You are on page 1of 9

Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands

ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id)


Vol. 8, No.2: 117-125 Oktober 2019
DOI: https://doi.org/10.33230/JLSO.8.2.2019.409

Pertumbuhan Tanaman Lada (Pipper nigrum L.) Umur Satu Tahun pada
Lahan Bekas Tambang dengan Penambahan
Dosis Pupuk Hayati yang Berbeda

Growth of One Year Old Pepper (Pipper nigrum L.) in Post Tin Mining Land Using
Different Dosage Biofertilizer

Badriyah Badriyah 1*) , Ismed Inonu 1 , Euis Asriani 1


1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung,
Bangka Belitung 33172
*)
Penulis untuk korespondensi: badriyahbafi@gmail.com

(diterima 12 Maret 2019, disetujui 25 April 2019)

Sitasi: Badriah B, Inonu I, Asriani E. 2019. Growth of one year old pepper (Pipper nigrum L.) in post tin
mining land using different dosage biofertilizer. Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands.
8(2): 117-125.

ABSTRACT

The yield of pepper as important spice plant has been decreased due to the reduction of
pepper planting area which are converted into tin mining area. One effort can be done is
utilizing suboptimal lands that has low soil fertility. The aim of this research was to
determine the effect of biofertilizer dosage on one year old pepper to growth in post tin
mining land. This research had been conducted from February 2018 until June 2018 in post
tin mining land owned by PT Timah at Dwi Makmur Village, Bangka. The research used
expremental method with Completely Randomized Block Design (CRBD) with single
factor. The factor was biofertilizer dosage: (0,0; 0,5; 1,0; 5,0; 10,0; and 15,0 g/L/plant).
The result showed enrichment biofertilizer significantly effect on chlorophyll content and
number of branch, but not significantly on plants height, number of nodes, and leaf area.
The treatment dosage 10 g/L/plant (1x108 cfu) was the best inclined result growth of one
year old pepper plant in post tin mining land.
Keywords: biofertilizer, dosage, growth, pepper, post tin mining

ABSTRAK

Lada merupakan salah satu tanaman rempah yang produksinya terus menurun akibat
penurunan luasan tanam menjadi area penambangan timah. Salah satu upaya yang bisa
digunakan adalah dengan memanfaatkan lahan suboptimal yang memiliki tingkat
kesuburan rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari
pemberian pupuk hayati untuk pertumbuhan tanaman lada umur satu tahun dilahan beka
tambangan timah. Penelitian ini dimulai dari bulan Febuari sampai bulan Juni 2018 di
lahan pasca penambangan timah milik PT Timah di Desa Dwi Makmur, Bangka. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak kengkap (RAK) satu faktor. Faktor yang digunakan
adalah pemberian dosis pupuk hayati (0,0; 0,5; 1,0; 5,0;10,0; 15,0 g/L/tanaman). Hasil
penelitian penambahan dosis pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil
dan pertambahan jumlah cabang, namun berpengaruh tidak nyata pada pertambahan tinggi
tanaman, jumlah ruas, dan luas daun. Pemberaian dosis pupuk hayati 10 g/L/tanaman
118 Badriyah et al.: Pertumbuhan Tanaman Lada Umur Satu Tahun

(1x108 cfu) memberikan pertumbuhan yang cenderung lebih baik pada tanaman lada umur
satu tahun dilahan bekas tambang timah.
Kata kunci: dosis, lada, lahan bekas tambang timah, pertumbuhan, pupuk hayati

