You are on page 1of 24

Kerajaan Islam di Indonesia

Perkembangan Islam di Indonesia turut memengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu
pengaruh tersebut ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan Islam di Indonesia
mulai berdiri pada abad XIII Masehi. Kerajaan-kerajaan tersebut muncul sebagai suatu kekuatan politik,
ekonomi, dan budaya yang menggantikan kedudukan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di
Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan maritim pada masa Islam? Untuk mengetahui

Indonesia.

jawabannya, simak materi berikut.

1. Kerajaan Islam di Sumatra Pulau Sumatra memiliki

letak strategis, yaitu menghadap langsung jalur perdagangan dunia, baik jalur yang melewati Samudra
Hindia maupun Selat Malaka. Kondisi inilah yang menyebabkan Sumatra menjadi pintu masuk bagi
kegiatan pelayaran, perdagangan, dan islamisasi di Indonesia.Menurut Tome Pires dalam Suma Oriental
(1512-1515), pada awal abad XVI di Sumatera telah terdapat kerajaan Islam, baik kerajaan besar
maupun kecil. Apa saja kerajaan-kerajaan tersebut? Carilah informasi mengenal kerajaan-kerajaan Islam
yang terletak di Sumatera. Selanjutnya, perhatikan pembahasan berikut.

A. Kerajaan Perlak

Di Aceh terdapat Kerajaan Perlak yang diyakini sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia Bukti
tertulis mengenal Kerajaan Perlak sebagai kerajaan Islam tertua di Kepulauan Indonesia terdapat dalam
berita Marco Polo yang pernah singgah di Perlak pada tahun 1291. Dalam catatannya, Marco Polo
menyebutkan penduduk Perlak sudah memeluk Islam. Berdasarkan berita tersebut, beberapa ahli
menyatakan bahwa Perlak merupakan kerajaan tertua di Indonesia.

1) Kondisi Geografis
Amati peta di samping! Peta di samping menunjukkan letak Kerajaan Perlak. Kerajaan Perlak terletak di
Sumatra bagian utara, tepatnya di Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Secara geografis,
wilayah Perlak langsung berhadapan dengan Selat Malaka. Kondisi tersebut mendorong Kerajaan Perlak
berkembang menjadi pusat perdagangan maritim. Pelabuhan Perlak disinggahi banyak kapal dagang dari
Arab, Gujarat, dan Persia. Para pedagang dari daerah tersebut berperan penting dalam menyebarkan
Islam di Indonesia.

2) Kehidupan Politik

Kerajaan Perlak Didirikan oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah pada tahun 840. Tampuk
pemerintahan dilanjutkan oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah pada tahun 864-888.
Dalam perkembangannya, kerajaan ini diperintah oleh dua dinasti. Untuk mengetahui perkembangan
kehidupan politik di Kerajaan Perlak

Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Perlak memiliki letak strategis di pesisir utara Pulau Sumatra. Oleh karena itu, perekonomian
kerajaan bertumpu pada kegiatan perdagangan. Masyarakat Perlak menjalin hubungan perdagangan
dengan para pedagang dari berbagai bangsa seperti Arab, Persia, dan India. Komoditas yang
diperdagangkan oleh masyarakat Perlak sebagian besar berupa hasil pertanian, perkebunan, dan
kehutanan. Dari sektor pertanian dan perkebunan, Perlak menghasilkan komoditas padi, kelapa, dan
palawija. Sementara itu, sektor kehutanan Perlak menghasilkan kayu berkualitas. Kayu ini sering
digunakan untuk membuat kapal dan bangunan.

4) Kehidupan Agama

Masyarakat yang berada di lingkungan Kerajaan Perlak menganut aliran Syiah dan Suni. Pada 986
Masehi Kerajaan Perlak terpecah menjadi dua wilayah karena perbedaan aliran tersebut. Wilayah Perlak
bagian pesisir beraliran Syiah, sedangkan wilayah Perlak bagian pedalaman beraliran Suni. Akan tetapi,
pada 988 Masehi Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023) berhasil
mempersatukan kembali Kerajaan Perlak

) Kehidupan Sosial dan Budaya


Masyarakat muslim di Kerajaan Perlak hidup berdampingan dengan masyarakat yang masih menganut
agama Hindu dan Buddha. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Perlak sudah menjalankan syariat
Islam (hukum Islam) yang bersumber pada kitab suci Alquran dan hadis

Sebagai kerajaan Islam pertama di wilayah Indonesia, kemajuan budaya Kerajaan Perlak ditandai dengan
munculnya karya sastra bercorak Islam. Contoh karya sastra yang dihasilkan Kerajaan Perlak yaitu kitab
Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak karya Abu Ishak Al-Makarani Sulaiman Al-Pasy. Apa isi kitab
tersebut? Carilah informasinya dari berbaga literatur!

B. Pasal Kerajaan Samudera

Anda telah mengetahui perkembangan Ketajaan Perlak Kerajaan Perlak memiliki keterkaitan dengan
Kerajaan Samudera Pasal. Coba Anda kemukakan kembali keterkaitan antara Kerajaan Samudera Pasal
dan Kerajaan Perlak

Kerajaan Samudera Pasal merupakan gabungan Kerajaan Perlak dan Kerajaan Pasal Pusat Kerajaan
Samudera Pasal diperkirakan mulai berkembang sekira tahun 1270-1275 atau pertengahan abad XIII
Masehi. Lantas, bagaimana kehidupan politik, ekonomi, agama, sosial dan budaya di Kerajaan Samudera
Pasal? Anda dapat mencari informasinya dari berbagai literatur. Selanjutnya, perhatikan pembahasan
berikut.

1) Kondisi Geografis

Coba Anda buka peta Pulau Sumatra dan temukan wilayah Kerajaan Samudera Pasal dalam peta. Letak
Kerajaan Samudera Pasal diperkirakan 15 km di sebelah timur Lhokseumawe, Aceh. Tumbuhnya
kerajaan ini tidak dapat dipisahkan dari pelayaran dan perdagangan internasional yang sudah ada sejak
abad pertama Masehi.

