You are on page 1of 7

Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448

Resiliensi pada Wanita Dewasa yang Pernah Mengalami Kekerasan


Seksual di Kota Bandung
Resilience In Adult Women Who Have Experienced
Sexual Violence On Bandung City
1
Tanti Amalia Fikriana, 2 Fanni Putri Diantina
1,2
Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: 1tamaliafikriana@gmail.com,2 fanni.putri@gmail.com

Abstract. According to Komnas Perempuan, in Indonesia on average 35 women are victims of sexual
violence every day. Nearly 70 percent of cases of violence against women, both fatal and non-fatal, are
committed by family members or partners. In the city of Bandung, sexual violence shows an increase from
year to year. Individuals who have experienced sexual violence have physical and psychological trauma. For
example the feeling of inferiority, feeling broken, worthless, until the emergence of negative emotions, even
the desire to commit suicide. However, several adult women who had experienced sexual violence were
found, but had the urge to rise up and return to carrying out their lives. This phenomenon indicates a
conformity with the description of resilience. The purpose of this study is to obtain empirical data regarding
resilience in adult women who have experienced sexual violence. The method used is a quantitative study
with an infinite number of population so that it uses a purposive technique and snowball sampling with the
number of respondents as many as 12 people. Data retrieval uses a resilience measurement tool from Reivich
and Shatte that is in accordance with the purpose of this study. The number of valid items is 31 items. The
results showed that 7 subjects had high levels of resilience, while 5 other subjects included low levels of
resilience. The highest aspect in this study is Reaching Out, while the lowest aspect is Empathy.
Keywords: Resilience, Sexual Violence, Adult Women

Abstrak. Menurut Komnas Perempuan, di Indonesia rata-rata 35 orang perempuan menjadi korban
kekerasan seksual setiap harinya. Hampir 70 persen dari kasus kekerasan terhadap perempuan, baik fatal
maupun tidak fatal, yang dilakukan oleh anggota keluarga atau pasangan. Di Kota Bandung, kekerasan
seksual menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Individu yang pernah mengalami kekerasan
seksual memiliki trauma fisik dan psikologis. Misalnya adanya perasaan rendah diri, merasa hancur, tidak
berharga, hingga munculnya emosi negatif, bahkan adanya keinginan untuk bunuh diri. Namun, ditemukan
beberapa wanita dewasa yang pernah mengalami kekerasan seksual, tetapi memiliki dorongan untuk bangkit
dan kembali menjalankan hidupnya. Fenomena ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan gambaran dari
resiliensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai resiliensi pada wanita
dewasa yang pernah mengalami kekerasan seksual. Metode yang digunakan adalah studi kuantitatif dengan
jumlah populasi tak hingga sehingga menggunakan teknik purposive dan snowball sampling dengan jumlah
responden sebanyak 12 orang. Pengambilan data menggunakan alat ukur resiliensi dari Reivich dan Shatte
yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Jumlah item yang valid adalah 31 item. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 7 orang subjek memiliki tingkat resiliensi yang tinggi, sedangkan 5 orang subjek
lainnya termasuk memiliki tingkat resiliensi yang rendah. Aspek tertinggi dalam penelitian ini adalah
Reaching Out, sedangkan aspek terendah adalah Empathy.
Kata Kunci: Resiliensi, Kekerasan Seksual, Wanita Dewasa

sempat menurun, namun kembali


A. Pendahuluan
mengalami peningkatan drastis
Menurut Catahu Komnas sebanyak 25% di tahun 2017.
Perempuan tahun 2018, kekerasan yang Kekerasan seksual
paling banyak terjadi pada perempuan menimbulkan dampak yang sangat
di Indonesia adalah kekerasan seksual mengerikan dan akan menjadi
dengan pelaku paling banyak berasal berbahaya jika tidak segera ditangani
dari pasangan atau anggota keluarga. oleh ahli. Dampak yang ditimbulkan
Pada tahun 2016, kekerasan seksual tidak hanya fisik tetapi juga psikis.
122
Resiliensi pada Wanita Dewasa yang Pernah Mengalami… | 123

