You are on page 1of 25

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/353357831

Kajian Teknis Pengurangan Tingkat Getaran Tanah (Ground Vibration) Pada


Operasi Peledakan Tambang Batu Kapur Di Area Penambangan PT.Semen
Baturaja (Persero) Tbk.

Article · July 2021

CITATIONS READS

0 717

3 authors, including:

Siti Aminah Safar Uddin


University of Muhammadiyah of Semarang Indonesia
122 PUBLICATIONS 150 CITATIONS 227 PUBLICATIONS 22 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Safar Uddin on 21 July 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

Kajian Teknis Pengurangan Tingkat Getaran Tanah (Ground


Vibration) Pada Operasi Peledakan Tambang Batu Kapur Di
Area Penambangan PT.Semen Baturaja (Persero) Tbk.

Siti Aminah1, Safaruddin2 , Melody Lingua Franca3

STIT Prabumulih1, SMBR Learning Development2, Uin Raden Fatah3


warisanme@gmail.com 1 safaruddintohir@gmail.com. 2 melodylinguafranca0@gmail.com. 3

Abstract
Limestone demolition activities generally use blasting techniques, this activity in addition to producing
production in the form of crushed limestone also produces seismic wave propagation in the form of
energy through the earth, therefore aspects that must be considered in blasting activities are the
emergence of vibrations, the size of the influence of these vibrations. depending on the design of the blast
and the geological conditions of the rock. If the vibration is too large, it can cause cracks and even
collapse on the slope of the mine which has a weak rock structure.
Ground Vibration (Ground Vibration) is the movement of the earth that occurs due to the propagation
of seismic waves underground. Blasting activities always produce seismic waves. The purpose of blasting
is generally to break rock. This activity requires a sufficient amount of energy so that it exceeds or
exceeds the strength of the rock or exceeds the elastic limit of the rock, if this happens then the rock will
break, the rock breaking process will continue until the energy produced by explosives decreases and
becomes smaller. from the strength of the rock. So that the rock breaking process stops and the
remaining energy will propagate through the rock because it is still within the limits of its elasticity.
The vibration level is influenced by 2 main factors, namely: Amount of explosives/delay time (Charge
Weight Per Delay), the more explosives, the higher the peak particle velocity value and the farther the
blasting measurement distance, the lower the peak particle value.

Keywords: Technical Study, Soil Vibration, Limestone Mine Blasting Operation

Abstrak
Kegiatan pembongkaran batu gamping pada umumnya menggunakan teknik peledakan,
kegiatan ini selain menghasilkan produksi berupa batu gamping yang sudah diberaikan
juga menghasilkan rambatan gelombang seismik berupa energi melalui bumi, oleh sebab
itu aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan peledakan adalah timbulnya getaran,
besar kecilnya pengaruh getaran tersebut tergantung pada rancangan peledakan dan
kondisi geologi dari batuanya. Apabila getaran terlalu besar dapat mengakibatkan
keretakan bahkan keruntuhan pada lereng tambang yang mempuyai strukur batuan yang
lemah.
Getaran Tanah (Ground Vibration) adalah gerakan bumi yang terjadi akibat perambatan
gelombang seismik di bawah tanah. Kegiatan peledakan selalu menghasilkan gelombang
Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

sismik. Tujuan peledakan umumnya untuk memecahkan batuan. Kegiatan ini


membutuhkan sejumlah energi yang cukup sehingga melebihi atau melampaui kekuatan
batuan atau melampaui batas elastis batuan, apabila hal tersebut terjadi maka batuan akan
menjadi pecah, proses pemecahan batuan akan terus berlangsung sampai energi yang di
hasilkan bahan peledak makin lama makin berkurang dan menjadi lebih kecil dari
kekuatan batuan.Sehingga proses pemecahan batuan terhenti dan energi yang tersisa akan
menjalar melalui batuan karena masih dalam batas elastisitasnya.
Tingkat getaran dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu : Jumlah bahan peledak/waktu
tunda (Charge Weight Per Delay), semakin banyak bahan peledak maka semakin tinggi
nilai kecepatan partikel puncak dan semakin jauh jarak pengukuran peledakan maka
semakin rendah nilai partikel puncak.

