You are on page 1of 18

Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum

Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

Research Article

Efektivitas Eksekusi Terhadap Pengusaha Yang Tidak Membayar Pesangon


Pekerja Di Perusahaan
Mashari*, Suroto
Fakultas Hukum, Univeristas 17 Agustus 1945 Semarang
*mmashary@gmail.com

ABSTRACT
Problems regarding severance pay in Indonesia are still common, especially in the relationship between
employers and workers. The purpose of this study is to examine the implementation of execution of
employers has not been effective because in practice most employers do not pay severance pay for
workers after termination of employment. This study uses empirical juridical using primary data and
secondary data, with a conceptual approach associated with cases. The results of the study indicate
that the execution of entrepreneurs has not been effective because the executions carried out by the
head of the Court in practice do not all run smoothly. Execution often encounters obstacles in the
execution process because the losing entrepreneur does not want to carry out the execution, besides
the high cost of execution. The effectiveness of the execution of employers who do not pay severance
pay for workers in companies is based on Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation that
employers who do not pay severance pay for workers are threatened with a criminal sanction of 4 (four)
years in prison. The actions of employers who do not pay severance pay are considered criminal acts.
This is very helpful for workers to expedite dispute resolution with the Police report so that the employer
pays the severance pay.

Keywords: Execution Effectiveness; Entrepreneur; Severance pay.

ABSTRAK
Permasalahan tentang pesangon di Indonesia masih sering terjadi, utamanya dalam hubungan
pengusaha dan pekerja. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pelaksanaan eksekusi terhadap
pengusaha belum berjalan efektif karena dalam praktiknya sebagian besar pengusaha yang tidak
membayar pesangon pekerja setelah terjadi pemutusan hubungan kerja. Penelitian ini menggunakan
yuridis empiris dengan menggunakan data primer dan data sekunder, dengan pendekatan secara
konseptual dikaitkan dengan kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan eksekusi
terhadap pengusaha belum berjalan efektif karena eksekusi yang dilakukan oleh ketua Pengadilan
dalam praktiknya tidak semuanya berjalan dengan lancar. Pelaksanaan eksekusi sering terjadi
hambatan dalam proses pelaksanaan eksekusi karena pihak pengusaha yang kalah tidak mau
melaksanakan eksekusi, selain itu juga biaya eksekusi yang mahal. Efektivitas eksekusi terhadap
pengusaha yang tidak membayar pesangon pekerja di perusahaan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja bahwa pengusaha yang tidak membayar pesangon pekerja
diancam sanksi pidana 4 (empat) tahun penjara. Tindakan pengusaha yang tidak membayar pesangon
pekerja dianggap melakukan tindakan pidana kejahatan. Hal ini sangat membantu pekerja untuk
mempercepat penyelesaian perselisihan dengan laporan Polisi agar pengusaha membayar pesangon
tersebut.

Kata Kunci: Efektivitas; Eksekusi; Pengusaha; Pesangon.

459
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

A. PENDAHULUAN Penyelesaian perselisihan hubungan


Negara Indonesia adalah negara hukum, industrial yang sederhana, cepat dan biaya ringan
sebagaimana dasar konstitusi Pasal 1 ayat (3) lahir dari pemikiran untuk melaksanakan keadilan
Undang-Undang Dasar Negara Republik sosial dalam menangani perselisihan hubungan
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945). industrial yang melibatkan dua pihak yang
Salah satu ciri negara hukum yaitu adanya bersengketa, yakni pengusaha dan
peradilan yang bebas dan mandiri. Pengadilan pekerja/buruh. Keduanya berada pada posisi
yang mandiri, netral, kompeten, transparan, yang tidak seimbang, pengusaha berada pada
akuntabel dan berwibawa yang mampu posisi yang kuat dalam status sosial ekonomi,
menegakkan wibawa hukum, pengayoman sedangkan pekerja/buruh berada pada posisi
hukum, kepastian hukum dan keadilan lemah, yang menggantungkan sumber
merupakan condito sine qua non atau penghasilannya dengan bekerja pada pengusaha
persyaratan mutlak dalam sebuah negara yang atau majikan. Keduanya sama-sama manusia
berdasarkan hukum. Pengadilan adalah sebagai yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaan
pilar utama dalam penegakan hukum dan (human dinity) (Tjandra, 2009).
keadilan serta proses pembangunan peradaban Persoalannya bahwa perselisihan
bangsa (Komisi Yudisial RI 2015). hubungan industrial yang diselesaikan melalui
Pengadilan Hubungan Industrial Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
merupakan salah satu pengadilan khusus di Negeri Semarang belum mencerminkan adanya
lingkungan peradilan umum (perdata) dengan asas murah, cepat, tepat dan adil dilihat dari
asas penyelesaian perselisihan hubungan Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada
industrial yang cepat, tepat, adil dan murah Tingkat Pertama maupun Putusan pada Tingkat
(Tjandra, 2009). Pengadilan Hubungan Industrial Kasasi yang sudah memiliki kekuatan hukum
merupakan pengadilan khusus yang dibentuk di tetap (in kracht van gewijsde) tidak dapat
lingkungan pengadilan umum. Dalam Pasal 55 dijalankan karena tidak adanya iktikad baik dari
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pengusaha untuk menjalankan Putusan
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
(UU PPHI) yang menyatakan “Pengadilan Negeri Semarang secara sukarela. Pengusaha
Hubungan Industrial merupakan pengadilan yang tidak menjalankan Putusan Pengadilan
khusus yang berada di lingkungan peradilan Hubungan Industrial yang sudah tetap (in kracht
umum”. van gewijsde) tidak ada sanksi hukumnya.

