You are on page 1of 16

Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman, Pasal 20 mengamanatkan bahwa
perlindungan tanaman dilaksanakan dengnan sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab
masyarakat dan pemerintah. Pemerintah akan memberikan bantuan
dalam kondisi kritis apabila masyarakat tani tidak mampu lagi
mengatasi gangguan atau eksplosi serangan OPT. Dengan demikian,
kesuksesan upaya perlindungan tanaman sangat tergantung pada
pengetahuan, pemahaman dan penerapan sistem PHT oleh petani.
Sistem PHT mengedepankan pengelolaan agroekosistem dan
teknologi pengendalian OPT yang berbasis sumberdaya alam,
diantaranya penggunaan agens hayati, pestisida nabati dan
teknologi pengendalian OPT specifik lokasi. Program penerapan dan
pemasyarakatan teknologi pengendalian OPT secara PHT telah
dilaksanakan sejak awal tahun 1990 melalui Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
SLPHT adalah wadah pemberdayaan masyarakat petani
melalui metode partisipatoris untuk melatih petani menyampaikan
pendapat dan ide-idenya secara aktif agar mampu menyelesaikan
permasalahan dan membuat keputusan terkait agroekosistemnya.
Pelaksanaan SLPHT terbukti telah mampu meningkatkan
pengetahuan petani, menurunkan intensitas serangan OPT,
meningkatkan penggunaan bahan pengendali OPT alami serta
mampu menurunkan frekuensi penggunaan pestisida kimia sehingga
bisa meningkatkan pendapatan petani pada lahan kajian SLPHT.
Akan tetapi, pelaksanaan SLPHT dinilai belum bisa memberikan
dampak yang signifikan terhadap peningkatan produksi secara
nasional.Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan program yang
mampu menerapkan dan mengembangkan PHT melalui Penerapan
PHT skala luas (PPHT).
Penerapan PHT skala luas ini merupakan salah satu bentuk
pengamanan produksi dengan memberdayakan petani alumni SLPHT
dan melibatkan petani Non Alumni SLPHT, sehingga pelaksanaan
PPHT Skala Luas diharapkan mampu memberikan dampak secara
signifikan dalam memberikan konstribusi positif pada peningkatan
produksi Padi secara Nasional, khususnya di Provinsi Riau.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 1


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

Upaya Penerapan PHT Padi skala luas di tingkat lapangan perlu


dilakukan secara lebih infensif. Untuk itu pada tahun 2017 telah
dirancang kegiatan Penerapan PHT Padi skala luas sebanyak 12 unit.
B. Tujuan
Penerapan PHT Padi Skala Luas ini bertujuan untuk :
1. Memberdayakan petani alumni SLPHT sekaligus menstranfer
pengetahuan dan keterampilan terkait PHT kepada petani yang
belum dilatih dalam SLPHT.
2. Menumbuhkan prakarsa, motivasi dan kemampuan
petani/kelompok tani dalam mengelola agroekosistem dan
melaksanakan gerakan pengendalian OPT secara bersama-sama
antar petani/ kelompok tani satu hamparan.

C. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup penerapan PHT Padi skala luas ini meliputi :


1. Penerapan PHT Padi skala luas
2. Tata Laksana Penerapan PHT Padi skala luas
3. Monitoring dan Evaluasi Penerapan PHT Padi skala luas

D. Pengertian-Pengertian

1. Agens pengendali hayati (APH) adalah musuh alami OPT


(predator, parasitoid, patogen serangga dan agens antagonis)
yang sudah dapat dikembangkan secara mudah dan murah serta
diketahui manfaatnya.
2. Agroekosistem adalah ekosistem yang telah dimanipulasi oleh
manusia untuk kepentingan budidaya.
3. Alumni SLPHT adalah petani yang telah mengikuti kegiatan SLPHT
selama 1 (satu) musim tanam.
4. Biodiversitas atau keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi
bentuk kehidupan di dalam ekosistem.
5. Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah larutan hasil fermentasi yang
berbahan dasar sumberdaya tanaman yang tersedia di wilayah
setempat dengan bahan dasar terdiri dari karbohidrat, glukosa,
dan sumber bakteri (mikroorganisme lokal).

