You are on page 1of 10

Jurnal Wana Lestari

Vol.2 No. 02 Desember 2020 (p-ISSN : 2252 – 7974, e-ISSN 2716 – 4179) Halaman (171 - 180)

Strategies for Increasing Protection Effectiveness in the Camplong Nature


Park Area, Kupang Regency, East Nusa Tenggara Province

Wilfrido Ridwan Seu 1), Maria M. E. Purnama 2), Astin E. Mau2


1)
Student of Forestry Study Program, Faculty of Agriculture, Nusa Cendana University, Kupang,
Indonesia.
2)
Lecturer in Forestry, Faculty of Agriculture, Nusa Cendana University, Kupang, Indonesia.

E-mail : rido.seu@gmail.com

ABSTRACT
The Camplong Nature Tourism Park (NTP) is one of the conservation areas in Kupang
Regency, East Nusa Tenggara Province. The NTP Camplong area is partially designated as a
Nature Tourism Park managed by the Natural Resources Conservation Agency East Nusa
Tenggara (BBKSDA NTT) based on the Decree of the Minister of Forestry Number: SK.347 /
MenhutII / 2010 with an area of 696.60 Ha. One of the management activities carried out in
Camplong NTP is protection of forest areas. Protection efforts are faced with various threats,
including being located near settlements and public roads, making them vulnerable to habitat
destruction. Forest fires, illegal use of area resources and waste disposal are the main problems
that threaten the existence of the NTP Camplong area. Based on the Management Effectiveness
Tracking Tool (METT) assessment by BBKSDA NTT, the METT score was 69%, from the
minimum value of 70%. This study aims to determine the effectiveness and strategies to increase
the effectiveness of efforts to protect the Camplong Nature Park area. The research was conducted
in July-August 2019 at NTP Camplong. Data collection was carried out by direct observation and
in-depth interviews. From the research results, it is known that the management aspects in the
form of planning, organizing, implementing, and monitoring carried out in NTP Camplong have
generally been implemented even though they have not run optimally. This has an impact on the
less than optimal protection efforts for the NTP Camplong area. Strategies for increasing the
effectiveness of the management of the NTP Camplong area, namely: strengthening management
management; increasing the implementation of area protection and security; coordination with
government and legal institutions; as well as increasing community participation in area protection
efforts.

Keywords : Camplong NTP; Management; Protection; Effectiveness; Strategy.

