Professional Documents
Culture Documents
PENGUJIAN BENIH
Tujuan :
• Menetapkan (menaksir) nilai setiap
contoh dari sejumlah benih yang diuji
selaras dengan kualitas benih
BOERNER
TYPE
Pembagi
mekanik
RIFFLE TYPE
Pembagi
mekanik
GAMET TYPE
Metode pembagi roti
Metode cangkir :
masing-masing cangkir diisi benih secara bergantian
UJI MUTU FISIK
• TUJUAN :
MENGETAHUI MUTU FISIK SUATU
KELOMPOK BENIH YANG MENCAKUP
– KEMURNIAN
– KADAR AIR
– BERAT 1000 BUTIR BENIH
UJI KEMURNIAN BENIH
• CONTOH KERJA DIPISAHKAN MENJADI
EMPAT KOMPONEN :
BENIH MURNI
BENIH SPECIES LAIN
BIJI GULMA
BAHAN LAIN/KOTORAN
UJI KEMURNIAN BENIH
• Benih murni : bagian contoh kerja yang
mewakili spesies yang dimaksud
• Spesies lain : spesies selain benih yang
dimaksud
• Biji gulma : persentasi biji yang termasuk
dalam kategori gulma (tanaman
pengganggu)
• Kotoran : bahan lain yang termasuk
kotoran
PENENTUAN KADAR AIR BENIH
LTS.TB.UJI MUTUFISIOL.06
KETENTUAN-KETENTUAN UJI MUTU
FISIOLOGIS BENIH
TRIPHENYL FORMAZAN
(BERWARNA MERAH)
Tetrazolium test
UJI PERKECAMBAHAN
• Uji perkecambahan ini tidak secara tepat
mewakili penampilan.
• Pada kondisi benih yang kualitasnya lebih
tnggi penampilannya akan lebih baik
dibanding kelompok benih yang kualitasnya
rendah.
• Uji perkecambahan akan selalu dilakukan
terhadap benih dari faraksi benih murni.
• Dari benih murni yang dicampur secara
baik (merata) dihitung sebanyak 400 benih
secara acak dalam ulangan yang terdiri
atas, 100, 50 atau 25 benih.
• Benih diatur dalam jarak yang sama pada
substrat yang berair, sehingga
memudahkan untuk evaluasi dan
menghindari singgungan antar benih
sebelum dihitung dan dipindah.
• Penghitungan pertama dilakukan saat
sebagian besar kecambah nyata telah
berkembang sehingga layak dievaluasi
• Kecambah normal dipindah dan dihitung.
• Benih busuk dan kecambah yang
membusuk juga dipindah untuk
menghindari kontaminasi dan dihitung.
• Penghitungan ulang dilakukan saat
pelaksanaan uji menurut prosedur yang
sama. Pada akhir penghitungan juga
dicatat jumlah benih keras dan segar tidak
berkecambah.
• Jika beberapa benih mulai berkecambah
pada akhir pengujian, maka uji dapat
diperpanjang.
• Substrat yang digunakan dalam uji
perkecabahan adalah kertas, pasir dan
tanah, tergantung kepada fasilitas
laboratoriumnya, benih dan pencahayaan
untuk pertumbuhan tanaman.
• Substrat harus bukan bahan toksin dan
relatif bebas dari jamur, mikroba lain dan
spora lain. Iam juga cukup aerasi dan
kandungan airnya untuk perkecambahan.
• Untuk mengurangi frekuensi pengairan,
kelembaban di sekitar kecambah harus
diusahakan maksimum. PH media
berkisar 6,0 – 7,5.
• Air kran dapat digunakan untuk
membasahi substrat. Air harus bebas dari
keasaman, kebasaan, pencampuran
bahan organik atau yang lain dan
diusahakan didestilasi atau deionisasi.
• Semua substrat yang berupa kertas harus
porous, tetapi teksturnya baik sehingga
dapat akar kecambah terhindar
untuktumbuh di kertas.
• Pasir umum digunakan sebagai substrat
untuk benih ukuran besr seperti serealia,
kapri dan kacang-kacangan.
• Kertas filter, kertas blotter dan kertas towel
dapat digunakan untuk mengecambahkan
benih. Benih dapat diletakkan di atas
kertas, atau diantara dua lapisan kertas.
• Substrat kertas dapat ditempatkan secara
langsung di atas tray dalam kabinet
perkecambahan, dalam ruang dengan
kelembaban jenuh atau dalam kotak
tertutup lapisan kertas yang dibasahi.