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 2


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

6. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua


organisme, termasuk di dalamnya adalah hama, patogen, dan
gulma yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau
menyebabkan kematian pada tanaman pangan sehingga
menimbulkan kerugian secara ekonomis.
7. Penerapan PHT Skala Luas adalah kegiatan untuk menerapkan
prinsip-prinsip PHT dalam budidaya tanaman dalam satu hamparan
luas tanpa dibatasi wilayah administrasi melalui pemberdayaan
petani alumni dan non alumni SLPHT sebagai upaya pengamanan
produksi.
8. Pengendalian OPT adalah upaya pengelolaan untuk mencegah
dan mengurangi timbulnya kerugian secara ekonomis dan
kerusakan lingkungan hidup akibat serangan OPT.
9. Pestisida nabati adalah bahan pengendali OPT yang bahan
aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti
akar, daun, batang, atau buah yang memiliki efek mengusir,
menolak, menarik, memandulkan, meracuni dan mematikan OPT.
10. Petani Pengamat ialah petani alumni SLPHT yang dinilai mampu
oleh petugas untuk melakukan kegiatan pengamatan serangan
OPT.
11. Petani Hamparan ialah petani yang melakukan usaha taninya di
hamparan tempat dilaksanakannya kegiatan Penerapan PHT Skala
Luas.
12. Petani Penggerak ialah petani dari hamparan lainya yang
mengikuti kegiatan Penerapan PHT Skala Luas pada musim tanam
berjalan. Dengan mengikuti kegiatan tersebut selama musim
tanam menjadi bekal untuk melaksanakan kegiatan Penerapan
PHT Skala Luas di hamparannya pada musim tanam berikutnya
secara swadaya.
13. Plant Growth Promoting Rhyzobacteria (PGPR)/Bakteri Pemacu
Pertumbuhan Tanaman adalah kelompok bakteri yang hidup di
perakaran (ektofit) atau di dalam jaringan tanaman (endofit) yang
dapat berfungsi sebagai perombak, penghasil hormon
pertumbuhan dan dapat meningkatkan ketahanan tanaman.
14. Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH) adalah salah satu wadah bagi
petani alumni SLPHT dan atau petani non SLPHT yang mampu
menyiapkan, memperbanyak, menerapkan, mengembangkan,
dan menyebarluaskan sarana produksi ramah lingkungan yang
mendukung penerapan prinsip-prinsip PHT.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 3


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

15. Prinsip PHT adalah dasar-dasar pelaksanaan PHT yang terdiri dari
budidaya tanaman sehat, pemanfaatan musuh alami,
pengamatan secara berkala, petani mandiri dalam PHT.
16. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk
hidup, seperti pelapukan sisa –sisa tanaman, hewan, dan manusia,
dapat berbentuk padat atau cair, yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
17. Pupuk organik plus adalah pupuk organik yang di dalamnya telah
ditambahkan agens hayati dan/atau PGPR dan/atau MoL yang
berfungsi sebagai bahan pengendali dan/atau penambah
ketahanan tanaman terhadap serangan OPT.
18. Regu Pengendalian Hama (RPH) adalah organisasi/bagian
organisasi dari kelompok tani yang bergerak di bidang
perlindungan tanaman, dan bertugas dalam pengendalian OPT.
19. Rekayasa ekologi adalah rancangan ekosistem berkelanjutan yang
memadukan masyarakat dengan lingkungan alaminya untuk
kepentingan keduanya.
20. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) adalah
suatu metoda pendekatan penyuluhan yang diselenggarakan
dengan cara pendekatan pendidikan orang dewasa (POD) yang
memiliki ciri-ciri: partisipatif, belajar dari pengalaman,
diselenggarakan di lapangan (lahan belajar), tersedianya
kurikulum, sistem evaluasi belajar, dan sertifikasi kelulusan.
21. Sistem PHT adalah suatu cara pendekatan atau konsep tentang
pengendalian OPT yang didasarkan pada pendekatan secara
ekologi dan ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
22. Tanaman refugia adalah tanaman yang berfungsi sebagai tempat
berlindung atau persembunyian atau persinggahan serangga
musuh alami OPT.
23. Hamparan adalah lahan pertanaman yang relative luas dengan
batas-batas alami antara lain jalan, sungai, pepohonan, kebun,
pekarangan, perumahan, dll.
24. Kawasan pertanian adalah suatu wilayah dengan kondisi lahan
dominan digunakan untuk bercocok tanam dan masyarakat
memiliki mata pencaharian utama dari usaha tani.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 4


