You are on page 1of 12

APLIKASI BIOFILTER ANAEROB UNTUK PENGOLAHAN

AIR BUANGAN RUMAH TANGGA SECARA KOMUNAL DI


KELURAHAN SEBERANG PADANG KOTA PADANG

Puti Sri Komala1, Ansiha Nur2, R.D.T. Fany Ramli3, M. Fathur


Rahmatullah4
1
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email:
putisrikomala@ft.unand.ac.id
2
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email:
ansiha@ft.unand.ac.id
3
Mahasiswa Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email:
rhandadian@yahoo.com
4
Mahasiswa Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email:
mfathurr55@gmail.com

ABSTRACT
The decrease of Batang Arau water quality indicated that there was no appropriate control
and management effort to the wastewater sources especially from the settlement around
the Batang Arau River Basin. The inappropriate wastewater management caused pollution
of Batang Arau river fivefold within two years. Seberang Padang village is one of the
areas that its domestic wastewater management has not yet been conducted. This can be
seen from some houses that does not have proper sewerage and wastewater treatment
facilities, so that the wastewater is allowed to flow in their courtyard. Anaerobic biofilter
process has been constructed to treat four household wastewater disposal in Seberang
Padang village. The separated sewerage system combined with an anaerobic biofilter
wastewater treatment is a promising alternative for domestic communal wastewater
treatment, because it has a relative high performance, economical, simple and easy to
operate. Biofilter capacity was 6 m3, consists of three compartments that serve as a
settling tank, organic matter degradation in the second and the third compartment. The
third compartment contains a fixed media made of a combination of a series used mineral
water bottles and a layer of fibers that serves as an attached medium of bacteria. If the
population in the Batang Arau region using wastewater treatment plant (WWTP), there
will be a very significant BOD decrease of 74.2%. Meanwhile, if the population does not
use WWTP, the value of BOD far exceeds the class IV quality standard. Through the use
of domestic WWTP in the watershed area, it is expected that environmental pollution
caused by wastewater to the groundwater and Batang Arau river can be minimized.

Keywords : anaerobic biofilter, Batang Arau river, Seberang Padang Village, wastewater
treatment plant (WWTP).

ABSTRAK
Penurunan kualitas air Batang Arau khususnya parameter organik mencapai lima kali lipat
dalam waktu dua tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa belum adanya upaya
pengendalian dan pengelolaan terhadap air buangan terutama yang berasal dari
pemukiman penduduk di kawasan DAS Batang Arau. Kelurahan Seberang Padang

Komala, P, Nur, A and Rahmatullah, M (2017) Aplikasi Biofilter Anaerob untuk Pengolahan Air
Buangan Rumah Tangga Secara Komunal di Kelurahan Seberang Padang Kota Padang. In: Hidayat, B
and Purnawan, P (Eds.) Prosiding 4th Andalas Civil Engineering (ACE) Conference 2017, 9 November
2017, Universitas Andalas, Padang. Jurusan Teknik Sipil Unand, 137-148
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

termasuk salah satu kawasan yang belum melakukan pengelolaan air limbah domestiknya.
Beberapa perumahan yang tidak memiliki fasilitas penyaluran dan pengolahan air
buangan yang layak. Penyaluran air buangan dengan sistem terpisah dikombinasikan
dengan pengolahan air limbah biofilter anaerobik untuk rumah tangga secara komunal
merupakan alternatif pengolahan air limbah domestik yang menjanjikan, karena memiliki
kinerja pengolahan yang cukup tinggi, ekonomis, sederhana dan mudah dioperasikan.
Pengolahan ini telah diaplikasikan untuk mengolah air buangan empat rumah tangga di
kelurahan Seberang Padang. Biofilter berkapasitas 6 m3, terdiri dari tiga kompartemen
yang berfungsi sebagai bak pengendap, zona degradasi zat organik pada kompartemen
kedua dan ketiga. Pada kompartemen ketiga berisi media lekat terdiri dari kombinasi
rangkaian botol air mineral bekas dan lapisan ijuk yang berfungsi sebagai media lekat
bakteri. Jika penduduk di kawasan Batang Arau menggunakan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL), akan terjadi penurunan pencemar yang sangat signifikan yaitu 74,2%.
Sementara jika penduduk tidak menggunakan IPAL, nilai BOD yang dihasilkan jauh di
atas baku mutu kelas IV. Melalui penggunaan IPAL domestik di kawasan DAS
diharapkan pencemaran lingkungan terhadap air tanah dan sungai Batang Arau dapat
diminimalisasi.

