You are on page 1of 4

Heru Purnomo as general secretary of FSGI said "The number of victims of bullying in educational units

during January-July 2023 was a total of 43 people, consisting of 41 students (95.4 percent) and two
teachers (4.6 percent)," so, how to tackle bullying in school?

Well, The honourable judges, ladies and gentlemen good morning. I am ___________________ from
Cinta Rakyat 3 Junior high school

The bullying case that occurred in September this year in Cilacap is proof that bullying cases are still
inevitable at this time, especially in the school environment. This problem affects the welfare of schools
as well as the welfare of students and has a long-lasting negative impact on the victims.

How can bullying happen? I asked some of my friends at school and the results were very surprising.
Bullying occurs because of feelings of envy, pride, seeking attention and fear of feeling rivaled by the
perpetrator of the bullying. This certainly proves to us that bullying is carried out because of the nature
of feeling right and having very high self-confidence. This is certainly detrimental for many parties,

But the good news is that there are effective ways to address this problem and create a safe and
inclusive school environment.

First and most important is awareness. Awareness is the key, realizing that we are very valuable, no one
has the right to harass and insult us in any form. Therefore, it is important to educate students and
parents about bullying and its types such as verbal, physical and cyber bullying.

Secondly, schools should implement clear and comprehensive anti-bullying policies. These

policies should outline what constitutes bullying, the consequences for bullies, and the support

available for victims. By having a well-defined plan in place, schools can deter potential bullies

and provide a safety net for those who are targeted.

Third, fostering a culture of empathy and respect is crucial. Schools can achieve this by

promoting social and emotional learning programs. These programs help students develop

empathy, self-awareness, and effective conflict resolution skills, making it less likely for

bullying to occur.

Additionally, students, teachers, and parents should work together to create a safe environment

where victims can report bullying without fear of retaliation. Open communication channels and

trust-building are essential for tackling this issue effectively.


In the digital age, cyberbullying has become a significant concern. Schools should educate

students about responsible online behavior and the potential consequences of cyberbullying.

Encouraging a supportive online community can help mitigate this form of bullying.

Lastly, we must remember that bullying is not just a school problem but a societal issue. It's

essential to involve the broader community in anti-bullying initiatives. By working together, we

can create a united front against bullying and ensure that our schools are safe havens for all

students.

In conclusion, tackling bullying in schools requires a multifaceted approach involving education,

policies, a culture of empathy, and community involvement. Let's commit to making our schools

safe and inclusive for all, where every student can learn and thrive without the fear of bullying.

Thank you.
Heru Purnomo selaku Sekjen FSGI mengatakan “Jumlah korban bullying di satuan pendidikan selama
Januari-Juli 2023 sebanyak 43 orang, terdiri dari 41 siswa (95,4 persen) dan dua orang guru (4,6 persen),”
lalu bagaimana caranya? untuk mengatasi intimidasi di sekolah?

Baiklah, Yang saya hormati para juri, hadirin sekalian, selamat pagi. Saya ______ dari SMP Cinta Rakyat 3

Kasus bullying yang terjadi pada bulan September tahun ini di Cilacap menjadi bukti bahwa kasus
bullying masih tidak bisa dihindari saat ini, khususnya di lingkungan sekolah. Permasalahan ini
berdampak pada kesejahteraan sekolah serta kesejahteraan siswa dan menimbulkan dampak negatif
jangka panjang bagi para korbannya.

Bagaimana intimidasi bisa terjadi? Saya bertanya kepada beberapa teman saya di sekolah dan hasilnya
sangat mengejutkan. Bullying terjadi karena perasaan iri, bangga, mencari perhatian dan takut merasa
tersaingi oleh pelaku bullying. Hal ini tentunya membuktikan kepada kita bahwa bullying dilakukan
karena sifat merasa benar dan memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi. Hal ini tentu merugikan
banyak pihak,

Namun kabar baiknya adalah terdapat cara efektif untuk mengatasi masalah ini dan menciptakan
lingkungan sekolah yang aman dan inklusif.

Yang pertama dan terpenting adalah kesadaran. Kesadaran adalah kuncinya, menyadari bahwa diri kita
sangat berharga, tidak ada seorangpun yang berhak melecehkan dan menghina kita dalam bentuk
apapun. Oleh karena itu, penting untuk mendidik siswa dan orang tua tentang penindasan dan jenis-
jenisnya seperti penindasan verbal, fisik, dan dunia maya.

Kedua, sekolah harus menerapkan kebijakan anti-intimidasi yang jelas dan komprehensif. Kebijakan-
kebijakan ini harus menguraikan apa yang dimaksud dengan penindasan, konsekuensi bagi pelaku
penindas, dan dukungan yang tersedia bagi para korban. Dengan memiliki rencana yang jelas, sekolah
dapat mencegah potensi pelaku intimidasi dan menyediakan jaring pengaman bagi mereka yang menjadi
sasaran.

Ketiga, menumbuhkan budaya empati dan rasa hormat sangatlah penting. Sekolah dapat mencapai hal
ini dengan mempromosikan program pembelajaran sosial dan emosional. Program-program ini
membantu siswa mengembangkan empati, kesadaran diri, dan keterampilan penyelesaian konflik yang
efektif, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya perundungan.

Selain itu, siswa, guru, dan orang tua harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman di
mana korban dapat melaporkan penindasan tanpa takut akan adanya pembalasan. Saluran komunikasi
yang terbuka dan pembangunan kepercayaan sangat penting untuk mengatasi masalah ini secara efektif.

Di era digital, cyberbullying telah menjadi perhatian yang signifikan. Sekolah harus mendidik siswa
tentang perilaku online yang bertanggung jawab dan potensi konsekuensi dari cyberbullying. Mendorong
komunitas online yang suportif dapat membantu mengurangi bentuk penindasan ini.
Terakhir, kita harus ingat bahwa intimidasi bukan hanya masalah sekolah tetapi masalah masyarakat.
Penting untuk melibatkan komunitas yang lebih luas dalam inisiatif anti-intimidasi. Dengan bekerja sama,
kita dapat menciptakan front persatuan melawan penindasan dan memastikan bahwa sekolah kita
adalah tempat yang aman bagi semua siswa.

Kesimpulannya, mengatasi perundungan di sekolah memerlukan pendekatan multifaset yang melibatkan


pendidikan, kebijakan, budaya empati, dan keterlibatan masyarakat. Mari berkomitmen untuk
menjadikan sekolah kita aman dan inklusif untuk semua, di mana setiap siswa dapat belajar dan
berkembang tanpa rasa takut terhadap perundungan. Terima kasih.

You might also like