjadi bagian
dari standar akreditasi untuk Joint Commission and the College of American Pathologists, dicatat sebagai National Patient
Safety Goal (Joint Commission, Section 5.8.7), elemen kunci dalam World Health Organization’s World Alliance for Patient
Safety, dikodifikasikan dalam International Organization for Standardization (ISO EN 15189) dan disyaratkan oleh peraturan
Clinical Laboratory Improvement Amendments (CLIA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penetapan nilai
kritis, khususnya parameter hematologi, di Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates. Cut off nilai kritis Instalasi
Laboratorium Terpadu RSUP Dr. Sardjito digunakan sebagai pembanding. RSUP Dr. Sardjito merupakan UPT Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia yang berlokasi di Sinduadi, Daerah Istimewa Yogyakarta. RSUP Dr. Sardjito juga merupakan
Rumah Sakit Kelas A Pendidikan, Rumah Sakit Rujukan Nasional, dan Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran
Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM. RSUP Dr. Sardjito telah terakreditasi menurut Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1.1 dengan status paripurna. Instalasi Laboratorium Terpadu RSUP Dr. Sardjito melayani
berbagai macam pemeriksaan yang menunjang sistem pengobatan dan perawatan, meliputi hematologi klinik, nefrologi,
metabolik endokrinologi, hepatogastroentereologi, alergi dan imunologi, penyakit infeksi, onkologi, kardiovaskuler dan
patologi anatomi. Dalam menjaga kualitas hasil pemeriksaan yang dikeluarkan, Instalasi Laboratorium Terpadu rutin
melakukan Program Pemantapan Muti Internal dan Eksternal. Hal ini yang mendasari pemilihan cut off Instalasi
Laboratorium Terpadu RSUP Dr. Sardjito sebagai pembanding pada penelitian ini.Data pemeriksaan laboratorium parameter
hematologi secara keseluruhan didapatkan sebanyak 31.478 pemeriksaan (Tabel 2). Data pemeriksaan terbanyak adalah
pemeriksaan jumlah lekosit yaitu sebanyak 7903 (25,1%) dan yang paling sedikit adalah pemeriksaan APTT yaitu sebanyak
2081 (6,6%).

Tabel 2. Karakteristik pemeriksaan hematologi di RSUD Wates


Parameter n Median (min-maks)
Hematokrit (%) 7901 36,5 (5,00-72,20)
Jumlah trombosit (x103/µL) 7902 240 (8-4301)
Jumlah lekosit (x103/µL) 7903 8,41 (0,69-293,84)
PT (detik) 2853 15,0 (10,00-70,00)
INR 2841 1,15 (0,60-8,26)
APTT (detik) 2081 35,30 (14,00-120,00)
Sumber : Hasil Data, 2021

Dari total 31.478 pemeriksaan, sebanyak 363 pemeriksaan hematokrit, 250 pemeriksaan jumlah trombosit, 135 pemeriksaan
jumlah lekosit, 13 pemeriksaan PT, 25 pemeriksaan INR dan 27 pemeriksaan APTT adalah termasuk nilai kritis (Tabel 3).
Pemeriksaan laboratorium hematologi yang paling banyak terdapat nilai kritis adalah pemeriksaan hematokrit yaitu sebanyak
363 pemeriksaan (4,59%) dan yang paling sedikit adalah pemeriksaan PT yaitu sebanyak 13 pemeriksaan (0,46%).

Tabel 3. Rekapitulasi jumlah nilai kritis parameter hematologi di RSUD Wates


Tahun 2021
Total
Parameter Januari Februari Maret April Mei Juni
n (%)
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
Hematokrit 363 (4,59) 89 (1,13) 68 (0,86) 64 (0,81) 41 (0,52) 52 (0,66) 49 (0,62)
Jumlah trombosit 250 (3,16) 60 (0,76) 36 (0,46) 41 (0,52) 37 (0,47) 38 (0,48) 38 (0,48)
Jumlah lekosit 135 (1,71) 30 (0,38) 19 (0,24) 28 (0,35) 20 (0,25) 20 (0,25) 18 (0,23)
PT 13 (0,46) 3 (0,11) 5 (0,18) 0 (0) 1 (0,04) 0 (0) 4 (0,14)
INR 25 (0,88) 7 (0,25) 4 (0,14) 4 (0,14) 4 (0,14) 4 (0,14) 2 (0,07)
APTT 27 (1,30) 3 (0,14) 5 (0,24) 5 (0,24) 3 (0,14) 11 (0,53) 0 (0)
Sumber : Hasil Data, 2021

114
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 8 No. 2
ISSN. 2655-4399 Juni 2023
Nilai kritis parameter hematokrit, jumlah trombosit, jumlah lekosit dan INR terbanyak didapatkan pada bulan Januari 2021.
Nilai kritis parameter PT terbanyak didapatkan pada bulan Februari 2021 dan parameter APTT terbanyak didapatkan pada
bulan Februari dan Maret 2021 (Tabel 3, Gambar 1).

