You are on page 1of 11

p-ISSN: 1693-2226 ; e-ISSN: 2303-2219

Vol. 21, No. 1, January 2023


PA Hlm. XX-XX
KAR Pendidikan http://pakar.pkm.unp.ac.id/

Analysis of the relationship between food expenditure and household food security in
Sijunjung district

Analisis hubungan pengeluaran pangan dengan ketahanan pangan rumah tangga di


kabupaten Sijunjung

https://doi.org/10.24036/pakar.vxxix.xx
RONNY TYSA PUTRA PRATAMA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Muaro Sijunjung, 2021
*
E-mail:ronnyputra55@gmail.comaapermataa@gmail.com
Abstract
ANALYSIS OF THE RELATIONSHIP OF FOOD EXPENDITURE AND HOUSEHOLD FOOD
SECURITY

IN SIJUNJUNG DISTRICT

Ranny Tisa Putra Pratama 1310063404011, under guidance

Noni Novarista, S.Pt, M.Si and Roni Jarlis S.SLM.Pd

Agribiana Study Program, Faculty of Agriculture, Fimu Taman High School

(PLUG)

Muara Sijunjung, 2021

Email rompatra@gmail.com

The research was carried out to find out the relationship between food expenditure

1
Jurnal PAKAR Pendidikan
Vol. 21, No. 1, January 2023
http://pakar.pkm.unp.ac.id

households with food shortages, there are many factors that determine whether food expenditure and
household food security contribute to household efforts to meet their needs and the level of household
food security. The aim of the research is to analyze the amount of food expenditure and household
food consumption, analyze the consumption (energy and protein) of households and analyzing
household food security in Spunjung Regency. This research uses a descriptive analysis method with
the urves technique. The research was conducted in Sijunjung Regency. Sijunjung, Kote VII, IV
nagarı, Kupitan is a selected sub-district with a porposive sample. The data used is primary data and
data secondary Duts obtained from observations, interviews, and recording. The results of the
research show that the average income used for non-pangau consumption is Rp. Average energy and
protein consumption is 1885.71 kkV person/day and 3750 kkli person day Energy adequacy level
88% at normal level and 101% for protein at high level Household food security 40% food insecure,
27% food insecure, 10% food shortages and 10% lack of food

Keywords: food safety, energy consumption, protein consumption

food and household security

Abstrak

ANALISIS HUBUNGAN PENGELUARAN PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH


TANGGA

DI KABUPATEN SIJUNJUNG

Ranny Tisa Putra Pratama 1310063404011, dibawah bimbingan

Noni Novarista, S.Pt,M.Si dan Roni Jarlis S.SLM.Pd

Program Studi Agribiana Fakultas Pertanian Sekolah Tinggi fimu Pertaman

(SUMBAT)

Muara Sijunjung, 2021

Surel rompatra@gmail.com

Penelitian dilakukan mengetahui hubungan antara pengeluaran pangan


rumah tangga dengan katahonan pangan, ada banyak faktor yang menentukan apakah pengeluaran pangan
dengan ketahanan pangan rumah tangga memdik keverikatan dalam upays rumah tangga memenuhi
kebutuhannya dan tingkat ketahanan pongan rumah tangga Tujuan penelitian menganalisah jumlah pengeluaran
pangan dan konsumsi pangan rumah tangga, menganalnah komumai (energi dan protein) rumah tangga dan
menganalisah ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Spunjung Penelitian ini menggunakan metode
analises deskriptif dengan teknik urves Penelitian dilakukan di Kabupaten Sijunjung Sijunjung, Kote VII, IV
nagarı, Kupitan adalah kecamatan terpilih dengan porposive sampel Data yang digunakan adalah data primer

2 P-ISSN : 1693-2226
E-ISSN : 2303-2219
PAKAR Pendidikan
Vol. 21, No. 1, January 2023
http://pakar.pkm.unp.ac.id

dan data sekunder Duts diperoleh dari oservas, interview, dan pencatatan Hasil dari penelitia menunjukan rata-
rata pendapatan digunakan untuk komumsi non-pangau is Rp1 338. 151,00 atau 18,89%, and dan rata-rata
pengeluaran konsumsi sehanyak Mp2 102 966.00 61.11% Rata-rata kommetta energi dan protein 1885,71
kkVorang/hari dan 3750kkliorang hari Tingkat kecukupan energi 88% pada levei normal dan 101% untuk
protein berada pada level yang tinggi Ketahanan pengan rumah tangga 40% rentan pangan, 27%rawan pangan,
10%sahan pangan dan 10% kurang pangan

