Professional Documents
Culture Documents
217 - 226
DOI : http://dx.doi.org/10.23960/jat.v11i2.7185
Ridwan et
ISSN: 2337-4993 al. : Zonasi
(Print), Agroklimat
2620-3138 (Online)Kabupaten Lampung Tengah 217
* Corresponding Author, Diterima: 20 Jan. 2023, Direvisi: 5 Mar. 2022, Disetujui: 12 Apr. 2023
ABSTRACT
Climate classification in Indonesia is needed to simplify the climate which is very diverse. The classification
system that is quite often used in Indonesia is the Schmidt- Ferguson and Oldeman classification. The
location in this research is Central Lampung Regency. In determining the climate type of Central Lampung
Regency, there are 2 levels of the Schmidt-Ferguson climate suitability category for rice. The Sangat Sesuai
(SS) category was 68.087,22 ha from 45,29% of the total ricefield area and for the Sesuai (S) category it
was 82,235.04 ha from 54,71% of the total ricefield area. In Oldeman’s climate suitability for rice, there are
2 levels of categories. The area for the Sangat Sesuai (SS) is 146,097.48 ha from 97,17% of the total
ricefield area and for the Sesuai (S) category it is 4,252.54 ha from 2,83% of the total ricefield area. Rice
suitability analysis was carried out to obtain a rice agro-climatic zone based on a ricefield use map and 5
regional limiting factors, namely: 1) Oldeman climate classification, 2) Schmidt-Ferguson climate
classification, 3) Temperature, 4) Humidity, and 5) Slope. These 5 factors will be overlaid using Quantum
GIS. The result of this analysis is that Central Lampung Regency is dominated by the Sesuai (S) category
which is good for agricultural activities, especially rice plants. In the Central Lampung Regency, there are
3 categories of suitability for rice plants. In the Sangat Sesuai (SS) category of 104.088,48 ha of 69,21% of
the total area of ricefields, for the Sesuai (S) category of 45,915,96 ha of 30,53% of the total area of
ricefield, and in the Tidak Sesuai (TS) category of 389,09 ha of 0,25% of the total area of ricefield.
Keywords : Climate, oldeman, rice, schmidt-ferguson, suitability, scoring
ABSTRAK
Klasifikasi iklim di Indonesia diperlukan untuk menyederhanakan iklim yang jumlahnya sangat beragam. Sistem
klasifikasi yang cukup sering digunakan di Indonesia adalah klasifikasi Schmidt – Ferguson dan Oldeman.
Lokasi dalampenelitian ini adalah Kabupaten Lampung tengah. Dalam penentuan tipe iklim Kabupaten Lampung
Tengah didapatkan 2 tingkat kategori kesesuaian iklim Schmidt- Ferguson terhadap padi. Kategori Sangat
Sesuai (SS) sebesar 68.087,22 ha dari 45,29% luas total lahan sawah dan untuk kategori Sesuai (S) sebesar
82.235,04 ha dari 54,71% luas total lahan sawah. Pada kesesuaian iklim Oldeman terhadap padi didapatkan 2
tingkat kategori. Luas untuk Kategori Sangat Sesuai (SS) sebesar 146.097,48 ha dari 97,17% luas total lahan
sawah dan untuk kategori Sesuai (S) sebesar 4.252,54 ha dari 2,83% luas total lahan sawah. Analisa kesesuaian
padi dilakukan untuk mendapatkan zona agroklimat padi berdasarkan peta guna lahan sawah dan 5 faktor
pembatas wilayah, yaitu: 1) Klasifikasi iklim oldeman, 2) Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, 3) Suhu, 4)
Kelembaban, dan 5) Kemiringan lereng. Ke-5 faktor tersebut akan di-overlay menggunakan Quantum GIS.
Hasil dari analisa ini adalah bahwa Kabupaten Lampung Tengah didominasi kategori Sesuai (S) yang dimana
baik untuk kegiatan pertanian terutama tanaman padi. Wilayah kabupaten lampung Tengah terdapat 3 kategori
tingkat kesesuaian terhadap tanaman padi. Pada kategori Sangat Sesuai (SS) sebesar 104.088,48 ha dari
69,21% luas total lahan sawah, untuk kategori Sesuai (S) sebesar 45.915,96 ha dari 30,53% luas total lahan
sawah, dan kategori Tidak Sesuai (TS) sebesar 389,09 ha dari 0,25% luas total lahan sawah.