Gambar 1. Grafik rekapitulasi jumlah nilai kritis parameter hematologi di RSUD Wates

Terdapat perbedaan persentase jumlah nilai kritis parameter hematokrit, jumlah trombosit, jumlah lekosit dan APTT antara
penggunaan cut off nilai kritis Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates dan Instalasi Laboratorium Terpadu RSUP Dr.
Sardjito, dan signifikan secara statistik (Tabel 4). Pada parameter hematokrit didapatkan sebanyak 368 pemeriksaan yang
termasuk nilai kritis jika menggunakan cut off bawah Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates, sedangkan jika
menggunakan cut off bawah Instalasi Laboratorium Terpadu RSUP Dr. Sardjito hanya didapatkan 218 pemeriksaan.
Sebaliknya, jika menggunakan cut off atas Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates pada parameter hematokrit didapatkan
sebanyak 7 pemeriksaan yang termasuk nilai kritis, sedangkan jika menggunakan cut off atas Instalasi Laboratorium
Terpadu RSUP Dr. Sardjito didapatkan sebanyak 29 pemeriksaan. Pada penelitian ini, didapatkan juga jumlah nilai kritis
yang jauh lebih banyak pada parameter jumlah trombosit (cut off bawah) dan jumlah lekosit (cut off bawah) jika
menggunakan cut off Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates dibandingkan dengan Instalasi Laboratorium Terpadu
RSUP Dr. Sardjito. Pada parameter jumlah trombosit (cut off bawah) didapatkan 240 pemeriksaan yang termasuk nilai kritis
jika menggunakan cut off Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates, sedangkan jika menggunakan cut off Instalasi
Laboratorium Terpadu RSUP Dr. Sardjito hanya didapatkan 7 pemeriksaan. Begitu pula pada parameter jumlah lekosit.
Pada parameter jumlah lekosit (cut off bawah) didapatkan 130 pemeriksaan yang termasuk nilai kritis jika menggunakan cut
off Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates, sedangkan jika menggunakan cut off Instalasi Laboratorium Terpadu RSUP
Dr. Sardjito tidak didapatkan pemeriksaan yang termasuk nilai kritis.

Tabel 4. Perbedaan persentase jumlah nilai kritis parameter hematologi berdasarkan cut off nilai kritis RSUD Wates dan
RSUP Dr. Sardjito
Cut off
Parameter RSUD Wates RSUP Dr. Sardjito p*
n (%) n (%)
Hematokrit (n=7901)
≤ cut off bawah 359 (4,54) 209 (2,64) <0,01
≥ cut off atas 4 (0,05) 22 (0,28) <0,01
Jumlah trombosit (n=7902)
≤ cut off bawah 240 (3,04) 7 (0,09) <0,01
Jumlah lekosit (n=7903)
≤ cut off bawah 130 (1,64) 0 (0) -
≥ cut off atas 5 (0,06) 18 (0,23) <0,01
APTT (n=2081) 27 (1,29) 33 (1,59) <0,01

115
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 8 No. 2
ISSN. 2655-4399 Juni 2023
*menggunakan uji Chi Square; p<0,05 dinyatakan signifikan secara statistik
Sumber : Hasil Data, 2021

Pada penelitian ini didapatkan hasil yaitu terdapat perbedaan persentase jumlah nilai kritis pada parameter hematologi yaitu
parameter hematokrit, jumlah trombosit, jumlah lekosit dan APTT antara penggunaan cut off nilai kritis Instalasi Laboratorium
Klinik RSUD Wates dan Instalasi Laboratorium Terpadu RSUP Dr. Sardjito, dan signifikan secara statistik. Pada parameter
hematokrit (cut off bawah), jumlah trombosit, dan jumlah lekosit (cut off bawah) didapatkan jumlah nilai kritis yang lebih
banyak jika menggunakan cut off dari Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates dibandingkan dengan cut off Instalasi
Laboratorium Terpadu RSUP Dr. Sardjito. Sebaliknya, pada parameter hematokrit (cut off atas), jumlah lekosit (cut off atas)
dan APTT didapatkan jumlah nilai kritis yang lebih sedikit jika menggunakan cut off dari Instalasi Laboratorium Klinik RSUD
Wates dibandingkan dengan cut off Instalasi Laboratorium Terpadu RSUP Dr. Sardjito. Hal ini disebabkan karena terdapat
perbedaan cut off nilai kritis yang ditetapkan oleh kedua laboratorium tersebut. Dalam penentuan nilai kritis, tidak ada
pedoman yang diterima secara universal yang menunjukkan pemeriksaan mana yang harus memiliki nilai kritis, berapa
ambang batas yang seharusnya, apakah nilai kritis harus diulang sebelum pelaporan, dan berapa waktu yang dapat diterima
dari keluarnya hasil hingga pemberitahuan kepada klinisi. Hal ini menyebabkan variasi yang signifikan dalam prosedur yang
berkaitan dengan nilai-nilai kritis di setiap rumah sakit. Pengembangan kebijakan nilai kritis menjadi tanggung jawab
pimpinan laboratorium dengan melakukan koordinasi dengan rekan klinisi. Beberapa hal yang merupakan prosedur penting
dalam penentuan nilai kritis antara lain:

1. Menentukan definisi dari nilai kritis/pemeriksaan kritis beserta ambang batasnya


2. Menentukan prosedur pelaporan nilai kritis, yang terdiri dari:
a. Indentifikasi nilai kritis
b. Pelaporan tepat waktu
c. Media pelaporan nilai kritis
d. Pihak yang melaporkan
e. Pihak yang menerima laporan
f. Konfirmasi bahwa informasi telah tersampaikan
g. Hal yang harus dicatat
h. Prosedur eskalasi, yaitu hal yang harus dilakukan jika informasi tidak tersampaikan
3. Menentukan prosedur evaluasi dan pemantauan nilai kritis

Pemilihan daftar nilai kritis beserta cut off nilai kritis merupakan suatu hal yang penting diperhatikan, yaitu hanya memilih
pemeriksaan (beserta cut off nya) yang dianggap termasuk dalam “bahaya yang akan segera terjadi” sebab daftar nilai kritis
yang sangat ekstensif atau tidak sesuai, dengan cut off yang kurang tepat, dapat mengakibatkan informasi yang
disampaikan berlebihan, pekerjaan yang tidak perlu oleh staf laboratorium, dan pandangan kurang baik oleh klinisi terhadap
peran penting laboratorium ini. Di sisi lain, daftar nilai kritis yang sangat minimal dan eksklusif, dengan ambang batas yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah, mungkin tidak mencegah keadaan klinis yang buruk dan mengakibatkan penundaan
pengambilan keputusan. Hal ini dapat dihindari dengan meninjau, merevisi dan memperbarui daftar nilai kritis secara berkala
dengan berkonsultasi dengan klinisi untuk mengurangi jumlah panggilan yang dilakukan oleh staf laboratorium dan
menghindari interupsi yang tidak perlu bagi dokter. Konsekuensi dari perubahan cut off untuk pelaporan nilai kritis juga harus
diperhatikan. Penetapan Cut off ini harus ditentukan dengan melakukan diskusi dengan dokter atau klinisi di rumah sakit
atau fasilitas kesehatan terkait. Perubahan dalam parameter pelaporan nilai kritis dapat mengakibatkan penambahan atau
hilangnya jumlah pelaporan nilai kritis, sehingga dapat berdampak juga pada pengambilan keputusan oleh klinisi.

KESIMPULAN
Terdapat perbedaan signifikan jumlah nilai kritis parameter hematologi (hematokrit, jumlah trombosit, jumlah lekosit dan
APTT) antara penggunaan cut off nilai kritis Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates dan Instalasi Laboratorium Terpadu
RSUP Dr. Sardjito yang berpotensi menimbulkan peningkatan beban kerja staf laboratorium dan waktu yang lebih banyak
dalam pelaporan nilai kritis. Cut off nilai kritis di Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Wates sebaiknya dapat ditinjau, direvisi
dan diperbaharui secara berkala (1 tahun sekali).

116
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 8 No. 2
ISSN. 2655-4399 Juni 2023
DAFTAR PUSTAKA

Rocha BCB, Alves JAR, Pinto FPD, Mendes ME, Sumita NM. The critical value concept in clinical laboratory. J Bras Patol e
Med Lab 2016; 52: 17–20.

AlSadah K, S El-Masry O, Alzahrani F, Alomar A, Ghany MA. Reporting Clinical Laboratory Critical Values: A Focus On The
Recommendations Of The American College Of Pathologists. J Ayub Med Coll Abbottabad 2019; 31: 612–618.

Cv C. Assessing the turn over time of. 2019; 9: 17–19.

Lundberg GD. Critical (panic) value notification: an established laboratory practice policy (parameter). JAMA J Am Med
Assoc 1990; 263: 709–709.

Liebow EB, Derzon JH, Fontanesi J, Favoretto AM, Baetz RA, Shaw C, et al. Effectiveness of automated notification and
customer service call centers for timely and accurate reporting of critical values: A laboratory medicine best practices
systematic review and meta-analysis. Clin Biochem 2012; 45: 979–987.

McPherson RA, Pincus MR. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 23rd ed. St. Louis,
Missouri: Elsevier, 2017.

Campbell CA, Horvath AR. Towards harmonisation of critical laboratory result management - Review of the literature and
survey of Australasian practices. Clin Biochem Rev 2012; 33: 149–160.

Tripathi CB. Study of Variables Affecting Critical Value Notification in a Laboratory Catering to Tertiary Care Hospital. 2015;
30: 89–93.

Dighe AS, Rao A, Coakley AB, Lewandrowski KB. Analysis of laboratory critical value reporting at a large academic medical
center. Am J Clin Pathol 2006; 125: 758–764.

117

You might also like