Professional Documents
Culture Documents
1674-Article Text-7047-1-10-20201227
1674-Article Text-7047-1-10-20201227
https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/enlighten/index
Vol. 3 No. 2 (Jul-Dec 2020), 142-152
http://dx.doi.org/10.32505/enlighten.v3i2.1674
Abstract
This study aims to determine the process of experience that makes the subject re-accept himself and
the guidance obtained by the subject so that he is able to accept himself again. This research is a
phenomenological qualitative study with a single informant who does experience broken home
families. Data collection was carried out by interview and observation. Data analysis techniques used
data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of this study indicate that the
process of experience gained through pre-broken home, during broken home, and post-broken home.
Meanwhile, the guidance obtained by the subject comes from his grandfather and lover. The
implication of the results of this study is to analyze need assessment of the guidance and counseling
program for the implementation of family counseling in families experiencing broken homes.
Keywords: Self Acceptance, Broken Home, Teenagers, Family Counseling
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengalaman yang membuat subyek kembali menerima
dirinya sendiri serta bimbingan-bimbingan yang didapatkan oleh subjek sehingga mampu menerima
dirinya lagi. Kajian menggunakan metode kualitatif bersifat fenomenologis dengan informan tunggal
yang memang benar-benar mengalami keluarga broken home. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan observasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengalaman yang didapatkan
melalui pra-broken home, saat broken home, dan pasca-broken home. Sedangkan bimbingan yang
didapatkan oleh subyek berasal dari keluarga. Impilkasi hasil penelitian ini terhadap analisis
kebutuhan program bimbingan dan konseling pelaksanaan konseling keluarga pada keluarga yang
mengalami broken home.
Kata Kunci: Penerimaan Diri, Broken Home, Remaja, Konseling Keluarga
How to Cite: Fahrurrazi, F., & Casmini, C. (2020). Bimbingan Penerimaan Diri Remaja Broken
Home. ENLIGHTEN: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(2), 142-152.
https://doi.org/10.32505/enlighten.v3i2.1582
This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use,
distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2020 by author.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAHULUAN
Kajian tentang remaja, merupakan memberontak, kebingungan (Khamim,
suatu hal yang tidak pernah habis untuk 2017), serta memiliki emosional yang tinggi
didiskusikan. Remaja merupakan (Sarlito Sarwono, 2013). Pada umumnya,
peralihan umur dari usia anak-anak hingga usia remaja berkisar antara 12-21 tahun
ke usia dewasa, yangkerap menunjukkan (King A. Laura, 2013). Lebih spesifiknya
perilaku-perilaku tertentu seperti gelisah, lagi, masa remaja berlangsung antara usia
12-21 tahun bagi perempuan dan 13-22 contoh problematika tersebut adalah broken
bagi laki-laki. Rentang usia tersebut dibagi home.
menjadi dua bagian, yaitu 12/13 tahun Broken home merupakan suatu
sampai 17/18 tahun disebut sebagai remaja keadaan (perceraian) yang terjadi karena
awal. Sedangkan 17/18 tahun sampai 21/22 tidak adanya keharmonisan dalam rumah
tahun disebut sebagai remaja akhir (Fallis, tangga baik antara suami-istri maupun
2017). Ketika menginjak masanya, remaja anak (Hadyani & Indriana, 2017). Yang
telah meninggalkan masa kekanak- menjadi faktor penyebab kerap terjadinya
kanakannya yang memiliki sifat manja dan broken home adalah putusnya hubungan
penuh ketergantungan kepada orang lain, (pernikahan) antara ibu dan bapak
namun ia belum mampu bertanggung disebabkan karena kematian dan
jawab atas segala tindakan baik terhadap perceraian (Pratama et al., 2016).
