Professional Documents
Culture Documents
Diagnosa Banding :
• Gangguan psikotik non organik
• Proses normal usia lanjut.
• Gangguan buatan dengan gejala psikologis
DELIRIUM
• Suatu sindrom yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan kognisi yang terjadi
secara akut dan berfluktuasi.
• Delirium Akibat Kondisi Medis Umum
• Delirium Akibat Intoksikasi Zat
• Delirium Akibat Putus Zat
• Delirium Akibat Etiologi Beragam
• Delirium Yang Tidak Dapat Dispesifikasi
KRITERIA DIAGNOSIS
A. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan
kewaspadaan terhadap lingkungan yang ditandai
dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan,
mempertahankan dan mengalihkan perhatian
B. Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori,
disorientasi, gangguan berbahasa) atau gangguan
persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia.
C. Gangguan psikomotor berupa hipoaktivitas atau
hiperaktifitas, pengalihan aktivitas yang tidak terduga,
waktu bereaksi yag lebih panjang, arus pembicaraan
yang bertambah atau berkurang, reaksi terperanjat
yang meningkat.
D. Gangguan siklus tidur berupa insomnia atau
pada kasus yang berat tidak dapat tidur sama
sekali atau tidurnya terbalik yaitu mengantuk di
siang hari. Gejala memburuk pada malam hari
dan mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk
yang dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah
bangun tidur.
E. Gangguan emosional berupa depresi, ansietas,
takut, lekas marah, euforia, apatis dan rasa
kehilangan akal.
DEMENSIA (F00-F03)
• Merupakan sindrom akibat penyakit otak, bersifat kronik
progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif
multipel yaitu fungsi memori, afasia, apraksia, agnosis dan
fungsi eksekutif. Kesadaran pada umumnya tidak terganggu.
Adakalanya disertai gangguan psikologik dan perilaku.
Berdasarkan etiologinya Demensia dibedakan menjadi :
• Demensia pada penyakit Alzheimer
• Demensia Vaskular
• Demensia pada penyakit Pick
• Demensia pada penyakit Creutfeld-Jacob
• Demensia pada penyakit Huntington
• Demensia pada penyakit Parkinson
• Demensia pada penyakit HIV/AIDS
KRITERIA DIAGNOSIS
• Demensia adalah sindroma disebabkan gangguan di otak,
umumnya berlangsung kronis atau progresif ditandai oleh
beragam gangguan fungsi luhur, termasuk memori,
orientasi, pemahaman, kalkulasi dan kapasitas belajar,
bahasa dan pertimbangan. Kesadaran tidak berkabut.
Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai oleh deteriorasi
pengontrolan emosi, perilaku sosial dan motivasi
• FASE RESIDUAL
• Setelah fase aktif paling sedikit terdapat dua
gejala tersebut di bawah ini yang menetap dan
yang tidak disebabkan oleh gangguan afek atau
gangguan penggunaan zat
Gejala prodmoral atau residual :
• Penarikan diri atau isolasi dari hubungan sosial.
• Hendaya yang nyata dalam fungsi peran sebagai
pencari nafkah, siswa/ mahasiswa atau pengatur
rumah tangga.
• Tingkah laku aneh yang nyata (seperti mengumpulkan
sampah sendiri ditempat umum, menimbun makanan).
• Hendaya yang nyata dalam higiene diri dan berpakaian
• Efek yang tumpul, mendatar atau tidak serasi.
• Pembicaraan yang melantur kabur berbelit
sirkumtansial atau metaforis (perumpamaan)
• Ide (gagasan) yang aneh atau tidak lazim, atau
pikiran magis, seperti tahayul, clairvoyannce,
telepati, indera keenam, orang lain dapat
merasakan perasaannya ide-ide yang berlebihan,
gagasan mirip waham yang menyangkut diri
sendiri (ideas of reference).
• Penghayatan persepsi yang tak lazim, seperti ilusi
yang selalu berulang merasa hadirnya suatu
kekuatan atau seseorang yang sebenarnya tidak
ada
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
EPISODE MANIK
A. Terdapat satu atau lebih periode yang jelas
(kurun waktu), yang menonjol adalah afek (mood)
yang meningkat, ekpansif atau iritabel.
Peningkatan atau iritabilitas afek itu harus
merupakan bagian yang paling menonjol dan
penyakit itu dan berlangsung secara relatif
persisten, meskipun keadaan itu dapat beralih
silih berganti atau bercampur dengan afek
depresif
B. Dalam jangka waktu paling sedikit satu
minggu (atau bila keadaan itu memerlukan
perawatan, jangka waktunya tidak
ditentukan), paling sedikit terdapat 3 gejala
yang menetap dan cukup berarti (atau bila
efek hanya iritabel, paling sedikit terdapat 4
gejala) dari yang berikut ini :
Subtipe :
• Gangguan panik tanpa agorafobia
• Gangguan panik dengan agorafobia
• Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik
KRITERIA DIAGNOSIS
• Serangan cemas berat (panik) berulang, tidak
terbatas pada situasi tertentu dan tidak dapat
diprediksi. Seperti pada gangguan cemas
lainnya, simptom yang dominan yaitu
palpitasi, nyeri dada, rasa tercekik, pusing,
depersonalisasi atau derealisasi. Sering pula
ditemukan rasa takut mati, kehilangan kontrol
atau menjadi gila
AGORAFOBIA
Gejala-gejalanya mencakup :
• Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di
ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
• Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai)
• Overaktivitas otonom (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung,
pusing, mulut kering dll)
GANGGUAN PARANOID
A. Terdapat waham kejar atau cemburu yang menetap
B. Emosi dan perilakunya sesuai dengan isi wahamnya
C. Lamanya penyakit paling sedikit satu minggu
D. Tidak terdapat gejala dan kriteria A (kelompok) skizofrenia
seperti waham aneh, inkoherensi atau kelonggaran asosiasi
yang jelas
E. Tidak terdapat halusinasi yang menonjol
F. Tidak terdapat sindrom lengkap depresif atau manik
(kritena A dan B dari gangguan afektif berat), bila ada,
timbulnya sindrom itu sesudah ada gejala psikotik, atau
jangka waktunya relatif lebih singkat dari jangka waktu
gangguan paranoid
G. Tidak disebabkan oleh Gangguan Mental Organik
FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI
KONDISI FISIK ( F 54 )
• Terdapat stimulus lingkungan yang secara
psikologis bermakna bagi individu dan ada
kaitan waktu dengan timbul atau kambuhnya
malfungsi fisiologis itu.
