Professional Documents
Culture Documents
Andi Hafiz Maulana, Boby Laksmana Putra, Devira Lailia Nur Arditasari, Galang
Raga Satria, Varid Verdiansa, Zahrotul Lailia
Teknik Sipil/D3 Teknik Sipil/Politeknik Negeri Malang
Email: zhrla1201@gmail.com andia6554@gmail.com satriaraga005@gmail.com putrabobbi917@gmail.com
Varidverdiansa661@gmail.com deviranur13@gmail.com
Abstract
The application of spirit level and theodolite measurements is important in determining vertical and
horizontal positions. A water level is used to determine the slope of a vertical plane, while a theodolite is used
to measure horizontal angles. Both provide high accuracy in construction surveys and mapping. This practicum
aims to provide information regarding the horizontal and vertical position of the Malang State Polytechnic
campus area.
In this practicum, data is obtained from measurements using a spirit level and theodolite, namely data
on determining height values (elevation) and coordinates. To determine height (elevation) using the differential
leveling method, it is necessary to calculate the level distance (optical distance), height difference and
elevation. Meanwhile, to determine coordinate values, a point can be calculated if the azimuth and distance
from the reference point are known. This is based on the polar method coordinate system, namely closed
polygons and open polygons. The results of this research provide information regarding measurement results in
the form of flow data, vertical and horizontal angle data, height differences and coordinates at several points in
the Malang State Poitechnic campus area, from which a profile image is then made explaining these
measurements.
Abstrak
Penerapan pengukuran waterpass dan theodolite penting dalam menentukan posisi vertikal dan
horizontal. Waterpass digunakan untuk menentukan kemiringan suatu bidang vertikal, sedangkan theodolite
untuk mengukur sudut horizontal. Keduanya memberikan akurasi tinggi dalam survey dan pemetaan konstruksi.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi horizontal dan vertikal area kampus
Politeknik Negeri Malang. Data pengukuran diperoleh menggunakan waterpass dan theodolite. Datanya berupa
nilai elevasi dan koordinat. Elevasi ditentukan menggunakan metode differential levelling dan diperlukan
perhitungan jarak datar (jarak optis), beda tinggi dan elevasi. Sedangkan untuk menentukan nilai koordinat,
suatu titik dapat dihitung jika diketahui azimuth dan jaraknya dari titik referensi. Hal ini berdasarkan pada
sistem kooordinat metode polar untuk menentukan koordinat pada konfigurasi poligon tertutup dan poligon
terbuka. Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai posisi vertikal pada jalur tertutup sepanjang
137,61m dapat diketahui bahwa jalur tertutup tersebut memenuhi syarat geometris ∑ ∆ h=0yaitu sebesar -
0,21m. Elevasi pada titik 2 jalur tertutup digunakan sebagai elevasi awal perhitungan elevasi jalur terbuka.
Sedangkan pada penentuan posisi horizontal, syarat geometris jalur tertutup telah memenuhi ketentuan. Dengan
nilai fβ=−0 ° 9 30, fx=0,43, fy=0,268. Sehingga koordinat awal sama dengan koordinat akhir, dan azimuth
awal sama dengan azimuth akhir. Selanjutnya dilakukan pengukuran poligon terbuka tidak terikat dihitung
menggunakan koordinat awal dari titik 3 di poligon tertutup yang telah memenuhi syarat geometris. Selain itu
perhitungan volume galian dan timbunan dioterapkan pada jalur terbuka dan tertutup. Pada penentuan posisi
vertikal sehingga diperoleh volume galian sebesar 0,022m berada pada titik 5 kemudian volume timbunan
sebesar 0,56m pada titik 2, 3, dan 4.
Kata Kunci: Waterpass, Theodolite, Pengukuran Posisi Horizontal, Pengukuran Vertikal, Elevasi, Koordinat.