Kata Kunci: Kajian Teknis, Getaran Tanah, Operasi Peledakan Tambang Batu Kapur

Pendahuluan
PT. Semen Baturaja (persero), Tbk. Merupakan produsen semen Nasional
dengan daerah pemasaran terbentang dari Sumatera sampai Kalimantan. Selain
memenuhi kebutuhan domestik, PT. Semen Baturaja (persero)Tbk. juga
merupakan aset negara dalam menjalankan roda perekonomian karena perusahaan
ini merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan semen berupa batu
kapur (limestone) perusahaan melakukan kegiatan penambangan dilokasi
penambangan milik perusahaan yang berjarak 1,5 km dari pabrik baturaja. Berada
di daerah pusar kecamatan baturaja barat. Kegiatan pembongkaran batu gamping di
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. menggunakan teknik peledakan, kegiatan ini
selain menghasilkan produksi berupa batu gamping yang sudah diberaikan juga
menghasilkan rambatan gelombang seismik berupa energi melalui bumi, oleh sebab
itu aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan peledakan adalah timbulnya
getaran, besar kecilnya pengaruh getaran tersebut tergantung pada rancangan
peledakan dan kondisi geologi dari batuanya.
Apabila getaran terlalu besar dapat mengakibatkan keretakan bahkan
keruntuhan pada lereng tambang yang mempuyai strukur batuan yang lemah. Oleh
karena itu, PT. Semen Baturaja perlu mengadakan pengukuran nilai getaran akibat
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

peledakan untuk menilai pengaruh getaran terhadap masyarakat sekitar agar


getaran yang ditimbulkan masih dalam kondisi aman.
Sebagai tolak ukur yang umum digunakan dalam memperkirakan pengaruh
getaran peledakan pada kegiatan penambangan adalah Peak Particle Velocity (PPV).

Metode Penelitian
Dalam menyelesaikan proposal penelitian tugas akhir ini penyusun
menggabungkan antara teori dibuku dan diinternet. Sehingga dari keduanya
didapatkan pendekatan penyelesaian masalah.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah menggunakan
penelitian langsung yaitu terdiri dari : Observasi Langsung, Pengamatan langsung
terhadap kondisi dan keadaan di lapangan serta kegiatan penambangan, kemudian
dilakukan pengumpulan data. Data penelitian meliputi data primer dan data
sekunder.
Data primer adalah data terpenting atau data pokok bahasan, di dalam
penelitian ini, data primer meliputi :
a. Nilai dari getaran tanah tiap peledakan.
b. Geometri peledakan yang akan digunakan.
c. Tahapan peledakan.
d. Jenis bahan peledak yang akan digunakan.
Data sekunder adalah data pendukung atau penunjang dari berhasilnya
penelitian, maksudnya data tersebut juga berpengaruh pada penelitian, data
sekunder dalam penelitian yaitu :
a. Data spesifikasi alat bor (drilling Machine).
b. Data spesifikasi bahan peledak.
c. Data spesifikasi alat penunjang peledakan.
Penelitian laporan akhir ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu mulai tanggal 26
mei 2015 sampai dengan tanggal 26 juni 2015. Dalam penelitian ini dilakukan
analisa masalah dan pembahasan menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif yaitu
Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

penyajian pembahasan masalah dengan cara menjelaskan berbagai data kuantitaif


(data berupa angka-angka) yang tersedia dengan dilengkapi beberapa data kualitatif
(data dalam bentuk gambar, simbol-simbol dan sejenisnya)dalam proporsi tertentu
(Dwiloka dan Riana, 2005). Pembahasan dipusatkan pada pembahasan masalah-
masalah yang ada dengan mencatat data yang dibutuhkan, kemudian data tersebut
disusun atau diklasifikasikan selanjutnya dianalisis, dideskripsikan dan ditarik suatu
kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan


A. Geometri Peledakan

Kegiatan peledakan dikatakan berhasil apabila pekerjaan tersebut


menghasilkan produk sesuai dengan yang direncanakan. Tingkat fragmentasi
batuan yang dihasilkan dalam suatu operasi peledakan merupakan suatu petunjuk
yang sangat penting untuk menilai keberhasilan suatu operasi peledakan, dimana
ukuran keseragaman material lebih baik dibandingkan dengan material yang
banyak berukuran halus atau yang menghasilkan banyak bongkahan.

Dalam kenyataannya perhitungan geometri peledakan secara teori menjadi


berbeda dengan praktek di lapangannya, dikarenakan untuk menyesuaikan keadaan
di lapangan oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol seperti struktur geologi,
sifat batuan, kondisi lapangan, kondisi alat, termasuk ketelitian para pekerja
lapangan.

