You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321968568

Identifikasi kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) dari beberapa tanaman inang


dan perkembangan populasinya

Article in Jurnal Entomologi Indonesia · February 2017


DOI: 10.5994/jei.3.1.41

CITATIONS READS

6 3,547

3 authors, including:

Purnama Hidayat Dewi Sartiami


IPB University (Bogor Agricultural University) Bogor Agricultural University
145 PUBLICATIONS 1,185 CITATIONS 20 PUBLICATIONS 105 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Purnama Hidayat on 31 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


J. Entomol. Ind., April 2006, Vol. 3, No. 1, 41-49
Perhimpunan Entomologi Indonesia

Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) dari


Beberapa Tanaman Inang dan Perkembangan
Populasinya
YULIANI, PURNAMA HIDAYAT, DAN DEWI SARTIAMI

Alumnus Program S2,Program Studi Entomologi-Fitopatologi , IPB


Jl. Kamper, Kampus Darmaga, IPB, Bogor

(diterima July 2005, disetujui September 2005)

ABSTRACT

Identification of whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae) from several host


plants and their population growth. Whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae) can
cause direct and indirect damages on plants, especially vegetables. There is only
limited information regarding taxonomy and population dynamic of whiteflies
attacking vegetables in Indonesia. This research is conducted to identify species of
whitefly collected from chili pepper, tomato, and soybean, and to study their
population dynamic. The information gathered from these studies will be useful to
support whitefly management in the field. Based on morphology identification of
the puparium collected directly from the host plants, there were four species of
whitefly identified from chili pepper, tomato, and soybean in Bogor, Cianjur, and
Sukabumi, i.e. Bemisia tabaci, Aleurodicus dispersus, Trialeurodes vaporariorum, and
Dialeurodes sp. The presence of B. tabaci on chili pepper and tomato was associated
with virus infection that causes yellowing and leaf curl disease. This population of
B. tabaci tended to increase along with plant growth and generally reached the
highest population when the plant was 60-70 days after planting.
KEY WORDS: Diversity, whiteflies, population.

PENDAHULUAN toksin atau virus (Pollard 1955,


Kalshoven 1981). Virus yang ditularkan
Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodi-
oleh kutukebul di antaranya adalah
dae) dapat menyebabkan kerusakan
kelompok Geminivirus yang dapat me-
langsung dan tidak langsung pada
nyerang tanaman tomat, cabai, kacang-
tanaman. Serangan kutukebul pada
kacangan, labu, tebu, singkong, tem-
tanaman menimbulkan gejala berupa
bakau, dan jagung. Penyakit yang di-
bintik-bintik klorotik yang terjadi karena
sebabkan oleh Geminivirus dapat meng-
luka akibat stilet kutukebul yang menem-
akibatkan terhambatnya proses foto-
bus tanaman. Bintik-bintik tersebut da-
sintesis, pertumbuhan tanaman, pem-
pat mengakibatkan berkurangnya jumlah
bentukan buah, dan menurunkan kua-
klorofil pada daun. Gangguan terhadap
litas buah. Beratnya frekuensi serangan
pertumbuhan tanaman akan lebih berarti
dan epidemik penyakit per tahun dapat
bila saliva kutukebul yang masuk ke
menurunkan hasil tanaman sebesar 30-
dalam jaringan tanaman mengandung

