You are on page 1of 7

RESEACH QUESTIONS IN LINGUISTICS

(PERTANYAAN PENELITIAN DALAM LINGUISTIK)

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum.

DISUSUN OLEH
Amelia Putri Ramadhani 22020144001
Nada Ditia Fitri 22020144005
Putri Ayudhya G. A. 22020144021
Ummu Faizah 22020144035

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
SASTRA INDONESIA
2023/2024
A. Rangkuman
Pertanyaan penelitian adalah kunci dari setiap proyek penelitian empiris. Pertanyaan
penelitian dapat membimbing peneliti dalam menentukan data yang dibutuhkan, metode
pengumpulan data dan analisis data, supaya penelitian bersifat empiris—dapat menjawab satu
atau lebih pertanyaan penelitian dan berkontribusi terhadap pengetahuan. Pertanyaan penelitian
berbeda dengan hipotesis. Hipotesis digunakan dalam bidang ilmu sains, merupakan
pernyataan yang harus diselidiki dan dibuktikan atau disangkal melalui studi empiris, serta
khas dengan penelitian kuantitatif. Sedangkan pertanyaan penelitian digunakan dalam bidang
ilmu sosial dan khas dengan penelitian kualitatif, dan cenderung lebih luas dan eksploratif
daripada hipotesis.
Kebanyakan orang melakukan proyek penelitian dengan ide-ide umum dan pertanyaan-
pertanyaan penelitian dirumuskan secara luas. Pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut
mungkin ada yang dirumuskan dengan tepat, ada juga yang memiliki kesalahan di dalamnya,
seperti tidak dapat diselidiki atau tidak sesuai, sehingga pertanyaan penelitian perlu distabilkan
dalam beberapa keadaan tertentu. Oleh karena itu, serangkaian pertanyaan penelitian harus
dirumuskan dengan baik (tidak terlalu umum, kabur, atau multidimensi) sehingga
memungkinkan identifikasi dan penyelidikan permasalahan lebih lanjut yang hanya dapat
terungkap melalui penelitian.
Pertanyaan penelitian dapat berasal dari beberapa sumber. Sumber yang pertama adalah
literatur. Pertanyaan penelitian akan muncul ketika seorang peneliti membaca dan menulis
tinjauan literatur seputar topik yang diteliti. Pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut
didasarkan pada penelitian yang sudah ada serta akan ada koherensi antara tinjauan literatur
lainnya. Sumber kedua adalah topik yang sudah ada sebelumnya, yang kemudian mendorong
hal tersebut menjadi tinjauan literatur. Kemudian, pertanyaan penelitian juga dapat bersumber
dari temuan atau pemikiran diri sendiri. Kemungkinan lainnya adalah, pertanyaan penelitian
bersumber dari data-data penghasil dan pengujian hipotesis atau pertanyaan penelitian.
Pertanyaan penelitian dapat dikembangkan dari sebuah topik atau teka-teki (puzzle)
intelektual. Topik berbentuk kalimat pernyataan, misal ‘keyakinan guru sekolah dasar di
Inggris tentang pengajaran dan penguasaan bahasa asing’, harus diubah menjadi kalimat tanya
supaya bisa disebut sebagai pertanyaan penelitian. Teka-teki intelektual juga berbentuk kalimat
tanya, tetapi untuk menjawabnya bisa didasarkan pengalaman dan firasat pribadi. Oleh karena
itu, topik maupun teka-teki perlu diterjemahkan ke dalam pertanyaan penelitian yang sesuai,
yaitu ekspresi formal yang hati-hati, termasuk dalam hal kata-kata interogatif yang akurat, tepat,
dan produktif.
Pertanyaan penelitian terdiri dari beberapa jenis. Yaitu pertanyaan deskriptif
(apakah ... ?), penjelasan (mengapa ... ?), dan evaluatif (bagaimana ... ?). Selain itu, pertanyaan
penelitian dapat dikategorikan sebagai berikut.
1. Primer/sekunder. Pengkategorian pertanyaan ini didasarkan atas kepentingan suatu
pertanyaan dibanding pertanyaan yang lain dalam hal fokus penelitian, kualitas-kuantitas
data yang dikumpulkan, dipilih, atau diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian
tertentu.
2. Utama/kontributor. Pertanyaan utama mungkin tidak dapat dijawab sampai pertanyaan
kontributor terjawab. Misalnya, pertanyaan penelitian kontributor seperti ‘Apakah X
terjadi?’ memungkinkan dua pertanyaan penelitian utama (Alternatif) dijawab lebih lanjut,
yaitu ‘Jika X terjadi, mengapa hal ini bisa terjadi?’ dan ‘Jika X tidak terjadi, mengapa hal
ini bisa terjadi?’.
3. Menyeluruh/bawahan. Dua atau lebih pertanyaan penelitian dapat dikelompokkan secara
hierarkis di bawah pertanyaan yang lebih tinggi, yang secara bersama-sama akan dibahas.
Pertanyaan menyeluruh tidak dapat dioperasionalkan sebagaimana adanya, namun dapat
dioperasionalkan melalui dua pertanyaan penelitian bawahan. Misalnya,
Pertanyaan penelitian menyeluruh : Apa saja perbedaan dalam cara pemberitaan suatu
peristiwa politik tertentu di surat kabar A dan surat
kabar B?
Pertanyaan penelitian bawahan 1 : Bagaimana ‘aktor sosial’ dalam setiap pemberitaan
surat kabar dinominasikan?
Pertanyaan penelitian bawahan 2 : Laporan mana yang menggunakan proporsi
terbesar konstruksi kata kerja pasif tanpa agen?
4. Empiris/metodologis/teoretis. Pengkategorian pertanyaan ini didasarkan atas tujuan
penelitian. Pertanyaan empiris, jika penelitian ditujukan untuk temuan empiris. Pertanyaan
metodologis, jika pertanyaan lebih cenderung menginvestigasi (metode logis) proses
penemuan hasil penelitian. Pertanyaan teoretis, jika cenderung merujuk pada konsep
teoretis dan penerapannya dalam penelitian empiris.
5. Empiris/spekulatif. Beberapa pertanyaan penelitian—misalnya pertanyaan ‘mengapa’—
mungkin perlu bersifat spekulatif, bukan empiris, mungkin berdasarkan jawaban atas
pertanyaan empiris (dikombinasikan dengan pengetahuan atau wawasan lainnya).

