You are on page 1of 33

INOVASI BAHAN ALAM

Green Chemistry Sustainable


Disusun Oleh:
Kelompok 4
Surya Hartono 062121032
Aliffia Anzani 062121033
Fahriz Mubyn 062121034
Dzakwan W 062121038
Riana Fazrin Nur Fauziah 062121046
Asti Durrotul Mashunnah 062121049
Larisha Kirana Maharani 062121064
Retno Wulandari 062121065
Yusyifa Zah’ra Tunisya 062121066
Alfi Muhammad Fauzi 062121071
Julia Amanda 062121073

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat
rahmatnya kami dapat menyusun makalah yang berjudul Green Chemistry Sustainable dengan
baik. Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan mengenai materi Green Chemistry
Sustainable untuk para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu selama proses
penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bogor, 12 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
I.I Latar Belakang ............................................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 1
I.3 Tujuan ............................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 2
2.I Green Chemistry ............................................................................................................................ 2
a. Definisi .................................................................................................................... 2
b. Prinsip ..................................................................................................................... 2
c. Manfaat.................................................................................................................... 3
d. Permasalahan dan Strategi Green Chemistry ................................................................. 4
e. Aplikasi Green Chemistry .......................................................................................... 6
f. Peran Dunia Pendidikan dalam Green Chemistry .......................................................... 7
g. Peran Dunia Industri dalam Green Chemistry ............................................................... 9
h. Kolaborasi antara Industri, Akademisi, dan Pemerintah ................................................ 11
BAB III BEDAH JURNAL ............................................................................................................... 13
3.I Identitas Jurnal ............................................................................................................................. 13
3.2 Abstrak Jurnal ............................................................................................................................. 13
3.3 Pendahuluan ................................................................................................................................ 14
3.4. Desain Eksperimen .................................................................................................................... 14
3.5. Desain Pendekatan Eksperimen Untuk Menyiapkan MASE ..................................................... 17
3.6. Survei Penggunaan DoE di MASE ............................................................................................ 24
3.7. Kesimpulan Jurnal ..................................................................................................................... 25
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 28

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Langkah-langkah yang menjadi ciri pendekatan DoE ................................................. 16

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identitas Jurnal ......................................................................................................... 13


Tabel 2. Tabel sinoptik dari referensi yang diulas terkait DoE yang diterapkan pada ekstraksi minyak
atsiri berbatuan gelombang mikro ............................................................................................ 23

v
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Inovasi bahan alam merupakan salah satu disiplin ilmu kimia yang bertujuan untuk
mengeksplorasi, mengidentifikasi, dan menganalisis berbagai bahan alam, fungsi, dan
aplikasinya. Termasuk mengembangkan ilmu dan teknologi di bidang pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).

Salah satu pendekatan dalam inovasi bahan alam adalah Green Chemistry Sustainable
atau teknologi berkesinambungan. Pertumbuhan industri yang ramah lingkungan semakin
dibutuhkan. Green Chemistry Sustainable muncul karena adanya pergeseran paradigma
tentang efisiensi konsep yang berfokus utama pada hasil reaksi kimia, yang secara ekonomis
dapat mengeliminasi limbah dan menghindari pemakaian material yang bersifat toksik dan atau
berbahaya.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Green Chemistry Sustainable?
2. Bagaimana prinsip dari Green Chemistry Sustainable serta penerapannya sebagai upaya
menanggulangi permasalahan di masa mendatang?
3. Bagaimana perkembangan teknologi Green Chemistry Sustainable saat ini?

I.3 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan Green Chemistry Sustainable.
2. Memahami prinsip, penerapan serta manfaat Green Chemistry Sustainable bagi
keberlangsungan lingkungan hidup.
3. Mengetahui tentang perkembangan teknologi Green Chemistry Sustainable saat ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.I Green Chemistry


a. Definisi
Green Chemistry, atau kimia hijau, adalah salah satu pendekatan dalam disiplin
ilmu kimia yang bertujuan untuk merancang, mengembangkan, dan menerapkan proses
dan produk kimia yang mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia. Prinsip dasar Green Chemistry adalah mengurangi atau menghilangkan
penggunaan bahan berbahaya, menghasilkan lebih sedikit limbah, dan menggunakan
sumber daya secara lebih efisien selama seluruh siklus hidup produk kimia.
b. Prinsip
Beberapa prinsip utama Green Chemistry melibatkan:
1. Atom Economy (Ekonomi Atom)
Memaksimalkan efisiensi penggunaan bahan baku sehingga lebih banyak atom
masuk ke dalam produk akhir dan lebih sedikit limbah dihasilkan.
2. Desain Solvent yang Ramah Lingkungan
Menggunakan pelarut yang lebih aman dan ramah lingkungan, atau bahkan
menghilangkan penggunaan pelarut secara keseluruhan.
3. Efisiensi Energi
Meminimalkan konsumsi energi selama proses kimia.
4. Penggunaan Bahan Baku yang Dapat Diperbaharui
Mendorong penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui dan memiliki
dampak ekologis yang lebih rendah.
5. Reduksi Limbah
Mengurangi atau menghindari pembentukan limbah yang tidak diinginkan
selama proses produksi.
6. Keamanan Bahan Kimia
Memastikan bahwa bahan kimia yang digunakan dalam proses dan produk
adalah aman bagi manusia dan lingkungan.
7. Kemikalia yang Dapat Diuraikan (Biodegradable)
Memajukan pengembangan bahan kimia yang dapat diurai secara alami oleh
lingkungan.

2
2
Prinsip-prinsip ini ditujukan untuk menciptakan solusi yang lebih berkelanjutan
dan lebih ramah lingkungan dalam industri kimia. Green Chemistry berusaha untuk
mengubah paradigma tradisional dimana pencegahan polusi dan keamanan merupakan
fokus utama, sehingga menciptakan inovasi dalam metode produksi dan produk kimia.

c. Manfaat
Penerapan Green Chemistry memberikan berbagai keuntungan dan manfaat,
yang dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek utama, yaitu: lingkungan, ekonomi, dan
kesehatan manusia.
1. Lingkungan:
a. Pengurangan Pencemaran
Mengurangi emisi polutan ke udara, air, dan tanah, serta mengurangi risiko
pencemaran lingkungan.
b. Konservasi Sumber Daya Alam
Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku dan energi, membantu
konservasi sumber daya alam yang terbatas.
c. Pengelolaan Limbah yang Lebih Baik
Menghasilkan lebih sedikit limbah dan mengurangi dampak negatif dari
pengelolaan limbah berbahaya.
d. Perlindungan Ekosistem
Mendukung keberlanjutan ekosistem dengan mengurangi kerusakan pada
keanekaragaman hayati dan siklus ekologis.
2. Ekonomi:
a. Efisiensi Produksi
Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku dan energi, mengurangi biaya
produksi jangka panjang.
b. Inovasi dan Keunggulan Kompetitif
Mendorong inovasi dalam teknologi dan proses, menciptakan peluang untuk
pengembangan produk baru dan meningkatkan daya saing di pasar global.
c. Pematuhan Regulasi
Meminimalkan risiko pelanggaran regulasi lingkungan, mengurangi biaya
denda dan sanksi hukum.