171
Jurnal Wana Lestari
Vol.2 No. 02 Desember 2020 (p-ISSN : 2252 – 7974, e-ISSN 2716 – 4179) Halaman (171 - 180)

I. PENDAHULUAN konservasi dan fungsi produksi dapat


tercapai secara optimal dan lestari. Upaya
Taman Wisata Alam termasuk ke perlindungan bagi kawasan tersebut banyak
dalam kategori Kawasan Pelestarian Alam mengalami hambatan yang berasal dari
yaitu kawasan yang mempunyai ciri khas keterbatasan pengelolaan kawasan dan
tertentu, baik daratan maupun perairan, yang pemanfaatan sumber daya hayati oleh
mempunyai fungsi perlindungan system masyarakat yang bermukim di sekitar
penyangga kehidupan, pengawetan kawasan TWA.
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, Management Effectiveness Tracking
serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya Tool (METT) merupakan salah satu alat yang
alam hayati dan ekosistemnya (Riharno, secara universal telah digunakan oleh
2010). pengelola kawasan konservasi dalam
TWA Camplong merupakan salah melakukan penilaian efektivitas pengelolaan
satu kawasan konservasi yang ada di kawasan. Berdasarkan penilaian oleh
Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara pengelola (BKSDA), didapat nilai skor
Timur. Kawasan TWA Camplong secara METT sebesar 69% yang artinya hampir
parsial ditetapkan sebagai Taman Wisata mencapai nilai minimun indeks METT.
Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penilaian menunjukkan bahwa TWA
Kehutanan Nomor : SK.347/MenhutII/2010 Camplong relatif dikelola dengan efektif
tentang penetapan TWA Camplong yang walaupun belum mencapai nilai minimum
terletak di wilayah Kabupaten Kupang (70%) sehingga diharapkan dengan
Provinsi Nusa Tenggara Timur, tanggal 25 perbaikan manajemen pengelolaan dapat
Mei 2010 dengan luas kawasan 696,60 Ha. didorong untuk mencapai nilai METT 70%
Secara administrasi kawasan ini terletak di Tahun2019. METT dalam perkembangannya
Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, di juga dirasakan perlu keterlibatan pihak-pihak
dalam kawasan terdapat satu desa enclave yang terkait dengan pengelolaan untuk
yaitu Desa Oebola Dalam seluas 51,50 Ha. memberikan hasil yang akurat dan obyektif.
Kawasan Taman Wisata Alam Berdasarkan uraian tersebut di atas
dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan maka penulis tertarik untuk melakukan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis penelitian mengenai “Strategi Peningkatan
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Efektifitas Perlindungan di Kawasan
Kebijakan yang mengatur mengenai Taman Wisata Alam Camplong,
pengelolaan kawasan suaka alam dan Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa
pelestarian alam diatur dalam Peraturan Tenggara Timur”.
Pemerintah NO. 28 Tahun 2011, BAB I Tujuan dari penelitian ini adalah
Pasal I bagian ketiga. TWA Camplong untuk mengetahui efektivitas dan strategi
dikelola oleh Resort KSDA TWA Camplong, peningkatan efektivitas upaya perlindungan
Seksi Konservasi Wilayah II Camplong, kawasan Taman Wisata Alam Camplong.
Bidang KSDA Wilayah I Soe pada Balai Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu
Besar KSDA Nusa Tenggara Timur. masukan dalam penentuan dan pengambilan
Salah satu kegiatan pengelolaan yang kebijakan pengelolaan perlindungan TWA
dilakukan di TWA adalah perlindungan. Camplong oleh BBKSDA NTT serta
Perlindungan hutan meliputi pengamanan stakeholders terkait pengelolaan lainnya.
hutan, pengamanan tumbuhan dan satwa liar,
pengelolaan tenaga dan sarana perlindungan II. METODOLOGI PENELITIAN
hutan dan penyidikan. Perlindungan Hutan Penelitian ini dilakukan di Taman
diselenggarakan dengan tujuan untuk Wisata Alam Camplong Kabupaten Kupang,
menjaga hutan, kawasan hutan dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini
lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2019.
172
Jurnal Wana Lestari
Vol.2 No. 02 Desember 2020 (p-ISSN : 2252 – 7974, e-ISSN 2716 – 4179) Halaman (171 - 180)

