Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
ALJULI SYAH PUTRA
2210003811036
DOSEN PENGAMPU:
Fani Ratny Pasaribu S.AP,. M.A.P
PROGRAM STUDI:
Prodi Ilmu Administrasi Negara
Bismillahi Rahmanirohim
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan rahmat dan
karunia –Nya kepada penulis, sehingga dapat menyusun Makalah ini dengan
baik sesuai dengan saran dan masukan dari Dosen: FANI RATNY PASARIBU
S.AP,.M.A.P. Makalah ini merupakan salah satu kewajiban bagi setiap
mahasiswa atau mahasiswi yang mengambil Mata Kuliah Sistem Administrasi
Perpajakan di program studi, Ilmu Administrasi Negara, dalam usaha untuk
mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Ekasakti Padang.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tentunya
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala bentuk
kritikan dan saran untuk kesempurnaan Makalah ini sangat penulis harapkan.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat untuk kita semua, sekian
terima kasih.
Cover
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2. Tujuan Dan Manfaat....................................................................................................................2
BAB 2 Kajian Teori.....................................................................................................................................3
2.1. Tujuan Pajak................................................................................................................................3
2.2. Keadilan Pajak ............................................................................................................................4
2.3. Prosedur Perpajakan....................................................................................................................5
2.4. Ketentuan Umum.........................................................................................................................5
BAB 3 Pembahasan Dan Studi Kasus
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................................................................7
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................................7
3.2. Saran.................................................................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
• LATAR BELAKANG
Pajak adalah istilah yang tidak asing lagi bagi kita, peranannyapun dalam pengembangan suatu
Negara juga sangat besar. Karena itu, di Indonesia banyak Undang-Undang maupun peraturan
perundang-undangan yang menjelaskan tentang pajak. Dari periode ke periode peraturan tentang
pajak selalu mengalami perubahan, begitupun di Indonesia. Sehingga muncullah istilah-istilah
baru tentang perpajakan yang harus diketahui oleh orang banyak. Selain itu perlu disadari juga
bahwa sebagian besar penduduk indonesia yang belum mempunyai NPWP, padahal NPWP
tersebut sangat penting bagi pembangunan Negara. Maka dari itu kami membuat makalah ini
guna memberi tahu pembaca tentang NPWP dan menumbuhkan kesadaran pembaca untuk
membayar pajak.
Tujuan kami menulis makalah dan mengangkat Tema mengenai “KETENTUAN UMUM DAN
TATA CARA PERPAJAKAN” ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan.
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan kami dan pembaca tentang
masalah Perpajakan. Selain itu supaya ada kesadaran pada diri kami dan pembaca untuk tertib
membayar pajak.
BAB II
“KAJIAN TEORI”
Ketentuan umum dan tata cara perpajakan merujuk pada seperangkat aturan dan prosedur yang
mengatur bagaimana perpajakan berfungsi dalam suatu negara. Ini mencakup berbagai aspek
perpajakan, termasuk penghitungan pajak, pelaporan, pembayaran, dan penegakan hukum. Kajian teori
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan biasanya mencakup beberapa poin penting,
termasuk:
Tujuan Pajak: Teori ini menganalisis tujuan dari sistem perpajakan. Apakah tujuannya adalah untuk
mendapatkan pendapatan bagi pemerintah, mengatur perilaku ekonomi, atau mencapai tujuan sosial,
seperti redistribusi kekayaan.
Keadilan Pajak: Memeriksa berbagai prinsip keadilan dalam perpajakan, termasuk apakah pajak harus
progresif, proporsional, atau regresif. Pertanyaan-pertanyaan etis tentang apakah pajak harus berat bagi
orang kaya atau miskin juga seringkali menjadi fokus kajian.
Sumber Pajak: Mempelajari berbagai sumber pendapatan pajak, seperti pajak penghasilan, pajak
konsumsi, pajak properti, dan pajak lainnya. Diskusi tentang manfaat dan kerugian dari masing-masing
jenis pajak biasanya termasuk dalam kajian ini.
