Professional Documents
Culture Documents
Research Article
ABSTRACT
Problems regarding severance pay in Indonesia are still common, especially in the relationship between
employers and workers. The purpose of this study is to examine the implementation of execution of
employers has not been effective because in practice most employers do not pay severance pay for
workers after termination of employment. This study uses empirical juridical using primary data and
secondary data, with a conceptual approach associated with cases. The results of the study indicate
that the execution of entrepreneurs has not been effective because the executions carried out by the
head of the Court in practice do not all run smoothly. Execution often encounters obstacles in the
execution process because the losing entrepreneur does not want to carry out the execution, besides
the high cost of execution. The effectiveness of the execution of employers who do not pay severance
pay for workers in companies is based on Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation that
employers who do not pay severance pay for workers are threatened with a criminal sanction of 4 (four)
years in prison. The actions of employers who do not pay severance pay are considered criminal acts.
This is very helpful for workers to expedite dispute resolution with the Police report so that the employer
pays the severance pay.
ABSTRAK
Permasalahan tentang pesangon di Indonesia masih sering terjadi, utamanya dalam hubungan
pengusaha dan pekerja. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pelaksanaan eksekusi terhadap
pengusaha belum berjalan efektif karena dalam praktiknya sebagian besar pengusaha yang tidak
membayar pesangon pekerja setelah terjadi pemutusan hubungan kerja. Penelitian ini menggunakan
yuridis empiris dengan menggunakan data primer dan data sekunder, dengan pendekatan secara
konseptual dikaitkan dengan kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan eksekusi
terhadap pengusaha belum berjalan efektif karena eksekusi yang dilakukan oleh ketua Pengadilan
dalam praktiknya tidak semuanya berjalan dengan lancar. Pelaksanaan eksekusi sering terjadi
hambatan dalam proses pelaksanaan eksekusi karena pihak pengusaha yang kalah tidak mau
melaksanakan eksekusi, selain itu juga biaya eksekusi yang mahal. Efektivitas eksekusi terhadap
pengusaha yang tidak membayar pesangon pekerja di perusahaan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja bahwa pengusaha yang tidak membayar pesangon pekerja
diancam sanksi pidana 4 (empat) tahun penjara. Tindakan pengusaha yang tidak membayar pesangon
pekerja dianggap melakukan tindakan pidana kejahatan. Hal ini sangat membantu pekerja untuk
mempercepat penyelesaian perselisihan dengan laporan Polisi agar pengusaha membayar pesangon
tersebut.
459
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
459
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
Putusan tidak dilaksanakan secara berperkara, selain menyita waktu, energi, biaya,
sukarela oleh Pengusaha seharusnya Putusan tenaga juga pikiran (Suyuthi, 2004). Putusan
bisa dimohonkan oleh Pekerja kepada Ketua belum bermakna apa-apa apabila hasilnya
Pengadilan Negeri Semarang untuk dilaksanakan sebatas keputusan hitam diatas putih saja.
secara paksa sebagaimana diatur dalam Pasal Kemenangan yang sudah di depan mata masih
195 HIR/Pasal 206 RBG. Kenyataan yang terjadi memerlukan proses panjang untuk bisa
dalam praktik Putusan Pengadilan Hubungan mendapatkannya secara nyata/konkrit. Dalam
Industrial pada Pengadilan Negeri Semarang praktiknya pelaksanaan eksekusi tidak jarang
yang sudah tetap (in kracht van gewijsde) yang menemui kendala. Pihak yang kalah umumnya
tidak dilaksanakan secara sukarela oleh sulit untuk menerima kekalahan dan cederung
Pengusaha tidak bisa juga dilakukan eksekusi menolak putusan yang sudah berbekuatan hukum
secara paksa oleh Pengadilan Negeri Semarang. tetap dengan berbagai macam cara.
Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya Menurut M. Yahya Harahap, bahwa pada
dana untuk eksekusi dari Negara sebagaimana prinsipnya hanya putusan hakim yang
dijanjikan oleh Pasal 58 UU PPHI, yang mengatur mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van
bahwa dalam proses beracara di Pengadilan gewijsde) dan dapat dijalankan. Suatu putusan itu
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri, dapat dikatakan telah mempunyai kekuatan
pihak-pihak yang berperkara tidak dikenakan hukum tetap (in kracht van gewijsde) apabila di
biaya termasuk biaya eksekusi yang nilai dalam putusan mengandung arti suatu wujud
gugatannya di bawah Rp 150.000.000,00 (seratus hubungan hukum yang tetap dan pasti antara
lima puluh juta rupiah). pihak yang berperkara sebab hubungan hukum
Putusan hakim yang mengadili pihak-pihak tersebut harus ditaati dan harus dipenuhi oleh
yang bersengketa selalu berisi amar putusan pihak tergugat (Harahap, 2009).
yang menyatakan kepada salah satu pihak yang Pekerja dalam beberapa kasus, khususnya
dikalahkan untuk menjalankan amar putusan kasus-kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
secara sukarela. Putusan hakim tersebut tidak sudah berupaya menempuh proses perselisihan
dijalankan secara sukarela, maka kepada pihak hubungan industrial mulai dari perundingan
yang dikalahkan akan dilakukan upaya paksa Bipartit (Utari, 2020). Mediasi, pengajuan
untuk menjalankan putusan pengadilan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial,
(eksekusi). Menurut Wildan Suyuthi mengenai Kasasi ke Mahkamah Agung sampai dengan
eksekusi dalam perkara perdata merupakan dijatuhkannya putusan oleh hakim tetapi buruh
proses yang cukup melelahkan pihak-pihak yang tetap tidak mendapatkan hak-haknya walaupun
460
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
dalam putusan tersebut buruh dimenangkan dan Perselisihan PHK kepada PT. TRI ABADI
putusan tersebut telah mempunyai kekuatan PURNAMA telah menjatuhkan Putusan Nomor
hukum tetap (in kracht van gewijsde) karena 2/Pdt.Sus-PHI/G/2016/PN.Smg, dengan amar
putusan-putusan tersebut tidak dapat mengabulkan Gugatan Pekerja/Penggugat dan
dilaksanakan atau dieksekusi ( Bola, Librayanto, menghukum Tergugat/PT. TRI ABADI PURNAMA
& Arisaputra, 2015) untuk mempekerjakan kembali Pekerja di
Beberapa data Putusan Pengadilan Perusahaan Tergugat/PT. TRI ABADI
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri PURNAMA.
Semarang yang sudah mempunyai kekuatan Putusan tersebut telah memiliki kekuatan
hukum tetap (in kracht van gewijsde) tetapi belum hukum tetap (in kracht van gewijsde), akan tetapi
dapat dieksekusi. Berdasarkan data Putusan Pengusaha tidak membayar pesangon pekerja.
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Putusan Pengadilan Hubungan Industrial yang
Negeri Semarang sejak tahun 2016 sampai tidak dilaksanakan eksekusinya oleh Pengusaha
dengan tahun 2019 terdapat 224 (dua ratus dua tersebut tidak menaati amar putusan untuk
puluh empat) perkara yang sudah diputus oleh mempekerjakan kembali buruh/pekerja.
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Persoalan tersebut menarik untuk dilakukan
Negeri Semarang yang putusan-putusan tersebut penelitian dengan judul “Efektivitas Eksekusi
bersifat condemnatoir (menghukum) dan sudah Terhadap Pengusaha Yang Tidak Membayar
mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van Pesangon Pekerja di Perusahaan”.