41
Yuliani et al., : Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae)

100% (Agrios 1997). Kerugian akibat menyerang tersebut adalah Aleurodicus


infeksi Geminivirus juga telah banyak dispersus Russel.
dilaporkan, diantaranya African cassava Kegagalan tindakan pengendalian
mosaic virus (ACMV) yang menyebabkan serangan hama dapat disebabkan karena
kerugian hasil sebesar 70% di Afrika. Di adanya kesalahan dalam identifikasi dan
Negara lain, yaitu Libanon dan Jordania, penentuan nama ilmiah suatu spesies
kerugian akibat infeksi Geminivirus pada (Watson 1997). Informasi mengenai ke-
tanaman tomat mencapai 50-70% (Bock anekaragaman spesies kutukebul, ekolo-
et al. 1977). gi, luas dan intensitas serangannya masih
Salah satu spesies kutukebul, yaitu belum lengkap. Oleh karena itu, perlu
Bemisia tabaci Genn., merupakan hama dilakukan penelitian untuk mengidenti-
yang dalam beberapa tahun terakhir ini fikasi spesies kutukebul, serta mengeta-
populasinya meningkat dan menyerang hui kisaran inang dan tingkat populasi-
tanaman kedelai di berbagai daerah di nya, sehingga diperoleh informasi yang
Indonesia. Serangan pertama dilaporkan dapat menunjang keberhasilan tindakan
di Indramayu pada tahun 1980 dengan pengendalian.
luas serangan sekitar 30-50 ha. Tahun Penelitian ini bertujuan untuk
berikutnya terjadi serangan pada perta- mengidentifikasi spesies kutukebul pada
naman kedelai dan kacang hijau di tanaman cabai, tomat, dan kedelai, serta
Cirebon seluas 300 ha. Pada bulan mengamati tingkat populasi kutukebul
Februari dan Maret tahun 1982, pada pertanaman cabai dan tomat di
serangan meluas di daerah Lampung Bogor, Cianjur, dan Sukabumi.
Tengah dengan luas serangan sekitar 100
ha. Dilaporkan juga pada musim tanam BAHAN DAN METODE
1983/1984, hama ini menyerang per-
tanaman kedelai di Purworejo dan Pengumpulan Kutukebul
Wonosari (Yogyakarta) (Saranga, 1985). Kantung pupa kutukebul yang
Di Sulawesi Utara, khususnya masih melekat pada jaringan daun di-
Manado, Minahasa, dan sekitarnya, per- kumpulkan dari pertanaman tomat
nah dilaporkan terjadi ledakan populasi (Lycopersicon esculentum Mill.), cabai
salah satu spesies Aleyrodidae. Ledakan (Capsicum annuum L.), dan kedelai (Glycine
populasi kutukebul tersebut cukup me- soya Max.) di Bogor, Cianjur, dan
nimbulkan masalah bagi petani karena Sukabumi. Sampel puparium tersebut
spesies ini memiliki kisaran tanaman dibawa ke Laboratorium Biosistematika
inang yang luas dan biasanya Serangga, Departemen Proteksi Tanam-
menyebabkan kematian pada tanaman an, IPB. Dengan bantuan mikroskop,
yang sudah terserang berat. Maramis puparium dilepaskan secara perlahan-
(1991) menyatakan bahwa spesies yang lahan dari jaringan daun menggunakan
jarum bertangkai yang tipis. Selanjutnya

42
J. Entomol. Ind., April 2006, Vol. 3, No. 1, 41-49

puparium disimpan di dalam alkohol selama 5-10 menit, dimasukkan ke dalam


70% hingga siap untuk diawetkan dalam carbol xylene selama 1 menit, dan
bentuk preparat mikroskop. dimasukkan lagi dalam alkohol absolut
selama 5-10 menit. Puparium direndam
Pembuatan Preparat Mikroskop dan di dalam minyak cengkeh selama 10
Identifikasi Kutukebul menit, dan ditempatkan pada gelas objek
Kantung pupa hasil koleksi di dengan menambahkan canada balsam, lalu
pindahkan ke dalam alkohol 80% selama ditutup dengan cover glass. Preparat
10 menit yang ditempatkan pada gelas mikroskop yang telah jadi dikeringkan di
arloji, lalu dipindahkan secara hati-hati atas pemanas. Identifikasi kutukebul
ke dalam tabung reaksi yang berisi larut- dilakukan dengan menggunakan bantuan
an KOH 10%, kemudian dipanaskan mikroskop dan kunci identifikasi kutu-
selama 5-10 menit (sampai puparium kebul (Martin 1987; Martin et al. 2000).
menjadi transparan). Setelah dilakukan
pencucian dengan akuades sebanyak 2 Penghitungan Populasi Kutukebul
kali, puparium kemudian dimasukkan ke Penghitungan dilakukan dengan
dalam alkohol 50% selama 10 menit, di cara mengambil tanaman contoh dari se-
tambahkan 3 tetes asam fuchsin selama 20 luruh populasi tanaman dalam satu pe-
menit, dan ditambah lagi dengan 1 tetes tak. Tanaman contoh ditentukan de-
asam asetat glasial, dan didiamkan ngan menggunakan metode sistematik
selama ±10 menit. Puparium dimasuk- dua dimensi seperti pada Gambar 1
kan ke dalam alkohol 80% selama 5-10 (Untung 1993). Jumlah populasi kutu-
menit, kemudian dipindahkan ke dalam kebul pada setiap tanaman contoh di-
alkohol absolut selama 10 menit, dan catat, lalu dihitung rata-rata populasinya.
setelah itu dimasukkan ke dalam asam
asetat glasial selama 10 menit,
selanjutnya dalam alkohol absolut

Gambar 1. Pengambilan sampel puparium kutukebul pada tanaman contoh ( ) dengan


metode sistematik dua dimensi.