Prosedur Perpajakan: Membahas tata cara perpajakan, yang mencakup bagaimana pajak dihitung,
bagaimana wajib pajak melaporkan pendapatan dan pembayaran pajaknya, serta prosedur penegakan
hukum dan penanganan sengketa perpajakan.
Ketentuan Umum: Melibatkan aspek-aspek umum yang mengatur perpajakan, seperti definisi-definisi
umum, kewajiban pajak, pengecualian, dan penghindaran pajak.
Ketentuan Khusus: Kadang-kadang, ada peraturan khusus yang diterapkan pada sektor-sektor
tertentu atau jenis-jenis transaksi tertentu. Kajian ini dapat mencakup analisis peraturan tersebut.
Efisiensi Ekonomi: Menilai dampak ekonomi dari sistem perpajakan, seperti apakah pajak dapat
mempengaruhi investasi, konsumsi, dan pertumbuhan ekonomi. Diskusi tentang dampak pajak terhadap
alokasi sumber daya juga sering menjadi bagian penting dari kajian ini.
Perbandingan Antar Negara: Membandingkan sistem perpajakan dari berbagai negara untuk
memahami perbedaan dan persamaan dalam pendekatan perpajakan mereka.
Pengaruh Politik dan Kebijakan: Mempelajari pengaruh politik dan faktor kebijakan pada
perubahan dalam hukum perpajakan dan penerapan perpajakan.
Kajian teori mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan seringkali melibatkan analisis hukum,
ekonomi, dan filsafat, serta mempertimbangkan aspek sosial dan politik yang terkait. Ini penting untuk
membantu pemerintah merancang sistem perpajakan yang efisien, adil, dan sesuai dengan tujuan dan
kebijakan mereka.
BAB III
Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 tahun 1994,
dengan UU No. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007. Undang-undang tentang
“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” dilandasi falsafah Pancasila dan UUD 1945. UU No. 28
tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat
pemungut pajak, serta sanksi perpajakan.
Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah self assesment, yaitu Wajib Pajak diberikan
kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung pajak yang terutang, menyetornya, serta melaporkan
penghitungan dan penyetoran pajak tersebut, sedangkan fungsi Direktorat Jenderal pajak adalah
melakukan pengawasan atas sistem self assesment tersebut agar Wajib Pajak melaksanakannya sesuai
dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Penghitungan pajak yang terutang diatur dalam undang-
undang material perpajakan sebagaimana tersebut dalam UU PPh dan UU PPN. Sementara itu
pendaftaran, penyetoran, dan pelaporan pajak, serta wewenang Direktorat Jenderal pajak diatur dalam
undang-undang formal perpajakan sebagaimana tercantum dalam UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana
diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(selanjutnya disebut UU KUP), yang mengatur tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak serta wewenang
Direktorat Jenderal Pajak, termasuk sanksi perpajakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban
perpajakan
B. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
1. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan oleh direktur jendral pajak kepada
wajib pajak sebagai suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakanya . Oleh
karena itu, kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain itu, Nomor
Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib
Pajak diwajibkan mencantumkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) yang dimilikinya. Terhadap Wajib
Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
C. SURAT PEMBERITAHUAN
Surat Pemberitahuan yaitu surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. KUP:pasal 1, angka 11.
b. Fungsi SPT
a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang;
b. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu tahun pajak;
c. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu tahun pajak;
a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan PPn-
BM yang seharusnya terutang;
b. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan oleh Pengusaha Kena
Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak yang telah ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
c. Untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
c. Kewajiban terhadap SPT
• Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam
bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jendral Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak. KUP : Pasal 3
ayat (1)
• Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah :
• Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atas Masa Pajak
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak melewati 15 (lima belas) hari setelah saat
terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir.
• Batas waktu pembayaran untuk kekurangan pembayaran pajak berdasarkan SPT Tahunan paling
lambat sebelum SPT disampaikan.