Biasanya, dampak dari psikis inilah pernah mengalami kekerasan seksual di


yang menimbulkan efek jangka Kota Bandung”. Sesuai dengan uraian
panjang. Terlebih lagi jika menjadi diatas, tujuan dari penelitian ini adalah
korban kekerasan dalam jangka waktu untuk mendapatkan data empiris
tertentu dan peristiwa ini menjadi mengenai resiliensi pada wanita dewasa
tergeneralisasi. Dalam penelitian yang pernah mengalami kekerasan
Lestari dan Wardhani (2007) seksual di Kota Bandung.
menyebutkan bahwa korban kekerasan
seksual dapat berpotensi mengalami
B. Landasan Teori
gangguan kepribadian disosiatif dan
bahkan menjadi pelaku kekerasan Grotberg (1999) mendefinisikan
seksual di masa depan. Selain itu, resiliensi sebagai kemampuan yang
dengan stigma masyarakat yang masih dimiliki oleh manusia untuk
merendahkan para korban kekerasan menghadapi, mengatasi, mempelajari
seksual, banyak juga keluarga yang kesulitan dalam hidup, dan belajar dari
justru menutupi bahwa anggota pengalaman dari kondisi yang tidak
keluarganya menjadi korban kekerasan menyenangkan yang pernah
seksual karena dianggap aib yang dialaminya. Resiliensi adalah
memalukan. kemampuan dari kapasitas individu
Korban kekerasan seksual untuk “bangkit kembali” dari
umumnya merasa bahwa trauma yang pengalaman negatif atau merupakan
mereka alami akan mereka rasakan hasil dari pembelajaran dan
seumur hidup dan sangat berdampak pengalaman (Building resilience in
dpada kehidupan mereka. Mereka rural communities, 2008).
merasa tidak berdaya, powerlessness, Menurut Reivich dan Shatte
depresi, rasa takut untuk berbaur (2002), resiliensi merupakan
dengan lingkungan, merasa tak kemampuan individu untuk mengatasi
berharga, dan bahkan hingga dan meningkatkan ketahanan diri
munculnya pikiran untuk bunuh diri. terhadap situasi yang menekan seperti
Namun, peneliti menemukan adanya kehilangan pekerjaan, kegagalan dalam
fenomena dimana terdapat wanita berhubungan sosial, dan bahkan trauma
dewasa yang pernah mengalami yang terjadi dalam hidupnya. Terdapat
kekerasan seksual berupa pemerkosaan 7 kemampuan pembentuk resiliensi
yang memiliki dorongan untuk bangkit, menurut Reivich dan Shatte (2002),
mau kembali berbaur dengan yaitu:
lingkungan setelah membatasi diri, 1. Emotion Regulation
belajar mengendalikan emosinya, yakin Pengendalian emosi adalah
dengan kemampuan dalam dirinya dan suatu kemampuan untuk tetap
mengejar cita-cita dengan tenang meskipun berada di
kemampuannya tersebut, berusaha bawah tekanan. Individu yang
mengejar ketertinggalannya dalam mempunyai resiliensi yang baik,
pendidikan, dan menjadi lebih peka menggunakan kemampuan
dengan lingkungannya. Gambaran ini positif untuk membantu
sesuai dengan definisi resiliensi dari mengontrol emosi, memusatkan
Reivich dan Shatte. perhatian dan
Berdasarkan uraian latar perilaku. Mengekspresikan
belakang diatas, peneliti ingin emosi dengan tepat adalah
mengetahui tentang “bagaimana bagian dari resiliensi. Individu
resiliensi pada wanita dewasa yang yang tidak resilien cenderung
lebih mengalami kecemasan,
Psikologi
124 | Tanti Amalia Fikriana, et al.