PENDAHULUAN pembenah tanah berupa amelioran dan


bahan organik (Inonu et al., 2014).
Lada (Pipper nigrum L.) merupakan Pemberian bahan organik dapat ditunjang
tanaman perkebunan yang dimanfaatkan dengan pemberian pupuk hayati. Pupuk
sebagai rempah dan menjadi tanaman hayati dapat mengoptimalkan pertumbuhan
perkebunan yang banyak dibudidayakan dan produksi tanaman menjadi lebih baik
oleh masyarakat Bangka Belitung. melalui mekanismenya dengan cara
Direktorat Jendral Perkebunan (2016), mengkolonisasi rhizosper sehingga dapat
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyediakan kebutuhan hara primer
merupakan daerah penghasil lada putih tanaman (Rahmawati 2005). Menurut
terbesar di Indonesia dengan luasan 45.382 Astari et al. (2014) pupuk hayati
ha pada tahun 2015. Luasan lahan tersebut mengandung mikroba yang bermanfaat bagi
jauh turun dari tahun 2004 yang mencapai tanaman. Adapun jenis mikroba yang
60.747 ha. Menurunnya luasan lahan terdapat pada pupuk hayati yang digunakan
tanaman lada dapat menyebabkan turunnya adalah Azotobacter sp., Bacillus sp.,
produksi lada. Azosperilium sp., Bhradyrhizobium sp., dan
Peningkatan produksi lada dapat Methylobacterium sp. Pupuk hayati dapat
diupayakan dengan menambah luas lahan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
budidaya melalui pemanfaatan lahan bekas tanaman.
tambang timah yang memiliki tailing Pemberian pupuk anorganik dengan
berupa pasir. Yulita (2011) menyatakan dosis yang berbeda tanpa adanya
bahwa penggunaan lahan untuk aktivitas penambahan pupuk hayati tidak
penambangan mengalami peningkatan berpengaruh terhadap pertumbuhan awal
setiap tahunnya dengan laju rata-rata sekitar tanaman lada di lahan tailing berpasir
1.315 ha/tahun. Lahan tersebut dapat (Andari, 2017). Penelitian dari Sumalia
dimanfaatkan sebagai lahan budidaya (2017) menunjukan pemberian pupuk
tanaman lada untuk meningkatkan hayati 2 mL/L air berpengaruh terhadap
produksi. parameter pertambahan jumlah daun,
Lahan bekas tambang timah memiliki pertambahan diameter batang, dan
kondisi kritis dan belum termanfaatkan kandungan klorofil total tanaman lada di
secara optimal yang didominasi oleh media tailing pasir pasca penambangan
tailing. Tailing timah mengandung pasir timah. Pada tailing pasir lahan bekas
dan kuarsa yang cukup tinggi dengan tambang dengan penambahan pemberian
tingkat kesuburan yang sangat rendah. bahan pembenah tanah berupa 60 g NPK,
Menurut Subardja et al. (2012), mineral 20 g mikoriza, dan 2cc/L pupuk hayati
pasir tailing didominasi oleh kuarsa >95% merupakan bahan pembenah terbaik untuk
yang memiliki sedikit cadangan hara. Salah pertumbuhan awal lada (Rinaldi, 2017).
satu cara memperbaiki sifat tailing yaitu Kartikawati et al. (2017) menyatakan
dengan melakukan pembenahan lahan. bahwa aplikasi pupuk hayati 10 g/tanaman
Menurut Ferry dan Towaha (2011), menghasilkan pertumbuhan vegetatif
pembenahan lahan tailing sangat diperlukan tanaman lada yang lebih baik dibandingkan
karena lahan tersebut tidak akan mengalami kontrol.
perbaikan alami dalam jangka waktu yang Penggunaan pupuk hayati dapat
singkat. meningkatkan pertumbuhan tanaman lada,
Proses pembenahan lahan dapat namun belum diketahui dosis yang
dilakukan dengan pemberian bahan optimum untuk pertumbuhan tanaman lada
Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands, 8(2) Oktober 2019 119