B. Perhitungan Geometri Peledakan Secara Teori

Dalam perencanaan peledakan secara teori untuk merancang peledakan


pada penambangan batu kapur yang dilakukan di PT. Semen Baturaja (Persero)
Tbk yang didasarkan untuk mendapatkan fragmentasi yang diinginkan, dengan
menggunakan metode C. J. Konya, sebagai berikut :
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

e 1/3
1. Burden (B) = 3,15 x De x [ ]
r

2. Tinggi Jenjang (H) = 3B

3. Stemming (T) =B

4. Subdrilling (J) = 0.3B

5. Kedalaman Lubang Ledak (L) = H + J

H  7B
6. Spacing (S) =
8

Rencana kegiatan peledakan batu kapur di PT. Semen Baturaja (Persero)


Tbk menggunakan bahan peledak jenis ANFO, dengan berat jenis 0,85 ton/m3.
Sedangkan berat jenis batu kapur di lokasi penambangan adalah 2.41 ton/m3.
Diameter lubang ledak yang dapat dibuat oleh alat bor adalah sebesar 3,5 inch.
1. Burden (B)

Burden adalah jarak antar lubang bor atau lubang tembak


yang relatif tegak lurus terhadap free face. Burden dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan :
e 1/3
B = 3,15 x De (inch) x [ ]
r

0,85 1/3
= 3,15 x 3,5 x [ ]
2,41

= 7,79 feet ≈ 2,4 meter

2. Tinggi Jenjang (H)


Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

Tinggi jenjang dan burden sangat erat hubungannya untuk


keberhasilan peledakan dengan melihat rasio H/B pada tabel
variasi stifness ratio. Pada tabel tersebut memperlihatkan variasi
respon yang berbeda terhadap fragmentation, airblast, flying rock, dan
ground vibration. Dengan menginginkan hasil fragmentasi yang baik,
lalu airblast, flying rock, dan ground vibration yang kecil beriringan
dengan pertimbangan hal keekonomisan yang menyangkut
keuntungan, maka dipilih rasio H/B = 3 (Tabel III-1).

jadi,

H =3xB

= 3 x 2,4

= 7,2 meter

3. Stemming (T)

Stemming diberikan agar terjadi stress balance dan untuk


mengurung gas-gas hasil ledakan agar dapat menekan batuan
dengan kekuatan yang besar. Dikarenkan batu kapur termasuk
kedalam batuan yang kompak, maka untuk menghitung panjang
stemming dapat digunakan persamaan :

T =B

= 2,4 meter

4. Subdrilling (J)
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari lubang bor di


bawah lantai jenjang yang dibuat agar jenjang yang dihasilkan
sebatas dengan lantainya dan lantai yang dihasilkan rata. Subdrilling
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

J = 0,3 x B

= 0,3 x 2,4

= 0,72 meter

5. Kedalaman Lubang Ledak (L)

Kedalaman lubang ledak dibuat dengan menggunakan alat


bor batuan, untuk menentukan kedalamannya maka dapat
digunakan rumus sebagai berikut :

L =H+J

= 7,2 + 0,72

= 7,92 meter

6. Panjang isian bahan peledak (PC)

Panjang isian dapt dicari dengan mengurangkan panjang


lubang ledak terhadap panjang stemming. Berikut hasil yang didapat
:

PC= L – T

= 7,92 – 2,4

= 5,52 meter

7. Spacing (S)
Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

Spacing adalah jarak terdekat antara dua lubang tembak


yang berdekatan dalam satu baris. Dikarenakan peledakan
menggunakan sistem tunda dan tinggi jenjang masih kurang dari
tiga kali burden, maka spacing dihitung dengan persamaan :

H  7B
S =
8

7,2  (7 x 2,4)
=
8

= 3 meter

8. Berat bahan peledak (E)

Berat bahan peledak yang digunakan untuk satu kali


peledakan dapat dihitung per satu volume geometri peledakan.
Dengan cara mengalikan panjang lubang isian bahan peledak
(primer charge) dengan loading density. Loading density (de) dapat
dicari menggunakan (Tabel III-2) yaitu untuk lubang bor 3,5 inci
dan densitas bahan peledak 0,85 gram per sentimeter kubik
menpunyai de sebesar 5,29. Berikut hasil yang didapatkan :

E = PC x de

= 5,52 x 5,29

= 29,2 kilogram/lubang

9. Berat batuan yang dibongkar (W)


Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

Berat batuan yang akan dibongkar dapat dihitung dengan


mengalikan volume batuan yang akan dibongkar dengan densitas
batuan tersebut. Volume batuan dapat dicari dengan mengalikan
panjang burden, spacing, dan tinggi jenjang. Berikut hasil yang
didapat :