kesedihan, dan kemarahan merasakan dan dimengerti orang


dibandingkan dengan individu lain.
yang lain, dan mengalami saat 4. Optimism
yang berat untuk mendapatkan Individu dengan resiliensi yang
kembali kontrol diri ketika baik adalah individu yang
mengalami optimis, yang percaya bahwa
kekecewaan. Individu lebih segala sesuatu dapat berubah
memungkinkan untuk terjebak menjadi lebih baik. Individu
dalam kemarahan, kesedihan mempunyai harapan akan masa
atau kecemasan, dan kurang depan dan dapat mengontroal
efektif dalam menyelesaikan arah kehidupannya. Optimis
masalah. membuat fisik menjadi lebih
2. Impulse Control sehat dan tidak mudah
Kemampuan untuk mengontrol mengalami depresi. Optimis
impuls berhubungan dengan menunjukkan bahwa individu
pengendalian emosi. Individu yakin akan kemampuannya
yang kuat mengontrol impulsnya dalam mengatasi kesulitan yang
cenderung mempu tidak dapat dihindari di
mengendalikan kemudian hari. Hal ini
emosinya. Perasaan yang berhubungan dengan self
menantang dapat meningkatkan efficacy, yaitu keyakinan akan
kemampuan untuk mengontrol kemampuan untuk memecahkan
impuls dan menjadikan masalah dan menguasai dunia,
pemikiran lebih akurat, yang yang merupakan kemampuan
mengarahkan kepada penting dalam
pengendalian emosi yang lebih resiliensi. Penelitian
baik, dan menghasilkan perilaku menunjukkan bahwa optimis
yang lebih resilien. dan self efficacy saling
3. Empathy berhubungan satu sama
Beberapa individu mahir dalam lain. Optimis memacu individu
menginterpretasikan apa yang untuk mencari solusi dan bekerja
para ahli psikologi katakan keras untuk memperbaiki situasi.
sebagai bahasa non verbal dari 5. Causal Analysis
orang lain, seperti ekspresi Analisis penyebab menurut
wajah, nada suara, bahasa tubuh, Martin Seligman, dkk (dalam
dan menentukan apa yang orang Reivich dan Shatte, 2002),
lain pikirkan dan adalah gaya berpikir yang sangat
rasakan. Walaupun individu penting untuk menganalisis
tidak mampu menempatkan penyebab, yaitu gaya
dirinya dalam posisi orang lain, menjelaskan. Hal itu adalah
namun mampu untuk kebiasaan individu dalam
memperkirakan apa yang orang menjelaskan sesuatu yang baik
rasakan, dan memprediksi apa maupun yang buruk yang terjadi
yang mungkin dilakukan oleh pada individu. Individu dengan
orang lain. Dalam hubungan resiliensi yang baik sebagian
interpersonal, kemampuan untuk besar memiliki kemampuan
membaca tanda-tanda non menyesuaikan diri secara
verbal menguntungkan, dimana kognitif dan dapat mengenali
orang membutuhkan untuk semua penyebab yang cukup

