You are on page 1of 14

PERAN ISTRI NELAYAN DALAM MENUNJANG

EKONOMI KELUARGA DI KELURAHAN BONTO LEBANG


KABUPATEN BANTAENG
FISHERMEN WIFE’S ROLE IN SUPPORTING FAMILY ECONOMY
IN BONTO LEBANG VILLAGE, BANTAENG REGENCY
Ansaar
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan
Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km. 7 Makassar, 90221
Telepon (0411) 885119, 883748, Faksimile (0411) 865166
Pos-el: ansaar_@yahoo.co.id
HP: 085145775302 / 081342362575
Diterima: 28 Februari; Direvisi: 6 April; Disetujui: 31 Mei 2018

ABSTRACT
In fishermen’s household life, the role of a wife is very important because both responsible for taking care
of household and family; and also required to carry out adaptive work to survive the family economy. The
material of this study was taken from the results of the study using data collection and interview techniques
for primary and secondary data collections, in the form of official data from the village and subdistrict offices.
This study aims to determine the background and reasons for the fishermen’s wife, especially in Kaili Village, to
work; and analyze or describe the roles and activities of fishermen’s wife in supporting the family economy in
Bonto Lebang Village, Bantaeng Regency. The research carried out includes the type of descriptive-qualitative
research, with the fishermen’s wife as research subject. The results of analysis showed that the factors of
fishermen’s wife involve themselves in productive activities is the condition of uncertain their husband’s income,
famine seasone sometimes in a long time, and fishermen’s family expenses in a month which is often greater
than the income. The role of fishermen’s wife in running well the family economy is in the form of bussiness
necessities for daily needs, binding seaweed seeds, preparing sewing services, washing clothes with certain
wages, and so on.
Keywords: fishermen’s wife role, family economy, household.

ABSTRAK
Dalam kehidupan rumah tangga nelayan, peran seorang istri sangat penting karena selain bertanggung jawab
mengurus rumah tangga dan keluarga, juga dituntut untuk melakukan pekerjaan adaptif agar ekonomi keluarga
tetap bertahan. Materi tulisan ini diambil dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan data
dan wawancara untuk koleksi data primer dan koleksi data sekunder, berupa data resmi dari kantor desa dan
kecamatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan alasan istri nelayan, khususnya di
Kampung Kaili, untuk bekerja; dan menganalisis atau menggambarkan peran dan aktivitas istri nelayan dalam
menunjang ekonomi keluarga di Kelurahan Bonto Lebang, Kabupaten Bantaeng. Penelitian yang dilakukan
termasuk tipe penelitian deskriptif-kualitatif, dengan subjek penelitian adalah istri nelayan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa faktor yang melatarbelakangi istri nelayan melibatkan diri dalam kegiatan produktif
adalah kondisi pendapatan suami sebagai nelayan tidak menentu, musim paceklik yang kadang berlangsung
lama, dan pengeluaran keluarga nelayan dalam sebulan yang jumlahnya seringkali lebih besar dari pada
pendapatannya. Peran istri nelayan dalam menggerakkan ekonomi keluarga berupa berdagang barang-barang
kebutuhan pokok untuk keperluan sehari-hari, mengikat bibit rumput laut, menyiapkan jasa menjahit, mencuci
pakaian dengan upah tertentu, dan lain-lain.
Kata kunci: peran istri nelayan, ekonomi keluarga, rumah tangga.

23
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 23—36
PENDAHULUAN Anggapan bahwa anak nelayan akan menjadi
Penduduk yang menghuni kawasan pesisir nelayan juga, sangat mempengaruhi pandangan
pantai Kabupaten Bantaeng pada umumnya masyarakat nelayan tradisional itu. Selain itu,
adalah mayarakat nelayan dari suku Makassar keterbatasan akses pendidikan juga berperan
dan kebanyakan menggantungkan hidupnya dalam memicu rendahnya tingkat kehidupan
dengan memanfaatkan sumber daya laut berupa ekonomi nelayan.
penangkapan ikan, budi daya rumput laut dan Dengan kondisi demikian, perempuan
beberapa aktifitas ekonomi sampingan, seperti menjadi sosok penting dalam membantu
berdagang, bertukang dan lain-lain. pekerjaan yang secara tidak langsung menutupi
Kondisi masyarakat nelayan di berbagai kekurangan ekonomi keluarga nelayan. Isteri
daerah pesisir pantai dan pulau-pulau menurut nelayan, termasuk anak-anaknya berperan
Kusnadi (2007:1) secara umum ditandai oleh besar dalam melakukan pekerjaan apa saja
adanya beberapa ciri, seperti kemiskinan, yang dapat menunjang ekonomi keluarga.
keterbelakangan sosial budaya, rendahnya Bagaimanapun, istri nelayan juga merupakan
kualitas sumber daya manusia (SDM) karena komponen utama dalam sosial masyarakatnya.
sebagian besar penduduk hanya lulus sekolah Mungkin saja mereka memiliki pengaruh
dasar atau belum tamat sekolah dasar. terhadap perkembangan kehidupan nelayan atau
Berbicara tentang nelayan, maka yang secara khusus mempengaruhi dinamika usaha
akan terlintas dalam pemikiran kita adalah perikanan yang ada di sekitarnya. Hal ini senada
kaum lelaki yang seluruh hidupnya berjuang dengan temuan Kusnadi, dkk (2006:81) bahwa
menghadapi ganasnya gelombang besar atau dengan memperhatikan peran domestik-publik,
dahsyatnya angin kencang untuk memperoleh istri nelayan tidak hanya memberi konstribusi
hasil tangkapannya di laut. Kaum perempuan peran pada kehidupan rumah tangganya, tetapi
seakan alpa dalam lapangan pekerjaan ini. Kaum juga pada dinamika sosial masyarakat mereka.
perempuan dianggap hanya mampu sebagai Terkait dengan kondisi nelayan
ibu rumah tangga kaum nelayan, sebagai isteri sebagaimana digambarkan di atas, (Arifin,
atau ibu dari anak-anaknya dengan tugas utama 2013:3) juga menjelaskan, bahwa aktivitas
mengurus rumah tangga. Sementara suami nelayan yang terkonsentrasi di laut, secara tidak
sebagai kepala rumah tangga memiliki tugas dan disadari telah menjadi perangkap atau jebakan
tanggung jawab sebagai pencari nafkah utama di bagi dirinya. Keasyikan dan keterpencilan dalam
dalam keluarga. Sesuai dengan anggapan umum pekerjaan sebagai nelayan, turut memengaruhi
bahwa perempuan sebagai seorang ibu rumah kesempatan bagi mereka untuk memperoleh
tangga, ia diwajibkan untuk mengurus anak dan keterampilan lain dan kesempatan ekonomi
rumah tangga. Kaum perempuan dianggap tabu yang lebih luas dalam rangka meningkatkan
jika terlalu sering keluar rumah. kapabilitasnya. Dalam keadaan demikian, mereka
Pandangan bahwa masyarakat nelayan kurang dan bahkan tidak menyadari bahwa
tradisional hidup miskin telah diterima sebagai akumulasi tekanan struktural yang terjadi secara
sebuah kenyataan. Hal ini menjadi dasar untuk eksternal dan internal telah mengkonstruksi
mengetahui bagaimana kemiskinan itu membelit dirinya ke dalam sebuah kondisi yang terjebak
masyarakat nelayan sekalipun memahami atau terperangkap dalam kemiskinan.
mengapa masyarakat nelayan miskin. Sebenarnya, pengkajian mengenai
Kemiskinan yang terjadi dalam kehidupan perempuan nelayan bukanlah sesuatu yang baru
nelayan tradisional, selain dikarenakan oleh dalam kalangan akademisi khususnya ilmuan
alat tangkap mereka yang masih tradisional, sosial. Telah banyak karya yang dihasilkan
juga karena nelayan tradisional tersebut tidak oleh peneliti terdahulu. Kita dapat menemukan
memiliki suatu keterampilan tepat guna. bagaimana kehidupan perempuan nelayan