43
Yuliani et al., : Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae)

HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri-Ciri B. tabaci


Keanekaragaman Spesies Kutukebul Subdorsum tanpa pori majemuk.
Lingula sangat bervariasi, namun ukur-
Berdasarkan hasil identifikasi kan-
annya tidak besar dan berbentuk lidah.
tung pupa dapat diketahui adanya empat
Apabila terlihat, tidak terdapat 4 pasang
spesies kutukebul yang menyerang
rambut yang jelas. Pupa tidak terlalu
tanaman tomat, cabai, dan kedelai di
memanjang, jarang yang lebih dari 1,65
daerah Bogor, Cianjur, dan Sukabumi.
kali lebarnya. Permukaan dorsal tanpa
Spesies kutukebul tersebut adalah
pola duri yang kokoh. Lebih dari se-
Bemisia tabaci, Aleurodicus dispersus,
tengah vasiform orifice hanya ditempati
Trialeurodes vaporariorum, dan Dialeurodes
oleh operculum atau oleh operculum
sp. (Tabel 1).
bersama dengan kepala lingula. Vasiform

Tabel 1. Spesies-spesies kutu kebul, tanaman inang, dan kisaran lokasi

Spesies kutukebul Tanaman inang Lokasi Penyebaran Tanggal koleksi

Bemisia tabaci Kedelai Ciapus, Bogor 15-02-01


Cimanggu, Bogor 21-03-01
Citayam, Bogor 18-07-01
Cabai Citayam, Bogor 20-07-01
Cugenang, Cianjur 05-10-00
Golpara, Sukabumi 09-08-01
Tomat Cibeureum, Bogor 30-08-01
Cibodas, Cianjur 05-05-01
Sukaraja, Sukabumi 15-06-01
Trialeurodes Tomat Saungmirwan, Cianjur 22-09-00
vaporariorum
Pasir Sarongge, Cianjur 28-06-01
Galpara, Sukabumi 09-08-01
Dialeurodes sp Tomat Ciloto, Cianjur 03-12-00
Kedelai Sukaraja, Sukabumi 10-07-01
Aleurodicus dispersus Cabai Sukaraja, Sukabumi 15-06-01

Thoracic tracheal comb

Lingula
Alur kauda
Seta kauda

Gambar 2. Kantung pupa B. tabaci

44
J. Entomol. Ind., April 2006, Vol. 3, No. 1, 41-49

orifice seringkali terdapat di pinggir terdapat pada bagian tepi kantung pupa
posterior dari kantung pupa dengan dengan jarak lebih pendek daripada
jarak yang sama dengan panjang vasiform panjang vasiform orifice (panjang vasiform
orifice (Gambar 2). orifice > panjang alur kauda) (Gambar 2).
Pada submargin tidak ada atau
hampir tidak ada deret papila. Kepala Ciri-ciri A. dispersus
lingula tidak lobular. Kutikula kantung Subdorsum memiliki pori ma-
pupa berwarna pucat, kadang-kadang jemuk penghasil lilin, satu pasang pada
dengan tanda kecoklatan yang terlokali- daerah kepala, dan empat pasang pada
sasi. Bukaan trakea torak dan kauda pada bagian abdomen. Lingula berukuran be-
bagian pinggir ada yang ditandai dengan sar, berbentuk lidah yang memanjang
sisir yang terdiri dari gigi-gigi yang jelas melebihi bagian tepi posterior vasiform
(Gambar 2). Sebagian dari permukaan orifice (Gambar 3). Lingula memiliki
diskus dorsal atau area sub median empat setae yang biasanya terlihat jelas,
memiliki batasan, tetapi bukan berupa tetapi kadang-kadang ada dua atau lebih
lipatan menyerupai jahitan. setae yang tereduksi. Pupa sering ditu-
Ruas VII abdomen sering tertutup tupi oleh sekresi kelenjar lilin yang kusut.
oleh kantung-kantung, sehingga hanya 7 Pori majemuk semuanya ber-
ruas yang terlihat (Gambar 2). Vasiform ukuran sama, diameternya lebih dari 28
orifice berbentuk segitiga, lebih panjang
µm, yang terdapat pada bagian abdomen
dari lebar dasarnya, sisinya lurus atau
segmen III–VI (Gambar 3). Diskus
konkaf. Mempunyai alur kauda (caudal
dorsal dengan pori-pori septat yang jelas
furrow) yang terlihat jelas. Seta kauda
terdapat di daerah submedian, dan se-
selalu kokoh, biasanya sama panjang
bagian besar dengan pori-pori rimmed
dengan vasiform orifice. Vasiform orifice

