You are on page 1of 66

PLENO

SKENARIO A
BLOK 14
KELOMPOK G6
ANGGOTA
KELOMPOK

Fara Syafira (04011181823033)


Alin Puja Dewi Lestari (04011181823036)
Arinalhaqa Wiratama Ardiantoro (04011281823093)
Debi robiah Adawiyah (04011281823171)
Ellysa Carolinna (04011281823177)
Muhammad Fatra Despaturahman (04011281823183)
Rossy Clarissa Febriyanti (04011281823186)
Alifa Alya Zalfa (04011281823192)
Agustine Christyulina. Br Tarigan (04011381823198)
Jasmine Kezia Aldora (04011381823225)
Putri Nadira Audrey Zainal Nizam (04011381823228)

2
OUTLINE

01
SKENARIO
04
ANALISIS MASALAH

02 05
KLARIFIKASI ISTILAHKERANGKA KONSEP

03
IDENTIFIKASI
06
KESIMPULAN
MASALAH
3
SKENARIO

A 17-year-old man came to the hospital with a chief complaint of nasal obstruction since 10 days ago.
There was mucopurulent rhinorrhea. On the 5 th day, the complaints seem to improve but then worsen,
accompanied by a fever (39.0°C). Discomforts around the face and the forehead were found.
Physical Examination:
Vital Sign
Blood Pressure : 110/70 mmHg
Respiratory Rate: 24x/min
Pulse : 105x/min
Core Temprature : 39.0°C
ENT Examination

  Right Ear Left Ear


Otoscopy Ear canal: normal Ear canal: normal
Ear drum: normal Ear drum: normal 4
Anterior Right Nose Left Nose
Rhinoscopy Nasal mucosa: swollen and hyperemic Nasal mucosa: swollen and hyperemic
Inferior turbinate: hypertrophy and Inferior turbinate: hypertrophy and
hyperemic hyperemic
Osteomeatal complex obstruction, medial turbinate oedema, middle meatus
discharge (+), no deviation
Nasal discharge (+) mucopurulent Nasal discharge (+) mucopurulent

Oropharynx Tonsils: T1-T1, hyperemic (-)


Posterior wall: hyperemic (-), granules (-),
post nasal drip (+) 5
IDENTIFYING
INFORMATION

Mucopurulent Middle Meatus


Otoscopy
Rhinorrhea Discharge

Anterior Obstruction Turbinate


Rhinoscopy

6
IDENTIFIKASI
MASALAH

No Kesesuaia Priorita
Pernyataan
. n s
Seorang laki-laki, 17 tahun, mengeluh:
Obstruksi nasal (10 hari yang lalu); Mucopurulent
rhinorrhea; Demam 39 derajat (5 hari yang lalu); Tidak
1. √√
Gejala berulang dan semakin parah (5 hari yang sesuai
lalu); Ditemukan rasa tidak nyaman pada wajah
dan dahi
Physical Examination: Blood Pressure: 110/70 mmHg, Tidak
2. Respiratory Rate: 24x/min, Pulse: 105x/min, Core sesuai √
Temprature: 39.0°C.
7
IDENTIFIKASI
MASALAH

ENT Examination
Otoscopy : normal
Anterior Rhinoscopy: Swollen and hyperemic nasal
mucosa; Hyperthrophy and hyperemic Inferior Tidak
3. √
turbinate; Osteomeatal complete obstruction; sesuai
Medial turbinate oedema; Middle meatus discharge
(+); Nasal discharge (+) mucopurulent
Oropharynx: post nasal drip (+)
Laboratory examination Tidak
4. Hb: 13gr%, WBC: 11.000/mm3, Platelets: sesuai √
150.000/mm3, CRP: 90mg/L.
Keterangan : √√√ (Prioritas Pertama), √√ (Prioritas Kedua), √ (Prioritas Ketiga)
8
ANALISIS
MASALAH

ANALISIS MASALAH
#1
Seorang laki-laki, 17 tahun, mengeluh:
obstruksi nasal (10 hari yang lalu),
mucopurulent rhinorrhea, demam 39
derajat (5 hari yang lalu), gejala berulang
dan semakin parah (5 hari yang lalu), dan
ditemukan rasa tidak nyaman pada wajah
dan dahi.