• Jangka waktu pelunasan surat ketetapan pajak untuk Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di
daerah tertentu paling lama 2 bulan.
d. Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak
Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda administrasi bunga 2% (dua persen)
sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo pembayaran. Wajib Pajak yang alpa tidak
menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan dapat
merugikan negara yang dilakukan pertama kali tidak dikenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari pajak yang kurang dibayar.
Wajib Pajak (orang pribadi atau badan) dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya harus sesuai
dengan sistem self assessment, yaitu wajib melakukan sendiri penghitungan, pembayaran, dan
pelaporan pajak terutang.
a. Kewajiban Membayar Pajak
Mekanisme Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak dapat dijelaskan sebagai berikut:
I. Membayar sendiri pajak yang terutang:
Pembayaran angsuran PPh setiap bulan (PPh Pasal 25)
Pembayaran PPh Pasal 25 yaitu pembayaran Pajak Penghasilan secara angsuran. Hal ini dimaksudkan
untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam melunasi pajak yang terutang dalam satu tahun pajak.
Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak yang akan terutang pada akhir tahun dengan
membayar sendiri angsuran pajak tersebut setiap bulan.
Khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang sumber penghasilannya dari usaha dan pekerjaan bebas,
pembayaran angsuran PPh Pasal 25 terbagi atas 2 yaitu:
Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT).
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha penjualan barang baik secara grosir maupun eceran dan usaha penyerahan jasa, yang
mempunyai satu atau lebih tempat usaha termasuk yang memiliki tempat usaha yang berbeda dengan
tempat tinggal.
Angsuran PPh Pasal 25 Wajib Pajak OPPT : 0,75% x jumlah peredaran usaha (omset) setiap bulan dari
masing-masing tempat usaha
Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (OPSPT).
Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak OPSPT : Penghasilan Kena Pajak x Tarif PPh Pasal 17 ayat (1)
huruf a UU PPh : 12 bulan.
Tarif Pasal 17 ayat (1) a UU PPh adalah :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%
di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%
di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%
di atas Rp 500.000.000,- 30%
b. Untuk Wajib Pajak Badan, besarnya pembayaran Angsuran PPh 25 yang terutang diperoleh dari
penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif PPh yang diatur di Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang
Undang Pajak Penghasilan. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) UU PPh adalah 25%.
Khusus untuk Wajib Pajak badan yang peredaran bruto setahun sampai dengan Rp 50.000.000.000,-
mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat
(2a) UU PPh, yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari peredaran bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,-
c. Membayar PPh melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15,
PPh Pasal 21, 22, dan 23, serta PPh Pasal 26).
Pihak lain disini adalah:
Pemberi penghasilan;
Pemberi kerja; atau
Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.
Penjelasan lebih lanjut mengenai pemotongan dan pemungutan pajak diuraikan lebih lanjut pada bagian
Pemotongan/Pemungutan (butir 2).
Membayar PPN kepada pihak penjual atau pemberi jasa ataupun oleh pihak yang ditunjuk
pemerintah.
Tarif PPN adalah 10% dari harga jual atau penggantian atau nilai ekspor atau nilai lainnya.
Pembayaran Pajak-pajak lainnya:
Pembayaran PBB yaitu pelunasan berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).
Pembayaran Bea Meterai yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang dapat dilakukan dengan cara
menggunakan benda meterai berupa meterai tempel atau kertas bermeterai atau dengan cara lain
seperti menggunakan mesin teraan.
Meterai tempel yang terutang untuk dokumen yang menyebut jumlah (kuitansi) di atas Rp 250.000,-
sampai dengan Rp1.00.000,- adalah Rp3.000,-.
F. PENAGIHAN PAJAK
Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya, Direktorat Jenderal Pajak akan
melakukan penagihan pajak. Tindakan ini dilakukan Apabila Wajib Pajak tidak membayar pajak terutang
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam Surat Tagihan Pajak(STP), atau Surat
Ketetapan Pajak (skp), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
maka DJP dapat melakukan tindakan penagihan. Proses penagihan dimulai dengan Surat Teguran dan
dilanjutkan dengan Surat Paksa. Dalam hal WP tetap tidak membayar tagihan pajaknya maka dapat
dilakukan penyitaan dan pelelangan atas harta WP yang disita tersebut untuk melunasi pajak yang
tidak/belum dibayar.