Kata Kunci : biofilter anaerob, instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal,
Kelurahan Seberang Padang, Sungai Batang Arau

1. PENDAHULUAN

Kelurahan Seberang Padang adalah salah satu kelurahan yang terletak di bagian hilir
Batang Arau, termasuk salah satu kawasan yang belum melakukan pengelolaan air
limbah domestik dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari beberapa pemukiman, aliran
air buangannya dibiarkan begitu saja menggenangi halaman rumahnya, sementara di
dekatnya terdapat sumur yang digunakan sebagai sumber air minum. Kondisi ini
diperburuk dengan kondisi drainase tempat menampung air limbah telah tersumbat,
sehingga saluran air buangan yang ada tidak dapat mengalir ke dalamnya. Saat hujan
turun, air limbah bersama hujan akan menggenangi halaman rumah mereka.
Pengelolaan air limbah yang tidak memenuhi persyaratan tersebut berakibat buruk
terhadap penurunan kualitas sungai Batang Arau. Penurunan kualitas Batang Arau
ditunjukkan dengan nilai konsentrasi dari 4,2 mg BOD/L tahun 2013 menjadi 21,78 mg
BOD/L tahun 2015 (Pengelola Sumber Daya Air Mineral Provinsi Sumatera Barat,
2016). Pencemaran Batang Arau yang semakin buruk ini ditandai dengan airnya yang
berwarna hitam. Kontribusi pencemaran air oleh limbah permukiman terhadap air tanah
maupun air permukaan semakin meningkat karena jumlah penduduk dan
aktivitasnyapun turut meningkat. Hal ini juga dipertegas oleh pernyataan Said (1999),
bahwa air limbah dari domestik berkontribusi hampir 70% terhadap pencemaran sungai
di kota Jakarta. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa, pengetahuan dan wawasan
masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan pemukiman kawasan DAS masih
terbatas. Selain itu, masih minimnya penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah
pemukiman yang berbasis masyarakat serta kemampuan ekonomi masyarakat yang
lemah untuk mengadakan fasiltas air buangan secara individual turut berkontribusi
dalam memperparah kondisi Batang Arau.

Pada umumnya, sistem pengolahan air limbah di tempat (On-site wastewater treatment
systems) digunakan untuk mengolah dan menyalurkan air limbah rumah tangga di
daerah dimana sistem penyaluran limbah terpusat tidak tersedia (Gunady et al., 2015).

138
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Septik tank merupakan salah satu teknologi pengolahan air limbah setempat yang paling
banyak digunakan pemukiman di Indonesia maupun di negara-negara maju seperti
Amerika, Australia dan Kanada (Nasr, 2014). Akan tetapi, kinerja tangki septik kurang
baik meskipun dioperasikan pada waktu retensi hidrolis (HRT) yang lama, karena
karakteristik inheren perancangannya seperti mode aliran horisontal influen limbah
(Lettinga, 1991). Beberapa modifikasi septik tank telah dilakukan antara lain dengan
memasang sekat-sekat pada tangki (anaerobic baffled reactor/ABR) (Ferraz, 2009;
Nasr, 2014), teknologi anaerobik biofilter, melalui penambahan media lekat untuk
mikroorganisme (Kara, 2007; Bandara, 2008), ataupun kombinasi ABR dengan biofilter
(Yu et.al., 2014). Melalui modifikasi ini, pengolahan air limbah menggunakan septik
tank yang semula dapat menyisihkan senyawa organik sekitar 60 – 70%, dapat
menyisihkan di atas 90% senyawa organik.

