You are on page 1of 635

KumpulanMakalah

Seminar Nasional
Menuju Arsitektur berEmpati

Surabaya,45Mei2012

Dies45JurusanArsitektur
UniversitasKristenPetra

JurusanArsitektur
FakultasTeknikSipildanPerencanaan
UniversitasKristenPetra
Bekerjasamadengan

IkatanArsitekIndonesia
DaerahJawaTimur




Penerbit
JurusanArsitektur
FakultasTeknikSipildanPerencanaan
UniversitasKristenPetra

Reviewer
Ir.BennyPoerbantanoe,MSP.
Ir.BisatyaW.Maer,MT.
Ir.DannySantosoMintorogo,M.Arch.
Ir.J.LoekitoKartono,MA.
Ir.JoyceM.Laurens,M.Arch.
Ir.LilianySigit,M.Sc.
Ir.M.I.Aditjipto,M.Arch
TimoticinKwanda,B.Sc.,MRP.,Ph.D(Cand.)
Ir.V.P.NugrohoSusilo,M.Bdg.Sc.

Editor
RonyGunawanSunaryo,ST.,MT.
AltrerosjeAsri,ST.,MT.

KatalogdalamTerbitan
PerpustakaanNasionalRepublikIndonesia
KumpulanMakalahSeminarNasionalMenujuArsitekturberEmpati
Surabaya,2012,xviii,615hlm,21x21cm


HakCiptadilindungiUndangundang
UURIno19tahun2002

GambarSampul:
PermukimantepiKaliCode,Yogyakarta,sumber:koleksifotoErwintonNapitupulu
Sambutan

SambutanRektorUniversitasKristenPetra

Syalomdansalamdamaisejahterabagikitasemua!

DalamrangkaDiesNataliske45,JurusanArsitekturUniversitasKristenPetrakembali
menyelenggarakan Seminar Nasional Arsitektur (di) kota. Seminar yang berlangsung pada
tanggal 45 Mei 2012 kali ini bertajuk Menuju Arsitektur yang Berempati. Diharapkan,
seminar ini kembali menjadi wadah untuk menghimpun keragaman perspektif dari berbagai
elemen dunia arsitektur, baik pengguna, praktisi, akademisi, peneliti bahkan birokrat dalam
memaknaiarsitekturyangberempati.
Ulasan beberapa materi terkait dengan aspek empati dalam keilmuan arsitektur
merupakan dukungan yang nyata terhadap komitmen UK Petra sebagai kampus yang peduli
terhadap lingkungan (green campus) sejak tahun 2009. Sebagai salah satu jurusan yang
didirikanpadaawalpendirianUKPetra,Arsitekturtelahdanterusdiharapkanberperandalam
memberikan kontribusi nyata khususnya dalam bidang keilmuan untuk mendukung
pengembanganmasyarakat.
Terselenggaranya seminar nasional ini tentunya tidak terlepas dari dukungan banyak
pihak, khususnya para pembicara kunci dan peserta sebagai kontributor makalah.
Perkenankan saya menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya atas
segalapertisipasidandukungannya.Akhirkata,sayajugamengucapkanterimakasihkepada
rekanrekan dari Jurusan Arsitektur, khususnya panitia pelaksana yang telah bekerja keras
demiterselenggaranyaseminarini.
BiarlahsegalapujihormatdankemuliaanhanyabagiTuhankitaYesusKristus!

Prof.Ir.RollyIntan,M.A.Sc.,Dr.Eng.
RektorUniversitasKristenPetra

iii

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

iv
Sambutan

SambutanDekanFakultasTeknikSipildanPerencanaan

SalamsejahteradalamKasihKristus,

Memasuki tahun 2012 ini, Jurusan Arsitektur merayakan Dies Natalisnya yang ke 45.
JurusanArsitekturUKPetratelahmembuktikandirinyamampubertahanlebihdari45tahun
pengabdian dalam kiprahnya di dunia pendidikan Arsitektur. Kiprahnya tidak hanya dalam
pendidikan, pengajaran, penelitian tetapi juga pengabdiannya kepada masyarakat. Saat ini
JurusanArsitekturbanyakberpartisipasidipemerintahkotamadyaSurabaya,baiksebagainara
sumbermaupunsebagaistafahli.
Jurusaninitelahmenghasilkansekitar3000alumniyangtersebardiIndonesia,bahkan
beberapadiantaranyaadadiluarnegeri.TelahbanyakkaryakaryaArsitekturyangdihasilkan
baikolehdosen,alumnidanmahasiswamewarnaikotaSurabayahinggamancanegara.
Sistem studio dalam pengajaran di dunia pendidikan Arsitektur yang saat ini dipakai
hampirdiseluruhprogramstudiArsitekturdiIndonesia,diperkenalkanpertamakalidiJurusan
Arsitektur UKP. Menjadi kebanggaan bagi kita semua jika sistem studio di Jurusan Arsitektur
menjadibenchmarkbagiperguruantinggilaindiIndonesia.
DijajaranFakultasTeknikSipildanPerencanaanUKPetra,JurusanArsitekturmemiliki
keberlanjutan yang cukup baik dalam hal jumlah calon mahasiswa yang masuk dan jumlah
lulusanyangdihasilkan.Padakeadaansepertisekarang,dimanapesaingsemakinbanyak,hal
inimerupakankeberhasilandalammenjagamutudankepercayaandarimasyarakat.
Kebanggaan dan kesuksesan ini merupakan hasil kerja keras dari seluruh jajaran di
JurusanArsitekturdarigenerasikegenerasi.
MelaluiSeminarNasionaldalammemperingatiDiesNatalisJurusanArsitekturFTSPUK
Petrayangke45,diharapkansharingdariberbagaielemenmasyarakat,baikparaakademisi,
praktisi arsitektur maupun perkotaan, instansi pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat,
dan elemen masyarakat lainnya; untuk bergandeng tangan mewujudkan perancangan
Arsitektur yang berempati terhadap lingkungan, aspek ekonomi dan sosial, serta keamanan,

v
Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

kesehatansebagaikesadaranmakinpeliknyatantanganperkembangankotadimasakinidan
masadepan.
Selamatberseminar&berdiskusiMenujuArsitekturberEmpati
SELAMAT UNTUK JURUSAN ARSITEKTUR, jangan lengah dengan keberhasilan yang
telah dicapai,tetapijadikanitu teladanuntukdapatmenciptakaninovasiinovasibarusesuai
dengantuntutanjamandemikemajuanduniapendidikanarsitekturdiIndonesia.
DIRGAHAYUJURUSANARSITEKTURUKPETRA!!!!!

Tuhanmemberkati!


Ir.HandokoSoegiharto,MT.
DekanFakultasTeknikSipildanPerencanaanUniversitasKristenPetra

vi
Sambutan

SambutanKetuaJurusanArsitektur

SalamsejahteradalamkasihKristus,

Pada perjalanan usia yang ke45 atau Lustrum IX Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
SipildanPerencanaan,UniversitasKristenPetra,marikitapanjatkanpujisyukurkepadaTuhan
karena penyertaanNya Jurusan Arsitektur semakin mantap menunjukan eksistensinya.
Ucapan terimakasih juga sepatutnya diberikan kepada para pendiri Jurusan Arsitektur yang
pada1967dansebelumnyatelahmempersiapkanpembukaanjurusanini.
SaatiniJurusanArsitektursemakinmemantapkanvisinyayaitumenghasilkansarjana
arsitektur yang berintegritas, unggul dalam bidang akademik pada taraf nasional dan
internasional serta berwawasan pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan nilai
nilai budaya lokal. Sampai saat ini jurusan telah meluluskan 3071 sarjana arsitektur yang
berkarya baik sebagai arsitek maupun profesional di bidang lain . Misi jurusan juga telah
diperbaharuiyaitumendidikmahasiswaarsitekturagardapatmenjadisarjanaArsitekturyang
mampuberkaryasecarakreatifdalammerancanglingkunganbinaan,yangpekadanberempati
pada kebutuhan manusia, berwawasan lingkungan, dan selalu mengembangkan diri sesuai
dengan perkembangan jaman. Perkembangan jurusan dan peningkatan kualitas dosen,
mahasiswadanlulusanyanglebihmantaptidaklepasdarikomitmenyangtinggidariseluruh
civitasakademika,alumnidanmasyarakat.
DalamrangkamemperingatiDiesNataliske45,JurusanArsitekturmenyelenggarakan
serangkaianacaradengantema:MenujuArsitekturyangBerempatiTemainidiangkatsebagai
pengejawantahan visi dan misi jurusan dan sebagai awalan dalam perumusan road map
penelitianuntuklimatahunkedepan.SeminarsebagaipuncakacaraDiesNatalisdiharapkan
dapatmenghimpunkeragamanperspektifkekiniantentangtemadiatas,sehinggaselanjutnya
dapatdikembangkandalankaitannyadenganpelaksanaanTriDarmaPendidikanTinggi.
Rangkaian acara Dies Natalis ini dapat terselenggara dengan baik atas dukungan
seluruhcivitasakademika,jugakerjasamadanpartisipasiyangeratdariparapendukungdana

vii
Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

danseluruhpesertabaikpameran,lombadisain,maupunseminar.Untukitu,atasdukungan
dankerjasamanya,jurusanmengucapkanterimakasih.Jurusanjugamengucapkanterimakasih
atasdukungandariIkatanArsitekIndonesia(IAI)JawaTimur.
SelamatmerayakanDiesNataliske45,kiranyaTuhanmenyertaikitasemua.

VivaJurusanArsitekturUKPetra!

AgusDwiHariyantoST.,M.Sc
KetuaJurusanArsitekturFTSPUniversitasKristenPetra

viii
Kata Pengantar

KataPengantar

Berempati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan
menangkapartiperasaanitu,kemudianmengkomunikasikannyadengankepekaansedemikian
rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguhsungguh mengerti perasaan orang lain itu.
Empati bukanlah suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain tetapi lebih merupakan
pemahaman. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih dari sekedar
hubunganyangmenempatkanoranglainsebagaiobyekmanipulatif(Bullmer,K.,1975).
Arsitektur dipahami secara luas sebagai proses sekaligus produk pemenuhan
kesejahteraan manusia melalui perancangan dan perencanaan. Fenomena kekinian
memperlihatkan hegemoni arsitektur sebagai produk dan komoditas kapital dengan arsitek
sebagai aktornya. Konteks tersebut mengarahkan pada timbulnya eksklusivitas yang
memposisikanarsitekturseolahhanyabagidandarigolonganmanusiatertentusaja.Selainitu
tumbuh pula pemahaman dan gerakan yang melihat arsitektur sebagai jalan untuk
memanusiakanmanusia.
Untuk memperkuat gerakan yang bertujuan menempatkan arsitektur sebagai jalan
untuk memanusiakan manusia, maka dalam rangkaian acara Dies Natalis ke45 Jurusan
Arsitektur, Fakultas Tekink Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra
menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema Menuju Arsitektur yang Berempati.
Seminar ini dilaksanakan pada tanggal 45 Mei 2012 di Auditorium UK Petra. Selain itu
seminar ini juga sebagai bagian dari implementasi visi dan misi jurusan dalam mendidik
mahasiswamenjadisarjanayangmampuberkaryasecarakreatifdalammerancanglingkungan
binaan, yang peka dan berempati pada kebutuhan manusia, berwawasan lingkungan, dan
selalu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan jaman. Selain itu seminar ini
bertujuan menghimpun keragaman perspektif kekinian dalam memaknai arsitektur yang
berempati dengan melibatkan para akademisi dan praktisi yang berkepentingan dalam
mewujudkan Arsitektur yang Berempati dari berbagai perspektif. Melalui keragaman
perspektifdiharapkanmuculkekayaankhasanahpemaknaanarsitekturyangberempati.

ix

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

SeminarMenujuArsitekturyangBerempatidibagidalamlimatopikmeliputi:
1. KenyamananFisikdanPsikis
2. Keselamatan,KeamanandanKeterlindungan
3. Konservasi:KearifanLokal,BudayadanSejarah
4. Teknologi&RekayasaArsitektur
5. PembelajaranArsitektur
Kepada para pembicara dan pemakalah, kami sampaikan penghargaan atas
partisipasinyauntukberbagipemikirandalamseminarini.Semogapemikiranpemikiranyang
terhimpun dalam seminar ini dapat menjadi kontribusi yang berarti bagi penerapan dan
pengembanganArsitekturyangBerempatidiIndonesia.

Surabaya,Mei2012

GunawanTanuwidjaja,ST.,M.Sc.
KetuaBidangSeminar

x
Penyelenggara

Penyelenggara

PanitiaPengarah
Ir.BisatyaW.Maer,MT.
Ir.DannySantosoMintorogo,M.Arch.
Ir.JoyceM.Laurens,M.Arch.
TimoticinKwanda,B.Sc.,MRP.,Ph.D(Cand.)

PanitiaDies45JurusanArsitektur
Ketua AgusDwiHariyanto,ST.,M.Sc
Sekretaris EstiAsihNurdiah,ST.,MT.
Bendahara EunikeKristiJ,ST.,M.Des.Sc(Hons)
SieSekretaris,Bendahara,danPendaftaran
Penanggungjawab AnikJuniwati,ST.,MT.
Koordinator AilinEasterina
Anggota EunikeChristina,DellaAlfreda,StephanieSeaver
SieAcara,Makalah,Layout,danPublikasi
Penanggungjawab RonyGunawanSunaryo,ST.,MT.
AltrerosjeAsri,ST.,MT.
Koordinator MellisaMaria
TerryChristiantoSuroso,DesyanneRaffin,AndreSugianto,Nico
Alexander,RenataOdilia,ElyneWidyanto,JacklynStephanie,
SieAkomodasidanTransportasi
Koordinator MohammadYosua
Anggota ErwinSuwignyo,ShelviChandra,StevenFandianto,Vincent
Ridwanto
SieDokumentasi
Koordinator AngelineThresdyW.
Anggota TommyPrayogo,ZefanyaChristian,WongsoMichael
SieKonsumsi
Penanggungjawab Ir.MariaI.Hidayatun,MA
Koordinator MariaVeronica
Anggota MelissaEprillia,SheillaC.Chiu,Titus
SiePerlengkapandanDekorasi
Koordinator RudyGunawan
Anggota RobertBudiono,SilviaLuciana,VeronicaYulianiTirto,Hendy
Gunawan,YunggaFiantoH.,BilanSaputro

xi

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

xii
Daftar Isi

DaftarIsi

KataSambutanRektor iii

KataSambutanDekanFakultasTeknikSipildanPerencanaan v

KataSambutanKetuaJurusanArsitektur vii

KataPengantar ix

Penyelenggara xi

DaftarIsi xiii

PembicaraKunci

Ikaputra 1
BerempatiKepadaArsitekturMarjinal

PembicaraTamu

TimoticinKwanda 9
TheEmphaticConservation:theTraditionofConservationinJavaandtheEurocentric
Conservation

JimmyPriatman 35
KonsepDesainBiophiliasebagaiDimensiHijaupadaArsitekturEmpatik

RobertVale&BrendaVale 47
EmpathicArchitectureisthisArchitectureforaSustainableFuture


Subtema1:KenyamananFisikdanPsikis

1. ChristineWonoseputro 55
RuangyangTerlipatsebagaiRuangBermainAnak

xiii

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

2. Dimyati 67
KebersamaanMasyarakatpadaPerkembanganKawasanBisnisdiPerkotaan:
StudiKasus:KegiatanEkonomidiJalanKebonKacangIKawasanTanahAbangJakarta

3. KetutSuwantara 77
KarakteristikThermalpadaUmaLenggediDesaMbawa,NTB

4. PurnamaEsaDora 87
AnalisaHubunganArahPencahayaanBuatanterhadapKenyamanandanEfisiensiKerja

5. MohammadIschak 97
DesainRumahSusunSederhanadenganPendekatanPerilakuPenghuniUntukMeminimalkan
TerjadinyaPenurunanKualitasBangunan
StudiKasus:RumahSusunSederhanaTambora,JakartaBarat

6. OlgaNauliKomala 117
TinjauanPermasalahandalamProsesPenghunianRumahSusunSederhanasebagaiAkibat
HilangnyaEmpatidalamProsesPerancanganArsitektur

7. FaridaMurti 127
KajianTeritorialitasPasardanPerilakuStudiKasusPasarGentengBaruSurabaya

8. BerthaBintari 137
RumahDomeNewNglepenYogyakarta:BukanSebuahPendekatanPerancanganyang
Berempati

9. AgusDwiHaryanto 149
KualitasElemenArsitektursebagaiPenunjangKemudahanWayfindingdanOrientasidiGedung
UniversitasKristenPetra

10 EdiPurwanto 161
KarakteristikRuangKomunaldiRumahSusunBandarharjoSemarang

11. NurFauziah 175
KarakterVisualFasadBangunandiKoridorJalanKayutanganMalang

12. RirinDinaMutfianti 185
PemanfaatanPotensiKarakterTempat(SpiritofPlace)sebagaiObjekWisataKotaLama:Studi
KasusKoridorKalimasTimurSurabaya

xiv
Daftar Isi

13. Rr.Putri 195


FleksibilitasRuangdalamTradisiSinomandanBiyadadiDusunKarangAmpelMalangdengan
PendekatanTeritori

14. Poerwadi 205
LansekapdiAreaPublik,SiapaPeduli

Subtema2:Keselamatan,KeamanandanKeterlindungan

15. BontorJumaylindaGultom 210


PengaruhJalurPejalanKakipadaKualitasVisualFasadBangunanStudiKasus:JalanSultan
Muhammad,Pontianak,KalimantanBarat
16. AgusSSadana 223
JalurPejalanKakiyangRamahbagiWargaKotaJakarta
17. RoyAdiwijaja 231
StudiTingkatKeandalanSistemProteksiKebakaranpadaBangunanApartemenStudiKasus
ApartemendiSurabaya
18. DianFitria 241
MenujuLingkunganInklusif:PerempuanPenyandangCacatMobilitasdanKondisiRumahyang
PenuhHambatan

Subtema3:Konservasi:KearifanLokal,BudayadanSejarah

19. UdjiantoPawitro 251


MenelaahFenomenaMasyarakatKampungKotasebagaiBagianDariEmphaticArchitecture
(KasusKampungKotadiRW07KelurahanGemuruh)BinongJatiKotaBandung

20. DamayantiDesakPutu 261
TrendKonservasiFisikJinengdalamTransformasinyasebagaiPenunjangPariwisata

21. TitienSaraswati 269
PemaknaanPendudukPedesaanterhadapBangunanVernakularsebagaiFasilitasAkomodasi
WisatadiDesaPaga,Flores,NTT

22. Hardiyati 279
MetodadanProsesRancangBangunSebuahTransformasiAspekAspekKearifanLokal
ArsitekturdiEraKehampaanuntukMenghadirkanKaryaArsitekturyangEmpati

23. SugiriKustedja 289
ElemenKritisbagiKonservasiKlentengTua,MaknaKosmologiTradisionalDenahCoutyard,si
heyuan

xv
Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012


24. PudjiWismantara 297
KonservasiMasjidAmpelSurabaya:UpayaRekontekstualisasiArsitekturNusantara

25. KartikaEkaSari 311
PelestarianKawasanPecinanKembangJepunKotaSurabayaBerdasarkanPersepsiMasyarakat

26. AlwinSuryono 333
PelestarianArsitekturGerejaKatedralPeninggalanKolonialBelandadiKotaBandung

27. DianisariRindaAMunarto 347
KeberlanjutandanMasaDepanArsitekturUmeKBubuDiSukuAtoni,KampungMaslete

28. MunichyB.Edrees 361
MembentukLingkunganBinaanyangBerkelanjutandenganPendekatanKearifanLokaldanEtika
Lingkungan

29. MuhammarKhamdevi 371
PolaKampungLengkongUlama:KekhasanyangSudahLamaInginDidengar

30. ParmonanganManurung 381
ArsitekturBerempatiyangTerpinggirkan
StudiKasus:OmoHada,Nias,RumahTongkonan,Toraja;BiaraChiLin,HongKong

31. AgungWahyudi 393
EksistensiArsitekturTradisionalCinadiAntaraBudayaSundadanBetawidiTelukNaga,
Tanggerang

32. JohannesAdiyanto 403
BelajarBerempatidariArsitekturNusantara

33. BachtiarFauzy 407
MemahamiRelasiKonsepFungsi,BentukdanMaknaArsitekturRumahTinggalMasyarakatKota,
PesisirUtaradiKawasanJawaTimur

34. AyuSiwalatri 421
TektonikaArsitekturTradisionalBali


xvi
Daftar Isi

Subtema4:TeknologidanRekayasaArsitektur

35. SherlyDeYong 429


PanoptisismepadaInteriorKantorBiroAdministrasiKeuangan

36. ErnaKrisnanto 439
KeandalanStrukturBangunanterhadapGempaBumipadaBangunanRumahTinggalpada
PendudukdiPerkotaan

37. FreddyMarihotRNainggolan 459
PerancanganKBAdiRuangKerjaUntukPeningkatanProduktivitasKerja

38. SilviaMaycellaYuficaChandra 473
CCTVMultifungsiPenjagaOrangLanjutUsiadiRumahTinggal

39. DianisariRindaAMunarto 483
PrototypeModelRumahMurahSejahteraBerbasisPotensiBahanBangunanLokaldiProvinsi
NusaTenggaraTimur

40. BisatyaW.Maer 495
StrukturRumahJogloHanyaMengandalkanSanten?

Subtema5:PembelajaranArsitektur

41. JoyceM.Laurens 509


MelaluiPendekatanDesainInklusiMenujuArsitekturyangHumanis

42. FilipusPriyoSuprobo 519
PenerapanDesignThinkingdalamInovasiPembelajaranDesaindanArsitektur

PenyajiPoster

43. RatihDyahA 527


RumahPenginapandenganKecerdasanBuatan

44. CorneliaHildegardis 539
KamarMandiCerdasPemanfaatanShowerMandiSebagaiAlatTerapiKesehatan

45. AndjarWidajanti 547
KenyamananSebagaiSalahSatuKebutuhanRuangBerkumpulInformalMahasiswaStudiKasus:
UniversitasMercuBuana

xvii
Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012


46. WandaWidigdoC. 555
CakupanEmpathymanusiapadakaryaArsitektur

47. IwanSuprijanto 569
PeningkatanKualitasRumahRakyatMenggunakanPapanBebakLaminasi(Rumbela)DiProvinsi
NTT

48. IbrahimTohar 579
KajianKeandalanBangunanGedungdiSurabayaObjekStudi:MasjidAlAkbarSurabaya

49. SriWinarni 591
TransformasiRuangSemiPrivatdanPrivatsebagaiRuangKomunalTemporaldiDukuhKrajan,
DesaKromengan,KabupatenMalang

xviii
PEMBICARA
Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

BerempatiKepadaArsitekturMarjinal

Ikaputra1

Abstrak
Para arsitek dalam memenuhi kebutuhan masyarakat masih secara subyektif memilih klien yang jelas
problematikanya,normativeprinsipanalisasintesanya,pastijadwalkerjapenyelesaiannya,danbahkancenderung
menguntungkan secara finansial. Hal ini menempatkan pengalaman melayani para klien favorit tersebut
mendominasi diskursus profesionalisme para arsitek. Sementara klien yang tidak favourable atau klien yang
kurang dipedulikan menjadi klien terpinggirkan. Klien marjinalkelompok masyarakat yang tak teruntungkan
akan dipedulikan para arsitek jika arsitek memiliki rasa empati. Rasa empati tersebut diharapkan mampu
menempatkan klien marjinal pada prioritas utama kerja para arsitek. Persoalan utamanya adalah bagaimana
membawaArsitekturterpinggirkanketengaharenaprofesimuliaarsitekberbekalempati?
KataKunci:TeoriEmpati,KlienMarjinal,ArsitekturMarjinal

TeoritisasiEmpati
Memahamiterminologybaruarsitekturyangberempatitentutidaklepasdaridariartikata
empati. Kata empathy dalam bahasa Inggris berasal dari kata yunani empatheia (em + pathos)
yang artinya adalah gairah, atau perasaan kuat atau emosi. 2 Dalam disiplin ilmu perilaku atau
psikologi, empati banyak didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami perasaan orang yang
sedang mengalami kesusahan, kesulitan, penderitaan, keteraniayaan (Hoffman, 2000; Singer et al.,
2004; Decety&Jackson,2006 dalamUnnever&Cullen,2009:288)Berbagiperasaansharingfeeling
for othersmerupakan prinsip empati. Perasaan empati akan muncul secara spontan (automatic
activation of emotion) jika seseorang mampu menyelami perasaan atau emosi orang lain. (de
Vignemont,2006;180) Kemampuan individu untuk mentransfer situasi kesusahan atau rasa teraniaya
oranglainkedalamdirinyamerupakansalahsatukuncikeberhasilanmembangunempati.

1
Dosen Jurusan Teknik Arsitektur & Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Email:
ikaputra_2001@yahoo.com
2
Lihatwebdictionaryseperti:http://www.merriamwebster.com/dictionary/empathydiaksestanggal14April
2012;http://www.thefreedictionary.com/empathy,diaksestanggal14April2012

Ikaputra

Empati menurut Decety & Jackson (2004: 73) bisa muncul dari rasa galau, gundah, atau
kegelisahan seseorang ketika melihat kejadian yang tak menyenangkan (an unpleasant situation).
Kejadiankejadian yang tak menyenangkan yang dialami oleh seseorang atau kelompok masyarakat
dapat dikategorikan dalam beberapa tipe. Kejadian yang tidak menyenangkan tetapi melekat seumur
hidupmisalnyayangdialamiolehkelpmpokmasyarakatdifabelsuatusituasiindividuataukelompok
masyarakatyangmengalamikesulitankarenalingkungannyatidakbersahabatdenganmereka.Bisajuga
kejadian yang relatif melekat secara permanen tetapi suatu saat bisa menjadi lebih baik jika dibantu,
misalnya yang dialami oleh masyarakat dhuafa yang hidup kurang layak. Atau kejadian yang bisa
menimpasiapasajakapansajadimanasajaterkaitdenganbencanabaikbencanabuatan(kebakaran,
kecelakaan, dll) maupun bencana alam (gempa, tsunami, tanah longsor, puting beliung, dll). Korban
paska bencana tersebut biasanya melewati tahapantahapan tertentu untuk bisa kembali bangkit
memulihkan semua situasi dari kejadian tak menyenangkan kepada kondisi yang lebih baik. Dalam
istilahpopulernyaadalahbuildingbackbettermembangunkembalilebihbaik.
Biasanyagagasandariteoriempatiterkaitdenganresponspontanmelaluisikapdantindakan.
(de Vignemont,2006;181) Perasaan galau yang berujung pada empati ini bagi beberapa orang
memunculkanniatuntukmenolong(helpingintention)(Decety&Jackson,2004:73)Namundengan
berbagai situasi, kondisi, maupun latar belakang masingmasing individu yang berempati, niatan
membantu tidak berarti berlaku secara fisik, tetapi bisa berupa sikap spiritual melalui berdoa bagi
kebaikanorangyangterempati,melaluiekpsresi(mimik)keprihatinan,melaluiungkapanbelasungkawa,
maupunsikapdantindakannyatamemberibantuanpemikiran,materialdantenagademimeringankan
semuakesulitandankesusahanyangdialamiolehseseorangataukelompoktertentu.(Gambar1)

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Gambar1.KerangkaTeoriEmpati

Padaabstraksikonsepsualniatataumotivasiyangprososialakanmemunculkantujuanmulia
membantumeningkatkanindividuataumasyarakatyangteraniayaatauterpinggirkanpadaranahideal
kesejahteraansosialmasyarakat.Empatikepadaoranglain,terutamayangmengalamikesulitanbaik
permanen atau sementara bisa membangun semangat keberpihakan sesama dan memunculkan
gerakangerakan Propoor, Prodifabel, dan Prosurvivors tanpa pamrih melainkan sematamata demi
kebaikanmasyarakatyangterpinggirkanini.Rasaempatiinisebenarnyamodaldasarsetiapanakbangsa
dalam membangun negri yang berlandaskan sila empati Pancasila kita, Kemanusiaan yang adil dan
beradab dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. The big question atau pertanyaan
mendasarnyaadalahmengapamasihbanyakmasyarakatmarjinalyangmasihtidakterpedulikan?

KlienMarjinalArsitek
Istilahmarginaldigunakanuntukmenunjukkanposisiseseorang,ataukelompok,atausuatu
status situasi, yang berada pada batas terendah (lower limit, lower class, lower standard) sehingga
membutuhkan upaya dan kerja keras untuk bisa memenuhi standar minimum yang dipersyaratkan.3
Termarjinalkannyaseseorang,sekelompok,atausuatusituasiterjadiketikasekelompokyangdianggap

3
Lihat:http://www.wordreference.com/definition/marginal;TheAmericanHeritageDictionaryoftheEnglish
Language,FourthEditioncopyright2000byHoughtonMifflinCompany.Updatedin2003.Publishedby
HoughtonMifflinCompany.Allrightsreserved;http://www.thefreedictionary.com/marginal

Ikaputra

mampu (powerfull) atau mayoritas masyarakat (wider society) mengabaikan atau tidak mempedulikan
individuataukelompokyangtidakmampu(powerless)tersebut.4
Istilahmarjinalseringkalidipadankandengankatapinggiranatauterpinggirkandanlazim
digunakan sebagai atribut dari beberapa kata, seperti masyarakat marjinal atau masyarakat
terpinggirkan (marginal community), budaya terpinggirkan (culture marginality), terpinggirkan secara
struktural(structuralmarginality)yakniterpinggirkansecarapolitik,sosialdanekonomisekaligusdalam
masyarakat.(Billson,1998:185inBabitskyandSalmons,2006:66).Prosesterpinggirkannyaindividu,
kelompok, kondisi, bidang minat, atau aspek kehidupan, menyebabkan semakin melebarnya
kesenjangan antara mereka terhadap kelembagaan atau masyarakat normal atau konvensional
lainnya.(Eldering&Knorth,1998).
Beberapaalasanterabaikannyaindividuataukelompokmarjinal,terutamaterkaitdengantidak
adanyakeuntungan(noprofitgain,atauextremelysmallmerit)yangbisadidapatkandarimengurusi
kelompok marjinal tersebut. Bahkan jika kita mempedulikan kelompok marjinal, kita juga tidak
mendapatkan jaminan akan dapat menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi (extremely small
probabilityofwinning).Padasituasiyangdemikian,kelompokmarjinalsemakinterabaikan,tidakterlihat
di mata mayoritas, bahkan muncul stigmanisasi ketidakmampuan,5 sehingga menyebabkan proses
degradasi kualitas hubungan dan kesenjangan sosial, budaya, ekonomi, psikologis maupun fisik yang
simultan dari kelompok tersebut terhadap kelompok mayoritas atau yang berkuasa. (Babitsky and
Salmons, 2006: 93) Jika banyak pihak tidak mempedulikan, melupakan, bahkan mengabaikan
keberadaanmasyarakatmarjinalmakabagaimanadenganparaarsitekyanglekatdengankeelitisan
profesinya? Tergugahkah para arsitek menempatkan klien marjinaldengan segudang kesulitan,
keterbatasan,danketeraniayaanmerekapadaprioritasutamaatasnamaberbagirasaempatimelalui
aksiprofesionalarsiteksejatinya?

ArsitekturMarjinal:AspekdanPrinsip
Dinegaramanapun,selaluadakelompokmasyarakatyangterpinggirkan(marginalcommunity)
atauyangtidakberuntung(disadvantagegroup)untukmemanfaatkanberbagaipeluangyangtersedia
ataubisadiaksesolehmasyarakatlainnya.Adaberbagaialasanketidakmampuankelompokmasyarakat

4
Lihatsitussitusinternetseperti:www.lib.uconn.edu/~mboyer/ms200102glossary.html;
www.ekd.de/english/1714ekdtext91_7.html;
5
Lihat:informahealthcare.com/doi/pdf/10.1081/JA120018091

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

ini untuk mememanfaatkan peluangpeluang tersebut. (Rahman, 2006: vii). Sangat mungkin mereka
tidak mampu memanfaatkan peluang karena mereka miskin. Atau sebagian dari kelompok tersebut
kondisi secara fisik dan mental kurang mendukung, seperti kelompok yang lazim disebut penyandang
cacat atau dalam istilah yang lebih baik adalah masyarakat difabel (differently able, atau person with
different ability). Sebagian lain adalah kelompok yang mengalami kesulitan memanfaatkan peluang
karena mereka adalah perempuan atau kelompok minoritas. (Fillip, 2002 dalam Rahman, 2006: vii).
Anakanak dan Lanjut Usia juga dapat digolongkan dalam kelompok terpinggirkan, karena mereka
kesulitanmengaksesinformasidanmemanfaatkanfasilitaskarenakesenjanganpendidikan,kemampuan
fisikdankeahlian,sehinggamengalamimasalahmasalahekonomidansosial.(Rahman,2006:vii).
Sementara tidak banyak pustaka atau referensi tentang pengertian Arsitektur Marjinal yang
bisa menjelaskan definisi secara komprehensif istilah tersebut, sekalipun kita mencoba menelusuri di
internet. Namun dari sedikit sumber pustaka, istilah Arsitektur marjinal dapat didiskusikan dalam
beberapapengertiandansudutpandang.Arsitekturmenjaditerpinggirkanbisadipandangdariberbagai
aspek,antaralain:
- AspekGeografis:Terpinggirkankarenalokasigeografis(pinggirankota,dipuncakgunung,dll)
- Aspek Teknis:Terpinggirkan karena memiliki bentuk struktur dan jenis material yang berada pada
pilihan konstruksi permanen (hightech/prestisius) dan nonpermanen (lowtech/nonelitis
arsitektur)
- Aspek Sosial: Terpinggirkan karena digunakan bagi masyarakat yang terabaikan karena masalah
sosial dan ekonomi seperti arsitekrur bagi masyarakat miskin, bagi penyandang cacat atau difabel,
dll6
- AspekEkonomi:Terpinggirkankarenatidakmenguntungkansecaramaterialbagisementaraarsitek,
seperti arsitektur bagi korban bencana. Bisa juga terjadi pada arsitektur pusaka, yang banyak
memilikiramburambupemanfaatannyayangantiekonomi(noneconomicprofit)sertalebihkepada
socioculturaladvantages.

Ke empat aspek di atas menunjukkan keterpingiran suatu arsitektur karena kurangnya


aksesibilitasorangkelokasidimanaarsitekturtersebutberada,karenakurangnyakebanggaanarsitek
dalam mengembangkan suatu struktur atau bahan karena sifat ketidakpermanennya, karena

6
Newsletter Editorial, Society For PostMedieval Archaeology, Newsletter, ISSN 13578340, Second Series No. 67
Autumn2008.

Ikaputra

kurangnyakemampuanklienyangnotabenemasyarakatyangterpinggirkandalammengakseslayanan
jasa arsitek, yang paling menyedihkan adalah masih banyaknya arsitek yang berpaling pada klien
marjinalkarenatidakmemberikankeuntunganekonomisepeserpun.Dalampersepektifyanglebihluas,
masyarakat pengungsi paska bencana yang bertahan dengan keterbatasan dan standar kehidupan
minimaljugamerupakankelompokmarjinalyangperluperhatian.
DefinisiArsitekturMarjinalmiripdenganistilahyangdiperkenalkanBerescu(2008:51)sebagai
Arsitektur tanpa estetika atau nonarchitecture yakni deskripsi arsitektur tanpa imej
mendefinisikanarsitekturmelaluiesensiatauprinsipdaripadaestetikasepertirancanganrumahcepat,
murah, sederhana. Barovic Zlatsko (1983: 13) mencoba mendefinisikan arsitektur marjinal sebagai
bentukan arsitektur yang minim fasilitas, berkembang melalui proses adaptasi terhadap kebutuhan,
sehingga memenuhi kelayakan fungsional dan kenyamanan minimal tinggal. Para arsitek ditantang
untuk merancang dengan konsep dan prinsip esensial bagi kaum dhuafa, masyarakat pengungsi
bencana,maupunkelompokdifabeltanpamengedepankanestetikalebihdulu,dansudahbarangtentu
mengesampingkan bayaran yang menggiurkan. Tantangan tersebut tentu hanya bisa ditanggapi jika
arsitekmemilikiEMPATIterhadapkondisiklienmarjinal.Permasalahannyaadalahadaatautidakada
rasaempatiparaarsitekklienmarjinaltetapberadadisekitarkita.

KendalaBerempatipadaArsitekturMarjinal
Arsitektur Marjinal dapat juga dipandang dalam perspektif keberpihakan arsitek terhadap
klienataulayananbagisemuaterutamayangmembutuhkanjasaarsitekuntukmembangunkehidupan
masyarakat yang lebih baik. Adalah Laurent Guidetti, (50, 2008) dalam artikel berjudul Ar[t]ogance!
mengungkap kesombongan para arsitek yang menjadi penyebab terpinggirkannya suatu Arsitektur.
Menurutnya para arsitek yang berkarya sematamata karena Art dan prestasi pencitraan estetika
karyasebenarnyatidaksecarasungguhsungguhmendengarkanatauberbicarakepadapublik(Theydo
notlistentoandtalkwiththepublic!).LebihlanjutGuidettimenyatakan:

The image that the public has of architecture is more or less monopolized by a handful of star
architects.Buttheyarenotrepresentativeoftherestoftheprofession:theydoadifferentjob.They
canchoosetheircommissions.Theyarehiredbyspecialclientsbecauseoftheimagetheyofferand
fortheirsignaturestyle.Infact,theyprovideapublicityimage,anexpressionofstatusratherthana
responsetoaneed.Theydoanartistjobanddefactobelongtoacompletelydifferentcategorythan

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

their colleagues who are confronted with quite different realities the star architects forget that
themainobjectiveofhisdisciplineistheHumanBeing.(Guidetti,50,2008)

Pandangan masyarakat terhadap karya arsitektur kurang lebih dimonopoli oleh para arsitek
bintang. Namun mereka tidak mewakili (etika dan) kerja profesi yang sebenarnya: Para bintang
mengerjakan lainnya. Mereka menentukan komisi atau bayaran mereka. Mereka dipakai klien khusus
karena menawarkan tampilan dan gaya arsitektur. Fakta mengatakan, para arsitek bintang ini
menawarkan citra publik, ekspresi yang menunjukkan status klien, dari pada menanggapi tuntutan
kebutuhanrancangan.Parabintangberlakulayaknyaartis,danfaktaini,menunjukkanmerekaberada
padakategoriyangberbedadengankolegaarsiteklainnyayangmenghadapikenyataanberbedadalam
berkarya arsitektur. Para arsitek bintang telah melupakan tujuan utama disiplin profesinya yakni
dedikasikepadaumatmanusia(humanbeing)bukandedikasikepadasekelompokklienyangkayadan
melupakansekelompokbesarmasyarakatdenganketerbatasanketerbatasannyatayangmembutuhkan
ulurankepedulianparaarsitek.
Keberpihakanparaarsitekterhadappersoalanpersoalansebagianbesarmasyarakatyangtidak
mampuataudenganketerbatasanketerbatasantertentumenjadisangatpentingdanrelevanuntukkita
permasalahkan.MembawaArsitekturMarginaldaripingiranmenjadipusatperhatianbagisemuayang
mengakuarsitekmenjadipenting.Salahsatucarayangmanjurtidaklainadalahdodesignformarginal
community. Dan kendala utama melibatkan diri arsitek dalam membantu klien marjinal adalah
menumbuhkanEMPATIberbagiperasaankepadamerekadengansikapdantindakannyata.

DaftarPustaka
Babitsky, Timlynn T. and Salmons, James F. (2006) Affecting Change from the Grassroots: Making a
Difference without Power, Prestige, or Money. In Book edited by Rahman, Hakikur (2006)
EmpoweringMarginalCommunitieswithInformationNetworking,Hershey:IdeaGroupPublishing.
Barovic, Zlatko (1983) Concentrated Forms of Individual Dwellings. A Preliminary Report. International
Fellow,Yugoslavia.
Berescu, Ctlin (2008) What do you stand for? In Where is it leading to? Four practices share their
views.PlatformforArchitecture,WonderlandMagazine#3.Brugge(Belgium):DieKeure.
Billson,JanetMancini(1988).Noownersoil:Theconceptofmarginalityrevisitedonitssixtiethbirthday.
InternationalReviewofModernSociology,18,183204.

Ikaputra

deVignemont,Frdrique(2006)Whendoweempathize?InEmpathyandFairnessN.278(Frith,C.,
ed.),JohnWiley&Sons
Decety, Jean and Jackson, Philip L. (2006) A SocialNeuroscience Perspective on Empathy, In Current
DirectionsinPsychologicalScience15(2):548.
Decety,JeandanJackson,PhilipL.(2004)TheFunctionalArchitectureofHumanEmpathy,InBehavioral
andCognitiveNeuroscienceReviewsVolume3Number2,June200471100,SagePublications.
Eldering, Lotty and Knorth, Erik J. (1998) Marginalization of immigrant youth and risk factors in their
everydaylives:TheEuropeanexperience(Electronicversion).ChildandYouthCareForum,27(3),
153169.
Fillip,Barbara(2002).Informationandcommunicationtechnologies(ICTs)tohelpDisadvantagedgroups
helpthemselves.JICA/USA.
Guidetti,Laurent(2008)Ar[t]ogance!InWhereisitleadingto?Fourpracticessharetheirviews.Platform
forArchitecture,WonderlandMagazine#3.Brugge(Belgium):DieKeure.
Hoffman,MartinL.(2000)EmpathyandMoralDevelopment.Cambridge:CambridgeUniversityPress.
NewsletterEditorial,SocietyForPostMedievalArchaeology,Newsletter,ISSN13578340,SecondSeries
No.67Autumn2008,
Rahman, Hakikur (2006a) Empowering Marginal Communities with Information Networking, Hershey:
IdeaGroupPublishing.
Rahman, Hakikur (2006b) Empowering Marginal Community Through InformationDriven Learning. In
Book edited by Rahman, Hakikur (2006) Empowering Marginal Communities with Information
Networking,Hershey:IdeaGroupPublishing.
Singer,Tania,BenSeymour,JohnODoherty,HolgerKaube,RaymondJ.DolanandChrisD.Frith(2004)
EmpathyforPainInvolvestheAffectiveButNotSensoryComponentsofPain,inScience20(5661):
115762.
Unnever,JamesD,andCullen,FrancisT.(2009),Empatheticidentificationandpunitiveness:Amiddle
rangeTheoryofIndividualDifferences,InJournalofTheoreticalCriminologyVol.13(3):283312.

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

TheEmphaticConservation:theTraditionofConservationinJavaandthe
EurocentricConservation

TimoticinKwanda1

Abstract
ThenotionofEuropeantraditionofconservationanditsauthenticityprincipleoriginatedfromWestern
Europe which has been dominated and widely disseminated within conservation profession in the World. This
unfamiliar concept refers to the classical theory that place considerable importance on the building as object,
reflecting an interest in it as valuable entity. The conservation of De Javasche Bank Surabaya is raised to
comprehendtheclassicaltheory.Recentlytheshiftingofconservationtheoryfromtheclassicaltheorythatcentred
aroundtheobjecttotheinclusivecontemporarytheorywhichcentreonthesubject.Inlinewiththecontemporary
theory,thecaseoftheMemayuandtheGanti Siraptradition inKiBuyutTrusmicomplex inCirebonisdiscussed
that tries to reconstruct the notion of conservation that rooted from the long traditions of Asia society that
emphasizethespiritualmeaningsofthepeoplereflectingthroughtheobjectandthetraditionoffabricrenewalof
theperishablestructure.
Keywords:EmphaticConservation,TraditionofConseration,InclusiveApproarch

Introduction
1.1Background
InAsia,conservationofarchitecturalheritageisarecentissueasresponsetothepressureof
rapid growth of urban development.2 In 1990s, the opening of the economy to market forces and
development opportunities causes an increase risk with architectural heritage as new buildings and
infrastructures have been constructed altering the character of the old district in Asia. These
phenomena the socalled disappearing Asian city have happened in many Asian cities, such as the
destructionofarchitecturalheritageinIntramurosofManila,theolddistrictofPudonginShanghai,and
GeorgeTown(Logan2002).

1
DepartmentofArchitecture,PetraChristianUniversity,cornelia@peter.petra.ac.id
2
Thetermculturalheritageisusedtomeanallheritagesinthiscasearchitecturalheritage,intangibleandtangible,
thatisintentionallyconstructedandbiasedtowardaparticulargrouporissue.

Kwanda, T.

Ontheotherhand,thedisappearingAsiancityphenomenaisnotfullytrueasmoreandmore
architectural heritages in Asia have been conserved which well documented by UNESCO in Asia
Conserved(2007).Thisrecentconservationconsciousnessbytheexpertsisinterestingissueofwhether
itisbecauseofthefearoflossthatgivesrisetoconserving(Peckham2003:45)ortheotheragenda
suchassocialstatusofdominantgroups,economicagendasuchastourismindustry,andpoliticalends
for nationalism (Hobsbawm & Ranger eds. 1983; Bendix 2007: 256). For these reasons, cultural
heritageisalwayscontestedbynatureasdissonanceisintrinsictothenatureofheritageaninevitable
part of a system where selection is unavoidable related to heritage ownership, conflicting uses and
misuses,multiconsumedondifferentmarkets,andthedualityofheritageofbeingaresourceofboth
economicandculturalcapital(Ashworth2000).
In conservation practice throughout Europe and the international sphere, this materialistic
notion of conservation is found in various international charters and conventions. This notion of
EuropeantraditionofconservationanditsauthenticityprincipleoriginatedfromWesternEuropewhich
has been dominated and widely disseminated within conservation profession in the World including
Asia.
In Asian countries, conservation is a newconcept,notably in recent years a numberof Asian
countryhascharters or principles to underpin approaches in conserving culturalheritage, such as the
Principle for the Conservation of Heritage Sites in China (2000), the Hoi An Protocols for Best
ConservationPractice in Asia, and the Charter for Conservation of Unprotected Architectural Heritage
andSitesofIndia(2004).

1.2TheObjective
TheconcernofhowtoconserveinconservationasobservedbyOliver(2006:xxvi)statesthat
someoftheproblemsofconservingthevernacularareencounteredincountrieswheretheconceptis
unfamiliar. This unfamiliar concept refers to the Western cultural values place considerable
importanceonthebuildingasobject,reflectinganinterestinitasvaluableentity(Oliver1980:4).
Inthissense,theconcernofthisresearchistoexplorethefamiliarconceptofconservationof
some community in Java as opposed to the unfamiliar concept. First, it describes the shifting of
conservation theory from the classical theory that centred around the object to the inclusive
contemporary theory which centre on the subject. Second, it tries to reconstruct the notion of
conservation that rooted from the different and long traditions of Asia society that emphasize the

10

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

spiritualmeaningsofthepeoplereflectingthroughtheobjectandthetraditionoffabricrenewalofthe
perishablestructure.
Atlast,Itarguesthatthefamiliarconceptisatraditionofacommunityaspartoftheirlifethat
focusesonthebuildingnotasobjectorpurposeortargetbutasmediumofcosmicrelationasopposed
totheunfamiliarconceptthatplacethebuildingasobject.Consequently,italsoarguesthatsomeof
theactionstakeninthesocalledtraditionofconservationwillbedifferentwiththeEurocentricnotion
ofconservation.

1.3Methodology
CaseStudy
In case study, Yin (2003a: 45) states that a researcher begins with a preconceived theory in
mindtoelaborateandextendexistingtheorypriortothecollectionofdata;others,however,arguethat
the researcher begins with the case study and allows the theory to emerge from the data (grounded
theory)whichisaninductiveprocess((Berg2007:285286).Inthissense,theresearchbeginswiththe
theoreticalconstructoftraditionofconservation.Ithasbecomeessentialasthereisnodefinitivetheory
onthetopicandwhateverisavailableiseithertoogeneraltobecalledatheoryortoodiverseinfocus
tobeuseful,whichmeansnomeaningfulconclusioncanbederivedfromthese.

TheoreticalSampling
The case study selection employs theoretical sampling where a case is selected based on its
relevance to the research questions, of its theoretical position (Silverman 2010: 144). The bases for
selectingthecasestudywasdevelopedthroughapreliminarystudythatincludedsitevisits,interviews
withkeyrespondents,andreviewsoftheliteratureonJavanesearchitecturalheritagesuchastheGreat
MosquesinDemak,KudusandJepara(IsmudiyantoandAtmadi1987),theGreatAmpelMosque(Abdul
Qohar 1994), the noble residences in Yogyakarta (Ikaputra 1995); Monuments and Sites in Indonesia
(AffandyandSoemardi1999),andonconservationofJavanesearchitecturalheritagesuchastheGreat
MosqueofDemak(Anometal.1986);theGalaMosqueinKlaten(Romlietal.1993);theGreatMosque
ofSurakarta(Hardjajanta,SudarnoandEko2005).
Inchoosingwhichcasetostudy,thethesisisdevelopedbasedonthreesources.First,itdraws
on discussions in the literature; second, it uses extensive initial case studies in Java; and finally, it is
based on the authors discussions with many experts in the field and through exchanges with
professionalsatanumberofevents.

11

Kwanda, T.


Figure1.LocationoftheInitialCaseStudies.Source:maps.google.com,
downloadedon6February2012,andreproducedbyauthor.

DataSourcesandCollection
Data for the study come from five main sources: (1) documentation of the complex; (2)
observations of the conservation processes; (3) interviews with residents and community leaders; (4)
relevant literature on conservation works; (4) reports and documents of various organisations and
agencies;and(5)newspapers.Next,thecasestudystartswiththeprimarydatacollectioninthefield
drawing from multiple sources of information, such as direct observations, interviews, audio visual
materialsinventoriesofphysicalartefactssuchasthebuildings;andsecondarydatasuchasdocuments,
previousstudies.

DataAnalysis
Various techniques were applied to analyse the data. Firstly, the synchronic and diachronic
approachisusedtounderstandwhatinterventionshavebeendoneintheconservationworksthatcan
beseenfromthetransformationofthesiteatmacrolevel:theblock,andespeciallyatthemicrolevelof
resolution:thebuilding.
Secondly,throughthedatacollection,andsimultaneousanalysisofthedatabyconceptualising
andreducingdata,elaboratingcategories,adetaileddescriptionofthecaseemergedsuchaspectsas
thehistoryofthecase,thechronologyofevents,andthekeyissues(analysisofthemes).Thefinalstage
included an abstraction process that moved the analysis from the descriptive level to a theoretical
interpretation reporting the meaning of the case or the lesson learned from the case (Creswell 2007:
75).Ingeneraldataanalysisofthetextdatafromtheinterviewsasintranscriptsandtheobservation

12

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

such as image data as in photographs and digital videos consists of four steps such as organizing,
describing, classifying and interpretation or connection (Kitchin and Tate 2000: 229251; Groat and
Wang2002:137;Creswell2003:191195&2007:148154).

2.LiteratureReview
In the Western sphere the notion of conservation has long been developed since the
eighteenthcentury(Rodwell2007).3InconservationpracticethroughoutEuropeandtheinternational
sphere, this materialistic notion of conservation is found in various international charters and
conventions.Thesechartersandconventionshaveshapedtwoacademicstreamsinconservation.

2.1TheTwoAcademicStreams
Atpresentinconservation,twodifferentacademicstreamsexistedthattotallyconflictonthe
notionoftheprimacyoftheheritageobject.Thesetwonotionsofheritageapproacharealsotermedas
classicalconservationtheoryandcontemporaryconservationtheory.4
Fortheclassicaltheory,theobjecthasavalueexistingindependentlyofpeoplethatshouldnot
be threatened to any change. Since the nineteenth century, the desire to preserve as much of the
originalfabricaspossiblehasbeenkeytoconservationpractice,whichhasviewedtheoriginalmaterial
as the ultimate testimony to the history and origin of the building, and thus to its authenticity as a
culturalandhistoricalartefact.Thispracticeoftheconceptofmaterialauthenticityhasservedasoneof
themajorphilosophicalunderpinningsofconservationforthelasthundredyearsandcontinuestobe
thefocusofdiscussioninthelargerconservationdiscourse.Sincetheonsetoftherestorationdebatein
the nineteenthcentury England, numerous charters, conventions, and declarations have increasingly
recognized.Thesedocumentsareindicativeofthedevelopmentofthedisciplineandreflectboththe
steadfastdebatesandthecontinualreevaluation,andfoundinthevariousinternationalchartersand
conventions, such as the Athens Charter (1931), the Venice Charter (1964), UNESCO World Heritage

3
Restauro in Italian, restauracion in Spanish and restauration in French have broad sense encompassing much of
whatismeantbyconservationinEnglish,andthewordrestorationinNorthAmericanusageisamorerestricted
sensereferringtointerventionaimedatintegratingthelosses(PriceN.S.etal.1996;MunozVinas2005).
4
Classical conservation theory has been developed since the eighteen century to the 1980s, and contemporary
conservationtheoryhasbeendevelopedsincethe1980srepresentedbythesecondandthirdversionsoftheBurra
Charter(Larkham1996;MunozVinas2005).

13

Kwanda, T.

Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention (1977), and the
ICOMOSCharterfortheConservationofHistoricTownsandUrbanAreas(1987).
Ontheotherhand,thepeoplecentredapproachviewsthatheritageisinevitablyrootedmore
aboutpeopleofthepresentascreatorsofheritage,whoattributemeaning,value,andfunctionsand
selectwhatistobecomeheritagefromtheinfinityofthepast(Loulanski2006).Alongwiththewidening
scopeofheritage,thecontemporaryconservationtheoryprimaryinterestisnolongerontheobjects,
butratheronthesubjectsbasedonthebasicquestionthatwhy,forwhom,theconservationisdone.
The answers to these questions are closely to the reason that objects are conserved because it has
meaningforsomeoracertaingroupofpeopleinwhichthesemeaningsareneitherfixed,norarethey
universal: the same object can have a strong significance for some people, while being irrelevant to
other,andsomeotherreasonssuchas(1)heritagebelongtous,referstolargergroupofpeople,toa
similarextentaswearebothancestorsanddescendentsofotherpeople,andthuswehavenomoreor
fewer rights than other had; (2) the responsibility for conservation of an object fall on the affected
people, thus it is their duty to conserve, and it is for them that conservation is performed; (3) a
conservator is not only a mediator between an object and scientists who examines scientifically or
listentotherequestofanobjectfortreatment,andinterpretthesymptomsofthephysicalobject,
butalsoasadecisionmaker;(4)conservationobjectsisnotanexpertsonlyzonewhereasconservation
decisionsarebeyondthereachofmostpeople(M.Vinas2005).
In this contemporary conservation theory, two major points that emerged are the idea of
significance and the notion of inclusive in conservation process. Throughout the 1980s it became
apparentthatnoteverythingfromthepastcouldandshouldbesavedthatheritagehadtopayitsown
way; with dwindling financial resource coupled with the actual cost of conservation. People realized
thathistoricbuildingsorsiteshadasignificanceorvaluebecausetheyhadbeendeveloped,modified,
usedformanyyears.Thereforeitisunrealistictotakeapuristlinetoconservationworktoseekthe
historicandaesthetictruthoftheobject.Thenotionofinclusivestressheritageassomethingcreated
and produced in, as a resource for the present, thus becomes more about meanings and values than
materialartefactsthusthefocusonobject:materialartefactshaveshiftedtothesubjectthatattempt
toprioritisepublicinterestasstatedinBurraCharterarticle5.1:
. . . conservation, interpretation and management of a place should provide for the
participationofpeopleforwhomtheplacehasspecialassociationsandmeanings,orwho
havesocial,spiritualorotherculturalresponsibilitiesfortheplace.

14

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Inshort,theconservationofculturalheritageortheactiontakentopreventdecayandmanage
changeisshiftedfromnotforthesakeoftheobjectsbuttothesakeofthepeopleforwhomthey
have a meaningful life. In line with this, the study tries to explore conservation as part of the
communitywhohavespecialassociations,socialandspiritualmeaningsfortheplace.

2.2Definition
InWesternconservationdiscourse,thetermconservationwasfirstlymentionedintheVenice
Charter (1964), however, no description for the term.5 Afterwards, the term is described in many
Charters, such as in the Burra Charter (1999) an internationally known for its comprehensive and
detailedcontents.InthisCharterarticle1.4,conservationmeansalltheprocessoflookingafteraplace
soastoretainitsculturalsignificance.ForFeilden(2003),conservationisdefinedastheactiontaken
topreventdecayandmanagechangedynamically,andalloftheseactsaretoprolongthelifeofour
cultural and natural heritage ....6 Lastly, to revise the outdated existing principles with the new
approach of notion of values advocated by the Burra Charter, the English Heritage recently produced
the Conservation Principles for the Sustainable Management of the Historic Environment (2006), and
conservationisdefinedastheprocessofmanagingchangeinwaysthatwillbestsustainthevaluesofa
place in its contexts, and which recognises opportunities to reveal and reinforce those values.
Substantially,thesedefinitionscanbecategorizedinto(1)activitiessuchasactiontaken,theprocessof
looking after, and manage change; and (2) objectives such as retain cultural significant, sustain the
values,andpreventdecayofaplace(table1).
In short, the three above definitions are all alike that has come to see conservation as the
management of change, seeking to retain what people value about places extending the concept of
conservationfrommerepreservationtoembraceenhancementorpositivechange.Thus,conservation
can be defined as managing change in which actions taken or process of looking after a place is to
preventdecayandretainorsustainculturalsignificanceorvalues,whereas:7

5
Thetermconservationisusedwhencontemporarypracticeisbeingdescribes,andtoretainthewordrestoration
whenusedreferringtoearlierpractice.Previously,thetermusedispreservationandrestorationasmentionedin
theSPABManifestoandtheAthensCharter.
6
FeildenwasaformerdirectorofICCROM,andintheearlierversionofhisbook(Feilden1982),managechangeis
notmentionedasitprobablyreflectshispointofviewthatculturalheritageisisolatedfromthedynamicchangeof
society.However,managechangeisincludedinthelatestversionofhisbook(2003).
7
In Burra Charter, cultural significance means aesthetic, historic, scientific, and social value (article 1.2); and
conservationprocessincludesmaintenance,preservation,restoration,reconstruction,andadaptation(article1.4).

15

Kwanda, T.

1. managingchangeisaboutmakingtheoptimumconservationdecisionofproposedchangesincase
ofform,materials,constructiontechniques,andusageofabuilding,basedoncarefulassessmentof
therelativeimportanceofeachvalue.8Inthissense,conservationhastobeaconsciousbehaviorof
actions that apply scientific method as opposed to arbitrary intervention (Jokileto 1999; Munoz
2005).
2. action taken or conservation process may include a combination one or more of the ascending
degrees of intervention9: (1) prevention of deterioration or maintenance, preferred as the best
representing the minimum intervention principle, (2) preservation of the existing state, (3)
consolidationofthefabric,(4)restoration,(5)rehabilitation,(6)reproduction,(7)reconstruction,(8)
adaptation.10

2.3Thedifferenceapproach
Baseduponthetwokeywordsofthedefinition,managingchangeandactionstaken,managing
change for both tradition of conservation in Asia and Western conservation is based upon careful
assessment of a conscious behaviour of actions not an arbitrary intervention. However, for that
conscious behaviour of actions both apply different approach in which Western conservation applies
scientific method as the truth determination such as soft science or historical sciences (archaeology,
historymonument as historical document) andhard ormaterial sciences (chemistry and physics). On
theotherhand,thetraditionofconservationinAsiaappliesthetraditionsuchasbeliefsandknowledge
whichareintangibleandtransmittedthroughoralandnonverbal.
Since tradition of conservation does not apply scientific method, could it be considered as
conservationorwhethertraditioninthiscasetraditionalknowledgeisscience?Traditionalknowledgeis
indeedsciencethatisnottestablepropositionorcanbeprovensuchasinWesternscience,butareality

8
AccordingtoBurraCharterarticle27andPrinciplesofEnglishHeritagearticle26,processofconservationbegins
withunderstandingandassessingofculturalsignificanceofaplacebeforedecisionofproposedchangesismade.
9
Inmanycharters,inspection,recordinganddocumentationarerequiredbeforeanyintervention.
10
ThetotaleightdegreesofinterventioncomprisesfivedegreesofinterventioninBurraCharterarticle1.51.9and
14, and the three different interventions such as consolidation, rehabilitation and reproduction added by Feilden
(2003: 89). The degrees of intervention also reflects the historical development of conservation theory from the
orthodox point of view beginning with preservation as championed by the SPAB manifesto that opposed the
restorationmovementadvocatedbyViolletleDuc,thereconstructionperiodasresponsetotheFirstandSecond
WorldWar,tocontemporaryconservationtheorywhichallowsadaptationforthecontinuoususeorexistenceof
culturalheritage(seetable1).

16

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

which includes both the concrete experience, logic (reasoning) as well as any abstract concept
(normativescience).Westernscienceandtraditionalknowledgeconstitutedifferentpathsorapproach
toknowledge,buttheyarerootedinthesamereality.Inotherwords,traditionofconservationshould
be regarded as conservation in the Eurocentric sense, but it has a different approach of managing
change.

Table1.Definitionsofconservation
Charters/
Year Activities Objectives
InterestBodies
1964 Venice Nodefinition Work of art as historical evidence
(article3)

1999 Burra alltheprocessoflookingafteraplace to retain its cultural significance
(article1.4) (article2)

1982,1989 Feilden(p.3) theactiontaken topreventdecay

2003 Feilden(p.3) theactiontaken;and topreventdecay


managechangedynamically
2006 EnglishHeritagePrinciples processofmanagingchange tosustainthevalues

Withthedifferenceapproachofmanagingchange,consequentlytraditionofconservationwill
alsogeneratedifferentactionstakeninconservation.Actionstakeninthetraditionofconservationare
maintenance, repairing, extension, renewal and ritual re/construction that different with the
Eurocentric conservation discourse (table 2). In this sense, the objective to prolong the lifespan of
buildingsinthetraditionofconservationwillnotentirelyconservethephysicalnatureasbuildingsare
notobjectsbutasmediaforcosmicrelationandwilllostitsauthenticityintheEurocentricsensebutit
willconservethespiritualorsymbolicnatureofbuildingshenceitsspiritualauthenticityembeddedin
thecreator.
Thus, tradition of architectural conservation can be defined as managing change in which
actions taken or process of looking after a place that prevent decay and retain or sustain cultural
significanceorvaluesarebaseduponthetraditiontransmittingfromonegenerationtothenextone.


17

Kwanda, T.

3.DiscussionoftheCaseStudies
3.1DeJavascheBankSurabaya:thematerialisticnotion
Thebuildingalterationthroughtime
In many charters, understanding and assessing of cultural significance of a place (significant
elements)throughinspection,recordinganddocumentationarerequiredbeforedecisionofproposed
changesoranyinterventionismade.Inthiscase,baseduponthedocumentationandhistoricalstudyof
thebuilding,changesatthebuildingfortheperiodof19222009areidentifiedsuchasreductionand
addingofbuildingelementsforexamples:11

Table2.Thedifferentdefinitionsofconservation
Conservation Twokeywordsindefinitionofconservation
discourses Managingchange Actionstaken
Eurocentric based on careful assessment of a conscious maintenance, preservation, consolidation,
Conservation behaviour of actions that apply scientific restoration, rehabilitation, reproduction,
method reconstruction,adaptation
Tradition of based on careful assessment of a conscious maintenance, preservation, repairing,
conservationinAsia behaviourofactionsthatapplytraditionwhich replacement,renewal,extension,andritualsof
handeddownfromonegenerationtothenext re/construction

TheExterior:thenorthelevation(Figure2and3)
Removal:(a)themaingateonthelefthasbeendisappeared;(b)theletterdeJavascheBankabovethe
maingatewasdeleted.
Alteration:thetwo(2)domerwindowsontheleftandrightsideshavebeenchangedfromrectangular
formtoroundshape
Adddition:(a)themaingateinthemiddleofthebuilding;(b)fiberglasscanopyatthemaingate;(c)the
annexbuildingattachedattheeast;(d)ventilationholesofthetowerwascovered.

TheInterior:thebasement(figure4)
Removal:(a)thestaircasetothearchiveroomatthefirstfloor;(b)thedoorstostorageroomandtothe
archiveroomwerereplacedbywall;(c)theloaddischargeroom(helendvlak)wasremoved;(d)thetwo
sideentrancedoorswereremoved.

11
ForthehistoricalstudyanddocumentationofthebuildingseeKwanda,T.etal(2010).

18

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Addition:(a)anewdepositroom;(b)anewrestroom;(c)aentranceandanewrampatthesouthside;
(d)theannexbuildingsattacedtothesouthandeastsideoftheoldbuilding.
TheInterventions
Based on the alterations through time, and to conserve the building accordance to its authenticity in
term of form, layout, materials, in general some interventions will be needed such as preservation,
restoration,rehabilitation,reproduction,adaptation,anddemolition,indetailstheactionstakenare:12

Figure2.thebuindingconditioninc.1915(topleft),in1922(topright),
andin2009(bottom).Source:KITLV(fotoc.1915and1922)

12
Itsaimistopreserveandrevealtheaestheticandhistoricvalueofthemonumentandisbasedonrespectfor
originalmaterialandauthenticdocuments(PiagamVenice,artikel9).Selainbahan,NaraDocumentonAuthenticity
(1994)menyatakanbahwapenilaiankeasliandapatberdasarkanformanddesign,materialsandsubstance,useand
functions,traditionsandtechniques,locationandsetting,andspiritandfeeling,...(artikel13).

19

Kwanda, T.


Figure3.theexistingconditionofthenorthelevation(top),
andthewestelevationin2009(bottom)

Figure4.Theoriginalfloorplanofthebasementin1910(top,)
andtheexistingconditionin2009(bottom)

20

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

1. Toretainasmuchaspossiblethearchitecturalelementsof1910andtheelementsasfarastoday
supposingthattheydonotdistracttheoriginalityofthebuilding,suchastheoriginalintriorlayouts,
the entire original facade (the new entrance, the windows, the pillars, ornaments, cornices and
dentils,andsoon),theoriginalfloortilesanditspatterns.
2. To reinstate or to restore the broken and lost architectural elements of 1910, for example the
originalshapeofthetwodormerwindows,,thewindowscoveredbypartitions,theoriginalplasters
andpaints,andthefloortiles,theoriginalstainedglassskylight(figure5).
3. Torevealtheconditionofthebuildingin1910bycleaninganddemolishinganyelementsthatcover
theoriginalconditionofthebuilding,forexampledemolishingtheannexbuildingsontheeastand
the south sides which have no historic significance, the fiber glass canopy, and the name of De
JavascheBankattheparapet(figure3)
4. To reproduce or to replicate the missing elements, such as the original roof and floor tiles, some
windows at the south side (likeforlike basis). To differentiate the original and the new one the
principleofrecognaizableisappliedbymarkingthenewone.

Figure5.Documentingthesignificantelement,theoriginal
stainedglassskylight

TheAuthenticity
Toensuretheauthenticityasthecentralprincipleofconservationappliedintheactionstaken,
some studies were conducted for examples the originality of the floor tiles was verified through a

21

Kwanda, T.

typologicalstudybycomparingthefloortileswiththesameoneattheotherbuildings.Accordingtothe
Martin&Co.AmsterdamaddocumentthesamefloortypewasusedatDeJavascheBankJakarta(figure
6).Toidentifytheoriginalcompositionoftheplaster,ascientificstudywasalsoconductedbytesting
themortarmaterialsstructureattheBalaiKonservasiPeninggalanBorobudurinMagelang.Basedon
theresult,similartypeoftraditionallimemortalwasappliedtothebuilding.Inthiscase,thetraditional
breathablepaintwasusedtoallowthewalltoevaporate.Fortheoriginalcolourofthepaint,peeling
theexistingpaintlayerbylayerwasconductedtofindthelastlayerassumedastheoriginalone.

Figure6.TheaddocumentshowsthatthesamefloortilesisalsousedatDeJavascheBankJakarta(top),the
originalfloortilesatDeJavascheBankSurabaya(bottomleft)andDeJavascheBankJakarta(bottomright)

22

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

3.2KiBuyutTrusmi,Cirebon:thetraditionofroofrenewal
Ki Buyut Trusmi complex is located about7 km to the west from the city of Cirebonin West
Java.ItcanbereachedfromCirebonthroughthemainroadofJakartaBandung(RayaPanembahan)to
thetownofPlered,andabout500metertonorthfromthetownheadingtoBuyutTrusmiStreetwhere
thecomplexislocated.
In the Trusmi complex, the punden or the firstfounding ancestor is the holy tomb of Trumi
identifiedasasaintlypersonwhohasaspecialpowerasmanylocalpeopleandpeoplefromneighbour
villagescometogivehomagetotheholytomb.Thekeramatofthecomplexisalsoestablishedthrough
the annual village ritual the socalled Memayu or in the past is called sedekah bumi to secure Gods
blessing prior to the rainy season or the farming season, and the windu year Ganti Sirap festival to
remembertheancestorandrespecthisblessing.13

3.3.1TheTraditionofMemayu
Memayuisderivedfromthewordayu,meaningbeautiful;thusitmeanstobeautifyabuilding.
ThefestivalisheldinNovembereveryyearpriortotherainyseasonasrainisasignofGodsblessing.
Everyyear,oneyearbeforetheeventtheexactdateofthefestivalisdeterminedandannouncedbythe
complexcustodiansattheWitanabuildingduringthe1stSuro(Muharam).ThelastMemayufestivalwas
held from November 21st to November 22nd 2010, and prior to the roof replacement, a parade was
heldtocelebratetheevent.TheMemayutraditionforPasebanorBaleBesarwasperformedintothree
phasessuchasremovingthewelitfromtheroof,removingandattachingthenewwelitonthebamboo
rafters,andattachingthenewwelitontheroof(table3andfigure7).

13
ItisusualthattherearethreekindsofMuslimcommunityinJavathattreatthefirstfoundingancestors,suchas
(1)avillageritualfestivalisheldeachyeartoremembertheancestorsandrespecttheirblessing;(2)theancestors
isidentifiedassaintlypredecessorsthoughttohavehadspecialpowers(keramat),whoarebelievedstillcapableof
interceding with God for the community; (3) the ancestors take on the attributes ofguardianspirits or territorial
spiritsknownasdanyangwithstrangepowers(Hefner1985:58).

23

Kwanda, T.

Table3.TheMemayuFestivalattheBaleBesaron22November2010
Time Activities
Phase1 Removingtheoldwelit fromtheroof
06.12am theoldwelitroofframebegantobedetachedfromthenorthside
06.14am thefirstroofframeofthewestsidewasremoved
06.15am theroofframewasputonthegroundtoremovethewelit
06.16am thesecondroofframeofthewestsidewasremoved
06.17am Theroofframewasshiftedtothegroundbythecommunity
06.18am thesecondroofframeofthenorthpartwasdetached
06.20am thelastroofframeofthewestsidewasremoved
06.22am thedetachmentoftheroofframeswasended
06.27am thewelitofalltheroofframewasremovedcompletely
Phase2 Removingandattachingnewwelit ontheroofrafters
06.30am anewwelitwasattachedlayerbylayertothebambooframeandsecured
09.25am withbambooropes
Phase3 Attachingthenewwelit ontheroof
09.25am thethatchfortheridgelineswasprepared
09.50am thelastsectionoftheroofframewasattachedtotherafters
10.26am thefirstlayerofcoverfortheridgelinewasattached
10.33am thesecondlayerofthatchattachedtotheridgeline
10.35am theridgelinelayerwasreadytobesecured
10.49am thethatchwastiedupwithbambooropestotheridgeline

24

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Figure7.TheMemayutraditionattheBaleBesar

3.3.2TheTraditionofGantiSirap
TheGantisirapfestivalwasheldtoreplacetheteakroofofthethreeimportantbuildingssuch
astheHolyTomb,theWitana,andthemosqueintheKiBuyutTrusmicomplex.Thetraditionproceeds
foreveryrepeatingeightyearsorthesocalledwinduintheJavaneseMuslimAnnoJavanico(AJ)dating
system.14Today,thetraditioniscarriedoutconsecutivelyeveryfour(4)yearinalityear(thefirstyear)
anddalyear(thefifthyear)inthewindusystemforapracticalreason.Thewinduisselectedforthe
event as operating a particular point in time for Javanese would have been a great supernatural
influence, in this sense the firstfounding ancestor or the holy tomb of Trumi identified as a saintly
personwhohasaspecialpower.
In the last time, the teak roof replacement was executed from July 26th to August 2nd 2010
whichlastedforaweekatthenorthandwestsideoftheroofasacontinuationofthelastreplacement
happenedfour(4)yearsagotoreplacethesouthandtheeastsideoftheroof.TheGantiSiraptradition
beganandendedwiththeHolyTombthatperformedintothreephases,suchasremovingtheoldsirap
roof(table4andfigure8).Thefirstday,on26July2010,theprocessofremovingtheoldsirapwastook
placeasfollows:
1. at7.32am,thesixcaretakerssuchasthekyaiandthekuncenhadclimbeduptotheroofofthe
Holytombstepbysteptoopenupthememoloortheridge;
2. thehipwasremovedonebyone,afterwardsallthesirapbegantoberemovedonebyonebythe
kyaiandhandedthemonebyonetopeople(pengobeng)standingaroundthetombtobekeptin
thestoreroom;

14
TheJavaneseMuslimlunaryearwaspromulgatedbyKingSultanAgungoftheMataramSultanateinAJ1555(AD
1633)whichbecamethefirstyearofthenewJavanesesystem.ItdidnotadopttheMuslimenumerationofyears
fromtheHijrah(Muslimera),butacontinuationofthenumericalseriesoftheSakayear,andnowaspurelylunar
serieswhatisknownastheAnnoJavanico(Ricklefs,1978).

25

Kwanda, T.

3. subsequentlyat8.05amalmosthalfofthesiraproofhadbeenremoved;
4. finally,at8.24am,alloftheoldsirapwereremoved.

Table4.TheGantiSirapProcessattheHolyTomb,from26Julyto2August2010
Date/Time Activities
26July
Phase1 Removingtheoldsirap
7.32am sixcaretakerssuchaskyaiandkuncenhadclimbed uptotheroofstepby
steptoopenupthememolo
7.48am thehipwasremovedonebyone
7.52am thesirapbegantoberemovedone byonebythe kyai andhandedthem
onebyonetopeoplestandingaroundthetomb
8.05am almosthalfofthesirap roofhadbeenremoved
8.24am alloftheoldsirap roofswereremoved
Phase2 Repairingandreplacement
8.40am someoftheoldprimaryandsecondaryrafterswererepaired,removedand
replaced
9.00am thenewsirapwaswashedinthepekulahan orpond
9.06am thenewwashedsirap wasdistributedtotheHolyTomb
10.25am repairingtheoldhipscover
10.28am fastenedsomenewraftersoftheroofwascontinued
11.47am fastenedthehipbeamoftheroof
11.51am fastenedsomenewprimaryandsecondaryraftersoftheroof
11.55am therepairedhipswasalsowashed
14.59am attachingthenewrafterswasalmostcompleted
28July
Phase3 Attachingthenewsirap
7.32am astarterwoodplankattachedattheendoftheroof
8.59am thenewsirapwereattachedonebyonethewestsection
8.54am ahalfofsiraphadbeenattachedatthenorthside
29July
8.34am thewestsideoftheroofwascompleted
8.36am ahalfofthenorthsideoftheroofwascompleted
8.44am cuttingthenewsirap bythecraftsmenfortheholytomb
30July
8.22am thehipswereattachedonebyone
15.24pm allthenewsirap wereattachedcompletely
02August
8.09am theridgeroofoftheholytombwasattachedtotheroof

Withthesameprocess,intheseconddayonJuly27th2010andseveraldaysafterthesiraproof
forthemosqueandtheWitanawerealsoreplaced.Attheendofthefestival,theridgeroofoftheholy

26

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

tombwaslowereddownandattachedtotheroof,andfollowbyaslametanoracommunalreligious
mealtomarktheendoftheGantiSiraptradition.15

Figure8.TheGantiSirapTraditionattheHolyTomb

15
In the system of Javanism or Kejawen thought, selamatan or slametan which is derived from selamet, which
means wellbeing or state of grace, the aim of conducting it is the way to establish cosmic order and social
order which means harmony with the cosmic purpose, which is unity with the oneness of the all conceptions
(Mulder2005).

27

Kwanda, T.