dirinya sendiri maupun orang Kurangnya perhatian dan kasih sayang
sekelilingnya (Willis, 2009). Dalam proses dari orang tua membuat mental anak
tumbuh kembang remaja cenderung tidak menjadi lemah sehingga memiliki efek
bahagia disebabkan oleh banyaknya yang sangat besar terhadap mental atau
masalah yang dihadapi meskipun dalam kejiwaan seorang remaja. Konsep diri pada
sisi lain remaja juga memiliki kebahagiaan remaja yang mengalami broken home tentu
(Hafiza & Mawarpury, 2018). Oleh sebab saja berbeda dengan remaja pada
itu tidak semua remaja sama. umumnya karena mereka mengalami
Keberagaman etnis, budaya, gender, gaya situasi dan keadaan yang tidak sama
hidup, sejarah, dan sosial-ekonomi yang (Wulan Dwiyanti Rahayu & Mila Fatimah,
menyebabkan pengalaman hidup mereka 2019). Remaja broken home lebih banyak
berbeda-beda (King A. Laura, 2013). mengalami masalah dibandingkan dengan
Masa remaja merupakan masa yang remaja yang keluarganya harmonis (Victor
sangat penting untuk mengembangkan Omoruyi, 2014). Salah satu faktor
segala potensi yang dimiliki, seperti bakat, penyebab rendahnya potensi remaja dalam
minat, dan norma-norma kehidupan. menyelesaikan masalah yang berdampak
Namun di sisi lain, tidak begitu sedikit pada munculnya kenakalan remaja dan
remaja yang melalaikan waktunya untuk berbagai permasalahan adalah akibat
melakukan hal-hal yang berkonotasi hubungan keluarga yang tidak baik,
positif, yang ada justru remaja melakukan sehingga orang tua sendiri lemah dalam
hal-hal negatif, seperti keluar dari rumah, melakukan pengawasan terhadap anak-
tawuran, balapan liar, merokok, hingga anaknya (Rahmawati, 2015). Remaja yang
mengkonsumsi narkoba (Ningrum, 2013). mengalami broken home lebih rentan
Pada masa remaja seseorang akan mudah memiliki perasaan emosi, kecewa, tertekan,
merasa takut, khawatir, atau bahkan malu, bahkan sakit hati selama dalam
gelisah, terutama saat dihadapkan pada proses perceraian orang tuanya, yang akan
suatu problem (Batubara, 2016). Salah satu menyalurkan ekspresinya dengan cara
menunjukkan sikap ketidaksukaan
Enlighten: Jurnal Bimbingan Konseling Islam ■ Vol 3 No 2 143
Bimbingan Pencarian Penerimaan… - Fahrurrazi & Casmini
didapatkan untuk bisa menerima dirinya dengan pengalaman pra-broken home, saat
sendiri lagi. broken home, dan pasca-broken home.
METODE Sedangkan observasi dilakukan untuk
Penelitian ini menggunakan metode mengamati perilaku-perilaku subjek tanpa
kualitatif yang bersifat fenomenologis. sepengetahuan subjek.
Fenomenologis merupakan suatu metode Dalam penelitian ini, ada beberapa
yang bertujuan mendiskripsikan, mengkaji, tahapan yang akan dilakukan dalam
serta memahami suatu kejadian yang menganalisi data, mulai dari mengolah
dialami oleh seseorang, berupa perubahan data untuk di analisis, merefleksikan
sikap maupun perilaku orang yang kesuluruhan data, coding data, sampai
merasakan kejadian tersebut(Jhon W. kepada interpretasi data (Creswell, 2019).
Creswell, 2019). Dalam konteks ini remaja Analisis data yang dilakukan oleh peneliti
broken home. untuk mendapatkan informasi tentang
Sebagai informan tunggal yang proses pengalaman remaja broken home
mengalami broken home, dengan mulai dari pra-broken home, saat broken home
kesepakatan mencantumkan inisial nama dan pasca-broken home dengan
dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan berlandaskan teori kedukaan serta
sangat mendalam dan komprehensip yang bimbingan-bimbingan yang didapatkan
didapatkan berkaitan dengan self oleh remaja broken home.
