You are on page 1of 13

PROFITABILITAS JAMUR TIRAM PADA UNIT USAHA

BIONUISI
Profitability of Oyster mushroom in the Bionuisi Business Unit
Andi Sitti Halimah1*, Rahmawaty A. Nadja2
1
PPs Agribisnis Universitas Muhammadiyah Parepare
2
Departemen Agribisnis Universitas Hasanuddin
*Corresponding author email: ashalimagaansil1@gmail.com

Abstract
A horticultural commodity that is starting to become popular in farming is the white oyster mushroom
(Pleurotus ostreatus). Even though they are not a new food ingredient for society, oyster mushrooms
have now been accepted by the public as a healthy food ingredient. Several studies conducted on
mushroom agribusiness show business developments that encourage the expansion of production land,
even though the promising economic aspects of this commodity do not require large areas of land.
This research aims to analyze profitability and determine factors that significantly influence the
amount of demand for white oyster mushrooms in UKM Bionuisi in Rajang Village, Lembang District,
Pinrang Regency. Regarding the first objective, starting with an analysis of production costs and
revenues, break-even point analysis (BEP), and profitability. Meanwhile, the second aim of this
research will be to carry out a regression analysis to explain whether variables X1 (price of white
oyster mushrooms), X2 (price of other vegetables), X3 (income), or X4 (consumer taste). The research
results show that the total costs incurred during 2022 are IDR 68,153,429, with a total income of IDR
297,596,571 received from three products sold by UKM Bionuisi in a year, namely baglog, chips and
fresh white oyster mushrooms. Among these three products, fresh white oyster mushrooms are the
product of this UKM that provides the largest income because it can sell up to 1 ton per 2022 and this
has a positive impact on the profitability of this UKM up to 72.73%
Keywords: Profitability, White Oyster Mushroom, MoS, MIR

Abstrak
Komoditi hortikultura yang mulai diminati dalam usahatani adalah jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus). Meski bukan bahan makanan yang baru bagi masyarakat, posisi jamur tiram kini telah
diterima masyarakat sebagai bahan makanan yang menyehatkan. Beberapa penelitian yang dilakukan
terhadap agribisnis jamur ini menunjukkan perkembangan usaha yang mendorong perluasan lahan
produksi, padahal aspek ekonomi yang menjanjikan dari komoditi tersebut tidak membutuhkan lahan
yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profitabilitas dan menentukan faktor yang
secara signifikan berpengaruh terhadap jumlah permintaan jamur tiram putih di UKM Bionuisi di Desa
Rajang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang. Terkait tujuan pertama, dimulai dengan analisis
biaya produksi dan pendapatan, analisis titik impas (BEP), dan profitabilitas. Sedangkan tujuan kedua
penelitian ini akan dilakukan analisis regresi untuk menjelaskan apakah variabel X1 (harga jamur tiram
putih), X2 (harga sayuran lain), X3 (pendapatan), atau X4 (selera konsumen) yang sangat berpengaruh
terhadap permintaan jamur tiram putih yang diproduksi UKM ini. Hasil penelitian menunjukkan total
biaya yang dikeluarkan selama tahun 2022 sebesar Rp68.153.429, dengan total pendapatan
Rp297.596.571 yang diterima dari tiga produk yang dijual UKM Bionuisi dalam setahun, yaitu baglog,
keripik, dan jamur tiram putih segar. Diantara tiga produk tersebut, jamur tiram putih segar menjadi
produk UKM ini yang memberi pendapatan terbesar karena mampu terjual hingga 1 ton per 2022 dan
hal ini berdampak positif bagi profitabilitas UKM ini hingga 72,73%.
Kata Kunci : Profitabilitas, Jamur Tiram Putih, MoS, MIR