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

BAB II
PELAKSANAAN PENERAPAN PHT PADI SKALA LUAS

Kegiatan Penerapan PHT Padi skala luas merupakan salah satu


bentuk pengamanan produksi padi melalui pengelolaan agroekosistem
pada tahap hamparan maupun kawasan dengan memberdayakan
petani alumni SLPHT dan melibatkan petani yang belum dilatih dalam
SLPHT. Pada tahun 2018 telah dirancang kegiatan Penarapan PHT Padi
skala luas tahapan hamparan dan kawasan sebanyak 3 unit kegiatan.
A. Peserta
Peserta Penerapan PHT Padi skala luas terdiri dari petani alumni
SLPHT dan Non Alumni SLPHT. Peserta terdiri dari 1 (satu) kelompok tani
atau gabungan kelompok tani yang berasal dari satu hamparan.
Peserta alumni SLPHT paling kurang berjumlah 5 (lima) orang yang
akan berperan sebagai Petani Pengamat di hamparan Penerapan
PHT Padi skala luas. Masing-masing unit diikuti oleh 25 orang petani
peserta (laki-laki dan perempuan) yang memiliki kriteria antara lain :
(a) Aktif melakukan kegiatan pertanian dilahan usahataninya, (b)
Berkeinginan untuk maju (responsif terhadap inovasi baru), dan (c)
Sanggup mengikuti Penerapan PHT Padi skala luas selama satu musim
tanam.
B. Tempat dan Waktu
Lahan Penerapan PHT Padi skala luas terletak kawasan pertanian
dengan dominan tanaman padi. Khusus untuk Tahapan Kawasan,
musim tanam padi minimal 2 kali dalam setahun. Dalam kawasan
pertanian ditentukan 2 lokasi hamparan yang akan dijadikan lokasi
kegiatan.
Lokasi hamparan yang dipilih merupakan wilayah dengan
variabel yang lebih dominan dari berbagai sisi (luas lahan, SDM,
Sarana, dll) dibandingkan hamparan lainnya dalam kawasan
pertanian tersebut. Luas lokasi hamparan seluas minimal 25 hektar
tanpa batas wilayah administratif. Hamparan dibagi menjadi 5 (lima)
sub hamparan secara proporsional. Kedua lokasi hamparan tersebut
mendapat alokasi anggaran, sedangkan hamparan lainnya dalam
kawasan tersebut dilaksanakan secara swadaya.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 5


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

Penerapan PHT Padi skala luas tahapan hamparan maupun


kawasan dilaksanakan selama satu musim tanam, mulai dari masa
pratanam sampai dengan panen. Lokasi Penerapan PHT Padi skala
luas merupakan sentra produksi padi dan merupakan daerah
endemis serangan OPT. Waktu pelaksanaan kegiatan Penerapan PHT
Padi skala luas jatuh pada saat musim tanam.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 6


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

Tabel 1. Rencana Lokasi kegiatan Penerapan PHT Padi skala luas


tahun anggaran 2018 di Provinsi Riau.