responden untuk wawancara dilakukan


secara purposif (purposive sampling) dan
informan yang dipilih berdasarkan peran dan
fungsi serta pemahamannya dalam
perlindungan kawasan TWA Camplong.
Populasi dari masyarakat sekitar
kawasan dalam penelitian ini dipilih
kelurahan Camplong I sebanyak 1.070 KK.
Sampel dalam penelitian ini yaitu 1 orang
dewasa sebagai perwakilan dari setiap KK.
Responden yang dipilih berumur diatas 18
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Tahun yang dianggap mampu untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan.
Adapun alat yang digunakan adalah Teknik penggunaan sampel yang digunakan
kamera digital, panduan wawancara, dan alat adalah rumus slovin (Sugiono, 2010).
tulis. Bahan yang digunakan adalah pihak Perhitungan penentuan responden dalam
pengelola TWA Camplong dan stakeholders penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu :
terkait kawasan TWA Camplong. n= 𝑵
𝟏+𝑵 (𝒆)𝟐
Jenis data yang akan diambil dalam 𝟏𝟎𝟕𝟎
penelitian ini adalah berupa data primer dan n=
𝟏+𝟏𝟎𝟕𝟎(𝟎,𝟏)𝟐
penunjang (sekunder). Data primer diambil n = 99,90
dari wawancara mendalam kepada petugas
resort TWA Camplong dan juga masyarakat Keterangan :
sekitar hutan, pemerintah daerah, serta n = jumlah elemen / anggota sampel
stakeholders terkait lainnya dalam N = jumlah elemen / anggota populasi
partisipasinya melindungi kawasan TWA E = eror level (tingkat kesalahan
Camplong. Selain itu, dokumen penunjang digunakan 10% atau 0.1)
penelitian meliputi buku perencanaan
kawasan, laporan hasil penilaian Data yang dikumpulkan dari hasil
Management Effectiveness Tracking Tool penelitian dianalisis secara deskriptif dan
(METT) kawasan TWA Camplong tahun diolah kemudian dianalisis menggunakan
2018, Standar Operasi Pelaksanaan (SOP) metode analisis SWOT untuk menentukan
perlindungan kawasan TWA Camplong serta strategi dalam meningkatkan efektivitas
kebijakan-kebijakan tentang perlindungan upaya perlindungan kawasan TWA
kawasan oleh pengelola dan pihak terkait Camplong.
perlindungan kawasan. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari buku
teks, artikel, jurnal, laporan dan sumber-
sumber pustaka lainnya. Data yang
dikumpulkan meliputi: kondisi umum TWA
Camplong, dokumen rencana pengelolaan
tahun 2016 dan dokumen penataan kawasan
TWA Camplong 2015.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan metode pengamatan
(observasion) langsung, metode wawancara
mendalam (in-depth interviewing), studi
pustaka dan dokumentasi. Pemilihan
173
Jurnal Wana Lestari
Vol.2 No. 02 Desember 2020 (p-ISSN : 2252 – 7974, e-ISSN 2716 – 4179) Halaman (171 - 180)