pada umur satu tahun. Oleh karena itu, hayati, peubah kandungan klorofil diamati
perlu dilakukan penelitian mengenai pada minggu ke 12 setelah aplikasi pupuk
pertumbuhan tanaman lada (Piper ningrum hayati, dan peubah luas daun diamati pada
L.) umur satu tahun pada lahan bekas minggu ke 0 dan ke 12 setelah aplikasi
tambang timah dengan penambahan dosis pupuk hayati. Data hasil penelitian
pupuk hayati yang berbeda. Hasil penelitian dianalisis statistika dengan Analysis of
diharapkan dapat memberikan informasi variance (ANOVA) dan uji Duncan’s
pertumbuhan lada dilahan bekas tambang Multiple Range Test (DMRT).
timah umur satu tahun dengan penambahan
pupuk hayati. Tujuan penelitian ini adalah HASIL
untuk mengetahui pengaruh dari pemberian
pupuk hayati untuk pertumbuhan tanaman Hasil analisis awal kandungan kimia
lada umur satu tahun di lahan bekas lahan bekas tambang memiliki tingkat
tambangan timah. kesuburan tanah yang rendah. Tabel 1
menunjukkan bahwa kandungan C-Organik
BAHAN DAN METODE (0,39%), N- Total (0,01%), serta P2O5
potensial (1,12 mg/100g) tergolong sangat
Penelitian dilaksanakan di lahan bekas rendah, kandungan kimia K2O (0,24
tambang timah milik PT Timah di Desa mg/100g) tergolong rendah, dan pH H2O
Dwi Makmur, Kecamatan Merawang (5,05) dan KCl (4,36) tergolong masam.
Kabupaten Bangka. Penelitian ini Analisis ragam menunjukkan bahwa
dilaksanakan dari bulan Februari 2018 pemberian dosis pupuk hayati yang berbeda
sampai Juni 2018. Penelitian ini pada tanaman lada umur satu tahun
menggunakan metode eksperimen. berpengaruh nyata pada peubah jumlah
Rancangan yang digunakan adalah cabang dan kandungan klorofil, dan
Rancangan Acak Kelompok (RAK). Setiap berpengaruh tidak nyata pada peubah
perlaakuan diulang tiga kali dan setiap unit pertambahan tinggi tanaman, pertambahan
pecobaan terdiri dari dua sampel tanaman. jumlah ruas, dan pertambahan luas daun.
Faktor yang diteliti adalah dosis pupuk Hasil analisis ragam pertumbuhan tanaman
hayati (0; 0,5; 1,0; 5,0; 10,0; 15,0 lada umur satu tahun pada lahan bekas
g/L/tanaman). tambang timah dengan penambahan pupuk
Lahan penelitian merupakan lahan bekas hayati (Tabel 2).
tambang timah yang sudah ditanami Perbedaan rerata kandungan klorofil
tanaman lada. Sebelum aplikasi pupuk berdasarkan Duncan’s Multiple Range Test
hayati, tanaman lada dilakukan pemupukan (DMRT) (Tabel 3). Penambahan dosis
anorganik dengan dosis anjuran yaitu pupuk hayati perlakuan B4 (10
sebanyak 71 g urea, 44 g SP-36 dan 53 g g/L/tanaman) memberikan pengaruh yang
KCl per tanaman/tahun serta ditambahkan lebih baik pada peubah kandungan klorofil,
kompos sebanyak 5 kg ke masing-masing berbeda nyata dengan perlakuan B5 (15
lubang tanam. Pemeliharaan tanaman g/L/tanaman) dan B1 (0,5 g/L/tanaman).
meliputi pemangkasan, penyiangan gulma, Perbedaan rerata Hasil dari pertambahan
pengendalian hama dan penyakit, serta jumlah cabang berdasarkan Duncan’s
penyiraman. Pengenceran pupuk hayati Multiple Range Test (DMRT) (Tabel 4).
dibiarkan selama 2 x 24 jam sebelum Hasil pengamatan pertambahan jumlah
pengaplikasian ke media, kemudian cabang dilakukan selama 12 minggu setelah
diaplikasikan pada tanaman lada. aplikasi (Gambar 1). Pola pertambahan
Peubah pertumbuhan tanaman lada jumlah cabang hampir sama dengan pola
diantaranya jumlah ruas, jumlah cabang, pertambahan jumlah ruas (Gambar 2). Hal
dan tinggi tanaman diamati pada minggu ke ini disebabkan karena pada setiap cabang
0, 4, 8, dan 12 setelah aplikasi pupuk memiliki ruas sehingga pola pertambahan
120 Badriyah et al.: Pertumbuhan Tanaman Lada Umur Satu Tahun

ruas mengikuti pola pertambahan cabang kemiripan hasil pertambahan tinggi


pada setiap perlakuan. Hasil pertambahan tanaman (Gambar 3) berdasarkan
luas daun (Gambar 4) menunjukan perlakuan.