459
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

Putusan tidak dilaksanakan secara berperkara, selain menyita waktu, energi, biaya,
sukarela oleh Pengusaha seharusnya Putusan tenaga juga pikiran (Suyuthi, 2004). Putusan
bisa dimohonkan oleh Pekerja kepada Ketua belum bermakna apa-apa apabila hasilnya
Pengadilan Negeri Semarang untuk dilaksanakan sebatas keputusan hitam diatas putih saja.
secara paksa sebagaimana diatur dalam Pasal Kemenangan yang sudah di depan mata masih
195 HIR/Pasal 206 RBG. Kenyataan yang terjadi memerlukan proses panjang untuk bisa
dalam praktik Putusan Pengadilan Hubungan mendapatkannya secara nyata/konkrit. Dalam
Industrial pada Pengadilan Negeri Semarang praktiknya pelaksanaan eksekusi tidak jarang
yang sudah tetap (in kracht van gewijsde) yang menemui kendala. Pihak yang kalah umumnya
tidak dilaksanakan secara sukarela oleh sulit untuk menerima kekalahan dan cederung
Pengusaha tidak bisa juga dilakukan eksekusi menolak putusan yang sudah berbekuatan hukum
secara paksa oleh Pengadilan Negeri Semarang. tetap dengan berbagai macam cara.
Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya Menurut M. Yahya Harahap, bahwa pada
dana untuk eksekusi dari Negara sebagaimana prinsipnya hanya putusan hakim yang
dijanjikan oleh Pasal 58 UU PPHI, yang mengatur mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van
bahwa dalam proses beracara di Pengadilan gewijsde) dan dapat dijalankan. Suatu putusan itu
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri, dapat dikatakan telah mempunyai kekuatan
pihak-pihak yang berperkara tidak dikenakan hukum tetap (in kracht van gewijsde) apabila di
biaya termasuk biaya eksekusi yang nilai dalam putusan mengandung arti suatu wujud
gugatannya di bawah Rp 150.000.000,00 (seratus hubungan hukum yang tetap dan pasti antara
lima puluh juta rupiah). pihak yang berperkara sebab hubungan hukum
Putusan hakim yang mengadili pihak-pihak tersebut harus ditaati dan harus dipenuhi oleh
yang bersengketa selalu berisi amar putusan pihak tergugat (Harahap, 2009).
yang menyatakan kepada salah satu pihak yang Pekerja dalam beberapa kasus, khususnya
dikalahkan untuk menjalankan amar putusan kasus-kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
secara sukarela. Putusan hakim tersebut tidak sudah berupaya menempuh proses perselisihan
dijalankan secara sukarela, maka kepada pihak hubungan industrial mulai dari perundingan
yang dikalahkan akan dilakukan upaya paksa Bipartit (Utari, 2020). Mediasi, pengajuan
untuk menjalankan putusan pengadilan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial,
(eksekusi). Menurut Wildan Suyuthi mengenai Kasasi ke Mahkamah Agung sampai dengan
eksekusi dalam perkara perdata merupakan dijatuhkannya putusan oleh hakim tetapi buruh
proses yang cukup melelahkan pihak-pihak yang tetap tidak mendapatkan hak-haknya walaupun

460
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

dalam putusan tersebut buruh dimenangkan dan Perselisihan PHK kepada PT. TRI ABADI
putusan tersebut telah mempunyai kekuatan PURNAMA telah menjatuhkan Putusan Nomor
hukum tetap (in kracht van gewijsde) karena 2/Pdt.Sus-PHI/G/2016/PN.Smg, dengan amar
putusan-putusan tersebut tidak dapat mengabulkan Gugatan Pekerja/Penggugat dan
dilaksanakan atau dieksekusi ( Bola, Librayanto, menghukum Tergugat/PT. TRI ABADI PURNAMA
& Arisaputra, 2015) untuk mempekerjakan kembali Pekerja di
Beberapa data Putusan Pengadilan Perusahaan Tergugat/PT. TRI ABADI
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri PURNAMA.
Semarang yang sudah mempunyai kekuatan Putusan tersebut telah memiliki kekuatan
hukum tetap (in kracht van gewijsde) tetapi belum hukum tetap (in kracht van gewijsde), akan tetapi
dapat dieksekusi. Berdasarkan data Putusan Pengusaha tidak membayar pesangon pekerja.
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Putusan Pengadilan Hubungan Industrial yang
Negeri Semarang sejak tahun 2016 sampai tidak dilaksanakan eksekusinya oleh Pengusaha
dengan tahun 2019 terdapat 224 (dua ratus dua tersebut tidak menaati amar putusan untuk
puluh empat) perkara yang sudah diputus oleh mempekerjakan kembali buruh/pekerja.
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Persoalan tersebut menarik untuk dilakukan
Negeri Semarang yang putusan-putusan tersebut penelitian dengan judul “Efektivitas Eksekusi
bersifat condemnatoir (menghukum) dan sudah Terhadap Pengusaha Yang Tidak Membayar
mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van Pesangon Pekerja di Perusahaan”.
gewijsde) namun putusan-putusan tersebut tidak Penelitian ini berbeda dengan penelitian
dilaksanakan secara sukarela oleh Pengusaha. terdahulu yang membahas tentang permasalahan
Contoh kasus: Pekerja/Buruh PT. TRI pemberian uang pesangon oleh pengusaha
ABADI PURNAMA sebagai Penggugat telah kepada pekerjanya. Seperti penelitian pada taraf
mengajukan Gugatan Perselisihan PHK kepada nasional yang dilakukan oleh Ari Hernawan yang
PT. TRI ABADI PURNAMA sebagai Tergugat membahas tentang keberadaan uang pesangon
dengan dalil Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh pengusaha yang telah
yang dilakukan Tergugat tidak sah dan batal demi melaksanakan jaminan kesehatan. Penelitian
hukum dan memohon kepada Majelis Hakim tersebut dengan penelitian ini karena penelitian
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan ini spesifik membahas pelaksanaan eksekusi
Negeri Semarang untuk mempekerjakan kembali terhadap pengusaha belum berjalan efektif
Pekerja/Penggugat di Perusahaan Tergugat. karena dalam praktiknya sebagian besar
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili pengusaha yang tidak membayar pesangon