Volume 5, No. 1, Tahun 2019


Resiliensi pada Wanita Dewasa yang Pernah Mengalami… | 125

berarti dalam kesulitan yang berdasarkan pengalaman


dihadapi, tanpa terjebak di sebelumnya, bagaimanapun
dalam gaya menjelaskan juga, keadaan menyulitkan akan
tertentu. Individu tidak secara selalu dihindari. Meraih sesuatu
reflek menyalahkan orang lain pada individu yang lain
untuk menjaga self esteem-nya dipengaruhi oleh ketakutan
atau membebaskan dirinya dari dalam memperkirakan batasan
rasa bersalah. Individu tidak yang sesungguhnya dari
menghambur-hamburkan kemampuannya (Reivich, 2002).
persediaan resiliensinya yang
berharga untuk merenungkan
C. Hasil Penelitian dan
peristiwa atau keadaan di luar
Pembahasan
kontrol dirinya. Individu
mengarahkan dirinya pada Dari hasil penelitian yang
sumber-sumber problem solving dilakukan pada 12 orang wanita dewasa
ke dalam faktor-faktor yang yang pernah mengalami kekerasan
dapat dikontrol, dan mengarah seksual berupa pemerkosaan di Kota
pada perubahan. Bandung, diketahui bahwa sebanyak 7
6. Self efficacy orang memiliki resiliensi yang tinggi.
Self efficacy adalah keyakinan Sedangkan, terdapat 5 orang subjek
bahwa individu dapat penelitian yang memiliki resiliensi yang
menyelesaikan masalah, rendah. Hal ini berarti bahwa terdapat 7
mungkin melalui pengalaman orang yang sudah memiliki kemampuan
dan keyakinan akan kemampuan yang tinggi untuk dapat dikatakan
untuk berhasil dalam sebagai individu yang resilien. Akan
kehidupan. Self efficacy tetapi, 5 orang lainnya yang belum
membuat individu lebih efektif memiliki kemampuan yang tinggi dapat
dalam kehidupan. Individu yang dikatakan bahwa mereka belum
tidak yakin dengan maksimal dalam mengembangkan
kemampuannya bagaikan kemampuan yang dibutuhkan untuk
kehilangan jati dirinya, dan menjadi individu yang resilien.
secara tidak sengaja Dalam data yang telah diolah,
memunculkan keraguan ditemukan bahwa terdapat aspek berupa
dirinya. Individu dengan self kemampuan yang memiliki tingkat
efficacy yang baik, memiliki persentase tertinggi dari variabel
keyakinan, menumbuhkan resiliensi pada ke-12 subjek. Aspek
pengetahuan bahwa dirinya tersebut adalah aspek Reaching Out
memiliki bakat dan dengan persentase sebesar 24,9%.
keterampilan, yang dapat Sementara itu, terlihat pula bahwa
digunakan untuk mengontrol aspek yang memiliki tingkat persentase
lingkungannya. terendah dari variabel resiliensi pada
7. Reaching out ke-12 subjek adalah aspek Empathy
Resiliensi membuat individu dengan persentase sebesar 3,2%.
mampu meningkatkan aspek- Pada subjek yang memiliki
aspek positif dalam aspek emotion regulation yang tinggi,
kehidupan. Resiliensi adalah mereka lebih fokus untuk menyalurkan
sumber dari kemampuan untuk emosi secara tepat dan tidak terjebak
meraih. Beberapa orang takut dengan perasaan negatif yang mereka
untuk meraih sesuatu, karena rasakan, serta berusaha untuk lebih
tenang dalam menghadapi masalah agar
Psikologi
126 | Tanti Amalia Fikriana, et al.

bisa fokus untuk mencari jalan keluar. mencari solusi untuk mengatasi
Sedangkan pada subjek yang termasuk kesulitan yang mereka hadapi. Perilaku
dalam kategori rendah, subjek yang ditunjukkan pada subjek yang
mengatakan bahwa trauma yang ia memiliki persentase tinggi dalam aspek
rasakan merupakan luka yang akan ia ini adalah mereka memiliki rencana-
bawa seumur hidup sehingga subjek rencana, tujuan hidup, dan melakukan
masih sering merasa bahwa trauma ini aktualisasinya saat ini. Namun pada
yang membuat ia tidak bisa subjek yang termasuk dalam kategori
menyalurkan emosi negatif yang ia rendah, mereka cenderung pesimis akan
rasakan. masa depan. Mereka mengatakan
Gambaran subjek yang memiliki bahwa mereka hanya berpegang pada
aspek impulse control yang termasuk apa yang jalani dan lakukan saat ini.
dalam kategori tinggi, peneliti Gambaran pada subjek dengan
menemukan bahwa kemampuan kategori tinggi di aspek causal analyis
kognitif yang dimiliki seseorang adalah mereka memiliki kemampuan
merupakan faktor penting yang dapat menyesuaikan diri secara kognitif dan
membantu untuk mengontrol diri dapat mengenali penyebab yang
sendiri dan membantu untuk berpengaruh pada masalah yang
menghindar dari menyalahkan diri dihadapi. Subjek yang memiliki
sendiri atas situasi-situasi yang kurang persentase tinggi di aspek ini tidak
menyenangkan. Namun pada subjek langsung menyalahkan orang lain saat
yang termasuk dalam kategori rendah, sedang menghadapi masalah tetapi
mereka cenderung merasa lebih mudah lebih mengarahkan dirinya untuk
terpancing emosinya sehingga menjadi mencari penyelesaian masalah ke dalam
kehilangan kesabaran sehingga masih faktor-faktor yang dapat dikontrol dan
kesulitan untuk mengontrol diri saat mengarah pada perubahan yang dapat
merasa kesal atau marah. dicapai. Sedangkan pada subjek
Subjek yang termasuk dalam dengan kategori rendah, mereka
kategori tinggi di aspek empathy cenderung menyalahkan dirinya sendiri
menunjukkan adanya ciri seperti lebih saat sedang menghadapi masalah.
memperhatikan ekspresi dan gerak Mereka juga kesulitan untuk dapat
tubuh orang lain, serta mencoba mengenali penyebab sebenarnya dan
memahami apa yang orang lain pikirkan faktor yang berpengaruh dari masalah
dan rasakan. Mereka berusaha menjaga yang mereka hadapi sehingga kesulitan
perhatian pada lawan bicaranya ketika untuk mencari jalan keluar dari masalah
sedang berinteraksi serta cenderung tersebut.
berusaha memahami apa yang Subjek dengan persentase tinggi
dirasakan dan dipikirkan orang lain di aspek self efficacy meyakini bahwa
secara verbal dengan cara mereka dapat menyelesaikan masalah
memastikannya langsung pada lawan melalui pengalaman dan memiliki
bicara mereka. Tetapi pada subjek yang kemampuan untuk berhasil meraih
termasuk dalam kategori rendah, tujuan dan harapan dalam
mereka kurang memperhatikan situasi hidupnya. Mereka memiliki keyakinan
dan kondisi sekitar sehingga cenderung serta berusaha untuk mengembangkan
mengabaikan lawan bicaranya. pengetahuan bahwa dirinya memiliki
Pada aspek optimism, subjek bakat dan keterampilan yang berguna.
yang termasuk dalam kategori tinggi Tetapi pada subjek dengan kategori
cenderung meyakini kemampuan yang rendah, mereka cenderung tidak yakin
dimiliki dalam bekerja keras dan dengan kemampuannya sendiri dan