Kata kunci katahaman pangan, konsumsi energi konsumsi protein

ketahanan pangan dan rumah tangga


Kata Kunci: SQ4R, teks berita, keterampilan membaca

P-ISSN: 1693-2226 3
E-ISSN: 2303-2219
PAKAR Pendidikan
Vol. 21, No. 1, January 2023
http://pakar.pkm.unp.ac.id

1. Pendahuluan

Pangan dapat dikatakan sebagai bahan konsumsi dan pemenuhan kebutuhan kehidupan di
manapun berada dan pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya
manusia suatu bangsa, di mana jika pangan yang merupakan faktor penentu tingkat
kesejahteraan suatu negara belum tersedia maupun terpenuhi maka proses pembangunan dan
mobilitas suatu negara akan mengalami kendala dikarenakan tingkat kemakmuran dan
ketahanan pangan warga negara belum terpenuhi sama sekali.
Ketahanan pangan dibedakan dalam empat tingkatan yaitu ketahanan pangan nasional,
regional rumah tangga atau keluarga, serta ketahanan pangan individu. meskipun secara
nasional mempunyai ketahanan pangan rumah tangga yang baik. namun hal tersebut tidak
menjamin ketahanan pangan tingkat rumah tangga yang baik hal ini terjadi karena rumah
tangga memiliki ketersediaan dan akses pangan yang berbeda di setiap wilayah, ketahanan
pangan rumah tangga berhubungan dengan kemampuan rumah tangga dalam mengakses
pangan secara cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya.
Menurut dewan ketahanan pangan dalam Nainggolan atau 2015 ketahanan pangan
masyarakat dipenuhinya dua sisi stimulan yaitu satu sisi ketersediaan yaitu Tersedianya
pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah mutu keamanan dan
keterjangkauannya yang diutamakan dari produk dalam negeri 2 Sisi konsumsi yaitu adanya
kemampuan setiap rumah tangga mengakses pangan yang cukup bagi masing-masing
anggotanya untuk tumbuh sehat dan produktif dari waktu ke waktu Peraturan pemerintahan
nomor 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan menyatakan yang dimaksud dengan
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya dengan bagi rumah tangga yang tercermin dari
Tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya aman merata dan terjangkau
tangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya aman merata dan terjangkau Suharjo dalam
Rahman atau 2001 menambahkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga dicerminkan oleh
beberapa indikator antara lain (1) tingkat kerusakan tanaman ternak dan Perikanan (2)
penurunan produksi pangan(3) tingkat ketersediaan pangan di rumah tangga (4) properti
pengolahan pangan terhadap pengeluaran total (5) fluktuasi harga pangan utama yang umum
dikonsumsi rumah tangga (6) perubahan kehidupan sosial seperti imigrasi menjual atau
menggadaikan aset (7) keadaan konsumsi pangan berupa kebiasaan makan kuantitas dan
kualitas pengandan (8) status gizi.
Pakpahan,dkk (1993) pangsa pengeluaran pangan berhubungan terbalik dengan ketahanan

4 P-ISSN: 1693 - 2226


E-ISSN: 2303 - 2219
PAKAR Pendidikan
Vol. 21, No. 1, January 2023
http://pakar.pkm.unp.ac.id