24
Peran Istri Nelayan dalam Menunjang... Ansaar

dalam karya Sanatang (2006), Andayani (2006), karena bagaimanapun istri adalah bendahara
Abbas dkk (2004), Damayanti (2009), dan keluarga.
masih banyak karya yang memusatkan perhatian Di lain pihak, Kusnadi, dkk (2006:59),
tentang perempuan nelayan. Namun, kajian mengemukakan bahwa pengambilan keputusan
yang dilakukan fokus pada istri nelayan secara rumah tangga nelayan mutlak dilakukan dengan
umum, padahal mereka memiliki tingkat-tingkat musyawarah antara suami dengan istri ketika
sosial-ekonomi yang berbeda, di mana hal ini hal yang hendak diputuskan memerlukan biaya
dapat berpengaruh terhadap peran yang mereka yang relatif tinggi. Hal ini disebabkan kedua
mainkan. pihak bertanggung jawab pada kelangsungan
Realitas kehidupan kaum perempuan hidup keluarga. Dengan demikian, suami yang
harus dilihat berdasarkan konteks di mana berperan dalam wilayah publik tetap melakukan
mereka memainkan peran. Hal ini disebabkan musyawarah dengan istri bila urusannya dapat
tidak semua perempuan memiliki pengalaman berimplikasi terhadap rumah tangga.
yang sama dan status sosial yang sama. Dengan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
demikian, harus dibedakan antara peran istri peneltian tentang realitas perempuan harus
nelayan yang tingkat ekonominya rendah dilihat berdasarkan konteksnya. Penelitian ini
dengan peran istri nelayan (nelayan pemodal) difokuskan pada istri nelayan yang memiliki
yang tingkat ekonominya menengah ke atas. Istri peran dalam meningkatkan ekonomi keluarga.
nelayan yang ekonominya rendah jelas memiliki Dengan kata lain, seberapa besar kontribusi yang
peran yang besar dalam menopang ekonomi diberikan isteri nelayan di daerah penelitian
keluarga karena hal tersebut merupakan tuntutan dalam membantu meningkatkan kesejahteraan
untuk mempertahankan hidup (Abdullah, keluarga.
2006:248). Seperti halnya yang dikemukakan Berdasarkan latar belakang sebagaimana
oleh Suratiyah dkk (1994:23) bahwa faktor yang telah dikemukakan di atas, maka fokus
pendorong masuknya wanita pada kegiatan masalah yang akan ditelaah lebih lanjut dalam
produktif terutama disebabkan oleh pendapatan penelitian ini adalah: apa yang menjadi latar
suami yang kurang mencukupi. Sedangkan belakang istri nelayan untuk bekerja, dan
istri punggawa yang tergolong berekonomi bagaimana bentuk keterlibatan istri nelayan
menengah ke atas belum tentu berperan langsung dalam menunjang ekonomi keluarga.
dalam usaha suaminya. Hal tersebut dapat terjadi
karena dorongan untuk terlibat dalam usaha Landasan Konsep Teoretis
mencari nafkah telah berkurang akibat kebutuhan Dalam rangka menjalankan peran atau
ekonominya telah dipenuhi oleh suami. keterlibatan istri-istri nelayan dalam ekonomi
Menurut Sanatang (2006:61-64), pada rumah tangga, diaplikasikan beberapa konsep
masyarakat nelayan, istri memiliki kewenangan sebagai acuan. Konsep teoritis yang diterapkan
dalam mengatur keuangan rumah tangga, di sini ialah konsep-konsep karakteristik sosial-
sementara suami (nelayan) berkewajiban untuk ekonomi masyarakat nelayan, partisipasi wanita
mencari nafkah. Hal ini merupakan bentuk nelayan, ekonomi keluarga dan sebagainya.
pembagian peran antara suami dengan istri.
Hanya saja, dalam karya Sanatang tersebut Partisipasi dalam Pembangunan Ekonomi
belum ditemukan adanya korelasi antara peran Partisipasi bukan saja dilakukan oleh
istri sebagai pemegang uang dengan pekerjaan masyarakat tapi juga oleh individu-individu
suaminya. Misalnya, apakah suami ketika hendak yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
membuka usaha (yang mana hal ini adalah urusan Lioberger dan Gwin dalam Tilaar (1997:237-
publik) harus meminta pertimbangan pada istri 238) mengatakan bahwa partisipasi individu

25
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 23—36
tergantung pada kondisi itu sendiri dan situasi sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk
tertentu. Winardi (2002:147) menyebutkan melakukan pekerjaan penangkapan ikan.
bahwa partisipasi merupakan turut sertanya
seseorang baik secara mental maupun fisik Karakteristik Wanita dalam Komunitas Nelayan
untuk memberikan sumbangan dalam proses Isteri nelayan adalah wanita yang
pembuatan keputusan terutama mengenai telah menikah atau bersuami, dimana mata
persoalan-persoalan keterlibatan pribadi yang pencaharian suaminya adalah nelayan. Mereka
bersangkutan untuk melaksanakan tanggung berpotensial untuk menjalankan suatu usaha
jawabnya dalam melakukan suatu hal. Dalam yang dapat membantu meningkatkan ekonomi
Sumarto (2009), partisipasi merupakan keluarga mereka. Para isteri nelayan tersebut,
proses ketika warga sebagai individu maupun sebelumnya banyak di rumah mengurus rumah
kelompok sosial dan organisasi, mengambil tangga, namun karena melihat penghasilan
peran dalam proses perencanaan, pelaksanaan suami sebagai nelayan tekadang tidak menentu,
dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang maka untuk menutupinya merekapun melakukan
langsung mempengaruhi kehidupan mereka. pekerjaan apa saja yang bisa menghasilkan uang,
Sastropoetro (1988) menjelaskan partisipasi seperti membuka usaha jualan, mengikat bibit
adalah keterlibatan spontan dengan kesadaran rumput laut dan lain-lainnya.
disertai dengan tanggung jawab terhadap Ekonomi keluarga adalah upaya dalam
kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan memenuhi kebutuhan hidup melalui aktifitas-
bersama. aktifitas yang dilakukan oleh sebuah keluarga
dalam hal ini khususnya seorang istri, agar dapat
Karakteristik Sosial-Ekonomi Masyarakat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder bagi
Nelayan Pesisir. kehidupan sehari-hari mereka.
Imran dalam Mulyadi (2005:7)
mengemukakan, bahwa nelayan adalah Peran Istri Nelayan dalam Menunjang Ekonomi
sekelompok masyarakat yang kehidupannya Keluarga/Rumah Tangga
tergantung langsung pada hasil laut baik dengan Dalam konteks kehidupan masyarakat
cara melakukan penangkapan ataupun budi nelayan, keterlibatan kaum perempuan dalam
daya. Nelayan umumnya tinggal di pinggir kegiatan publik adalah hal biasa sekaligus
pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang merupakan suatu keharusan untuk menjaga
dekat dengan lokasi kegiatannya. Sementara itu, kelangsungan hidup rumah tangga nelayan.
pengertian nelayan menurut Ditjen Perikanan Sistem pembagian kerja secara seksual yang
sebagaimana dikutip dalam Satria (2002), adalah berlaku di dalam masyarakat nelayan, di mana
orang yang secara aktif melakukan pekerjaan tugas-tugas di darat sepenuhnya menjadi
dalam operasi penangkapan ikan atau binatang tanggung jawab perempuan atau istri nelayan,
air atau tanaman air. Jika diklasifikasikan sedangkan laut merupakan ranah laki-laki, telah
berdasarkan waktu yang digunakan untuk memberikan peluang yang besar bagi perempuan
melakukan pekerjaan operasi penangkapan atau istri nelayan untuk terlibat secara intensif
ikan, maka nelayan itu dapat dibedakan atas: 1) dalam kegiatan publik (Ulhaq, 2008:1).
nelayan penuh, yakni orang yang seluruh waktu Lebih lanjut Ulhaq mengemukakan,
kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan bahwa peranan dominan yang dimainkan
operasi penangkapan ikan, 2) nelayan sambilan oleh kaum perempuan atau istri nelayan tidak
utama, yakni orang yang sebagian besar hanya dalam hal mengolah dan menjual ikan.
waktu kerjanya digunakan untuk melakukan Akan tetapi dalam hal pengambilan keputusan
pekerjaan operasi penangkapan ikan, dan 3) yang menyangkut kelangsungan hidup rumah
nelayan sambilan tambahan, yakni orang yang tangga, peran istri nelayan relatif lebih dominan,