3
d. Peningkatan Citra Perusahaan
Meningkatkan citra perusahaan di mata konsumen dan investor yang semakin
peduli terhadap keberlanjutan.
3. Kesehatan Manusia:
a. Pencegahan Risiko Kesehatan
Mengurangi risiko kesehatan manusia terkait dengan paparan bahan kimia
berbahaya dan toksin.
b. Kesejahteraan Pekerja
Meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan mengurangi paparan terhadap
bahan kimia beracun di tempat kerja.
c. Meningkatkan Kualitas Udara dan Air
Memperbaiki kualitas udara dan air dengan mengurangi emisi polutan
berbahaya.
d. Mengurangi Resiko Penyakit
Mengurangi risiko penyakit kronis dan gangguan kesehatan terkait dengan
paparan bahan kimia berbahaya.
Dengan menyelaraskan prinsip-prinsip Green Chemistry dengan kebutuhan
lingkungan, ekonomi, dan kesehatan manusia, dapat diciptakan sistem industri yang
lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Keuntungan dan manfaat ini bersifat holistik
dan menciptakan nilai jangka panjang bagi masyarakat global.

d. Permasalahan dan Strategi Green Chemistry


Implementasi Green Chemistry dihadapkan pada beberapa tantangan dan
hambatan yang perlu diatasi untuk mencapai perubahan yang signifikan dalam industri
kimia. Beberapa tantangan tersebut melibatkan aspek teknis, ekonomi, regulasi, dan
budaya. Berikut adalah beberapa tantangan umum dan strategi untuk mengatasi
hambatan tersebut:
1. Biaya awal yang tinggi
- Tantangan: Transisi ke teknologi dan proses Green Chemistry dapat
memerlukan investasi awal yang tinggi.
- Strategi: Mengembangkan model bisnis yang mengakomodasi biaya awal,
mencari pendanaan berkelanjutan, dan mengkomunikasikan manfaat jangka
panjang bagi efisiensi dan keberlanjutan.

4
2. Kurangnya Inovasi dan Teknologi Hijau
- Tantangan: Kurangnya inovasi dan teknologi hijau yang dapat menggantikan
metode konvensional.
- Strategi: Mendorong investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi
hijau, memberikan insentif fiskal untuk inovasi, dan mendukung kerja sama
antara sektor industri dan akademisi.
3. Ketidakpastian Regulasi
- Tantangan: Tantangan dalam memahami dan mematuhi regulasi yang
berkaitan dengan Green Chemistry.
- Strategi: Terlibat dalam dialog dengan regulator, advokat kebijakan publik
yang mendukung Green Chemistry, dan membangun kepatuhan proaktif dengan
regulasi yang ada.
4. Pendidikan dan Kesadaran
- Tantangan: Kurangnya pendidikan dan kesadaran di kalangan profesional
industri tentang prinsip-prinsip Green Chemistry.
- Strategi: Melibatkan pelatihan dan pendidikan untuk tenaga kerja, menyusun
program pendidikan yang memasukkan prinsip Green Chemistry, dan
meningkatkan kesadaran masyarakat secara umum.
5. Resistensi Budaya dan Perubahan
- Tantangan: Perlawanan terhadap perubahan budaya dan kebiasaan yang telah
lama ada dalam industri.
- Strategi: Membangun budaya organisasi yang mendukung inovasi dan
keberlanjutan, memberikan insentif bagi perilaku berkelanjutan, dan melibatkan
karyawan dalam proses perubahan.
6. Ketergantungan pada Sumber Daya Fosil
- Tantangan: Industri kimia masih sangat tergantung pada bahan baku dan
energi dari sumber daya fosil.
- Strategi: Mendorong diversifikasi sumber daya bahan baku, mengembangkan
proses produksi yang lebih efisien, dan menyusun strategi untuk beradaptasi
dengan perubahan di pasar energi.

5
e. Aplikasi Green Chemistry
1. Bahan Bakar Terbarukan
- Aplikasi Green Chemistry mencakup penggunaan bahan bakar terbarukan,
seperti biodiesel atau bioetanol, yang diproduksi dari sumber daya alam yang
dapat diperbaharui seperti minyak nabati, limbah pertanian, atau biomassa.
2. Solvent Hijau dalam Proses Ekstraksi
- Penerapan solvent hijau dalam proses ekstraksi, seperti penggunaan
superkritikal CO2 sebagai pelarut alami untuk mengekstraksi senyawa-senyawa
dari tanaman atau mikroorganisme. Proses ini mengurangi ketergantungan pada
pelarut kimia berbahaya.
3. Produksi Bahan Plastik Biodegradable
- Penggunaan bahan baku terbarukan, seperti pati dari jagung atau alga, untuk
memproduksi plastik biodegradable yang dapat mengurangi dampak limbah
plastik terhadap lingkungan.
4. Pembuatan Pupuk Organik
- Pemanfaatan bahan baku terbarukan, seperti kompos atau sisa tanaman, untuk
produksi pupuk organik. Ini mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia
yang dapat mencemari tanah dan air.
5. Ekstraksi Senyawa Aktif dari Tanaman
- Penerapan solvent hijau, seperti air atau pelarut ramah lingkungan lainnya,
untuk mengekstraksi senyawa aktif dari tanaman obat. Ini meminimalkan
penggunaan pelarut kimia berbahaya.
6. Pembuatan Kertas Daur Ulang
- Penggunaan serat dari daur ulang kertas dan penambahan bahan perekat yang
ramah lingkungan dalam proses pembuatan kertas untuk mengurangi
penebangan pohon dan limbah kertas.
7. Penggunaan Serat Alam dalam Teksti
- Pemilihan serat alam, seperti kapas organik atau serat daun pisang, dalam
industri tekstil untuk mengurangi penggunaan serat sintetis dan pewarna kimia
berbahaya.
8. Bahan Bangunan Ramah Lingkungan
- Produksi bahan bangunan menggunakan bahan baku terbarukan seperti bambu,
daur ulang beton, atau penggunaan teknologi yang meminimalkan emisi karbon
selama proses produksi.

6
9. Ekstraksi Minyak dari Mikroalga
- Pemanfaatan mikroalga sebagai sumber bahan baku untuk ekstraksi minyak
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar atau sebagai bahan baku untuk
produk kimia lainnya.
10. Proses Fermentasi untuk Produk Farmasi
- Penggunaan mikroorganisme dalam proses fermentasi untuk menghasilkan
obat-obatan atau bahan farmasi, mengurangi ketergantungan pada sintesis kimia
yang lebih berbahaya.
Contoh-contoh ini menunjukkan cara Green Chemistry dapat diterapkan dalam
berbagai industri dengan memanfaatkan bahan baku terbarukan, solvent hijau, dan
proses produksi yang ramah lingkungan. Hal ini menciptakan solusi yang lebih
berkelanjutan dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

f. Peran Dunia Pendidikan dalam Green Chemistry


Pendidikan memiliki peran krusial dalam menggalakkan Green Chemistry dan
meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberlanjutan di
kalangan masyarakat, khususnya di kalangan profesional industri dan mahasiswa ilmu
kimia. Berikut adalah beberapa peran penting pendidikan dalam mendukung Green
Chemistry:
1. Pendidikan Formal
- Kurikulum Berbasis Green Chemistry: Integrasi prinsip-prinsip Green
Chemistry ke dalam kurikulum pendidikan formal di tingkat sekolah menengah,
perguruan tinggi, dan universitas.
- Pelatihan Pendidik: Pelatihan bagi guru dan dosen untuk memahami dan
mengajarkan prinsip-prinsip Green Chemistry kepada siswa dan mahasiswa.
2. Pelatihan Profesional
- Program Pelatihan Industri: Menyediakan program pelatihan dan sertifikasi
Green Chemistry bagi para profesional industri untuk meningkatkan
pemahaman dan implementasi prinsip-prinsip Green Chemistry dalam praktik
industri mereka.
- Kemitraan dengan Industri: Membangun kemitraan antara lembaga pendidikan
dan industri untuk menyelenggarakan pelatihan dan workshop Green
Chemistry.
-