(TGHK). Secara parsial ditetapkan


Internal sebagai Taman Wisata Alam
(IFAS) berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kelemahan
Kekuatan (S) Kehutanan Nomor: SK.347/Menhut-
(W)
II/2010, tanggal 25 Mei 2010. penataan
Eksternal
tata batas kawasan yang dilakukan Balai
(EFAS)
Strategi WO
Planologi Kehutanan Wilayah IV Nusa
Strategi SO Tenggara tanggal 8 Juni 1982 kawasan
(Strategi yang
(Strategi yang yang riil ditata batas adalah seluas
meminimalka
menggunakan 696,60 hektar, kemudian diperkuat
Peluang (O) n kelemahan
kekuatan dan dengan SK Menteri Kehutanan Nomor:
dengan
memanfaatkan
memanfaatkan SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014
peluang)
peluang) tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan
Strategi ST Strategi WT Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi
(Strategi yang (Strategi yang Nusa Tenggara Timur.
menggunakan meminimalka 2. Perencanaan pengelolaan kawasan
Ancaman
kekuatan n kelemahan Perencanaan yang dibuat oleh pihak
(T)
dalam dan
pengelola berupa rencana pengelolaan
mengatasi menghindari
ancaman) ancaman) jangka panjang Taman Wisata Alam
Tabel 1. Matriks Analisis SWOT Camplong periode 2017-2026. Dalam
RPJP TWA Camplong telah disepakati
III. HASIL DAN PEMBAHASAN tujuan visi dan misi pengelolaan TWA
Camplong. Perencanaan jangka pendek
3.1 Perlindungan Kawasan Taman Wisata yang terkait dengan perlindungan oleh
Alam Camplong pengelola TWA Camplong belum
Untuk meninjau sejauh mana dibuat. Karenanya, RJP
pengelolaan perlindungan, dapat diketahui diimplementasikan dalam bentuk
melalui penilaian efektivitas pengelolaan perencanaan teknis. Pedoman
TWA Camplong. Efektivitas pengelolaan perencanaan teknis pengelolaan TWA
perlindungan kawasan TWA Camplong Camplong memuat aspek perlindungan
merupakan suatu kajian untuk mengetahui hutan secara preventif, preemtif dan
sebaik apa kawasan dikelola terutama represif. Penataan blok TWA Camplong
berkaitan dengan perlindungan dan terdiri dari blok perlindungan, blok
pengamanan sumber daya di dalamnya. pemanfaatan, dan blok lainnya (blok
Dalam (Anonim, 2015), pengelolaan khusus, blok rehabilitasi, blok religi
kawasan konsevasi diterjemahkan kedalam 5 budaya sejarah).
elemen kriteria yang menjadi tolak ukur 3. Pengelolaan sumber daya
dalam keberhasilan pengelolaan. Elemen Anggaran pengelolaan TWA Camplong
tersebut yaitu: berasal dari APBN yang dimuat dalam
1. Elemen Konteks DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Elemen konteks berhubungan dengan Anggaran) BBKSDA NTT sehingga
penetapan, pengukuhan kawasan dan pengelolaan harus dilakukan dengan
perjanjian hukum terkait dengan menggunakan skala prioritas seperti
keberadaan kawasan. Status hukum patroli rutin yang diberikan kepada
TWA Camplong ditetapkan pada petugas setiap bulan. Selain itu, Tenaga
Tanggal 12 Desember 1983, melalui kepegawaian yang bertugas di resort
Keputusan Nomor 89/Kpts/Um/83 TWA Camplong berjumlah 5 orang
tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan petugas sehingga SDM di TWA
174
Jurnal Wana Lestari
Vol.2 No. 02 Desember 2020 (p-ISSN : 2252 – 7974, e-ISSN 2716 – 4179) Halaman (171 - 180)

Camplong masih menjadi kelemahan dari ancaman konflik lahan. Kerjasama


dari kegiatan perlindungan kawasan dengan POLRI dalam hal perlindungan
dalam meningkatkan produktifitas dan kawasan TWA Camplong. Kegiatan
efektivitas kerja. Sarana pendukung yang dilakukan bersama antara lain
dalam pengelolaan perlindungan kegiatan kesamaptaan yaitu patrol
kawasan masih belum memadai di TWA gabungan pengawasan tindak pidana
Camplong. Kurangnya sarana prasanana pengrusakan hutan, penegakan hukum
pendukung ini menyebabkan kegiatan dan penyadaran masyarakat.
perlindungan menjadi terbatas dan tidak 6. Monitoring dan Evakuasi
efektif. Monitoring dan evaluasi perlindungan
4. Proses pengelolaan perlindungan TWA kawasan TWA Camplong dilakukan
Camplong secara rutin oleh BBKSDA NTT melalui
Pelaksanaan perlindungan kawasan laporan yang dibuat oleh petugas Resort
TWA Camplong sudah dilaksanakan TWA Camplong. Hasil wawancara dan
sesuai dengan kebutuhan pengelolaan. pengamatan, monitoring dan evaluasi
Pelaksanaan pengamanan hutan di TWA sudah berjalan dengan baik, namun
Camplong dimulai dengan cara tindak lanjut dari pelaporan mengenai
pembinaan (preemtif), pencegahan kerusakan dan tindak pidana dalam
(preventif) dan penindakan (represif). kawasan TWA Camplong masih belum
Wujud nyata dari perlindungan kawasan terlaksana sepenuhnya. Hal ini
TWA Camplong adalah pendidikan dan disebabkan karena kurangnya SDM
penyadaran, pengamanan rutin, perlindungan hutan di BBKSDA NTT
pengurusan ijin dalam kawasan, dan yang tidak sebanding dengan banyaknya
rehabilitasi kawasan yang dijalankan kawasan konservasi di NTT.
dalam bentuk sistem proteksi kawasan.
Upaya mempertahankan kawasan hutan 3.2 Strategi Peningkatan Pengelolaan
TWA Camplong difokuskan pada Perlindungan dalam Kawasan Taman
gangguan yang memiliki tingkat Wisata Alam Camplong
ancaman yang tinggi terhadap kawasan. Alternatif strategi pengelolaan
5. Kerjasama dengan pihak Stakeholders perlindungan kawasan TWA Camplong
BBKSDA melakukan kerjasama untuk dibuat dengan mempertimbangkan factor-
mengurangi keterbatasan dari segi tugas faktor yang menjadi kekuatan (strength),
dan fungsi serta anggaran. Kerjasama kelemahan (weakness), peluang
dilakukan dengan masyarakat yaitu (opportunities) dan ancaman (threat) yang
dengan membentuk lembaga berpengaruh dalam perlindungan TWA
kemasyarakatan seperti: Masyarakat Camplong. Analisis SWOT pemgelolaan
Mitra Polisi Kehutanan (MMP), kader perlindungan kawasan TWA Camplong
konservasi, dan Masyarakat Peduli Api secara rinci ditampilkan dalam tabel berikut.
(MPA). Sedangkan kerjasama dengan
pemerintah daerah wilayah Kabupaten
Kupang terwujud dalam pengukuhan
kawasan dan peraturan daerah kabupaten
Kupang maupun provinsi Nusa Tenggara
Timur. TWA Camplong telah masuk
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTWP) NTT Tahun 2010-
2030, sehingga semakin menguatkan
keberadaan kawasan TWA Camplong
175
Jurnal Wana Lestari
Vol.2 No. 02 Desember 2020 (p-ISSN : 2252 – 7974, e-ISSN 2716 – 4179) Halaman (171 - 180)

