You are on page 1of 12

11/3/21, 2:43 PM Editorial Team

HOME ABOUT LOGIN REGISTER SEARCH CURRENT ARCHIVES ANNOUNCEMENTS

Home > About the Journal > Editorial Team Accreditation & Certificate

EDITORIAL TEAM
CHIEF EDITOR
Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si, , (SCOPUS ID: 57200582013 ; H-Index : 3), Department of Nutrition, Faculty of
Public Health, Universitas Airlangga, Indonesia

EDITORIAL BOARD
Assoc. Prof. Wantanee Kriengsinyos, Ph.D, (SCOPUS ID: 6506938692 ; H-Index : 10), Human Nutrition
Division, Institute of Nutrition, Mahidol University, Thailand
Assoc. Prof. Hazreen Bin Abdul Majid, Bsc. Dietetic., M.Nut.Dietetic., Ph.D, , (SCOPUS ID: 54893067500 ; H-
Download Certificate
Index : 15), Department Social and Preventive Medicine, Faculty of Medicine, University of Malaya, Malaysia
Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN, , (SCOPUS ID: 56157628600 ; H-Index : 5), Department of Community
Nutrition, Human Ecology Faculty, Bogor Agricultural University, Indonesia
Prof. R. Bambang W, dr, MS, MCN, Ph.D, SpGK, , (SCOPUS ID: 56403330300 ; H-Index : 4), Department of Instruction for Author
Nutrition, Faculty of Public Health, Universitas Airlangga, Indonesia
Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd, , (SCOPUS ID: 57193699945 ; H-Index : 1), State University of Surabaya, Guide for authors
Indonesia
Dr. Beben Benyamin, PhD, , (SCOPUS ID: 16314927500 ; H-Index : 27), School of Health Sciences, University Online Submission
of South Australia, Australia
Document Template
Loh Su Peng, PhD, (SCOPUS ID: 23972729900 ; H-Index : 15), Department of Nutrition & Dietetics, Faculty of
Medicine & Health Sciences, Universiti Putra Malaysia
Sueppong Gowachirapant, Ph.D., , (SCOPUS ID: 12764961000), Institute of Nutrition, Mahidol University,
Thailand Journal Policy
Dr. Ir. Tri Dewanti Widyaningsih, M.Kes, ,(SCOPUS ID: 55900709900 ; H-Index : 5), Department of Food
Science and Technology, Faculty of Agriculture Technology, University of Brawijaya, Indonesia, Indonesia Focus and Scope
Dr. Toto Sudargo, M.Kes, , (SCOPUS ID: 56158010900 ; H-Index : 3), Undergraduate School of Nutrition and
Health, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University, Indonesia Publication Ethics
Prof. Dian Handayani, SKM.,MKes.,Ph.D, , (SCOPUS ID: 56035896000 ; H-Index : 3), Nutrition Department, Article Proccessing Charge
Faculty of Medicine, University of Brawijaya, Indonesia
Peer Reviewers
MANAGING EDITORS Peer Review Process
Qonita Rachmah, S.Gz, M.Sc (Nutr & Diet), , (SCOPUS ID: 60069383 ; H-Index : 3), Department of Nutrition, Editorial Team
Faculty of Public Health, Universitas Airlangga, Indonesia
Stefania Widya Setyaningtyas,S.Gz,MPH, , (SCOPUS ID : 57208284644 ; H-Index : 1) Department of Nutrition, Open Access Statement
Faculty of Public Health, Universitas Airlangga, Indonesia
Plagiarism
Dominikus Raditya Atmaka, S.Gz., MPH, (SCOPUS ID: 57222577092), Department of Nutrition, Faculty of Public
Health, Universitas Airlangga, Indonesia Copyright

ADMINISTRATIVE ASSISTANT Contact

Old Website
Hadiar Huriyah Rahma, S.KM, Department of Nutrition, Faculty of Public Health, Universitas Airlangga,
Indonesia

USER

Username
Password
Remember me

Login

NOTIFICAT ION S

View
Subscribe

JOURN AL CON T ENT

https://e-journal.unair.ac.id/index.php/MGI/about/editorialTeam 1/2
11/3/21, 5:02 PM Vol 12, No 1 (2017)

HOME ABOUT LOGIN REGISTER SEARCH CURRENT ARCHIVES ANNOUNCEMENTS

Home > Archives > Vol 12, No 1 (2017) Accreditation & Certificate

VOL 12, NO 1 (2017)


JURNAL MEDIA GIZI INDONESIA

TABLE OF CONTENTS
ARTICLES
GAMBARAN AKTIVITAS SEDENTARI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA 
GIZI LEBIH DAN GIZI NORMAL PDF

1-6
Download Certificate
10.20473/mgi.v12i1.1-6
Sofia Rahma Pramudita, Siti Rahayu Nadhiroh
Instruction for Author
HUBUNGAN PRAKTIK PERSONAL HYGIENE PEDAGANG DENGAN KEBERADAAN BAKTERI 
ESCHERICHIA COLI DALAM JAJANAN KUE LAPIS DI PASAR KEMBANG KOTA SURABAYA PDF Guide for authors
7- Online Submission
13
10.20473/mgi.v12i1.7-13 Document Template
Ardini Debilauralita Nuraya, Triska Susila Nindya