26
Peran Istri Nelayan dalam Menunjang... Ansaar

terutama dalam mengatur keuangan keluarga, relevan dengan obyek yang dikaji. Langkah
seperti pengeluaran untuk konsumsi sehari-hari, berikutnya adalah pengumpulan data lapangan
pembelian pakaian, perabotan rumah tangga, melalui teknik pengamatan (observasi),
menabung, perbaikan rumah, biaya pendidikan wawancara (interview) dan dokumentasi.
anak, dan sebagainya. Observasi digunakan untuk melihat
Sementara itu, Damayanti (2009) aktivitas yang dilakukan oleh istri punggawa
menggunakan konsep “tiga peran rangkap” dalam tiga konteks, yaitu konteks rumah tangga,
untuk membedakan tipe peran istri nelayan. usaha dan aktivitas sosial lainnya. Metode ini
Menurutnya, istri nelayan memiliki tiga terutama untuk mengumpulkan data mengenai
peran yang dijalankan sekaligus, yaitu peran beberapa pertanyaan penting, seperti apa yang
reproduktif, produktif, dan sosial masyarakat. mereka lakukan, tempatnya di mana, kapan
Peran reproduktif istri nelayan yaitu mengurus dilakukan, bagaimana dia melakukannya, serta
anak dan keluarga, sedangkan peran produktif dengan siapa aktivitas itu dilakukan.
yaitu sebagai pengasin ikan, penjual ikan dan Sementara itu, wawancara mendalam
pembuat jenis makanan yang berbahan dasar digunakan untuk mendapatkan informasi
ikan. Adapun peran sosial masyarakat yang mengenai pandangan mereka tentang peran
digeluti hanya sebatas mengikuti pengajian. gender, maksud dan tujuan suatu peran, peristiwa-
Adapun Kusnadi, dkk (2006:47) menggunakan peristiwa yang telah terjadi dan berkaitan dengan
istilah peran publik dan peran domestik. Peran peran istri punggawa, pendapat orang lain
domestik perempuan meliputi tugasnya sebagai mengenai peran istri punggawa, serta hal-hal
istri, ibu dari anak-anaknya, sedangkan peran lain yang tidak dapat diamati. Semua data yang
publik dilihat sebagai aktivitas istri dalam rangka telah dikumpulkan kemudian diklasifikasi dan
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. dianalisis, hasil dari analisis inilah kemudian
Istri yang bekerja untuk mencari nafkah, disusun menjadi sebuah laporan hasil penelitian.
secara langsung akan memberi penghasilan
bagi keluarga, dan tidak berarti bahwa istri yang PEMBAHASAN
berperan di luar kegiatan produktif tidak memiliki Gambaran Umum Kelurahan Bonto Lebang
kontribusi pada usaha produktif. Kegiatan dalam Bonto Lebang adalah termasuk salah
ranah domestik atau konteks sosial lainnya yang satu kelurahan yang terletak di Kecamatan
bukan produktif sesungguhnya memberi peluang Bissappu, Kabupaten Bantaeng. Kelurahan yang
dalam berlangsungnya aktivitas produktif. berada di bagian barat Kabupaten Bantaeng ini
Sejalan dengan hal tersebut, Sosrodihardjo (1986: memiliki jarak tempuh kurang lebih 500 meter
79-81) mengatakan bahwa perempuan memiliki dari ibu kota kecamatan, sedangkan dari ibukota
pengaruh positif terhadap pembangunan. kabupaten (Kota Bantaeng) jaraknya sekitar 4
Kelembutan dalam berbahasa dan sikap yang km. Kelurahan Bonto Lebang memiliki luas
sopan efektif untuk mempengaruhi orang lain wilayah kurang lebih 1,01 Km2 dengan potensi
dalam berbuat hal-hal yang positif. lahan yang produktif, seperti lahan perkebunan,
pertanian dan hutan rakyat. Ketinggian wilayah
METODE ini dari permukaan laut adalah sekitar 5 mdpl.
Penelitian ini menggunakan metode Kelurahan Bonto Lebang sebagai salah satu
deskripsi analisis dengan pendekatan kualitatif, wilayah administratif Kecamatan Bissapu, dapat
yaitu penelitian dilaksanakan semata-semata ditandai berdasarkan batas-batas wilayahnya,
berdasarkan pada fakta yang ada. Penelitian yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Desa
diawali dengan melakukan studi pustaka untuk Bonto Salluang, sebelah barat berbatasan
memperoleh pengetahuan teori melalui buku- dengan Kelurahan Bonto Manai, sebelah timur
buku ilmiah maupun hasil-hasil penelitian yang berbatasan dengan Kelurahan Bonto Sunggu,

27
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 23—36
dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut sebagaimana desa atau kelurahan lainnya yang
Flores. Pusat pemerintahan Kelurahan Bonto ada dalam wilayah Kecamatan Bissapu, termasuk
Lebang terletak di Kampung Beloparang. dalam Zona Agroklimat dengan curah hujan rata-
Secara administratif, Kelurahan Bonto rata 2.356 mm pertahun. Musim hujan terjadi
Lebang terbagi atas 3 Kampung yaitu: 1) antara bulan November sampai dengan April,
Kampung Beloparang, yang meliputi 2) dan musim kemarau antara bulan Mei sampai
RW yaitu RW I dan RW II, 2) Kampung dengan Oktober. Keadaan iklim tersebut sangat
Cambalojong, meliputi 1 RW yaitu RW III, dan dipengaruhi oleh kondisi geografis atau keadaan
3) Kampung Kaili, yang juga meliputi 1 RW, alam yang sebagian terdiri dari tanah datar
yaitu RW IV. Setiap RW dipimpin oleh seorang dan sedikit perbukitan, sehingga kelembaban
Ketua RW (Rukun Warga) dan dibantu beberapa udaranya pun relatif rendah.
Ketua RT (Rukun Tetangga). RW I Kampung Adapun komposisi dan jenis tanah di
Beloparang membawahi 3 RT, RW II Kampung wilayah tersebut, termasuk jenis tanah alluvial,
Beloparang membawahi 4 RT , RW III Kampung mediteran coklat dan regosol. Kondisi tanah
Cambalojong membawahi 4 RT, dan RW IV yang demikian, juga mempunyai berpengaruh
Kampung Kaili membawahi 2 RT (Monografi terhadap variasi dan jenis vegetasi yang terdapat
Kelurahan Bonto Lebang, 2016). di Kelurahan Bonto Lebang. Beberapa jenis
Kelurahan Bonto Lebang memiliki vegetasi yang dapat dijumpai di daerah tersebut
kondisi daerah yang termasuk dalam kategori antara lain, tanaman jangka pendek dan jangka
dataran yang datar dan sebagian di wilayah panjang serta tanaman holtikultura. Tanaman
pesisir. Kondisi tanah cukup subur untuk jangka pendek dapat dilihat dengan adanya
ditanami berbagai jenis tanaman baik tanaman pertanian padi (padi sawah), ubi kayu, jagung,
jangka pendek maupun tanaman jangka panjang. ketela dan kacang-kacangan. Sedangkan untuk
Kelurahan Bonto Lebang terdiri dari 2 bentuk tanaman jangka panjang yang paling menonjol,
geografis kewilayahan, yakni sebelah selatan seperti cengkeh, kemiri, dan kakao (cokelat).
merupakan daerah pantai dengan panjang pesisir Penduduk Kelurahan Bonto Lebang
kurang lebih 1 Km dan di sebelah utara merupakan menurut data yang diperoleh pada tahun 2016,
daerah pertanian dan perkebunan. Sedangkan di seluruhnya tercatat sebanyak 3.982 jiwa, terdiri
sebelah barat terdapat Kompleks Perkantoran atas 1.885 laki-laki dan 2.097 perempuan.
yang terdiri dari Kantor Camat Bissappu, Kantor Dari seluruh jumlah penduduk tersebut, dapat
BRI Unit Bonto Manai, Kantor Koramil 1410- diperinci lagi berdasarkan pemeluk agama
03, Kantor PDAM Cabang Bissappu, Kantor dan kepercayaan, kelompok usia, dan mata
Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Bissappu pencaharian.
serta 1 unit Sekolah Menengah Pertama. Jika diperinci berdasarkan pemeluk agama
Kelurahan Bonto Lebang sangat dan kepercayaan yang dianut, maka dapat
berpotensi sebagai kawasan permukiman dikatakan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan
karena didukung topografi pantai yang relatif Bonto Lebang beragama Islam, dan hanya tercatat
datar dan tingkat kelerengan berkisar 0–8 %, 22 orang saja yang beragama Kristen. Selanjutnya
serta terletak pada ketinggian kurang lebih 5 jika jumlah keseluruhan penduduk itu diperinci
mdpl. Ditambah lagi faktor lokasi Kelurahan berdasarkan tingkat usia, maka penduduk yang
Bonto Lebang yang merupakan pusat ibu berusia anak-anak (usia 0-10 tahun) atau usia
kota Kecamatan Bissappu telah mempunyai non produktif, tercatat sebanyak 1182 orang,
sarana prasarana yang relatif lengkap dan sementara yang sudah tergolong usia produktif
kemudahan akses untuk menjangkau lokasi (usia 11-50 tahun) tercatat sebanyak 1633 orang.
fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat. Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Kondisi iklim di Kelurahan Bonto Lebang Kelurahan Bonto Lebang yang masih tercatat usia