gewijsde) namun putusan-putusan tersebut tidak Penelitian ini berbeda dengan penelitian
dilaksanakan secara sukarela oleh Pengusaha. terdahulu yang membahas tentang permasalahan
Contoh kasus: Pekerja/Buruh PT. TRI pemberian uang pesangon oleh pengusaha
ABADI PURNAMA sebagai Penggugat telah kepada pekerjanya. Seperti penelitian pada taraf
mengajukan Gugatan Perselisihan PHK kepada nasional yang dilakukan oleh Ari Hernawan yang
PT. TRI ABADI PURNAMA sebagai Tergugat membahas tentang keberadaan uang pesangon
dengan dalil Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh pengusaha yang telah
yang dilakukan Tergugat tidak sah dan batal demi melaksanakan jaminan kesehatan. Penelitian
hukum dan memohon kepada Majelis Hakim tersebut dengan penelitian ini karena penelitian
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan ini spesifik membahas pelaksanaan eksekusi
Negeri Semarang untuk mempekerjakan kembali terhadap pengusaha belum berjalan efektif
Pekerja/Penggugat di Perusahaan Tergugat. karena dalam praktiknya sebagian besar
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili pengusaha yang tidak membayar pesangon
461
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
pekerja setelah terjadi pemutusan hubungan kerja eksekusi terhadap pengusaha belum berjalan
(Hernawan, 2016). Penelitian selanjutnya yang efektif karena dalam praktiknya sebagian besar
membahas tentang prespektif hukum islam pengusaha yang tidak membayar pesangon
terhadap pemberian uang pesangon. Penelitian pekerja setelah terjadi pemutusan hubungan kerja
tersebut berbeda dengan penelitian ini karena (Moen, Garibaldi, & Boeri, 2017). Selanjutnya
penelitian ini membahas tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh Marco Cozzi dan
eksekusi terhadap pengusaha belum berjalan Giulio Fella dalam penelitian mereka yang
efektif karena dalam praktiknya sebagian besar membahas tentang risiko perpindanhan tenaga
pengusaha yang tidak membayar pesangon kerja dan pemberian hak pesangon kepada
pekerja setelah terjadi pemutusan hubungan kerja pekerja. Penelitian tersebut berbeda dengan
(Achyar, 2018). Selanjutnya penelitian yang penelitian ini karena penelitian ini membahas
dilakukan oleh Mohamad Risaldi Mamonto yang tentang pelaksanaan eksekusi terhadap
membahas tentang penetapan uang pesangon pengusaha belum berjalan efektif karena dalam
oleh pengusaha dengan berdasarkan undang- praktiknya sebagian besar pengusaha yang tidak
undang ketenaga kerjaan. Penelitian tersebut membayar pesangon pekerja setelah terjadi
berbeda dengan penelitian ini karena penelitian pemutusan hubungan kerja (Cozzi, & Fella,
ini membahas tentang pelaksanaan eksekusi 2016).
terhadap pengusaha belum berjalan efektif Berdasarkan uraian pendahuluan tersebut
karena dalam praktiknya sebagian besar di atas dan perbandingan dengan penelitian
pengusaha yang tidak membayar pesangon terdahulu baik penelitian nasional maupun
pekerja setelah terjadi pemutusan hubungan kerja penelitian internasional maka dapat dirumuskan
(Mamonto, 2017). masalahnya sebagai berikut pertama bagaimana
Selain perbedaan dengan penelitian pelaksanaan eksekusi terhadap pengusaha
nasional penelitian ini juga berbeda dengan belum berjalan efektif? kedua bagaimana
penelitian pada taraf internasional yang efektivitas eksekusi terhadap pengusaha yang
membahas permasalahan yang serupa seperti tidak membayar pesangon pekerja di
penelitian yang dilakukan oleh R. Moen, Pietro Perusahaan?
Garibaldi, dan Tito Boeri yang membahas tentang
pengaturan oleh undang undang terhadap B. METODE PENELITIAN
pemberian pesangon kepada pekerja. Penelitian Penelitian ini menggunakan metode yuridis
tersebut berbeda dengan penelitian ini karena empiris dengan menggunakan pendekatan kasus
penelitian ini membahas tentang pelaksanaan (case approach) yang dilakukan dengan
462
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
463
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
464
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
460
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
melaksanakan putusan hakim secara sukarela Putusan declaratoir dan konstitutif tidak dapat
sehingga diperlukan bantuan dari pengadilan dieksekusi, karena tidak dimuat atau tidak adanya
untuk melaksanakan putusan tersebut secara hak atas sesuatu prestasi atau putusan yang
paksa. Pihak yang dimenangkan dalam putusan mengandung sifat dan keadaan baru, sehingga
dalam hal ini buruh dapat mohon pelaksanaan tidak memerlukan sarana-sarana memaksa untuk
putusan (eksekusi) kepada pengadilan yang akan dijalankan (Rahman, & Wicaksono, 2016).
melaksanakannya secara paksa (execution force) Putusan hakim yang dapat dilaksanakan
(Wijoyo, 2012). yang memiliki kekuatan eksekutorial adalah
Menurut Sudikno Mertokusumo, putusan putusan dengan mensyaratkan mencantumkan
hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim kalimat “Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan
sebagai pejabat negara yang diberi wewenang Yang Maha Esa”. Eksekusi merupakan suatu
untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan rangkaian putusan hakim yang merupakan
untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu pengakhiran dari proses perkara perdata yang
perkara atau masalah antar pihak. Bukan hanya menyangkut hak, kewajiban seseorang dalam
yang diucapkan saja yang disebut putusan, suatu perkara atau persengketaan, ketentuan
melainkan juga pernyataan yang dituangkan eksekusi mengatur putusan Pengadilan dapat
dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan dijalankan sebagai akibat dari adanya
oleh Hakim di persidangan. Sebuah konsep pelanggaran hukum perdata (Soeroso, 2016).