Gapoktan/
No. Kabupaten Kecamatan Desa
Keltan

1. Kampar Kampar

2. Siak Sabak Auh

3. Pelalawan Kuala Kampar

C. Pemandu/Pendamping

Pemandu/pendamping Penerapan PHT Padi skala luas adalah


fasilitator yang mampu menggali dan membangkitkan kemampuan
berpikir kritis petani. Oleh karena itu, pemandu/pendamping PPHT
harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) Telah mengikuti
kepemanduan SLPHT, (2) Menguasai metode pendidikan orang
dewasa (andragogi), (3) Menguasai konsep dan prinsip PHT, (4)
Menguasai dan memahami pengelolaan OPT secara holistik yang
dijadikan sarana belajar sekolah lapangan

D. Tahapan Pelaksanaan
Kegiatan PPHT Padi skala luas tahapan kawasan akan
dilaksanakan melalui rangkaian kegiatan yang diawali dengan
pertemuan koordinasi tingkat provinsi, penentuan lokasi,pertemuan
persiapan tingkat lapang, Pertemuan perencaan tingkat lapang,
Pengamatan Mingguan, Pertemuan Evaluasi Hasil Pengamatan,
Pertemuan Rencana Tindak Lanjut serta Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan.

1. Koordinasi Tingkat Provinsi


Pertemuan Koordinasi tingkat provinsi dilaksanakan untuk
mengkoordinasikan dan mensinkronkan kegiatan yang akan
dilaksanakan di tingkat lapang. Penyusunan jadwal dan
penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan Penerapan PHT padi
skala luas juga dilaksanakan pada pertemuan tingkat provinsi.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 7


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

2. Kegiatan sebelum Tanam

a. Pertemuan Persiapan

Sebelum pelaksanaan pertemuan persiapan Penerapan PHT


Padi skala luas dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan koordinasi
dan sinkronisasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Pertemuan persiapan dilakukan di tingkat kecamatan / Desa
sebanyak 1 (satu) kali yang bertujuan untuk mensosialisasikan
kegiatan, menyamakan persepsi sekaligus mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan dengan seluruh pemangku kepentingan
di tingkat kecamatan/desa. Pertemuan ini dihadiri oleh aparat
pemerintahan kecamatan dan desa, Cabang Dinas Pertanian
Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Petugas pendamping (POPT-
PHP, Penyuluh Pertanian, Mantri Tani) dan perwakilan petani
calon lokasi Penerapan PHT Padi skala luas.
Dengan pertemuan ini diharapkan program kegiatan
Penerapan PHT Padi skala luas dapat diterima oleh masyarakat
serta memperoleh dukungan yang optimal dari aparat
pemerintah setempat dan tokoh masyarakat.
b. Pertemuan Pra Tanam
Pertemuan pra tanam difasilitasi anggaran sebanyak 1 (satu)
kali pertemuan dan diharapkan 2 (dua) kali dilakukan secara
swadaya oleh kelompok tani yang diikuti oleh Petani Pengamat,
Petugas Pendamping dan perwakilan petani hamparan lokasi
Penerapan PHT Padi skala luas dengan jumlah peserta
keseluruhan sebanyak 25 (Dua puluh lima) orang. Uraian dari tiga
pertemuan perencanaan tersebut adalah :
1). Pertemuan Pemetaan masalah dan Potensi Wilayah
Pada pertemuan pemetaan masalah dan potensi
wilayah ini dibahas adalah mengenai permasalahan yang
dihadapi petani dalam melakukan usaha budidaya padi di
hamparan lokasi penerapan PHT ini. Semua permasalahan
yang ada dikumpulkan dan diinventarisir untuk kemudian
dipetakan permasalahan yang dihadapi petani. Setelah
permasalahan dipetakan, kemudian dilakukan pemetaan
potensi wilayah yang ada di lokasi hamparan Penerapan PHT
padi ini.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 8


