Professional Documents
Culture Documents
1. Darah tikus diambil dan di campur dengan antikoagulansia (larutan Alsever) perbandingan 1:4
2. Darah tersebut dicuci dengan Dulbecco phosphate buffer saline (PBS) 0,02 M dengan sodium klorida 0,15 M Ph
7,2
3. Pencucian dilakukan dengan cara menambahkan larutan pencuci ke dalam suspensi BDM secukupnya sampai tabung
sentrifuse hampir terisi penuh
4. Kemudian dikocok pelan-pelan dengan menggunakan pipet pastur, diputar selama 5-10 menit dengan kecepatan
putaran 1.000 rotasi per menit (rpm).
5. Larutan pencuci dan larutan leukositnya (lapisan berwarna kelabu yang terletak di atas permukaan BDM)
dibuang dengan menggunakan pipet pastur.
6. Pencucian diulang 4x sampai lapisan leukosit habis terbuang dan larutan pencuci berwarna bening
7. Untuk pencucian yang terakhir ditambahkan 0,20% bovine serum albumin (BSA) BDH Chemicals Ltd dalam larutan
pencuci
8. Buat suspensi BDM 10% dari endapan BDM dengan jalan menambahkan larutan pencuci sebanyak sembilan kali
banyaknya endapan BDM
9. Penyiapan Suspensi BDM Tikus Putih Galur BALB/C 0,50% Suspensi BDM tikus putih galur BALB/C normal 10%
diambil 0,50 ml kemudian ditambahkan PBS 9,50 ml dan dikocok pelan-pelan sampai homogen.
Penyiapan Antigen Aujeszky 4 HA
1. Serum babi yang sudah diinaktifkan dengan cara dipanaskan pada suhu 5°C selama
30 menit diambil 0,10 ml dan ditambahkan 0,30 ml kaolin
2. Disimpan pada suhu ruang selama 20 menit, dan dikocok secara berkala
3. Kaolin diendapkan dengan sentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm
dan pada suhu 4°C
4. Supernatan diabsorpsi dengan 0,05 ml BDM pekat tikus putih galur BALB/C normal
dan disimpan pada suhu 4°C selama 1 jam sambil sekali-sekali di kocok
5. BDM diendapkan dengan sentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 1.000 rpm
6. Supernatan terakhir adalah sama dengan enceran serum 1 : 4
7. Pelat mikrotiter disiapkan dan semua lubang diisi dengan Dulbecco PBS pH 7,2
masing-masing 0,05 ml
8. Serum yang akan diuji diisikan pada lubang pertama dan kedua baris A-F secara
tunggal sebanyak 0,05 ml
9. Lubang G diisi dengan serum kontrol positif yang sudah diketahui titernya, sedangkan lubang
H dipakai untuk kontrol BDM (tanpa serum)
10.Selanjutnya dibuat enceran serum secara seri mulai dari lubang ke-2 sampai ke-12
11.Antigen Aujeszky dengan titer 4 HA ditambahkan pada lubang ke-1 sampai lubang ke-12 pada
baris A-G sebanyak 0,05 ml dan dicampurkan dengan digoyang memakai micromixer, lalu
diinkubasikan pada suhu 37°C selama 2 jam
12.Setelah inkubasi, selanjutnya ditambahkan 0,05 ml BDM tikus putih galur BALB/C normal 0,50%
pada tiap lubang pelat mikrotiter, dan dicampurkan dengan cara digoyang dengan memakai
micromixer selama 30 detik, dan disimpan pada suhu 4°C. Pembacaan dilakukan setelah 2 jam
13.Pada lubang yang menunjukkan terjadinya endapan BDM seperti yang terdapat pada lubang
kontrol negatif diberikan nilai positif, sedang pada lubang yang tidak menunjukkan adanya
endapan tetapi terjadi aglutinasi (penggumpalan) BDM dinilai negative
14.Untuk memudahkan pembacaan pelat mikrotiter tersebut dimiringkan sekitar 45 derajat.
Penghitungan titer HI dilakukan dengan cara menghitung lubang yang positif, dimulai dari
enceran yang paling pekat (lubang pertama)
15.Apabila tidak terjadi aglutinasi sampai pada lubang ke-6, maka titer HI dinyatakan dengan
nilai 26 yaitu sama dengan 64.
Hasil penelitian
Uji HI merupakan uji serologik yang relatif mudah, murah, dan cepat
dibandingkan dengan uji lain. Pengujian tidak harus dilakukan pada
kondisi steril sehingga dapat dikerjakan di laboratoium dengan fasilitas
yang terbatas/ sederhana. Namun demikian, sebaiknya pengambilan serum
dilakukan dengan alat-alat yang steril. Demikian pula dengan
botol/tabung yang digunakan untuk menyimpan serum, sebaiknya juga
steril. Pengiriman ke laboratorium penguji harus dilakukan dalam keadaan
dingin, misalnya menggunakan termos yang diisi dengan es batu. Di
laboratorium, serum selanjutnya disimpan pada suhu -20°C