Volume 5, No. 1, Tahun 2019


Resiliensi pada Wanita Dewasa yang Pernah Mengalami… | 127

secara tidak sengaja memunculkan muncul dalam diri mereka sehingga


keraguan dirinya. Perilaku yang cenderung mampu mengendalikan diri.
ditemukan misalnya seperti cenderung (3) Terdapat pula aspek yang tergolong
ragu-ragu dalam mengutarakan sangat rendah, yaitu Empathy. Hal ini
pendapatnya dalam upaya untuk menunjukkan bahwa wanita dewasa
menyelesaikan masalah. Mereka yang pernah mengalami kekerasan
mengatakan bahwa mereka takut akan seksual berupa pemerkosaan tidak
disalahkan jika pendapat mereka tidak mampu menginterpretasikan dan
sesuai dengan jalan keluar yang menentukan apa yang orang lain
seharusnya diambil untuk menyelsaikan pikirkan maupun rasakan. Individu
masalah yang dihadapi. tidak mampu menempatkan dirinya
Subjek yang termasuk dalam dalam posisi orang lain sehingga kurang
persentase tinggi di aspek reaching out mampu untuk memperkirakan apa yang
memiliki keinginan dan kemampuan orang rasakan dan kurang memprediksi
untuk meraih apa yang dicita- apa yang mungkin dilakukan oleh orang
citakan. Mereka memiliki perilaku lain.
seperti berusaha lebih keras
dibandingkan dengan orang lain untuk
E. Saran
meraih apa yang mereka cita-citakan.
Namun pada subjek dengan persentase Berdasarkan hasil penelitian
rendah, mereka cenderung tidak berani yang telah dilakukan, terdapat beberapa
mencoba untuk meraih sesuatu karena hal yang perlu diperhatikan terkait
pernah mengalami kegagalan dengan penelitian ini, yaitu (1) Bagi
sebelumnya. Mereka merasa takut akan wanita dewasa yang pernah mengalami
kegagalan dalam mencapai sesuatu dan kekerasan di Kota Bandung, diharapkan
membatasi kemampuan yang dimiliki untuk lebih berani untuk melaporkan
sehingga perilaku yang muncul adalah berbagai bentuk kekerasan seksual yang
minim dalam usaha untuk pernah dialami kepada lembaga dan
mengembangkan kemampuan dan pihak yang berwenang. Hal ini dapat
bakat yang dimilikinya. berguna agar fenomena kekerasan
seksual di Indonesia, khususnya Kota
Bandung, bisa berkurang dan dapat
D. Kesimpulan ditangani secara tepat oleh para ahli di
Berdasarkan hasil penelitian dan dalam lembaga-lembaga yang berkaitan
pembahasan dalam penelitian ini, dengan penanganan kekerasan seksual.
peneliti menyimpulkan sebagai berikut: (2) Bagi keluarga dan kerabat
(1) Sebanyak 7 orang dari 12 wanita diharapkan untuk tetap memberikan
dewasa yang pernah mengalami perhatian dan dukungan pada wanita
kekerasan seksual di Kota Bandung dewasa yang pernah mengalami
memiliki resiliensi yang tinggi, yaitu kekerasan seksual di Kota Bandung. (3)
sebanyak 58,3%. Sedangkan 5 orang Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
lainnya memiliki resiliensi yang rendah, untuk lebih memperhatikan variabel
yaitu sebanyak 41,7%. (2) Terdapat yang mungkin berpengaruh terhadap
aspek tertinggi dari resiliensi pada resiliensi pada wanita dewasa yang
wanita dewasa yang pernah mengalami pernah mengalami kekerasan seksual,
kekerasan seksual, yaitu Impulse yaitu religiusitas berdasarkan teori
Control. Hal ini menunjukkan bahwa Glock dan Stark, self esteem
wanita dewasa yang pernah mengalami berdasarkan teori Mruk, serta
kekerasan seksual mampu mengontrol memperbanyak subjek penelitian.
dorongan, keinginan, dan tekanan yang
Psikologi
128 | Tanti Amalia Fikriana, et al.