9
01
Bagaimana hubungan usia
dan jenis kelamin dengan
keluhan pada kasus?

Rhinosinusitis akut umumnya lebih sering


ditemukan pada orang dewasa daripada
anak-anak dan dapat menyerang setiap
individu terlepas dari jenis kelamin.

1
0
02
Bagaimana mekanisme
terbentuknya
mucopurulent
rhinorrhea pada kasus?
Organ-organ yang membentuk kompleks osteomeatal
letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang
berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat
bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan
negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya
transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap
sebagai rinosinusitis non bakterial dan biasanya sembuh
dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini
menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan
media yang baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri.
1
Sekret menjadi purulen. 1
03
Bagaimana
mekanisme demam
pada kasus?

Respon terhadap inflamasi pada mukus sinus 


monosit, makrofag, sel kupfer mengeluarkan
sitokin (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon) pusat
thermoregulasi hipotalamus => Sintesis
prostglandin (E2 melalui metabolisme asam
arakidonat jalur siklooksigenase-2 (COX-2)) =>
Demam 1
2
04
Mengapa gejala berulang
dan semakin parah?

Umumnya rhinosinusitis ini disebabkan infeksi virus (Rhinosinusitis non infeksi)


yang umunya berlangsung 10 hari yang bersifat self-limited dan obstruksinya
bersifat reversible. Namun pada beberapa pasien Rhinosinusitis non infeksi
tersebut akan berkembang menjadi infeksi bakteri akut sekunder yang biasanya
disebabkan bakteri anaerob seperti Streptococcus pneumonia, Haemophillus
influenza, Moraxella catarrhalis. Kalau ada infeksi yang persisten maka yang
mulanya hanya disebabkan satu jenis bakteri, bisa bertambah dan bahkan dapat
juga disebabkan oleh jamur. Ini menjadi rhinosinusitis kronis dan bisa juga akibat
akut yang tidak di terapi medikamentosa. Dalam kasus ini, pasien mengalami
infeksi yang kemudian berlanjut dengan infeksi bakteri akut sekunder sehingga
gejala semakin parah. 1
3
05
Bagaimana mekanisme rasa
tidak nyaman pada wajah
dan dahi?

Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan. Bila terjadi


inflamasi dan terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling
bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat.
Karena adanya sumbatan tersebut, menyebabkan adanya retensi
sekret sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman di daerah wajah dan
dahi.

1
4
06
Bagaimana tatalaksana awal dari
mucopurulent rhinorrhea dan obstruksi
nasal?

Untuk mengatasi rhinorrhea dan obstruksi nasal dapat dengan


menggunakan saline nasal spray, humidification, dan
pemberian mukolitik. Hal ini guna mengurangi/menghilangkan
edema mukosa serta mengembalikan fungsi transpor
mukosiliar. Irigasi dengan larutan garam faal dapat
membersihkan rongga hidung dari krusta dan sekret yang
kental,sedangkan humidification dapat mencegah kekeringan
dan pembentukan krusta.
1
5
07
Apa saja yang dapat
menyebabkan obstruksi
nasal?
1. Rinitis alergi
2. Rinitis akut dan kronis
3. Rhinosinusitis akut dan kronis
4. Deviasi septum
5. Hipertrofi konka
6. Tumor hidung
7. Pemakaian obat-obatan NSAID, ACE inhibitor, dan pil
kontrasepsi kombinasi. 1
6
08
Bagaimana
mekanisme obstruksi
nasal?
Obstruksi nasal diakibatkan oleh proses inflamasi yang
disebabkan infeksi primer maupun sekunder sehingga
mukosa nasal pada konka inferior mengalami hipertrofi
dan menghalangi jalur napas. Hal ini diperparah dengan
adanya edema pada daerah mukosa yang berdekatan
dengan kompleks osteomeatal sehingga terjadi obstruksi
kompleks osteomeatal.
1
7
09
Bagaimana
patofisiologi
rhinosinusitis?
Inflamasi mukosa hidung  pembengkakan (udem) dan
eksudasi  obstruksi (blokade) ostium sinus  gangguan
ventilasi dan drainase, resorpsi oksigen dalam rongga
sinus  hipoksia (oksigen menurun, pH menurun,
tekanan negatif)  permeabilitas kapiler meningkat 
transudasi, peningkatan eksudasi serous, penurunan
fungsi silia  retensi sekresi di sinus atau pertumbuhan
kuman. 1
8
10
Apa makna dari “obstruksi
nasal sejak 10 hari yang
lalu”?
Rhinositis dalam fase akut karena kurang dari 4
minggu.