7
3. Penelitian dan Inovasi
- Program Penelitian Green Chemistry: Mendorong dan mendukung program
penelitian yang berfokus pada pengembangan teknologi dan inovasi
berkelanjutan di bidang Green Chemistry.
- Kolaborasi Akademisi dan Industri: Membuka peluang kolaborasi antara
akademisi, mahasiswa, dan industri untuk merancang solusi Green Chemistry
yang praktis.
4. Kampanye Kesadaran dan Edukasi Publik:
- Program Kesadaran Masyarakat: Menyelenggarakan program kesadaran
masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak industri kimia
terhadap lingkungan dan cara mendukung Green Chemistry dalam kehidupan
sehari-hari.
- Media dan Kampanye Online: Menggunakan media sosial dan kampanye online
untuk menyebarkan informasi tentang Green Chemistry dan cara
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Sarana dan Fasilitas Pendidikan:
- Laboratorium dan Fasilitas Green Chemistry: Memperbarui dan menyediakan
fasilitas laboratorium yang mendukung eksperimen dan penelitian Green
Chemistry.
- Pusat Sumber Daya Green Chemistry: Membangun pusat sumber daya dan
informasi Green Chemistry sebagai referensi bagi pendidik, peneliti, dan
praktisi.
6. Kompetisi dan Penghargaan:
- Kompetisi Green Chemistry: Menyelenggarakan kompetisi atau penghargaan
yang mendorong inovasi dan proyek Green Chemistry di kalangan mahasiswa
dan profesional.
- Konferensi dan Seminar: Menyelenggarakan konferensi dan seminar tentang
Green Chemistry untuk membahas perkembangan terbaru dan memfasilitasi
pertukaran pengetahuan.
7. Kurikulum Khusus dan Program Gelar:
- Program Gelar Green Chemistry: Menawarkan program gelar khusus atau
spesialisasi dalam bidang Green Chemistry untuk mahasiswa yang tertarik
mengejar karier berkelanjutan.

8
- Pelatihan Cross-Disciplinary: Mengintegrasikan pendidikan dalam disiplin ilmu
yang berbeda untuk mendukung pendekatan Green Chemistry secara holistik.
Pendidikan yang mengarah pada pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip
Green Chemistry dapat menciptakan generasi yang lebih sadar lingkungan dan mampu
mengembangkan solusi berkelanjutan di masa depan. Selain itu, program kesadaran dan
pelatihan menjadi kunci untuk menggerakkan perubahan positif di industri dan
masyarakat.

g. Peran Dunia Industri dalam Green Chemistry


Tanggung Jawab Industri dalam Menerapkan Green Chemistry:
1. Inovasi Berkelanjutan
- Tanggung Jawab: Mengembangkan dan menerapkan inovasi teknologi dan
proses Green Chemistry untuk menghasilkan produk yang lebih ramah
lingkungan.
- Langkah Konkret: Melibatkan tim penelitian dan pengembangan untuk
merancang solusi inovatif yang mengurangi dampak lingkungan.
2. Transparansi Informasi
- Tanggung Jawab: Memberikan informasi transparan tentang bahan-bahan yang
digunakan, metode produksi, dan dampak lingkungan produk kepada
konsumen.
- Langkah Konkret: Menerapkan kebijakan transparansi dan memberikan label
produk yang mencantumkan informasi lingkungan.
3. Daur Ulang dan Pengelolaan Limbah
- Tanggung Jawab: Mengurangi limbah industri, mendukung praktik daur ulang,
dan mencari cara kreatif untuk mengelola limbah dengan lebih efisien.
- Langkah Konkret: Mengembangkan program daur ulang, meminimalkan
limbah produksi, dan mencari solusi inovatif untuk memanfaatkan limbah
sebagai bahan baku.
4. Kemitraan dengan Lembaga Pendidikan dan Penelitian
- Tanggung Jawab: Berkolaborasi dengan lembaga pendidikan dan penelitian
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Green Chemistry.
- Langkah Konkret: Mendukung program penelitian dan proyek inovatif,
memberikan peluang magang, dan berpartisipasi dalam kemitraan penelitian.
-

9
5. Penerapan Prinsip Atom Economy
- Tanggung Jawab: Memastikan efisiensi penggunaan bahan baku melalui
penerapan prinsip Atom Economy.
- Langkah Konkret: Mengevaluasi dan memperbarui proses produksi untuk
memaksimalkan penggunaan atom bahan baku.
6. Edukasi dan Pelatihan Karyawan:
- Tanggung Jawab: Memberikan pelatihan reguler kepada karyawan tentang
prinsip Green Chemistry dan praktik berkelanjutan.
- Langkah Konkret: Menyelenggarakan sesi pelatihan, seminar, dan kursus untuk
meningkatkan kesadaran dan keterampilan karyawan.
Dukungan Masyarakat dan Kesadaran Konsumen:
1. Pembelian Berkelanjutan
- Dukungan Masyarakat: Masyarakat mendukung produk-produk yang
diproduksi dengan menggunakan prinsip Green Chemistry.
- Peran Konsumen: Memilih untuk membeli produk yang ramah lingkungan dan
mendukung praktik Green Chemistry.
2. Partisipasi dalam Program Daur Ulang
- Dukungan Masyarakat: Masyarakat berpartisipasi aktif dalam program daur
ulang dan mendukung inisiatif pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
- Peran Konsumen: Memilah sampah, mendaur ulang produk, dan mendukung
program daur ulang di komunitas.
3. Menuntut Informasi Transparan
- Dukungan Masyarakat: Konsumen menuntut informasi transparan dari
produsen terkait bahan-bahan dan metode produksi
- Peran Konsumen: Mengutamakan pembelian produk dengan label lingkungan
dan mencari informasi tentang praktik berkelanjutan produsen.
4. Penggunaan Energi Ramah Lingkungan
- Dukungan Masyarakat: Menyokong praktik-praktik yang mengurangi
konsumsi energi dan meningkatkan efisiensi energi.
- Peran Konsumen: Memilih produk dan layanan yang menggunakan energi
ramah lingkungan dan mengadopsi perilaku hemat energi.
5. Partisipasi dalam Program Sertifikasi Lingkungan
- Dukungan Masyarakat: Mendukung dan memahami nilai program sertifikasi
lingkungan.

10
- Peran Konsumen: Memilih produk dengan label sertifikasi lingkungan seperti
"Eco-Label" atau "Green Seal."

h. Kolaborasi antara Industri, Akademisi, dan Pemerintah


Peran Kolaborasi Antara Industri, Akademisi, dan Pemerintah:
1. Inovasi dan Penelitian Bersama
- Peran Kolaborasi: Kolaborasi antara industri, akademisi, dan pemerintah untuk
merancang dan mengimplementasikan proyek penelitian bersama yang
mendukung inovasi dan pengembangan teknologi hijau.
- Contoh: Kemitraan antara perusahaan industri dan lembaga penelitian untuk
mengembangkan solusi Green Chemistry.
2. Penerapan Praktik Berkelanjutan
- Peran Kolaborasi: Kerjasama dalam mengidentifikasi dan menerapkan praktik
berkelanjutan dalam industri, dengan melibatkan pengetahuan akademis dan
dukungan pemerintah.
- Contoh: Pengembangan pedoman dan standar industri berkelanjutan melalui
dialog antara industri, akademisi, dan pemerintah.
3. Transfer Teknologi
- Peran Kolaborasi: Kolaborasi dalam mentransfer teknologi hijau dari lembaga
penelitian ke sektor industri, dengan dukungan dan fasilitasi dari pemerintah.
- Contoh: Program transfer teknologi yang memfasilitasi adopsi teknologi Green
Chemistry di industri.
4. Pelatihan dan Pendidikan
- Peran Kolaborasi: Pihak industri, akademisi, dan pemerintah dapat
berkolaborasi dalam menyediakan pelatihan dan pendidikan untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam penerapan Green
Chemistry.
- Contoh: Program pelatihan bersama, seminar, dan workshop tentang Green
Chemistry.
Jaringan Riset dan Pertukaran Informasi:
1. Pendirian Pusat Riset Bersama:
- Peran Jaringan Riset: Membangun pusat riset bersama yang melibatkan
akademisi, industri, dan pemerintah untuk melakukan penelitian terkait Green
Chemistry.