4.ResultsandConclusion
The examples of the Memayu and Ganti Sirap festival in Cirebon show that conservation is
conductedannuallyandinawinducyclefromgenerationstothenextbasedonthetraditionortheso
calledthetraditionofconservation.Thetraditionofconservationissustainedbythepeopleforwhom
theyhaveameaningfullifeastheyhavespecialassociations,socialandspiritualmeaningsfortheplace.
Theplacesuchasthebuildingsisnottheobjectiveinconservationbutitwasusedasamediumormean
for its spiritual or cosmic order, such as a to remember the ancestor and respect his blessing as the
ancestorsisidentifiedassaintlypredecessorsthoughttohavehadspecialpowers(keramat),whoare
believed still capable of interceding with God for the community. In this sense, the examples of
MemayuandGantiSiraptraditionarecommoninmanypartsofAsiathatisdiscussedinthefollowing
section.

4.1TheDifferentRootofConservation
ThenotionofintangibleheritagethatadoptedinthepreviousconservationchartersinAsiais
rooted from the Asian culture, while the Western perspective that associated only with tangible
qualities is rooted from the Western culture. This western perspective is not surprised for Prof.
Tomaszewski, a former DirectorGeneral of ICCROM, he acknowledges that the origin of western
materialisticapproachtohistoricalmonumentsliesintheChristiantradition,thetraditionofthecultof
holyrelicsasoneofthebasesforthedoctrineoftheRomanChurch.Hefurtherstatesthatthereisa
gap between European humanities and conservation, which remains intellectually backward in its
obsessionwiththematerialsubstanceandunabletoundertakethetaskofthebalancedprotectionof
bothmaterialandnonmaterialculturalheritage(Tomaszewski2005).

4.2TheSpiritualValuesofbuildings
In Western architecture the perfection of form is achieved through realistic expression or a
visualformwhileinEastAsiathematerialformisameanfortransmittingthespiritvalues,forexample
theKyeongbokPalacecomplexinKoreaerectedin1395wasreconstructedin1867andextendedwith
newbuildings,howeverthereconstructiondidnotchangethespiritoftheplacethespatialstructure
of the Palace that represents the I Ching philosophy, astronomical thought, and yinyang principles
(SeungJin(2005).
InChina,architecturehasbeenshapedbyculturalandhistoricalfactors;culturalfactorsuchas
cosmologicalsystem,theconceptofunityofheavenandhuman,theconceptofFengShui;historical

28

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

factors such as activities and events, andevolution andchange (Xu 2001). In this historical evolution
and change architecture has been shaped by preserved, damaged, destroyed, abandoned,
reconstructed,andrebuiltelsewhere.
Similarly in Southeast Asia, architecture is also formed by symbolic considerations as
representationofsocialsystemsuchasdualityofmale/female,married/unmarried,sacred/profane;and
cosmologicalsystemsuchasconceptofthreetieredcosmos,rulesoforientation,fourcardinalpoints,
the house as body (anthropomorphic system), source of power, and ritual of construction (Waterson
1990;Widodo2004).ThesecharacteristicofarchitecturewereseemedsostrangetoEuropeanswhen
they first encountered it during the colonial era, this was because of the conceptual difference
(Waterson1990).
Inshort,culturalheritageinAsiaisshapedbyphilosophical,cosmologicalandreligioussystems
that emphasis the intangible rather than the tangible. This leads to several key differences in
conservationofWesternandEasterncultures,forexamplethereplacementoffabricisoftenacceptable
inAsianculturalheritagebecauseoftheperishablestructureandthecontinuedspiritualmeaningand
symbolicvaluerelatedtoeverydayuse.Thus,replacementorrenewaloffabricisacceptablealthough
has lost its authenticity, because of the significance of the place resides primarily in its continued
spiritualmeaningandsymbolicvaluerelatedtoeverydayuseratherthanimportanceofthefabricitself
(WeiandAsscitedinTaylor2004).

4.3TheDifferentInterventions:TheRenewalofPerishableFabrics
In term of structure, wooden perishable structure is a common feature in Asia in which the
method of dismantling and assembling for wooden buildings is periodically used, introducing new
elementsforpreservingitsoriginalformyetgraduallylossofitsoriginalmaterials.InChina,timberhas
been extensively used in Chinese traditional structure. For about 3,000 years the use of timber in
buildingshasevolvedwithoutmajorchangebasedontheprincipleofprefabricationanddryassembly
of all structural components that makes dismantling and resembling of the whole building relatively
uncomplicated.
Inthefifteenthtoseventeenthcentury,perishablebuildingstructureswasalsotheappearance
inSoutheastAsiacitiessuchasMelaka,Ayutthaya,Aceh,Makassar,andSurabayathatwereextremely
larger by European standards of the time, and the style and layout of these urban centres was very
unfamiliar to Europeans as a rural appearance with pilestructure wooden houses concealed within

29

Kwanda, T.

theirspaciousyardsofcoconut,banana,andotherfruittreesthatspreadoutoverwideareaswithout
anyclearlydefinedboundaries(Reid1993).
Timberis vulnerabletoclimatesuchasrainwaterthatwaterleakageandinfiltrationarethe
most common cause of decay and lost of its structural capacity. Therefore, in the component level
historically total replacement or component renewal was a standard remedy to component
deterioration, this method extended to contemporary conservation practice and recognised by
internationalcharter:PrinciplesforthePreservationofHistoricTimberStructure(ICOMOS1999).

4.4FromminorrepairtoReconstructionandRegeneration
Historicallytraditionalinterventionsmayallowminorrepairsuchasannualorseasonalrepair
(Sui Xiu); refurbishment (Fan Xin) such as renewal of building surface without structural touch; major
restoration(DaXiu)suchasdisassembleandassembleroof,timbercomponents,andevenopeningup
foundation;andreconstruction(ChongJianorChongXiu)suchaslayoutandstructureofbuildingcould
bechangedincludingextensiontoaccommodatenewneeds(DAyalaandWang2006).
TheIseShrineinsouthernHonshuwiththepilestructureandextendedgablehornsarerelated
to Austronesian origin has been ceremonially reconstructed sixty times in identical form for every
twentyyearssincetheseventhcenturyofEmperorTemmu,andthisreconstructionofthisbuildingwas
toshowtheoriginaldesignintentandcraftsmanship(Pevsner1976;Waterson1990).
This is a common practice for all types of structure in other parts of Asia regions where the
mainmaterialsofbuildingsareperishable,asinIndia,theconceptofjeernodharanamorregeneration
ofwhatdecaysisthetraditionalwaysofbuildingandmaintainingarchitecturalheritageandstillexists
today(INTACH). This replacement of materials is acceptable because the significance of the place
residesmainlyinitscontinuedspiritualmeaningandsymbolicvaluerelatedtodailyuseratherthanpre
eminenceofthematerialitself(Pressouyre1993;Chung2005).

4.5TheEmphaticConservation:InclusiveApproach
In recent years, the shift from the object of cultural heritage to the people affected by the
conservationortheinclusiveapproachhasbeendemonstratedinmanyAsiancountries.Conservationof
heritageistheaboutpeoplebysecuringthecontinuityuseofthetangibleheritageusinglocalbuilding
materials,andlocalintangibleheritagesuchascraftsskills,knowledgeandpracticeinwhichtheywere
employed historically to repair, refurbish, replace, restore, and to reconstruct. This pattern of

30

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

conservation has been employed in the following various empirical conservation works in Asia
(EngelhardtandUnakul2007).
For example in China, the Guangyu Ancestral Hall in Guangdong province, established by
descendantsoftheprimeministeroftheSouthernSongdynasty(9601279),traditionalcraftsmanship,
materials and construction methods were used in the restoration process. Blue bricks from the same
historicalperiodweresalvagedfromnearbysitestorestorethewallsofthestructure,usingtheoriginal
type of mortar. The floor was restored with the red sandstone soil using traditional techniques, and
experimentswereperformedingettingtherightratioofredsandstonesoilandlimeinordertomatch
the colour and intensity of the original red sandstone floor. The water content was controlled, while
churningcyclesandsequenceoframmingwerepreciselytimed.
TheKrishan(1830s)inPunjab,IndiaisaHindushrinehousingfinewallpaintingsdepictingboth
HinduandSikh.Allrestorationworkswerecarriedoutbylocalresidents,withtheexceptionofrepair
worktothewallpaintingsthatundertakenbyexperts,andmaterialswerelocallysourcedinorderto
ensurethecommunitywouldbeabletoaccessthematerialsinthefuture.Aworkyardwasestablished
usingtraditionalmaterialsandmachinery,riversand,limekilns,aslakingpitandalimemortarmachine
tomakeslakedlime.
InMalaysia,fengshui,traditionalmaterialsandskillswereappliedinconservationworkofthe
CheongFattTzeMansioninPenang.Theanalysisoftheraingutterdrainagesystemshowedthatwater,
anelementofharmonyinfengshuiprinciples,ranthroughfloorsandceilingstocoolthestructureand
facilitate harmonious social relations for its residents. Further analysis revealed that an historic finish
made from tree sap used to coat the beams provided termite protection for the exposed structural
elements,andthattherooftilesweresetinabedoflimemortarwithanimalhairbinder.
In Pakistan, for example is the conservation of the four 300 year old wooden mosques,
Yarikutz, Rupikutz, Kuyokutz and Mamorukutz. The mosques were leaning and structurally unsound,
and in realigning the mosques, the heavy earthcovered roofs were removed to lighten the load and
replaced using new soil, compacted by foot in the traditional manner. All timber surfaces in the
buildings were treated using the traditional wood preservation technique that applying walnut rind
followedbylinseedoil.
The above examples show the inclusive approach and various values (spiritual, social and
cultural)createdbyandforthepeoplethatactuallyholdthecontemporaryconservationtheory.The
indigenous knowledge was revived that includes building techniques, practices and rituals associated
with maintenance or periodic renewal of the building. Bringing this intangible knowledge in

31

Kwanda, T.

conservationallowsforcontinuityintheuseofmaterialsandtechniques,andthesocialharmonyofthe
community.

Acknowledgments
I would like to thank the Head of Architecture Department, Faculty of Civil Engineering and
Planning, Petra Christian University, Agus Dwi Hariyanto ST., MSc.; The Steering Committee: Ir. Joyce
M.Laurens,M.Arch.,IAI;TimoticinKwanda,B.Sc.,MRP.,Ph.D.(Cand.);Ir.DannyS.Mintorogo,M.Arch.;
Ir.BisatyaW.Maer,M.T.;andtheOrganizingCommittee:Dr.(Cand.)RonyGunawanSunaryo,ST.,MT.,
AltrerosjeAsri,ST.,MT.,danAnikJuniwati,ST.,MT.

Reference16
Achmad, Y. 2006. The scope and definitions of heritage: From tangible to intangible. International
JournalofHeritageStudies12(3):292300.
Avramietal.2000.ValuesandHeritageConservation.LosAngeles:GettyConservationInstitute.
Frances,B.A.andA.R.Soemadieds.1999.MonumentsandsitesinIndonesia.Bandung:PFbookAnd
ICOMOSIndonesia.
Chung,S.J.2005.EastAsianvalueinhistoricconservation.JournalofArchitecturalConservation11(1):
5570.
Cobban,J.L.1985.TheephemeralhistoricdistrictinJakarta.GeographicalReviewno.75(3):300318.
Cleere, H. 2001. The uneasy bedfellows: universality and cultural heritage. In R. Layton et al (eds.)
Destructionandconservationofculturalproperty,pp.2229.London:Routledge.
Cleary,M.C.1997.ColonialandpostcolonialurbanisminnorthwestBorneo.InB.ShawandR.Jones.
Contestedurbanheritage:Voicesfromtheperiphery.Singapore:Ashgate.
Creswell, John W. 2003. Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches,
2nded.ThousandOaks,CA:SagePublication,Inc.
________. 2007. Qualitative inquiry and research design: Choosing among five approaches. Thousand
Oaks,CA:SagePublication,Inc.
D Ayala, D. and Wang, H. 2006. Conservation practice of Chinese timber structures. Journal of
ArchitecturalConservationJuly,626.

16
Notes: Charters and recommendations of many institutions such as the Athens, the Burra Charters, UNESCO
Recommendationsasmentionedinthepaperarenotlistedforthepagelimitation.

32

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Deslagen, Wim 1994. Architectural restoration in Western Europe: controversy and continuity.
Amsterdam:Architectura&NaturaPress.
De La Torre, M. 2002. Assessing the Values of Cultural Heritage. Los Angeles: Getty Conservation
Institute.
_______. 2005. Heritage Values in Site Management: Four Case Studies. Los Angeles: Getty
ConservationInstitute.
Emerick,K.Use,valeandsignificanceinheritagemanagement.InR.Laytonetal(eds.)Destructionand
conservationofculturalproperty,pp.276285.London:Routledge.
Engelhardt,R.&Unakul,M.H.eds.2007.Asiaconserved:LessonlearnedfromtheUNESCOAsiaPacific
HeritageAwardsforCulturalHeritageConservation(20002004).Bangkok:UNESCO.
Feilden,BenardM.2003.ConservationofHistoricBuildings.Oxford:ArchitecturalPress.
Groat,LandWand,D.2002.Architecturalresearchmethods.NewYork:JohnWiley&Sons,Inc.
Heynen,Hilde2006.QuestioningAuthenticity.NationalIdentity,8(3),287300.
Ito,N.2005.Intangibleculuralheritageinvolvedintangibleculturalheritage.Xian,China:Proceedings
ofICOMOS15ththeScientificSymposium.
Johnson,M.2001.RenovatingHue(Vietnam):authenticatingdestruction,reconstructingauthenticity.In
R. Layton et al (eds.) Destruction and conservation of cultural property, pp. 7592. London:
Routledge.
Jones, R. and Brian J. S. 2006. Palimpsets of progress: Erasing the past and rewriting the future in
developingsocietiescasestudiesofSingaporeandJakarta.InternationalJournalofHeritage
Studies12(2):122138.
Kwanda et al (2010), Konservasi Gedung Eks De Javasche Bank Surabaya: Sejarah, Dokumentasi dan
PedomanKonservasi,DirektoratLogistkdanPengamananBankIndonesia,Jakarta.
Logan, W.S. eds. 2002. The disappearing Asian city: protecting Asias urban heritage in globalizing
world.NewYork:OxfordUniversityPress.
Loulanski, T. 2006. Revising the Concept for Cultural Heritage: The Argument for a Functional
Approach.InternationalJournalofCulturalProperty13:207233.
Lowenthal,D.1998.TheHeritageCrusadeandtheSpoilsofHistory.Cambridge:CambridgeUniversity
Press.
M. Vinas, Salvador 2005. Contemporary theory of conservation. Amsterdam: ElsevierButter Worth
Heinemann.
Pressouyre,L.1993.TheWorldHeritageConventiontwentyyearslater.Paris:UNESCOPublishing.

33

Kwanda, T.

Prudon,T.H.M.2008.Preservationofmodernarchitecture.Hoboken:JohnWiley&Sons.
Rodwell,D.2007.Conservationandsustainabilityinhistoriccities.Oxford:BlackwellPublishing.
Silverman,D.2010.Doingqualitativeresearch,3rded.LosAngeles:SagePublications.
Smith,L.2006.Theuseofheritage.London:Routledge.
StanlyP.,Nicholas,TalleyJr.,M.K.,andAlessandra.M.V.(eds.)1996.Historicalandphilosophicalissues
intheconservationofculturalheritage.LosAngelos:TheGettyConservationInstitute.
Taylor,K.AndK.Altenburg2006.CulturallandscapeinAsiaPacific:PotentialforfillingWorldHeritage
gaps.InternationalJournalofHeritageStudies12(3):26782
Tomaszewski, A. 2005. Tangible and intangible values of cultural property in Western tradition and
science.Xian,China:ProceedingsofICOMOS15ththeScientificSymposium.
Tunbridge,J.andG.Ashworth1996.Dissonantheritage:Themanagementofthepastasaresourcein
conflict.Chichester,England:JohnWiley&Sons.

34

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KonsepDesainBiophiliasebagaiDimensiHijaupadaArsitektur
Empatik
JimmyPriatman,Ir.,M.Arch.,LEEDGA,IAI1

Abstrak
Kontak dengan alam merupakan kebutuhan hakiki manusia, dimana manusia dahulu kala bergantung
langsung pada alam untuk kelangsungan hidup nya. Pada milenium milenium berikutnya, manusia
mengembangkanperalatanperalatanyanglebihbaikdannyamanuntukmencapaikebutuhandasarnyaitu,tetapi
tidakberevolusikeluardariketergantunganpsikologispadalingkunganalami,sepertiyangdikenaldenganistilah
biophilia, yang menyatakan bahwa manusia akan dapat berkembang maju dalam lingkungan alam dan akan
menderita apabila berada diluar lingkungan alam. Desain yang berlandaskan konsep biophilia, disebut dengan
desain biophilik, menciptakan ruang ruang yang meningkatkan afiliasi positif dengan alam dan lingkungan hidup.
Konsep desain ini merangkum kriteria kriteria hijau untuk mempertinggi kwalitas hidup yang melibatkan kondisi
kesehatan dan kesejahteraan phisiologis maupun psikologis manusia. Desain biophilik menghasilkan kinerja baik
dalam konsep arsitektur empatik yang memprioritaskan perasaan, keinginan dan cita cita penghuninya melalui
pemahamandankesadaran.Makalahinimengamatiaspekbiophiliadanmewadahipengenalanakan
philosophi desain maupun strategi strategi spesifiknya untuk menciptakan bangunan bangunan yang dapat
menghargaialam.
Katakunci:Biophilia,DesainBiophilik,KriteriaHijau,ArsitekturEmpatik.

Pendahuluan
HipotesisBiophilia
IstilahbiophiliadiintroduksiolehpemenangPulizerPrice,seorangpakarbiologiUniversitas
Harvard, E.O. Wilson di tahun 1984, dari akar kata bahasa Yunani yang berarti mencintai
kehidupan. Hipotesis Biophilia mereferensikan adanya suatu ikatan instingtif antara manusia
sebagaispesiesyangresponsifpadabentukbentukalami,prosesmaupunpatrapatradengansistim
kehidupanlainnya.Beberapafasetbiophiliameliputikeberadaanalamdalamruang,analogianalogi
alami,dansifatalamisuaturuang.

1
Dosen,FakultasTeknikSipildanPerencanaanJurusanArsitektur,KetuaPusatStudiEnergiBangunan,Universitas
KristenPetra,jpriatman@yahoo.com

35

Priatman, J.

Keberadaan alam dalam ruang ditunjukkan dengan terse dianya penerangan dan ventilasi
alami, adanya fitur air dan tetumbuhan dalam ruang. Analogi analogi alami di demonstrasikan
melalui penggunaan material alam dan replika bentuk bentuk alam melalui desain, ornamentasi
maupunfinisinginterior.Sedangkansifatalamiruangdipresentasikanmelaluiserialpoladanpatra
yang disukai berdasarkan inspirasi dari alam. Pada hakekatnya desain biophilia menegaskan
keberadaantempatmanusiadalamalamdanmenggunakanlingkunganbuatanuntukmemelihara,
membangkitkan dan meningkatkan interkoneksi fisiologis dan psikologis manusia dengan alam.
Esensidarihipotesisbiophiliamengkonfirmasikankontakdenganalamadalahkebutuhanmanusia
yanghakiki.

Imaginasimanusiatentanghabitatyangdisukai.
TeoriprospectrefugeJayAppleton(1975,1990)
Reaksi estetik manusia terhadap lingkungan sebagai habitat yang disukai di respons
sebagaisukaatautidaksuka.Preferensimanusiaterhadaplingkunganhabitatmempunyai
korelasi dengan faktor prospect dan refuge. Faktor prospect merujuk pada suatu tatanan
atau elemen lansekap yang memungkinkan manusia mendapatkan informasi tentang
lingkungan,sedangkanfaktorrefugemerujukpadatersedianyata
tanantempatbernaungyangprotektif.
Individuberadapadatempatyangbisamengaksesinformasilingkungandenganmudahakan
survive.
ModelpreferencematrixStephenKaplan(1987)
Manusiaakanselaluberusahamencariinformasiyangbermaknadalamlingkungandengan
sikap terlibat dalam lingkungan atau memahami lingkungan. Kualitas yang menyatakan
sikap itu ditandai dengan kompleksitas (diversiti), misteri (penetrasi vista), koheren
(terorganisir)danlegibilitas(titikorientasi).
KerangkapsikoevolusipreferendaUlrich(1983)
Reaksi afektif terhadap konfigurasi lingkungan diartikan sebagai preferensi emosi. Emosi
negatif tidak suka akan mendorong perilaku untuk menghindar, sedangkan emosi positif
sukaakanmendorongperilakuuntukeksploratifyangberikutnyaakanmenstimulievaluasi
kognitif.

36

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

BiophiliasebagaiSintesisArsitekturEmpatikdanArsitekturHijau
BiophiliadalamkonteksArsitekturEmpatik.
Arsitektur empatik dipahami sebagai produk karya perancangan dan perencanaan yang
diwujudkan untuk pemenuhan kesejahteraan manusia. Berbeda dengan hegemoni arsitektur
sebagaiprodukdankomoditaskapitalyangmengesankaneksklusivitas,arsitekturempatikdilihat
sebagaijalanuntukmemanusiakanmanusiadanberfokuspadakesejahteraanmanusia.
Biophilia mengungkapkan adanya kebutuhan hakiki ma nusia yang mempunyai interes untuk
berinteraksi dengan alam beserta sistim kehidupan lainnya sebagai respons phisiologis dan
psikologisnyasecarainstingtiftanpamemandangstratasosialnya.Dapatlahdikatakanbahwapa
radigma biophilia seiring dengan spirit arsitektur empatik yang menempatkan manusia
sebagaimanakodratnya.
BiophiliadalamperspektifArsitekturBerkelanjutan.
BertitiktolakdarikomitmenTheWorldBusinessCouncilonSustainableDevelopment(WBCSD)
bersamadenganTheConseilInternationalduBatiment(CIB),realisasipembangunanberkelanjutan
melaluikonstruksiberkelanjutandijabarkanmelaluitigapilarutamaatautriplebottomline3E.
Tujuan pembangunan berkelanjutan ini bukan hanya meraih kepuasan maksimum, melainkan
mengupayakankeseimbanganketigaaspekberikut:
AspekLingkunganGlobal(Environmentalecology)
AspekVitalitasEkonomi(EconomySuccess)
AspekKesejahteraanManusia(EquitySocialWellbeing)
Konsep biophilia dapat di aplikasikan pada perancangan bangunan arsitektur berkelanjutan
dimana manusia ting gal, bekerja, belajar maupun perawatan kesehatan untuk meraih
kesejahteraanphisiologismaupunpsikologis.Risetrisetmembuktikankeberhasilanefekbiophilia
bu kan saja pada aspek peningkatan kwalitas hidup manusia namun juga pada aspek makro
ekonomi yang meningkatkan produktivitas kerja, keberhasilan proses pembela jaran, pemulihan
kesehatandanpeningkatanpenjualan.





37

Priatman, J.












Gambar 1 : Ruang kerja Johnson Wax Gambar 2: Student Hall Universitas
Building,Racine,Wisconsin,Biophiliadlm. GuelphHumber, Canada, Biophilia dlm.
Ars.Berkelanjutan Ars.Hijau

BiophiliasebagaiparameterArsitekturHijau.
Prof.Brenda and Robert Vale dalam bukunya Green Architecture. Design for an Energy
Conscious Future (1991), te lah mengemukakan prinsipprinsip dasar arsitektur hijau sebagai
energy efficiency, working with climate, respect for users, minimizing new resources, respect for
site and holistic approach. Dilanjutkan dengan pemikiran pemikir an desain ekologis Ken Yeang
dalambukunyaDesigningwithNature(1995),SimVanDerRynmelaluiEcologicalDesign(1996),
mereka bersama telah meletakkan suatu kerangka kerja bagi para perancang untuk menerapkan
prosesdesainberdasarkanekologialami.
Konsep biophilia merupakan kristalisasi dari tiga prinsip arsitektur hijau respect for usersrespect
forsiteenergyefficiencysecarasinergisholistikdanbersintesasempurnadengangreenbuilding
karenabersamasamamelibat
kan penerangan dan ventilasi alami, view, kwalitas udara dalam dan luar, tanaman dan air serta
mengaburkanbatasbatasantarabangunandanlansekapnya.
DesainberdasarkanKonsepBiophilia(DesainBiophilik)
TujuanDesainBiophilia
Desain berdasarkan biophilia (desain biophilik) mem fasilitasi interaksi timbal balik
antaramanusiadenganalamsertasistimkehidupanuntukmeningkatkankualitashidupmanusia
phisiologismaupunpsikologis.

38

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar3:Areaarsitekturbioklimatikdanarsitekturbiophilik
Sumber:BiophilicandBioclimaticArchitecture.AmjadAlmusaed,p.10.

Menciptakan ruang ruang yang restoratif bagi fisik manusia,menyehatkan sistim syaraf dan
menampilkanvitalitaskehidupanyangestetik.
Pemenuhan kebutuhan phisiologis manusia (kenyamanan) melalui pendekatan desain
bioklimatik,sedangkanpemenuhankebutuhanpsikologismanusia(kesehatandanketenangan)
melaluipendekatandesainbiophilik.
Desainbiophilikdapatdiimplementasikanmelaluibelbagaicaradalamlingkunganbuatan.Ia
menghubung kan penggunanya baik langsung, tidak langsung mau pun simbolis melalui
elemenelemeneksteriordaninterior,ornamentasidenganlingkunganluarnya.
NilainilaiDesainBiophilia
Prof. Stephen Kellert, Yale University, mengemukakan adanya nilainilai biophilia yang dapat
menjadireferensibagidesainbiophiliksebagaiberikut:
Nilaiutilitarian:Menekankannilaimaterialalam
Nilainaturalistik:Menekankankepuasandalammengeksplorasialam
Nilaiekologistiksainstifik:Menekankanstudistudisistimatikpatrabiofisika,struktur,fungsi
alam
Nilaiestetik:Menekankanresponsemosionalpadakeindahanalam.
Nilaisimbolik:Menekankankecenderunganalamsebagaimediakomunikasidanpemikiran
Nilaihumanistik:Menekankanikatanemosionalmanusia terhadap elemen kehidupan
alam

39

Priatman, J.

Nilaimoralistik:Menekankanpemahamanalamsebagaimaknaspiritual
Nilaidominionistik:Menekankanhasratuntukmenguasaialam
Nilainegativistik:Menekankansikapkecemasandankekhawatiranterhadapalam.
KarakteristikDesainBiophilia
Judith Heerwagen, Ph.D, seorang psikolog yang riset dan konsultansinya berfokus pada
interelasiperilaku,kontekspsikososialdanruangfisikmengembangkansuatudaftarelemen
atributdesainbiophilikberikut:












Gambar4:ElemenDesain Gambar 5 : Elemen Desain
ProspectandRefuge Biomimicry


KarakteristikElemenDesainBiophilik
ElemenDesain AtributdanKualitas
Prospek Lokasipandangstrategis
JarakVisual
Horisontalisme
Luminasi

Refuge Efekkanopi,penurunanplafon
Ruangyangtersembunyi

Air Permukaanberkilaureflektif
Gerakanair
Bentuksimbolisair

Biodiversiti Vegetasidalamluarruang

40

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Jendelasbg.bingkaiview

Variabilitassensorik Pengaruhperubahanindra
Variasiwarna,angin,sinar

Biomimicry Desainderivatifdarialam
Bentuk,pola,patraalami
Karakteristikfraktal

Playfulness Olahan dekorasiobyekruang untuk
kesenangan,rekreatif
DayaTarik
Kompleksitas
Informasimenujueksplorasi
Permukaankurvalinier

ImplementasiDesainBiophiliadalamBangunanHijau
Parameter parameter hijau biophilia tersirat dalam sistim pemeringkat bangunan hijau skala
internasionalnasional:
LEED2009(USGreenBuildingCouncil)
ParameterSustainableSites(SS):
SSCredit7.1: HeatIslandEffectNonRoof
SSCredit7.2: HeatIslandEffectRoof
ParameterIndoorEnvironmentalQuality(IEQ):
IEQPrereq.1: IndoorAirQualityPerformance
IEQCredit2: IncreasedVentilation
IEQCredit8.1: Daylight
IEQCredit8.2: Views(viewsforseatedspaces)
GREENSHIP(KonsilBangunanHijauIndonesia)
ParameterTepatGunaLahan(ASD):
ASD6: MengurangiPengaruhHeatIsland
ParameterKwalitasUdaradanKenyamananRuangan:
(IndoorAirHealthandComfortIHC)
IHC1: IntroduksiUdaraLuarRuang
IHC6: PemandangankeLuarRuang
ParameterEfisiensiEnergi&Refrigeran(EER):

41

Priatman, J.

EER4: PencahayaanAlami
EER6: VentilasidanInfiltrasi

AspekEkonomiDesainBiophilia
Selama beberapa dekade lalu, banyak studi kasus telah mendokumentasikan keuntungan dengan
pengalamandesainbiophilik,antaralainbertambahnyapemulihantingkatstres,tekanandarah
lebih rendah, peningkatan fungsi kognitif, peningkatan mental, stamina dan fokus, reduksi
kekerasandanaktivitaskriminal,pemulihanmoodmaupuneskalasiaktivitaspembelajaran.


Gambar:PengaruhKwalitasUdaradanKenyamananRuangterhadapAspekEkonomi
Sumber:SustainableCommercialInteriors,p.55









Gambar6: Gambar7:
Biophiliadiruangpasienrumahsakit Biophiliadiruangkelassekolah

42

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Fakta fakta yang terhimpun secara statistik dari banyak penelitian menyimpulkan keuntungan
keuntungan ekonomis dari pemanfaatan desain biophilik pada belba gai sektor industri yang
meliputi perkantoran, rumah sakit, perbelanjaan, sekolah dan pusat komunitas yang be berapa
diantaranyaterungkapsepertiberikutini:
Kantoryangminimpeneranganalamidanventilasiberpotensiaktivasihormonstres
yangmeningkatkanrisikopenyakitjantung(Thayer2010)
Ruangpasiendenganviewkealammenunjukantingkatpemulihanyanglebihcepat
(Ulrich,1984)
Masarawatpasienlebihpendekpadaruangrawatdenganmataharilangsung
(Beauchemin&Hays,1996)
Shoppingmalldenganpenghiijauanindoorberpotensimeningkatkanpenjualan15%
20%(Wolf,2005)
Prestasibelajaranak2meningkat2026%padasekolahyangberpeneranganalami
(NicklasandBailey,1996)

Kesimpulan:Refleksi

Gambar8:ExteriorLoblollyHouse Gambar9:InteriorLoblollyHouse
Arsitek:StephenKieran&JamesTimberlake

Suatu metodologi desain yang banyak mendapatkan popularitas dalam gerakan hijau adalah
biophilia. Meskipun bukan ide baru sejak Wilson mengemukakannya duapuluhde lapan tahun yang
lalu,tetapipembuktianhipotesisnyadilakukanpadatahuntahunterakhiriniyangmengkonfirmasikan
efeksignifikandanterukurbahwamanusiabisaberfungsisebaikbaiknyadalamlingkunganalami.Riset
baru baru ini dibidang neurosains dan endokrinologi menunjukkan peran krusial kehadiran alam
berpengaruh positif terhadap phisio logi manusia yang memerlukan kontak dengan lingkungan alami

43

Priatman, J.

setiap harinya. Untungnya, banyak penelitian juga me nunjukkan ada banyak cara untuk menjamin
bahwamanusiamemperolehdosisvitaminG(green)secukupnyasetiaphari.
Padakenyataannyabiophiliatidaksajamerangkumparameterparameterhijaubaikenergi,air,
udara dan bumi, namun lebih dari itu biophilia memberikan jiwa pada bangunan hijau. Dalam ruang
ruangbiophilik,pasienpasienpulihlebihcepat,parasiswabelajarlebihbaik,penjualanritelmeningkat,
produktivitasditempatkerjamembaikdantingkatketidakhadirankaryawanmenurun.
Beberapa kisah sukses biophilia termasuk Fallingwater Frank Lloyd Wright, ING Bank
headquarter di Amsterdam, Prairie Middle School di Oregon, Maimonides Medical Center
mempresentasikan idea dan prinsip prinsip dibalik biophilia yang dibangun berdasarkan pemahaman
evolusimanusiadibumiinidaninspiratifbagiperbendaharaandesainarsitekturempatikdenganmanusia
sebagaisubyeknya.KieranTimberlake,FAIA,dikenaldengankaryanyayanggreen,biophilikdanempatik,
LoblollyHouse,merekomendasikanparaarsitekuntukmemelukbiophiliasebagaisuatuestetikamodern,
dimana resonansi dengan alam merupakan jiwa biophilia yang perlu dipresentasikan melalui artefak
arsitektur. Tantangan terbesar yang kita hadapi sekarang adalah menjamin bahwa benefit benefit
biophilia tersebar meratabagi semua orang pada setiapusia, kemampuandan status ekonomi.. Hal ini
dapat terjadi ketika kita melihat bahwa setiap desain merupakan kesempatan investasi bagi kesehatan
dankesejahteraanmanusia!

UcapanTerimakasih
Terimakasih kami ucapkan kepada Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, UK Petra, Agus Dwi Hariyanto ST.,MSc.; Tim Pengarah: Ir. Joyce M. Laurens, M.Arch,IAI;
Timoticin Kwanda,B.Sc,MRP.,Ph.D. (Cand); Ir.Danny S. Mintorogo, M.Arch.; Ir.Bisatya W.Maer,MT.; dan
Panitia Seminar Nasional Dr. (Cand.) Rony Gunawan Sunaryo,ST.,MT., Altrerosje Asri, ST.,MT., dan Anik
Juniwati,ST.,MT.

DaftarPustaka
Almusaed, Amjad. (2011), Biophilic and Bioclimatic Architecture. Analytical Therapy for the Next
GenerationofPassiveSustainableArchitecture.SpringlerVerlagLondonLimited.London.
Bonda,Penny,etal(2007),SustainableCommercialInteriors,JohnWiley&Sons,Inc.NewJersey.
Green,TerrapinBright(2012),TheEconomicsofBiophilia,TerrapinBrightGreenLLC,WashingtonDC.
Heerwagen,J.H.,Ph.D.(2006),Biophilia,Health,andWellbeing.J.H.Heerwagen&Associates.

44

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Kellert,StephenR.,etal(2008),BiophilicDesign:TheTheory,ScienceandPractiseofBringingBuildings
toLife,JohnWiley&Sons,Inc.NewJersey
Konsil Bangunan Hijau Indonesia(2010), GREENSHIP Perangkat Penilaian Bangunan Hijau di Indonesia
UntukBangunanBaruGedungKomersial.GBCIJakarta
Kibert, Charles(2005)Sustainable Construction.Green Building Design and Delivery, John Wiley & Sons,
Inc.NewJersey.
Novitski,B.J.(2009).CourtingNatureinDesign.GreenSourceMarchApril2009page103108.
USGBC(2009).ReferenceGuideforGreenBuildingDesignand
Construction.
USGBC(2009).ReferenceGuideforGreenInteriorDesignand
Construction.
Vale, Brenda and Robert. (1991). Green Architecture. Design for an EnergyConscious Future. Thames
andHudsonLtd.London.

45

46

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

EmpathicArchitectureisthisArchitectureforaSustainableFuture

ProfessorRobertVale ,ProfessorBrendaVale2
1

Introduction
The definition of empathy (and hence of empathic) is the imaginative projection of a
subjective state into an object so that the object appears to be infused with it (MerriamWebster
Dictionary).Itiscertainlypossibletoseeexamplesofbuildingsintowhichthearchitectappearstobe
imaginativelyprojectingasubjectivestate,certainlyinthecaseofbuildingsthatareintendedtobeseen
as green but is this architecture that appears to be infused with greenness likely to achieve the
decisiveactionneededaspartofasustainablefuturethatwillallowhumanexistencetocontinue?
Thecontinuedexistenceofhumansocietyinitspresentformissomethingthathasbeencalled
intoquestion,bothfortyyearsago,andmuchmorerecently.ThereportbytheClubofRome(aglobal
futuresthinktank)calledTheLimitstoGrowthwaspublishedin1972.Thiscomputersimulationstudy
of population and resource use showed clearly that current ways of using finite resources without
thoughttofutureconsequenceswouldleadtodrasticcollapsewithinthenextcentury(nowthecurrent
century)(Meadowsetal,1972:124).Thiswasafundamentalchallengetotheideathattheindustrialised
life style could continue indefinitely, with the swapping of finite oil reserves for infinite solar energy
(Halacy,1957:45)(BorisovandPyatnova,1963:1415)(Daniels,1964:45).ThedifferencebetweenThe
LimitstoGrowthandconventionalthinkingliesinthebeliefthatexponentialgrowthisimpossibleina
finitesystemliketheearth.Bythe1970sitwasrecognisedthattheworldsfinancialsystemdepended
ongrowthintermsofcorporateproductionandthatifthisgrowthfailed,andwithitthefinancialworld,
then many people would suffer (Rocks and Runyon, 1972:3) (Commoner, 1976:246). However, if this
growthcontinues,TheLimitstoGrowthsuggeststhatthewholeofcivilisationwillsuffer.
Putting thesestill unresolved financial issues aside,theClub of Romereport was criticised at
the time of its publication (Cole et al, 1973). However, a recent study by the Australian government
researchorganisationCSIROhasshownthatthe1972modelspredictionsarebeingmatchedbywhatis
now happening in the world, and that the current global economy, and with it the whole of human

1
VictoriaUniversityofWellington,NewZealandrobert.vale@vuw.ac.nz
2
VictoriaUniversityofWellington,NewZealandbrenda.vale@vuw.ac.nz

47

Vale, R., Vale, B.

development, remains on an unsustainable path towards collapse by around 2050 (Turner, 2008:38).
AccordingtoTheLimitstoGrowth,thiscollapsewillbetheresultoftheinteractionofPopulation,Food,
Pollution,IndustrialOutputandResources.Oneofthemodernworldskeyresourcesisenergy,anditis
estimated by the President of ASHRAE that buildings consume 40% of primary energy use (70% of
electricity);17%offreshwaterconsumption;theycause33%ofCO2emissionsandaccountfor40%of
waste generation (Peterson, undated). From these figures it is clear that one way to try to avoid the
collapsepredictedbytheClubofRomeandCSIROistofindwaysofreducingtheconsumptionoffinite
resources,particularlyenergy,bythebuiltenvironment.

Empathicgreenbuildings
Architectshavebeenmakingeffortstodesigngreenbuildings,whichattempttoreducetheir
impact on the environment by, among other things, using less nonrenewable energy. Many of these
serve as good examples of empathic design, they are visually infused with the idea of being green. A
recentbuildingofthistypeisthe42storeyStrataBuildinginLondon,designedbyarchitectsBLFS,where
threebuiltinwindturbinesatthetopofthebuildingareintendedtoreplaceelectricitygeneratedby
fossilfuelswithelectricitygeneratedbytherenewableenergyofthewind.Theturbinesareestimated
to be able to generate 8% of the buildings electricity requirement (Vaughan, 2010). This is a trivial
amount of electricity but this trivial contribution allows the building to make a visual statement that
implies that this is a green, sustainable building. It would have been possible to build a building that
usedlessenergy,byspendingthecostofthewindturbinesonconventionalenergysavingmeasureslike
efficientHVACsystems,lowenergylightingandinsulation.However,thesemeasures,whichwouldhave
been invisible, would not have allowed the developer and the architects to make a strong visual
statementaboutbeinggreen.Itseemsthatbeingseentobegreen(byhavingwindturbinesonthe
building)ismoreimportantthatactuallybeinggreen(byreducingnonrenewableenergyconsumption).
Thisistheproblemwithapurelyempathicapproachtodesign.
A famous and welldocumented example of a project infused with ideas about sustainability
andgreennessisBedZED.TheLondonhousingassociation,Peabody,builttheBedZEDdevelopmentin
Beddington, near London in 2002. It comprises a hundred homes, and is described as the UKs best
knownecovillage(HodgeandHaltrecht,2007:2).Thehousingisintheformofwellinsulatedlowrise
housesandapartments,somewithroofgardens.BedZEDwasaprojectthatattemptedtocreateamore
sustainableformofhousing,anditsformishighlydistinctive,largelybecauseoftheseriesofbrightly
coloured ventilation cowls on the roof. The project incorporated several complex and unusual

48

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

technologiesthatwereintendedtocontributetoreducingitsenvironmentalimpact.Theseincludeda
biomassfuelledcombinedheatandpowerplantthatwasintendedtosupplyelectricity,heatingandhot
water,andaGreenWaterTreatmentPlantthatwasintendedtotreatsewageandwastewater. The
biomass plant never worked at its design capacity, and was eventually abandoned as the costs of its
management were too high. Heating and hot water were then provided by natural gas, as for the
majority of UK housing. The Green Water Treatment Plant similarly required too much expensive
maintenance,andusedmoreenergythanconventionalsewagetreatment(informationfromHodgeand
Haltrecht, 2007). The highly visible roof cowls, which were part of a wind powered heat recovery
ventilation system, also failed because the bearings on which they rotated rusted fairly soon after
construction,sothattheynolongerrotatedtofacethewind.EnergyperformancefiguresforBedZED
areshowninTable1.
Itisalsopossibletoapproachtheneedtodesignmoresustainablebuildingsusingmuchmore
modestandlessvisiblysustainableformsofarchitecture.In1975theauthorswroteabookcalledThe
AutonomousHouse(ValeandVale,1975)whichdescribedthenecessarytechniquesforbuildingahouse
that would obtain all its services, its energy requirements, water and waste treatment, from its
immediate environment. In 1993 we built the first autonomous house in the United Kingdom in
Southwell, a small town in Nottinghamshire. The house was very traditional in appearance and
construction, and it was located in the centre of the town in a heritage conservation area, three
hundredmetresfromaonethousandyearoldstonecathedral.Itwasveryhighlyinsulated,andused
photovoltaic panels to make its electricity supply, with surplus power exchanged with the electricity
grid.Rainwatercollectedofftheroofandstoredintanksinthecellarformedthesolewatersupply,and
sewagewasturnedintocompostinasimplenonmechanicalwaterlesstoiletsystem.Allthematerials
and components of thehouse were bought off the shelf, nothingwas speciallydesigned for it. This
approach kept the price lower than it would have been for the design of special components. The
architecturewasdeliberatelyintendedtobemodestsothatthehousewouldfitwiththehistoricbrick
housesthatsurroundeditinthestreet.Traditionalmaterialsofbrick,tilesandtimberwerealsochosen
sothatthehousewouldbelikelytohavealifeoffivehundredyears,asintheUKthesematerialsare
known to last at least this long. The performance of the autonomous house was monitored and
published,anditwasfoundoveralltouseonly1,500kWhofnonrenewableenergyperyear,compared
tothe2007UKaveragewhichis17,121kWh(fordetailsseeTable1).

49

Vale, R., Vale, B.

The Hockerton Housing Project, designed by the authors and completed in 1998 at the village of
HockertonnearSouthwell,wascommissionedbyNickMartin,whowasthebuilderfortheautonomous
house. This projectcomprises a group of five houses whichare earthsheltered, thatis, they are built
intothesideofaslopeandcoveredwithsoil,sothatonlythesouthfacingfaadeisexternal.Thiswasa
requirementoftheclient,andmeansthatthehousescannotbeseen,exceptfromthesouth.Theyhave
such high levels of insulation and thermal mass that no space heating is required even in the English
winter. Electricity is generated by a combination of photovoltaics and two small wind turbines, with
additional energy now provided by a large scale Vestas V29 225 kW wind turbine, constructed on a
neighbouring site by the Hockerton group, which supplies renewable electricity for the whole village
(informationfromHockertonHousingProject,2012).Again,liketheautonomoushouse,theHockerton
housesuseverysimpletechnology.Theinsulationandthermaldesignmeanthatnoheatingorcooling
areneeded,avoidingtheneedtoprovidetechnology.Thewastewaterandsewagearetreatedusinga
conventionalseptictank,andasimplefloatingreedbed.EnergyperformanceoftheHockertonhousesis
shown in Table 1 and compared with the autonomous house, with BedZED, and with average UK
housing.

Table1:AnnualenergydemandforaverageUKhouses(2007),theAutonomousHouse(1993),theHockerton
HousingProject(1998)andBedZED(2002)

50

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

What Table 1 makes clear is that the architecturally modest buildings, the autonomous house and
Hockerton, which use simple lowtechnology approaches, are performing much better in terms of
energyconsumptionthantherelativelyhightechnologyexampleofBedZED.Thisisinspiteofthefact
thatBedZEDisamorerecentproject.InarchitecturaltermsBedZEDisfarmorevisuallystriking,more
visuallygreen,soapparentlymoreempathic,thantheothertwoprojects,butitisnotreallydoingas
much as it could do to reduce environmental impact, in spite of being so visibly green. The Strata
BuildinginLondon,whichisalsovisiblygreenwithitsthreebuiltinwindturbines,andismuchmore
recentthanBedZED,isonlymarginallybetter(eightpercentbetter)thanaconventionalbuilding.

TheEcologicalFootprint
TheBedZEDdevelopmentfailedtoperformasplanned,becausearangeofrelativelycomplex
technologiesdidnotwork.However,perhapsawiderviewofitsenvironmentalperformancethanjust
itsenergyconsumptionmightrevealthatitwasachievingsignificantimprovementsinotherareasthan
energy.Itispossibletoanalysetheenvironmentalimpactofabuilding,andindeedofthewholerange
of human activities, through the use of the technique of Ecological Footprint analysis. The Ecological
FootprintconceptwasdevelopedinCanadabyMathisWackernagelandWilliamRees.Itisameasureof
the area of productive land and sea that a country needs to provide all its goods and services on a
sustainablebasis(WackernagelandRees,1996).Currentlytheworldspopulationobtainsmanyofthe
resourcestosupportitswayoflivingfromfiniteresources,itdigsupcoalordrillsforoilorminesfor
ironore,butoncetheseresourcesareextractedtheyareusuallylostforever.Inasustainablefuture,
resourceswill havetoberenewable,becausesustainablemeansbeingcapableoflastingalongtime.
This means that rather than using the finite resources of the earth, which are like capital in a bank
account,whichdisappearswhenitisspent,societywillhavetoliveonitsincome,theresourcesthatcan
beprovidedeachyearbythesunandbytheland.TheEcologicalFootprintmeasuresthislanduse,and
itcanbeusedatarangeofscalesfromanindividualtoawholecountry.
AnEcologicalFootprintstudyoftheperformanceoftheBedZEDdevelopmentwaspublishedin
2007(HodgeandHaltrecht,2007:3839).Thisprovidessomeusefuldataforanalysis.Ouranalysisofthe
publisheddatarevealsthatinspiteofthetechnicalfailures,theBedZEDprojectdeliveredareductionof
overallEcologicalFootprintof11%comparedtotheUKaverageEcologicalFootprint.Hadthebuilding
workedinpracticeaswasintendedbyitsdesigners,thereductioninEcologicalFootprintwouldhave
been 17%. Our analysis of the published figures however also reveals that behavioural changes
(specifically,avegetariandietandlessfoodwaste,nocartravel,noleisureairtravel,fewerconsumer

51

Vale, R., Vale, B.

goodsandfewernewclothes)couldhavereducedaverageEcologicalFootprintby25%.Sotheeffectof
thisveryvisiblysustainablehousingwasquitesmall,andlessthanhalftheeffectthatcouldbeachieved
bymodestchangestowardsmoresustainablebehaviour.
However, in practice, BedZED residents behaviour did not change, and in some aspects was
environmentally more damaging than average behaviour. The nonbuildingrelated aspects of life at
BedZEDhadoverallthesameEcologicalFootprintasthenonbuildingrelatedaspectsoflifeforaverage
UK residents. It was also found that BedZED residents were doing three times more leisure air travel
than the UK average (Hodge and Haltrecht, 2007:28). This suggests that the Jevons Paradox is
operating.Inhis1865bookTheCoalQuestionWilliamJevonsarguedthatItiswhollyaconfusionof
ideastosupposethattheeconomicaluseoffuelisequivalenttoadiminishedconsumption.Thevery
contrary is the truth (Jevons, 1865:VII.3). In the case of BedZED, the money saved by residents on
energy bills is being spent on air travel, negating to a large extent the environmental benefits. The
sustainablebuildingisnotleadingtogreaterconcernfortheenvironmentamongitsresidents.

Conclusion
Architectswhoaremakingattemptstodesignmoresustainablebuildingsseemtobefocusing
onthewrongthing.Theyareputtingalltheirattentionintovisibleempathyimaginativelyprojecting
the state of sustainability into their building so that the building appears to be infused with
sustainability.Theargumentseemstobeitlooksgreen,soitisgreen.Ifarchitectsarereallytomakea
contribution to a more sustainable future, they need to be more interested in achieving improved
buildingperformance,andalsointerestedinfindingwaystochangebehaviour.Livinginavisiblygreen
buildinghasnotchangedthebehaviourofBedZEDsresidentstowardsbeingmoresustainable.Making
buildings that merely look green means that architects are doing nowhere near enough. Instead of
makingbuildingsthatappearsubjectivelytobegreen,tomakearealdifferencearchitectsneedtomake
buildings thatare objectively, measurably,green in terms of their performance. It is onlyby changing
themeasurablephysicalimpactofbuildingsontheenvironmentthatwewillbeabletoreducedamage
thatthebuiltenvironmentiscausingtothelongtermfutureofhumanity.

References
Borisov,Y.andPyatnovaI.(1963)Harnessingthesun:storiesaboutsemiconductors,ForeignLanguages
PublishingHouse,Moscow.

52

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Cole,H.S.D.,Freeman,C.,Jahoda,M.andPavitt,K.L.R.(eds)(1973)ThinkingAbouttheFuture:aCritique
oftheLimitstoGrowth,ChattoandWindusforSussexUniversityPress,London.
Commoner,B.(1971)TheClosingCircle:man,natureandtechnology,Knopf,NewYork.
Daniels,F.(1964)DirectUseoftheSunsEnergy,YaleUniversityPress,NewHavenandLondon.
DepartmentofEnergyandClimateChange(2009)EnergyconsumptionintheUK:domesticdatatables.
2009update.(TablesprovidingstatisticsondomesticenergyconsumptionintheUKsince1970.
09D/45430072009at
http://www.decc.gov.uk/en/content/cms/statistics/publications/ecuk/ecuk.aspx(viewedJan2010)
Halacy,D.S.(1957:1962UKedition)PowerfromtheSun,JohnMurray,London.
HockertonHousingProject(2012)availableathttp://www.hockertonhousingproject.org.uk/
Hodge,J.andHaltrecht,J.(2009)BedZEDsevenyearsonBioRegionalDevelopmentGroup,Wallington,
Surrey,UK.
Jevons, W.S. (1865) Of the Economy of Fuel, Ch 7, The Coal Question: An Inquiry Concerning the
Progress of the Nation, and the Probable Exhaustion of Our CoalMines, Macmillan and Co.,
London.
Meadows,D.H.,MeadowsD.L.,RandersJ.andBehrensW.W.(1972)TheLimitstoGrowth,EarthIsland
Ltd.,London.
MerriamWebsterDictionaryavailableathttp://www.merriamwebster.com/dictionary/empathy.
Peterson K. (undated) Achieving energy efficiency in the built environment through standards
availableathttp://www.engineeringforsustainability.org/docs/energyefficiencyinbuiltenv.pdf
Rocks,L,andRunyon,R.(1972)TheEnergyCrisis,CrownPublishersinc.,NewYork.
Turner,G.(2008)AcomparisonoftheLimitstoGrowthwiththirtyyearsofreality;SocioEconomicsand
the Environment in Discussion, CSIRO Working Paper Series 20089, CSIRO Sustainable
Ecosystems,June2008,Canberra.
ValeB.andValeR.(1975)TheAutonomousHouseThamesandHudson,London.
VaughanA.(2010)Londonlandmarkbuildingwillgenerate8%ofitsenergyneedsTheGuardian14th
March, available at http://www.guardian.co.uk/environment/2010/mar/14/razortowerwind
turbines.
Wackernagel, M. and Rees, W. (1996) Our Ecological Footprint: reducing human impact on the earth,
NewSocietyPublishers,GabriolaIsland,BritishColumbia.

53

54

SUBTEMA 1

KENYAMANAN
FISIK DAN PSIKIS
Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

RuangyangTerlipatsebagaiRuangBermainAnak

ChristineWonoseputro1

Abstrak
Beberapadekadeterakhir,serangkaianpenelitiandilakukanterhadappencarianmaknaakanruanguntuk
menjawabtantanganlahanmanusiayangsemakinsempitdansemakinsesak.KonsepRuangyangterlipatkemudian
menjadi bahasan yang menarik, dikarenakan bahasan ini memberikan dimensi baru bagi arsitek akan
pemahamannya tentang ruang dalam arsitektur. Dalam banyak hal, anakanak kerap dipandang sebagai subyek
ruangdalamarsitekturyangbersifatpasif,yangtidakmampumemberikanprotesterhadapapayangdirasakandan
dialamidalammenggunakanruang.Akibatterhadapsifatuseryangdipandangpasiftersebut,kerapkecelakaandan
ketidaknyamanan terhadap penggunaan fungsi ruang baru disadari pada saat dampaknya fatal. Arsitek harus
menyadari bahwa sesungguhnya masa kanakkanaklah masa yang sangat penting bagi manusia untuk membuka
danmengawalilembarkehidupannya.Fokuspembahasanpenelitiandansasaranpenelitianiniadalahruangruang
terlipat dalam bangunan institusi pendidikan usia dini. Di sisi lain, penelitian juga bermaksud untuk untuk
menyajikanhasileksplorasiakanbagaimanaelemenelemenruangterlipatyangkeraptidakdisadaridalamdesain
ditanggapiolehanakanaksebagaiwadahmerekauntukbermain.
Katakunci:Ruangterlipat,Pendidikanusiadini,Perkembangananak,Bermain,Arsitekturyangberempatipada
anak.

Pendahuluan
Masa anakanak merupakan masa emas, di mana anakanak banyak mengalami
perkembangan baik fisik, intelektual, maupun emosional yang sangat signifikan pada tahapan usia
tersebut. Hal ini membuat segala kegiatan yang berkaitan dengan anakanak pada masa tersebut
menjadi sangat penting dan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga hal tersebut dapat menjadi
rangsanganyangpositifbagiperkembangananak.Anakpadausiadiniakanbelajardenganbermain.Hal
inimengakibatkanperhatianpadakarakterlingkunganbermainakanmembawadampakyangsignifikan
terhadap tumbuh kembang anak di usia dini. Dewasa ini marak lembagalembaga yang menaruh
perhatianbesarpadahaltersebut,sepertiKelompokBermaindanPAUDyangdigagasolehpemerintah
pusatmaupunpemerintahdaerah.

1
Dosen Tetap Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra Bidang Perancangan Arsitektur,
christie@peter.petra.ac.id

55

Christine Wonoseputro

BerdasarkanPeraturanMenterino02/2009tentangkebijakanKabupaten/KotaLayakAnak,
sebagai kota yang berempati kepada kebutuhan anak yang dikemudian disingkat menjadi KLA,
kebijakan KLA dilaksanakan berdasarkan pada prinsipprinsip yang mendukung terjaminnya hak anak
untukmelakukanaktivitasbermaindanmemilikiruanguntukbelajardanbermain.
Dalam perancangan arsitektur, anak kerap termarjinalisasi serta dipandang sebelah mata
sebagai pengguna. Kita sering mendengar beritaberita tentang kecelakaan anak pada gedung atau
bangunan yang fatal akibatnya, karena desain juga kerap kurang mengantisipasi perilaku anak dalam
desain.Makapenelitianinijugainginmembukadimensitentangarsitekturdanruangkotayangmampu
berempatisertamemperhatikanmasalahyangberkaitandengankebutuhananakakanruangbermain.

MetodePenelitian
Penelitianinidibuatdengandasarmetodepenelitiandeskriptifkualitatif,denganmelakukan
serangkaianeksplorasidanobservasilapanganyangdiadakandilingkunganinstitusipendidikanusiadini
swasta di Surabaya sebagai sampel penelitian, studi literatur serta wawancara dengan beberapa
narasumber.

AnakdanLingkunganBermain
Permainan sangat penting bagi mereka (anakanak) yang sedang berada pada masa
perkembangan. Bermain dapat meningkatkan afiliasi anak dengan teman sebayanya, mengurangi
tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat
berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan dapat meningkatkan
kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi dengan anak lain (dengan kata lain dapat
mempraktekkan sesuatu yang berguna untuk masa depannya). Dengan bermain, seorang anak dapat
merasakan tekanan maupun kegembiraan yang nantinya juga akan ia temui pada kehidupannya
mendatang. Hal terpenting dalam bermain anak adalah juga akan menerima rangsangan baik internal
dalam proses bermain, maupun eksternal dari lingkungan bermain yang mempengaruhi pula tumbuh
kembangnya.



56

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

TeoriPerkembanganAnakmenurutJeanPiagetdanVygotsky
JeanPiaget(18961980)merupakanseorangahlibiologiyangpadaawalnyamendalamistudi
tentang moluska ( spesies hewan yang tidak memiliki tulang belakang dan bercangkang ) namun
kemudian menyeberang untuk mendalami studi tentang teori perkembangan anak melalui observasi
dengancaraberbicaradanmendengarkancaraanakanakbercerita.JeanPiagetlebihdikenalsebagai
pakar yang lebih melihat ke arah individu anak itu sendiri, sedangkan Vygotsky lebih melihat ke arah
sosialuntukmendukungperkembangananakitusendiri.

Tabel1PerkembanganAnaksesuaiKlasifikasiPiaget
No TAHAPAN USIAANAK CATATANDALAMTAHAPPENGEMBANGAN
1 SensoriMotor Lahir2tahun - Anak mulai mengenali membedakan eksistensi dirinya terhadap
obyekyanglain.
- Mengenali dirinya sebagai subyek pelaku yang memulai bertindak
atau melakukan sesuatu secara intens seperti : mengocok ngocok
mainan agar dapat menimbulkan suara, menarik mobil mobilan
yangdapatbergerakuntukdapatberjalanataubergemerincing.
2 Praoperasi 27tahun - Belajar untuk menggunakan bahasa dan mampu menggambarkan
obyekdalambentukkatakataataupuncoretan.
- Masih berpikir egosentris, sangat sulit untuk dapat memperhatikan
sisioranglainataulawanmainnya.
- Dapat mengklasifikasikan obyek berdasarkan sebuah tolak ukur
tertentu.
3 OperasiKonkrit 711tahun - Dapatberpikirlogisdanmenganalisissebuahobyekyangdilihatnya.
- Telah mampu mengklasifikasikan bilangan, geometri, dan bobot
matematis.
Sumber:Wonoseputro,2011LaporanpenelitianStudiPermainanYangDilakukanOlehAnakAnakPadaRuang
terlipatdiLingkunganSekolah.

57

Christine Wonoseputro

Tabel2:TingkatanKegiatanBermainsesuaikategoriumur
NO KATEGORIUSIA KEGIATANBERMAINPERAN
1 Usia1tahun(toddlers) Anak anak mulai menirukan obyek di lingkungan sekitar secara sederhana,
seperti menirukan gerakan binatang dan suara binatang, menirukan gerakan
sopir mobil, atau menjalankan pesawat terbang, dan menirukan seorang ibu
yangsedangmemasakmakanandidapur.
2 Usia2tahun(nursery) Anak anak sudah mulai dapat berimajinasi dan mereka akan bermain sesuai
dengan imajinasinya tersebut. Pada tahapan ini anak mulai bermain peran,
misalnyasebagaidokter,pasarpasaran,menirukanibunya,menyuapiboneka
danlainsebagainya.
3 Usia34tahun(preK) Melakukan permainan peran yang lebih kompleks dan telah dapat membentuk
alurceritasecarautuh,seperti:putriyanghendakdiselamatkansangpangeran,
mengalahkan sang naga, bermain peran rumah rumahan, atau pura pura
menjadiseorangguruyanghendakmengajar.Dalampermainanperansemacam
ini,anakaanakdapatdilibatkanaktifsebagaipemaindanpengamat.
4 Usia45tahun(kindergarten) Hampir sama dengan kegiatan di atas, anak anak diminta untuk melakukan
permainan peran yang lebih kompleks dan telah dapat membentuk alur cerita
secara utuh dan kompleks, seperti menjadi pemadam kebakaran kota, menjadi
superhero, dan lain sebagainya . Dalam permainan ini, musik, instrumen, dan
kostumyangkompleksakansangatmenarikbagianakanakuntukbermain.
5 Usia612tahun(usiasekolah) Anak anak sudah dapat melakukan dan memerankan sebuah naskah drama
yang utuh, dengan alur cerita yang kompleks. Mereka bahkan sudah dapat
dilibatkan aktif dalam percakapan percakapan skenario yang panjang. Inti
cerita masih dibuat yang sesuai dengan kategori umur, dan tetap imajinatif,
misalnya memerankan si Tudung Merah, Si Badut yang Nakal, atau Putri
Cinderella.
6 Usia 12 13 tahun ( praremaja/ Masainimerupakanmasaperalihandimanaseoranganakmenjadidewasa,pada
transisi) tahapan ini anak akan sadar penuh bahwa yang dilakukannya adalah hanya
kepura puraan atau imajinatif belaka. Drama yang dibawakan juga punya
tingkat kesulitan dan kompleksitas yang cukup tinggi, serta punya alur cerita
yang kompleks dan lengkap, sebagaimana layaknya cerita sungguhan dalam
kehidupanseharihari.
Sumber:Wonoseputro,2011LaporanpenelitianStudiPermainanYangDilakukanOlehAnakAnakPadaRuang
terlipatdiLingkungansekolah.



58

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

BatasandanRuangLingkupPenelitian
Berdasarkan hasil percakapan dengan beberapa narasumber dan kepala sekolah serta
penelaahanliteratursebagaimanaterpampangpadakeduatabelpadabagianterdahulu,penelitianini
dibatasipadausia35tahun.Padausiatersebutanakmerupakanobyekyangpalingmenarikuntuk
diobservasi, sebab pada usia tersebut anak sudah secara individu mampu diajak berkomunikasi dan
berkembangsecaraverbal.Selainitustimuluslingkunganmenjadisangatkrusialpadatahapinisebab
anakakanberkembangsecarapesatbaikfisikmaupunpsikisnya.

DasarTeoridanKerangkaPenelitian
Padapengertianawamatauharafiah,ruangterlipatpadaumumnyadidefinisikansebagairuang
yangmemilikibentukmenyerupailipatanatautekukandisetiapataubahkandisegalasisi.Namunpada
kenyataannyaruangterlipatbukanhanyaterbentukdarilipatanatautekukansaja,melainkanmemiliki
aliran atau irama yang dibentuk sedemikian rupa dengan berbagai cara sehingga menimbulkan suatu
kesan ruang yang diinginkan oleh desainer terhadap pengamat ruang. Pada awalnya filosofi folding
dikenalkan oleh Gilles Deleuze, seorang profesor di bidang filsafat dari University of Paris dalam buku
TheFoldkarangannya.BerdasarkanbukuTheFolditu,kesimpulanobjekyangterlipatadalahobyekyang
dimaknaisebagairangkaiandariprosesyangbelumtuntasataubelumfinal.Masihakanadakelanjutan
dari proses tersebut. Dalam hal ini ruang dalam arsitektur diterjemahkan sebagai bagian dari proses
yang berkembang, dan belum final. Ruang ruang tersebut dapat menjadi elemen spasial yang
berkelanjutan,baikfisik(eksistensi)maupunprogram(metafisik).
Secara arsitektural, ruang terlipat dapat didefinisikan sebagai elemen spasial yang terbentuk dari
bidangbidangyangditekuktekuk.Bidang,meskipunmempunyairanahduadimensi,biladitekukdan
disatukandenganbidangbidanglainnyaakanmembentuksebuahruangtigadimensi.Padaaplikasinya,
ruang terlipat merupakan ruang yang tersembunyi yang terkadang keberadaannya tidak disadari oleh
orangawamataupunorangdewasabahkanterkadangtidakdisadarioleharsiteksendiri,dalamhalini
menjadi ruang negatif. Keberadaan ruang terlipat pada suatu desain arsitektur menjadi objek spasial
dapatterjadisecarasengajamaupunsecaratidaksengaja.SophiaVyzottidalambukuFolding
Architecture, menyatakan bahwa ruang terlipat yang terdesain tidak hanya merupakan ruang yang
terbentukakibattekukanpadasuatubidang,namunjugadapatterjadidenganmengangkat,memotong,

59

Christine Wonoseputro

meminting, dan sebagainya pada suatu bidang sehingga menghasilkan suatu bentukan ruang2.
Mempelajari pengertian di atas , maka pada konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan ruang
terlipat dikategorikan menjadi 2 , yaitu terlipat secara permanen, dan tidak/non permanen. Terlipat
secarapermanenberartianakanaktidakdapatmenggerakanataumerubahbentukfisikspasialnya,
tetapiyangbersifatnonpermanen,berartisecarafisikbentukspasialnyadapatdiubahataudigerakan
olehanakanakitusendiri(sehinggalayerspasialnyajugaberubah).
Di sisi yang lain penjelasan akan hubungan obyek dengan pengamat dijelaskan dalam teori
Affordance,yangsangatberkaitandenganpersepsi,yangpadaawalnyadipaparkanolehWilliamGaver(
1991 ).Teori ini mengungkapkan bahwa obyek akan memberikan impuls kepada user yang disebutkan
sebagaiperceptualinformationdiungkapkansebuahteoriyangdisebutkansebagaiteoriaffordance
.ResponstimbalbalikantaraobyekdanpengamatnyadibagimenjadiFalseaffordance,perceptible
affordance, hidden affordance, dan correct rejection. Kemudian teori ini banyak dikembangkan di
NegaraNegaraEropadanAmerikadalammelihatdanmengevaluasilingkunganbuatansebagaibagian
darikajianpsikologiArsitektur.
SeorangpenelitibernamaMarkeettaKyttamembagidanmelihat
bahwa affordance dapat dikembangkan lebih jauh menjadi potential, shaped, perceive, dan utilized
affordancedalammenterjemahkanteoriAffordanceGaver.










2
KonsepruangterlipatagaknyajugapernahdibahasolehBernardTschumidalamTheEventSpace,dimanadalam
penelitiannya tentang Fireworks, Tschumi mengungkapkan bahwa sensasi layer layer spasial yang terjadi tidak
hanya sekedar dirasakan secara fisik, seperti pemahaman ruang pada era arsitektur modern, namun juga perlu
dicermatisecaranonfisik.Tschumimenggambarkanbahwaruangyangterjaditidakkasatmataadalahtheevent
spaceataufenomenaruangkarenaadanyakejadian/events.

60

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Tabel3 :KerangkaBerpikirPenelitian

Analisis : Ruang Terlipat Sebagai Ruang Bermain Anak Studi Kasus Lingkungan
InstitusiPendidikanDiniSwastadiSurabaya

LOKASI KARAKTERRUANGTERLIPAT ANALISA RESPONSANAKPADAAFFORDANCERUANG


PENELITIAN TERLIPAT
InstitusiA Pada saat observasi, sekolah memberikan larangan untuk
Profil: bermain di area ini dikarenakan sekolah memanfaatkan
WhizKids ruangdibawahtanggauntukmenyimpankeperluanbelajar
playschoolJl. mengajarseperticat,kertas,danbahanbahankriyaanak
NgindenIntan anak.
TimurSurabaya Seharusnya pemanfaatan area bawah tangga secara
(Playschool terbuka oleh sekolah dihindari, dikarenakan area bawah
swastaberbasis tangga sangta menarik anak anak untuk dimanfaatkan
kurikulum Gbr.1RuangTerlipatPermanendibawah sebagaiareabermain.
internasional) tanggayangkerapdijadikantempatuntuk Pada sudut ruangan sekolah, banyak dimanfaatkan anak
bermain.Sumber:DokumentasiPribadi anak usia 3 6 tahun untuk bersembunyi atau menutup
diri. Hasil observasi menunjukan bahwa pada karakter
ruangyangdemikian,anakanakcenderung menemukan
privacynya untuk menutup diri atau bersembunyi dari
lawanmainatauorangyanglebihdewasa.
Pada kegiatan terstruktur, ruang semacam ini banyak
digunakananakanakuntukbersembunyiatauberlindung

61

Christine Wonoseputro

pada kegiatan permaiann terstruktur sesuai dengan yang


diinstruksikanolehpengajar.
Padakolongbawahtanggayangbersifatpermanen,banyak
dilakukan anak anak untuk melakukan kegiatan bermain
seperti games yang memiliki aturan dan dilakukan secara
berkelompok.
Karenadimensidariruangyangmampumemuatbeberapa
anak(46anak)usia36tahun,areainicenderung
dimanfaatkan anak anak sebagai area untuk bermain
berkelompok.
InstitusiB: Berdasarkan hasil observasi di Institusi ini , anak anak
Profil: banyak menggunakan elemen tidak permanen pada
Merlion playhouseuntukkegiatanyangbersifatbermainperan,baik
International padaanaklakilakimaupunanakperempuan.Contohnya
School adalah membayangkan bahwa kastil mainan adalah istana
(Institusi dan anak anak berimajinaasi sebagai ksatria yang
Pendidikandini mengejar penjahat atau menjadi raja dan tuan putri.
swastayang Kegiatan yang memiliki aturan berdasarkan kesepakatan
berbasiskan mereka sendiri sebenarnya juga dapat dinyatakan sebagai
kurikulum Gbr.2RuangTerlipatPermanen aturan games yang memiliki reward dan punishment di
internasional) Sumber:DokumentasiPribadi antara anak anak itu sendiri. Responden di Institusi B
termasukanakanakyangcukupaktifdankooperatifpada
saatobservasidilakukan.Menjadicatatandalampenelitian
dan mungkin dapat dijadikan topik penelitian lebih lanjut
kemungkinan latar belakang keluarga dan lingkungan
sangat membuat anak anak ini aktif dan ramah untuk
berkomunikasi dengan surveyor. Meja dan panggung
portablebanyakdimanfaatkananakanaklakilakiuntuk
melakukan kegiatan permainan simbolik seperti
memanfaatkan meja sebagai benteng untuk bertahan dan

Gbr3Ruangterlipatdibawahkastilmainandi bermain tembak tembakan atau melakukan kegiatan
ruangbermain bermain sosial seperti bermain mobil mobilan dengan
Sumber:DokumentasiPribadi sesama anak laki laki yang seusia dengan mereka. Anak
laki laki lebih banyak memanfaatkan karakter ruang ini
sebagai media untuk bermain dibandingkan anak
perempuannya.


Gbr4Kegiatanterstrukturdalamkelas
Sumber:DokumentasiPribadi

62

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

InstitusiC: Hasil eksplorasi menunjukan bahwa sela sela yang


KBdanTKPetra bersifat tersembunyi agaknya membuat anak anak
JemurAndayani merasakan privacy di dalamnya. Membuat anak anak
(institusi betahuntukbermaindidalamnya.Darihasilobservasi,ada
pendidikanswasta yangmengatakankalaumerekasukaberimajinasidiruang
berbasis ruangtertutupdantersembunyi,sehinggatidakdiketahui
kurikulum orang. Atau mereka memanfaatkan ruang untuk menutup
nasionalyang diri bila malu atau melakukan permainan supaya tidak
menekankan Gbr5RuangTerlipatPermanenuntuk ditemukanolehtemanyanglain.
pendidikan bermain.Sumber:DokumentasiPribadi Padakarakterruangterlipatyangbersifatpermanen,baik
karakterKristiani) anak laki laki maupun perempuan menganggap area
tersebutsebagaiareaprivasimereka.Menurutketerangan
daribeberapaguru,dalambermain,anakanakcenderung
sukapadasudutsudutyangsama,dankerapmengklaim
bahwaareatersebutadalahmilikkelompokmereka.
Sedangkanpadaareaterlipatyangbersifatnonpermanen,
tampakdenganjelaspadagambardisampingbahwapihak
sekolahmemperhatikandenganseriusareatersebut,sebab
anak anak cenderung lebih suka bermain dengan
imajinasi mereka sendiri, memanjat, menggoyangkan, dan
bersembunyi pada area ruang terlipat. Hingga seorang
petugas pada jam jam bubar sekolah dan jam istirahat
Gbr6RuangTerlipatNonPermanen harusmengawasisecarakhususareatersebut.
Sumber:DokumentasiPribadi


Gbr.7RuangTerlipatPermanen/Non
Permanen.Sumber:DokumentasiPribadi
InstitusiD: Pada kegiatan permainan yang bersifat terstruktur, anak
PeekABoo anakakanmengikutiinstruksiyangdiberikanpadagurunya,
Playschool sedangkan pada kegiatan yang bersifat tidak terstruktur
(Institusi anakanakakandenganspontanmelompatlompatdan
PendidikanDini menbalik matras dan dipergunakan serta disusun seperti
swastayang yang mereka bayangkan dalam imajinasi mereka.
berbasispada Sedangkan dalam kegiatan yang bersifat tidak terstruktur,
kurikulum anakanakmemangcenderungbermainbebasdandapat
pendidikan Gbr.8RuangTerlipatPermanen melakukan apapun pada elemen elemen yang ada di
internasional) Sumber:DokumentasiPribadi sekitarnya,sertamembentuknyasesuaiimajinasimereka.
Padaelemenyangbersifatterlipatsecarapermanen, anak
laki laki suka membuat permainan yang sesuai dengan

63

Christine Wonoseputro

karaktergendermereka,sepertimobilmobilan,polisidan
penjahat serta tembak tembakan. Anak perempuan
cenderungmemilihpermainanyangsifatnyalebihtenang.
Sedangkanpadaruangterlipatnonpermanensepertibalik
kursi, bawah kolong meja yang dapat mereka gerakkan,
anak anak suka menggunakan area tersebut sebagai
permainanyangpenuhkejutandansesuaidenganimajinasi
mereka.
Gbr.8RuangTerlipatPermanen
Sumber:DokumentasiPribadi

\
Gbr9RuangTakTerstrukturuntukbermain.
Sumber:DokumentasiPribadi
InstitusiE: Pada salah satu kegiatan terstruktur yang dilakukan di
Institusi E, anak anak diminta untuk bermain dengan
Profil: menggunakan rainbow umbrella atau parasut pelangi .
KBGymboree Dalamkegiataninisecarasadar,kecenderungananakuntuk
(institusi bermain dengan obyek yang membentuk karakteristik
pendidikanswasta ruangsudahsecarasadardiadopsiolehinstitusiinisebagai
yangmenekankan salah satu bentuk pelatihan kombinasi, yaitu Permainan
kurikulum simbolikdanpermainansosial.
berbasispelatihan Gbr10KegiatanUmbrellaGames Kecenderungan permainan sejenis ini juga sangat tampak
psikomotorikanak Sumber:DokumentasiPribadi pada anak anak yang sering bermain di bawah selimut
) atau di bawah kolong ranjang, dimana anak anak punya
kecenderungan untuk membayangkan menjadi sesuatu di
bawahkarakterspasialserupa(misalnyamenjadimonster,
menjadibinatangtertentu,ataumenakutnakutiteman
temannya yang lain , atau bahkan teman bermain yang
usianyalebihkecil).


Gbr11RuangTidakPermanen
Sumber:DokumentasiPribadi

64

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Kesimpulan
PadaStudiyangtelahdilakukanmakadiambilbeberapakesimpulansebagai
berikut:
- Anak memberikan respon pada ruang untuk memfungsikannya sebagai wadah beraktifitas.
ResponstersebutakanterjadiapabilaRuangsebagaiwadahmampumenjadiplacetoplay.3
- Responsanakbisamenjadihalyangpositifdannegatif.
Dikatakan sebagai hal yang positif apabila fungsinya selaras dengan tujuan utama elemen
spasial itu dirancang. Dan menjadi hal yang negative apabila fungsinya tidak digunakan
sebagaimanamestinyabahkanmengancamdanmembahayakankeselamatananak.Contohnya
adalah:anakyangmelihatrailingtanggadanberimajinasidiabiasterbangapabilaloncatdari
railing tersebut. Bila tidak diantisipasi dalam desain maka desain railing tangga yang tadinya
tidakberbahayabisajadisangatmembahayakananakanakdanmengakibatkananakcelaka
jatuhdariketinggian.(falseaffordance).
- ArsitekturyangBerempatipadaanak:
Penting bagi para arsitek dan desainer yang merancang fungsi bangunan yang berkenaan
dengananakanaksebagaipenggunabangunanuntukmemperhatikanelemenelemenyang
diprediksidapatmencuriperhatiananak(hiddenaffordance)dandapatsecaratidakdisadari
menjadi karakter ruang terlipat yang menarik digunakan sebagai wadah melakukan aktivitas
bermain.Denganmempelajarikarakteranakanaksertamengantisipasihalhalyangdapat
menimbulkanketigaelementercetusnyaPlacetoplaydiatas,makaharapannyaarsiteksadar
akan perilaku yang mungkin timbul pada anak dalam bermain.Selanjutnya teritori yang
dibentukuntukbermaindapatdiolahdenganlebihbaik,polapengawasanpadateritoridalam
bermain dapat ditingkatkan, kecelakaan dalam bermain dapat dikurangi, dan kenyamanan
bermainpadaanakmenjadimaksimal.