Tabel 2. Tabel analisis SWOT peningkatan efektivitas pengelolaan TWA Camplong


Kekuatan(S) Kelemahan(W)
• Legalitas Kawasan • Anggaran
Faktor • Acuan Peraturan perundang- • Sumber Daya Manusia
Internal undangan yang jelas dan mengikat • Sarana pendukung
Faktor • Kelembagaan yang kuat • Kurangnya sosialisasi dan
Eksternal • Kerja sama dengan masyarakat kerja sama yang dilakukan
desa penyangga dengan statkeholders
Peluang(O) Strategi SO Strategi WO
• Potensi peningkatan • Pemantapan pengelolaan • Mengoptimakan peran
manajemen perlindungan kawasan instansi pemerintah daerah
kelembagaan • Meningkatkan partisipasi dan aparat keamanan dalam
• Pengelolaan kawasan masyarakat sekitar hutan dalam perlindungan kawasan
bersama pemerintah kegiatan perlindungan kawasan • Melibatkan stakeholders
daerah, swasta dan • Meningkatkan kerja sama dengan terkait dalam kegiatan
perorangan. stakeholders melalui kerja sama perlindungan
• Dukungan instansi dan usaha wisata dan kegiatan terkait • Mengoptimalkan peran
stakeholders terkait perlindungan kawasan. lembaga masyarakat dalam
• Pemberdayaan • Melakukan koordinasi dengan usaha perlindungan kawasan
masyarakat sekitar Instansi pemerintahan dan aparat
kawasan TWA keamanan dalam usaha
Camplong perlindungan kawasan.
Ancaman (T) Strategi (ST) Strategi (WT)
• Aktivitas masyarakat • Melakukan rekonstruksi batas • Meningkatkan kualitas dan
didalam dan sekitar kawasan dan pemeliharaan batas kuantitas sumber daya
kawasan hutan kawasan manusia
• Keberadaan desa • Melaksanakanpencegahan dan • Melakukan penambahan alat,
penyangga dan desa pengawasan dari ancaman sarana dan prasarana
enclave didalam terhadap kawasan secara optimal perlindungan dan
kawasan hutan dan tepat sasaran. pengamanan kawasan
• Ketergantungan • Meningkatkan kepedulian dan • Menyediakan dana yang
masyarakat sekitar pengetahuan masyarakat memadai dalam pengelolaan
hutan dengan kawasan mengenai tentang perlindungan kegiatan perlindungan
hutan kawasan hutan melalui kawasan
sosialisasi, pendidikan dan • Meningkatkan pemberdayaan
penyadaran. masyarakat sekitar kawasan
• Melakukan pengamanan kawasan
tegas danmendorong penggunaan
kearifan lokal dalam memberikan
efek jera bagi oknum masyarakat
yang melakukan perusakan hutan