11
- Contoh: Pusat riset Green Chemistry yang melibatkan peneliti dari berbagai
lembaga.
2. Platform Pertukaran Informasi:
- Peran Jaringan Riset: Membentuk platform atau jaringan untuk memfasilitasi
pertukaran informasi dan pengetahuan antara peneliti, praktisi, dan pemerintah.
- Contoh: Konferensi tahunan atau forum online tentang Green Chemistry.
3. Kemitraan dengan Lembaga Riset:
- Peran Jaringan Riset: Membangun kemitraan strategis dengan lembaga riset
yang memiliki keahlian dalam Green Chemistry untuk meningkatkan
kerjasama.
- Contoh: Proyek riset bersama antara industri dan lembaga riset.

12
BAB III
BEDAH JURNAL

3.I Identitas Jurnal


Tabel 1. Identitas Jurnal

Judul Combining DoE and MASE: a winning strategy for the


isolation of natural bioactive compounds from plant material

Penulis Valeria Cavalloro, Giorgio Marrubini, Giacomo Rossino,


Emanuela Martino, and Simona Collina

Penerbit The Royal Society of Chemistry

Tahun terbit 20 November 2023

Jumlah halaman 15 halaman

Kuartil Q1

3.2 Abstrak Jurnal


Keberhasilan yang dicapai dalam program penemuan obat berbantuan alam (NADD)
sudah banyak dan terkenal, namun hal ini masih dianggap sebagai pendekatan urutan kedua.
Ekstraksi biomassa merupakan hal yang fundamental dan kritis dalam proses NADD dan
seringkali memerlukan sejumlah besar bahan organik dan pelarut tidak ramah lingkungan serta
membutuhkan waktu yang lama. Optimalisasi prosedur tersebut dapat secara drastis
mengurangi biaya yang diperlukan untuk proses NADD, dan juga mempertimbangkan
pengelolaan limbah. Karena alasan ini, banyak teknik ekstraksi yang telah dikembangkan,
salah satu yang paling banyak digunakan adalah ekstraksi pelarut berbantuan gelombang mikro
(MASE). Prosedur MASE sangat cocok untuk digunakan dalam fase penemuan obat dari
sumber alam. Namun, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, dan risiko pendekatan
satu faktor pada satu waktu (OFAT) membatasi keuntungan yang diberikan teknik ini. Cara
membuatnya benar-benar aman adalah dengan memasangkan MASE dengan DoE, meskipun
kombinasi terbaik ini terbatas. Secara konsisten, telah dianalisis literatur selama 10 tahun
(2013–2022), melaporkan diskusi kritis tentang DoE yang diterapkan untuk menyiapkan
protokol MASE untuk ekstraksi metabolit (baik dilakukan dengan pelarut tradisional maupun
dengan pelarut ionik dan eutektik) dan minyak atsiri.

13
3.3 Pendahuluan
Bahan alami merupakan sumber utama bahan aktif obat-obatan. Selama bertahun-
tahun, obat-obatan berasal dari alam (Natural Aided Drugs Discovery/NADD) telah
menggunakan berbagai organisme sebagai starting material. Akan tetapi obat-obatan yang
berasal dari NADD membutuhkan banyak waktu dan biaya produksi pada tahapan ekstraksi
dan fraksinasi sehingga diperoleh bahan aktif yang murni. Selain itu, ekstraksi yang merupakan
proses paling fundamental dan kritikal pada NADD membutuhkan pelarut organik yang tidak
ramah lingkungan dalam jumlah tinggi dan waktu yang lama. Karena isu ini, banyak teknik
ekstraksi yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun.

Pada jurnal ini, membahas mengenai Microwave Assisted Solvent Extraction (MASE).
Metode ekstraksi ini melibatkan gelombang microwave yang dapat melakukan transfer energi
pada molekul dengan konduksi ion dan rotasi dipol. Ion bebas di bawah pengaruh gaya yang
berasal dari medan listrik microwave yang menyebabkan terjadinya gesekan sehingga
terbentuk panas. Secara bersamaan, molekul yang memiliki non-zero permanen momel dipol
berusaha meluruskan diri searah dengan gaya yang dihasilkan medan elektrik, bertabrakan satu
sama lain sehingga dihasilkan panas. Sistem pemanasan ini memiliki lebih banyak keuntungan
dibandingkan dengan metode konvensional.

MASE lebih ekonomis dan praktis dibandingkan dengan metode konvensional juga
lebih ramah lingkungan seperti memiliki waktu ekstraksi yang lebih pendek, menggunakan
lebih sedikit pelarut, dan menggunakan energi yang lebih kecil dari metode konvensional.
MASE juga memiliki keterulangan dan ketahanan yang tinggi. Lebih detail lagi, MASE sangat
efisien dilihat dari pelarut, rasio liquid/solid, suhu operasi, energi microwave, dan berbagai
karakter tergantung kondisi sampel.

Belakangan ini, Design of Experiment (DoE) menjadi popular dalam pengoptimuman


ekstraksi bahan alam. Karena itu, kombinasi DoE dan MASE bisa menjadi strategi yang bagus
untuk ektraksi metabolit dari bahan alam yang ramah lingkungan.

DoE bertujuan meminimalisir jumlah eksperimen yang dibutuhkan untuk optimasi


metode/produksi/proses.

3.4. Desain Eksperimen


Desain Eksperimen (DoE) adalah pendekatan rasional yang dikembangkan oleh ahli
matematika selama sekitar satu abad yang dapat diterapkan pada proses apapun dengan

14
masukan dan keluaran yang terukur. DoE awalnya dikembangkan secara paralel dengan
metode statistik untuk meningkatkan hasil panen pada awal tahun 1920. Dengan adanya DoE
ini menjadi sebuah alat yang penting untuk mempelajari metodologi penelitian peningkatan
kualitas dan pengendalian proses statistik seperti dibeberapa dibidang pertanian dan botani
psikologi teknik, dan ilmu terapan lainnya.

Kekuatan DoE adalah pendekatan ini yang efisien dan hemat biaya untuk
mengumpulkan informasi tentang kualitas terbaik (dinyatakan dalam varians eksperimental
data keluaran) mempelajari hampir semua faktor dan memerlukan jumlah eksperimen paling
sedikit dibandingkan dengan faktor lainnya. Berdasarkan bukti matematis DoE lebih unggul
daripada pendekatan heuristik atau satu faktor pada satu waktu (OFAT) dalam hal efisien
(dinyatakan dengan rasio jumlah informasi yang dikumpulkan dengan jumlah eksperimen yang
dilakukan).

Dari sekian banyak keunggulan DoE, pendekatan ini merupakan satu-satunya


pendekatan yang memberikan pengetahuan mengenai relevansi faktor-faktor tunggal dan
interaksinya sedangkan pendekatan OFAT tidak dapat menyelidiki interaksi. Tren saat ini yang
mendukung penyebaran DoE terkait dengan ketersediaan komputer yang canggih dan alat
teknologi informasi yang memungkinkan pembelajaran penggunaan DoE dengan
menerapkannya sebagai prosedur mengikuti beberapa langkah sederhana. Insinyur dan ahli
statistik jepang Genichi Taguchi pertama kali menguraikan cara mengusulkan DoE kepada
pengguna potensial.