Subdorsal dengan pori


majemuk

Vasiform orifice
Lingula

Gambar 3. Kantung pupa A. dispersus (skala 1 : 200)

45
Yuliani et al., : Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae)

yang luas dan padat terdapat di daerah lebih dari 1,65 kali lebarnya. Permukaan
subdorsal. dorsal tanpa pola duri yang kokoh.
Lebih dari setengah vasiform orifice hanya
Ciri-ciri T. vaporariorum ditempati oleh operculum atau operculum
bersama dengan kepala lingula. Lingula
Subdorsum tidak memiliki pori
sangat bervariasi, namun ukurannya ti-
majemuk. Pada bagian submargin
dak terlalu besar. Apabila terlihat, biasa-
umumnya terdapat deret papila yang
nya tidak memiliki empat pasang rambut
jelas (Gambar 4). Pupa bentuknya tidak
yang jelas. Kepala lingula berbentuk
terlalu memanjang, tetapi jarang yang
lobular (Gambar 4), walaupun kadang-

Submarginal
papillae

Kepala lingula berbentuk lobular


Seta kauda

Gambar 4. Kantung pupa T. vaporariorum (skala 1 : 200)

Thoracic
tracheal

Lingula
Alur kauda

Gambar 5. Kantung pupa Dialeurodes sp. (skala 1 : 200)

46
J. Entomol. Ind., April 2006, Vol. 3, No. 1, 41-49

kadang terhalang oleh operculum sehingga atau bergerigi (Gambar 5). Bagian
sulit untuk dilihat. Pada dasar kepala dalam pori-pori trakea torak agak halus.
lingula terdapat sepasang cuping yang Sutura longitudinal dan sutura ganti kulit
ditutupi oleh operculum. tidak menyatu. Sutura longitudinal me-
Kantung pupa berwarna pucat, luas sampai ke bagian pinggir kantung
kadang-kadang dengan tanda kehitaman. pupa, sedangkan sutura transverse tidak.
Pada bagian pinggir bukaan trakea torak Sutura ganti kulit kadang-kadang tidak
dan kauda kadang-kadang terdapat se- terlihat jelas.
macam sisir yang terdiri dari gigi-gigi
tumpul (Gambar 4). Di bagian sub- Tingkat Populasi B. tabaci
margin, selalu ada papila yang ukurannya Dari hasil pengamatan pada enam
setara. Bagian dasar tungkai tengah dan lokasi diketahui bahwa tingkat populasi
belakang biasanya memiliki duri yang B. tabaci pada pertanaman cabai dan
jelas. Papila di bagian submargin tidak tomat mengalami perubahan sesuai de-
terlalu rapat, kurang tajam, dan agak ngan fase pertumbuhan tanaman inang-
membulat (Gambar 4). Subdorsal nya (Gambar 6 dan 7). Pada fase awal
kadang-kadang memiliki beberapa papila pertumbuhan tanaman, populasi kutu-
yang berukuran lebih besar. Pada bagian kebul sangat sedikit. Namun, makin tua
dasar tungkai tengah dan belakang ter- umur tanaman, populasi B. tabaci makin
dapat seta yang kecil dan halus dengan meningkat dan mencapai puncaknya
panjang 8 µm. pada saat tanaman berumur 63-77 hari
setelah tanam. Selanjutnya, populasi ku-
Ciri-ciri Dialeurodes sp. tukebul tersebut akan menurun kembali.
Subdorsum tidak memiliki pori Rata-rata populasi kutukebul
majemuk. Bentuk pupa tidak terlalu tertinggi terdapat pada pertanaman cabai
memanjang (Gambar 5), jarang yang di lokasi I (Citayam, Bogor). Tingginya
lebih dari 1,65 kali lebarnya. Permukaan populasi tersebut dipengaruhi secara
dorsal tidak memiliki pola duri yang langsung maupun tidak langsung oleh
kokoh. Lebih dari setengah vasiform orifice lingkungan. Menurut Lanya (1988), hu-
hanya ditempati oleh operculum. Sub- jan adalah unsur iklim dan cuaca yang
margin tanpa deret rambut atau duri berpengaruh terhadap kelangsungan hi-
yang teratur. Pada bagian submargin dup kutukebul ini. Curah hujan yang
tidak ada deret papila. Kepala lingula, tinggi dapat meningkatkan mortalitas
tidak lobular. Kantung pupa berwarna imago. Berkurangnya curah hujan hing-
pucat. ga taraf tertentu dapat memberi peluang
Pada bagian bukaan trakea torak bagi pertumbuhan dan perkembangan
dan kauda terdapat lekukan pori-pori kutukebul.
yang bagian dalamnya mungkin halus