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

Setelah semua permasalahan dan potensi wilayah


dipetakan, dilakukan diskusi dengan peserta untuk mengurai
satu persatu masalah, khususnya masalah OPT yang paling
utama untuk ditentukan skala prioritas penganan masalah
yang akan diterapkan di lokasi hamparan penerapan PHT
padi skala luas ini. Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan
skala prioritas dari potensi wilayah yang ada yang
memungkinkan untuk dikembangkan dan diterapkan dalam
upaya pemecahan masalah yang ada.
2). Pertemuan Penelusuran Budidaya
Pada pertemuan Penelusuran Budidaya ini adalah
mengenai teknis budidaya yang telah dilakukan petani
secara umum pada musim tanam sebelumnya. Semua teknis
budidaya yang dilakukan petani dikumpulkan dan
diinventarisir untuk dibuatkan matriks budidaya.
Pada kegiatan penelusuran budidaya ini, sekaligus
dilakukan diskusi dengan petani untuk memperbaiki dan
menyempurnakan teknis budidaya untuk kegiatan PPHT Padi
skala luas ini, sehingga diharapkan OPT yang menjadi
masalah pada musim tanam sebelumnya dapat ditekan
populasi dan intensitas serangannya.
3). Penyusunan Rencana Aksi
Penyusunan rencana aksi adalah untuk merencanakan
pelaksanaan kegiatan yang akan diterapkan pada lahan
hamparan Penerapan PHT Padi skala luas. Rencana aksi
Penerapan PHT Padi di lokasi hamparan disusun setelah
melalui tahapan pemetaan masalah dan potensi wilayah
serta penelusuran budidaya ini anatar lain yang dibahas
adalah :
a) Penggunaan sarana produksi, antara lain meliputi pupuk
organik/ pupuk anorganik plus/ agens hayati/ pestisida
nabati/ PGPR/ MOL dan benih tanaman refugia.
b) Pelaksanaan pertemuan lanjutan hasil pengamatan
mingguan oleh petani pengamat.
c) Hal-hal yang berkaitan dengan teknis budidaya yang
akan dilaksanakan, seperti : pengolahan tanah,
persemaian, penanaman, gerakan pengendalian OPT
dan lain sebagainya sesuai dengan hasil pembahasan
penelusuran budidaya dan perbaikan budidaya
tanaman padi sesuai dengan konsep PHT.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 9


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

3. Pertemuan Pasca Tanam


a. Pengamatan Mingguan
Pengamatan dilakukan sebanyak 12 kali secara mingguan
selama satu musim tanam. Pengamatan dilakukan oleh 5 (lima)
orang Petani Pengamat, masing-masing pada satu sub-
hamparan. Pengambilan sub-hamparan dilakukan secara
proporsional sebagaimana terlihat pada Gambar 1 berikut.
Metode pengamatan untuk sub-hamparan dilakukan
dengan menetapkan 3 (tiga) unit contoh yang pada diagonal
terpanjang. Pada setiap unit contoh diamati 10 (sepuluh) rumpun
contoh sebagimana Gambar 1. Akan tetapi, jika serangan OPT
menunjukkan kecenderungan meningkat atau meluas, jumlah
unit contoh dapat ditambah, disesuaikan dengankondisi
pertanaman di lapangan. Hal-hal yang diamati meliputi : jumlah
anakan, intensitas serangan, populasi OPT dan musuh alami,
serta faktor-faktor abiotik dan biotik lainnya. Format laporan OPT
disamakan dengan format laporan petak pengamatan tetap.

Gambar 1. Pembagian sub-hamparan pada hamparan lokasi


penerapan PHT Padi skala luas dan pengambilan
rumpun contoh.
b. Pertemuan Evaluasi Hasil Pengamatan
Pertemuan evaluasi hasil pengamatan dilakukan sebanyak 4
(empat) kali yang diikuti oleh 25 orang petani lahan hamparan
penerapan PHT Padi skala luas, dimana pertemuan ini yang
difasilitasi anggaran sebanyak 1 (satu) kali sedangkan