3
Placetoplay(Wonoseputro,2007):RuangterlipatsebagaiPlaceuntukanakbermaindanbelajarakanmuncul
apabilaelemenspasialtersebutmempunyaibeberapakaraktersebagaiberikut:
- Menghadirkanelemenkejutan/theelementsofsurprises
- Menghadirkanrekasitimbalbalikantarauser(anakanak)denganelemenspasialitusendiri
- Dalamjangkauandanskalaanak.
- Anakpunyapersepsielemenspasialyangamandandalamzonanyamanuntukbermain.

65

Christine Wonoseputro

UcapanTerimakasih
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu
terselenggaranya penelitian ini, kepada pihak sekolah yang telah bersedia menjadi narasumber
penelitian ini dan kepada para kepala sekolah, orang tua murid, serta kepada Jurusan Arsitektur
Universitas Kristen Petra yang telah mendanai terselenggaranya penelitiaan ini. Besar harapan kami
segenapstudiyangtelahdilakukanmampumenjadimasukanyangberartibagiparaarsitek,desainer,
dan pihak pengelola pendidikan anak usia dini dalam memberikan fasilitas bermain yang ramah dan
lebihberempatipadakarakteranakanak.

DaftarPustaka
Allen,L.(1975).PlanningForPlay.Cambridge:MITPress,Massachusetts.
Broto,C.(2006).PlayingSpaces:DesignForFun.PageOneProduction,Singapore.
Datner,R.(1977).DesignForPlay.Cambridge:TheMITPress,Massachusetts.
Deluze,G.(1995).TheFold.Cambridge:MITPress,Massachusetts.
Dudek,M.(2006).ChildernsSpace.Elsevier,UnitedKingdom,London.
Dower,G.A.andByatt,L.(2003),Tschumi.RizzoliInternationalPublications,UnitedStates,NewYork.
Gaver,W.W.(1991)TechnologyAffordance.Diss.CambridgeU.,1991.
Gibson,J.J.(1971).TheoryofAffordances.NewJersey:LawrenceERLBAUMAssociatesInc.
Kytta,M.(2002)AffordancesofChildrensEnvironmentsInTheContextOfCities,SmallTowns,Suburbs,
and rural Villages In Finland and Belarus , Journal Of Environmental Psychology ( 2002 ) 22,
ElsevierScienceLtd.,p.109123.
Halim,D.(2005)PsikologiArsitektur.PenerbitGrasindo,Jakarta.
Venn,C.V.(1995),RuangDalamArsitektur.PenerbitGramedia,Jakarta.
Vyzotti,S,(2001),FoldingArchitecture.NationalUniversityOfSingaporePublisher,Singapore.
Wonoseputro,C.(2007),ChildrenPlayingSpaceasTheInvisiblePlayground,MASDThesis.Nanyang
AcademyofFineArtsUniversityofHuddersfield,Singapore.
Wonoseputro, C. ( 2011 ), Studi Permainan Yang Dilakukan Anak Pada Ruang Yang Terlipat di
LingkunganSekolah,LaporanPenelitianJurusanArsitekturFakultasTeknikSipildanPerencanaan
UniversitasKristenPetrath.2011,Surabaya.

66

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KebersamaanMasyarakatpadaPerkembanganKawasanBisnisdi
Perkotaan
StudiKasus:KegiatanEkonomidiJalanKebonKacangI
KawasanTanahAbangJakarta

Dimyati1

Abstrak
Berbagai kegiatan pembangunan di perkotaan yang berjalan telah menumbuhkan banyak bangunan
bangunan dengan fungsi pusat perdagangan. Kawasan kota dengan kegiatan bisnis menciptakan aktivitas dan
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat. Bentuk rasa empati dan kebersamaan dalam masyarakat
tergambardalamsetiapkegiatanekonomi.Polapolasosialekonomiseperti,kebersamaandalambentukrasaasal
daerah,kebersamaanbidangusaha,ataupunadanyarasaempatisebagaimasyarakatdiperantauan.Menghasilkan
bentuk keteraturan untuk bersamasama mewujudkan kesempatan kerja, perlindungan, dan kesejahteraan.
Fenomenaperilakukelompokmasyarakatdalamkegiatanekonomiyangmenanamkanrasakebersamaan,empati,
dan solidaritas merupakan wujud dari sikap, kepercayaan, dan nilainilai yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat.Perilakuperilakudalambentukkelompokmasyarakatsepertiinimerupakanmodelkeputusandiluar
keputusanyangrasional,objektif,maupunasumsiilmiah.Potensidariaktivitasdankegiatanekonomimasyarakat
dengan rasa kebersamaan telah melerstarikan keberadaan masyarakat sesuai dengan partisipasi dan aspirasi
masyarakatpadakawasandiperkotaan.Untukmenangkapfenomenasosialmasyarakatmenggunakanparadigma
kualitatif melalui pendekatan deskriptif dengan metode eksplorasi, metode ini dapat menjelaskan fenomena fisik
pada perkembangan morfologi kawasan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran kegiatan ekonomi
kelompokkebersamaanmasyarakatdalambentukpoladantataletakruangdijalanKebonKacangITanahAbang
Jakarta.
Katakunci:Kebersamaanmasyarakat,Kawasanbisnis,Kegiatanekonomi,KebonKacangTanahAbangJakarta.

Pendahuluan
Perkembangankawasanbisnisdiperkotaantidakbisalepasdarikeberadaanmasyarakatdalam
konteksaktivifitasdankegiatanekonomi,aksesibilitas,danlokasiyangmempunyaipengaruhsosial.Pola

1
Mahasiswa S3 PDTAP Universitas Diponegoro; FTSP, Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gunadarma,
dimy9@yahoo.com

67

Dimyati

pengaturan kebersamaan diantara masyarakat dapat terwujud dalam pola permukiman, struktur
penduduk,danstrukturlapanganpekerjaan.Perilakukebersamaanmasyarakatdalamkegiatanekonomi
melahirkan karakterkarekter spesifik berdasarkan asal daerah. Mereka mempunyai rasa empati dan
simpati serta solidaritas untuk membantu sesama dari kelompok masyarakat yang sama untuk saling
melindungikehidupandiperantauan.Banyakkawasandiperkotaanmelahirkankarakteryangspesifik
berdasarkan asal daerah dan ini terlihat dalam pengelompokan masyarakat yang melahirkan struktur
dalamlapanganpekerjaan.
Perkembanganpadakawasankotadapatmenjelaskanpolapolaekologisyangsurvival(lestari),
asimilasi,adaptasi,dankerjasamaberdasarkankebutuhanyangadadikawasantersebut.Keberadaan
masyarakat menimbulkan penetaan dan pengaturan yang berjalan sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhanmasyarakat.Banyakpusatpusatkegiatankotayangberkembangtidaklepasdaridukungan
dan peran dari kelompok masyarakat. Setiap kelompok masyarakat memiliki cara tersendiri untuk
menjalankan proses yang tepat dalam menjalin hubungan kebersamaan kehidupan masyarakat dalam
setiapkegiatanekonomidiperkotaan(Rapoport,1977;Snyder,1992).
Kebersamaan merupakan suatu bentuk rasa solidaritas yang lebih menonjolkan suatu bentuk
kehidupan bersama, dimana bagian dari kelompok masyarakat mempunyai hubungan yang bersifat
alamiah dan kekal. Hubungan yang termasuk dalam lingkup ini diataranya; asal daerah, pertalian
darah/keluarga,etnis,danras.Kedua,rasakebersamaandengansolidaritaskolektiflebihmenonjolkan
karena adanya kesamaan interst, territorial, dan persaudaraan baru yang disepakati. Sedangkan rasa
kebersamaan ketiga dalam bentuk gemeinschaft/paguyuban yang merupakan hubungan menyeluruh
yang mesra antara individu dalam kelompok masyarakat. Kebersamaan masyarakat menciptakan
tempataktivitasmereka,termasukdalamkegiatanekonomimasyarakatyangmenciptakanpengaturan
padakawasanbisnisberdasarkanetnis,ras,asaldaerah,kesamaankepentingan,kesamaanskillmaupun
interest.
KawasanbisnisTanahAbangmerupakanpusatperdagangandariberbagaietnis(Castel,2007).
Perkembangan yang pesat menjadikan kawasan ini menjadi tujuan masyarakat dari berbagai daerah
untukmengadunasibdanmendapatkanpekerjaan.Dalaminteraksidankomunikasiyangdilakukanoleh
masyarakat terjadi penyesuaian dalam kegiatan ekonomi. Jalan Kebon Kacang I adalah kawasan yang
beradadisebelahtimurpasargrosirTanahAbangyangmempunyaiaksesibilitasdanhubunganlangsung
padaperkembanganbisnispadakawasanTanahAbang.Hubungansosialmasyarakatdalammelakukan
kegiatan ekonomi tidak lepas dari aksesibilitas dan pengaruh sosial dalam kelompok masyarakat yang
membentukkelompokkelompokusahajenisdantypekegiatanekonomi(Dimyati,2011).Keberadaan

68

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

kebersamaan masyarakat dalam kegiatan ekonomi mempunyai peran dalam setiap perkembangan
kawasanbisnisdiperkotaan.

Metode
Pendekatanparadigmakualitatifdapatdigunakanuntukmemahamipenelitiansuatufenomena
sosialdankegiatanyangdilakukanolehmanusia.Metodedeskriptifkualitatifdigunakanuntukmengali
dari kegiatan ekonomi di lokasi penelitian sebagai fenomena yang dilakukan oleh masyarakat dalam
kebersamaan, empati, dan solidaritas antar sesama yang melakukan kegiatan ekonomi. Pengumpulan
data dengan setting sewajarnya dan secara alamiah sesuai dengan yang terlihat, dan lebih lanjut
penelitianinimelibatkaninterpretasiuntukmendapatkandatasesuaidengantemapermasalahanyang
diambil(Darmawan,2005).
Metode eksplorasi untuk menjelaskan setiap fenomena fisik sampai pada bentuk morfologi
pada lokasi/tempat kegiatan ekonomi yang memperlihatkan keberadaan kelompokkelompok pada
tempattempatbisnis/usaha.Kebersamaanmasyarakatyangdigalidalampenelitianinimengarahpada
kegiatanekonomidiJalanKebonKacangIyangmempunyaiakseskepasargrosirTanahAbang.Kegiatan
yangadaseperti,pedagangdanjasaangkutanbarang/poterdenganaktivitasmobilitasyangtinggi.Akan
dilakukan wawancara untuk mendapatkan pola hubungan sosialekonomi maupun kesamaan interest
diantaramereka.Langkahkeduadenganmenelitipadakegiatanekonomiseperti,kios,jasapengiriman,
dan tempat penginapan. Kedua setting ini mempunyai perbedaan dalam aktivitas dan kegiatan yang
dilakukanolehmasyarakatmaupunsistemkebersamaan,empatidansolidaritasnya.
Darisetiapsettingpenelitianyangmempunyaisistemkebersamaanmasyarakatakandilakukan
pengumpulanmateripadasaatmerekamelakukankegiatanekonomidanmerekamempunyaiperanan
apa dalam sistem kebersamaan untuk mengungkapkan bentuk/pola partisipasi yang dilakukan dalam
aktivitasdankegiatanekonomidikawasanbisnisTanahAbang.
Metode penelitian akan menelusuri setiap jengkal jalan Kebon Kacang I di Kelurahan Kebon
Kacang Kecamatan Tanah Abang Jakarta. Penelitian akan ditujukan di titik pertemuan jalan Kebon
Kacang I dengan pasar grosir yang menjadi tempat/usaha bagi masyarakat dengan aktivitas pedagang
informaldanpoter.Sedangkandisepanjangjalandisampingkanandankiriberupakegiatanekonomi
yang memperlihatkan keberadaan kebersamaan masyarakat yang mempunyai hubungan dengan
fenomena sebagai tema penelitian. Hasil penelitian berupa gambaran deskriptif yang menjelaskan
keberadaan kebersamaan masyarakat dalam setiap aktivitas dan kegiatan ekonomi di jalan Kebon
KacangIkawasanbisnisTanahAbangJakarta.

69

Dimyati

KebersamaanMasyarakatDalamKegiatanEkonomi
Budayaberkumpulsebagaimanivestasidarimezzostructuremerupakansuatubentukinteraksi
sosial, solidaritas, perasaan menjadi kesatuan dalam rasa sepenanggungan. Perilaku kehidupan sosial
untukberdampingandalamkebersamaanmenjadititikberhargadarisikapmasyarakatpadaumumnya.
Banyak kajian yang menunjukkan bahwa kebersamaan masyarakat dalam kesamaan pekerjaan telah
diungkapkan,seperti; masyarakat etnis India di Singapura mengelompok di kawasan Serangon.Warga
Banten,Ternate,MadurabekerjadikawasanTanjungPriok.PadalingkungansukubangsaItaliaIrlandia,
mereka berada pada tempat tersendiri dan terlihat samarsamar dalam perbedaan kelompok jenis
pekerjaan(Nas,1984,Castles,2007;YiTuTuan,1977).
Teoriurbanisasipadaperkembangansosialmasyarakatpadanegaranegaraberkembangmasih
memperlihatkan keberadaan manusia, seperti terkonsentrasinya penduduk, tenaga kerja yang
memfasilitasiproduksidanjasa.Urbanisasisebagaikonstrasigeografispendudukmenciptakaninvestasi
fisikmorfologi(Soetomo,2009).Dimanasekelompokmasyarakatyangmembentukkebersamaanakan
terbentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka sebagai dasar interaksi dan perilaku dalam
kelompok tersebut (John Myles, 2003). Di kawasan negara eropa seperti di Kanada juga terjadi
kombinasiperbedaanperbedaandalamwarnakulit,budayadalamlingkunganekonomipadasuatukota
yangbarumosaikvertikal(FongandWilkes,2000).
Perkembangan ekonomi pada sebuah kawasan menjadi magnet bagi masyarakat yang
mengakibatkan konsentrasi modal dan tenaga kerja yang memberi kesempatan untuk melakukan
kegiatan ekonomi yang diinginkannya. Dalam perilaku setiap masyarakat memerlukan solidaritas yang
didasarkan atas kebersamaan, kesetiakawanan, dan kepercayaan. Solidaritas merupakan kesadaran
kolektifyangmenganutkepercayaandenganpolanormatifyangsama.Dalamkehidupansosialekonomi
akanberdampakpadaruangkegiatanekonomi.Dalambanyakliteraturbahwakegiatanekonomiterdiri
daritigakegiatan,yaitu;produksi,distribusi,dankonsumsi.Sedangkanpengertiandasardarikegiatan
ekonomi adalah seluruh kegiatan manusia yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup (Fidelis,
2008).

PoladanBentukKegiatanEkomomipadaKawasanBisnis
KeragamanmasyarakatdikawasanbisnisTanahAbangtercermindarisuasanadankondisifisik
keberadaan masyarakat yang berasal dari berbagai daerah, tidak hanya penduduk setempat tetapi
banyak dari masyarakat yang datang ke kawasan ini untuk melakukan kegiatan ekonomi. Masyarakat

70

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

mempunyaipoladanbentukyangberbedadarisetiappilihanbekerja.Polapolaaktivitasmasyarakat
yang menjajakan ataupun memberi jasa secara langsung kepada konsumen yang membutuhkan. Pola
kegiatan ekonomi dalam bentuk memberi pelayanan dan jasa distribusi dari kegiatan ekonomi. Untuk
mempermudahtelaaheksplorasipenelitiandijalanKebonKacangIakandibedakanmenjadiduazona
amatan.
1. KegiatanekonomiyangberadadisimpuljalanKebonKacangIdenganpasargrosirTanahAbang.
Simpul ini merupakan pertemuan antara jalan dengan pasar grosir sebagai tempat keluar
masukbagimasyarakatyangakanmenujupasarmaupunmeninggalkanpasar.Kondisiinimenjadi
peluang bagi masyarakat dengan modal financial terbatas atau mereka yang tidak mempunyai
modaluntukdapatbekerja.Aktivitasyangadatempatinidiantaranyapedagangkakilimadanpoter
(jasaangkutbarang).Aktivitasditempatinidapatdikelompokkandalambeberapajenis,pertama
bagipengunjunguntukareamasukdankeluarkepasargrosir.Padasaatkeluarparapedagangyang
setelah selesai berbelanja dengan barang yang banyak akan memanfaatkan jasa poter, baik yang
dipanggul atau yang menggunakan troli. Simpul ini merupakan tempat bertemunya antara para
penggunapasar,seperti;karyawan,pedagang,poter,danmasyarakatyangmempergunakanjalan
Kebon Kacang I menyebabkan tempat ini ramai. Memberi keluang bagi pedagang kaki lima untuk
menawarkanbarangbarangnyakepadamerekayangadaditempattersebut.
Modaldarikeduatipeaktivitaspedagangkakilimadanpoteradalahmodalkebersamaandan
solidaritas.Daribeberapapengamatanyangdisertaidenganwawancaraterungkapbahwadiantara
merekamasihadahubunganasaldaerahdanhubungankekerabatan.Sepertipadaseorangpoter
yang empati kepada teman berasal dari satu daerah, karena tidak mempunyai pekerjaan maka
diajak untuk bersamasama bekerja menjadi poter. Tempat tinggal yang di tempati merupakan
kontrakanuntukdigunakanbersamasamadenganbeberapateman,baiksesamepoterbahkanada
yang bekerja sebagai pedagang kaki lima. Karena ada rasa solidaritas, kebersamaan, dan empati
berdasarkanasaldaerahyangsama.
Poladantatalayoutuntukaktivitasyangmobilesepertiinitidakmempunyaibentukyangjelas
dan tetap. Untuk pedagang kaki lima yang menggukanak gerobak, mereka secara tetap akan
menempati ruang yang dianggap cocok dan strategis oleh mereka tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk bergeser ke lokasi lain. Biasanya disebabkan oleh keramaian yang tinggi dan
cuaca/ sinar matahari yang menerpa. Demikian juga bagi poter, mereka dalam bekerja tidak
mempunyai tempat yang tetap tetapi mereka selalu bergerak mencari dan menawarkan jasa
kepada yang membutuhkan. Tempat tetap adalah tempat istirahat yang digunakan juga sebagai

71

Dimyati

tempatberkumpuldaribeberapapoter.Secarainformalbukandalambentukpaguyuban,mereka
disatukan dalam kebersamaan senasib di perantauan sehinggabila adasesuatu hal mereka saling
melindungidanmembantu.
Bentuk ruang kebersamaan yang dipergunakan oleh para poter yang pertama di depan pintu
masukataupintukeluarparapoterberjajarsatusamalaindengantetaptoleransiberbagitempat
diantara mereka. Bila seorang poter mendapatkan jasa untuk mengantar barang maka tempat
tersebutbisaditempatolehpoterlain.Kedua,tempatparapoteristirahatdapatdipakaiolehsiapa
sajauntukmelepaskanlelah,ditempatinimerekadapatberbagiruangsesuaidengankebutuhan.
Wujudataudesaindariruangruanginiberupatempatyangdekatdenganpintumasukkeluarpasar
grosir sehingga mereka selalu sigap bila ada masyarakat yang membutuhkan jasanya. Sedangkan
bagipedagangkakilimayangmenempatiruangsemitetap,sepertipedangangbuahdanminuman
biladiantaramerekayangtidakdatangataulaku/habisterlebihdahulumerekadapatmenempati
ruangtersebutuntukberjualan.

2. KegiatanekonomidisepanjangjalanKebonKacangIkawasanTanahAbangJakarta.
Lokasi jalan Kebon Kacang I yang dekat dengan pasar mengakibatkan menjadi pilihan untuk
membukausahadibidangjasapengiriman/jasapaket,kebanyakandalambentukekpedisikeluar
pulau. Sebagain lagi memanfaatkan untuk membuka kios. Arena lokasi ini mempunyai akses
langsungdarijalanutamaMasMansur,jalanKebonKacangIdenganpasargrosirsehinggalokasiini
dipakai banyak pengujung yang melewatinya. Baik tempat jasa pengiriman atau kios yang dimiliki
oleh orangorang perantau dari berbagai daerah. Di penggalan jalan ini juga terdapatpenginapan
yangmenyatudengankiosatautempatjasapengiriman.
PasarTanahAbangterkenaldenganpusatperbelanjaanbarangbarangtekstilberupapakaian,
banyakpedagangpedagangdaridalamkotamaupunluarkotabahkandariluarpulausampailuar
negeri datang untuk berbelanja di pasar Tanah Abang. Para pedagang dari luar pulau seperti,
Medan, Pekan Baru, Bukut Tinggi, Lampung, Makasar, Kendari, Palu dan dari daerah lain. Para
pedagang ini berada di Jakarta tidak satu hari, biasanya memakan waktu beberapa hari. Ada dari
mereka yang datang bersamaan dan ada yang datang secara individu. Untuk menginap dapat
memilihhotelataupenginapanyangbanyakterdapatdisekitarkawasanpasarTanahAbang.Bagi
banyak pedagang yang memilih tempat untuk menginap sesuai dengan asal daerah yang juga
tersediapulajasapengiriman/ekspedisi.

72

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Banyaktempatjasaekspedisipengirimankeluarpulaumempunyaiusahapulasebagaitempat
penginapan. Para pedagang dari Medan yang datang akan menginap di tempat penginapan dan
tempat ekspedisi pengiriman ke Medan. Secara sosial kultural, logat bahasa/komunikasi
mempunyai kesamaan, sehingga dapat lebih dekat dan akrab di banding dengan tempat
penginapan dari daerah lain. Mereka juga akan mengirimkan barang yang dibelanjanya
menggunakan jasa ekspedisi yang sama tempat ia menginap. Para tenaga kerja yang ada
merupakanorangorangdaridaerahMedan,daripengelolapenginapan,pegawaiekspedisisampai
padapegawaijasaangkutbahkanparasopirdarikendaraanangkutjugaberasaldaridaerahMedan.
Ini menambah tingkat kebersamaan dan solidaritas bagi mereka yang berasal dari daerah yang
sama.
TempatekspedisijasapengirimankeluarpulauJawayangjugaterdapattempatpenginapandi
jalan Kebon Kacang I, diantaranya; HSN H. Chica asal Medan, Penginapan Lampung ekspedisi
jurusan Lampung, Cipta Mandiri Cargo jurusan Bukit Tinggi, Pekan Baru, dan Medan, penginapan
Maudy. Perusahaan ekspedisi dan penginapan dimiliki oleh orangorang dari daerah. Seperti
penginapanLampungyangmempunyaiorangLampungdengantujuanekspedisikeLampung.Para
pedagang dari Lampung yang baru datang istirahat di penginapan ini sambil menaruh barang
bawaan di penginapan. Siang hari mereka akan menuju pasar grosir Tanah Abang yang hanya
berjarak 200 meter, menyusuri jalan Kebon Kacang I menuju pasar untuk belanja. Setalah selesai
belanja membawa barang belanjaan ke tempat penginapan yang sekaligus tempat untuk
mengirimkanbarangkeLampung.Parapoterakanmembawakanbarangdaripasarmenujutempat
ekspedisi,setelahpengepakansemuabarangakandimasukkankedalamtrukpengangkut.Barang
akandiangkutlewatekspedisipadahariberikutnya.Sedangkanorangnyabilatelahselesaisegala
urusanakanmenginapataukembalikeLampung.
PolaperilakudaripedagangdariberbagaidaerahyangberasaldariluarpulauJawa,sepertidari
Medan,PekanBaru,BukitTinggi,dandaridaerahlainakanmencaripenginapansesuaidenganasal
daerah mereka. Di jalan Kebon Kacang I ini banyak penginapanpenginapan dan jasa ekspedisi
berdasarkan asal daerah. Rasa kebersamaan berdasarkan asal daerah di perantauan
memperlihatkansolidaritasantarsesama.

PoladanBentukKegiatanMasyarakatdijalanKebonKacangI
Jalan Kebon Kacang I yang mempunyai akses langsung ke pasar grosir Tanah Abang dengan
kegiatan perdagangan mempunyai dampak pada kegiatan yang ada di penggal jalan ini. Ujung jalan

73

Dimyati

permuanjalandenganpasarTanahAbangdanjalanMasMansyurtumbuhaktivitaspedagangkakilima
danjasaangkut(poter)bagiparapengujungyangmembelibarangdaripasardenganjumlahyangbesar
sehingga terlalu banyak untuk dibawa sendiri. Mereka inilah yang menggunakan jasa para poter. Di
tempattersebutjugatumbuhpedagangkakilimayangberadadisekitarpintumasukdankeluarpasar
TanahAbang.Bentukkegiatanyangdilakukanberupamenjajakanbarangdagangantetapibentuklayout
yangdipakaiseringtidaktetapdanberpindah.
Keberadaan kegiatan masyarakat dengan bentuk usaha jasa ekspedisi/pengiriman yang
bergabungdengantempatpenginapanmemberiwarnauntukkegiatanekonomibidangjasa.Fenomena
penyatuan tempat jasa ini dimaksudkan untuk mempermudah masyarakat yang datang ke kawasan
TanahAbang.Parapedagangyangberbelanjadaridaerahdapatmudahuntuktransitsebelumbelanja
dansetelahbelanjabarangyangdibelidaripasardapatdikirimkedaerahmerekaberasalsertasetelah
urusanbelanjadanpengirimanselesaimerekadapatistirahatkembaliuntukmemperiapkanperjalanke
daerah.Padagangdaridaerahlebihcenderungmemilihtempatmenginapdantempatekspedisisesuai
dengan daerah asal mereka, sehingga jalinan kekerabatan dan kepercayaan lebih terpelihara. Apalagi
biladaerahtempatpedagangtersebutberadaditempatyangjauh,merekalebihpercayapadaorang
orangyangsamadengandaerahnyakarenamerekaakanlebihmengenaldaerahyangmenjaditujuan.
Polalayoutjasaekspedisi/pengirimanyangmenyatudengantempatpenginapansecaraumum
dibagidalamtigazona.Pertama,bagiandepandipergunakanuntukareaparkirangkutanekspedisidan
tempatnaikdanmenurukanbarang.Areainitidakluas,sebagiannyalagimenggunakanlebarjalanyang
ada.Zonakedua,berupatempatuntukpengepakan,menaruhbarangdanseperangkatmejakursiuntuk
bagianadministrasipengelola.Tempatmenaruhbarangjugadipakaiuntuktempatdudukdanistrirahat
parapekerjabongkarmuatbarang,merekadudukdanbersandardiatastumbukanbarangbarangyang
akandikirimkan.Zonasatudanduaberupaareaterbukatetapitertutupdenganatapsedangkanbagian
depandibiarkanterbuka.Ketiga,zonapenginapansebagaitempatparapedagangyangmenginap.Zona
duakezonatigasebagaitempatpenginapanditutupmenggunakanpintu.Tempatpenginapanberupa
kamarkamar yang disewakan dan pengelola penginapan hanya berupa meja kursi dengan beberapa
karyawanyangbertugasuntukmemberipelayanan.
Sepanjang jalan Kebon Kacang I banyak terdapat tempat ekspedisi dan tempat penginapan
mempunyai pola dan layout sama yang terbagi menjadi tiga zona. Dengan pola yang demikan
menyebabkan tata ruang di jalan didepan tempat tersebut dipenuhi banyak mobil dan barangbarang
berupa kantong karung yang akan dikirim. Hiruk pikuk suasana dan keramaian di jalan ini juga
dimeriahkanolehbahasadanlogatdaribahasabahasadaerah.Karenamerekayangberasaldaridaerah

74

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

yangsamamenggunakanbahasadaridaerahnya,sehinggakawasanyangmultikulturdannasionalmasih
terasakedaerahandarisegibahasadankelompokmasyarakatnya.

KesimpulandanSaran
Kegiatan di pasar Tanah Abang menumbuhkan perkembangan kawasan dengan kegiatan
ekonomi di sekitarnya. Masyarakat ikut mengambil peran dalam memenuhi kebutuhan kegiatan
ekonomi,parapengujungyangdatangberbelanjadipasarTanahAbangdenganbarangbawaanbanyak
membukapeluangbagimasyarakatuntukbekerjasebagaijasapengangkutan(poter).Parapoterdengan
komunitas yang dimiliki memilih orangorang atas dasar kebersamaan dan solidaritas yang cenderung
berdasarkanasaldaerah.
Ada penggabungan antara kegiatan jasa ekspedisi dan jasa penginapan. Masyarakat yang
berasaldaridaerahyangdatangkekawasanTanahAbanguntukberbelanjadanakandijualkembalike
tempat daerah asal akan memilih tempat menginap dan mengirikan barang tersebut sesuai dengan
daerah asal mereka. Tata layout tempat ekspedisi dan penginapan terbagi menjadi tiga zona. Para
pedagang dari daerah lebih memilih tempat ekspedisi dan penginapan yang satu daerah, ada rasa
kebersamaandiantaramerekaditempatperantauan.
Untuk aktivitas dan kegiatan poter yang menempati ruangruang disekitar bangunan pasar
tidak mempunyai tempat yang jelas dan pasti, wujud empati menempati ruang bagi sesama poter
memperlihatkansolidaritasruangkegiatanekonomibelumterwujudpadaruangruanguntukkegiatan
ekonomi. Diperlukan perancanaan dan perancangan bangunan untuk kegiatan ekonomi pasar yang
lebihempatipadasemuaaktivitasdankegiatanyangakanmuncul.Padatempattempatjasaekspedisi
jugadiperlukanruangyanglayakbagiparapekerjabongkarmuatbarang.Makadiperlukanperanarsitek
dalam membuat desain dapat lebih komprehensif dan menampung segala aktivitas dan kegiatan
ekonomiyangadauntukdibuatruangruangyanglayakdanmanusiawi.

DaftarPustaka
Castles,L.,(2007),ProfilEtnikJakarta,MasupJakarta,Jakarta.
Darmawan, E., (2005), Analisa Ruang Publik Arsitektur Kota, Badan Penerbit Univ. Diponegoro,
Semarang.
Dimyati, (2011), Peran Kelompok Usaha Pada Perkembangan Kawasan Perdagangan Tanah Abang
Jakarta:Prosiding,UMS,Solo.
Fidelis,M..http://ekoredaksi.blogspot.com/2008/07/pengertianilmuekonomi.html,2008.

75

Dimyati

Fong,E.andWilkes,R.2000.ANewVerticalMosaicinCanada.PopulationAssociationofAmerica.Los
Angeles:CA.,U.S.A.
Myles,J.(2003),SpatialAssimilationTheoryandNewRacialMinorityImmigrants,UniversityofToronto,
Canada.
Nas,P.J.M.,(1984),KotadiDuniaKetiga:PengantarSosiologiKota,BhrataraKaryaAksara,Jakarta.
Rapoport,A.,(1977),HumanAspectsofUrbanForm,:PergamonPress,Oxford,England.
Snyder,J.,C.,andCatanese,J.Anthony(1992),PerencanaanKota,Erlangga,Jakarta.
Soetomo,S.,(2009),DariUrbanisasikeMorfologiKota,UniversitasDiponegoro,Semarang.
Tuan,YiFu(1977),SpaceandPlaceThePerspectiveofExperien,UniversityofMinnesotaPress,London.

76

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KarakteristikTermalpadaUmaLenggediDesaMbawa,NusaTenggara
Barat

IKetutSuwantara1,DesakPutuDamayanti2,danIwanSuprijanto3

Abstrak
Kearifan lokal rumah tradisional Uma Lengge merupakan pengetahuan yang dikembangkan oleh
masyarakatsetempat,yangdidapatkanmelaluiprosestrial&errorsebagaiprosesuntukdapatberadaptasidengan
lingkunganfisiknya.TerletakdiDesaMbawa,PropinsiNTB,bangunantersebutterbuktimampuberadaptasidengan
o
tropis lembab lembab dengan suhu ratarata harian 25 C. Namun, potensi tersebut tidak sejalan dengan fakta di
lapanganyangjustrumenunjukkanbahwarumahtradisionalUmaLenggemulaiberkurangkeberadaannya.Halini
menjadipermalahantersendiri,dimanakajianyangadacenderungmengangkatsebataskarakteristikfisikbangunan
dan belum menyentuh mengenai kajian ilmiah dari segi science bangunan. Tulisan ini akan mengkaji mengenai
karakteristik termalUmaLenggesebagaimasukanilmiahtentangpotensikearifanlokaldidalamnya.Pengukuran
terfokus pada paramater iklim (suhu, kelembaban, dan kecepatan angin) selama 24 jam pada musim hujan dan
o
kemarau.DiperolehhasilbahwaUmaLenggemampumenghangatkanruangan0,1 Cpadamusimhujandanlebih
o
rendah0,8 Cpadamusimkemaraudibandingkansuhuluarruangan.Halinimerupakanpotensitersembunyiyang
patutuntukterusterlestarikan.
KataKunci:UmaLengge,Karakteristiktermal

Pendahuluan
Rumah tradisional umumnya dibangun tanpa didukung oleh teori atau prinsip bangunan,
menyesuaikan dengan iklim dan lingkungannya, dibangun secara bersamasama dan menyesuaikan
dengan kemampuan masyarakatnya (ekonomi dan teknologi), serta memanfaatkan material alam
(Rapoport,1969).Hinggasaatinitelahbanyakrisetrisetyangdilakukanterkaitobyekrumahtradisional
di nusantara, namun, sebagian besar hanya terfokus pada identifikasi dan transformasi rumah,
sedangkankajianilmiahyangterkaitdengansainsbangunanmasihtermarjinalkan(Sueca,1997).
Kajian rumah tradisional dari segi termal bangunan terhadap adaptasi lingkungan fisiknya
patut dijadikan pertimbangan ilmiah yang menarik sebagai pembelajaran desain ke depannya. Unsur

1
Staff,B.PTPTDenpasar,tara_iwan@yahoo.com
2
Staff,B.PTPTDenpasar,dama_balai@yahoo.com
3
KepalaBalaiPTPTDenpasarB.PTPTDenpasar,iwan_suprijanto@rocketmail.com

77

Suwantara, I. K., Damayanti, D. P., Suprijanto, I.

unsur ruang, bahan, dan bukaan pada rumah tradisional diciptakan untuk dapat beradaptasi dengan
kondisiiklimsetempat.KondisiiklimtropislembabdiIndonesiayangmemiliki2(dua)menuntutdesain
bangunanyangmampumenghangatkansuhuruangdimusimhujan,tetapijugamampumendinginkan
suhu ruang di musim kemarau sehingga menciptakan kondisi termal bangunan yang nyaman untuk
ditinggali.
Arsitektur Sasak di Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagai salah satu ragam arsitektur
Nusantara,masihdapatditemukandiDesaMbawa,khususnyapadaterlihatpadafasadeUmaLengge.
Uma Lengge menjadi contoh khas bangunan yang terbukti mampu menyesuaikan dengan iklim
setempat. Studi ini berupaya mengevaluasi bangunan Uma Lengge dalam batasan kriteria fisika
bangunan,khususnyayangterkaitdengankenyamanantermal.Diawalidengankajiankarakteristikdasar
UmaLengge,pengukuraniklim,diikutiolehpemeriksaanunsurunsurfisiksepertipanas,kelembaban,
kecepatanangin,danradiasimatahari.

Metode
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil observasi lapangan dengan batasan kajian pada
kenyamanan termal statis pada musim hujan (Maret, 2011) dan kemarau (Juli, 2011), yang dilakukan
selama 1X24 jam pada rumah tradisional Uma Lengge di Desa Mbawa, NTT. Suhu udara kering (Tdb)
diukurdenganalatLogger(Gambar1),kelembabanudara(RH)didalamdanluardenganmenggunakan
Questem34(Gambar2),dankecepatanangin(Va)denganmenggunakanThermohigrometerKanomax
(Gambar3).

Gambar1. Gambar2. Gambar3.


MemoryLogger842251dariHIOKI Questemp34 ThermohigrometerKanomaxA031

Analisisdatadilakukandenganmencarirataratasuhu,maksimum,danminimumkemudian
mendeskripsikannya dengan membandingkan suhu dalam dengan luar ruangan sehingga diperoleh

78

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

pengaruhsuhutersebut.Timelagdianalisismenghitungjedawaktusuhumaksimumsisidalambahan
kembalipadasuhuyangnormal.

StudiLiteratur
Batasanarsitekturtradisionalumumnyatertujupadabangunanetnikyangmenurunkanciri
khas, yang dihasilkan oleh suatu pedoman yang ketat dan ditaati oleh kelompok etnis tertentu
(Tjahjono,1989).Dalamkontekstersebut,aspekfisikjustrumenempatiprioritasakhir,sedangkanaspek
nonfisik menempati prioritas utama, yang lebih mengutamakan keabsahan terhadap alam nyata
maupun alam yang lebih tinggi. Sejak dulu arsitektur tradisional di beberapa wilayah Indonesia
mengalamiperkembanganyangkonsistendanlogis.Namun,kearifanlokalyangdibangunberdasarkan
empatiterhadaplingkungansekitar,hanyaditurunkansecaralisandandiwariskantidaksecaratertulis
namun berdasarkan praktek langsung generasi penerusnya.Diiringi perkembangan peradaban dan
teknologi, kearifan lokal tersebut mulai terkubur tanpa dokumentasi ilmiah, khususnya terkasit sains
bangunanyangidealnyamampumenjadipedomanpembelajarandesainkedepannya.
Hasil penelitian yang ada terkait kenyamanan termal didapat bahwa suhu nyaman berada
pada kisaran 22,2 27,4oC Tg (Karyono, T.H, 2007), dimana rentang suhu tersebut merupakan
perwakilan suhu nyaman bagi pribumi Indonesia. Kajian lainnya membatasinya menjadi suhu sejuk
nyaman adalah 20,522,8oC (T.E) dengan kelembaban relatif 50%; batas nyaman optimal antara 22,8
25,8oC (T.E) dengan kelembaban relatif 7080%; dan batas panas nyaman adalah 25,827,1oC (T.E)
dengankelembabanrelatif60%(Soegijanto,1999).
Beberapaaspekterkaitkenyamanantermalyangtercipta,menjadifocusdaripenelitianini,
salah satunya adalah Time Lag yang merupakan waktu tunda karena massa termal bahan. Dimana
semakintebaldanresistifsuatubahanmakasemakinlamawaktuyangdibutuhkanuntukmerambatkan
panas/kalor. Untuk mengetahui time lag bahan selubung bangunan menggunakan pendekatan selisih
antara suhu maksimum permukaan luar bahan dengan suhu maksimum permukaan dalam dengan
pendekatanfungsisinusoidasepertiyangdiilustrasikanpadaGambar4.

79

Suwantara, I. K., Damayanti, D. P., Suprijanto, I.

Tomax:Suhuluarmaksimum
Timax:SuhudalamMaksimum





Gambar4.GrafikuntukmengukurTimeLagbahan
Sumber:http://learn.greenlux.org/packages/clear/thermal/buildings/building_fabric/

HasildanPembahasan
LokasiUmaLengge
DesaMbawamerupakansalahsatudesatradisionalberadadiKabupatenBimayangterletak
dijajaranperbukitanGunungLambituyangmerupakangunungtertinggidiKabupatenBima(Gambar5).






KecamatanDonggo

DesaMbawa

Gambar5.LokasiDesaMbawa
Sumber:PemerintahDaerahKabupatenBima

Letak geografis Desa Mbawa berada di ketinggian 600 700 meter dari permukaan laut
mempengaruhi kondisi udara menjadi sejuk. Struktur dan konstruksi bangunan bangunan panggung
berlantai 2 (dua) ini masih dipertahankan sebagaimana aslinya. Komponen atap berbentuk prisma
segitiga dengan alangalang sebagai bahan penutup atapnya, dimana fungsi atap dapat dikatakan
sebagaipernaunganuntukruangdibawahnya(Gambar6).DimensilantaiIyaitu4,4x4,2meter,dengan

80

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

luas ruangan 18,5 m2 biasanya berfungsi untuk tempat duduk, bertamu, dan kegiatan sosial lainnya.
Lantai 2 (Gambar 7) dipergunakan sebagai tempat aktifitas seharihari penghuni rumah mulai dari
memasakhinggatidur.



254

Gambar6.UmaLengge 182

:a)Fasadebangunan;
b)DenahLantai1 220 163

(a) (b)


420
220



(a) (c)
440 254

(d)
(b)
U

Gambar7.LantaiII,ruangpenghuniberaktivitasseharihari;(a)

Rak;(b)Tungku;(c)Kondisiatap;(d)Ruangduduk

KarakteristikTermalRumahTradisionalUmaLenggepadaMusimHujan
Darihasilpengukurandidapatsuhuruanganmaksimumsebesar31,2oC(Pkl.09.30)dansuhu
minimumsebesar22,7oC(Pkl.06.00).Suhudiluarruanganmaksimum34,5oC(Pkl.08.30)danminimum
21,8oC(Pkl.06.00)(Gambar8).Suhuruanganratarata25,5oCatau0,1oClebihtinggidibandingkanrata
rata suhu (25,4oC). Ratarata kelembaban dalam ruangan adalah 79,9%, dengan maksimum 89% dan

81

Suwantara, I. K., Damayanti, D. P., Suprijanto, I.

minimum64%.Rataratakelembabanluarruanganadalah84,4%,denganmaksimum93%danminimum
59%Kisarankecepatanudaradidalamruanganantara0dan0,5m/s,sedangkandiluarruanganantara
0 dan 2,5 m/s (Gambar 9). Pada rentang pukul 16.30 WIT 06.30 WIT suhu di dalam ruangan lebih
tinggidibandingkansuhudiluarruangandanlebihrendahpadarentangwaktupukul07.00WIThingga
13.00WIT.

35,0

33,0 T2 = udara ruang dlm, t=2 m dr lantai


T3 = udara luar timur selatan
31,0

Gambar8.Karakteristik
Suhu (oC)
29,0
termaldalamdanluar 27,0

ruanganrumah 25,0

tradisionalUmaLengge
23,0
padamusimhujan
21,0
15:30
16:30
17:30
18:30
19:30
20:30
21:30
22:30
23:30
00:30
01:30
04:00
06:00
07:00
08:00
09:00
10:00

12:00
13:00
14:15
11:00
Waktu (Jam)


95,0
90,0

85,0


Kelembaban (%)

80,0

75,0

Gambar9.Kelembaban
70,0
Kelembaban Luar
Kelembaban Dalam
dalamdanluarruangan 65,0

rumahtradisionalUma 60,0

Lenggepadamusimhujan 55,0
14:00
14:30
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:23
22:00
1:30
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00
9:00
10:30

12:00
13:30
14:00
11:00
11:30

Waktu (Jam)


3,0

2,5

Kecepatan Angin (m/s)

2,0
Luar Dalam

Gambar10.Kecepatanangin 1,5

dalamdanluarruangan 1,0

rumahtradisionalUma 0,5

Lenggepadamusimhujan
-


14:00
14:30
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:23
22:00
1:30
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00
9:00
10:30

12:00
13:30
14:00
11:00
11:30

Waktu (Jam)

82

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

KarakteristikTermalRumahVernakulerUmaLenggepadaMusimKemarau
Gambar10menunjukkansuhuruanganmaksimumsebesar25,6oCdicapaipadapukul08.10
WIT dan suhu ruangan minimum sebesar 18,9oC yang dicapai pada pukul 20.40 WIT. Suhu di luar
ruangan maksimum 28,8oCyang terjadi pada pukul15.40 WITdan minimum 18,9oC yang terjadi pada
pukul 02.40 WIT. Suhu ruangan ratarata 21,6oC atau sekitar 0,8oC lebih tinggi dibandingkan ratarata
suhudiluarruangan(20,8oC).Rataratakelembabandalamruanganadalah82,6%,denganmaksimum
96%danminimum67%.Rataratakelembabanluarruanganadalah82,1%,denganmaksimum97%dan
minimum66%(Gambar11).Kisarankecepatanudaradidalamruanganadalahantara0hingga0,5m/s,
sedangkankecepatanudaraluarantara0,1hingga2,3m/s(Gambar12).Suhuluarrataratacenderung
lebih rendah dibandingkan suhu di dalam ruangan. Pada rentang pukul 15.4005.50 WIT suhu dalam
ruangan tetap lebih tinggi mengikuti suhu luarnya, namun radiasi matahari menyebabkan perbedaan
suhudalamruangandenganluarruanganmenjadilebihbesar.Jikadilihatdarirentangsuhunyamandi
wilayahtropislembab(2428oC),rumahtradisionalUmaLenggedimusimkemarauberadadalamzona
nyaman.
29,0

27,0
Udara dalam Udara luar
25,0
Suhu (oC)

Gambar11. 23,0

Karakteristiktermal 21,0

dalamdanluar 19,0

ruanganrumah
17,0
tradisionalUma
15:40

16:40

17:40

18:40

19:40

20:40

21:40

22:40

23:40

00:40

01:40

02:40

03:40

04:40

05:40

06:40

07:40

08:40
Lenggepadamusim Waktu (Jam)

kemarau
100

95
RH dalam

Gambar12.
90 RH luar
Kelembaban (%)

85
Karakteriktik
80

kelembabandalam
75
danluarruangan
rumahtradisional 70

UmaLenggepada 65

musimkemarau 60
10:00

12:00

13:00

14:00

15:00

16:00

17:00

18:00

19:00

20:00

21:00

22:00

23:00

24:00

02:00

05:00

06:00

07:00

08:00

09:00

10:00
11:00

Waktu (Jam)

83

Suwantara, I. K., Damayanti, D. P., Suprijanto, I.

2,5
Va dalam
2
Va luar
Gambar13.

Kelembaban (%)
1,5
Kecepatanangin
dalamdanluar 1
ruanganrumah
tradisionalUma 0,5

Lenggepadamusim
0
kemarau

10:00

12:00

13:00

14:00

15:00

16:00

17:00

18:00

19:00

20:00

21:00

22:00

23:00

24:00

02:00

05:00

06:00

07:00

08:00

09:00

10:00
11:00
Waktu (Jam)

Pada Tabel 1 dijelaskan ratarata suhu ruangan berada pada rentang suhu nyaman (21,6
o
25,5 C)dengankelembabanyangrelatiftinggi(79,982,6%).Halinikarenaalangalangmempengaruhi
kadar air dalam udara menjadi cenderung tinggi. Kecepatan udara dari luar ke dalam ruangan relatif
rendah,sehinggamemperlambatprosesperpindahankalorsehinggauapairtertahandalamruangan.

Tabel1.PerbandinganparameteriklimdalamdanluarrumahtradisionalUmaLenggepadamusimhujandan
kemarau
SUHUUDARA KELEMBABAN KECEPATANANGIN
o
( C) (%) (m/s)
DALAMRUANGAN LUARRUANGAN DALAMRUANGAN LUARRUANGAN DALAM LUAR
Maret Max Mean Min Max Mean Min Max Mean Min Max Mean Min Max Min Max Min
2011
Musim 31,2
34,5 89 93 0,5 2,5
Hujan 25,5 25,4 79,9 84,4
22,7 21,8 64 59 0 0
Juli2011 Max Mean Min Max Mean Min Max Mean Min Max Mean Min Max Min Max Min
Musim 25,6 28,8 96 97 0,5 2,3
Kemarau 21,6 20,8 82,6 82,1
18,9 18,3 67 66 0 0,1
MEAN 28,4 23,6 20,8 31,7 23,1 20,3 98 81,3 69 95 82,3 62,5 0,5 0 2,4 0,05

Tabel 2 menunjukkan bahwa selubung atap dari bahan alangalang mempengaruhi suhu
ruangan. Waktu yang diperlukan untuk menurunkan suhu akibat radiasi matahari dari luar ke dalam
ruanganadalahdiatas30menitbaikpadamusimhujanmaupunkemarau,sedangkanwaktuterlamanya
hingga7jam30menit.Inimenunjukkanbahwakonduktansialangalangdalammenghantarkanpanas
sangat besar, namun besarnya konduktansi ini juga dipengaruhi oleh sifat permukaan (kekasaran dan

84

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

warna), serta kecepatan angin dan temperatur permukaan. Sehingga mampu mempertahankan suhu
ruanganmenjadilebihnyaman.

Tabel2.TimelagbahanalangalangpadaatapdanbilahbambupadadindingrumahtradisionalUmaLenggepada
musimhujandankemarau
MusimHujan MusimKemarau
Uraian
Dalam Luar Selisih Dalam Luar Selisih
SuhuMax 35,1 49,7 14,6 26,1 35,3 9,2
Atap o
( C)
timur
Waktu(jam) 09:00 09:30 00:30 08:10 08:40 00:30
SuhuMax 31,1 31,9 0,8 25,9 31,1 5,2
Atap o
( C)
barat
Waktu(jam) 12:00 11:30 00:30 08:10 15:40 07:30

Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa karakteristik termal rumah
tradisional Uma Lengge dari segi termal statik adalah nyaman untuk ditempati dan sangat responsif
terhadapperubahaniklim.Haliniditunjukkandariresponrumahyangdapatmenaikkansuhuruangan
sebesar0,10,8oCpadakondisisuhuluaryangrendahdanmenurunkansuhuruangansebesar0,61,8oC
padakondisisuhuluaryangtinggi.Timelagbahanpenutupatapsebagaidindingdiatas30menithingga
7 jam 30 menit yang memberi pengaruh menurunkan suhu ruangan ketika suhu luar tinggi dan
menaikkansuhuruanganketikasuhuluarrendah.
Ketikasuhudiluarruanganrendah,suhudidalamruangantetaplebihtinggidaripadasuhu
diluarruangan,halinimenjagapenghuninyatetapmerasahangatdalamruangan.

UcapanTerimakasih
Terimakasih kami ucapkan kepada Kepala Balai Pengembangan Teknologi Perumahan
Tradisional Denpasar Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Kementerian Pekerjaan
Umum sekaligus sebagai penanggung jawab kegiatan, Iwan Suprijanto, ST, MT; Koordinator Kegiatan:
Drs.Muhajirin,MT;danAnggotaTimKegiatan:DesakPutuDamayanti,ST,RiniNugrahaeni,ST,M.Nur
FajriAlfata,ST,MT.


85

Suwantara, I. K., Damayanti, D. P., Suprijanto, I.

DaftarPustaka
BalaiPengembanganTeknologiPerumahanTradisionalDenpasar.2011.PengkajianKenyamanaTermal
Bangunan Tradisional di Propinsi Bali, NTB dan NTT. Denpasar: Laporan Akhir, Balai PTPT
Denpasar.
Karyono, T.H. November 2007. Bandung Thermal Comfort Study: Assessing the Applicability of an
AdaptiveModelinIndonesia.ArchitecturalScienceReview.Volume51.1,pp5964.
Rapoport,A.1969,House,FormandCulture,London:PrenticeHallInternational,Inc.
Sueca, N. P. 1997. Perubahan Pola Spasial dan Arsitektural Rumah Tradisional di Desa Adat Kesiman
Denpasar. Tesis master. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta
Sujatmiko.2007.StudiKenyamananTermalAdaptifpadaHunianBerventilasiAlamidiIndonesia.Tesis,
ProgramStudiMagisterTeknikFisika.Bandung:InstitutTeknologiBandung.
Soegijanto,Maret1999,BangunandiIndonesiadenganIklimTropisLembabDitinjaudariAspekFisika
Bangunan,FakultasTeknologiIndustriInstitutTeknologiBandung.
Tjahjono, G. 1989. Cosmos, Center and Duality in Javanese Architectural Tradition:The Symbolic
dimensionsofhouseshapesinKotagedeandsurroundings.Berkeley:University
ofCalifornia,Disertasi
http://learn.greenlux.org/packages/clear/thermal/buildings/building_fabric/properties/time_lag.html,
diunduh6Pebruari2012,jam15:00WITA.

86

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

HubunganArahPencahayaanBuatanterhadapKenyamanandanEfisiensi
Kerja

PurnamaEsaDora1

Abstrak
Dewasa ini semakin banyak ruang kerja yang dibangun pada gedung dengan pencahayaan alami yang
sangat minim. Ruang yang diciptakan sebagai area kerja kebanyakan menggunakan partisi hingga plafon yang
menghalangisinarmataharisampaipadaruangruangtersekattersebut.Sebagaisolusimengatasigelapnyaruang
tersekat, masyarakat cenderung memilih menggunakan penchayaan buatan. Sayangnya, pencahayaan yang baik
cenderungdiabaikanolehmasyarakatawam.Arahpencahayaanyangtidaktepatdapatmengakibatkangangguan
kesehatan, stres kerja, rusaknya atmosfer ruang, dan pemborosan energi. Lebih lanjut, masalah ini juga dapat
mempengaruhi efisiensi kerja terkait dengan ketahanan pekerja bekerja dalam situasi pencahayaan yang kurang
tepat. Oleh sebab itu, penelitian awal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan arah pencahayaan buatan
terhadapkenyamanandanefisiensikerja.
KataKunci:Pencahayaanbuatan,Kenyamanankerja,Efisiensikerja

Pendahuluan
Perkembangansuatuarea,dalamlingkupsekecilapapun,tidakdapatdipisahkandariperanan
dunia usaha sebagai penggerak roda perekonomian. Hal ini erat kaitannya dengan keberadaan kantor
sebagai suatu bagian administrasi formal. Di banyak negara berkembang, keseimbangan antara
pekerjaanindustri,pekerjaanadministratif,danpekerjaanberbasispenjualan(salesbasedwork)telah
berubahsecaradramatisselama50tahunterakhir.
Fakta ini membawa dampak pada pemakaian energi listrik kantor. Pencahayaan kantor
merupakan salah satu bagian yang mengkonsumsi listrik tertinggi dan membawa dampak yang besar
pada sektor ekonomi karena berkaitan dengan efisiensi kerja pekerjapekerja kantor tersebut.
Pencahayaanpadakantorharusdidesaindenganbaiktanpamengabaikanperaturandanstandaryang
berlaku.
Sayangnya, masyarakat kurang paham perbedaan antara pencahayaan dan penerangan.
Umumnya,masyarakatcenderungmeletakkantitiklampuditengahruangantanpamemperhatikanarah

1
DosenJurusanDesainInterior,UniversitasKristenPetra,esa@peter.petra.ac.id

87

Dora, P. E.

jatuh sinar dan fungsi ruang. Teknik pencahayaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan,streskerja,rusaknyaatmosferruang,danpemborosanenergi.
Melaluipenjelasandiatas,makaarahpencahayaanperludiaturgunamenghasilkankesesuaikan
kebutuhan dengan jenis aktivitas yang dilakukan dan mendukung efisiensi kerja. Oleh sebab itu,
penelitian mulamula ini dilakukan untuk mengetahui hubungan arah pencahayaan buatan terhadap
kenyamanandanefisiensikerja.SampelruangkerjayangdipakaiadalahUPPKUK.Petra,GedungPdan
Gedung W, karena ruang kerja biro ini cenderung kurang mendapat pencahayaan alami dan biro ini
memilikijamkerjahinggamalam(pk.07.3020.30atau21.00)sehinggapencahayaanbuatanmemiliki
peran penting. Adapun batasan responden adalah pekerja dalam bidang administratif, mereka yang
memiliki PC dalam meja kerjanya, dan pekerjaan terbatas pada membaca, menulis, dan input data ke
PC.Olehsebabitu,didapatkan1respondendariUPPKgedungPdan4respondendariUPPKgedungW.

MetodePenelitian
Penelitianinidilakukandenganmenggunakanmetodepenelitiankualitatif.Namundemikian,
guna mendapatkan data yang valid dan terukur, peneliti menggunakan metode pengumpulan data
eksperimentaluntukmengukurtingkatefisiensikerjamasingmasingresponden.Eksperimendilakukan
denganmelakukanpercobaanpadaberbagaipilihanlayoutterhadaparahpencahayaanbuatandalam
ruangdanbagaimanaperubahanarahpencahayaanberpengaruhterhadapefisiensikerjaresponden.
MenurutKBBI,efisiensiadalahkemampuanmenjalankantugasdenganbaikdantepat(dengan
tidak membuang waktu, tenaga, biaya). Berdasarkan definisi ini, maka efisiensi responden diukur
denganmembandingkankecepatandanketepatankerjamasingmasingrespondenterhadaptugasyang
diberikan. Tugas yang diberikan adalah pengetikan naskah sepanjang kurang lebih 100 kata dengan
mediakertasgloss(memantulkancahaya)dandoff(tidakmemantulkancahaya).NaskahdalamBahasa
Indonesia.Adapunrumusyangdipakaimerupakanrumusyangmengacupadarumusanefisiensiumum
yaitu:





88

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati












MenurutHendriSoepryadi,S.Kom,dalampresentasinyatentangpirantiInteaksiuntukSTIMK
MDP (http://www.mdp.ac.id/materi/201120122/SI313/021010/SI3130210106226.pdf), kecepatan
rataratapenetikanmanusiadengankeyboardsystemQWERTYadalah200katapermenit(kuranglebih
3 kata per detik). Kecepatan itu berlaku apabila pengguna mengetik sesuai tata cara penegtikan yang
benar. Namun, kenyataanya, pekerja administratif pada penelitian ini tidak menggunakan cara
pengetikan yang benar sehingga diperlukan sebuah standar kata per detik baru dalam pengukuran di
penelitian mulamula ini. Sehingga dalam penelitian awal ini, rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Pengukuran dilakukan pada berbagai posisi arah pencahayaan buatan pada masingmasing
responden.Posisiyangdiberikanmenyesuaikandengankeadaanlapangan,luasruang,dankeberadaan
jaringanlistrikdilapangan.Analisadatasecarakualitatifdilakukanmelaluiwawancaramendalampada
masingmasing responden untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi ketahanan
kerjadanefisiensiresponden.

PencahayaanKantorIdeal
MenurutKamusBesarBahasaIndonesia,pencahayaanadalahproses,cara,perbuatanmemberi
cahaya.Cahayaadalahprasyaratuntukpenglihatanmanusiaterutamadalammengenalilingkungandan
menjalankanaktifitasnya(Oktavia,2010:9).Pencahayaanmemiliki3fungsiutama(CodeforLighting1)
yaitu menjamin keselamatan penggunan interior, memfasilitasi performa visual, dan memperbaiki
atmosferlingkunganvisual.

89

Dora, P. E.

Menurut Darmasetiawan dan Puspakesuma (19), dalam merencanakan pencahayaan yang


baik,ada5kriteriayangharusdiperhatikan,yaitu:
Kuantitascahaya(lightinglevel)atautingkatkuatpenerangan
Distribusikepadatancahaya(luminancedistribution)
Pembatasanagarcahayatidakmenyilaukan(limitationofglare)
Arahpencahayaandanpembentukanbayangan(lightdirectionalityandshadows)
Warnacahayadanrefleksiwarna(lightcolourandcolourrendering)
Kondisidaniklimruang
Standar intensitas pencahayaan pada ruang kerja adalah 350 lux (SNI, 2000: 6). Arah
pencahayaanidealuntukruangkerjaadalahdarisampingtanganyangaktifdigunakan.Namun,apabila
pekerjakidal,makaarahpenyinaransebaiknyadarisebelahkanandanapabilapekerjatidakkidalmaka
arah pencahayaan dari samping kiri agar tidak menciptakan bayangan pada bidang kerja
(Dharmasetiawan&Puspakesuma,1991:6263).
Pencahayaan kantor yang baik harus dapat memudahkan aktivitas kerja serta memenuhi
kebutuhankenyamananpsikologisdaninteraksiantarpribadidikantor.Kebutuhankebutuhaniniakan
dapatterpenuhibiladesainpencahayaanmemperhatikan3aspekberikut(Bean,2004:166):
Visualcomfort
Visualsatisfaction
Visualperformance

Tabel1.TabelTingkatPencahayaanRatarata,Renderasi,danTemperaturWarnaYang
Direkomendasikan
FungsiRuang Tingkat Kelompok TemperaturWarna
Pencahayaan(Lux) RenderasiWarna WarmWhite CoolWhite Daylight
R.Direktur 350 1/2 X X
R.Kerja 350 1/2 X X
R.Komputer 350 1/2 X X
R.Rapat 300 1 X X
R.Gambar 750 1/2 X X
GudangArsip 150 1/2 X X
R.ArsipAktif 300 1/2 X X
Sumber:SNI0361972000KonservasiEnergiPadaSistemPencahayaan(2000,4)

90

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Untukmencapaiperformavisualyangbaik,dapatdilakukandengan2macamcarayaitu:
Penyediaangenerallightingyangdapatmemenuhikebutuhanmayoritaspenggunaruang.
Penyediaan kontrol yang memungkinkan pekerja mengatur tingkat pencahayaan yang
dibutuhkannya, misalnya dengan menyediakan task lighting. Sayangnya opsi ini jarang dapat
diaplikasikan dalam kantor dengan inventaris modular, misalnya di perusahaan besar atau
universitasdansekolah.

AdaptasidanKeselamatanKerja
Dalam menjalankan aktivitas keseharian, seseorang akan menerima berbagai macam rangsangan
yangmenuntutmerekauntukberadaptasi,gunamengatasitiaprangsanganagardapattetapfokuspada
usahamereka.Kemampuanmanusiauntukmenerimarangsangandangangguanditentukanolehlevel
adaptasi (adaptation level) seperti diungkapkan oleh Wohlwil (1974) (Winarsunu, 2008). Tingkatan ini
dipengaruhipersepsidansensasiyangdianggapolehmasingmasingindividu.
Rangsangandikategorikanmenjadirangsangansensori,rangsangansosial,danrangsangangerak.
Masingmasing kategori rangsangan memiliki dimensi tertentu yang menentukan apakan rangasangan
tersebutakandiresponatautidak(Bell,Greene,Fisher,andBaum,2001:110).Dimensitersebutantara
lainadalahintensitas,keragaman,danpolarangsangan.
Ketidakmampuan untuk beradaptasi terhadap rangsangan yang diberikan dapat menimbulkan
ketegangan atau stress kerja. Adapun beberapa hal yang dapat menjadi rangsangan yang memicu
ketenganankerjaantaralain(Winarsunu,2008):
Bencanayangdahsyat(cataclysmicstressor)
Sepertibencanaalam,perang,kebakaran,danwabahpenyakit
Pengaruhindividu(personalstressor)
Sepertisakit,kehilanganorangterkasih,dangangguanpersonallain
Gangguansampingan(backgroundstressor)
Berupa gangguan skala kecil seperti kehilangan barang, kebisingan, cahaya temaran, dan
kemacetan
Paparangangguanyangberlangsungsecaraterusmenerusbaikdalampolaacakmaupunteratur
dapatmempengaruhisayaadaptasidantoleransiindividu.Saatindividutidaklagidapatmengakomodir

91

Dora, P. E.

rangsangangangguanyangditerimanya,individutersebutdapatmengalamigangguandanstresskerja.
Gangguankerjayangdapatmenimbulkanmasalahdiduniakerjadisebutsebagaikecelakaankerja.
Kecelakaan kerja dapat dipengaruhi oleh faktor teksternal yaitu tempat kerja (Winarsunu, 2008)
yangmeliputilingkunganfisik,jenisindustri,jamkerja,pencahayaan,temperatur,dandesainperalatan.
Selain itu, kecelakaan kerja dapat dipengaruhi juga oleh faktor personal yaitu kemapuan kognitif,
kesehatan,kelelahan,pengalamankerja,dankarakteristikkepribadian(Winarsunu,2008).

HasildanPembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan pada masingmasing eksperimen, maka efisiensi kerja tiap
responden sebagai respon terhadap masingmasing arah jatuh cahaya dapat disimpulkan dalam
diagram.Berikutiniadalahdiagramrekapitulasiefisisensikerjamasingmasingrepsonden:

DiagramRekapitulasiEfisiensi KerjaSeluruh
Responden

ProsentaseEfisiensi

sido
like

arliah

wayan
yakob

Eksperimenke


Gambar1.DiagramRekapitulasiEfisiensiKerjaTiapResponden

92

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Adapundetilarahdanintesitaspencahayaanpadarespondenditunjukkanmelaluitabelberikutini:

Tabel2.TabelRekapitulasiHasilEksperimen
ArahdanIntensitasPencahayaanPadaResponden
Eksperimenke
Sido Like Arliah Wayan Yakob
Belakang Sampingkiri Depan Sampingkiri Depan
1 responden(16 responden(47 responden(36 responden(20 responden(32
lux) lux) lux) lux) lux)
ArahdanIntensitasPencahayaanPadaResponden
Eksperimenke
Sido Like Arliah Wayan Yakob
Sampingkiri Depan Sampingkiri Depan Depan
2 responden(120 responden responden(74 responden(60 responden(39
lux) (114lux) lux) lux) lux)
Depan Sampingkiri Sampingkiri Depan Depan
3 responden(180 responden(27 responden(41 responden(30 responden(47
lux) lux) lux) lux) lux)
Belakang Depan Sampingkiri Sampingkanan
Belakang
4 responden(16 responden responden(27 responden(41
responden
lux) (114lux) lux) lux)
Keterangan:posisidenganefisiensitertinggi

Sumber:penulis(2011)

Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa perubahan posisi duduk terhadap arah datang
cahaya dapat mempengaruhi kenyamanan seseorang, yang juga dapat mempengaruhi efisiensi kerja
mereka.Kenyamananterhadaparahdatangcahayameliputikemampuanmembacapadaberbagaijenis
media, pantulan pada beberapa alat kerja, dan kemampuan untuk dapat melihat sekitar. Khususnya
untuk meminimalisir pantulan pada layar komputer, selain dapat diatasi dengan pemindahan posisi
duduk juga dapat diatasi dengan penggunaan layar datar dengan permukaan doffflat yang tidak
memantulkancahayadanmenggunakanpelapissandblastpadakacauntukmemaksimalkanpemasukan
cahayadanmengurangiintensitaspantulan.

93

Dora, P. E.

Walau demikian, ternyata ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat kenyamanan kerja para
responden.Dalampenelitianinikenyamanankerjadapatdipengaruhioleh:
1. Kebiasaan
2. Kemungkinaninteraksi
3. Kepastiandankeamanan
Sedangkanuntukketahanankerja,penelititidakdapatmengukursecarapastidikarenakandalam
kinerja kantor, tiap pekerja memiliki tuntutan jam kerja yang harus dicapai. Ketahanan kerja masing
masingrespondenakanberubahdanberadaptasimenyesuaikanterhadaptuntutantanggungjawabdan
jam kerja. Namun demikian, saat seseorang menjadi tidak nyaman, mereka memiliki kecenderungan
untukmeningggalkanmejakerjalebihseringdanmudahteralihkan.

Kesimpulan
Dewasa ini semakin banyakkantoryang dibangunpadagedungdengan pencahayaan alami yang
sangatminim.Olehsebabitutataletakperabotterhadaparahpencahayaanbuatanperludiperhatikan
untukmenghindariketidaknyamanandanmeningkatkanefisiensikerja.
Arah pencahayaan buatan memberi pengaruh pada tingkat kenyamanan kerja sesorang. Dengan
peningkatan kenyamanan kerja, efisiensi kerja pun akan meningkat. Namun, tingkat kenyamanan ini
tidak dapat dicapai hanya sematamata berpegang pada standar yang ada karena ada faktorfaktor
manusia yang sangat berpengaruh dan harus dipertimbangkan. Faktor manusia ini antara lain faktor
kebiasaan,interaksidansosialisasi,sertakeamananyangmemilikipengaruhyanglebihbesarterhadap
efisiensikerjadanketahanankerjaseseorang.

UcapanTerimakasih
Terimakasih penulis ucapkan kepada Kepala UPPK UK. Petra, Bapak Irwan; seluruh staff UPPK,
khususnyapararespondendalampenelitianawalini,BuLike,BuArliah,PakYakub,PakWayan,danPak
Sido; rekanrekan JurusanDesain InteriorUK.Petra, khususnya Ir. Lintu Tulistyantoro, M.Ds dan Yusita
Kusumarini,S.Sn,M.Ds;danFeliciaTansajaya,S.Sn.

DaftarPustaka
BadanStandarisasiNasional.(2000).SNI0361972000KonservasiEnergiPadaSistemPencahayaan
Bean,Robert.(2004).LightingInteriorAndExterior.Massachusets:ArchitecturalPress

94

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Bell,PaulA.,ThomasC.Greene,JeffreyD.Fisher,andAndrewBaum.(2001).EnvironmentalPsychology
FifthEdition.USA:WadsworthGroup/ThomsonLearning
Cayless, M.A and A.M Marsden. (1983). Lamps and Lighting third edition. London: Edward Arnold
(publishers)Ltd.
CodeforLighting.(2002).Oxford:ButterworthHeinemann.
Darmastiawan,Christian,LestariPuspakesuma.(1991).TeknikPencahayaandanTataLetakLampu,Jilid:
PengetahuanDasar.Jakarta:Grasindo.
Oktavia,Tantri.(2010).FisikaBangunan.Malang:BayumediaPublishing.
Winarsunu,Tulus.(2008).PsikologiKeselamatanKerja.Malang:UWMPress

95

96

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

DesainRumahSusunSederhanadenganPendekatanPerilakuPenghuni
untukMeminimalkanTerjadinyaPenurunanKualitasBangunan
StudiKasus:RumahSusunSederhana,TamboraJakartaBarat

MohammadIschak1

Abstrak
Rumah susun adalah jawaban yang paling tepat terhadap permasalahan perumahan di kotakota besar,
tidak terkecuali di Jakarta. Pada kenyataannya, rumah susun sederhana (rusuna) yang telah dihuni justru
menimbulkan permasalahan baru, yaitu terjadinya penurunan kualitas bangunan dan lingkungannya.Kondisi
demikian mengakibatkan kesan bahwa bangunan rusuna merupakan bangunan yang kumuh dan semrawut.
Permasalahan kekumuhan pada rusuna kemungkinan diakibatkan oleh perilaku penghuninya. Sedangkan perilaku
penghunijugasangatterkaitdengandesainbangunanyangditinggalinya.
Studi yang dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi desain bangunan rusuna yang memunculkan
kekumuhandidalambangunanmaupundilingkungandenganmengambilkasusdiRusunaTambora,JakartaBarat.
Metoda yang dipakai adalah observasi untuk mendapatkan dua hal yaitu mengetahui karakter penghuni, dan
merumuskan bagianbagian rumah susun yang kumuh. Selanjutnya melakukan studi evaluasi desain bangunan
rusunaTamboradenganmembandingkandesainrusunalainnyadandenganreferensilainnya.
Hasil studi ini diharapkan dapat menjawab keterkaitan antara munculnya kekumuhan pada bangunan
rusunadanketerkaitannyadengandesainyangdisediakansertakarakterperilakupenghuninya.
Katakunci:Rusun,Penurunankualitas,Perilakupenghuni,Desain

Pendahuluan

A.LatarBelakang
Salah satu permasalahan utama yang muncul pada kota kota besar di negara berkembang
termasuk Jakarta adalah masih kurangnya pemenuhan kebutuhan warga kota terhadap perumahan.
Pada lingkup kota Jakarta, usaha pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah untuk

1
MohammadIschak,DepartementofArchitecture,UniversityofTrisakti,Jakarta,mohischak@yahoo.com

97

Ischak, M.

menyediakanperumahanyanglayakhunibagiwargakotamasihdihadapkanpadabeberapamasalah,
antaralainmasihbanyakwargakotayangtidakmampusecaraekonomiuntukmembelirumah,belum
mampu menghuni rumah yang layak, kualitas lingkungan permukiman yang masih rendah,
penyelenggaraan perumahan dan permukiman oleh masyarakat yang belum didukung fasilitas
pemerintah,dandukunganduniausahayangmasihbelummelembagadalammendukungpembiayaan
perumahanyangmurah.
Kebijakan dalam pengadaan dan pembangunan Rumah Susun diharapkan sebagai salah satu
pemecahan permasalahan perumahan di kotakota besar seperti tersebut di atas. Hal ini dikarenakan
faktorfaktor efisiensi lahan, proses pengerjaan yang relatif cepat dan ekonomis, fleksibel untuk
kebutuhanrumahmilikmaupunsewa,fleksibilitasdalammewadahikebutuhanperumahanpadatarget
group (masyarakat miskin) dan kemudahan pengelolaan baik menyangkut fisik bangunan maupun
lingkungan.
Sebagai sasaran pengadaan rumah susun adalah masyarakat dengan tingkat penghasilan
rendah(MBR).Sebagaimanadiketahui,permasalahanperumahandiperkotaanbaikyangterkaitdengan
kekumuhan (slump), perumahan illegal (squatter) dan backlog perumahan hampir semua terkait
dengankelompokmasyarakatberpenghasilanrendah.
Terlepas dari keuntungan pembangunan rumah susun, pada kenyataannya, penyediaan dan
pembangunan rumah susun banyak yang memunculkan dampak yang justru menyimpang dari tujuan
semula, bahkan pada beberapa kasus justru menimbulkan permasalahan baru. Permasalahan yang
muncul dalam konteks rumah susun, khususnya yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah(MBR)banyakmunculpadapascapenghunianyangdapatberdampakskalalingkunganmaupun
regional. Akumulasi dari beberapa permasalahan tersebut mengakibatkan terbentuknya lingkungan
rumahsusunyangsemrawut,kumuhdanterkesantidaktertata.

B.RumusanPermasalahan
Masyarakatberpenghasilanrendah(MBR)yangmenjadikelompoksasaranpenghunibangunan
rumahsusunsederhanamempunyaikarakterkegiatandanperilakuyangspesifik.Kekhususantersebut
menyangkut kegiatan dan perilaku yang bersifat individu, keluarga maupun kegiatankegiatan sosial.
Perpindahan lingkungan hunian dari perumahan tak bersusun (landed houses) ke dalam bangunan
bertingkat tidak dengan serta merta merubah perilaku bernasyarakat mereka. Sementara di sisi lain,
desainrumahsusunlebihbanyakdidasarkanpadakajianstandarruangdanbersifatmassal.Selainitu,
banyak rumah susun yang pada saat dibangun belum muncul kondisi kemasyarakatan seperti yang

98

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

terjadi saat ini. Kondisi tersebut kemudian memunculkan permasalahan saat ini dalam bentuk
pemanfaatan ruang yang tidak sama seperti konsep awal dari desain rumah susun tersebut, akibat
kegiatan dan perilaku penghuni yang berkembang pada saat ini berbeda dengan pada awal tahap
penghunian.Padatahapselanjutnya,permasalahantersebutmenjadikanrumahsusunyangmengarah
kekondisikumuhdantidaktertatanyabangunan,baiksecarafungsimaupunsecaravisual.

C.TujuanPenelitian
Penelitianinipadatahapawalbertujuanuntukmemetakanmunculnyajenisjeniskekumuhan
dankesemrawutanyangdiakibatkanolehkegiatandanperilakupenghuninya.Tahapselanjutnyaadalah
menganalisisfactorpenyebabsertakemungkinanusulanpengembangandesainyangdiharapkandapat
menyumbangkan gagasan bagi perancangan bangunan rumah susun sederhana di masa mendatang.
Dengan demikian, secara makro, penelitian ini bertujuan agar di satu sisi dapat dijadikan sebagai
landasan konsep perancangan dan di sisi lain diharapkan dapat mendorong terciptanya rumah susun
sederhanayangdapatmewadahikarakterkegiatankegiatandanperilakudaripenghuninya.

D.Metode
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif eksploratif berdasarkan telaah lapangan dan
kepustakaan.Perangkatyangdigunakandalammenjelaskandanmenganalisisdatadataberasaldari
literaturdalambentukteori,standar,dankajianevaluasiterhadapbeberaparumahsusunyangsudah
dibangun.
Untuk mendapatkan data mengenai karakter masyarakat penghuni rumah susun, studi
dilakukan dengan merekam kegiatankegiatan sosial penghuni rumah susun dan melakukan
wawancarauntukmendapatkangambaranmengenailatarbelakangsosialdanbudayadaripenghuni
sebelummenghunirumahsusun.Kajiankegiatandankaraktersosialtersebutkemudiandituangkan
dalam kegiatan hunian dengan mengamati kegiatankegiatan yang selalu dilakukan baik secara
individu maupun bersama yang dilakukan di lokasilokasi yang seharusnya didesain sebagai ruang
tertentudidalamdansekitarbangunanrumahsusun.Obyekamatanadalahbangunanrumahsusun
dengan kriteria pemilihan obyek yang mewakili kepemilikan yakni rumah susun milik dan rumah
susunsewayangberlokasidiTambora,JakartaBarat.

99

Ischak, M.