Dari hasil analisis SWOT pada tabel memenuhi kebutuhan baik itu biaya
2, maka strategi untuk meningkatkan administrasi, pemeliharaan sarana prasarana
pengelolaan perlindungan kawasan TWA perlindungan maupun pelaksanaan
Camplong yaitu dengan pemantapan dan pengamanan hutan yaitu patroli rutin, patroli
penguatan manajemen pengelolaan yang bersama masyarakat, penindakan pidana
masih belum maksimal. Oleh karena itu, perusakan hutan serta rehabilitasi kawasan
peningkatan kapasitas input dalam hutan. Selain itu, Kegiatan pengawasan dan
pengelolaan harus ditingkatkan. Kebutuhan pencegahan harus dilakukan secara optimal
anggaran perlindungan kawasan harus dapat sesuai kebutuhan pengelolaan melalui
176
Jurnal Wana Lestari
Vol.2 No. 02 Desember 2020 (p-ISSN : 2252 – 7974, e-ISSN 2716 – 4179) Halaman (171 - 180)

pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang serta masyarakat dalam usaha


maksimal sesuai dengan kebutuhan perlindungan kawasan hutan.
pengelolaan dan tanggap terhadap situasi
kawasan. Koordinasi dengan lembaga DAFTAR PUSTAKA
pemerintah dan hukum merupakan salah
satu strategi yang dapat dilakukan guna Ajie, H. B. (2009). Burung-Burung di
meningkatkan perlindungan kawasan TWA Kawasan Pegunungan Arjuna-Weliran
Camplong. Berkaitan dengan kurangnya Taman Hutan Raya Raden Suryo Jawa
kesadaran masyarakat untuk menjaga dan Timur, Indonesia.Institut Teknologi
menlindungi hutana maka perlu dilakukan Sepuluh November: Surabaya.
kegiatan sosialisasi untuk memberikan
pengetahuan tambahan kepada masyarakat Alikodra H.S. 1990. Pengelolaan Satwa
tentang manfaat serta fungsi hutan. Liar Jilid 1. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Direktorat Jendral
IV. KESIMPULAN Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Ilmu
Kesimpulan yang dapat diambil Hayat, IBP: Bogor.
berdasarkan hasil penelitian, adalah sebagai
berikut:
Alikodra H.S. 2002.Pengelolaaan Satwa
1. Pengelolaan perlindungan kawasan
Liar, Jilid 1. Bogor: Fakultas
TWA Camplong dilaksanakan oleh
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
BBKSDA NTT. Aspek perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan yang dilakukan di TWA Astirin. 2000. Permasalahan Pengelolaan
Camplong secara umum sudah Keanekaragaman Hayati di Indonesia
dilaksanakan meskipun belum dapat (Problems of Biodiversity
berjalan secara optimal. Status hukum Management in Indonesia).
berupa legalitas dan acuan perundang-
undangan sudah jelas, perencanaan Ayat, Asep. 2011.Burung-Burung Agrofrest
pengelolaan sudah memadai dan Di Sumatra, World Agroforestry
menjadi dasar dalam pelaksanaan Centre-ICRAF: Bogor.
pengelolaan. Input pengelolaan yaitu
sumber daya manusia, sarana prasana
dan anggaran masih belum mencukupi BBKSDA(Balai Besar Konservasi Sumber
kebutuhan pengelolaan. Hal ini Daya Alam) Nusa Tenggara Timur,
berdampak pada kurang maksimalnya 2019.Kawasan Konservasi, Profil
proses pelaksanaan perlindungan dan Taman Wisata Alam
pengamanan kawasan TWA Camplong. Baumata.Direktorat Jenderal KSDAE.
2. Strategi peningkatan efektivitas Kupang.
pengelolaan kawasan TWA Camplong
yaitu: pemantapan dan penguatan Bibby, C. J., Burges, M., dan Masdren, S.
manajemen pengelolaan; meningkatkan 2000. Survey Burung. SMKG Mardi
pelaksanaan perlindungan dan Yuana: Bogor.
pengamanan kawasan; meningkatkan
koordinasi dengan lembaga pemerintah
Bismark.M. 2011.Prosedur Operasi Standar
dan hukum; serta meningkatkan peran
(SOP) Untuk Survei Keragaman Jenis
Pada Kawasan Konservasi. Pusat