pangan semakin besar pangsa pengeluaran pangan maka semakin rendah ketahanan pangan
rumah tangga yang bersangkutan pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan
pola konsumsi rumah tangga pendapatan yang semakin tinggi menunjukkan daya beli
semakin meningkat dan begitu pula aksesibilitas terhadap pangan yang berkualitas lebih baik
hal ini ditambahkan oleh Deaton atau Muellbauer dalam Ilham atau (2006) menyatakan
bahwa makin tinggi kesejahteraan masyarakat suatu negara pangsa pengeluaran pangan
penduduknya semakin kecil demikian sebaliknya ketahanan pangan rumah tangga juga dapat
dilihat dari indikator kecukupan gizi zat gizi yang hingga kini digunakan sebagai indikator
ketahanan pangan adalah tingkat kecukupan gizi makro yaitu energi dan protein tingkat
kecukupan energi dan protein rata-rata provinsi Sumatera Barat adalah 2,043 KKL per hari
dan 60 gram per hari (Badan Pusat Statistik provinsi Sumatera Barat 2016). Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 tahun 2013 menetapkan standar kecukupan konsumsi energi dan protein
perkapita sehari penduduk Indonesia adalah sebesar 2150 kkal dan 57 gram dari data yang
ada diketahui bahwa tingkat kecukupan protein provinsi Sumatera Barat sudah melebihi
angka yang ditetapkan sedangkan tingkat kecukupan energi masih di bawah angka yang
dianjurkan dari data yang ada pengeluaran konsumsi bentuk Sumatera Barat masih terbilang
tinggi yaitu 52,80% untuk pangan dan 47,20% untuk bahan pangan dengan tingkat pola
bangun harapan (PPH) sebesar 84,3 (badan perencanaan pembangunan daerah Sumatera
Barat, 2016).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sijunjung (2016) konsumsi pangan penduduk paling tinggi
masih pada pangan sebesar 57% dan 43% non pangan. di mana pangan terdiri atas 21,21%
untuk makan dan minum, 20,10% untuk kelompok padi-padian, atau rokok 16,70% dan
sisanya untuk non pangan, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan rumah tangga
Kabupaten digunakan untuk membeli bahan kelompok padi-padian dan bahan makanan yang
dapat dilihat dalam tingkat pengeluaran pangan.
Tingkat pengeluaran untuk pangan akan menurun dengan meningkatnya pendapatan angel
1857 dalam Badan Pusat Statistik (2014) menyatakan bahwa tingkat pengeluaran rumah
tangga dapat dijadikan sebagai indikator untuk chord tingkat kesejahteraan penduduk semakin
rendah persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik
tingkat perekonomian penduduk perbedaan tingkat pendapatan akan mengakibatkan
perbedaan pola distribusi pendapatan termasuk pola konsumsi rumah tangga.
Keadaan ekonomi dan alokasi pendapatan menunjukkan daya beli suatu rumah tangga dalam

P-ISSN: 1693-2226 5
E-ISSN: 2303-2219
Jurnal PAKAR Pendidikan
Vol. 21, No. 1, January 2023
http://pakar.pkm.unp.ac.id

melakukan pemenuhan kebutuhan terhadap pangan rumah tangga dengan tingkat penghasilan
yang rendah mempergunakan pendapatannya untuk membeli barang konsumsi dengan jumlah
yang rendah pula sehingga tidak dapat memilih pangan dengan jumlah yang diperlukan
keadaan ini akan berpengaruh pada kesehatan gizi di sisi lain jumlah pangan yang kurang
akan sehingga hal ini akan membuat tingkat ketahanan pangan semakin rendah.

2. Tinjuan Pustaka (Literatur Review)


Menurut American Marketing association (AMMA) dalam sunyoto (2013) mendefinisikan
bahwa perilaku konsumen (Consumer behavior) sebagai interaksi dinamis antara pengaruh
dan kondisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek dalam
hidup mereka.
Sedangkan menurut sunyoto (2013) pemahaman akan perilaku konsumen dapat
diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi
pemasaran yang baik Misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan
diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu membuat
keputusan membuat kebijakan publik. misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan
banyak menggunakan transportasi saat lebaran, membuat keputusan dapat merencanakan
harga tiket transportasi di hari raya tersebut. aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran
sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen dengan memahami sikap
konsumen. dalam menghadapi sesuatu seseorang dapat menyebarkan ide dengan cepat dan
efektif.
Dengan menyebarkan ide dan pemahaman maka bentuk dari perilaku konsumen akan
terlihat menurut Sciffman dan kanuk (2000)” The term consumer behaviour refers to the
behaviour that consumers display in searching for, purchasing, using, evaluating and
disposing of products and services that they expect will satisfy their needs”. Dari pernyataan
tersebut didefinisikan bahwa perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk
dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
Permintaan dalam Rahardja (2004) adalah keinginan konsumen membeli suatu barang
pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu sedangkan menurut Salvatore
(2006) permintaan adalah Jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli individu selama
periode waktu tertentu merupakan fungsi dari atau tergantung pada komoditi itu, pendapatan
nominal individu, harga komoditi lain dan cita rasa individu
Pendapat gilarso (2007) dalam ilmu ekonomi istilah permintaan (demend) mempunyai arti
tertentu, yaitu Selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang
yang akan dibeli orang dan harga barang tersebut.
Samuelson (2001) dalam pandangannya bahwa permintaan adalah “hubungan jelas antara
harga pasar suatu barang dengan jumlah yang diminta, dengan catatan fakta lain tidak
berubah” dalam membicarakan tentang teori ini permintaan, ahli ekonomi membuat analisis
yang lebih sederhana, sedangkan dalam penelitian ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu
barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya.
Menurut Danniel (2004) permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah

6 P-ISSN : 1693-2226
E-ISSN : 2303-2219
PAKAR Pendidikan
Vol. 21, No. 1, January 2023
http://pakar.pkm.unp.ac.id

harga barang yang bersangkutan harga barang substitusi atau komplemennya selera jumlah
penduduk dan tingkat pendapatan hal-hal yang mempengaruhi tingkat permintaan individu
terhadap barang dan jasa antara lain sebagai berikut:
1. Harga barang itu sendiri
Hubungan harga dengan permintaan adalah hubungan yang negatif.harga barang akan
mempengaruhi jumlah barang yang diminta artinya bila yang satu naik maka yang lainnya
akan turun dan begitu juga sebaliknya jika harga turun maka jumlah permintaan barang akan
meningkat.
2. harga barang lain atau substitusi (pengganti)
Harga barang dan jasa pengganti ikut mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta.
3. Harga barang komplementer (Pelengkap)
Barang pelengkap juga dapat mempengaruhi permintaan barang/jasa. misalnya sepeda motor,
barang komplementernya bensin.
4. Jumlah pendapatan
Semakin banyaknya jumlah penduduk makin besar pula barang yang dikonsumsi dan makin
naik permintaan penambahan jumlah penduduk mengartikan adanya perubahan struktur umur
dengan demikian bersamanya jumlah penduduk adalah tidak proporsional dengan
pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi.
5. Selera konsumen
Selera merupakan variabel yang mempengaruhi besar kecilnya permintaan. selera dan pilihan
konsumen terhadap suatu barang bukan saja dipengaruhi oleh struktur umum konsumen,
tetapi juga faktor adat dan kebiasaan setempat, tingkat pendidikan Atau lainnya.
6. Intensitas kebutuhan konsumen
Intensitas kebutuhan konsumen berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta.
7. Perkiraan harga pada masa depan
Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan naik maka konsumen cenderung
menambah jumlah barang yang dibeli karena ada kekhawatiran harga akan semakin mahal.
8. Jumlah penduduk
Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika jumlah
penduduk dalam satu wilayah bertambah banyak maka barang yang diminta akan meningkat.
Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk memberikan barang-
barang dan jasa guna mendapat kepuasan dan memenuhi kebutuhan (Astriana 2018).
Kegiatan manusia dalam menggunakan atau memakai barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan disebut konsumsi, mutu dan jumlah barang atau jasa dapat mencerminkan
kemakmuran konsumen tersebut.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah untuk dikonsumsi yang berupa makanan dan minuman (Hidayati, 2006).
Konsumsi pangan berpengaruh pada status gizi seseorang makanan sehari-hari yang dipilih
dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh
(Almatsier, 2002).
Hardiansyah dan briawan dalam hildawati (2008) terdapat dua pengertian tentang penilaian
konsumsi pangan, yaitu penilaian terhadap kandungan zat gizi makanan dan membandingkan
kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi oleh individu atau kelompok orang dengan
angka kecukupan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengeluaran adalah suatu proses, cara atau
perbuatan mengeluarkan (menghasilkan), dapat disimpulkan bahwa pengeluaran adalah
proses pengeluaran sesuatu untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan baik berupa objek
maupun jasa, pengeluaran sering dikaitkan dengan upaya seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dari proporsi pengeluaran pangan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi proporsi

P-ISSN: 1693-2226 7
E-ISSN: 2303-2219
Jurnal PAKAR Pendidikan
Vol. 21, No. 1, January 2023
http://pakar.pkm.unp.ac.id