28
Peran Istri Nelayan dalam Menunjang... Ansaar

produktif lebih banyak bila dibandingkan dengan Ada beberapa faktor yang menjadi alasan
mereka yang usianya masih belum produktif. sehingga para istri nelayan harus bekerja demi
Adapun kelompok usia yang sudah tergolong menunjang ekonomi keluarga, antara lain:
tidak produktif lagi, jumlahnya hanya tercatat pendapatan suami sebagai nelayan yang tidak
tidak lebih dari 396 orang. menentu, musim paceklik, dan pengeluaran
Sementara itu, perincian mengenai jenis pendapatan keluarga nelayan yang besar. Untuk
mata pencaharian yang digeluti masyarakat di mengetahui lebih rinci mengenai faktor-faktor
Kelurahan Bonto Lebang dapat pula disebutkan: tersebut, di bawah ini dapat diuraikan:
karyawan swasta sebanyak 75 orang, pedagang 1. Pendapatan suami sebagai nelayan yang tidak
sebanyak 600 orang, pegawai negeri sebanyak menentu
312 orang, petani/pekebun sebanyak 975 orang, Berdasarkan hasil wawancara terhadap
nelayan/petani rumput laut sebanyak 256 orang, beberapa informan yang merupakan istri dari
dan sektor jasa transportasi sebanyak 170 orang. nelayan di Kampung Kaili, Kelurahan Bonto
Jenis mata pencaharian di sektor perikanan Lebang, yang terlibat langsung dalam membantu
(nelayan), sejak lama sudah dikembangkan ekonomi keluarga mereka menyatakan, bahwa
warga setempat secara turun temurun. pendapatan para nelayan di Kelurahan Bonto
Lebang, khususnya di Kampung Kaili sekali
Alasan Para Istri Nelayan untuk Bekerja melaut tidak menentu, dan itu sangat ditentukan
Masyarakat nelayan di manapun berada, oleh faktor cuaca atau kondisi alam di laut.
termasuk masyarakat nelayan yang berdomisili Misalnya ketika saat melaut pada malam hari
di Kelurahan Bonto Lebang, khususnya di cuaca langit cukup cerah (bulan purnama),
Kampung Kaili, Kecamatan Bissapu merupakan maka biasanya hasil yang didapatkan ketika itu
kelompok masyarakat yang menggantungkan berkurang. Tetapi sebaliknya apabila keadaan
kehidupannya pada laut beserta isinya, yaitu langit di malam hari tidak disinari oleh cahaya
dengan kemampuan yang dimilikinya dalam purnama, tetapi hanya diliputi oleh gumpalan-
mengelola sumber daya laut yang tersedia di gumplan awan yang menutupi permukaannya,
lingkungannya. maka hasil yang dapat diperoleh pada saat itu
Penghasilan dari kegiatan melaut yang lebih banyak. Sebagai contoh dapat digambarkan
dilakukan oleh para nelayan umumnya bersifat pada nelayan pallanra tasi’ (nelayan lanra’)
tidak menentu dan sangat tergantung pada situasi yang rata-rata mulai menjalankan aktifitasnya di
dan kondisi yang terjadi di laut. Kondisi alam laut pada sekitar pukul 17.00 sore hingga sekitar
seperti hujan, angin kencang, ombak besar dan pukul 23.00 malam (bila saat bulan purnama),
pasang surut air mempengaruhi penghasilan para atau pukul 17.00 sore hingga sekitar pukul 05.00
nelayan sehingga jumlah penghasilannya pun subuh (bila bulan tidak bersinar). Bagi para
berbeda-beda setiap kali melaut. Penghasilan nelayan tersebut, apabila di saat melaut cuaca
yang diperoleh nelayan tradisional dalam setiap langit pada malam hari cukup cerah (bulan
kali melaut terkadang tidak bisa mencukupi purnama), maka berdasarkan pengalaman
kebutuhan ekonomi keluarga sehingga tingkat mereka, hasil tangkapan yang dapat diperoleh
kesejahteraan hidup mereka dapat dikatakan pada saat itu sangat kurang, yang kalau dijual
masih belum memadai. Karena itu, untuk di pasaran maka nilainya hanya berkisar Rp
mengatasi kekurangan pemenuhan kebutuhan 100.000, bahkan bisa lebih sedikit dari itu, yakni
hidupnya, maka mau tak mau kaum istri haruslah sekitar Rp 50.000,- hingga Rp 30.000,-. Namun
tergerak hatinya untuk membantu suami demi sebaliknya, jika di saat melaut kondisis cuaca
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga khususnya pada malam hari tidak diliputi cahaya
dengan cara ikut bekerja sesuai kemampuan purnama, maka hasil tangkapan yang dapat
yang dimiliki. diperolehnya saat itu relatif lebih banyak, yang