PENDAHULUAN
Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian yang masih
perlu untuk dikembangkan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap perekonomian masyarakat. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor
pertanian yang potensial dan didorong untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
tani, ekonomi daerah, ekonomi nasional serta meningkatkan devisa negara melalui
ekspor. Kementerian Koordinator Perekonomian (2022) mencatat bahwa sub sektor
hortikultura pada kuartal I dan II tahun 2021 mencatatkan pertumbuhan sebesar
3,01% dan 1,84%. Hal ini mengindikasikan kontribusi sub sektor hortikultura yang
sangat baik dalam struktur PDB Nasional.
Salah satu komoditi hortikultura yang mulai diminati dalam usahatani adalah
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Meski bukan bahan makanan yang baru bagi
masyarakat, posisi jamur tiram kini telah diterima masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pangan. Prospeknya sangat menjanjikan jika kualitas dan kuantitas produk
sesuai dengan persyaratan, bahkan usaha jamur tiram putih tidak menimbulkan
kerusakan pada lingkungan dan dapat mengurangi limbah (Zulfarina dkk., 2019;
Fattah dkk., 2021).
Jamur tiram juga mempunyai manfaat sangat besar bagi kesehatan karena
didalamnya terdapat zat gizi yang seimbang terutama kandungan karbohidrat
dan protein yang sangat dibutuhkan (Nasution, 2016). Budidaya jamur tiram
masih menjadi prospek usaha kecil yang menggembirakan di tanah air, baik dari
aspek sosial maupun aspek ekonomi. Namun permintaan komoditi ini belum
mampu terpenuhi dikarenakan alat yang digunakan masih tradisional, modal terbatas,
rendahnya nilai konsumsi dan rendahnya produktivitas (Machfudi dkk., 2021).
Menurut Latifa dkk. (2023) dan Wibawa dkk (2015), pembudidaya jamur tiram putih
belum mampu memenuhi semua permintaan pasar, sehingga regulasi impor atas
komoditi ini dari nega China dilakukan pemerintah untuk menjamin ketersediaan
jamur tiram putih. Selanjutnya, Suharjo (2015) menjelaskan jika saat ini Pulau Jawa
menjadi sentra produksi jamur tiram putih, mengingat wilayah ini merupakan
konsumen dengan jumlah permintaan tertinggi di Indonesia.
Peluang keuntungan dari komoditi tersebut selanjutnya dimanfaatkan oleh
beberapa UKM, mulai dari usaha pembuatan baglog, budidaya, hingga pengolahan
jamur tiram putih menjadi aneka olahan siap saji. Tidak sedikit UKM yang bertahan
saat pandemi Covid19. Salah satu UKM yang mampu bertahan dan mampu memberi
kesempatan kerja bagi masyarakat sekelilingnya adalah UKM Bionuisi yang
berlokasi di Kabupaten Pinrang, tepatnya di Desa Rajang Kecamatan Lembang.
UKM ini cukup aktif dalam agribisnis jamur tiram putih dan sepenuhnya dikelola
secara mandiri. Awalnya, budidaya jamur tiram putih yang dikembangkan
merupakan usaha atau pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan keluarga
bagi pemilik. Namun dengan keuletan mereka secara perlahan usaha tersebut bisa
meningkatkan keuntungan bahkan mampu membuka lapangan kerja baru bagi
masyarakat sekitar. Oleh Dinas Pertanian dan Hortikultura serta Dinas Koperasi dan
