You are on page 1of 33

KITAB TAFSIR AL KABIR

KARYA SYAIKHUL ISLAM IBN TAIMIYAH


Rahimahullahu Taala
MAKALAH
DIPRESENTASIKAN DALAM MATA KULIAH

MEMBAHAS KITAB TAFSIR I


OLEH
REDHA AL KHAUSAR
ALFI RAHMAN FUADI
140303073

140303072

MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN


TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR RANIRY

DARUSSALAM, RAMADHAN 1437 H / 2016 M

BAB I

PENDAHULUAN
Al-Quran adalah kitab suci yang ayat-ayatnya terdiri dari
ayat

yang

bersifat

sebagai

wahyu

menjadi

sumber

muhkamat

seluruh
ajaran

danmutasyabihat.1Al-Quran

penafsiran
yang

terhadap

penting

ayat-ayatnya

dalam

kehidupan

beragama.2Ayat-ayat itu sebagaimana dinyatakan dalam alQuran berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia, dari kegelapan
menuju alam yang penuh hidayah, terang benderang, dan
pembeda (furqon) antara yang hak dan yang batil. Fenomena ini
bukan merupakan ciri khusus agama Islam saja, melainkan
merupakan karakter umum dari semua agama yang didasarkan
atas wahyu Ilahi.
Dalam perspektif

Fazlur Rahman, al- Quran adalah

dokumen keagamaan dan etika yang secara praktis bertujuan


menciptakan masyarakat memiliki moral yang tinggi dan adil,
yang terdiri dari individu-individu saleh dan religius, yang
dilandasi oleh tauhidu ala al-Allah yang Maha Esa. Al-Quran
Al-Quran, Surat Ali Imran,3: 7. 1





Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat
yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencaricari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah.
dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal.

2 F. Schoun, Memahami Islam, Terj. Anas Mahyudin (Bandung: Pustaka,


1983), hal. 64.

memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan dan melarang


berbuat kejahatan.
Al-Quran menjadi pedoman bagi manusia untuk memenuhi
janjinya kepada Allah, dan memiliki peran yang disandangnya
sebagai khalifah di bumi. Oleh karena itu, al-Quran menjadi
landasan kehidupan umat Islam di manapun berada.
Dalam konteks keberagamaan umat Islam, memahami alQuran merupakan suatu kebutuhan yang penting karena di
dalam al-Quran, sebagaimana dikemukakan oleh Ibn Taimiyah,
terdapat tali Allah yang kokoh, peringatannya yang bijaksana,
dan jalan yang lurus3. Oleh karena itu, berbagai upaya yang
dilakukan

untuk

mengungkap

pesan-pesan

al-Quran

dan

menyingkap makna-maknanya dinilai sebagai perbuatan mulia. 4


Pentingnya pemahaman yang tepat terhadap ayat-ayat al-Quran
menjadikan kedudukan Ilmu tafsir sebagai disiplin ilmu yang
karena

penafsiran

merupakan

cara

untuk

menjembatani

kesenjangan antara perkembangan kehidupan masyarakat yang


cepat dengan tulisan ayat-ayat Kitab Suci, termasuk al-Quran
yang sudah baku.12 Jika diamati secara cermat, isi dari sejarah
agama-agama

pun

didominasi

oleh

eksplanasi

tentang

interpretasi terhadap ayat-ayat Kitab Suci yang sangat multiinterpretable.


Dari situ, maka tidak bisa dipungkiri muncul berbagai kitabkitab tafsir, baik itu yang ditulis oleh para ulama salaf maupun
kontemporer. Hal ini senada dengan pendapat Abdullah Darz
yang dikutip oleh M. Quraish Shihab, bahwa Al-Quran itu
3 Ibn Taimiyah, Muqaddimah fi Ushul al-Tafsir (Kuwait: Dar al-Quran alKarim, 1971), hal. 34.
4 Ahmad al-Syirbashi, Sejarah Tafsir Quran, Terj. Tim Pustaka firdaus
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), hal. 14.