Kondisi tanah yang subur turut mendukung kemajuan Kerajaan Samudera Pasai. Tanah yang subur tidak
dapat dipisahkan dari keberadaan dua sungai besar yang mengapit I wilayah kekuasaan Kerajaan
Samudera Pasai. Kedua sungal tersebut yaitu Sungal Peusangan dan Sungal Pasal. Kedua sungai ini
berhulu di Dataran Tinggi Gayo. Wilayah Kerajaan Samudera Pasal yang sangat subur cocok digunakan
sebagal areal pertanian dan perkebunan.
2) Kehidupan Politik

Kerajaan Samudera Pasal didirikan oleh Marah Silu yang bergelar Sultan Malik as-Saleh. Ia memerintah
Samudera Pasal pada 1285-1297. Di bawah kepemimpinan Sultan Malik as-Saleh, Kerajaan Samudera
Pasal berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat di Selat Malaka. Selain itu, Sultan Malik as-Saleh
menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Perlak la menikahi putri Raja Perlak yang bernama Putri
Ganggang Sari.

Setelah Sultan Malik as-Saleh wafat, Kerajaan Samudera Pasal dipimpin oleh Sultan Muhammad Malik
az-Zahir. Sultan Malik az-Zahir memerintah Samudera Pasal pada 1297-1326. Pada masa pemerintahan
Sultan Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai. Sepeninggal Sultan
Malik az-Zahir, tampuk kekuasaan Samudera Pasal dipegang oleh Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1326-
1348).

Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, Samudera Pasai mendapat serangan dari
Kerajaan Majapahit. Serangan tersebut menyebabkan Sultan Mahmud Malik az-Zahir terpaksa melarikan
diri dari ibu kota kerajaan. Untuk beberapa waktu Samudera Pasal berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Majapahit. Pada tahun 1383 di bawah pimpinan Sultan Zain Abidin Malik az-Zahir, Kerajaan Samudera
Pasal berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Majapahit. Sultan Zain Abidin Malik az-Zahir
kemudian menjalankan pemerintahan di Kerajaan Samudera Pasai hingga tahun 1405.

Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi Samudera Pasai tidak dapat dilepaskan dari kondisi geografis yang dimilikinya. Letak
strategis di wilayah pesisir menyebabkan Kerajaan Samudera Pasal mengembangkan perekonomian
berbasis perdagangan laut. Kondisi ini menyebabkan banyak pedagang asing dari Jawa, India, Timur
Tengah, dan Tiongkok singgah di pelabuhan Pasal. Komoditas perdagangan Samudera Pasal antara lain
lada, sutra, kapur barus, dan emas.

Untuk memperlancar aktivitas per- dagangan, Kerajaan Samudera Pasal mengeluarkan mata uang emas
yang dinamakan deureuham (dirham) sebagai alat tukar atau alat pembayaran resmi. Mata uang ini
terbuat dari 70% emas murni dengan berat 0,60 gram, berdiameter 10 mm, dan mutu 17 karat.
Penduduk Samudera Pasal juga mengembangkan kegiatan pertanian. Mereka menanam padi untuk
memenuhi kebutuhan bahan makanan pokok. Mereka menanam padi di ladang dengan masa panen dua
kali setahun.

Gambar 2.6 Uang dirham yang dikeluarkan Kerajaan Samudera Pasal

Sumber: Taufik Abdullah dan AB. Lapian (ed.). Indonesia dalam Arus Sejarah Jad 3 Kedatangan dan
Peradaban alat Jakarta, Ichtiar Baru van Hoeve 2012

4) Kehidupan Agama

Menurut catatan perjalanan Marco Polo dan Ibnu Batutah, sebagian besar penduduk Samudera Pasal
memeluk Islam dan menganut mazhab Syafi'i. Dalam Hikayat Patani, seorang ulama dari Samudera Pasal
mengislamkan Raja Patani (Thailand Selatan) yang bernama Paya Tu Naqpa. Selain itu, Kerajaan
Samudera Pasal membangun masjid untuk penduduk Patani. Kerajaan Samudera Pasal juga mengirim
ulama-ulamanya ke Jawa. Salah satu ulama tersebut adalah Fatahillah yang dalam perkembangannya
menjadi panglima di Demak dan penguasa di Cirebon.

5) Kehidupan Sosial dan Budaya

Kehidupan sosial budaya masyarakat Samudera Pasal diatur berdasarkan hukum Islam. Oleh karena itu,
kehidupan sosial dan budaya masyarakat Samudera Pasai memiliki kesamaan dengan masyarakat Arab.
Kemiripan antara kehidupan masyarakat Aceh dan masyarakat Arab menyebabkan Samudera Pasai
dijuluki Serambi Mekah. Sementara itu, pengaruh Islam dalam bidang budaya di Samudera Pasai terlihat
dari nisan-nisan makam Raja Samudera Pasal yang dihiasi syair-syair bernuansa Islam, salah satunya
nisan makam Sultan Malik as-Saleh. Nisan makam ini menjadi sumber sejarah untuk mengungkap
perkembangan Islam di wilayah Sumatra bagian utara.

c. Kerajaan Aceh Darussalam


Selain Kerajaan Perlak dan Samudera Pasal, di Aceh terdapat Kerajaan Aceh Darussalam. Salah satu
peninggalan kerajaan ini yang masih dapat disaksikan hingga kini adalah masjid raya Baiturrahman,
Banda Aceh. Perlu Anda tahu, Kerajaan Aceh Darussalam awalnya merupakan bagian dari Kesultanan
Pidle. Pada 1496 seorang bangsawan Pidie bernama Sultan Ali Mughayat Syah memilih mendirikan
kerajaan baru di bekas wilayah Kesultanan Lamuri. Kerajaan tersebut disebut Kerajaan Aceh Darussalam.
Setelah berkembang menjadi kerajaan besar, Aceh Darussalam menaklukkan Kesultanan Pidie dan
beberapa kerajaan kecil di Sumatra bagian utara. Sejak saat itu Kerajaan Aceh Darussalam memulai
perannya sebagai kekuatan baru di Pulau Sumatra bagian utara.

Kondist Geografis Amati peta pada gambar 2.71 Kota Banda

Aceh yang terdapat di ujung Pulau Sumatral seperti tampak pada peta diperkirakan menjadi pusat
Kerajaan Aceh Darussalam. Sejak abad XVI Banda Aceh memegang peran penting sebagal pelabuhan
transito yang ramal. Di sebelah utara Banda Aceh berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan di
sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia.

Wilayah Banda Aceh dilalui oleh: tujuh sungal, yaitu Sungai Krueng Aceh, Krueng Daroy, Krueng Doy,
Krueng Neng. Krueng Lhueng Paga, Krueng Tanjung, dan Krueng Titi Panjang. Keberadaan tujuh sungal
tersebut turut berperan dalam perkembangan perekonomian Kerajaan) Aceh Darussalam.

