Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman, Pasal 20 mengamanatkan bahwa
perlindungan tanaman dilaksanakan dengnan sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab
masyarakat dan pemerintah. Pemerintah akan memberikan bantuan
dalam kondisi kritis apabila masyarakat tani tidak mampu lagi
mengatasi gangguan atau eksplosi serangan OPT. Dengan demikian,
kesuksesan upaya perlindungan tanaman sangat tergantung pada
pengetahuan, pemahaman dan penerapan sistem PHT oleh petani.
Sistem PHT mengedepankan pengelolaan agroekosistem dan
teknologi pengendalian OPT yang berbasis sumberdaya alam,
diantaranya penggunaan agens hayati, pestisida nabati dan
teknologi pengendalian OPT specifik lokasi. Program penerapan dan
pemasyarakatan teknologi pengendalian OPT secara PHT telah
dilaksanakan sejak awal tahun 1990 melalui Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
SLPHT adalah wadah pemberdayaan masyarakat petani
melalui metode partisipatoris untuk melatih petani menyampaikan
pendapat dan ide-idenya secara aktif agar mampu menyelesaikan
permasalahan dan membuat keputusan terkait agroekosistemnya.
Pelaksanaan SLPHT terbukti telah mampu meningkatkan
pengetahuan petani, menurunkan intensitas serangan OPT,
meningkatkan penggunaan bahan pengendali OPT alami serta
mampu menurunkan frekuensi penggunaan pestisida kimia sehingga
bisa meningkatkan pendapatan petani pada lahan kajian SLPHT.
Akan tetapi, pelaksanaan SLPHT dinilai belum bisa memberikan
dampak yang signifikan terhadap peningkatan produksi secara
nasional.Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan program yang
mampu menerapkan dan mengembangkan PHT melalui Penerapan
PHT skala luas (PPHT).
Penerapan PHT skala luas ini merupakan salah satu bentuk
pengamanan produksi dengan memberdayakan petani alumni SLPHT
dan melibatkan petani Non Alumni SLPHT, sehingga pelaksanaan
PPHT Skala Luas diharapkan mampu memberikan dampak secara
signifikan dalam memberikan konstribusi positif pada peningkatan
produksi Padi secara Nasional, khususnya di Provinsi Riau.
C. Ruang Lingkup
D. Pengertian-Pengertian
15. Prinsip PHT adalah dasar-dasar pelaksanaan PHT yang terdiri dari
budidaya tanaman sehat, pemanfaatan musuh alami,
pengamatan secara berkala, petani mandiri dalam PHT.
16. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk
hidup, seperti pelapukan sisa –sisa tanaman, hewan, dan manusia,
dapat berbentuk padat atau cair, yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
17. Pupuk organik plus adalah pupuk organik yang di dalamnya telah
ditambahkan agens hayati dan/atau PGPR dan/atau MoL yang
berfungsi sebagai bahan pengendali dan/atau penambah
ketahanan tanaman terhadap serangan OPT.
18. Regu Pengendalian Hama (RPH) adalah organisasi/bagian
organisasi dari kelompok tani yang bergerak di bidang
perlindungan tanaman, dan bertugas dalam pengendalian OPT.
19. Rekayasa ekologi adalah rancangan ekosistem berkelanjutan yang
memadukan masyarakat dengan lingkungan alaminya untuk
kepentingan keduanya.
20. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) adalah
suatu metoda pendekatan penyuluhan yang diselenggarakan
dengan cara pendekatan pendidikan orang dewasa (POD) yang
memiliki ciri-ciri: partisipatif, belajar dari pengalaman,
diselenggarakan di lapangan (lahan belajar), tersedianya
kurikulum, sistem evaluasi belajar, dan sertifikasi kelulusan.
21. Sistem PHT adalah suatu cara pendekatan atau konsep tentang
pengendalian OPT yang didasarkan pada pendekatan secara
ekologi dan ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
22. Tanaman refugia adalah tanaman yang berfungsi sebagai tempat
berlindung atau persembunyian atau persinggahan serangga
musuh alami OPT.
23. Hamparan adalah lahan pertanaman yang relative luas dengan
batas-batas alami antara lain jalan, sungai, pepohonan, kebun,
pekarangan, perumahan, dll.
24. Kawasan pertanian adalah suatu wilayah dengan kondisi lahan
dominan digunakan untuk bercocok tanam dan masyarakat
memiliki mata pencaharian utama dari usaha tani.