bagaikan berlian yang di setiap sudutnya memancarkan cahaya


yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut yang
lainnya.5Dan tidak mustahil jika pandangan seseorang mengenai
al-Quran akan berbeda dengan pandangan-pandangan orang
lain, boleh jadi pemahaman orang lain lebih dalam dari apa yang
orang tersebut pahami, atau boleh jadi sebaliknya. Jadi, dengan
adanya berbagai pemahaman terhadap al-Quran tersebut, maka
tidak lain kecuali untuk saling melengkapi antara satu sama
lain,hingga pada akhirnya dapat ditemukan pemahaman yang
lebih sempurna.
Salah satu ulama yang mengambil peran dalam dalam
bidang tafsir adalah Ibn Taimiyah yang beliau merupakan
seorang pemikir Muslim yang besar pengaruhnya terhadap dunia
Islam.
Beliau ahli dalam hampir semua cabang pengetahuan
Islam6. Karya-karyanya meliputi bidang Aqidah, Fiqih, Hadis,
Tafsir, Tasawuf, Filsafat, dan Politik7.Berbekal segala kemampuan
yang dimiliki, Ibn Taimiyah berupaya membangun kembali
masyarakat Islam di atas sendi-sendi Islam yang pokok, yaitu alQuran dan al-Sunah8.Upaya yang dilakukannya berangkat dari
asumsi dasar bahwa kaum Muslimin generasi pertama maju
5 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran Jilid 2, (Jakarta: Lentera
Hati, 2011), hal. 564
6 Fazlur Rahman, Islam, Second Edition (Chicago: The University of
Chicago Press, 1979),.hal. 114-115.
7 Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibn Taimiyah, Terj. Anas
Mahyudin (Bandung: Pustaka, 1983), hal. 315-347.
8 Muhammad al-Bahy, Alam Pemikiran Islam dan Perkembangannya,
Terj. Al-Yasa Abu Bakar (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hal. 7.

dengan pesat karena mereka berpegang kepada ajaran Islam


dan menghormati al-Quran. Sebaliknya, kaum muslimin pada
masanya lemah dan kurang dihargai komunitas agama lain
karena

mereka

telah

meninggalkan

sumber

ajarannya.Ia

berkesimpulan bahwa tugas utama yang harus dijalankannya


adalah menyeru umat Islam untuk kembali kepada al-Quran dan
al-Sunah,

dalam

memahaminya

menggunakan

pemahaman

kaum muslimin generasi pertama untuk menguji madzhabmadzhab dan hasil pemikiran kaum muslimin dari masa ke
masa.9Satu langkah strategis yang dilakukan oleh Ibn Taimiyah
ke arah itu adalah merumuskan kerangka dasar atau prinsipprinsip penafsiran al-Quran dalam karyanya Muqaddimah fi
Ushul al-Tafsir.
Ibn Taimiyah dinilai telah membuka jalan bagi lahirnya
mufassir klasik Ibn Katsir.Ibn Taimiyah memperoleh penghargaan
dari Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar. Bahkan M.
Quraish Shihab menyatakan bahwa Ibn Taimiyah adalah salah
seorang ulama yang paling banyak mempengaruhi jalan pikiran
Rasyid Ridha.10
Taimiyah

Penelitian mendalam terhadap karya-karya Ibn

dalam

bidang

tafsir

yang

meliputi

pandangan-

pandangan teoretiknya tentang prinsip-prinsip penafsiran alQuran, hasil evaluasinya terhadap kitab-kitab tafsir terdahulu,
dan

metode.

Karakteristik

penafsirannya

diharapkan

dapat

ditemukan kerangka penafsiran Al-Quran Ibn Taimiyah yang utuh


dan menjadi sumbangan metodologis dalam studi tafsir bagi
masyarakat Muslim masa kini dan masa yang akan datang.