2) Kehidupan Politik

katesari Acan

Gambar 2.7 Pits wilayah Kerajaan Aceh Darussalon Sumber Gejarah Karajaan I

Hari Eny K

du Jun 2000 Peng

Kerajaan Aceh Darussalam didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada awal abad XVI la menjalankan
pemerintahan di Kerajaan Aceh Darussalam pada 1514-1528 Berdasarkan berita Portugis, pada 1520
Masehi Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan All Mughayat Syah berhasil menaklukkan
Kerajaan Daya

Pada 1529 Kerajaan Aceh Darussalam berhasil menaklukkan Pidie dan Samudera Pasal. Kerajaan Aceh
Darussalam juga menyerang kapal Portugis di bawah pimpinan komandan Simao de Souza Galvan yang
singgah di Banda Aceh. Selanjutnya, Kerajaan Aceh mengadakan persiapant untuk menyerang Portugis
di Malaka. Akan tetapi, serangan ke Malaka tidak terlaksana karena Sultan Ali Mughayat Syah wafat
pada 1530.

Pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar (1537-1568), Kerajaan Aceh Darussalam
menjalin hubungan internasional dengan kerajaan Islam di wilayah Timur Tengah, seperti Turki,
Abessinia (Ethiopia), dan Mesir. Ia juga perdagangan dan kekuatan angkatan perang Dalam
perkembangannya, angkatan perang tersebut mampu menduduki banyak wilayah seperti Batak, Aru,
dan Barus. Untuk menjaga keutuhan Kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar
menempatkan suami saudaranya di Barus sebagal Sultan Barus. Selain itu, doa orang putra Sultan
Alauddin Rlayat Syah al-Kahar diangkat menjadi Sultan Aru dan Sultan Pariaman dengan gelar resmi
Sultan Ghori dan Sultan Mughal.

Kerajaan Aceh Darussalam mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1607-1636). Pada masa itu wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam meliputi Semenanjung Malaya
dan Sumatra baglan utara. Dengan Angkatan Laut yang kuat, Kerajaan Aceh Darussalam memegang
hegemoni atas Selat Malaka sehingga dapat mengendalikan perdagangan di sekitar Selat Malaka.
Meskipun demikian, usaha Sultan Iskandar Muda mengusir Portugis dari Malaka belum menual
keberhasilan.

Sepeninggal Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh Darussalam berada di bawah kepemimpinan Sultan
Iskandar Thani. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani Kerajaan Aceh Darussalam mengalami
gejala kemunduran. Kemunduran Ini terjadi karena pertikalan antara golongan teuku (golongan
bangsawan) dan tengku (tokoh agama), serta antara golongan Sylah dan Suni. Selain itu, kemunduran
terjadi karena tidak ada sultan yang cakap dan mampu memimpin kerajaan.

Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Aceh Darussalam memfokuskan kegiatan perekonomian pada sektor perdagangan. Dengan
semakin berkembangnya Banda Aceh sebagai pelabuhan dagang Internasional, banyak masyarakat Aceh
yang terjun dalam sektor perdagangan. Sementara Itu, para petani Aceh membudidayakan tanaman
lada yang merupakan komoditas utama dari Aceh. Pada abad XVI-XVII Aceh Darussalam merupakan
salah satu negeri penghasil lada terbesar di Indonesia. Pada saat itu permintaan pasar internasional
terhadap tanaman lada sangat tinggi.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda tanaman lada dikembangkan sebagai komoditas dagang
utama. Agar harga lada di Aceh tetap tinggi, kebun-kebun lada di Kedah dibabat habis, sedangkan kebun
lada di Aceh tetap dipelihara. Dengan cara ini para pedagang Barat hanya dapat membeli lada dari Aceh.
Sistem monopoll yang diterapkan Aceh membawa keuntungan besar bagi Aceh. Selain lada, masyarakat
Aceh menjual

komoditas lain seperti beras, timah, emas, dan perak.

Kehidupan Agama

Kerajaan Aceh merupakan kerajaan bercorak Islam. Mayoritas masyarakatnya pun telah memeluk
agama Islam. Oleh karena itu, kehidupan masyarakat Aceh diatur berdasarkan hukum Islam. Kehidupan
keagamaan masyarakat Aceh tidak lepas dari peran golongan ulama. Golongan ulama di Aceh memiliki
peran penting dalam masyarakat. Mereka menjadi pemimpin agama dan penasihat pemerintah.

Kerajaan Aceh sangat memperhatikan pendidikan masyarakatnya. Kerajaan Aceh memiliki sistem
pendidikan berjenjang yang sistematis dengan beberapa tingkatan sebagal berikut.

a) Meunasah, yaltu jenjang pendidikan setingkat sekolah dasar (ibtidaiyah). Dalam tingkat ini siswa
diajarkan keterampilan membaca huruf Arab, ilmu agama dalam bahasa Melayu, akhlak, dan sejarah
Islam. Meunasah didirikan di tingkat kampung atau desa. b) Rangkang,yaltu jenjang pendidikan setingkat
sekolah menengah pertama (tsanawiyah). Dalam tingkat ini siswa diajarkan keterampilan bahasa Arab,
ilmu bumi, sejarah,

berhitung, hisab, dan fikih. Rangkang didirikan di tingkat mukim atau kecamatan. c) Dayah, yaltu Jenjang
pendidikan setingkat sekolah menengah atas (aliyah). Dalam Jenjang ini siswa diajarkan ilmu fikih,
tauhid, akhlak, ilmu pasti, dan bahasa Arab tingkat lanjut. Dayah didirikan di wilayah uleebalang atau
setingkat kabupaten.

d) Dayah Teuku Cik, yaitu jenjang pendidikan setingkat perguruan tinggi. Jenjang pendidikan ini terdapat
di Kutaraja atau ibu kota kerajaan. Dalam Dayah Teuku Cik diajarkan ilmu tafsir, hadis, sastra Arab,
sejarah, filsafat, dan ilmu falak

5) Kehidupan Sosial dan Budaya

pemerintahan Tatanan masyarakat Kerajaan Aceh dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan
bangsawan bergelar teuku dan golongan ulama bergelar tengku. Pada masa Sultan Iskandar Moda,
peraturan hukum masyarakat Aceh dicantumkan dalam Adat Makut Alam atau Kanun Makuta Alam

Berkembangnya kebudayaan masyarakat Aceh ditandai dengan munculnya beberapa ulama ternama
yang ahli dalam bidang kesastraan. Para ulama tersebut antara s Hamzah Fansuri yang menulis kitab Al
Muhtadi, Syamsuddin as-Sumatrani menulis kitab Miraj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin ar-Raniti
menulis kitab Sirat al-Mustaqim das

Bustanussalatin, serta Syekh Abdul Rauf Singkili yang menulis kitab Mi'raj al-Tulabb Fi Fashi Selain karya
sastra, Kerajaan Aceh Darussalam mewariskan beberapa peninggalan berupa bangunan bersejarah yang
masih dapat disaksikan hingga saat ini. Selain masjid rays Baiturrahman di Banda Aceh, bangunan
peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam antara lain benteng Indrapatra, masjid Indrapuri, Pinto Khop,
dan Gunongan.