Journal Policy
KEBIASAAN SARAPAN BERHUBUNGAN DENGAN KONSENTRASI BELAJAR PADA SISWA 
SDN SUKOHARJO I MALANG PDF
Focus and Scope
14-
20 Publication Ethics
10.20473/mgi.v12i1.14-20
Article Proccessing Charge
Lydia Verdiana, Lailatul Muniroh
Peer Reviewers

TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PROTEIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER PERTAMA DAN 
Peer Review Process
KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PDF
Editorial Team
21-
26 Open Access Statement
10.20473/mgi.v12i1.21-26
Plagiarism
Anisatun Azizah, Merryana Adriani
Copyright

DAYA TERIMA, KADAR PROTEIN DAN ZAT BESI COOKIES SUBTITUSI TEPUNG DAUN  Contact
KELOR DAN TEPUNG KECAMBAH KEDELAI PDF
Old Website
27-
33
10.20473/mgi.v12i1.27-33
Yulia Kurnia Sari, Annis Catur Adi

USER
HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) 
DENGAN POWER ATLET BELADIRI PDF Username
34- Password
39
10.20473/mgi.v12i1.34-39 Remember me
Laila Maulida Hidayah, Lailatul Muniroh Login

HUBUNGAN FREKUENSI PENIMBANGAN, PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM, DAN 


PEMBERIAN VITAMIN A DENGAN KEJADIAN UNDERWEIGHT PADA BALITA DI PROVINSI PDF NOTIFICAT ION S
JAWA TIMUR 40-
46 View
Subscribe
10.20473/mgi.v12i1.40-46
Nafijah Muliah, Agus Sri Wardoyo, Trias Mahmudiono
JOURN AL CON T ENT

https://e-journal.unair.ac.id/MGI/issue/view/707 1/3
11/3/21, 5:02 PM Vol 12, No 1 (2017)
HUBUNGAN ASUPAN CAIRAN, STATUS GIZI DENGAN STATUS HIDRASI PADA PEKERJA  Search
DI BENGKEL DIVISI GENERAL ENGINEERING PT PAL INDONESIA PDF

47- Search Scope


53 All
10.20473/mgi.v12i1.47-53
Nika Anita Sari, Triska Susila Nindya Search

AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI KEDELAI PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI  Browse
PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMKN 10 SURABAYA PDF By Issue
54- By Author
63 By Title
10.20473/mgi.v12i1.54-63 Other Journals
Eva Flourentina Kusumawardani, Annis Catur Adi

INFORMAT ION
HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN 
KEPADATAN TULANG LACTO OVO VEGETARIAN DI YAYASAN BUDDHA TZU CHI PDF For Readers
SURABAYA 64- For Authors
71 For Librarians

10.20473/mgi.v12i1.64-71
Intan Sekar Putri Nugroho, Lailatul Muniroh

PENGARUH SUBSTITUSI SARI KACANG KOMAK (LABLAB PURPUREUS (L.) SWEET) DAN 
SUSU SKIM TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK, NILAI PH, DAN TOTAL BAKTERI ASAM PDF
LAKTAT YOGHURT KACANG KOMAK 72-
79

10.20473/mgi.v12i1.72-79
Astrid Widiastuti, Judiono Judiono

PENGARUH SUBSTITUSI TEMPE DAN PENAMBAHAN ISOLATED SOY PROTEIN TERHADAP 


MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN PROTEIN SOSIS AYAM PDF

80-
87
10.20473/mgi.v12i1.80-87
Rizky Arifandy Amir, Annis Catur Adi

PENERAPAN HACCP DALAM PROSES PRODUKSI MENU DAGING RENDANG DI INFLIGHT 


CATERING PDF

88-
97
10.20473/mgi.v12i1.88-97
Ardanisworo Lintang Wicaksani, Retno Adriyani

In Collaboration

View MGI Stats

https://e-journal.unair.ac.id/MGI/issue/view/707 2/3
PENGARUH SUBSTITUSI TEMPE DAN PENAMBAHAN ISOLATED
SOY PROTEIN TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN
KANDUNGAN PROTEIN SOSIS AYAM
Effect of Tempeh Substitution and Isolated Soy Protein Addition on Organoleptic Quality and
Protein Value of Chicken Sausages

Rizky Arifandy A.1, Annis Catur Adi2


1Program Studi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
2Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
Email : arifandyrizky@ymail.com

ABSTRAK
Daging ayam, tempe kedelai, dan Isolated Soy Protein (ISP) dapat diolah menjadi sosis sebagai jajanan tinggi protein.
Angkak adalah pewarna alami makanan yang ditambahkan sehingga sosis menjadi lebih menarik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tempe dan penambahan Isolated Soy Protein (ISP) terhadap mutu
organoleptik dan kadar protein, serta menentukan formula terbaik yang menghasilkan sosis berkualitas baik. Jenis
penelitian adalah eksperimental murni dengan desain rancangan acak lengkap (RAL). Terdapat 3 jenis formula, yaitu 1
formula kontrol F0 (ayam) dan 2 formula modifikasi F1 (50 g ayam, 50 g tempe, 15 g ISP, dan 3 g angkak), F2 (100 g
tempe, 25 g ISP, 5 g angkak) dengan 3 kali pengulangan. Panelis penelitian terdiri dari 35 panelis tidak terlatih. Hasil uji
organoleptik menunjukkan formulasi yang paling disukai panelis adalah F2 (warna, rasa, tekstur). Kandungan protein
per 100g sosis tertiggi adalah F2 yaitu 17,4 g dibandingkan dengan F0 14,6g. Terdapat perbedaan yang signifikan antara
F0 dengan F1, F2 pada karakteristik rasa (p = 0,000) dan warna (p = 0,000). Formula terbaik dinilai dari komposisi
terbaik, uji organoleptik, dan kandungan protein adalah F2.