1. Pendahuluan
Penenetuan posisi vertikal dengan mengaplikasikan waterpass dan theodolite sangat penting dalam
memperoleh data untuk keperluan di bidang konstruksi bangunan, jalan maupun jembatan. Posisi vertikal dan
horizontal tidak terlepas dari ukur tanah. Ukur tanah merupakan bagian dari seni pengukuran secara luas
(surveying) yaitu penentuan posisi relatif pada, di atas, atau di bawah permukaan bumi (Syaifullah, 2014). Ukur
tanah dilakukan untuk mendapatkan posisi vertikal dan horizontal suatu objek atau titik secara 3 dimensi dalam
system koordinat kartesian atau pun geografis.
Menurut DiBiase, 2009 mendefinisikan posisi vertikal sebagai “Height of a point relative to some reference
surface, such as mean sea level, a geoid, or an ellipsoid.” Sedangkan posisi horizontal adalah “Ocation of a
1
point relative to two axes: the equator and the prime meridian on the globe, or x and y axes in a plane
coordinate system. Control points tie coordinate systems to actual locations on the ground; they are the
physical manifestations of horizontal datums”. Oleh karena itu, tujuan dilakukannya pengukuran ini yaitu untuk
mengetahui tinggi rendahnya lokasi, serta mengetahui posisi vertikal dan posisi horizontal area kampus
Politeknik Negeri Malang. Selain itu, pengukuran ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai
posisi horizontal dan vertikal. Lebih dari itu, hasil perhitungan vertikal akan diaplikasikan ke dalam volume
galian dan timbunan. Metode pengukuran yang digunakan untuk penentuan posisi vertikal dan horizontal adalah
differential levelling, trigonometri, dan poligon (terbuka dan tertutup).
Studi tentang penentuan posisi vertikal dan horizontal telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Novriza, F.,
2020 yang mengkaji tentang pemetaan topografi menggunakan total station pada komplek Sekolah Terpadu
Teuku Umar Aceh Barat. Metode pengukuran menggunakan alat total station SOKKIA Link SOKKIA Tools,
dan Land Desktop. Hasil pengukuran didapatkan data elevasi permukaan tanah asli dengan luas 8.645m 2.. Titik
terendah permukaan tanah berada pada titik P9 dengan elevasi 2,01m. Hal ini disebabkan pada daerah tersebut
merupakan daerah rawa-rawa. Sedangkan, elevasi tertinggi permukaan tanah berada pada titik BM dengan
elevasi 3,00m. Hal ini disebabkan pada daerah tersebut merupakan permukaan tanah yang berbukit. Sedangkan
Dewi, C., 2017 yang mengkaji tentang bantuan teknis pemetaan situasi areal perumahan Griya Tanpan Sejahtera
Kelurahan Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Peta tersebut diperoleh dari data ukur di
lapangan yang meliputi pengukuran kerangka kontrol horizontal (poligon terbuka dan tertutup) dan kerangka
kontrol vertikal (metode sipat datar dan trigonometri levelling). Hasilnya yaitu diperoleh batas toleransi
kesalahan penutup sudut untuk poligon utama yaitu: ∑ƒδ ≤ ± 10” √n. Sehingga hasil pengukuran sudut
horizontal masuk toleransi. Sedangkan batas toleransi kesalahan jarak linier pada poligon utama adalah
0,000032683. Selain itu toleransi kesalahan penutup adalah: f∆h = 0,2635 m. Berdasarkan penelitian-penelitian
di atas, maka penelitian ini difokuskan untuk mengkaji tentang pengukuran posisi titik-titik objek dilapangan
menggunakan metode differential levelling, trigonometris, dan poligon (terbuka dan tertutup).