29
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 23—36
nilai ekonomisnya bisa mencapai ratusan ribu, biasanya pinggawa, dalam hal ini si pemilik
bahkan hingga satu juta rupiah. perahu mengambil keputusan untuk tidak melaut
Di Kelurahan Bonto Lebang, khususnya sementara waktu sambil menunggu kondisi atau
di Kampung Kaili, kelompok nelayan yang keadaan cuaca yang lebih baik. Kondisi seperti
beroperasi melakukan penangkapan ikan, ini tentu sangat berdampak pada para sawi yang
tidak hanya terdiri dari kelompok nelayan tidak dapat lagi memperoleh penghasilan. Karena
lanra’, baik nelayan lanra’ tasi’ maupun lanra itu, dalam menghadapi kondisi seperti ini, para
turung, tetapi ada juga yang dinamakan nelayan sawi yang tergabung di dalamnya mau tak mau
parengge’, yakni kelompok nelayan yang dalam harus mengambil inisiatif untuk mengatasinya,
menjalankan aktivitasnya di laut menggunakan misalnya beralih menjadi nelayan pallanra tasi
alat tangkap (jaring) yang lebih besar yang maupun pallanra turung atau menjadi nelayan
disebut rengge’. Di samping itu, kelompok pancing dengan harapan dapat memperoleh hasil
nelayan ini juga menggunakan armada perahu untuk menghidupi ekonomi keluarganya.
yang ukurannya lebih besar daripada perahu- 2. Musim paceklik
perahu yang digunakan para nelayan lanra serta Musim paceklik yang mengakibatkan
mempekerjakan sawi yang jumlahnya mencapai nelayan tidak dapat melaut, juga merupakan
12 hingga 15 orang. salah satu kendala bagi keluarga nelayan
Nelayan parengge’, dalam melakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
operasi penangkapan ikan hingga lepas pantai, Kebanyakan nelayan yang berdomisili di
biasanya mempekerjakan anggota (sawi) sekitar Kelurahan Bonto Lebang, khususnya di
15 orang. Sawi-sawi yang dipekerjakan itu Kampung Kaili akan mencari alternatif lain
punya pekerjaan dan tanggung jawab masing- untuk memenuhi kebutuhan mereka jika tidak
masing, misalnya ada yang menurunkan alat bisa melaut. Hasil wawancara dengan beberapa
tangkap (rengge’), ada yang menjalankan informan (istri nelayan) menjelaskan, bahwa
atau mengendalikan perahu saat menarik alat suami mereka yang tidak dapat pergi melaut
tangkap, ada yang menjalankan kemudi perahu yang diakibatkan oleh musim paceklik biasanya
(juru mudi), menangani mesin, menurunkan alat akan mencari pekerjaan sambilan yang lainnya,
dan beberapa pekerjaan penting lainnya. misalnya menjadi buruh bangunan, bertani atau
Sebagaimana halnya dengan nelayan bahkan tidak jarang ikut membantu istri dalam
lanra’, nelayan parengge’ dalam menjalankan menjalankan usaha dagangannya.
aktifitasnya di laut, juga tidak selamanya Terkait dengan hal tersebut di atas, salah
memperoleh hasil yang maksimal sebagaimana seorang istri nelayan setempat mengemukakan,
diharapkan, karena semua itu sangat bergantung bahwa apabila terjadi musim paceklik, para
pada faktor cuaca atau keadaan alam di laut nelayan di perkampungan nelayan tersebut
yang sewaktu-waktu dapat berubah. Kadangkala banyak yang mencari pekerjaan sambilan guna
ketika menjelang berangkat, cuaca cukup bagus, menambah penghasilan. Bagi mereka, walaupun
namun pada saat sudah berada di tengah laut, sedikit yang bisa didapatkan dari pekerjaan itu,
cuaca tiba-tiba berubah, misalnya angin cukup yang penting dapat bermanfaat untuk kebutuhan
kencang disertai ombak besar. Kondisi seperti rumah tangga. Sebagai contoh, informan
ini tentu akan sangat berdampak terhadap tersebut menggambarkan, bahwa suaminya yang
berkurangnya hasil tangkapan yang bisa juga sebagai nelayan (pallanra turung), ketika
diperoleh. tiba musim paceklik selalu berusaha mencari
Apabila selama beberapa hari melaut pekerjaan lain, seperti berkebun atau bertani.
ternyata hasil tangkapan yang diperoleh sangat Tetapi di saat-saat tertentu, kadangkala dia
kurang, bahkan terkadang tidak sebanding dengan juga turut membantu istri di rumah bila istrinya
biaya operasional yang telah dikeluarkan, maka sedang mengolah bahan atau membuat kue-

30
Peran Istri Nelayan dalam Menunjang... Ansaar

kue tradisional untuk dijual, terlebih bilamana Selain kebutuhan di atas, kebanyakan
ada pesanan yang jumlahnya banyak dan harus keluarga nelayan di Kelurahan Bonto Lebang
segera dibuatkan. juga dibebankan dengan utang, terutama nelayan
Selain melakukan pekerjaan sampingan pribadi yang memiliki kapal kecil dan nelayan
sebagaimana digambarkan di atas, ada juga buruh, pendapatan mereka yang tidak seberapa
beberapa nelayan lainnya yang memanfaatkan mengakibatkan mereka meminjam uang dari
waktu saat tidak melaut (karena musim tetangga atau rentenir dengan bunga sebesar 15%.
paceklik) dengan melakoni pekerjaan sebagai Berdasarkan perbandingan faktor-faktor
buruh bangunan. Bagi mereka, pekerjaan yang di atas, penghasilan suami sebagai nelayan,
dianggapnya sebagai sampingan ini sangat terutama nelayan lanra’ belum dapat dikatakan
membantu dalam menunjang perekonomian mencukupi untuk kebutuhan rumah tangganya,
keluarga mereka, karena dalam sehari terutama pengeluaran kebutuhan primer. Karena
penghasilan yang didapatkan dapat mencapai 70 itu, para istri nelayan yang ada di wilayah
hingga 80 ribu rupiah, sehingga kebutuhan akan tersebut merasa berkewajiban untuk melakukan
pangan dalam sehari setidaknya dapat terpenuhi pekerjaan sampingan atau kegiatan lainnya guna
ditambah dengan pengeluaran kecil lainnya. mencukupi kebutuhan primer keluarganya. Akan
3. Pengeluaran pendapatan keluarga nelayan tetapi walaupun istri-istri nelayan melakukan
yang besar pekerjaan sampingan, namun apa yang telah
Pengeluaran pendapatan keluarga nelayan didapatkannya dari hasil usahanya menambah
yang dimaksud dalam hal ini, meliputi pengeluaran pendapatan suami, dianggapnya masih dalam
pangan dan pengeluaran non pangan. Pangan keadaan pas-pasan, dalam artian setiap bulan
merupakan kebutuhan yang mendasar bagi habis untuk pembayaran pinjaman bulanan
kehidupan sumber daya manusia. Pengeluaran sehingga tidak ada yang bisa ditabung. Meski
pangan adalah pengeluaran sejumlah biaya yang demikian, mereka patut mensyukuri karena
dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pangan kebutuhan-kebutuhan harian bisa sedikit
keluarga, seperti beras, ikan, buah-buahan, susu, terpenuhi, meski kadangkala masih ada pinjaman
telur, minyak goreng, gula, bumbu dapur, jajanan yang belum bisa dipenuhi.
dan lain-lainnya. Di perkampungan nelayan, khususnya
Berdasarkan hasil wawancara terhadap di Kampung Kaili, Kelurahan Bonto Lebang,
delapan informan yang tidak lain adalah istri-istri Kecamatan Bissapu, keterbatasan pendidikan
dari para nelayan tradisional di Kelurahan Bonto ataupun keahlian yang dimiliki oleh para isteri
Lebang yang berpartisipasi dalam membantu nelayan dapat dikatakan masih tergolong rendah,
ekonomi keluarga mereka mengemukakan, sehingga kualitas atau jenis pekerjaan yang dapat
bahwa untuk pengeluaran konsumsi pangan dikerjakan pun juga sangat terbatas. Pekerjaan
keluarga nelayan yang ada di Kelurahan Bonto sebagai pengikat bibit rumput laut menjadi
Lebang, rata-rata tidak lebih dari satu juta rupiah salah satu pilihan bagi kebanyakan istri nelayan
dalam sebulan. di lokasi penelitian untuk mencari nafkah
Sementara untuk pengeluaran non pangan tambahan dalam kehidupan rumah tangganya,
mereka adalah umumnya melebihi dari satu juta meskipun ada juga di antaranya yang bekerja
rupiah, yakni sekitar satu juta dua ratus ribu hingga di bidang lainnya walau jumlahnya sangat
satu juta lima ratus ribu rupiah. Ada beberapa terbatas. Pekerjaan-pekerjaan yang dimaksud
kebutuhan non pangan yang diamati dalam itu, seperti menjahit pakaian, menjual kue-kue
penelitian ini, antara lain pakaian, pendidikan tradisional, mencuci pakaian secara rutin dengan
anak, kesehatan, kebersihan, transportasi, upah tertentu, dan sebagai tenaga pengojek. Bila
membayar listrik, menghadiri acara perkawinan, dibandingkan dengan pekerjaan suami sebagai
kematian, dan biaya tidak terduga lainnya. nelayan, maka apa yang dikerjakan oleh istri-