D. Kerajaan Islam di Riau

Pada awalnya wilayah Riau berada di bawah kekuasaan Kerajaan Samudera Pasal dan Kerajaan Malaka
Wilayah Riau semakin berkembang saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Malaka Berdasarkan
catatan Tome Pires, pada abad XII-XIV telah berkembang tiga kerajaan Islam di Riau, yaitu Siak, Kampar,
dan Indragiri. Ketiga kerajaan tersebut menyerahkan upeti kepada Kerajaan Malaka secara periodik
Setelah kekuasaan Kerajaan Malaka melemah

kerajaan-kerajaan di wilayah Riau tersebut berkembang sebagai kekuasaan otomom.


1

) Kondisi Geografis

Keberadaan kerajaan Islam di Riau dikelilingi oleh lima belas sungal. Dari kelima belas sungai tersebut
terdapat empat sungai besar yang berperan penting sebagai sarana perhubungan dan perdagangan.
Keempat sungai besar tersebut, yaitu Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungal Kampar, dan Sungal Indragiri.
Sungai Siak, Sungal Rokan, Sungal Kampar, dan Sungai Indragiri melewati dataran tinggi di Bukit Barisan
dan bermuara di Selat Malaka Wilayah di sekitar keempat sungal itulah yang menjadi pusat
perkembangan Kerajaan Siak

Kampar, dan Indragiri.

2) Kehidupan Politik

Pada awalnya Kerajaan Siak, Kampar, dan Indragiri dikuasai oleh Kerajaan Malaka di bawah
pemerintahan Sultan Mansyur Syah. Akan tetapi, seiring melemahnya kekuasaan Kerajaan Malaka,
Kerajaan Siak, Kampar, dan Indragiri mulai memisahkan diri. Ketiga kerajaan tersebut memiliki corak
pemerintahan hampir sama.

Dalam sistem pemerintahan Kerajaan Siak terdapat aturan seorang sultan akan dibantu oleh dewan
kerajaan yang bertugas sebagai pelaksana pemerintahan dan penasihat sultan. Sistem pemerintahan
seperti itu juga diterapkan oleh Kerajaan Kampar dan Indragiri.

Setelah pengaruh VOC memasuki kerajaan-kerajaan di Riau, Kerajaan Siak, Kampar, dan Indragiri
mengalami kemunduran. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya perjanjian dengan VOC pada
1822 di Bukit Batu Perjanjian tersebut melarang Kerajaan Siak mengadakan perjanjian dengan bangsa
lain, kecuali Belanda. Perjanjian serupa juga diadakan di Kerajaan Kampar dan Indragiri. Ketiga kerajaan
itu pun akhirnya runtuh akibat mendapat tekanan pemerintah kolonial Belanda.
Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Siak tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Sungai Siak.
Sungai Siak berkembang menjadi kawasan pengumpul berbagai produk perdagangan seperti kapur
barus, timah, dan emas. Tambang emas yang ditemukan di sekitar Sungai Siak menyebabkan monopoli
perdagangan emas.

Sean to Kiss X Semester 2

Berdasarkan catatan Tome Pires, Kerajaan Siak, Kampar, dan Indragiri menjalin hubungan ekonomi
dengan Kerajaan Malaka. Hubungan tersebut terlihat pada kontak dagang dan penyerahan upeti kepada
Kerajaan Malaka. Barang-barangyang diperdagangkan ketiga kerajaan tersebut pun bermacam-macam.
Siak merupakan penghasil padi, madu, lilin, rotan, dan obat-obatan. Sementara itu, Kampar dan Indragiri
merupakan penghasil emas, biji-bijian, dan kayu gaharu.

4) Kehidupan Agama

Kehidupan keagamaan di Kerajaan Siak, Kampar, dan Indragiri mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan
Samudera Pasai dan Malaka. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat Riau memeluk agama Islam.
Masyarakat Siak menganggap masyarakat Melayu di Riau memiliki keterkaitan dengan agama Islam.
Seseorang akan diakui sebagai orang Slak apabila memiliki pengetahuan tentang Islam dan tekun
menjalankan ajaran agama Islam

Pengaruh agama Islam dalam kehidupan masyarakat Stak juga tecermin dalam kehidupan
pemerintahan. Raja yang berkuasa menjadikan kitab suci Alquran sebagai sumber hukum tertinggi
dalam menentukan kebijakan dan hukuman. Penggunaan Alquran sebagai sumber hukum tertinggi juga
diberlakukan di Kerajaan Kampar dan Indragiri.

5) Kehidupan Sosial dan Budaya

Kerajaan Siak sangat memperhatikan kehidupan pendidikan bagi masyarakatnya. Kemajuan pendidikan
di Kerajaan Siak terjadi pada masa pemerintahan Sultan Assyaidis Syarif Kasim Abdul Djalil. Pada masa
pemerintahannya, Sultan Assyaldis Syarif Kasim Abdul Djalil mendirikan Madrasah Taufiqiyah al
Hasyimiyah sebagai lembaga pendidikan dasar bagianaklaki-laki di Kerajaan Siak Adapun untuk
pendidikan bagi anak perempuan, pemerintah Kerajaan Siak mendirikan Madrasahtun Nisak. Selain itu,
pemerintah Kerajaan Siak mendirikan Istana Limas sebagai sekolah sekaligus asrama bagi kaum
perempuan.

Gambar 2.8 Istana Siak Sumber

: Taufik Abdulah dan AB. Lapan (ed) Indonesia dalam

Arus Sejarah Jid3 Kedatangan dan Peradaban talam Jaana, Ichtar Baru van Hoeve, 2012

Islam juga memengaruhi kehidupan budaya di Kerajaan Siak, Kampar, dan Indragiri.. Salah satu warisan
budaya Kerajaan Siak yang masih dapat disaksikan hingga saat ini adalah tari Zapin. Selain itu,
peninggalan Kerajaan Siak masih dapat ditemui hingga saat inl. Peninggalan tersebut berupa istana
kerajaan yang kini dimanfaatkan sebagai museum. Keberadaan istana Siak menunjukkan tingginya
tingkat kehidupan sosial budaya di Kerajaan Siak. Kerajaan Siak juga meninggalkan beberapa masjid yang
masih berfungsi hingga sekarang.