2
Gambar 2. 1 Gambar representasi lokasi pengukuran waterpass dan theodolite
Lokasi pengukuran terletak di kampus Politeknik Negeri Malang dengan konfigurasi
pengukuran terdiri dari poligon tertutup sebanyak 5 titik. Pengukuran tersebut dimulai dari titik ke-1
sampai titik ke-5 dengan mengelilingi lapangan upacara sampai kembali pada titik ke-1. Kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran poligon terbuka sebanyak 10 titik dengan panjang lintasannya 169m.
Dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2023. Sedangkan pelaksaan pengukuran posisi horizontal
menggunakan theodolite dilaksanakan 2 kali pada tanggal 16 November 2023 dan 22 November.
Pelaksanaan pengukukuran vertikal dan horizontal menggunakan beberapa alat yaitu waterpass dan
theodolite, tripot, rambu ukur, roll meter, palu, payung, paku, kertas folio. Gambar 2.1 merupakan
reperesentasi dari lokasi pengukuran waterpass dan theodolite.
3
Pada pengukuran menggunakan theodolite dilakukan pembacaan benang atas, tengah, bawah
pada arah pengukuran backsight dan foresight dengan penggunaan metode trigonometris dan
poligon (tertutup dan terbuka tidak terikat) selain itu juga dilakukan pengukuran tinggi alat
dan jarak langsung. Gambar 2.3 merupakan proses pengukuran menggunakan theodolite di
lapangan.
MULAI
PERSIAPAN
POLIGON TERBUKA
POLIGONTERTUTUP
POLIGON TERBUKA TIDAK TERIKAT
SIPAT DATAR TERBUKA (LONG
(LONG SECTION)
SECTION)
PERHITUNGAN HORIZONTAL
PROFIL MELINTANG (CROSS AZIMUTH DAN
SECTION) DATA UKURAN
JARAK
BA,BB,BT,HI,D OPTIS
DAN D LANGSUNG
4 Fb = Sigma
Beta - n x 180
PERHITUNGAN
BA,BB,BT,HI,D OPTIS
DAN D LANGSUNG
H AWAL=
H AKHIR
PENGGAMBARAN TITIK
PENGGAMBARAN TITIK KOORDINAT
PROFIL
PERHITUNGAN VOLUME
GALIAN / TIMBUNAN
SELESAI
Pengumpulan data dilaksanakan dengan waterpass dan theodolite berdasarkan pada metode
differential levelling dan trigonometri untuk menentukan beda tingginya. Sedangkan penentuan
posisi horizontal menggunakan theodolite dengan mengukur sudut jurusan (azimuth) dan jarak
langsung antar titik. Setelah itu dilanjutkan dengan pengolahan data berdasarkan pada kedua metode
di atas untuk menentukan beda tinggi dan koordinat dalam arah horizontal (X dan Y). Proses
selanjutnya yaitu penggambaran profil baik itu profil memanjang maupun profil melintang dan
dilanjutkan dengan perhitungan volume galian dan timbunan. penggambaran titik koordinat juga
dilakukan untuk mengetahui letak atau posisi titik-titik di lapangan. Analisis dilakukan untuk
mengetahui ketelitian data ukuran. Kemudian yang terakhir yaitu dilakukan pelaporan dalam bentuk
penulisan artikel ilmiah
d=100(BA−BB) (2.1)
d merupakan jarak yang akan dicari saat menggunakan waterpass, BA merupakan bacaan
benang atas sedangkan BB merupakan bacaan benang bawah.
2
d=100 ( BA−BB )∗sin Z (2.2)
d merupakan jarak yang akan dicari saat menggunakan theodolite, BA merupakan bacaan
benang atas dan BB merupakan bacaan benang bawah. Sedangkan V merupakan sudut zenith.
∆ h23 merupakan beda tinggi titik 2 dan 3 yang akan dicari, BT (2) merupakan bacaan benang
tengah di titik 2 dan BT(3) yaitu bacaan benang tengah di titik 3.
5
alat yang diukur menggunakan roll meter dan BT merupakan bacaan benang tengah pada
rambu.
