You are on page 1of 6

Khutbah I

.
. .
.


:
.

:
:
.

Alhamdulillah dengan penuh hidayah Allah SWT, di pagi yang cerah ini kita dapat bersama-sama
melaksanakan shalat Idul Fitri 1437 H dengan penuh kekhusyukan, kebahagiaan, dan persaudaraan. Oleh
karena itu marilah kita bersyukur atas nikmat Allah SWT atas hidayah dan inayah-Nya sehingga kita
ditakdirkan untuk hadir bersama-sama di masjid yang dimuliakan Allah ini, karena masih banyak saudara-
saudara kita yang berhalangan, tengah berada di jalan atau terbaring sakit.

Masyiral muslimin wal muslimat rahimakumullh,

Marilah bersama-sama kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dzat yang maha
penyayang yang tak pandang sayang, dzat yang maha pengasih yang tak pernah pilih kasih, dengan cara
menjalankan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga khatib mengajak,
marilah di pagi yang cerah ini kita buka seluas-luasnya pintu maaf yang telah lama tertutup, kita buka
hati suci kita, pikiran jernih kita, kita singkirkan kotoran jiwa kita, yaitu rasa dendam, benci dan
permusuhan di antara sesama saudara dan umat beragama. Mudah-mudahan kita yang hadir ini
senantiasa tercatat dan digolongkan sebagai orang-orang yang mendapat ampunan Allah SWT,
sebagaimana dalam hadits qudsi-Nya yang berbunyi:






Artinya: Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya,
maka Allah pun berkata, Wahai malaikatku, setiap yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta
balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka. Seseorang kemudian berseru, Wahai umat
Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian diganti dengan kebaikan.
Kemudian Allah pun berkata, Wahai hamba-Ku, kalian berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka
bangunlah sebagai orang yang telah mendapat ampunan'.

Masyiral muslimin wal muslimat rahimakumullh,

Semalam suntuk kita kumandangkan takbir, tahmid dan tahlil tanpa henti, tanpa lelah. Semua itu
merupakan simbol kita mencintai dan mengagungkan asma Allah dengan penuh penghayatan dan
pengharapan akan hari di mana kita akan berjumpa dengan Penguasa Alam. Sebagaimana sabda
Rasulullah Muhammad SAW:

Dua kebahagiaan bagi mereka yang berpuasa: (1) kebahagiaan ketika berbuka dan (2) kebahagiaan
ketika bertemu langsung dengan Tuhannya.

Masyiral muslimin wal muslimat rahimakumullh,

Rasulullah SAW bersabda:


"Hiasilah hari rayamu dengan Takbir"

Islam sesungguhnya telah mengajarkan umatnya agar senantiasa bertakbir. Saat adzan dikumandangkan,
saat iqamah dilafadhkan, saat bayi dilahirkan, dan saat jenazah dikuburkan, kita bunyikan takbir.

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati kita sebagai wujud pengakuan atas kebesaran dan keagunggan
Allah, karena selain Allah semua kecil. sedangkan tasbih dan tahmid adalah wujud menyucikan asma
Allah dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.

Masyiral muslimin wal muslimat rahimakumullh,

Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar
maka diampuni dosa-dosanya yang telah lewat." (HR. Imam Muslim)

Terampuni dosa-dosa di sini adalah ( haqqu Allah) atau hubungan manusia dengan Allah sedangkan
apabila terjadi kekhilafan antarsesama manusia, maka akan terampuni apabila mereka saling
memaafkan, saling ridha-meridhai. Oleh sebab itu mari kita buang sifat sombong kita, egois kita untuk
senantiasa membuka pintu maaf dan memohon maaf jika khilaf. Dan seyogianya kita melakukan hal itu
secara langsung ketika kita mumpun hidup di dunia.
Di dalam kitab Syarhul Hikam dijelaskan bahwa ahli waris tidak berhak untuk memberi maaf jika
kesalahan dilakukan terhadap seseorang yang telah meninggal dunia, karena di akhirat nanti tidak ada
perbuatan saling maaf memaafkan seperti sekarang ini di dunia kita lakukan. Lantas, bagaimana cara
agar dapat menebus dosa terhadap si mayit. Yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak amal ibadah,
karena di akhirat nanti mereka yang pernah kita aniaya akan menuntut dan meminta keadilan di
hadapan Allah, sehingga amal ibadah kita akan diberikan kepada mereka.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW di dalam kitab Riyadus Shalihin, Abu Hurairah mendengar Rasulullah
SAW bersabda:

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang
yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, 'Orang yang muflis (bangkrut) di antara kami adalah
orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.' Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang bankrut
dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan shalat,
menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si
ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan
diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia
menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia
dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)

Masyiral muslimin wal muslimat rahimakumullh

Nuansa hari raya seperti sekarang ini kita pasti membayangkan saat-saat begitu indahnya kebersamaan,
berkumpul dengan sanak saudara, kita cium tangan kedua orang tua kita dengan rasa haru, kita meminta
maaf atas salah dan khilaf kita. Begitulah tuntunan baginda Rasulullah SAW agar kita selalu berbakti
kepada orang tua, menghormati mereka dan mengingat jerih payah mereka. Demikian tinggi derajat
kedua orang tua kita sehingga berbuat baik terhadap orang tua adalah ibadah yang sangat di cintai Allah
SWT. Suatu ketika sahabat Abdullah RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amal apakah yang
dicintai Allah; beliau bersabda:

Dari Abdulullah RA berkata, saya bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, Apakah amalan yang lebih
dicintai Allah? Jawab beliau, Shalat dalam waktunya. Kemudian apa? Berbakti terhadap kedua orang
tua. Kemudian apa? Berjuang di jalan Allah.

Kemudian ada hadits yang kedua yang artinya, Diceritakan dari Sahabat Abdullah bin Amr, ada seorang
laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, Saya ingin berjihad ya Rasulullah. Nabi menjawab,
Apakah ibu bapakmu masih hidup, laki-laki tersebut menjawab, Masih. Nabi bersabda, Berjuanglah
menjaga kedua orang tuamu.

Masyiral muslimin wal muslimat rahimakumullh

Makna Idul Fitri selanjutnya adalah kita wajib menjaga persatuan dan kesatuan. Diawali dengan saling
memaafkan, bersedia berkunjung dan bersilaturahim mempererat dan menyambung kembali orang-
orang yang terputus dengan kita sebagaimana hadits shahih Imam Bukhari Muslim beliau bersabda:

Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usiannya) maka
hendaknya menyambung hubungan familinya. (HR. Bukhari dan Muslim)


Masyiral muslimin wal muslimat rahimakumullh

Akhirnya semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang pemaaf, orang-orang yang senang
bersilaturahim, pembela agama Allah dan berbakti terhadap orang tua kita, dan semoga kita
dipertemukan Allah di akhirat kelak dalam keadaan suci, bahagia bersama keluarga kita memasuki surga
Nya Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbal Aalamin.

Khutbah II

. .
. . .
.

: !
.

. .
.

. . .
. . .
. . . .
. .

. ! . .
. .

Amru Almu'tasim, Dosen Institut Agama Islam Uluwiyah Mojokerto dan Pengurus PC LTNNU Kabupaten
Sidoarjo. Sekarang sedang studi S3 Doktor (MPI) di UIN Maliki Malang.

You might also like