177
Jurnal Wana Lestari
Vol.2 No. 02 Desember 2020 (p-ISSN : 2252 – 7974, e-ISSN 2716 – 4179) Halaman (171 - 180)

Penelitian Dan Pengembangan Helvoort, B.V. 1981. Bird populations in the


Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Rural Ecosistems of west java.Nature
Penelitian dan Pengembangan Conservation Depertemen.Nethelands.
Kehutanan, Republik Indonesia
Kerjasama dengan International Hernowo, J. B. 1985. Studi Pengaruh
Tropical Timber Organization (ITTO): Tanaman Pekarangan Terhadap
Bogor. Keanekaragaman Jenis Burung
Daerah Pemukiman Penduduk
Brotowidjoyo, M. D. 1989. Zoologi Perkampungan di Wilayah Tingkat II
Dasar.Animal Diversty Erlangga: Bogor.Skripsi. Jurusan Konservasi
Jakarta. Sumberdaya Hutan Fakultas
Kehutanan IPB: Bogor.
Coates J. Brian, Bishop David, 1997. Buku
Panduan Lapangan Burung-Burung di Jhonsingh, A. J. T., dan J. Joshua. 1994.
Kawasan Wallacea. Avifaunia im Three Vegetation
Typesan Mundanthurai Plateau. South
Desmawati, I. 2010. Studi Distribusi Jenis- India,Journal Of Tropical Ecology.
Jenis Burung Dilindungi Perundang-
Undangan Indonesia Di Kawasan Krebs C. J. (1978).Ecological methodology.
Wonorejo, Surabaya. New York: Harper dan Row

Endah G. P,. Dan Partasasmita, R. 2015. Mackinnon, 1993.Field Guide to the Birds
Keanekaan Jenis Burung di Taman of Sumatera, Borneo, Java and Bali
Kota Bandung. Jawa Barat. (The Greater Sunda Islands). Oxford
University Press: Oxford.
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi
Tropika. Kanisus: Yogyakarta. Mackinnon et al. 1998.Burung-Burung di
Sumatra, Jawa,Bali, dan Kalimantan
Fahcrul, M.F. 2007. Metode Samplig (Termasuk Sabah, Serawah, dan
Bioekologi. Jakarta :Bumi Aksarass. Brunei Darussalam). Burung
Indonesia: Bogor.

Fahcrul, Meliati Verianita.2007.Metode


Sampling Bioekologi. Bumi Aksara: Mackinnon, John et al. 1992. Panduan
Jakarta. Lapangan Pengenalan Burung-Burung
di Jawa dan Bali.Yogyakarta.