W = V x ρr

= (B x S x H) x ρr

= (2,4 x 3 x 7,2) x 2,41

= 124,93 ton

10. Powder Factor (PF)

Untuk perhitungan powder factor, perbandingan yang


digunakan adalah berat bahan peledak (kilogram) yang
dibutuhkan untuk membongkar satu ton batuan. Berikut hasil
perhitungan powder factor dengan menggunakan data diatas hasil
perhitungan geometri peledakan menurut teori C. J. Konya :

berat bahan peledak


PF 
berat batuan yang dibongkar

29,2
PF 
124,93
 0,23 kg / ton

Berikut hasil geometri peledakan secara teori menurut C. J.


Konya dapat dilihat pada (Tabel V.1).

TABEL IV.1
Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

G
E
BURDEN 2,4 meter
O
SPACING 3 meter
M
E
TINGGI JENJANG 7,2 meter
T
KEDALAMAN 7,92 meter
R
I
STEMMING 2,4 meter

SUBDRILLING 0,72 meter


P
E
PRIMER CHARGE 5,52 meter
L
LOADING DENSITY 5,29 kg/meter
E
BERAT
D HANDAK 29,2 kg
A
TONASE BATUAN 124,93 ton
K
POWDER
A FACTOR 0.23 kg/ton
N
MENURUT C. J. KONYA

C. Perhitungan Geometri Peledakan Secara Aktual


Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

Perhitungan geometri peledakan secara aktual di lapangan di PT. Semen


Baturaja (Persero) Tbk dalam pelaksanaannya nantinya akan selalu berbeda hasilnya
dengan perhitungan dengan cara C. J. Konya. Geometri peledakan ternyata harus
selalu dicoba di lapangan untuk memperoleh gambaran dan perubahan yang
mendekati kondisi sesungguhnya. Percobaan di lapangan dilakukan dengan cara
trial and error sampai diperoleh hasil powder factor yang optimum.

1. Peledakan Tanggal 28 Mei 2015


Lokasi : Level / Blok : 35 / 27
Drill inch : 3,5”
Target produksi : 7.989 ton
Nomor :1
Geometri peledakan :
a. Burden = 3 meter
b. Spacing = 5 meter
c. Tinggi jenjang = 6,7 meter
d. Jumlah lubang = 10 lubang
e. Sub drilling = 0,3 meter
f. Kedalaman = 7 meter
g. Stemming = 3,2 meter
h. Charge = 3,8 meter
i. AN = 190 kg
j. DN = 2 kg
k. Tonase = 2.422 ton
l. Powder Factor = 0,079 kg/ton
Nomor :2
Geometri peledakan :
a. Burden = 3 meter
b. Spacing = 5 meter
Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

c. Tinggi jenjang = 7,7 meter


d. Jumlah lubang = 20 lubang
e. Sub drilling = 0,3 meter
f. Kedalaman = 8 meter
g. Stemming = 3,7 meter
h. Charge = 4,4 meter
i. AN = 435 kg
j. DN = 4 kg
k. Tonase = 5.567 ton
l. Powder Factor = 0,079 kg/ton
2. Peledakan tanggal 30 Mei 2014
Lokasi : Level / Blok : 35 / 27
Drill inch : 3,5”
Target produksi : 6.861 ton
Nomor :1
Geometri peledakan :
a. Burden = 3 meter
b. Spacing = 5 meter
c. Tinggi jenjang = 4,7 meter
d. Jumlah lubang = 15 lubang
e. Sub drilling = 0,3 meter
f. Kedalaman = 5 meter
g. Stemming = 2,3 meter
h. Charge = 2,7 meter
i. AN = 203 kg
j. DN = 3 kg
k. Tonase = 2.549 ton
l. Powder Factor = 0,081 kg/ton
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

Nomor :2
Geometri peledakan :
a. Burden = 3 meter
b. Spacing = 5 meter
c. Tinggi jenjang = 5,7 meter
d. Jumlah lubang = 8 lubang
e. Sub drilling = 0,3 meter
f. Kedalaman = 6 meter
g. Stemming = 2,7 meter
h. Charge = 3,3 meter
i. AN = 132 kg
j. DN = 1,7 kg
k. Tonase = 1.648 ton
l. Powder Factor = 0,081 kg/ton
Nomor :3
Geometri peledakan :
a. Burden = 3 meter
b. Spacing = 5 meter
c. Tinggi jenjang = 6,7 meter
d. Jumlah lubang = 11 lubang
e. Sub drilling = 0,3 meter
f. Kedalaman = 7 meter
g. Stemming = 2,3 meter
h. Charge = 3,9 meter
i. AN = 215 kg
j. DN = 2,3 kg
k. Tonase = 2.664 ton
l. Powder Factor = 0,082 kg/ton
Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