Kerajaan Islam di Jambi

Berdasarkan temuan arkeologis, Islam diperkirakan masuk di Jambi pada abad IX-X. Akan tetapi, pada
masa itu islamisasi masih terbatas. Islam baru berkembang pesat di Jambi pada abad XIII saat berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Melayu, Perkembangan Islam di Jambi mencapai puncaknya pada abad XVI
yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan Jambi. Tidak hanya sebagai pusat politik, Kerajaan Jambi juga
berkembang menjadi pelabuhan terkaya kedua di Pulau Sumatra setelah Aceh.

1) Kondisi Geografis

Letak geografis Jambi dilalui oleh beberapa sungai besar. Keberadaan sungal di wilayah ini membantu
masyarakat untuk melaksanakan aktivitas pelayaran dan perdagangan. Salah satu sungal yang berada di
Jambi adalah Sungai Batanghari. Sungai Batanghari sering dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana
perdagangan baik lokal, regional, maupun internasional. Sungal Batanghari yang mengalir ke Selat
Malaka menjadi penghubung kegiatan perdagangan dari Selat Malaka dengan wilayah-wilayah di sekitar
Sung Batanghari. Selain itu, masyarakat Jambi memanfaatkan aliran Sungai Batanghari seba sumber
pengairan lahan pertanian.

2) Kehidupan Politik

Kerajaan Jambi didirikan oleh Datuk Paduko Berhala. Menurut Undang-Undang jamb Datuk Paduko
Berhalo merupakan orang Turki yang terdampar di Pulau Berhala. Datuk Paduko Berhalo kemudian
menikah dengan Putri Pinang Masak yang telah memeluk aga Islam. Pernikahan tersebut menurunkan
raja-raja Kerajaan Jambi seperti Rangkayo Hitz Panembahan llang Daer, Panembahan Rantau Kapas, dan
Sultan Abdul Kahar.

Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar Kerajaan Jambi mulai didatangi Voc Kedatangan VOC di
Jambi menyebabkan situasi politik di Kerajaan Jambi menjadi tidak stabil VOC berusaha menguasal
perdagangan di wilayah Kerajaan Jambi. Pada 1641 VOC menawarkan perjanjian dagang kepada
Kerajaan Jambi dengan tujuan melakuka monopoli perdagangan. Akan tetapi, Sultan Abdul Kahar
menolak perjanjian tersebut das memutuskan mengundurkan diri dari takhta Kerajaan Jambi.

Pengganti Sultan Abdul Kahar adalah Sultan Abdul Djalil. Selama masa pemerintahan nya, Sultan Abdul
Djalil bersikap kooperatif terhadap VOC Oleh karena itu, VOC berhas menjalankan monopoli
perdagangan lada di Jambi. Pengaruh VOC di Kerajaan Jambi menyebabkan munculnya perlawanan
rakyat Jambi. VOC menuduh keterlibatan kerajaan dalam perlawanan rakyat Jambi, Akibatnya, Sultan Sri
Ingalolo, Raja Kerajaan Jambi waktu

itu ditangkap dan diasingkan ke Pulau Banda.

3) Kehidupan Ekonomi

Sungai Batanghari menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat Kerajaan Jambi Dengan memanfaatkan
Sungai Batanghari masyarakat Jambl mengembangkan pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidup dan
mengadakan perdagangan dengan bangsa lain Masyarakat Kerajaan Jambi mengembangkan dua sistem
pertanian. Pertama, pertanian sawah dengan memanfaatkan Sungai Batanghari sebagai sarana
pengairan. Kedua, pertanian yang dikembangkan dengan membakar hutan sebagai lahan pertanian.

Komoditas perdagangan utama Kerajaan Jambi adalah lada. Dengan komoditas lada Kerajaan Jambi
mampu membangun hubungan perdagangan dengan bangsa-bangsa Barat. Dalam perkembangannya,
VOC tertarik dengan komoditas lada dari Jambi. VOC pun melakukan kontrak dagang dengan para
penguasa Jambi. Pada awalnya kedatangan VOC bertujuan melakukan kegiatan perdagangan lada
dengan Kerajaan Jambi. Dengan izin Sultan Jambi, pada 1616 VOC mendirikan kantor dagang di Muara
Kompeh. Akan tetapi kantor dagang tersebut ditutup pada 1636 karena rakyat Jambi tidak bersedia
menjual hasil bumi kepada VOC

4) Kehidupan Agama

Islam di Jambi berkembang pesat saat Kerajaan Jambi dipimpin oleh Rangkayo Hitam (1500-1515). Pada
saat itu para ulama menduduki berbagai jabatan penting di kerajaan. Selain itu, beberapa ulama
menikah dengan penduduk setempat. Para ulama biasanya mendirikan masjid di sekitar tempat
tinggalnya. Keadaan tersebut semakin menambah nuansa Islami dalam kebudayaan lokal Jambi.
Aldbatnya, masyarakat Jambi tertarik menganut agama Islam karena islamisasi di Jambi dilakukan secara
damal dan tidak

mengubah kebudayaan lolal

Kehidupan Sosial Budaya

Dalam kehidupan budaya masyarakat Kerajaan Jambi mengembangkan berbagai bentuk kesenian.
Perkembangan seni budaya dalam masyarakat Kerajaan Jambi memiliki kemiripan dengan kesenian
kerajaan-kerajaan Islam di Sumatra. Kesenian yang dikembangkan oleh masyarakat Kerajaan Jambi
meliputi seni ukir, seni tari, dan seni kriya (seni kerajinan dengan bahan rotan, bambu, dan dedaunan).

Kerajaan Islam di Jawa Perhatikan gambar 2.9! Batu nisan pada gambar merupakan
bukti awal kedatangan Islam di pesisir utara Pulau Jawa. Batu nisan pada gambar merupakan nisan
makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang bertuliskan 475 H atau 1082 Maschi Nisan tersebut
berada di Leran, Gresik. Selain itu, di kota yang sama terdapat makam Maulana Malik Ibrahim yang
wafat pada 822 Hatau 1419 Masehi. Dari penemuan nisan makam tersebut para ahli sejarah
menyimpulkan islamisasi di Jawa telah berlangsung pada abad X-XIV. Islamisasi bermula di beberapa
kota pesisir utara Jawa, mulai dari barat, tengah, hingga timur. Islamisasi tersebut menyebabkan
munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa. Beberapa kerajaan Islam di Jawa sebagai berikut.