TinjauanObyekStudi

A.RusunTamboradalamKonstelasiKotaJakarta
Secaraadministratif,kawasanrumahsusunTamboramasukdalamwilayahKelurahanAngke,
KecamatanTambora,JakartaBarat.AksesutamamasukkekawasanrumahsusunmelaluijalanAngke
JayayangmerupakancabangdarijalanutamayaituJalanProf.Dr.Latumeten.











Gambar1:lokasirumahsusunTambora

Rumah susun Tambora mempunyai arti yang sangat penting bagi Pemda DKI, baik dalam arti
fungsipemenuhankebutuhanperumahanwarganyamaupundalamartikonseptualruangkota.Rusun
Tambora merupakan rumah susun pertama yang dikelola (dalam arti dibangun dan dikelola) secara
langsungolehPemdaDKIyangpadaawalberoperasinyadikendalikanolehBappemProyekMHTpada
tahun1986yangkemudiandilanjutkanpengelolaannyaolehDinasPerumahanDKIsecarabertahap,dari
RusunTamboraI,II,III,danTamboraIV.
Keberadaan Rusun Tambora dilatarbelakangi kondisi wilayah Kecamatan Tambora yang
merupakansalahsatuKecamatandengankepadatanpendudukyangpalingtinggidiIndonesiadengan
kualitasperumahandanpermukimanyangsangatrendah.Selainitu,penumpukanpendudukdidaerah
Tamboradipicuolehletaklokasiyangstrategisdaripusatpusatkegiatanekonomipadamasaitu.Lokasi
lokasi sebagai pusat kegiatan ekonomi di sekitar Tambora adalah Pusat pedagangan Glodok,
Asemka,Mangga Dua, Pluit dan Grogol. Akses dari wilayah Tambora ke daerahdaerah tersebut relatif
sangatdekatdanmudahsertadidukungprasaranajalandanangkutankotayangsangatmemadai.

100

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

B.BatasanObyekAmatan
Obyek amatan dibatasi pada rumah susun dengan klasifikasi sebagai rumah susun sewa atau
lebihdikenaldengansebutanRumahSusunSewaSederhana(Rusunawa).Dari4kelompokrusunyang
ada di Tambora, 3 diantaranya masuk dalam klasifikasi Rusunawa yaitu Rusun Tambora I, II dan IV.
Secara lebih lengkap, klasifikasi dari 4 kelompok Rusun Tambora terdiri dari 9 blok bangunan dengan
klasifikasisebagaiberikut:

Jumlah Type Jumlah


No Nama Rusun Sistem Hunian
Blok Hunian Unit
1 Tambora I 2 18 124 Sewa
2 Tambora II 2 18 124 Sewa
3 Tambora III A 1 21 80 Sewa beli
4 Tambora III B 1 21 62 Sewa beli
18 48 Sewa
5 Tambora III C 1
21 40 Sewa
6 Tambora IV 2 21 180 Sewa
Jumlah 9 602

Denganmempertimbangkanklasifikasisistemhuniansewa(Rusunawa),sertaketersediaandan
perbedaan desain unit hunian dan bangunan, maka sebagai obyek amatan dalam penelitian ini
ditetapkanRusunTamboraI,TamboraIIdanTamboraIV.








101

Ischak, M.






TAMBORA I TAMBORA II





TAMBORA IV


TAMBORA III








Gambar2:KomplekrumahsusunTambora


C.KarakteristikPenghuni
PenghunirumahsusunTamboraIdanIImenurutdatayangtercatatdiKantorPengelolaRumah
SusunTamboraUPTDinasPerumahanDKIJakartatahun2008adalah1.807orang.Penghunisebanyak
itu menempati 477 unit satuan rumah susun (sarusun) yang tersebar di 4 blok bangunan. Sedangkan
RusunTamboraIIICyangterdiridari88unittercatatpenghuninyasebanyak338orang.
Ratarata tingkat hunian setiap sarusun adalah 3 4 orang per unit dengan rentang hunian
antara1hingga10orangpenghuni.Biladibandingkandengankebutuhanluashunianminimummenurut

102

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

SNI 0317332004 yaitu 9,6 m2 untuk orang dewasa dan 4,8 m2 untuk anakanak, maka unit sarusun
TamboraIdanIIyangbertipe18m2dapatdikatakanterlalusempit.
Mata pencaharian penghuni rusun Tambora I dan II sangat beragam dengan komposisi :
karyawanswasta38%,pedagang28%,PNS15%,buruh11%,lainlain8%.Penghunidenganpekerjaan
sebagaipedagangsebagianbesaradalahpedagangmakanankelilingsepertisate,ketoprak,baksodan
sebagainya. Sehingga terdapat banyak gerobak dagang yang diletakkan begitu saja di jalan, halaman
serta ruangruang diantara bangunan. Selain itu, tidak sedikit penghuni yang berdagang di kawasan
rusun dengan membuka kios atau warung di sekitar lingkungan rusun dengan mendirikan bangunan
warung/kiospadatempattempatyangseharusnyamerupakanruangpublikatauruangterbuka.
Biladilihatdaritingkatpenghasilan,sebagianbesarpenghuni(55%)berpenghasilankurangdari
Rp.1juta/bulan.PenghuniyangberpenghasilanRp.12juta/bulanadalah40%,danyangdiatasRp.2
juta/bulan hanya 5 %. Besarnya penghasilan tersebut cukup relevan bila di cross check dengan
pengeluaran seharihari. Dimana 50 % penghuni mengeluarkan biaya Rp 12 Juta/bulan, 40 % kurang
dari Rp 1 juta /bulan dan 10 % diatas Rp. 2 juta/bulan. Dengan demikian bagi sebagian penghuni
penghasilanyangditerima lebih kecil daripengeluaran.Sebagai gambaran dari wawancara, penghuni
khususnyayangbekerjasebagaipedagang,penghasilannyaditerimasecarabertahap,bukanbulanan.
Denganperincianpengeluarankeluargarataratasetiapbulansebagaiberikut:

a. Biayasewarumah Rp. 54.000,
b. Biayalistrik Rp. 90.000,
c. Biayaairbersih Rp. 125.000,
d. Belanja Rp. 300.000,
e. KreditTV Rp. 500.000,
f. Transportasi Rp. 150.000,

Jumlah Rp.1.219.000,

DiskusidanAnalisis
Langkahawalpenelitianadalahdenganmelakukanobservasidilokasistudipadaruangruang
yangsecaravisualmengindikasikandanmenampakkanterjadinyapenurunankualitasbangunandalam
bentuk kekumuhan. Ruang yang dimaksud adalah ruang dalam (interior), ruang luar (eksterior), dan
desain bangunan yang secara visual menunjukkan terjadinya kekumuhan pada penampilan bangunan.

103

Ischak, M.

Dari hasil observasi terhadap bangunan studi, maka dapat dideskripsikan, bahwa penurunan kualitas
bangunan yang mengarah pada terjadinya fenomena kekumuhan dapat diidentifikasikan terjadi pada
lokasiyaitu:

A. RuangJemur
Salahsatubentukperilakupenghunirumahsusunsederrhanayangsangatdominanterhadap
penurunan kualitas bangunan dalam bentuk munculnya kesan kumuh pada bangunan rumah susun
sederhana adalah aktivitas menjemur. Kegiatan ini dilakukan di ruangruang yang dianggap paling
memungkinkan.
Ruangjemuryangditemuididalamareabangunan,terdapatdibangunanrusunTamboraIdan
Tambora II. Ruang yang digunakan sebagai ruang jemur terletak di lantai dasar yang seharusnya
berfungsi sebagai inner court (gambar 3). Jika diamati dari bentuk dan penempatannya, ruangan ini
harusnyaberfungsisebagairuangbersamayangdapatdigunakanolehseluruhpenghuni,tidakterbatas
padapenghuniyangberadadilantaidasar.


RUANG

INNER



Gambar3:aktivitasmenjemurpakaiandiinnercourt

Padakenyataannya,sebagianruanginnercourt,terutamadibagianpinggirdigunakansebagai
ruangjemurolehpenghuniyangberadadilantaidasar.
Kondisi demikian tidak terjadi di bangunan rusun Tambora IV. Hal ini sangat dimungkinkan
dikarenakandesaindanperuntukanlantaidasaryangberbeda.PadabangunanrusunTamboraIV,lantai
dasar tidak digunakan sebagai ruang hunian, tetapi difungsikan sebagai ruang komersial dan fasilitas
umum dan fasilitas sosial. Dengan demikian, di lantai dasar rusun Tambora IV tidak ditemukan ruang
yangdifungsikansebagairuangjemuran.

104

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

PadabangunanrusunTamboraIdanII,keberadaanjemuranjugasangatdominandisepanjang
selasar yang menghadap ke inner court. Hal ini dimungkinkan karena desain unit hunian yang tidak
menyediakan ruang jemur, teras atau balkon di bagian belakang yang berorientasi ke luar. Dengan
demikian, hampir semua penghuni menjemur di selasar di depan masingmasing unit hunian yang
ditempatinya(gambar4).

Bagian belakang unit
bangunan yang
merupakan bagian luar,
didesain tanpa
teras/balkon


Bagian depan (pintu

masuk) unit

bangunan yang

merupakan bagian

dalam , yang

berhadapan dengan
selasar

Gambar4:Aktivitasmenjemurdiselasardepanunithunian

Kondisi yang berbeda berada di rusun Tambora IV, dimana desain unit hunian menyediakan
teras atau balkon di bagian belakang. Hal ini mengakibatkan hampir semua penghuni menggunakan
ruangan tersebut, salah satunya sebagai ruang jemur. Hal ini sangat bisa dipahami karena dengan
keterbatasan dimensi ruang dan kemungkinan mendapatkan sinar matahari dan angin terkait dengan
aktivitas menjemurnya, maka penghuni akan menggunakan ruang di luar hunian sebagai area jemur
(gambar5).



105

Ischak, M.



Balkon yang
diletakkan di
bagian belakang
unit hunian dan
sebagai bagian
muka bangunan
digunakan sebagai
ruang jemur

Gambar5:Aktivitasmenjemurdibalkon
Fenomenayangterekamdariduakasustersebutdiatasmenggambarkanbahwadesainrumah
susun harus memperhatikan aktivitas utama penghuni sekaligus perilaku penghuni dalam melakukan
aktivitasnya.Kegiatanmenjemurpakaianmerupakankegiatandasaryangselaludilakukanolehsemua
penghuni setiap hari, sehingga harus diwadahi dalam mendesain rumah susun. Perilaku yang muncul
adalah bahwa penghuni akan memanfaatkan semua ruang yang dianggap memungkinkan, tanpa
mempertimbangkan masalah patut atau tidak patut, mengganggu atau tidak mengganggu orang lain.
Padahal desain dan penempatan ruang yang difungsiukan sebagai ruang jemur sangat berpengaruh
terhadap penampilan bangunan. Pada dua kasus studi, keberadaan jemuran sangat berpengaruh
terhadappenurunankualitasbangunan,terutamadarisisivisual.
Dengan demikian, kriteria desain yang harus dipenuhi oleh desainer rumah susun adalah
menyediakan ruang jemur yang sesuai dengan karakteristik dan perilaku penghuni dalam melakukan
aktivitas mencuci pakaian sekaligus menjemurnya. Dilihat dari fungsi dan karakteristik kegiatan, maka
ruang jemur yang paling menguntungkan adalah di bagian belakang unit hunian, yang secara visual
sekaligus sebagai bagian depan bangunan. Untuk menghindarkan atau setidaknya meminimalkan
dampak kekumuhan yang diakibatkan kegiatan menjemur pakaian oleh penghuni di bagian muka
bangunan,makaharusdipertimbangkandetaildesainpartisi.Beberapacontohdesainruangjemuryang
sudahdibangununtukrumahsusunsederhanadapatmencerminkanhaltersebut.


106

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati



Gambar6:Desainbalkonyangbisameminimalkankesankumuhpadabangunanrumahsusun

B. Parkir
Bentuk kekumuhan lain yang terlihat di lokasi dan bangunan studi adalah penyalahgunaan
ruangbersamasebagairuangparkir.Dapatdipahamibahwauntuksaatini,keberadaankendaraanroda
dua (motor) hampir menjadi kebutuhan primer bagi warga kota Jakarta. Jumlah kendaraan bermotor
rosa dua mengalami perkembangan yang sangat pesat yang salah satunya diakibatkan semakin
mudahnya akses pemilikan terutama melalui model pembiayaan cicilan. Tidak terkecuali penghuni
rumahsusunTambora.Hampir80%daripenghunimempunyaikendaraanrodadua.Dengandemikian,
kebutuhan ruang parkir menjadi sangat mendesak. Pada kenyataannya, desain bangunan rusun
Tambora I dan II sepertinya tidak mengantisipasi terjadinya kebutuhan tersebut. Penilaian ini dapat
dikaitkan dengan tidak disediakannya ruang khusus parkir dalam jumlah yang disesuaikan dengan
jumlah penghuni. Fenomena yang muncul kemudian adalah pemanfaatan ruangruang yang
memungkinkan untuk digunakan sebagai ruang parkir, terutama dikaitkan dengan faktor keamanan.
Darikondisidandesainbangunanyangada,makasaatiniruangyangbanyakdigunakansebagairuang
parkiradalahinnercourt(gambar7).


RUANG


INNER


Gambar7:PemanfaataninnercourtsebagaiRuangParkir
107

Ischak, M.

FenomenayangberbedaditemukandibangunanrusuntamboraIV.Parkirkendaraanrodadua
tidak ditemparkan di lantai dasar, tetapi justru di bagian luar bangunan yang berdekatan dengan
bangunanrusun(gambar8).Jikadikaitkandengankemudahanaksesdankeamanan,sebetulnyalantai
dasarsangatmemungkinkanuntukdigunakansebagairuangparkir.Halinitidakdilakukandikarenakan
kegiatan parkir akan mengganggu kegiatan komersial dan kegiatankegiatan sosial lainnya yang biasa
dilaksanakan di lantai dasar. Dengan demikian, ruang bersama yang berada di lantai dasar btulbetul
dapatdifungsikansebagaimanarencanayangtertuangdalamdesainbangunannya.







RuangParkiryangdisediakanpengeloladidepanbangunanRusunTamboraIV






Gambar8:ParkirdidepanbangunanrusunTamboraIV

Fenomenatersebutdapatdianalasisdarisisidesaindankebutuhanpenghuniakanruangparkir
yang munculnya belakangan. Dapat dimengerti bahwa bangunan Rusun Tambora I dan II dibangun
hampir 20 tahun yang lalu. Sesuai dengan konsep awalnya, rusun ini didesain untuk masyarakat
golonganekonomidenganpenghasilanmenengahkebawah.Dengandemikian,asumsidariperencana
saat itu pastilah belum mengarah pada kebutuhan ruang parkir dikarenakan penghuni rusun tersebut
diperhitungkan tidak mempunyai kendaraan bermotor, meskipun hanya roda dua. Dengan adanya
perkembangan ekonomi dan kemudahankemudahan lainnya dalam pemilikan kendaraan bermotor

108

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

roda dua, maka saat ini penghuni sangat membutuhkan keberadaaan ruang parkir. Dengan
mengedepankanfaktorkeamanankendaraan,makapemilikkendaraanbermotormencaritempatparkir
yangdekatdanjikaperlumasihdalamareajarakpandangdariunithunianyangditempatinya.
Keberadaan parkir kendaraan bermotor ini jika ditanyakan langsung ke penghuni sebenarnya
tidak mengganggu kenyamanan mereka, terutama penghuni di lantai dasar. Tetapi tetap saja
keberadaannyasudahmenyalahikonsepinnercourtsebagairuangpublic.Didampingitu,secaravisual,
keberadaanparkirdiinnercourtmenyebabkankondisiyangberantakansehinggadapatmenyebabkan
kaulitas ruang dan bangunan rusun. Untuk menghindari penurunan kualitas tersebut, maka setiap
desain rumah susun harus sudah mempertimbangkan kebutuhan ruang parkir bagi penghuninya.
Sedangkan desain dan tata letak ruang parkir terhadap bangunan rusun disesuaikan dengan model
massabangunanyangdidesain.

C.KualitasPencahayaan
Kesanpenurunankualitasbangunanpadabangunanyangdistuditernyatamunculjugadalam
kaitannya dengan kualitas pencahayaan yang dapat diterima oleh masingmasing unit hunian pada
bangunan. Intensitas pencahayaan alami yang dapat diterima sangat dipengaruhi bentuk massa
bangunannya. Pada bangunan studi, terdapat dua jenis massa bangunan yang berbeda, yaitu massa
bangunandenganbentukgeometribujursangkar(rusunTamboraIdanII),danmassabangunandengan
bentukgeometriempatpersegipanjang(rusunTamboraIV).
Keduabentukblokmassainisebenarnyasudahdidesainuntukmendapatkanintensitascahaya
alamiolehsetiapunithunianyaitudenganmengoptimalkanbentukvoid(dandilantaidasardifungsikan
sebagai innercourt), sehingga cahaya alami secara optimal dapatdimasukkan ke unithunian dari dua
sisibangunan,yaitusisiluardansisidalambangunan(gambar9adan9b).

109

Ischak, M.

Gambar9a:Voidyangmembericahayaalami Gambar9b:Voidyangmembericahayaalami
cukup di Tambora IV cukupdiTamboraIdanII

Fenomenapadavoidyangmengindikasikanterjadinyapenurunankualitasadalahyangterjadi
di lantai dasar khususnya pada bangunan rusun Tambora IV. Meskipun belum sampai pada tahap
terjadinya kekumuhan, tetapi ruangan yang ada menampilkan suasana yang remangremang, tidak
terurus,dankotor(gambar10).


Gambar10:VoidyangkurangmemberipencahayaanalamidirusunTamboraIV

Kondisi tersebut dimungkinkan terjadi dikarenakan luasan void yang kurang dibandingkan
denganluasanmassabangunan,sehinggacahayamataharitidaksampaimenembuslantaidasar.Kondisi
demikiantidakterjadipadabangunanrusunTamboraIdanIIyangmempunyaibentukmassabangunan
bujursangkar,sehinggaluasanvoidsangatcukupuntukmemasukkancahayadarilantaipalingatas.

D. Infrastrukturlingkungan
TerjadinyapenurunankualitasbangunanrumahsusunTamboraakanlangsungterasapadasaat
memasuki komplek rumah susun. Hal ini disebabkan terjadinya kekumuhan pada lingkungan yang

110

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

kotor,kumuh,danterkesantanpapenangananyangterjadijustrudihalamandandisekitarbangunan.
Setidaknya ada tiga hal yang diidentifikasikan menyumbang penurunan kualitas bangunan dan
lingkungan rusun Tambora, yaitu pengelolaan sampah, pengelolaan saluran pembuangan, dan parkir
gerobak.
a. PengelolaanSampahdanSaluranPembuangan
Sistem pembuangan sampah di lingkungan rumah susun Tambora adalah dengan sistem
pengangkutan dari unitunit dengan gerobak dan dibuang ke TPS yang terletak di sekitar bangunan,
kemudian dari TPS diangkut oleh truk sampah Pemda untuk dibuang ke TPA. Seluruh komplek Rusun
Tambora yang terdiri dari 9 blok terdapat 6 TPS yang digunakan secara acak. Lokasi TPS cukup dekat
bahkan menempel pada bangunan rusun, maka jika sampah menumpuk akan mengganggu penghuni.
JadwalpengambilansampahbaikdariunitkeTPSmaupunjadwalkedatangantruksampahratarata3
kalidalamseminggu.
Jika dilihat dari sistem pembuangan sampah yang sudah ada, seharusnya permasalahan
sampahtidakakanmenimbulkankondisisepertiyangterlihatpadagambar11.






Gambar11:Tumpukansampahyangberadadisekitarbangunanrusun

Adabeberapafaktoryangmemungkinkanterjadinyakondisitersebut,antaralain:
Desainbangunanyangtidakataukurangmenyediakanshaftsampahsepertiyangterjadidi
bangunanrusunTamboraIdanII,
Fasilitas Tempat Penampungan Sementara yang sudah rusak atau dimensi dan
spesifikasinyakurangmemenuhipersyaratan,
Perilaku penghuni yang masih melakukan aktivitas membuang sampah tidak pada
tempatnya

Terjadinya kondisi penumpukan sampah yang terjadi di bagian belakang bangunan rusun
Tambora IV lebih banyak diakibatkan faktor perilaku. Sampah yang ada lebih banyak berasal dari
kegiatanpertokoandanwarungyangberadadilantaidasar(gambar12).

111

Ischak, M.




PAGAR PEMBATAS


SAMPAH


AREA TIDAK BERTUAN

TOKO DAN WARUNG


PARKIR PARKIR SHAFT SAMPAH


Gambar12:TumpukansampahyangberadadibelakangrusunTamboraIV
Perilakumembuangsampahyangtidakpadatempatnyaolehpenghuniyangdalamhalinipara
penyewaunitkomersialdimungkinkanterjadidikarenakanterdapatareakosongdibelakangbangunan
rusundanberbatasandengandinding.Kondisiinimenjadikanruangantersebutseakanakanmenjadi
tidakbertuankarenatidakdifungsikanuntukkegiatanapapundanlokasinyayangmemangterkesan
terlepasdariarearusun.
Indikasi terjadinya penurunan kualitas bangunan dan lingkungan rusun yang diakibatkan oleh
menumpuknya sampah,membuat dampak lanjutan dengan terjadinya saluran pembuangan yang
mampetpadabeberapatitik(gambar13).

Gambar13:Tumpukansampahdansaluranpembuanganyangmampetyangberadadi

belakangrusunTamboraIV

112

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

b. PenyimpananGerobakJualan
TerkaitdenganmatapencahariansebagianbesarpenghunidirusunTamborayanglebihbanyak
bekerja di sektor informal, pada lahanlahan kosong di sekitar bangunan rusun Tambora banyak
dijadikansebagitempatmenyimpangerobakjualanyangdimilikiolehparapenghuni(gambar14).

Gambar14:Lahandisekitarrusunyangdijadikansebagaitempatmenyimpangerobakdagangan
Dengan tidak adanya ruang atau lokasi khusus untuk penyimpanan gerobak, maka para
penghuni yang bekerja sebagai pedagang makanan, menyimpan gerobaknya di lahan yang
memungkinkan.Dikarenakanlahanyangmasihadadibagiandepankomplek,makakeberadaangerobak
yang tidak tertata membuatkondisi visual kawasan rusunmenimbulkan kesanyang semrawut. Kondisi
tersebutterjadidikarenakandariawaltidakdisediakanruangankhususuntukmenampungkebutuhan
penghuni yang mempunyai karakteristik pekerjaan sebagai pedagang makanan. Kasus demikian
sebenarnya dapat dihindari seandainya pada awal proses merancang sudah diketahui secara pasti
karakteristikdanperilakudaripenghuninya.

Kesimpulan
Daristudidankajiandiatas,dapatdisimpulkanbahwaterjadinyapenurunankualitasbangunan
danlingkunganpadabangunanrumahsusunTambora,seharusnyadapatdihindaridenganperencanaan
dan perancangan desain bangunan rusun yang tanggap terhadap karakteristik kebutuhan calon
penghuninya. Perilaku penghuni yang kemungkinan dibawa dari kebiasaan ketika mereka tinggal di
landed houses bias dikontrol dengan desain yang mengarahkan perilaku penghuni untuk melakukan

113

Ischak, M.

aktivitas keseharian mereka tanpa mengarah pada halhal yang dapat menurunkan kualitas bangunan
danlingkungannya.
Studidankajianterhadapdesainbangunanrumahsusunsederhanayangtelahdibangunserta
kaitannya dengan perilaku penghuni yang muncul sebagai akibat dari suatu desain bangunan rusun
menjadisangatpentinguntukdapatmenghindariterbangunnyarumahsusunsederhanayangkumuh.
Terkaitdenganstudidiatas,terdapatbeberapahalyangdapatdijadikandiskusidanpembelajaran,yaitu
:
1. Perencanaan desain unit hunian yang memikirkan dampak yang muncul akibat kegiatan
menjemur pakaian dari penghuni. Desain dan penempatan ruang jemur menjadi sangat
signifikan untuk menghindari penampilan bangunan rumah susun sederhana. Hal ini
dikarenakan dampak yang muncul sangat mempengaruhi kualiats visual dari bangunan rusun
secara keseluruhan Desain unit hunian yang paling memungkinkan untuk alasan tersebut
adalah desain yang dapat memaksa penghuni untuk tidak dapat meneruskan kebiasaan
menjemurpakaiansemaunyayangbiasadilakukandilandedhouse..
2. Pemilihan jenis blok massa bangunan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kemungkinan munculnya dampak penurunan kualitas bangunan. Blok massa bangunan yang
memungkinkan masuknya pencahayaan alami pada semua lantai merupakan pilihan desain
yangpalingefektifuntukmenghindaridampaktersebut.
3. Karakteristik penghuni yang mengikuti kondisi kekinian perlu dipertimbangkan dalam
perencanaandandesainrusun.Kondisisaatinidimanapenghunidenganpenghasilanminimum
dapat mempunyai kendaraan roda dua, sehingga diperlukan perencanaan dan desain ruang
parkirsesuaidenganjumlahpenghuni.
4. Perludihindariperancanganrumahsusunyangmengakibatkanmunculnyaruangterbuang(lost
space). Hal ini dikarenakan ruangruang yang terbuang tersebut memancing munculnya
kekumuhanakibattidakadanyakegiatandanpengawasandarikomunitas.
5. Penurunan kualitas bangunan terjadi setelah tahap penghunian. Oleh karena itu, diperlukan
pendidikan dan upaya pemahaman perilaku oleh pengelola kepada penghuni dalam
keterkaitannyadenganperilakuyangmengarahpadapemeliharaanbangunanrumahsusun.



114

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

DaftarAcuan

A.Peraturan:
1. UndangUndangRINomor16Tahun1985tentangRumahSusun
2. UndangUndangRINomor4Tahun1992tentangPerumahandanPermukiman
3. UndangUndangRINomor28Tahun2002tentangBangunanGedung
4. PeraturanPemerintahNomor4Tahun1992tentangRumahSusun
5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.28
tahun2002tentangBangunanGedung.
6. KeputusanMenteriPekerjaanUmumNomor441/KPTS/1998tentangPersyaratanTeknis
BangunanGedung
7. Kputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS2000 tentang Ketentuan
TeknisPengamananTerhadapBahayaKebakaranpadaBangunanGedungdanLingkungan
8. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS2000 tentang Ketentuan
TeknisManajemenPenanggulanganKebakarandiPerkotaan
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis
FasilitasdanAksesibilitaspadaBangunanGedungdanLingkungan
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
PembangunanRumahSusunSederhanaBertingkatTinggi
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
PersyaratanTeknisBangunanGedung

B.Buku
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Departement Pekerjaan Umum,
bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency, 2007, Perencanan dan
PerancanganArsitekturRumahSusunSederhana,buku1,Konsep,Bandung
2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Departement Pekerjaan Umum,
bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency, 2007, Perencanan dan
PerancanganSistemStrukturRumahSusunSederhana,buku2,Konsep,Bandung
3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Departement Pekerjaan Umum,
bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency, 2007, Perencanan dan
PerancanganSistemUtilitasRumahSusunSederhana,buku1,Konsep,Bandung.
4. Juwana,S.Jimmy,2005,PanduanSistemBangunanTinggi,PenerbitErlangga,Jakarta.

115

Ischak, M.

C.HasilStudi
1. Laporan Hasil Peninjauan Lapangan Dalam Rangka Pemetaan (Mapping) Penyelenggaraan
Rusuna/Flat, 2006, Kedeputian Perumahan Formal, Kementerian Perumahan Rakyat

116

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

PermasalahandalamProsesPenghunianRumahSusunSederhana
sebagaiAkibatHilangnyaEmpatidalamPerancanganArsitektur

OlgaNauliKomala1

Abstrak
Tingginya angka backlog kebutuhan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) tidak
dapat diselesaikan pemerintah hanya dengan peningkatan jumlah rumah susun sederhana tanpa memperhatikan
kualitas unit hunian yang telah ada. Tulisan ini berusaha menganalisa pendekatan empati dalam mengatasi
permasalahan perancangan rusuna dengan melihat pada profil penghuni, pola berhuni termasuk ketiadaan
pemahaman empati dalam perancangan arsitekturnya. Pendekatan empati tidak hanya berdasarkan pada kondisi
yang ada saat ini, namun juga meliputi prediksi arsitek dan proses penyesuaian ruang yang terjadi selama
penghunian. Dengan adanya prediksi terhadap penyesuaian ruang maka adanya desain tambal sulam yang
dilakukan oleh penghuni diharapkan tidak lagi menurunkan kualitas ruang secara fisik termasuk kualitas hidup
penghuninya.
KataKunci:Empati,RumahsusunsederhanabagiMasyarakatBerpenghasilanRendah(MBR), Prosespenghunian,
Penyesuaianruang

Pendahuluan

EmpatisebagaiDasarPemahaman
Empati berasal dari kata einfhlung yang berarti suatu keadaan masuk ke dalam. Tichener
dalam Hkansson mengemukakan empati sebagai suatu proses translasi dari proses memanusiakan
suatuobjek(Hkansson,2003).Pattersonberpendapatbahwaempatiadalahsuatukeadaanatausituasi
pengandaian terhadap sesuatu di luar diri kita. Hal ini dapat menjadi positif jika pengamat secara
responsifterlibatdalampengeksplorasiandariapayangdiamatinyasesuaidenganpersepsi,emosidan
pengalamannya. Perbedaan antara pengamat dengan apa yang diamati dapat menjadi penghalang
dalam memahami sesuatu secara utuh dan keseluruhan (Patterson, 1985). Empati selalu memiliki
gagasan akanadanya kesadaran dan memiliki kapasitas untuk memiliki pemahaman dan mengerti sisi
subjektivitas dari orang lain. Empati juga tidak hanya berhubungan dengan pengalaman saat ini dari

1
StafPengajar,JurusanArsitekturUniversitasTarumanagara,olga@untar.ac.id&nauli.olga@gmail.com

117

Komala, O. N.

suatu proses conscious orang lain tapi jika memungkinkan juga melibatkan proses yang bersifat
unconscious serta melakukan prediksi terhadap pengalaman masa depan dari orang lain (Hkansson,
2003).Dalamhaliniempatimerupakansalahsatukonseppenghubungyangberkaitandenganproses
pemahaman secara menyeluruh dari pelaku pelaku yang berbeda, termasuk pola interaksinya yang
berlangsungdalamdimensiwaktuyangterusmenerus,baikmasalalu,sekarangdankemungkinanyang
terjadidimasadatang.

MetodeEmpatidanArsitektur
Empati dapat menjadi penghubung antara arsitek dengan pengguna ruang. Keberagaman
pengguna ruang mengharuskan arsitek dapat melintasi perbedaan. Arsitek juga harus dapat
menjembatani, menelusuri kebiasaan dan meramalkan prilaku pengguna ruang. Prediksi terhadap
prilaku penghuni dalam proses penghunian merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi
keberlanjutan dari ruang fisik terbangun dan penghuninya. Kegagalan dalam proses penelusuran
kebiasaan dan peramalan prilaku pengguna ruang ini akan berakibat pada terjadinya penyesuaian
pengguna ruang, baik dengan melakukan perubahan terhadap ruang sampai pada adanya proses
penyesuaian terhadap diri pengguna ruang itu sendiri. Hal ini muncul sebagai reaksi pengguna ruang
terhadap ketidaksesuaian ruang dengan kebutuhannya. Berbagai bentuk penyesuaian yang ada,
akhirnya dapat mengarah pada penurunan kualitas ruang atau kualitas hidup dari pengguna ruang.
Tanpaadanyakonsepempatidalamarsitekturmakapenyelesaianpermasalahanmelaluidesainhanya
akanmenyentuhpermasalahanluartanpamelihatakarpermasalahansecaralebihmendalam,sehingga
keberlanjutan karya arsitektur tidak tercapai. Kegagalan karya arsitektur dalam mengakomodasi
kebutuhanpenghunimerupakansuatubentukketiadaanempatidalamprosesperancanganarsitektur.

RumahTinggalBagiMasyarakatBerpenghasilanRendah(MBR)
Perbedaan latar belakang pengguna ruang baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya akan
berakibatpadaperbedaanfisikyangkontrasdalamruangberkegiatannya,mulaidariskalakecilsampai
padaskalayanglebihbesar.Jikadilihatdariparameterkemampuanekonomi,makaantaramasyarakat
mampudantidakmampumemilikiperbedaandalampemenuhankebutuhandasarnya.Rumahtinggal
merupakanbagiandarikebutuhandasarmanusia,baikituberupalandedhousingdanverticalhousing.
Faktor ketidakmampuan finansial ternyata menjadi masalah utama dalam penyediaan rumah
tinggalyanglayakbagimasyarakat.DatadariBiroPusatStatistik,tahun2011,mengungkapkanbahwa
setidaknya terdapat sekitar 11.097.80 jiwa penduduk miskin di Indonesia, dengan angka backlog

118

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

terhadap kebutuhan akan rumah di Indonesia telah mencapai 7.371.976 unit pada tahun 2011
(Kemenpera,2011).DiIndonesiasendirisetidaknyaterdapatseluas57.800hayangtergolongkedalam
permukiman kumuh (http://www.menkokesra.go.id/content/tahun2025indonesiaharusbebasdari
kawasankumuh). Sifat kumuh itu sendiri dapat berupa lingkungan permukiman yang mengalami
penurunankualitassecarafisik,ekonomidanbudaya,danlokasinyasesuaidenganrencanatataruang
wilayah kabupaten/kota (Kementerian Negara Perumahan Rakyat, 2010). Dalam perkembangannya
kemudian, kekumuhan itu sendiri tidak saja hanya berupa kumuh dalam arti horizontal, seperti yang
seringterdapatpadaperkampungankotanamunjugaberkembangdalampengertiankumuhdalamarti
vertikal,contohnyapadarumahsusunsederhana(rusuna)yangterbengkalai,tidakberpenghunisampai
yangmengalamidegradasidalamkualitasfisiknyaselamaprosespenghunian.
Tulisan ini mencoba untuk menelusuri proses empati yang hilang, dengan membatasi
permasalahan rusuna dalam hubungannya dengan perancangan arsitektur, terutama yang
mempengaruhi cara berhuni. Belajar dari kegagalan yang terjadi pada beberapa rumah susun
sederhana, penelusuran ini dimulai dengan penguraian permasalahan mulai dari identifikasi profil
sasaran penghuni rusuna, cara berhuni, sampai pada perubahan yang terjadi pada ruang ruang
berkegiatannya,untukselanjutnyamenentukancarapandangdanpendekatanperancanganyangsesuai
dengan latar belakang sosial, ekonomi dan budaya dari kelompok sasaran penghuni dan konteksnya
sehinggatercapaiperancanganrusunayanglebihberempati.

RumahSusunSederhanaBagiMBR
Penanganan kebutuhan akan tempat tinggal bagi MBR oleh pemerintah memiliki sejarah
panjang, mulai dari programperbaikan kampung sampai pembangunan rusuna.Kebijakan pemerintah
denganpembangunanrusuna,ternyatamenimbulkancukupbanyakmasalah,tidakhanyabagirusuna
itu sendiri, namun juga bagi kualitas hidup penghuni dan lingkungan permukiman di sekitarnya.
Permasalahan akan kurangnya perumahan bagi MBR tidak terselesaikan hanya dengan menekankan
kuantitastanpamelihatkebutuhanpenghuniyangsebenarnyaterhadapruanghunian,misalnyaseperti
yangterjadidenganProgram1000Tower.Kegagalanrusunadalammemenuhikonsephunianidealbagi
MBRtidakhanyaterlihatdaritingginyaangkaunithunianrusunayangkosongnamunjugapenurunan
kualitasruangyangberpengaruhpadapenurunankualitashiduppenghuninya,baiksecarafisikmaupun
psikologis. Oleh karena itu proses pemahaman permasalahan pada rusuna tidak dapat hanya melihat
unsur fisiknya saja. Jika kita melihat secara arsitektural, rusuna yang baru terbangun seolah tidak

119

Komala, O. N.

mengalami permasalahan. Permasalahan justru muncul selama proses penghunian. Hal ini terjadi
karenaadanyaprosesempatiyanghilangdalammemahamipenghunirusunadanpolaberhuninya.

PemahamanProfilSasarandanPenghuniRumahSusunSederhana
SasaranpenghunirusunaadalahwarganegaraIndonesiayangterdiridaripegawainegerisipil,
TNI/Polri, pekerja/buruh dan masyarakat umum yang dikategorikan sebagai MBR (Masyarakat
Berpenghasilan Rendah) serta mahasiswa/pelajar (Permen No 14 Tahun 2007, pasal 15 ayat 1). MBR
adalah masyarakat umum dengan penghasilan kurang dari Rp.2.500.000,00 per bulan (Kemenpera,
2011). Lebih lanjut Darrundono mengungkapkan bahwa kebanyakan rakyat Indonesia dari golongan
berpendapatanrendahbelumterbiasatinggaldirumahsusundikarenakanmasalahbudaya.Disisilain
perubahan budaya itu sendiri memerlukan waktu (Kompas, 2005). Hal ini didukung oleh survey Cirus
Surveyor Group (CSG), bahwa sekitar 93% dari 500 responden menyatakan tidak berkeinginan untuk
tinggal di rusuna, dengan alasan luasan bangunan yang tidak cukup untuk jumlah keluarga (22.82%),
kurang leluasa untuk bertemu tetangga (20,41%), kurang suka naik turun tangga (17.94%) dan sulit
untukmenjaditempatberkumpulkeluarga(8.87%).Darihasilsurveytersebutterlihatbahwapenghuni
rusunamemilikiketerikatansosialyangcukupkuatdengankeluargadantetangga.Merekamempunyai
kecenderungan berkumpul yang lebih besar. Penyamaan desain hunian vertikal antara MBR dengan
kelompok masyarakat lain tentu bukan merupakan suatu pemecahan yang baik, karena adanya
kebiasaandanpolakhususyangperludiperhatikandalamdesain.

PemahamanPolaPenghunianpadaRumahSusunSederhana
a. Perubahanstandardruanggerakpadaunithunian
Standardruanggerakuntuksuatuhunianyangsehatadalah9m2 perpenghuni.Namunkarena
keterbatasan finansial, maka dalam satu unit satuan rusuna dengan luasan sekitar 36m2, terkadang
dihuniolehlebihdarilimaorang.



Gambar1.SalahSatuSudutKamarUnitRusunaTambora,
2
Jakarta(luas30m dandihunioleh6orang)
Sumber:dokumentasipenulis,2011

120

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

b. Bertempattinggaldanbekerjapadatempatyangsama
Pemanfaatan rumah tinggal sebagai ruang usaha merupakan usaha yang dilakukan oleh MBR
dalam memaksimalkan ruang yang ada untuk mencari nafkah. Sarwono mengemukakan bahwa
pendudukkampungkumuhyangtempatpermukimannyasudahdiremajakanmenjadirumahsusundan
harustinggaldirumahsusunitumungkinakanmenggunakanruangtamunyasebagaikiosatauwarung.
Buat mereka makna ruang 2 x 3 m di bagian depan rumah bukan hanya untuk menerima tamu saja,
melainkan lebih baik untuk mencari nafkah karena sejak masih di permukiman kumuh fungsi depan
rumah mereka memang sudah untuk warung (Sarwono, 1997). Pengaturan bagian rusuna sebagai
tempatbekerjayangterpisahdariruangpribadi(hunian)sebenarnyatelahtercantumpadaPermen14
Tahun 2007 dan PP No 4 Tahun 1988. Dalam kenyataannya kemudian banyak penghuni rusuna yang
memanfaatkanruangkosongpadaunithuniannyatermasukruangruangbersamanyasebagaitempat
usaha.







Gambar2.PenggunaanRuangBersamasebagaiTempatUsahadiRusunTambora
Sumber:dokumentasipenulis,2011

c. Perluasankegiatandarikegiatanyangsifatnyapribadikeruangbersama
Ruangpribadiadalahruangruanghunianyangdimilikiataudisewaolehpenghuni.Sedangkan
ruangbersamamerupakanbagianbersamayangberuparuanguntukumum,ruangtangga,lift,selasar
harus mempunyai ukuran yang memenuhipersyaratan dan dan diaturserta untuk dapat memberikan
kemudahan bagi penghuni dalam melakukan kegiatan sehari hari baik dalam hubungan sesama
penghuni maupun dengan pihak pihak lain dengan memperhatikan keserasian, keseimbangan dan
keterpaduan(PPNo4Tahun1998,Pasal20).Keterbatasanluasandarimasingmasingunithunianini
mendorongparapenghuninyauntukberkegiatandiluarruangpribadinyatermasukuntukkegiatanyang
sifatnyapribadi.Terjadiperluasanruangpribadikeruangbersamasehinggabatasantararuangpribadi
denganruangbersamamenjadikabur.

121

Komala, O. N.




b


Gambar3.PenggunaanRuangBersamauntukKepentinganPribadidi
(a)RusunPenjaringandan(b)RusunTambora
Sumber:dokumentasipenulis,2011

d. Perubahankonsepberkegiatanpadaruangruangbersama
Konsep berkegiatan pada ruang bersama dalam rusuna diatur pemerintah melalui undang
undang, seperti yang terdapat dalam PP No 4 Tahun 1988, pasal 27, bahwa dalam rumah susun dan
lingkungannya harus disediakan ruangan dan/atau bangunan untuk tempat berkumpul, melakukan
kegiatan masyarakat, tempat bermain bagi anak anak dan kontak sosial lainnya, sesuai dengan
standardyangberlaku.Konsepruangbersamayangsemuladiperuntukanuntukkegiatansosialdalam
perkembangannyadisalahgunakanolehpenghunisebagaitempatusahadankegiatanlainnya.

e. Berkumpuldanmengelompok
Kecenderungan berkumpul dan mengelompok ini merupakan salah satu kebiasaan lama yang
dibawaolehpenghuniselamamerekaberadapadahunianlanded.

Gambar4.KegiatanBerkumpul/MengelompokdiRusunTambora
Sumber:dokumentasipribadi,2011

122

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

PendekatanPerancangandenganEmpatisebagaiDasarPemahamandalamKonteks
PenyesuaianRuang
Pemberian batasan dalam proses penghunian seperti yang diatur oleh undang undang,
ternyata tidak membatasi penghuni rusuna untuk melakukan perubahan pada ruang pribadi atau
bersama.Daripemaparanfaktadanpermasalahansebelumnyaterlihatadanyaperubahanperubahan
dalamruangruangfisikyangmengarahpadapenurunankualitasruangdankualitashiduppenghuni.
Berbagaiperubahaninimerupakanbentukpenyesuaianyangdilakukanolehpenghuniagarruangfisik
yang ada dapat sesuai dengan pola berhuni mereka. Proses pemahaman akan adanya penyesuaian
terhadapruangyangterjadiselamapenghunianmerupakansalahsatuprosesempatiyanghilangdalam
perencanaanrusuna.
Penyesuaian (adjustment) merupakan reaksi dari adanya tekanan dari luar yang tidak sesuai
untuk dirinya. Menurut Sarwono ketika manusia berada pada keadaan homeostatis (keadaan yang
paling seimbang yang paling menyenangkan bagi individu), maka manusia akan berusaha untuk
mempertahankankondisiini.Sebaliknyajikamanusiaberadadiluarbatasoptimalmakamanusiaakan
mengalami stress dalam dirinya dan oleh karena itu ia harus mengadakan berbagai penyesuaian diri.
Bentuk penyesuaian itu sendiri dapat berupa penyesuaian antara diri individu dengan lingkungannya
atau penyesuaian keadaan lingkungan pada diri individu (Sarwono, 1997). Penyesuaian berlangsung
dalamdimensiwaktutertentu.Identifikasipenyesuaianberikutmerupakanhasilpengamatanterhadap
berbagaipenyesuaianfisikyangdilakukanolehpenghunirusuna:
1. Penyesuaianterhadapelemenpembentukruang
Merupakan proses penyesuaian terhadap elemen pembentuk ruang fisik, temporer ataupun
permanen,baikyangmembatasiruangruangdalammaupunluar.Penyesuaianinidapatpulaberupa
penambahandanpengurangandarielemenruangyangtelahada,sampaipadaperubahanmaterialdari
elemenpembentukruang.
2. Penyesuaianterhadapbatasruang
Penyesuaian ini antara lain dapat dipengaruhi oleh perubahan sifat ruang, fungsi ruang, kegiatan
dan sebagainya yang akhirnya dapat mempegaruhi dimensi jarak, psikologi penghuni rusuna, dan
sebagainya.
3. Penyesuaianterhadapfungsiruang
Keterbatasan luas dalam rusuna memaksa penghuninya untuk melakukan penyesuaian terhadap
fungsi fungsi ruang, terutama dengan overlapping antar fungsi yang telah ada dengan fungsi yang
baru,perubahansifatfungsiruangdariyangsifatnyapribadikeumumatausebaliknya.

123

Komala, O. N.

4. Penyesuaianterhadapkegiatan
Perubahan konsep berhuni mengakibatkan terjadinya perubahan konsep kegiatan mulai dari
adanyaadaptasikegiatanlamadalamruangyangbarusampaihilangnyaataumunculnyakegiatanbaru
dalamruangyangbaru.
5. Penyesuaianterhadapdimensijarak
Keterbatasan luas dalam rusuna dan keterbatasan ekonomi dari penghuninya mengakibatkan
penyusutan dimensi standard ruang gerak dari penghuni yang akan mempengaruhi penghuni baik
secarafisikmaupunpsikologi.

Kesimpulan
Desain tambal sulam yang terjadi selama proses penghunian rusuna merupakan hasil dari
bentuk penyesuaian yang dilakukan penghuni sebagai reaksi terhadap tekanan yang datang dari luar
dirinya. Arsitek dalam hal ini kehilangan pemahaman akan empati selama proses perancangan rusun,
terutama dalam memahami pola dan konsep berhuni dari MBR. Faktor penyesuaian ruang fisik yang
terjadiakibatdaripolaberhunilamayangdibawakepolaruangyangbaru,seringtidakdisadaridalam
proses perancangan sehingga penghuni tidak diberi ruang yang sewajarnya dalam melakukan
penyesuaiandengancaraberhuninya.Pemaksaanpenyesuaianolehpenghuniterhadapruangfisikyang
adaakancenderungmenurunkankualitasruangsecarafisikkarenaruangruangfisikyangadatidak
siap untuk menghadapi penyesuaian tersebut. Perubahan yang terjadi karena penyesuaian yang
berlangsungsecaraperlahanmemberikanbanyakdampaknegatif,baikbagikualitaslingkungansecara
fisikdankualitashidupbagipenghunirusuna.Olehkarenaituempatidalamperancanganrusunabagi
MBR mengharuskan adanya pemahaman mengenei pengguna ruang dan pola berhuninya, termasuk
prediksiakanadanyapenyesuaianterhadapruangakibatadanyaperbedaanpolaberhuniselamaproses
penghunian. Dengan cara demikian arsitek akan dapat memahami proses perancangan secara
keseluruhan, sehingga dapat memberikan ruang bagi penghuni untuk melakukan penyesuaian tanpa
menurunkankualitasfisikruangdankualitashiduppenghunirusunasendiri.

DaftarPustaka
Hkansson,Jacob(2003),ExploringThePhenomenonofEmpathy,DepartmentofPsychology,Stockholm
University,Stockholm.

124

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

KementerianPerumahanRakyatRepublikIndonesia(2011),BukuSakuKementerianPerumahanRakyat
RepublikIndonesia,Jakarta.
KementerianNegaraPerumahanRakyat(2010),BukuPanduanKementerianNegaraPerumahanRakyat,
Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan (PLP2K BK),
Jakarta.
Patterson,C.H.,(1985),TheTherapeuticRelationship,CalifBrooks/Cole,Monterey.
PeraturanPemerintahNo.4Tahun1988,tentangRumahSusun
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat, No 06/Permen/M/2006, tentang
Pembangunan/PerbaikanPerumahanSwadayaMelaluiKredit/PembiayaanMikrodenganDukungan
FasilitasSubsidi
PeraturanMenteriNegaraPerumahanRakyat,Nomor14/Permen/M/2007,tentangPengelolaanRumah
SusunSederhanaSewa
Sarwono,SarlitoWirawan(1992),PsikologiLingkungan,Grasido,Jakarta.
http://www.menkokesra.go.id/content/tahun2025indonesiaharusbebasdarikawasankumuh,
diunduhpada1Februari2012
http://properti.kompas.com/read/2009/08/24/16512772/Survei.Mayoritas.Masyarakat.Enggan.Tinggal.d
i.Rusun,diunduhpada1Februari2011
www.pu.go.id/satminkal/itjen/hukum/km40302l1.pdf,diunduhpada5Februari2012

125

126

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KajianTeritorialitasPasardanPerilaku
StudiKasusPasarGentengBaruSurabaya

FaridaMurti1

Abstrak
Pasarsebagaiwujudruangmarginaldankomunalselalumenarikuntukmenjadiobyekkajian,terutama
perilaku penggunanya yaitu pedagang formal dan informal terkait dengan upaya membatasi wilayah atau
teritorialnya.Parapedagangformal,baikdengansistemsewaataumilikmemilikibataswilayahyangjelasdantegas
apabila dibandingkan dengan pedagang informal. Batas wilayah ini biasanya mereka tandai dengan meletakkan
barang dagangannya sedemikian rupa dan mudah dilihat oleh calon pembeli. Kesamaan barang komoditas di
wilayah sama, membuat pedagang melakukan usaha untuk membedakan dengan pedagang lainnya, bahkan
terkadang dengan memanfaatkan ruang terdekat dengan stand / kios atau losnya untuk wilayah ekspansi barang
daganganagarmudahterlihatolehpengunjung.Usahatersebuttentunyamembawadampakperubahanteritori.
Pasar Genteng Baru Surabaya menjadi obyek studi kasus guna mengkaji kaitan antara teritorialitas pasar terkait
perilaku penggunanya. Seting pengamatan terdiri dari hall / lobby lantai 2, selasar / koridor lantai 2, selasar /
koridorlantai3,danruangstand/kios.MetodepenelitianyangdigunakanadalahPlaceCenteredMapping,dengan
cara meneliti aktivitas dan kondisi fisik, spasial di seting yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, teknik
wawancara dan pengamatan secara berkala terhadap pedagang dan pembeli guna mendapatkan data yang
obyektif.Selanjutnyadatadianalisadenganmenggunakananalisakualitatifdeskriptifuntukmenariksimpulan.
Hasil yang didapatkan dari studi ini adalah adanya kecenderungan para pedagang untuk melakukan
ekspansi ruang publik seperti selasar / hall, untuk memperluas wilayahnya tanpa menghiraukan hak pengguna
lainnya.Halinimenyebabkanterjadinyaperubahanteritori.
KataKunci:Ruangpublik,Seting,Aktivitas

Pendahuluan
Pasar dipahami sebagai sebuah wadah tempat terjadinya proses jual beli, tukar menukar
barangdenganalattukar(uang)jugamenjaditempatpenjualanjasa.Pasar,sebagaitempattransaksi
barangdanjasa,menjaditempatberkumpulnyamasyarakatdariberbagailatarbelakangbudayayang

[1]
ProgramStudiTeknikArsitekturUntagSurabaya
faridamurti@gmail.com

127

Bintari, B.

beragam atau disebut kaum marginal Pasar biasanya identik dengan transaksi, sehingga ada yang
disebut pedagang dan pembeli (barang atau jasa). Berdasarkan proses transaksinya, pasar dibedakan
menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Pada pasar tradisional, proses transaksi antara pembeli
dan pedagang dengan cara tawar menawar, sedangkan pada pasar modern, pembeli tidak dapat
menawarkarenahargasudahditentukanolehpedagang.Tetapitidakjarang,pasartradisionaldikemas
seperti pasar modern dengan tujuan untuk memberikan kenyamanan kepada pembeli sekaligus
menjawab permasalahan yang diasumsikan bahwa pasar tradisional berkesan becek, kotor, bau.
Pedagangmemilikibataswilayahatauteritoriberupastandataupunlosdengansistemsewa,sementara
pengelolaannya diatur oleh PD Pasar dengan menarik retribusi kepada pedagang untuk biaya
pemeliharaan.
Dipasar,pedagangmemilikibataswilayahatauteritoriyangsudahditentukanluasannya.Batas
teritori ini, berupa dinding di stand/ kios, atau barang dagangan di stan los. Pemilik teritori biasanya
membuatpenandauntukmembatasiwilayahnya.Tidakmenutupkemungkinanpedagangmemilikilebih
dari satu los / kios. Pembagian teritori ini, biasanya dikelompokkan berdasarkan jenis komoditasnya.
Barang basah dipisahkan dengan barang kering, demikian juga barang kebutuhan pokok dibedakan
denganbarangkebutuhanprimeratautersier.DiPasarGentengBaruSurabayayangmerupakanpusat
penjualanbarangelektronikdanoleholehjugaadakomoditaskebutuhanpokok,teritoribarangdibuat
terpisah. Komoditas kebutuhan pokok diletakkan di lantai dasar, dengan pertimbangan kemudahan
pencapaian (aksesibilitas). Sementara di lantai atasnya, lantai 2 dan 3 untuk komoditas barang yang
bersifat sekunder dan tersier. Pembagian teritori yang demikian memudahkan pengunjung untuk
mencari barang dan jasa yang dibutuhkan. Tetapi tidak demikian halnya dengan pedagang. Kesamaan
jeniskomoditasantarpedagangmenimbulkanpersaingandiantaramereka.Parapedagangmelakukan
berbagaiusahauntukmenarikminatpembeli,salahsatucontohnyaadalahekspansi(perluasan)teritori.
Halinilahyangmenarikuntukdikaji,seberapabesarpengaruhekspansiteritoriiniberpengaruhkepada
pemanfaatan ruang publik atau ruang bersama, dan bagaimana pedagang ini mempertahannkan
teritorinya.

KonsepTeritorialitas
Teritori berarti wilayah atau daerah dan teritorialitas adalah wilayah yang dianggap sudah
menjadi hak seseorang. Dari uraian tersebut diatas, teritorialitas dapat diartikan sebagai suatu pola
tingkahlakuyangadahubungannyadengankepememilikanatauhakseseorangatausekelompokorang

128

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

atas suatu tempat atau suatu lokasi geografis. Pola tingkah laku ini mencakup personalisasi dan
pertahananterhadapgangguandariluar.
Julian Edney (1974) mendefinisikan teritorialitas sebagaii sesuatu yang berkaitan dengan ruang fisik, tanda,
kepemilikan, pertahanan, penggunaan yang eksklusif, personalisasi dan identitas. Termasuk didalamnya dominasi, kontrol,
konflik, keamanan, gugatan akan sesuatu dan pertahanan. Teritorialitas merupakan suatu tempat yag nyata, yang relatif
tetapdantidakberpindahmengikutigerakanindividuyangbersangkutan.

IrwinAltmandanMartinChemers(1975),mendefinisikankonsepteritori:
Teritorimemuatdaerahruangsebagaiyangditempati
Teritoridimiliki,dikuasai,ataudikendalikanolehsatuindividuatausekelompokmanusia.
Teritorimemuaskanbeberapakebutuhanataudorongansepertistatusdsb.
Teritoriditandaisecaranyataatausecarasimbolik.
Teritori punya unsur kepemilikan yang cenderung harus dipertahankan atau setidaknya lantas
timbulperasaantidaknyamanbilateritorinyaterlanggarolehoranglain.
SelanjutnyaAltman(1975),mengklasifikasikanteritorimenjadi:

1. TeritoriPrimer
Teritori primer adalah tempattempat yang sangat pribadi, hanya boleh dimasuki oleh orangorang
yang sangat pribadi. Teritori ini dimiliki oleh perseorangan atau sekelompok orang yang juga
mengendalikanpengunaantetitoritersebutsecararelatiftetap.
2.TeritoriSekunder
Teritorisekunderadalahtempattempatyangdimilikibersamaolehsejumlahorangyangsudahcukup
saling mengenal. Kendali pada teritori ini tidaklah sepenting teritori primer dan kadang berganti
pemakai,atauberbagipenggunaandenganorangasing.
3.TeritoriPublik
Teritoripublikadalahtempattempatyangterbukauntukumum.Padaprinsipnyasetiaporangberhak
menggunakanruangtersebut,selamatidakmelanggarperaturanyangberlakuditempattersebut.

SekilasPasarGentengBaruSurabaya
Pasar yang terletak di jalan Genteng Besar Surabaya ini, mulai dibangun tahun 1976 oleh
investorC.V.PandjiNugrahadandiresmikantanggal4Juni1977olehGubernurJawaTimurSoenandar
Probosoetedjo, dan pengelolaannya diserahkan kepada PD Pasar Kodya Surabaya tahun 1984. Sejak
awal berdirinya, pasar ini didisain sebagai pusat oleholeh Surabaya, tetapi karena adanya kebutuhan
akan tempat untuk menampung para mantan pedagang Pasar Turi setelah peristiwa kebakaran tahun

129

Bintari, B.

1980an, sekaligus untuk mengisi stand lantai dua dan tiga yang terdiri dari 1.169 stand. Bangunan 3
(tiga) lantai dengan luas total 11.154 m2, dengan luas lantai masingmasing 3.718 m2terbagi menjadi
standstandnya terdiri dari kios sebanyak 599 buah (lantai satu terdiri dari 227 kios, lantai dua terdiri
dari269kiosdanlantaitiga103kios),505losdanpelataran.Berdasarkanjenisbarangdanjasa,lantai
satu menjual kebutuhan pokok sepertiberas, buah, sayur, meracang, ikandaging. Lantai duadan tiga
didominasibarangelektronik,serviselektronik,depot.Selainitujugadilengkapidenganfasilitasparlir
(365m2),mushalla,MCK,baksampah.
Lokasinyayangterletakdijantungkota,memudahkanaksesdarisegalapenjurukota,mudah
dicapaibaikangkutanpribadiatauangkutanumum.Namunseiringperkembanganjaman,pasarinitidak
lagimenjadipusatjajanan,melainkansebagaipusatpenjualandanservisperalatanelektronik.Adapun
batas wilayah sebelah Utara, permukiman penduduk, sebelah Selatan jalan Genteng Besar, sebelah
BaratjalanGentengDurasimdansebelahTimurpertokoan.


Gambar1:TampakDepanPasarGentengBaruSurabaya

MetodePenelitian
LokasipenelitianadalahPasarGentengBaruSurabayayagterletakdijalanGentengSurabaya.
Adapunsetingyangakanditelitiadalahruangpublikberupahalllantai2,ruangkoridor/selasarlantai2
dan3,danruangprivatstand/kios.
Metode penelitian yang digunakan adalah Place Centered Mapping, dengan cara meneliti
aktivitas dan kondisi fisik, spasial di seting yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, teknik
wawancaradan pengamatan secara berkala terhadap pedagangdan pembeli gunamendapatkan data
yang obyektif. Selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan analisa kualitatif deskriptif untuk
menariksimpulan.

130

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

AnalisadanPembahasan
1. Ruangselasar/koridorlantai2
Ruangselasar/koridorlantai2yangterletakdidepanstand/kios,dimanfaatkanolehpedagang
pemilik stand untuk tempat mendisplay barang dagangannya. Area yang digunakan hampir setengah
lebar koridor,sehingga arus pengunjung sedikit terhambat, karena terjadi penyempitan jalur sirkulasi.
Ekspansi yang dilakukan oleh pedagang ini, merubah klasifikasi teritori yang semula teritori publik
menjadi teritori sekunder. Pembatasan teritori, berupa barang dagangan seperti salon speaker, kursi
untukpengunjungataubarangdaganganlainnya.Namundemikian,ekspansiyangdilakukanpedagang,
tidak menyamping ke stand disampingnya (meskipun tutup), melainkan cenderung kedepan stand
(koridor).


Gambar2:Sketsateritoriruangstand/kiosGambar3:SuasanaSelasarPasardilantai2
danselasarlantai2


Gambar4:SuasanaSelasarPasardilantai2




2. Ruangselasar/koridorlantai3

131

Bintari, B.

Seperti halnya koridor / selasar lantai 2, perilaku pedagang terkait teritori memiliki
kecenderunganyangserupa.Untukmenarikminatpengunjungmendatangistand/kiosnya,pedagang
melakukan ekspansi ruang didepannya dengan meletakkan sebagian barang dagangannya dikoridor /
selasar, agar mudah dikenali oleh pengunjung. Lantai 3 ini, didominasi oleh pedagang elektronik dan
servise.Suasanadikoridor/selasarrelatiflengang,karenasebagianstand/kiostutupdanpengunjung
yang datang kepasar ini lebih banyak melakukan transaksi jual beli barang elektronik bukan servis.
Kecenderunganuntukekspansiruang,menyebabkanadanyapergeseranteritori,yangsemualabersifat
publikmenjadisekunder.


Gambar5:Suasanaselasar/koridorpasarlantai3




3. Ruanghalllantai2

132

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Ruang hall di lantai 2 yang memiliki ruang yang luas dan merupakan ruang sirkulasi berupa
eskalator (sudah tidak difungsikan lagi), merupakan area yang aksesibel menuju ruang diatas atau
dibawahnya. Ruangan ini dimanfaatkan oleh pedagang informal untuk berjualan remote. Pedagang
membuat teritori dengan menggelar daganganya dilantai dengan menggunakan alas sebagai batas
teritorinyasekaligusuntuktempatmeletakkanbarangdagangannya.Pedagangmenghadaplangsungke
araheskalator,dengantujuanagarmudahdikenaliolehcalonpembelidanpengunjungpasar.Daerah
yangditempatipedaganginitidakpermanen,dansewaktuwaktuadapenertiban,barangdagangannya
dengan mudah dikemas dan membawanya meninggalkan seting yang telah digunakan sebelumnya.
Padakasusini,teritoriyangsemulamerupakanteritoripublikberubahmenjaditeritorisekunderatau
primer.

Gambar6:SketsateritoriruangHalllt.2Gambar7:Suasanaruanghalllantai2

4. Stand/KiosPedagang
Stand / kios pedagang memiliki batasan yang jelas dengan akses dan orientasi ke selasar /
koridorjalursirkulasididepannya.Akseskejalursirkulasiutamapalingdiminatiolehpedagang,karena
palingramaidilewatiolehpengunjung.Untukitu,parapedagangberusahamenarikminatpengunjung
dengan melakukan ekspansi ke ruang sirkulasi tersebut. Kecenderungan yang terjadi, pedagang
meletakkankursisebagaifasilitasbagipembelidalammelakukantransaksiataumemilihbarang.Kursi
tersebut seolaholah merupakan penandaan teritori. Dengan demikian,terjadi perubahan nilai teritori
primermenjaditeritorisekunder.

133

Bintari, B.


Gambar8:Sketsaruangstand/kiospedagangGambar9:Suasanaruangstandlantai2

Tabel1:Aktivitasdanteritori
Seting/Ruang Aktivitasdi Aktivitasdi Aktivitasdi IndikasiPerubahan
Teritoripublik Teritorisekunder Teritoriprimer seting
Koridor/selasarlt.2 Seting ini digunakan Pemanfaatan seting Tidakada Ada perubahan dari
sebagai jalur sirkulasi untuk meletakkan publik menjaji
pedagangdanpembeli display barang sekunder
dagangan
Koridor/selasarlt.3 Seting ini digunakan Pemanfaatan seting Tidakada Ada perubahan dari
sebagai jalur sirkulasi untuk meletakkan publik menjaji
pedagangdanpembeli display barang sekunder
dagangan
Hall/lobbylantai2 Seting ini digunakan Pemanfaatan seting Seting ini digunakan Ada perubahan dari
sebagai jalur sirkulasi untuk meletakkan olehpedaganginformal publik menjadi
pedagangdanpembeli display barang sekunderdanprimer
dagangan
Stand/kios Tidakada Beradadijalursirkulasi Seting ini digunakan Ada perubahan dari
di depan stand/kios olehpedagang primer menjadi
sebagai tempat untuk sekunder
melakukan transaksi
denganpembeli.

Dari hasil analisa terhadap keempat seting diatas, maka didapatkan adanya kecenderungan
perubahan teritori. Teritori publik berubah menjadi sekunder atau primer. Perubahan tersebut tidak
saja diakibatkan oleh perilaku pedagang, melainkan juga karena disain pasar yag memungkinkan
terjadinya penyimpangan perilaku. Disain stand yang seragam bentuk dan ukurannya, tidak
memungkinkan untuk jenis komoditas barang yang berbeda wujud, ukuran dan perlakuannya. Selain

134

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

jenis barang dagangannya, alangkah pentingnya mengenali calon pedagang yang akan menempati
ruangruang pasar tersebut. Untuk itu studi perilaku terkait dengan disain sangat dibutuhkan diawal
perencanaan sebuah pasar. Dengan mengenali budaya terkait perilaku calon pengguna akan
membuahkan sebuah disain yang khas dan unik. Sehingga bisa jadi disain pasar akan beragam
tergantungdarinilailokalitasdisampingjeniskomoditasbarangyangakandiperdagangkan.

Kesimpulan
Pedagang formal yang memiliki stand / kios, memiliki kesamaan perilaku yaitu memindahkan
sebagianbarangdagangannyakearahkoridor/selasaryangdigunakanuntukjalursirkulasipengunjung.
Akibatnya terjadi penyempitan jalur dan menghambat gerak pengunjung. Perilaku tersebut
dimaksudkanuntukmenarikpengunjung(visibilitas)untukmelihatdanmembelibarangataujasayang
ditawarkan. Kesamaan bentuk dan ukuran stand / kios juga menjadi salah satu kendala pengenalan
tempat bagi pengunjung, sehingga barang dagangan yang digelar di koridor dapat menjadi
penanda.Sementara pedagang sektor informal, memanfaatkan ruang publik seperti hall untuk
menggelar dagangannya, dengan konsep teritorialitas berupa alas tempat berjualan. Posisi yang
dianggap strategis adalah pada pertemuan jalur sirkulasi vertikal dan horisontal. Tujuan agar mudah
dikenali(visibilitas)menjadiyangutama.
Adanya indikasi perubahan nilai teritori hampir sebagian besar dilakukan oleh pedagang.
Teritori yang semula publik seperti ruang koridor / selasar, menjadi teritori sekunder. Teritori primer
ruang stand / kios, karena kebutuhan luasan ruang yang kurang memadai, disulap oleh pedagang
dengan mengambil sebagian ruang selasar / koridor yang ada didepan standnya menjadi teritori
sekunder. Untuk membatasi wilayahnya, maka dihadirkan benda / benda atau alas barang dagangan
sebagai batasannya. Pembiaran ini seolah menjadi hal legal dan lumrah dan tidak ada tindakan dari
pengelola pasar. Terjadinyapergeserannilai teritori ini, menjadi sebuah keniscayaan karena tidak ada
perubahan dari hari kehari. Hal ini seolah tidak disadari oleh para pedagang, karena akibat ulahnya,
pengunjungdirugikan.Untukitukesadaranakanhakoranglainmenjadikuncikenyamananberaktivitas
diruangpublik.

135

Bintari, B.

DaftarPustaka
Altman, Irwin[1975],The Environment and SocialBehaviour : Privacy, Personal Space, Territory and
Crowding.Brooks/Cole,MontereyCalifornia.
DeddyHalim,Ph.D[2005],PsikologiArsitektur,PengantarKajianLintasDisiplin.Grasindo,Jakarta
Holahan,CJ[1982],EnvironmentalPsikology,RandomHouse,NewYork.
Lang,Jon;editor[1974],DesigningforHumanBehavior:ArchitectureandtheBehavioralSciences
Lang,Jon[1987],CreatingArchitecturalTheory:TheRoleoftheBehaviorSciencesinEnvironmental
design,VanNostrandReinhold,NewYork.
Muhadjir,Noeng[2000]MetodePenelitianKualitatif.PenerbitRakeSarasin,Yogjakarta.
kelompokkelompok.
5.Teritoriberhubungandengankepuasanterhadapkebutuhan/
doronganatas
Http://www.ar.itb.ac.id/wdp

136

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

RumahDomeNewNglepenYogyakarta:BukanSebuahPendekatan
PerancanganyangBerempati

BerthaBintari,ST.,MT.,MAID1

Abstrak
Suaturancanganakanmempengaruhiperubahanperilakupenggunanya.Danberlakusebaliknyaperilaku
pengguna akan mempengaruhi bagaimana sebuah rancangan dibuat. Perubahan perilaku seringkali merupakan
pemaksaaan dari pada sebuah usaha untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Proses menyesuaikan diri dan
menyelesaianterhadap masalah dalam rancangan dikarenakan pengguna yaitu manuisa adalah secara alami
merupakan mahluk yang memiliki kemampuan mengadaptasi hal hal baru. Perubahan perilaku tidak selalu
merupakan perubahan yang dapat diamati secara fisik, tetapi sering merupakan perubahan secara psikologis.
Dengan perancangan yang memahami kebutuhan pengguna dari sisi ikut mengalami interaksi dan pengalaman
pengalaman karena suatu rancangan, akan membantu perancang untuk merancang dengan lebih tepat terhadap
pemenuhan kebutuhan pengguna. Pendekatan perancangan dengan pemahaman akan kebutuhan pengguna
tersebut merupakan perancangan yang menggunakan pendekatan empati. Pendekatan perancangan berempati
merupakanperancangandenganpendekatankepadapemusatanterhadappengguna.Aspekyangperludiperhatikan
dalamperancangandenganempatiadalahaspekpsikologissebagaiefekdarirancangantersebut.

Pendahuluan
Merancang dengan empati, adalah merancang dengan menjadikan diri sebagai bakal
penggunanya.Prinsip berempati adalah ikut serta mengalami sebuah kejadian, mengamati dan tidak
langsungmenghakimidengandalildalilpengetahuan.Prinsipempatitidaksamadenganprinsiplogika,
sebabdanakibat.Prinsipempatidiawalidenganpenerimaansesuatukejadiansebagaisebuahhalbaru
yang harus dipahami dengan cara baru yang berbeda dari yang sudah pernah diketahui sebelumnya.
Tentusajamenerimasesuatukejadianakanmembuatkebingunganyangtidaknyaman.Tetapisetelah
proses menerima , tanpa menghakimi terlalu dini akan memberikan pemahaman tentang kejadian
tersebut,secaralebihterang.Danmemilikikebaruancarapandangdarisisiyangberbeda.Padaproses
tersebut maka pemahaman awal akan memberikan peluang mendapatkan pengetahuan yang lebih
banyakdanbaru.

1
DosenFakultasArsitekturdanDesainProduk,UKDW,Emailbertha_bintari@ukdw.ac.id

137

Bintari, B.


MetodeMerancangdenganEmpati
Desain merupakan upaya memecahkan kesenjangan kebutuhan dengan memenuhi standar
ideal yang diharapkan. Bagian perbagian dari sebuah rancangan merupakan hasil pengolahan kreatif
atas usaha memenuhi standar ideal tersebut. Pendekatan perancangan yang didapatkan dengan
penelitianmelibatkanbanyakaspekyangberpengaruhterhadaphasilperancangantersebut.Penelitian
dalamsebuahdesainadalahupayamelihatsuatukebutuhandikarenakanadanyakesenjangansehingga
suatupermasalahanpadapenggunatimbul.
Pada dasarnya manusia diberi kemampuan memecahkan masalah dengan cara yang sederhana dan
kreatif. Kreativitas menyelesaikan masalah inilah yang perlu dikembangkan sebagai suatu metode
perancangan yang memberikan kemungkinan pengguna mengeksplorasi kemungkinan kemungkinan
menyelesaikanmasalahdenganpenyesuaianterhadapkebutuhanmasingmasing.
Perancangseharusnyamampumenyesuaikankeseimbanganketercapaiantujuandanmanfaat
dengankemungkinanpenggunamengeksplorasi,mengadaptasidansecarakreatifmenggunakankarya
desainyangdirancangnya.
Memanusiakanmanusiadengantidakmengeksploitasiataumengaturpenggunadalamhasilrancangan
menjadisangatpenting.Penggunaakanlebihmerasaterlibatdidalamprosesnyadanakanmemperkaya
inovasi untuk pengembangannya dengan memberikan pengujian dan gagasan yang berdasarkan
kebutuhanmereka.
Metodeperancanganempatidiperlukanuntukdapatmerancangsesuaidenganpenggunanya
berdasar pengalaman dan penerimaan terhadap suatu fenomena kejadian yang memunculkan
kesenjanganmasalahdesaintersebut.Empatiuntukmerasakandanmemilikipengalamansebagaimana
pengguna akan memberikan jalan untuk mencari solusi desain secara kreatif. Hubungan kreatifitas
perancang dengan kreatifitas pengguna akan menghasilkan pengembangan desain baru yang inovatif
dan lebih memenuhi apa yang dibutuhkan oleh penggunanya. Proses merancang dengan empati
memerlukan waktu dan proses yang lebih panjang namun justru di akhir pencarian solusinya lebih
memberikankemungkinanmemudahkanberpikirsistematisyangmerupakanmetodekreativitasdalam
perancangan.
Perancangan dengan empati juga merupakan perancangan yang melibatkan aspek psikologis
manusia sebagai pengguna. Selain melibatkan psikologis pada awal prosesnya kelak desain akan
mempengaruhi psikologis pengguna, perilaku pengguna dan kebiasaan pengguna.Manusia pada
dasarnyamemilikikemampuanadaptif,kemampuanuntukmengadaptasikandiridengandanterhadap

138

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

lingkungannya. Kemampuan memodifikasi dan menyelesaikan suatu masalah dengan cerdas menjadi
pertimbangandalamperancangan.
Perancanganempatipadadasarnyamempunyaitujuanuntukmemusatkantujuanperancangan
kepadakebutuhanpengguna(UsercenteredNeeds).Denganempatimakaperancangakanmemahami
kondisipenggunahasilrancangannya.Denganpemahamaninimaka,perancanganakanlebihmemenuhi
kebutuhanpenggunadanmemenuhifungsionalbagikegiatanpengguna.
Empati , sebagai tahap paling awal dalam proses perancangan menurut Tim Brown adalah
tahapan inspirasi. Empati merupakan bagian penting social competency (kemampuan sosial).Empati
jugamerupakansalahsatudariunsurunsurkecerdasansosial.Iaterincidanberhubunganeratdengan
komponenkomponen lain, seperti empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan pengertian
sosial. Empati dasar yakni memiliki perasaan dengan orang lain atau merasakan isyaratisyarat emosi
non verbal.Penyelarasan yakni mendengarkan dengan penuh reseptivitas, menyelaraskan diri pada
seseorang. Ketepatan empatik yakni memahami pikiran, perasaan dan maksud orang lain dan
pengertiansosialyaknimengetahuibagiamanaduniasosialbekerja(Goleman,Daniel,2007:114)
Dengan memahami kondisi dan situasi orang lain dalam hal ini calon pengguna, maka faktor
bias harus dihilangkan. Bias dalam hal ini adalah menghakimi sesuatu keadaan orang lain dengan
menggunakan sudut pandang diri sendiri. Bias disebabkan karena keinginan diri terhadap sesuatu
masalah dengan memberikan solusi secara terburu buru sebelum memahami masalah yang
sebenarnya. Proses bias terjadi ketika sedikit gejala dalam sebuah permasalahan terburu buru
dihakimi dengan pengetahuan pengetahuan empiris dari sudut pandang diri. Padahal untuk
memahami masalah sebenarnya terjadi, proses pemahaman harus melalui proses menerima
sepenuhnya,membiarkandiri,danrendahhatiuntukmengalamibersama.
Penelusurandenganpengamatandanberinteraksidengancalonpenggunamaupunpengguna
lamaakanmembantumenemukanbagaimanacaramemandangmasalahdarisudutpandangpengguna
penggunatersebut.Pengamatanseringkaliharusdilakukantidakhanyaoleharsitekatauperancangnya,
tetapi merupakan suatu kerjasama terintegrasi dari bidang keilmuan lain, seperti antropologi dan
sosiologi.
Pengamatan dengan metode partisipatoris akan lebih mendapatkan fakta riil tentang
bagaimana pengguna berinteraksi dengan rancangan tersebut. Pengamatan yang detil akan
mengakomodasi bahkan tentang sebuah penjelasan tentang adanya masalah yang mungkin tidak
ternyatakanketikamenjawabpertanyaandalamwawancara.Dalamhaliniperancangandenganempati

139

Bintari, B.

dilakukansebelumtahapperancangansebagaitahappengidentifikasiankebutuhanpenggunamaupun
ketikasuatumodelatauprototyperancangandiujicobakankepadapengguna.
Pernyataan masalah terhadap suatu rancangan yang tidak ternyatakan dalam suatu
wawancaradapatdiamatimelaluibagaimanaekspresi,daninteraksiyangterjadiketikapenggunatidak
sedangdikondisikanuntukpenelitian,tetapimelaluipengamatanketikapenggunamelakukankegiatan
secara normal sehari harinya. Pengamatan juga akan melengkapi data tentang aktivitas pengguna
ketika pengguna secara alami dan intuitif melakukan pengadaptasian, atau melakukan penyesuaian
terhadap masalah yang ditemuinya dalam rancangan tersebut.Hal ini sering kali menjadikan suatu
masalah adalah tidak masalah ketika diwawancarai. Perancangan dengan empati bertujuan untuk
memenuhi manfaat rancangan sebaik baiknya dengan pendekatan kepada kepentingan pemenuhan
kebutuhan pengguna. Pemahaman terhadap Kebutuhan pengguna dengan pendekatan empati adalah
sebuah usaha perancangan yang lebih lengkap melingkupi keterpenuhan kebutuhan fisik dan
psikologisnya.TeoriArsitekturpsikologismenyatakanbahwasebuahlingkunganbinaanyangdirancang
untukmemenuhipersyaratanfungsional,strukturaldanestetisyangtepatakanmempengaruhiperilaku
dan pengalaman pengalaman psikis penggunanya.Pengalaman pengalaman psikis diperoleh dari
stimulusdidalamrancangantersebut.StimulustersebutantaralainmenurutProshansky(1974)meliputi
tidakhanyacahaya,suara,suhu,bentuk,warnadankepadatan,terhadapobyekobyekfisiktertentu,
tetapi merupakan kompleksitas yang terdiri dari hubungan lingkungan terhadap penghuni, interaksi
antarpenghunidanaktivitasnya.
Pendekatanterhadapefekpsikologisdarisebuahrancanganpentingdiperhatikansebagaisalah
satu komponen dalam perancangan dengan empati. Bangunan yang memenuhi fungsionalnya secara
fisik belum tentu memenuhi secara psikologis penggunanya. Perubahan perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh sebuah rancangan merupakan efek perubahan secara psikologis pengguna terhadap
suatu rancangan.Pengalaman pengalaman baru dialami oleh pengguna dalam interaksinya dengan
rancangan. Pengalaman untuk beraktivitas dan berinteraksi mempengaruhi cara berperilaku dan
meresponrancangantersebut.Empatidalamhalinidiperlukanuntukmemahamipengalamaninteraksi
denganrancangantersebutsecarapengalamanpsikologiskarenaseringkalitidakdapatterlihatlangsung
secarafisik.Empatiakanmembantumemahamikomponenkomponenpsikologisyangmempengaruhi
suaturancangan,yangtidakterlihatdantidakternyatakandalampengamatansecarafisik.