acceptance. Mulai dari pengalaman
informan pra-broken home, saat broken home, HASIL TEMUAN
dan pasca broke home. Sehingga nanti bisa Subjek dalam penelitian ini
dilihat kapan informan menerima kemudian disebut dengan inisial MP. MP
bimbingan itu, apakah ketika proses broken lahir di sebuah desa yang sangat terpencil,
home atau pasca broken home. Satu orang ini tepatnya di Yogyakarta. MP merupakan
memang yang benar-benar mengalami dan anak pertama dari dua bersaudara. Sebagai
berkaitan dengan ketersedian subjek untuk anak sulung, segala keinginan MP selalu
digali datanya secara mendalam dengan dituruti oleh orang tuanya yang membuat
kesepakatan mencantumkan inisial nama ia menjadi anak yang manja. kasih sayang
di penelitian. Subjek mengalami broken orang tua yang didapatkan oleh MP bisa
home selama dua tahun, hal ini menarik dikatakan maksimal. Hal ini tergambarkan
untuk diteliti dari sepanjang itu, meskipun dari setiap kebutuhan MP selalu terpenuhi.
dari proses yg panjang tapi subjek bisa Berbeda dengan adiknya yang hampir dari
bangkit dari keterpurukannya. setengah umurnya di asuh oleh kakeknya.
Data diperoleh melalui wawancara Kasih sayang yang didapatkan oleh MP
mendalam secara face to face kepada subjek, dengan adiknya tentu sangatlah berbeda.
yang dilakukan secara natural atau
Pengalaman Pra-Broken Home
terstruktur untuk menjaga kenyamanaan
Memiliki orang tua yang mapan
dan kerahasian nama subjek. Hal yang
merupakan hal yang sangat dibanggakan
diwawancarai dengan subjek berkaitan
Enlighten: Jurnal Bimbingan Konseling Islam ■ Vol 3 No 2 145
Bimbingan Pencarian Penerimaan… - Fahrurrazi & Casmini
oleh setiap anak. Sebagaimana yang Hal ini dikuatkan dengan hasil
diungkapkan oleh MP sebagai berikut: observasi yang didapatkan oleh peneliti
“Waktu lagi jayanya orang tua saya, dengan tidak direncanakan bahwa ketika
tidak ada satupun keinginan saya yang itu MP sedang mendem (minum anggur
tidak dipenuhi. Mulai dari dibeliin HP, merah) dengan teman-temannya dari
PS, bahkan sepeda motor. Secara kan
selepas Isya sampai menjelang Subuh di
bapak saya bekerja di sebuah hotel
kamar kos MP. Kedepresian hidup yang
mewah berbintang lima dan posisinya
pun sebagai assistant manager. dialami oleh MP sangat lama, tidak hanya
Sementara ibuk saya sebagai karyawan tergambarkan dari setiap perilaku, akan
di sebuah toko oleh-oleh makanan khas tetapi ucapan-ucapan yang kerap
Jogja. Jadi kedua orang tua saya dilontarkan oleh MP juga menggambarkan
memiliki penghasilan masing-masing, bahwa ia belum mampu menerima
sehingga segala kebutuhan dalam
keadaannya, seperti yang pernah
rumah tangga tercukupi. Selama saya
tinggal sama orang tua hubungan dikatakan oleh MP sebagai berikut:
mereka baik-baik aja, jarang ada “Kok Tuhan memberikan saya musibah
masalah apalagi sampai bertengkar. sebesar ini ya, coba kalau saya gak
Kalaupun ada masalah, salah satu di kuliah mungkin orang tua saya gak
antara mereka biasanya bersikap diam cerai atau seandainya saya udah nikah
seolah-olah tidak mau memperpanjang mungkin gak sepesimis atau depresi
masalah tersebut.” menghadapi masalah keluarga seperti
ini. Terkadang tuhan itu gak adil,
Pengalaman Saat Broken Home kenapa harus saya coba? yang
Perceraian orang tua adalah akhir ditakdirkan seperti ini. Memang di
dunia ini tidak ada orang yang dalam
dari sebuah masa depan, seperti yang
hidupnya selalu bahagia dan tidak ada
katakan oleh MP: juga orang yang dalam hidupnya selalu
“Setelah perceraian orang tua, susah. Tapi kalau ujiannya seperti ini
kehidupan saya menjadi berubah saya gak mampu dan tidak bisa
drastis. Hampir setiap malam saya menerima itu semua.