9 Ibid.,hal. 28
10 M. Quraish Shihab, Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1994), hal. 88.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah11
Nasab Beliau
Beliau adalah Syaikhul Islam Al Imam Ahmad bin Abdul
Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al Khodr
bin Muhammad bin Al Khodr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al
Haroni Ad Dimasqi. Nama Kunyah beliau adalah Abul Abbas.
Kelahiran dan Pertumbuhan Beliau
Beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 661 Hijriyyah di
Harran. Ketika berumur 7 tahun, beliau berpindah ke Damaskus
bersama ayahnya dalam rangka melarikan diri dari pasukan
Tartar yang memerangi kaum muslimin. Beliau tumbuh di
keluarga yang penuh ilmu, fiqih, dan agama. Buktinya adalah
banyak dari ayah, kakek, saudara, dan banyak dari paman beliau
adalah ulama yang terkenal. Di antaranya adalah kakek beliau
yang jauh (kakek nomor 4), yaitu Muhammad bin Al Khodr, juga
Abdul Halim bin Muhammad bin Taimiyyah dan Abdul Ghoni bin
Muhammad bin Taimiyyah. Juga kakek beliau yang pertama, yaitu
Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyyah Majdud Diin -nama
kunyahnya adalah Abul Barokaat-, memiliki beberapa tulisan di
antaranya : Al Muntaqo min Al Ahadits Al Ahkam (kitab ini
disyarh oleh Imam Syaukani dengan judul Nailul Author, pen), Al
Muharror dalam bidang fiqih, Al Muswaddah dalam bidang ushul
fiqih, dan lainnya. Begitu juga dengan ayah beliau, Abdul Halim
bin Abdus Salam Al Haroni dan saudaranya, Abdurrahman dan
lain-lain.
11 http://rumaysho.com/teladan/biografi-syaikhul-islam-ibnu-taimiyah617.html diakses tanggal 14 April 2016 jam 07: 04 wib,dengan
penambahan dari penyusun.

Di lingkungan ilmiah dan sholihah ini, beliau tumbuh.


Beliau memulai menuntut ilmu pertama kali pada ayahnya dan
juga pada ulama-ulama Damaskus. Beliau telah menghafalkan Al
Quran sejak kecil. Beliau juga telah mempelajari hadits, fiqih,
ilmu ushul, dan tafsir. Beliau dikenal sebagai orang yang cerdas,
memiliki hafalan yang kuat dan memiliki kecerdasan sejak kecil.
Kemudian beliau intensif mempelajari ilmu dan mendalaminya.
Sehinggga terkumpul dalam diri beliau syarat-syarat mujtahid
ketika masa mudanya. Maka tidak lama kemudian beliau menjadi
seorang imam yang diakui oleh ulama-ulama besar dengan ilmu,
kelebihan, dan keimamannya dalam agama, sebelum beliau
berusia 30 tahun.
Beliau telah belajar lebih dari 200 ulama, diantaranya:
Khotib dan mufti Damaskus Syarafuddin al-Maqdisi, belajar
bahasa arab pada Muhammad ibn Abd Al-Qowiy al-Maqdisi,
Taqiyyuddin al-Wasithi, Muhammad ibn Ismail al-Syaibani, AlManja ibn Utsman al-Dimasyqi, Abd-Al-Rahiim ibn Muhammad alBaghdadi, Zain al-din Ahmad ibn Abd al-Daa im, Ibn Abi Al-Yusr,
Al-Kamaal Ibn Abd, Al-Majd ibn Asakir, Al-Jamaal Yahya ibn AlShairafi, Ahmad ibn Abi Al-Khair, Al-Qaasim Al-Arbali, Fakhr AlDiin ibn Al-Khaari, Al-Kamaal ibn Abd Al-Rahiim, Abi Al-Qaasim
ibn Allaan, Ahmad ibn Syaibaan, teman-teman Al-Khusyuuiy dan
selain mereka.
Mengkaji musnad Imam Ahmad, kitab-kitab hadits enam
yang pokok (al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Tirmidzi, al-Nasaa i
dan Ibnu Maajah) dan kitab-kitab berjilid lainnya serta Mujam AlThabraani Al-Kabiir.
Telah hafal al-Quran sejak kecil, kemudian memperdalam
tafsir, fiqih, ilmu-ilmu bahasa arab hingga menonjol dalam hal itu
dan beliau tetap menambah keilmuannya hingga kepadanya

10

bermuara keimaman bahkan sampai pada batas berijtihad dalam


hal itu. Pembahasan ini dikumpulkan oleh Al-Baliy dengan nama
Al-Ikhtiyaaraat
mengumpulkannya

Al-Fiqhiyyah
dalam

juga

sebuah

Ibnu
kitab

Al-Qayyim

dengan

judul

Ikhtiyaaraat Ibn Taimiyah.