1
9
ANALISIS
MASALAH

ANALISIS MASALAH
#2
Physical Examination:
Blood Pressure:
110/70 mmHg,
Respiratory Rate:
24x/min, Pulse:
105x/min, Core
Temprature: 39.0°C.

20
01
Bagaimana interpretasi hasil
pemeriksaan fisik pada kasus?

Vital sign Nilai normal Interpretasi


Temprature: 39.0°C 36.5-37.5°C Abnormal
RR: 24x/min 12-20x/min Takipnea
Pulse: 105x/min 50-90x/min Takikardia
Sistolik: <120
BP: 110/70 mmHg Normal
Diastolik: <80

2
1
02
Bagaimana mekanisme
abnormalitas yang terjadi pada
kasus?
Demam
Demam diakibatkan adanya infeksi bakteri yang masuk
ke dalam jaringan atau darah akan difagositosis oleh
leukosit darah, makrofag, dan sel mast. Setelah
memfagositosis, sel ini akan mengeluarkan mediator
demam yang disebut pirogen endogen (ex. TNF α, IL-1,IL-
6). Pirogen endogen tersebut akan menginduksi
pembentukan prostaglandin akan menstimulus
hipotalamus sebagai pusat termoregulator untuk2
2
meningkatkan temperatur tubuh dan terjadi demam atau
02
Bagaimana mekanisme
abnormalitas yang terjadi pada
kasus?
Takipnea
RR meningkat dapat disebabkan oleh dua faktor, yang pertama
akibat adanya obstruksi nasal yang menyebabkan terjadinya
gangguan ventilasi dan drainase serta resorpsi oksigen dalam
rongga sinus sehingga tubuh mengompensasikan untuk
menarik napas lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan
oksigen. Selain itu faktor selanjutnya adalah akibat respons
tubuh yang megalami takikardia, hal tersebut membuat
pengisian ventrikel tidak maksimal sehingga tubuh berupaya
menarik napas lebih cepat agar kebutuhan O2 tercukupi ke2
3
02
Bagaimana mekanisme
abnormalitas yang terjadi pada
kasus?
Takikardia
Karena adanya inflamasi, menyebabkan neutrofil
mengeluarkan endogen pirogen berupa prostaglandin.
Prostaglandin akan mengubah set point temperatur yg
ada di hipothalamus. Hipothalamus berusaha
mengompensasi tubuh agar menjadi panas, dengan cara
mengaktifkan saraf simpatis yang menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi sehingga terjadi proses tubuh
berkeringat. Respon dari aktivasi saraf simpatis lainnya
24

yaitu takikardi sehingga menyebabkan jantung berdebar


ANALISIS
MASALAH

ANALISIS MASALAH
#3
ENT Examination: Otoscopy: normal,
Anterior Rhinoscopy: swollen and
hyperemic nasal mucosa,
hyperthrophy and hyperemic Inferior
turbinate, osteomeatal complete
obstruction, medial turbinate
oedema, middle meatus discharge
(+), nasal discharge (+)
mucopurulent, Oropharynx: post
nasal drip (+).
2
5
01
Bagaimana interpretasi dari hasil
pemeriksaan ENT pada kasus?

Right Ear Left Ear Interpretasi


Otosco Ear canal: Ear canal: Tidak ada kelainan pada
py normal normal telinga dan produksi mukus
tidak melalui tuba eustachius.
Ear drum: Ear drum: Tidak ada kelainan pada
normal normal telinga dan produksi mukus
tidak melalui tuba eustachius

26
01 Bagaimana interpretasi dari hasil
pemeriksaan ENT pada kasus?

Right Ear Left Ear Interpretasi


Anterior Nasal mucosa: swollen Nasal mucosa: swollen Gejala rhinosinusitis
Rhinosco and hyperemi and hyperemi
py
Inferior turbinate: Inferior turbinate: Gejala rhinosinusitis
hypertrophy and hypertrophy and
hyperemic hyperemic
Osteomeatal complex obstruction, medial Gejala rhinosinusitis
turbinate oedema, middle meatus discharge (+),
no deviation
Nasal discharge (+) Nasal discharge (+) Mukus yang
mucopurulent mucopurulent dihasilkan sudah
bercampur dengan
2
bakteri dan sel darah
7
putih (infeksi bakteri
01
Bagaimana interpretasi dari hasil
pemeriksaan ENT pada kasus?