• Pasir
• Benih dapat ditanam di atas lapisan
pasir dan ditutup dengan 10-20 mm
pasir, atau ditanam di atas
permukaan pasir selanjutnya ditekan
ke dalam permukaan.
• Pasir harus bebas dari bahan yang
ukurannya kecil atau besar. Ukuran
diameter yang normal berkisar antara 0,05
– 0,8 mm.
• Jika perlu, pasir dicuci dan disterilsasi
agar bebas mikroba dan benih asing.
• Pemberian air dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak terlalu basah sehingga
aerasi optimal dengan kelembaban
sekitar 60 % dari kapasitas lapang.
Sebagian besar benih menghendaki 50 %
dari air jenuh.
• Tempat persemaian pasir selanjutnya
dipersiapkan, pertama dengan cara
mengisi tempat perkecambahan dengan
lapisan pasir basah secara merata(dengan
skrap) dan kemudian longgarkan dengan
penggaruk.
• Setelah benih ditanam dan ditutup
sedalam 1-2 cm, tutup pasir dilonggarkan
dan diratakan (tanpa diberi benih).
Tanah
• Tanah atau kompos buatan yang umum
digunakan , sebagai pengganti pasir untuk
menguji contoh yang menghasilakn
kecambah yang mempunyai gejala
pitotoksis jika dikecambahkan dalam pasir
atau kertas.
• Uji dengan tanah juga digunakan untuk
menjelaskan evaluasi perkecambahan,
tetapi ini tidak direkomendasikan untuk uji
perkecambahan rutin, karena tanah lebih
sulit untuk menstandarisasi dan oleh
karena itu dapat menyebabkan variasi
yang lebih besar diantara hasil uji.
• Untuk membasahi tanah, air harus
ditambahkan sampai tanah dapat
membentuk gumpalan yang mudah
dipecah oleh tekanan dua jari. Tanah
disiapkan seperti pada persiapan uji
dengan pasir.
KONDISI PERKECAMBAHAN
• Suhu
– Suhu merupakan salah satu faktor kritis
dalam laboratorium uji perkecambahan.
– Benih yang berbeda membutuhkan
kisaran suhu berbeda meliputi suhu
optimal tertinggi dan perkecambahan
suhu teratur dalam waktu uji pendek.
- Kondiisi pertumbuhan dapat
mempengaruhi kebutuhan suhu dari
benih. Benih mungkin membutuhkan
suhu konstan atau berubah-ubah.
• Cahaya
– Perkecambahan Benih menghendaki
cahaya yang bervariasi. Beberapa
benih berkecambahan hanya dalam
kondisi gelap, yang lain membutuhkan
cahaya, dan ada yang tidak terpengaruh
oleh cahaya.
– Kecamabah biasanya disinari dengan
cahaya selama 8 jam dalam 24 jam
– Cahaya disediakan selama periode
suhu tinggi. Intensitas cahaya harus
mnendekati 750 – 1250 lux.
PENGERTIAN
VIABILITAS (DAYA HIDUP) BENIH
• PENGARUH VARIETAS
• PANEN TIDAK TEPAT WAKTU
• KERUSAKAN MEKANIS WAKTU PANEN DAN PENGOLAHAN
BENIH
• PENYIMPANAN BENIH DEKAT BAHAN HERBISIDA ATAU
ZPT
• KONDISI PENYIMPANAN YANG TIDAK TEPAT, ATAU
TERLALU LAMA DISIMPAN
• PERLAKUAN DENGAN BAHAN KIMIA YANG TIDAK TEPAT
• KONTAK LANGSUNG DENGAN PUPUK
• KERUSAKAN KARENA SERANGAN HAMA SERANGGA,
TIKUS ATAU PENYAKIT CENDAWAN, BAKTERI
UJI VIGOR BENIH
• uji vigor lebih condong pada kualitas dibanding
uji perkecambahan baku
• beberapa kejadian yang mendahului hilangnya
perkecambahan dapat menjadi dasar untuk uji
vigor
Tipe Uji Vigor Benih
• Uji perkecambahan standar dilaksanakn
pada kondisi optimum, akibatnya saat
kondisi lapang mendekati optimum,
umumnya hasilnya berkorelasi baik
dengan penampilan di lapang
• Jika kondisi lapang sub-optimum, uji
perkecambahan standar biasanya
dugaannya terlalu tinggi terhadap
penampilan di lapang.