. Kerajaan Demak

Pada masa kini Demak merupakan sebuah kabupaten yang termasuk wilayah administratif Provinsi Jawa
Tengah. Kabupaten Demak memiliki akar sejarah panjang yang dimulai dari berdirinya Kerajaan Demak
sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan Demak berperan besar dalam islamisasi di Pulau
Jawa. Bagaimana perannya? Diskusikan bersama teman-teman Anda! Selanjutnya, perhatikan uralan
berikut.

1)

Gambar 2.9 Nisan Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik salah satu bukti awal masuknya Islam di Jawa i

Sumber Taufk Abdulah dan A.B. Lapan (ed.), Indonesia dalam Arus Sejarah Jid 3 Kedatangan dan
Peradaban hit Jakarta, Ichar Baru van Hoeve, 2012

Kondisi Geografis

Demak terletak di pesisir utara Pulau Jawa bagian tengah. Menurut informasi dalam babad lokal, pusat
Kerajaan Demak berlokasi di Bintara atau Glagahwangi. Pusat Kerajaan Demak dikelilingi oleh beberapa
sungal antara lain Sungal Tuntang Sungai Buyaran, dan Sungai Serang Keberadaan sungai-sungai
tersebut sangat mendukung perkembangan pertanian di Kerajaan Demak. Sementara itu, wilayah pesisir
Demak menjadi pelabuhan yang dapat digunakan berlabuh kapal-kapal dagang berukuran besar. Letak
di pesisir utara Jawa Tengah memungkinkan Demak menjadi pusat penghubung daerah-daerah di
Indonesia bagian timur dan barat.

2) Kehidupan Politik

Kerajaan Demak didirikan pada akhir abad XV oleh Raden Patah. Ia merupakan keturunan Raja Brawijaya
V dan putri Campa, Vietnam. Pada awalnya Demak termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Akan tetapi, ketika Kerajaan Majapahit mengalami kehancuran akibat perang saudara pada 1478,
Demak berkembang menjadi kerajaan bercorak Islam. Dalam perkembangannya, wilayah-wilayah di
pantal utara Jawa yang sudah menganut Islam berada di bawah pengaruh Demak

Sepeninggal Raden Patah, Demak dipimpin oleh Pati Unus atau yang dikenal dengan Pangeran Sabrang
Lor. Pati Unus sangat terinspirasi oleh keberhasilan Gajah Mada sehingga la berambisi menjadikan
Demak sebagai kerajaan maritim terbesar di Indonesia seperti Majapahit. Untuk mewujudican ambisi
tersebut, Pati Unus berusaha membangun Angkatan Laut yang kuat. Selain membangun Angkatan Laut,
Pati Unus menyerang Malaka yang dikuasai oleh Portugis. Penyerangan itu dilakukan karena keberadaan
Portugis di Malaka dianggap merugikan perdagangan Demak secara umum. Akan tetapi, serangan
tersebut gagal karena Portugis memiliki angkatan perang yang lebih kuat.

Pengganti Pati Unus adalah Sultan Trenggono (1521-1546). Di bawah pimpinan Sultan Trenggono Demak
berhasil mencapai puncak kejayaan. Pada saat itu wilayah Kerajaan Demak meliputi sebagian besar
wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Bahkan, kekuasaan Demak meluas ke Sukadana (Kalimantan Barat),
Palembang, Jambi, dan Banjar (Kalimantan Selatan).

IndonesiaSepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Kemunduran in terjadi karena


perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawoto (putra Sultan Trenggono dan Arya Penangsang
(keturunan Pangeran Sekar Sedo Lepen, adik Sultan Trenggono Dalam perselisihan itu Arya Penangsang
berhasil membunuh Pangeran Prawoto. Aka tetapi Arya Penangsang kemudian berhasil dibunuh oleh
Joko Tingkir dari Pajang Joko Tingkir merupakan menantu Sultan Trenggono. la kemudian merebut
takhta Demak dari Arya Penangsang dan memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang Setelah
pemindahan ibu kota tersebut, kejayaan Kerajaan Demak berakhir.

3) Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Kerajaan Demak menitikberatkan pada kegiatan perdagangan maritim dan agraris.
Sebagal kerajaan yang terletak di pesisir, perdagangan Demak mengalama perkembangan pesat.
Pelabuhan Demak berkembang menjadi pelabuhan transito yang menghubungkan perdagangan
Internasional antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur Sebagai pelabuhan perantara,
Demak sering dikunjungi pedagang asing yang Ingin membeli rempah-rempah dari Maluku. Adapun
sektor agraris di Kerajaan Demak tida lepas dari kondisi wilayah pedalaman yang subur sehingga
mendorong perkembangan pertani sawah. Beras merupakan salah satu komoditas dagang Demak yang
diunggulkan dari sektor agraris. Pada abad XVI Masehi Demak dikenal sebagal penghasil beras terbesar
di Indonesia

4) Kehidupan Agama

Dibidang keagamaan, Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di panta utara Pulau
Jawa. Penyebaran Islam di Pulau Jawa didukung oleh para wali yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga.
Para wali tersebut memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur. Wali Sanga mendirikan masjid Agung Demak sebagai pusat dakwah agama Islam di
Jawa. Masjid Agung Demak juga sering digunakan sebagai tempat bersidang para wali (ulama) untuk
membahas berbagal permasalahan agama dan negara. Wali Sanga juga berperan sebagai penasihat
Kerajaan Demak

5) Kehidupan Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya masyarakat Demak dipengaruhi oleh ajaran Islam yang berakulturasi dengan
kebudayaan Jawa. Akulturasi ini dapat dilihat dari pelaksanaan upacara selamatan dan yasinan. Salah
satu ulama pada masa Kerajaan Demak yang mengembangkan akulturasi budaya adalah Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga menjadi peletak dasar-dasar tradisi sekaten yang sekarang masih dijalankan di
Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.