Orophar Tonsils: T1-T1, hyperemic (-) Tidak ada pembesaran


ynx tonsil
Posterior wall: hyperemic (-), Adanya aliran mukus
granules (-), post nasal drip (+) berlebih ke belakang
tenggorokan (gejala
rhinosinusitis)

28
01
Bagaimana gambaran hasil
pemeriksaan ENT pada kasus?

Inferior Turbinate Purulent Rhinorrhea from middle 29


Hypertrophy. meatus.
02
Bagaimana mekanisme
abnormalitas pemeriksaan ENT
pada kasus?
Mukosa Nasal Edema dan Hiperemis
Infeksi virus => sistem imun teraktifasi => reaksi inflamasi =>
kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan
migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah
dikenal ialah kemerahan (rubor), rasa panas (kalor), nyeri (dolor),
pembengkakan (tumor), dan fungsio laesa (gangguan fungsi didaerah
peradangan). Maka dari itu mukosa hidung terlihat bengkak dan merah.
Kemudian penyakit berkembang menjadi rhinosinusitis dimana terjadi
gangguan drainase cairan sehingga mukus menumpuk pada rongga sinus
dan memudahkan terinfeksi bakteri. Infeksi bakteri menyebabkan proses
30
inflamasi bertambah parah dan mukosa semakin hipertrofi dan hiperemis.
02
Bagaimana mekanisme
abnormalitas pemeriksaan ENT
pada kasus?
Hipertrofi dan Hiperemis pada Konka Inferior
Gejala ini menunjukkan adanya hipertrofi rhinitis dimana terjadi
proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri
primer atau sekunder, dan dapat juga disebabkan lanjutan dari
rhinitis alergi dan vasomotor. Namun pada kasus, onset gejala
baru 10 hari yang lalu (akut), sehingga kemungkinan hipertrofi
pada kasus ini disebabkan adanya rhinitis alergi atau vasomotor.

3
1
02
Bagaimana mekanisme
abnormalitas pemeriksaan ENT
pada kasus?
Obstruksi Kompleks Osteomeatal, Edema konka Media, dan
Sekret Meatus Media
Respon peradangan terhadap virus menyebabkan terjadinya edema,
sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu, akibatnya silia
tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium.
Gerakan silia pada mukosa sinus menjadi terganggu sehingga timbul
penumpukan sekret dan penebalan mukosa sinus. Hal ini menimbulkan
tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya
transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang
ditimbulkan adalah keluarnya cairan, lalu secret akan menumpuk pada
meatus media dan menjadi tempat yang poten untuk tumbuh dan 3
2
02
Bagaimana mekanisme
abnormalitas pemeriksaan ENT
pada kasus?
Post Nasal Drip (+)
Lendir dari sinus secara normal mengalir
dalam jumlah kecil ke dalam hidung dan
turun ke belakang tenggorokkan sebelum
tertelan. Karena sekresi mucus berlebihan,
maka ada beberapa yang mengalir ke
tenggorokan.

3
3
03
Apa tujuan serta indikasi
dari pemeriksaan otoscopy?

Tujuan pemeriksaan otoscopy ialah untuk memeriksa saluran


pendengaran eksternal—terowongan yang mengarah dari telinga
luar (pinna) ke gendang telinga.

Indikasi pemeriksaan otoscopy antara lain adalah:


1. Pemeriksaan rutin pada telinga tengah dan luar.
2. Untuk membantu diagnosis patologis.
3. Untuk debridement cerumen dan pengambilan corpus
allienum.
34
04
Bagaimana cara
pemeriksaan otoscopy?
1. Menarik daun telinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada
anak-anak, daun telinga harus ditarik ke bawah dan ke belakang. Proses
ini akan memindahkan meatus akustik sejalan dengan kanal. Pegang
otoskop seperti pena / pensil dan gunakan area jari kelingking sebagai
titik tumpu. Ini mencegah cedera jika pasien tiba-tiba berubah.
2. Periksa saluran pendengaran eksternal.
3. Mengevaluasi membran timpani
4. Perhatikan warna (merah, putih, kuning) dan tembus cahaya
(transparan, buram) dan posisi (ditarik, netral atau menggembung) dari
drum
5. Identifikasi pars tensa dengan kerucut cahaya, pegangan dan proses 3
5
pendek malleus, dan lipatan anterior dan posterior dari pars flaccida dan
05
Apa tujuan serta indikasi dari
pemeriksaan anterior
rhinoscopy?
Tujuan pemeriksaan anterior rhinoscopy adalah untuk melihat keadaan
pada kavum nasi.
Bagian yang perlu diperiksa pada pemeriksaan anterior rhinoscopy
adalah konka inferior nasi, vestibulum, meatus inferior, meatus media,
konka media, septum nasi, dan melihat apakah terdapat tumor atau
tanda-tanda keganasan.
Indikasi pemeriksaan anterior rhinoscopy antara lain sebagai berikut:
Evaluasi septum nasi dan obstruksi jalan napas; Evaluasi dan
pemeriksaan cavum nasi, sinus paranasal, dan nasopharynx; Sekret
pada daerah hidung/sekret belakang hidung yang sering disebut PND
(post nasal drip);; Nyeri/rasa tertekan pada wajah; Kelainan penciuman
36
(hiposmia/anosmia); Demam (hanya pada akut); Chronic nasal discharge
06 Bagaimana cara
pemeriksaan anterior
1. Lakukan tamponaderhinoscopy?
± selama 5 menitdengan kapas yang dibasahi
larutan lidokain 2% dan efedrin.
2. Angkat tampon hidung.
3. Lakukan inspeksi, mulai dari:
4. Cuping hidung (vestibulum nasi).
5. Bangunan di rongga hidung
6. Meatus nasi inferior: normal/tidak.
7. Konka inferior: normal/tidak.
8. Meatus nasi medius: normal/tidak.
9. Konka medius: normal/tidak.
10. Keadaan septa nasi: normal/tidak, adakah deviasi septum.
11. Keadaan rongga hidung: normal/tidak; sempit/lebar; ada
pertumbuhan abnormal: polip, tumor; ada benda asing/tidak :
berbau/tidak.Adakah discharge dalam rongga hidung, bila ada 3
bagaimana deskripsi discharge (banyak/ sedikit, jernih, mucous, purulen,
7
07
Apa tujuan serta indikasi dari
pemeriksaan oropharynx?

Tujuan dari pemeriksaan oropharynx adalah untuk


mengetahui apakah terdapat abnormalitas pada
orofaring.
Indikasi dari pemeriksaan oropharynx adalah
pembesaran tonsil.

38
08
Bagaimana cara melakukan
pemeriksaan oropharynx?
1. Minta pasien untuk menjaga kepala mereka lurus.
2. Minta mereka untuk membuka mulut mereka lebar-lebar, menjaga
lidah di dasar mulut.
3. Menyinar cahaya pada lengkungan faring.
4. Pemeriksa sekarang dapat memeriksa lengkungan palatal dan uvula.
Berikan perhatian khusus pada simetri lengkungan palatal dan posisi
uvula. Ini harus diposisikan di tengah dan menggantung lurus ke bawah.
Untuk pemeriksaan ini, pemeriksa dapat menahan lidah dengan spatula
jika perlu, dengan menekan dua pertiga bagian lidah.
5. Minta pasien untuk mengatakan “ah,” dan periksa apakah lengkungan
palatal bergerak ke atas secara simetris dan apakah uvula berada39 di
tengah.
ANALISIS
MASALAH

ANALISIS MASALAH
#4
Laboratory Examination:
Hb: 13gr%, WBC:
11.000/mm3, Platelets:
150.000/mm3, CRP:
90mg/L.