Kata kunci : Iklim, kesesuaian, Oldeman, padi, Schmidt-Ferguson, skoring
218 Jurnal Agrotek Tropika 11(2): 217 - 226, 2023
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian 2.3.1. Penentuan Tipe iklim Schmidt-
Ferguson dan Oldeman
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus
sampai Oktober 2020. Objek lokasi penelitian a. Perhitungan curah hujan pada klasifikasi iklim
meliputi wilayah administrasi Kabupaten Lampung Schmidt-Ferguson
Tengah. Pengolahan data dilakukan di Jurusan
Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Pada klasifikasi iklim ini penentuan bulan basah
Lampung. dan bulan kering dilakukan selama 1 tahun. Dengan
kriteria berikut :
2.2. Bahan data BB = jika dalam satu bulan mempunyai curah hujan
> 100 mm
Data yang digunakan dalam penelitian meliputi: BK = jika dalam satu bulan mempunyai curah hujan
1) Citra landsat 8 OLI, 2) DEM, 3) Peta Rupa Bumi < 60 mm
Indonesia, 4) Peta administrasi dan penggunan lahan Setelah didapat bulan basah dan bulan kering
sawah Kabupaten Lampung Tengah, 5) Data curah setiap tahun dalam 10 tahun, kemudian diolah
hujan kabupaten Lampung Tengah 2010-2019. menggunakan rumus (Tjasyono, 2004) berikut :
∑ 𝑓𝑤
𝑋𝑤 = 𝑛
(1)
Tabel 1. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson 𝑋𝑑 =
∑ 𝑓𝑑
(2)
𝑛
Zona Kondisi Iklim Nilai Q (%) 𝑋𝑑
𝑄= 𝑥 100% (3)
A Sangat Basah 0 < Q < 14,3 𝑋𝑤
B Basah 14,3 < Q < 33 Keterangan: Xw = Rata-rata bulan basah selama n
C Agak Basah 33 < Q < 60
tahun, Xd = Rata- rata bulan kering
D Sedang 60 < Q < 100
E Agak Kering 100 < Q < 167 selama n tahun, Fw = Bulan basah
F Kering 167 < Q < 300 setiap tahun, fd = Bulan kering setiap
G Sangat Kering 300 < Q < 700 tahun, n = Jumlah tahun pengamatan,
H Luar Biasa Kering 700 < Q Q = Nilai penentu tipe iklim Schmidt-
Sumber: Lakitan (2002) Ferguson
b. Perhitungan curah hujan pada klasifikasi iklim 2.3.4. Pembuatan peta suhu permukaan lahan
Oldeman
a. NDVI
Klasifikasi iklim oldeman menggunakan curah Pada software Envi menggunakan tools NDVI
hujan rata-rata setiap bulan selama 10 tahun dengan mengolah data Citra landsat 8 OLI dalam bentuk
menggunakan rumus (Rafi’i, 1995) berikut: multispektral yang telah terkalibrasi menjadi NDVI.
𝑛 b. Emissivity
∑𝑖 =1 𝑋𝑖
𝑋= 𝑛 (4) 𝑃𝑣 = (
𝑁𝐷𝑉𝐼 −𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑖𝑛
) (5)
𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑎𝑥 −𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑖𝑛
Keterangan: X = rata-rata curah hujan selama n 𝑒 = 0,004 𝑥 𝑃𝑣 + 0,9862 (6)
tahun pada bulan ke-i, Xi = curah hujan bulan ke-i,
n = jumlah tahun pengamatan Keterangan: Pv = Proportion of Vegetation,
NDVI = Normalized Difference Vegetation Index,
Penentuan bulan basah dan bulan kering NDVImin = NDVI minimum, NDVImax = NDVI
Oldeman menggunakan kriteria berikut: maximum, e = Emissivity
jika dalam satu bulan mempunyai curah hujan Pada proses ini pengolahan data menggunakan
> 200 mm rumus di atas pada tools band math dan
jika dalam satu bulan mempunyai curah hujan menghasilkan Emissivity.
< 100 mm c. TOA Radiance
Pengolahan data Citra landsat 8 OLI ini
2.3.2. Pembuatan peta zona klasifikasi iklim menggunakan tools radiometric calibration untuk
Schmidt-ferguson mendapatkan data radiance.
d. Brightness Temperature
Pembuatan peta zonasi iklim Schmidt-Ferguson Pengolahan data Citra Landsat 8 OLI ini
dilakukan dengan cara skoring hasil pengolahan data menggunakan tools radiometric calibration untuk
curah hujan menggunakan nilai skor sebagaimana mendapatakan data Brightness temperature
dilakukan oleh Subroto dan Susetyo (2016). dalam satuan kelvin.