SANKSI PERPAJAKAN
Dikenal 2 macam sanksi :
1. Sanksi Administrasi : Pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan
kenaikan. Seperti Bunga 2% per tahun, Denda administrasi dsb.
2. Sanksi Pidana : Siksaan/Penderitaan merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang
digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Seperti denda pidana, kurungan, dan penjara.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka akan diterbitkan
suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih
bayar, atau nihil. Berdasarkan pemeriksaan, jenis-jenis ketetapan yag dikeluarkan adalah: Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Disamping itu dapat
diterbitkan pula Surat Tagihan Pajak (STP) dalam hal dikenakannya sanksi administrasi dapat berupa
denda, bunga, dan kenaikan.Sanksi administrasi sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat
taguhan pajak berdasrakan UU No 28 tahun 2007 tentangKetentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.
Tabel sanksi administrasi yang ada dalam surat ketetapan pajak disajikan dalam uraian dibawah ini.
Sanksi denda:
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
1 7 (1) SPT Terlambat disampaikan :
a. Masa Rp100.000 atau Rp500.000 Per SPT
b. Tahunan Rp100.000 atau Rp 1.000.000 Per SPT
2 8 (3) Pembetulan sendiri dan belum disidik 150% Dari jumlah pajak yang kurang dibayar
3 14 (4) pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat faktur pajak atau
membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu; 2% Dari DPP
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap
2% Dari DPP
PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak 2% Dari DPP
Sanksi bunga:
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
1. 8 (2 dan 2a) Pembetulan SPT Masa dan Tahunan 2% Per bulan, dari jumlah pajak yang kurang
dibayar
2. 9 (2a dan 2b) Keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan 2% Per bulan, dari jumlah
pajak terutang
3. 13 (2) Kekurangan pembayaran pajak dalam SKPKB 2% Per bulan, dari jumlah kurang dibayar,
max 24 bulan
4. 13 (5) SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya tindak pidana perpajakan
maupun tindak pidana lainnya 48% Dari jumlah paak yang tidak mau atau kurang dibayar.
5. 14 (3) a. PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2% Per bulan, dari jumlah pajak tidak/ kurang
dibayr, max 24 bulan
b. SPT kurang bayar 2% Per bulan, dari jumlah pajak tidak/ kurang dibayr, max 24 bulan
14 (5) PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan 2% Per
bulan, dari jumlah pajak tidak/ kurang dibayr, max 24 bulan
6. 15 (4) SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya tindak pidana perpajakan
maupun tindak pidana lainnya 48% Dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
7. 19 (1) SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan kurang bayar
terlambat dibayar 2% Per bulan, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
8. 19 (2) Mengangsur atau menunda 2% Per bulan, bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan
9. 19 (3) Kekurangan pajak akibat penundaan SPT 2% Atas kekurangan pembayaran pajak
Sanksi kenaikan:
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
1. 8 (5) Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum terbitnya SKP 50% Dari pajak yang kurang
dibayar
2. 13 (3) Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana disebut dalam surat teguran, PPN/PPnBM yang
tidak seharusnya dikompensasikan atau tidak tarif 0%, tidak terpenuhinya Pasal 28 dan 29
a. PPh yang tidak atau kurang dibayar 50% Dari PPh yang tidak/ kurang dibayar
b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan 100% Dari PPh yang tidak/ kurang dipotong/
dipungut
c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar 100% Dari PPN/ PPnBM yang tidak atau kurang dibayar
3. 15 (2) Kekurangan pajak pada SKPKBT 100% Dari jumlah kekurangan pajak tersebut
BAB IV
PENUTUP
• KESIMPULAN
• Perpajakan diatur dalam Undang-Undang;
• Undang-Undang perpajakan dapat mengalami perubahan sehingga dapat meminbulkan munculnya
isitlah-istilah baru;
• Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sangat diperlukan karena dapat digunakan sebagai identitas