Daftar teknik yang tersedia di DoE berikut ini masih jauh dari lengkap karena bagian
ini bertujuan untuk memperkenalkan topik kepada pembaca dan menunjukkan alat utama yang
tersedia bagi para praktisi. Desain penyaringan meliputi desain faktorial penuh, faktorial
pecahan, dan desain Plackett-Burman. Desain Taguchi digunakan untuk mengurangi
kebisingan, memilih faktor yang lebih relevan, dan mengoptimalkan pengaturan suatu proses.
Desain penyaringan definitif memungkinkan mempelajari faktor-faktor tunggal, interaksinya,
dan istilah kuadrat ketika banyak faktor terlibat (yaitu lebih dari 6). Desain permukaan respons
(RSM), termasuk komposit pusat, Box-Behnken, dan Doehlert adalah desain kuadrat kanonik
yang digunakan untuk mendeskripsikan sistem secara lengkap. Desain RSM bergunaa secara
praktis untuk sejumlah kecil faktor (<5) karena melibatkan polinomial kuadrat dengan banyak
suhu. Selain apa yang disebut desain “kanonik” atau “optimal”, peneliti dapat menggunakan

15
desain D-optimal ketika sistem melibatkan faktor kontinu dan non-numerik yang bervariasi
pada lebih dari dua tingkat.

Umunya model pilihan pertama adalah faktorial penuh dua tingkat (dimana jumlah
percobaannya adalah 2k dengan k menjadi jumlah faktor) atau faktorial pecahan (jumlah
percobaan 2k-p dimana k adalah banyaknya faktor dan p adalah ukuran pecahan).

Di sisi lain dengan menggunakan RSM, model kuadrat diperkenalkan untuk


mendeskripsi respons sebagai fungsi faktor seakurat mungkin. Desain ini menggambarkan
ketergantungan respons pada faktor eksperimental dan memprediksi nilai respons pada faktor
eksperimental dan memprediksi nilai respons pada seluruh domain variasi faktor. Desain yang
berbeda termasuk dalam kelompok kedua ini seperti (i) desain komposit pusat yang berisi
desain faktorial faktorial atau pecahan dengan titik pusat dan titik tambahan lainnya yang
memungkinkan penghitungan permukaan respons, (ii) desain Box-Bhenken, yang merupakan
kelas dari desain orde kedua berdasarkan desain faktorial tiga tingkat yang tidak lengkap dan
(iii) desain Doehlert, yang diperoleh dari desain faktorial biasak-simpleks dimensi (bentuk
geometri beraturan dengan k+1 simpul) yang paling sederhana, dalam 2 dimensi, adalah
segitiga sama sisi.

Gambar 1. Langkah-langkah yang menjadi ciri pendekatan DoE

Mengenai penjelasan mendalam tentang desain eksperimen spesifik model dan detail
mengenai statistik yang terlibat dalam penggunaan alat ini, pembaca yang tertarik akan dirujuk
ke literatur dasar mengenai subjek tersebut. Bagian terakhir dari desain eksperimen melibatkan
transformasi data yang diperoleh menjadi informasi dan analisanya. Model tersebut harus
diperiksa untuk menentukan apakah model tersebut menunjukkan prediktabilitasnya yang baik;
ini berarti bahwa ia harus cukup mewakili fungsi respons dalam domain eksperimental. Dengan

16
kata lain, model dinilai memadai jika nilai respon yang dihitung untuk setiap titik domain
sesuai dengan nilai yang diperoleh dari hasil eksperimen yang dilakukan secara independen
dari yang digunakan untuk membangun model itu sendiri.

3.5. Desain Pendekatan Eksperimen Untuk Menyiapkan MASE


Faktor yang mempengaruhi efisiensi ekstraksi microwave:

1. Pelarut

Pelarut harus dipilih berdasarkan kemampuannya dalam menyerap radiasi gelombang


mikro dan mengubahnya menjadi panas. Pelarut diklasifikasikan menjadi absorbansi
rendah, medium, dan tinggi berdasarkan kemampuannya menyerap gelombang mikro.
Pelarut absorbansi rendah diantaranya heksan, toluen, etil asetat, dan dietil eter. Pelarut
absorbansi rendah diantaranya air, dimetilformamida, dan asam asetat. Etanol, metanol,
asam format, dan etilen glikol tergolong sebagai pelarut absorbansi tinggi.

Karena pengembangan terhadap pelarut ramah lingkungan, ionic liquid dan


pelarut eutektik dikembangkan. Sehingga mungkin adanya Solvent Free Microwave
Extraction (SFME). Air di dalam sel mengabsorpsi gelombang mikro sehingga sistem
memanas. AKibatnya dinding sel pecah. Teknik ini digunakan pada proses ekstraksi
minyak esensial atau senyawa volatil lainnya.

Pada pemilihan pelarut, pelarut diberi kode “-1” yang menunjukkan pelarut A
(misal: etanol) dan “+1” yang menunjukkan pelarut B (misal:air). Bila pelarut lebih dari
dua, cara penamaannya menggunakan kode biner.

2. Rasio liquid/solid

Volume pelarut harus cukup pada proses ekstraksi. Selain itu, pelarut juga harus juga
harus dipilih dengan mempertimbangkan cara mengoptimalkan energi yang dikirim ke
sampel dan meminimalkan waktu proses. Volume pelarut yang lebih besar dapat
menyebabkan distribusi panas yang tidak merata yang disebabkan oleh gelombang
mikro, sehingga mengurangi hasil akhir ekstraksi.

3. Waktu ekstraksi

Umumnya rendemen berbanding lurus dengan waktu ekstraksi. Namun, paparan radiasi
yang berlebihan dapat menyebabkan, bahkan pada suhu dan daya rendah, degradasi

17
senyawa termal atau labil oksigen, sehingga menurunkan hasil akhir. Oleh karena itu,
waktu yang tepat bervariasi dari beberapa hingga 30 menit.

4. Kekuatan microwave

Faktor ini erat kaitannya dengan pengaturan suhu pada bejana ekstraksi. Dalam
ekstraksi bahan tanaman dengan bantuan gelombang mikro, khususnya, penghancuran
dinding sel dan membran sel jaringan tanaman menyebabkan pelepasan bahan aktif ke
dalam pelarut. Oleh karena itu pelepasannya didorong oleh energi yang diberikan ke
sampel oleh gelombang elektromagnetik. Daya gelombang mikro yang lebih tinggi
menyebabkan pemanasan sampel, sehingga meningkatkan suhu sistem.

Umumnya, daya yang lebih tinggi menentukan hasil yang lebih tinggi dan waktu
ekstraksi yang lebih singkat. Namun, peningkatan daya melebihi batas optimal dapat
menyebabkan penguraian molekul yang labil. Oleh karena itu, daya gelombang mikro
diatur dengan mempertimbangkan stabilitas termal senyawa target, jumlah sampel,
jenis, volume pelarut yang digunakan, dan waktu ekstraksi

5. Suhu

Temperatur yang lebih tinggi menurunkan viskositas dan tegangan permukaan pelarut,
meningkatkan kemampuan pelarut untuk menembus matriks, dan meningkatkan
kelarutan senyawa. Stabilitas bahan aktif, sistem gelombang mikro yang digunakan,
dan hasil yang dicapai juga harus dipertimbangkan dalam penentuan suhu
ekstraksi.Masalah penting yang berkaitan dengan faktor ini adalah pemanasan
dielektrik gelombang mikro seringkali tidak seragam jika perpindahan massa yang
memadai tidak dapat dijamin. Selain itu, kekhawatiran lainnya adalah sebagian besar
eksperimen yang dipublikasikan memperkirakan suhu menggunakan sensor IR
eksternal, yang kurang akurat jika dibandingkan dengan probe internal.