putusan (tertulis) tidak mempunyai kekuatan Pemeriksaan perkara memang diakhiri dengan
sebagai putusan sebelum diucapkan di putusan, akan tetapi dengan dijatuhkan putusan
persidangan oleh hakim (Mertokusumo, 2006). saja belum selesai persoalannya. Pelaksanaan
Suatu putusan yang hanya memiliki putusan hakim atau eksekusi pada hakikatnya
kekuatan mengikat saja belum cukup dan tidak tidak lain adalah realisasi dari pada kewajiban
berarti apa-apa, bila putusan tersebut tidak dapat pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi yang
direalisir atau dieksekusi. Putusan yang memiliki tercantum dalam putusan tersebut (Budi, 2017).
kekuatan eksekutorial adalah putusan yang Putusan hakim bertujuan untuk
menetapkan secara tegas terhadap hak dan menyelesaikan suatu sengketa dan menetapkan
hukumnya untuk kemudian direalisasi melalui hak atau kedudukan hukumnya, yang selanjutnya
eksekusi yang dilakukan oleh alat negara (Nasir, mewujudkan realisasi atau pelaksanaan
2003). Pada prinsipnya, hanya putusan yang eksekusinya secara paksa. Suatu putusan yang
bersifat comdemnatoir (putusan yang berisi hanya memiliki kekuatan mengikat saja belum
penghukuman) saja yang dapat dieksekusi. cukup dan tidak berarti apa-apa, bila putusan
461
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
tersebut tidak dapat dieksekusi (Kapa, 2018). pihak tersebut yang benar dan siapa yang tidak
Putusan yang memiliki kekuatan eksekutorial benar (Subekti, 2002).
adalah putusan yang menetapkan secara tegas Suatu putusan hakim merupakan suatu
terhadap hak dan hukumnya untuk kemudian pernyataan yang dibuat secara tertulis oleh hakim
direalisasi melalui eksekusi yang dilakukan oleh sebagai pejabat Negara yang diberi wewenang
alat negara (Harahap, 2019). untuk itu yang diucapkan dimuka persidangan
Pelaksanaan eksekusi terhadap sesuai dengan perundangan yang ada yang
pengusaha belum berjalan efektif karena menjadi hukum bagi para pihak yang
pekerja/buruh dalam beberapa kasus Pemutusan mengandung perintah kepada suatu pihak supaya
Hubungan Kerja (PHK) sudah berupaya melakukan suatu perbuatan atau supaya jangan
menempuh proses perselisihan hubungan melakukan suatu perbuatan yang harus ditaati.
industrial mulai dari perundingan bipartit, mediasi, Upaya hukum yang diberikan oleh undang-
pengajuan gugatan ke Pengadilan Hubungan undang kepada seseorang atau badan hukum
Industrial pada Pengadilan Negeri, kasasi ke untuk hal tertentu untuk melawan putusan hakim
Mahkamah Agung sampai dengan dijatuhkannya sebagai tempat bagi pihak-pihak yang tidak puas
putusan oleh hakim tetapi pekerja/buruh tetap dengan putusan hakim yang dianggap tidak
tidak mendapatkan hak-haknya walaupun dalam sesuai dengan apa yang diinginkan, tidak
putusan tersebut buruh dimenangkan dan memenuhi rasa keadilan, karena hakim juga
putusan tersebut telah mempunyai kekuatan seorang manusia yang dapat melakukan
hukum tetap (inkracht) karena putusan-putusan kesalaha/kekhilafan sehingga salah memutuskan
tersebut tidak dapat dilaksanakan atau atau memihak salah satu pihak (Mertokusumo,
dieksekusi. 2003).