BAB II
PELAKSANAAN PENERAPAN PHT PADI SKALA LUAS
Gapoktan/
No. Kabupaten Kecamatan Desa
Keltan
1. Kampar Kampar
C. Pemandu/Pendamping
D. Tahapan Pelaksanaan
Kegiatan PPHT Padi skala luas tahapan kawasan akan
dilaksanakan melalui rangkaian kegiatan yang diawali dengan
pertemuan koordinasi tingkat provinsi, penentuan lokasi,pertemuan
persiapan tingkat lapang, Pertemuan perencaan tingkat lapang,
Pengamatan Mingguan, Pertemuan Evaluasi Hasil Pengamatan,
Pertemuan Rencana Tindak Lanjut serta Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan.
a. Pertemuan Persiapan
BAB III
MONITORING, EVALUASI, DOKUMENTASI DAN PELAPORAN
x
x
V C
V B
A
Petak Alami
Gambar 1. Penyebaran Petak Alami Sub Hamparan
Pada gambar diatas untuk setiap sub hamparan diambil 3 petak alami,
dimana untuk setiap petak alami diambil 10 rumpun sebagai titik
pengamatan, sehingga untuk 1 sub hamparan diambil 30 sampel
pengamatan secara tetap, perhatikan gambar 2.
10
0
Rencana Anggaran Biaya (RAB) per unit Kegiatan PPHT Padi Skala Luas
Anggaran
Kode Kegiatan/out put/ komponen/akun/detil
Harga satuan
Volume Jumlah Biaya (Rp)
(Rp)
Pelaksanaan Kegiatan Penerapan PHT Padi Skala Luas 41.716.000
521211 Belanja Bahan 7.700.000
- ATK (1 paket ) 1 paket 500.000 500.000
- Papan Nama (1 buah) 1 buah 150.000 150.000
- Papan Nama (1 buah) 1 buah 300.000 300.000
- Konsumsi Persiapan Kegiatan (50 OH) 50 OH 50.000 2.500.000
- Konsumsi Pelaksanaan Pra tanam ( 25 OH) 25 OH 50.000 1.250.000
- Konsumsi Pelaksanaan Pasca Tanam I ( 25 OH) 25 OH 50.000 1.250.000
- Konsumsi Pelaksanaan Pasca Tanam II ( 35 OH) 35 OH 50.000 1.750.000
521213 Honor Output kegiatan 3.600.000
- Honor Tim Pengamat Mingguan (5 Org x 4 bln) 20 OB 150.000 3.000.000
- Insentif Petugas Pendamping POPT (1 Org x 4 bln) 4 OB 150.000 600.000
524113 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota 5.400.000
- Bantuan Transport Peserta Persiapan kagiatan (50 OH) 50 OH 40.000 2.000.000
- Bantuan Transport Pelaksanaan Pra Tanam (25 OH) 25 OH 40.000 1.000.000
- Bantuan Transport Pelaksanaan Pasca Tanam I (25 OH) 25 OH 40.000 1.000.000
- Bantuan Transport Pelaksanaan Pasca Tanam II (25 OH) 35 OH 40.000 1.400.000
524113 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (Kegtn. LPHP) 1.600.000
- Bantuan Transport Petugas Pendamping PPHT (2 org x 4 kl) 8 OH 100.000 800.000
- Bantuan Transport Kacab/Koord. POPT kgtn PPHT (2 org x 4 kl) 8 OH 100.000 800.000
526311 Belanja Barang lainnya untuk diserahkan kepada 23.416.000
Masyarakat/Pemda
- Bahan dan/atau alat Pendukung Penerapan PHT 1 Unit 23.416.000 23.416.000
Cttn :
*). Pencairan Anggaran Belanja Barang lainnya mengacu pada Permenkeu
Nomor : 173/PMK.05/2016.
*). RUK bahan dan alat pendukung PPHT terdiri dari :
- Alat Pengendali OPT (bubu tikus, lampu perangkap, jaring, dll)
- Pupuk Organik (padat atau Cair)
- Agensia hayati (padat atau cair)
- PGPR, MOL, dll
- Tanaman refugia (pembenihan atau lokal) seperti : Bunga matahari,
Kenikir, marigold, Kemangi, Selasih, krisantenum, Kacang-kacangan,
Jagung, Sayuran, Tanaman lain yang berfungsi sebagai tanaman refugia.