Tabel 1. Hasil analisis ragam tanaman lada pada minggu ke-12 setelah aplikasi penambahan dosis pupuk
hayati yang berbeda
Peubah Pr>F KK (%)
Kandungan Klorofil 0,02* 23,64
Jumah Cabang 0,02* 30,73
Jumlah Ruas 0,35tn 41,29
Tinggi Tanaman 0,93 tn 26,30
Luas Daun 0,70 tn 25,96
Keterangan: KK = Koefisien Keragaman, Pr>F = Nilai Probability, * = Berpengaruh nyata pada uji F taraf
kepercayaan 95%, tn = Berpengaruh tidak nyata pada uji F taraf kepercayaan 95%

Tabel 2. Kandungan klorofil tanaman lada pada minggu ke-12 setelah aplikasi penambahan dosis pupuk
hayati yang berbeda
Dosis pupuk (g/L/tanaman) Kandungan Klorofil (CCI)
B0 = 0 9,76abc
B1 = 0,5 5,58c
B2 = 1 9,24abc
B3 = 5 11,096ab
B4 = 10 12,96a
B5 = 15 7,76b c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak
nyata pada uji DMRT α=0,05

Tabel 3. Rerata pertambahan jumlah cabang tanaman lada umur satu tahun pada lahan bekas tambang timah
dengan penambahan dosis pupuk hayati yang berbeda
Dosis (g/L/tanaman) Pertambahan Jumlah Cabang
B0 = 0 8,17b
B1 = 0,5 8,83b
B2 = 1 7,33b
B3 = 5 6,33b
B4 = 10 14,83a
B5 = 15 14,83a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak
nyata pada uji DMRT α=0,05

Tabel 4. Rerata pertambahan jumlah cabang tanaman lada pada minggu ke-12 setelah aplikasi penambahan
dosis pupuk hayati yang berbeda
Dosis (g/L/tanaman) Pertambahan Jumlah Cabang
B0 = 0 8,17b
B1= 0,5 8,83b
B2= 1 7,33b
B3= 5 6,33b
B4= 10 14,83a
B5 = 15 14,83a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak
nyata pada uji DMRT α=0,05
Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands, 8(2) Oktober 2019 121

Gambar 1. Pertambahan jumlah cabang tanaman lada selama 12 minggu setelah aplikasi pada lahan bekas
tambang timah dengan penambahan dosis pupuk hayati yang berbeda

Gambar 2. Pertambahan jumlah ruas tanaman lada selama 12 minggu setelah aplikasi pada lahan bekas
tambang timah dengan penambaha.n dosis pupuk hayati yang berbeda

Gambar 3. Pertambahan tinggi tanaman lada selama 12 minggu setelah aplikasi pada lahan bekas tambang
timah dengan penambahan dosis pupuk hayati yang berbeda
122 Badriyah et al.: Pertumbuhan Tanaman Lada Umur Satu Tahun

Gambar 4. Luas daun tanaman lada selama 12 minggu setelah aplikasi pada lahan bekas tambang timah
dengan penambahan dosis pupuk hayati yang berbeda