Perkembangan akulturasi budaya tersebut menyebabkan tradisi agama Islam di Demak berbeda dengan
tradisi Islam di Arab. Corak kebudayaan Islam di Kerajaan Demak dapat dilihat dari keberadaan masjid
Agung Demak. Masjid Demak memiliki bentuk unik, yaitu memiliki
Info Penting

Museum Perkembangan Islam

Jika Anda ingin melihat rekam jejak perkembangan agama Islam di tanah Jawa, berkunjunglah ke
Museum Perkembangan Islam di Semarang, Jawa Tengah Museum ini terletak satu kawasan dengan
masjid Agung Semarang Di museum ini tersimpan benda-benda koleksi yang berhubungan dengan
perjalanan Islam di tanah Jawa. Museum ini berada di dalam menara Al-Husna tepatnya di lantai dua
dan tiga. Kolekal benda-benda di museum ini mengajak Anda lebih mengenal perkembangan Islam di
Jawa khususnya di wilayah Jawa Tengah. Sumber: "Museum Perkembangan talam, Sekeping

Sejarah & Masjid Agung Semarang, hipsf travelingyuk.com/museum perkembangan slam-a


arang/108301 dakbes 21 Agustus

2020

bentuk atap tumpang bertingkat tiga. Bentuk ini merupakan ciri bangunan Jawa yang dipadukan dengan
budaya Hindu-Buddha. Dengan demikian, masyarakat Jawa di Demak memiliki kemampuan memadukan
kebudayaan Islam dan kebudayaan lama (lokal dan Hindu-Buddha) menjadi kebudayaan baru.

b. Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan Kerajaan Demak. Sebelumnya Pajang merupakan daerah
kadipaten yang menjadi bagian dari Kerajaan Demak. Kerajaan Pajang berdiri setelah Joko Tingkir,
menantu Sultan Demak mengambil alih kekuasaan dari tangan Arya Penangsang dan memindahkan ibu
kota kerajaan ke Pajang, Lantas, bagaimana perkembangan kehidupan di Kerajaan Pajang? Perhatikan
uraian berikut!

1) Kondisi Geografis
Kerajaan Pajang terletak di Jawa Tengah bagian pedalaman. Dalam perkembangannya, Kerajaan Pajang
berhasil memperluas wilayah kekuasaan hingga daerah pesisir utara seperti Jepara dan Pati. Pengaruh
Pajang juga meluas hingga Banyumas.

2) Kehidupan Politik

Raja pertama Kerajaan Pajang adalah Joko Tingkir yang memiliki nama asli Raden Mas Karebet. Saat
memegang tampuk kekuasaan di Kerajaan Pajang, Joko Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya. Dalam
menjalankan pemerintahannya, Sultan Hadiwijaya men- dapat banyak nasihat dari Sunan Prapen, salah
seorang wali di Jawa Tengah. Pada 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Lantas, Untuk mengetahuinya, Anda
dapat me- mindai QR Code sesuai petunjuk disamping

Kode QR

Pindai OR Code di samping untuk mengetahui kehidupan bagaimana kehidupan politik Kerajaan poisk
Kerajaan Pajang pasca- Pajang setelah Sultan Hadiwijaya wafat? pemerintahan Sutan Hadiwijaya Buatlah
resume dan maten pada tautan tersebut.

3) Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi Kerajaan Pajang menitikberatkan pada sektor agraris. Penghasilan utama
masyarakat Pajang berasal dari sektor pertanian. Letak kerajaan yang diapit oleh beberapa sungai
menyebabkan Pajang memiliki wilayah yang subur. Sekira abad XVI-XVII Kerajaan Pajang berhasil
menjadi salah satu lumbung padi terbesar dan mengekspor beras ke negara lain. Masyarakat Kerajaan
Pajang memanfaatkan Sungai Bengawan Solo untuk memasarkan hasil pertanian dan perkebunan.
Selain itu, masyarakat

Pajang sudah menggunakan uang dalam transaksi jual beli.

4) Kehidupan Agama
Kehidupan agama di Kerajaan Pajang masih dipengaruhi oleh Kerajaan Demak. Para pemimpin Kerajaan
Pajang melanjutkan budaya Islam yang diajarkan oleh para wali dan ulama. Keberadaan para wali di
kerajaan tidak hanya sebatas urusan agama, tetapi juga urusan pemerintahan kerajaan.

5) Kehidupan Sosial dan Budaya

Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Pajang tidak jauh berbeda dengan masyarakat Demak.
Budaya yang berkembang di Kerajaan Pajang memiliki kemiripan dengan budaya yang berkembang di
Kerajaan Demak. Budaya Islam di Kerajaan Pajang sudah berbaur dengan kebudayaan Jawa. Masyarakat
Kerajaan Pajang juga menerapkan

toleransi terhadap budaya asing yang masuk ke wilayah Pajang,

C. Kerajaan Mataram

Kerajaan Mataram memiliki keterkaitan dengan Kerajaan Pajang. Pada awalnya daerah Mataram
merupakan wilayah Kerajaan Pajang yang diberikan oleh Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng
Pemanahan. Sultan Hadiwijaya memberikan daerah Mataram tersebut karena jasa Ki Ageng Pemanahan
dalam membantu Sultan Hadiwijaya mengalahkan Arya Penangsang Ki Ageng Pemanahan kemudian
mendirikan kerajaan di wilayah tersebut. Kerajaan ini dikenal dengan nama Kerajaan Mataram. Dalam
perkembangannya, Mataram menjadi kerajaan besar yang berhasil menaklukkan banyak kerajaan lokal
di Jawa.

onesia pada Masa Islam

49

ejarah Indonesia Kelas X Semester 2

1) Kondisi Geografis
Perhatikan peta 2.101 Peta tersebut menunjukkan wilayah kekuasaan Mataram pada masa kejayaannya.
Bagaimana pendapat Anda setelah memperhatikan peta tersebar Coba kemukakan pendapat Anda.

PAJAJARAN

Suribay

LAUT JAWA

Mataram Kedin

SAMUDRA HINDIA

Wysh kekuan Mataram

Gambar 2.10 Peta wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram

Sumber: HJ. de Graat, Kerajaan Islam Pertama di Jawa Tinjauan Sejarah Polsk Abad XV dan XVI, Jakar
Graf 2001

Pada awal berdirinya, pusat Kerajaan Mataram berada di Kota Gede, Yogyakart Wilayah Kota Gede
berada di pedalaman Jawa Tengah. Wilayah Mataram dikelilingi oleh jajaran gunung dan pegunungan
seperti Gunung Prau, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung
Ungaran, Gunung Lawu, Pegunungan Serayu Pegunungan Kendeng dan Pegunungan Sewu. Di antara
jajaran gunung dan pegunungan tersebut mengalir sungal-sungai besar seperti Sungai Bogowonto,
Sungai Progo, Sungai Elo, dan Sungal Bengawan Solo. Kondisi geografis tersebut menyebabkan sebagian
besar kondisi tanah di Mataram berupa tanah aluvial dan vulkanik yang berasal dari endapan material
sungai dan gunungapi. Tanah ini sangat subur sehingga cocok untuk aktivitas pertanian.
2) Kehidupan Politik