Semasa hidup beliau dikaruniai nikmatnya iman yang tak
tergoyahkan oleh cobaan yang menerpa secara bertubi-tubi.
Setelah wafatnya amal beliau tidak terputus karena begitu
banyaknya peninggalan berupa karya tulis dan literatur berharga
di berbagai cabang ilmu yang hingga saat ini kaum muslimin
mengambil faedah darinya. Mereka mendapatkan apa yang tidak
didapati di selainnya berupa luasnya ilmu dan agungnya faedah.
Karangannya mencapai kurang lebih 500 jilid, diantara ada
yang ditulis saat beliau di Mesir, ada yang ditulis saat di
Damaskus, di dalam penjara. Beliau menulis dari hafalannya,
Allah telah mengaruniakan padanya kecepatan dalam menulis
dan keberkahan waktu.
Murid beliau yang sangat setia Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
memiliki kitab khusus yang membahas tentang tulisan-tulisan
gurunya, yang paling menonjol diantara karangannya adalah:
1. Minhaaj al-Sunnah al-Nabawiyyah
2. Al-Aqidah Al-Hamawiyyah
3. Al Aqidah Wasithiyah
4. Naqdhu Asaas Al-Tadliis
5. Al-Qaaidah Al-Marakisyiyyah
6. Dar u Taaarudh al-Aql wa al-Naql
7. Al-Jawaab Al-Shahiih Liman Baddala Diin Al-Masiih

11

8. Bayyan Talbiis Al-Jahmiyyah fi Tasiis Bidaihim AlKalaamiyyah sebanyak 6 jilid yang tercetak 2 jilid
9. Al-Risaalah Al-Tadammuriyyah
10.

Syarh al-Ashfahaaniyyah

11.

Al-Munaadharah haula al-Washithiyyah

12.
Al-Risaalah al-Madaaniyyah fi Al-Haqiiqah wa alMajaasfi Al-Shifaat
13.

Al-Tisiiniyyah

14.

Al-Nubuwwaat

15.

Al-Iman

16.

Syarh Awwal al-Mahshal li Al-Raazi

17.

Masaa il min Al-Abrbaiin li Al-Raazi

18.
Majmuu Fataawa Ibn Taimiyah, kumpulan tulisantulisan beliau oleh Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn
Qaasim sebanyak 37 jilid dll

Diantara peninggalan beliau pula adalah banyaknya murid


sebagai wujud amalnya dalam berdakwah menyeru manusia
kepada Allah berpegang teguh pada al-Quran dan al-Sunnah.
Murid-murid beliau yang terkenal adalah:
1. Ibn Al-Qayyim (w. 751 H.)
2. Al-Dzahabi (w. 748 H.)
3. Al-Mizzy (w. 742 H.)
4. Ibnu Katsir (w. 774 H.)

12

5. Ibn Abd Al-Hadi (w.774 H.)


6. Al-Bazzar (w. 749 H.)
7. Ibn Qadhi al-Jabal (w. 771 H.)
8. Ibn Fadhlillah al-Umari (w. 749 H.)
9. Muhammad al-Tanukhiy (w. 724 H.)
10.

Yusuf al-Butiy (w. 726 H.)

11.

Ibn Syaikh al-Hizaamain (w.711 H.)

12.

Abu al-Abbas al-Zariy (w. 761 H.)

13.

Syams al-Diin al-Ashbahaani (w. 749 H.)

14.

Muhammad al-Dibahi (w. 711 H.)

15.

Muhammad al-Haraani (w.718 H.)

16.

Ibn Abi al-Najiih (w. 723 H.)

17.

Zainuddin ibn Sadullah (w. 749 H.)

18.

Muhammad al-Baalis (w. 718 H.)

19.

Al-Sarmariy (w. 776 H.)

20.

Yaqubal-Jaburiy (w.726)

21.

Ali al-Hilali (w.727 H.)

22.

Muhammad al-Awwam (w.725 H.)

23.

Ibrahim al-Balabakki (w. 725 H.)

24.

Abdullah al-Jazriy (w. 725 H.)

25.

Ummu Zainab Fathimah binti Abbas (w. 714 H.)