Daftar Pustaka Seksual. Diambil dari:


https://hellosehat.com/hidup-
Hidayatullah, Syarif. (2016).
sehat/psikologi/trauma-akibat-
Pengaruh Kekerasan Seksual
kekerasan-seksual/. Diakses pada
Terhadap Tingkat Depresi pada
20 Oktober 2018
Perempuan Pekerja Seksual di
Kota Yogyakarta. Diambil dari: Reivich, K & Shatte, A. (2002). The
https://eprints.uns.ac.id/26542/1/ Resilience Factor: 7 Keys to
G0012217_pendahuluan. pdf. finding Your Inner Strength and
Diakses pada 30 Oktober 2018 Overcoming Life’s Hurdles. New
York: Random House, Inc.
Komnas Perempuan. (2013). 15 Bentuk
Kekerasan Seksual: Sebuah Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Pengantar. Jakarta: Komnas Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Perempuan. Bandung: Alfabeta.
Komnas Perempuan (2018). Catatan
Tahunan Komnas Perempuan
Tahun 2018: Tergerusnya Ruang
Aman Perempuan dalam
Pusaran Politik Populisme.
Jakarta: Komnas Perempuan.
Lestari, W & Wardhani, F.Y. (2007).
Gangguan Stres Pasca Trauma
pada Korban Pelecehan Seksual
dan Perkosaan. Diambil dari:
http://journal.unair.ac.id/filerPD
F/Gangguan%20Stres%20Pasca
%20Trauma%20pada%20Korba
n.pdf. Diakses pada 10 Maret
2018
Noviana, Ivo. (2015). Kekerasan Seksual
pada Anak : Dampak dan
Penanganannya. Diambil dari:
https://media.neliti.com/media/
publications/52819-ID-
kekerasan-seksual-terhadap-
anak-dampak-d.pdf. Diakses
pada 10 Maret 2018
Nursalikah, Ani. (2015). Kekerasan
terhadap Perempuan dan Anak di
Kota Bandung Meningkat.
Diambil dari:
https://www.republika.co.id/berit
a/nasional/daerah/15/06/05/npgu
1q-kekerasan-terhadap-anak-
dan-perempuan-di-kota-
bandung-meningkat. Diakses
pada 18 Desember 2018
Quamila, A. (2017). 8 Trauma Fisik dan
Mental Akibat Kekerasan

Volume 5, No. 1, Tahun 2019

You might also like