Pertanyaan penelitian harus merupakan satu kesatuan yang koheren karena urutan dan
hierarki sangat penting. Yang paling jelas adalah dua pertanyaan penelitian, yang pertama
(pertanyaan penelitian 1) bersifat deskriptif (misalnya 'Sejauh mana...?'), yang kedua
(pertanyaan penelitian 2) bersifat menjelaskan ('Mengapa...?') ). Hubungan antara pertanyaan
penelitian harus jelas, agar pembaca dapat melihat apa yang ingin dilakukan peneliti dalam
proyek penelitian.
Dalam banyak proyek penelitian, jumlah pertanyaan penelitian yang digunakan dapat
bervariasi, tergantung pada kebutuhan proyek tersebut. Pada awalnya, disarankan untuk
menghasilkan banyak pertanyaan penelitian, namun, aturan praktisnya adalah memiliki
sebanyak mungkin pertanyaan yang dapat dijawab secara memadai dengan sumber daya yang
tersedia. Jumlah pertanyaan bukanlah fokus utama; yang terpenting adalah menjawab
pertanyaan penelitian dengan baik sesuai dengan skala proyek yang ditentukan.
Dalam penelitian linguistik dan sosiolinguistik, pertanyaan penelitian sering kali
berkaitan dengan bahasa dan komponen linguistik. Ini bisa termasuk pertanyaan tentang
penggunaan bahasa dalam percakapan atau bahkan persepsi terhadap penggunaan bahasa
tertentu. Pertanyaan-pertanyaan ini membimbing proses pengumpulan dan analisis data.
Untuk mengoperasionalkan pertanyaan penelitian, peneliti perlu memiliki cara untuk
mengumpulkan dan menganalisis data yang sesuai dengan pertanyaan tersebut. Penting juga
untuk mendefinisikan dengan jelas istilah-istilah kunci yang digunakan dalam pertanyaan
penelitian, sehingga pemahaman yang seragam dapat diterapkan dalam proyek penelitian.
Pertanyaan penelitian harus dirumuskan dengan jelas, bermanfaat secara intelektual, dan
dapat diteliti karena melalui pertanyaan tersebut, peneliti akan menghubungkan apa yang ingin
diteliti dan bagaimana cara melakukan penelitian tersebut. pertanyaan penelitian berperan
dalam mengidentifikasi data yang tepat dan pengumpulan, perolehan (pembentukan), atau
seleksi data yang sesuai.
Contoh pertanyaan penelitian dan pengaruhnya terhadap data, pengumpulan dan analisis
data adalah sebagai berikut: ‘Bagaimana mahasiswi kulit putih di Inggris membangun
feminitas mereka dalam situasi informal saat berbicara dengan teman sesama jenis?’. Data yang
diperlukan diperoleh melalui wawancara, dan dikumpulkan dengan melakukan rekaman audio
dan/atau video dalam situasi informal atau alami, kemudian menyalin data yang telah direkam.
Kemudian data dianalisis dengan pendekatan atau kerangkan kerja tertentu yang ssesuai
dengan landasan teori penelitian. Untuk contoh pertanyaan penelitian ini, beberapa bentuk
analisis wacana mungkin digunakan, seperti analisis percakapan, analisis wacana kritis,
analisis wacana feminis pasca-strukturalis, atau mungkin kombinasi. Pemilihan bentuk analisis
bisa disesuaikan dengan penyelarasan ontologis peneliti.
Saat menulis disertasi, tesis, maupun skripsi, yang paling penting adalah
mendokumentasikan semua keputusan peneliti tentang metodologi ke dalam tabel. Tabel
tersebut akan membantu peneliti mengatur pemikiran dan mendokumentasikan keputusan, dan
juga akan membantu para pembaca skripsi, tesis atau disertasi. Pertanyaan-pertanyaan
penelitian harus bisa dijadikan acuan dalam seluruh penelitian, terutama jika bagian-bagian
penelitian yang berbeda membahas pertanyaan penelitian yang berbeda. Dalam hal
pengumpulan data, data yang berbeda mungkin akan dikumpulkan dengan pertanyaan
penelitian yang berbeda pula. Dan semua pertanyaan penelitian hampir pasti harus dirujuk
dalam diskusi, dijawab, didiskusikan, dan diidentifikasi implikasi dari apa yang telah
ditemukan.