PEMBAHASAN tanaman lada umur satu tahun berpengaruh


nyata pada peubah jumlah cabang dan
Hasil analisis awal kandungan kimia kandungan klorofil, dan berpengaruh tidak
lahan bekas tambang memiliki tingkat nyata pada peubah pertambahan tinggi
kesuburan tanah yang rendah. Tabel 1 tanaman, pertambahan jumlah ruas, dan
menunjukkan bahwa kandungan C-Organik pertambahan luas daun.
(0,39%), N- Total (0,01%), serta P2O5 Kandungan klorofil merupakan indikator
potensial (1,12 mg/100g) tergolong sangat respon fisiologis tanaman terhadap pasokan
rendah, kandungan kimia K2O (0,24 hara, kondisi lingkungan dan faktor lainya.
mg/100g) tergolong rendah, dan pH H2O Hendriyani dan Setiari (2009) menegaskan
(5,05) dan KCl (4,36) tergolong bahwa pembentukan klorofil dipengaruhi
masam.Menurut Dhalimi dan Syakir (2008) oleh beberapa faktor yaitu gen, cahaya, dan
setiap kg lada membutuhkan unsur-unsur unsur N, Mg, Fe sebagai pembentuk katalis
dari dalam tanah sebanyak 32 g N, 5 g dalam sintesis klorofil.Pembentukan
P2O5, 28 g K2. Djaenudin et al. (2011) klorofil yang meningkat diduga karena
menambahkan bahwa berdasarkan kriteria pupuk hayati yang digunakan mengandung
kesesuaian untuk tanaman lada pH 4,0-5,0 mikroorganisme penambat N, pelarut P dan
dan C-Organik sebesar 0,39 tergolong kelas penghasil fitohormon. Menurut Syarifudin
yang sesuai. Sitorus et al. (2008) (2002) mikroorganisme yang umum
melaporkan bahwa unsur hara makro pada digunakan sebagai bahan aktif pupuk hayati
lahan bekas tambang sangat rendah N ialah mikroorganisme penambat N, pelarut
0,02%, P 15 ppm, dan K 46 ppm. Menurut P dan mikroorganisme penghasil zat
Ferry dan Towaha (2011) pada lahan bekas pengatur tumbuh (ZPT). Mikroba-mikroba
tambang nitrogen dan kalium mudah tercuci yang memiliki kemampuan untuk
karena lahan bekas tambang mempunyai menambat N bebas, dapat melakukan
kadar pasir tinggi (tailing). Sesuai dengan fiksasi nitrogen dan men dekomposisi
pendapat Nurtjahya et al. (2008) tanah nitrogen menjadi ion-ion nitrat dan
bekas tambang timah (tailing timah) amonium yang dapat diserap tanaman. ZPT
berbeda dengan tanah asli, tailing timah yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
mengandung fraksi pasir lebih dari 94%, terdapat pada pupuk hayati berupa
fraksi liat kurang dari 3%, dan kandungan fitohormon jenis IAA, GA3 dan Sitokinin.
bahan organik C-organik kurang dari 2%. Widawati et al. (2010) menyatakan
Analisis ragam menunjukkan bahwa kandungan klorofil pada tanaman yang
pemberian dosis pupuk hayati pada diberi penambahan bakteri penambat N
Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands, 8(2) Oktober 2019 123