UKM Kabupaten Pinrang, produk UKM ini dipromosikan hingga ke tingkat Nasional
melalui beberapa pameran olahan pangan.
Dalam observasi awal, diketahui bahwa usaha tersebut memproduksi baglog
siap tumbuh dan jamur tiram putih segar serta olahannya. Dengan kondisi alam yang
cukup mendukung pertumbuhan komoditi ini, pemilik Bionuisi tetap yakin jika usaha
yang dirintisnya sejak 2017 mampu bersaing dengan usaha serupa di daerah lain.
Meski hal tersebut diakui sulit bertahan mengingat masyarakat setempat belum
banyak yang meminati untuk mengembangkan budidaya jamur tiram putih apalagi
untuk mengonsumsi olahannya. Untuk itu, penelitian ini dilakukan sebagai bahan
yang dapat dipertimbangkan bagi kelompok masyarakat yang ingin mengetahui
profitabilitas jamur tiram putih UKM Bionuisi sebelum menjalankan duplikasi usaha
ini.
METODE
Penelitian ini dilakukan di Desa Rajang Kecamatan Lembang Kabupaten
Pinrang Sulawesi Selatan. Wilayah ini memiliki ketinggian kurang dari 500mdpl
dengan luas 45,07km2 dan memiliki 135ha lahan sawah tadah hujan. Lokasi ini
dipilih dengan pertimbangan bahwa UKM yang dijadikan obyek penelitian
merupakan perintis usaha jamur tiram putih. UKM ini menjadi satu-satunya yang
bertahan dengan usaha jamur tiram putih hingga kini, yang mampu membuka
lapangan kerja bagi masyarakat setempat dan menjadikan jamur tiram putih sebagai
komoditi potensial di daerah ini.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara atau mengisi kuesioner sehingga
sumber data ini langsung memberikan data kepada peneliti. Wawancara dengan
pengelola sekaligus pemilik usaha Bionuisi sebagai subjek penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh data mengenai jumlah produksi serta penjualan, komponen
penyusutan, dan beberapa jenis biaya yang dikeluarkan UKM Bionuisi dalam
mengelola usahanya per Tahun 2022. Adapun data sekunder, berupa gambaran umum
UKM Bionuisi serta beberapa literatur ilmiah yang menunjang penelitian ini.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis biaya produksi
dan pendapatan, analisis titik impas serta profitabilitas usaha. Biaya yang
diperhitungkan dalam usahatani UKM Bionuisi sebagai biaya tetap terdiri atas biaya
penyusutan alat dan biaya tenaga kerja. Biaya atas alat dan bangunan sebagai
kumbung yang digunakan selama proses produksi merupakan komponen biaya tetap
yang memperhitungkan penyusutan. Biaya tidak tetap atau biaya variabel seperti
pembuatan baglog, transportasi, listrik, air, dan kantong plastik. Penghitungan BEP
untuk menentukan batas minimum volume penjualan dan penerimaan sehingga usaha
tidak mengalami kerugian (Talakua dkk., 2017). Menurut Alham, dkk. (2017) dan
Wati dkk. (2021) untuk dapat menganalisis profitabilitas maka sebelumnya harus
menghitung biaya produksi dan pendapatan serta analisis titik impas (BEP),
sedangkan profitabilitas dapat diketahui dari hasil perkalian Marginal Income Ratio
(MIR) dengan Margin of Safety (MoS). Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung profitabilitas UKM Bionuisi :
TR−VC
MIR= x 100 %
TR