pengeluaran pangan berarti tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga
semakin rendah atau Rentan (Purwatini dan Arini, 2008).
Salvatore (2005) menyatakan bahwa permintaan akan suatu barang atau komoditas timbul
karena keinginan konsumen dan kemampuannya (dari hasrat dan keinginan yang didukung
dengan pendapatan) untuk membeli komoditas permintaan bahan pangan adalah upaya
Bagaimana seseorang atau keluarga memenuhi barang dan komoditas yang ada faktor
pemenuhan kebutuhan hidup terhadap setiap barang dan komoditas tersebut tersedia dalam
berbagai tingkat harga dan jumlah yang berbeda-beda di suatu wilayah atau lingkungan
Tingkat ketahanan pangan akan berpengaruh besar pada kesejahteraan masyarakat di mana
semakin mudah masyarakat memperoleh pangan yang bermutu dan berkualitas maka
pemenuhan kebutuhan mereka dapat dipenuhi dan akan berimbas pada ketahanan pangan dan
kesejahteraan masyarakat suatu wilayah atau negara ketahanan pangan terbagi atas 4 Kategori
1 tahan pangan 2 rentan pangan 3 kurang pangan dan 4 rawan pangan (Maxwel S dkk, 2000).
Dari beberapa peneliti maka dapat disimpulkan bahwa Tingginya tingkat pendapatan maka
akan relatif meningkat pola konsumsi pangan dalam rumah tangga biasanya Jumlah
pendapatan yang meningkat maka total konsumsi terhadap bahan pangan akan relatif normal
(Engel, 1896) berapapun naiknya pendapatan jumlah makanan yang dikonsumsi akan
terbilang tetap yang akan meningkat adalah tabungan dan kebutuhan barang mewah.

3. Metode Penelitian
Jenis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian survei. Dikatakan sebagai penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistic sedangkan dikatannya dengan metode
survai karena suatu metode penelitian yang digunakan untuk menganalaisisa hubungan pengeluaran
pangan dengan ketahanan pangan rumah tangga terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
(Ronny tisa putra pratama,
2021:7&72).Penelitian ini menggunakan teknik penelitian yang digunakan adalah metode survei,
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpul data pokok (Singa rimbun dan Effendi, 1995).
Subjek dari penelitian ini tempat kecamatan yaitu Kecamatan KotoVII, Sijunjung, IV Nagari dan
kupitan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder dan data primer.
Variabel penelitian dan pengukuran penelitian ini adalah dengan peneliti perlu mengetahui tentang
karakteristik rumah tangga jumlah pengeluaran rumah tangga variabelnya, pengeluaran rumah tangga
terdiri dari pengeluaran pangan, pengeluaran non pangan, harga komoditas (Rp), pangan total
pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan).
Dengan menentukan populasi dan sampel peneliti ini dapat mengetahui quota sebanyak 60 rumah
tangga. Metode analisis data dengan variabel pendapatan rumah tangga didekati dari pengeluaran
rumah tangga dengan ini dapat mengetahui hubungan pengeluaran pangan dengan ketahanan pangan
rumah tangga di Kabupaten Sijunjung.

 Hasil dan Pembahasan


.1. Hasil Penelitian

4.1 Karakteristik rumah tangga


a. Umur

8 P-ISSN : 1693-2226
E-ISSN : 2303-2219
PAKAR Pendidikan
Vol. 21, No. 1, January 2023
http://pakar.pkm.unp.ac.id

Tabel rata-rata umur suami dan istri rumah tangga kabupaten Sijunjung.

Karakter umur Laki- Perempuan (L) % (P) %


laki

<25-44 25 33 42 55

45-64 26 25 43 42

>63 9 2 15 3

JUMLAH 60 60 100 100

Sumber: analisis data primer 2020 (setelah diolah)

b. Pendidikan ibu rumah tangga


Tabel pendidikan rata-rata ibu rumah tangga kabupaten Sijunjung.

Karakteristik pendidikan Ibu rumah tangga (orang) Persentase (%)

SD 14 orang 23,33

SMP 12 orang 20,00

SMA 25 orang 41,67

Perguruan tinggi 8 orang 13,33

Tidak sekolah 1 orang 1,67

Jumlah 60 orang 100%

Sumber: analisis data primer 2020 (setelah diolah)


Penelitian dilakukan mengetahui hubungan antara pengeluaran pangan
rumah tangga dengan katahonan pangan, ada banyak faktor yang menentukan apakah pengeluaran pangan
dengan ketahanan pangan rumah tangga memdik keverikatan dalam upays rumah tangga memenuhi
kebutuhannya dan tingkat ketahanan pongan rumah tangga Tujuan penelitian menganalisah jumlah pengeluaran
pangan dan konsumsi pangan rumah tangga, menganalnah komumai (energi dan protein) rumah tangga dan
menganalisah ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Spunjung Penelitian ini menggunakan metode
analises deskriptif dengan teknik urves Penelitian dilakukan di Kabupaten Sijunjung Sijunjung, Kote VII, IV
nagarı, Kupitan adalah kecamatan terpilih dengan porposive sampel Data yang digunakan adalah data primer

