You are on page 1of 7

HUBUNGAN BEBAN KERJA TERHADAP TINGKAT BURNOUT PERAWAT PASIEN

KEMOTERAPI DI RUMAH SAKIT PANTI NIRMALA MALANG

Agnes Irtikasari Nelly Darmawanti1, Eny Rahmawati1, Dina Nurpita Suprawoto1


Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kendedes Malang
agnes.irneda84@gmail.com

ABSTRACT

Burnout syndrome is a collection of physical, psychological and mental symptoms that are
destructive in nature as a result of work fatigue which is monotonous and depressing. Nurse
workload is all activities or activities performed by a nurse while serving in a nursing service unit.
Excessive workload physically and mentally becomes a source of stress at work. The purpose of
this study was to determine the relationship between workload and burnout level of nurses.
The method used in this research is correlation study method with cross sectional approach, with
the sampling technique used is purposive sampling of 38 respondents. The population in this study
were all nurses in the Santa Marta and St. Magdalena Panti Nirmala Hospital Malang. The research
instrument used a workload questionnaire and the MBI (Masclach Burnout Inventor) questionnaire
instrument. Data analysis used Spearman's rho test with a confidence level of 95% (α = 0.05)
The results showed that the workload of chemotherapy patient nurses at Panti Nirmala Hospital
Malang was in the high category of 95% and 5% moderate, the burnout rate of nurses was 58% and
medium 42% with a p-value of 0.022.
The conclusion of this study is that there is a significant relationship between workload and burnout
level of chemotherapy patient nurses at Panti Nirmala Hospital Malang.

Keywords: Burnout Syndrome, Workload

ABSTRAK

Burnout syndrome adalah suatu kumpulan gejala fisik, psikologis dan mental yang bersifat
destruktif akibat dari kelelahan kerja yang bersifat monoton dan menekan. Beban kerja perawat
adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu
unit pelayanan keperawatan. Beban kerja berlebih secara fisik dan mental menjadi sumber stress
dalam pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja
terhadap tingkat burnout perawat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode study correlation dengan pendekatan
cross sectional, dengan Teknik sampling yang digunakan purposive sampling sebanyak 38
responden. Populasi dalam penelitian ini adalah Semua Perawat di Ruang Santa Marta dan St.
Magdalena Rumah Sakit Panti Nirmala Malang. Instrumen penelitian menggunak kuesioner beban
kerja dan instrument kuesioner MBI( Masclach Burnout Inventor). Analisa data menggunakan uji
Spearman’s rho dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat pasien kemoterapi di Rumah Sakit Panti
Nirmala Malang adalah kategori tinggi sebesar 95% dan sedang 5%, tingkat burnout perawat
kategori rendah 58% dan sedang 42% dengan p-value 0,022.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada pengaruh signifikan hubungan beban kerja terhadap
tingkat burnout perawat pasien kemoterapi di Rumah Sakit Panti Nirmala Malang.