HB=HA + ∆ H AB (2.5)
HB merupakan elevasi dititik B yang akan dicari, HA merupakan elevasi yang diketahui
sedangkan ∆ H AB merupakan beda tinggi anatara titik A dan titik B.
d
δ 12 = (−fh ) (2.7)
∑d
d merupakan jarak antar titik, ∑d merupakan jumlah total seluruh jarak antar titik. Sedangkan
fh adalah total dari jumlah ∆ h.
XB merupaan koordinat titik B pada sumbu absis yang akan dicari. XA adalah koordinat
titik A pada sumbu absis yang telah diketahui. dAB merupakan jarak antara titik A dan B.
AB merupakan azimut garis AB sedangkan δ x 1 merupakan koreksi sumbu X.
YB merupaan koordinat titik B pada sumbu ordinat yang akan dicari. YA adalah koordinat
titik A pada sumbu ordinat yang telah diketahui. dAB merupakan jarak antara titik A dan
B. AB merupakan azimut garis AB sedangkan δy 1 merupakan koreksi sumbu Y.
4. Menghitung kesalahan jarak ukuran dalam arah x : (fx) dan arah y : (fy)
Menghitung kesalahan total jarak ukuran absis (fx):
fx={∑(d sin α )} (2.15)
Menghitung kesalahan total jarak ukuran ordinat (fy):
fy={∑(d cos α )} (2.16)
b. Poligon terbuka
Koordinat suatu titik dapat dihitung jika diketahui azimuth dan jaraknya dari titik
referensi. Azimuthnya diketahui dengan pengukuran sudut, sementara jaraknya diukur
secara langsung di lapangan. Jika titik A diketahui koordinatnya, kemudian dari titik A ke
titik B diukur azimuth dan jaraknya, maka koordinat titik B dapat dihitung dengan cara
yang sama seperti perhitungan koordinat metode polar pada persamaan 2.8 dan 2.9.
Tabel 3. 1 Bacaan Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), Benang Bawah (BB)
Tabel 3. 3 Tabel Bacaan Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), Benang Bawah (BB)
Berdasarkan persamaan nomor 2.1, untuk mengetahui jarak optik di titik 1 sampai titik 10 bisa
menggunakan rumus d = 100(BA-BB).
Untuk menenentukan elevasi terdapat pada persamaan nomor 2.7 dengan menggunakan rumus
HB=HA + ∆ H AB, dan diperoleh hasil berikut ini:
8
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Elevasi
TITIK ELEVASI
HA 99,71
HB 99,53
HC 99,368
HD 99,497
HE 99,707
HF 99,827
HG 100,43
HH 100,101
HI 100,719
HJ 100,794
Tabel 3. 5 Tabel Bacaan Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), Benang Bawah (BB)
9
CROSS-SECTION dengan WATERPASS
CROSS KIRI
CROSS KANAN (meter)
STA d STA (meter) d
BA BT BB BA BT BB
FA 1,388 1,371 1,356 3,2 FA’ 1,439 1,424 1,408 3,1
FB 1,388 1,37 1,352 3,6 FB’ 1,332 1,308 1,284 4,8
FC 1,286 1,265 1,244 4,2 FC’ 1,339 1,311 1,283 5,6