P-ISSN: 1693-2226 9
E-ISSN: 2303-2219
Jurnal PAKAR Pendidikan
Vol. 21, No. 1, January 2023
http://pakar.pkm.unp.ac.id

dan data sekunder Duts diperoleh dari oservas, interview, dan pencatatan Hasil dari penelitia menunjukan rata-
rata pendapatan digunakan untuk komumsi non-pangau is Rp1 338. 151,00 atau 18,89%, and dan rata-rata
pengeluaran konsumsi sehanyak Mp2 102 966.00 61.11% Rata-rata kommetta energi dan protein 1885,71
kkVorang/hari dan 3750kkliorang hari Tingkat kecukupan energi 88% pada levei normal dan 101% untuk
protein berada pada level yang tinggi Ketahanan pengan rumah tangga 40% rentan pangan, 27%rawan pangan,
10%sahan pangan dan 10% kurang pangan

 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis hubungan pengeluaran pangan dengan
ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Sijunjung maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Besarnya rata-rata proporsi pengeluaran pangan rumah tangga di Kabupaten Sijunjung
yaitu Rp 2. 102.966,00 dengan presentase total pengeluaran 61,11%, sedangkan rata-rata
pengeluaran untuk non pangan sebesar Rp 1.338.153,00 dengan presentase sebesar 38,89%
yang berarti bahwa pengeluaran akan pangan masih terbilang cukup besar dibandingkan
non pangan.
2. Rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga di Kabupaten Sijunjung sebesar
1885,71 kkal/individu/hati dengan tingkat konsumsi protein sebesar 57,50
gram/individu/hari, berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2013
menetapkan standar kecukupan energi dan protein sebesar 2150 kkal/individu/hari dan 57
gram/individu/hari dengan jumlah ini dari segi kalori masih dibawa anjuran dengan
presentase yaitu 88% sedangkan persentase untuk protein sendiri melebihi angka ketetapan
yaitu 101%.
3. Ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Sijunjung berdasarkan tingkatnya yaitu 24
rumah tangga atau 40% berada pada rentan pangan, 27% atau 16 rumah tangga berada pada
kategori rawan pangan,dan sisanya 10 rumah tangga atau 17% berada pada tahan pangan
Begitu juga dengan kurang pangan yang 10 rumah tangga atau 17% .

Daftar Pustaka
Bennett dan Rumondang Silalahi. (1985). Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo
Djaafar, Hj. Tengku Zahara. (2001). Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil
Belajar. Jakarta: Universitas Negeri Padang.
Djaali. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Gi. (1995). Cara Belajar Efisien Jilid II. Yogyakarta: Kebebasan
Hardjana, M.Agus. (1994). Kiat Sukses di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius
Lestari Budi. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan E-Learning Terhadap
Prestasi Belajar Siswa SMK N 2 Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Tesis. PPs-UNY
Mahmud, Drs. M.Dimyati. (1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Muhibbin Syah. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mujiman, Haris. (2007). Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Pers
Mulyatiningsih Endang. (2012). Bangkitnya Terapan. Yogyakarta: UNY Pers
Nana Sujana. (1991). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algensindo

10 P-ISSN : 1693-2226
E-ISSN : 2303-2219
PAKAR Pendidikan
Vol. 21, No. 1, January 2023
http://pakar.pkm.unp.ac.id

Nana Syaodih Sukmadinata. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya
Nolker Helmut dan Schoenfeldt Eberhard. (1983). Pendidikan Kejuruan. Jakarta. Gramedia.
Ormrod Ellis Jeanne. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga
Priyatno Duwi. (2012). Belajar cepat olah data statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.
Purwanto, Drs. M.Ngalim. (1993). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sardiman AM (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Rajawali.
Setiawan Tia dan Harun. (1981). Keselamatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Penyanyi Kurt. (1991). Membina Hasrat Belajar Di Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sitorus J. (1990). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Tarsito
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Solihin Iin, Ridwan dan Koentono. (2005). Berikut Prosedur Keselamatan,Kesehatan Kerja Dan
Lingkungan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

P-ISSN: 1693-2226 11
E-ISSN: 2303-2219

You might also like