menghabiskan waktu untuk mendem
(minum alkohol) di club-club malam
dan ditemani dengan cewek-cewek Pengalaman Pasca Broken Home
bayaran. Bahkan sempat Sesungguhnya Allah tidak akan
mengkonsumsi narkoba, mungkin akan mengubah nasib seseorang hingga
dengan narkoba masalah bisa orang itu mau mengubah dirinya sendiri,
terlupakan dan perasaan menjadi seperti yang dinyatakan oleh MP berikut
tenang sebagaimana yang dilakukan
ini:
oleh banyak orang. Hingga pada
akhirnya saya memutuskan untuk “Kadang-kadangsayamerenung, kok
berhenti kuliah karena hidup sudah selama ini hati saya tidak pernah
hancur, gak jelas seperti ini ditambah tenang menjalani hidup seperti ini.
sudah tidak ada lagi kesanggupan Terbesit dalam benak bahwa ada yang
orang tua untuk membiayai kuliah gak beres dengan diri ini. Apa mungkin
saya.” karena hubungan saya dengan Tuhan
tidak baik, jarang shalat, bahkan selalu (minum alkohol) atau pergi ke tempat
berburuk sangka terhadap takdir Allah. hiburan malam.
Hingga pada akhirnya saya berfikir
Ucapan MP tersebut terbukti bahwa
bahwa kalau saya kayak gini terus mau
jadi apa nantinya. Masa tua pasti akan sekarang ini ia tinggal di kos-kosan, hidup
saya alami dan saya tidak ingin apa mandiri tanpa kasih sayang orang tua lagi.
yang saya hadapi saat ini, dihadapi Saat ini juga MP bekerja sebagai tukang
juga oleh anak saya nantinya. Saya ojek online (Gojek) yang setiap harinya
harus banyak belajar dari orang-orang mendapatkan penghasilan minimal seratus
yang terpinggirkan namun bisa
lima puluh ribu rupiah. Dengan memiliki
menjadi orang sukses. Pokoknya saya
penghasilan yang lumayan banyak setiap
harus berubah dan hidup mandiri dari
orang tua. Apa yang Tuhan takdirkan harinya membuat kebutuhannya
kepada saya saat ini harus saya terima tercukupi. Terlihat bahwa ada perubahan
dengan lapang dada, toh juga ini yang dialami oleh MP dalam dirinya,
datangnya dari Tuhan pasti ada hikmah sebagaimana yang dinyatakan bahwa:
di balik ini semua.Menerima kenyataan “Hidup itu hanya sekali dan kita di
bukan berarti membuat kita kembali dunia hanyalah sesaat. Jadi untuk apa selalu
akan merasakan kebahagiaan seperti menyesali dan meratapi apa yang telah terjadi.
sebelumnya, melainkan untuk berusaha Meskipun tanpa support orang tua, tapi saya
bangkit dari keterburukan (move on) bersyukur ada sosok wanita yang menerima
dan ikhlas menerima keadaan yang keadaan saya apa adanya dan dia yang selalu
ada.” mensupport dan memberikan semangat untuk
Dikuatkan lagi oleh MP dengan menjalani hari-hari demi meraih cita-cita yang
menyatakan: saya inginkan. Masa lalu adalah sesuatu yang
“Saya gak sama seperti kebanyakan telah hilang dan tidak akan kembali lagi, masa
orang kalau lagi depresi atau frustasi. sekarang adalah milik saya, jadi saya harus
Teman saya kuliah dulu pernah cerita berusaha semaksimal mungkin, dan esok adalah
kalo dia hampir mau bunuh bapaknya suram kita tidak tau apa yang akan terjadi. Kita
karena keluarga mereka kandas hanya bisa merencanakan tapi Tuhan yang
disebabkan adanya perselingkuhan dari akan menentukan.”
bapaknya sendiri. Mungkin mas ozi
juga sering liat di berita, orang depresi PEMBAHASAN
atau korban perceraian orang tua kerap Proses Tahapan Kedukaan (Grieving)
melakukan tindakan kriminal di Penelitian ini mengkaji proses yang
jalanan maupun lingkungan dialami oleh remaja broken home melalaui
sekitarnya. Tapi kalau saya gak separah proses grieving (Ross, 2009). Berdasarkan
mereka mas, sempat sih ingin hasil penelitian dari data yang telah di
melakukan hal demikian tapi saya mikir analisis, dapat diketahi bahwa ada lima
gini mas seandainya saya kayak gitu tahap dalam proses kedukaan ini yakni
apa manfaatnya coba buat diri saya tahap denial, anger, bergaining, depression,
malah akan menambah masalah. Jadi dan acceptance.