Kata kunci: Isolated Soy Protein (ISP), mutu organoleptik, protein sosis ayam, tempe

ABSTRACT
Chicken, soy tempeh, and Isolated Soy Protein (ISP) can be processed into sausages that can be alternative for high-
protein snack. Red Yeast Rice is a natural food colorant added to that the sausage to make more interest. This research
was aimed to determine the substitution effect of tempeh and addition of Isolated Soy Protein (ISP) to the organoleptic
quality, protein value of chicken sausages. The type of research was pure experimental with completely randomized
design. There was 3 types of formula, 1 control formula F0 (chicken) and 2 formula modifications F1 (50 g chicken, 50
g tempeh, 15 g ISP, and 3 g of red yeast rice), F2 (100 g tempeh, 25 g ISP, 5 g red yeast rice ) with three replications.
The organoleptic quality was determined by 35 untrained panelists. The results of organoleptic tests showed that F2
(color, taste, texture) was most preferred formulations. The highest protein content per 100 g sausage was F2 (17.4 g)
compared with F0 (14.6 g). There were significant differences between F0 to F1, F2 on flavors (p = 0.000) and color
(p = 0.000). The best formula rated by the composition, organoleptic test, and the protein content was F2.

Keywords: Isolated Soy Protein (ISP), organoleptic, chicken sausage protein, tempeh

PENDAHULUAN Pola makan anak usia sekolah berbeda dengan


Prevalensi masalah gizi kurang merupakan saat balita, yaitu bertambah pada jumlah, frekuensi,
masalah utama pada anak usia sekolah. Hasil dan variasi makanan namun jenis makanan yang
Riskesdas (Kemenkes RI, 2013) menunjukkan disukai terbatas (Almatsier, dkk., 2011). Hasil
prevalensi gizi kurang pada anak sekolah mencapai penelitian Wardoyo dan Mahmudiono (2013)
30,1%. Masalah gizi pada anak usia sekolah dapat menunjukkan sebagian besar asupan energi dan
ditangani dengan memberikan nutrisi yang tepat protein anak sekolah termasuk dalam kategori
sesuai kebutuhan anak. kurang. Kurangnya tingkat kecukupan energi dan

80
Rizky Arifandy A., dkk., Pengaruh Substitusi Tempe dan.... 81

protein disebabkan oleh kualitas makanan dan (2012), angkak dapat digunakan sebagai pewarna
sarapan pagi yang belum memenuhi syarat baik dan pengawet pada proses pembuatan sosis.
jumlah dan kualitas zat gizinya. Penggunaan angkak bertujuan untuk memberikan
Anak usia sekolah pada umumnya lebih suka warna yang menarik sehingga sosis yang dibuat
mengonsumsi jajanan dibandingkan makanan tetap diminati berdasarkan warna.
utama. Salah satu jajanan yang digemari adalah Penggunaan daging ayam, tempe kedelai, dan
sosis. Sosis berbahan dasar daging yang digiling Isolated Soy Protein (ISP) dapat menghasilkan
ditambah lemak, air, dan bumbu sehingga sosis tinggi protein yang baik untuk dikonsumsi
membentuk emulsi (Erdiansyah, 2006). anak usia sekolah untuk pemenuhan kebutuhan
Sosis ayam merupakan salah satu jenis sosis gizi bagi perkembangan dan pertumbuhan.
yang digemari anak-anak. Ayam merupakan salah Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan
satu sumber protein hewani yang mengandung untuk mengetahui pengaruh penambahan tempe,
18,2 g protein per 100 g dagingnya (Rusmana dkk., Isolated Soy Protein (ISP), dan pewarna alami
2008). Pemenuhan gizi bagi anak usia sekolah terhadap mutu organoleptik dan kadar protein, serta
juga mempertimbangkan sumber protein nabati menentukan formula terbaik untuk menghasilkan
yang dikonsumsi. Tempe sebagai salah satu bahan sosis yang berkualitas.
pangan lokal yang bernilai gizi tinggi yaitu per
100 g tempe mengandung 18,3 g protein. Tempe METODE
mengandung vitamin B12 yang potensial dan pada
umumnya hanya terdapat pada bahan makanan Penelitian ini menggunakan eksperimental
hewani. Vitamin B12 pada tempe berasal dari murni karena sampel sosis dikelompokkan sesuai
kedelai yang mengalami proses fermentasi (Dahlia dengan jenis perlakuan, yaitu terdapat formula
dan Rusalanti, 2007). kontrol dan modifikasi dengan desain rancangan
Isolated Soy Protein (ISP) adalah bentuk halus acak lengkap (RAL). Terdapat 3 perlakuan dengan
kedelai yang mengandung 90% protein kedelai. 3 kali pengulangan. Penelitian dilaksanakan pada
Penambahan ISP dilakukan untuk meningkatkan bulan Mei–September 2016. Pembuatan sosis
kandungan protein pada produk makanan terutama dilakukan di Laboratorium Gizi Universitas
sebagai pengganti protein hewani. Sebagian Airlangga, uji mutu organoleptik di SDN Manukan
besar bahan pangan hewani mengandung protein Kulon Surabaya, uji kadar protein dilakukan di
yang lebih tinggi dibandingkan protein nabati. Laboratorium Balai Penelitian dan Konsultasi
Oleh karena itu ISP dapat dijadikan alternatif Industri (BPKI) Surabaya.
tambahan protein dengan harga yang relatif lebih
Bahan dan Alat Formulasi
rendah dibandingkan daging. Ketersediaan ISP
sudah cukup banyak terutama di toko bahan kue Bahan yang digunakan dalam pembuatan sosis
dan makanan. Menurut Suryanto (2011), ISP adalah daging ayam, tempe, Isolated Soy Protein
berfungsi sebagai binder (pengikat) adonan karena (ISP), angkak, susu, tepung terigu, tepung tapioka,
mengandung protein yang tinggi sehingga mampu putih telur, minyak goreng, bawang merah, bawang
memperbaiki sifat emulsi pada pembuatan sosis. putih, merica, pala, garam, dan gula. Casing atau
ISP juga berfungsi sebagai gelling, emulsifikasi, selongsong sosis yang digunakan berbahan dasar
meningkatkan cita rasa, memberikan tekstur yang plastik khusus yang aman dalam pembuatan
kenyal. makanan.
Makanan yang menarik bagi anak-anak salah Penggunaan bahan pembuatan sosis dengan
satunya berwarna terang. Pada umumnya sosis proporsi yang berbeda pada tiap formula yaitu
yang beredar di pasaran berwarna merah, namun substitusi tempe dan penambahan Isolated Soy
penggunaan pewarna pada sosis belum tentu Protein (ISP) sebagai binder yang bertujuan
aman dikonsumsi oleh anak-anak. Oleh karena itu untuk meningkatkan daya ikat protein terhadap air
digunakan pewarna alami yaitu angkak sebagai dan lemak sehingga emulsi sosis menjadi stabil.
pewarna merah sosis. Menurut Pangesthi, dkk. Perbedaan penggunaan filler yaitu proporsi tepung
82 Media Gizi Indonesia, Vol. 11, No. 1 Januari–Juni 2016: hlm. 80–87