31
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 23—36
istri nelayan tersebut pada dasarnya jauh lebih menunjang ekonomi keluarga. Salah satu contoh
ringan serta tidak membutuhkan biaya melainkan dari hal tersebut, dapat digambarkan seperti
hanya tenaga saja. Demikian, dengan adanya yang dikemukakan salah seorang istri nelayan
peran serta istri nelayan dalam membantu suami (Sahari). Menurut informan tersebut, bahwa
melakukan pekerjaan, maka dapat dikatakan dia memilih bekerja sebagai pengikat bentang
bahwa mereka juga sesungguhnya telah memiliki (mengikat rumput laut), karena tidak memiliki
peran yang sangat penting dalam menunjang keterampilan atau keahlian apa-apa selain tenaga
ekonomi keluarga. Bagi mereka, berapapun dan semangat untuk mendapatkan uang. Dengan
hasil yang didapatkan dari pekerjaannya itu pekerjaan itu, dia dapat membantu suami mencari
bukanlah masalah, yang penting bisa menambah nafkah tambahan, walaupun hasilnya tidak besar
kebutuhan ekonomi keluarga. tapi cukuplah untuk tambahan bantu suami”
Apabila diamati kehidupan ekonomi Uraian yang telah dikemukakan oleh
rumah tangga nelayan tradisional yang ada di informan tersebut di atas, setidaknya memberi
Kampung Kaili, Kelurahan Bonto Lebang, dapat gambaran, bahwa para istri nelayan yang ada
dikategorikan ke dalam kelompok masyarakat di Kelurahan Bonto Lebang, khususnya di
yang masih belum menunjukkan tingkat kampung Kaili tidak hanya berperan sebagai
kesejahteraan yang memadai. Hal tersebut dapat ibu rumah tangga saja tetapi juga turut terlibat
dilihat dari bentuk rumah yang dimilikinya dalam membantu suami meningkatkan ekonomi
(rumah panggung) yang umumnya masih sangat keluarga. Ketika mereka berada di rumah,
sederhana. Begitupun alat-alat perabotan yang mereka berperan sebagai istri bagi suami dan
ada dalam rumah mereka yang juga sangat sebagai ibu bagi anak-anaknya, dan ketika
minim, dan kebanyakan hanya terdiri dari kursi berada di luar rumah mereka berperan sebagai
kayu serta meja tamu yang sederhana. pencari nafkah, mencari nafkah tambahan untuk
Selanjutnya, jika dilihat dari sisi pendidikan membantu suaminya dalam usaha pemenuhan
anak sebagaimana hasil wawancara yang kebutuhan hidup sehari-hari, meskipun dengan
diperoleh dari salah seorang informan, dapat pula penghasilan yang cenderung sedikit atau dengan
dijelaskan bahwa keluarga nelayan yang ada di jumlah yang tidak menentu. Masih relevan
Kelurahan Bonto Lebang sekarang ini, rata-rata dengan pandangan informan tersebut, salah
sudah menyekolahkan anaknya, baik tingkat SD, seorang isteri nelayan lainnya (Syamsiah) juga
SMP maupun SMA. Ini menggambarkan bahwa menuturkan, bahwa sebagai istri nelayan sudah
meskipun pendapatan yang diperoleh para nelayan terbiasa hidup seperti ini, dan mau tidak mau
terkadang tidak menentu, namun perhatian untuk harus dapat menjalankan tanggung jawab sebagi
memberi pendidikan (menyekolahkan) anak- ibu ruah tangga dengan mengurus rumah tangga
anaknya tetap ada, sekalipun harus melalui di samping juga harus bekerja membantu suami
perjuangan yang berat dengan pengeluaran biaya mencari pekerjaan lain. Dewasa ini, kontribusi
yang tidak sedikit. Merekalah nantinya diharapkan istri nelayan tersebut dalam membantu suami
dapat membantu orang tua dalam menopang mencari pekerjaan, yakni membuat makanan
ekonomi keluarga. atau kue-kue tradisional untuk dijual. Ini
Di sisi lain terkadang pemenuhan akan dilakukannya karena tuntutan ekonomi keluarga
kebutuhan rumah tangga serta kebutuhan- dan kebahagiaan keluarga, walaupun suami juga
kebutuhan lainnya masih dirasa cukup berat bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan
oleh istri-istri nelayan selaku ibu rumah tangga. yang tidak besar, karena semua itu tergantung
Inilah juga yang menjadi salah satu faktor atau dari rejeki yang didapatnya selama melaut.
motivasi sehingga para istri nelayan yang ada Itulah yang melatarbelakangi sehingga saya
di kelurahan Bonto Lebang harus bekerja keras membantunya dengan bekerja.
dan terlibat langsung membantu suami dalam Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami,

32
Peran Istri Nelayan dalam Menunjang... Ansaar

bahwa kaum istri nelayan di Kampung Kaili di dengan sumbangan kaum suami, akan tetapi
samping memiliki tugas dan tanggung jawab jumlah yang kecil itu tetap harus ada supaya
mengurus rumah tangga atau sebagai ibu rumah rumah tangga nelayan itu dapat terus bertahan,
tangga, juga memiliki peran dan tanggung jawab sebab tanpa adanya keterlibatan dari pihak
yang sangat besar sebagai pencari nafkah dalam istri, ekonomi rumah tangga akan mengalami
rangka menunjang ekonomi keluarga. Mereka kesulitan, dalam artian hidup dengan serba
mau bekerja apa saja sesuai yang dia mampu, kekurangan, terutama pada musim paceklik
sepanjang itu dapat menghasilkan uang. (musim angin barat) dimana para nelayan tidak
bisa melaut.
Peran dan Keterlibatan Istri Nelayan dalam Apa yang digambarkan di atas, pada
Menunjang Ekonomi Keluarga kenyataannya juga dialami oleh masyarakat
Keterlibatan istri nelayan dalam menunjang nelayan di Kelurahan Bonto Lebang, Kabupaten
ekonomi keluarga, merupakan salah satu usaha Bantaeng. Di wilayah tersebut, fenomena istri
istri agar kebutuhan hidup sehari-hari dapat nelayan yang ikut membantu atau terlibat dalam
terpenuhi. Akibat kondisi pendapatan suami yang menunjang ekonomi keluarganya, bukanlah
minim menyebabkan istri ikut mencari nafkah, hal yang baru dan itu sudah berlangsung lama.
dan dari penghasilan yang terbatas tersebut istri Mereka sadar bahwa pendapatan suami mereka
juga harus mampu mengambil keputusan dalam sebagai nelayan tidak akan mampu menutupi
mengelola keuangan keluarga agar teratur. Laut kebutuhan sehari-hari keluarga mereka, karena
menjadi lahan hidup yang paling utama bagi itu sebagai istri haruslah ikut terlibat dalam
penduduk desa nelayan. Dikemukakan oleh membantu ekonomi keluarga.
Kusnadi (2000:57) menyebutkan bahwa sumber Menurut keterangan beberapa informan,
daya laut adalah potensi utama yang menggerakan khususnya istri nelayan di lokasi penelitian,
kegiatan perekonomian desa. Maksudnya secara bahwa para istri nelayan yang ada di wilayah
umum kegiatan perekonomian nelayan bersifat Bonto Lebang umumnya memiliki pekerjaan
tidak stabil karena sangat bergantung pada sebagai bentuk partisipasi atau keterlibatan
tinggi-rendahnya produktivitas perikanan. mereka dalam menunjang ekonomi keluarga.
Keterlibatan kaum istri nelayan dalam Pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan itu
dunia kerja sudah terjadi sejak dahulu. Terlepas sesuai dengan kemampuan atau keterampilan
ide-ide yang dimiliki oleh para perempuan, pada yang dimilikinya, seperti: berdagang, mengikat
zaman sekarang ini, para perempuan tidak bisa bentang (mengikat bibit rumput laut pada tali
diam saja di rumah menunggu suami pulang yang sudah disiapkan), menjahit pakaian, dan
membawa uang. Karena pada zaman sekarang mencuci pakaian dengan upah tertentu. Namun
ini, dalam sebuah rumah tangga tidak cukup dari beberapa jenis pekerjaan tersebut, yang
hanya suami yang bekerja, mengingat tingkat paling banyak digeluti para istri nelayan di Bonto
kebutuhan hidup yang relatif tinggi. Hal ini Lebang adalah mengikat bentang (mengikat bibit
dibuktikan dengan adanya pekerja-pekerja atau rumput laut pada tali yang telah disiapkan).
buruh wanita dalam berbagai bidang, seperti Banyaknya istri nelayan bekerja di
bidang pertanian, perkebunan, dan juga bidang sektor rumput laut (mengikat bibit rumput
perikanan. laut), karena pekerjaan tersebut di samping
Dewasa ini, keterlibatan kaum istri nelayan mudah mengerjakannya juga tidak dibutuhkan
mencari nafkah, bersifat krusial (sangat penting) biaya dan tenaga yang lebih besar. Jika ingin
bagi rumah tangga mereka, khususnya nelayan mendapatkan hasil yang banyak, maka mereka
tradisional. Meskipun diakui sumbangan tunai harus menyelesaikan paling sedikit sepuluh
istri nelayan terhadap total pendapatan rumah ikatan (bentangan) sehari dengan upah Rp
tangga memang relatif lebih kecil dibandingkan 2000 per tiap bentangan. Panjang untuk setiap