13

Wafat Beliau
Beliau wafat , dalam keadaan beliau dipenjara di penjara Al
Qolah, Damaskus, pada malam Senin, 20 Dzulqodah 728
Hijriyah.
B. Metode dan corak penafsiran Tafsir Al Kabir.
Ibn Taimiyah mengawali tafsirnya dengan menjelaskan
nama

nama

Alquran

berdasarkan

sebutan

dalam

Alquran.Kemudian beliau menjelaskan atau menafsirkan ayat


ayat

yang

perlu

tambahan.Ketika

menafsirkan

surat

Al

Fatihah,beliau mula mula menjelaskan gambaran umum surat


tersebut dengan mengutip hadits yang diriwayatkan oleh imam

14

muslim

tentang

bahwasanya

Allah

Subhanahu

wa

Taala

membagi Al Fatihah untuk diri-Nya dan untuk hamba-Nya.12


Pembahasan selanjutnya

dibagi bagi dalam beberapa

fasal,dengan mula mula difokuskan pada ayat yang dipandang


sentral

dalam

surat

itu,kemudian

kembali

kepada

ayat

permulaaan,diikuti dengan fasal tauhid rububiyah dan tauhid


uluhiyyah,Disitu

dibahas

hakikat

manusia,keterbatasan

manusia,dan kehendak Allah kepada hamba-Nya. Ibn Taimiyah



:


.
:




" :

[2 : { ]



} :



[1 : { ]




} :
:


{


:



} :

:

} :

-
-




[
5
:]
{






} :


:[ 7 : { ]






"

Allah Taala



.






12

berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian,


yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia
minta. Jika hamba mengucapkan alhamdulillahi robbil alamin (segala puji
hanya milik Allah), Allah Taala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika
hamba tersebut mengucapkan ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang), Allah Taala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.
Ketika hamba tersebut mengucapkan maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai
hari pembalasan),Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau
berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia
mengucapkan iyyaka nabudu wa iyyaka nastain (hanya kepada-Mu kami
menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), Allah
berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika
ia mengucapkan ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina anamta
alaihim, ghoiril magdhuubi alaihim wa laaddhoollin (tunjukkanlah pada kami
jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan
orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini
untuk hamba- Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. (HR. Muslim no. 395).

15

menerapkan

langkah

serupa

ketika

menafsirkan

surat

kedua,ketiga,keempat dan seterusnya.


Tafsir Ibn Taimiyah merupakan tafsir yang bercorak sastra
budaya kemasyrakatan.Namun,para ulama memandang bahwa
tafsir Ibn Taimiyah bercorak kombinatif karena tidak ada unsur
dominan dalam tafsir tersebut.Para ulama yang memandang
bahwa tafsir Ibn Taimiyah bercorak sastra budaya karena
beralasan ciri dari tafsir tersebut menjelaskan petunjuk ayat
Alquran yang berkaitan langsung dengan dengan kehidupan
masyarakat serta usaha usaha untuk menangulangi masalah
masalah

mereka

berdasarkan

petunjuk

ayat

ayat,dengan

mengemukakannya dalam bahasa yang jelas dan tegas.13


Metode penulisan tafsir Ibn Taimiyah adalah tahlili karena
ia menyoroti ayat-ayat al-Quran dengan memaparkan segala
makna dan aspek yang terkandung di dalamnya, sesuai urutan
bacaan yang terdapat di dalam al-Quran Mushaf Utsmani.
Dilihat

dari

bentuk

tinjauan

dan

kandungan

informasinya

menggunakan metode al-tafsir bi al-matsur.14


Tafsir dengan metode ini menggunakan prinsip penafsiran
ayat al-Quran dengan ayat al-Quran lain, penafsiran ayat alQuran dengan pendapat Rasul, penafsiran ayat al-Quran
dengan pendapat sahabat, dan penafsiran ayat al-Quran dengan
pendapat Tabiin.15

13 Muhammad Chirzin,Tafsir Ibn Taimiyah dalam Studi Kitab Tafsir,Tim


Dosen Tafsir Hadits,UIN sunan Kalijaga Yogyakarta
(Yogyakarta:teras,cet.I,2004)hal.88
14 Quraish Shihab, dkk, Sejarah & Ulm al-Quran (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2000) hal. 172-174.