Kata Kunci: Burnout Syndrome, Beban Kerja


PENDAHULUAN menjadi figur yang dibutuhkan oleh
Burnout syndrome adalah suatu pasiennya. Karena sifat alamiah dari
kumpulan gejala fisik, psikologis dan mental pekerjaannya, perawat merupakan kelompok
yang bersifat destruktif akibat dari kelelahan tenaga kesehatan yang berisiko untuk
kerja yang bersifat monoton dan menekan mengalami burnout dibanding tenaga
(Pangastiti, 2011). Juga menyatakan burnout kesehatan lainnya (Lorenz et al., 2010)
syndrome banyak ditemukan pada profesi Burnout Syndrome yang dialami perawat
yang bersifat human service seperti polisi, adalah keadaan ketika perawat menunjukkan
perawat, dokter, konselor, dan pekerja sosial perilaku seperti memberikan respon yang
(Pangastiti, 2011). Burnout memiliki tiga tidak menyenangkan kepada pasien, menunda
dimensi, pertama kelelahan emosional, pada pekerjaan, mudah marah disaat rekan kerja
dimensi ini akan muncul perasaan frustasi, ataupun pasien bertanya hal yang sederhana,
putus asa, tertekan, dan terbelenggu oleh mengeluh cepat lelah dan pusing serta lebih
pekerjaan; dimensi kedua depersonalisasi, parahnya tidak mempedulikan pekerjaan dan
pada dimensi ini akan muncul sikap negatif, keadaan sekitarnya (Asih & Trisni, 2015).
kasar, menjaga jarak dan tidak peduli dengan Berdasarkan studi pendahuluan berupa
lingkungan sekitar, dan ketiga, dimensi wawancara peneliti terhadap 5 perawat yang
reduced personal accomplishment, pada merawat pasien kemoterapi di Ruang Santa
dimensi ini akan ditandai dengan adanya Magdalena Rumah Sakit Panti Nirmala
sikap tidak puas terhadap diri sendiri, Malang dari total 19 perawat, 3 orang perawat
pekerjaan, dan bahkan kehidupan (Mariyanti, mengatakan merasa jenuh dengan pekerjaan
2011) yang berat, 1 orang mengatakan ingin keluar
Berdasarkan hasil survei dari PPNI kerja saja. Dari segi beban kerja yang dialami,
tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang 4 orang dari 5 perawat mengatakan merasa
bekerja di 4 propinsi di Indonesia mengalami pekerjaan yang dilakukan terutama shift pagi
stres kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa terasa berat karena harus melakukan berbagai
beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi macam tindakan baik ke pasien langsung
dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif maupun kegiatan administrasi seperti biling,
memadai (Rachmawati, 2000). Berdasarkan menyiapakan obat, dan memberikan obat..
Peraturan Pemerintah RI Nomor 97 tahun Beban kerja merupakan intensitas pekerjaan
2000 beban kerja dari organisasi dapat yang meliputi jam kerja, jumlah individu yang
dilakukan berdasarkan perhitungan atau harus dilayani, serta tanggung jawab yang
pengalaman. Beban kerja perawat adalah harus dipikul. Beban kerja secara kualitatif
seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan dilihat dari kesulitan pekerjaan tersebut untuk
oleh seorang perawat selama bertugas di suatu dikerjakan. Dari fenomena tersebut peneliti
unit pelayanan keperawatan (Marquish & tertarik untuk melakukan penelitian dengan
Huston, 2000). Perawat juga harus selalu rumusan masalah Bagaimana hubungan
menghadirkan dirinya dalam konteks antara beban kerja terhadap tingkat burnout
terapeutik melalui interaksi dengan pasien perawat pasien kemoterapi di Rumah Sakit
(Stuart & Laraia, 2013). Rutinitas tersebut Panti Nirmala Malang?
dapat menjadi stressor bagi perawat sehingga
mengalami kelelahan mental atau burnout
METODE PENELITIAN
(Wang, et al., 2014; Yang, Meredith & Khan,
Desain penelitian ini menggunakan
2015).
analitik observasional dengan pendekatan
Perawat yang bertugas untuk merawat
studi Cross sectional. Populasi dalam
dan memberikan kemoterapi kepada pasien
penelitian ini adalah seluruh perawat di
kanker yang mendapat kemoterapi dituntut
Ruang Santa Maria dan St. Magdalena RS
untuk bisa menjalankan tugas pemberian obat
Panti Nirmala Malang sejumlah 42 perawat.
kemoterapi sesuai prosedur, juga tetap
Sampel dalam penelitian ini sejumlah 38
perawat. Teknik sampling yang digunakan Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden
adalah purposive sampling. Waktu penelitian Berdasarkan Beban Kerja Perawat Pasien
dilaksanakan mulai bulan Februari - April Kemoterapi
2020. Sedangkan instrumen yang digunakan
Tingkat Beban Kerja Frekuensi Prosentase
berupa kuesioner beban kerja terdiri dari 24
(%)
item pertanyaan dan kuesioner Maslach Rendah 0 0
Burnout Inventory terdiri dari 22 item pertanyaan.
Hasil uji reliabilitas kuisioner beban kerja Sedang 2 5
yaitu nilai alpha cronbach 0,77. Tinggi 36 95
Total 38 100
HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
Hasil penelitian ini meliputi: bahwa karakteristik responden berdasarkan
beban kerja perawat pasien kemoterapi di
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Ruang St. Marta dan St. Magdalena dapat
Jenis Kelamin, Usia, Masa Kerja, Status dijelaskan bahwa hasil terbanyak 36
Pernikahan dan Pendidikan responden (95%) mengalami beban kerja
yang tinggi.
Variabel Frekuensi Prosentase
(f) (%) Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Jenis Laki-laki 0 0
Tingkat Burnout Perawat Pasien Kemoterapi
Kelamin
Perempuan 38 100
Umur 25-27 tahun 12 32 Tingkat Burnout Frekuensi Prosentase
28-30 tahun 7 18 (%)
Rendah 22 58
31-33 tahun 6 16 Sedang 16 42
34-36 tahun 7 18 Tinggi 0 0
37-39 tahun 5 13 Total 38 100
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
40-42 tahun 1 bahwa
3 perawat pasien kemoterapi di Ruang St. Marta dan St.
Magdalena dapat dijelaskan bahwa hasil terbanyak 22 responden (58%)
Status Belum Menikah 6 16 mengalami tingkat burnout rendah.
Pernika
han Menikah 32 84
Masa
<5 Tahun 4 11 Tabel 4. Hasil Uji Hubungan antara Beban Kerja
Kerja
Pendidi >5 Tahun
D3 34
38 89
100 dan Tingkat Burnout Perawat Pasien
kan Kemoterapi
S1 0 0