6. Kadar air dan karakteristik sampel lainnya

Dalam prosedur MASE, pengaruh kadar air bahan pada pemanasan sangat penting,
karena merupakan parameter yang terkait langsung dengan konstanta dielektrik.
Gelombang mikro menyebabkan penguapan air yang terkandung dalam sampel,
menimbulkan tekanan besar di dalam sel yang menyebabkan pecahnya sel. Kelembaban
juga memfasilitasi perpindahan panas melalui material. Selain itu, produksi uap dalam

18
bejana sampel dengan cepat menyebabkan peningkatan tekanan di dalam oven yang
dapat menyebabkan masalah dalam pengendalian ekstraksi. Di sisi lain, uap yang
dihasilkan dan disimpan di bawah tekanan dalam sampel dapat memfasilitasi pecahnya
sel.

7. Pengadukan

Pengadukan mendorong desorpsi dan pelarutan senyawa target ke dalam pelarut karena
mempengaruhi proses perpindahan massa. Selain itu, pengadukan sampel juga dapat
meminimalkan penghalang perpindahan massa yang diciptakan oleh senyawa pekat di
wilayah terlokalisasi karena kurangnya pelarut, sehingga menghasilkan hasil ekstraksi
yang lebih baik.

Ekstraksi metabolit dengan bantuan pelarut dengan bantuan gelombang mikro

Dalam kebanyakan kasus, ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro digunakan untuk
mengatur atau mengoptimalkan ekstraksi metabolit atau kelas metabolit dari matriks alami
yang berbeda. Contoh dalam bidang ini banyak dan dapat dibagi menjadi dua kelompok utama:
ekstraksi yang dilakukan dengan pelarut tradisional dan ekstraksi yang dilakukan dengan
pelarut ionik dan eutektik.

Ekstraksi metabolit dengan bantuan pelarut dengan bantuan gelombang mikro


umum.Pada bagian ini, 63 artikel telah dianalisis, dengan mempertimbangkan biomassa yang
berbeda. Sebagian besar berasal dari tumbuhan darat, tetapi juga lumut (entri #18), jamur (entri
#36), dan organisme laut (entri #50) juga terwakili. Pada sekitar setengah dari artikel yang
dipilih (total 63 artikel), dilakukan penyaringan awal terhadap faktor-faktor yang disebutkan
di atas (29 artikel, 46%). Langkah pertama ini bertujuan untuk memilih faktor-faktor yang
mempengaruhi respon atau mengevaluasi rentang parameter yang dipilih. Di hampir semua
makalah, penyaringan awal dilakukan dengan menggunakan pendekatan OFAT, dan hanya
sedikit penelitian yang menerapkan desain eksperimental. Diantaranya, dalam satu kasus,
desain Plackett – Burman (PBD) yang dijalankan 12 kali digunakan untuk memilih faktor-
faktor yang secara signifikan mempengaruhi respons. Para penulis memperoleh bukti yang
memungkinkan mereka mengurangi jumlah faktor dari lima menjadi tiga dan menentukan
kisarannya. Dalam studi kasus lain, dua rangkaian eksperimen berbeda dilakukan sebelum
menetapkan faktor untuk pengoptimalan akhir. Set ini dilakukan dengan mengikuti desain

19
faktorial penuh dan mempertimbangkan berbagai faktor (pelarut pada set pertama dan tenaga
serta waktu pada set kedua).

Penelitian terbaru memperkirakan bahwa MASE mengonsumsi energi 59% lebih


sedikit (dinyatakan dalam kilowatt-jam per gram total triterpenoid) dibandingkan maserasi.

Diketahui bahwa waktu ekstraksi memainkan peran yang relevan dalam efisiensi
ekstraksi. Hanya enam penelitian yang mempertahankan waktu ekstraksi konstan (9%, entri
#2, 3, 6, 8, 9, dan 53). Di semua makalah yang diperiksa, waktu ekstraksi telah dipertimbangkan
dan tidak pernah melebihi satu jam dan sering kali demikian ≤5 menit (25 kali, 40%). Waktu
singkat yang diperlukan untuk ekstraksi metabolit merupakan salah satu keuntungan utama
MASE, karena pendekatan klasik seringkali memerlukan setidaknya satu hari ekstraksi.

Faktor kedua yang paling sering muncul (40 penyebutan dari 63 artikel, 63%), karena
berkaitan erat dengan teknik MASE, adalah kekuatan gelombang mikro. Hal ini sangat
bergantung pada karakteristik oven dan berhubungan dengan suhu di dalam bejana sampel.
Oleh karena itu, memvariasikan daya gelombang mikro berarti memvariasikan suhu. Oleh
karena itu, sebagian besar peneliti hanya memvariasikan salah satu dari dua faktor tersebut
sementara faktor lainnya tetap konstan. Sejalan dengan pertimbangan ini, di 35 (56%) artikel
daya gelombang mikro divariasikan, di 18 (29%) suhunya, dan hanya di 5 (8%, entri #2, 12,
13, 22, 58) keduanya dipelajari. Artikel artikel lainnya tidak mempertimbangkan kedua faktor
tersebut. Secara rinci, sebagian besar peneliti menilai suhu sebagai faktor yang menarik,
mengklaim bahwa suhu mempengaruhi hasil ekstraksi secara signifikan (yaitu,entri #6, 19, dan
35). Secara umum, daya gelombang mikro lebih banyak dipelajari daripada suhu, sehingga
menunjukkan peran yang lebih relevan dalam efisiensi ekstraksi.

Seperti yang selalu terjadi dalam proses ekstraksi dari matriks alam, faktor penting yang
harus diperhatikan adalah pelarut ekstraksi. Pelarut yang paling banyak digunakan adalah
EtOH (sendiri atau dicampur dengan air, 35 kertas, 56%), air (16 kertas, 25%) dan MeOH (9
kertas, 15%). Hanya tiga makalah yang melaporkan penggunaan pelarut yang berbeda: ACN
(entri #44), MeOH/DCM (entri #45) dan ACN/MeOH (entri #61). Keterbatasan jenis pelarut
dianggap menyoroti bahwa tidak semua pelarut cocok untuk ekstraksi gelombang mikro,
karena tidak semua pelarut mampu menyerap gelombang mikro. Selain itu, prevalensi EtOH
dan air menyoroti sifat intrinsik MASE yang hijau. Dengan demikian, EtOH juga merupakan
pilihan terbaik dibandingkan yang lain ), dan, bersama dengan air, ia dianggap sebagai pelarut
yang sangat ramah lingkungan.

20
Ekstraksi dengan Pelarut Ionik dan Euktetik

Cairan ionik (ILs) dan pelarut eutektik dalam (DESs) adalah kelas pelarut yang baru-baru ini
semakin menarik minat sebagai pelarut MASE. DES diusulkan pada awal abad ini sebagai
alternatif pengganti IL untuk mengatasi kelemahan kritis seperti toksisitasnya, jumlah langkah
sintetiknya, produk limbahnya, fakta bahwa DES menjadi polutan persisten dalam air, dan
biaya keseluruhan.

DES dapat diklasifikasikan menjadi tipe I (yang menggabungkan logam klorida dan
garam amonium kuaterner), tipe II (yang menggabungkan logam klorida hidrat dan garam
amonium kuaterner), tipe III (yang menggabungkan donor ikatan H biasanya asam karboksilat,
urea, atau poliol dengan garam amonium kuaterner), tipe IV (yang menggabungkan logam
klorida hidrat dan donor ikatan H), dan tipe V (yang menggabungkan akseptor ikatan H
molekul nonionik dan donor ikatan H).