461
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

pekerja setelah terjadi pemutusan hubungan kerja eksekusi terhadap pengusaha belum berjalan
(Hernawan, 2016). Penelitian selanjutnya yang efektif karena dalam praktiknya sebagian besar
membahas tentang prespektif hukum islam pengusaha yang tidak membayar pesangon
terhadap pemberian uang pesangon. Penelitian pekerja setelah terjadi pemutusan hubungan kerja
tersebut berbeda dengan penelitian ini karena (Moen, Garibaldi, & Boeri, 2017). Selanjutnya
penelitian ini membahas tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh Marco Cozzi dan
eksekusi terhadap pengusaha belum berjalan Giulio Fella dalam penelitian mereka yang
efektif karena dalam praktiknya sebagian besar membahas tentang risiko perpindanhan tenaga
pengusaha yang tidak membayar pesangon kerja dan pemberian hak pesangon kepada
pekerja setelah terjadi pemutusan hubungan kerja pekerja. Penelitian tersebut berbeda dengan
(Achyar, 2018). Selanjutnya penelitian yang penelitian ini karena penelitian ini membahas
dilakukan oleh Mohamad Risaldi Mamonto yang tentang pelaksanaan eksekusi terhadap
membahas tentang penetapan uang pesangon pengusaha belum berjalan efektif karena dalam
oleh pengusaha dengan berdasarkan undang- praktiknya sebagian besar pengusaha yang tidak
undang ketenaga kerjaan. Penelitian tersebut membayar pesangon pekerja setelah terjadi
berbeda dengan penelitian ini karena penelitian pemutusan hubungan kerja (Cozzi, & Fella,
ini membahas tentang pelaksanaan eksekusi 2016).
terhadap pengusaha belum berjalan efektif Berdasarkan uraian pendahuluan tersebut
karena dalam praktiknya sebagian besar di atas dan perbandingan dengan penelitian
pengusaha yang tidak membayar pesangon terdahulu baik penelitian nasional maupun
pekerja setelah terjadi pemutusan hubungan kerja penelitian internasional maka dapat dirumuskan
(Mamonto, 2017). masalahnya sebagai berikut pertama bagaimana
Selain perbedaan dengan penelitian pelaksanaan eksekusi terhadap pengusaha
nasional penelitian ini juga berbeda dengan belum berjalan efektif? kedua bagaimana
penelitian pada taraf internasional yang efektivitas eksekusi terhadap pengusaha yang
membahas permasalahan yang serupa seperti tidak membayar pesangon pekerja di
penelitian yang dilakukan oleh R. Moen, Pietro Perusahaan?
Garibaldi, dan Tito Boeri yang membahas tentang
pengaturan oleh undang undang terhadap B. METODE PENELITIAN
pemberian pesangon kepada pekerja. Penelitian Penelitian ini menggunakan metode yuridis
tersebut berbeda dengan penelitian ini karena empiris dengan menggunakan pendekatan kasus
penelitian ini membahas tentang pelaksanaan (case approach) yang dilakukan dengan

462
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

menelaah terhadap kasus-kasus yang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial


mendapatkan putusan pengadilan yang telah (UU PPHI), yang dimaksud Perselisihan
mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat
gewijsde). Pendekatan konsep pengaturan yang mengakibatkan pertentangan antara
eksekusi perkara perselisihan hubungan industrial pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
yang tidak dilaksanakan oleh pengusaha secara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh
sukarela yang dipergunakan dalam penelitian ini karena adanya perselisihan mengenai hak,
adalah pendekatan perundang-undangan dan perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
pendekatan kasus. hubungan kerja dan perselisihan antar serikat
Pendekatan Undang-Undang (statute pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.
approach) dilakukan dengan menelaah undang- Dalam UU PPHI mengatur cara
undang dan regulasi yang bersangkut paut penyelesaian perselisihan hubungan industrial
dengan isu hukum yang dibahas (Marzuki, 2009). melalui perundingan Bipartit musyawarah untuk
Selain itu juga pendekatan kasus yang perlu mufakat, konsiliasi, arbitrase, mediasi dan
dipahami oleh peneliti adalah ratio decidendi, pengadilan hubungan industrial. Cara
yaitu alasan-alasan hukum yang digunakan oleh penyelesaian perselisihan tersebut diberi
hakim dalam memutus perkara dengan kewenangan untuk menyelesaikan jenis-jenis
memperhatikan fakta-fakta materiil, berupa orang, perselisihan tertentu, sebagaimana terlihat pada
tempat, waktu, dan segala yang menyertainya. tabel di bawah ini.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1

1. Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Kewenangan Lembaga Penyelesaian Perselisihan


Hubungan Industrial
Pengusaha Belum Berjalan Efektif
a. Perselisihan Hubungan Industrial
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang

463
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

No. Lembaga Perselisihan Perselisihan Perselisihan Perselisihan Antar SP/SB


Perselisihan Hak Kepentingan PHK dalam Satu Perusahaan
Hubungan
Industrial
1. Bipartit √ √ √ √
2. Mediasi √ √ √ √
3. Konsiliasi - √ √ √
4. Arbitrase - √ - √
5. Pengadilan HI:
a. Tingkat I √ √ √ √
b. Kasasi √ - √ -

Sumber: Data Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Diolah, Tahun 2021

Berdasarkan Pasal 13 Sub h Bab XI Undang- buruh menyelesaikan perselisihan hubungan


Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang industrial melalui prosedur penyelesaian
Ketenagakerjaan mengatur bahwa salah satu sarana perselisihan hubungan industrial yang diatur
untuk melaksanakan hubungan industrial, yaitu dengan undang-undang.
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan Perselisihan Hubungan Industrial
industrial. Dalam ketentuan ini kemudian dijabarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
dalam Pasal 136 Paragraf I Bagian Kedelapan 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
tentang Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial diantaranya:
Hubungan Industrial sebagai berikut: 1. Bipartit, merupakan langkah pertama yang
(1) Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan dalam penyelesaian
wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan sengketa tenaga kerja oleh pengusaha,
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat pekerja maupun serikat pekerja sebagai
buruh secara musyawarah untuk mufakat. langkah penyelesaian perselisihan hubungan
(2) Dalam hal penyelesaian secara musyawarah industrial secara musyawarah untuk mufakat.
untuk mufakat sebagaimana dimaksud dalam Penyelesaian Bipartit antara pihak pekerja dan
ayat (1) tidak tercapai, maka pengusaha dan pengusaha harus diselesaikan paling lama 30
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat (tiga puluh) hari diperlukan adanya itikad baik
guna tercapainya kesepakatan dalam

464
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

penyelesaian perselisihan hubungan industrial Hubungan Imdustrial berwenang memutus : a.