16

Diantara ciri pokok penafsiran Ibn Taimiyah adalah sebagai


berikut :
1. Memandang satu surat sebagai satu kesatuan yang utuh
dan serasi.
Ketika beliau menafsirkan surat Al Fatihah misalnya,beliau
terlebih dahulu menjelaskan kedudukan surat tersebut sebagai
ummul

kitab

(induk

kitab),fatihatul

kitab

(pendahuluan/permulaan kitab),al-sabu minal masani (tujuh


yang diulang ulang),al-syafiyyah (penyembuh),al kafiyyah (yang
mencukupi). Kemudian beliau menjelaskan keutamaannya dalam
Al

Quran,pokok

perhatian

pada

pokok
bagian

kandungannya
atau

ayat

dan

ayat

memfokuskan

yang

dipandang

memerlukan penafsiran lebih lanjut,dan menjelaskan kaitan ayat


yang satu dengan yang lain.16 (perhatikan lampiran 1 hal.17)
2. Menekankan kandungan Al Quran sebagai sumber aqidah.
(perhatikan lampiran 2 hal.25)
3. Dalam
penafsirannya
Ibn
pengunaan

akal

dengan

Taimiyah

wahyu

dan

menyelaraskan
menghilangkan

pertentangan diantara keduanya.


C. Setting sosial
Sejarah mencatat kondisi ketika Ibn Taimiyyah hidup, ada
beberapa kondisi yang mengkhawatirkan:
1. Semakin banyaknya bidah dan syirik, lebih-lebih kesyirikan
yang

terdapat

di

sekitar

masyahid

dan

diagungkan. Juga itiqod (keyakinan) yang

kuburan

yang

batil terhadap

orang yang hidup dan yang mati. Mereka diyakini dapat


15 Ibn Taimiyah, al-Tafsir al-Kabir (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, TT),
hal. 46-47.
16 Muhammad Chirzin,Tafsir Ibn Taimiyah....,hal.90

17

memberi manfaat dan dapat memberi kesusahan, serta


diyakini sebagai tempat mengadu.
2. Tersebarnya filsafat, penyimpangan, dan perdebatan.
3. Tasawuf dan tarekat-tarekat sufi yang sesat menguasai orangorang awam. Tersebar pula di sana pemikiran Bathiniyyah.
4. Rafidhah semakin berperan dalam urusan kaum muslimin.
Mereka menyebarkan bidah dan kesyirikan di tengah-tengah
kaum muslimin. Mereka mengendurkan semangat umat untuk
berjihad. Bahkan mereka membantu pasukan Tatar yang
merupakan musuh kaum muslimin.
5. Pada akhirnya, Ahlusunnah wal Jamaah tidak se-otentik
dahulu. Pada saat seperti inilah Ibn Taimiyah memotivasi dan
memberikan

semangat

kepada

Ahlusunnah,

guna

mengekembalikan ke-otentik-an Ahlussunnah wal Jamaah.


Hal ini memiliki pengaruh yang bagus bagi kaum muslimin
hingga saat ini dalam menghadapi bidah dan kemungkaran,
amar maruf nahi munkar,

menasihati pemimpin kaum

muslimin, dan kaum muslimin secara umum.


Dengan latar belakang kehidupan sosial yang demikian, Ibn
Taimiyah tumbuh dan berkembang. Dan tentu saja hal ini sangat
berpengaruh terhadap pemikiran beliau. Karya-karya beliau yang
demikian banyak adalah respon terhadap kondisi sosio religius
masyarakat pada masanya.
Menurut Nurcholis Madjid, hanya warisan pemikiran Ibn
Taimiyyah yang paling banyak memberi ilham kepada gerakangerakan pembaharuan Islam di abad modern. Ia tidak hanya
berpengaruh timur tengah tetapi juga kepada gerakan Sanusiyah
di Afrika Utara, Muhammad Abduh dan seluruh pengikutnya
diseluruh dunia.17
17Nurcholis Madjid (ed), Khazanah
Bintang,cet.III 1984), hal. 43.

Intelektual

Islam.