Keterangan : TR = Total Revenue/ Total Penerimaan (Rp)


VC = Variable Cost/ Biaya Variabel (Rp/unit)
MIR = Marginal Income Ratio (%)

TR−BEP
MoS= x 100 %
TR

Keterangan : TR = Total Revenue/ Total Penerimaan (Rp)


BEP = Nilai Impas (Rp)
MoS = Margin of Safety (%)

π=MIR x MoS x 100 %

Keterangan : π = Profitabilitas (%)


MIR = Marginal Income Ratio (%)
MoS = Margin of Safety (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Profitabilitas usahatani jamur tiram mempertimbangkan jumlah produksi yang
menentukan besaran keuntungan yang diperoleh oleh UKM ini. Besarnya biaya yang
dikeluarkan serta penerimaan yang diterima UKM Bionuisi dalam setahun, dimana
selisihnya akan menentukan pendapatan yang digunakan sebagai indikator awal
tingkat profitabilitas UKM ini. Analisis terhadap profitabilitas akan menggambarkan
kemampuan usaha tersebut memberikan keuntungan.

Analisis Biaya

Biaya dalam usahatani jamur tiram putih UKM Bionuisi terdiri dari biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya akan tetap
tergantung jenis kegiatan usaha yang dilakukan. Biaya tetap di UKM ini terdiri dari
peralatan yang telah diinvestasikan dan biaya penyusutan bangunan. Biaya
penyusutan UKM Bionuisi per Tahun 2022 diketahui sebesar Rp2.997.429.
Penghitungan biaya penyusutan UKM ini untuk satu tahun, sehingga peralatan yang
mempunyai umur ekonomis satu tahun dimasukkan sebagai biaya tetap. Faktor biaya
yang termasuk biaya tetap merupakan biaya produksi yang berhubungan langsung
atau tidak dengan proses produksi (Fathony dan Wulandari, 2020). Biaya tetap dalam
penelitian ini terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Biaya Tetap UKM Bionuisi 2022


Komponen Biaya per Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan 2.997.429
Upah Tenaga Kerja 24.000.000
Listrik 3.600.000
Sodet 6buah 120.000
Pipa 4set 140.000
Total 30.857.429
Sumber : Data Primer Diolah, 2022

Data Tabel 1 menunjukkan biaya tenaga kerja sebesar Rp24.000.000 yang


diterima per bulan untuk dua orang dimasukkan sebagai biaya tetap karena jumlah
tenaga kerja setiap hari selalu tetap meski jumlah produksi berubah-ubah. Biaya
listrik digunakan untuk menghidupkan pompa air dan penggunaannya untuk kegiatan
penyiraman yang dilakukan hampir setiap hari, dengan biaya yang dikeluarkan per
bulan sebesar Rp300.000. Alat lain yang digunakan sebagai biaya tetap adalah jumlah
sodet yang digunakan dalam produksi keripik sebanyak enam buah per tahun dengan
harga satuan Rp20.000. Selain itu, empat set pipa dengan harga Rp35.000 per
satuannya dimasukkan dalam biaya tetap karena umur ekonomisnya tidak lebih dari
setahun. Sehingga, biaya tetap UKM Bionuisi per 2022 sebanyak Rp30.857.429.
Selain biaya tetap, ada biaya variabel yang berpengaruh langsung terhadap
jumlah produksi. Biaya ini berubah-ubah, semakin banyak produksi maka semakin
besar biaya yang dikeluarkan. Misalnya untuk produksi baglog di UKM ini, dihitung
berdasarkan biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk diketahui baglog menjadi bahan
utama, dimana 1kg baglog di UKM Bionuisi menghasilkan lebih kurang 0,5kg jamur
tiram putih segar dengan masa habis panen dari baglog tersebut 4-5 bulan. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian Safitri dan Munthe (2022); Makabori dkk (2021)
bahwa baglog dapat di panen 5 sampai 8 kali selama masa produksi apabila dirawat
dengan baik, baglog yang beratnya 1kg menghasilkan 0,5 - 0,8kg jamur tiram.
Apabila permukaan baglog tertutup sempurna dengan miselium, kira-kira 2-3 minggu
setelah pembukaan baglog jamur sudah mulai tumbuh dan sudah dapat dipanen. Total
baglog di UKM ini selama periode 2022 yang mengisi ketiga kumbung yang dimiliki
sebanyak 8000 baglog.