D. Perbandingan Geometri Peledakan

Berikut adalah (Tabel IV-3) yang menunjukan perbandingan


perencanaan geometri peledakan yang ada di PT. Semen Baturaja (Persero)
Tbk dengan perhitungan secara teori menurut C. J. Konya :

TABEL 4.3
Perbandingan geometri peledakan secara teori dan aktual
Peledakan Peledakan Peledakan Peledakan Peledakan
Teori
Geometri 28/05/15 28/05/15 30/05/15 30/05/15 30/05/15
(C.J.Konya) Nomor 1 Nomor 2 Nomor 1 Nomor 2 Nomor 3

Burden (meter) 2,4 3 3 3 3 3

Spacing (meter) 3 5 5 5 5 5

Tinggi jenjang
7,2 6,7 7,7 4,7 6,7 6,7
(meter)

Jumlah lubang
1 10 20 15 11 11
(meter)

Subdrilling
0,72 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
(meter)

Kedalaman
7,92 7 8 5 7 7
(meter)

Stemming (meter) 2,4 3,2 3,7 2,3 2,3 2,3

Charge (meter) 5,52 3,8 4,4 2,7 3,9 3,9

AN

- 190 435 203 215 215

(kilogram)

DN (kilogram) - 2 4 3 2,3 2,3

Tonase (ton) 124,93 2.422 5.567 2.549 2.664 2.664

Powder Factor 0.23 0,079 0,079 0,081 0,082 0,082


Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

(kilogram/ton)

Adanya faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dalam peledakan


seperti struktur geologi, sifat batuan, cuaca, sisipan batuan dan aliran air
sangat mempengaruhi penentuan geometri peledakan dan hasil fragmentasi
dan akibat dari peledakan yaitu flying rock, air blast dan vibration.

Goemetri yang digunakan di lapangan tidak selalu sama dengan


perhitungan geometri secara teori, karena secara teori dihitung dengan
kondisi normal sedangkan pada kenyataannya di lapangan banyak faktor yang
menjadi pertimbangan. Perbedaan angka spacing dan burden yang digunakan
dalam tiap peledakan dikarenakan perbedaan kondisi batuan yang akan
diledakan, adanya kehadiran kekar yang rapat akan menghasilkan dust dan
mengakibatkan flying rock jika digunakan spacing burden yang kecil dan rapat.
Sebaliknya kehadiran kekar yang sedikit akan memungkinkan menghasilkan
sedikit boulder.

Selain itu adanya kekar pada batuan menghasilkan celah-celah kecil


yang dapat diisi oleh air saat musim penghujan dan kemudian panas menjadi
kosong dan kering kemudian siklus ini terus berlanjut membuat elastisitas
batuan menjadi berkurang sehingga membuat batuan menjadi mudah lapuk
dan jika digunakan geometri yang tidak sesuai dapat mengakibatkan flying
rock. Adanya sisipan lempung juga sangat berpengaruh, batuan lunak biasanya
bersifat meredam atau tidak meneruskan kecepatan peledakan, sehingga
kekuatan peledakan menjadi berkurang dan dibutuhkan spacing dan burden
yang lebih rapat dan kecil agar dihasilkan kekuatan yang besar.

E. Flying Rock
Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

Lokasi peledakan yang berdekatan dengan lokasi pemukiman tidak akan


luput dari dampak negative, yang dapat menggangu penduduk dan menyebabkan
kerusakan terhadap bangunan disekitarnya. Salah satunya berupa flying rock. Hal
ini merupakan bahaya yang mungkin terjadi pada setiap peledakan ditempat
terbuka atau permukaan bumi. Jarak minimum antara peledakan dengan
pemukimanadalah 500 m. Flying Rock dapat timbul apabila energi dari bahan
peledakan yang berupa energi pemuaian gasterlepas keudara bebas dan menyerat
serta melempar bongkahan batuan disekitarnya. Kejadian semacam ini merupakan
persoalan yang serius penggunana bahan peledak karena selain dapat menimbulkan
kerusakan pada peralatan /mesin –mesin juga berbahaya bagi keselamatan orang –
orang dan bangunan disekitar peledakan. Kasus – kasus kecelakaan yang
mengakibatkan kematian dan cedera sebagai akibat langsung dari benturan flying
rock cukup banyak terjadi disamping kerusakan material yang tingkat kejadiaannay
lebih sering.