140

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

StudiKasusPembangunanRumahDome
PembangunanrumahuntukrelokasipendudukyangterkenaGempaYogyakartatanggal26mei
1996didesaNgelpen,Yogyakartasempatmenuaiberbagaitanggapan.Tanggapandatangdariberbagai
pihak yaitu arsitek, antropolog, sosiolog dan kalangan masyarakat. Perdebatan antara lain tentang
ketidak sesuaian bangunan tersebut terhadap lokalitas budaya berrumah jawa, ketidaksesuaian
arsitekturbangunan,sertaketidaksesuaiansecarafisikterhadapiklimlocal,tropis.Padapembahasan
tulisanini,analisisdilakukanterhadaptanggapanpascahunirumahdomediNewNglepen,diluardari
perdebatan tentang aspek bangunan arsitektur tradisional dalam budaya Jawa. Pembahasan akan
ditekankan kepada kenyamanan hunian terhadap aspek fisik dan psikologisnya. Meskipun sebenarnya
ketidaksesuaian arsitektur bangunan juga merupakan aspek yang memepengaruhi psikologis
penghuninya, namun dalam hal ini pembatasan diperlukan untuk lebih memusatkan diri pada
kebutuhanpengguna dalam rangka mengadaptasi danberinteraksi lebihbaik terhdap rancanganyang
sudahada.
Pembangunan rumah dome merupakan bantuan dari Fisiknya dikerjakan DFTW sedang
biayanya disediakan WANGO. Banyak pihak menilai bahwa pada waktu pembangunannya masyarakat
tidakdiajakuntukmendiskusikantentangkebutuhanmereka.Kondisiterpaksamembuatmasyarakat
harusmenerimakondisidansituasitesebut.
Beberapa hal ditemukan adalah bahwa bentuk, bahan bangunan dan arsitektur yang tidak
sesuaidenganiklimYogyakartamembuatpenghunitidaknyamantinggaldalamrumahtersebut.Secara
fisikbangunandomememilikidenahbulat,dindingdilengkapipintudanjendelatanpatritisan,bagian
atas dilengkapi lubang ventilasi. Bentuk konstruksi dome yang membulat menyebabkan air hujan
mengalir langsung di sepanjang dinding dari kubah sampai ke tanah. Ini berarti bahwa pintu,
jendela,termasuk kusen yang semuanya terbuat darikayu secara frontal terkena langsung efek dari
musimtahunan.Jikadimusimpenghujansepertiini,merekaterkenaterpaananginsekaligusairyang
membasahirumah.Dimusimpanas,sengatansinarmatahariakanlangsungmasukkepintujendelaitu.
Dimusimpenghujanrataratakeluhanyangdirasakanpenghuniadalahmasukknyaairhujandaribagian
atasdome,merembesnyaairdariselaselaubinlantaisampaisetinggimatakakidantampiasairhujan
masukmelaluiventilasi/bovenlichtjendeladanpintu.Padamalamhariudaraterasapengap,namun
penduduktidakmaumembukajendelakarenaseranggadannyamuksangatmengganggumereka.


141

Bintari, B.

Tabel1..Jeniskeluhanterhadapfisikbangunan
No. Jeniskeluhanfisikbangunan
1. Atasbangunanbocor
2. Tampias,airmasukrumah
3 Dindingbocor
4 Lantaiterendamrembesanairdaribawah
5 Luasandenahrumahsempit
6 Bentukruangmenyulitkanaktivitas
7 Dindingberembun,lembab
Sumber:analisispenulisdaridatalapangan

Tabel2.jeniskeluhanpsikologis
No JenisKeluhanpsikologis
1. Kenyamanansuhu(panasdidalamdangersang,pengap)
2 Kenyamananprivasi(KM/WCkomunal)
3 Kenyamananbersosialisasi(tidakdekatkerabatnya)
4 Kenyamanan beraktivitas (ruang sempit untuk acara
bersosialisasi,dapurtidaksesuaikebiasaandanekonomi)
5 Kenyamanan ekonomi (biaya hidup lebih mahal, tidak dpt
bertani)
6 Kenyamananvisual(silau,bentukaneh)
Sumber:analisispenulisdaridatalapangan

Tabel3.Keluhanterhadapketersediaanfasilitasdanlingkungan
No. JenisKeluhan
1 Airmudahdidapatkantapikotordanbau
2 Jenistanahliatmenyulitkanuntukbertanam
3 Km/wcbersamadanjauhdarirumahtinggal
4 Tidakmemudahkanuntukmengawasianak
5 Tidakmemudahkanmemasak
6 Ruangkurangbanyak
7 Terlalurapidanteratur,tidakcocokuntukorangdesa
8 Fasilitasalatsanitertidaksesuaidgkebiasaan
9 Tidakadakandangdangudang
Sumber:analisispenulisdaridatalapangan

142

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Untuk mengatasi kelemahan desain ini, beberapa rumah terlihatsudah direnovasi. Paling
banyakadalahmenambahkankanopidipintudanjendela.Beberapaterlihatmenambahkanbangunan
dari kayu berbentuk limasan yang menempel langsung di dinding rumah dome itu. Proses adaptasi
menyeluruhbagiwargayangmenjadipendudukpermukimantersebutberlangsunglambat.Penduduk
asli desa Sengir (ngelepen lama) lebih memilih tinggal di rumah lama mereka, selain lebih luas, lebih
teduh, dan lebih dekat dengan sawah atau ladang serta ternaknya.Mengingat tradisi bermukim
penduduk desa yang bersifat agraris di kawasan tropis, dan lingkungan tradisi adat desa Jawa banyak
wargayangcukupkesulitanuntuktinggaldipermukimanini.Sebagaicontoh,wargayangsebagianbesar
pencahariannya adalah sebagai petani di sawah dan ladang, mereka membutuhkan kandang tempat
ternak mereka, dimana di perumahan ini tidak disediakan lahan yang cukup untuk kandang tersebut.
Selainitumodulrumahkubahyangsempittidakbisamengakomodasikankebutuhanakanruangruang
fungsional bagi warga. Sistem struktur sosial warga pedesaan yang setiap rumah biasanya dihuni oleh
beberapakepalakeluargayangmasihdalamsatugarisketurunan,kondisirumahkubahyangsempitini
tentusajakurangmemadai.


Gambar.1.LingkunganrumahDome,NglepenBaru(doc.penulis)

Pengadaptasian yang berat untuk penduduk adalah tentang kegiatan memasak.Keberadaan
dapurbersih dalam rumah dome ini kurang mengakomodasi perilaku seharihari warganya. Penduduk
desamasihbiasamenggunakantungkukayu,tapidirumahdomeinitidakadadantidakdiperbolehkan
untuk menggunakan alat ini. Banyak warga yang masih tetap menggunakan tungku kayu dengan
membangundapurkotortambahandihalamanbelakangyangmenyatudenganrumahdome,sebagai
pengembangan bangunan itu sendiri namun dalam taraf semi permanen.Penggunaan tungku kayu
dikarenakankompordengangasatauminyakmasihrelatifmahalbagimereka.

143

Bintari, B.

Tabel4.Perubahanbangunan
No JenisPerubahanBangunan
1 Penambahanteritisan
2 Penambahanteras
3 Penambahanbangunanuntukdapur
4 Penambahanawarung
5 Penambahanuntukcuci,kmdangudang
Sumber:analisispenulisdaridatalapangan

Permasalahan lain adalah tentang kamar mandi. Kamar mandi yang sifatnya komunal dinilai
terlalusempit.Selainituadalahkarenakamarmanditerpisahdarirumahperkeluargadanberjarak,akan
menyulitkanketikamalamharidanketikamusimpenghujan.Kebutuhankamarmanditidakhanyauntuk
aktivitasmanditetapipendudukjugamembutuhkansebagaifasilitasuntukmencucipakaian.
Perkembangan pada saat ini, menunjukkan bahwa sebagian penduduk yang semula merasa
aneh dengan bangunan tempat tinggalnya kini mulai bisa beradaptasi. Dari penelitian, ternyata
ditemukanbahwakecenderunganpendudukyangmampuberadaptasidenganlingkunganhuniannnya
yang baru adalah penduduk pendatang atau bukan penduduk asli dari desa sengir/Ngelepen
lama.Penduduk yang beradapatasi memanfaatkan lingkungan baru tersebut yang telah dipromosikan
sebagai daerah tujuan wisata baru, dengan membuat rumah dome sebagai warung, tempat meeting
bahkanuntuklivein.
Kualitashidupmanusiadalamkomunitashuniantidakhanyadipengaruhiolehkepuasanatau
kenyaman secara fisik saja, tetapi juga sangat dipengaruhi kondisi sosial lingkungannya. Lingkungan
sekitarmerupakanfaktoreksternalsepertikomunitas,tetanggadankotaitusendirisebagaipenunjang
aktifitas. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang secara personal yang meliputi
pengukuran atau penilaian individu mengenai kehidupannya, tingkat kepuasannya, kenyamanan,
kebahagiaandanprioritasindividuyangsemuanyasangattergantungdarikarakteristikseseorang(Yuan,
etall,1999).
MenurutKanedalamYuan,etal,1994:4bahwakomponenkualitashidupdibagikedalam11
bagian : 1). Keamanan, 2). Ketenangan fisik, 3). Kepuasan, 4). Kegiatan yang bermanfaat, 5). Pola
hubungansosial,6).Keahlianyangbermanfaat,7).Kedudukan,8).Privasi,9).Kepribadian,10).Otonomi,
dan11).Keimanan.
Mengetahuiefekdarisuaturancanganterhadaptujuannyamerupakansebuahevaluasipenting
akan sebuahkeberhasilan rancangan.Ketika kualitas hidup adalah tujuan utamadari suatu rancangan

144

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

maka evaluasi efek efek terhadap pengguna membantu perancang mengetahui tentang kebutuhan
kebutuhanyangharusdiakomodasidalamrancangan.
Dalam Studi kasus rumah Dome ini , evaluasi terhadap kualitas hidup diteliti dari beberapa
komponen yaitu keamanan, ketenangan fisik, kepuasan, pola hubungan sosial, dan privasi.Komponen
kualitas keamanan dan ketenangan fisik mutlak dipenuhi dikarenakan hunian dome ini diperuntukkan
bagiparakorbangempabumiyangdirelokasidaripemukimanmereka.Komponenkepuasanmenjadi
relatifsulitdipenuhitetapimenarikuntukditelitidikarenakanrumahdometersebutmerupakanrumah
bantuanpemerintahdarisponsorasingyangtentusajamemilikistandaryangberbedadaripenggunadi
Yogyakarta.Tingkatkepuasantidakhanyaterhadapfungsionaldanstrukturalnyatetapijugaestetikanya.
KomponenpolahubungansosialpentinguntukdapatdipenuhidikarenakanmasyarakatdesaNgelepen
lama memiliki hubungan erat antar tetangga, dikarenakan pola kekerabatan dan pola perilaku
tradisionalmasyrakatjawa.Sedangkankomponenprivasitidakhanyaprivasiuntukberaktifitassebagai
satu keluarga, melainkan beraktifitas dalam lingkup lingkungan dan tingkat keterbukaan terhadap
pengunjungmengingatNglepenbarusaatinidikembangkansebagaidaerahtujuanwisata.

AnalisisPsikologis,KualitasHidupdanPerubahanPerilakuPenghuni
Secara psikologis, masyarakat desa New Nglepen merasa kenyamanan terhadap hubungan
sosialbermasyarakatmasihbelumterpenuhi.Kesenjanganituterjadikarenamasyarakatyangdirelokasi
dari desa Nglepen lama memiliki hubungan kekerabatan dengan sesama penduduk di desa tersebut.
Selainhubungankekerabatanyangdekat,hubunganantartetanggayangterjalinsejaklamamerupakan
kendalaketikapendudukdipindahkandilokasibaru.Dilingkunganbaru,penghunidomemendapatkan
tetangga yang berbeda dan tidak saling mengenal, dikarenakan perolehan dome permasing masing
keluargadiberikandengansistemlotere.
Selain secara psikologis terikat secara sosial dengan masyarakat di desa lama, rata rata
penduduk menyatakan kerterikatannya dengan rumah lama, baik suasana, maupun kenangan masa
lalu.Ingatanmasakecil,merupakanpengikatpalingkuatpadapendudukNglepenlama.
Secara psikologis berkaitan dengan fisik bangunan adalah rumah lama lebih luas sehingga ,
memudahkan untuk acara bersosialisasi , berkumpul bersama keluarga dan tetangga. Ketersediaan
ruangandirumahlamalebihbanyakdaripadadiDome,sehinggakebutuhanfungsionalsepertigudang,
ruang tamu, dapur, ruang makan dan ruang tidur memiliki ukuran lebih luas. Kedekatan penduduk
Nglepen lama dengan lingkungan lamanya dengan kandang ternak serta lahan pertanian membuat

145

Bintari, B.

merekalebihmerasanyamanmenjagadanmenghabiskanwaktusiangmerekadirumahlamadaripada
diDome.
Suasana teduh, penuh pepohonan , dan tanah yang subur untuk berkebun, membuat desa
Nglepen lama lebih nyaman secara temperatur dibandingkan di dome. Di lokasi New Nglepen, tanah
adalah tanah liat, sehingga sulit menyerap air ketika musim kemarau dan memerlukan penyiraman
secara rutin. Tanaman yang diperbolehkan bagi penduduk untuk ditanam adalah tanaman buah.
Tanaman buah menurut penduduk tidak cocok karena membutuhkan perawatan yang lama dan layu
ketika musim kemarau, panen tidak bisa langsung diperoleh, sehingga tidak dapat untuk membantu
penghidupanmereka.


Gambar.2.RuangdapurdirumahDome(doc.penulis)

Dari aspek fasilitas ruang dalam bangunan, dapur terlalu sempit , dan dengan rancangan
standarmejadapurdanlantaikeramik,makamerekaharusberpindahcaramemasakdarikayubakar
menjadi kompor minyak atau gas. Tetapi karena minyak dan gas lebih mahal mereka merasa beban
hidup terlalu besar, sehingga kebanyakan penduduk membuat tambahan teritisan bahkan bangunan
semi permanen untuk memenuhi kebutuhan akan ruang dapurnya. Sempitnya dapur membuat tidak
leluasa untuk memasak bersama sama. Ketidak leluasaaan bergerak juga dirasakan pada ruangan
ruanganlain.
Keluhan pada penyediaan fasilitas kamar mandi selain karena harus menggunakan bersama
keluargalain,terpisahnyalokasidenganrumahtinggalmenyulitkanketikahujandanmalamhariselain
itu,ibuibuterbiasamencucidikamarmandidanmemerlukankemudahanmengawasianaksambil
mencuci. Fasilitas cuci bersama di lokasi dome tidak nyaman karena sangat panas sehingga tidak
nyaman untuk mencuci. Peralatan saniter yang disediakan dalam kamar mandi itu juga tidak cocok

146

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

dengan kebiasaan lama penduduk. Wastafel dan closet duduk membuat mereka tidak nyaman untuk
menggunakannya.


Gambar.3.PenambahanTeras(doc.penulis)

Ketidak puasan penghuni terhadap rumah dome terhadap kondisi fisik nbangunan dan
fasilitasnyamembuatmerekamerasalebihmemilihtinggaldirumahlamadibandingkandenganrumah
Dome. Rata rata penduduk yang tinggal di dome adalah para korban gempa yang rumahnya rusak
parah dan tidak aman ditinggali, meskipun ketika wawancara mereka tetap menyatakan rumah lama
lebih baik. Penduduk lain memaksakan diri tinggal di dome karena takut jika hak kepemilikan rumah
domehilangketikatidakditinggali.Sebagiankecilpendudukmeskipunmerasalebihnyamantinggaldi
rumah lama, mengakui bahwa kehidupan di rumah dome lebih mudah mendapatkan air, jarak lebih
dekat dengan pasar dan suasana yang lebih ramai, dikarenakan rumah dome saat ini menjadi tempat
tujuan wisata baru. Untuk bentuk rumah mereka justru menyukai karena unik dan merasa bangga
karenamenurutmerekatidaksemuabisamendapatkanrumahdome.

Kesimpulan
Pengamatanterhadapinteraksipenggunadanrancanganuntukevaluasidanpenentuankriteria
perancangan penting dilakukan untuk menghasilkan rancangan sesuai dengan kebutuhan
pengguna.Pengamatandenganempatidilakukansebelummelakukanperancanganmaupunsetelahada
rancangansebagaitolokukurbagirancanganberikutnya.
Aspek aspek fisik meskipun dirancang sesuai dengan kebutuhan fungsional dan strukturnya
belum tentu akan memenuhi kebutuhan pengguna. Banyak aspek diluar fisik yang harus diperhatikan
berkaitandenganpsikologispenggunakarenainteraksidenganrancanganitu.

147

Bintari, B.

Perancangan yang mengakomodasi kebutuhan pengguna baik dari kenyamanan fisik maupun
kenyamanan psikis memerlukan pemahaman terhadap pengalaman pengguna dalam menanggapi
rancangan. Pengguna yang berbeda karakternya akan memberikan respon yang juga akan berbeda.
Perancangan dengan empati membutuhkan pengamatan yang mendalam, pemahaman tentang
penggunayang memerlukan bantuanpemahaman akandisiplin ilmu yangberbeda,misalnya sosiologi
dan antropologi bahkan psikologi. Sehingga Perancangan empati membutuhkan tim yang terdiri dari
integrasidisiplinilmuyangberbedauntukpemahamankebutuhanpenggunalebihbaik.

DaftarPustaka
Saraswati,Titien,KontroversiRumahDomediNglepen,Prambanan,DIYogyakarta,JurnalDimensi,Des
2007
Suriawijaya,EP,PersepsiBnetukdanKOnsepArsitektur,Djambatan,Jakarta1986
Sinar Tanudjaja F. Christian, Wujud Arsitektur sebagai ungkapan Makna Sosial Budaya manusia, Univ.
Atmajaya,Yogyakarta1992
Lehman,LorenaMaria,http://sensingarchitecture.com/1615/architecturalpsychologyexplained
Goleman,Daniel,EmotionalIntelegence,Gramedia,Jakarta,1996

148

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KualitasElemenArsitektursebagaiPenunjangKemudahanWayfinding
danOrientasidiGedungUniversitasKristenPetra

AgusDwiHariyanto1,GunawanTanuwidjaja2,RebeccaMilkaNataliaBasuki3

Abstrak
Salah satu parameter desain Arsitektur yang Berempati ialah memberikan kemudahan bagi pengguna
untukmenemukantujuan(wayfinding)danberorientasididalambangunan.Tujuanrisetiniialahmengujiapakah
Sistem Wayfinding dan Orientasi di Gedung P Universitas Kristen Petra sudah berfungsi optimal dengan elemen
elemen arsitektur yang menunjangnya. Metode Visual Research (Sanoff, H., 1991) digunakan untuk menemukan
kesulitankesulitanwayfindingdanelemenelemenwayfindingterkait.Seratustujuhpuluhenamrespondendari
mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Desain Komunikasi Visual (DKV) dipilih untuk mengikuti riset ini. Sampel ini
terbagi atas Mahasiswa Tahun I dan III. Ditemukan terdapat kesulitan menemukan jalan di Gedung P UK Petra
karenaaspekarsitekturaldangrafis.Tetapidisisilain,GedungPinimemilikibeberapaLandmarkdanNodeyang
mudahdiingatdanmemilikicirikhassedangkanPathway,Node,danZoningdinilaikurangmemilikikekhasan.Untuk
mencapaidesainbangunanyangberempatipadapenggunaperludirancangSistemWayfindingdanOrientasiyang
terintegrasi.
KataKunci:ElemenArsitektur,SistemWayfinding

Pendahuluan
Salahsatuparameterdisainarsitekturyangberempatiialahkemudahanpenggunaanbangunan
tersebut. Kemudahan penggunaan ruang ruang ini terutama ditunjang oleh kemudahan untuk
menemukanjalandalambangunantersebut(wayfinding)dankemudahanpenggunadalamberorientasi
dalam bangunan (spatial orientation) (Passini, 1984). Kedua hal ini akhirnya akan mempengaruhi
efektivitassirkulasidalambangunan.
PadastudiawaldiGedungPUKPetraditemukanbahwapenggunapenggunabangunanyang
baru(terutamamahasiswatingkatpertama)mengalamikesulitanuntukmenemukanjalandanorientasi
di Gedung P, Universitas Kristen Petra. Hal ini mungkin disebabkan karena sistem wayfinding dan

1
JurusanArsitektur,UniversitasKristenPetra,adwi@petra.ac.id
2
JurusanArsitektur,UniversitasKristenPetra,gunte@petra.ac.id
3
JurusanDesainKomunikasiVisual,UniversitasKristenPetra,milka@petra.ac.id

149

Hariyanto, A. D., Tanuwidjaja, G., Basuki, R. M. N.

orientasi Gedung P yang belum berfungsi optimal. Kurang jelasnya Landmark, Pathways, Nodes dan
Zoning di Gedung P juga diduga turut menjadi penyebabnya. Untuk itu diperlukan evaluasi terhadap
sistemyangada.
Kedua, pola sirkulasi vertikal yang kurang jelas juga ditemukan di Gedung P UK Petra. Hal ini
disebabkanolehpemisahanliftuntuklantailantaitertentu.PenggunabangunanGedungPLantai6,7
dan 8 mungkin kebingungan dan akhirnya menggunakan tangga karena Lift di Tengah Bangunan
melayani Lt 1, 2, 4, 6, 8 dan 9 sedangkan Lift di sisi Timur Bangunan melayani lantai 1, 3, 5, dan 7.
Karena itu diperlukan evaluasi lebih lanjut dan penelitian elemen elemen arsitektural yang
menunjangnya.

SistemWayfindingdanOrientasi
Wayfinding dapat dididefinisikan sebagai kemampuan untuk menemukan jalan menuju suatu
lokasi. Sedangkan Spatial Orientation adalah kemampuan seorang individu untuk memahami ruang di
sekitarnyadanposisinyaterhadapruangdanarahhadapnya.MenurutPassini(1984)individutersebut
tetapdisebutberorientasipadalingkungannyajikaiadapatmenemukanjalankesebuahlokasiwalauia
tidak dapat menentukan posisinya dalam lingkungan. Proses berorientasi dan menemukan jalan juga
terkaitdenganbeberapafaktoryangmempengaruhidiantaranyaialah:
Kemampuanindividumanusia;
Proseskognisidanpetakognisiyangterbangundalampikiranindividu;
Environmental Information (Informasi Lingkungan) yang mencakup: Architectural Wayfinding
Element,SignageSystem,OtherSensoryInformation.
Faktor faktor di atas sebenarnya sangat terkait dengan proses Wayfinding. Passini (1984)
menjelaskan bahwa proses wayfinding ini terdiri dari 3 bagian penting diantaranya ialah pemrosesan
informasi,pengambilankeputusan,dantindakanaksi.Halinidapatdijelaskansebagaiberikut:Seorang
individu memiliki sebuah Expected Image (image/ citra yang diharapkan) dan Behaviour (tingkah laku
yangdirencanakan).ExpectedImagemerupakanbayangantempattujuanatauperjalananitusedangkan
Mental Map merupakan kondisi lingkungan yang diamatinya dari lingkungan. Proses wayfinding
dilakukandenganmencocokkanExpectedImage(Iex)denganMentalMap(Ire).JikaExpectedImage(Iex)
dengan Mental Map (Ire) maka individu akan mencapai tujuan. Sebaliknya jika tidak, ia akan
merencanakan tindakan lainnya untuk mencapai tujuan akhirnya. Sehingga interaksi antara manusia,
prosespersepsidanelemenlingkungansekitarnyasangaterat.

150

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Gambar1.KerangkaTeoriProsesWayfindingandOrientation
Sumber:Passini,1984,pp.74.

ElemenArsitekturPenunjangSistemWayfindingdanOrientasi
Boulding (1956) dan Lynch (1960) menyampaikan bahwa kemampuan individu untuk
mengingatbangunanyangmenarikjugadisebabkanolehsifatlegibilitydanimageabilitybangunanitu.
Sifat legibilitymencakup kemudahanuntuk dipahamidari bangunan sedangkan imageability berkaitan
dengancirikhususbangunanyangmengingatkanindividuterhadapnya.
Lynch (1960) menemukan adanya 5 elemen yang dapat memperkuat 2 sifat di atas yaitu
Pathway,Node,Landmark,DistrictdanEdgepadaskalaurban.Passini(1984)menemukan5elemenini
jugapadabangunankomersialdiMontreal,sebagaiberikut:
Landmark dalam bangunan merupakan toko, bioskop, meja informasi, patung, lansekap,
elemenstrukturdanelemendekoratif.Seringkalilandmarkdapatberuparuangankosongyang
memilikifungsisebagaititikreferensi.

151

Hariyanto, A. D., Tanuwidjaja, G., Basuki, R. M. N.

Pathway dalam skala bangunan berupa koridor, promenade, koridor di dalam galeri, tangga,
eskalator,elevator.Terdapat2jenisPathwayyaitu:HorizontalPathwaydanVerticalPathway
yangseharusnyaterintegrasi.
Node dalam skala bangunan merupakan pertemuan sirkulasi dan aula pertemuan. Sehingga
hanyaberbedadalamskalaterhadapnodedalamskalakota.
Edgedalamskalabangunanmerupakandindingpembatasterutamadindingluarbangunan.
District dalam skala bangunan [Zoning] merupakan berupa zona yang berukuran luas yang
memiliki fungsi serupa seperti pertokoan. Atau pada gedung pendidikan dapat berupa zona
laboratorium,zonakelasdanzonakantor.

MetodedanTahapanPenelitian
Metode direct observation dilakukan pada saat pengumpulan data mengenai elemen
wayfinding dari aspek arsitektural di Gedung P ini. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui
pergerakan mahasiswa [tracking study] dengan Metode visual research (Sanoff, H., 1991). Sedangkan
Interviewdigantikandenganpengumpulandatamelaluipenyebarankuesioneryangdilakukandengan
mengikutirekomendasiBeaumont,P.B.,Gray,J.,Moore,G.T.,Robinson,B.,(1984),ArthurdanPassini
(1992), Sanoff, H., Palasar, C., Hashas, M., (1999), dan M. Lutfi Hidayetoglu, et.all. (2010). Kuesioner
disusun untuk menanyakan subyek tentang kesulitan wayfinding dan elemen elemen wayfinding
terkait.Kuesionerinijugadilengkapidenganfotodanpetauntukmemberikanhasilyanglebihakurat.
Iniditujukanuntukmemberikangambarandetailtentangsifatlegibilitydanimageabilitybendabenda
tersebut. Pengambilan sampel dilaksanakan dengan menggunakan metode purposive sampling
(Nasution,2003).SampelmahasiswatahunIdanIIIyangberasaldari2JurusanyangberbedadiGedung
P,UKPetradirekrutuntukmenjadirespondenpenelitianini.
Seratus tujuh puluh enam responden (yang terdiri dari 108 mahasiswa tingkat I dan 68
mahasiswa tingkat III) diikutsertakan dalam pengisian Kuesioner Tahap I. Sampel ini terdiri dari
mahasiswa Jurusan Arsitektur (85 orang) dan Desain Komunikasi Visual (91 orang). Kuesioner Tahap I
(KuesionerA)bertujuanuntukmenanyakantentanglatarbelakangrespondendankesulitanwayfinding.
JumlahrespondenTahapIinimewakili10%dariMahasiswaTingkatIdanIIIpenggunaGedungP[1574
orang].Kemudian,39respondendarisampelyangsamadilibatkandalampengisianKuesionerTahapII
(KuesionerBE)untukmenemukanempatjenisArchitecturalWayfindingElements.
ObservasijugadilakukanuntukmenemukanwayfindingtaskdarimahasiswaJurusanArsitektur
dan DKV. Setelah itu dilakukan tracking study untuk keduanya. Dari pengisian kuesioner, ditemukan

152

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

kesulitanwayfindingaspekarsitektural,empatjenisarchitecturalwayfindingelementsdiGedungPdan
kualitasarsitekturalelemenelementersebut.
Dari analisa awal Kuesioner Tahap Pertama, ditemukan Architectural Wayfinding Elements di
GedungPUKPetrasepertiyangdisampaikanBoulding(1956),Lynch(1960),danPassini(1984).Elemen
elementersebutialah:
Landmarkadalahbagianbangunanyangyangmenonjoldarilingkunganseperti:kantin,kantortata
usaha,kolom,dinding,pintu,lantai,langitlangit,lift,dll.
Pathwayadalahjalursirkulasibangunanseperti:koridor,jalan,tangga,elevatordaneskalator,dll.
Nodeadalahtempatpertemuanjalursirkulasisepertihall,aulaatauruangpamer,dll.
Zoning (pengganti District) adalah kelompok ruangan yang memiliki fungsi serupa seperti: ruang
dosen,kelas,studio,danlaboratoriumkomputer.

HasildanPembahasan
Dari 176 mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Desain Komunikasi Visual, ternyata ditemukan
bahwa 89 responden (51%) tidak mengalami kesulitan, 74 responden (42%) mengalami satu kali
kesulitan dan terakhir 13 responden (7%) mengalami beberapa kali kesulitan (Gambar 2). Sehingga
disimpulkan terdapat kesulitan menemukan jalan pada responden di Gedung P yang berakibat pada
berkurangnyaefektivitassirkulasidankerugianwaktu.


Gambar2.GrafikPersentaseRespondenyangKesulitanMenemukanJalan

153

Hariyanto, A. D., Tanuwidjaja, G., Basuki, R. M. N.

DidapatibahwasetiaplantaiGedungPtidakdigunakansecaramerataolehresponden.Lantai1
dan Lantai 6 adalah lantai yang paling banyak digunakan responden. Kemudian, ditemukan 3 48
penggunaperlantaimengalamikesulitanmenemukanjalan(2%27%darijumlahrespondenpengguna
lantai).DatadatapendukungtemuaninidisajikanpadaTabel1.PadaGambar3dan4menunjukkan
perbedaanbentukdenahLantaidiGedungPyangmemilikitingkatkesulitanyangberbeda.

Tabel1.TabelJumlah&PersentaseRespondenyangMenemukanKesulitandiLantaiTertentu
Respondenyang Persentasedari
mengalami JumlahResponden JumlahResponden
Lantai
Kesulitan PenggunaLantai PenggunaLantai
MenemukanJalan Tersebut
diLantai1 3 176 2%
diLantai2 17 172 10%
diLantai3 9 111 8%
diLantai4 21 112 19%
diLantai5 9 118 8%
diLantai6 48 176 27%
diLantai7 40 163 25%
diLantai8 9 143 6%
diLantai9 9 115 8%
diLantai10 8 59 14%

Terlihat bahwa Lantai 6 dan Lantai 7 merupakan lantai yang memiliki tingkat kesulitan
wayfindingyangpalingtinggikarenabentuklayoutnyayangcukuprumitmenurutpengguna.


Gambar3.DenahLantai6GedungP Gambar4.DenahLantai7GedungP

154

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Selain itu ditemukan berbagai alasan kesulitan wayfinding dan berorientasi pada responden
yang tergabung dalam aspek arsitektural, yaitu karena pengelompokkan ruang (zoning) yang kurang
jelas (28%), karena ruangan tidak terlihat dengan jelas (27%) dan karena bentuk ruangan yang
bentuknya sama/ simetris (26%). Hal ini menunjukkanpentingnya kebutuhan pengelompokkan ruang
(zoning), visibilitas ruangan dalam desain Sistem Wayfinding dan Orientasi yang baik. Selain itu perlu
dihindari kesalahan seperti bentuk ruangan yang terlalu simetris, jumlah pintu yang terlalu banyak,
desainlandmarkyangkurangjelasdanbentukkoridoryangmembingungkan.Padagedungpendidikan,
halinibiasanyakurangdiperhatikankarenatuntutanekonomis,sehinggadiperlukansolusiyangtepat
danefektif.
ElemenArsitekturPenunjangDiGedungPUKPetra
Kualitas dari Architectural Wayfinding Elements di Gedung P UK Petra ternyata juga berkaitan
dengan legibility dan imagebility dari elemen elemen wayfinding Lynch dengan menggunakan Skala
Semantik.Beberapakualitasyangdiperhatikanialahsebagaiberikut:
sentralitasposisielemenarsitektur
keterlihatanelemenarsitekturolehpengguna
keunikanbentukelemenarsitektur
keunikanwarnaelemenarsitektur
keunikanmaterialelemenarsitektur
keunikanpencahayaanpadaelemenarsitektur
fungsielemenarsitektur
kemudahanuntukdimengertidarielemenarsitektur(biasanyapadapathway).
Selain itu didapati beberapa contoh landmark, node, pathway, dan zoning (district) yang
membantumenemukanjalandansangatdiingatolehrespondendiGedungPsebagaiberikut:

155

Hariyanto, A. D., Tanuwidjaja, G., Basuki, R. M. N.

LANDMARK YANGDITEMUKAN


Gambar5.LiftLantaiGanjil(dikenalsebagaiLandmarkoleh Gambar6.VoidLantai2 7(dikenalsebagaiLandmarkoleh
77%RespondendalamKuesionerBagianC) 74%RespondendalamKuesionerBagianC)sebagaicontoh
LandmarkyangterbaikdiGedungP.
PATHWAYDANNODE YANGDITEMUKAN


Gambar7.LiftGanjil(dikenalsebagaiVerticalPathwayoleh Gambar8.SelasardiLantai5(dikenalsebagaiPathway&Node
56%RespondendalamKuesionerBagianC) oleh48%RespondendalamKuesionerBagianC)
ZONINGYANGDITEMUKAN


Gambar12.ZoningKelasdisebelahVoid(dikenalsebagai Gambar13.ZoningRuangAVdiLantai7(dikenalsebagai
Zoningoleh44%51%Responden) Zoningoleh53%RespondendalamKuesionerBagianC)

156

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Terlihatbahwamemangelemenelemenyangtersebutmemilikicirikhassepertisentralitas
posisinya, sangat terlihat, bentuknya unik, warnanya menonjol, materialnya menonjol serta
pencahayaannyayangjugamenonjol.Terakhirbendaitujugaakanmudahdiingatjikaseringdigunakan.
IniterlihatpadakorelasitabelsemantikdaribeberapalandmarkGedungP.

Tabel2.TabelKorelasiKualitasLandmark(SkalaSemantik)denganPersentaseRespondenyangmengingatnya
PersentaseRespondenyang
ArchitecturalWayfindingElement SkalaSemantikRataRata
mengingatElementersebut
Landmark(r=0.65)
LiftLantaiGanjilsebagaiLandmark 5.60 97%
LiftLantaiGenapsebagaiLandmark 5.07 97%
Kolom dengan Panel Karya Mahasiswa sebagai Landmark 4.77 77%
diLantai6
DindingDKVdanDIsebagaiLandmarkdiLantai3 5.36 74%
KolomsebagaiLandmarkdiRuangAVLantai7 3.82 69%

SebuahcontohLandmarkyangmenarikdanpentinguntukwayfindingialahVoidantaraLantai
2 Lantai 7. Void ini diingat sebagai Landmark oleh 74% dari Responden karena posisinya di tengah
ruangan (67%), sangat terlihat (74%), pencahayaan yang menonjol (59%), bentuknya unik (28%),
warnanya menonjol (10%), materialnya menonjol (28%), pencahayaan yang menonjol (59%), dan
berfungsibagiMahasiswa(41%).Tabel3menjelaskankualitaslandmarkinisecarasemantik.

Tabel3.TabelKualitasLandmark(SkalaSemantik)dariVoidLantai2Lantai7
AspekSemantik SkalaSemantik
Sentralitasposisinya 5.67
Keterlihatan 6.10
Keunikanbentuknya 4.77
Keunikanwarnanya 3.59
Keunikanmaterialnya 3.59
Keunikanpencahayaannya 5.59
PentingfungsinyabagiPengguna 4.56
Kemudahanuntukdimengerti 5.15
RerataSkalaSemantik 4.88

TerlihatbahwaGedungPUKPetramemilikiberbagaielemenlandmarkyangkuat.Sedangkan
Pathway, Node, dan Zoning ada yang diingat tetapi perlu ditingkatkan kualitasnya. Karena ditemukan

157

Hariyanto, A. D., Tanuwidjaja, G., Basuki, R. M. N.

sejumlah 74 responden (42%) mengalami satu kali kesulitan dan 13 responden (7%) mengalami
beberapakalikesulitan.Halinimemerlukanredesaininteriordansignage.

Kesimpulan
Ditemukan bahwa dari sejumlah responden mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Desain
Komunikasi Visual, ternyata 42% mengalami satu kali kesulitan 7% mengalami beberapa kali kesulitan
wayfinding.SehinggadisimpulkanterdapatkesulitanmenemukanjalanpadarespondendiGedungP.
Di sisi lain, terdapat berbagai elemen arsitektur seperti Void antara Lantai 2 Lantai 7 yang
diingatsebagaiLandmarkyangseharusnyamemudahkanprosesdiatas.Karenaitudiperlukanperbaikan
SistemWayfindingdanOrientasiterutamapadaelemenGrafisdanInterior.Dansebagairekomendasi
di masa depan untuk gedung Pendidikan Tinggi serupa maka perlu disusun Sistem Wayfinding dan
Orientasiyangterintegrasisebagaiberikut:
Landmarkharusdidisaindenganposisiyangsentralataustrategis;terlihatunikbentuk,warnadan
materialnya; didukung pencahayaan yang menarik serta berfungsi secara optimal bagi
penggunanya.
Sistem Sirkulasi yang terdiri Pathway dan Node dapat dibuat sederhana tetapi berciri khas serta
terkaitdenganLandmarkagardapatdiingatolehpengguna;
Zoningjugasebaiknyadisusundenganjelasdanteraturuntukmembantupengguna;

UcapanTerimakasih
Terimakasih kami ucapkan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UK Petra;
UnitPerencanaFasilitasKampus;Ir.JoyceM.Laurens,M.Arch.;LoLeonardo,sertasegenapresponden
mahasiswa.

DaftarPustaka
Arthur,P.,danPassini,R.,(1992),Wayfinding:People,Signs,andArchitecture,Ontario:McGrawHill
RyersonLtd.Reissuedasacollectorseditionin2002byFocusStrategicCommunications,Inc.
Beaumont, P.B., Gray, J., Moore, G.T., dan Robinson, B., (1984), Orientation and Wayfinding in the
Taurang Departmental Building: A Focused Post Occupancy Evaluation, Ministry of Works and
DevelopmentHamilton,NewZealand;

158

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Boulding,K.,(1956),TheImage,UniversityofMichiganPress,AnnArbor.
Hidayetoglu,M.L,Yildirim,K.,Cagatay,K.(2010),Theeffectsoftrainingandspatialexperienceonthe
perception of the interior of buildings with a high level of complexity, in Scientific Research and
Essays Vol. 5 (5), pp. 428439, 4 March, 2010 Available online at
http://www.academicjournals.org/SREISSN199222482010AcademicJournals
Lynch,K.,(1960),TheImageoftheCity,Cambridge,Massachusetts:MITPress.
Nasution, R., (2003), Teknik Sampling, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara,
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmrozaini.pdf
Passini, R. (1984), Wayfinding in Architecture, Environmental Design Series Volume 4, Van Nostrand
ReinholdCompany,NewYork.
Sanoff,H.,(1991),VisualResearchMethodsinDesign,DepartmentofArchitecture,SchoolofDesignand
Environment,NorthCarolinaUniversity,VanNostrandReinhold,NewYork.
Sanoff, H., Palasar, C., dan Hashas, M., (1999), School Building Assessment Methods, School of
Architecture, College of Design, North Carolina State University with support from the National
ClearinghouseforEducationalFacilities

159

160

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KarakteristikRuangKomunaldiRumahSusunBandarharjoSemarang

EdiPurwanto1,Wijayanti2

Abstrak
Dibalik itikad baik pemerintah membangun rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah,
ternyata terjadi reduksi esensi kehidupan sosial budaya penghuninya. Reduksi dimaksud terjadi pada hubungan
sosial,yangpadaawalnyahidupbertetanggadalamsuasanahorisontalsuasanaperkampungan,kemudianberubah
menjadi suasana keterasingan dan keterbatasan karena hidup dan tinggal di rumah susun berlantai banyak. Hal
nyatayangdapatdiamatiadalahsuasanakehidupankampungyangawalnyaterfokusdiloronglorongjalansudah
tidak dijumpai lagi dalam kehidupan rumah susun. Pada awalnya penghuni merasa tersiksa, mereka merasa
kehilangandengankebiasaankebiasaannyasalingberinteraksi,salingberkumpul.Namunseiringdenganperjalanan
waktu, mereka berhasil melakukan adaptasi terutama dalam hal membangun ruang komunalnya. Pembahasan
tentangkarakteristikruangkomunalmengambilkasusdirumahsusunyangterletakdikawasanBandarharjoyang
dibangunpadatahun1994dimanaselamadelapanbelastahun,penghunimencobamembanguninteraksidengan
tetangga meskipun secara keruangan tidak lagi dilakukan di loronglorong jalan seperti halnya di kampung
kampung. Upaya yang mereka lakukan salah satunya mengoptimalkan fungsifungsi selasar tiap lantai bangunan
dan ruangruang terbuka di sekitar lantai dasar bangunan untuk berinteraksi antar penghuni. Optimalisasi fungsi
fungsi ruang telah menghasilkan sebuah pola keruangan (spasial) ruang komunal dengan berbagai bentuk dan
karakteristiknya. Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian yang bertujuan mengkaji polapola spasial yang
terbangundariprosesinteraksiantarpenghunirumahsusunBandarharjoSemarangdalamruangkomunal.
KataKunci:Karakteristik,Ruangkomunal,Ruanginteraksi

Pendahuluan
Pembangunan rumah susun pada hakekatnya merupakan jawaban sebuah kebutuhan akan
pemecahan masalah perumahan di perkotaan. Disatu sisi pengadaan rumah susun merupakan salah
satu pemecahan permasalahan akibat makin sempitnya lahan di perkotaan, namun di sisi lainnya
pemecahan tersebut tidak selamanya dapat dikatakan berhasil terutama pada pemecahan masalah
masalahsosialdanbudayaperilakupenghuninya.Masalahsosialyangkerapkalimunculdirumahsusun
lebihberkaitankepadapersoalanperilakusosialbudayapenghuninya.Sebelummenghunirumahsusun,

1
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasDiponegoro,edipurw4nto@yahoo.com
2
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasDiponegoro,wijayanti_jaft@yahoo.co.id

161

Purwanto, E., Wijayanti

calon penghuni dihadapkan kepada kebiasaankebiasaan yang selama ini sudah dijalaninya, misalnya
berinteraksi antar tetangga dengan memanfaatkan halaman rumah atau di loronglorong jalan/gang.
Kebiasaankebiasaan itu nampaknya tidak akan dijumpai lagi saat bermukim di rumah susun. Mereka
menghadapi kendala dalam saling berinteraksi, terutama karena tidak lagi dapat berinteraksi di
halamanhalaman rumah. Dengan kondisi yang demikian, kemudian mereka beradaptasi agar
bagaimana perilaku sosial budaya dapat diakomodasi dalam ruangruang interaksi yang tersedia di
rumahsusuntersebut.
Salah satu proses adaptasi yang mereka lakukan salah satunya mengoptimalkan fungsifungsi
selasar tiap lantai bangunan dan ruangruang terbuka di sekitar lantai dasar bangunan untuk
berinteraksiantarpenghuni.Optimalisasifungsifungsiruangtelahmenghasilkanruangkomunaldengan
berbagaibentukdanpolapolanya.
Selama ini program pemerintah seribu menara untuk membangun rumah susun berupa
rumah susun sederhana sewa (rusunawa) maupun rumah susun sederhana milik (rusunami) pada
dasarnya merupakan upaya penyediaan rumah susun sederhana yang murah dan efisien bagi warga
kotayangberpenghasilanrendah.UntukRusunawasepenuhnyapembiayaannyamasihmengandalkan
dana APBN sementara untuk Rusunami pembiayaannya melalui peran swasta maupun berkerjasama
denganpemerintah.
Pada tahun 2007 pemerintah menargetkan membangun 67 twin blok rusunawa dan
mendorong pembangunan rusunami sebanyak 31 menara. Untuk menjaga kualitas rusun, pemerintah
melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2007 mengenai pedoman teknis
pembangunan rusun bertingkat tinggi yang harus menjadi referensi dalam pembangunan rusun.
Pemerintahdaerahjugadiharapkandapatterusmemberikankemudahandankemurahanbagiswasta
yang ingin membangun rusun maupun rumah sederhana sehat baik dari segi perijinan maupun
penyediaan tanah yang harganya terjangkau. Pembangunan seribu menara rusun tersebut
diharapkanmampumenyediakanrumahbarusebanyak475.048unityangdirencanakanselesaipada
tahun2011.
Rumahsusundapatdisebutsebagaipermukimandengankonsepkampungvertikal,meskipun
demikianharusmemenuhipersyaratanminimalsepertirumahbiasa,yaitu[i]sebagaitempattinggal
dan tempat bermukim; [ii] harus dapat memberikan rasa aman, baik secara fisik maupun psikologis,
aman dari gangguan, serta aman dalam fungsi kegiatan menghuni; [iii] harus dapat menjadi wadah
sosialisasiantarapenghunidenganpenghunilaindalamsatubangunanyangmenjaditetangganya;[iv]
harus dapat memberikan suasana harmonis diantara penghuni sehingga mendukung tercapainya

162

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

kehidupan yang sejahtera. Konsep kampung vertikal diarahkan untuk mempertahankan kesatuan
komunitas dalam bentuk kampung asalnya, dimana pembangunannya diprioritaskan pada lokasi
diataspermukimankumuhperkotaan.Sasarannyautamanyaadalahpenghunikampungitusendiriyang
mayoritaspendukungnyaberpenghasianrendah.
Biladikajilebihjauh,pembangunanrumahsusunmerupakansalahsatusistempembangunan
permukimanfungsionalyangmemilikikelebihan,antaralaindapatmendukung:[i]konseptataruang
yangdikaitkandenganpengembanganwilayahperkotaan;[ii]peremajaankota,yangdikaitkandengan
usahapeningkatanefisiensidanefektifitaswilayahkota;[iii]efisiensipenggunanaanlahanperkotaan.

BagianMakalah
RuangKomunaldiRumahSusun:KajianTeoritik
Terjadinya ruang komunal di rumah susun tidak lepas dari pemahaman interaksi manusia
denganlingkungannya.Perilakumanusiamerupakanpusatperhatiandalamhubunganantaramanusia
dengan lingkungannya. Manusia menginderakan objek di lingkungannya, hasil penginderaan diproses
sehingga timbul makna tentang objek tersebut yang kemudian disebut dengan persepsi (Wirawan,
1992). Persepsi merupakan proses untuk memperoleh informasi tentang lingkungan seseorang (Lang,
1987).Persepsibisaberubahubahkarenaadanyaprosesfisiologik.Dalamhalinteraksimanusiadengan
lingkungannya, manusia akan selalu berusaha untuk memperoleh keselarasan dengan lingkungannya.
Hal ini dimungkinkan dengan adanya kemampuan kognitif untuk mengadakan reaksireaksi tertentu
terhadap lingkungan yang memuat halhal tertentu yang menarik minatnya dalam memenuhi
kebutuhankebutuhannya.Proseshubungandenganlingkunganyangterjadisejakindividuberinteraksi
melalui penginderaan sampai dengan terjadinya reaksi, digambarkan dalam skema persepsi oleh Bell
(dalamWirawan,1992)adalahsebagaiberikut:

163

Purwanto, E., Wijayanti

OBJEK FISIK DALAM BATAS HOMO STATIS


OPTIMAL

ADAPTASI/ EFEK
PERSEPSI ADJUSMENT LANJUTAN

BERHASIL

DI LUAR BATAS
INDIVIDU STRES COPING
OPTIMAL
GAGAL

STRES EFEK
BERLANJUT LANJUTAN


Gambar1.SkemaPersepsi
Sumber:Bell(dalamWirawan,1992)

Hasil interaksi manusia dengan objek menghasilkan persepsi individu tentang objek tersebut.
Jikapersepsiberadadalambatasoptimal,makaindividudikatakandalamkeadaanhomeostatis,yaitu
keadaan yang serba seimbang dan biasanya selalu ingin dipertahankan oleh setiap individu karena
menimbulkanperasaanyangmenyenangkan.Sebaliknya,jikaobjekdipersepsikansebagaidiluarbatas
optimal, maka individu akan mengalami stres, terjadi peningkatan energi, sehingga harus dilakukan
coping untuk menyesuaikan lingkungan pada kondisi dirinya. Penyesuaian diri individu terhadap
lingkungannya disebut dengan adaptasi, sedangkan penyesuaian lingkungan terhadap individu disebut
adjusment. Dalam hal interaksi manusia dengan lingkungannya, manusia akan selalu berusaha untuk
memperoleh keselarasan dengan lingkungannya. Hal ini dimungkinkan karena adanya kemampuan
kognitif untuk mengadakan reaksireaksi tertentu terhadap lingkungan yang memuat halhal tertentu
yangmenarikminatnyadalammemenuhikebutuhannya.
Dalam kasus penghunian rumah susun, terjadi proses penyesuaian (adaptasi) yang dilakukan
olehpenghuninya.Prosesadaptasimenyangkutpenyesuaianperilakusosialbudayayangpadaawalnya
tidakmerekatemukansebelumnya.Mengacupadadiagramdiatas,nampakbahwaadaptasi/adjusment
merupakan sebuah proses perjalanan penghunian rumah susun terutama dalam membangun
kebutuhanruangkomunal.Karenasifatdarirumahsusunyangmerupakanbangunanberlantaibanyak,
maka ruang komunal tidak lagi berada pada level horisontal bahkan kalaupun ada berada terpencar
pencar. Hal inilah yang kemudian menjadi sebuah masalah, karena terpencarpencar itulah akhirnya

164

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

dibutuhkan sebuah upaya konsolidasi spasial (keruangan) sehingga ruang interaksi yang terbangun
menjadilebihsoliddanrigid.
Pengertian konsolidasi spasial secara umum diartikan sebagai upaya saling membangun
penguatan dalam memanfaatkan ruangruang komunal sehingga tercipta sebuah polapola
pemanfaataannya. Ruang komunal (berasal dari kata communal yang berarti berhubungan dengan
umum) merupakan ruang yang menampung kegiatan sosial dan digunakan untuk seluruh masyarakat
ataukomunitas(Wijayanti,2000).
MenurutLang(1987),ruangkomunalmemberikankesempatankepadaoranguntukbertemu,
tetapi untuk menjadikan hal itu diperlukan beberapa katalisator. Katalisator mungkin secara individu
yangmembawaorangsecarabersamasamadalamsebuahaktifitas,diskusiatautopikumum.Sebuah
plasapublikakanmenarikorangjikaterdapataktifitasdanorangdapatmenyaksikannya.
Ruang komunal adalah sebuah seting yang dipengaruhi oleh tiga unsur selain unsur fisiknya
yaitumanusiasebagaipelaku,kegiatandanpikiranmanusia(Purwanto,2008).Berdasarkanpengertian
tersebutmakasetingtidakdapatdipahamisecarautuhtanpaketerkaitanketigaunsurunsurtersebut.

aktifitas

SETING

manusia pikiran
Gambar2.KeterkaitanPelaku,KegiatandanPikirandalamSeting
Sumber:Purwanto,2007

PolaPolaRuangKomunaldiRumahSusunBandarharjo
1. GambaranUmumRumahSusunBandarharjo
Rumah susun ini dibangun pada tahun 1994 di atas tanah milik negara seluas 2,4 ha yang
dulunya dihuni oleh penduduk yang umumnya pendatang dengan mata pencaharian yang didominasi
petambak,nelayan,danburuhpelabuhan.
Konsep awal rumah susun bandarharjo adalah sebagai solusi suatu peremajaan permukiman
dengantemamembanguntanpamenggusuryangartinyapembangunanrumahsusundibangununtuk

165

Purwanto, E., Wijayanti

memberi hunian yang layak terhadap masyarakat di lokasi peremajakaan dan rumah susun tersebut
dibangun untuk masyarakattersebut pula. Dalam perencanaanunitunit hunian dengan konsep open
plan, yaitu ruang dalam bangunan tidak disekat dengan dinding pembatas baik permanen maupun
semipermanenkecualiKM/WCyangtersedia.

a
tar
ri U
A rte
Jl.

UTARA


Gambar3.SiteplanRumahSusunBandarharjo
Sumber:Surveylapangan,2010

166

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar4.RumahSusunBandarharjo,Semarang
Sumber:SurveyLapangan,2010

Dalam tabel 1. digambarkan pembagian blok bangunan beserta tipetipe luasan ruangnya
sebagaiberikut:

Tabel1.PembagianBlokBangunandanTipeRuang
Tipe Kapasitas(unit)
Ruang BlokA BlokB BlokC
27 72 18 72
36 18 8 18
54 4
Sumber:SurveyLapangan2010

Fasilitas yang tersedia di rumah susun Bandarharjo pada dasarnya tidak lengkap, dan bagi
warga penghuninya sendiri menjadi permasalahan yang cukup penting untuk diatasi. Salah satu cara
untuk mengatasi ketidaktersediaan fasilitas penunjang adalah dengan cara memfungsikan beberapa
ruanglainmenjadifungsitertentuyangmemangdibutuhanolehwargapenghuninya.Carayangmereka
lakukanadalahmelaluimusyawarahuntukmendapatkankeputusanbersama,sehinggamerekamerasa
memilikilingkunganrumahsusunnyabersamasama.Selainruangruanguntukkebutuhanbersama,di
lokasiinijugaterdapatbeberapasaranadanprasaranalain,misalnyajalanlingkungan.
Selama ini warga tidak mempunyai fasilitas berkumpul secara informal untuk saling berinteraksi,
sehingga untuk berkumpul saat acara acara bersama lingkungan RT seperti rapat cenderung
menggunakanlorongsebagaitempatberkumpul.

167

Purwanto, E., Wijayanti

2. PolaPolaRuangKomunal
Ruangkomunalsebagairuangyangberfungsiuntukwadahkegiataninteraksisosialpenghuni,
baik yang bersifat formal maupun informal merupakan ruangruang umum yang bersifat publik yang
digunakan bersama di luar unit hunian. Ruangruang tersebut berupa selasar, koridor, hall/lobby,
tangga,tamanlingkungan.PolarumahsusunBandarharjotersusundalambentukblokbangunanyang
dihubungkansatudenganlainnyamembentukruangbersamadibagiandalamsebagaipusatorientasi.
Polahunianberbentukderetanmemanjangsatusisidenganpenghubungselasardisebelahdepanyang
berfungsisebagaiterasmaupunruangbersama.

RuangKomunaldiSelasardalamBlokBangunan(gambaratas)
RuangKomunaldiSelasarantaraBlokBangunan(gambarbawah)
Gambar5.GambaranRuangKomunaldiSelasarBangunan
Sumber:SurveyLapangan,2010

ParameteruntukmengidentifikasipolapolaruangkomunaldirumahsusunBandarharjodibagi
dalam5parameter,yaitu[i]sifatkegiatan(formal/informal);[ii]frekwensikegiatan(rutin/tidakrutin);

168

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

[iii] ruang yang digunakan (ruang yang direncanakan/tidak direncanakan); [iv] skala kegiatan (intern
RT/antarRT);[v]jarakjangkauan(dekat/jauh).
a. Sifatkegiatan
Sifat kegiatan ditentukan oleh berdasarkan klasifikasi formal atau tidak formal, kegiatan formal
misalnya arisan, rapat RT, sedangkan kegiatan formal misalnya siskamling, duduk santai sambil
mengobrol.
b. Frekwensikegiatan
Frekwensikegiatandapatdiidentifikasiberdasarkanjam,harian,mingguan,bulanan.
c. Ruang yang digunakan berupa ruang yang direncanakan sejak awal, berbentuk ruang pertemuan
(tertutup) di lantai dasar masingmasing blok bangunan, ruang bersama tiap lantai tiap blok
bangunanberbentukselasaryangdiperlebar,ruangterbukaberupatamandanlapanganolahraga.
Ruang yang tidak direncanakan sejak awal, berupa ruangruang yang digunakan sebagai ruang
bersamaberupaselasar,lobby/hall,tangga,tempatusaha,dansebagainya.
d. Skalakegiatan
Skalakegiatandibagimenjadidua,yaituskalainternRT/kelompokkelompokkecildanantarRT.
e. Jarakjangkauan
Jarak jangkauan diukur berdasarkan jarak antara unit hunian dengan ruang komunal, bisa dekat,
sedang,danjauh.

Berdasarkan5parametertersebutdiatas,polapolaruangkomunaldibagidalam3kelompok
besar,yaitu:
a. Poladenganintensitastinggi
Pola ruang komunal dengan intensitas tinggi lebih banyak dipengaruhi oleh parameter kegiatan
yang tidak formal dengan frekwensi jam harian, memanfaatkan ruangruang yang tidak
direncanakan seperti selasar, tangga, hall/lobby, merupakan tempat berinteraksi antar tetangga
denganjarakjangkauandarihunianrelatifdekat.
b. Poladenganintensitassedang
Pola ruang komunal dengan intensitas sedang lebih banyak dipengaruhi oleh parameter kegiatan
formal dan tidak formal dengan frekwensi mingguan, memanfaatkan ruangruang yang
direncanakansepertiruangpertemuandenganjarakjangkauandarihunianrelatifsedang.
c. Poladenganintensitasrendah

169

Purwanto, E., Wijayanti

Pola ruang komunal dengan intensitas rendah lebih banyak dipengaruhi oleh parameter kegiatan
formal dengan frekwensi mingguan bulanan, memanfaatkan ruangruang yang direncanakan
sepertiruangpertemuantertutupdenganjarakjangkauandarihunianrelatifjauh.

Tabel2.PolaRuangKomunalYangTerbangun
No. POLA INTENSITAS

PARAMETER TINGGI SEDANG RENDAH


A SIFATKEGIATAN
Formal
TidakFormal
B FREKWENSIKEGIATAN
Jam
Harian
Mingguan
Bulanan
C SIFATRUANG
Direncanakan
TidakDirencanakan
D SKALAKEGIATAN
InternRT/Kelompok
AntarRT
E JARAKJANGKAUAN
Dekat
Sedang
Jauh
Sumber:AnalisisPenulis,2010

3. KarakteristikRuangKomunal
Berdasarkanidentifikasipolapolaruangkomunalterdapat3bentukpola,yaitu[i]poladengan
intensitastinggi;[ii]poladenganintensitassedang;dan[iii]poladenganintensitasrendah.Dariketiga
pola ruang komunal tersebut, ternyata pola ruang dengan intensitas tinggi lebih banyak dipengaruhi
olehparameterparameter:kegiatanyangtidakformaldenganfrekwensijamharian,memanfaatkan
ruangruangyangtidakdirencanakansepertiselasar,tangga,hall/lobby,merupakantempatberinteraksi
antartetanggadenganjarakjangkauandarihunianrelatifdekat.
Keberhasilanpolaruangkomunaldenganintensitastinggidalammempertahankaneksistensinyalebih
banyakdipengaruhiolehbagaimanapenghunimelakukankonsolidasispasialdariruangruangkomunal
tersebut. Kebutuhan ruang komunal dilakukan berdasarkan sebuah kesadaran bahwa interaksi sosial

170

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

merupakan bagian dari kebutuhan keseharian tanpa harus dibatasi oleh sekatsekat formal/tidak
formalnya kegiatan, bisa dilakukan kapan saja setiap saat, dengan memanfaatkan ruangruang yang
justru tidak direncanakan dan relatif dekat dengan hunian. Dengan kata lain aktifitas komunal lebih
banyakdilakukansecaraspontandandemokratis.

KajiandanPembahasan
Berdasarkan polapola ruang komunal yang sudah dibahas dalam uraian sebelumnya, kiranya
dapatmemberikangambaranbahwapadahakekatnyameskipunpenghunisudahmengalamiperubahan
setingfisikruangdariyangsebelumnyaberuparumahdenganpolahorisontalmenjadirumahdengan
pola vertikal, ternyata penghuni berhasil melakukan upaya adaptasi terutama dalam berinteraksi
dengantetangganya.HaltersebutselarasdengankonsepskemapersepsiyangdikembangkanolehBell
(dalam Wirawan, 1992) bahwa sebuah kondisi keterpaksaan yang diakibatkan oeh tekanan ruang
berdampakpadastresyangkemudianakanmengarahkankepadaduapilihan,yaituberhasilataugagal.
Dalam kasus di rumah susun Bandarharjo, penghuni berhasil mengatasi stres dengan cara melakukan
adaptasi dan langkah adjusment, dengan demikian keberhasilan melakukan adaptasi merupakan
langkahlanjutanyangmerekapilih.
Polapolaruangkomunalyangberhasidibangunmerupakanpolapoladenganintensitastinggi
yang dipengaruhi oleh parameter kegiatan yang tidak formal dengan frekwensi jam harian,
memanfaatkan ruangruang yang tidak direncanakan untuk ruang komunal seperti selasar, tangga,
hall/lobby, merupakan tempat berinteraksi antar tetangga dengan jarak jangkauan dari hunian relatif
dekat. Hal tersebut selaras dengan pendapat Bonner (dalam gerungan, 1991) bahwa kebutuhan
penghuni dari statu lingkungan permukiman dalam hubungannya dengan kegiatan interaksi sosial
adalahterpenuhinyakebutuhanuntukmelakukankontaksosialsecaraindividumaupunkelompok.Hal
tersebut diperkuat oleh Soekanto (1990), bahwa interaksi sosial adalah kunci dari kehidupan sosial,
karenatanpaadanyainteraksitidakmungkinadakehidupanbersama.HaltersebutdipertegasolehLang
(1987) dan Purwanto (2007) bahwa ruang komunal memberikan kesempatan kepada orang untuk
bertemu, tetapi untuk menjadikan hal itu diperlukan beberapa katalisator. Katalisator mungkin secara
individuyangmembawaorangsecarabersamasamadalamsebuahaktifitas,diskusiatautopikumum.
Sebuah plasa publik akan menarik orang jika terdapat aktifitas dan orang dapat menyaksikannya.
SelanjutnyaRuangkomunaladalahsebuahsetingyangdipengaruhiolehtigaunsurselainunsurfisiknya
yaitumanusiasebagaipelaku,kegiatandansistemnilai.Berdasarkanpengertiantersebutmakaseting
tidakdapatdipahamisecarautuhtanpaketerkaitanketigaunsurunsurtersebut.

171

Purwanto, E., Wijayanti

Membangun ruang komunal pada hakekatnya merupakan upaya penghuni agar ruangruang
komunal yang mereka butuhkan tetap dalam posisi yang rigid dan solid sehingga tidak mudah
diceraiberaikan.Mengingatbahwakeberhasilanmembangunruangkomunalmerupakantindakanyang
spontan dan demokratis sangat selaras dengan pemikiran Ambrose (dalam Sudaryono, 2004) bahwa
penghunimempunyaiperanyangsentralsebagaikekuatanyangmenjadipembentuklingkunganbinaan,
dengankatalainkekuatanberadaditanganpenghuniuntukmenciptakanruangkomunal.

Kesimpulan
Ruang komunal yang berhasil dibangun oleh penghuni rumah susun Bandarharjo justru
merupakan ruangruang yang tidak direncanakan sebagai ruang komunal seperti selasar, hall/lobby,
tangga, koridor terutama yang dekat dengan hunian dengan sifat kegiatan informal dan dengan
frekwensi yang sangat sering. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses adaptasi tidak selamanya
menghasilkankeinginanyangsamasesuaidenganperencanaannya.
Kehadiran ruang komunal sangat dibutuhkan terutama untuk mengakomodasi dan
memperkuat eksistensi ruangruang komunal yang dibangun berdasarkan spontanitas dan demokrasi
diantarapenghuninya.
Dalam upaya membangun rumah susun sederhana berikutnya, agar tidak melupakan ruang
komunal tersebut yang cenderung dibutuhkan tanpa sekatsekat formalitas, dan nampaknya perilaku
sosial budaya penghuni masih terpaku dalam kognisinya bahwa interaksi sosial bisa dilakukan
dimanapundankapanpunsepertiketikamerekatinggaldikampung.

DaftarPustaka
Bell,P.A.,(2001),EnvironmentalPsychology,HarcourtBraceCollegePublisher,ForthWorth.
Gerungan,W.A.,(1991),PsikologiSosial,Eresco,Bandung.
Haryadi & Setiawan B., (1995), Arsitektur Lingkungan dan Perilaku : Suatu Pengantar ke Teori,
MetodologidanAplikasi,DirektoratJendralDIKTI,Depdikbud.
Lang,J.,(1987),CreatingArchitecturalTheory,VanNostrandReinholdCompany,NewYork.
Purwanto,E.,(2007),RukunKotaKotaBerbasisBudayaGuyub,PenelitianDisertasiJurusanArsitektur
SekolahPascasarjanaUGM(tidakdipublikasikan).
Purwanto,E.,(2010),KecenderunganPerubahanBentuksertaPolaTataRuangRumahStandardiRusun
Pekunden dan Bandarharjo Semarang, Penelitian Hibah dibiayai oleh DIPA Fakultas Teknik
Undip.

172

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Rapoport,A.,(1977),HumanAspectofUrbanForm,Oxford:PergamonPress.
Rapoport,A.,(1982),TheMeaningofBuiltEnvironment,BeverlyHills,California:SagePublications.
Sudaryono,dkk,(2004),LaporanAkhir:KarakterRuangLokalsebagaiSistemMainstreamPerencanaan
PembangunanLokal,dalam:RisetUnggulanTerpaduBidangKemasyarakatandankemanusiaan
(RUKKIII),(tidakdipublikasikan).
Soekanto,S.,(1990),SosiologiSuatuPengantar,RajawaliPress,Jakarta.
Wijayanti,S.,(2000),PolaSetingRuangKomunalInteraksiSosialMahasiswaArsitekturFTUNDIP,Tesis
S2ProgramMagisterArsitekturUNDIP(tidakdipublikasikan).
Wirawan,Sarlito,W.,(1992),PsikologiLingkungan,PT.Gramedia,Jakarta.

173

174

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KarakterVisualFasadeBangunandiKoridorJalanKayutanganMalang

NurFauziah1,Antariksa2,danJennyErnawati3

Abstrak
Salahsatufaktorpembentukkarakterkotayaitudarikaraktervisualfasadebangunannya,khususnyadi
kawasan bersejarah. Kota Malang memiliki karakteristik khas kota kolonial, terutama dari karakter visual fasade
bangunanbangunanbergayakolonial.KoridorKayutanganmerupakansumbuutamautaraselatanyangmemegang
peranan penting, yang masih mencirikan visual fasade bangunan kolonial. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengklasifikasikan masingmasing unit fasade bangunan di koridor Kayutangan sesuai dengan karakter gaya
bangunannya, untuk selanjutnya dapat dikelompokkan menjadi kelompok sesuai kesamaan karakter elemen
pembentukfasadenya.Metodeyangdigunakanyaitumetodediskriptifevaluatif.Adapunhasildaripenelitianyaitu
bahwafasadebangunandikoridorKayutanganterbagimenjadi4kelompok,yangberbedaciricirinyaantarasatu
kelompokdengankelompokyanglain.
KataKunci:Fasadebangunan,Kawasanbersejarah,Karakteristikkota

Pendahuluan
Karakteristik suatu kota dapat dibentuk oleh berbagai aspek, yang salah satunya adalah
melalui karakter visual suatu kawasan bersejarah di kota tersebut. Kawasan bersejarah terbentuk
melalui suatu peristiwa dan serentetan perjalanan sejarah tertentu yang berpengaruh terhadap
pembentukankarakterkawasansecaramenyeluruh.
Karakter kawasan bersejarah dapat dinilai melalui visual arsitektural fasade bangunannya.
Fasade bangunan memegang peranan penting dalam pembentukan karakter visual suatu kawasan
bersejarah, karena merupakan elemen pembentuk kawasan yang paling dominan memberikan efek
visual terhadap masyarakat/pengamat. Efek visual tersebut diharapkan sedapat mungkin

1
MahasiswaPascaSarjanaArsitekturLingkunganBinaan,UniversitasBrawijaya,nunungweasley@yahoo.com
2
StafPengajarProgramMagisterdanDoktor,UniversitasBrawijaya,antariksa@ub.ac.id
3
StafPengajarProgramMagisterdanDoktor,UniversitasBrawijaya,jny23ern@yahoo.com

175

Fauziah, N., Antariksa, Ernawati, J.

merepresentasikan estetika lingkungan, sehingga dapat memberikan kenyamanan visual bagi


masyarakatpenghunikota.
MalangmerupakansalahsatukotayangsecararesmiterbentukpadamasakolonialBelanda,
sehinggasecarafisikkotanyamencirikankotakotakolonialBelandapadawaktuitu.
SeiringdenganperkembangandanpembangunanyangterjadidiKotaMalang,makabanyak
terjadiperubahandisetiapsisikota.Secaravisual,perubahanyangmudahdiamatiadalahkondisivisual
fasadebangunanbangunandisepanjangkoridorjalanutamadikotaMalang.
Jika dilihat dari posisinya sebagai sumbu utama yang berorientasi ke arah utara dan selatan
sesuai rancangan Thomas Karsten, maka koridor Jalan Kayutangan merupakan koridor jalan yang
memegang peranan penting terhadap pembentukan karakteristik kota Malang. Jalan Kayutangan
merupakan pintu gerbang pertama pada saat orang memasuki kota Malang dari arah utara, yang
langsungmenghubungkankepusatkotayaitualunalunMerdeka,sertadapatmenghubungkankealun
alun Tugu sebagai pusat kota kedua di Malang. Koridor Kayutangan akan memberikan persepsi visual
pertamatentangkarakterKotaMalangkepadapengunjungdanmasyarakatyangmemasukiMalangdari
arahutara.
Secara visual arsitektural, fasade bangunan yang terdapat di sepanjang koridor Jalan
Kayutangan merupakan elemen penting pembentuk kualitas visual kawasan, sehingga dapat
mempengaruhi karakteristik kawasan Kayutangan secara keseluruhan. Kesan visual pertama yang
ditangkap pengamat pada waktu melintasi koridor jalan tersebut sangat dipengaruhi oleh fasade
bangunanpertokoanyangberjajardisepanjangjalantersebut.
Penelitian ini merupakan bagian awal dari serangkaian penelitian yang sedang dilaksanakan
olehpenulis.Tujuanpenelitianiniadalahuntukmengklasifikasikanmasingmasingunitfasadebangunan
di koridor Kayutangan sesuai dengan karakter gaya bangunannya, untuk selanjutnya dapat
dikelompokkan menjadi beberapa deret amatan sesuai kesamaan karakter elemen pembentuk
fasadenya.
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya sehubungan
dengan penilaian kualitas visual fasade bangunan di sepanjang koridor Jalan Kayutangan oleh
masyarakat Malang. Keterlibatan masyarakat kota Malang terhadap penilaian kualitas visual tersebut
memangsangatdiperlukan,karenamasyarakatberperansebagaipenikmat,penghunidanpemilikKota
Malang,yangakanmemegangperananbesardalampengembangandanpembangunankotapadamasa
yangakandatang.

176

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Metode
Metodeyangdigunakanadalahmetodediskriptifevaluatif.Metodediskriptifdigunakanuntuk
menjelaskandanmenggambarkansecaradetailkondisikoridorKayutangan,denganlebihterfokuspada
bahasan fasade bangunanbangunan di sepanjang koridor. Data diperoleh melalui observasi lapangan
untukmendapatkandatatentangtiapunitfasadebangunansertapengalamanruang(senseofplace)di
lokasi penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kamera digital untuk memotret fasade
bangunandansuasanameruangdisepanjangkoridorKayutangan.Basemapmenggunakanpetagaris
dariPemerintahKotaMalang.
Tiapunitfasadebangunandigabungkanmenjadisebuahphotomontagebangunansepanjang
koridor Kayutangan. Selanjutnya, tiap unit fasade bangunan dipetakan berdasarkan gaya arsitektural,
material serta teksturnya. Bangunanbangunan yang memiliki kesamaan karakter visual fasade
dikelompokkankedalamsatukelompok.

StudiLiteratur
Karakter visual dibentuk oleh tatanan atauinteraksi dan komposisi berbagai elemenelemen
(Smardon,1986),yaitubentuk(form),garis(line),warna(color),tekstur,sertaskaladanproporsi.
Ittelson (1960) dalam Rapoport (1977) mendukung teori Smardon (1986) tentang elemen
pembentuk karakter visual. Ittelson mengemukakan teori tentang lingkungan sebagai suatu sistem
ekologikal yang terdiri dari tujuh komponen, yaitu perceptual, expressive, aesthetic values of culture,
adaptive, integrative, instrumental, dan general ecological interrelationship antara seluruh komponen
tersebut. Fokus bahasan ini adalah pada komponen expressive, yaitu merupakan komponen yang
memfokuskan pada segala pengaruh lingkungan (atau dalam konteks penelitian ini, yaitu wajah
bangunan), terhadap manusia, yang meliputi aspek bentuk, warna, tekstur, aroma, suara dan makna
simbolis.Padapenelitianini,bahasanlebihdifokuskanpadaaspekbentukfasade.
Adapunelemenpembentukfasadebangunandikawasanbersejarah(Askari,2009)yaitugaya
arsitekturalfasade,dekorasifasade,material,warna,teksturdandimensi.Elemenyangpalingdominan
membentukkaraktervisualfasadeadalahgayaarsitekturalfasadebangunan(Askari,2009).Berdasarkan
hasilpenelitianAskari(2009)tersebut,makaelemenpembentukfasadeyangdianalisispadapenelitian
inidifokuskanpadagayaarsitekturalbangunan,material,sertatekstur.

177

Fauziah, N., Antariksa, Ernawati, J.