Berdasarkan hal tersebut salah satu upaya untuk mengendalikan pencemaran Batang
Arau adalah membuat suatu konstruksi bangunan pengolahan air buangan rumah tangga
secara komunal yang ramah lingkungan, mudah dalam operasional dan
pemeliharaannya namun memiliki kinerja pengolahan yang cukup baik. Hal ini juga
menjawab aspirasi dan harapan-harapan dari Lurah dan masyarakat Kelurahan Seberang
Padang yang menginginkan agar dapat dilakukan suatu usaha perbaikan terhadap
kualitas air Batang Arau dan pencegahan pencemaran air sungai Batang Arau yang lebih
jauh. Teknologi anaerob merupakan inti dari sistem pengolahan air limbah
desentralisasi yang berkelanjutan (Lettinga, 1996). Teknologi anaerob ini dianggap
sebagai pengolahan tradisional, karena prosesnya sederhana, biaya operasional rendah
dan tidak memerlukan tenaga listrik. Untuk meningkatkan kinerja proses anaerob,
digunakan penambahan media lekat untuk pertumbuhan bakteri sebagai media biofilter.

Teknologi pengolahan air limbah biofilter anaerob merupakan proses pengolahan air
limbah dengan proses biofilm atau biofilter dengan cara mengalirkan air limbah ke
dalam reaktor biologis yang di dalamnya diisi dengan media penyangga untuk
pengembangbiakan mikroorganisme tanpa aerasi. Dibandingkan dengan teknologi
biofilter anaerob-aerob, teknologi biofilter anaerob operasinya lebih mudah dan
sederhana, karena tidak membutuhkan banyak energi seperti proses anaerob-aerob yang
membutuhkan energi untuk proses aerasi. Proses anaerob cocok digunakan untuk
mengolah air limbah rumah tangga komunal dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang disain dan aplikasi biofilter anaerob, serta
reduksi pencemar organik khususnya yang berasal dari pemukiman berdasarkan daya
tampung sungai dianalisis lebih jauh.

2. METODOLOGI

2.1 Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan berupa peta lokasi Kelurahan Seberang Padang,
karakteristik air sungai Batang Arau, kondisi sanitasi mencakup sarana pengelolaan air
limbah, fasilitas air bersih, persampahan dan drainase yang ada.

139
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

2.2 Sosialisasi Masyarakat

Sosialisasi tentang pengelolaan limbah yang akan diaplikasikan serta pengaruhnya


terhadap pengendalian pencemaran air dilakukan terhadap Lurah, Ketua RW, serta
Ketua RT di lingkungan Seberang Padang. Saat sosialisasi diberikan pengarahan
tentang ketentuan penghuni yang akan dilayani oleh sarana pengolahan air buangan
melalui pengisian kuesioner. Kuesioner mencakup pertanyaan tentang jumlah penghuni
rumah, fasilitas air bersih yang digunakan, kepemilikan WC, tipe rumah, lebar jalan,
kondisi sanitasi setempat, fasilitas air buangan, dan fasilitas drainase yang diberikan
kepada ketua RT untuk diisi oleh penghuni yang akan dilayani fasilitas pengolahan
limbahnya. Penghuni yang akan dilayani oleh pengolahan limbah komunal ini sebanyak
5 KK.

2.3 Rumah yang Dilayani

Rumah yang akan dilayani oleh fasilitas pengolahan air buangan memenuhi persyaratan
yaitu,

 Bukan daerah genangan


 Mempunyai fasilitas air bersih yang kontinu
 Memiliki fasilitas toilet di dalam rumah mereka
 Tidak memiliki saluran serta pengolahan air limbah atau fasilitas tersebut dalam
kondisi tidak berfungsi
 Memiliki luas lahan yang mencukupi untuk instalasi pengolahan
 Elevasi rumah lebih tinggi terhadap lahan kosong

2.4 Rencana Penyaluran Air Buangan

Sistem penyaluran air buangan menggunakan sistem terpisah antara air buangan yang
berasal dari air cucian dan kamar mandi (grey water) dan air buangan yang berasal dari
WC (black water). Posisi setiap sumber air buangan harus berada pada elevasi yang
lebih tinggi dari posisi tempat bak pengolahan. Setiap rumah diasumsikan terdiri dari 5
jiwa dan menghasilkan air buangan 100 L/orang/hari, mencakup 20% (black water dan
Setiap titik atau beberapa sumber keluar air buangan grey water/black water dilengkapi
dengan bak kontrol yang berfungsi sebagai bak pemeliharaan atau tempat
penggelontoran jika terjadi penyumbatan di saluran tersebut. Seluruh saluran air
buangan tersebut masuk ke inlet bak pengolahan, jika posisinya tidak memungkinkan
masuk ke bak inlet saluran dimasukkan ke kompartemen pertama atau kedua. Slope
saluran disesuaikan dengan kemiringan tanah yang ada. Saluran direncanakan
menggunakan pipa PVC diameter 2,5 inch untuk grey water dan 4 inch untuk black
water.