memberikan jumlah kandungan klorofil penggunaan hasil fotosintesis dan


yang terbaik. Bachtiar et al. (2016) menyebabkan kurangnya distribusi
menambahkan bahwa pupuk hayati yang fotosintat pada peubah lainya, seperti
mengandung bakteri penambat N pertambahan tinggi tanaman, pertambahan
memberikan pengaruh terbaik terhadap luas daun dan pertambahan jumlah ruas.
kandungan klorofil yang digunakan sebagai Berdasarkan deskripsi pola pertumbuhan
parameter pertumbuhan tanaman. Menurut tanaman, saat tanaman memasuki fase
Suharja dan Sutarno (2009) jumlah generatif distribusi fotosintat akan lebih di
kandungan nitrogen tanaman dapat utamakan pada organ generatif seperti
berpengaruh terhadap hasil fotosintesis bunga, buah dan biji. Pada tanaman lada
melalui enzim fotosintetik maupun umur satu tahun tanaman sudah mulai
kandungan klorofil yang terbentuk. Rong- memasuki fase generatif. Hal ini di
Hua et al. (2006) menyatakan bahwa tinggi buktikan dengan beberapa tanaman lada
rendahnya kandungan klorofil yang sudah memiliki cabang buah.
mempengaruhi laju fotosintesis dan Uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test
fotosintat yang dihasilkan. (DMRT) menunjukan bahwa perlakuan 10
Fotosintat yang dihasilkan digunakan g/L/tanaman menjadi perlakuan terbaik
untuk pembentukan struktur tanaman, dibandingkan dengan perlakuan lainya. Hal
seperti daun, batang, cabang dan akar. Hasil ini disebabkan perlakuan 10 g/L/tanaman
analisis ragam menunjukkan pemberian dengan kepadatan mikroba 1X108 cfu
dosis pupuk hayati memberikan pegaruh memiliki kepadatan mikroba yang tepat
nyata terhada pertambahan jumlah cabang. untuk diaplikasikan dan memungkinkan
Pertambahan jumlah cabang disebabkan mikroba dapat beraktivitas. Kepadatan
oleh adanya pemangkasan terhadap mikroba standar khusus pada pupuk hayati
tanaman lada pada awal penelitian, sesuai peraturan pemerintah no 70 tahun
sehingga dari bekas pemangkasan tumbuh 2011 adalah 107 cfu dengan memfasilitasi
cabang baru. Cabang baru ini merupakan ketersediaan nutrisi bagi mikroba. Setiawan
organ muda yang membutuhkan hasil et al. (2016) menyebutkan bahwa kepadatan
fotosintat lebih banyak sehingga fotosintat mikroba 107 cfu yang diberikan di lahan
lebih banyak didistribusikan kebagian sawah dan ditambah dengan kompos keong
cabang. Harmer (2000) mengungkapkan hanya mampu tumbuh dan berkembang
bahwa dengan adanya tunas baru (bakal hingga 56 hari setelah aplikasi. Sehingga
cabang) yang tumbuh maka penyaluran perlakuan 10 g/L/tanaman menjadi pilihan
fotosintat lebih banyak didistribusikan ke dosis yang optimum dibandingkan dengan
tunas baru yang tumbuh. Sarawa et al. perlakuan 15 g/L/tanaman. Putri et al.
(2014) menyebutkan bahwa presentase (2010) menyatakan bahwa pada media
distribusi fotosintat lebih banyak dialirkan dengan kandungan bahan organik sedikit
pada organ yang masih muda atau masih jumlah kepadatan mikroba mengalami
aktif dalam pertumbuhanya. Dhalimi dan penurunan akibat adanya persaingan dalam
Syakir (2008) menyatakan bahwa penyerapan bahan organik untuk
pemberian pupuk NPKMg dengan mempertahankan viabilitas.
penambah ZPT pada tanaman lada umur 11 Perlakuan 5 g/L/tanaman dan 1
bulan setelah tanam hanya berpengaruh g/L/tanaman dengan kepadatan mikroba
nyata terhadap peubah jumlah cabang. sebesar 107 cfu belum efektif digunakan di
Penelitian Gunadi et al. (2011) tanaman lahan kritis seperti lahan bekas tambang,
yang memiliki dua cabang memberikan 0,5 g/L/tanaman dengan kepadatan mikroba
tinggi tanaman yang lebih tinggi di 106 cfu menujunkkan hasil perlakuan yang
bandingkan tanaman yang memiliki tiga belum optimum hal ini disebabkan
cabang. Hal ini dikarenakan adanya penggunaan dosis masih rendah. Sinulingga
persaingan atau kompetisi dalam et al. (2015) menyatakan penggunaan dosis
124 Badriyah et al.: Pertumbuhan Tanaman Lada Umur Satu Tahun