KajianHistorisWilayahStudi
Pada awal masa kolonial Belanda, kawasan Kayutangan merupakan kawasan permukiman
orangEropa(Kajoetanganstraat)
Pada perkembangan berikutnya, kawasan ini berkembang menjadi kawasan komersial
kalangan menengah dan Eropa (gambar 1). Di sepanjang koridor jalan banyak terdapat bangunan
bangunankolonial,yaituberupabangunankomersialdanbangunanibadah.
Kayutangan berkembang pesat sampai dengan tahun 1980an, kemudian stagnant karena
dibangunnyakomplekspertokoanmoderndisekitaralunalunMalang.
Bentuk dan tampilan bangunan didominasi bangunan deret bergaya kolonial dengan bentuk persegi
beratapdatar.

Gambar1.PetaJalanKayutanganpadamasakolonial
Sumber:http://blog.ub.ac.id/annisaulmahbubah/tag/kotamalang/(diakses8Mei2011)

KajianSenseofPlacediWilayahStudi
Wujud fisik bangunanbangunan yang berderet di sepanjang Jalan Kayutangan menciptakan
senseofplaceyangkhas,khususnyabagipejalankaki.Wujudfisikdanperasaanmeruangdisepanjang
koridorJalanKayutangandapatdilihatpadagambar2.

178

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar2.FotosekuensialdariasjalandikoridorJalanKayutangan

KajianKarakterVisualFasadeBangunandiWilayahStudi
PhotomontagedaribangunanbangunandisepanjangkoridorKayutangandapatdilihatpada
gambar 3. Photo montage tersebut dipenggal pada beberapa titik agar didapatkan ukuran yang
representatifpadapenyajian.

179

Fauziah, N., Antariksa, Ernawati, J.

Gambar3.PhotomontagebangunandikoridorJalanKayutangan

(a)penggal1;(b)penggal2;(c)penggal3;(d)penggal4.

180

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Berdasarkanhasilanalisisgayabangunan,material,sertateksturtiapunitfasadebangunan
disepanjangkoridorKayutangan,makadapatdipetakanmeliputiseluruhfasade(gambar4).
Analisis pemetaan gaya bangunan, material, serta tekstur di sepanjang koridor Kayutangan
terbagi menjadi: bangunan bergaya Nieuw Bowen sebanyak 83 bangunan, bangunan bergaya Nieuw
Bowendenganfasademodern(telahmengalamiperubahan)sebanyak9bangunan,bangunanbergaya
NeoGothiksebanyak1bangunan,sertabangunanbergayamodernsebanyak14bangunan(gambar5).








Gambar4.Pemetaangayabangunan,materialdanteksturfasadebangunandikoridorKayutangan






Keterangan:NieuwbowenNieuwbowendenganfasademodern

NeoGothikModern

Gambar5.TracingpemetaangayabangunandikoridorJalanKayutangan

181

Fauziah, N., Antariksa, Ernawati, J.

Berdasarkankajiantersebutmakadidapatkanbeberapakelompokkarakterbangunanyangnantinya
akan dijadikan rujukan sebagai stimuli pada penelitian selanjutnya mengenai penilaian masyarakat terhadap
kualitasvisualfasadebangunandikoridorJalanKayutangan.Adapunpenentuanpengelompokandidasarkan
padahasilanalisisanalisiskesamaangayabangunan,materialdanteksturmasingmasingfasadebangunan.

Tabel1.Hasilanalisispembagiankelompokkaraktervisualfasade
Kelom Karakter Unitbangunan
pok

A Nieuw bowen, material


dinding batu bata, tekstur
halus. Terdiri dari 83

bangunan.









B Nieuw bowen, material


dominan kaca dan
aluminium, transparan,
tekstur halus. Terdiri dari
10bangunan

C Modern,materialkacadan
aluminium, transparan,
tekstur halus. Terdiri dari
14bangunan.

D Neo gothik, material batu


bata,teksturhalus.Terdiri
dari1bangunan.

182

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa keseluruhan fasade bangunan di koridor Kayutangan terbagi menjadi 4 kelompok karakter, yang tiap
kelompok memiliki kesamaan karakter elemen pembentuk fasade, khususnya elemen gaya arsitektural,
material,sertatekstur.

DaftarPustaka
Anonim. (2010). AlunAlun Sebagai Taman Kota Malang. http://blog.ub.ac.id/annisaulmahbubah/tag/kota
malang/(8Mei2011)
Askari, Hossein Amir & Dola, Kamariah Binti. (2009). Influence of Building Facade Visual Elements on Its
HistoricalImage:CaseofKualaLumpurCity,Malaysia.JournalofDesignandBuiltEnvironment.Vol.
5:4959.
Smardon,Richard.(1986).FoundationforVisualProjectAnalysis.NewYork:JohnWiley&Son.
Rapoport, Amos. (1977). Human Aspects of Urban Form: Towards a ManEnvironment Approach to Urban
FormandDesign.OxfordNewYorkTorontoSydneyParisFrankurt:PergamonPress

183

184

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

PemanfaatanKarakterTempat(SpiritofPlace)sebagaiObyekWisata
KotaLama
StudiKasusKoridorKalimasTimurSurabaya

RirinDinaMutfianti1,AryDwiJatmiko2

Abstrak
KoridorKotaLamaSurabayayangberadaditepisungaiKalimastimursampaidengansaatinitidakbanyak
mengubahbentukbangunan.Banyakbangunanditinggalkanpemiliknyasehinggamenjadikumuh.MenurutInskeep
(1991)salahsatudaribentukpengembanganpariwisataadalahPariwisataKotameliputikualitasvisualdarikarakter
dangayaarsitekturalmenjadisalahsatuyangsangatpentingdalampengembanganwisatakota.Padatahapawal
penelitian dilakukan kajian teoritis memperdalam tema pada studi kasus untuk identifikasi dan menganalisis
masalahnya. Kemudian dilakukan analisis menurut tingkat kebutuhan dan keterkaitan dengan aspek pariwisata
dengankarakterkoridor.PenyatuankeduaaspektersebutmembentuksinergiuntukmenjadikanbagianKotalama
sebagaiKawasanyangdapatdihidupkandanmemberikontribusitimbalbalikpadapemerintahdaerahdalamusaha
mengkonservasikawasandenganmenjadikannyasebagaipariwisatakotalama.
KataKunci:Karaktertempat,Pariwisatakota


Pendahuluan
Dalam pengembangan sebagai Kota wisata, Kota Surabaya mengarahkan salah satu tujuan
wisata sebagai wisata budaya. Tujuan wisata Kota Surabaya yang tercantum dalam arahan ini adalah
Kawasan Kota Lama. Sebagai Kota yang dikenal dengan sebutan Kota Pahlawan, masyarakat masih
mempunyai anggapan kuat dan memberikan penghargaan terhadap kawasan Surabaya Kota Lama.
Keuntungan yang didapat dari rasa kepemilikan dan kebanggaan masyarakat terhadap predikat ini
memberispirituntuktetapmemeliharakawasanSurabayaKotaLama.
Pada kenyataannya, usaha untuk merevitalisasi Kawasan Surabaya Kota Lama banyak
mengalami kendala. Salah satu yang menjadi masalah utama adalah tidak adanya pencatatan resmi

1
UniversitasWidyaKartika,airbening_din@yahoo.com
2
UniversitasWidyaKartika,ary.dejee@gmail.com

185

Mutfianti, R. D., Jatmiko, A. D.

tentang kepemilikan tanah dan bangunan yang ada. Hal ini menyulitkan penanganan terhadap
bangunan.Bangunanbangunantersebutmasihasli.Bangunanyangterlantartersebutmenjadiincaran
beberapa pihak. Bahkan beberapa telah melakukan pemaksaan penggunaan dan menempati dengan
tidak legal. Kekumuhan terjadi manakala pemaksaan beberapa pihak untuk masuk terhambat, dan
kemudian mendirikan atau menempelkan bangunan non permanen disembarang sisi bangunan,
sehinggabangunanaslitertutupibahkanmenjadiberpenampilankumuh.
HaltersebutterjadidiKoridorKalimasTimurataujalanKalimasTimur.DiKoridorKalimasTimur
terdapat banyak bangunan yang merupakan peninggalan masa lalu. Banyak bangunan masih asli.
Beberapamasihdipeliharadanbeberapatelahditinggalkanolehpemiliknya.Fasadebangunanhampir
semuanyamasihasli.Sehinggakeindahanbangunanmasihdapatdirasakan.Posisikoridorditepisungai
Kalimasmenambahsuasanadarideretanbangunanberfasadekunotersebut.Pemandanganvisualisasi
bangunanbangunan tersebut menjadi sangat optimal bila diamati dari sisi barat sungai atau dari atas
sungai.
DiperlukankajianuntukmengidentifikasikanapakahkaraktertempatdikoridorKalimasTimur
inilayakuntukdipertahankan.Bilamemanglayakuntukdipertahankanmakapemerintahdaerahperlu
melakukan revitalisasi koridor ini, bila tidak, koridor dengan banyak bangunan yang asli ini akan
semakin mengalami kemunduran dan ditenggelamkan oleh kekumuhan akibat dari kepemilikan
bangunan secara ilegal, mengubah fasade bangunan, tidak memeliharanya bahkan sampai
merobohkannyauntukdijadikanbangunanbarudenganfasadedanfungsiyangberbeda.
Padapenelitianini,diharapkandapatmemberikanmasukanberupausulankonseprevitalisasi
sepertiapayangdapatmenjadilandasanuntukmenjadikankoridorinisebagaikoridorwisatakotalama.

MetodePenelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalahDeskriptif Kualitatif. Melaluitahapan observasi pustaka
dan lapangan untuk mengidentifikasikan keistimewaan karakter Tempat koridor Kalimas Timur
utamanya pada karakter tampilan bangunan dan potensi lingkungan. Tahap kedua adalah analisis
keadaandankesesuaiankarakterKoridorKalimasTimurterhadapaspekaspekpariwisata.TahapKetiga
merumuskanusulankonsepwisatakotalamayangsesuaidenganpotensikaraktertempatyangdimiliki
olehKoridorKalimasT.

186

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

StudiLiteratur
Menurut Garnham (1985), Karakter Tempat (Spirit of Place) memiliki komponen sebagai
berikut:
a. Maknaatausimbolisme,yangmenyangkutbanyakaspekdansangatkompleks,sepertiwujud
bangunanataulingkunganyangmunculkarenainteraksinyadenganmasyarakat/pemakaiatau
karenaaspekfungsional
b. aktivitasdanfungsifungsilokalyangunik,menyangkutpulabagaimanainteraksiantara
manusiadantempat,bangunandanlingkungan,sertasistembudayamasyarakat.
c. Keistimewaan fisik dan tampilan, seperti struktur dan keindahan lingkungan serta
bangunan.

Menurut Inskeep (1991), Faktor penting dalam Pariwisata Kota adalah Karakter dan kualitas
lingkungankotayangmeliputi:
a. Kualitasvisualdandarikarakterdanstylearsitektur
b. Kondisiruangluar/tamanataulansekap
c. Viewdanvista
d. Kondisilalulintasdanpedistrianways
e. Kebersihanlingkungandanpersampahan
f. Kondisilingkungan:udara,airsertapolusisuara
g. Kondisiiklim:panas,hujan
h. Tingkatkeamananpublik

KajianPenelitian
1. IdentifikasiKarakterTempatKorikorKalimasTimur
a. KeistimewaanmaknadansimbolismeKawasanyangadadiKoridor
Keistimewaan makna dan simbolisme kawasan adalah kesejarahan yang mencatat bahwa
kawasan ini pernah menjadi areal perdagangan dan industri tepi sungai. Pada masa sekarang, RTRW
Surabaya masih memprogramkan Kalimas sebagai areal pariwisata kota, sehingga makna dan
simbolisme Koridor Kalimas masih relevan dan bahkan patut dipertahankan agar pariwisata sungai
mampumemberikanmaknadansimbolismekawasanseutuhyangdapatdisajikan.

187

Mutfianti, R. D., Jatmiko, A. D.


b. KeistimewaanAktivitasKawasan
Kawasan Koridor Kalimas Timur termasuk pada kawasan Jembatan MerahSurabaya adalah
Pergudangan,PerdagangandanJasadanPermukiman.UntukKoridorKalimasTimurdapatdikihatpada
gambar1berikutini.

Gambar1.SkemaTataGunaLahanKoridorKalimasTimur
Sumber:Analisis,2010

PermukimanliardanilegaltumbuhdiduatempatyaituditepiansungaiKalimasdanmenempel
didindingdepanbangunanyangdianggaptidakadayangmemiliki.

Gambar2:KekumuhandiTepiSungaidandiFasadeBangunan
Sumber:dokumentasilapangan,2010

188

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

c. Keistimewaan fisik dan tampilan, seperti struktur dan keindahan lingkungan serta
bangunan.
a)TransportasiSungaidanDarat
Kalimas masih mempunyai potensi pelayaran perahu rakyat/lokal dengan memanfaatkan sisa
dermaga.Sisadermagadapatdilihatpadagambar3sebagaiberikut.

Gambar3:PosisidanLokasiSisaDermagayangmasihdapatdimanfaatkan
Sumber:DokumentasiLapangan,2010



Gambar4:PosisidanKondisiJalanDarat
Sumber:DokumentasiLapangan2010

189

Mutfianti, R. D., Jatmiko, A. D.

b)KondisiBangunan
Koridor Kalimas Timur terdiri dari 186 bangunan, dengan bangunan 1 lantai meliputi 14%,
bangunan 2 lantai sebesmmacar 83% dan lebih dari 2 lantai terdiri dari 2,3%. Set back bangunan
kebanyakan(97%)0meter.Setbackbangunannolmeterdisebabkankebanyakanbangunanlangsung
berbatasandenganjalan.
Bangunanberstylevernakularsebesar76%dansisanya24%memilikistylebermacammacam.
Bangunanrusak48%,takterawat31%danyangterawathanya21%.

Gambar5:SikuensPengamatberjalankaki
dalammenikmatipemandangan
Sumber:DokumentasidanAnalisis,2010
190

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

2. AnalisiskeadaandankesesuaiankarakterKoridorKalimasTimurterhadapaspekaspekpariwisata
kota
Darikajiankaraktertempatmakakesesuaiandenganaspekpariwisatameliputiperbaikandan
penyesuaiansebagaiberikut:
a. Kualitasvisualdandarikarakterdanstylearsitektur
SecaraVisual,keaslianbangunansangatberpotensisebagaivistayangmenarik.Ketidakterawatan
dan kerusakan bangunan menjadi hal yang perlu menjadi titik perhatian untuk kesinambungan
pelestariannyaagarkaraktertempatolehfasadebangunandapattetapterjaga.
b. Kondisiruangluar/tamanataulansekap
Beberapa Ruas jalan lebih lebar dari jalan biasa disebabkan fungsi jalan yang sekaligus sebagai
precint untuk dermaga perahu rakyat. Kondisi areal ini sangat istimewa mengingat ada point of
interest olehmenara pengamat yang dapat menjadi icon kawasan. Ruas jalan yang lebar ini perlu
pengolahanagarmenjadiruangluaryangoptimal.
c. Viewdanvista
ViewdanVistadariSelatankeUtaraatausebaliknya,baikdariarahdaratmaupunsungaimemiliki
sikuens yang menarik. Dari arah Utara ke Selatan diakhiri oleh Jembatan Merah, sedangkan dari
arahSelatankeUtaradiakhiriolehpenampilanJembatanPetekan.
d. Kondisilalulintasdanpedistrianways
Keadaan masih tidak layak, karena belum pernah mendapat sentuhan perbaikan dan
pengembangan. Bahkan oleh Pabrik yang ada di ujung utara jalan Kalimas Timur, jalan yang ada
digunakan oleh truktruk pengangkut dari dan ke pabrik. Sehingga rusak karena kelas jalan tidak
sesuaidenganpenggunaannya.
e. Kebersihanlingkungandanpersampahan
Terutama oleh sampah dan lumpur yang berada di dalam sungai. Penanganan dapat dilakukan
bersamasamaantaradinasperairandantatakotasertapihakpihakterkaitlainnya.
f. Kondisilingkungan:udara,airsertapolusisuara
Karenatidakdekatdenganjalanrayautama,makakoridorinirelatiftidakbising.Keteduahandapat
diciptakandenganmemperbanyaktanaman.
g. Kondisiiklim:panas,hujan
Kondisiklimatologiyangdapatdiatasidenganmemberikansaranadanprasaranauntukmelindungi
pengunjungdaripanasdanhujan.

191

Mutfianti, R. D., Jatmiko, A. D.

h. Tingkatkeamananpublik
Dapatdilakukanditingkatmanajerial.

3. RumusanPenyelesaianMasalahdanMemberikanAlternatifPemecahannya.
Dari potensi karakter tempat dan makna sejarah yang dikandungnya, maka Kawasan Koridor
KalimasTimurinisangatberpotensisebagaikawasanwisata.Tetapifaktadilapangan,banyaksarana
danprasaranafisikyangbelumtersentuhsehinggarusak.
Kendala yang dihadapi adalah tidak teridentifikasi secara jelas tentanglegalitas pemilik tanah
dan bangunan yang rusak dan terlantar. Olahan fisik yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah
hanyamenyangkutjalandansungai.Makayangdapatdiolahuntukmeningkatkanpotensiadalah:
a. Memperbaikijalandansungaisebagaisaranadalammenikmatipemandanganbangunan.
b. Berkolaborasi bersama antara pemerintah daerah dengan masyarakat, developer, investor serta
pihakpihaklainyangterkaituntukmelakukanperbaikandanpengembangankoridoristimewaini.
c. Menetapkan kawasan sebagai kawasan konservasi dan preservasi, serta berani menetapkan
pengasuhankepadabangunantidakbertuansehinggadapatmelakukanperbaikanfasadebangunan
agarlayaksebagaikawasanwisata.
d. Membuatorganisasikecilsebagaiindukpengasuhankawasan.

Kesimpulan
Daripaparandiatasdapatdisimpulkanbeberapahalpentingyaitu:
1. KoridorkalimasTimurmemilikikaraktertempatyangkhususdanlayakdipertahankan.
2. Melakukan pengasuhan terhadap bangunan tak bertuan dan mengambil alih sementara
pengelolaanfasadebangunan.
3. UsulankonsepagarKoridorKalimasTimurdapatmenjadikawasanwisataKotaLamaadalahdengan
bekerjasama dengan beberapa pihak untuk secara bersamasama memperbaiki koridor dan
mengoptimalisasikanpengelolaan.
4. Dengan memanfaatkannya sebagai kawasan konservasi yang berfungsi sebagai wisata, maka
manyarakat di sekitar Kalimas mendapatkan banyak manfaat dengan memanfaatkan keramaian
yangdiakibatkanolehwisatatersebut.


192

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

DaftarPustaka
Garnham,L.(1985).MaintainingTheSpiritofPlace:AProcessforThePreservationofTownCharacter.
PDAPublishersCorporation,Mesa,Arizona.
Inskeep, E. (1991). Tourism Planiing : An Integrated and Sustainable Devepment Approach. Van
NostrandReinhold,NewYork.

193

194

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

FleksibilitasRuangdalamTradisiSinomandanBiyadadiDusunKarang
AmpelMalangdenganPendekatanTeritori

Rr.Putri1,GalihWidjilPangarsa2,JennyErnawati3

Abstrak
GotongroyongyangterwujuddalamtradisisinomandanbiyadadiDusunKarangAmpelMalangdipahami
masyarakatsetempatsebagaipemenuhankebutuhansosialdalambermasyarakat.Menariknya,dalampelaksanaan
tradisi ini, ruangruang yang ada secara fleksibel berubah teritorialitasnya dan terjadi invasi teritori terhadap
lingkungan sekitar, namun lingkungan sekitar sama sekali tidak merasa terganggu. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisiselemenelemenyangmempengaruhifleksibilitasruangyangterjadidalamtradisisinomandanbiyada
dengan pendekatan teritori. Penelitian dilakukan pada 2 sampel dengan kategori kekerabatan yang berbeda.
Elemen yang diteliti meliputi perubahan karakteristik ruang (bentuk, batas, ukuran, dan komponen ruang) dan
perubahan fungsi ruang. Melalui metode deskriptif kualitatif dengan menganalisis hasil identifikasi perubahan
perubahankaraktersitikdanfungsiruang,ditemukanbahwafleksibilitasruangyangterjadidalamtradisisinoman
dan biyada ini terjadi karena adanya faktor sosial dan fisik. Dari faktor sosial, masyarakat sadar akan pentingnya
kebersamaandalambermasyarakat,sedangkansecarafisik,teritoriyangberkembangdanmeluastidaksertamerta
menginvasidaerahprivattetangga,sehinggamasihterdapatruanggerakwargadalamrumahnyamasingmasing.
KataKunci:Fleksibilitasruang,Sinomandanbiyada,Teritori

Pendahuluan
Eksistensi gotong royong yang pada saat ini semakin jarang dijumpai, ternyata masih dapat
dijumpaididusunKarangAmpel,KecamatanDau,KabupatenMalang.DusunKarangAmpelterletakdi
sebelah barat laut kota Malang dan merupakan wilayah kabupaten yang berbatasan dengan kota
Malang. Dusun Karang Ampel merupakan daerah yang terletak di area perbukitan dengan kondisi
tanahnya yang subur dengan kontur yang cukup datar di area pemukiman. Sebagian besar warga
bermatapencahariansebagaitukangdanberkebun.

1
Mahasiswa,S2ArsitekturLingkunganBinaanUniversitasBrawijaya,mappapoo3@yahoo.co.id
2
DosenPembimbingTesis,JurusanArsitekturUniversitasBrawijaya,galihwpangarsa@gmail.com
3
DosenPembimbingTesis,JurusanArsitekturUniversitasBrawijaya,jny23ern@yahoo.com

195

Putri, Rr., Pangarsa, G. W., Ernawati, J.

Kebersamaan dalam bermasyarakat yang dimiliki oleh warga dusun Karang Ampel yang
terwujud dalam gotong royong yang telah mentradisi ini dipahami masyarakat sebagai salah satu
pemenuhankebutuhansosialdalamberkehidupan,sebagaimanadalamPiddington(1950)menyebutkan
secara garis besar bahwa manusia pada dasarnya memiliki 3 macam kebutuhan, yaitu kebutuhan
primer/utama,kebutuhansosial,dankebutuhanintegrasi.
Semangat kebersamaan dalam gotong royong di beberapa aspek kehidupan di desa Karang
Ampel ini terwujud dalam beragam kegiatan, termasuk di dalamnya tradisi sinoman dan biyada.
Sinoman dan biyada di desa Karang Ampel adalah salah satu bentuk gotong royong dalam hal
membantu tetangga yang sedang menyelenggarakan hajat, yaitu hajat pernikahan dan khitanan.
Sinomandilakukanolehparapria,sedangkanbiyadadilakukanolehwanita.Padaumumnyasinoman
danbiyadadimulaidariH3sampaidenganhariH.
Sinomandanbiyadamenarikdipelajarilebihlanjut,karenadalamtradisiiniruangruangyang
ada secara fleksibel berubah sifat teritorialitasnya, bahkan sifat teritorialitas rumah yang ada pada
tetangga kanan, kiri, depan, dan atau belakang juga terpengaruh oleh kegiatan ini. Walaupun terjadi
perubahanfungsipublikprivatruangbaiksecaramikromaupunmesosebagaiakibatdariaktivitasini,
tetanggasamasekalitidakmerasaterganggukarenateritorinyaturutdiinvasi.
Perubahan fungsi publikprivat ruang yang terjadi akibat aktivitas ini adalah sebagai bentuk
akanadaptasiterhadaplingkungan,baiksecarafisikmaupunnonfisik.Kebutuhanakanruangsecara
fisik berkaitan dengan kebutuhan akan adanya penambahan luasan ruang karena keterbatasan ruang
yangada,sedangkankebutuhanruangsecaranonfisikberkaitandengankebutuhansosialdidalamnya.
Sebagaimana Lefebvre (1991) mengungkapkan bahwa space is socially produced dan sementara itu
juga mengatakan bahwa we are spatially produced. Menurut Lefebvre, ruang adalah hasil dari
kehidupansosialmanusia,sementaraitukitatelahsecarasadarmaupuntidaksadarmengamatiruang
secarafisikal,yangdapatberupabatasanbatasanruang,baikfisik,yangberupafixelementdansemifix
element,maupunbatasanruangnonfisikyangtelahterkonsepsidipikirankita(conceivedspaced)yang
terwujuddalambatasruangnonfixelement.
Dengan adanya perubahan ruang yang sangat fleksibel dari hari ke hari dalam pelaksanaan
tradisi ini, maka terjadiliah fleksibilitas ruang. Fleksibilitas ruang terjadi karena adanya kebutuhan,
sepertiyangdijelaskandalamPrijotomodanPangarsa(2010)bahwaruangbukanlagisesuatuyangada,
melainkan sesuatu yang diadakan. Setting ruang mempengaruhi kualitas interaksi orang dan nilainilai
yangingindisampaikan.ToleransidankeguyubanwargaDusunKarangAmpelmenjadikanbatasbatas

196

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

teritoribergesersehinggateritoridapatmeluassampaiteritoritetanggatetanggasampingkanan,kiri,
depan,danataupunbelakang.
Perubahan teritori dapat diamati dengan melihat perubahan beberapa karakteristik ruang.
Karakteristik ruang meliputi bentuk ruang, orientasi ruang, ukuran ruang, pembatas ruang (barriers),
kondisiruang,dankomponenruang.(Hermanto,2008).Selainkarakteristikruangtersebut,perubahan
fungsipublikprivatjugasangatmenentukanbagifleksibilitasruangdenganpendekatanteritori.
Padadasarnyamanusiaakantetapmempertahankanteritorinyadenganbatasbatastertentu.
Akan tetapi pergeseran teritori yang terjadi dalam tradisi sinomandanbiyada didusun Karang Ampel
dapat menggeser fungsi ruang publikprivat hunian tetangga sekitar. Dengan demikian, masalahnya
adalahbagaimanafleksibilitasruangyangterjadipadatradisisinomandanbiyadadenganpendekatan
teritori?. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fleksibilitas ruang yang terjadi pada tradisi
sinomandanbiyadadenganpendekatanteritori.

MetodePenelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif
denganmetodepengambilansampelpurpossivesampling.Sampeldipilihdenganberdasarkankategori
hubungan kekerabatan, hubungan kekerabatan dekat dengan lingkungan sekitar, dan hubungan
kekerabatanagakjauh.Berdasarkankategoritersebut,makadipilihsebagaiberikut:(1)RumahPakSai,
sebagairumahyangdikelilingidengankerabatdekat,dan(2)RumahPakJumari,sebagairumahyang
dikelilingidengankerabatyangagakjauh.
Data diperoleh dengan melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara. Observasi di
lapangandilakukanpadabulanMaret2012,yangbertepatandenganbulanJumadilAkhir,dimanapada
bulan tersebut merupakan waktu terbanyak dilaksanakannya hajat di dusun ini. Observasi dilakukan
dalam4hari,yaitusejakH3sampaidenganhariH,denganmengamatiperubahanperubahanruangdi
dalam rumah dan di sekitarnya, dengan mengacu pada karakteristik ruang yang meliputi (1) Bentuk
ruang, (2) Ukuran ruang, (3) Pembatas ruang (barriers), dan (4) Komponen ruang, serta ditunjang
dengan analisis terhadap perubahan fungsi ruang publikprivat. Sedangkan untuk pengamatan dalam
hal invansi terhadap teritori lingkungan sekitar sangat didukung dari keterangan yang diperoleh dari
hasilwawancara.
Analisisdilakukandenganmengolahhasilpengamatanperubahankarakteristikruangdarihari
kehari,danmembandingkanhasildarikeempatkategorisampel.Hasilnyadilakukancrosscheckdengan
kajianpustakayangada.

197

Putri, Rr., Pangarsa, G. W., Ernawati, J.

StudiLiteratur
A. GotongRoyongyangTerwujuddalamTradisiSinomandanBiyada
"Sinoman", dari kata "sinom" yg sebenarnya adalah nama daun pohon asam. Kemiripan
"sinom" dg kata "anom" yg berarti muda menjadikan sinom sebagai istilah sebutan bagi kaum muda
atau"kadangwiranem"."Nyinom",istilahuntukmelakukanpekerjaansinomdilakukanumumnyaoleh
pemudapemudi di suatu perkampungan. Biasanya keluarga yg mempunyai hajat alias ewuh meminta
tolong pada para pemuda untuk menjadi "pramuladi". Pramuladi merupakan istilah lain sinoman yg
samasamabermaknapelayantamu.BegituperhatiannyaorangJawadalammenyambutdanmelayani
tamu,sampaisampaisegalanyadipersiapkansecaradetail.(Assulaiman,2009)
DalamKamusBesarBahasaJawa,Sinomanmemilikiartipelayanpemuda,danbiyadamemilikiarti
abdiperempuandikerajaan,pelayanperempuan.Artitersebutmengalamiperluasanmaknamenjadi
sinoman sebagai kegiatan membantu yang dilaksanakan oleh para pria dalam suatu hajat, sedangkan
biyadakegiatanmemantudilaksanakanolehparawanitadalamsuatuhajat.

B. PerubahanRuangberdasarkanKarakteristikdanFungsiRuang
Bentuk rumah tidak sesederhana akibat kebutuhan fisik semata atau hanya karena faktor
penyebab tunggal, namun merupakan dari keterkaitan seluruh faktor sosiokultural yang
melatarbelakanginya.(Rapoport,1969).Lebihlanjutdijelaskankebutuhanruangyangterjadi,baikyang
tersedia maupun terjadi perubahan di dalamnya, bukan hanyalah faktor kebutuhan akan luasan atau
fungsiruang,akantetapijugadapatdisebabkankarenakebutuhanakaninteraksisosialdidalamnya
Ruangdankebutuhansosialpunmenjadisatuketerkaitanyangtidakdapatdipisahkan,sehinggajika
terdapat kebutuhan sosial yang berubah di dalamnya, maka ruang pun turut mengiringi dengan
perubahan pula. Dalam tradisi sinoman dan biyada ini, ruang turut berubah, baik dari fungsi dan
karakteristikyangmempengaruhiteritorinya.Fleksibilitasruangmengacupadakarakteristikruang,yang
dalamHermanto(2008)menyebutkanbahwakarakteristikruangmeliputibentukruang,orientasiruang,
ukuranruang,pembatasruang(barriers),komponenruang,dankondisiruang.

C. TeritoriRuang
Fungsi territory adalah memperoleh privasi untuk pemenuhan beberapa kebutuhan
psikologis/dasarmanusia(kebutuhanakanidentitas,stimulusdankeamanan)(Laurens,2004).Klasifikasi
teritoriyangdibuatAltman(1980)dalamLaurens(2004)yangdidasarkanpadaderajatprivasi,afiliasi,
dan kemungkinan pencapaian, adalah (1) Teritori Primer, adalah tempattempat yang sangat pribadi

198

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

sifatnya, boleh dimasuki oleh orangorang yang sudah sangat akrab atau yang sudah mendapat izin
khusus. (2) Teritori Sekunder, adalah tempattempat yang dimilki bersama oleh sejumlah orang yang
sudah cukup saling mengenal. (3). Teritori Publik, adalah tempattempat yang terbuka untuk umum.
Adapun karakteristik teritori dari Lang (1987) dalam Hadinugroho (2002) adalah: (1) Kepemilikan atau
hak atas tempat; (2) Penandaan suatu area; (3) Hak untuk mempertahankan dari gangguan; dan (4)
Mengakomodasi beberapa fungsi mulai dari kebutuhan fisiologis dasar sampai dengan kepuasan
kebutuhankognitifdanestetis.

HasilPembahasan
Berdasarkanlatarbelakangyangtelahdikemukakansebelumnya,makafleksibilitasruangyang
terjadidiamatidariadanyaperubahanperubahankarakteristikruangyangmemilikiketerkaitandengan
aspekteritori,yaitubentukruang,ukuranruang,pembatasruang,dankomponenruang,dengansecara
langsung memperkaitkan elemenelemen yang berhubungan erat. Selain itu, perubahan fungsi publik
privatjugasangatmendukunganalisisterhadapfleksibilitasruangberdasarkanteritori.
A. IdentifikasiPerubahanRuang
1. Identifikasiperubahanbentuk,ukuran,danpembatasruang
Karakterruangyangmeliputibentuk,ukuran,danpembatasruangsangatberkaitansatusama
lain. Perubahan bentuk akan mempengaruhi ukuran ruang yang ada. Perubahan bentuk ruang
juga dapat diamati dengan adanya batasbatas yang membentuk ruang tersebut, baik batas fix
element,semifixelement,maupunbatasruangdengannonfixelement.
a. RumahPakSai
Bentuk
meluas,
ruang berubah lagi dan
pemakaian gang
Bentuk ruang berubah dengan
semakin bertambahnya luasan
dengan batas semi fix element ruang ke arah utara dan ke
yaitudenganpemasanganterop seletan (ke arah jalan). Batas
danmeluasketetanggasebelah
barat dengan batas non fix
batas yang melingkupinya
sebagian besar adalah dengan
elementberupabalebaleuntuk semi non fix element berupa
menjemurdaunpisang.Ukuran terop. Ukuran luasan ruang di
ruang pun 2
bertambah menjadi hariH1iniadalah+ 210m2
+130m


Bentuk ruang mulai mengalami
sedikit perubahan dengan batas Bentuk ruang yang berubah
semi fix element berupa bale terjadi di depan rumah dengan
bale di belakang rumah, dan fix batas semifix element berupa
element berupa batas dinding terop dan nonfix element
tetangga belakang rumah di berupa adanya salon pengeras
daerah dapurnya. Ukuran ruang suara yang besar di batas terop.
punbertambahmenjadi+63m2, UkuranluasanruangpadahariH
yangsebelumnyaeksistinghanya adalah+230m2
48m2 199

Putri, Rr., Pangarsa, G. W., Ernawati, J.

b. RumahPakJumari
Bentuk ruang semakin membesar
Bentuk ruang mengalami dan berkembang ke arah seberang
perubahan yaitu mulai digunakan
ruang tamu dan sebagian teras jalan sampai dengan rumah
tetangga depan, yang dibatasi
rumah dengan pembatas berupa
nonfixelementberupakursikursi dengan fixelement berupa pagar
tetangga depan, dan nonfix
yang dikeluarkan. Ukuran ruang
meluasmenjadi+84m2 element di area belakang (gang)
dengan adanya perletakan tempat
membawapeningset.Ukuranruang
meluasmenjadi+150m2



Bentuk ruang berubah dibandingkan Bentuk ruang semakin tidak
eksisting. Ruang yang digunakan beraturan dengan meluasnya
ruangkearahdepandansamping,
pada hari H3tidak seluruh ruangan,
denganpembatasfixelementberupa denganpembatassemifixelement
yaitu terop dan tirai pembatas di
dinding batas antar ruang tamu dan
ruangtengah.Ukuranluasruangnya sebelah timur. Batas nonfix
element di daerah belakang
pun tidak sebesar kondisi eksisting,
2
yaitu +57m , sedangkan eksisting ditandai dengan adanya aktifitas
2 pelaku biyada yang semakin ke
+66m arahsebelahbaratrumah.Ukuran
ruangmeluasmenjadi+200m2


2. Identifikasiperubahankomponenruang
Komponen ruang adalah elemenelemen yang membentuk ruang, baik secara fisik maupun
secara fungsi. Komponen ruang yang membentuk fisik, misalnya pintu, jendela, dinding, langit
langit,dalamkajianinitidakterlaluberperansertadalamfleksibilitasruangdalamtradisisinoman
danbiyadaini,akantetapikomponenruangberupaperabotruangsangatberpengaruhterhadap
perubahan fungsi ruang yang ada secara fleksibel. Ruang tamu dan ruang keluarga yang pada
awalnya berperabot set sofa dan meja, berganti dengan pemasangan alas tikar yang turut
mengganti fungsi ruang tersebut menjadi ruang berkumpul para biyada untuk menata kue atau
menyiapkan kardus makanan (keropak). Kemudian pada hari berikutnya dapat berganti lagi
dengan adanya pemasangan meja 80x200 yang disusun 3, untuk menyimpan kue dan makanan
makanan lain. Pelataran belakang yang awalnya berupa balebale dan tiang jemuran berubah
dengan dipindahkannya balebale tersebut ke sebelah rumah dan diganti dengan pendirian
pawonan, baik pawonan untuk njenang dan pawonan untuk memasak makanan yang lain.
Perubahankomponenruangyangberupaperubahanperabotyangbisaberbedadisetiapharinya
inimengakibatkanperubahanfungsiruangyangadapula.

200

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

3. Identifikasiperubahanfungsipublikprivat
Perubahan fungsi publik privat terjadi baik di dalam rumah yang punya hajat maupun ke
wilayahtetanggasekitar.
a. RumahPakSai
PerubahanfungsipublikdanprivatyangterjadididalamrumahPakSaidapatdilihatpada
gambarberikut:

Areapublik

Areasemipublik
Areaprivat
Areasangatprivat/sakral

Eksisting H3s/dH1 HariH

Fungsipublikprivatpada Fungsi publik privat pada Fungsi publik privat pada hari
kondisi eksisting sebagai H3 s/d H1 sebagai Hsebagaiberikut:
berikut: berikut: Publik:rg.Tamu,teras
Publik:rg.Tamu, Publik:rg.Tamu,teras depan,terasbelakang,rg.
terasdepan,teras depan,terasbelakang, Tengah,kamarbelakang,
belakang rg.Tengah,kamar dapur,kamarmandi,
Semipublik:rg. belakang,dapur,kamar Semipublik:kamartidur
Tengah mandi, untukriaspengantin
Privat:kamartidur, Privat:kamartidur Privat:kamartidur
Sangatprivat/sakral: Sangatprivat/sakral:kamar
kamartiduryang tiduryangdijadikan
dijadikan sarongan/padaringan

Secarameso,perubahanfungsiruangpublikprivatpadalingkungansekitarrumahPakSai
dapatdilihatpadagambarberikut:

Areapublik

Areaprivat(tetangga)

Dapatdilihatdalamgambartersebut,bahwaareaprivattetanggasekitarrumahpakSai
juga mengalami perubahan fungsi menjadi ruang publik karena adanya kegiatan sinoman

201

Putri, Rr., Pangarsa, G. W., Ernawati, J.

danbiyada di rumah Pak Sai. Perkembangan perubahan fungsi publik privat di lingkungan
sekitar rumah Pak Sai berorientasi ke kiri, kanan, dan belakang, dengan dominasi
perkembangankearahbelakang.
b. RumahPakJumari
PerubahanfungsipublikdanprivatyangterjadididalamrumahPakJumaridapatdilihat
padagambarberikut:



Areapublik
Areasemipublik

Areaprivat
Areasangatprivat/sakral
Eksisting H3s/dhariH

Fungsipublikprivatpada FungsipublikprivatpadaH3
kondisi eksisting sebagai s/dhariHsebagaiberikut:
berikut: Publik:rg.Tamu,teras
Publik:rg.Tamu, depan,rg.Tengah,dapur,
terasdepan kamarmandi,
Semipublik:rg. Privat:kamartidur
Tengah Sangatprivat/sakral:
Privat:kamartidur, kamartiduryang
dapur dijadikansarongan/
padaringan

Secara meso, perubahan fungsi ruang publik privat pada lingkungan sekitar rumah Pak
Jumaridapatdilihatpadagambarberikut:




Areapublik
Areaprivat(tetangga)

Dapatdilihatpadagambartersebutbahwaperubahanfungsipublikdanprivatketetangga
sekitarrumahPakJumarilebihbanyakkearahdepandanbelakangsampingkananrumah.

202

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

B. HasilAnalisa
Berdasarkanidentifikasisebelumnya,makadapatdilihatbahwaruangberubahsecarafleksibel
dari hari ke hari, yang kemudian berpengaruh terhadap wilayah teritori obyek kajian. Ditemukan
bahwa fleksibilitas ruang yang terjadi dalam tradisi sinoman dan biyada terbentuk oleh adanya
perubahanperubahankarakteristikdanfungsiruangsecarakontinyudarihariH3sampaidenganhari
H. Fleksibilitas ruang yang pada akhirnya memperluas teritori obyek kajian ditandai dengan adanya
elemenbentukruangyangberubah,yangukurannyasemakinmeluas,denganbatasbatasfixelement
(berupa dinding), semifix element (berupa balebale, terop, tirai) dan nonfix element (berupa
kumpulanwargayangberinteraksi).
Elemenberikutnyaadalahelemenkomponenruang.Elemenkomponenruangsangatberpengaruh
terhadap fleksibilitas ruang, karena dengan adanya komponen yang berubah dari hari ke hari maka
fungsi ruang pun turut berubah. Salah satu contoh kecil adalah pawonan untuk njenang di teras
belakangrumah,ketikapawonantersebutdigunakanuntuknjenang,makapawonantersebutbersifat
sakral, akan tetapi setelah selesai acara njenang, dan digunakan untuk memasak yang lain, maka
pawonantersebuttaklagisakral,hanyamenjadipawonanbiasasepertiyanglainnya.
Dalamhalperubahanfungsiruangpublikprivatbaiksecaramikro(didalamrumah)maupunmeso
(dilingkungansekitar)ditemukanbahwaruangpubliksemakinmeluas,jikadibandingkandenganruang
privat. Wilayah privat yang terdapat pada obyek kajian (rumah Pak Sai dan Pak Jumari) terletak di
kamarkamar, dan terdapat wilayah yang sakral, yaitu sarongan/padaringan, yang pada awalnya
merupakankamaryangberfungsiprivat.

Kesimpulan
Berdasarkanpembahasandiatas,makadapatditarikkesimpulanbahwafleksibilitasruangyang
terjadi pada tradisi sinoman dan biyada di Dusun Karang Ampel Malang terjadi karena adanya
karakteristik dan fungsi ruang yang berubah secara fleksibel dari hari H3 sampai dengan hari H.
Fleksibilitas ruang yang terjadi mengakibatkan perluasan teritori sampai ke lingkungan sekitar.
Meskipun terdapat invasi teritori ke wilayah tetangga sekitar, warga tidak merasa keberatan dengan
keadaantersebut.Halinidikarenakansecarasosial,wargasadardansiapmembantudalamsegalahal,
yang terutama adalah 3 hal besar, yaitu kematian,kelahiran, dan punya hajat. Selain secara sosial,
secara fisik pun dapat diamati bahwa perluasan teritoi yang menginvasi tetangga sekitar tidak serta
merta menginvasi ruang privatnya, yaitu kamar, sehingga masih terdapat ruang gerak bagi tetangga
tersebutdidalamrumahnyasendiri.

203

Putri, Rr., Pangarsa, G. W., Ernawati, J.

ArtikatakataJawa
Pawonan :Dasaruntuktungkumemasakdenganmenggunakanbahanbakarkayu
Njenang :Prosesmemasakjenang(dodol)
Sarongan/padaringan :Ruanguntukmenyimpanbahanbahanyangdigunakanunukhajatyang
tidakbolehdimasukisiapapunkecualiyangsedangpunyahajat

DaftarPustaka
Assulaiman, Abu Kholid Akhid bin Jamal. (2009). dalam http://pejuangperadaban.blogspot.com pada
tanggal15Oktober2010.
Hadinugroho, D.L., (2002), Jelajah Pembentukan Tempat pada Rumah Jawa (Dengan Pendekatan
TeritorialBehaviour),dalamhttp://repository.usu.ac.idpadatanggal18Maret2012
Hermanto, H., (2008), Tesis, Faktor faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Fungsi Ruang di
SerambiPasarIndukWonosobo,UniversitasDiponegoro,Semarang.
Laurens,J.L.(2004),ArsitekturdanPerilakuManusia,PenerbitPT.Grasindo,Jakarta.
Lefebvre,Hi.,(1991),TheProductionofSpacetranslatedbyDonaldNicholsonSmith,Blackwell,Oxford
Piddington,R.,(1950),AnIntroductiontoSocialAnthropology,OliverandBoyd,London.
Prijotomo, J. dan Pangarsa, G.W., (2010), dalam http://ruangarsitektur.com. pada tanggal 5 Januari
2012.
Rapoport, A., (1969), House, Form, and Culture. Prentice Hall, Inc. Englewood Clifft, New York.

204

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

LansekapdiAreaPublik,SiapaPeduli

Poerwadi1

Abstrak
Lansekap dalam Arsitektur diartikan sebagai Ruang Luar, yaitu lingkungan luar (outdoor room) yang
sengajadirancang/rekayasaolehmanusiauntukmemenuhikebutuhanaktivitasnya,dengancaramembatasialam.
Batasruangberupaelemenpembatas,hardscapedansoftscape,sebagaielementetap(fix)atautidaktetap/mobile
(non fix). Ruang publik berupa ruang jalan terbentuk oleh elemen pembatas hardspace yaitu massa bangunan di
kedua sisi ruang jalan dan softspace yaitu elemen lansekap yang berada didalam ruang jalan tersebut. Elemen
pembatashardspaceselainterdiridarideretanmassabangunansebagaielementetapjugaterdapatelementidak
tetap, berupa kios/tempat berdagang PKL. Elemen non fix ini sering berada ditempat strategis, dengan cara
memanfaatkan ruang fasilitas bagi pejalan kaki, terutama di area persimpangan jalan dimana akan menjadi titik
pertemuanaktivitaswargakota (nodes). Permasalahanakanmunculsejalandengantumbuhdanberkembangnya
elemenpembataslansekaptidaktetapakibatintensitasdariaktivitasdiruangluarmeningkat,terutamapadasaat
waktu puncak (peak hour/ sesion). Kriminalitas dalam kondisi kesemrawutan serta perilaku anarkis warga kota
cenderung meningkat. Siapa peduli? bagaimana peran Arsitek lansekap? Ataukah kepedulian pemangku
kepentingan/pengelolakotayangbelumada?
Katakunci:Elemenlansekapnonfix,Nodesareapublikkomersial.

Pendahuluan
Ruang luar (landscape architecture) yaitu bagian alam yang dibatasi dimana terdapat fungsi,
maksuddankehendakmanusiasesuaiidegagasanperancang(arsiteklansekap)bagiwargakota/desa
sebagaipenggunaruang,seringjugadisebutsebagaiarsitekturtanpaatap(outdoorroom)dengandua
elemen pembatas berupa material lantai/horizontal dan dinding/pembatas vertikal/tegak (Ashihara,Y.
Exterior Design in Architecture,1960). Aktivitas di ruang luar beragam, yang termasuk kategori gerak,
misalnya berjalanjalan atau yang termasuk kategori diam/tinggal, misalnya dudukduduk, membaca
buku, melihat atraksi di area panggung hiburan terbuka. Fasilitas berupa elemen lansekap dirancang
agar berdayaguna mendukung aktivitas tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya,
misalkan fasilitas elemen tempat duduk untuk melengkapi area baca atau ngobrol. Elemen bangku

1
StafEdukatipJurusanArsitekturFTSPInstitutTeknologiSepuluhNopember,poerwadi22@yahoo.com

205

Poerwadi

taman sangat tepat untuk dudukduduk dialam terbuka. Kualitas ruang luar sangat dipengaruhi oleh
material elemen pembatas/pembentuk ruang yang berhubungan dengan faktor penglihatan/rupa,
penciuman/smelting, perabaan/tekstur dan cuaca serta waktu/saat pagisiangsoremalam hari terkait
orientasidanpencahayaan.Suasanaruangakanberbedaakibattataletakdanorientasiruangterhadap
posisimatahari.
Sepenggal koridor jalan sebagai ruang publik kota pasti memiliki satu titik/nodes dengan
aktivitas puncak, terutama disekitar titik persilangan jalur (nodes) di kawasan perdagangan, sehingga
memicuterbentuknyaruangluaryanglebihberkualitas.Elemenpembatastetap(fix)terdiridariruang
ruangindoorbangunankomersial,sementaraelementidaktetap(nonfix)tumbuhberkembangsejalan
perkembangankawasan,terutamaberwujudlapaklapakpedagang(PKL)sesuaifungsikawasan,sebagai
alternatip tempat mendapatkan barang kebutuhan warga kota. Akibat terpusatnya aktivitas transaksi
baik formal di ruang indoor maupun informal di ruang outdoor,maka akan timbul masalah terhadap
kelancaran fungsi jalan. Keberadaan elemen non fix pembatas ruang luar di titik/nodes kawasan
perdagangan dapat meningkatkan kualitas ruang luar akan tetapi juga dapat menimbulkan pengaruh
buruk terhadap ruang publik terutama saat waktu puncak di titik/nodes. Kegiatan berdagang di ruang
luarsebagaisebuahbentukusahakomersialtidakdilarang,tetapikegiatanyangberorientasiekonomi
menuntut persaingan antar individu. Individualisme, seseorang berhak membuat keputusan asalkan
tidak mengganggu hak orang kain, semua orang bertanggung jawab atas diri sendiri. Pandangan ini
mendukung lansekap yang individualistik, sedangkan komunalisme, sebuah komunitas memiliki kuasa
untuk mengatur sikap dan keputusan terhadap individu di dalamnya, sehingga keadaan seseorang
mempengaruhi keadaan orang lain. Keburukannya, bilamana gap antara dua jenjang kepentingan
ekonomisangatbesar,makasemakinbanyaktindakkriminaldananarkisterjadiakibattekananurban
yangterusmeningkat.
Undangundang no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja menegaskan bahwa setiap
individu/wargaberhakmendapatkanperlindunganataskeselamatannyadalammelakukanpekerjaan/
usahagunamencapaitingkatkesejahteraandanproduktivitasusaha.Wargakotayangberadadisektar
tempatkerja/usahajugaperludijaminkeselamatanya,sehinggaterciptalingkungankerja/usahayang
amandaneffisien.Tempatkerja/usahaadalahruang,indoormaupunoutdoorroom,menetapataupun
bergerak/berpindahpindah/mobile, termasuk ruang kerja/usaha beserta elemen pembatas berupa
lapangan,halaman,ruangankerjadenganelemenelemenyangberhubungan/terkait.Pengusahaadalah
orang/wargakota,menjalankanusahamiliksendiri/korporasiyangmembutuhkandanmempergunakan
tempat kerja/usaha. Keselamatan kerja/usaha berlaku disegala tempat kerja/ usaha, baik didarat,

206

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

didalam tanah/terowongan, dipermukaan air/kapal/jembatan, didalam air/ underwater maupun


diudara/pesawat terbang. Syarat keselamatan kerja/usaha meliputi upaya untuk mencegah dan
mengurangi bahaya timbulnya kecelakaan, lalulintas, kebakaran, peledakan dan genangan, sehingga
perlu dilakukan pengendalian dan perlindungan terhadap semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
kerja/usahaditempatkerja.
Bagaimana sikap perancang lansekap kota (urban lansekap) dan pengelola kota sebagai
pemangkukepentinganterhadaprealitafenomenaselalutumbuhberkembangnyaelemenlansekapnon
fix di area publik terutama titik/nodes kawasan komersial Maka perlu diterapkan undangundang
tersebut sebagai solusi keberadaan elemen lansekap non fix yang berfungsi sebagai ruang tempat
kerja/usaha PKL dan merupakan pembatas ruang luar di titik/nodes setiap kawasan
perdagangan/komersialagardapatmeminimalisirtimbulnyamasalahbagiwargakotasebagaipengguna
ruangpublikkota.

LandasanTeori
Lansekapadalahsuatutempatyangdidesaindenganpengalamanberbeda,caraberbedadan
orang yang berbeda dalam waktu berbeda pula (Wiley John,Sons,Introduction to Landscape
Design,2001).
Menurut Robert Redfield dalam bukunya Peasent, Society and Culture (1956), digambarkan
perbedaanantarabudayaklasikdanrakyat,yaitutradisiyangdipelajaridantradisiyangpopuler.Amos
Rapoport dalam bukunya House Form and Culture (1969) menyadari perbedaan budaya klasik dan
rakyatsesuaidenganbagaimanahalhaltersebutterbangundalamlansekap

207

Poerwadi

Lokasi
Pengalaman Manusia

Ekologi Budaya

Teknologi

LANSEKAP

Sumber : Wiley John, Sons, inc. Introduction to Landscape Design Second

Contoh, munculnya tradisi pembangunan tugu adalah untuk mempengaruhi rakyat akan
kekuatan pelindung. Nilai budaya setempat (local cultural), dapat digunakan sebagai pengetahuan
desaindalammenciptakanestetikabagiwargalokalyangdapatmemberikanmaknabudayaterbaikbagi
masyarakat luas dan akan menghasilkan lansekap yang lebih kaya, membangkitkan ingatan, serta
bersinergidenganmaknalansekapitusendiri.
D.W.Meinigmenyatakanbahwalingkunganmenyokongkitasebagaimakhlukhidup;lansekap
menunjukkan pada kita sebagai budaya; lansekap ditegaskan oleh penglihatan dan interpretasi dari
pemikirankita.Lansekapyangditempatiolehmanusiamerupakanarsip,menjelaskantentangbudaya,
(D.W.Meinig,The Interpretation of Ordinary Landscape, 1979), kita dapat membaca lansekap seperti
halnya membaca buku. Budaya apapun dapat terbaca riwayat hidupnya sebagai penemuan jati
diri.Lansekap biasanya sulit untuk dibaca karena 2 hal, yaitu :Membingungkan, karena berkembang
sebagai upaya bersaing, sering terjadi pertentangan pengaruh dan kekuatan yang berubah sepanjang
waktusertadiajarkanfokusdalamisubesaryangada,tidakmerasakanbentukyangmerupakanesensi
darilansekapdantidakmemeriksaalamyangtidakterkontroldisekitarkita.Desainyanglebihpeduli
akanbudayaapapun,dapatdimulaidenganmembacariwayatbudayanya,yaitulansekapnya.Aksioma

208

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Lansekap sebagai Petunjuk Budaya dalam membaca budaya lansekap, selalu diingat apakah
yang kita lihat merupakan tradisi kedaerahan/lokal ataukah grand tradition. Desain lansekap dan
pendidikandesain,sebagianterbesarmenginterpretasikannya.membacaartefak/membacalansekap,
perlu diingat bahwa yang dibaca adalah elemen fisik bukan sebagai bentuk abstrak, tetapi sebagai
ekspresi dari keadaandan pengaruhnya.Aksioma Geografi Pemahamannya berkaitan dengan geografi
ataukontekslokasinya.Interpretasimengenaielemennyaharussebanyakmungkinmeresponkeadaan
karakteristik fisik pada elemen itu sendiri, karakter dialek lansekap dan fakta bahwa masyarakat lebih
memilihlansekapopenendedyangmemilikibanyakmakna.MeinigdalambukunyaTheBeholdingEye:
TenVersionsoftheSameScene,(1979),menyatakanbahwalansekapdirancangtidakhanyaapayang
terlihat oleh mata, tetapi juga yang apa yang ada di dalam pemikiran kita. 10 versi persepsi yang
dijelaskanolehMeinig,memperlihatkaninterpretasilansekapyangcenderungdirasakanolehmanusia,
diantaranya:
Lansekap sebagai Alam; mempertunjukkan alam lebih dominan, sedangkan manusia sebagai
subordinatnya. Lansekap sebagai Habitat; Persepsi ini mempertunjukkan lansekap sebagai rumah bagi
manusia. Pendekatannya adalah lahannya merupakan tempat bekerja bagi manusia, dan manusia
berinteraksi dengan alam, menerima bentuk dasar alam itu sendiri atau mengubah bagian dari alam
tersebut menjadi penambah kualitas kehidupan manusia. Lansekap sebagai Artefak; Persepsi ini
merupakan penglihatan anthropomorphic (Penglihatan yang dilihat manusia sebagai bentuk utama),
terlihat dalam lansekap sebagai kesatuan yang diciptakan oleh manusia.Lansekap sebagai Sistem;
berkembangsejak1930an,manusiadanalamadalahungkapandarikesatuansistemtunggal.
Perancang yang menerapkan persepsi ini mengikuti manajemen sistem untuk diterapkan
dalamdesain,dimanadalamrancangannyaaktifdalampenaksiransistem,perencanaandandesainyang
berorientasi dengan sistem, penerapan serta kelengkapan ekologi dan pengaruh sistem manusia.
LansekapsebagaisebuahMasalah;Persepsiinimempertunjukkanlansekapsebagaisituasiyangbutuh
untuk dikoreksi. Penglihatan ini cenderung berlaku untuk keduanya yakni alam dan unsur buatan
manusia pada lansekap. Permasalahan lansekap yang dimaksud meliputi penipisan ozon, polusi air,
kejahatan urban, rumah yang ditinggalkan, pantai yang rusak, dan sebagainya. Kemudian perancang
dalam melihat permasalahan tersebut sebagai pengaplikasian akan kemampuannya yang profesional,
pengetahuan ilmiah, dan kesensitifan estetika untuk mengoreksi kerusakan lingkungan. Lansekap
sebagai Kekayaan; berdasarkan persepsi lahan milik masyarakat. Lahan tersebut dinilai berharga
apabilamemilikipotensiinvestasiyangtinggi.LansekapsebagaiIdeologi;Persepsiinimempertunjukkan
lansekap sebagai simbol dari nilai, ide, aspirasi, harapan dan mimpi dari sebuah budaya. Lansekap

209

Poerwadi

sebagai Sejarah; Lansekap sebagai dokumen sejarah yang kompleks mengenai aktifitas alam dan
manusia, pada lokasi tertentu, terlihat sebagai kumpulan rekaman dan kronologi yang
terdokumentasikan, segala sesuatunya dirancang berdasarkan waktu dan sekuen. Lansekap sebagai
tempat;merupakangambarankegejalaan,tidakfokuspadaelemenlansekap,tetapilebihmencangkup
seluruh elemen untuk menyusun konsep gestalt. fokus pada perasaan secara psikologis, rasa dan
suasanadarisebuahtempat;kekayaanakanstrukturyangmembangkitkandankemampuannyauntuk
selalu diingat. Lansekap sebagai Estetika; menunjukkan kualitas nilai artistik dari sebuah perancangan
lansekap

Manusia,Sikap,danPersepsiterhadapLansekap
Dalammempelajarimanusia,sikap,danpersepsisertahubungannyadenganlansekap,terdapattiga
analisa: mengenai isuisu utama yang mempengaruhi sikap manusia yang tampak dalam gestur
lansekap, analisa mengenai kecenderungan sikap, persepsi, dan ekspresi dalam sejarah, dilihat dari
konteks lingkungan dan sosial yang berbeda, analisa mengenai implikasi teori baru dan tradisi desain
pada lansekap. Pandangan umum (paradigma) sangat mempengaruhi cara kita memandang sebuah
lansekap.Diduniabanyaksekaliparadigmayangberagamsesuaikeadaanmasyarakatnya,dansupaya
lebihmudahdimengertidibagimenjadibeberapakategori:pertamaadalahinterrelasiyangharmonis.
Pandangan ini menerima hubungan dan saling ketergantungan antar semua elemen alam
secara jujur dan indah. Kedua adalah pemikiran banyakjendela. Menusia yang memiliki pemikiran ini
menganggap seseorang harus melihat dunia lewat jendelanya sendiri. Artinya, seseorang harusnya
menanganisesuatuhalyangbidangnyamerekakuasai,membiarkanoranglainmenanganibidanglain
sesuai kemampuannya. Ketiga adalah mindset positif. Positivisme mengurangi kerumitan hingga level
yang paling simpel sehingga suatu permasalahan bisa dimengerti secara keseluruhan. Pandangan
tradisional mengenai hubungan manusia dan lingkungannya adalah alam menguasai manusia, setiap
unsur memiliki roh. Pandangan ini secara modern dinamakan pandangan ekologi lansekap di mana
manusia merupakan bagian dari alam yang dinamis berserta prosesnya. Pandangan anthroposentrik
(berpusatpadamanusia),manusiadominanterhadapalamdanalamhanyaberfungsisebagaifasilitator.
Alamadauntukdigunakandandieksploitasiolehmanusia.Kebudayaanadalahhubunganantar
manusia dalam suatu hubungan sosial adalah individualisme dan komunalisme. Individualisme,
seseorang berhak membuat keputusan asalkan tidak mengganggu hak orang kain, semua orang
bertanggung jawab atas diri sendiri. Gap antara dua jenjang ekonomi sangat besar. Pandangan ini
mendukung lansekap yang individualistik, terbuka, dan rumit, sedangkan komunalisme, sebuah

210

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

komunitas memiliki kuasa untuk mengatur sikap dan keputusan pada individu di dalamnya, sehingga
keadaanseseorangmempengaruhikeadaanoranglain.Keburukannya,semakinbanyaktindakkriminal
dananarkisakibattekananurbanmeningkat.
Seseorang dengan pemikiran waktu jangka pendek cenderung mengeksploitasi sumber daya
untuk keuntungan langsung,seseorang denganpemikiran jangka panjang menyisakansebagianenergi
untuk dikembalikan pada sistem dan membuat sistem tersebut terus berlangsung. Pemikiran tentang
waktu menurut kultur, sebagian kebudayaan mempercayai ritme universal atau fluktuasi antara dua
kutubekstrem,dimanaAharusdiimbangiolehB,danwaktu/masa/zamanadalahsesuatubersifatsiklus
tanpa batas. Konsep yang terkenal dari pemikiran ini adalah Yin dan Yang. Kebudayaan lain
mempercayaiwaktulinearyaitusesuatuyangselaluberjalankedepan.Pemikiraninimemisahkanmasa
lalu,masakini,danmasadepansebagaitigahalyangsangatberbeda(bukansiklus).Hubunganmanusia
dengan lingkungannya selalu berubah seiring perubahan sikap (attitude). G. Tyler Miller, Jr
mengkategorikannya menjadi empat etika penggunaan tanah: etika ekonomi (tanah dianggap sebagai
sumberdayaekonomi),etikapreservasi(tanahdipakaisebagaimediapreservasialam),etikamultiguna
seimbang (suatu tanah dipakai untuk beberapa kegunaan sekaligus), dan etika ekologis (penggunaan
tanah sebagai penyeimbang kehidupan). Masyarakat timur lebih cenderung melihat segala sesuatu
melalui persepsi filosofi kekuatan yang saling berlawanan. Yin dan Yang, good & evil. Konsep bahwa
manusia diciptakan Tuhan untuk hidup dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pemikiran yang
berorientasipadagoal/tujuandandilakukansecarajangkapendek.KonsepZendiAsiayangmenyatakan
hidupsebagaidialogyangselaluberjalanmenyebabkanpemikiranjangkapanjangdankeinginanuntuk
memaksimalkankualitaslingkungan.
Kepercayaanbahwamanusiadanalamitusatudansalingmempengaruhi.Rohterdapatpada
semua elemen dunia dan manusia meminta pada roh yang terdapat di elemenelemen alam untuk
perburuanyangsukses,panenyangmelimpah,danpertahanandalamperang.Tuhanadalahpencipta
seluruhalamsemesta,termasukbumidanmanusia,sertaalamadalahduahalyangberbeda,manusia
lebihtidakakrabdenganalam,hanyaTuhanyangbisamengkontrolapayangterjadidialam.Kekuatan
kultur, lingkungan, dan teknologi membentuk suatu bangunan/bentukan. Bentukan ini tergantung
pada intensitas masingmasing kekuatan, sumber daya yang mampu mengolahnya dan budaya
pengolahannya. Kultur yang berbeda memiliki ekspresi yang berbeda. Ekspresi suatu kultur dapat
mendeskripsikan kekuatan yang dimilikinya. Di sisi lain, suatu kultur dapat membuat suatu bentukan
yangdipakaiuntukmempreskripsikan(menentukan)kekuatanyangingindimiliki.Sensatevaluesystem
memiliki satu kutub ekstrem; berorientasi pada materi sebagai kenyataan mutlak, persepsi indera

211

Poerwadi

adalah kebenaran dan pengetahuan, dan fenomena spiritual adalah ekspresi unik dari suatu materi
nyata.Ideationalvaluesystemmemilikidoktrinbahwakenyataanitulebihdarisekedarduniamaterial,
danpengetahuanberadapadakesadaranbatin.Jembatankeduanya,terdapatidealisticvaluesystemdi
manakenyataanberadapadaduniamaterialdanspiritual.Contohekspresidarisistemnilaiiniadalah
masaRenaisansabadke15.
Di masa ini kenyataan dan keindahan material serta spiritual digabungkan menjadi satu, dan
suatusinergidicapaiolehfilosofi,seni,sains,manusia,sertateknologi.Implikasidalamdisainlansekap
semua makhluk hidup pasti memodifikasi lingkungannya. Masyarakat dunia sekarang memiliki banyak
cacat yaitu kriminal, stress, meningkatnya penyakit seperti jantung, kanker, dan stroke, indikasi dari
kultur yang tidak sehat secara psikologis, salah satu penyebabnya adalah desain lingkungan urban /
urban lansekap yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Masyarakat kontemporer masa kini
telah menerima ekonomi sebagai unit pengukuran universal. Keputusan ekonomi yang diambil suatu
kultur dapat berimplikasi pada segala hal termasuk kualitas ekologinya. Kenyamanan fisiologis adalah
tidakadanyaperasaanstresfisiologis.Ituadadalamrentangsuhutertentu,dalamradiasi,kelembaban,
dan kecepatan angin yang dianggap oleh instrumen akan menyenangkan. Karena suhu lingkungan
meningkat,ataukegiatanyangmeningkatataumeningkatkansuhuinternal,menguapkanpendinginan
(keringat)padapermukaankulitmeningkatuntukmenghilangkanpanastubuhlebih.Kecepatanudara
meningkatataumenurunkelembabandapatberoperasiuntukmengurangistresyangdisebabkanoleh
meningkatnyasuhueksternal dengan meningkatkan manfaat dari pendinginan evaporative, salah satu
tujuan utama dari perteduhan adalah untuk mengontrol lingkungan sehingga dapat meningkatkan
kenyamanan fisiologis. Masingmasing daerah memiliki kombinasi sendiri radiasi matahari musiman
masuk(insolation),suhusekitar,kelembaban,kecepatanangin.
Permasalahansaatberinteraksi/transaksi,manusiamemilikisifatdasaruntukmenempatidan
mempertahankan wilayahnya agar memiliki rasa aman serta nyaman. Persepsi wilayah, zona ruang
pribadi, interpersonal dalam sudut pandang suasana pengamat dan keakraban dengan orang lain
mempengaruhijarakspasialyangdiinginkan.Contohnyamanusiabiasanyacenderungakanmendekati
orang yang dikenal daripada orang yang tidak dikenal, tidak terkecuali bagi PKL yang juga cenderung
mengikuti jejak komunitas sesama PKL yang sebelumnya telah memanfaatkan lokasi di sekitar
pesilangan jalan ( pertigaan/perempatan) sehingga akan lebih memperburuk /memperpadat suasana
ruangpublikkota.
Undangundangno.1tahun1970,tentangKeselamatanKerjadenganjelasmengaturhaksetiap
wargakotayangmelakukanusahauntukmeningkatkankesejahteraanharusmendapatkanperlindungan

212

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

atas keselamatan dalam berinteraksi dan melaksanakan pekerjaannya. Solusinya adalah penataan
elemenkomersiallansekap(landscapeeconomic)yangnonfixdiareapublik/nodes,khususnyakiosPKL.
Maka perlu diterapkan undangundang no.1 tahun 1970, tentang keselamatan kerja/usaha tersebut
sebagai solusi keberadaan elemen lansekap non fix yang berfungsi sebagai ruang tempat kerja/usaha
PKL dan merupakan pembatas ruang luar di titik/nodes setiap kawasan perdagangan/komersial agar
dapat meminimalisir timbulnya masalah bagi warga kota sebagai pengguna ruang publik. Hal ini
merupakan bentuk peringatan kepada semua pihak sebagai pemangku kepentingan kota, agar
meningkatkan kepeduliannya terhadap rancangan lansekap kota. Semoga perancang lansekap kota
(urbanlandscape)danpengelolakotamenjadilebihberEmpati.

DaftarPustaka
Ashihara,Y.;1960,ExteriorDesigninArchitecture.
DepNaKerTransRI,DirJenPHIPK;1972,HimpunanPersatuanPerundangundanganKeselamatanKerja.
WileyJohn,Sons,Inc.IntroductiontoLandscapeDesignSecondEdition.2001.NewYork

213

214

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

PengaruhJalurPejalanKakipadaKualitasVisualFasadeBangunan
StudiKasus:Jl.SultanMuhammad,Pontianak,KalimantanBarat

BontorJumaylindaGultom,ST,MT1

Abstrak
KeadaangeografiskotaPontianakyangberadaditepiansungaiKapuasmengharuskanperencanaandan
perancangan kota berorientasi ke sungai dan berkarakter waterfront city. Perubahan kebiasaan manusia akibat
perkembangan zaman mengakibatkan masyarakat cenderung meninggalkan sungai. Masyarakat tidak menjadikan
orientasibangunannyamenghadapsungai,menganggapsungaisebagaibagianbelakang,tidakmenyediakanakses
pada bagian bangunan yang menghadap sungai. Bahkan kondisi jalur pejalan kaki yang ada beralih fungsi,
disalahgunakan,dantidakterawat.Penggunajalurpejalankakimenjadiengganuntukmelaluinya.Keadaantersebut
berakibatpadapenurunankualitasvisualfasadebangunankawasan,yaitutidakmemilikikomposisiyangbaikdan
menarik. Fasade bangunan yang menarik diperlukan karena menciptakan suasana yang nyaman dan berkualitas
secaraestetisdanfungsional,sertamenciptakanlingkunganyangmanusiawi.
KataKunci:Waterfrontcity,Jalurpejalankaki,Kualitasfasadebangunan

Pendahuluan
Keberadaanjalurpejalankakimemilikiperanpentingdalammenentukankualitasperancangan
kota.Bukansekedaradaatautidakadanyajalurpejalankaki,tetapijalurpejalankakiharusmenciptakan
lingkungan manusiawi. Pada hakikatnya semua manusia memiliki kecenderungan untuk bergerak dan
berpindahtempat,makabisadikatakanbahwasemuamanusiaadalahpejalankaki.Namunapabilajalur
pejalan kaki tidak memanusiakan manusia, yang terjadi adalah keengganan berjalan melalui jalur
tersebut. Keengganan bahkan bisa merubah bentuk fisik dari lingkungan juga menurunkan kualitas
lingkunganterutamapadakualitasvisual.
Menurunnya kualitas visual akibat jalur pejalan kaki yang tidak manusiawi, terjadi pada
kawasan perdagangan dan pergudangan pada kawasan Kampung Cina Kota Pontianak, yang sekarang
bergantinamamenjadijalanSultanMuhammad(lihatgambar1).Kawasanyangmerupakansalahsatu
embrioawalpertumbuhanKotaPontianakinimemilikikarakteristikunik,yaituseluruhbangunanpada

1
Staf Pengajar, Prodi Arsitektur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura,
bontor_arch@yahoo.com

205

Gultom,B.J

kawasanmemilikiduafasade.Fasadepertamamenghadapkearahsungai,danyangkeduamenghadap
jalan. Namun, terjadi ketidakseimbangan kualitas visual pada kedua fasade. Fasade bangunan pada
kawasan yang menghadap jalan, ditata dengan rapi dan penuh pertimbangan terhadap kualitas
visualnya. Hal ini dikarenakan jumlah orang yang melalui jalan tersebut banyak, mengingat fungsi
kawasantersebutadalahpasardanpergudangan.Namunsisifasadebangunanyangmenghadapsungai
berantakan,tidaktertatabahkankumuh.

















Gambar1.PetaLokasidanKondisiVIsual
Sumber:BappedaKotaPontianak,2006;DokumentasiPeneliti2012

206

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Rendahnyakualitasvisualfasadebangunanpadakawasantersebut,diakibatkanolehperalihan
kebiasaan orang menggunakan transportasi sungai. Berkurangnya jumlah pengguna jalur pejalan kaki
berdampak jalur pejalan kaki menjadi kotor, rusak dan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi
sepertimandi,cucidankakus(lihatgambar2).











Gambar2.KondisiJalurPejalanKaki
Sumber:DokumentasiPeneliti,2012

Apabila dilihat dari keadaan georafisnya, Kota Pontianak berada di tepian sungai Kapuas.
Bentuk dan fisik kota tercipta atas struktur sungai, sehingga Kota Pontianak bertipikal Kota Air
(WaterfrontCity)2.Dengandemikian,sudahselayaknyasungaidijadikanorientasibagisetiapbangunan
yang berada di tepian sungai. Segala sesuatu yang berhadapan dengan sungai berpotensi sebagai
pemandangan yang dapat dinikmati dari arah yang berlawanan, baik dari sungai maupun dari posisi
yangberhadapan.
Berdasarkanpemaparandiatas,terdapatduapermasalahanutamayangdihadapikawasanini,
yaitu:
1. Terdapat jalur pejalan kaki yang tidak dimanfaatkan secara maksimal, bahkan sebaliknya
dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk aktifitas seharihari seperti mandi, cuci dan kakus (MCK),
sehinggatidakmencapaikriteriamanusiawi.

2
Perencanaan Kota Komprehensif, Melville C. Branch, Penerjemah Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP.,MSc,
UniversitasGadjahMada

207

Gultom,B.J

2. Kondisijalurpejalankakitersebutberdampakburukterhadapkualitaslingkunganterutamakualitas
fasadebangunanpadakawasan.Pemilikbangunanmenganggapbagianbangunanyangmenghadap
sungaiadalahbagianbelakangyangtidakperludiperhatikan.
Tujuandaripenelitianiniadalahuntukmenciptakanjalurpejalankakiyangmanusiawisehingga
mempengaruhi kualitas visual kawasan sebagai salah satu cara mengembalikan citra kota pontianak
kepadaimagekotaair(waterfrontcity).
Agarmencapaitujuanpenelitianinididasarkanpadatigapertanyaanutama,yaitu:
1. Bagaimanakondisijalurpejalankakipadabagianbangunanyangmenghadapsungai?
2. BagaimanakualitasvisualfasadebangunanpadakawasanjalanSultanMuhammadyang
menghadapsungai?
3. Apakahkondisijalurpejalankakiakanmempengaruhikualitasvisualfasadebangunan?
SasaranpenelitianiniadalahdiperuntukkanbagiseluruhmasyarakatKotaPontianakpengguna
jalur pejalan kaki, masyarakat yang bertempat tinggal di jalan Sultan Muhammad yang menghadap
sungai,danPemerintahDaerahKotaPontianak.

TinjauanPustaka
Terdapat tiga kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Pertama, kajian teori
mengenai daerah waterfront; Kedua, kajian teori mengenai jalur pejalan kaki; dan Ketiga, kajian teori
mengenai kualitas visual fasade bangunan pada kawasan. Berikut adalah penjelasan ketiga teori
tersebut.

WaterfrontCity
Bentuktanggapanperancanganterhadappotensikondisigeografissebuahkawasankotayang
bertipikal kota air adalah perancangan kawasan waterfront harus memperhatikan halhal berikut3: (1)
menampilkankarakterkawasanwaterfront;(2)bangunandisekitarkawasanharusberorientasikeair;
(3) menampilkan aktifitas keairan sebagai aktifitas utama; (4) terdapat akses menuju dan dari daerah
waterfrontyangaman,nyamandanmemudahkanmanusiaberhubungandenganair.

3
TheportofsanFrancisco,Waterfrontdesignandaccess,7Mei1997

208

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


JalurPejalanKaki
Menurut Sirvani (1985), salah satu elemen penting dalam perancangan kota adalah jalur
pejalan kaki. Jalur pejalan kaki yang baik harus dapat memiliki kejelasan, nyaman dan mudah diakses
serta memberikan rasa aman bagi para penggunanya. Jalur yang memenuhi kriteria tersebut berarti
telahberhasilmenciptakanruangyangmanusiawi.
Jacobs (1995) mengemukakan bahwa sebuah jalur atau jalan yang berhasil, harus memenuhi
kriteria perancangan berikut: (1) jalan dapat diakses dan mudah ditemukan; (2) aman dan nyaman
secarafisik;(3)partisipatif;(4)menimbulkankenangan;dan(5)representatif.Sebuahjalurpejalankaki
yang menimbulkan kesan positif para penggunanya, tidak hanya mencakup ada atau tidaknya jalur
untuk diakses. Terdapat dua hal yang saling mengikat dalam kebutuhannya. Pertama, untuk
menciptakanjalurpejalankakiyangbaik,dibutuhkankualitasvisuallingkunganyangbaik,sehinggaakan
menciptakan rasa partisipatif dan representatif penggunanya, bahkanmenimbulkankenangan. Kedua,
kualitas visual akan tercipta; baik pada bangunan, kawasan bahkan lingkungan; jika terdapat jalur
pejalankakiyangmanusiawi,sehingganyamanuntukdigunakan.