2.5 Pengolahan Biofilter Anaerob

Posisi media biofilter berada di bawah permukaan air. Sistem biofilter anaerob ini
sangat sederhana, operasinya mudah tanpa membutuhkan banyak energi dan tanpa
memakai bahan kimia. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah rumah

140
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

tangga komunal dengan kapasitas yang tidak terlalu besar. Tangki ini terdiri dari tiga
buah kompartemen (SNI Pd.T-04-2005-C, 2005) dengan fungsi pengendapan, degradasi
senyawa organik pada bak kedua dan ketiga. Pada kompartemen ketiga digunakan
media lekat yang terbuat dari rangkaian botol air mineral bekas 500 mL dan ijuk
(Gambar 1) yang disusun bergantian dalam empat lapis. Media biofilter ini berfungsi
sebagai media tumbuh bakteri yang melekat di permukaan media tersebut. Berbeda
dengan pengolahan tangki septik konvensional yang hanya mengolah air black water,
pada sistem biofilter anaerob ini seluruh air buangan baik grey water maupun black
water diolah. Melalui tiga kompartemen yang disediakan pada pengolahan ini
diharapkan penyisihan senyawa organik dapat semaksimal mungkin. Salah satu
kompartemen biofilter yaitu kompartemen ketiga menggunakan media lekat bakteri
yang terbuat dari botol plastik air mineral bekas, dirangkai sedemikian rupa sehingga
kompak yang dikombinasikan dengan ijuk, sehingga bakteri dapat berkembangbiak di
dalamnya. Penggunaan botol plastik ini juga adalah upaya daur ulang sampah dan
meningkatkan nilai ekonomis limbah botol plastik air mineral. Pipa vent dipasang dari
penutup bak untuk mengeluarkan gas-gas hasil degradasi senyawa organik. Outlet dari
pengolahan dialirkan ke drainase atau sungai terdekat dengan memperhitungkan
elevasinya.

(a) (b)
Gambar 1. Media biofilter terdiri dari (a) botol air mineral plastik dan (b) Ijuk

2.6 Reduksi Pencemar Organik Limbah Domestik

Analisis daya tampung dilakukan dimana sungai telah mendapatkan masukan limbah
yang berasal dari saluran pembuangan dalam hal ini dari pemukiman, dengan
menganggap air limbah dari sumber lainnya telah memenuhi baku mutu. Perhitungan
daya tampung menggunakan menggunakan persamaan neraca massa berikut ini,

Qc. Cc = Qsungai.Csungai + Qpenduduk. Cpenduduk + Qi.Ci ………………..(1)

141
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Dimana

Qc = Debit rata-rata konstituen untuk aliran gabungan


Cc = Konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan
Qsungai = Debit aliran sungai
Csungai = Konsentrasi rata-rata konstituen untuk sungai
Qpenduduk = Debit aliran air limbah dari penduduk
Cpenduduk = Konsentrasi konstituen dari air limbah penduduk
Qi = Debit aliran air limbah I
Ci = Konsentrasi konstituen dari aliran limbah I

Untuk menentukan reduksi pencemar organik yang berasal dari limbah domestik jika
seluruh pemukiman menggunakan pengolahan limbah berupa instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) individual maupun komunal, sehingga dapat dihitung reduksi
pencemarnya dalam hal ini pencemar organik sebagai BOD. Selain itu juga akan
dibandingkan pengaruhnya terhadap pencemaran jika penduduk tidak menggunakan
IPAL,

3. HASIL

3.1 Lokasi terpilih

Berdasarkan pertimbangan bersama kelurahan, RT dan RW serta beberapa penghuni


terpilih telah ditetapkan rumah kopel yang terdiri dari 4 keluarga mempunyai fasilitas
air bersih yang kontinu, memiliki fasilitas toilet namun tidak dapat difungsikan karena
saluran tersumbat, terdapat lahan untuk penempatan tangki biofilter dan elevasi datar.
Sementara kriteria dari penghuni pun telah emenuhi persyaratan bersedia dilayani
saluran air buangannya secara komunal dan menerima konsekuensi saat konstruksi
dilaksanakan, bersedia untuk melakukan pemeliharaan pasca konstruksi serta
mengeluarkan biaya dalam rangka pemeliharaan sarana tersebut serta bersedia secara
berkala melakukan penyedotan tangki dengan anggaran biaya bersama.