yang terjadi (Lubis, 2019). Tingkat pertama mengenai perselisihan hak; b.
2. Konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang Tingkat pertama dan terakhir mengenai
terdaftar pada kantor instansi yang perselisihan kepentingan; c. Tingkat pertama
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan mengenai perselisihan pemutusan hubungan
Kabupaten/Kota. Konsiliator menyelesaikan kerja; d.Tingkat pertama dan terakhir mengenai
tugasnya dalam waktu selambat-lambatnya 30 perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
(tiga) puluh hari kerja terhitung sejak dalam satu perusahaan.
menerima permintaan penyelesaian Majelis Hakim mempertimbangkan hukum,
perselisihan (Arwana, & Arifin, 2019). perjanjian yang ada, kebiasaan dan keadilan.
3. Arbiter dilakukan atas dasar kesepakatan para Majelis Hakim wajib memberikan putusan
pihak yang berselisih. Kesepakatan tersebut penyelesaian perselisihan hubungan industrial
harus dinyatakan secara tertulis dalam surat dalam waktu selambat-lambatnya 50 (lima puluh)
perjanjian arbitrase. Arbiter wajib hari terhitung sejak sidang pertama. Dalam UU
menyelesaikan perselisihan hubungan PPHI bahwa penyelesaian hubungan industrial
industrial dalam waktu selambat-lambatnya 30 melalui bipartit dan mediasi yang mencapai
(tiga puluh) hari kerja sejak penandatanganan kesepakatan bersama dalam bentuk Perjanjian
surat perjanjian penunjukan arbiter, namun Bersama, maka para pihak membuat Perjanjian
atas kesepakatan para pihak arbiter dapat Bersama dan ditandatangani para pihak dan
memperpanjang jangka waktu penyelesaian disaksikan oleh Mediator serta didaftarkan di
perselisihan hubungan industrial 1 (satu) kali Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
perpanjangan selambat-lambatnya 14 (empat Negeri di wilayah hukum pihak-pihak yang
belas) hari kerja (Rahmah, 2018). mengadakan Perjanjian Bersama untuk
Dalam sidang arbitrase, para pihak yang mendapatkan akta bukti pendaftaran.
berselisih dapat diwakili oleh kuasanya dengan b. Pelaksanaan Eksekusi Terhadap
surat kuasa khusus. Perselisihan hubungan Pengusaha Belum Berjalan Efektif
industrial yang sedang atau telah diselesaikan Pemeriksaan perkara di Pengadilan
melalui arbitrase tidak dapat diajukan ke Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
Pengadilan Hubungan Industrial (Suherman, diakhiri dengan putusan, akan tetapi dengan
2017). Pengadilan Hubungan Industrial dijatuhkan putusan saja belumlah selesai
merupakan pengadilan khusus yang berada pada persoalannya. Sering terjadi bahwa pihak yang
lingkungan peradilan umum. Pengadilan dikalahkan dalam hal ini pengusaha tidak mau

460
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

melaksanakan putusan hakim secara sukarela Putusan declaratoir dan konstitutif tidak dapat
sehingga diperlukan bantuan dari pengadilan dieksekusi, karena tidak dimuat atau tidak adanya
untuk melaksanakan putusan tersebut secara hak atas sesuatu prestasi atau putusan yang
paksa. Pihak yang dimenangkan dalam putusan mengandung sifat dan keadaan baru, sehingga
dalam hal ini buruh dapat mohon pelaksanaan tidak memerlukan sarana-sarana memaksa untuk
putusan (eksekusi) kepada pengadilan yang akan dijalankan (Rahman, & Wicaksono, 2016).
melaksanakannya secara paksa (execution force) Putusan hakim yang dapat dilaksanakan
(Wijoyo, 2012). yang memiliki kekuatan eksekutorial adalah
Menurut Sudikno Mertokusumo, putusan putusan dengan mensyaratkan mencantumkan
hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim kalimat “Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan
sebagai pejabat negara yang diberi wewenang Yang Maha Esa”. Eksekusi merupakan suatu
untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan rangkaian putusan hakim yang merupakan
untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu pengakhiran dari proses perkara perdata yang
perkara atau masalah antar pihak. Bukan hanya menyangkut hak, kewajiban seseorang dalam
yang diucapkan saja yang disebut putusan, suatu perkara atau persengketaan, ketentuan
melainkan juga pernyataan yang dituangkan eksekusi mengatur putusan Pengadilan dapat
dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan dijalankan sebagai akibat dari adanya
oleh Hakim di persidangan. Sebuah konsep pelanggaran hukum perdata (Soeroso, 2016).
putusan (tertulis) tidak mempunyai kekuatan Pemeriksaan perkara memang diakhiri dengan
sebagai putusan sebelum diucapkan di putusan, akan tetapi dengan dijatuhkan putusan
persidangan oleh hakim (Mertokusumo, 2006). saja belum selesai persoalannya. Pelaksanaan
Suatu putusan yang hanya memiliki putusan hakim atau eksekusi pada hakikatnya
kekuatan mengikat saja belum cukup dan tidak tidak lain adalah realisasi dari pada kewajiban
berarti apa-apa, bila putusan tersebut tidak dapat pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi yang
direalisir atau dieksekusi. Putusan yang memiliki tercantum dalam putusan tersebut (Budi, 2017).
kekuatan eksekutorial adalah putusan yang Putusan hakim bertujuan untuk
menetapkan secara tegas terhadap hak dan menyelesaikan suatu sengketa dan menetapkan
hukumnya untuk kemudian direalisasi melalui hak atau kedudukan hukumnya, yang selanjutnya
eksekusi yang dilakukan oleh alat negara (Nasir, mewujudkan realisasi atau pelaksanaan
2003). Pada prinsipnya, hanya putusan yang eksekusinya secara paksa. Suatu putusan yang
bersifat comdemnatoir (putusan yang berisi hanya memiliki kekuatan mengikat saja belum
penghukuman) saja yang dapat dieksekusi. cukup dan tidak berarti apa-apa, bila putusan