• Kondisi itu merupakan proses malfungsi
fisiologis/ proses patofisiologis (misal muntah
dengan atau tanpa kerusakan jaringan
patologi organik,misal tukak,ulkus lambung
psikogenik)
• Stres yang berhubungan dengan respon fisiologis
mempresipitasi atau mengeksaserbasi gejala
kondisi medis umum
Cluster B
GK Histrionis, GK Narsistis, GK Antisosial dan GK Ambang
(borderlin).Gangguan ini merupakan ciri yang nampak
dramatis,emosional atau tak menentu (erratic)
Cluster C
GK menghindar, GK Dependen, GK Kompulsif (anankastik)
dan GK Pasif - Agresif. Gangguan ini menunjukan rasa
cemas atau takut.
GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU KARENA
PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
• Terminologi Zat psikoaktif ; obat, bahan, atau zat yang
dapat menimbulkan perubahan pada kesadaran,
perasaan, perilaku, berpikir dan persepsi seseorang
• Contoh :
Golorigan alkohol : wiski, arak, vodka.
Golongan opioid : morfin, heroin, petidin, putau
Golongan kanabinoid : ganja. mariyuana.
Golongan sedatif : barbiturat, benzodiazepin
• Golongan kokam : kokain, daun koka.
• Golongan stimulansi : amfetamin, kafein,
ectacy. Inex
• Golongan halusmogenik : LSD, PCP.
• Golongan nikotin : tembakau.
• Golongan inhalan dan solven : aseton, bensin,
lem.
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Identifikasi zat psikoaktif yang digunakan
berdasarkan data laporan pribadi, analisis
obyektif rutin, darah dan sebagamya atau
berdasarkan bukti lain (contoh obat yang
dimiliki pasien, tanda – tanda dan gejala klinis
dan laporan sumber ketiga). Selalu disarankan
untuk bekerja sama dengan lebih dan satu
sumber bukti penggunaan zat psikoaktif
2. Gangguan mental dan perilaku berupa :
a. Intoksikasi akut
Kondisi sementara setelah penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif dengan akibat
gangguan kesadaran, fungsi kognitif,
persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan
respons psikofisiologi lainnya.
b. Pemakaian berbahaya (harmful use)
Penggunaan zat yang dapat membahayakan
kesehatan fisik (Seperti hepatitis karena
penyuntikan sendiri) dan kesehatan mental
(seperti episode depresi akibat konsumsi
alkohol secara berlebihan)
c. Sindrom ketergantungan
Bila beberapa kali dalam satu tahun terakhir
mengalami 3 dari hal – hal berikut :
1. Dorongan yang kuat atau rasa kompulsi untuk
menggunakan zat
2. Kesukaran mengatasi perilaku penggunaan zat
dalam
hal awitannya, terminasinya dan derajat
penggunaannya.
3. Kesadaran putus zat secara fisiologis.
4. Toleransi yaitu dosis zat psikoaktif perlu ditingkatkan
untuk mendapatkan khasiat yang sama dengan dosis
sebelumnya yang lebih rendah.
5. Secara terus menerus menolak minat atau
kesenangan
altematif karena penggunaan zat, menggunakan zat
atau
pulih dari efek zat.
6. Tetap menggunakan obat walaupun terbukti jelas akan
konsekuensi buruk/ bahayanya.
d. Sindrom putus zat
Gejala psikologis yang timbul bila mengurangi dosis atau
menghentikan penggunaan zat yang telah terjadi
ketergantungan
e. Delirium
• Kesadaran berkabut (berkurangnya kejernihan kesadaran
terhadap lingkungan) yang disertai berkurangnya
kemampuan untuk memusatkan. Memindahkan dan
mempertahankan perhatian pada stimulis lingkungan.
• Terdapat gangguan persepsi (salah tafsir, ilusi atau
halusinasi inkoherensi, gangguan siklus tidur bangun,
aktivitas psikomotor bertambah atau berkurang ; gangguan
onentasi dan daya ingat, gambaran klims yang timbul dalam
waktu yang pendek (beberapa jam – hari, sering
berfluktuasi sepanjang hari).
f. Sindrom psikotik
• Timbul gejala psikotik selama atau segera
sesudah mengunakan zat (biasanya dalam 48
jam), biasanya menghilang dalam waktu 1 – 6
bulan
• Bisa juga timbul gejala psikotik setelah lebih
dari 2 mmggu inenggunakan zat (late – onset)
atau bahkan timbul gejala sebagai efek
residual zat.Bila zat yang digunakan adalah
golongan halusinogenik, maka gejala
psikotiknya tidak hanya berdasarkan persepsi
atau pengalaman halusinasi saja.
g. Sindrom amnestik
Gangguan daya ingat jangka pendek (recent
memory ), seperti kesulitan mempelajari
waktu (lime xenx ),seperti tidak bisa mengatur
waktu secara kronologis