3.2 Disain Biofilter

Tangki didisain untuk kapasitas : 5 KK dengan jumlah penghuni 5 orang. Kapasitas air
buangan 100 ltr/org/hari, maka kapasitas air buangan yang dihasilkan 2500 L/hari = 2,5
m3/hari. Tangki biofilter terdiri dari tiga komparten yaitu kompartemen 1 berfungsi
sebagai bak pengendap, kompartemen dua sebagai bak penyisihan senyawa organik, dan
kompartemen ketiga diisi oleh media lekat yang terdiri dari rangkaian botol air mineral
bekas dan lapisan ijuk dengan susunan selang seling untuk meningkatkan penyisihan
senyawa organik. Efluen dari tangki biofilter anaerobik ini masuk ke dalam bidang
resapan berisi kerikil. Jarak bidang resapan ke sumber air terdekat adalah 10 m.

Bak Pengendap 1 (kompartemen pertama)

Waktu Tinggal = 30 jam

142
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Lebar = 1,5 m, Dalam = 1,4 m, Panjang = 1,5 m


Volume = 3,15 m3
Volume Ruang Lumpur

Produksi = 15 L/org x 25 org = 375 L = 0,375 m3


Lebar = 1,5 m, Dalam = 0,1875 m (pembulatan = 0,2 m), Panjang = 1,5 m;
Volume = 0,45 m3
Tinggi air Hab = (1,45 – 0,2) m = 1,25 m

Bak Pengendap 2 (kompartemen kedua)

Tangki ini lebih berfungsi sebagai tempat penyisihan senyawa organik terlarut yang
berasal dari bak pengendap pertama. Dimensi bak ini sebagai berikut:
Lebar = 1,5 m, Dalam = 0,7 m, Panjang = 1,5 m
Volume = 1,47 m3

Volume ruang bakteri Anaerobik Biofilter

Waktu Tinggal = 15 jam


Lebar = 1,5 m, Dalam = 1,45 m, Panjang = 0,7 m
Volume = 1,52 m3

Total Volume Bak pengendap = 3,15 + 1,47 + 1,52 = 6,14 m3

Dengan dimensi bersih : Lebar = 1,5 m, Dalam = 1,45 m, Panjang = 2,9 m

Secara keseluruhan disain tangki biofilter anaerob dapat dilihat pada Gambar 2 dan
Gambar 3.

3.3 Jalur Perpipaan Air Buangan

Sistem perpipaan air buangan menggunakan sistem terpisah antara air buangan yang
berasal dari air cucian dan kamar mandi (grey water) dan air buangan yang berasal dari
WC (black water). Setiap titik atau beberapa sumber keluar air buangan grey
water/black water dilengkapi dengan bak kontrol yang berfungsi sebagai bak
pemeliharaan atau tempat penggelontoran. Jalur perpipaan air buangan serta bangunan
pelengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.

143
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Gambar 2. Denah Bak Biofilter Anaerob

Gambar 3. Tampak Samping Bak Biofilter Anaerob

Gambar 4. Layout Perpipaan

144
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

3.4 Pengaruh Penggunaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


Terhadap Kualitas Sungai

Dengan asumsi bahwa setiap orang menghasilkan pencemar organik sebesar 200 mg
BOD5/L (Tchobanoglous, 2003) melalui IPAL dihasilkan effluent yang sudah
memenuhi baku mutu air limbah domestik yaitu 30 mg BOD/L (Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016). Debit air limbah yang dihasilkan 100
L/orang/hari. Jumlah penduduk di kawasan DAS Batang Arau sebesar 44,26% dari kota
Padang yaitu 902.413 jiwa (Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang, 2016) yaitu
399.408 jiwa, maka debit air limbah yang dihasilkan adalah = 0,462 m3/detik. Debit
maksimum Batang Arau yaitu 144 m3/detik dan minimum 1,12 m3/detik, konsentrasi
BOD pada tahun 2015 sebesar 21,78 mg/L (Pengelola Sumber Daya Air Mineral
Provinsi Sumatera Barat, 2016).