dengan jumlah kepadatan mikroorganisme KESIMPULAN


yang rendah belum cukup untuk
meningkatkan produktivitas tanaman yang Pemberian dosis pupuk hayati sebanyak
berdampak pada pertumbuhan tanaman. 10 g/L/tanaman (1x108 cfu) memberikan
Berdasarkan Gambar 1, 2, dan 3 pertumbuhan yang cenderung lebih baik
pertumbuhan tanaman lada pada minggu pada tanaman lada umur satu tahun di lahan
ke-4 setelah aplikasi mengalami bekas tambang timah.
peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan
pada minggu ke-8 dan minggu ke-12 DAFTAR PUSTAKA
setelah aplikasi. Aktivitas dan viabilitas
mikroba pada minggu ke- 4 mikroba masih Andari GD. 2017. Pengaruh dosis pupuk
bertahan dan melakukan aktivitas karena anorganik terhadap pertumbuhan awal
adanya nutrisi dari kompos yang diberikan lada di lahan tailing berpasir. [Skripsi].
sebelum aplikasi, sedangkan pada minggu Balunijuk: Universitas Bangka Belitung.
ke-8 dan minggu ke-12 jumlah mikroba Astari W, Purwani KI, Anugerahani. 2014.
mulai menurun. Pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap
Penurunan mikroba ini karena nutrisi pertumbuhan dan produktivitas taman
dari kompos sudah mulai habis dan juga tomat (Solanum lycopersicum L). Var.
karena pencucian baik karena penyiraman Tombatu di PT Petrokimia Gresik.
ataupun hujan. Widawati et al. (2006) Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2:(1):1-4.
mengungkapkan pada lahan yang miskin Dhalimi A, Syakir M. 2008. Pertumbuhan
unsur hara jumlah kepadatan mikroba yang dan produksi lada perdu yang dipupuk
tepat dapat memaksimalkan aktivitas Npk mg dan diaplikasikan zat pengatur
mikroba dalam menyediakan usur hara bagi tumbuh Triakontanol. Buletin Balitri. 19
tanaman. Salah satu faktor yang (1): 47-56.
mempengaruhi aktivitas kerja mikroba Direktorat Jendral Perkebunan. 2016.
adalah lingkungan, jumlah mikroba yang Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta:
banyak tetapi tidak didukung oleh kondisi Sekretariat Direktorat Jendral
lingkungan yang baik dapat menyebabkan Perkebunan.
persaingan antara mikroba dan tanaman Djaenudin D, Marwan H, Subagjo H,
untuk mendapatkan kebutuhanya. Hidayat A. 2011. Petunjuk Teknis
Urutan hasil pengamatan peubah Evaluasi Lahan untuk Komoditas
pertambahan jumlah cabang dari jumlah Pertanian. Bogor: Balai Besar Litbang
yang terbanyak hingga terendah yaitu pada Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan
perlakuan 10 g/L/tanaman, 15 g/L/tanaman, Litbang Pertanian.
5 g/L/tanaman, 1 g/L/tanaman, 0,5 Ferry Y, Towaha J. 2011. Pengaruh
g/L/tanaman, dan 0 g/L/tanaman, dan pola komposisi pupuk N, P, dan K, terhadap
pertambahan jumlah cabang ini mirip pertumbuhan dan produksi lada pada
dengan urutan hasil pengamatan peubah tanah bekas tambang timah di Bangka.
pertambahan jumlah ruas. Hal ini Buletin Ristri 2 (3): 305-310.
disebabkan karena pada setiap cabang Gunadi NR, Maaswinkel TK, Moekasan,
memiliki ruas sehingga pola pertambahan Prabaningrum L, Subhan, Adiyoga W.
ruas mengikuti pola pertambahan cabang 2011. Pengaruh jumlah cabang per
pada setiap perlakuan. Hasil pertambahan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil
luas daun menunjukan kemiripan hasil tiga varietas paprika. Jurnal
pertambahan tinggi tanaman berdasarkan Hortikultura. 21(2): 124-134
perlakuan. Sesuai dengan pernyataan faktor Harmer R. 2000. Differences in growth and
yang mempengaruhi luas daun adalah branch production by young plants of
tinggi tanaman dan banyaknya sinar two provenances of quercus robur L.
matahari yang terserap oleh tanaman. Forestry. 73(3): 271- 281.
Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands, 8(2) Oktober 2019 125