Berdasarkan Tabel 1 seluruh responden


berjenis kelamin perempuan sebanyak 38 Burn Beban
responden (100%). Sebagian besar responden out Kerja
Spear Burno Correlation 1 .671*
man's ut Coefficient
berusia 25-27 tahun sebanyak 12 responden rho Sig. (2-tailed) . 0.022
(32%), responden yang telah menikah N 38 38
sebanyak 32 responden (84%), dan masa kerja Beban Correlation .671* 1
responden lebih dari 5 tahun sebanyak 34 Kerja Coefficient
Sig. (2-tailed) 0.022 .
responden (89%). Seluruh responden N 38 38
berpendidikan diploma yaitu 38 responden *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
(100%). Sebagian besar responden tailed).
berpendidikan D3 Keperawatan sebanyak 57
orang (98%). Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan
bahwa pada uji Spearman's rho dapat dilihat
Correlation Coefficient sebesar 0.671 yang individu yang sudah menikah dengan alasan
artinya kontribusi variabel independen bahwa orang yang sudah menikah memiliki
mempengaruhi dependen sebesar 67.1%, emosional yang lebih matang dan juga
berkorelasi kuat dan positif dengan nilai p = dukungan keluarga akan membantu seseorang
0,022, nilai ini lebih kecil dari p<0,05 dalam menghadapi tuntutan keluarga.
sehingga terdapat hubungan beban kerja Dari hasil penelitian dan analisa data
terhadap tingkat burnout perawat pasien didapatkan responden dengan masa kerja
kemoterapi di rumah sakit panti nirmala lebih dari 5 tahun sebanyak 34 responden
malang. (89%). Jika dikaitkan dengan hasil tingkat
burnout, sesuai dengan penelitian Menurut
PEMBAHASAN Schultz (1994 dalam Margani 2011) ,Tingkat
Berdasarkan hasil penelitian dan pendidikan dan masa kerja yang semakin
analisa data didapatkan, distribusi umur tinggi, akan menimbulkan kecenderungan
responden terbanyak berusia 25-27 tahun burnout dalam diri individu. Tingkat
sebanyak 12 responden (32%) dan paling pendidikan dan masa kerja berpengaruh
sedikit berusia dari 40-42 tahun 1 responden positif terhadap burnout, karena kedua faktor
3%. Pada penelitian ini factor usia tidak ini akan mempengaruhi harapan individu
mempunyai hubungan yang bermakna terhadap organisasi. Ketika harapan tidak
terhadap burnout perawat maupun beban tercapai, maka individu memiliki
kerja. bahwa usia tidak menjadi faktor kecenderungan yang lebih tinggi mengalami
penyebab stress karena stress itu dapat terjadi burnout.
pada perawat usia berapapun tergantung dari Masa kerja memberi pengaruh positif
manajemen stress tiap individu. Menurut pada kinerja bila dengan semakin lamanya
Anoraga (1998), semakin tua seseorang maka masa kerja seseorang semakin berpengalaman
orang tersebut semakin rentan mengalami dalam melaksanakan tugasnya, sebaliknya
stres. memberikan pengaruh negatif apabila dengan
Hasil penelitian Schultz (1994 dalam semakin lamanya masa kerja akan timbul
Margani 2011) yang mengatakan Individu gangguan kesehatan pada pekerja serta timbul
yang berusia dibawah 40 tahun lebih rentan kebosanan yang disebabkan oleh pekerjaan
terkena burnout. Hal ini disebabkan yang sifatnya monoton (Pusparini, Setiani, &
umumnya tenaga kerja yang berusia lebih Hanani, 2016).
muda dipenuhi oleh berbagai harapan yang Dari hasil penelitian dan analisa data
terkadang kurang realistik untuk dicapai, didapatkan semua responden atau 100 %
sedangkan tenaga kerja yang berusia lebih tua responden berpendidikan D3 dengan kategori
umumnya matang dan stabil sehingga burnout ringan dan sedang. Jika dikaitkan
memiliki harapan yang lebih realistik. dengan hasil tingkat burnout, sesuai dengan