Tugas dan kewenangan badan peradilan Dalam Pengadilan Hubungan Industrial
dibidang perdata adalah menerima, memeriksa, tidak ada upaya banding, ada kasasi tetapi untuk
dan mengadili serta menyelesaikan sengketa perkara tertentu. Dalam menjamin penyelesaian
diantara para pihak yang berperkara. Perkara yang cepat, tepat, adil, dan murah, penyelesaian
gugatan ada suatu sengketa atau konflik yang perselisihan hubungan industrial melalui PHI yang
harus diselesaikandan diputus oleh pengadilan. berada pada lingkungan peradilan umum dibatasi
Dalam penentuan siapa yang benar dan berhak, proses dan tahapannya dengan tidak membuka
diperlukan adanya suatu putusan hakim. Hakim kesempatan lagi untuk mengajukan upaya
benar-benar berfungsi sebagai hakim yang banding ke Pengadilan Tinggi. Putusan
mengadili dan memutus siapa diantara pihak- Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
462
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
Negeri yang menyangkut perselisihan hak dan 2002). Menurut Sudikno Mertokusumo, putusan
perselisihan pemutusan hubungan kerja dapat hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim,
langsung dimintakan kasasi ke Mahkamah sebagai pejabat negara yang diberi wewenang
Agung. untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan
Menurut Penulis bahwa pelaksanaan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu
putusan (eksekusi) yang dilakukan oleh pihak perkara atau sengketa antara para pihak
yang berwenang oleh ketua Pengadilan, dalam (Mertokusumo, 2006).
praktiknya tidak semuanya berjalan dengan Menurut R. Subekti, eksekusi merupakan
lancar. Beberapa hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan suatu putusan yang sudah tidak
proses pelaksanaan putusan (eksekusi) tersebut dapat dirubah lagi itu ditaati secara sukarela oleh
yang ditemui dilapangan. Pelaksanaan eksekusi pihak yang bersengketa. Perkataan eksekusi
itu sendiri tidak mudah untuk dilaksanakan, untuk sudah mengandung arti pihak yang kalah mau
itu tidak menutup kemungkinan bahwa dalam tidak mau harus menaati putusan itu secara
pelaksanaannya nantinya ditemukan hambatan- sukarela, sehingga putusan itu harus dipaksakan
hambatan yang dapat mempengaruhi kepadanya dengan bantuan kekuatan hukum,
pelaksanaan eksekusi tersebut tidak dapat yang dimaksudkan kekuatan umum adalah polisi
dilaksanakan. berhak kalau perlu militer (Subekti, 2003).
1. Efektivitas Eksekusi Terhadap Pengusaha Dalam putusan yang telah berkekuatan
Yang Tidak Membayar Pesangon Pekerja di hukum tetap telah terkandung wujud hukum yang
Perusahaan tetap dan pasti antara pihak yang berperkara.
a. Eksekusi Terhadap Pengusaha Di Hubungan hukum yang tetap dan pasti itu, maka
Pengadilan Hubungan Industrial Pada hubungan hukum tersebut mesti ditaati dan mesti
Pengadilan Negeri dipenuhi oleh pihak yang dihukum (Suyuthi,
Putusan Hakim merupakan hal yang 2004). Putusan mempunyai kekuatan hukum
sangat dinanti-nanti oleh para pihak yang pasti, jika terhadap putusan itu tidak lagi terbuka
berperkara guna menyelesaikan sengketa untuk menggunakan upaya hukum biasa yang
dengan harapan mendapatkan kepastian hukum, tersedia. Para Pihak yang mengajukan kasasi
kemanfaatan dan keadilan dalam perkara yang tetapi apabila mengajukannya itu sudah melewati
dihadapi. Menurut Andi Hamzah bahwa Putusan tenggang waktu untuk melakukan upaya hukum
Hakim merupakan hasil dari suatu perkara yang yang ditetapkan undang-undang, putusan sudah
telah dipertimbangkan dengan masak-masak dapat dikatakan telah mempunyai kekuatan
yang dapat berbentuk putusan tertulis (Hamzah, hukum pasti. Dalam hal ini sudah pasti tidak akan
463
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
dipertentangkan lagi oleh para pihak karena Pengadilan Negeri sebagai dasar hukumnya
dianggap memiliki syarat formal dan material diatur dalam Pasal 195 ayat (1) HIR dan Pasal
(Bachar, 2003). 206 ayat (1) RBg, azas tersebut menentukan
Menurut Lilik Mulyadi, bahwa pada eksekusi Pengadilan dijalankan atas
asasnya putusan hakim hanya bersifat, “Perintah‟ di bawah pimpinan Ketua
“condemnatoir” dengan amar berisi penghukuman Pengadilan Negeri. Ketua Pengadilan Negeri
saja yang dapat dieksekusi. Dalam penghukuman diberi kewenangan menentukan eksekusi dan
berisi penyerahan sesuatu barang, memimpin jalannya eksekusi. Kewenangan
mengosongkan sebidang tanah, membayar formal (ex officio) tertulis pada Pasal 197 ayat
sejumlah uang atau melakukan suatu perbuatan (1) HIR, Pasal 208 ayat (1) RBg, kewenangan
tertentu dan lain-lain (Mulyadi, 2002). Sedangkan tersebut meliputi antara lain: Menentukan dan
terhadap putusan hakim dengan sifat amar memimpin eksekusi; Kewenangan secara ex
“declaratoir dan konstitutif” tidak memerlukan officio; Kewenangan membuat surat
eksekusi oleh karena pada putusan tersebut penetapan eksekusi (beschikking) atau
mengandung sifat dan keadaan dinyatakan sah Decree (order). Perintahnya tersebut
serta keadaan baru telah mulai berlaku/tercipta dijalankan putusan atau eksekusi oleh
sejak putusan itu diucapkan dalam persidangan Panitera dan Juru Sita Pengadilan Negeri
yang terbuka untuk umum. Ada beberapa jenis (Bratawijaya, 2002).