FD 1,295 1,27 1,246 4,9 FD’ 1,331 1,3 1,269 6,2
FE 1,312 1,282 1,252 6 FE’ 1,322 1,289 1,252 7
FF 1,315 1,279 1,243 7,2 FF’ 1,229 1,187 1,144 8,5
HI=1,4
GA 1,481 1,45 1,43 5,1 GA’ 1,243 1,226 1,209 3,4
GB 1,478 1,445 1,412 6,6 GB’ 1,105 1,072 1,041 6,1
GC 1,449 1,409 1,369 8 GC’ 0,978 0,938 0,899 7,9
GD 1,432 1,389 1,346 8,6 GD’ 0,97 0,921 0,873 9,7
GE 1,42 1,37 1,321 9,9 GE’ 0,911 0,851 0,79 12,1
GF 1,306 1,244 1,182 12,4 GF’ 0,89 0,825 0,759 13,1
HI=1,42
HA 1,431 1,399 1,389 4,2 HA’ 1,46 1,447 1,434 2,6
HB 1,433 1,408 1,384 4,9 HB’ 1,471 1,454 1,438 3,3
HC 1,431 1,402 1,373 5,8 HC’ 1,331 1,306 1,281 5
HD 1,479 1,447 1,415 6,4 HD’ 1,426 1,398 1,37 5,6
HE 1,522 1,486 1,449 7,3 HE’ 1,408 1,377 1,347 6,1
HF 1,495 1,441 1,388 10,7 HF’ 1,303 1,268 1,232 7,1
HI=1,41
IA 1,4 1,372 1,345 5,5 IA’ 1,411 1,389 1,367 4,4
IB 1,588 1,558 1,528 6 IB’ 1,421 1,395 1,369 5,2
IC 1,628 1,599 1,562 6,6 IC’ 1,43 1,4 1,371 5,9
ID 1,658 1,621 1,585 7,3 ID’ 1,408 1,375 1,343 6,5
IE 1,659 1,621 1,582 7,7 IE’ 1,408 1,375 1,341 6,7
IF 1,679 1,629 1,578 10,1 IF’ 1,375 1,339 1,302 7,3
HI=1,4
JA 1,519 1,502 1,484 3,5 JA’ 1,182 1,166 1,149 3,3
JB 1,612 1,588 1,565 4,7 JB’ 1,181 1,161 1,14 4,1
JC 1,641 1,613 1,586 5,5 JC’ 1,184 1,16 1,134 5
JD 1,649 1,618 1,587 6,2 JD’ 1,189 1,158 1,128 6,1
JE 1,657 1,623 1,59 6,7 JE’ 1,168 1,133 1,098 7
JF 1,68 1,642 1,604 7,6 JF’ 1,169 1,13 1,09 7,9
HI=1,42
Berdasarkan persamaan nomor 2.1, untuk mengetahui jarak cross kanan dan cross kiri di titik 1 sampai
titik 5 bisa menggunakan rumus d = 100(BA-BB).
Untuk menenentukan elevasi terdapat pada persamaan nomor 2.7 dengan menggunakan rumus
HB=HA + ∆ H AB, dan diperoleh hasil berikut ini
10
Tabel 3. 6 Hasil Perhitungan Elevasi
Untuk menghitung kesalahan total sudut ukuran terdapat pada persamaan nomor 2.10 dengan rumus f
β = {∑ β−n .180 ° }, dan mendapatkan hasil -0 ° 9’30”.
11
Untuk menghitung besarnya sudut ukuran terdapat pada persamaan nomor 2.11 dengan rumus (∆ β ¿=
−fβ
, dan mendapatkan hasil 0 ° 1’54”.
N
Untuk menghitung nilai sudut terkoreksi terdapat pada persamaan nomor 2.12 dengan rumus β 1+ ∆ β
, dan mendapatkan hasil berikut ini:
Untuk menghitung nilai sudut azimuth terdapat pada persamaan nomor 2.13 dengan rumus α 23= α 12 - β
2 - 180° , dan mendapatkan hasil berikut ini:
Untuk menghitung kesalahan total jarak ukuran arah absis tedapat pada persamaan nomor 2.16 dengan
rumus fy = {∑(d cos α)}, dan mendapatkan hasil 0,268.