Tabel 1. Formula Sosis tidak suka, 2: tidak suka, 3: suka, 4: sangat suka).
Formula Panelis pada penelitian ini adalah panelis tidak
F0 F1 F2
Bahan terlatih yaitu siswa kelas 5 SDN Manukan Kulon
Ayam (g) 100 50 0 Surabaya sebanyak 35 siswa. Siswa sekolah dasar
Tempe (g) 0 50 100 dipilih sebagai panelis karena mempertimbangkan
ISP (g) 0 15 25
Angkak (g) 0 3 5
sasaran produk yaitu anak usia sekolah sehingga
didapatkan penilaian sesuai dengan kesukaan
yang sesuai dengan karakteristik anak-anak dalam
terigu dan tepung tapioka sebagai pengikat air pemilihan makanan jajanan.
yang dapat berpengaruh terhadap emulsifikasi
sehingga mempengaruhi tekstur sosis. Sedangkan Teknik Analisis
substitusi daging ayam dengan tempe 100% Penilaian uji mutu organoleptik yang
bertujuan sebagai alternatif penggunaan sumber dilakukan meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur
protein bahan pangan lokal yang berpengaruh yang diperoleh dari penilaian panelis menggunakan
pada peningkatan kandungan protein sosis. Berikut angket uji kesukaan, perhitungan kandungan
adalah formula sosis yang digunakan dalam protein dilakukan dengan uji laboratorium
penelitian: kimia. Uji Kruskal Wallis dengan α ≤ 0,05
Proses Pembuatan digunakan untuk mengetahui perbedaan pengaruh
Proses pembuatan sosis dilakukan 2 tahap penambahan tempe, ISP, dan pewarna alami mutu
yaitu persiapan dan pengolahan. Pada tahap organoleptik sosis dan uji Mann Whitney α ≤ 0,05
persiapan daging ayam dihaluskan lalu dibekukan. untuk mengetahui perbedaan tiap formula yang
Angkak direndam selama 24 jam. Selanjutnya paling signifikan.
pada proses pengolahan yaitu ayam, tempe, ISP, Penelitian ini melibatkan subjek manusia
pewarna ditimbang sesuai dengan takaran formula, sebagai panelis untuk menilai mutu organoleptik
ditambahkan telur, minyak goreng, es batu, dan sosis. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan
bumbu lalu digiling menjadi satu hingga halus. dari komisi etik penelitian kesehatan Fakultas
Adonan dimasukkan ke dalam casing sosis lalu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
diikat dengan panjang 20 cm setiap sosis. Sosis Surabaya dengan nomor 459-KEPK.
dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih
dan direbus selama 15 menit. Sosis yang sudah HASIL DAN PEMBAHASAN
matang ditiriskan dengan cara digantung. Sosis
Hasil uji mutu organoleptik pada keempat
yang telah dingin digoreng.
formula sosis menunjukkan sebagian besar panelis
Uji Organoleptik menyukai sosis modifikasi. Berdasarkan hasil uji
organoleptik terhadap tingkat kesukaan warna,
Sampel penelitian adalah sosis ayam dengan aroma, tekstur, dan rasa formula sosis F2 (100 g
substitusi tempe dan penambahan Isolated Soy tempe, 25 g ISP, 5 g angkak) merupakan formula
Protein (ISP), dan pewarna alami (angkak) dengan terbaik yang paling disukai oleh panelis. Semakin
proporsi formula yang telah ditentukan. Ukuran tinggi substitusi tempe dan penambahan ISP maka
sampel yang disajikan pada panelis adalah 5 gram daya terima dan kandungan protein pada sosis
untuk masing-masing formula sosis. Sampel modifikasi semakin meningkat.
diambil secara acak dari hasil pengulangan pada
setiap perlakuan. Sampel yang dinilai adalah Warna
sosis yang disajikan dan disediakan angket uji
Berdasarkan hasil uji organoleptik panelis
kesukaan untuk penilaian panelis terhadap mutu
tidak terlatih terhadap tingkat kesukaan warna
organoleptik sosis meliputi karakteristik warna,
menunjukkan tingkat kesukaan warna tertinggi
aroma, rasa, dan tekstur sosis. Angket uji kesukaan
adalah F2 (100 g tempe, 25 g ISP, 5 g angkak)
menggunakan 4 skala tingkat kesukaan (1: sangat
dengan mean rank (peringkat rata-rata) 80,23.
Rizky Arifandy A., dkk., Pengaruh Substitusi Tempe dan.... 83