Pengusaha Kena Pajak itu sensiri sdan sebagai sarana pengawasan dalam melaksanakan hak dan
kewajiban PKP di bidang PPN dan PPn-BM;
• Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh menteri keuangan
• Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
• Hak-hak Wajib Pajak antara lain:
• Hak Memperpanjang Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
• Hak Membetulkan Surat Pemberitahuan
• Hak Mengangsur Atau Menunda Pembayaran Pajak
• Hak Memohon Restitusi
• Hak Memohon Pembetulan Surat Tagihan Pajak/Surat Ketetapan Pajak Yang Salah
• Hak Mengajukan Keberatan
• Hak Mengajukan Banding
• Wewenang dan Kewajiban Aparat Perpajakan antara lain:
• Wewenang Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
• Wewenang Menerbitkan Surat Tagihan Pajak
• Wewenang Melakukan Penagihan Pajak
• Wewenang Melakukan Pemeriksaan
• Wewenang Melakukan Penyelidikan
• Wewenang Melakukan Penyegelan
• Wewenang Mengurangkan Atau Menghapuskan Sanksi Administrasi.
• Kewajiban Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
• Kewajiban Memberikan Keputusan
• Kewajiban Memberikan Keterangan
• Kewajiban Menjaga Kerahasiaan Data
• SARAN
Setelah mempelajari makalah ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk membayar pajak, agar
pembangunan di segala sektor yang ada di Negara kita ini dapat berjalan dengan lancar sehingga bias
dinikmati oleh seluruh masayarakat Indonesia.
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana administrasi
perpajakan yang dipergunkan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Setiap Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan, wajib
mendaftarkan pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak untuk di catat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus kepadanya
diberikan NPWP.
Wajib Pajak yang telah terdaftar yaitu Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dan telah diberikan NPWP yang terdiri dari 15 digit : yaitu 9 digit pertama
merupakan kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode administrasi pajak. Kartu NPWP ini
diterbitkan oleh KPP.
Masalah kewajiban mendaftarkan diri diawali dari dasar Pasal 2 UU No. 28 Tahun2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyatakan bahwa “ Setiap Wajib Pajak wajib
mendaftar diri pada Kantor Direktoral Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan NPWP”.
Kewajiban mendaftarkan diri juga diberlakukan terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak terpisah
dari suami karena hidup terpisah berdasarkan putusan hakim atau kehendak sendiri secara tertulis
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Terhadap Wajib Pajak yang tidak
mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dikenakan sanksi sesuai perundang-undangan perpajakan.
Pasal 1 angka 11 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan
objek pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pengaturan SPT tersebut selanjutnya dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan kewajiban Perpajakan berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 dan aturan pelaksanaan pada tingkat
dibawahnya seperti peraturan menteri keuangan.
Kepada Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam UU sehubungan
dengan SPT dikenakan sanksi administrasi dan atau sanksi pidana.
B. SARAN
Setelah mempelajari makalah ini hendaklah kita sadari akan kewajiban kita untuk membayar pajak, agar
pembangunan di segala sektor yang ada di Negara kita ini dapat berjalan dengan lancar sehingga bisa
dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://academia.com/ketentuan-umum-dan-tata-cara-perpajakan.
https://abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2018/01/BAB-VI-kapita-selekta.pdf
DAFTAR PUSTAKA
1. Waluyo, 2007, perpajakan Indonesia, Buku 1 Edisi 7, Penerbit Salemba Empat , Jakarta : Salemba
Empat
2. Gunadi, John L Hutagool, Richard Burton, Buku 1 ( KUP, PBB, BM ), Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI ,1997. bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan dan Pengkajian Perpajakan
3. Ngadiman. 2009. Perpajakan. Surakarta: Sebelas Maret University Press