Jika komposisi DES mencakup bahan kimia yang berasal dari alam, maka DES
didefinisikan sebagai pelarut eutektik dalam alami (NADES). NADES merupakan pelarut yang
menarik karena kemampuan biodegradasinya yang lebih baik, toksisitas yang lebih rendah, dan
sifat kelarutan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut organik yang biasanya
dimanfaatkan untuk mengekstraksi matriks alami.111.112Sebuah tinjauan baru-baru ini
mendefinisikan NADES sebagai “salah satu penemuan paling menjanjikan di bidang kimia
ramah lingkungan”, meskipun biaya komersial yang tinggi dari pelarut ini masih membatasi
penggunaannya.

Tidak mungkin untuk menggeneralisasi sifat fisik ILS dan DES karena banyaknya
variasi zat yang dapat diperoleh dengan menggabungkan prekursor yang disebutkan di atas.
Namun, ada beberapa ciri umum yang umum pada semua zat ini. ILS dan DES memiliki
polaritas tinggi, titik leleh rendah (umumnya <100 °C), tekanan uap rendah, dan rentang cairan
yang luas. Mereka memiliki kepadatan dan viskositas tinggi, dan sangat bergantung pada suhu.
Viskositas DES dapat dikurangi dengan menambahkan air ke dalam larutannya. ILS dan DES
merupakan pelarut yang sangat mudah diatur. Karena polaritasnya yang dapat diatur, ILS,
DES, dan khususnya NADES, dapat melarutkan dan bahkan menstabilkan berbagai analit,
termasuk makromolekul seperti enzim.

ILS dan DES adalah pelarut yang diciptakan khusus untuk tugas tertentu, oleh karena
itu mereka dipilih dengan cermat sebelum melakukan ekstraksi analit. Dalam 6 kasus (60%),

21
HBA kolin klorida (ChCl) dalam kombinasi dengan HBD berbeda diindikasikan sebagai
NADES optimal untuk MASE (entri #64, 65, 66, 67, 70, dan 72). Persentase air dalam
campuran yang disiapkan untuk MASE terbukti sangat mempengaruhi hasil, karena
mempengaruhi laju pemanasan dan memfasilitasi pengangkutan analit dari matriks ke pelarut
ekstraksi. Tiga laporan menjelaskan studi tentang persentase air sebelum memilih pelarut
ekstraktif(entri #64, 65, dan 68).

Waktu adalah faktor yang paling dipertimbangkan. Perlu dicatat, rentang waktu, rasio
L/S dan suhu yang dipelajari tidak berbeda secara signifikan antar percobaan yang berbeda.

Sebaliknya, dalam studi yang ditinjau, daya dan suhu gelombang mikro bervariasi pada
rentang yang berbeda. Dalam 3 makalah, penulis memvariasikan daya (30%), dalam 6 (60%)
suhu dan hanya dalam 1 keduanya (10%, entri #67). Suhu memainkan peran yang lebih penting
dalam ekstraksi dengan ILS dan DES dibandingkan daya gelombang mikro. Tren ini dapat
dijelaskan dengan mempertimbangkan bahwa suhu yang lebih tinggi berhubungan dengan
viskositas pelarut yang lebih rendah, sehingga meningkatkan difusi dan kelarutan analit.
Namun, pengoperasian pada suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan degradasi pelarut.126
Pengaruh suhu yang signifikan terhadap hasil mungkin menjelaskan mengapa lebih banyak
perhatian diberikan pada suhu dibandingkan daya dalam kategori ekstraksi ini.

Ekstraksi Minyak Atsiri

Ekstraksi minyak atsiri (EO) yang dibantu oleh gelombang mikro dianggap sebagai metode
baru yang dapat menggantikan metode termal konvensional seperti distilasi uap dan
hidrodistilasi. Selain ekstraksi konvensional dengan pelarut organik, proses ekstraksi MASE
mencakup hidrodistilasi berbantuan gelombang mikro (MAHD) dan ekstraksi gelombang
mikro bebas pelarut (SFME). Banyak contoh ekstraksi semacam ini dilaporkan dalam literatur,
namun hanya sebagian kecil yang memanfaatkan pendekatan DoE untuk mengoptimalkan hasil
ekstrak total atau metabolit tunggal.

22
Tabel 2. Tabel sinoptik dari referensi yang diulas terkait DoE yang diterapkan pada ekstraksi
minyak atsiri berbatuan gelombang mikro

Kondisi percobaan untuk hasil total optimal umumnya menyebutkan waktu ekstraksi
terlama dan nilai daya gelombang mikro tertinggi, sedangkan rasio L/S dan parameter waktu
perendaman tampaknya spesifik untuk kasus tertentu. Selain itu, dua karya berbeda juga
berfokus pada optimalisasi kandungan metabolit spesifik dalam EO,misalnya,timol (entri #84)
dan 1,8-cineole (entri #85). Dalam kedua kasus tersebut, penulis merekomendasikan kondisi
ekstraksi yang ringan (daya yang lebih rendah pada kasus pertama dan waktu yang lebih singkat
pada kasus kedua), menunjukkan bahwa metode ekstraksi yang tepat harus mempertimbangkan
stabilitas metabolit spesifik selama pengaturan. Menariknya, analisis faktor proses yang
dipelajari dalam artikel yang diulas di bagian ini (Tabel 7) menunjukkan bahwa hanya satu
laporan (entri #86) menyebutkan suhu sebagai faktor penting, sedangkan ukuran partikel bahan
mentah muncul tiga kali (entri #74, 83, dan 87).

Sebuah makalah (entri #86) melaporkan bahwa jumlah NaCl dalam air berkorelasi
positif dengan hasil ekstraksi minyak biji dari tanduk kuning (Xanthoceras sorbifoliumBunge).
Kehadiran garam merupakan faktor yang tidak biasa, dibenarkan oleh penulis yang
menyatakan bahwa garam adalah zat pengemulsi hijau pada

emulsi air dalam minyak. Efisiensi demulsifikasi dimaksimalkan dengan 24 g L-1−1garam


dalam air dan penulis mengamati bahwa hasil ekstraksi tiba-tiba menurun pada konsentrasi

23
NaCl lebih tinggi dari 25 g L-1−1. Hasil tersebut merupakan bukti nyata kemanjuran penerapan
DoE/RSM di MAHD.

Metode ekstraksi lain yang khusus untuk EO adalah SFME, dimana faktor yang paling
dipertimbangkan adalah waktu, daya gelombang mikro, dan kadar air sampel. Seperti yang
telah diamati di MAHD, juga di SFME, nilai daya dan waktu terbaik berada di bagian atas
rentang variasi yang dipertimbangkan, hanya saja durasi ekstraksi dalam kasus ini biasanya
jauh lebih pendek dibandingkan di MAHD.

3.6. Survei Penggunaan DoE di MASE


Penerapan model DoE dilakukan hanya setelah percobaan pendahuluan yang bertujuan
untuk menyaring faktor-faktor yang mempengaruhi dan rentang optimalnya. Oleh karena itu,
langkah pertama ini sering diabaikan, karena kurang dari separuh makalah yang dianalisis
melakukan hal tersebut, sehingga menunjukkan bahwa topik ini harus mendapat lebih banyak
perhatian. Dengan demikian, langkah awal ini memungkinkan peneliti memperoleh hasil yang
lebih signifikan, sehingga memungkinkan tidak hanya memusatkan perhatian pada faktor-
faktor yang benar-benar mempengaruhi, namun juga mempelajari jangkauan faktor-faktor
tersebut dengan cara yang lebih mendalam. Selain itu, di antara artikel yang berkaitan dengan
ekstraksi dengan ILS dan DES, penyaringan awal sering kali hanya mempertimbangkan
pelarut. Meskipun faktor ini sangat penting, penting juga untuk digaris bawahi bahwa dalam
ekstraksi ini, analisis awal yang lebih mendalam terhadap faktor-faktor lainnya harus
dilakukan. Masalah lain yang terkait dengan MASE terkait dengan oven. Jadi, meskipun dalam
banyak kasus oven microwave profesional dimanfaatkan,misalnya,Sistem gelombang mikro
MAS-II (Shanghai Sineo), sistem Ethos Easy dan NEOS (Milestone Srl), dan sistem MARS /
MARSX (CEM), penggunaan oven domestik yang disesuaikan masih diterima. Penggunaan
peralatan semacam ini harus dibatasi atau bahkan dihindari sama sekali, karena pengendalian
suhu dan tekanan sering kali tidak akurat. Secara umum, oven yang paling banyak dieksploitasi
adalah peralatan multimodal yang dilengkapi dengan dua magnetron, yang bekerja pada
frekuensi 2450 MHz.