461
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

tersebut tidak dapat dieksekusi (Kapa, 2018). pihak tersebut yang benar dan siapa yang tidak
Putusan yang memiliki kekuatan eksekutorial benar (Subekti, 2002).
adalah putusan yang menetapkan secara tegas Suatu putusan hakim merupakan suatu
terhadap hak dan hukumnya untuk kemudian pernyataan yang dibuat secara tertulis oleh hakim
direalisasi melalui eksekusi yang dilakukan oleh sebagai pejabat Negara yang diberi wewenang
alat negara (Harahap, 2019). untuk itu yang diucapkan dimuka persidangan
Pelaksanaan eksekusi terhadap sesuai dengan perundangan yang ada yang
pengusaha belum berjalan efektif karena menjadi hukum bagi para pihak yang
pekerja/buruh dalam beberapa kasus Pemutusan mengandung perintah kepada suatu pihak supaya
Hubungan Kerja (PHK) sudah berupaya melakukan suatu perbuatan atau supaya jangan
menempuh proses perselisihan hubungan melakukan suatu perbuatan yang harus ditaati.
industrial mulai dari perundingan bipartit, mediasi, Upaya hukum yang diberikan oleh undang-
pengajuan gugatan ke Pengadilan Hubungan undang kepada seseorang atau badan hukum
Industrial pada Pengadilan Negeri, kasasi ke untuk hal tertentu untuk melawan putusan hakim
Mahkamah Agung sampai dengan dijatuhkannya sebagai tempat bagi pihak-pihak yang tidak puas
putusan oleh hakim tetapi pekerja/buruh tetap dengan putusan hakim yang dianggap tidak
tidak mendapatkan hak-haknya walaupun dalam sesuai dengan apa yang diinginkan, tidak
putusan tersebut buruh dimenangkan dan memenuhi rasa keadilan, karena hakim juga
putusan tersebut telah mempunyai kekuatan seorang manusia yang dapat melakukan
hukum tetap (inkracht) karena putusan-putusan kesalaha/kekhilafan sehingga salah memutuskan
tersebut tidak dapat dilaksanakan atau atau memihak salah satu pihak (Mertokusumo,
dieksekusi. 2003).
Tugas dan kewenangan badan peradilan Dalam Pengadilan Hubungan Industrial
dibidang perdata adalah menerima, memeriksa, tidak ada upaya banding, ada kasasi tetapi untuk
dan mengadili serta menyelesaikan sengketa perkara tertentu. Dalam menjamin penyelesaian
diantara para pihak yang berperkara. Perkara yang cepat, tepat, adil, dan murah, penyelesaian
gugatan ada suatu sengketa atau konflik yang perselisihan hubungan industrial melalui PHI yang
harus diselesaikandan diputus oleh pengadilan. berada pada lingkungan peradilan umum dibatasi
Dalam penentuan siapa yang benar dan berhak, proses dan tahapannya dengan tidak membuka
diperlukan adanya suatu putusan hakim. Hakim kesempatan lagi untuk mengajukan upaya
benar-benar berfungsi sebagai hakim yang banding ke Pengadilan Tinggi. Putusan
mengadili dan memutus siapa diantara pihak- Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan

462
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

Negeri yang menyangkut perselisihan hak dan 2002). Menurut Sudikno Mertokusumo, putusan
perselisihan pemutusan hubungan kerja dapat hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim,
langsung dimintakan kasasi ke Mahkamah sebagai pejabat negara yang diberi wewenang
Agung. untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan
Menurut Penulis bahwa pelaksanaan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu
putusan (eksekusi) yang dilakukan oleh pihak perkara atau sengketa antara para pihak
yang berwenang oleh ketua Pengadilan, dalam (Mertokusumo, 2006).
praktiknya tidak semuanya berjalan dengan Menurut R. Subekti, eksekusi merupakan
lancar. Beberapa hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan suatu putusan yang sudah tidak
proses pelaksanaan putusan (eksekusi) tersebut dapat dirubah lagi itu ditaati secara sukarela oleh
yang ditemui dilapangan. Pelaksanaan eksekusi pihak yang bersengketa. Perkataan eksekusi
itu sendiri tidak mudah untuk dilaksanakan, untuk sudah mengandung arti pihak yang kalah mau
itu tidak menutup kemungkinan bahwa dalam tidak mau harus menaati putusan itu secara
pelaksanaannya nantinya ditemukan hambatan- sukarela, sehingga putusan itu harus dipaksakan
hambatan yang dapat mempengaruhi kepadanya dengan bantuan kekuatan hukum,
pelaksanaan eksekusi tersebut tidak dapat yang dimaksudkan kekuatan umum adalah polisi
dilaksanakan. berhak kalau perlu militer (Subekti, 2003).
1. Efektivitas Eksekusi Terhadap Pengusaha Dalam putusan yang telah berkekuatan
Yang Tidak Membayar Pesangon Pekerja di hukum tetap telah terkandung wujud hukum yang
Perusahaan tetap dan pasti antara pihak yang berperkara.
a. Eksekusi Terhadap Pengusaha Di Hubungan hukum yang tetap dan pasti itu, maka
Pengadilan Hubungan Industrial Pada hubungan hukum tersebut mesti ditaati dan mesti
Pengadilan Negeri dipenuhi oleh pihak yang dihukum (Suyuthi,
Putusan Hakim merupakan hal yang 2004). Putusan mempunyai kekuatan hukum
sangat dinanti-nanti oleh para pihak yang pasti, jika terhadap putusan itu tidak lagi terbuka
berperkara guna menyelesaikan sengketa untuk menggunakan upaya hukum biasa yang
dengan harapan mendapatkan kepastian hukum, tersedia. Para Pihak yang mengajukan kasasi
kemanfaatan dan keadilan dalam perkara yang tetapi apabila mengajukannya itu sudah melewati
dihadapi. Menurut Andi Hamzah bahwa Putusan tenggang waktu untuk melakukan upaya hukum
Hakim merupakan hasil dari suatu perkara yang yang ditetapkan undang-undang, putusan sudah
telah dipertimbangkan dengan masak-masak dapat dikatakan telah mempunyai kekuatan
yang dapat berbentuk putusan tertulis (Hamzah, hukum pasti. Dalam hal ini sudah pasti tidak akan