KualitasVisualFasadeBangunan
Krier (1996) menjelaskan, bahwa unsur penunjang utama pada bangunan untuk menciptakan
visual yang baik adalah fasade. Fasade bangunan terbentuk dari adanya pintu masuk, arcade, lantai,
jendela, balkon serta atap dan merupakan sebuah kesatuan bentuk yang mempunyai komposisi yang
direncanakan. Ukuran keberhasilan karya desain fasade bangunan yaitu jika hasil rancangan
menciptakansuasanayangnyamandanberkualitassecaraestetisdanfungsional.Unsurbahan,warna,
tekstur,bentuk,dantema,jugamempengaruhifaktorkenyamanan.MenurutSmardon(1989)kualitas
visualdinilaidenganadanyadominasi,keragaman,kontinuitas,kepaduan,kesatuan,sekuens,keunikan,
dankeindahanpadafasadebangunan.

MetodePenelitian
Kondisi geografis kota Pontianak yang berada di tepian sungai Kapuas mengharuskan pusat
orientasi menghadap sungai. Jalur pejalan kaki merupakan wadah untuk menikmati pemandangan
sungai.Tidakhanyasekedarada,jalurpejalankakiharusmanusiawi,yangmemberikankesannyaman,
amandanmenarikuntukdilewati.
Pengumpulan data pada observasi lapangan dilakukan dengan melakukan pengambilan foto
eksisting. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif, yaitu melontarkan hipotesa terhadap

209

Gultom,B.J

permasalahanyangditemuidilapangankemudianmencariteoriterkaitsebagaipenilai.Berikutadalah
kerangkaberpikirpenelitian:

Gambar3.KerangkaBerpikirPenelitian
Sumber:AnalisaPenulis,2012

AnalisaPenelitian
Berdasarkanpengamatandilapangan,berikutadalahkondisifisikkeberadaanjalurpejalankaki
dankualitasvisualfasadebangunan.

Tabel1.Kondisifisikjalurpejalankakidankualitasvisualfasadebangunan
Tidak terdapat jalur pejalan kaki pada keseluruhan bangunan, hanya ada beberapa bangunan
yangmembuatjalursendirinamuntidakbisadilaluipublik.Fasadebangunantidakteratur,tidakada
bentuk yang mendominasi, tidak ada keseragaman, tidak ada kontinuitas, tidak ada kepaduan, tidak
adakesatuan,tidakadasekuens,tidakadakeunikan,dantidakadakeindahan.

Terdapatjalurpejalankakipadakeseluruhanbangunan,namuntidakterawatdanjarangdilalui.
Fasade bangunan teratur, didominasi bentuk geometris segiempat pada elemenelemen fasade,
seragamdanadakontinuitas,kepaduan,kesatuan,sekuens,namuntidakadakeunikan,dantidakada
keindahan.
Terdapatjalurpejalankakipadakeseluruhanbangunan,namunbentukdanbesarantidaksama.
Fasadebangunantidakteratur,tidakadabentukyangmendominasi,tidakadakeseragaman,tidakada
kontinuitas,tidakadakepaduan,tidakadakesatuan,tidakadasekuens,tidakadakeunikan,dantidak
adakeindahan.
Tidak terdapat jalur pejalan kaki pada keseluruhan bangunan, hanya beberapa bangunan yang
membuatjalursendiriyangtidakbisadilaluipublik.Fasadebangunantidakteratur,tidakadabentuk
yang mendominasi, tidak ada keseragaman, tidak ada kontinuitas, tidak ada kepaduan, tidak ada
kesatuan,tidakadasekuens,tidakadakeunikan,dantidakadakeindahan.
Sumber:AnalisaPeneliti,2012

210

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Pada keempat penggal terdapat kesamaan yaitu kondisi jalur pejalan kaki tidak terawat dan
tidak dapat diakses publik dengan bebas. Jalur tidak manusiawi dan tidak menarik untuk dilalui.
Minimnya orang yang menggunakan jalur tersebut membuat jalur pejalan kaki tidak terawat karena
tidakadayangmengawasi.
Fasadebangunansecarakeseluruhantidakmemilikikualitasyangbaik.Halinidapatdilihatdari
tidak adanya keteraturan, tidak ada bentuk yang mendominasi, tidak ada keseragaman, tidak ada
kontinuitas,tidakadakepaduan,tidakadakesatuan,tidakadasekuens,tidakadakeunikan,dantidak
adakeindahan.
Kondisi jalur pejalan kaki pada lokasi penelitian secara tidak langsung menciptakan fasade
bangunanyangtidakberkualitas.Keenggananoranguntukmenggunakanjalurtersebut,menyebabkan
banyakorangberpendapatbahwajalurpejalankakibukanmilikpublik.
Sedikitnya orangorang yang melalui jalur pejalan kaki membuat pemilik bangunan tidak
memperhatikan kualitas visual fasade bangunan yang menghadap sungai. Masyarakat menganggap
bagian bangunan yang tidak dilalui pejalan kaki adalah bagian yang tidak penting. Masyarakat tidak
melihatbahwasungaimerupakansumberdayaalamyangberpotensisebagaipusatorientasi,baikdari
sungai sebagai latar belakang pemandangan, maupun dari arah bangunan ke arah sungai. Dengan
demikian, kenyamanan jalur pejalan kaki sangat mempengaruhi kualitas visual fasade bangunan pada
kawasan.

Kesimpulan
Pada kawasan waterfront yang berada pada jalan Sultan Muhammad, Pontianak, Kalimantan
Barat, sudah terdapat jalur pejalan kaki. Keberadaan jalur tersebut dirasakan belum maksimal. Jalur
pejalan kaki yang ada kebanyakan merupakan milik pribadi dari masingmasing bangunan dan hanya
melayani kepentingan masingmasing pemilik bangunan.Yang lainnya, tidak terawat bahkan ada yang
menyalahgunakan untuk kepentingan pribadi, yaitu mandi, cuci dan kakus, sehingga membuat orang
menjadi enggan melalui jalur pejalan kaki tersebut. Kondisi fisik jalur pejalan kaki, konstruksi dan
besaran jalur pejalan kaki yang kurang memadai, tidak memberikan rasa aman dan nyaman sehingga
tidak menarik untuk dilalui. Kondisi ini yang menyebabkan jalur pejalan kaki pada kawasan ini belum
bisamenjadisaranapendukungdalammenyediakanfasilitasuntukmenikmatipemandangansungai.
Kualitas visual fasade bangunan pada kawasan waterfront ini buruk, karena komposisi
bangunantidakmemilikiritmeyangmenarikdantidakdapatmenampilkankarakterkawasantersebut.
Pemilikbangunanmerasatidakmemilikikewajibandalammembuatfasadebangunanmenarik.Mereka

211

Gultom,B.J

tidak memiliki anggapan bahwa sungai merupakan pusat orientasi. Mereka menjadikan sungai bagian
belakangbangunanyang tidak perlu diperhatikan. Anggapan tersebut ada,karena tidak terdapat jalur
sirkulasi, dimana jalur sirkulasi merupakan sarana untuk mengakses sungai. Dengan demikian akan
menyebabkan kualitas visual bangunan buruk, karena pemilik bangunan merasa tidak ada yang
mengontrolkualitasvisualbangunan.
Permasalahan visual fasade bangunan pada kawasan ini dapat terselesaikan dengan
memperbaiki kualitas jalur pejalan kaki. Kualitas jalur pejalan kaki mencakup; memiliki kejelasan,
kenyamanandanmudahdiaksessertamemberikanrasaamanbagiparapenggunanya.Jalurpejalankaki
tersebut akan memungkinkan publik mengontrol kualitas visual fasade bangunan. Pemilik bangunan
juga tertarik mengubah persepsi mereka dengan anggapan bahwa sungai adalah bagian depan
bangunan, yang perlu dihargai dengan membuat visual fasade bangunan menarik. Dengan demikian,
jalurpejalankakisangatmempengaruhikualitasvisualfasadebangunan.

UcapanTerimakasih
Terimakasih kami ucapkan kepada Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan,UKPetra,AgusDwiHariyantoST.,MSc.;TimPengarah:Ir.JoyceM.Laurens,M.Arch.,IAI;
TimoticinKwanda,B.Sc.,MRP.,Ph.D.(Cand.);Ir.DannyS.Mintorogo,M.Arch.;Ir.BisatyaW.Maer,M.T.;
danPanitiaSeminarNasionalDr.(Cand.)RonyGunawanSunaryo,ST.,MT.,AltrerosjeAsri,ST.,MT.,dan
AnikJuniwati,ST.,MT.

DaftarPustaka
Jacobs,AllanB.,(1995),GreatStreet,MITPress.
Krier,Rob.,(1996),KomposisiArsitektur,PenerbitErlangga.
MelvilleC.Branch,PerencanaanKotaKomprehensif,PenerjemahIr.BambangHariWibisono,MUP.,MSc,
UniversitasGadjahMada
Sirvani,Hamid.,(1985),TheUrbanDesignAndProcess,VanNostrandReinholdCompany.
Smardon,RichardC.,(1989),FoundationForVisualProjectAnalysis,JohnWiley7sons.
TheportofsanFrancisco,WaterfrontDesignAndAccess,7Mei1997.

212

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

JalurPejalanKakiyangRamahbagiWargaKotaJakarta

AgusSSadana4

Abstrak
Prasaranakotabagipejalankakimerupakanelemenpentingdalamrancangankawasan.Fungsinyaadalah
untuk memudahkan pegerakan manusia dalam berpindah tempat di dalam kawasan maupun kota. Makalah ini
disusundaripenelitianyangbersifatkuantitatif.Respondenpenelitianiniadalahparapejalankaki,danhasilakhir
daripenelitian iniadalahditemukannyakondisiprasaranatransityangdipandangidealolehpejalankaki.Adapun
tujuan dan mafaat jangka panjang dari penelitian ini adalah sebagai rekomendasi dalam perancangan kawasan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu landasan dalam merancang sistem sirkulasi
kawasan,yanglebihsesuaidengankebutuhanwargakota.
KataKunci:Kotayangramah,Pejalankaki,Kendaraantidakbermotor

Pendahuluan
Tersedianyaruangbagipergerakanyangtidakmenggunakankendaraanbermotormerupakan
elemenpentingdalamrancangankotapadamasakini.Perkembanganteknologialattransportasipada
abad 2021 di Indonesia cenderung menyisihkan posisi para pejalan kaki. Oleh karenanya diperlukan
prasarana kota yang dapat memfasilitasi para pejalan kaki. Hasil pengamatan visual menunjukkan
bahwa bahwa umumnya kondisi prasarana bagi pejalan kaki di kotakota besar di Indonesia masih
sangat memprihatinkan, padahal fungsi dan ketetrsediannya sangat dibutuhkan untuk memudahkan
masyarakatberpindahtempat.Daripenelitianinidiharapkandapatmemberikanhasilberupagambaran
mengenaiharapanparapejalankakiterkaitpenataankota,khususnyapadakesenjanganantaraharapan
dankenyataanyangmerekarasakandiJakarta.

MetodePenelitian
Penelitian dilaksanakan secara kuantitatif dengan mengumpulkan pendapat para respoden.
Pendapatrespondendijaringdenganalatpengumpuldataberupakuesioner.Jawabanrespondendiukur
dengan skala likert untuk mengetahui pendapat mereka mengenai faktorfaktor: kondisi fisik umum,
suasanalingkungan,lebarlintasan,rasaaman,kondisipermukaantrotoar,kemudahanmencapaihalte

4
DosenTetap,JurusanArsitekturUniversitasPancasila,Email:sadana_m15@yahoo.com

213

Sadana,A.S.

dengan berjalan kaki, kemudahan proses berpindah ke sistem angkutan massal, terpisahnya jalur
pejalankakidenganjalursepeda,tersedianyaangkutansambungantidakbermotor.
Untuk menghemat biaya dan waktu, maka responden dipilih dengan cara menggunakan
metoda convinience sampling. Untuk mengurangi risiko bias, dipilih lokasi pengumpulan data yang
berdekatandengansistemtransportasimassal.Tujuannyaagarrespondenyangterjaringadalahbetul
betul para pejalan kaki yang rutin berpindah ke sistem angkutan umum massal untuk melanjutkan
perjalanannya,agarkuesionerdiisiolehrespondenyangbetulbetulmerasakandanmemahamifakto
faktoryangditanyakan

LokasiPenelitiandanResponden
PenelitiandilaksanakandikotaJakarta.Padaumumnyaparapejalankakimembutuhkansystem
sambungan berupa sarana transportasi (kendaraan) public untuk melanjutkan perjalanan ke tempat
yangjauh.Olehkarenaitu,lokasilokasiyangdipilihadalahtempattempatyangbanyakpejalankakinya
danberdekatandengantitikperpindahankesistemangkutanumummassal.


Gambar1.LokasiPenelitian:(1)SudirmanThamrin,(2)Kalibata
Sumber:http://ekoka.wordpress.com

Lokasiyangterpilihadalah(1)daerahJl.SudirmanThamrin,serta(2)daerahkalibata.DaerahJl.
SudirmanThamrin dipilih karena dipandang dapat mewakili kawasan pusat kota, berdekatan dengan

214

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

sistem angkutan Kereta Commuter KRL, dan bersinggungan langsung dengan sistem angkutan massal
Busway. Daerah kalibata dipilih karena merupakan daerah yang berada agak ke pinggir kota namun
tingkat kepadatannya masih cukup tinggi, dan berdekatan dengan sistem angkutan Kereta Commuter
KRL. Pemilihan lokasi di pusat kota dan pinggir kota bertujuan untuk menemukan perbedaan
karakteristikataukebutuhanparapejalankakipadabagiankotayangberbedatingkatkesibukannya.

StudiLiteratur
Kepentingan pejalan kaki adalah bagian dari sistem transportasi kota. Black dan Nijkamp;
Ahmed et al; dan Kenyon et al (dalam Nathan, 2011) menjelaskan bahwa sektor transportasi
dipengaruhi oleh perubahansosial. Demikian pula dari sisi perencanaannya, perencanaan transportasi
akan berdampak pada rasa keadilan sosial. Aktivitas berjalan kaki dan bersepeda tidak bisa lepas dari
rutinitashariansebagianpendudukkota.Terkaitdengankepentinganpejalankaki,prasaranakotadapat
diartikan sebagai suatu sistem bangunan pendukung yang diperlukan guna menjamin kelangsungan
sistem transportasi denganberjalan kaki bagi orangorang yanghidup dan beradapada suatu wilayah
tertentu.
Kepentingan pejalan kaki juga terkait aspek sistem transit kawasan, yaitu sistem yang terdiri
atas peralatan dan sarana yang dibutuhkan dalam rangka pergerakan penumpang dan barang
(artikata.com, 2012). Terkait dengan kajian sistem transit perkotaan dan kawasan, pejalan kaki dapat
dibagikedalambeberapakategori:(1)pejalankakipenuh,(2)pejalankakipemakaikendaraanumun,
(3)pejalankakipemakaikendaraanumumdankendaraanpribadi,(4)pejalankakipemakaikendaraan
pribadi(Rubenstein.,dalamIswanto,2006).
Sistem transit merupakan salah prasarana kota yang masuk ke dalam road group atau
kelompokjalan,danterkaiteratdengankelompokjasatransportasi.Sistemtransitterbagikedalamdua
kelompok, yaitu: (1) prasarana transit, dan (2) sarana transit. (Grigg, 1988). Prasarana transit adalah
kelengkapansistemtransityangtidakbergerak,seperti:jalan,jalurpejalankaki,jalursepeda,jembatan
dan sebagainya. Sedangkan sarana transit adalah kelengkapan sistem transit yang bergerak, yaitu
kendaraan. Terkait dengan fungsi jalur pejalan kaki sebagai prasarana kota, maka kinerja prasarana
tersebutakanmemberikanandilpadakualitaskehidupankotayangdilayaninya.
Widagdo (2008) menjelaskan bahwa trotoar adalah merupakan sarana tempat orang
melakukan aktivitas berjalan kaki, baik sekedar rekreasi atau sebuah upaya untuk mencapai suatu
tujuan. Aksesibilitas yang baik bagi pejalan kaki sangat dibutuhkan. Pada kawasan yang dipenuhi oleh
pejalankaki,dibutuhkantrotoaryanglapangsebagaisaranaaksesibilitasbagimereka.Trotoardibangun

215

Sadana,A.S.

untukmenyediakantempatbagipejalankaki,pemakaikursiroda,dankeretabayiagardapatberjalan
dengan lancar, aman, nyaman dan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas serta menghindari
kecelakaan.











Gambar2.SuasanakawasanpejalankakidiSingapura

Dari pandangan public spaces, terdapat hal yang penting meyangkut hubungan antara
kendaraanbermotordenganalurgerakpejalankaki.Shaftoe(2008)menjelaskanbahwatidakterkecuali
orangorang yang tinggal di sekitarnya, ruang publik yang baik adalah yang mudah dicapai dengan
berbagai jenis trasportasi, namun tidak sampai didominasi oleh kehadiran alat transport tersebut.
Mengacu kepada kesinambungan fungsi antara jalur pedestrian dengan sistem public transport,
diperlukansyaratsyarattertentupadapelataranbagipejalankaki.Pelataranbagipejalankakidisebut
sebagai trotoar, dan umumnya sejajar dengan jalan. Karena fungsinya untuk menjamin kemudahan,
keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki, maka trotoar perlu diberi lapisan permukaaan dengan
elevasiyanglebihtinggidaripermukaanperkerasanjalan(Dep.PekerjaanUmum,1999).
Terkait dengan kajian liveable city, terdapat banyak faktor yang akan menentukan kelayakan
suatukotasebagaitempattinggalmanusia.Salahsatudiantaranyaadalahkualitasfasilitasbagipejalan
kaki. Artinya kualitas fasilitas bagi pejalan kaki turut memberikan andil dalam menentukan livability
suatukotaataukawasan.Mengenaikeamanandankenyamanan,Ismail(2011)menyebutkanbahwa
tingkat kenyamanan pejalan kaki dapat ditinjau dari beberapa faktor: (1) sirkulasi, (2) panas matahari

216

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

dan suhu mikro, (3) keadaan bentuk lansekap jalur trotoar, (4) keindahan, (5) keselamatan atau
keamanan. Agar jalur pejalan kaki memenuhi fungsi dan kebutuhan, serta memberikan kenyamanan
fisik dan psikologis bagi pemakainya, maka perlu dipertimbangkan beberapa faktor: (1) keseimbangan
interaksi antara pejalan kaki dan kendaraan, (2) kecukupan ruang bagi pejalan kaki, (3) fasilitas yang
menawarkan kesenangan, dan (4) tersedianya fasilitas publik yang menyatu dan menjadi elemen
penunjang(Shirvani,1985).

HasilPengolahanDatadanAnalisis
Datayangtelahdiperolehkemudiandiolahdanditabulasikankedalamtabeluntukdianalisis.
Hasil pengolahan data memberikan informasi mengenai kondisi yang dirasakan dan diharapkan oleh
para responden. Kondisi yang dirasakan dan diharapkan oleh responden dipandang dapat
menggambarkanpendapatwargakota.
Dari score ratarata, secara garis besar terlihat adanya kesamaan tingkat kesenjangan antara
harapandankenyataanyangdirasakanolehpejalankakidipusatkota(1,07)danpinggirkota(1,07).
Halinimenunjukkanadanyakesamaankondisifasilitasbagipejalankakidipusatkotadanpinggirkota.
Dari kelompok jawaban tentang kenyataan yang dirasakan oleh pejalan kaki, terlihat bahwa
kondisidipusatkota(ratarata2.93)sedikitlebihbaikdaripadakondisidipinggirkota(ratarata2,82).
Walaupun kondisi di pusat kota lebih baik daripada di pinggir kota, kondisi tersebut masih jauh dari
ideal. Hal ini terlihat dari score (2,93) di pusat kota yang masih kurang dari nilai tengah (3,00). Nilai
tengah3,00beradapadarentang1,00(sangatburuk)sampaidengan5,00(sangatbaik).
Dari kelompok jawaban tentang kondisi yang diharapkan, terlihat bahwa para pejalan kaki di
pusat kota mengidamkan kondisi yang baik (score 4,00). Adapun pejalan kaki di pinggir kota memiliki
tingkat toleransi yang lebih longgar (score 3,98). Apabila dikaitkan dengan tingkat kesibukan antara
pusatkotadenganpinggirkota,haliniterlihatsesuai.Tingkatkesibukanyanglebihtinggidipusatkota
menuntutkondisifasilitasyanglebihbaikdaripadadipinggirkotayangtingkataktivitasnyalebihrendah.
Selisihantaraharapanrespondendipusatkota(4,00)dengandipinggirkota(3,98)adalahsebesar0,02.
Padaskala1,00sampaidengan5,00scoresebesar0,02adalahnilaiyangsangatkecil.Artinyawalaupun
pejalan kaki di pinggir kota lebih toleran dibandingkan dengan pejalan kaki di pusat kota, mereka
mengidamkankondisiyanghampirsamabaiknya.

217

Sadana,A.S.

Tabel1.PendapatRespondenMengenaiKondisiJalurPejalanKaki
AreaBisnisdiPusatKota AreaBisnisdiPinggirKota
No. FaktorfaktorYangDiteliti
Kenyataan Harapan Kesenjangan Kenyataan Harapan Kesenjangan

1 Kondisifisikumum 3,3 4,20 0,90 3,19 4,13 0,94


2 Suasanalingkungan 3,03 3,97 0,94 2,61 4,28 1,67
3 Lebarlintasan 3,19 3,99 0,80 3,06 4,15 1,09
4 Rasaaman 3,1 4,24 1,14 2,82 4,2 1,38
Kondisipermukaan
5 2,66 3,85 1,19 2,69 3,75 1,06
trotoar
Kemudahanmencapai
6 3,63 4,15 0,52 3,83 4,2 0,37
haltedenganberjalankaki
Kemudahanproses
7 berpindahkesistem 3,09 4,18 1,09 2,61 4,28 1,67
angkutanmassal
Terpisahnyajalurpejalan
8 2,18 4,11 1,93 2,52 3,15 0,63
kakidenganjalursepeda
Tersedianyaangkutan
9 sambungantidak 2,15 3,33 1,18 2,08 2,9 0,82
bermotor
Ratarata 2,93 4,00 1,07 2,82 3,89 1,07
Sumber:Hasilpengolahandatadariresponden

Lebihlanjut,daridatapadaTabel1dapatditelusuriadanyatingkatkesenjangan(1,07dipusat
kota,dan1,07dipinggirkota)antarakondisiyangdirasakandengankondisiyangdiharapkanyangperlu
mendapatperhatian.Walaupun tingkat kesenjangannyatidak terlalu tajam (ratarata1,07pada skala
1,00 5,00), terlihat bahwa pada seluruh faktor yang diteliti memiliki nilai kesenjangan negatif ().
Artinyadariseluruhfaktoryangditeliti,tidakadasatupunyangbetulbetulmemenuhiharapanwarga
kota.Olehkarenaitudiperlukanadanyalangkahlangkahperbaikanprasaranabagipejalankakidikota
Jakarta.
Berdasarkan pendapat responden,dapat diketahui faktorfaktoryangdipandang penting oleh
pejalankakiadalah:(1)kondisifisikyangterlihat,(2)suasanalingkunganyangmenyenangkan,(3)ruang
gerak yang lapang pada jalur pejalan kaki, (4) adanya rasa aman saat melintas, (5) kemudahan
menemukandanmencapaihalteatautempatperhentiankendaraanumum,(6)kemudahanberpindah
daridankesistemangkutanumummassal,dan(7)terpisahnyajalurpejalankakidarijalurkendaraan

218

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

tidak bermotor. Selanjutnya, dari tujuh faktor yang dipandang penting, terdapat empat faktor yang
dipandangsangatpentingolehpejalankaki,yaitu:(1)kondisifisikyangterlihat,(2)adanyarasaaman
saat melintas, (3) kemudahan menemukan dan mencapai halte dengan berjalan kaki, serta (4)
kemudahan berpindah dari dan ke siatem angkutan umum. Faktorfaktor tersebut dipandang penting
oleh pejalan kaki karena memiliki nilai harapan di atas 4,00 (berada pada rentang 4,20 sampai 4,28).
UraianyanglebihjelasdapatdilihatpadaTabel2.

Tabel2.FaktorfaktorYangDipandangPentingOlehPejalanKaki
Lokasi
No. FaktorfaktorYangDiteliti Arti
PusatKota PingirKota
1 Kondisifisikumum 4,20 4,13 SangatPenting
2 Suasanalingkungan 4,28 Penting
3 Lebarlintasan 4,15 Penting
4 Rasaaman 4,24 4,20 SangatPenting
Kemudahanmencapaihaltedengan
5 4,15 4,20 SangatPenting
berjalankaki
Kemudahanprosesberpindahkesistem
6 4,18 4,28 SangatPenting
angkutanmassal
Terpisahnyajalurpejalankakidenganjalur
7 4,11 Penting
sepeda

Keterangan:hanyadipilihfaktorfaktoryangmemilikiscore4,00ataulebih

Kesimpulan
Secara umum terdapat kondisi fasilitas pejalan kaki yang hampir sama, baik di pusat kota
mapun di pinggir kota. Selanjutnya, walaupun jalur pejalan kaki di pusat kota lebih baik daripada di
pinggirkota,kondisitersebutmasihjauhdariideal.
Terkaitdenganperbedaantingkataktivitasnya,pejalankakidipinggirkotamempunyaitingkat
toleransiyanglebihtinggidaripadapejalankakidipusatkota,terhadapkondisifasilitasyangtersedia,
namunmereka(baikdipusatmaupunpinggirkota)mengidamkankondisiyanghampersamabaiknya.
Merekatidakmenuntutfasilitaspejalankakiyangsempurna,tetapimengharapkankualitasyangbaik.
DariSembilanfaktoryangdipakaisebagaiacuandalampenelitian,terdapatempatfaktoryang
dipandang sangat penting atau menjadi prioritas, yaitu: (1) kondisi fisik yang terlihat, (2) adanya rasa

219

Sadana,A.S.

aman saat melintas, (3) kemudahan menemukan dan mencapai halte dengan berjalan kaki, serta (4)
kemudahanberpindahdaridankesiatemangkutanumum.

DaftarPustaka
Burton, El, dan Lynne Mitchell, (2006), Inclusive Urban Design: Streets for Life, Architectural Press,
BurlingtonMA.
Danoe Iswanto, (2006), Pengaruh Elemenelemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
PejalanKaki,JurnalEnclosureVol5,No.1,Maret2006.
Dep.PekerjaanUmum,(1999),PedomanTeknikPerencanaanJalurPejalanKakiPadaJalanUmumNo.
032/T/BM/1999,YayasanBadanPenerbitPekerjaanUmumMediatamaSaptakarya.
Grigg,S.N.,(1988),InfrastructureEngineeringandManagement,JohnWilley&Sons,NewYork.
Ismail, Putera Rahmat., (2011). Tingkat Kenyamanan Pejalan Kaki Dan Faktorfaktor Yang
Mempengaruhi Pada Area Streetscape Lawasan Malioboro. Tesis Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Joewono, T. B., (2005), The Characteristics of Paratransit and NonMotorized Transport in Bandung
Indonesia,JournaloftheEasternAsiaSocietyforTransportationStudies,Vol.6,pp.262277,
2005.
Rubenstein,H.M.,(1992),PedestrianMalls,Streetscapes,AndUrbanSpaces,JohnWilley&Sons,New
York.
Sadana, Agus S., (2009), Kualitas Prasarana Sistem Transit dan Jalur Pejalan Kaki di Ruang
Publik Margonda Depok. Penelitian yang tidak dipublikasikan dalam rangka tugas
kuliah Magister Teknik Arsitektur Alur Perancangan Kota, Universitas Dipenegoro,
Semarang.
Shirvani, Hamid., (1985), The Urban Design And Process, Van Nostrand Reinhold Company, New York,
1985.
Soefaat., et. al., (1997), Kamus Tata Ruang, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan
UmumdanIkatanAhliPerencanaanIndonesia,Jakarta.
Velotaxi: Advertising in motion on CityCruisers. Online di: http://www.velotaxi.de/ php/main.
php?id=1&lang=en[Diaksespada21Maret2011].

220

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

StudiTingkatKeandalanSistemProteksiKebakaranpadaBangunan
Apartemen(StudiKasusApartemendiSurabaya)

Ir.RoyAdiwidjaja,M.T.,IAI5

Abstrak
Kondisi tingkat keandalan sistem proteksi kebaran adalah sistem yang dibangun melalui pengaturan
kelengkapan tapak, sarana keselamatan, sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif untuk evakuasi penghuni
maupunpetugaskebakarandalamupayapenyelamatanpadabangunanapartemen.
Digunakan AHP (Analitycal Hierarchy Process) dalam proses pembobotannya untuk mendapatkan Nilai
KeandalanSistemKeselamatanBangunan.
Studi untuk mendapatkan Nilai Keandalan Sistem KeselamatanBangunan terhadap Kebakarandan pada
tahappemanfaataninibangunandanlingkungannyaandalsesuaidenganfungsinyadanamanbagimanusia.
KataKunci:Keandalan,Sistem,Kebakaran,Bangunan,Apartmen,Lingkungan

Pendahuluan
Penduduk kota tumbuh dengan sangat cepat, hal ini menyebabkan kebutuhan akan rumah
tinggal juga meningkat. Pembangunan perumahan meningkat menyebabkan ketersediaan lahan
berkurang,halinimenyebabkanhargatanahsemakinmahal.Dibutuhkansolusiperumahandengannilai
ekonomilahanyangtinggisertaaman.Direncanakansuatupembangunanhuniansecaravertikaluntuk
memenuhi kebutuhan rumah yang efisien dalam penggunaan tanah, terjangkau, layak, sesuai
peruntukandantataruang.
Dalam perancangan bangunan bertingkat pertimbangan tidak sematamata ditujukan
mendapatkanbiayaawalyangrendah,tetapiberorientasipadaberbagaikemungkinanyangakanterjadi
pada saat bangunan tersebut difungsikan. Dalam merancang bangunan bertingkat tinggi, di samping
aspekarsitektural,seorangarsitekperlumempertimbangkanberbagaiaspeklainnya,sepertistruktural,
mekanikal,elektrikaldanbiayabangunan(Juwana,2005,p.2). Bangunanmerupakansuatusistemyang
terintegrasi terdiri dari rangkaian subsub sistem dimana salah satunya masalah penanggulangan

[5]
hobbiez_arch@yahoo.com

221

Adiwidjaja,R.

kebakaranharussudahterintegrasidenganbaikdalambangunanmulaidaritahapperencanaansampai
denganbangunanberoperasi.
Penelitian ini dilakukan untuk menilai keandalan sistem penyelamatan terhadap kebakaran
padabangunanapartemendiSurabaya.Apartemenmemilikikarakteristikbangunanyangunik,berbeda
dari segi kepemilikan awal dan pengguna. Apartemen dibangun dan direncanakan oleh pemilik
bangunan awal yang pada akhirnya terjadi perubahan kepemilikan, digunakan dan dihuni oleh
sekumpulan orang yang menempati bangunan tersebut. Sehingga segala resiko bangunan menjadi
tanggung jawab pemilik satuansatuan hunian secara bersama. Dari segi jumlah orang yang berada
dalam bangunan memang sedikit sekali tetapi memiliki privasi dalam beraktivitas sehingga satu sama
laintidaksalingmengetahui.
Acuan yang dipergunakan menjadi standar pengamatandan pengkajian antara lainPeraturan
Menteri Pekerjaan Umum no. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknik Sistem Proteksi Kebakaran
padaBangunanGedungdanLingkungan.

MetodePenelitian
Observasidenganmelakukanpengamatanlangsungdilokasiyangmencakup:
Komponenkelengkapantapak
Komponensaranapenyelamatan
Komponensistemproteksipasif
Komponensistemproteksiaktifyangberpengaruhterhadapsistemproteksipasif.
Dalam pelaksanaan penelitian mengingat banyak keputusan yang bersifat kualitatif, dan dasar ukuran
pencapaiannyaadalahdenganmenggunakanskalasubyektif,makauntukmemperolehkeputusanyang
obyektifdigunakanmetodeAnalitycalHierarcyProcess(AHP).
Dibantu dengan metode sistem penilaian pada Malcolm Baldrige Award yang disesuaikan dengan
kriteria keandalan sistem keselamatan bangunan untuk membantu dalam usaha penilaian yang lebih
obyektif.




222

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Gambar1.KerangkaBerpikir

StudiLiteratur
AcuanyangdipergunakanPeraturanMenteriPekerjaanUmumno.26/PRT/M/2008tanggal30
Desember 2008 tentang persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan,meliputi:
Sistemproteksikebakaranpasif:
Jaluraksesmasukmobilpemadamkebakaran
Lapisperkerasan,hidranhalamandanbukaanakses
Aksespetugaspemadamkebakarandidalambangunan
Jarakantarbangunan
Akseseksit,pintudantanggakebakarandaneksitpelepasan
Pencahayaandarurat
Ketahananstrukturdankompartemen.
Sistemproteksikebakaranaktifyangmempengaruhisitemproteksikebakaranpasif:
Sistemdeteksi,penghisapasapdanspringkler
PemadamapiringandanhidrankebakaranGedung.

223

Adiwidjaja,R.

NILAI KEANDALAN SISTEM KESELAMATAN TERHADAP

KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN

NILAI KEANDALAN NILAI KEANDALAN


SISTEM SISTEM
KESELAMATAN
PASIF
KESELAMATAN
AKTIF

KOMPONEN AKSES KOMPONEN


SISTEM PROTEKSI SISTEM PROTEKSI
BANGUNAN DAN SARANA JALAN KE
KEBAKARAN PASIF KEBAKARAN AKTIF
AKSES LINGKUNGAN LUAR

Jalur akses
Akses eksit
Ketahanan
struktur
Sistem
masuk mobil deteksi
pemadam
bangunan
kebakaran Penghisap
Pintu Kompartemen
Lapis
asap
Tangga
perkerasan
kebakaran
Springkler

Hidran halaman
Eksit pelepasan
Bukaan akses Pencahayaan
darurat
Pemadam api
ringan
Akses petugas
pemadam
Hidran
kebakaran di kebakaran
dalam bangunan
Jarak antar
bangunan
Gambar2.ModelHierarkiLingkupPenelitan

PenelitiandanPembahasan
Pelaksanaan pengecekan keandalan bangunan terhadap bahaya kebakaran dilakukan
dilapangandenganobservasidanevaluasiberdasarkanacuanyangtelahdibuat,mencakup:
Komponenkelengkapantapak
Komponensaranapenyelamatan
Komponensistemproteksipasif
Komponensistemproteksiaktif
Perhitungan bobot komponen sistem keselamatan bangunan dengan menggunakan metode
AHPdanbantuansoftwareExpertChoiceterlihathasilnyasepertigambardibawahini.


224

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Gambar3.BobotPenilaianKomponenSistemKeselamatan

Setiap komponen atau bagian dari bangunan harus dinilai keandalannya terhadap bahaya
kebakaran.Nilaikondisikomponensistemkeselamatanpasifbangunandibagidalamlimatingkatyaitu:
4komponendankelengkapansesuaipersyaratan
3komponensesuaipersyaratandankelengkapanbelumsesuai
2komponensesuaidenganpersyaratan
1komponennyabelumsesuaidenganpersyaratanminimal
0tidakadakomponennya.
Nilaikondisikomponensistemkeselamatanaktifbangunandibagidalamtigatingkatyaitu:
Baik(100)tersediasesuaidenganpersyaratan
Cukup(80)tersediatetapitidakmemenuhikriteria
Kurang(60)Tidaktersedia
Penelitiandilakukanpadabangunan:
ApartemenMetropolis,jl.RayaTenggilis127Surabaya
ApartemenHighPoint,jl.Siwalankerto161Surabaya
ApartemenPuncakPermaitowerA,jlRayaDarmoPermai3Surabaya.

225

Adiwidjaja,R.

Tabel1.PenilaianKeandalanSistemKeselamatanPasif

1. PENILAIAN KOMPONEN AKSES BANGUNAN DAN AKSES LINGKUNGAN
No. Kriteria
Metropolis High Point Puncak Permai(A)
Nilai Bobot Jumlah Nilai Bobot Jumlah Nilai Bobot Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1.1. Jalur akses masuk mobil pemadam kebakaran 1 0.143 0.143 3 0.143 0.429 3 0.143 0.429
1.2. Lapis perkerasan (dibuat dari lapisan yang
diperkuat agar dapat menahan beban statik
2 0.152 0.304 2 0.152 0.304 2 0.152 0.304
mobil pemadam kebakaran seberat 44 ton
dengan beban plat kaki jack)
1.3. Hidran halaman 1 0.135 0.135 1 0.135 0.135 4 0.135 0.54
1.4. Bukaan akses (untuk petugas pemadam
kebakaran dibuat melalui dinding luar untuk 2 0.198 0.396 2 0.198 0.396 2 0.198 0.396
operasi pemadaman dan penyelamatan)
Akses petugas pemadam kebakaran di dalam
1.5.
bangunan
0 0.242 0 0 0.242 0 0 0.242 0
1.6. Jarak antar bangunan 1 0.129 0.129 1 0.129 0.129 4 0.129 0.516

Nilai Komponen Akses Bangunan dan Akses Lingkungan 1.107 1.393 2.185
2. PENILAIAN KOMPONEN SARANA JALAN KELUAR UNTUK PENYELAMATAN
No. Kriteria
Metropolis High Point Puncak Permai(A)
Nilai Bobot Jumlah Nilai Bobot Jumlah Nilai Bobot Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Akses Eksit (bagian dari sarana jalan keluar
2.1.
yang menuju ke sebuah eksit)

4 0.214 0.856 4 0.214 0.856 4 0.214 0.856
2.2. Pintu Kebakaran
4 0.202 0.808 3 0.202 0.606 3 0.202 0.606
Tangga Kebakaran (tangga yang

terjadi kebakaran)

2.3. direncanakan khusus untuk penyelamatan bila 3 0.230 0.69 1 0.230 0.23 3 0.230 0.69

Eksit Pelepasan (bagian dari sarana jalan ke


2.4. luar antara batas ujung sebuah eksit dan
2 0.182 0.364 1 0.182 0.182 2 0.182 0.364
sebuah jalan umum)
2.5. Pencahayaan Darurat
4 0.172 0.688 4 0.172 0.688 4 0.172 0.688


Nilai Komponen Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan 3.406 2.562 3.204
3. PENILAIAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PASIF

No. Kriteria Metropolis High Point Puncak Permai(A)


Nilai Bobot Jumlah Nilai Bobot Jumlah Nilai Bobot Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
3.1. Ketahanan Struktur 4 0.545 2.18 4 0.545 2.18 4 0.545 2.18
3.2. Kompartemen 4 0.455 1.82 1 0.455 0.455 4 0.455 1.82
Nilai Sistem Proteksi Kebakaran Pasif 4 2.635 4

Tabel2.PenilaianSistemKeandalanKeselamatanAktif
4. PENILAIAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF
Metropolis High Point Puncak Permai(A)
No. Kriteria

Nilai Bobot Jumlah Nilai Bobot Jumlah Nilai Bobot Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
4.1. Sistem deteksi dan alarm kebakaran

80 0.138 11.04 80 0.138 11.04 80 0.138 11.04
4.2. Penghisap asap 60 0.113 6.78 60 0.113 6.78 60 0.113 6.78
4.3. Springkler 80 0.298 23.84 80 0.298 23.84 80 0.298 23.84
4.4. Alat pemadam api ringan
80 0.368 29.44 60 0.368 22.08 60 0.368 22.08
4.5. Hidran kebakaran gedung 100 0.083 8.3 100 0.083 8.3 100 0.083 8.3
Tabel3.NilaiKeandalanBangunan
Nilai Sistem Proteksi Kebakaran Aktif 79.40 72.04 72.04

226

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Bangunan Apartemen Metropolis


No. Kriteria Nilai Bobot Jumlah
1 2 3 4 5
1 Penilaian Komponen Kelengkapan Tapak 1.221 0.303 0.369963
2 Penilaian Komponen Sarana Penyelamatan 3.457 0.332 1.148
3 Penilaian Komponen Sistem Proteksi Pasif 4 0.365 1.46

Nilai Keandalan Sistem Keselamatan Pasif 2.978


Nilai Keandalan Sistem Keselamatan Aktif 79.40

Bangunan Apartemen High Point


No. Kriteria Nilai Bobot Jumlah
1 2 3 4 5
1 Penilaian Komponen Kelengkapan Tapak 1.313 0.303 0.397839
2 Penilaian Komponen Sarana Penyelamatan 2.412 0.332 0.801
3 Penilaian Komponen Sistem Proteksi Pasif 3.001 0.365 1.095365

Nilai Keandalan Sistem Keselamatan Pasif 2.294


Nilai Keandalan Sistem Keselamatan Aktif 72.04

Bangunan Apartemen Puncak Permai


No. Kriteria Nilai Bobot Jumlah
1 2 3 4 5
1 Penilaian Komponen Kelengkapan Tapak 1.448 0.303 0.438744
2 Penilaian Komponen Sarana Penyelamatan 3.27 0.332 1.086
3 Penilaian Komponen Sistem Proteksi Pasif 4 0.365 1.46

Nilai Keandalan Sistem Keselamatan Pasif 2.984


Nilai Keandalan Sistem Keselamatan Aktif 72.04


Nilaikeandalansistemkeselamatanpasif(NKSKP):
0<NKSKP<1:Tidakadakomponensistemkeselamatan
bangunan
1<NKSKP<2:Terdapatkomponensistemkeselamatanbangunan
tetapibeberapatidakmemenuhipersyaratan
2<NKSKP<3:Terdapatkomponensistemkeselamatanbangunan
yangmemenuhipersyaratan
3<NKSKP<4:Terdapatkomponensistemkeselamatanbangunan
yangmemenuhipersyaratantetapidengan
beberapakelengkapanyangbelummemenuhi
persyaratan
NKSKP=4:Komponendankelengkapansistemkeselamatan
bangunanmemenuhipersyaratan.

227

Adiwidjaja,R.

Untuk menjamin keselamatan bangunan secara keseluruhan, NKSKP nilainya harus 4 karena
menyangkutkeselamatannyawamanusia.
Nilaikeandalansistemkeselamatanaktif(NKSKA):
60<NKSKA<80:Terdapatbeberapasistemkeselamatan
bangunanyangtidaktersedia
80<NKSKA<100:Terdapatsistemkeselamatanbangunantetapi
beberapatidakmemenuhipersyaratan
NKSKA=100:Semuasistemkeselamatanbangunandengan
jumlahdankelengkapannyamemenuhi
persyaratan
Darihasilpemeriksaannilaikeandalansistemkeselamatanbangunanyangtelahdihitungmaka
dapatdiketahuikomponenkeselamatanbangunanyangkurangmemenuhipersyaratandenganmelihat
padacatatanpadatabelpenilaianuntukmasingmasingbangunan.

HasilAnalisa
DarihasilperhitungannilaikeandalansistemkeselamatanbangunanapartemenMetropolisadalah
2,978 (79,40) artinya pada bangunan ini memiliki komponen sistem proteksi kebakaran pasif yang
memenuhipersyaratantapikurangkelengkapandansistemproteksikebakaranaktifkurangmemadai.
DarihasilperhitungannilaikeandalansistemkeselamatanbangunanapartemenHighPointadalah
2,294 (72,04) artinya pada bangunan ini memiliki komponen sistem proteksi kebakaran pasif yang
memenuhi persyaratan tetapi kurang kelengkapan dan sistem proteksi kebakaran pasif yang kurang
memadai.
Dari hasil perhitungan nilai keandalan sistem keselamatan bangunan apartemen Puncak Permai
adalah 2,984 (72,04) artinya pada bangunan ini memiliki komponen sistem proteksi kebakaran pasif
yang memenuhi persyaratan tetapi kurang kelengkapan dan sistem proteksi kebakaran aktif yang
kurangmemadai.

228

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Kesimpulan
Dari hasil penelitian terlihat bahwa untuk masalah keselamatan bangunan terhadap bahaya
kebakaran sangatlah kurang mendapat perhatian pada bangunan apartemen di Surabaya, masalah ini
sebenarnya tidak boleh diabaikan dan harus tersedia dengan sempurna atau lengkap sesuai dengan
yang dipersyaratkan karena kalau sampai terjadi kebakaran maka akan mengakibatkan kerugian harta
bendadanyangterpentingkeselamatannyawamanusia.
Haliniterjadikarenapembeliataupenghuniapartemenkurangmengertipemahamantentang
bahayakebakaransehinggahalinidimanfaatkanolehpengembanguntukmengurangikomponensarana
keselamatan di bangunan apartemen ini sehingga mampu menjual harga yang cukup terjangkau.
Penghuni mungkin mengetahui beberapa komponen keselamatan bangunan tetapi tidak mengetahui
secara rinci mengenai persyaratan yang dibutuhkan. Yang lebih bermasalah pengembang biasanya
mengetahui mengenai persyaratan ini baik melalui pihak perencana maupun bagian perijinan tetapi
berusahamengurangiataumeminimalkanuntukdapatmenjualdenganhargamurah.

UcapanTerimakasih
Terimakasih kami ucapkan kepada Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan,UKPetra,AgusDwiHariyantoST.,MSc.;TimPengarah:Ir.JoyceM.Laurens,M.Arch.,IAI;
TimoticinKwanda,B.Sc.,MRP.,Ph.D.(Cand.);Ir.DannyS.Mintorogo,M.Arch.;Ir.BisatyaW.Maer,M.T.;
danPanitiaSeminarNasionalDr.(Cand.)RonyGunawanSunaryo,ST.,MT.,AltrerosjeAsri,ST.,MT.,dan
AnikJuniwati,ST.,MT;Pembimbing:Ir.NugrohoSusilo,M.Bdg.Sc.

DaftarPustaka
Badan Standarisasi Nasional, (2000). SNI 0317352000: Tata cara Perencanaan Akses Bangunan dan
AksesLingkunganuntukPencegahanBahayaKebakaranpadaBangunanGedung.
Badan Standarisasi Nasional, (2000). SNI 0317362000: Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif
untukPencegahanBahayaKebakaranpadaBangunanRumahdanGedung.
Badan Standarisasi Nasional, (2000). SNI 0317462000: Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan
SaranaJalanuntukPenyelamatanTerhadapBahayaKebakaranpadaBangunanGedung.
BadanStandarisasiNasional,(2000).SNI0175652002:SpesifikasiBahanBangunanuntukPencegahan
BahayaKebakaranpadaBangunanRumahdanGedung.

229

Adiwidjaja,R.

Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, (2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


No.26/PRT/M2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
GedungdanLingkungan.
Juwana,J.S.(2005),PanduanSistemBangunanTinggi.Jakarta:Erlangga.
Saaty, T.L. (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Proses Hierarki Analitik untuk
PengambilanKeputusandalamSituasiyangKompleks,Jakarta:P.T.PustakaBinamanPressindo.
Tryon, George H. (1969). Fire Protection Handbook, National Fire Protection Association (NFPA).
Massachussetts
UndangUndangRepublikIndonesiaNo.28Tahun2002,TentangBangunanGedung.

230

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

MenujuLingkunganInklusif:PerempuanPenyandangCacatMobilitas
danKondisiRumahyangPenuhHambatan

DianFitria6

Abstrak
Perempuanmemilikimobilitasyangtinggidalamkehidupannyaseharihari(Komardjaja,2008).Walausaat
ini perempuan telah memiliki kesempatan meraih pendidikan dan karier yang tinggi, mereka tetap tidak dapat
terlepasdariperanstereotipnyadalammasyarakat.Halinijugadialamiolehperempuanpenyandangcacatyang
terlebihlagiharusmenghadapihambatanfisikdansosialdalammelaksanakanperannya.
Penyandangcacatseringkalidipandangsebagaiprodukgagalterkaitdengankeadaanfisikmereka.Untuk
menentangparadigmatersebut,kritikterhadaplingkunganbinaansecarafisikmaupunsosialyangtidakresponsif
hinggamembuatsebagiangolongandicacatkanharusdimulai.
Penelitianinibertujuanuntukmendukungidetentanglingkunganinklusifdalamlingkunganrumahyang
merupakansalahsatukebutuhandasarsetiapmanusia.Melaluipenelitianinidiharapkandapatmenghasilkansuatu
arahanuntukmemperbaikikualitashidupperempuanpenyandangcacatyangberawaldaritempattinggalmereka.
KataKunci:mobilitas,penyandangcacatperempuan,responsif,inklusif

Pendahuluan
Lingkungan inklusif merupakan lingkungan yang dapat mengakomodasi keragaman kondisi
setiap individu baik dalam lingkup primer maupun sekunder7 (Loden,1996). Rumah bukan hanya
dipandang sebagai sebuah produk, namun dapat dipandang sebagai sebuah proses interaksi antara
bentukanfisikdanganpenghuninya.Rumahmemilikihubunganyangeratdenganperempuansejakawal
peradabanmanusia.Padasaatituintuisimenghunidimilikiperempuanyangmemilihhiduppermanen
atau tidak nomaden seperti pria. Hal ini terkait denganaktivitasnyayang utama yaitu melahirkandan

6
PenulisPertama,GreenBuildingCouncilIndonesia,Email:dianfi@yahoo.com
7
Lingkup primer: umur, ras, gender, orientasi seksual, etnis, kemampuan fisik. Lingkup sekunder: daerah asal,
bahasa ibu, penghasilan, agama, pendidikan, pangkat dan peran dalam organisasi, status keluarga, cara
komunikasidanpengalamankerja.

231

Fitria,D.

membesarkananaksertakebutuhannyauntukmenghasilkansumberpanganyanglebihkontinumelalui
bercocoktanam8.
Di mata masyarakat, penyandang cacat dipandang sebagai individu yang tidak dapat mandiri.
Kondisi tersebut membuat penyandang cacat semakin sulit dalam melakukan kewajiban dan
mendapatkan haknya sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Perempuan
penyandang cacat memiliki peran yang sama seperti perempuan pada umumnya, yaitu berupa
reproduksi dan produksi9. Namun, dalam usaha melaksanakan perannya, mereka harus berhadapan
dengan rintangan fisik maupun sosial terkait dengan kondisi kecacatannya. Sebagai salah satu
kebutuhandasarmanusia,rumahjugadibutuhkanperempuanpenyandangcacatdalammelaksanakan
perangandanya.

MetodologidanMetodePenelitian
Metodologi penelitian menggunakan studi kasus yang terdiri dari 9 responden dengan setiap
respondenmewakili1kasus.Metodepenelitianadalahsebagaiberikut.

Permasalahanyang Perubahandan
Informasiumum
dihadapisebagaisebab penyesuaianyang
Data tentangresponden
lingkunganyangtidak dilakukandan/atau
danrumahtinggalnya
responsif diharapkan
Wawancarasecaramendalam
Metode
Observasiaktivitasdidalamrumah
Penelitian
DiskusiKelompoksecaraTerfokus
Gambar1.MetodePenelitian,Sumber:Penulis

8
Doxiadis,perintisilmuHumanHabitatdikutipdalamSistemPerumahanSosialdiIndonesia
9
HousingPolicyandWomen:TowardaGenderAwareApproach,peranreproduksimeliputikehamilan,melahirkan
danmerawatanak;sertamerawatpasangannya.Peranproduksiumunyauntukmenambahpenghasilankeluarga
melaluiproduksiskalarumahtangga

232

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

StudiLiteratur

KecacatandanKonstruksiSosial
Cacat merupakan hasil konstruksi sosial. Individu yang memiliki keterbatasan dipandang
sebagaipihakyangharusdiperbaiki.Metodepengobatanseringkalidigunakankarenamasihmeletakkan
permasalahan terletak pada individu yang memiliki keterbatasan, bukan pada lingkungan yang tidak
responsif. Individu yang memiliki keterbatasan justru dibuat tidak mampu, dibuat terbatas dan dibuat
cacat oleh lingkungan yang tidak responsif terhadap kebutuhan mereka. Jane Morris lebih memilih
terminologi disabled dalam bahasa Inggris, daripada impairment10 atau disability11. Menurutnya it
takes the focus away from our impairments being the problem and puts the responsibility onto the
societyinwhichwelive(Morris,2001).

KonsepIndependentLiving:EmansipasiPenyandangCacat
Konsep Independent Living dikenalkan oleh Ed Roberts sejak tahun 1972. Selain itu, Frances
HaslerjugamengatakanbahwaIndependentLivingistheemancipatoryphilosophyandpracticewhich
empowers disabled people and enables them to exert influence, choice and control in every aspect of
their life (Hasler, 2003). Konsep independent living menuntut penyandang cacat memiliki kedudukan
yang setara dengan masyarakat pada umumnya melalui kemadirian. Konsep ini juga menentang
paradigma konvensional yang menganggap isu penyandang cacat sebatas kasus medik dan objek
kegiatansosial.

DesainInklusif:KeberlanjutanLingkunganFisikdanSosial
Definisi desain inklusif menurut The British Standards Institute adalah Design of mainstream
productsand/orservicesthatareaccessibleto,andusableby,peoplewiththewidestrangeofabilities
withinthewidestrangeofsituationswithouttheneedforspecialadaptationordesign.Desaininklusif
dapat mendorong kemandirian penyandang cacat sehingga dapat mengurangi kebergantungannya

10
A characteristic, feature, attribute within an individual which is long term and may or may not be the result or
injuryandmayaffectindividualappearance,affectthefunctioningofindividualmindsorbody,causepainfatigue,
affectcommunicationandreduceconsciousness(Morris,2001).
11
Adisadvantageorrestrictionofactivitycausedbysocietywhichtakesalittleornoaccountofpeoplewhohave
impairmentsandexcludesthemfrommainstreamactivity(Morris,2001).

233

Fitria,D.

terhadappihaklainsertamendapatkankesempatanuntukberperanaktifdimasyarakat.Dalamkonsep
desain inklusif, kebutuhan penyandang cacat bukan sematamata hanya untuk kepentingan mereka.
Konsep ini juga bertujuan merangkul kebutuhan golongan masyarakat lainnya, seperti anakanak,
perempuanhamil,orangtuadanindividulainyangdalamkondisitidaksehat.

HasilSimulasi
Respondenmerupakanperempuanpenyandangcacatdalambermobilitasyangdibagimenjadi
3kelompokberdasarkanjenisalatbantuyangdigunakan.

Tabel1.KarakteristikUmumResponden
Kode
AlatBantu Umur
Status
Anak
Penghasilan/
Responden Pernikahan Bulan(Rp)
IA 39 Janda 2 3.000.000
I IB KursiRoda 37 Menikah 1 1.500.000
IC 34 TidakMenikah
IIA Tongkat(2) 36 TidakMenikah
II IIB Tongkat(1) 38 Menikah 1 1.500.000
IIC Brace(1) 29 Menikah 1
IIIA Tidak 31 TidakMenikah
III IIIB menggunakan 34 Menikah 2
IIIC alatbantu 25 TidakMenikah
Sumber:Penulis

Pembangunan rumah tidak melibatkan arsitek yang dilaksanakan berdasarkan keinginan
pemilikrumahyangditerjemahkanlangsungolehpekerjakonstruksi.

Tabel2.HubunganRespondendenganPemilikRumah
Kode Kepemilikan PemegangKeputusan JumlahAnggota
Responden Rumah atasPerubahanFisik Keluarga
IA Responden Responden 3
I IB OrangTua OrangTua 8
IC OrangTua OrangTua 7
IIA OrangTua OrangTua 3
II IIB OrangTua OrangTuaSuami 8
IIC Suami Suami 6
IIIA OrangTua OrangTua 8
III IIIB OrangTua OrangTua 8
IIIC OrangTua OrangTua 3

234

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Sumber:Penulis

Responden IA cukup memiliki kontrol terhadap kondisi fisik rumahnya. Rumah responden
cukup dapat mengakomodasi kebutuhan dan aktivitas responden . Hal ini dikarenakan proses
pembangunandilakukanberdasarkanpermintaandanpengawasanrespondensecaralangsung.Namun,
keterbatasan lahan tetap membuat rumah responden bertingkat. Lantai atas digunakan untuk fungsi
sekunder sehingga Responden IA tidak memerlukan ke lantai atas secara rutin. Tempat tinggal
Responden IB sulit mengakomodasi kebutuhannya untuk beraktivitas terutama area pintu masuk dan
area sirkulasi dalam rumah untuk mobilitas kursi roda. Ketinggian perabot juga sulit diakses oleh
responden.SedangkanbagiRespondenIC,tempatjemuryangberadadilantaiatasmembutnyaharus
turundarikursirodadanmerangkakuntukmelaluitanggasaatmenjemurpakaian.Selainitu,ketinggian
perabot dapur yang terlalu tinggi menyulitkan dan membahayakan responden karena memaksanya
pindahdarikursirodakebangkuyanglebihtinggisaatmemasak.
TempatjemuryangadadilantaiatasjugamembuatRespondenIIAkesulitanuntukmelakukan
aktivitas menjemur dikarenakan ia perlu melepas tongkat dan merangkak untuk menaiki tangga. Hal
inovatif yang dilakukan responden untuk mempermudah pekerjaan lainnya adalah menggunakan
bangku plastik yang berfungsi ganda, yaitu sebagai pengganti tongkat dan sebagai tempat duduk bila
melakukan pekerjaan yang membutuhkan waktu yang relatif lama. Tempat tinggal Responden IIB
merupakan area tambahan rumah mertua yang dibangun di atas garasi. Kondisi tersebut membuat
Responden IIB tidak dapat menghindari tangga yang curam. Tidak jarang responden jatuh di area
tersebut. Dalam melaksanakan aktivitas dalam rumahnya, Responden juga menggunakan bangku
sesekaliuntukdudukbilasudahrelatiflamaberadadalamposisiberdiri.HallaindialamiRespondenIIC.
Sumber air bersih tempat tinggal Responden IIC berasal dari sumur komunal. Kondisi ini membuat
responden harus mengangkut gentong air dari sumur komunal yang berjarak sekitar 100 meter dari
tempat tinggalnya. Saat mengangkat air dalam gentong, seringkali keseimbangannya terganggu dan
membuat air menjadi tumpah ke lantai. Kondisi ini cukup membahayakan karena responden sering
terpeleset.Samasepertirespondenlainnya,RespondenIICmengakuibahwaposisiduduklebihnyaman
dalammelakukanaktivitaskesehariannya.
KamartiduryangberadadilantaiatasmembuatRespondenIIIAkesulitanuntukmengaksesnya
karena harus melalui tangga. Hubungan antar ruang yang berbeda level ketinggian di lantai dasar
rumahnya pun menambah kesulitan dalam melakukan aktivitasnya. Posisi perabot juga terlalu tinggi

235

Fitria,D.

untuk diakses hingga memaksa responden untuk melakukan aktivitasnya dalam posisi berdiri. Lain
halnyadenganRespondenIIIB,areacucipakaiandandapurmemaksanyauntukjongkok.Perpindahan
posisi dari jongkok ke berdiri tentunya menyulitkan. Lantai di area cuci pakaian yang licin terkena air
tidak jarang membuat responden terpeleset saat melakukan perubahan posisi tersebut. Sementara,
Responden IIIC mengalami juga sedikit kesulitan dalam mengakses kamar tidurnya yang ada di lantai
atas.Halinidikarenakantanggasudahdibuatlebihlandaidarisebelumnya.Selainitu,perabotlainpun
sudahcukupdisesuaikandengankebutuhansehinggatidakterlalumenyulitkandirinya.Dalamkasusini
orangtuarespondencukupresponsifterhadapkondisifisikanaknya.

HasilAnalisa

TingkatEkonomidenganTingkatAksesibilitasdalamRumah.
Perempuan penyandang cacat juga memiliki keinginan untuk mengenyam pendidikan dan
mendapatkan pekerjaan serta penghasilan. Namun, perempuan penyandang cacat harus menerima
kenyataan bahwa kondisi mereka sebagai perempuan dan sebagai penyandang cacat menyulitkannya
dalammendapatkanpersamaankesempatanuntukmengaksespendidikanmaupunpekerjaan.Kondisi
tersebutmembuatperempuanpenyandangcacattidakdapatterhindardarikebergantunganterhadap
orang lain dalam memiliki tempat tinggal. Dampaknya, nilai tawar mereka pun menjadi rendah dan
menjadipihakminoritasdihadapanpemilikrumah.Suaramerekaseringkalidikesampingkan,termasuk
halterkaitperbaikankondisifisikrumahyangdapatmengakomodasiaktivitaskesehariannya.

PeranKeluargayangMempengaruhiKondisiFisikRumah
Perempuanpenyandangcacatseringdianggaptidakmampumelakukanaktivitaskesehariannya
oleh pihak keluarga. Dampaknya, fasilitas dalam rumah dibuat tanpa bertujuan mengakomodasi
kemandirian perempuan penyandang cacat dalam melaksanakan aktivitasnya. Di lain pihak, terdapat
juga keluarga yang berusaha untuk merespon kebutuhan perempuan penyandang cacat melalui
perbaikan fisik rumah. Namun, kurangnya akses pengetahuan tentang bagaimana menciptakan
lingkunganfisikyangresponsifterhadapkebutuhanperempuanpenyandangcacat,membuatperbaikan
fisikdilakukantanpamempertimbangkanfaktorkemanan.


236

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

PermasalahanyangDihadapidanPenyesuaianyangDilakukan
Walauperempuanpenyandangcacatinginmandiridalammelakukanaktivitasnya,kondisifisik
rumah yang tidak responsif menyebabkan mereka tidak dapat menghindar untuk memiinta bantuan
orang lain. Namun, rasa enggan sering menyebabkan mereka menjadi apatis sehingga memilih untuk
tidak melaksanakan aktivitasnya. Dampak negatif lain yaitu perempuan penyandang cacat memilih
untuktetapmelakukanaktivitasnyanamunseringkalimemaksakandiridenganberusahamenyesuaikan
diritehadapkondisifisikrumahyangtidakmengakomodasiketerbatasanfisiknya.Selaintidaknyaman,
halinijugaberpotensimembuatperempuanpenyandangcacatmengalamikecelakaan.

KebutuhanPerempuanPenyandangCacatuntukBeraktivitasdidalamRumah
Untukareasirkulasihorizontal,KelompokImembutuhkansirkulasiyangdapatmemuatdimensi
kursiroda,tidakadaperbedaanlevellantaidandapatmengakomodasimanuverkursiroda.Sedangkan
kelompokIIdanIIImembutuhkanareasirkulasiyangdilengkapidengankomponeninterioryangdapat
berfungsi sebagai pengganti hand rail seperti dinding atau perabot agar dapat berjalan lebih stabil.
Sirkulasivertikalsepertitanggasedapatmungkindihindariolehketigakelompoktersebut.
Kelompok II dan III membutuhkan ruang yang hampir sama dengan kelompok I dalam
melaksanakan aktivitasnya. Hal ini dikarenakan kelompok II dan III membutuhkan ruang yang juga
berfungsi untuk mengakomodasi posisi duduk dalam melakukan aktivitasnya yang relatif lama. Posisi
dudukmerupakanposisiyangpalingnyamandikarenakanbebantubuhtidakmenumpulagipadakaki.
Licinpadalantaidapatmemperlemahkeseimbanganmerekasehinggasangatmembahayakan.
Kondisi ini sering ditemukan pada ruang cuci pakaian dan kamar mandi. Untuk itu, air yang mengalir
sedapatmungkindiminimalkanuntukdapatmengakseslantaiyangdilaluiolehresponden.

KesimpulandanSaran
Lingkungan rumah yang responsif dapat mendukung kinerja perempuan penyandang cacat
yang memiliki peran ganda yaitu reproduksi dan produksi. Selain pendekatan fisik, pendekatan sosial
juga dibutuhkan dalam mewujudkan lingkungan rumah yang responsif bagi perempuan penyandang
cacat.
Desaininklusifdapatmenjadisolusidalammenciptakanlingkunganrumahyangresponsifbagi
perempuan penyandang cacat. Namun, sebagai masyarakat berpenghasilan rendah, perempuan
penyandang cacat dan keluarga sulit mengakses pengetahuan terkait implementasi desain inklusif.

237

Fitria,D.

Sosialisasi terkait dengan desain inklusif dalam rumah yang yang dapat merespon kebutuhan
perempuan penyandang cacat dapat disusun melalui suatu strategi. Strategi tersebut tentunya
melibatkan berbagai kalangan diantaranya praktisi desainer seperti arsitek atau desainer interior,
pemerintah,lembaganonpemerintah,danakademisi.
Rendahnya tingkat pendidikan perempuan penyandang cacat mempersulit mereka untuk
mengkomunikasikan kebutuhannya kepada pihak keluarga. Di lain pihak, peran individu dari pihak
perempuan penyandang cacat juga dibutuhkan sebagai bentuk peningkatan kesadaran dalam lingkup
keluarga. Untuk itu dibutuhkan pihak ketiga sebagai jembatan komunikasi antara perempuan
penyandangcacatdengankeluarganya.
Perempuan penyandang cacat mobilitas lebih nyaman dan aman melakukan aktivitas dalam
rumahnyadenganposisiduduk.Untukitu,menciptakanruangbaikdarisegiluasanmaupunketinggian
perabot dalam ruang yang dapat mengakomodasi aktivitas mereka dengan posisi duduk perlu
diperhatikandalamdesain.

UcapanTerimakasih
TerimakasihsayaucapkankepadaPembimbingThesisdiIHSErasmusUniversityofRotterdam,
Dr. Maartje Van Eerd; SURFACEInclusive Design Research Centre Salford University: Prof. Marcus
Ormerod; Bandung Independent Living Centre: Yati Suryati. Responden: Lenny Marlina, Herlina, Erna
Susanti,SuheniSurma,Dewi,SitiNurHasanah,HandayaniandSitiHasanah;IngeKomardjaja.

DaftarPustaka
Chapter2ofTheUniversalDesignFile:UnderstandingtheSpectrumofHumanAbilities[Websitedari
Centre for Universal Design][Tersedia]: http://www.design.ncsu.edu/cud/. Diunduh: [30
January2009]
Cultural Diversity [Website dari The University of Queensland][Tersedia]:
http://www.tedi.uq.edu.au/cdip/pdfs/folio_1.pdf.Diunduh:[13Juni2009]
Hall, P. (2001). Inclusive Design: Designing and Developing Accessible Environments. Taylor & Francis.
London
Komardjaja,I.(2008).WomenwithLimitedMobilityandTheUrbanInfrastructures.PusatPenelitiandan
PengembanganPermukiman,DepartemenPekerjaanUmum.Bandung.

238

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Komardjaja, I. Perempuan Penyandang cacat dan Lingkungan Binaan yang Penuh Hambatan. Mencari
RuanguntukDifabel.JurnalPerempuanuntukPencerahandanKesetaraan65.YayasanJurnal
Perempuan.Jakarta.ISSN:1410153X
Morris,J.(2001).ImpairmentandDisability:constructingEthicofCarewhichPromotesHumanRights.
PenultimatedraftofarticlepublishedinHypatia,vol.16,No.4,Fall2001
Moser,C.O.N.(1985).HousingPolicyandWomen:TowardaGenderAwareApproach.DPUofUniversity
CollegeLondon,UK
Philosophy of Independent Living. [Website dari Independent Living Institute] [Tersedia]:
www.independentliving.org/docs6/hasler2003.html.Diunduh:[1Februari2009]
Santoso,J.,IskandarBudiP.,Prawoto.(2002).SistemPerumahanSosialdiIndonesia,CentreforUrban
StudiesUniversitasIndonesadanIkatanAhliPerencanaan.Jakarta

239

240

SUBTEMA 3

KONSERVASI :
KEARIFAN LOKAL,
BUDAYA
DAN SEJARAH
Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

MenelaahFenomenaMasyarakatKampungKotasebagaiBagiandari
EmphaticArchitecture
(KasusKampungKotadiRW07KelurahanGumuruh)BinongJatiKota
Bandung

UdjiantoPawitro1

Abstrak
Masyarakat kampung kota (urban kampong community) adalah kelompok masyarakat yang tinggal di
kawasanperkotaanyangsecarasocialbudayamempertahankanpolaperilakudankebiasaanbudayakampungdi
kawasan tempat tinggalnya, walaupun kawasan tersebut telah berubah menjadi kawasan kota. Akibat dari
mempertahankanbudayakampungdidalamkehidupansehariharinya,makatatananfisikkawasankampongkota
cenderungtidaktertatadenganbaik,cenderungkumuh/kusamdancenderungtidakteratur.Masyarakatkampong
kota pada dasarnya masih tetap ada dan mendiami kawasan perkotaan, yang pada awalnya berupa kampong
dengan pola kebiasaan lamanya tetap dipertahankan hingga kini. Dalam penelitian ini, tujuan utamanya adalah
mengamati fenomena kampong kota dan mengamati kondisi socialekonomi masyarakatnya serta mengamati
kondisi permukiman. Studi kasus yang diangkat adalah Kampung Kota Di RW07 Kelurahan Gumuruh Kecamatan
Binong Jati Kota Bandung. Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda observasi secara kualitatif dengan
rekaman photophoto langsung di lapangan, dan metoda kuantitatif yang bersumber pada data kuesioner yang
disebarkandikawasanyangdiamati.
KataKunci:Kampongkota,Sosialekonomi,Permukimannya.

LatarBelakangdanPendahuluan
Pertumbuhandanperkembanganwilayahkota(urbanareas)daridekadetahun70anhingga
2010ansaatinimengalamipeningkatanyangsangatpesat.Halinisudahsangatmudahdilihatterutama
sekalidikotakotabesardiIndonesia,sebagaicontohmisalnyakotakota:Jakarta,Surabaya,Bandung,
Medan, Semarang, dsb. yang secara faktual mengalami partumbuhan wilayah yang sangat pesat.
Terutama jika diamati pada decade antara tahun 1970an hingga 2010an saat sekarang ini, banyak

1
UdjiantoPawitro,Ir.,MSP.StafPengajar(LektorKepala)JurusanTeknikArsitekturFTSP
InstitutTeknologiNasional(Itenas)Bandung,Email:udjianto_pawitro@yahoo.com/
udjianto@itenas.ac.id

241

Pawitro, U.

kotakota besar di Indonesia mengalami pertumbuhan sangat pesat. Banyak kotakota besar di
Indonesia dimana pertumbuhannya sudah mencapai kotakota tingkat metropolitan, tidak terkecuali
dalamhalinidialamijugaolehkotaBandung.
Faktorfaktor pendorong pertumbuhan kota dimaksud sudah banyak dibahas dan dikaji oleh
para pakar perkotaan, terutama sekali upaya untuk memperlambat dan mengendalikan laju
pertumbuhannyayangsangatpesat.Faktorfaktorpendoronglajupertumbuhanwilayahkotaterutama
sekali disebabkan oleh : (a) laju pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi, (b) adanya laju
urbanisasikekawasanperkotaanyangtinggi,(c)perubahanbudayakehidupandaricorakruralkecorak
urban(perkotaan)yangdikenalsebagaiprosesurbanisme,(d)makinmahalataumakintingginyaharga
jual lahan di kawasan perkotaan, hingga (e) intensitas penggunaan lahan / tanah yang cukup tinggi
untukkawasanperkotaan.
Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan wilayah untuk kotakota besar
terutamasekalidinegaranegarasedangberkembangsudahmulaidilakukanolehparapakarperkotaan.
MisalnyakajiantentangkotakotabesardinegaranegarakawasanAsiaTenggara,telahdilakukanoleh
Dr.HansDieterEvers,dkk.Yangdidalamnyajugamengupastentangmaknaruangruangsocialdikota
kota besar di nagara kawasan Asia Tenggara. Yang menarik lagi adalah kajiannya tentang konstruksi
cultural(pendekatansocialbudaya)diperkotaanMelayusertaurbanismedengancorakTradisiLokal.
Pembentukanmasyarakatkampungkota(urbankampoongs)dikotakotabesardiIndonesia,
sepatutnya untukdilihat/ diamati dan diperhatikan, sebagai suatufenomena yang tidakdapat lepas
dari kegiatan sosialbudaya seharihari penduduk kawasan perkotaan. Kampung kota atau urban
kampoongs pada dasarnya tumbuh di kawasan tertentu kota akibat adanya latar belakang sosial
budaya dan sosialekonomi dari masyarakatnya yang dipertahankan hingga saat ini. Fenomena
dimaksud terlihat unik karena didalamnya memuat polaperilaku serta kebiasaan (hidup) masyarakat
yangdicobauntukdipertahankan
Fenomena masyarakat kampung kota di kotakota besar di Indonesia, pada dasarnya
merupakan hal yang menarik untuk dibahas atau dikaji. Fenomena kampung kota pada dasarnya
menyangkutaspeksosialbudayadansosialekonomidarikeseluruhanwarga/pendudukkampungkota
yang akan diamati. Selain kondisi socialbudaya dan social ekonomi dalam skala yang lebih luas
(khususnya untuk kawasan perkotaan), yang menarik untuk diperhatikan adalah proses munculnya
fenomena kampung kota secara fisikal yang tidak dapat dilepaskan dari keberadaan masyarakat di
kawasanperkotaanyangterbataskondisisosialekonomidansosialbudayanya.

242

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Masyarakatkampungkota(urbankampoongcommunity)adalahkelompokmasyarakatyang
tinggal di kawasan perkotaan (urban areas) dengan tetap mempertahankan budaya kampung di
kawasan tempat tinggalnya walaupun kawasan tersebut sudah berubah menjadi kawasan perkotaan.
Akibat mempertahankan budaya kampung didalam kehidupan sehariharinya, maka tatanan fisik
kawasan kampong kota cenderung tidak tertata dengan baik, cenderung kumuh / kusam serta
cenderung tidak teratur. Masyarakat kampong kota pada dasarnya masih tetap ada (exist) mendiami
kawasanperkotaanyangpadaawalnyaberupakampongdantetapdipertahankanhinggasaatini.
Persoalan utama dalam mengungkap masyarakat kampong kota terutama di kawasan kota
kotabesardiIndonesia,yaitusamadanbermiripandengankondisiyangadadinegaranegarasedang
berkembang lainnya. Yaitu menyangkut persoalan persoalan sosial ekonomi, berupa keterpingiran
ataumarjinalisasimasyarakatkampongkotaakibattidakdapatmengikutiperkembanganekonomikota
yang ada. Persoalan sosial budaya pada masyarakat kampong kota, lebih kepada sebab bertahannya
ataumempertahankanbudayakampongakibattidakbanyakberubahnyamasyarakattersebutdarisisi
socialbudaya.
Perlucatatandisini,bahwadalamprosespendidikantinggi(formal)bidangArsitekturyangada
diIndonesia,sedikitsekalidariparapengajar(dosen/asisten)yangmemberiperhatianlebih,terutama
kepadamerekayangberadadalamkomunitasakarrumput(grassroot).Arsitekturyangberempati,
adalah(proses)arsitekturyangjugamemperhatikanmasyarakatsosialekonomimenengahkebawah.
Karenaitu,upayamenelaahfenomenakampungkota(urbankompoong)merupakanbagiandariupaya
arsitektur yang berempati kepada kelompok masyarakat akarrumput (grassroot) terutama di
kawasanperkotaan.

KajianTeori:FenomenaKampungKota,UrbanisasiDanPermukimanKawasanKota
(A) FenomenaKampungKota(UrbanKampoong).
Kampung kota (urban kompoong) di kotakota besar di Indonesia, pada dasarnya merupakan
halyangmenarikuntukdibahasdandiungkap.Fenomenakampungkotapadadasarnyamenyangkut
aspek sosialbudaya dan sosialekonomi dari keseluruhan warga / penduduk kampung kota yang akan
diamatiselainaspeklingkunganfisiknya.Aspeksosialbudayayangdiamatidalammasyarakatkampung
kotapadadasarnyameliputiaspekaspek:etnik,agama/kepercayaanhinggapolaperilaku(bihaviour)
dan kebiasaan seharihari (habits) dari masyarakatnya. Sedang sosialekonomi masyarakat kampong
kotameliputiaspekaspek:matapencaharian,tingkatpendapatan/penghasilan,prioritaspembiayaan
dalamkeluarga,sifatdaripenghasilan/pendapatan,dsb.

243

Pawitro, U.