Handayani, E. 1995.Perancangan Ruang


Terbuka Hijau Kota sebagai Habitat Maswar. 2004. Kacang hias (Arachis pintoi)
Burung.Skripsi. Jurusan Budidaya pada usaha tani lahan kering.
Pertanian. Fakultas Kehutanan IPB: http://balittanah.litbang.deptan.go.id.
Bogor. Di akses tanggal 15 desember 2019

Masyud, B. 2007.Pola Reproduksi Burung


Tekukur (Streptopelia Risoria) di

178
Jurnal Wana Lestari
Vol.2 No. 02 Desember 2020 (p-ISSN : 2252 – 7974, e-ISSN 2716 – 4179) Halaman (171 - 180)

Penangkaran (Pola Reproduksi Dotted Kajian Pengembangan Perkotaan,


Spotted(Streptopelia Chinensis) dan Program Pasca Sarjana Universitas
Rindove (Streptopelia Risoria) di Indonesia: Jakarta.
Penangkaran ).
Saryanthi,, R. 2019. Head of
Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Communication & Institutional
Edisi Ketiga.Yogyakarta. Development Burung Indonesia.

Oriental Bird Image. A Database Of The Semiadi, 2004. Panduan Pemeliharahan


Oriental Bird Club. Rusa Tropis.Penerbit Pusat Biologi-
LIPI3: Cibinong.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor Setiawan H. 2016. Keanekaragaman Hewan
.P 92/ Men KLHK/ Setjen/ Kum.1/ 8/ Berdasarkan Jenisnya di Indonesia.
2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Ilmu Hutan. http:// ilmuhutan.com/
Satwa yang di Lindungi. keanekaragaman-hewan-berdasarkan-
persebarannya-di-indonesia.Diakses
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan tanggal 15 juli 2019 pukul 20.00 WIB.
Kehutanan Republik Indonesia Nomor
3911/MENHUT-VII/KUH/2014 Sujatnika et al. 1995. Melestarikan
tentang Kawasan Hutan dan Keanekaragaman Hayati Indonesia :
Konservasi Perairan Provinsi Nusa Pendekatan Burung Endemik
Tenggara Timur. (Conserving Indonesia Biodiversity:
The Bird Area Approach).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 5 Tahun 1990. Susanti, T. (2014).Indonesia Miliki 1666
Jenis Burung dan Terkaya Jenis
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Endemis.
Nomor 28 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Trainor, C., Lesmana, D. dan Gatur, A.
dan Kawasan Pelestarian Alam. (2000).Kepentingan Hutan di Daratan
Timor Bagian Barat–Telah awal
Petterson, 1980 dalamFacrhul, M.F. 2007. informasi keanekaragaman hayati dan
Metode Samplig Bioekologi. Jakarta social ekonomi di Pulau Timor,
:Bumi Aksarass 2007). Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Bogor: PKA/ BirdlifeInternational/
WWF.
Primack J.B. et al. 1998.Biologi Konservasi.
Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Turut, R., 2010. Memelihara 42 Burung
Ocehan Populer. Penerbit Swadaya:
Rosanna, Y. 2005. Ruang Terbuka Hijau Jakarta.
Sebagai Habitat Burung Di Perkotaan
(Kajian Terhadap Habitat Burung
Dan Estetika Kota).(Tesis). Program

179
Jurnal Wana Lestari
Vol.2 No. 02 Desember 2020 (p-ISSN : 2252 – 7974, e-ISSN 2716 – 4179) Halaman (171 - 180)

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999


Tentang Kehutanan.Kantor Menteri
Negara Sekretaris Negara Republik
Indonesia. Jakarta.

Yuda, P. 2000. Studi Keragaman dan


Kelimpahan Burung di Berbagai
Habitat di Hutan Wanagama I. Daerah
Istimewa Yogyakarta.

Wisnubudi, G. 2009. Penggunaan Strata


Vegetasi oleh Burung di Kawasan
Wisata.

180

You might also like