463
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

dipertentangkan lagi oleh para pihak karena Pengadilan Negeri sebagai dasar hukumnya
dianggap memiliki syarat formal dan material diatur dalam Pasal 195 ayat (1) HIR dan Pasal
(Bachar, 2003). 206 ayat (1) RBg, azas tersebut menentukan
Menurut Lilik Mulyadi, bahwa pada eksekusi Pengadilan dijalankan atas
asasnya putusan hakim hanya bersifat, “Perintah‟ di bawah pimpinan Ketua
“condemnatoir” dengan amar berisi penghukuman Pengadilan Negeri. Ketua Pengadilan Negeri
saja yang dapat dieksekusi. Dalam penghukuman diberi kewenangan menentukan eksekusi dan
berisi penyerahan sesuatu barang, memimpin jalannya eksekusi. Kewenangan
mengosongkan sebidang tanah, membayar formal (ex officio) tertulis pada Pasal 197 ayat
sejumlah uang atau melakukan suatu perbuatan (1) HIR, Pasal 208 ayat (1) RBg, kewenangan
tertentu dan lain-lain (Mulyadi, 2002). Sedangkan tersebut meliputi antara lain: Menentukan dan
terhadap putusan hakim dengan sifat amar memimpin eksekusi; Kewenangan secara ex
“declaratoir dan konstitutif” tidak memerlukan officio; Kewenangan membuat surat
eksekusi oleh karena pada putusan tersebut penetapan eksekusi (beschikking) atau
mengandung sifat dan keadaan dinyatakan sah Decree (order). Perintahnya tersebut
serta keadaan baru telah mulai berlaku/tercipta dijalankan putusan atau eksekusi oleh
sejak putusan itu diucapkan dalam persidangan Panitera dan Juru Sita Pengadilan Negeri
yang terbuka untuk umum. Ada beberapa jenis (Bratawijaya, 2002).
pelaksanaan putusan atau eksekusi, yaitu: c) Eksekusi harus sesuai dengan amar putusan.
a) Putusan tidak dijalankan secara sukarela, pada Eksekusi tidak boleh menyimpang dari amar
prinsipnya eksekusi sebagai tindakan paksa putusan, karena jika terjadi penyimpangan dari
menjalankan putusan pengadilan yang telah amar putusan, maka ada hak tereksekusi
berkekuatan hukum tetap, baru merupakan untuk menolak pelaksanaannya. Keberhasilan
pilihan hukum apabila pihak yang kalah tidak eksekusi antara lain salah satunya ditentukan
mau menjalankan atau memenuhi isi putusan oleh kesempurnaan dan kelengkapan amar
secara sukarela. Suatu putusan harus putusan. Amar putusan yang baik/sempurna
dibedakan antara menjalankan putusan dapat dilihat dari pertimbangan-pertimbangan
secara sukarela dengan manjalankan putusan hukum yang kuat dan hasil pemeriksaan yang
secara eksekusi (Makarao, 2004). lengkap dan teliti terhadap bukti-bukti, saksi-
b) Eksekusi atas perintah dan di bawah pimpinan saksi serta pihak berdasarkan gugatan yang
Ketua Pengadilan. Eksekusi atas pelaksanaan baik (Datau, 2020).
putusan adalah di bawah pimpinan Ketua

464
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

Eksekusi terhadap Pengusaha di kekuatan hukum yang tetap (in kracht van
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan gewijsde).
Negeri tidak semua mempunyai kekuatan hukum Majelis hakim yang memimpin jalannya
eksekutorial, atau tidak terhadap semua putusan persidangan hubungan industrial dalam
dengan sendirinya melekat kekuatan mengambil keputusan harus mempertimbangkan
pelaksanaan. Putusan condemnatoir merupakan hukum, perjanjian yang ada, kebiasaan dan
putusan yang bersifat menghukum, sehinga perlu keadilan. Suatu perselisihan hubungan industrial,
dilaksanakan secara sukarela atau paksa melalui majelis hakim wajib terlebih dahulu menggali,
eksekusi. Sedangkan putusan declaratoir dan mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan
putusan konstitutif tidak memerlukan sarana- rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat agar
sarana pemaksa untuk melaksanakannya. Kedua putusan hakim itu nantinya sudah sesuai dengan
jenis putusan hakim ini tidak dimuat adanya hak hukum dan keadilan yang ada dimasyarakat
atas suatu prestasi, sehingga akibat hukum yang (Hakim, 2006).
ditimbulkan tidak tergantung kepada bantuan atau Pelaksanaan Putusan Hakim yang sudah
kesediaan dari pihak yang dikalahkan. mempunyai kekuatan hukum tetap dan isi amar
b. Efektivitas Eksekusi Terhadap Pengusaha putusannya tersebut adalah mempekerjakan
Yang Tidak Membayar Pesangon Pekerja di kembali, meskipun pihak yang menang tersebut
Perusahaan telah mengajukan permohonan eksekusi kepada
Pengaturan Eksekusi dalam Putusan ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Hubungan Industrial dapat Pengadilan Negeri, tetapi pada kenyataannya
dimohonkan untuk eksekusi apabila telah pihak pengusaha tidak mau untuk melaksanakan
mempunyai hukum tetap (in kracht van gewijsde). putusan hakim tersebut, karena ada faktor
artinya sudah tidak bisa untuk diupayakan lagi ke penilaian dari pengusaha kepada pekerja/buruh
jalur pengadilan tingkat selanjutnya. Putusan tersebut sudah buruk.
Pengadilan Hubungan Industrial tentang Majelis Hakim telah berupaya untuk
perselisihan hak dan perselisihan PHK bukan mendamaikan kedua belah pihak yang
berarti tidak dapat dieksekusi. Putusan tersebut berperkara, akan tetapi tidak berhasil. Majelis
dapat dieksekusi apabila tidak dimintakan upaya Hakim menyatakan Tergugat telah melakukan
hukum kasasi oleh pihak yang kalah karena perbuatan melawan hukum yaitu dengan tidak
apabila putusan tersebut tidak dimintakan upaya mau menaatai amar putusan untuk
kasasi, maka putusan tersebut telah mempunyai mempekerjakan kembali pekerja selaku
Penggugat. Akibat hukum yang diterima