Dengan intensitas yang tinggi, Air Blast dan Ground Vibration dapat
menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan dan pondasi mesin – mesin .
Maka timbulah permasalahan dari pakerjaan peledakan serta bagaimana usaha
untuk mencega dampak negative dari peledakan tersebut agar terpelihara hubungan
yang serasi antara perusahaan dengan lingkungan disekitarnya.

Pengendalian terbentuknya flying rock ke tingkat yang tidak berbahyaya


hanya mungkin dengan perencanaan peledakan yang cermat sekali. Untuk
memperkecil timbulnya flying rock dalam operasi peledakan , memerlukan
ketelitian sejak dari pengisian lubang tembak dengan bahan peledak sampai ke
penentuan urutan the real timenya.

F. Air Blast
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

Air Blast timbul apa bila pada proses peledakan dilakukan pada saat
terjadi invese suhu. Air Blast dapat secara langsung mengakibatkan kebisingan
yangberbahaya apabila peledakan dilakukan pada saat arah angina menuju
kedaerah pemukiman.

Gambar 2 Pengaruh Cuaca Terhadap Suara Ledakan

Kondisi yang ideal untuk melaksanakan paladakan adalah bilamana langit


cerah disertai angina berkecepatan sedang dan keadaan suhu menaik sejak dari pagi
hari sampai ke waktu peledakan.

Gambar 3 Pengaruh Angin Terhadap Suara Ledakan


Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

G. Ground Vibration

Ground Vibration adalah getaran bumi yang timbul sebagai akibat proses
peledakan. Alat yang digunakan untuk Pengukuran Ground Vibration di PT. Semen
Baturaja (persero) Tbk. adalah Groud Vibration Balst Mate III buatan instantel Inc
Canada yang dilengkapi dengan sebuah geophone dan mic sound level. Cara kerja dari
alat ini yaitu gerakan tanah dan tekanan udara dari kegiatan peledakan diterima
oleh geophone,diubah menjadi sinyal – sinyal elektris, diproses dan disimpan
didalam memori alat.Keluaranya berupa angka – angka atau seismogram.

Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya groud vibration adalah


kedalaman lubang bor, diameter lubang bor dan arah titik peledakan. Semakin
dalam lubang bor dan semakin besar diameter, maka akan semakin kuat juga groud
vibration yang ditimbulkan dan sebaliknya. Sebaiknya disesuaikan dengan daerah
sekitar. Cara – cara yang digunakan untuk mengurangi ground vebrition tersebut
adalah dengan memperhatikan kedalaman dan diameter lubang bor ( sesuai dengan
daerah sekitar) membuat arah peledakan menjauhi daerah pemukiman penduduk,
menggunakan jeda delay terbesar, menerapkan cara – cara peledakan yang tepat
dan mengunakan geometri peledakan yang tepat.

Ketika bahan peledakan didalam lubang diledakan, maka timbul


gelombang tekanan sangat kuat, yang kemudian bergerak di dalam badan batuan.
Gelombang tekanan tersebut terdiri dari jenis, yaitu:

1. Gelombang Longitudinal, Gelombang yang menyebabkan partikel, batuan


mengalami gerakan maju dan mundur segaris dengan arah rambat gelombang.
2. Gelombang Transversal, gelombang yang menyebabkan partikel batuan bergerak
secara vertical naik turuntegak lurus dengan arah rambat gelombang.
Standar Getaran menurut USBM adalah sebagai berikut :

a. Pada frekuensi antara 1 sampai 4 Hz, PPV yang diijinkan berkisar 5-20mm/s
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

b. Pada frekuensi antara 4 sampai 10 Hz,PPV yang diijinkan berkisar antara


20mm/s
c. Pada frekuensi 10 sampai 30 Hz, PPV yang diijinkan berkisar 20-50mm/s
d. Pada Frekuensi antara 40-100 Hz,PPV yang diijinkan berkisar 5-50mm /s

Acuan Kriteria Kerusakan Akibat Getaran menurut keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hudup no. KEP-49/MENLH/111996 :