(Jakarta:

Bulan

18

D. Pengaruh dalam penafsiran


Pengaruh yang diberikan oleh Ibn Taimiyah dalam tafsirnya
adalah tentang Pemurnian Pemahaman al-Quran.Ibnu Taimiyah
dalam mengupas aliran-aliran dan faham yang dianggapnya
membahayakan Islam dikupas panjang lebar. Dalam jilid pertama
hampir semua isinya mengupas hal-hal demikian.(silahkan rujuk
tafsir

al

kabir

jil.I

hal

97-106)Hal-hal

yang

dianggap

menghawatirkan umat Islam dalam memahami ayat al-Quran


dapat digolongkan sebagai berikut.
1. Persoalan eksternal.
Persoalan dari luar yang dianggap membahayakan dan
mempengaruhi pemikiran umat Islam adalah masalah politik
yang mewarnai negeri tempat Ibnu Taimiyah hidup.Sisa-sisa
perang Salib, gempuran serta pendudukan bangsa Tartar di
Syam, di sanalah umat Islam dipengaruhi oleh berbagai budaya
tradisi, kebiasaan, dan gaya hidup dari luar. Barat mampu
membuat

hukum

perang

damai

serta

undang

undang

perdagangan dan muamalah yang sekaligus berpengaruh pada


pola hidup mereka. Jenghis Khan menetapkan hukum secara
paksa yang wajib ditaati oleh setiap warga. Oleh karena itu, Ibnu
Taimiyah menganggap umat Islam wajib kembali kepada ajaran
al-Quran dengan benar. Hal yang menjadi catatan penting bagi
Ibnu Taimiyah adalah Tartar ternyata dapat ditaklukkan oleh
kekuatan Islam dari Mesir, dipimpin oleh Mudhaffar Saifuddin
dalam perang Ain Jalut.18

18 Ibnu Taimiyah, al-Tafsir, hal. 13-22.

19

Ibnu Taimiyah memahami, kemenangan Mesir adalah


karena memegang teguh ajaran al-Quran dan ulama-ulama
dilibatkan dalam pembangunan negara.19
2. Persoalan internal.
Persoalan dari dalam yang mempengaruhi pemahaman alQuran menurut Ibnu Taimiyah adalah aliran-aliran dalam Islam,
seperti Syiah,Jahamiyah-Jabariyah dan Khawarij,yang mereka
menafsirkan Alquran sesuka hati mereka.Semua aliran di atas
menurut Ibnu Taimiyah membahayakan umat Islam dan merusak
pemaknaan al-Quran. Oleh karena itu, secara khusus dalam
muqaddimah juz 1 disebutkan tentang perkara itu20

E. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dari tafsir karangan Ibn Taimiyah
yaitu,pada bab kesatu beliau membahas tentang penafsiran yang
benar serta tafsiran yang menyimpang dari pemahaman tafsir
yang benar.kemudian setelah itu baru kemudian beliau mulai
menafsirkan Alquran sesuai dengan urutan mushaf utsmani.
F. Kelebihan dan kekurangan penafsiran
a. Kelebihan.
Kelebihan dari tafsir karangan Ibn Taimiyah adalah :
1) Menafsirkan Al Quran dengan metode periwayatan (Matsur)
yang menafsirkan al Quran dengan al Quran,al Quran dengan
sunnah,al

Quran

dengan

19 Ibid., hal. 23-24.


20 Ibnu Timiyah, al-Tafsir, hal. 85.

perkataan

para

sahabat

dan

20

menafsirkan al Quran dengan pendapat para tabiin,dan inilah


tafsiran yang selamat
2) Fokusnya penafsiran Ibn Taimiyah kepada ayat ayat yang
berbicara tentang tauhid.Karena tauhid merupakan perkara
terpenting didalam agama yang merupakan asas agama
islam.
3) Ibn Taimiyah dalam tafsirnya berusaha menyelaraskan akal
dan al Quran dan menghilangkan pertentangan diantara
keduanya.Fungsi akal adalah untuk memahami apa yang
dimuat dalam al Quran.Akal hanya diberi wewenang untuk
memikirkan bukti bukti dan dalil dalil tersebut.Satu satunya
pedoman untuk menghukumi hanyalah al Quran dan Sunnah
Rasulullah.
4) Fokusnya Ibn Taimiyah berbicara tentang penafsiran kelompok
kelompok yang menyimpang dari dalam islam,yang dimana
mereka sangat berbahaya terhadap aqidah umat islam itu
sendiri.
b. Kekurangan
Tingginya gaya bahasa yang digunakan oleh Ibn Taimiyah
dalam tafsir karangannya sehingga susah dipahami oleh orang
orang awam atau orang yang tidak pernah membaca kitab kitab
karangan Ibn Taimiyah.