B. Kajian Pustaka yang Relevan


Kajian pustaka yang relevan dengan materi ini berjudul “Bagaimana merumuskan
pertanyaan penelitian untuk menciptakan hasil penelitian yang bermakna?” oleh Irwan Nurhas
(2020) dan “Merumuskan Pertanyaan Penelitian” oleh Rahardjo (2017). Nurhas
mengungkapkan bagaimana pengembangan pertanyaan penelitian dapat dilakukan dan
memberikan contoh model yang diusulkan. Kajian pustaka ini berisi tentang peran pertanyaan
penelitian atau Research Question, alasan penting untuk memformulasikan Research Question,
dan beberapa karakteristik yang harus dipenuhi oleh sebuah Research Question. Sedangkan
Rahardjo mengungkapkan apa saja yang harus diperhatikan dalam merumuskan pertanyaan
penelitian serta syarat dan ciri pertanyaan penelitian yang baik.
Dari kajian pustaka yang relevan tersebut terdapat persamaan yang dibahas yaitu
mengenai peran penting pertanyaan penelitian. Sedangkan yang membedakan materi makalah
ini (Pertanyaan Penelitian dalam Linguistik oleh Lia Litosseliti) dengan kajian pustaka Nurhas
(2020) dan Rahardjo (2017) terdapat pada pembahasan. Buku Litosseliti membahas bagaimana
atau dimana pertanyaan penelitian dapat dilakukan. Kajian pustaka Nurhas membahas
mengenai bagaimana pengembangan pertanyaan penelitian dapat dilakukan. Kajian pustaka
Rahardjo membahas bagaimana merumuskan pertanyaan penelitian yang baik. Pada buku
Litosseliti dibahas secara menyeluruh dengan perhatian khusus pada kajian linguistik,
sedangkan pada kajian pustaka Nurhas dan Rahadjo, pertanyaan penelitian dibahas secara
umum.
C. Kondisi di Indonesia
“FENOMENA BAHASA GAUL SEBAGAI KREATIVITAS LINGUISTIK DALAM
MEDIA SOSIAL INSTAGRAM PADA ERA MILENIAL”
Sumber : Laili, R. K. (2021). Fenomena Bahasa Gaul sebagai Kreativitas Linguistik dalam
Media Sosial Instagram pada Era Milenial. Jurnal PENEROKA: Kajian Ilmu Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(01), 69-89.

D. Topik/Judul
1. Pengaruh Media Sosial terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia pada Remaja.
2. Analisis Bahasa Figuratif dalam Kumpulan Puisi Rahasia Rasa Karya Ari
Ambarwati
3. Perubahan Penggunaan Bahasa Baku dalam Skala Publik di Era Digital
4. Penanda dan Petanda dalam Cerpen Lintah karya Guntur Alam (Kajian Semiotika
Ferdinand de Saussure)
DAFTAR PUSTAKA

Laili, R. K. 2021. Fenomena Bahasa Gaul sebagai Kreativitas Linguistik dalam Media Sosial
Instagram pada Era Milenial. Jurnal PENEROKA: Kajian Ilmu Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 1(01), 69-89.

Litosseliti, L. (Ed.). 2018. Research Methods in Linguistics. Bloomsbury Publishing.

Nurhas, I. 2020. Bagaimana merumuskan pertanyaan penelitian untuk menciptakan hasil


penelitian yang bermakna?. Diakses pada Kamis, 31 Agustus 2023, dari
https://osf.io/zxqvm/download

Rahardjo, M. 2017. Merumuskan pertanyaan penelitian. Diakses pada Sabtu, 2 September


2023, dari http://repository.uin-malang.ac.id/1124/

You might also like