465
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

pengusaha tersebut adalah bahwa ia harus untuk menuntut pesangon melalui Pengadilan
membayar dengan tunai uang pesangon untuk Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) bisa
pekerja. Putusan hakim bisa memerintahkan agar memperolehnya dengan cepat. Pekerja bisa
pengusaha mempekerjakan pekerja/buruh. langsung melaporkan ke Polisi bila perusahaan
Efektivitas eksekusi terhadap pengusaha tempat pekerja bekerja tak membayar pesangon.
yang tidak membayar pesangon pekerja di Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Perusahaan, maka berdasarkan ketentuan tentang Cipta Kerja ada pasal yang menyebutkan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang apabila majikan tidak membayar pesangon sesuai
Cipta Kerja mengatur ketentuan bahwa ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
pengusaha yang tidak membayar pesangon 2020 tentang Cipta Kerja ini akan dianggap
pekerja bisa dibawa ke ranah pidana. Dalam melakukan tindakan pidana kejahatan dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang ancaman hukumannya empat tahun penjara. Jika
Cipta Kerja, aturan terkait pesangon termuat pekerja laporan Polisi kemungkinan uang
dalam Pasal 156 ayat (1). Dalam pasal ini pesangon akan dibayar oleh pengusaha.
menyatakan bila terjadi pemutusan hubungan
kerja, pengusaha wajib membayar uang D. SIMPULAN
pesangon dan/atau uang penghargaan masa Berdasarkan uraian pembahsan tersebut di
kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
diterima. Dalam Pasal 185 ayat (1) dinyatakan Bahwa pelaksanaan eksekusi terhadap
bahwa bila pengusaha tak menjalankan pengusaha belum berjalan efektif karena
kewajiban itu, pengusaha diancam sanksi pidana eksekusi yang dilakukan oleh ketua Pengadilan
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 dalam praktiknya tidak semuanya berjalan
(empat) tahun atau denda paling sedikit dengan lancar. Pelaksanaan eksekusi sering
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan paling terjadi hambatan dalam proses pelaksanaan
banyak Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta putusan (eksekusi) karena pihak pengusaha yang
rupiah). kalah tidak mau melaksanakan eksekusi, selain
Menurut Hotman Paris Hutapea itu juga biaya eksekusi yang mahal. Pelaksanaan
menyampaikan aturan ini memberikan putusan (eksekusi) merupakan tindakan paksa
keuntungan bagi pekerja yang memperjuangkan yang dilakukan oleh Pengadilan kepada pihak
haknya untuk memperoleh pesangon (CNN yang kalah untuk melaksanakan putusan yang
INdonesia, 2020). Keberadaan pasal itu, pekerja telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht
yang selama ini butuh waktu berbulan-bulan van gewijsde). Efektivitas eksekusi terhadap

466
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

pengusaha yang tidak membayar pesangon Kerja untuk menyelesaikan perselisihannya


pekerja di Perusahaan berdasarkan Pasal 185 ayat dengan melaporkan kepolisian sehingga uang
(1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 pesangon akan segera dibayar oleh pengusaha.
tentang Cipta Kerja bahwa pengusaha yang tidak
membayar pesangon pekerja diancam sanksi DAFTAR PUSTAKA
pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling JURNAL
lama 4 (empat) tahun. Tindakan Pengusaha yang Rahmah. A. (2018). Mediasi Penal Sebagai
tidak membayar pesangon pekerja dianggap Alternatif Penyelesaian Tindak Pidana
melakukan tindakan pidana kejahatan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
ancaman hukumannya empat tahun penjara. Hal Jurisprudentie,Vol.5,(No.2),pp.251–272.
ini membantu untuk mempercepat penyelesaian https://doi.org/https://doi.org/10.15642/maliy
perselisihan karena tanpa eksekusi, jika pekerja ah.2013.3.2.%25p
laporan Polisi kemungkinan uang pesangon akan Hernawan, A. (2016). Keberadaan uang
segera dibayar oleh pengusaha. pesangon dalam pemutusan hubungan
Bagi Pemerintah, seyogyanya dalam kerja demi hukum di perusahaan yang
mengatur pelaksanaan eksekusi yang efektif sudah menyelenggarakan program jaminan
dengan menggunakan Undang-Undang Nomor pensiun. Kertha Patrika,Vol.38,(No.1), pp.1–
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja sehingga 17.https://doi.org/https://doi.org/10.35
pengusaha yang tidak membayar pesangon 796/les.v5i7.18088
pekerja dapat dipidana, hal ini akan membantu Arwana, Yudha Candra., & Arifin, Ridwan. (2019).
pekerja dalam menyelesaikan perselisihannya Jalur Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa
karena dengan melaporkan kepolisian uang Pertanahan Sebagai Dorongan Pemenuhan
pesangon akan segera dibayar oleh pengusaha. Hak Asasi Manusia. Jambura Law Review,
Bagi Legislatif, hendaknya dalam membuat Vol.1,(No.2), pp.212–236.
peraturan terkait eksekusi yang mampu https://doi.org/10.33756/jalrev.v1i2.2399
menegakkan wibawa hukum, kepastian hukum Bola, Mustafa., Librayanto, Romi., & Arisaputra,
dan keadilan. Pelaksanaan eksekusi harus dapat Muhammad Ilham. (2015). Korelasi Putusan
mewujudkannya melalui asas cepat, tepat, adil Hakim Tingkat Pertama, Tingkat Banding,
dan murah sesuai system peradilan di Indonesia. dan Tingkat Kasasi (Suatu Studi Tentang
Bagi Pekerja, hendaknya jika terjadi perselisihan Aliran Pemikiran Hukum). Hasanuddin Law
dengan pengusaha menggunakan Undang- Review,Vol.1,(No.1),p.27.
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta https://doi.org/10.20956/halrev.v1n1.38

467
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

Budi, S. (2017). Permohonan Eksekusi Kepada https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jmon