Warna sosis yang dinilai panelis adalah bagian luar penggorengan dapat mempengaruhi aroma sosis
dan dalam sosis. Hal ini dilakukan karena warna karena minyak yang digunakan dapat memperbaiki
sosis setelah digoreng menunjukkan perbedaan aroma sosis (Mayasari, 2010).
warna yang signifikan (p = 0,000) antara sosis Hasil uji organoleptik panelis tidak terlatih
tanpa menggunakan pewarna dengan sosis yang terhadap aroma sosis menunjukkan daya terima
menggunakan angkak. aroma tertinggi berdasarkan mean rank adalah F0
Penggunaan angkak sebagai pewarna (ayam) yaitu 76,24 dan selanjutnya adalah F1 (50
pada sosis F1 (50 g ayam, 50g tempe, 15g ISP, g ayam, 50 g tempe, 15 g ISP, 3 g angkak) yaitu
3g angkak) dan F2 (100g tempe, 25g ISP, 5g 74,41. Aroma sosis kontrol dan sosis modifikasi
angkak) disukai oleh panelis. Warna yang paling dapat diterima oleh penelis.
disukai adalah F2 (100g tempe, 25g ISP, 5g Aroma khas pada sosis kontrol (F0) adalah
angkak) dengan penambahan angkak lebih tinggi khas daging ayam yang ditambahkan bumbu,
dibandingkan F1. Hal ini sejalan dengan penelitian sedangkan pada formula sosis modifikasi (F1
Syafani dan Pangesthi (2013) pada pembuatan dan F2) aroma yang timbul adalah aroma kedelai
sosis yang ditambahkan angkak sebagai pewarna karena bahan utama yang digunakan adalah tempe
menunjukkan hasil uji organoleptik terhadap dan Isolated Soy Protein (ISP). Sesuai dengan
warna yang paling disukai adalah sosis dengan SNI 3820:2015 tentang pembuatan sosis, aroma
penambahan angkak terbanyak. sosis yang baik adalah aroma khas dari bahan
Hasil analisis statistik Kruskal Wallis baku pembuatan tidak sepenuhnya hilang. Aroma
menunjukkan perlakuan yang diberikan sosis yang menggunakan tempe dan ISP tetap
berpengaruh signifikan (p = 0,000) terhadap disukai panelis. Penggunaan ISP yang mengandung
warna sosis. Setelah dilakukan uji statistik lanjutan protein hampir murni yaitu 90%, ISP bebas dari
Mann Whitney, menunjukkan formula yang bau menyengat, rasa, warna, dan faktor anti gizi
berbeda signifikan adalah F0 dan F2. Wahyuni, dapat menyamarkan bau langu khas tempe.
dkk. (2012) menyatakan bahwa penambahan Berdasarkan uji statistik, penambahan
angkak berpengaruh nyata terhadap warna sosis. tempe dan ISP memiliki pengaruh yang tidak
Lebih lanjut Atma (2015) menyatakan bahwa signifikan (p = 0,483) terhadap aroma sosis. Hal
penambahan angkak sebagai pewarna sosis ini sejalan dengan penelitian Ambari, dkk. (2014)
memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang
hasil uji organoleptik warna sosis. nyata terhadap aroma sosis tempe pada setiap
perlakuan.
Aroma
Tekstur
Aroma merupakan salah satu sifat visual
pada produk yang dapat digunakan untuk Karakteristik sosis kontrol (F0) dan sosis
menilai kualitas makanan dengan melakukan uji modifikasi (F1 dan F2) dipengaruhi oleh bahan
organoleptik menggunakan indera penciuman dasar pembuatan yang mengandung protein
yang sensitif. Aroma sosis dinilai dengan cara sehingga tekstur dibentuk oleh matrik pada adonan
mencium aroma sosis setelah dipotong sehingga akibat adanya interaksi antara protein dengan air,
panelis dapat menilai aroma asli sosis. Proses protein dengan lemak, dan protein dengan protein

Tabel 2. Distribusi Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Mutu Organoleptik Sosis

Formula
Indikator p-value
F0 F1 F2
Warna 89,64a 76,40a,b 80,23b 0,000
Aroma 76,24 74,41 65,13 0,483
Tekstur 68,88 67,23 74,49 0,415
Rasa 88,93a 66,48b 76,89a,b 0,000
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata
84 Media Gizi Indonesia, Vol. 11, No. 1 Januari–Juni 2016: hlm. 80–87