Seperti disebutkan sebelumnya, pemanasan gelombang mikro yang diterapkan pada


ekstraksi matriks alami dapat dianggap sebagai pendekatan ramah lingkungan tidak hanya
karena pengurangan waktu dan penggunaan pelarut berbahaya, namun juga karena kebutuhan
energi yang lebih rendah dibandingkan dengan teknik lainnya. Aspek terakhir ini dijamin oleh
pengurangan waktu yang drastis dan skala gram ke kilo yang biasanya dilakukan

24
ekstraksi.15,16 Sayangnya, aspek terakhir ini tidak selalu dipertimbangkan saat menyiapkan
metode baru, karena jumlah matriks alami yang dipakai dalam fase ini biasanya berkisar dari
ratusan miligram hingga beberapa gram, sehingga membatasi penghematan energi yang
biasanya dikaitkan dengan MASE. Secara konsisten, membatasi jumlah eksperimen yang
diperlukan untuk mengidentifikasi kondisi ekstraksi terbaik dan menerapkan model DoE
adalah hal yang wajib dilakukan untuk memaksimalkan potensi MASE.

Masalah terakhir yang perlu disoroti adalah validasi model DoE. Dari 87 artikel yang
direview, hanya 49 (56%) yangmenyebutkan validasi model. Gambaran ini sangat umum, dan
sudah dibahas pada ulasan sebelumnya.38Perlu digaris bawahi di sini bahwa penerapan DoE
untuk mengumpulkan data eksperimen selalu efektif (yaitu,memungkinkan untuk mengurangi
jumlah pekerjaan sekaligus memberikan informasi terbaik yang tersedia), dan dapat
disimpulkan hanya dengan deskripsi hasil setelah komputasi model melalui metode kuadrat
terkecil biasa. Dalam hal ini, pelaku eksperimen memberikan gambaran hasil yang diperoleh
dalam kondisi tertentu yang diterapkan selama sesi kerja tetapi tidak dapat memberikan bukti
kemampuan prediksi model yang dihitung. Di sisi lain, ketika model divalidasi, pelaku
eksperimen dapat mengklaim bahwa model tersebut menggambarkan proses di seluruh domain
eksperimen dan dapat menilai prediksi kuantitatif dan varians eksperimental pada hasil
eksperimen yang tidak dilakukan.

3.7. Kesimpulan Jurnal


Prosedur MASE sangat cocok untuk digunakan dalam tahap penemuan obat dari sumber alami
karena menawarkan banyak keuntungan dibandingkan teknik konvensional termasuk waktu
pemrosesan sampel yang lebih singkat, jumlah pelarut yang digunakan lebih sedikit, pilihan
penggunaan pelarut ramah lingkungan yang luas, dan fleksibilitas yang lebih besar sehingga
memungkinkan pengguna untuk memaksimalkan efisiensi ekstraksi dengan memodulasi
faktor-faktor yang mengatur pengendalian proses. Dalam penyusunan protokol ekstraksi,
beberapa faktor harus dipertimbangkan secara bersamaan dan karena alasan ini pendekatan
OFAT mungkin sangat membatasi keunggulan teknik ini. Sebagai teknik yang pada dasarnya
multifaktorial, satu-satunya cara untuk menerapkan prosedur MASE dan memanfaatkan
potensinya sepenuhnya adalah dengan menggunakan pendekatan DoE. Pendekatan seperti itu,
selain memungkinkan pengurangan jumlah eksperimen dalam pengembangan metode
seminimal mungkin, juga menjamin perolehan informasi sebanyak banyaknya dengan kualitas
yang lebih baik. Sayangnya, meskipun DoE telah membuktikan efektivitasnya di banyak

25
bidang penelitian terapan mulai dari psikologi, pertanian, dan teknik hingga kimia analitik dan
obat-obatan, penerapannya pada MASE masih terbatas. Keuntungan utama DoE dikaitkan
dengan kemampuan membuat prediksi yang konsisten mengenai waktu, sumber daya, dan
upaya untuk mencapai tujuan penelitian. DoE membawa serta pengetahuan dan pemahaman
yang lebih dalam tentang proses yang sedang dipelajari memodelkan efek faktor dan
interaksinya. Pengetahuan tentang peran faktor proses sangat penting untuk mengoptimalkan
ekstraksi dan memungkinkan seseorang untuk meminimalkan jumlah percobaan yang
diperlukan bahkan jika matriks alami tersedia dalam jumlah kecil. Ringkasnya, penggabungan
MASE dan DoE belum meluas, namun, sebagaimana ditentukan oleh survei literatur dan
menurut pendapat para penulis, hal ini dapat menjadi strategi pemenang untuk mempercepat
proses NADD.

26
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan dari presentasi tentang Green Chemistry menggambarkan sebuah visi yang
cerah menuju industri kimia yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dalam perjalanan
ini, Green Chemistry muncul sebagai panduan utama untuk merancang produk dan proses yang
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dengan
menekankan prinsip-prinsip seperti desain atom hijau, pengurangan limbah, dan penggunaan
bahan baku terbarukan, kita dapat melihat bahwa keberlanjutan dan inovasi dapat saling
mendukung. Kesimpulan ini menyoroti dampak positif Green Chemistry terhadap lingkungan,
dengan pengurangan emisi polutan, pengelolaan limbah yang lebih baik, dan penggunaan
bahan yang lebih aman. Fokus pada keamanan dan kesehatan manusia menjadi landasan yang
kuat, menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produk yang lebih aman bagi
konsumen.

Selain itu, Green Chemistry mendukung transisi menuju ekonomi berkelanjutan.


Dengan memperhitungkan dampak dari siklus hidup produk dan proses yang dikembangkan,
Green Chemistry membuka jalan untuk penelitian dan inovasi yang lebih baik, menciptakan
peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan demikian, kesimpulan
dari presentasi ini menciptakan gambaran tentang masa depan yang diwarnai oleh inovasi,
keberlanjutan, dan keselamatan, dengan Green Chemistry sebagai pendorong utama perubahan
positif dalam industri kimia dan masyarakat secara keseluruhan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anastas, P. T., and Warner, J. C. 1998. Green Chemistry: Theory and Practice. Oxford
University Press.

Cavalloro, Valeria. 2023. Combining DoE and MASE: a winning strategy for the isolation of
natural bioactive compounds from plant material. The Royal Society of Chemistry.

Clark, J. H., Macquarrie, D. J., and Sherwood, J. (Eds.). 2017. Green and Sustainable
Medicinal Chemistry: Methods, Tools and Strategies for the 21st Century Pharmaceutical
Industry. The Royal Society of Chemistry.

Hjeresen, D. L., and Anastas, P. T. (Eds.). 2002. Green Chemistry and Engineering: A Pathway
to Sustainability. Kluwer Academic Publishers.

Sheldon, R. A. 2017. Green and Sustainable Manufacture of Chemicals from Biomass: State
of the Art. Green Chemistry, 19(1), 18-43.

28

You might also like