40
01
Bagaimana interpretasi dari
hasil pemeriksaan
laboratorium?
Pemeriksaan Laboratorium Nilai normal Interpretasi
Hb: 13gr% 13-16 g/dL Normal
WBC: 11.000/mm3 5.000-10.000/mm3 Leukositosis
Trombosit: 150.000/mm3 150.000-450.000/mm3 Normal
CRP: 90 mg/L 1-3 mg/L Abnormal

4
1
02
Bagaimana mekanisme
abnormalitas dari hasil
pemeriksaan laboratorium?
C-Reactive Protein Tinggi
Systemic inflammatory response syndrome merupakan kaskade inflamasi yang
diawali oleh respon host terhadap faktor infeksi dan bukan infeksi. Pada infeksi
bakteri, terjadi pelepasan sitokin inflamasi, seperti tumor necrosis factor (TNF)-A,
Interleukin (IL)-1B, IL-8, dan IL-6,6 yang akan mencetuskan produksi C-reactive
protein, yang merupakan salah satu protein fase akut, oleh hepatosit yang dapat
ditemukan dalam darah. C-reactive protein berperan penting pada respon imun
innate dan telah dikenal merupakan salah satu petanda inflamasi. Individu tanpa
inflamasi biasanya memiliki kadar CRP <1 mg/L, kadar CRP bisa meningkat
sampai 100 kali lipat nilai normal pada kasus inflamasi akut, seperti infeksi,
trauma, keganasan dan pembedahan. Konsentrasi CRP pada orang yang sehat
sangat rendah, dan sulit terdeteksi oleh uji klinis standar dengan batas deteksi 3-8
mg/L. 42
02
Bagaimana mekanisme
abnormalitas dari hasil
pemeriksaan laboratorium?
Leukositosis
Beberapa penyebab leukositosis adalah neutrofilia (infeksi akut,
inflamasi dan nekrosis jaringan), monositosis (infeksi kronik,
gangguan inflamasi), eosinofilia (alergi, parasit), basofilia (cacar
air), limfositosis (infeksi akut oleh mononukleosis, infeksi kronik
misalnya tuberkulosis). Pada kasus, infeksi bakteri menyebabkan
kenaikan jumlah sel darah putih sebagai respons imun.

43
03 Bagaimana algoritma
penegakkan diagnosis pada
kasus?

44
03 Bagaimana algoritma
penegakkan diagnosis pada
kasus?

45
04
Bagaimana diagnosis banding pada
kasus?

46
05
Apa diagnosis kerja
pada kasus?

Rhinosinusitis akut bakterialis.

4
7
06
Bagaimana manifestasi klinis
pada kasus?
Mayor Minor
1. Nyeri/rasa tebal pada wajah 1. Sakit kepala
2. Hidung tersumbat 2. Nafas berbau
3. Ingus Kental 3. Batuk
4. Postnasal drip purulent 4. Nyeri telinga
5. Gangguan penghidu 5. Rasa penuh di telinga
6. Demam
7. Adanya secret purulent pada
pemeriksaan endoskopi nasal

48
07
Bagaimana etiologi diagnosis
pada kasus?

Penyebab utama rhinosinusitis ialah selesma (common cold)


yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh
infeksi bakteri. Pada Rhinosinusitis bakteri akut paling sering
terjadi sebagai komplikasi dari infeksi virus pada saluran
pernapasan bagian atas. Sekitar 0,5-2% kasus rinosinusitis virus
berkembang menjadi infeksi bakteri. Streptococcus pneumoniae
dan Haemophilus influenzae merupakan bakteri patogen utama
pada orang dewasa dengan sinusitis. Spesies lainnya (termasuk
β-hemolitik dan α-hemolitik streptokokus, Staphylococcus aureus,
49
dan anaerob) juga telah dikultur dari orang dewasa dengan
08
Bagaimana epidemiologi
diagnosis pada kasus?

Kejadian rhinosinusitis akut berkisar antara 15 hingga 40 episode


per 1000 pasien per tahun, tergantung pada keadaan. Ini jauh
lebih umum pada orang dewasa daripada pada anak-anak, yang
sinusnya belum berkembang sepenuhnya. Rhinosinusitis akut
adalah penyakit menular kedua yang paling umum dijumpai oleh
dokter. Kebanyakan rhinosinusitis akut disebabkan oleh virus
yang sama yang menyebabkan flu biasa.
50
09
Bagaimana faktor risiko
diagnosis pada kasus?