• Beberapa uji vigor yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut :
BEBERAPA JENIS UJI VIGOR
A. Uji Dingin (Cold Test).
• Merupakan uji tertua dan sering
digunakan untuk evaluasi vigor jagung
dan kedelai.
• Benih ditempatkan dalam tanah atau
kertas towel secara berjajar, ditempatkan
pada kondsi dingin selama periode
khusus, selama itu dilakukan stres
imbibisi, suhu dan mikroorgnisme.
• Selanjutnya benih ditempatkan pada
kondisi pertumbuhan yang sesuai dan
dibiarkan untuk berkecambah.
B. Uji Mempercepat Penuaan Benih
(Accelerated Aging Test).
• Uji ini berkaitan dengan beberapa sifat
penting yang diinginkan dalam uji vigor.
• Uji pengusanagn ini dilakukan dengan
cara meletakkan benih pada kondisi
suhu (41 oC) dan kelembaban tinggi
(100 %) selama periode tertentu ( 3-4
hari).
• Selanjutnya benih dikecambahkan poada
kondisi perkecambahan optimum.
C. Uji Konduktivitas (Conductivity Test).
• Benih dengan vigor rendah mengalami
penurunan integritas membran sebaagi
hasil kemunduran dalam penyimpanan
dan kerusakan mekanik.
• Selama imbibisi,benih yang mempunyai
sedikit struktur membran yang
melepaskan larutan sitoplasma dalam
media imbibisi.
• Larutam ini dengan peralatan elektrik akan
memberikan hantaran listrik yang dapat
diukur dengan alat konduktivity meter.
D. Uji Perkecmabahan Dingin (Cool
Germination Test).
• Tidak seperti Cold test, uji ini dilakukan
pada kondisi laboratorium standar pada
suhu 18oC, tanpa adanya aktivitas
mikroba untuk stres perkecambahan
benih.
E. Uji Tingkat Pertumbuhan Bibit
(Seeding Growth Rate Test).
• Benih vigor dapat mensintesa bahan
secara efisien dan cepat mentransfer
hasilnya ke embrionik aksis,
menghasilkan akumulasi bahan kering.
• Uji tingkat pertumbuhan benih mendasari
konsep ini dan hasil vigor diekpresikan
melalui mg bobot kering/ bibit yang dapat
berkecambah.
• Uji ini dilakukan seperti uji perkecambahan
standar.
• Setelah evaluasi dilakukan, bagian embrio
pertumbuhan dipisahkan dari kotiledon
atau endosperm, kemudian dikeringkan
pada suhu 80oC selama 24 jam.
• Bobot yang diperoleh menggambarkan
pertambahan bobot kering.
F. Uji Klasifikasi Vigor Bibit (Seedling
Vigor Classification Test).
• Uji ini adalah pengembangan dari uji
perkecambahan rutin, memerlukan
analis benih untuk mengklasifikasikan
lebih lanjut dalam kategori bibit normal,
kuat dan lemah.
G. Uji Tetrazzolium (Tetrazolium Test).
• Merupakan salah satu teknik yang dapat
mengukur kualitas benih.
• Merupakan kerja nyata dari molekul
tetrazolium yang bereaksi dengan atom
hidrogen yang dilepas sebagai hasil dari
aktivitas enzim dehidrogenase dalam
jaringan hidup.
• Hasil ini dalam pembentukan pigmen merah
yang larut dalam air yang disebut formazan,
memerlukan analis terlatih untuk
mengevaluasi pola titik dan intensitas warna.
• Selanjutnya analis membagi dalam kategori
vigor yang kuat samapi lemah. Ini masih sulit
untuk standarisasi kualitas, karena ada faktor
subyektivitas.
H. Uji Kecepatan Perkecambahan (Speed
Germination Test).
• Kecepatan perkecambahan adalah salah
satu konsep uji vigor . Kelompok benih
dengan total perkecambahan sama sering
bervariasi dalam tingkat perkecambahan
dan pertumbuhannya.
• Jumlah hari yang dibutuhkan oleh suatu
kelompok benih untuk mencapai
perkecamabahn sebesar 90 % telah
digunakan oleh Belcher dan Miller (1974)
sebagai indek perkecambahan benih.
Kecepatan perkecamabahn dapat dihitung
dengan acara :
• Indek vigor
Jml kec. Normal Jml kec. normal
• X = ------------------- + …… + ----------------------
Hari hit. pertama Hari hit. Akhir