(Widjanarko, dkk., 2012). Sosis yang bermutu dilakukan panelis. Rasa dari suatu produk berasal
baik adalah yang memiliki tekstur kompak, dari bahan pangan yang digunakan dan pengolahan
kenyal, dan empuk. Kualitas sosis ditentukan oleh yang dapat menambah cita rasa sehingga
daya ikat antara partikel protein dan bahan yang meningkatkan daya terima produk (Prayitno dkk.,
ditambahkan (Koapaha, dkk., 2011). 2009).
Hasil penilaian uji organoleptik panelis Hasil penilaian uji organoleptik panelis
tidak terlatih terhadap tingkat kesukaan tekstur tidak terlatih terhadap rasa sosis menunjukkan
menunjukkan peringkat tertinggi adalah F2 (100 peringkat rata-rata tertinggi pada rasa sosis adalah
g tempe, 25 g ISP, 5 g angkak) yaitu 79,49. Hal sosis kontrol (F0) yaitu 88,93, selanjutnya sosis
ini menunjukkan sebagian besar panelis menyukai modifikasi F2 (100 g tempe, 25 g ISP, 5 g angkak)
tekstur sosis F2. Tempe berperan sebagai pengganti yaitu 76,89. Pengaruh penggunaan tempe, ISP, dan
protein pada daging ayam dan ISP sebagai pewarna berpengaruh signifikan terhadap rasa sosis
emulsifier sehingga didapat tekstur sosis yang (p = 0,000). Uji lanjutan menunjukkan pasangan
kompak. Martinez dan Pilosof (2014) menyatakan antar formula yang berbeda signifikan adalah F0-
bahwa protein kedelai digunakan pada makanan F1.
sebagai bahan fungsional dan bergizi tinggi. Perbedaan proporsi ISP dapat mempengaruhi
Selain itu, protein pada kedelai berfungsi sebagai rasa sosis yaitu semakin banyak penambahan
pengemulsi dan pembentuk gel pada makanan. ISP pada sosis maka semakin meningkat tingkat
Pembentukan tekstur sosis yang padat dan kesukaan panelis terhadap rasa sosis. Rosida,
kenyal dipengaruhi oleh peranan amilosa dan dkk. (2015) menyatakan bahwa semakin banyak
amilopektin pada tepung tapioka yang digunakan. konsentrat protein kedelai yang ditambahkan pada
Wulandari, dkk. (2013) menyatakan bahwa dalam pembuatan sosis dapat menambah rasa gurih pada
pembuatan sosis berbahan baku tempe kedelai, sosis sehingga meningkatkan daya terima. Semakin
tekstur dan kekerasan sosis tempe dipengaruhi tinggi kadar isolat protein yang ditambahkan
oleh penggunaan tepung tapioka dan putih telur mempengaruhi rasa sosis yang dihasilkan.
yang berperan sebagai binder. Tepung tapioka Kedelai memiliki aftertaste pahit pada hasil
yang digunakan memiliki kemampuan gelatinisasi olahannya yaitu tempe dan Isolated Soy Protein
dan pembentukan gel sehingga dapat memperbaiki (ISP). Rasa pahit tersebut timbul akibat adanya
tekstur sosis. Sedangkan molekul protein pada senyawa glikosida pada kedelai, soyaponin, dan
putih telur mengalami koagulasi sehingga tekstur sapogenol yang merupakan penyebab timbulnya
menjadi padat. aftertaste pahit (Wulandhari dkk., 2013). ISP
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa mengandung protein hampir murni yaitu 90%,
penambahan tempe, ISP, dan pewarna terhadap sehingga ISP bebas dari rasa yang menyengat.
sosis berpengaruh tidak signifikan terhadap Penggunaan pewarna alami dalam jumlah
tekstur sosis (p = 0,415). Hal ini menunjukkan yang sedikit tidak mempengaruhi rasa sosis tempe.
tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur sosis Pada penelitian ini digunakan angkak sebagai
yang hampir sama dan dapat diterima dengan pewarna alami sosis, namun bahan tersebut tidak
baik oleh panelis. Panelis lebih menyukai tekstur berpengaruh besar terhadap rasa sosis.
sosis tempe tanpa penggunaan daging ayam, hal
ini sejalan dengan penelitian Kusumastuti (2012) Protein
yang menyatakan bahwa sebagian besar panelis Sosis tempe modifikasi yang dibuat
lebih menyukai tekstur sosis yang menggunakan merupakan sosis dengan kandungan protein yang
tempe saja. tinggi. Kandungan protein pada sosis kontrol (F0)
lebih rendah dibandingkan dengan sosis modifikasi
Rasa
(F1 dan F2). Kandungan protein per 100 g sosis
Rasa merupakan parameter yang menunjukkan berdasarkan hasil uji laboratorium disajikan pada
suatu produk makanan dapat diterima oleh Tabel 3.
konsumen berdasarkan hasil uji organoleptik yang
Rizky Arifandy A., dkk., Pengaruh Substitusi Tempe dan.... 85