a) Pada saat musim hujan

Pencampuran di sungai jika penduduk tidak menggunakan IPAL


Dengan mengambil Q maksimum (hujan) =144 m3/detik
Konsentrasi BOD sungai (C sungai) pada Kelas IV = 12 mg/L (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001)
Konsentrasi BOD air limbah penduduk = 200 mg/L
Dengan menggunakan persamaan 1 diperoleh C campuran = 12,60 mg BOD/L

Pencampuran di sungai jika penduduk menggunakan IPAL


Konsentrasi BOD efluen IPAL = 30 mg/L
diperoleh C campuran = 12,01 mg BOD/L
Pada saat musim hujan jika penduduk menggunakan IPAL terdapat penurunan BOD
sebesar 4,3%

b) Pada saat musim kemarau

Pencampuran di sungai jika penduduk tidak menggunakan IPAL


Q miimum (kemarau) =1,12 m3/detik
Konsentrasi BOD sungai (C sungai) = 12 mg/L
Konsentrasi BOD air limbah penduduk = 200 mg/L
Diperoleh C campuran = 66,90 mg BOD/L

Pencampuran di sungai jika penduduk menggunakan IPAL


Konsentrasi BOD efluen IPAL = 30 mg/L
diperoleh C campuran = 17,26 mg BOD/L
Pada saat musim kemarau jika penduduk menggunakan IPAL terdapat penurunan BOD
sebesar 74,2%.

Pengaruh penurunan pencemar organik dalam parameter BOD lebih signifikan pada saat
musim kemarau dibandingkan musim hujan. Pada musim kemarau debit sungai sangat
rendah, sehingga tidak terdapat efek pengenceran pencemar dibandingkan pada musim
hujan dengan debit hampir seratus kalinya. Jika penduduk di kawasan DAS Batang

145
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Arau menggunakan IPAL, pada musim hujan tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap
penurunan pencemar yaitu 4,3% dibandingkan tidak menggunakan IPAL. Namun pada
musim kemarau jika penduduk menggunakan IPAL akan terjadi penurunan pencemar
yang sangat signifikan yaitu 74,2%. Sementara jika penduduk tidak menggunakan IPAL
di musim ini, nilai BOD yang dihasilkan jauh di atas baku mutu kelas IV yaitu hampir
lima kali lipat nilai baku mutu. Perhitungan ini mengasumsikan bahwa aktivitas dari
industri, perbengkelan, rumah makan dan hotel yang ada di kawasan Batang Arau telah
memiliki IPAL yang memenuhi syarat dan efluennya berada di bawah baku mutu.

Pengolahan air limbah anaerobik secara komunal merupakan alternatif pengolahan air
limbah domestik yang menjanjikan, karena memiliki kinerja pengolahan yang cukup
tinggi, ekonomis, sederhana dan mudah dioperasikan, cocok untuk kawasan padat dan
area terbatas, serta tidak memerlukan energi tambahan. Namun keberhasilan dari
pengolahan ini sangat tergantung dari ukuran dan struktur yang layak, disain, dan
konstruksi kedap air dari bangunan pengolahan tersebut (Bounds, 1997). Jika kriteria
tersebut tidak terpenuhi, akan terjadi infiltrasi maupun eksfiltrasi pada sistem. Struktur
bangunan yang baik secara tidak langsung akan melindungi air tanah maupun air
permukaan yang ada di sekitarnya. Badan air yang menjadi tujuan pengaliran IPAL
akan terlindungi jika masyarakat di kawasan DAS memiliki IPAL untuk mengolah air
limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan.