PPV Kerusakan yang mungkin timbul


13 Batas ambang terendah untuk kerusakan plester dinding ( 3 – 15 Hz)
19 Batas ambang terendah kerusakan struktur dinding kering (3-15 Hz)
70 Batas ambang kerusakan kecil
140 Lebih kecil 50% kemungkinan kerusakan kecil pada struktur
190 50% kemungkinan untuk kerusakan besar

Baku tingkat getaran peledakan pada tambang terbuka terhadap bangunan


menurut SNI 7571-2010

Kelas Jenis Bangunan PVS


Bangunan dengan pondasi pasangan bata dan adukan semen saja
1 termasuk bangunan dengan pondasi dari kayu dan lantainya 3
diberi adukan semen
Bangunan dengan pondasi pasangan bata dan adukan semen
2 5
diikat dengan slope beton
Bangunan dengan pondasi pasangan bata dan adukan semen
3 7-20
slope beton, kolom dan rangka diikat dengan ring balk
Bangunan dengan pondasi pasangan bata dan adukan semen,
4 12-40
slope beton, kolom dan diikat dengan rangka baja
Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

Tabel 3
Bebrapa Hasil Ground Vibration di PT.Semen Baturaja (Persero) Tbk.
(24 Januari-02 Februari 2015)

Jarak Sumber Getaran dan


Frekuensi (H/z) PPV (mm/s)
Pemantauan (MM/S)
250 44.8 1.778
250 48 1.555
250 51 1.507
250 37.4 1.111
250 40.5 1.175
400 48 2.096
400 44 2.206
400 52 3.154
400 40 3.428
250 51 1.096
250 49 2.648
250 40.1 2.368
250 43 2.701
230 51 5.06
230 49 5.01
230 48 2.286
230 52 2.938
230 49 2.152
450 63 1.603
450 49 1.238
450 63 1.587
450 54 1.46
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

PPV ( Peak Particle Velocity ) adalah kecepatan gerakan partikel batuan dari
posisi nol meningkat ke maksimum dan kembali ke nol serta merupakan parameter
penting dalam estimasi batu dan kerusakan structural. Sedangkan PVS ( Pear Vector
Sum ) adalah resultan vector dari Peak Particel Velocity gelombang Longitudinal,
tranfersal dan vertical. Yang digunakan sebagai acuan adalah Pear Particel Velocity
(PPV). PPV yang aman menurut keputusan menurut Menteri Lingkungan Hidup
Nomor Kep/49/Men-LH/111996 adalah dibawah 13 MM/S sedangkan PVS yang
aman menurut SNI 7571/2010 adalah 3 MM/S.

Langkah nyata yang diambil oleh kepala Teknik Tambang untuk


mengurangi dampak getaran (ground Vibration) yakni dengan cara melakukan 10 kali
penembakan untuk pelaksanaan peledakan pada waktu jadwal peledakan dengan
jumlah total lubang ledak sebanyak 60 lubang ledak (dengan sasaran target 8500
s.d. 9000 ton perhari peledakana). Dengan kata lain penembakan dilakukan
terhadap 6 lubang ledak sekali pelaksanaan peledakan. Tindakan ini dilakukan
dengan tujuan getaran yang terjadi akan sangat kecil/lemah bila dibandingkan
dengan meledakkan sekaligus 60 lubang ledak setiap kali penembakan berlangsung.

Peledakan berlangsung setiap hari senin hingga kamis dan sabtu (untuk
hari sabtu 2 minggu 1 kali). Sedangkan hari jum’at tidak dilaksanakan peledakan.
Peledakan dilakukaan pada jam 12.00 (jam istirahat) dengan pertimbangan aspek
psikologis dari masyarakat disekitar tambang yang terkena dampak peledakkan
khususnya getaran yang dirasakan masyarakat.

H. Dampak Positif Dari Peledakan

Dapat melepaskan ikatan batuaan dari perut bumi, sehingga menjadi


sekumpulan batuan yang bebas dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan
konsumen.
Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

Memudahkan untuk dimuat, diangkut dan dipindahkan dari lokasi


tambang untuk keperluan konsumen Crusher. Dan memudahkan crusher untuk
merubah bentuk dari 1,5 M menjadi 80 MM, dan disimpan untuk keperluan
konsumen semen mill.