pelaksanaan putusan atau eksekusi, yaitu: c) Eksekusi harus sesuai dengan amar putusan.
a) Putusan tidak dijalankan secara sukarela, pada Eksekusi tidak boleh menyimpang dari amar
prinsipnya eksekusi sebagai tindakan paksa putusan, karena jika terjadi penyimpangan dari
menjalankan putusan pengadilan yang telah amar putusan, maka ada hak tereksekusi
berkekuatan hukum tetap, baru merupakan untuk menolak pelaksanaannya. Keberhasilan
pilihan hukum apabila pihak yang kalah tidak eksekusi antara lain salah satunya ditentukan
mau menjalankan atau memenuhi isi putusan oleh kesempurnaan dan kelengkapan amar
secara sukarela. Suatu putusan harus putusan. Amar putusan yang baik/sempurna
dibedakan antara menjalankan putusan dapat dilihat dari pertimbangan-pertimbangan
secara sukarela dengan manjalankan putusan hukum yang kuat dan hasil pemeriksaan yang
secara eksekusi (Makarao, 2004). lengkap dan teliti terhadap bukti-bukti, saksi-
b) Eksekusi atas perintah dan di bawah pimpinan saksi serta pihak berdasarkan gugatan yang
Ketua Pengadilan. Eksekusi atas pelaksanaan baik (Datau, 2020).
putusan adalah di bawah pimpinan Ketua
464
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
Eksekusi terhadap Pengusaha di kekuatan hukum yang tetap (in kracht van
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan gewijsde).
Negeri tidak semua mempunyai kekuatan hukum Majelis hakim yang memimpin jalannya
eksekutorial, atau tidak terhadap semua putusan persidangan hubungan industrial dalam
dengan sendirinya melekat kekuatan mengambil keputusan harus mempertimbangkan
pelaksanaan. Putusan condemnatoir merupakan hukum, perjanjian yang ada, kebiasaan dan
putusan yang bersifat menghukum, sehinga perlu keadilan. Suatu perselisihan hubungan industrial,
dilaksanakan secara sukarela atau paksa melalui majelis hakim wajib terlebih dahulu menggali,
eksekusi. Sedangkan putusan declaratoir dan mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan
putusan konstitutif tidak memerlukan sarana- rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat agar
sarana pemaksa untuk melaksanakannya. Kedua putusan hakim itu nantinya sudah sesuai dengan
jenis putusan hakim ini tidak dimuat adanya hak hukum dan keadilan yang ada dimasyarakat
atas suatu prestasi, sehingga akibat hukum yang (Hakim, 2006).
ditimbulkan tidak tergantung kepada bantuan atau Pelaksanaan Putusan Hakim yang sudah
kesediaan dari pihak yang dikalahkan. mempunyai kekuatan hukum tetap dan isi amar
b. Efektivitas Eksekusi Terhadap Pengusaha putusannya tersebut adalah mempekerjakan
Yang Tidak Membayar Pesangon Pekerja di kembali, meskipun pihak yang menang tersebut
Perusahaan telah mengajukan permohonan eksekusi kepada
Pengaturan Eksekusi dalam Putusan ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Hubungan Industrial dapat Pengadilan Negeri, tetapi pada kenyataannya
dimohonkan untuk eksekusi apabila telah pihak pengusaha tidak mau untuk melaksanakan
mempunyai hukum tetap (in kracht van gewijsde). putusan hakim tersebut, karena ada faktor
artinya sudah tidak bisa untuk diupayakan lagi ke penilaian dari pengusaha kepada pekerja/buruh
jalur pengadilan tingkat selanjutnya. Putusan tersebut sudah buruk.