33
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 23—36
bentangnya adalah kurang lebih 15 meter. Jadi terutama warga Kampung Kaili, Kelurahan Bonto
jika mereka menyelesaikan sepuluh bentangan Lebang. Jadi apabila masa-masa seperti ini tiba,
dalam sehari, maka uang yang bisa didapatkan maka penghasilan yang didapatkan dari pekerjaan
adalah sebanyak Rp 20.000,-. Jadi semua itu menjahit bisa mencapai Rp 600.000,- hingga
tergantung dari banyaknya ikatan yang bisa 800.000,- .
diselesaikan. Begitupun salah seorang istri nelayan
Terkait dengan pekerjaan mengikat lainnya yang melakukan pekerjaan di bidang jasa
rumput laut tersebut, salah seorang informan (mencuci pakaian) di rumah-rumah penduduk,
(Kaimuddin) mengemukakan, bahwa usaha penghasilan yang diperolehnya juga sangatlah
yang paling banyak dilakukan istri nelayan di membantu dalam menunjang ekonomi keluarga.
Kelurahan Bonto Lebang untuk memperoleh Bagi istri nelayan tersebut, penghasilan atau
tambahan pendapatan keluarga adalah dengan gaji yang didapatkan dari bekerja tidak diterima
menjadi pengikat rumput laut. Mereka tidak setiap hari, melainkan akhir bulan dengan
memiliki kesulitan dalam mengerjakannya, serta jumlah antara Rp 150.000, hingga Rp 200.000,-
tidak dibutuhkan keterampilan khusus dan bahkan untuk satu rumah tangga yang membutuhkan
anak-anak pun bisa ikut serta dalam membantu jasanya. Kendati pun jumlah atau nilainya
ibunya. Lebih lanjut menurut informan tersebut, tidak banyak, namun bagi yang bersangkutan
bahwa para pekerja (istri nelayan) pengikat sangat mensyukurinya, karena apa yang telah
rumput laut di tempat di mana dia bekerja, dapat diperolehnya itu sangat membantu suami yang
berpindah dari satu kelompok ke kelompok lain juga telah bersusah payah dalam memenuhi
jika pekerjaan pada kelompoknya telah selesai. kebutuhan ekonomi keluarga, terutama
Berbeda halnya dengan seorang istri kebutuhan sehari-hari.
nelayan lainnya yang punya keterampilan Demikian pula bagi istri nelayan yang
menjahit. Menurut si istri nelayan tersebut, bahwa membuka usaha-usaha jualan, seperti menjual
pekerjaan menjahit termasuk pekerjaan langka di kue-kue tradisional, tingkat pendapatan yang
wilayah perkampungan nelayan ini (khususnya diperoleh juga sangat tergantung dari fluktuasi
Kampung Kaili), karena tidak semua istri nelayan pendapatan nelayan dari kegiatan melaut.
bisa mengerjakannya, kecuali yang sudah punya Artinya, usaha jualannya atau warungnya itu akan
keterampilan untuk itu. Menurutnya, pekerjaan mengalami penurunaan (tidak banyak pembeli)
tersebut sudah dilakoninya sejak lama. Lebih lanjut jika musim paceklik atau masa terang bulan tiba.
istri nelayan tersebut mengemukakan, bahwa Karena pada masa-masa seperti ini, penghasilan
sebagai pekerjaan sehari-hari, penghasilan yang para nelayan tidak bisa dipastikan atau mungkin
bisa diperoleh bila diakumulasikan dalam sebulan tidak ada sama sekali sehingga mempengaruhi
tidaklah menentu, karena sangat tergantung tingkat konsumsinya. Kendati pun kondisi seperti
banyaknya order jahitan yang diterima. Namun ini sudah sering terjadi, namun tetap ada hasil yang
bila dirata-ratakan, maka hasil yang didapatkan diperoleh dari penjualan, meskipun nilainya tidak
bisa mencapai Rp 150.000, hingga Rp 200.000,- sebanyak jika dibandingkan dengan kondisi di luar
. Akan tetapi lebih lanjut menurut istri nelayan musim paceklik. Bagi istri nelayan bersangkutan,
bersangkutan, kondisi tersebut amat berbeda jika walaupun hasil yang diperoleh dari usaha menjual
dibandingkan dengan kondisi saat menjelang hari nilainya sedikit namun tetap disyukuri karena
raya lebaran, terutama hari raya Idul Fitri, dimana sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan
pada saat itu cukup banyak orderan yang diterima, rumah tangga lainnya.
mulai dari pembuatan kain gorden, taplak meja Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan para
hingga pakaian (baik pakaian anak-anak maupun istri nelayan sebagaimana digambarkan di atas
dewasa). Orang-orang yang memasukkan orderan adalah merupakan suatu upaya agar ekonomi
(pesanan jahitan) kebanyakan warga sekitar, rumah tangga mereka tetap bertahan. Semua