Faktor risiko (predisposisi) yang dapat menyebabkan


rhinosinusitis antara lain sebagai berikut:
ISPA akibat virus; Berbagai jenis rhinitis, terutama rhinitis alergika
dan rinitis hormonal pada wanita hamil; Polip hidung; Kelainan
anatomi, seperti deviasi septum atau hipertrofi konka; Sumbatan
kompleks osteomeatal; Infeksi tonsil; Infeksi gigi; Kelainan
imunologik; Diskinesia silia seperti pada sindroma; Kartagener
dan kistik fibrosis; Hipertrofi adenoid; Infeksi bakteri, seperti
Streptococcus pneumoniae, Hemophylus influlenzae, dan
M.catarrhalis (sinusitis akut) serta bakteri gram negatif dan 5
1
10
Bagaimana faktor risiko
diagnosis pada kasus?

Faktor risiko (predisposisi) yang dapat menyebabkan


rhinosinusitis antara lain sebagai berikut:
ISPA akibat virus; Berbagai jenis rhinitis, terutama rhinitis alergika
dan rinitis hormonal pada wanita hamil; Polip hidung; Kelainan
anatomi, seperti deviasi septum atau hipertrofi konka; Sumbatan
kompleks osteomeatal; Infeksi tonsil; Infeksi gigi; Kelainan
imunologik; Diskinesia silia seperti pada sindroma; Kartagener
dan kistik fibrosis; Hipertrofi adenoid; Infeksi bakteri, seperti
Streptococcus pneumoniae, Hemophylus influlenzae, dan
M.catarrhalis (sinusitis akut) serta bakteri gram negatif dan 5
2
11
Bagaimana patogenensis
diagnosis pada kasus?

Rhinosinusitis bermula dari terpaparnya individu dengan pajanan yang


akan menyebabkan respon inflamasi dengan memicu rangkaian
peristiwa yang berefek pada pelepasan mediator kimia dan
mengaktifkan sel inflamasi. Limfosit T-helper 2 (Th-2) menjadi aktif dan
melepaskan sejumlah sitokin yang berefek terhadap aktivasi mast cell,
sel B, dan eosinofil. Adapun pematangan dan pengaktifan eosinofil di
jaringan terutama dirangsang oleh IL-3 dan IL-5. Selanjutnya, eosinofil
bersamaan dengan neutrofil akan ditarik menuju permukaan sel endotel
oleh kerja selektin. Kemudian sel ini akan berikatan kuat dengan molekul
kuat golongan integrin. Tahap selanjutnya sel-sel ini akan menyusup di
antara sel endotelium, menembus dinding kapiler melalui proses yang 5
3
disebut diapedes. Dalam proses migrasi transendotel, eosinofil dan
11
Bagaimana patogenensis
diagnosis pada kasus?

Eosinofil kemudian akan melepaskan protein, sitokin, dan kemokin yang


mengakibatkan reaksi inflamasi dan mampu membunuh organisme
asing yang menyusup ke dalam tubuh. Inflamasi yang terjadi terutama
berhubungan dengan penebalan mukosa sinus atau edema mukosa dan
obstruksi ostium sinus.
Rangkaian reaksi inflamasi ini akhirnya membentuk lingkungan yang
kondusif bagi pertumbuhan bakteri sekunder. Inflamasi seperti ini
disebut inflamasi non-infeksius karena terdapat dominasi eosinofil dan
sel-sel mononuklear. Hal ini diduga akibat adanya campur tangan dari
limfosit T penghasil IL-3 dan IL-5.
54
11
Bagaimana patogenensis
diagnosis pada kasus?

Patofisiologi rhinosinusitis dimulai dengan inflamasi pada mukosa nasal


terutama pada bagian kompleks osteomeatal. Letak dari organ-organ
pembentuk kompleks osteomeatal yang berdekatan menyebabkan
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu apabila mengalami
edema sehingga terjadi obstruksi kompleks osteomeatal. Inflamasi pada
mukosa sinus berupa hipersekresi mukosa dan edema juga dapat
menyebabkan obstruksi aliran mukus ke luar sinus. Keadaan ini
menyebabkan silia tidak dapat bergerak secara efektif dan ostium sinus
tersumbat sehingga terjadi retensi sekret di sinus.

5
5
12 Bagaimana tatalaksana
diagnosis pada kasus?

56
13
Bagaimana komplikasi diagnosis
pada kasus?