Pengadilan Hubungan Industrial tentang Majelis Hakim telah berupaya untuk
perselisihan hak dan perselisihan PHK bukan mendamaikan kedua belah pihak yang
berarti tidak dapat dieksekusi. Putusan tersebut berperkara, akan tetapi tidak berhasil. Majelis
dapat dieksekusi apabila tidak dimintakan upaya Hakim menyatakan Tergugat telah melakukan
hukum kasasi oleh pihak yang kalah karena perbuatan melawan hukum yaitu dengan tidak
apabila putusan tersebut tidak dimintakan upaya mau menaatai amar putusan untuk
kasasi, maka putusan tersebut telah mempunyai mempekerjakan kembali pekerja selaku
Penggugat. Akibat hukum yang diterima
465
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
pengusaha tersebut adalah bahwa ia harus untuk menuntut pesangon melalui Pengadilan
membayar dengan tunai uang pesangon untuk Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) bisa
pekerja. Putusan hakim bisa memerintahkan agar memperolehnya dengan cepat. Pekerja bisa
pengusaha mempekerjakan pekerja/buruh. langsung melaporkan ke Polisi bila perusahaan
Efektivitas eksekusi terhadap pengusaha tempat pekerja bekerja tak membayar pesangon.
yang tidak membayar pesangon pekerja di Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Perusahaan, maka berdasarkan ketentuan tentang Cipta Kerja ada pasal yang menyebutkan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang apabila majikan tidak membayar pesangon sesuai
Cipta Kerja mengatur ketentuan bahwa ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
pengusaha yang tidak membayar pesangon 2020 tentang Cipta Kerja ini akan dianggap
pekerja bisa dibawa ke ranah pidana. Dalam melakukan tindakan pidana kejahatan dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang ancaman hukumannya empat tahun penjara. Jika
Cipta Kerja, aturan terkait pesangon termuat pekerja laporan Polisi kemungkinan uang
dalam Pasal 156 ayat (1). Dalam pasal ini pesangon akan dibayar oleh pengusaha.
menyatakan bila terjadi pemutusan hubungan
kerja, pengusaha wajib membayar uang D. SIMPULAN
pesangon dan/atau uang penghargaan masa Berdasarkan uraian pembahsan tersebut di
kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
diterima. Dalam Pasal 185 ayat (1) dinyatakan Bahwa pelaksanaan eksekusi terhadap
bahwa bila pengusaha tak menjalankan pengusaha belum berjalan efektif karena
kewajiban itu, pengusaha diancam sanksi pidana eksekusi yang dilakukan oleh ketua Pengadilan
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 dalam praktiknya tidak semuanya berjalan
(empat) tahun atau denda paling sedikit dengan lancar. Pelaksanaan eksekusi sering
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan paling terjadi hambatan dalam proses pelaksanaan
banyak Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta putusan (eksekusi) karena pihak pengusaha yang
rupiah). kalah tidak mau melaksanakan eksekusi, selain
Menurut Hotman Paris Hutapea itu juga biaya eksekusi yang mahal. Pelaksanaan
menyampaikan aturan ini memberikan putusan (eksekusi) merupakan tindakan paksa
keuntungan bagi pekerja yang memperjuangkan yang dilakukan oleh Pengadilan kepada pihak
haknya untuk memperoleh pesangon (CNN yang kalah untuk melaksanakan putusan yang
INdonesia, 2020). Keberadaan pasal itu, pekerja telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht
yang selama ini butuh waktu berbulan-bulan van gewijsde). Efektivitas eksekusi terhadap
466
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
467
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
468
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
469
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 459-470 Universitas Diponegoro
SUMBER ONLINE
CNN Indonesia. (2020). Hotman Paris Hutapea
Selaku Advokat Indonesia. Retrieved
fromhttps://www.cnnindonesia.com/nasio
nal/20220905130540-20843391/Hotman-
Paris-Hutapea-Selaku-Advokat-Indonesia
470