Hendriyani IS, Setiari N. 2009. Kandungan diperkaya konsorsum bakteri dan keong
klorofil dan pertumbuhan kacang mas (Pamoacea canliculata) pada
panjang (Vigna sinensis) pada tingkat pembungaan padi ciherang. Current
pemberian air yang berbeda. Jurnal Biochemistry. 3(2): 91-101.
Sains & Matematika. 17(3):145-150. Sinulingga ESR, Ginting J, Sabrina T.
Inonu I, Khodijah NS, Supriadi A. 2014. 2015. Pengaruh pemberia pupuk hayati
Budidaya pakchoy (Brasssica rapa L.) cair dan pupuk NPK terhadap
di lahan tailing pasir bekas penambangan pertumbuhan bibit kelapa sawait pre
timah dengan amelioran pupuk 39 nurseri. Jurnal online Agroekoteknoogi.
organik dan pupuk NPK. Palembang. 3(3): 1219-1225.
Jurnal Nasional Lahan Suboptimal. Sitorus SRP, Kusumastuti E, Badri NL.
3(1):76-82. 2008. karakteristik dan teknik
Kartikawati A, Trislawati, Darwati I. 2017. rehabilitasi lahan pasca penambangan
Pemanfaatan pupuk hayati (biofertilizer) timah di Pulau Bangka dan Singkep.
pada tanaman rempah dan obat. Jurnal Tanah dan Iklim. (27): 57-73
Prospektif. 16(1): 33-43. Subardja D, Antonius K, Erna S. 2012.
Putri MS, Anas I, Hazra F, Citraresmini A. Teknologi Pemulihan Lahan Bekas
2010. viabilitas inokulan dalam bahan Tambang Timah untuk Pertanian di
pembawa gambut, kompos, aran batok Bangka Belitung. Bogor: Balai tanah.
dan zeolit yang disetril denga iridiasi Sumalia. 2017. pengaruh dosis mikoriza
sinar gamma C0-60 dan mesin berkas dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan
elektron. Jurnal Tanah dan Lingkungan. tanaman lada di Media Tailing Pasir.
12(1): 23-30. [Skripsi]. Balunijuk: Universitas Bangka
Rahmawati N. 2005. Pemanfaatan Belitung.
Biofertilizer pada Pertanian Organik. Syarifudin A. 2002. Teknik identifikasi
Medan: USU Repository. mikroorganisme penyedia unsur hara
Rinaldi R. 2017. Pemberian bahan tanaman pada ultisol pulau buru. Buletin
pembenah tanah pada lahan tailing pasir Teknik Pertanian. 1(7): 21-24.
pasca penambangan timah untuk Widawati S, Suliasih. 2006. Augmentasi
pertumbuhan awal tanaman lada (Piper bakteri pelarut fosfat (BPF) potensial
nigrum L). [Skripsi]. Balunijuk: sebagai Pemacu pertumbuhan caysin
Universitas Bangka Belitung. (Brasica caventis Oed.) di tanah
Rong-Hua L, Pei-guo G, Baum M, Grando marginal. Biodiversitas. 7(1): 10-14.
S, Ceccareli S. 2006. Evaluation of Widawati S, Suliasih, Muharam A. 2010.
chlorophyl contet and flourescence Pengaruh kompos yang diperkaya
parameters as indicator of drought bakteri penambat Nitrogen dan pelarut
tolerane in barley. Agricultural Science posfat terhadap pertumbuhan tanaman
China. 5(1): 751-757. kapri dan aktivitas enzim fosfatase
Sarawa, Anas AA, Asrida. 2014. Pola dalam tanah. Jurnal Hortikultura. 20(3):
distribusi fotosintat pada fase vegetetatif 207-215.
beberapa varietas kedelai pada tanah Yulita. 2011. Perubahan penggunaan lahan
masam di Sulawesi tenggara. Jurnal dalam hubunganya dengan aktivitas
Agroteknologi. 4(1): 26-31. pertambangan di kabupaten Bangka
Setiawan A, Bintang M, Falah S. 2016. Tengah [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Aplikasi pupuk organik (bio- fertilier) Bogor.

You might also like