34
Peran Istri Nelayan dalam Menunjang... Ansaar

pekerjaan yang mereka lakukan itu tidak terikat melaut, apalagi jika terjadi musim paceklik
pada jam kerja dan merupakan pekerjaan yang atau ikan yang ditangkap tidak banyak. Selain
diciptakan sendiri, serta tidak tergantung pada itu juga adanya utang atau tanggungan yang
pihak lain. Atau dengan kata lain, mereka harus dibayar secara simultan perbulannya, juga
bebas melakukannya kapan saja, tergantung menjadi alasan istri nelayan untuk berpartisipasi
waktu yang dimilikinya. Sebab sebagaimana dalam membantu ekonomi keluarganya.
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pekerjaan Dengan adanya keterlibatan istri nelayan
suami sebagai nelayan penghasilannya tidaklah dalam perekonomian keluarganya di Kelurahan
menentu, semuanya sangat tergantung pada Bonto Lebang, terbukti sangat membantu
kondisi alam atau cuaca. kehidupan mereka, karena potensi laut yang
Di samping melakukan pekerjaan ada di daerah tersebut sangat mendukung
sampingan dalam membantu suami, para istri untuk membuka usaha yang dapat dijalankan
nelayan di Kelurahan Bonto Lebang juga para istri, seperti menjual kue-kue tradiaional
memiliki organisasi tersendiri untuk dapat yang biasanya banyak dibeli oleh para nelayan,
berkumpul dalam melakukan suatu kegiatan baik nelayan parengge maupun nelayan lanra’
yang positif, seperti acara pengajian yang rata- manakala mereka pulang dengan membawa
rata dilakukan 4 kali dalam sebulan dengan hasil yang menggembirakan.
jumlah anggota sekitar 30 orang, bahkan Selain mengikat bibit rumput laut dan
bisa sampai 50 orang. Ada pula perkumpulan berdagang kue-kue tradisional, pekerjaan
istri nelayan yang dinamakan “Balai Sakinah sampingan lainnya yang dilakukan para istri
Aisyiah yang disingkat BSA. Di Kelurahan nelayan di Kelurahan Bonto Lebang dalam
Bonto Lebang, perkumpulan istri nelayan ini menunjang ekonomi keluarga, seperti usaha
ada 4 yang masing-masing memiliki 2 sampai 3 menjahit, mencuci pakaian di rumah warga
kader, seperti BSA Bintang Laut (2 kader), BSA sekitar, dan menyiapkan jasa transportasi
Cakalang (3 kader), BSA Baronang (3 kader) (sebagai tukang ojek).
dan BSA Pesisir (2 kader). Untuk satu kader ada Dalam aktivitas kemasyarakatan dan
9 anggota dan mereka semua dipimpin oleh 1 sosial, istri-istri nelayan di Kelurahan Bonto
orang sebagai motivator. Lebang juga memiliki beberapa kegiatan yang
diselenggarakan oleh perkumpulan-perkumpulan
PENUTUP istri nelayan setempat, seperti acara pengajian
Berdasarkan atas penjelasan dan uraian yang rata-rata dilakukan 4 kali dalam sebulan
pada bagian-bagian di muka, maka berikut ini dengan jumlah anggota sekitar 30 sampai 50
dibuat kesimpulan umum, bahwa keterlibatan orang. Di samping itu, ada pula perkumpulan
istri nelayan dalam menggerakkan ekonomi istri nelayan yang dinamakan “Balai Sakinah
keluarga di Kelurahan Bonto Lebang, Aisyiah (BSA). Di Kelurahan Bonto Lebang,
Kecamatan Bissapu lebih difokuskan pada usaha perkumpulan isteri nelayan ini ada 4, yakni BSA
budi daya rumput laut, yakni menangani unsur- Bintang Laut, BSA Cakalang, BSA Baronang dan
unsur kegiatan seperti mengikat bibit atau yang BSA Pesisir. Wadah-wadah perkumpulan seperti
mereka istlahkan dengan “mengikat bentang” ini tentu memiliki tujuan yang sangat penting,
dan penjemuran sebelum dijual. yakni memberi kesempatan kepada istri-istri
Keterlibatan istri nelayan dalam membantu nelayan untuk berinteraksi dan bersosialisasi
meningkatkan pendapatan atau ekonomi dengan masyarakat di lingkungannya.
keluarganya dilatarbelakangi oleh beberapa Terkait dengan hasil penelitian sebagaimana
alasan utama, seperti pendapatan suami mereka telah dipaparkan di atas, berikut ini peneliti
yang tidak mencukupi untuk keperluan sehari- mencoba merekomendasikan beberapa hal yang
hari keluarga, ketidakpastian dalam pergi mungkin dapat menjadi pertimbangan bagi instansi

35
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 23—36
terkait, baik di tingkat kelurahan, kecamatan andayani.pdf Diakses 7 sept 2009
maupun kota. Adapun rekomendasi dimaksud Damayanti, Yosi. 2009. Tiga Peran Rangkap
antara lain: 1) Pemerintah sebaiknya memberikan Perempuan Nelayan.Studi Pada Keluarga
bantuan khusus kepada keluarga nelayan yang Nelayan di lingkungan Kapuran
kurang mampu dalam bidang pendidikan, seperti Kelurahan Pasar Madang Kecamatan
pemberian beasiswa kepada anak-anak nelayan Kotaagung Kabupaten Tanggamus.
sehingga orang tua mereka tidak lagi terbebani http://skripsi.unila.ac.id/wp-content/
dengan biaya sekolah anak mereka. 2) Di uploads/2009/07/TIGA-PERAN-
samping itu, pemerintah juga dapat membantu RANGKAP-PEREMPUAN-NELAYAN.
dengan cara membangun koperasi simpan pinjam pdf
khusus bagi nelayan di Kelurahan Bonto Lebang. Ismail, Arifuddin. 2007. Religi Manusia Nelayan
Hal ini tentunya akan sangat menunjang para Masyarakat Mandar. Makassar: Indobis
nelayan di kelurahan tersebut terutama pada Rekagrafis.
saat memasuki musim paceklik ikan. Koperasi Kusnadi. 2007 (cetakan ke-2). Konflik Sosial
tersebut juga sebaiknya menyediakan berbagai Nelayan. Kemiskinan dan Perebutan
macam perbekalan nelayan yang dapat dicicil Sumber Daya Alam. Yogyakarta: LkiS
pembayarannya atau peminjaman modal bagi Kusnadi, dkk. 2006. Perempuan Pesisir.
nelayan yang ingin membuka usaha sampingan. Yogyakarta: LkiS.
3) Hal lainnya yang juga dianggap penting Mulyadi. S. 2005.”Ekonomi Kelautan”.Jakarta
adalah pemberian pelatihan kepada para istri :PT Grefindo Persada
nelayan yang ada di Kelurahan Bonto Lebang Sanatang. 2006. Peranan Perempuan Dalam
sehingga mereka dapat memiliki kemampuan dan Ekonomi Rumah Tangga. Studi Kasus Istri
pengalaman yang dapat dijadikan modal untuk Nelayan di Kelurahan Sumpang Minangar
menjalankan suatu usaha. Kota Parepare. Tesis. Makassar: Program
pascasarjana Universitas Hasanuddin.
DAFTAR PUSTAKA Sastropoetro, Santoso. 1988. Partisipasi,
Abbas, Nurhasna dkk. 2004. Gender dan Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam
Peran Perempuan dalam Rumah Tangga Pembangunan Nasional. Bandung:
Nelayan Komunitas Kel. Dufa-Dufa Alumni.
Kota Ternate Utara. http://jjfoundation. Satria, A. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat
wordpress.com/yang-saya-tulis/gender- Pesisir. Jakarta: PT Pustaka Cidesindo.
dan-peran-perempuan-dalam-rumah- Sumarto, Hertifah Sj. 2009. Inovasi, Partisipasi,
tangga-nelayan-komunitas-kel-dufa-dufa- dan Good Govermance: 20 Prakarasa
kota-ternate-utara/ Inovatif dan Partisipatif di Indonesia.
Abdullah, Irwan. 2006. Konstruksi dan Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Tilaar, H.A.R, 1997. Pengembangan Sumber
Pustaka Pelajar Daya Manusia Dalam Era Globalisasi.
Andayani, Trisna.2006 Perubahan Peranan Jakarta: PT.Grasindo.
Wanita Dalam Ekonomi Keluarga Nelayan Ulhaq, Muhammad Zia. 2008. Kehidupan
Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei perempuan pesisir pantai di Pulau Bawean.
Tuan Kabupaten Deli. www.bawean.info.
Arifin, Ansar. 2013. Perangkap Kemiskinan Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian
dan Kekersan Struktural di balik dalam Manajemen. Jakarta: PT.Grafindo
Relasi Kerja Pinggawa Sawi. Jakarta: Persada
Orbit http://www.geocities.com/
konferensinasionalsejarah/trisna_

36

You might also like