Tabel 3. Kandungan Protein per 100g Sosis Kontrol dan dalam tubuh dibandingkan kedelai karena adanya
Sosis Modifikasi aktivitas enzim yang dihasilkan kapang tempe.
Formula Kandungan Protein (g) Tujuan pemilihan kedelai dalam pembuatan sosis
F0 13,56 juga mempertimbangkan akses pangan lokal
F1 16,12 masyarakat terhadap sumber protein.
F2 17,88 Isolated Soy Protein (ISP) merupakan bentuk
paling halus protein kedelai terutama digunakan
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis kandungan dalam produk olahan daging. Menurut FAO (Food
protein per 100 g sosis terendah adalah sosis and Agriculture Organization), ISP mengandung
kontrol (F0) yaitu 13,56 g. Sosis F0 menggunakan 90% protein kedelai, 0,5% lemak, 4,5% abu,
daging ayam tanpa substitusi tempe dan dan 0,3% karbohidrat (Berk, 1992). Hal ini yang
penambahan ISP, sedangkan kandungan protein menyebabkan sosis modifikasi memiliki kandungan
tertinggi adalah F2 (17,88 g) yang menggunakan protein lebih tinggi dibandingkan formula kontrol
tempe dan ISP dengan proporsi terbanyak. yang tidak ditambahkan ISP.
Sosis ayam dengan substitusi tempe dan Sosis modifikasi dengan penambahan tempe
penambahan ISP yang dibuat dapat dijadikan dan ISP memiliki kandungan protein lebih tinggi
alternatif makanan jajanan untuk memenuhi dibandingkan formula kontrol. Sejalan dengan
kebutuhan protein untuk anak usia 7–12 tahun. penelitian Wulandari, dkk. (2013) yaitu kandungan
Syarat klaim tinggi protein menurut Badan protein sosis tempe yang dibuat lebih unggul
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM, 2016) dibandingkan dengan sosis daging yang beredar di
adalah 20% per 100 gram bahan dari acuan label pasaran. Ambari, dkk. (2014) menyatakan bahwa
gizi. Pada penelitian ini, sosis mengandung protein penggunaan kombinasi protein tersebut dapat
13,56–17,88 g per 100 gram sosis. Jumlah protein memenuhi kandungan asam amino essensial pada
ini juga melampaui syarat mutu protein sosis sosis.
berdasarkan SNI 3820:2015 (BSN, 2015) yaitu
8% per 100 gram sosis (8 g). KESIMPULAN DAN SARAN
Sosis yang dibuat berperan dalam pemenuhan
Substitusi tempe dan penambahan Isolated
protein berdasarkan angka kecukupan gizi. Sosis
Soy Protein (ISP), dan pewarna alami berpengaruh
kontrol dan sosis modifikasi yang dibuat telah
pada daya terima sosis. Hasil uji organoleptik
memenuhi syarat mutu protein sosis berdasarkan
sosis terhadap warna, tekstur, dan rasa yang paling
SNI 3820:2015 (BSN, 2015). Kandungan protein
disukai adalah F2 (tempe 100 g, ISP 25 g, angkak
pada sosis dapat mencapai dua kali lipat standar
5 g), sedangkan aroma yang paling disukai adalah
mutu sosis. Hal ini menunjukkan bahwa sosis yang
F1 (ayam 50g, tempe 50g, ISP 15g, angkak 3g).
dibuat layak dijadikan makanan jajanan bagi anak
Kandungan protein per 100 gram sosis tertinggi
usia sekolah dasar (7–12 tahun).
adalah F2 (tempe 100g, ISP 25 g, angkak 5 g)
Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG)
yaitu 17,88 g per 100 gram sosis dibandingkan
tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013), kebutuhan
dengan F0 (ayam) 13,56 g. Komposisi terbaik
protein anak usia 7–12 tahun adalah 49–56
adalah formula sosis F2 yaitu tempe 100g, ISP
g per hari. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi
25g, dan angkak 5 g.
dari makanan selingan sebesar 10–15%. Sosis
Sosis dengan substitusi tempe dan penambahan
yang dibuat mengandung 5,6–7,4 g per sajian
ISP dapat dijadikan alternatif makanan selingan
yang dianjurkan (2 buah sosis) sehingga dapat
atau jajanan tinggi protein bagi anak usia 7–12
memenuhi kebutuhan protein anak usia 7–12
tahun karena dapat memenuhi 10–15% kebutuhan
tahun.
protein dalam sehari dengan mengonsumsi 2 buah
Tempe kedelai dan ISP dapat menggantikan
sosis berukuran 20 g dengan kandungan protein
peranan daging ayam sebagai sumber protein.
7,4g.
Protein pada tempe kedelai lebih mudah dicerna
86 Media Gizi Indonesia, Vol. 11, No. 1 Januari–Juni 2016: hlm. 80–87