BAB III
PENUTUP
Ibnu Taimiyah dianggap salah satu tokoh pertama yang
merumuskan kerangka dasar atau prinsip-prinsip penafsiran alQuran dalam bukunya Muqaddimat fi Ushul al-Tafsir. Karya
tafsirnya merupakan tafsir klasik yang berusaha mempertajam
prinsip-prinsip

penafsiran

dengan

sejumlah

prosedur

yang

dipergunakan dalam rangka melakukan humanisasi ayat al-

21

Quran dengan model menafsirkan al-Quran dengan al-Quran,


menafsirkan al-Quran dengan Hadis, menafsirkan al-Quran
dengan

pendapat

Sahabat,

menafsirkan

al-Qurandengan

pendapat Tabiin, serta mengikuti mufasir sebelumnya.


Ibnu

Taimiyah

menggunakan

metode

tahlili

dan

pendeketatan riwayat (tafsir bi al-matsur/ tafsir bi al-naql). Corak


penafsirannya bersifat kombinatif karena tidak ada unsur yang
dominan. Prosedur matsur dikuatkan dengan karakter pokok
Ibnu

Taimiyah

yang

menghindari

penafsiran

akal

semata,

mengkritik penafsiran dengan akal seperti Zamahsyari. Hal itu


dengan cara menggunakan jalur transmisi riwayat yang berlapis,
menggunakan

penjelasan

qiraat,

menggembalikan

ukuran

kebahasaan pada syair Arab klasik, serta kritis terhadap narasi


Israiliyat maupun tafsir kalangan mutakallimin.
Upaya pemurnian pemahaman al-Quran dilakukan dengan
konsistensi terhadap penggunaan prinsip prinsip serta prosedurprosedur yang dipegangnya dengan teguh dalam penafsiran bi
al-matsur, seperti tersebut di atas.
Pentawilan ayat atau pengalihan makna ayat dari makna
lahiriah dilakukannya sepanjang masih dalam cakupan makna
tersebut, sebatas tidak bertentangan dengan semangat ajaran
al-Quran dan al-Sunah. Ibnu Taimiyah mengkritik (tidak setuju)
dengan pentawilan al-Quran yang dilakukan oleh berbagai
kalangan yang tidak sejalan dengan cara ulama Salaf.

22

(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad al-Syirbashi, Sejarah Tafsir Quran, Terj. Tim Pustaka
firdaus,Jakarta:
Pustaka Firdaus,1985
Fazlur Rahman, Islam, Second Edition,Chicago: The University of
Chicago Press,
1979
F. Schoun, Memahami Islam, Terj. Anas Mahyudin ,Bandung:
Pustaka, 1983
Ibn Taimiyah, al-Tafsir al-Kabir,Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, TT
-----------------, Muqaddimah fi Ushul al-Tafsir,Kuwait: Dar al-Quran
al-Karim,
1971
Muhammad
al-Bahy,
Alam
Pemikiran
Islam
dan
Perkembangannya, Terj. AlYasa Abu Bakar Jakarta: Bulan Bintang, 1987
Muhammad Chirzin,Tafsir Ibn Taimiyah dalam Studi Kitab
Tafsir,Tim Dosen
Tafsir Hadits,UIN
Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran Jilid
2,Jakarta: Lentera
Hati, 2011
-------------------, Studi Kritis Tafsir al-Manar Bandung: Pustaka
Hidayah, 1994
Nurcholis Madjid (ed), Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: Bulan
Bintang,cet.III
1984
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibn Taimiyah, Terj. Anas
Mahyudin
Bandung: Pustaka, 1983
Quraish Shihab, dkk, Sejarah & Ulm al-Quran,Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2000
sunan Kalijaga Yogyakarta,Yogyakarta:teras,cet.I,2004
http://rumaysho.com/teladan/biografi-syaikhul-islam-ibnutaimiyah-617.html

You might also like