Komplikasi rinosinusitis yang berat dapat terjadi pada rinosinusitis akut


atau rinosinusitis kronik eksaserbasi akut, meliputi komplikasi
ekstrakranial dan intrakranial. Komplikasi intrakranial dapat berupa
meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak, dan trombosis
sinus kavernosus. Komplikasi ekstrakranial terutama mengenai orbita,
hal ini disebabkan letak sinus paranasal yang berdekatan dengan mata
(orbita). Komplikasi pada orbita yang dapat terjadi yakni edema
palpebra, sellulitis orbita, abses subperiostal, dan abses orbita.
Komplikasi pada rinosinusitis kronis dapat berupa osteomielitis dan
abses subperiostal maupun kelainan pada paru seperti bronkitis kronik
dan bronkiektasis. 5
7
14
Bagaimana prognosis diagnosis
pada kasus?

Rinosinis akut memiliki prognosis yang baik. Dengan Perawatan yang


tepat meminimalkan risiko komplikasi dan mengatasi kondisi tersebut.

58
15
Bagaimana SKDI diagnosis pada
kasus?

Tingkat Kemampuan 3A: Lulusan


dokter mampu membuat
diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada
keadaan yang bukan gawat
darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling
tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan. 59
16
Bagaimana pencegahan
diagnosis pada kasus?

1. Biasakan mencuci tangan sesering mungkin untuk menghindari bakteri


menempel di tangan dan menimbulkan alergi.
2. Jaga pula lingkungan agar tetap bersih.
3. Mencegah stress.
4. Mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan, terutama sayur
dan buah yang dapat menguatkan system kekebalan tubuh sehingga
akan mencegah serangan sinus musiman.
5. Jaga kondisi sinus agar tetap kering dan bersih dengan minum air yang
cukup agar cairan hidung tetap encer.
6. Gunakan obat semprot hidung untuk melawan allergen.
7. Hindari zat-zat yang menyebabkan alergi yang terdapat di lingkungan
60
seperti debu dan asap rokok.
17 Bagaimana klasifikasi diagnosis
pada kasus?

Klasifikasi RS menurut American Academy of Otolaryngic Allergy (AAOA)


dan American Rhinologic Society (ARS):
1. Rinosinusitis akut (RSA)
Bila gejala RS berlangsung sampai 4 minggu. Gejala timbul mendadak,
biasanya akibat infeksi virus dan sembuh sebelum 4 minggu. Setelah itu
seluruh gejala akan menghilang. Gejala RSA viral yang memburuk
setelah 5 hari atau gejala yang menetap setelah 10 hari menunjukkan
adanya infeksi kuman (RSA bakterial).
2. Rinosinusitis akut berulang (Recurrent acute rhinosinusitis)
Gejala dan tanda sesuai dengan RSA, tetapi memburuk setelah 5 hari
atau menetap selama lebih dari 10 hari. Kriteria gejala untuk RSA
berulang identik dengan kriteria untuk RSA. Episode serangan
berlangsung selama 7-10 hari. Selanjutnya episode berulang terjadi
sampai 4 atau lebih dalam 1 tahun. Diantara masing-masing episode 6
1
terdapat periode bebas gejala tanpa terapi antibiotik.
17
Bagaimana klasifikasi diagnosis
pada kasus?

3. Rinosinusitis sub akut (RSSA)


RS dengan gejala yang berlangsung antara 4 sampai 12 minggu. Kondisi
ini merupakan kelanjutan perkembangan RSA yang tidak menyembuh
dalam 4 minggu. Gejala lebih ringan dari RSA. Penderita RSSA mungkin
sebelumnya sudah mendapat terapi RSA tetapi mengalami kegagalan
atau terapinya tidak adekuat.
4. Rinosinusitis kronis (RSK)
Bila gejala RS berlangsung lebih dari 12 minggu.
Rinosinusitis kronis dengan eksaserbasi akut
RSK pada umumnya mempunyai gejala yang menetap. Pada suatu saat
dapat terjadi gejala yang tiba-tiba memburuk karena infeksi yang62
berulang. Gejala akan kembali seperti semula setelah pengobatan
KERANGKA
KONSEP

6
3
KERANGKA
KONSEP

6
4
KESIMPUL
AN "Seorang laki-laki
17 tahun
menderita
rhinosinusitis akut
bakterialis"

6
5
THANKS,
ANY
QUESTION?

6
6

You might also like