Dari hasil penelitian ini status penelitian Menurut Schultz (1994 dalam
pernikahan responden sebagian besar Margani 2011). Tingkat pendidikan dan masa
menikah sebanyak 32 responden (84%). Jika kerja yang semakin tinggi, akan menimbulkan
dikaitkan dengan hasil tingkat burnout sesuai kecenderungan burnout dalam diri individu.
dengan teori Schultz (1994 dalam Margani Tingkat pendidikan dan masa kerja
2011) yang menyatakan Status pernikahan berpengaruh positif terhadap burnout, karena
berpengaruh pada burnout. Profesional yang kedua faktor ini akan mempengaruhi harapan
berstatus lajang lebih rentan terhadap individu terhadap organisasi. Ketika harapan
burnout. Karena hasil tingkat burnout tidak tercapai, maka individu memiliki
menyatakan 58% mengalami burnout rendah kecenderungan yang lebih tinggi mengalami
dan 42% mengalami burnout sedang. burnout. Karena dari hasil penelitian 58%
Menurut Maslach (1982) bahwa responden mengalami tingkat burnout ringan.
seseorang yang belum menikah lebih banyak Dari hasil penelitian dan analisa data
mengalami burnout bila dibandingkan dengan didapatkan semua responden atau 100 %
responden berjenis kelamin perempuan. sebagai sumber ketidakpuasan disebabkan
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa jenis oleh kelebihan beban kerja.
kelamin perawat di Rumah Sakit Panti Berdasarkan tingkat burnout perawat
Nirmala Malang mayoritas perempuan, pasien kemoterapi di Ruang St. Marta dan St.
karena sesuai dengan kebutuhan bahwa Magdalena dapat dijelaskan bahwa hasil
perawat perempuan lebih fleksibel dalam sejumlah 22 responden (58%) mengalami
melakukan tindakan keperawatan. Perempuan burnout yang rendah, dan 16 responden (42%)
juga terkadang sangat baik dalam kemampuan mengalami burnout yang sedang.
mengontrol emosi. Hal ini mendukung penelitian
Menurut Simon Le Vay bahwa otak terdahulu, Maslach dan Leiter ( dalam Rizka,
perempuan lebih kecil daripada otak laki-laki 2013) berpendapat bahwa burnout merupakan
perbedaan ini menjadikan perempuan berbeda reaksi emosi negatif yang terjadi di
dengan laki-laki dalam hal mengontrol emosi. lingkungan kerja, ketika individu tersebut
Perempuan juga lebih bisa merasakan emosi mengalami stress yang berkepanjangan,
seseorang sehingga dapat lebih peka dalam Burnout merupakan sindrom psikologis yang
beremphaty dengan lingkungan.(Taufik meliputi kelelahan, depersonalisasi, dan
Pasak;2000). Sedangkan menurut penelitian P menurunnya kemampuan dalam melakukan
Schultz (1994 dalam Margani 2011), tugas-tugas rutin seperti mengakibatkan
perempuan umumnya lebih sering mengalami timbulnya rasa cemas, depresi, atau bahkan
kelelahan emosional, sedangkan laki-laki dapat mengalami gangguan tidur. Maslach
mengalami depersonalisasi. Laki-laki lebih menyatakan bahwa burnout merupakan
rentan terkena burnout dibanding perempuan. keadaan seseorang yang merasakan adanya
Namun jenis kelamin bukan merupakan ketegangan emosional saat bekerja sehingga
prediktor yang signifikan pada proses dapat menyebabkan seseorang tersebut
terjadinya burnout. menarik diri secara psikologis dan
Berdasarkan beban kerja perawat menghindari diri untuk terlibat (Priansa,
pasien kemoterapi di Ruang St. Marta dan St. 2017).
Magdalena dapat dijelaskan bahwa hasil 36 Pada uji Spearman's rho dapat dilihat
responden (95%) mengalami beban kerja bahwa nilai p = 0,022, nilai ini lebih kecil dari
yang tinggi. Hal ini akan berdampak p<0,05 sehingga terdapat hubungan beban