4. KESIMPULAN

Sistem penyaluran air buangan secara terpisah dikombinasikan dengan teknologi


biofilter anaerob telah diaplikasikan untuk pengelolaan air buangan rumah tangga secara
komunal di kelurahan Seberang Padang. Dengan kapasitas tangki biofilter anaerob 2,5
m3/hari diharapkan mampu melayani 4 KK dengan jumlah penghuni 5 jiwa/KK.
Teknologi biofilter anaerob merupakan alternatif teknologi IPAL komunal yang ramah
lingkungan karena memanfaatkan limbah botol air mineral dan ijuk sebagai media
pertumbuhan bakteri untuk meningkatkan kinerja penyisihan selain meningkatkan nilai
ekonomis sampah botol plastik air mineral. Jika penduduk di kawasan Batang Arau
menggunakan IPAL, akan terjadi penurunan pencemar yang sangat signifikan yaitu
74,2%. Sementara jika penduduk tidak menggunakan IPAL, nilai BOD yang dihasilkan
jauh di atas baku mutu kelas IV. Melalui penggunaan IPAL domestik di kawasan DAS
diharapkan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah terhadap air tanah
dan sungai Batang Arau dapat diminimalisasi, sehingga penggunaan air tanah di
sekitarnya dapat aman dikonsumsi dan kualitas air sungai dapat dipertahankan sesuai
dengan baku mutunya.

5. DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang. 2016. Padang dalam Angka. Padang. BPS
Kota Padang.
Bandara, W.M.K.R.T.W, Nanayakkara, K.G.N, Premananth, P, Werellagama, D.R.I.B.
2008. Development of an upflow anaerobic biological filter for domestic use in
tropical countries. Annual Research Journal of SLSAJ, Issue 8.

146
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Bounds, T.R. 1997. Design and Performance of Septic Tanks: Site Characterization and
Design of Onsite Septic Systems ASTM STP 901. M.S. Bedinger, A.I. Johnson,
and J.S. Fleming, Eds., American Society for Testing Materials, Philadelphia.
Ferraz, F.M., Bruni, A.T., and Del Bianchi, V.L. 2009. Performance of an anaerobic
baffled reactor (ABR) in treatment of cassava wastewater. Brazilian Journal of
Microbiology. Vol. 40, pp. 48-53.
Gunady, M., Shishkina, N., Tan, H., and Rodriguez, C., 2015. A Review of On-Site
Wastewater Treatment Systems in Western Australia from 1997 to 2011, Journal
of Environmental and Public Health, Volume 2015, Article ID 716957, 12 pages
Kara, M. 2007. Anaerobic filter performance at different conditions. Master Thesis.
Graduate School of Natural and Applied Sciences of Dokuz Eylül University
Lettinga, G. 1996. Sustainable integrated biological wastewater treatment, Water Sci.
Technol. 33(3). 85–98.
Lettinga, G., Van Knippenberg, K., Veenstra, S., and Wiegant, W. 1991. Final Report
Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) Low-Cost Sanitation Project in
Bandung, Indonesia. IHE, Delft. Agricultural University, Wageningen, St.
Borromeus Hospital. Bandung.
Nasr, F.A. and Mikhaeil, B. 2014. Treatment of domestic wastewater using modified
septic tank. Desalination and Water Treatment. doi:
10.1080/19443994.2014.961174.
Pengelola Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat. 2016.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
2016.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 2001.
Said, N.I dan Wahyono, H.D. 1999. Alat pengolah air limbah rumah tangga semi
komunal kombinasi biofilter anaerob dan aerob. Kelompok teknologi
pengelolaan air bersih dan limbah cair Direktorat Teknologi Lingkungan. Deputi
Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan Lingkungan Badan.
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.
SNI Pd.T-04-2005-C. 2005. Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter,
pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter
Tchobanoglous, G. dan Burton, F.L. (2003): Wastewater Engineering – Treatment and
Reuse, third edition, McGraw-Hill, New York.
Von Sperling, M. 2014. Biological wastewater treatment Series: Wastewater
Characteristics, Treatment and Disposal. Volume One. London: Iwa
Publishing.

147
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Yu, Y., Lu, X., and Wu, Y. 2014. Performance of an Anaerobic Baffled Filter Reactor
in the Treatment of Algae-Laden Water and the Contribution of Granular Sludge.
Water, 6, 122-138; doi:10.3390/w601012

6. UCAPAN TERIMA KASIH

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral Penguatan Riset dan
Pengembangan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan Penugasan
Pelaksanaan Program Pengabdian kepada Masyarakat. Nomor: 012/SP2H/PPM/DRPM/
2017.

148

You might also like