Baglog yang dibuat UKM Bionuisi tidak hanya untuk persediaan sendiri tetapi
juga dipasarkan. Tidak hanya baglog, UKM ini juga memproduksi olahan produksi
jamur tiram putih segar yang mereka budidayakan sendiri menjadi keripik. Produk
ini diolah dengan bumbu racik dan dikemas untuk kemudian dipasarkan baik secara
langsung di beberapa toko klontong di daerah ini maupun secara online. Biaya
variabel UKM Bionuisi pada Tahun 2022 adalah Rp37.296.000.
Total biaya per 2022 yang dikeluarkan oleh UKM ini merupakan keseluruhan
biaya tetap dan biaya variabel, artinya total biaya yang dikeluarkan sangat ditentukan
oleh komponen biaya-biaya tersebut. Besaran total biaya yang dikeluarkan UKM ini
dalam kegiatannya pada Tahun 2022, sebesar Rp68.153.429.
Analisis Pendapatan
Konsumen UKM Bionuisi berasal dari berbagai daerah, baik dari sekitar
Kecamatan Lembang hingga masyarakat luar Kabupaten Pinrang. Pengelola
sekaligus pemilik mengatakan bahwa masyarakat yang berasal dari luar kabupaten
lebih memilih produk jamur tiram putih segar untuk diolah sendiri sesuai keinginan
konsumen. Produk segar ini yang paling banyak terjual selama Tahun 2022 yaitu
sebanyak 1ton dengan harga Rp25.000/kg. Keripik olahan UKM ini juga terbilang
diminati karena penjualannya 1000kg dengan harga Rp100.000/kg untuk periode
yang sama. Sedangkan penjualan baglog, masih terbatas yaitu hanya 3500 selama
setahun. Kurangnya minat masyarakat dalam budidaya jamur tiram putih,dan
terbatasnya informasi mengenai keuntungan yang bisa diterima, menjadi alasan
tersendiri dalam upaya pengembangan komoditi yang satu ini khususnya Kabupaten
Pinrang.
Diakui oleh pemilik, peningkatan penjualannya Tahun 2022 sangat signifikan
dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini yang memberanikan UKM Bionuisi untuk
memperluas usaha di beberapa titik lokasi terutama bangunan kumbung yang lebih
besar sehingga kapasitas untuk penempatan baglog lebih banyak untuk tahun-tahun
berikutnya.
Tabel 2. Pendapatan UKM Bionuisi Tahun 2022
Komponen Jumlah (Rp)
Total Penerimaan :
- Baglog 15.750.000
- Keripik 100.000.000
- Jamur Tiram Putih Segar 250.000.000
Total Biaya 68.153.429
Total 297.596.571
Sumber : Data Primer Diolah, 2022

Tabel 2 menunjukkan pendapatan yang diperoleh UKM Bionuisi sebesar


Rp297.596.571, sehingga bisa dikatakan UKM ini mengalami keuntungan. Nilai
tersebut merupakan hasil penjualan dari tiga jenis produk yang diproduksi UKM ini.
Pada penelitian ini, profitabilitas yang akan diketahui bersumber pada nilai
penerimaan produk yang memberikan keuntungan tertinggi selama periode 2022 di
UKM ini, yaitu jamur tiram putih segar. Produk ini mampu menghasilkan
pendapatan bagi UKM Bionuisi sebesar Rp250.000.000 sehingga mampu menutupi
total biaya yang dikeluarkan selama satu tahun.
Analisis Titik Impas
Titik impas atau break even point (BEP) dapat menggambarkan kondisi usaha
yang tidak mengalami keuntungan dan tidak pula alami kerugian. Penjualan pada
tingkat tertentu akan menentukan besar kecilnya pendapatan yang diperoleh UKM
ini. Penghitungan titik impas berdasarkan nilai dari total biaya (TFC), harga (P), dan
rata-rata biaya variabel (AVC). Penentuan titik impas dilakukan dengan memisahkan
biaya tetap dan biaya variabel, semakin besar produksi maka biaya tetap per satuan
akan semakin kecil (Ananda dan Hamidi, 2019). Adapun komponen penghitungan
titik impas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen Penghitungan Titik Impas UKM Bionuisi tahun 2022
Komponen Nilai
Total Penerimaan 250.000.000
Jumlah Penjualan (kg) 10.000
Harga Jual Rata-rata (Rp/kg) 25.000
Total Biaya Tetap (Rp) 30.857.429
Total Biaya Variabel (Rp) 37.296.000
Biaya Variabel Rata-rata (Rp/kg) 3.729
BEP (kg/tahun) 1.450,7
BEP (Rp/tahun) 36.268.040
Sumber : Data Primer Diolah, 2022