kelelahan bagi karyawan yang berdampak kerja terhadap tingkat burnout perawat pasien
pada hasil kinerja yang tidak maksimal. kemoterapi di Rumah Sakit Panti Nirmala
Menurut Moekijat (2010) dalam Malang. Hal ini mendukung penelitian
Maulida, Siti Ulva (2017) beban kerja adalah terdahulu, Kelelahan mental dapat
volume dari hasil kerja atau catatan tentang dipengaruhi oleh faktor internal maupun
hasil pekerjaan yang dapat menunjukan faktor eksternal. Faktor internal yang
volume yang dihasilkan oleh sejumlah dimaksud adalah faktor yang ada dalam diri
pegawai dalam suatu bagian tertentu. Jumlah perawat sendiri, seperti kematangan emosi,
pekerjaan yang harus diselesaikan oleh kesejahteraan psikologis, dan penyesuaian
sekelompok atau seseorang dalam waktu diri. Sedangkan faktor eksternal merupakan
tertentu atau beban kerja dapat dilihat pada faktor yang berasal dari lingkungan kerja,
sudut pandang obyektif dan subyektif. Secara seperti beban kerja dan pengaturan shift. (Siti
obyektif adalah keseluruhan waktu yang Kholifah, 2016).
dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Berdasarkan penelitian terdahulu,
Sedangkan beban kerja secara subyektif memang ada hubungan yang signifikan antara
adalah ukuran yang dipakai seseorang beban kerja dengan tingkat burnout dengan p-
terhadan pernyataan tentang perasaan Value 0,022 (Ramdan, 2016). Selain itu
kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan menurut Eliyana (2015) dari penelitiannya
pekerjaan dan kepuasan kerja. Beban kerja didapatkan hasil uji statistik pada variabel
beban kerja bahwa beban kerja yang ringan
akan menghasilkan burnout yang rendah perawat pasien kemoterapi di Rumah Sakit
sebesar 2,262 kali dibandingkan dengan Panti Nirmala Malang.
beban kerja berat. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Ni Luh Putu Dian Yunita, Saran
2014 juga menyebutkan bahwa hasil analisis 1. Bagi Rumah Sakit
yang didapatkan adalah terdapat hubungan RS hendaknya mengimplementasikan
yang signifikan antara beban kerja dengan penerapan hubungan beban kerja terhadap
burnout syndrome dengan nilai p value tingkat burnout perawat pasien kemoterapi
sebesar 0,006 (p value<0,05). Dari penelitian di Rumah Sakit Panti Nirmala Malang
tersebut juga menyebutkan hasil cross dengan berusaha menurunkan tingkat
tabulation menunjukkan responden dengan burnout sehingga diharapkan dapat
beban kerja tinggi mengalami burnout meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
syndrome berat. pasien.
Dari beberapa pengertian diatas dan 2. Bagi Peneliti
hasil analisa data hubungan beban kerja dan Peneliti dapat melakukan penelitian
tingkat burnout perawat pasien kemoterapi tentang hubungan beban kerja terhadap
di Rumah Sakit Panti Nirmala Malang dapat tingkat burnout perawat pasien kemoterapi
ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar di Rumah Sakit Panti Nirmala Malang.
perawat pasien kemoterapi mengalami beban Sehingga diharapkan dapat menurunkan
kerja yang tinggi apalagi jika dilihat dari tingkat burnout yang terjadi.
tanggung jawab serta rincian kewenangan 3. Bagi Perawat
klinis perawat. Sedangkan dari hasil tingkat Perawat dapat menggunakan penelitian ini
burnout sebagian besar mengalami burnout sebagai sumber referensi untuk
walaupun ringan. Jadi, penelitian hubungan meningkatkan pengetahuan dan
beban kerja dengan tingkat burnout perawat ketrampilan perawat dalam menerapkan
pasien kemoterapi di Rumah Sakit Panti hubungan beban kerja terhadap tingkat