Untuk menghitung koreksi setiap jarak ukuran dalam arah x terdapat pada persamaan nomor 2.17
d
dengan rumus δ x 1= (−fx), dan mendapatkan hasil:
∑d
Untuk menghitung koreksi setiap jarak ukuran dalam arah y terdapat pada persamaan nomor 2.18
d
dengan rumus δ y1 = (−fy) , dan mendapatkan hasil:
∑d
Untuk menghitung koordinat titik terdapat pada persamaan nomor 2.8 dan 2.9 dengan rumus XB = XA +
(dAB. sin AB)+δ x 1) dan YB = YA + (dAB. cos AB)+δ y1 , mendapatkan hasil:
12
POLIGON TERBUKA dengan THEODOLITE
FS BS
TITIK TITIK
HR HL BA BT BB V % HI D HR HL BA BT BB V % HI D
3-A 289°14’40” 70°45’20” 11,4 10,21 9,05 91°08’35” -0,249% 1,4m 23,450m A-3 131°00’55” 228°59’05” 17,7 16,51 15,38 90°16’45” -0,488% 1,43m 23,199m
A-B 313°51’45” 46°08’15” 14,21 13,2 12,2 88°56’00” 1,860% 1,43m 20,093m B-A 98°53’00” 261°02’05” 17,27 16,3 15,33 90°41’45” -1,215% 1,42m 19,397m
B-C 252°27’55” 107°32’05” 10,5 9,7 8,9 90°28’20” -0,825% 1,42m 15,999m C-B 94°28’25” 265°31’35” 18,1 17,3 16,49 90°08’00” -0,233% 1,45m 16,1m
C-D 282°17’00” 77°43’00” 18,21 17,65 17,1 89°16’15” 1,272% 1,45m 11,098m D-C 91°42’30” 268°17’30” 16,3 15,76 15,2 88°16’05” 3,023% 1,43m 10,990m
D-E 253°20’25” 106°39’35” 16,14 15,6 15,06 91°29’25” -2,601% 1,43m 10,793m E-D 110°41’25” 249°18’35” 6,81 6,25 5,7 92°08’50” -3,749% 1,44m 11,084m
E-F 220°57’35” 139°02’25” 10,01 9,39 8,88 94°25’35” -7,740% 1,44m 11,233m F-E 40°33’30” 319°26’30” 4,9 4,29 3,68 92°25’10” -4,225% 1,43m 12,178m
F-G 239°03’50” 120°56’10” 14,31 13,81 13,28 91°24’00” -2,443% 1,43m 10,294m G-F 32°14’00” 327°46’00” 8,03 7,51 6,99 92°17’05” -3,990% 1,4m 10,383m
G-H 213°02’20” 146°57’40” 14,47 13,94 13,42 92°47’50” -4,892% 1,4m 10,475m H-G 57°57’25” 302°02’35” 11,15 10,64 10,12 89°11’05” 1,422% 1,42m 10,298m
H-I 274°12’00” 85°48’00” 13,34 12,98 12,6 93°56’30” -6,889% 1,42m 7,365m I-H 90°19’25” 262°34’20” 10,98 10,5 10,23 90°19’25” -0,564% 1,5m 7,499m
I-J 236°30’15” 123°29’45” 8,69 6,8 4,9 98°35’35” -15,111% 1,5m 37,054m J-I 41°58’20” 318°01’40” 16,15 14,3 12,43 82°45’25” 12,708% 1,5m 36,609m
J-K 121°42’25” 238°17’35” 15,43 14,78 14,09 90°01’30” -0,043% 1,5m 13,4m K-J 296°31’25” 63°28’35” 15,68 15 14,34 90°09’05” -0,263% 1,51m 13,4m
K-L 133°36’15” 226°23’45” 14,68 14,11 13,56 89°45’05” 0,434% 1,51m 11,2m L-K 334°26’50” 25°33’10” 12,69 12,12 11,58 92°17’45” -4,010% 1,51m 11,082m
L-M 155°08’25” 204°51’35” 13,91 13,31 12,7 90°19’55” -0,578% 1,51m 12,099m M-L 317°18’05” 42°41’55” 16 15,4 14,79 90°38’00” -1,105% 1,56m 12,099m
M-N 116°30’55” 243°29’05” 16,12 15 13,9 84°43’50” 9,222% 1,56m 22,013m N-M 321°18’25” 38°41’35” 14,11 13,01 11,9 95°56’45” -10,415% 1,52m 21,863m