Pengadilan Negeri Berkaitan Dengan eco.2016.11.001
Perjanjian Fidusia Terhadap Jaminan Yang Mamonto, Mohamad R. (2017). Kajian Hukum
Digelapkan. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), Penetapan Uang Pesangon Ditinjau Dari
Vol.3,(No.1),p.99. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
https://doi.org/10.33760/jch.v3i1.15 Tentang Ketenagakerjaan. Lex et Societatis,
Rahman, Faiz., & Wicaksono, Dian Agung. Vol.5,(No.7),pp.56–71. https://doi.org/10.35
(2016). Eksistensi dan Karakteristik Putusan 796/les.v5i7.18088
Bersyarat Mahkamah Konstitusi. Jurnal Moen, R., Garibaldi, Pietro., & Boeri, Tito. (2017).
Konstitusi,Vol.13,(No.2),pp.349–350. Inside severance pay. Journal of Public
https://doi.org/10.15642/maliyah.2013.3.2.% Economics,Vol.145,(No.1),pp.211–225.
25p https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jpube
Kapa, Inayatur Rahman. (2018). Analisis Yuridis co.2016.11.003
Terhadap Putusan Hakim Tentang Gugatan Datau, Rivaldo F. (2020). Pertanggungjawaban
Sengketa Pembagian Harta Waris Dan Pidana Oleh Pelaku Tindak Pidana
Sengketa Hak Milik. Jurnal Hukum Perdata Pembunuhan Yang Dipengaruhi Minuman
UIN Walisongo, Vol.15, (No.4), pp.87–92. Keras. Lex Crimen, Vol.8,(No.9), pp.77–85.
https://doi.org/https://doi.org/10.15642/maliy https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcri
ah.2013.3.2.%25p men/article/view/27020
Lubis, Muhammad R. (2019). Implementasi Soeroso, Fajar L. (2016). Aspek Keadilan dalam
Corporate Social Responsibility pada Sifat Final Putusan Mahkamah Konstitusi.
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Jurnal Konstitusi, Vol.11, (No.1), pp.64–84.
Energi Mega Persada (EMP) Malacca https://doi.org/https://doi.org/10.15642/maliy
Straits di Kabupaten Kepulauan Meranti, ah.2013.3.2.%25p
Provinsi Riau. Melayunesia Law, Vol.3, Suherman. (2017). Upaya Mediasi Dalam
(No.1),pp.87–106. Penyelesaian Sengketa Di Lembaga
https://doi.org/10.15642/maliyah. Perbankan. Jurnal Yuridis, Vol.4,(No.2),
2013.3.2.%25p pp.178–191.https://doi.org/10.1016/j.jpub
Cozzi, Marco., & Fella, Giulio. (2016). Job eco.2016.11.003
displacement risk and severance pay. Achyar, S. (2018). Pemberian Uang Pesangon
Journal of Monetary Economics, Menurut Hukum Islam. Jurnal Hukum Bisnis
Vol.84,(No.12),pp.166–181. Islam,Vol.5,(No.1),pp.23–49.

468
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

https://doi.org/https://doi.org/10.15642/maliy dan Praktek Penerapannya).. Jakarta:


ah.2013.3.2.%25p Puslitbang hukum dan peradilan Badan
Utari, T. (2020). Perlindungan Hukum Pekerja Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung
Terhadap Kecelakaan Kerja Berdasarkan RI.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Komisi Yudisial RI. (2015). Kode Etik dan
Tentang Keselamatan Kerja (Studi kasus di Pedoman Perilaku Hakim. Jakarta: Komisi
PT PG Rajawali I Unit Krebet Baru YUdisial RI
Kabupaten Malang). Dinamika, Jurnal Ilmiah Mulyadi, L. (2002). Hukum Acara Perdata
Ilmu Hukum, Vol.26, (No.2), pp.253–267. Menurut Teori Dan Praktik Peradilan
https://doi.org/https://doi.org/10.15642/maliy Indonesia. Jakarta: Djambatan
ah.2013.3.2.%25p Harahap, M. Yahya. (2009). Ruang Lingkup
Wijoyo, S. (2012). Persyaratan Perizinan Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata,
Lingkungan Dan Arti Pentingnya Bagi Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Upaya Pengelolaan Lingkungan Di Harahap, M. Yahya. (2019). Hukum Acara
Indonesia. Yuridika, Vol.27,(No.2), pp.96– Perdata. Jakarta: Sinar Grafika.
100. https://doi.org/10.20473/ydk.v27i2.290 Makarao, Mohammad T. (2004). Pokok-Pokok
Hukum Acara Perdata. Jakarta: Rineka
BUKU Cipta.
Hakim, A. (2006). Pengadilan Hubungan Nasir, M. (2003). Hukum Acara Perdata. Jakarta:
Industrial dan Alternative Penyelesaian Djambatan.
Perselisihan Hubungan Industrial di Luar Marzuki, Peter M. (2009). Metode Penelitian
Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika. Hukum. Jakarta: PT Fajar Interpratama.
Hamzah, A. (2002). Hukum Acara Perdata. Subekti, R. (2003). Hukum Acara Perdata.
Yogyakarta: Liberty. Bandung: Binacipta.
Tjandra, S. (2009). Hakim Ad Hoc Menggugat Subekti, R. (2002). Hukum Acara Perdata.
(Catatan Kritis Pengadilan Hubungan Bandung: Binacipta.
Industrial). Jakarta: TURC Mertokusumo, S. (2003). Hukum Acara Perdata
Bachar, D. (2003). Eksekusi Putusan Perkara Indonesia. Jogyakarta: Liberty
Perdata Segi Hukum dan Penegakan Mertokusumo, S. (2006). Hukum Acara Perdata
Hukum. Jakarta: Akademika Pressindo. Indonesia, Edisi ketujuh. Jogyakarta:
Bratawijaya, J. (2002). Eksekutabilitas Putusan Liberty
Peradilan Perdata (Penelitian asas, Norma,

469
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro

Suyuthi, W. (2004). Sita Eksekusi Praktek


Kejurusitaan Pengadilan. Jakarta: PT.
Tatanusa.

SUMBER ONLINE
CNN Indonesia. (2020). Hotman Paris Hutapea
Selaku Advokat Indonesia. Retrieved
fromhttps://www.cnnindonesia.com/nasio
nal/20220905130540-20843391/Hotman-
Paris-Hutapea-Selaku-Advokat-Indonesia

470

You might also like