Menggunakan rumus di atas pada software Keterangan: Z = lebar selang kelas/kategori, x =nilai
Envi untuk mendapatkan suhu permukaan lahan tertinggi skor, y = nilai terendah skor,
berupa raster. Data raster tersebut kemudian k = interval kategori
dikelompokan menggunakan tools reclassify untuk
mendapatkan peta suhu permukaan lahan di 2.3.7. Pembuatan peta Indeks kelembaban
software QGIS. Skoring suhu permukaan
𝐵𝑎𝑛𝑑 5−𝐵𝑎𝑛𝑑 6
dilakukan sebagaimana disajikan pada Tabel 5. 𝑁𝐷𝑀𝐼 = (9)
𝐵𝑎𝑛𝑑 5+𝐵𝑎𝑛𝑑 6
2.3.5. Pembuatan peta kemiringan lereng Keterangan: Band 5= Near infrared (NIR), Band
6= Short-wave infrared (SWIR)
Data spasial berupa DEM di-input di tools
Slope. Tools ini berfungsi untuk mengindetfikasi Data citra landsat 8 OLI diolah menggunakan
kecuraman pada setiap pixel dan kecuraman tools raster calculator yang kemudian akan
tersebut dikelompokan menggunakan tools menampilkan layer raster dan diolah kembali
reclassify untuk mendapatkan peta kemiringan menggunakan tools reclassify untuk mendapatkan
lereng. peta indeks kelembaban pada software QGIS.
Setelah setiap peta telah didapat, maka 3.1 Hasil Klasifikasi Tipe iklim Schmidt-
pembuatan peta zona agroklimat padi dilakukan Ferguson dan Oldeman
menggunakan tools overlay. Hasil dari metode
overlay tersebut kemudian dibagi menjadi 3 Hasil dari data 27 stasiun curah hujan yang
kategori. Interval skor dihitung menggunakan rumus telah dianalisa menggunakan MS. Excel. Tipe iklim
Sturges (Dajan, 1996 dalam Nappu et al., 2019) pada setiap stasiun Kabupaten Lampung Tengah
sebagai berikut : disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 menunjukan bahwa tipe Iklim yang
𝑥−𝑦
𝑧= (8) mendominasi pada stasiun hujan di Kabupaten
𝑘 Lampung Tengah adalah tipe iklim Schmidt
Ferguson B dan tipe iklim Oldeman D2.
Tabel 8. Tipe Iklim Schmidt-Ferguson dan Oldeman pada Stasiun Hujan di Kabupaten Lampung Tengah
Berdasarkan hasil analisa Zona Tipe Iklim Kabupaten Lampung Tengah termasuk dalam 2
Schmidt-Ferguson menggunakan (Interpolasi) kategori. Wilayah ini didominasi kategori Sangat
didapatkan bahwa Zona Tipe Iklim Schmidt- Sesuai (SS) dengan nilai skoring 3 dan Zona Tipe
Ferguson Kabupaten Lampung Tengah termasuk Iklim C2, C3, D2, D3 dengan cakupan area
dalam 2 kategori. Wilayah ini di dominasi kategori sebesar 97,23% luas Kabupaten Lampung
Sangat Sesuai (SS) dengan nilai skoring 3 dan Zona Tengah. Pada kategori Sesuai (S) nilai skoring 1
Tipe Iklim A dan B mencakup area seluas 55,53 % dengan Zona Tipe Iklim A1, B1, C1, D1, D4, E1,
luas Kabupaten Lampung Tengah. Pada kategori E2, E3 memiliki luas sebesar 2,77% luas
Sesuai (S) nilai skoring 1 dengan Zona Tipe Iklim Kabupaten Lampung Tengah.