I. Dampak Negatif Dari Peledakan

 Terjadinya perubahan bentangan alam


 Keresahan sekelompok masyarakat disekitar lokasi peledakan akibat proses
peledakan yang etrjadi.
 Lahan tergangu mengakibatkan rusaknya lapisan permukaan dan terganggunya
flora dan fauna.
 Suara ledakan (Air Blast) mengakibatkan terjadinya kejutan dan kaca jendela
bergetar.
 Getaran bumi ( (ground vibratioan) mengakibatkan rusaknya struktur bangunan.
 Batu Melayang (flying rock) mengakibatkan terjadinya korban manusia (mati,
luka) dan dapat juga merusak bangunan dan sebagain.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian – uraian di atas khususnya pada bagian peledakan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. PT. Semen Baturaja merupakan pabrik semen yang melakukan
penambangan batu kapur kearah bawah ( Pit Type System)
2. Giometri peledakan terdiri dari burden, spasi,tinggi jenjang,stemming dan
subdriling.
3. Proses penambangan batu kapur melalui tahap pembersihan lahan,
pengupasan tanah penutup, peledakan,pemuatan, pengangkutan dan
penghancuran.
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 14 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index

4. Cara – cara yang digunakan untuk mengurangi ground vibration tersebut


adalah dengan memperhatikan kedalaman dan dia meter lubang bor 3,5
inch ( sesuai dengan daerah sekitar), membuat arah peledakan menjauhi
daerah pemukiman penduduk,menggunakan jeda delay terbesar yakni 0,75
milisekon, menerapkan cara-cara peledakan yang tepat serta menggunakan
geometri peledakan yang tepat.
5. PPV yang aman menurut keputusan Mentri Lingkungan Hidup no KEP-
49/MENLH/111996 adalah dibawah 13 mm/s.
6. PVS yang aman menurut SNI 7571-2010 adalah 3 mm/s.

Rekomendasi
Berdasarkan pengamatan di lapangan dapat diberikan saran yang kiranya dapat
berguna bagi kemajuan PT. Semen Baturaja, yaitu :
1. Metode dan sistem pengeboran dan peledakanya hendaknya dapat di
tetapkan (penyeragaman jarak dan spasi) sehingga dapat menghindari atau
mengurangi kemungkinan tonjolan – tonjolan pada dasar lantai kerja, juga
boulder dari hasil peledakan yang dapat mengakibatkan terganggunya
kelancaran operasi pengangkutan dan pemuatan.
2. Menerapkan teknik peledakan yang updete.
3. Hendaknya pengawasan kerja dan keterampilan operasi perlu ditingkatkan
agar dapat mempertinggi efisiensi dan optimalisasi kerja serta meningkatkan
produktifitas dan keselamatan kerja.
4. Lakukan peledakan pada keadaan cuaca yang baik, jangan melakukan
peledakan pada cuaca mendung dan hujan.
5. Pemeliharaan jalan hendaknya dilakukan sesering mungkin dan berkala
karena dengan jalan yang baik maka pengangkutan pun akan lancar dan
produksi akan meningkat.
Siti Aminah, Safaruddin, Melody Lingua Franca

6. Hendaknya dilakukan penyemprotan /pembersihan debu secara berkala


untuk mengurangi debu pada musim kemarau.

Daftar Pustaka
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2010, Modul Teori Peledakan.
Bandung.
Skripsi Syatria tito, 2014, Analisis Fragmentasi Untuk Memperkecil Lemparan Batuan
(Flying Rock) pada Tambang Terbuka PT. BUKIT ASAM (PERSERO),TBK.
Tanjung Enim.
https://www.google.co.id/gws_rd=ssl#q=analisis+ground+vibration.
http://www.slideshare.net/ipungji/dasar-dasar-peledakan.
Pengetahuan Tim Diklat Pengendalian Dampak Negatif Ledakan. 2011.

Pengetahuan Dasar Bahan Peledak dan Teknik Peledakan. Pusat Diklat Teknologi
Mineral dan Batubara : Bandung.

Suwandhi, Awang, MSc,Ir 2011. Pengaru Vibrasi Akibat Peledakan. Pusat Diklat
Teknologi Mineral dan Batubara : bandung.

Tim Dahana. 2006. Pengukuran Ground Vibration dan Air Blast di PT. Semen
Baturaja (pesero). Divisi Kuari dan Konsultasi : Baturaja.

Tim Diklat Juru Ledak pada Kegiatan Penambangan Bahan galian ( Juru Ledak
Kelas II) 2010. Pendidikan dan Pelatihan. Pusdiklat Teknologi Mineral dan
Batubara : Bandung

Tim Diklat Pengendalian Dampak Negatif Peledakan. 2011 Fly Rock. Pusat Diklat
Teknologi Mineral dan Batubara : Bandung.

View publication stats

You might also like