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 10


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

pertemuan lainnya diharapkan dari swadaya petani. Pertemuan


dilaksanakan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman, yaitu :
fase persemaian, fase tanaman muda (vegetatif), fase tanaman
tua (generatif) dan fase pematangan bulir. Pertemuan evaluasi
hasil pengamatan ini merupakan pertemuan yang membahas
dan menganalisa hasil pengamatan sub-hamparan yang diawali
dengan pemaparan hasil pengamatan oleh Petani Pengamat.
Hasil pembahasan dan anlisis digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan beserta tindak lanjutnya oleh petani
hamparan.
Namun demikian, apabila berdasarkan analisis hasil
pengamatan terjadi permasalahan yang bersifat insidentil dan
berpotemsi mengganggu pencapaian produksi, maka
pertemuan evaluasi tersebut dapat disesuaikan waktunya.
Beberapa masalah yang memungkinkan dilakukannya
pertemuan evaluasi tersebut adalah : Populasi OPT diatas
ambang ekonomi (ambang pengendalian), adanya potensi
peningkatan populasi OPT, terjadinya ledakan populasi OPT, dan
lain sebaginya.
Pertemuan dihadiri oleh Petani Pengamat, petugas
pendamping serta perwakilan petani hamparan. Perwakilan
petani hamparan tidak harus menjadi menjadi peserta tetap
pada setiap pertemuan evaluasi. Perwakilan petani hamparan
diutamakan petani yang lahannya terkena serangan OPT
berdasarkan hasil pengamatan mingguan.
c. Pertemuan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Pada akhir kegiatan Penerapan PHT Padi skala luas, petani
hamparan baik petani peserta maupun petani lainnya sebanyak
35 orang peserta guna menyusun RTL berdasarkan hasil evaluasi
pelaksanaan penerapan PHT di hamparan dengan didampingi
oleh petugas. RTL merupakan kesepakatan bersama nseluruh
petani hamparan. Kesepakatan tersebut antara lain meliputi
pelaksanaan kegiatan budidaya tanaman, strategi
pengendalian OPT dan teknologi yang akan diterapkan pada
musim tanam berikutnya.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 11


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

BAB III
MONITORING, EVALUASI, DOKUMENTASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara langsung terhadap


pelaksanaan tahap-tahap kegiatan dilapangan untuk mamantau
kegiatan Penerapan PHT Padi skala luas dilaksanak sesuai dengan
petunjuk teknis yang sudah ditetapkan. Monitoring dan Evaluasi akan
dilakukan secara berkala dan berjenjang selama kegitan Penerapan
PHT skala luas berlangsung dilapangan sesuai dengan tahapan
pelaksanaan kegiatan dimulai dari awal pelaksanaan sampai
kegiatan selesai.

Monitoring dan Evaluasi dilakukan oleh koordinator PHP/POPT


Kabupaten/Kota, Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit
(LPHP), UPT Perlindungan/Kasie Pengujian Pupes dan OPT serta
Fungsional POPT. Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan dengan
mengunjungi langsung lokasi-lokasi kegiatan dan memberikan
pengarahan atau petunjuk baik kepada petugas maupun petani dan
sekaligus mencarikan solusi pemecahan masalah yang ditemui
dilapangan.

B. Dokumentasi dan Pelaporan


Dokumentasi dan pelaporan adalah merupakan bukti dalam
setiap aktifitas kegiatan yang terekam dalam bentuk foto-foto,
sedangkan pelaporan merupakan rekaman kegiatan secara
keseluruhan sebagai pertanggungjawaban baik secara teknis
maupun administrasi yang dilaksanakan oleh Petugas POPT-PHP
Pendamping dan disampaikan secara berjenjang sampai ke tingkat
pusat.
Dokumentasi diambil melalui kamera digital, lalu disimpan
dalam bentuk softcopy maupun hardcopy dan sebagian kecil
dilampirkan dalam laporan akhir. Form laporan Penerapan PHT Padi
skala luas sesuai dengan lampiran.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 12


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

Lampiran Petunjuk Teknis


Format Laporan Akhir Penerapan PHT Padi skala luas
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (jika ada)
DAFTAR GAMBAR (jika ada)
DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan dan Sasaran
C. Ruang Lingkup Kegiatan
D. Indikator Kinerja
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Lokasi
B. Alat dan Bahan
C. Metode
D. Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan
E. Simpul Kritis Kegiatan
F. Pelaksana
G. Pembiayaan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran/rekomendasi
C. Rencana Tindak Lanjut
VI. DAFTAR PUSTAKA
VII. LAMPIRAN

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 13


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

Lampiran Petunjuk Teknis

Metode Pengamatan Pada Sub Hamparan

Pengamatan pada sub hamparan PPHT dilakukan sejak pratanam,


pesemaian sampai panen. Pengamatan pada pertanaman dilakukan
sejak tanaman di persemaian dengan interval pengamatan seminggu
sekali. Metode pengambilan contoh seperti gambar 1 dan 2.

x
x
V C
V B
A

Petak Alami
Gambar 1. Penyebaran Petak Alami Sub Hamparan

Pada gambar diatas untuk setiap sub hamparan diambil 3 petak alami,
dimana untuk setiap petak alami diambil 10 rumpun sebagai titik
pengamatan, sehingga untuk 1 sub hamparan diambil 30 sampel
pengamatan secara tetap, perhatikan gambar 2.