C dan D dengan cakupan area sebesar 44,47%. Daerah yang berada di sekitar pada iklim C3,
Dari Luas Kabupaten Lampung Tengah. hanya dapat menanam padi sekali dan palawija dua
Wilayah Kabupaten Lampung Tengah yang kali dalam setahun akan tetapi penanaman palawija
tergolong Tipe Iklim B menggambarkan jenis yang kedua harus hati-hati jangan jatuh pada bulan
vegetasi hutan hujan tropika. Hutan hujan tropika kering. Daerah yang berada di sekitar iklim D4,
adalah jenis hutan yang terdapat di wilayah hanya memiliki kemungkinan satu kali menanam
dataran tinggi dengan kondisi curah hujan yang padi atau satu kali menanam palawija dalam
cukup tinggi setiap bulannya (Rugayah et al, setahun tergantung pada adanya persediaan air
2005). Menurut Sasminto et al. (2014) daerah irigasi (Sasminto, 2014).
yang memiliki vegetasi hutan hujan tropika dan
hutan rimba menghasilkan aktivitas tanam satu kali 3.2. Analisa Kesesuaian Tanaman Padi
padi dan dua kali palawija.
Hasil dari analisa Zona Tipe Iklim Oldeman Dalam penelitian ini, dilakukan Analisa data
didapatkan bahwa Zona Tipe Iklim Oldeman spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis
Ridwan et al. : Zonasi Agroklimat Kabupaten Lampung Tengah 223
Gambar 1. Peta Klasifikasi Iklim Schmidth-Ferguson dan Peta Klasifikasi Iklim Oldeman Kabupaten
Lampung Tengah (Sumber : Hasil Analisa di QGIS)
Gambar 2. Peta Klasifikasi Schmidt-Ferguson, Peta Klasifikasi Iklim Oldeman, Peta Suhu Permukaan
Lahan, Peta Indeks Kelembaban Kabupaten, dan Peta Kemiringan lereng Kabupaten Lampung
Tengah. (Sumber : Hasil Analisa)
224 Jurnal Agrotek Tropika 11(2): 217 - 226, 2023
Gambar 3. Peta Zonasi Agroklimat Padi Kabupaten Lampung Tengah. (Sumber: Hasil Analisa di QGIS)
(SIG) sebagai alat bantu dalam pengambilan skor 3, Sesuai (S) nilai skor 1, dan Tidak Sesuai
keputusan. Sumber data menggunakan peta (TS) nilai skor 0.
lahan sawah yang ada. Pengambilan keputusan Setelah dilakukannya skoring pada tiap
dibatasi oleh beberapa faktor pembatas wilayah, faktor pembatas wilayah didapatkan bahwa
yaitu: 1) Klasifikasi iklim Oldeman, 2) Klasifikasi beberapa faktor memiliki kategori Sangat Sesuai
iklim Schmidt- Ferguson, 3) Suhu, 4) (SS) lebih banyak daripada Sesuai (S) dan Tidak
Kelembaban, dan 5) Kemiringan lereng. Lima Sesuai (TS).
faktor tersebut selanjutnya dioverlay atau
tumpang susun sehingga didapatkan hasil akhir 3.2 Zonasi Agroklimat Padi
pengambilan keputusan.
Masing-masing faktor pembatas diberikan nilai Untuk mendapatkan peta zona agroklimat padi
atau skor sebagai batas penentu evaluasi. Hasil dari , maka dilakukan metode overlay atau tumpang
overlay atau tumpang susun faktor pembatas dibagi susun pada ke-5 data spasial. Hasil dari metode
menjadi 3 kategori, yaitu Sangat Sesuai (SS) nilai overlay sebut kemudian dibagi menjadi 3 kategori.
Ridwan et al. : Zonasi Agroklimat Kabupaten Lampung Tengah 225
Berdasarkan Gambar 3 dan Tabel 10, BPS, 2019. Kabupaten Lampung Tengah dalam
Kabupaten Lampung Tengah terbagi ke dalam 3 Angka Tahun 2019. Badan Pusat Statistik
kategori wilayah. Kategori wilayah yang paling Kabupaten Lampung Tengah, Lampung
dominan adalah kategori Sangat Sesuai (SS) Tengah.
dengan luas 104.088,48 ha dengan 69,21% dari luas Bafdal, N., K. Amaru, & B. M. Pareira. 2011.
total lahan sawah. Pada kategori Sesuai (S) memiliki Buku Ajar Sistem Informasi Geografis.
luas 45.915,96 ha dengan 30,53% dari luas total Jurusan Teknik Manajemen Industri
lahan sawah. Kategori Tidak Sesuai (TS) Pertanian. Universitas Padjajaran.
merupakan kategori dengan luas terkecil yang Boer, R., F. A. Perdinan, & S. A. Amanah. 2015.