Tabel 3 menunjukkan bahwa UKM Bionuisi minimal memproduksi dan


menjual jamur tiram putih segar sebanyak 1.450,7kg dalam setahun dengan tingkat
penerimaan sebesar Rp36.268.040 agar tetap untung dan tidak berada di titik impas
atau merugi. Perbandingan antara keadaan riil dengan penghitungan titik impas
menggambarkan usahatani yang dijalankan per 2022 memproduksi jamur tiram putih
segar dan menjualnya melebihi dari nilai BEP yang ada. Menurut Putri (2017),
manfaat analisis break even point berdampak langsung bagi
kesinambungan perusahaan, dimana manajer usaha dapat mengidentifikasikan
tingkat penjualan agar terhindar dari kerugian dan diharapkan dapat mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk masa yang akan datang.
Analisis Profitabilitas
Analisis ini mengukur besaran kemampuan UKM Bionuisi dalam
memperoleh keuntungan, dimana keuntungan dipengaruhi oleh biaya, harga jual, dan
jumlah penjualan. Hasil penghitungan profitabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Penghitungan Profitabilitas UKM Bionuisi Tahun 2022
Komponen Nilai
MIR (Marginal Income Ratio) (%) 85,08
MoS (Margin of Safety) (%) 85,49
Profitabilitas (%) 72,73
Sumber : Data Primer Diolah, 2022

Data pada Tabel 4 menunjukkan kemampuan UKM Bionuisi untuk menutupi


biaya tetap dan menghasilkan keuntungan yang dapat dilihat dari nilai MIR dimana
nilai tersebut merupakan hasil bagi antara selisih penjualan dan total biaya variabel
dengan jumlah jamur tiram putih segar yang terjual. Nilai MIR sebesar 85,08% yang
berarti bahwa setiap tahun usahatani ini mampu memberi 85,08% dari hasil penjualan
untuk menutupi biaya tetap usaha dan keuntungan. Sesuai pendapat Azmita dkk.
(2019) bahwa MIR merupakan pembagian antara selisih dari total penerimaan dan
total biaya variabel, dengan hasil penjualan itu sendiri, dan memiliki fungsi untuk
memberikan informasi seberapa besar kemampuan usaha tersebut menutupi biaya
tetap dan menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi nilai MIR, maka semakin baik
kondisi keuangan UKM Bionuisi, karena mampu menutupi biaya tetap dan
menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
MoS merupakan hasil penjualan pada titik impas yang apabila dihubungkan
dengan penjualan terencana atau pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh
informasi tentang berapa jumlah penjualan minimal sehingga UKM ini tidak merugi
atau impas. MoS dianggap sebagai ukuran titik aman bagi usaha dalam
meminimalkan penjualan, yang dihitung dari selisih antara jumlah penjualan yang
dianggarkan dengan penjualan pada titik impas. Baris dan Sondakh (2020)
berpendapat Margin of safety (MoS) merupakan batas risiko penurunan volume
penjualan, sehingga perusahaan tidak untung dan tidak mengalami kerugian. Hasil
penghitungan MoS memberi informasi bagi UKM Bionuisi bahwa penjualan jamur
tiram putih segar yang diproduksi tidak boleh turun lebih dari 85,49% atau 8.549kg
per tahun. Batas minimun terhadap penurunan penjualan produk tersebut
menjelaskan jumlah toleransi agar UKM Bionuisi tidak mengalami kerugian.
Persentase MIR dan MoS selanjutnya dihubungkan dengan keuntungan usaha
ini untuk menunjukkan tingkat profitabilitas UKM ini. Hasil analisis yang
ditunjukkan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa tingkat profitabilitas sebesar
72,73%, yang berarti apabila UKM Bionuisi mampu menjual jamur tiram putih
sebanyak 10.000kg jamur tiram putih segar maka keuntungan yang diperoleh
mencapai 72,73%. Dengan mengetahui hal ini, UKM Bionuisi dapat merencanakan
jumlah produksi yang harus dijual. Disamping itu, penambahan kapasitas kumbung
juga perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi jumlah produksi jamur tiram
putih sehingga UKM ini bisa memperluas pasarannya.