saya hanya melampiasakan rasa Fase Denial (Penolakan)
frustasi atau kedepresian saya dengan Untuk sampai kepada proses
cara ngajak teman-teman mendem menuju penerimaan diri, maka hal pertama
yang akan dialamai oleh orang yang yang dikaitkan dengan marah dan rasa bersalah
sedang berduka, dalam hal ini remaja yang (Ross, 2009). Terdapat dua bentuk
broken home adalah tahap denial, yaitu sikap kemarahan yang dialami oleh remaja
penolakan terhadap sesuatu yang sedang broken home, yakni kemarahan internal dan
dihadapi. Dalam tahap ini, subyek eksternal. Kemarahan secara internal
menolak perceraian orang tuanya. titunjukkan oleh subyek kepada diri
Penolakan yang dialami oleh anak sendiri menunjukkan bahwa dirinya
merupakan mekanisme pertahanan yang merasa lemah dan tidak berharga.
bersifat alami sehingga wajar terjadi (Ross, Sedangkan kemarahan secara eksternal
2009). Perceraian orang tua berdampak ditunjukkan oleh subyek kepada
pada mental anak, seperti trauma, depresi orangtuanya bahwa penyebab perceraian
dan mengasingkan diri dari lingkungan mereka tidak diketahui terkabih dahulu
(Ningrum, 2013), bahkan terhadap oleh anaknya. Perubahan sikap akan terjadi
perkembangan psikososial dan prestasi pada anak korban perceraian orang tua,
belajar (Mone, 2019). Sehingga yang kerap seperti, merasa rendah diri, sedih, dan
menjadi korban dari perceraian orang tua marah (Rusdi et al., 2018), suka melamun,
adalah anak itu sendiri. Kendati orang tua sering menangis, sulit berinteraksi dengan
berfikir bahwa dengan bercerai maka jalan temannya, bahkan berfikir bahwa
terbaik bagi keduanya, akan tetapi tidak hilangnya kasih sayang orangtua
bagi anak (Asriandari, 2015). Remaja (Purwanti et al., 2013). Tidak hanya itu,
mengalami tekanan antara korban remaja broken home juga memiliki
ketergantungannya terhadap orang tua perasaan kecewa, tertekan, bahkan sakit
dan kebutuhan untuk menjadi individu hati terhadap orang tua sendiri (Arthasari,
yang mandiri. Orang tua pun sering 2010).
memiliki perasaan yang bercampur aduk Fase Bergaining (Tawar-Menawar)
dalam diri, mereka menginginkan anak- Pada tahap tawar-menawar
anaknya untuk menjadi mandiri tetapi (bergaining), remaja dengan status keluarga
mereka menyadari bahwa sulit untuk broken home, cenderung mengembangkan
dapat melepas anak mereka menjadi pemikiran-pemikiran irasional untuk
mandiri (Fadilah, 2018) namun hal tersebut mengatur kebutuhan dirinya yang belum
tidak akan dialami oleh anak broken home mampu menerima perceraian orang
karena mereka tidak akan mendapatkan tuanya. Pada tahap ini dilakukan negosiasi
lagi bimbingan dan arahan dari atas status anak broken home (Ross, 2009).
orangtuanya sehingga mereka akan Adapun bentuk pemikiran irasional yang
menjadi mandiri tanpa pengontrolan. ditunjukkan oleh subyek yakni: penyesalan
Fase Anger (Marah) kenapa kuliah serta penyesalah kenapa
Jika sikap penolakan tidak dapat subyek tidak menikah lebih dini. Pikiran
dipertahankan lagi, maka fase pertama yang positif akan menghilangkan
berubah menjadi kemarahan (anger). prasangka-prasangka yang tidak jelas (Ida
Perilaku individu secara karakteristik Alfiana, 2018).
Enlighten: Jurnal Bimbingan Konseling Islam ■ Vol 3 No 2 148
Bimbingan Pencarian Penerimaan… - Fahrurrazi & Casmini