N-O 184°44’10” 175°15’50” 13,31 12,8 12,28 91°11’30” -2,079% 1,52m 10,296m O-N 350°42’25” 9°17’35” 14,29 13,77 13,25 90°55’05” -1,602% 1,53m 10,397m
O-P 143°08’25” 216°51’35” 17,28 16,84 16,42 88°59’15” 1,767% 1,53m 8,597m P-O 324°16’35” 35°43’25” 14,56 14,14 13,71 90°49’35” -1,442% 1,55m 8,498m
P-Q 144°51’00” 215°09’00” 14,52 13,95 13,38 91°49’20” -1,436% 1,55m 11,398m Q-P 308°50’15” 51°09’45” 18,7 18,1 17,51 88°34’15” 2,493% 1,56m 11,893m
Berdasarkan persamaan nomor 2.4, untuk mengetahui jarak di titik 1 sampai titik 17 bisa menggunakan
rumus ∆h=100(BA-BB)(sin V cos V+(Hi-BT))
Untuk menghitung nilai sudut azimuth terdapat pada persamaan nomor 2.14 dengan rumus α 23= α 12 +
β 2 - 180° , dan mendapatkan hasil berikut ini:
Untuk menghitung koordinat titik terdapat pada persamaan nomor 2.19 dan 2.20 dengan rumus XB =
XA + (dAB. sin AB) dan YB = YA + (dAB. cos AB), mendapatkan hasil:
13
Tabel 3. 12 Hasil Perhitungan Koordinat
TITIK KOORDINAT X Y
A (966,889 ; 1033,921) 966,889 m 1033,921 m
B (948,271 ; 1041,478) 948,271 m 1041,478 m
C (942,289 ; 1041,026) 942,289 m 1040,026 m
D (931,212 ; 1041,701) 931,212 m 1041,701 m
E (920,781 ; 1038,929) 920,781 m 1038,929 m
F (919,726 ; 1027,746) 919,726 m 1027,746 m
G (915,557 ; 1018,334) 915,557 m 1018,334 m
H (911,18 ; 1008,817) 911,18 m 1008,817 m
I (904,743 ; 1005,239) 904,743 m 1005,239 m
J (887,855 ; 972,257) 887,855 m 972,257 m
K (900,68 ; 968,373) 900,68 m 968,373 m
L (909,973 ; 962,121) 909,973 m 962,121 m
M (919,929 ; 955,247) 919,929 m 955,247 m
N (941,303 ; 949,982) 941,303 m 949,982 m
O (946,87 ; 941,321) 946,87 m 941,321 m
P (954,337 ; 937,062) 954,337 m 937,062 m
Q (964,181 ; 931,316) 964,181 m 931,316 m
3.2 Pembahasan
4. Daftar Pustaka
Bagian ini berisi tentang referensi yang diperoleh dari berbagai sumber yang tekait dengan penulisan
jurnal/artikel. Contoh berbagai jenis penulisan referensi sebagai berikut:
14
Kufoniyi O. & Ajibade S.A., 1999. Facing the Challenges of Spatial Information Management in the Next
Millenium through Adequate Training Programme. Proceedings of the Technical Session of the 34th
Annual General Meeting and Conference of the Nigerian Institution of Surveyors, 1999.
Referensi dari website:
Water management on land. Diakses dari: https://www.fig.net/fig2020/landwatertour.htm, pada 10 Februari,
2023.
Peta Pola Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudra India Ekuatorial. Diakses dari:
http://www.jamstec.go.jp/frsgc/research/d1/iod/. Pada 10 Februari, 2023.
www.google.earth.com. Pada 10 Februari 2023.
15