Nirmala Malang sejalan dengan dengan burnout perawat pasien kemoterapi di
penelitian terdahulu yang telah dikemukakan Rumah Sakit Panti Nirmala malang untuk
di atas dan bahwa kontribusi variable menurukan tingkat burnout selama
independen mempengaruhi dependen sebesar menjalankan tugas untuk merawat pasien
67.1% dan berkorelai kuat positif dengan nilai di Rumah Sakit.
p = 0,022, nilai ini lebih kecil dari p<0,05
sehingga terdapat hubungan beban kerja DAFTAR PUSTAKA
terhadap tingkat burnout perawat pasien Dahlan Sopiyudin.2014. Statistik untuk
kemoterapi di Rumah Sakit Panti Nirmala Kedokteran dan Kesehatan seri 1,
Malang. Artinya bila beban kerja naik tingkat edisi 3. Epidemiologi Indonesia.
burnout perawat juga akan naik juga berlaku Jakarta
sebaliknya.
Depkes RI. (2005). Keputusan menteri
KESIMPULAN DAN SARAN kesehatan RI nomor: 836/
Kesimpulan MENKES/SK/VI/2005 tentang
1. Beban kerja perawat pasien kemoterapi di pedoman pengembangan manajemen
Ruang St. Marta dan St. Magdalena kinerja perawat dan bidan. Jakarta.
mengalami beban kerja yang tinggi. Depkes RI.
2. Tingkat burnout perawat pasien
kemoterapi di Ruang St. Marta dan St. Farquharson, B., C. Bell, D. Johnston, M.
Magdalena mengalami burnout yang Jones, P. Schofield, J. Allan, I.
rendah sampai sedang. Ricketts, K. Morrison, dan M.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara Johnston. 2012. Nursing Stress and
beban kerja dengan tingkat burnout Patient Care: Real-Time
Investigation of The Effect Of
Nursing Tasks and Demands On Jakarta 2010. Tesis. Program studi
Psychological Stress, Physiological magister ilmu keperawatan
Stress, and Job Performance: Study kekhususan kepemimpinan dan
Protocol. Journal of Advanced manajemen keperawatan. Fakultas
Nursing. ilmu keperawatan. Universitas
Indonesia.
Florensia, O. (2013). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan stres kerja Suryawati, C., Dharminto, dan Z. Shaluhiyah.
perawat di instalasi rawat inap (2006). Penyusunan indikator
RSUP M. Djamil Padang 2013. kepuasan pasien rawat inap rumah
Skripsi. Fakultas keperawatan. sakit di provinsi jawa tengah. Jurnal
Universitas Andalas. Manajemen Pelayanan Kesehatan,
9(4), 177-184.
Giriwati, G. Retno. (2011). Hubungan Irkhami FL, (2015), Faktor Faktor Yang
karakteristik responden, beban kerja, Berhubungan Dengan Stres Kerja
dan kondisi kerja dengan stres kerja Pada Penyelam di PT.X, The
perawat unit-unit kritikal RS Pondok Indonesian Journal of Occupational
Indah Jakarta. Diakses pada tanggal Safety and Health, Vol. 4, No. 1 Jan-
25 Maret 2014 Jun 2015: 54–63
www.library.upnvj.ac.id/pdf/3kepera
watanpdf/0910712006/bab6

Huber, D.L. (2010). Leadership and nursing


care management. Ed 4. Missouri:
Saunders Elsevier.

Minarsih, M. (2011). Hubungan beban kerja


perawat dengan produktivitas kerja
perawat di IRNA Non Bedah
(Penyakit Dalam) RSUP dr.
M.Djamil Padang. Skripsi. Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Andalas. Padang.

Nasrudin, E. (2010). Psikologi manajemen.


Bandung: Pustaka Setia.
Nursalam, (2013).Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan edisi 3, penerbit
salemba medika, jakarta

Satria, B. (2012). Pengaruh lingkungan fisik


terhadap semangat kerja perawat di
RSU dr. Pirngadi Medan 2012.
Diakses pada tanggal 15 April 2014
dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123
456789/33796

Setiawati, D. (2010). Determina kinerja


perawat di ruang rawat inap rumah
sakit TNI AL dr. Mintohardjo

You might also like