SIMPULAN
Tingkat profitabilitas UKM Bionuisi dalam mengelola usahatani jamur tiram
putih sebesar 72,73%, apabila UKM ini mampu menjual sebanyak 10.000kg jamur
tiram putih segar. UKM Bionuisi memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan
yang lebih besar dengan memperluas kumbung untuk meningkatkan produksinya
serta menambah jaringan untuk pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Alham, F., Indra, S.B. & Saputri, N. 2017. Analisis Profitabilitas Usaha dan Nilai Tambah Terasi Di Ke

Ananda, G. dan Hamidi. 2019. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Perusah

Azmita, N., Mutiara, V.I. dan Hidayat, R. 2019. Analisis Nilai Tambah dan Profitabilitas Usaha Tahu A

Baris, Y.E. dan Sondakh, J.J. 2014. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Produk G

Fathony, A.A. dan Wulandari, Y. 2020. Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Operasional
Terhadap Laba Bersih Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII. Jurnal Akurat Vol 11 No
1: 43-54 Retrieved from
https://ejournal.unibba.ac.id/index.php/akurat/article/view/251
Fattah, A., Budi, H.S., dan Sahita, D. 2021. Budidaya Produk Jamur Tiram Untuk Kemandirian
Masyarakat Desa Duyung Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Jurnal Abdi
Bhayangkara UBHARA Surabaya Vol 3 No 1 : 910-919 Retrieved from
http://ejournal.lppm.ubhara.id/index.php/jurnal_abdi/article/view/143
Latifa, N.H., Rochdiani, D. & Saidah, Z. 2023. Efisiensi Teknis Usahatani Jamur Tiram Putih di
Kabupaten Bandung Barat. Agrikultura 34(1): 124-132 DOI:
https://doi.org/10.24198/agrikultura.v34i1.44199
Machfudi, Supriyatna, A., dan Hendrawan, H. 2021. Budidaya Jamur Tiram Sebagai Peluang
Usaha (Studi Kasus Puslit Biologi LIPI). Communnity Development Journal Vol 2 No
1: 127-135 DOI: https://doi.org/10.31004/cdj.v2i1.1396
Makabori, Y.Y., Mual, C.D. dan Enar, J.Y. 2021. Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus sp) Rumah Jamur Welury di Kelurahan Andai Distrik Manokwari
Selatan Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Prosiding Seminar Nasional
Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian Politeknik Pembangunan Pertanian
Manokwari, 31 Juli 2021: 57-65 DOI: https://doi.org/10.47687/snppvp.v2i1.194

Nasution, J. 2016. Kandungan Karbohidrat dan Protein Jamur Tiram Putih (Pleuterus ostreatus) pada M

Putri, E.S., Eliza, dan Maharani, E. 2014. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Jamur Tiram

Safitri, R. dan Munthe, N.Br.G. 2022. Komponen Biotik Dan Abiotik Yang Terdapat Pada
Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Di Desa Pasar VI Kualanamu, Sumatera
Utara. Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus Vol 8 (3): 754-766 Retrieved from
https://jurnal.ulb.ac.id/index.php/nukleus/article/download/3355/2711
Suharjo, E. 2015. Budi Daya Jamur Tiram Media Kardus. Jakarta : AgroMedia.
Talakua, M.W., Rahakbauw, D.L. & Surlialy, S. 2017. Analisis Break Even Point Sebagai Alat
Untuk Merencanakan Laba Perusahaan (Studi Kasus : PT Kimia Farma). Barekeng
11(1): 49-53 DOI: https://doi.org/10.30598/barekengvol11iss1pp49-54
Wati, R., Darsono & Antriyadarti, E. 2021. Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah Usaha
Industri Pangan Produk Carang Mas Di Kabupaten Magetan. Jurnal Ilmiah Sosio-
Ekonomika Bisnis 24(2): 1-9 Retrieved from
https://online-journal.unja.ac.id/jseb/article/download/15391/13349
Wibawa, M. S., I Ambarawati, Suamba, K. 2016. Manajemen Rantai Pasok Jamur Tiram di
Kota Denpasar. Jurnal Manajemen Agribisnis 4(1): 10-25 Retrieved from
https://ojs.unud.ac.id/index.php/agribisnis/article/view/21743
Zulfarina, Suryawati, E., Yustina, Putra, R.A. dan Taufik, H. 2019. Budidaya Jamur Tiram dan
Olahannya untuk Kemandirian Masyarakat Desa. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat Vol. 5 No.3: 358 – 370 DOI: HYPERLINK
"https://doi.org/10.22146/jpkm.44054"https://doi.org/10.22146/jpkm.44054

You might also like