memiliki luas sebesar 383,09 ha dengan 0,25% dari Kerentanan dan Pengelolaan Risiko Iklim
luas total lahan sawah. pada Sektor Pertanian, Sumberdaya Air &
Kabupaten Lampung Tengah memiliki rata-rata Sumber Kehidupan Masyarakat Nusa
produktifitas padi keseluruhan sebesar 55,37 kuintal/ Tenggara Timur, UNDP-SPARC Project.
ha atau 5,54 ton/ha. Hal ini menurut BPS (2019) Kementerian Lingkungan Hidup dan
bahwa Kabupaten Lampung Tengah memiliki Kehutanan. Jakarta
produktifitas padi lebih besar dari rata-rata Dewi, N. K. 2005. Kesesuaian Iklim Terhadap
produktifitas padi di Indonesia sebesar 51,85 kuintal/ Pertumbuhan Tanaman the Climate
ha atau 5,19 ton/ha. Suitability For Plants Growth. Jurnal Ilmu-
Ilmu Pertanian. 1 (2): 1–15
4. KESIMPULAN Dwiyono, H. 2009. Meteorologi Klimatologi.
Universitas Negeri Malang, Malang.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Federal Geographic Data Committee. 2013.
ini yaitu : Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt- Content Standart for Digital Geospastial
Ferguson areal penanaman padi di Kabupaten Metadata. http://www.fgdc.gov/metadata/
Lampung Tengah dengan kategori Sangat Sesuai constan.html. Diakses pada 2 Februari 2021.
(SS) seluas 68.087,22 ha dari 45,29% luas total Irianto, G. 2003. Implikasi Penyimpangan Iklim
lahan sawah, dan untuk kategori Sesuai (S) dengan terhadap Tataguna Lahan.
luas sebesar 82.235,04 ha dari 54,71% luas total Makalah Seminar Nasional Ilmu Tanah. KMIT
lahan sawah. Sedangkan berdasarkan klasifikasi Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM.
iklim Oldeman untuk Kategori Sangat Sesuai (SS) Yogyakarta.
sebesar 146.097,48 ha dari 97,17% luas total lahan Kamala, R., Y. Priyana, & A. A. Sigit. 2015.
sawah, dan untuk kategori Sesuai (S) memiliki luas Analisis Agihan Iklim Klasifikasi Oldeman
sebesar 4.252,54 ha dari 2,83% luas total lahan sawah. Menggunakan Sistem Informasi Geogafis di
Berdasarkan zonasi yang dilakukan Kabupaten Cilacap. Jurnal Publikasi
menggunakan 5 faktor pembatas wilayah, Ilmiah. Fakultas Geografi. Universitas
disimpulkan bahwa Kabupaten Lampung Tengah Muhammadiyah Surakarta.
didominasi kategori Sangat Sesuai (SS) untuk Lakitan, B., 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Radja
kegiatan pertanian tanaman padi dengan luas potensi Grafindo Persada. Jakarta.
sebesar 104.088,48 ha atau dari 69,21% luas total Oldeman, L.R., I. Las, & Muladi, 1980. The
lahan sawah, dan untuk kategori Sesuai (S) dengan Agroclimatic Maps of Kalimantan, Maluku,
luas sebesar 45.915,96 ha dari 30,53% luas Irian Jaya and Bali, West and East Nusa
totalnya, sedangkan kategori Tidak Sesuai (TS) Tenggara. Rest. Ins. Agric. Bogor.
memiliki luas sebesar 389,09 ha dari 0,25% luas Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
total lahan sawah. Nomor: 79/Permentan/OT.140/8/2013
Tentang Pedoman Kesesuaian Lahan pada
5. DAFTAR PUSTAKA Tanaman Pangan. https://jdih.pertanian.
go. id/ so u rces /f il es /LA MPIRAN_
Anwar, A., S. Sudjatmiko, M. F. Barchia. 2018. PERMENTAN_79-2013-FINAL-BN1.pdf.
Pergeseran Klasifikasi Iklim Oldeman dan Diakses pada 6 Februari 2021
Schmidth-Fergusson Sebagai Dasar Rafi’i, S., 1995. Meteorologi dan Klimatologi.
Pengelolaan Sumberdaya Alam di Bengkulu. Angkasa. Bandung.
Jurnal Penelitian dan Pengelolaan Rugayah, E. A.Widjaja., & Praptiwi. 2005.
Sumber Daya Lingkungan. 7 (1): 1 – 9. Pedoman Pengumpulan Data
226 Jurnal Agrotek Tropika 11(2): 217 - 226, 2023