47
Yuliani et al., : Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae)

Setelah mencapai puncak populasi imago kutukebul karena relung ekologis-


pada saat tanaman berumur 63–77 hari, nya yang berupa daun-daun muda sudah
umumnya populasi B. tabaci mulai me- tidak ada, atau dengan kata lain pertum-
nurun (Gambar 6 dan 7). Menurut buhan vegetatif tanaman sudah berhenti.
Lanya (1988), setelah tanaman berumur
45 hari, kepadatan populasi telur, nimfa, KESIMPULAN
dan puparium mulai menurun. Tanam-
Berdasarkan ciri morfologi kan-
an pada umur tersebut kurang sesuai
tung pupa dapat diketahui empat spesies
atau tidak disukai lagi sebagai makanan
kutukebul yang menyerang tanaman
dan sebagai tempat peletakan telur oleh
cabai, tomat, dan kedelai di Bogor,

Gambar 6. Rata-rata populasi B. tabaci pada beberapa lokasi di pertanaman cabai

Gambar 7. Kantung pupa Dialeurodes sp. (skala 1 : 200)

48
J. Entomol. Ind., April 2006, Vol. 3, No. 1, 41-49

Cianjur, dan Sukabumi; yaitu Bemisia Martin JH. 1987. An Identification Guide to
Common Whitefly Pest Species of the
tabaci, Aleurodicus dispersus, Trialeurodes World (Homoptera: Aleyrodidae). Tropical
vaporariorum, dan Dialeurodes sp. Pest Management 33 (4): 298-322.
Martin JH, D Mifsud, C Rapisarda. 2000. The
Secara umum tingkat populasi B. Whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae) of
tabaci masih rendah pada fase awal Europe and the Mediteranean Basin. Bull.
pertumbuhan tanaman. Puncak popu- Entomol. Res. 90: 407-448.
Maramis, Redsway T.D. 1991. Bionomi
lasi B. tabaci terjadi pada saat tanaman Aleurodicus dispersus Russell (Homoptera:
berumur 60-70 hari setelah tanam Aleyrodidae) pada tanaman cabai, kacang
(HST). Semakin tua umur tanaman, hijau, dan jambu biji. [Tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana Institut Pertanian
populasi kutukebul cenderung menurun. Bogor.
Pollard DG. 1995. Feeding Habits of the Cotton
Whitefly, Bemisia tabaci Genn. (Hemiptera:
DAFTAR PUSTAKA Aleyrodidae). Ann. Appl. Biol. 43 (4): 664-
671.
Agrios GN. 1997. Plant Pathology. San Diego:
California Acad. Press. 551p. Saranga AP. 1985. Pengaruh varietas dan umur
kedelai terhadap pola perilaku dan
Bock KR, EJ Gutric, G Meredeth, H Baker.
pertumbuhan populasi Bemisia tabaci Genn.
1977. RNA and Protein Component of
(Homoptera: Aleyrodidae). [Tesis]. Bogor:
Maize Sterak Virus and Cassavaleafvirus.
Program Pascasarjana Institut Pertanian
Ann. Appl. Biol. 85: 305-308.
Bogor.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in
Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama
Indonesia. Revised and translated by P.A.
Terpadu. Yogyakarta: Gadjah Mada
Van der Laan. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru
University Press.
Van Hoeve.
Watson GW. 1997. The Role of Taxonomy in
Lanya H. 1988. Pengaruh waktu tanam, varietas,
Biological Control, With Special Reference
pemupukan, dan jarak tanam kedelai
to Insects. Makalah kongres V dan
terhadap pertumbuhan populasi B. tabaci
simposium Perhimpunan Entomologi
Genn. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana
Indonesia di Universitas Padjajaran 24-26
Institut Pertanian Bogor.
Juni 1997. Bandung.

_________________

49

View publication stats

You might also like