10
0

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 14


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

Gambar 2. Metode Penetapan Rumpun Contoh Pada Setiap Petak Alami.

Parameter yang diamati antara lain :


a. Populasi (kelompok telur, nimfa atau imago), intensitas serangan OPT
utama baik dipersemaian maupun pertanaman.
b. Populasi dan jenis musuh alami dipersemaian dan pertanaman.
c. Hasil ubinan padi dilokasi kegiatan.
d. Data-data pendukung lainnya

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 15


Petunjuk Teknis PPHT Padi skala luas 2018

Rencana Anggaran Biaya (RAB) per unit Kegiatan PPHT Padi Skala Luas

Anggaran
Kode Kegiatan/out put/ komponen/akun/detil
Harga satuan
Volume Jumlah Biaya (Rp)
(Rp)
Pelaksanaan Kegiatan Penerapan PHT Padi Skala Luas 41.716.000
521211 Belanja Bahan 7.700.000
- ATK (1 paket ) 1 paket 500.000 500.000
- Papan Nama (1 buah) 1 buah 150.000 150.000
- Papan Nama (1 buah) 1 buah 300.000 300.000
- Konsumsi Persiapan Kegiatan (50 OH) 50 OH 50.000 2.500.000
- Konsumsi Pelaksanaan Pra tanam ( 25 OH) 25 OH 50.000 1.250.000
- Konsumsi Pelaksanaan Pasca Tanam I ( 25 OH) 25 OH 50.000 1.250.000
- Konsumsi Pelaksanaan Pasca Tanam II ( 35 OH) 35 OH 50.000 1.750.000
521213 Honor Output kegiatan 3.600.000
- Honor Tim Pengamat Mingguan (5 Org x 4 bln) 20 OB 150.000 3.000.000
- Insentif Petugas Pendamping POPT (1 Org x 4 bln) 4 OB 150.000 600.000
524113 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota 5.400.000
- Bantuan Transport Peserta Persiapan kagiatan (50 OH) 50 OH 40.000 2.000.000
- Bantuan Transport Pelaksanaan Pra Tanam (25 OH) 25 OH 40.000 1.000.000
- Bantuan Transport Pelaksanaan Pasca Tanam I (25 OH) 25 OH 40.000 1.000.000
- Bantuan Transport Pelaksanaan Pasca Tanam II (25 OH) 35 OH 40.000 1.400.000
524113 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (Kegtn. LPHP) 1.600.000
- Bantuan Transport Petugas Pendamping PPHT (2 org x 4 kl) 8 OH 100.000 800.000
- Bantuan Transport Kacab/Koord. POPT kgtn PPHT (2 org x 4 kl) 8 OH 100.000 800.000
526311 Belanja Barang lainnya untuk diserahkan kepada 23.416.000
Masyarakat/Pemda
- Bahan dan/atau alat Pendukung Penerapan PHT 1 Unit 23.416.000 23.416.000
Cttn :
*). Pencairan Anggaran Belanja Barang lainnya mengacu pada Permenkeu
Nomor : 173/PMK.05/2016.
*). RUK bahan dan alat pendukung PPHT terdiri dari :
- Alat Pengendali OPT (bubu tikus, lampu perangkap, jaring, dll)
- Pupuk Organik (padat atau Cair)
- Agensia hayati (padat atau cair)
- PGPR, MOL, dll
- Tanaman refugia (pembenihan atau lokal) seperti : Bunga matahari,
Kenikir, marigold, Kemangi, Selasih, krisantenum, Kacang-kacangan,
Jagung, Sayuran, Tanaman lain yang berfungsi sebagai tanaman refugia.

APBN - UPT Pelindungan TPH Riau 16

You might also like