DAFTAR PUSTAKA dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/


Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. (2011). eugenia/article/download/103/99
Gizi seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta : Kusumastuti, K. (2012). Pengaruh penambahan
PT Gramedia Pustaka Utama bekatul beras merah terhadap kandungan gizi,
Ambari, D., Anwar, F., & Damayanthi,E. (2014). aktivitas
Formulasi sosis analog sumber protein berbasis Antioksidan, dan kesukaan sosis tempe (Skripsi
tempe dan jamur toram sebagai pangan yang tidak dipublikasi), Universitas Dipenogoro,
fungsional kaya serat pangan. Jurnal Gizi dan Semarang. Diakses dari : eprints.undip.
Pangan, 9(1), 65 – 72. Diakses dari http:// ac.id/38583/
journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/ Mayasari, S. (2010). Kajian karakteristik kimia
view/8265 dan sensoris kedelai hitam (Glycne soja) dan
Atma, Y. (2015). Studi penggunaan angkak sebagai kacang merah (Pasheolus vulgaris) dengan
pewarna alami dalam pengolahan sosis daging bahan biji berkulit dan tanpa kulit (Skripsi
sapi. Jurnal Teknologi Pangan, 7(2), 76 – 85. yang tidak dipublikasi), Universitas Sebelas
Diakses dari https://jurnal.umj.ac.id/index.php/ maret, Surakarta. Diakses dari https://eprints.
jurtek/article/view/398/367 uns.ac.id/5662/1/135350908201010421.pdf
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Martinez, K., & Pilosof, A. (2014). Role of
Indonesia. (2016). Pengawasan klaim pada polysaccharides in compplex mixtures with
label dan iklan pengolahan makanan. Jakarta: soy protein hydrolysate on foaming properties
BPOM RI. Diakses dari http/.pom.go.id/ studied by response surface methodology.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). (2015). SNI International Journal of Carbohydrate
no 01-3820-2015. Syarat mutu sosis daging. Chemistry, 2014, 1-7. Diakses dari https://www.
Jakarta: BSN. Diakses dari http/bsn.go.id/ hindawi.com/archive/2014/474720/
Berk, Z. (1992). Agricultural Services Bulletin Pangesthi, Lucia, Sulandari, & Radiati. (2012).
No.97:Technology of production of edible flours Eksplorasi angkak sebagai garan curing
and protein products from soybeans. Rome: alternatif pada produksi pangan hewani awetan
FAO. Diakses dari http://www.fao.org/docrep/ yang aman. e-journal Boga, 3(1), 120-130.
t0532e/t0532e07.htm Prayitno, A.H., Miskiyah, A., Rachmawati,
Dahlia, M., & Rusalanti. (2007). Peluang usaha T., Baghaskoro, B., Gunawan, & Suparno.
membuat tahu dan tempe. Jakarta : Agromedia (2009). Karakteristik sosis dengan fortifikasi ß
Erdiansyah. (2006). Teknologi penanganan karoten dari labu kuning (Curcubita moscata).
bahan baku terhadap mutu sosis ikan patin Buletin Peternakan, 33(2), 111 – 118. Diakses
(Pangasius hypotalamus) (Tesis yang tidak dari download.portalgaruda.org/article.
dipublikasikan), Institut Pertanian Bogor, php?article=68283&val=299
Bogor. Diakses dari:repository.ipb.ac.id/ Rosida, D., Sarofa, U., & Dewi, R. (2015).
handle/123456789/9226 Karakteristik fisiko kimia sosis ayam dengan
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Laporan riset penggunaan konsentrat protein biji lamtoro gung
kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta (Leucaena leucicephala) sebagai emulsifier.
: Badan Penelitian dan Pengembanagan Jurnal Rekapangan, 9(1), 19 – 27.
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Diakses Rusmana, D., Piliang, W.G., Setiono, A., &
dari www.depkes.go.id/resources/download/ Budijanto, S. (2008). Pengaruh pemberian
general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf ransum mengandung minyak ikan lemuru dan
Kemenkes RI. (2013). Permenkes RI Nomor 75 vitamin E terhadap kadar lemak dan kolesterol
Tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang daging ayam broiler. Jurnal Ilmu Ternak, 8(1),
dianjurkan bagi bangsa Indonesia. Jakarta: 19 - 24. Diakses dari repository.unpad.ac.id/.../1/
Kemenkes RI. pengaruh_pemberian_ransum_terhadap_kadar_
Koapaha, T., Langi, & Lalujan. (2011). Penggunaan lemak.pdf
pati sagu modifikasi fosfat terhadap sifat Suryanto, E. (2011). Pengguanaan protein
organoleptik sosis ikan patin (Pangasius kedelai pada industri olahan daging. Diakses
hypotalamus) (Skripsi yang tidak dipublikasikan), dari : http://foodreview.co.id/blog-56553-
Universitas Sam Ratulangi, Manado. Diakses Penggunaan-Protein-Kedelai-pada-Industri-
Olahan-Daging.html
Rizky Arifandy A., dkk., Pengaruh Substitusi Tempe dan.... 87

Syafani, & Pangesthi. (2013). Pengaruh formula dengan daya konsentrasi siswa sekolah dasar.
angkak bubuk dan rumput laut (Euchema Media Gizi Indonesia, 9(1), 49 – 53.
cottonii) terhadap mutu organoleptik sosis sapi. Widjanarko., Martati, E., & Nouvelli. (2012). Mutu
ejournal Boga, 2(1), 103 – 108. Diakses dari sosis lele dumbo (Clarias gariepenus) akibat
urnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal- penambahan jenis dan konsentrasi binder.
tata-boga/article/view/1161 Jurnal Teknologi Pertanian, 5(3), 106 – 115.
Wahyuni, Setiyono, & Supadmo. (2012). Pengaruh Diakses dari www.jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/
penambahan angkak dan kombinasi filler article/download/174/549
tepung terigu dan tepung ketela rambat terhadap Wulandari., Komar, N., & Sumarlan, S. (2013).
kualitas sosis sapi. Buletin Peternakan, 36(3), Perekayasaan pangan berbasis produk lokal
181- 192. Diakses dari https://journal.ugm.ac.id/ indonesia (studi kasus sosis berbahan baku
buletinpeternakan/article/view/1627 tempe kedelai). Jurnal Boproses Komoditas
Wardoyo, H & Mahmudiono, T. (2013). Hubungan Tropis, 1(2), 73 – 82. Diakses dari jbkt.ub.ac.id/
makan pagi dan tingkat konsumsi zat gizi index.php/jbkt/article/download/122/112

You might also like