Kerajaan Mataram didirikan oleh Ki Ageng Pemanahan pada abad XVI. Ki Ageng Pemanahan
menjalankan pemerintahan di Mataram hingga wafat pada 1584. Selanjutnya takhta kerajaan dipegang
oleh putra Ki Ageng Pemanahan sekaligus menantu Sulta Hadiwijaya, yaitu Panembahan Senopati. Di
bawah pemerintahan Panembahan Senopati Kerajaan Mataram melepaskan diri dari kekuasaan Pajang

Pada masa pemerintahan Panembahan Senopati (1584-1601) Kerajaan Mataram mulai mengembangkan
politik ekspansi. Daerah yang menjadi tujuan politik ekspansi Kerajaan Mataram antara lain Demak,
Madiun, Kediri, Ponorogo, Tuban, dan Pasuruan. Satu-satunya daerah strategis yang gagal ditaklukkan
Kerajaan Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senopati adalah Surabaya. Sepeninggal
Panembahan Senopati, Kerajaan Mataram diperintah oleh Mas Jolang (Sultan Hanyokrowati). Mas
Jolang berkuasa sejak 1601 dan pada 1613 kedudukannya digantikan oleh putranya

yang bernama Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Sultan Agung berhasil membawa Kerajaan
Mataram mencapai puncak kejayaan. Di bawah kepemimpinan Sultan Agung seluruh wilayah Jawa
Sumber Tengah dan Jawa Timur, termasuk Madura mengakui kedaulatan Mataram. Surabaya pun
berhasil ditaklukkan pada 1625. Sementara itu, di Jawa Barat kekuasaan Mataram tertanam di wilayah
Cirebon, Sumedang, dan Ukur.

Gambar 2.11 Sultan Agung

: Talk Abouliah dan A.B. Lapan ted Indonesia dalam Arus Sejarah Jid

Kedatangan dan Peradaban lala Jakarta, Ichtar Baru van Hoeve, 2012

Sejarah Indonesia Kelas X Semester 2

Sultan Agung bercita-cita menyatukan seluruh Pulau Jawa di bawah kekuasaan Mataram. Cita-cita
tersebut berusaha diwujudkan dengan menyerang kekuasaan VOC di Batavia pada 1628 dan 1629. Akan
tetapi, kedua serangan tersebut mengalami kegagalan karena VOC memiliki teknologi persenjataan dan
taktik yang lebih unggul. VOC berhasil menghancurkan gudang-gudang beras milik pasukan Mataram di
Tegal dan Cirebon. VOC juga menghancurkan kapal-kapal yang akan digunakan untuk mengangkut
pasukan Mataram ke Batavia. Oleh karena itu, pasukan Mataram terpaksa menempuh perjalanan darat
yang berat menuju Batavia. Pasukan Mataram mengalami kelelahan dan kelaparan sehingga dapat
dikalahkan oleh VOC dengan mudah

Kode QR

Pada masa pemerintahan Sultan Agung wilayah kekuasaan Mataram dibagi menjadi empat bagian, yaitu
kutanegara, negara agung, mancanegara, dan pasistran. Apa yang dimaksud dengan kutanegara, negara
agung, mancanegara, dan pesisiran? Untuk mengetahuinya, Anda dapat memindal QR Code sesuai
petunjuk di samping

Pinda CR Code di samping untuk mengetahui wilayah kekuasaan Mataram pada masa pemerintahan
Sultan Agung Buatlah resume dari. materi tersebut

Pada 1645 Sultan Agung wafat sehingga menyebabkan Kerajaan Mataram mengalami kemunduran.
Sejak saat itu Mataram tidak memiliki pemimpin cakap yang mampu mengendalikan kekuasaan secara
baik Bahkan, VOC berhasil mencampuri urusan pemerintahan di Kerajaan Mataram. Akibatnya, pada
1755 melalui Perjanjian Glyanti Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua wilayah, yaitu Yogyakarta dan
Surakarta. Selanjutnya, pada 1757 berdasarkan Perjanjian Salatiga kedua kerajaan pecahan Mataram
tersebut kembali mengalami perpecahan sehingga muncul Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten
Pakualaman. Bagaimana eksistensi keempat keraton pecahan Mataram tersebut? Carilah informasinya
melalui berbagai literatur!

3) Kehidupan Ekonomi

Perekonomian Kerajaan Mataram Islam bertumpu pada sektor agraris dan perdagangan Sektor agraris
didukung oleh kondisi tanah yang subur sehingga hasil pertanian melimpah. Melimpahnya hasil
pertanian juga didukung oleh banyaknya tenaga kerja. Oleh karena itu, pertanian di Mataram dapat
berkembang pesat. Pertanian Mataram menghasilkan beras dalam jumlah banyak. Beras merupakan
komoditas utama dari Mataram. Pada abad XVII Mataram dikenal sebagal kerajaan penghasil beras
terbesar di Indonesia. Sementara itu, dalam sektor perdagangan pada masa pemerintahan Sultan Agung
kegiatan ekspor dan impor dipimpin langsung oleh sang sultan. Kegiatan ekspor dan impor dilakukan
melalui pelabuhan-pelabuhan yang dikuasal Mataram, seperti Kendal, Jepara, dan Tegal. Selain beras,
hasil bumi yang diproduksi Mataram yaitu gula, kapas, kelapa, dan palawija.

4) Kehidupan Agama

Kerajaan Mataram menerapkan nilai-nilai Islam yang diakulturasikan dengan kebudayaan lokal. Tokoh
yang berperan mengakulturasikan kedua unsur tersebut adalah Sultan Agung la berusaha memasukkan
nilai-nilai Islam dalam tradisi Jawa. Proses akulturasi ini terlihat pada pembuatan kalender Jawa yang
menggabungkan tahun Hijriah dan tahun Saka.

Sultan Agung juga menulis kitab Sastra Gendhing yang menjelaskan tentang ajaran manunggaling
kawula gusti atau bersatunya Tuhan dengan manusia. Ajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh Syekh
Siti Jenar dari Demak. Dalam perkembangannya, ajaran manunggaling kawula gusti sangat berpengaruh
terhadap konsep kepercayaan kejawen di Mataram. Kejawen merupakan kepercayaan hasil sinkretisme
antara agama Islam dan kepercayaan lokal masyarakat Jawa. Bagi sebagian masyarakat Mataram,
kejawen telah menjadi kepercayaan sekaligus pandangan hidup orang Jawa yang menekankan
ketenteraman, keselarasan, serta keseimbangan lahir dan batin.

Indonesia pada Masa alam

51

You might also like