Fenomena masyarakat kampung kota di kotakota besar di Indonesia, pada dasarnya


merupakan hal yang menarik untuk dibahas dan diungkap. Karena dalam mengungkap fenomena
kampungkotapadadasarnyajugamelibatkanataumenyangkutaspeksosialbudayadansosialekonomi
dari keseluruhan warga / penduduk kampung kota yang diamati. Latar belakang dan penyebab dari
kondisisocialbudayadansocialekonomidalamskalayanglebihluasyaitukawasanperkotaan(urban
areas),menjadipentinguntukdibahas
Persoalansosialekonomidansosialbudayayangmenimpamasyarakatkampongkotatersebut,
persoalan lanjutanpun muncul kemudian, seperti misalnya: terdapatnya kawasan kumuh (slumb
areas), perumahan atau permukiman yang tidak teratur dalam masyarakat kampong kota, yang
mempunyai ciriciri antara lain: kawasan kurang tertata dengan baik, kawasan cenderung menjadi
kumuh atau kusam akibat tidak terpelihara dengan baik serta kondisi sarana dan prasarana kawasan
lingkungan permukiman yang tidak memadai (lingkungan permukiman yang tidak sehat). Juga
rendahnya tingkat pendidikan dari masyarakat kampong kota, dapat mengakibatkan banyaknya
pengagguran terutama di kalangan generasi muda, yang pada akhirnya dapat memunculkan kegiatan
kriminal/kejahatan.
(B) UrbanisasidanProsesUrbanisme.
Urbanisasipadadasarnyamerupakanprosessosialterhadappenciptaansistemdinamisyang
dikenalsebagaikota(urban).Urbanisasipadadasarnyamelibatkanataumeliputi:perubahanpenduduk,
prosesproduksi(barangdanjasa),perubahansosialpolitikdansosialekonomiyangbercirikanurban
serta perubahan pola perilaku kehidupan yang terjadi di kawasan perkotaan. Unsur utama dalam kita
melihaturbanisasiadalah:wilayahataukeruangan,jumlahpenduduk,kepadatanpenduduk,kedekatan
dankeakrabansosialdanmelihatpelakupelakusosialekonomimasyarakat.
Dalam proses urbanisasi terlihat tingkat kepadatan penduduk yang mencerminkan pembelian
barangbarang dan jasa, spesialisasi jenis pekerjaan / mata pencaharian, proses produksi (barang dan
jasa),sertayangwujudnyayangmenimbulkanataumembutuhkaninfrastrukturmasyarakat.Berkaitan
eratdenganprosesurbanisasiadalahbertambahnyapendudukdanbertambahnyakapasitasproduksi,
intensitaspemakaianmodal(investasi),penggunaanteknologidaninovasisertaspesialisasipekerjaan/
matapencahariandalammasyarakat.
Urbanisasi dapat diartikan secara sempit sebagai perpindahan penduduk dari suatu tempat
yang nonurban (pedesaan) ke tempat lain yang bersifat urban (perkotaan) secara terusmenerus.
Dengan adanya permintaan lokal (local demand) secara ekonomi, maka muncul usahausaha inovatif
(termasukterbentuknyajasaperangkutanbarang,jasakomunikasi,dsb.),makaakanmenambahtingkat

244

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

kemudahankemudahan (hidup) yang ada. Dengan adanya permintaan (eksport barang antar daerah)
makaproduksibarangakanmeningkat.Makameningkatpulakesempatankerja(terbukanyalapangan
kerja baru), maka akibatnya: penduduk akan bertambah, pendidikan akan semakin tinggi sehingga
angkatankerjamemilikikecakapan(kompetensi),yangpadaakhirnyakewirausahaanakanmeningkat.
Urbanisasi juga dapat dilihat sebagai suatu proses sosial yang melibatkan perubahan dan
perkembangan penduduk suatu kawasan (yang semula bersifat nonurban / rural) menjadi penduduk
suatukawasanyangbersifaturbanis.Polaperilakudankebiasaanataubudayakehidupankotaakan
terjadi sebagai akibat pengaruh dorongan dan tarikan faktorfaktor ekonomi dan budaya yang ada di
suatu kawasan (perkotaan). Kebiasaan dan pola perilaku tertentu akan dikehendaki oleh susunan
masyarakatdikawasanperkotaan.Prosesberubahnyapolaperilakudankebiasaanhinggabudayahidup
padamasyarakatdisuatutempatkearahyangbersifaturbandisebutsebagaiprosesurbanisme.
C)PermukimanDiKawasanKota.
Permukiman (= setlement) itu sendiri merupakan usaha yang padat tanah (land intensive
activities), yaitu kirakira 50 persen dari tanah di kawasan kota merupakan lahan untuk permukiman.
Permukiman (disini secara sempit disebut: rumah / tempat tinggal), merupakan barang modal yang
tahan lama, investasi pada permukiman merupakan hal yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ekonomis.Dalampermikiman,nilairumahdapatnaik10xlipatdalamjangkawaktu8hingga10tahun,
arenaituusahadalambidangpermukiman(thepropertyactivity)menjadikegiatanusahayangsemakin
menarikwalaupunterdapatbanyakperaturandanpersyaratanuntukmelakukannya.
Di kotakota besar dan sangat besar di Indonesia, masalah kesehatan lingkungan dari
permukimanmenjadimasalahyangcukupseriusuntukmendapatkanperhatian.Penanganankawasan
permukiman kotor atau kawasan kumuh (slumb areas) telah banyak ditangani oleh pihak Pemerintah
(yaitu Tingkat Pusat: Kantor Menpera RI, dan Tingkat Daerah: Dinas CiptaKarya Propinsi / Kota).
Perbaikan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di kawasan perkotaan dilakukan dengan
programKIP(KampoongImprovementProgram)denganbantuanBankDunia(WordBank).
Terdapat kecenderungan perkembangan, terutama di negaranegara sedang berkembang,
pertumbuhan permukiman kumuh / permukiman kotor (slumb areas) dari tahun ke tahun cenderung
untuk meningkat, hal ini dikarenakan terbatasnya dana dan upaya revilalisasi kawasan ataupun
pemeliharaan permukiman tertentu baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakatnya. Akibatnya
keberadaanslumb areasdikotakotabesar menjadi masalah serious yangperlu penanganandengan
segera.

245

Pawitro, U.

MetodePenelitian
Dalam kegiatan pengamatan / telaah terhadap fenomena kampong kota dan kondisi
permukimannya di wilayah RW 07 Kelurahan Gumuruh Kecamatan Binong Jati Kota Bandung ini,
digunakan metoda pengambilan data lapangan, dengan : (a) observasi / pengamatan lapangan secara
langsung (merekam melalui photophoto survey), (b) penyebaran kuesioner kepada 40 orang / KK
sebagai responden, dan (c) mengadakan wawancara (tidak terstruktur) kepada tokoh masyarakat
setempat. Sedangkan pada tahap analisis atau pembahasan digunakan: (a) metoda analisis deskriptif
secaratopicaldenganberdasardaridatawawancara,dan(b)metodakuantitatifyangditurunkandari
datapenyebarankuesioner.
Alasan dan pertimbangan dalam memilih studi kasus Area Kampung Kota RW07 Kelurahan
Gumuruh Kecamatan Binong Jati Kota Bandung adalah area kampong tersebut adalah area kampung
kotayangdinilaisangatpadatdanmempunyaikualitasyangtermasukkumuh.Areakampongkotaini
termasukareakampongkotayangmendapatprioritasperhatiandariPemerintahKotaBandung(2004
2008).

DataLapangan:KondisiSosekMasyarakat&Permukimannya
DeskripsiDataWilayahPengamatan:
Area Kampung Kota RW07 Kelurahan Gumuruh Kecamatan Binong Jati Kota Bandung ini
(Kegiatan survey lapnganan atau observasi dilakukan dari tanggal 05 s/d 15 Januari 2012) merupakan
wilayah kampung kota yang disebut Blok Gumuruh, dibatasi oleh : (a) Sebelah Barat : Sungai Jalan
Bogor,(b)SebelahUtara:JalanJendralGatotSubroto(KelurahanKebonGedang),(c)SebelahSelatan
RW05BlokGumuruh,dan(d)SebelahTimurJalanBinongJatiDalam.
(A) DatadataKondisiSosialEkonomiMasyarakatKampungKota:
(1) JenisPekerjaan/MataPencaharian:

JenisPekerjaan/MataPencaharian Jumlah Prosentase
a) Menganggur/TdkAdaPekerjaan) 1orang 2,50%
b) SektorInformal/Buruh/TidakTetap. 18orang 45,00%
c)PegawaiSwasta(SektorFormal) 12orang 30,00%
d)PegawaiNegeri(PNS) 2orang 5,00%
e)Wirausaha/Dagang,dsb. 7orang 17,50%
(2) Jumlah/BesarPenghasilanatauPendapatandariResponden:
Jumlah/BesarPenghasilanatauPendapatan Jumlah Prosentase

246

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

a) DibawahRp500.000,/bulan 2orang 5,00%


b) Rp501.000,s/dRp1.000.000,/bulan 10orang 25,00%
c)Rp1.001.000,s/dRp1.500.000,/bulan 20orang 50,00%
d)Rp1.501.000,s/dRp2.000.000,/bulan 6orang 15,00%
e)Rp2.001.000,s/dRp2.500.000,/bulan 2orang 5.00%
e) LebihdariRp2.500.000,/bulan orang 0.00%
(3) PrioritasatauKonsentrasiDalamPembiayaan(Pengeluaran)Keluarga:
PrioritasDalamPembiayaan(Pengeluaran) Jumlah Prosentase
a) PrioritasIUntukBiayaKebutuhanDasar(Makan) 36orang 90,00%
b) PrioritasIIUntukBiayaPendidikan&Kesehatan 32orang 80,00%
c)PrioritasIIIUntukBiayaKebutuhanTransportasi. 28orang 70,00%
d)PrioritasIVUntukBiayaPemeliharaanRumah. 8orang 20,00%
a) PrioritasVUntukTabungan,Cadangan&Rekreasi. 4orang 10.00%
(4) KondisiUsiaRumah/TempatTinggalPadaSaatIni:
KondisiUsiaRumah/TempatTinggal: Jumlah Prosentase
a) KondisiRumahSangatTua(Usiarumah>35tahun) 3rumah 7,50%
b)KondisiRumahTua(Usiarumah25tahuns/d35tahun) 18rumah 45,00%
c)KondisiRumahCukupTua(Usia15s/d25tahun) 14rumah 35,00%
d)KondisiRumahSedang(Usiarumah5s/d15tahun) 5rumah 12,50%
e)KondisiRumahMasihBaru(Usiarumah<5tahun) rumah 0.00%
(5) KondisiTingkatPemeliharaanDariRumah(TempatTinggal):
KondisiTingkatPemeliharaanRumah(TempatTinggal) Jumlah Prosentase
a) KondisiSangatTidakTerawat(TidakAdaPerawatan) 3rumah 7,50%
b) KondisiTidakTerawat 14rumah 35,00%
c)KondisiCukupTerawat 16rumah 40,00%
d) KondisiTerawat 5rumah 12,50%
e) KondisiTerawatBaik. 2rumah 5.00%
(6) KondisiTingkatPemeliharaanRumahDilihatDariAspekPembiayaan:
TingkatPemeliharaanRumahDariAspekPembiayaan Jumlah Prosentase
a) KondisiSangatSulitUntukPemeliharaanRumah 5rumah 12,50%
b) KondisiSulitUntukPemeliharaanRumah 20rumah 50,00%
c)KondisiSedang/CukupUntukPemeliharaanRumah 12rumah 30,00%
d)KondisiBaikUntukPemeliharaanRumah 3rumah 7,50%
e)KondisiSangatBaikUntukPemeliharaanRumah rumah 0.00%

247

Pawitro, U.

AnalisisdanPembahasan
(a) KondisiSosialEkonomiMasyarakatKampungKota.
Berdasarkan pada jenis pekerjaan / mata pencaharian dari responden, diperoleh datadata
sebagai berikut : Jenis pekerjaan terbanyak pada masyarakat kampong kota di wilayah yang diamati
adalahSektorInformal/Buruh/PekerjaanTidakTetap,yaitusebanyak45%,kemudianterbanyakkedua
adalahpekerjaansebagaiPegawaiSwasta(SektorFormal)yaitusebanyak30%,terbanyakketigaadalah
pekerjaansebagaiWirausaha/Dagangyaitusebesar17,5%,danyangkemudianadalahsebagaiPegawai
Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 2 orang atau 5% dan responden dengan status Menganggur / Tidak
AdaPekerjaan/SedangPHKsebanyak1orangatau2,5%.
Berdasarkan pada jumlah / besar Penghasilan atau Pendapatan dari responden, didapat
kondisi sbb.: Terbanyak yaitu 50% responden mempunyai penghasilan antara Rp 1.001.000, s/d Rp
1.500.000, perbulan, terbanyak kedua yaitu 25% responden mempunyai penghasilan antara Rp
501.000, s/d Rp 1.000.000, perbulan, terbanyak ketiga yaitu sebanyak 15% mempunyai penghasilan
antara Rp 1.501.000, s/d Rp 2.000.000, perbulan, kemudian sisanya sebanyak 5% responden
mempunyai penghasilan dibawah Rp 500.000, perbulan, kemudian 5% responden berpenghasilan
diantara Rp 2.001.000, s/d Rp 2.500.000, perbulan. Dari kondisi diatas, didapat angka ratarata
penghasilanrespondenadalahsebesarRp1.212.500,perbulan.
(b) KondisiPermukimandanKhususnyaRumah(TempatTinggal).
Berdasarkan kondisi permukiman khususnya kondisi rumah (tempat tinggal) di wilayah yang
diamati, didapat kondisi sbb.: terbanyak sebesar 45% dalam kondisi tua (usia rumah 25 tahun s/d 35
tahun), terbanyak kedua sebesar 35% dalam kondisi cukup tua (usia rumah antara 15 tahun s/d 25
tahun),terbanyakketigasebesar7,5%dalamkondisisangattua(usiarumahlebihdari35tahun),sedang
sisanyasebesar12,5%dalamkondisisedang(usiarumahantara5tahuns/d15tahun).Jikadihitungusia
atauumurrumah(secarakuantitatif)didapatangkasekitar24,75tahun.
Jikakitamelihatkondisitingkatpemeliharaandarirumah(tempattinggal)dikawasankampong
kotaRW07KelurahanGumuruhKecamatanBinongJatiini,didapatgambaransbb.:terbanyakpertama
dalam kondisi cukup terawat yaitu sebanyak 40%, , terbanyak kedua dalam kondisi tidak terawat
sebesar 35%, terbanyak ketiga dalam kondisi terawat sebanyak 12,5%, sisanya adalah dalam kondisi
terawatbaiksebanyak5%,dandalamkondisitidakterawat/tidakterpeliharasebanyak7,5%.Dalam
kondisi seperti diatas ratarata kondisi tingkat pemeliharaan rumah adalah antara tidak terawat s/d
cukupterawat.

248

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Kondisi tingkat pemeliharaan rumah (tempat tinggal) dilihat dari aspek Pembiayaan, didapat
gambaransbb.:terbanyakrespondendalamkondisisulituntukpemeliharaanrumah(pemeliharaan
sekitar4tahunsekali)yaitusebesar50%,terbanyakkeduadalamkondisicukup/sedang(pemeliharaan
sekitar3tahunsekali)yaitu30%,terbanyakketigadalamkondisisangatsulit(pemeliharaanlebihdari5
tahun sekali) yaitu 12,5% dan yang terakhir dalam kondisi baik / terpelihara (pemeliharaan sekitar 2
tahun sekali) yaitu sebesar 7,5%. Secara kuantitatif didapat ratarata kondisi tingkat pemeliharaan
adalahsulitdenganpemeliharaansekitar4tahunsekali.

PenutupdanKesimpulan
Fenomenapembentukanmasyarakatkampungkota(urbankampoong)dikotakotabesardi
Indonesia, sepatutnya untuk dilihat / diamati dan diperhatikan, sebagai suatu fenomena yang tidak
dapatlepasdarikegiatansocialsehariharipendudukkota.Kampungkotaatauurbankampoongspada
dasarnya tumbuh di kawasan tertentu kota akibat adanya latar belakang socialbudaya dan social
ekonomi dari masyarakatnya. Fenomena tersebut terlihat unik karena didalamnya memuat pola
perilakusertakebiasaanhidupyangdicobaataudiusahakanuntukdipertahankanparapenduduknya.
Kondisi sosialekonomi masyarakat kampong kota di RW07 Kelurahan Gumuruh Kecamatan
Binong Jati Kota Bandung, adalah sbb. : jika melihat kepada jenis pekerjaan / mata pencaharian dari
responden, jenis pekerjaan terbanyak pada masyarakat kampong kota di wilayah yang diamati adalah
SektorInformal/Buruh/PekerjaanTidakTetap,yaitusebesar45%dariseluruhresponden.Berdasarkan
padajumlahataubesarpenghasilanataupendapatandariresponden,didapatkondisisbb.:terbanyak
yaitu50% responden mempunyai penghasilan antaraRp 1.001.000, s/d Rp1.500.000, perbulan,dan
secarakuantitatifdidapatnilairataratajumlahpenghasilanataupendapatanrespondensekitarsebesar
:Rp1.212.500,perbulan.
Melihatkondisipermukimankhususnyakondisirumah(tempattinggal)diwilayahyangdiamati,
didapatkondisisbb.:(a)terbanyaksebesar45%dalamkondisitua(usiarumah25tahuns/d35tahun
dan jika dihitung usia atau umur rumah (secara kuantitatif) didapat angka umur / usia rumah sekitar
24,75 tahun, (b) kondisi tingkat pemeliharaan / perawatan dari rumah (tempat tinggal) di kawasan
kampongkotaini,terbanyakdalamkondisicukupterawatsebesar40%danterbanyakkeduadalam
kondisi tidak terawat yaitu sebanyak 35%, dan dalam kondisi seperti diatas ratarata kondisi tingkat
perawatan/pemeliharaanrumahadalahantaratidakterawats/dcukupterawat.
Kondisi tingkat pemeliharaan rumah (tempat tinggal) dilihat dari aspek pembiayaan, didapat
gambaran sbb. : terbanyak responden dalam kondisi sulit untuk pemeliharaan rumah (pemeliharaan

249

Pawitro, U.

sekitar 4 tahun sekali) yaitu sebesar 50% dan secara kuantitatif didapat ratarata kondisi tingkat
pemeliharaan adalah sulit (atau kondisi pemeliharaan rumah sekitar 4 tahun sekali). Sedangkan jika
berdasarkanpadaprioritas/konsentrasipembiayaandalamkeluarga,makapembiayaanpemeliharaan
rumah(tempattinggal)merupakanprioritastingkatkeIV(kuarter)bagirespondendikawasankampung
kotadiRW07KelurahanGumuruhKecamatanBinongJatiKotaBandung.
Pada saat sekarang perhatian dan empati terhadap kelompok masyarakat akarrumput (=
kelompok socialekonomi bawah) menjadi hal yang langka dan agak terlupakan. Karena itu telaah
terhadapfenomenakampungkotadikawasanperkotaaandiharapkandapatmenjadibagianyangtidak
terpisahkandariupayakitadalamArsitekturyangberEmpatipadakelompokmasyarakattersebut.

DaftarPustaka.
Adisasmita,H.Rahardjo,(2005):PembangunanEkonomiPerkotaan,PenerbitGrahaIlmu,Jogjakarta.
Dieter Evers, Hans & Korff, Rudinger, (2002) : Urbanisme Di Asia Tenggara: Makna dan Kekuasaan
DalamRuangruangSosial,PenerbitYayasanOborIndonesia,Jakarta.
Match,C.Richard(editor),(1984):TheScopeofSocialArchitecture,VanNorstrandReinhold,Co.,New
York.
Sukanto,Reksohadiprodjo&AR.Karseno,(2001):EkonomiPerkotaan(Edisi4),BadanPenerbitFakultas
EkonomiUGM,Jogjakarta.
UdjiantoPawitro,(2007):RisetPartisipatoriPadaPendekatanCommunityBasedDevelopmentDalam
Pembangunan Perumahan dan Pemukuman, (Makalah), Seminar Nasional Pembangunan
PerumahandanPermukimanYangBerwawasanLingkungan,JurusanArsitekturFTUniversitas
BudiLuhur,Jakarta.

250

TrendKonservasiFisikJinengDalamTransformasinyaSebagai
PenunjangPariwisata

DesakPutuDamayanti1,danIwanSuprijanto2

Abstrak
JinengmerupakansalahsatubangunantradisionalBali,yangberfungsiuntuktempatpenyimpananpadi
sekaligus lambang penghormatan kepada Dewi Sri dalam agama Hindu. Dalam perkembangannya, jineng mulai
difungsikan sebagai tempat tinggal dan mulai diperdagangkan dalam kemasan bangunan bongkar pasang (knock
downhouse).Transformasifungsitersebutberdampakpadatransformasibentuk,bahan,struktur,dimensiruang,
hingga maknanya. Hal ini dikarenakan keunikan karakteristik jineng mampu menarik pangsa pasar dilihat dari
tingginyapermintaaneksporkomponenrumahjadi(termasukjineng),yangmencapaiomzet2,7jutadolarASpada
tahun 2010. Kajian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa tren konservasi bangunan tradisional Jineng hanya
sebatas pada konservasi fisik, dan tanpa pelestarian makna budaya di dalamnya. Melalui metode penelitian
kualitatif, didapat bahwa secara fisik jineng telah terkonservasi keberadaannya dan akan terus diproduksi sesuai
tingkat permintaan pasar, namun hanya berfungsi sebagai penunjang pariwisata semata. Hal ini menjadi penting,
karenatransformasijinengyangterjadimengarahpadakomersialisasinilaitradisididalamnya.Trenkonservasi
untuk komersialisasi di bidang pariwisata, tentu tidak sejalan dengan tujuan kegiatan pelestarian yaitu
mempertahankannilaidanmaknabudayadidalamnya.
KataKunci:Transformasi,Jineng,Konservasifisik

Pendahuluan
Bangunantradisionalidealnyadibangunsesuaidengantradisi/kebiasaanadatdanbudaya
masyarakat setempat, termasuk bangunan Jineng sebagai bangunan tempat menyimpan padi di Bali.
Keunikan fasade bangunan jineng menjadikannya sebagai salah satu komoditi ekspor dalam bidang
komponenrumahjadi(knockdown),yangmencapai4.713unit(Disperindag,2010).Secarakasatmata,
dapatdikatakanbahwakeberadaanjinengmasihterlestarikanhinggasaatini,namuntelahmengalami
transformasi dasar pada karakteristik bangunannya. Fenomena tersebut menyimpan permasalahan
tersembunyidimanajinengyangdiproduksisecaramasal,tidaklagimempertahankannilaitradisidi
dalamnya,sebagaiakibatberbagaitransformasiyangdilakukankarenatuntutanselerapasar.

1
StafBalaiPengembanganTeknologiPerumahanTradisionalDenpasar
2
KepalaBalaiPengembanganTeknologiPerumahanTradisionalDenpasar

251

Damayanti, D. P., Suprijanto, I.

Melalui metode penelitian kualitatif, data karakter fisik jineng yang telah bertransformasi
diperbandingkan dengan karakter aslinya. Sehingga didapat aspekaspek apa saja yang dominan telah
berubahdansejauhmanaperubahannya.Perubahanyangterjadikemudiandianalisasecaradeskriptif,
sehinggadidapatkanhasilbahwakeberadaanjinengsaatinidilapanganhanyasebataskonservasifisik
tanpamempertahankannilainilaitradisidanmaknadidalamnya.

KajianTeori

KarakteristikJineng
Jineng diciptakan sebagai akibat dari kebutuhan ruang penyimpanan hasil panen, yang
mampumelindungidarikelembapanmaupunhamatikusdanserangga,selamarentangwaktupanen
yang mencapai 68 bulan (Glebet, 1981). Jineng tergolong bangunan panggung dengan balebale di
bawahnya yang difungsikan untuk tempat menerima tamu hingga aktifitas mebat. Umumnya jineng
berbentuk denah segi empat bertiang 4 (empat) atau 6 (enam), dengan atap pelana melengkung dan
tidak memiliki dinding. Gelebeg, Kelumpu, dan kelingking merupakan bangunan yang serupa dengan
jineng,denganpenggandaandaribentukjinengdanpenambahandinding.DalamagamaHinduJineng
memilikimaknasakralsebagaipenghormatankepadaDewiSri,yaitudewikesuburan.Selainitujineng
jugasebagaiidentitas/statussosialkeluargatertentu(Dwijendra,2008).




Gambar2.JenisLumbungdiBali
a) Jineng;b)Kelumpu
Sumber:Dwijendra,2008
Jineng memanfaatkanbahan lokal untuk struktur dan konstruksinya, seperti kayukaliasem,
seseh(kayukelapa),danbambu.Dindingmenggunakanbedeg(anyamanbambu)ataupapankayu,dan

252

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

alangalang sebagai penutup atap. Pondasinya jongkok asu umumnya menggunakan batu kali dan
dibangunmenggunakansistemstrukturdankonstruksirangkadanpasak.





a) c)



Gambar3.Bahanbangunan&strukturjineng
b) a) Bedeg;b)BatupadaJongkokAsu;c)Alangalang

Ragam hias pada bangunan jineng umumnya mengambil bentukbentuk hiasan dari benda
alamyangumumnyamerupakanhasilpemikirantentangagaman,adatdankepercayaan(Glebet,1981).




Gambar4.RagamHiaspadajineng
a) UkiranGoak;b)Masmasan

TeoriKonservasi
Bangunan tradisional dapat diartikan sebuah bangunan yang dibangun dengan cara yang
sama oleh beberapa generasi, dimana terdapat aritualritual tertentu dalam pelaksanaannya
(Machmud,2006).Perkembanganpolakehidupandanteknologiyangtelahmerambahpadabangunan
tradisional, melatarbelakangi munculnya berbagai gerakan pelestarian. Namun konsep konservasi di
Indonesiahanyamengadopsikonsepkonservasidinegaranegarabaratyangberbedakarakter,dimana
bangunan tradisional Nusantara bersifat aus (kayu), sedangkan di arsitektur Barat memiliki konstruksi
mati/bata (Prijotomo, 2010). Sehingga pelestarian cenderung memfokuskan pada keaslian fasade/fisik

253

Damayanti, D. P., Suprijanto, I.

bangunantradisional.Haliniterkaitpuladimanarentangkegiatankonservasiadalahmulaidarikegiatan
replikasibangunan,hinggapadatahapanadaptiveuseuntukkegunaanyangberbeda.

TeoriTransformasi
Prinsip transformasi memungkinkan seseorang perancang memilih prototype struktur,
bentuk, dan penataan unsurunsurnya cocok dan sesuai, kemudian mengubahnya menjadi bentuk
berbeda dalam rangka menanggapi kondisi kondisi tertentu (DK.Ching 1979). Proses tersebut
mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya, dan dapat berupa
kemunduranmaupunkemajuan(A.Syani,1995).Faktorpenyebabperubahanantaralain:
1. Kebutuhandanfungsiruang
2. Kemudahanmendapatkanya,
3. Kemudahandalampelaksanaan

MetodePenelitian
Pengumpulandatasekunderdarihasildokumentasikegiatanyangtelahdilakukandandata
primerhasilsurveylapangan(Marshall,1995).Datayangdikumpulkanberupatransformasijinengsaat
inidandampakdaritransfirmasitersebut.
Penelitiankualitatifinimerupakanstudianalisisyangmenarikbenangmerahmengenaitren
transformasijinengdewasaini.Analisisdatamelaluitahapandeskripsidata,reduksi,danseleksidata
Hasilanalisadatadisajikandalambentukpolapolahubungan,komparasiantarakarakteristik
jinengyangaslidibandingkanyangtelahbertransformasi.

HasildanPembahasan

TransformasiBentuk,danFungsiRuang
Perubahan umumnya terjadi pada penambahan akses vertikal, penambahan bukaan, dan
peruntukan ruang. Disamping itu konteks satuan ukuran awalnya menggunakan gegulak, kini lebih
menjadiskalasatuanyangrigit.



254

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Tabel1.Transformasibentukdanfungsiruang
VISUALISASI TRANSFORMASI FAKTORPENYEBAB
Penambahanaskesvertikalberupatangga
permanenuntukmemudahkanpencapaianke Perubahanfungsiruang
lantaipanggungnya.Haliniberpengaruh Kebutuhanruang
padapenambahanruanguntukpijakan
Kemudahandalampelaksanaan(akses
berupaterasselebar12meter.
vertikal)

Penambahanbukaansampingkiridankanan
berupajendela(+60x100cm),merupakan
konsekuensidarikebutuhancrossventilasi
dalamperuntukkannyasebagairuang
peristirahatan.Seringjugaditambahkan Perubahanfungsiruang
teritisanpadabagiandepanjinengsebagai
pelindungteras.

Peruntukkansebagaitempatperistirahatan,
menuntutadanyaruanguntukpenempatan
furnituresepertitempattidurdengan
panjang210danlebardisesuaikan.Selainitu
jugaterdapatfasilitaspenunjangseepertiTV,
DVD,yangmenuntutadanyasambungan Perubahanfungsiruang
listrikkedalamnya.Haliniterlihatjelaspada Kebutuhanruang
perluasanruangjinengyangdikomersilkan Kebutuhanjaringanlistrik
2
sekitar520m .

255

Damayanti, D. P., Suprijanto, I.

TransformasiBahan
Bahanbahanbarubanyakditemukanpadajinengsaatini.Bahanstrukturdanpenutupatap
merupakanbahanyangpalingdominanmengalamitransformasipadabangunanjinengsaatini.Secara
tradisi memang ada anjuran untuk menggunakan bahan kayukayu tertentu yang dicantumkan dalam
astakosalakosalidanlaranganuntukpohonataubahanbahanyangpernahmengalamikesialan,atau
tumbuhnyaditempatyangdilindungi(Saraswati,2009).

Tabel2.Transformasibahan
VISUALISASI TRANSFORMASI FAKTORPENYEBAB
Transformasibahanyangpalingterlihatadalahpada
bagianpenutupatap.Jinengyangmasihdifungsikan
sebagaitempatpenyimpanan,mulaimemanfaatkanseng
maupungenteng.Sedangkanfasadejinengyang
Kemudahandalam
difungsikansebagaitempatperistirahatanjustru
mendapatkanbahan
cenderungtetapmempertahankanalangalangdengan
Kemudahandalam
pertimbangannilaiestetisyangmampumenarikpasar
pemasangan
eksport.Namun,adajugayangmemanfaatkansirap

berbahandasarkayuulinyangjugamenjadikomoditi

eksport.
Halinidilakukandengantujuanmempercantiktampilan
danmeningkatkanomzetpenjualaneksport

Bahanstrukturbangunanmulaimemnfaatkanbahan
bahanbarulainnyasepertibambulaminasi,yang
dikembangkanolehBalaiPengembanagnTeknologi
PerumahanTradisionalDenpasar.Berbahanbakubambu
petungdenganperlakuanlaminasi,kualitasbambu
laminasisejajardengankayujatidarisegiketahanannya. Kemudahandalam
Disampingkekuatandannilaiartistiknya,bambulaminasi mendapatkanbahan
jugadapatdiperlakukanselayaknyakayudalamhal (alternativebahanpengganti
pembubuhanragamhiasberupaukiran. kayu)

256

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

TransformasiRagamHias
Ragamhiasjinengjarangditemuipadafasadejinengyangtelahdifungsikansebagaitempat
peristirahatan. Minimnya keberadaan ragam hias ini terkait erat dengan konsekuensi biaya yang
dikeluarkan dalam pengerjaannya. Semakin banyak ragam hias yang terukir, maka komponen biaya
tukang akan naik sehingga menyebabkan harga jual bangunan akan melonjak. Hal ini cenderung
dihindariprodusenjinengknockdownkarenaakanmenurunkanminatpasar.

TransformasiStrukturdanKonstruksi
Secara umum struktur dan konstruksi dengan system knockdown masih dipertahankan
dalam memproduksi jineng. Alasan utama selain karena nilai keunikannya, juga karena kemudahan
perakitandanpengirimankeNegaranegarakonsumen.

Kesimpulan
Fasadejinengyangadasaatinicenderunguntukterusdipertahankan,namuntidaksebagaitempat
penyimpanan (storage), namun sebagai menjadi tempat peristirahatan. Tren komersialisasi jineng
menunjukkan bahwa bahwa pelestarian keberadaannya hanya menyentuh aspek bentuk/fisik dari
bangunan tersebut, namun tidak menyentuh makna, nilai sakral, dan tradisinya bahkan mulai
menghilangkan kaidahkaidah dalam arsitektur tradisional Bali. Hal ini membuktikan bahwa produksi
jineng yang berkelanjutan, mampu menjamin keberadaannya tetap terlestarikan, namun cenderung
hanyasebagaipenunjangaspekpariwisatadanbukansebagaitradisidalammasyarakat.

UcapanTerimaKasih
Ucapkan terima kasih disampaiakn kepada Balai Pengembangan Teknologi Perumahan
Tradisional Denpasar Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman , Kementerian Pekerjaan
Umumyangtelahmendukungproseskegiatanobservasilapangan.
Ucapkan terima kasih juga kami disampaikan kepada bapak Prof. Dr. Josef Prijotomo, M.
Arch,ataskesediaannyauntukberbagipengalamandanpandanganmengenaiarsitekturNusantara.

257

Damayanti, D. P., Suprijanto, I.

DaftarPustaka

Marshall, Catherine, Gretchen B Rossman; Designing Qualitative Research, Second Edition; Sage
Publications,InternationalEducationalandProfessionalPublisher,London,1995.
Ching,FrancisD.K.,(1979),Arsitektur;BentukRuangdanTatanan,Erlangga,Ciracas,Jakarta
Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin., (2008), Arsitektur Rumah Traditional Bali Berdasarkan Asta Kosala
Kosali,Denpasar,UdayanaUniversityPress
Glebet,INyoman.,(1981),ArsitekturTradisionalDaerahBali;DepartemenPendidikandanKebudayaan;
Denpasar
Machmud,2006.PolaPermukimanMasyarakatTradisionalAmmatoaKajangdiSulawesiSelatan.Jurnal
Teknik.XIII(3):178186.
Saraswati, A.A. Oka., (2009), Transformasi Bale Daja, DIMENSI (Jurnal Teknik Arsitektur),Vol 36, No 1
(2008)
Syani,Abdul(1995),SosiologidanPerubahanMasyarakat,SuatuInterpretasiKearahRealitaSosial.PT.
PustakaJaya,Jakarta
Prijotomo,Josef.,(2010),PersandinganArsitekturBaratdanTradisional:ArsitekturNusantara,dalam
SeminarJelajahArsitekturNegeri2010PengembanganPerumahanTradisional,Balai
PengembanganPerumahanTradisionalDenpasar.
http://www.disperindagbali.go.id/realisasi_ekspor/pdf/

Glosarium
Gegulak :SatuanukursetiapelemendalamarsitekturtradisionalBalidisebut
Goak :Burunggagak
Masmasan :UkiranfloradalambangunantradisionalBali
Mebat : Mempersiapkanmakanansebelumupacaraadat
Jongkokasu : Pondasisetempatdibawahtiangtiangsaka,padabangunantradisionalbali
Langki : Bagiandarikonstruksijinengyangberfungsisebagaipenghalauhamatikus
Sunduk : BaloklantaimenggunakanpasaksebagaijoinpadabangunantradisionalBali.

258

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

PemaknaanPendudukPedesaan
TerhadapBangunanVernakularsebagaiFasilitasAkomodasiWisatadi
DesaPaga,Flores,NusaTenggaraTimur

TitienSaraswati1

Abstrak
Akomodasiwisatabiasanyadisesuaikandengankeinginanatauwayoflifewisatawan,terutamadikota.
Namun yang terjadi di desa justru sebaliknya. Fasilitas akomodasi di desa Paga tetap sesuai dengan cara hidup
orang desa, meskipun juga terlihat usaha orangorang desa itu untuk mencoba mengerti dan berempati dengan
cara hidup orang kota. Tulisan ini mencoba melihat bagaimana penduduk pedesaan memaknai bangunan
penginapanyangnotabeneditujukanpadawisatawanyangberbedacarahidupnyadenganpendudukdisitudengan
segalaketerbatasannya.
Katakunci:Fasilitasakomodasi,Pedesaan,Vernakular,Empati.

Pendahuluan
KabupatenSikkamerupakansalahsatudaridelapankabupatendiPulauFlores,NusaTenggara
Timur. Bangunanbangunan lokal di situ memakai penutup atap dari alangalang (imperata grass) dan
biasanyaberbentukhippedroof.StudiinidilakukandibagianselatanKabupatenSikka,yaitudiDesa
PagayangberadaditepiLautSawu.Terdapatbangunanakomodasiwisataataupenginapanyangsangat
sederhanabagiwisatawanuntukmenikmatiPantaiPaga,denganciribangunanvernakular,namundari
kesederhanaan itu tercermin bagaimana penduduk mencoba memahami dan berempati kepada calon
wisatawanyangakanmenginapdisitu.

Metode
Studi ini memakai multiciplity of methods baik untuk mengoleksi data maupun
menganalisisnya. Mengoleksi data dilakukan dengan observasi langsung ke bangunanbangunan
penginapan itu, merekam dengan foto, dan melakukan wawancara dengan orangorang yang
berkompeten.Studiinimenganalisisdatadengancaramengeksaminasiaspekaspekfisikbangunandari

1
UniversitasKristenDutaWacana,Yogyakarta.Email:titiens@ukdw.ac.iddantitiens@indosat.net.id

259

Saraswati, T.

segi vernakularitasnya. Selain itu, dilakukan pendekatan aspek kebiasaan penduduk desa. Tujuannya
untukmelihatcarapendudukpedesaanmemaknaidanmemahamiakomodasiwisatadisitu.

HasilSurvei
FasilitasakomodasidalamstudiiniterletakdiDesaPaga,KecamatanPaga,KabupatenSikka,di
tepiLautSawu.DesaPagaberadasekitar25kmdarikotaMaumerekeselatan.KotaMaumereadalah
ibukotaKabupatenSikka,beradaditepiLautFloresdiutara.
Terdapat sembilan bangunan di kompleks itu. Bangunanbangunan itu didirikan tahun 1990
khusus untuk fasilitas akomodasi bagi wisatawan yang ingin menikmati Pantai Paga yang terkenal
denganpasirputihnya.Bangunanbangunanitudidirikanolehpemiliknyasendiriberbekalpengetahuan
yang dia dapatkan dari orang tua dan kakeknya, jadi tanpa campur tangan arsitek atau pengembang.
Bangunanbangunan itu didirikan dari bahan bangunan lokal, dan juga loyal terhadap bentuk lokal.
Sehingga bangunanbangunan itu (beberapa) bisa dikategorikan sebagai bangunan vernakular seperti
apa yang disampaikan Jackson (1984) bahwa bangunan vernakular dibuat oleh perajin (craftsman),
bukan oleh arsitek; dibangun dengan teknik lokal, material lokal, dan dengan lingkungan lokal yang
mendasariyaituiklim,tradisi,ekonomilokal.Bangunanvernakularsangatloyaldenganbentuklokaldan
sangatjarangmenerimainovasidariluar.Masner(1993)jugamengatakanbahwameskipunbangunan
itudidirikanpadatahun1990,halpentingbahwabangunanbetulbetulvernakularapabilabangunanitu
didirikan dari material setempat yang tersedia di sekitar lokasi itu. Vernakular adalah tentang bahan
bangunanlokaldanpengaruhnyaterhadappenampilanbangunan,dantidakadahubungannyadengan
fungsibangunan.
Denahlimabangunanberbentukempatpersegipanjang,yanglainberbentuksegiempatsama
sisi. Meskipun bangunanbangunan itu sangat sederhana, namun sebagaimana Brunskill (1993)
mengatakan,bangunansederhanadilingkungankomunitaspedesaanadalahmonumendaripersistensi
rancangan tradisional dan praksis bangunan tradisional yang merupakan kebanggaan dari wilayah
tersebut.
Tidakadafasilitaslaindidalamsitebangunanitu,hanyafasilitasakomodasidanruangmakan
yang sangat sederhana sesuai dengan pemahaman orang desa. Bila wisatawan ingin memancing,
berenang, mereka harus membawa atau mengusahakan sendiri perlatan itu. Pemahaman penduduk
desa terhadap fasilitas wisata di tepi pantai belum sampai ke situ. Terdapat dua jenis fasilitas
akomodasi.Pertama,ialahbangunanberbentukempatpersegipanjangyangterdiridariduapenginapan
bergandeng, masingmasing mempunyai kamar tidur dengan ranjangnya, km/wc, dan beranda depan.

260

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Tidak ada ciri vernakular pada bangunan itu. Kedua, tiga bangunan lebih kecil berbentuk segi empat
sama sisi, masingmasing mempunyai kamar tidur dengan ranjang saja, merupakan rumah panggung.
Ciri vernakular terlihat pada tiga bangunan itu. Km/wc berada di bangunan kecil yang terpisah dan
hanyaadasatu.Sangatsederhana.Tidakadatelevisi,hanyalampusaja.Bangunanlainuntukberkumpul
bersama.Restoranatauruangmakanbersamamenyediakanmakanansederhanapula,makananlokal
yangdimasakdiruangdapuryangberadadibangunanterpisahdaribangunanruangmakan2.Biasanya
wisatawan mancanegara memesan dan mencoba makanan lokal itu. Terakhir adalah rumah pemilik
fasilitas akomodasi itu sendiri, yang juga berfungsi sebagai ruang kantor untuk mengurus fasilitas
akomodasitersebut.




Gambar1.
Sketsasiteplan(kiri)dansketsadenahsalahsatubangunanfasilitasakomodasidiPantaiPaga.
Sumber:Dokumentasipenulis,2012

Terdapat bangkubangku dari kayu untuk wisatawan saling bertemu atau duduk di bawah
kerindangan pohon, dengan satu meja di tengahnya. Pemilik fasilitas akomodasi terlihat tidak mau

2
Menu lokal antara lain: nasi putih, nasi goreng, mie goreng, mie rebus, kentang goreng (French fries), cah sawi,
telurceplok,ikanbakar.Minumanyangdisajikan:CocaCola,airmineral,kopiFlores.

261

Saraswati, T.

memotongataumemangkascabangcabangpohonitu.Sehinggaterkesanseolaholahbatangpohonitu
keluardarimejaitu.Pemiliktahubahwatanamanapapunsebaiknyadipelihara,dijagapadawilayah
yangkeringitu,sebagaimanaOrinbao(1992)mengatakantentangkondisibumiFloresyangkeringpada
umumnya.



Gambar2.
Kiri:bangkubangkudibawahkerindanganpohon.Kanan:bangunanruangmakan.
Sumber:Dokumentasipenulis,2012.

Wisatawanyang mengunjungi site itu sekitar 23orang per hari. PadabulanApril sampai Juli
sekitar1520orangperhari.WisatawantertarikdenganPantaiPagayangindahdenganpasirputihnya.
Mereka kebanyakan dari mancanegara (Eropah, Asia, Australia) meskipun juga ada wisatawan
Nusantara dari Jakarta, Bandung, Malang dan sebagainya, namun wisatawan Nusantara jarang yang
menginapdisitu.WisatawanNusantaradatangkesitubiasanyamenjelangperayaanPaskah.

Diskusi
Aspekvernakularakandibahasmengawalidiskusiini.Penutupatapbangunanyangberbentuk
segi empat sama sisi dari bahan bangunan setempat, yaitu alangalang. Dinding bangunan dari kayu
namun ditutup dengan anyaman bambu (plaitwork) dan dicat untuk melindungi dinding itu dari
serangga dan kondisi iklim. Bangunan itu berbentuk rumah panggung (raisedfloor structure).
Sebenarnya anyaman bambu masih merupakan material lokal, hanya agar lebih tahan terhadap

262

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

serangga dan iklim, maka dicat3. Hal seperti ini membuat ciri bangunan vernakular berkurang karena
sudah mengimpor material dari tempat lain. Namun hal ini tidak bisa dihindari, sulit menemukan
bangunanvernakularsaatsekarangyangbetulbetulmasihasli.Saatinisangatsedikitwilayahdidunia
di mana kondisi lokal masih bisa sebagai pemicu terjadinya bangunan yang betulbetul vernakular.
Sebagaimana ideide baru bermunculan melintasi generasi, dan sebagaimana teknik dan bahan
bangunanbergantidanjugadiekspordaridankewilayahdannegaralain,mengakibatkanpenampilan
bangunan menjadi: regional, kemudian nasional, dan akhirnya internasional. Sebagaimana pada masa
lalu bahan bangunan lokal menghasilkan penampilan bangunan lokal, sekarang bahan bangunan yang
samadimanamanamenghasilkanpulapenampilanbangunanyangrelatifsama,global.
Studi yang dilakukan oleh Saraswati (2011) tentang bangunan vernakular menyimpulkan,
selama sebagian besar ciri vernakular masih terlihat jelas, maka bangunan itu masih layak disebut
bangunanvernakular.Bagaimanapun,cirivernakularitumasihtampakjelasdaripenampilanbangunan
fasilitas akomodasi di Paga itu yang memakai atap alangalang dan dinding anyaman bambu. Ciri
vernakularinilahyangsebetulnyamenarikwisatawanuntukdatang.



Gambar3.
Fasilitasakomodasi,bangunanvernakulardenganatapalangalang(kiri),danbangunanbiasadenganatapseng
(kanan).
Sumber:Dokumentasipenulis,2012.
Bangunan yang lebih baru yaitu berbentuk empat persegi panjang, langsung didirikan di atas
tanah setempat (earthenfloor structure), memakai penutup atap seng. Bagian bawah bangunan itu

3
Tidakadaketerkaitandenganwarnacat.Kebetulanpemilikhanyamenemukancatwarnapink(merahjambu).

263

Saraswati, T.

ditutup pasangan bata untuk membuat bangunan lebih kuat sehingga umur bangunan lebih lama.
Fondasi bangunan dibuat dari batu setempat. Tidak ada satupun aspek bangunan vernakular yang
dipunyainya. Bangunan ini sepertinya tidak menarik wisatawan, karena cirinya sama saja dengan
bangunan lain di manamana. Namun peruangan di dalamnya tertata lebih baik meski juga masih
sederhana.
Selanjutnya diskusi mengarah pada aspek yang berkaitan dengan empati. Menurut Sarwono
(2009), empati (empathy4) dan simpati (sympathy5) adalah istilah di dalam psikologi, dan berada di
antaradaftaremosiyangdipunyaimanusia.Olehkarenaberkaitandenganpsikologi,makapendekatan
(approach)studiinidicobadarisegipsikologiyangberkaitandenganarsitektur,yaitustudiperilakudan
lingkungan(environmentbehaviourstudy).
MatapencaharianpendudukpedesaanSikkapadaumumnyapertanian.PendudukPagaselain
bertani juga sebagai nelayan. Karena masih mengandalkan mata pencaharian bertani dan nelayan,
sangat tidak mungkin bila penduduk Paga telah mencapai tingkatan hidup seperti yang disebut pakar
psikologi Maslow (1943) dan Steele (1973) dalam Lang (1987) tentang kebutuhan manusia dari yang
palingrendahsampaiyangpalingtinggi,sebagaiberikutpadaTabel1.
Tabel1.Humanneedsandthesociophysicalmechanismrequiredtoaffordthem
Needs SteelesConcern SociophysicalMechanism/DesignIssues
Physiological Shelterandsecurity Shelter,accesstoservice
Taskinstrumentality
Safety Socialcontact Accesstoservices,privacy,territoriality,defensible
space,orientation
Belonging Socialcontact Access to services, communal settings, symbolic
Symbolicidentification aesthetics
Esteem Growth,pleasure Personalization,symbolicaesthetics,control
Actualization Growth,pleasure Choice, access to developmental opportunities,
control
Cognitive/aestheti Growth,pleasure Access to developmental opportunities, formal
c aesthetics
Sumber:Lang(1987).
Yang bisa diperkirakan pada penduduk/pemilik fasilitas akomodasi itu ialah kebutuhan
pertama,yaitukebutuhanakanshelter(bangunanpeneduh,rumah)danaccesstoservice(aksesuntuk
halhal yang bersifat pelayanan umum, seperti pasar, dan sebagainya). Kebutuhan kedua yang

4
Empathy(n):emotionalorintellectualidentificationwithanother.
5
Sympathy(n):agreement,understanding,compassion,commiseration.

264

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

menyangkut privacy (privasi), territoriality (teritori) dan seterusnya kelihatannya belum mereka
butuhkan.Sehinggayangbisaditangkaphanyaempatidansimpatiterhadapkebutuhanwisatawan.
Ven (1993) dalam studinya tentang ruang dalam arsitektur mengatakan tentang teori empati
secaragarisbesar.Prosesempatimeliputiketerlibatanpribadidengandinamikainternalstrukturatau
massa. Sebagai contoh, karya Robert Venturi menunjukkan bahwa propaganda komersial dikenal
sebagai metode yang paling penting untuk langsung membuat komunikasi empatik dengan
konsumennya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ideide positif tentang ruang (space) telah
membawa pemikiran bahwa halhal yang kontradiktif (negation), massa, juga penting, dalam hal
hubungannyaterhadappengaruhempatiterhadappersepsidanperilakumanusia(theperceptional6and
behavioural7influenceofempathy).

Tabel2.Pengaruhempatiterhadappersepsidanperilakupemilikfasilitasakomodasi
Empatiterhadap: Persepsi: ImplementasiPerilakuterhadapMassa/Fisik
Bangunan:
orangkotadan rumahbesar rumahbesar
mancanegara ruangtidakbercampur ruangsendiri
punyateras/beranda
rumahbagus diberianyamanbambu(plaitwork)
anyamanbambudicat
rumahkuat dindingpasanganbata
dindingkayudiberianyamanbambu
caramandiorangkota adaruanguntuk toiletadaruangsendiri
km/wc toiletdibuatterpisah

caramakanorangkota makantidakdidapur ruangmakandipisah

makananorangkotalain tidakhanyanasidan disediakanfrenchfries,airmineral,telurmata


denganmakanan laukikan sapi,dansebagainyameskimasihsederhana
pendudukpantai

orangkotasukapesta ruangbersama ruangmakanbersama


ruangdudukbersama

alamsekitar cintaalamdan pepohonandantanamantidakditebang


lingkungan
Sumber:Analisispenulis,2012

6
Perception(n):insight,intuitiverecognitionorjudgment.
7
Behave(v):dowhatisright,actproperly.Behaviour(n).

265

Saraswati, T.


Daripengaruhempatiterhadappersepsidanperilakumanusia,makadiskusimengarahkepada
pengaruh empati terhadap persepsi dan perilaku pemilik fasilitas akomodasi terhadap konsumennya,
yang notabene juga sebagai propaganda komersial, meskipun hal ini tidak bisa dibandingkan dengan
contohkaryaRobertVenturidiatas.Pemilikfasilitasakomodasiialahpendudukpedesaanyangmungkin
tidak tahu banyak tentang kehidupan perkotaan, apalagi kehidupan orang mancanegara. Sehingga
dicobamelihatempatinyadarisisiyangpalingsederhana,sebagaimanapadaTabel2diatas.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa empati dan pemaknaan penduduk desa terhadap
fasilitas akomodasi wisata cukup banyak, meski sebatas pengertian mereka sendiri yang sederhana.
Pengaruhempatiitutercerminpadapenataandanperubahanyangdilakukanpadabangunanbangunan
itu,baikpadabangunanvernakularmaupunpadabangunanyangbukanvernakular.

Kesimpulan
Dari diskusi di atas dapat diketahui bahwa cukup banyak hal yang dilakukan penduduk
pedesaan terhadap bangunan fasilitas akomodasi itu. Dapat dikatakan bahwa pemaknaan penduduk
pedesaan terhadap fasilitas akomodasi untuk orang kota (dan atau mancanegara) dengan segala
keterbatasan pengetahuan mereka cukup baik. Dapat disimpulkan bahwa dengan hanya berbekal
empatiterhadapkehidupanorangkota(danataumancanegara),makabangunanfasilitasakomodasiitu
sudah bisa memenuhi fungsinya saat ini. Ke depan, perlu campur tangan pemerintah setempat untuk
memberi pelatihan kepada penduduk pedesaan itu tentang mengelola fasilitas akomodasi untuk
wisatawan.Denganbegitudiharapkanpengunjungfasilitasakomodasiituakanbertambah.

UcapanTerimaKasih
Terima kasih saya ucapkan kepada Ketua Program Studi Teknik Arsitektur yang telah
menyetujui penelitian saya di Flores dan merekomendasikan untuk dipresentasikan sebagian pada
Seminar Nasional di Universitas Kristen Petra, Surabaya. Terima kasih juga saya sampaikan kepada
asistenyangtelahmembantubanyakdalamkomputerisasigrafis,DavidT.Tabelak,ST.Taklupaterima
kasihkepadamahasiswasayayangtelahmembantudalamsurveidiFlores,AgustinaDirgahayuChandra,
yanghomelandnyaadalahFlores.

266

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

DaftarPustaka
Brunskill,R.(1993),TheTraditionalBuildingsofCumbria.DalamB.FarmerdanH.Louw(ed.)Companion
toContemporaryArchitecturalThought(hal.7881).Routledge,LondondanNewYork.
Jackson,J.B.(1984),DiscoveringtheVernacularLandscape.YaleUniversityPress,NewYork.
Lang,J.(1987),CreatingArchitecturalTheory.VanNostrandReinholdCompany,NewYork.
Masner,M.(1993), Is Therea Modern Vernacular? Dalam B. Farmer dan H. Louw (ed.) Companion to
ContemporaryArchitecturalThought(hal.198201).Routledge,LondondanNewYork.
Orinbao, P. S. (1992), Tata Berladang Tradisional dan Pertanian Rasional Suku Bangsa Lio. Seminari
TinggiStPaulus,Ledalero.
Saraswati,T.(2011).ManagingtheThreatstoVernacularQualityofLosesinJava,Indonesia.EJournal
oftheInternationalSocietyfortheStudyofVernacularSettlement(ISVSeJournal),Vol.1,Issue
2,Agustus2011.
Ven, C. van de (1993), The Theory of Space in Architecture, dalam B. Farmer dan H. Louw (ed.)
CompaniontoContemporaryArchitecturalThought(hal.357360).Routledge,LondondanNew
York.

267

268

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

MetodadanProsesRancangBangunSebuahTransformasiAspekAspek
KearifanLok1alArsitekturdiEraKehampaan
UntukMenghadirkanKaryaArsitekturyangEmpati

Hardiyati1

Abstrak
Untuk menghasilkan karya arsitektur yang emphaty Karya arsitektur harus bisa mewadahi bagaimana
karyatersebutmampuberinteraksidenganmanusiasecaraindividual,socialdanbudaya.Manusiaadalahukuran
dari segala sesuatu . Sehingga ketika kita berada pada sebuah lingkungan kita bisa saling memahami , kita
merasakan ruang dengan substansi khusus , tempattempat dipenuhi denganarti, dengan obyek yang nyata dan
dengan aktifitas tanpa henti. Mereka adalah sumbersumber penting bagi identitas individual dan komunal , dan
sering merupakan pusatpusat besar dari eksistensi manusia terhadap mana orangorang memiliki ikatan
emosiaonal dan psikologi yang mendalam. Sehingga para arsitek perlu kembali pada kearifan lokal untuk semua
aspekperancangannya.
KataKunci:Place,Kearifanlokal

Pendahuluan
Menujuarsitekturyangberempatimenjadisangatpentinguntuksaatinikarenakotatempat
hidup dan menjalankan kehidupan memang kadang dirasakan sebagai sebuah tubuh yang asing, kita
menjadibagiandaristrukturyangbesartapitidakmampubersinggungandanmengenalibanyakbagian
yang lain . Kesempatan menanggapi halhal yang aktual justru sangat terbatas dan tidak cukup bisa
berkutik, kehidupan modern menjelmakan manusia kedalam kotakkotak isolasinya, tidak ada tegur
sapa, tidak ada saling menyapa bahkan tidak ada saling tertawa.kontras dengan jujur menampakkan
wajah kota dan isinya .Empati adalah pondasi dari semua interaksihubungan antar manusia dengan
apa adanya yang sebenarnya karya arsitektur seharusnya mewadahi tempattempat dimana manusia
bisamelakukaninteraksiitudenganapaadanya.

1
MahasiswaPascasarjanaITS,Hardiyati2000@yahoo.com

269

Hardiyati

Kehidupansemakinterasadiruanghampa.(Ritzer,2008)ahlisosiologimerumuskanempat
tipe kehampaan pada kehidupan sekarang yaitu kehampaan bukan tempat(nonplace), bukan benda(
nonthings), bukan orang(nonpeople) dan bukan pelayanan(nonservice) keempat hal ini sangat dekat
denganarsitekturbukantempatdicontohkanadalahmalmalshoping,bukanbendadicontohkankaos
dagadu,jogger , bukan orang adalah orangorang di counter Mc donald, rumah makan cepat saji dan
bukan pelayanan disediakan mesin atm atau toko buku virtual .Kehidupan global yang tanpa batas
denganberbagaibentukmendorongberbagaiekspansidanmembebankanatashalhallokal.
Edwardrelphdalam(Ritzer,2008)yangmembahasplaceandplacelessnessmengembangkan
serangkaian ide atas isu hubungan tempat atau place dengan placelessness. Bagi Relph place tempat
tempat dimuati dengan substansi khusus , tempattempat dipenuhi dengan arti, dengan obyek yang
nyatadandenganaktifitastanpahenti.Merekaadalahsumbersumberpentingbagiidentitasindividual
dankomunal,danseringmerupakanpusatpusatbesardarieksistensimanusiaterhadapmanaorang
orang memiliki ikatan emosiaonal dan psikologi yang mendalam. Kemudian placelessness adalah
sebuah lingkungan tanpa tempattempat signifikan dan sikap mendasar yang tidak mengakui arti dari
tempat tempat tersebut. Ia membentang ke belakang menuju pada levellevel paling dalam dari
tempat, dari pemotongan akarakar , dari pengikisan simbolsimbol dan dari penggantian
keanekaragamandengankeseragaman.
Relp melihat sebuah trend jangka panjang yang berbahaya dan kuat yang menjauh dari
tempatmenujuarahplacelessnessdariapayangkayadengansubstansikhususmenujupadapadaapa
yang kekurangan substansi khusus dari keberadaan menuju kehampaan. Relp mendesak orang untuk
mengatasi placelessness dalam usaha menghentikan , apa yang menurutnya sebuah trend yang
mengganggu.
Masyarakat masyarakat dibumi ini terus begerak dari sesuatuyang didefinisikan sebagai
suatubentuksosialyangumumnyadipahamisebagaiyangasli,dikontrolsecaralokaldankayaakan
isinyayangkhas.Ritzermemperlihatkanbahwakitasedangbergerakmenujuketiadaanyangdikontrol
dandisusunsecaraterpusatdanrelatiftanpasubstansiyangkhas.Dalamgerakanglobalisasiketiadaan
inilah sesuatu menjadi hilang. Lebih dari itu bahwa sesuatu yang merupakan kebiasaan asli berupa
sebuahtokolokal,sebuahtempatberkumpulyangakrabatauinteraksiyangpersonal.Persoalanutama
diduniainididefinisikansebagaikehilanganditengahtengahkelimpahanmonumentaldariketiadaan.
LaoTzutelahmeletakkandasarbagiprinsipfilosofisdanfenomenologispolaritaslebihdari
dua ribu lima ratus tahun yang lalu dia menyatukan Being( yang ada) dan non being (yang tak ada)
kedalam suatu konsep yang terus bergema dalam seluruh perkembangan peradapan manusia (Ven,

270

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

1995).Penyatuandariduakondisiyangberlawananmemangmasihtetapmenjadistrukturvitaldalam
estetika kontemporer yang berkaitan dengan ruang . Eksistensi ruang menjadi esensi dari
arsitektur.Yangsampaiakhirnyasampaipadatigatahapanhirarkiruang.Pertamaruangsebagaihasil
dari rangkaian secara tektonik . kedua ruang , yang dilingkupi bentuk stereotomik dan ketiga , ruang
peralihanyangmembentuksuatuhubunganduniadidalamdanduniadiluar.

KembalipadaKearifanLokal
Sudahsaatnyaparaarsitekuntukmengangkatkembalikearifanlokalkedalammetodadan
prosesrancangbangun.Arusglobalisasiyangdemikianhebatseringdisebutmenjadifaktorpendorong
melemahnya nilinilai budaya dan kearifan lokal, kemungkinan runtuhnya normanorma sosio kultural
lokalyangtelahlamamentradisidanmenjadipilarutamainteraksidankontaksosial.Modernisasiyang
menyertai globalisasi secara langsung dan tidak langsung akan berdampak pada pergeseran nilai adat
pada nilainilai baru. Modernisasi gaya hidup juga menyebabkan peningkatan konsumsi sumber daya
alambaikyangsifatnyadapatdiperbarukanmaupuntidak.
Bagaimana seharusnya merespon berbagai fenomena globalissi. Penetrasi globalisasi di
tataran lokalmerupakan sesuatuyng tidak terelakan, dan tidak akanmembalik lagi. Hal yangutama
adalah bahwa esensi globalisasi harus dilihat dari dua dimensi yakni menerima yang baru tanpa
membuang yang lama. Seharusnya penerimaan nilainilai universal yang baru ke tatanan lokal
dilakukansecaraselektifdanoptional.Dilakukanpenerimaantsbdilakukanjustifikasiatasnilainilaidan
kearifan setempat ( local values and wisdoms) yang harus dihormati sehingga memperkaya nilainilai
lokaldarinilaiuniversal.
Apabila kita salah mengambil langkah dalam menyikapi globalisai pada berbagai lini
kehidupan maka globalisasi akan meninggalkan sejarah bagi budaya dan kehidupan lokal, karena
globalisasi telah melahirkan nilai baru dengan logika berpikir mengatasi alam perasaan dan dimensi
sosiokultural.Nilailokalterpatriunsurnonkomersialdanpenuhritualakandijauhi.tradisilokalakan
bertahan jika didalamnya ada pesan moral yang diyakini dan mengikut secara religius bukan sekedar
tradisibasabasi
Nilainilaiasliyangbermutudisebutsebagaikearifanlokal.Kearifanlokaladalahsikap
,pandangan dan kemampuan suatu komunitas didalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya,
yang memberikan kepada komunitas itu daya tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah dimana
komunitas itu berada. Kearifan lokal adalah jawaban kreatif terhadap situasi geografis geopolitis,
historisdansituasionalyangbersifatlokal.

271

Hardiyati

Kearifan setempat atau kearifan lokal atau berbagai istilah lain seperti local wisdom,
indigeneus knoledge, traditional knowledge, culture, dan lainnya yang senada, yang garis besar
konsepnyasama:semuailmupengetahuannoneropadanseluruhpraksisnyasebagaisistemkognitif
alternatif (Pangarso,2006), . Banyak hal yang belum terungkap oleh ilmu arsitektur secara tertulis
karenabanyakhalpengetahuanmasyarakatyanglangsungdipraktekkandalamberarsitektur.Kearifan
setempat makin penting sebagai muatan metoda pembangunan di negaranegara berkembang.
Organisasiorganisasi dunia bahkan menegaskan bahkan rekomendasi programprogram identifikasi,
pengembangandanpenyebarankearifansetempatdalamberbagaibentuk.
Ada 3 ranah dalam mengidentifikasikan tempat kearifan lokal berlaku Pertama adalah
hubunganantaramanusiadenganmanusiayangdapattercermindalamperilakupergaulanseharihari
dalamkomunitas,keduahubunganmanusiadenganalamdimanamasihbanyakkampungadatseperti
kampung Naga, kampung yang lain yang dihuni masyarakat tradisional yang masih melakukan
pemuliaan terhadap lingkungan . Masyarakat tradisional ini yang masih memiliki solidaritas yang kuat
terhadapalam.Melakukanalamsebagaisubyekdanbukanobyekyangbisadiperlakukansemenamena
,danketigahubunganmanusiadenganTuhan.
Sebagaimanayangdikemukakan(Peursen,1970)dalam"StrategiKebudayaan",tradisidapat
diterjemahkan dengan pewarisan atau penerusan normanorma, adat istiadat, kaidahkaidah, harta
harta. Tetapi tradisi tersebut bukanlah sesuatu yang tak dapat diubah, tradisi justru diperpadukan
dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhan. Jadi, seiring perputaran
zaman,tradisijugamengalamiperkembangan.Perkembanganitudapatditelusuriciricirinya,
Kuatnya pengaruhpengaruh global telah menciptakan wacana arsitektur
Indonesia yang kurang menguntungkan, khususnya pada landasan normatif, filosofis dan
kultural yang menopangnya yang masih lemah. Sementara, tekanantekanan global yang
dihadapi di masa depan akan semakin besar, terutama dengan semakin meningkatnya
kompleksitas kehidupan. Agenda masa depan yang harus dilakukan dalam upaya mengatasi
problematika tersebut, adalah memperkuat landasan normatif, filosofis dan kultural
arsitektur ini, agar kita mempunyai otoritas dan kekuasaan dalam menentukan acuan
paradigma, pijakan kultural, dan sistem nilai, sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
masyarakatkitadalamkedudukannyadidalampercaturanglobalisasi.
Kenyataanyangbisakitalihatbidangarsitekturmisalnya,kinisudahhampirbiasaorangkota
mengkonsumsimaterial,peralatanatauasesoriesbangunannyabuatanluarnegeri(ItaliatauAS)betapa
punmahalnya.Disatupihakharusdiakui,barangbarangsemacamitubuatanluarnegerimemangtinggi

272

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

mutunya, tetapi bagaimana dalam proses dan operasionalnya namun jelas menggambarkan betapa
desainer dan produsen Indonesia selalu lemah dan ketinggalan di belakang.Celakanya, pola konsumsi
luarnegerimindedbahkansudahmerambahbidangjasaperencanaandanperancanganarsitektur.
Upaya mengangkat kembali arsitektur Indonesia atau lebih afdolnya arsitektur nusantara
yaitudenganmenemukenaliapabenihkearifanlokalyangsudahterlanjurakankaramakibatkeilmuan
arsitekturnusantarayangtersapugelombangglobalisasiyangamathebatmelaluiagama,politikmiliter
,ekonomisosialbudaya,industrialisasidaninformasiharusdilakukan
Dalam tulisannya (Pangarso,2006) dalam Merah putih Arsitektur Nusantara Upaya
mengangkat kearifan lokal bukan sematamata kefanatikan nasional, kedaerahan atau romantisme
kejayaanmasalaluyangsempitmelainkankajiankearifanlokaladadalamtitikperimbanganyangbijak
antarakandungannilaikesemestaandanwarisannilaikesetempatan.
Pemikiranmenyeluruhdankontekstual,paduanseimbanglogika,intuisidankreatifitasserta
muatansosialbudayadesainterangkumdalampemikirangunadancitraOleh(Mangunwidjaya,1988)
menekankanbahwabudayalokalmampumenjadisolusidesainyangmembumi,ramahlingkungandan
lebih bersifat abadi . Citra arsitektur tidak terlepas dari potensipotensi alam, sifat manusia yang ada
disekitarnya,menunjukkankeselarasandenganalamsekelilingnya.
Arsitekturyangbaik,yangindahtidakterlepasdariekspresidanrealisasidiri,bukanhanya
penonjolan aspek fisik saja (Mangunwijaya,1988 ). Oleh karena itu arsitektur Yang berasal dari kata
architectoon/ahlibangunanyangutamalebihtepatdisebutwastu(norma,tolokukurdarihidupsusila,
pegangan normatif semesta, konkretisasi dari yang mutlak).Karena wastu lebih bersifat menyeluruh/
komprehensifmeliputi tatabumi(dhara),Tata gedung(harsya), tata lalu lintas ( yana)dan hal2 yang
mendetailsepertiperabotrumahdll.
Yang banyak menjadi kendala adalah permasalahan kehidupan manusia dibumi yang
semakin kompleks serta kemampuan untuk memperoleh pengetahuan kearifan lokal tersebut dan
mentransformasikan dalam karya arsitektur . Proses penghayatan untuk sampai memperoleh
pengetahuan mencakup dua peristiwa utama yaitu bagaimana melihat melalui indrawi yang
menghasilkan persepsi, dan bagaimana melihat secara intelektual melalui benak (mind)yang
menghasilkan konsepsi. Basis dari tahu /ide yang kemudian dijelaskan melalui argumen,pernyataan
proposisi,teoridansebagainya.Penghayatanyangmendorongkinerjaintelektualharusdidahuluioleh
observasiindrawisecaralengkap(lihat,rasa,dengar,raba).Dengandemikianselalubelajarsecaraaktif
menjadipentinghaldemikian akan mendorongberpikirkritis yangberbedadengan just thinking yang

273

Hardiyati

hanyaterjadisaatmanusiadihadapkanpadatantanganmasalah,penalarandanpengambilankeputusan
secaratibatiba.
Yangterjadisaatiniadalahbarubersandarpadakinerjaindrawi(lihatdandengar)sehingga
konsep tidak dapat dirumuskan dengan baik dan lengkap . yang tertangkap oleh benak adalah
representasi berupa tanda,simbol , indek tanpa mampu menangkap konsep . Hal ini sangat tidak bisa
dipungkiri karena derasnya dan banyak nya informasi dari segala penjuru tanpa batas yang hanya
menyajikankulittanpamengetahuiprosesterjadinya.
Dilain pihak seiring dengan berjalannya waktu arsitektur harus memiliki kedinamisan yang
tinggi, pedoman dalam mendesain bukan sebuah program yang kaku, kalau kita lihat banyak karya
arsitektur mengalami proses penyesuaian seperti kantor bank menjadi hotel, rumah tinggal menjadi
tokoataugalery,sekolahmenjadirumahsakit.Kotaakansemakinpadat,sulitmendapatlahankosong
sehingga berarsitektur juga dengan caracara yang berbeda yang disesuaikan dengan kehidupan
masyarakatyangselaludalamdinamikaperubahan.
VanDerVoordt(2005)dalambukunyaArchitectureinuse,Fungsiatauperandarisebuah
bangunan karya arsitektur .(1) Protective function : perlindungan terhadap pengaruhpengaruh buruk
danbahayabaiksecarafisikdanpsikologis,angin,danhujan,dangangguangangguandarilingkungan
.(2). Domain or territorial function: bangunan memungkinkan untuk beroperasi / terjadi aktivitas
didalamnya tanpa gangguan dari orang lain sehingga memiliki teritori. Kata kunci adalah privasi,
keselamatan dan keamanan.(3)Social Function: mampu menciptakan ruang yang bermakna dan
bangunan tempattempat di mana orang dapat melakukan kegiatan mereka secara optimal. unsur
utama di sini adalah kesehatan, kesejahteraan, komunikasi dan kualitas hidup.(4). Cultural Function :
sebuah bangunan juga harus memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bentuk dan karakter dari
lingkunganspasial.Fungsibudayamelibatkanestetika,arsitektonis,desainperkotaan,perencanaandan
faktor lingkungan. kebudayaan juga termasuk pengertian peradaban adalah bahwa bangunan dan
kegiatan yang mengakomodasi kelangsungan hidup kedepan yang tidak akan mengganggu atau
menyebabkan kerusakan lingkungan. Hilier dan Leaman (1976)seorang kritikus juga membedakan
empat fungsi utama dari sebuah bangunan. Tapi mereka membagi menjadi : spatial organisation of
activities,climateregulation,symbolicfunction,economicfunction).

274

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

MetodadanProsesRancangBangun
Arsitektur seharusnya bekerja dalam banyak dimensi yang berpusat pada manusia dan
budaya.UntukmenghasilkankaryaarsitekturyangEmpaty
Krippendorf(2006)dalambukunyathesemanticturnanewfoundationfordesignmendesain
ulangpraktekpraktekdesainberpusatpadamanusiadanbudayayangakhirnyadesainberpusatpada
makna.Dimanamaknadalamkonteksbudaya.
SehinggaaspekaspekKearifanlocaldalamprosesrancangbangunadalah.
(1.) Wacana desain secara rinci mengakomodir potensi kearifan local , metoda
Mendengarkan , Pembenaran ilmiah dari karyanya, mekanisme bagaimana
designer/Arsitekbekerjabersamasamadenganstakeholder.
(2.) Desain arsitektur harus mudah digunakan dan mudah operasi, menyenangkan,
menimbulkanpengalaman,merasaanaman,termasukmaknasocial.Karyaarsitekturharus
bekerja dalam banyak dimensi, arsitek harus dapat bekerja sama dengan semua fihak
denganlatarbelakangyangtidaksama.Karyaarsitekturharusberpusat/bertitiktolakpada
manusiadanbudaya.Sehinggatantanganbarudesainadalahlayanan,identitas,interface,
multipengguna,makna/arti,bahasa,siklusdanekologi.
KaryaArsitekturyangberpusatpadamanusia:(a)Manusiaadalahukurandarisegala
sesuatu ( contoh warna adalah produk manusia ).(b)Kehidupan ada korelasinya dengan
bahasakarenaterdiridaripersepsipersepsi(tatabahasadankosakata,arsitekturbagaikan
bahasayangterdiridarikosakata).Yaitukemampuankognitif,afektif,psikomotorik,logic,
estetikdanetikdankemampuanmengkoordinasikansensorikmotorik.
Karya Arsitektur harus bekerja pada banyak dimensi : (a) Arti karya arsitektur
kaitannya dengan penggunaan . Kehadiran makna pada seseorang dari sebuah karya
arsitekturakansangattergantungdarikontekdanbudaya.Karyayangsamaakanmemiliki
makna yang berbeda bagi orang yang berbeda. (b)Arsitek dituntut mampu memahami
orang lain .(c)Makna tidak dapat diamati secara langsung, designer perlu sangat hatihati
mengamatitindakanoranglainyangmenyiratkanartitertentu.Melibatkandiridalamdialog
dengan pemangku kepentingan dan mengundang mereka untuk berpartisipasi dalam
proses`desain . (d)Karya arsitektur mempunyai fleksibilitas / keragaman makna bagi
pengguna., orang akan memperoleh makna ketika manusia sudah berinteraksi dengan

275

Hardiyati

artefaktersebut.Semuakaryaarsitekturdiharapkanuntukmampudigunakandenganbaik
adapun tahapan penggunaan adalah sebagai berikut pengenalan awal , menengah dan
idealnya pada tahap terakhir ketika manusia sudah sangat tergantung dengan karya
arsitekturtersebut(e)Karyaarsitekturharusmenawarkanpenggunaanyangberbeda(multi
use).
Karya arsitektur harus menjadi sumber cerita , bagaikan Cerita atau menjadi
percakapan bagi masyarakat pengguna baik langsung maupun tidak langsung . sehingga
Karya arsitektur harus dirancang bagaikan sebuah cerita yang baik dalam arti narasi
baik,mudah dibaca, kausakatanya lengkap membuat orang yang membaca senang dan
menjadi bahasa komunikasi social , menimbulkan kesan pertama atau kesan yang
berkepanjanganan/menjadimemori.Ceritatersebuttidakhanyaterbangunbagimasyarakat
pengguna tapi juga masyarakat arsitek . sehingga karya arsitektur bisa dibingkai dalam
kaidahbahasa.
Karya Arsitektur bagaikan kehidupan , bagaimana siklus kehidupan yang artinya
dimulaidariideawal,diikutigagasandesain,pembuatan/konstruksi/produksi,penjualan,
penggunaan /masa sekarang atau yang akan datang, pemeliharaan dan akhirnya karya
arsitektur pensiun/mati atau tidak dapat digunakan . bagaimana bisa didaur ulang atau
akan sebagai limbah.Sehingga para arsitek harus banyak belajar dari spesifikasi/performa
dari artefak/desain , penggunaan yang tak diinginkan, masalah yang tak terduga
konsekwensi social sebagai bahan pertimbangan design pada generasi yang akan datang.
Dalam setiap fase dari siklus hidup artefak akan mempunyai makna yang beragam dari
berbagai karakter masyarakat pengguna / stakeholder . Karya arsitektur harus mampu
merangkaisatumaknakemaknayanglain

Kesimpulan
Dengan upaya itu diarapkan akan menjawab bagaimana seharusnya berarsitektur, karena
tantangan kedepan semakin rumit dikarenakan permasalahan yang sangat komplek, tetapi apabila
bersamasama stakeholder akan terwujud sebuah lingkungan kehidupan yang harmoni, karena
sebenarnyaberarsitekturtidakhanyabersifatFisiktetapimenciptakansebuahlingkunganbinaanyang
harmoni dan Melihat arsitektur lebih tidak sekedar produk tetapi lebih pada proses karena dalam
proses tersebut roh dari karya arsitektur tersebut akan selalu hidup itulah esensi empati dalam
arsitektur.

276

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

DaftarPustaka
AlfredNortWhiteHead,2009,FilsafatProses,ProsesdanRealitasDalamKajianKosmologis,Kreasi
WacanaYogyakarta
AdiPurnomo,2005,RELATIVITAS,BorneoPubliation,Jakarta.
BudionoKusumohamidjoyo,l988,FilsafatKebudayaanProsesRealisasiManusia,JalasutraYogyakarta.
CornelisVandeVen,l995,RuangDalamArsitektur,GramediaYogyakarta.
CemetiArtHouse,1999,TektonikArsitekturYBMangunwidjoyo,CemetiartHouse,Yogya.
DJmVanDerVoordtHbrVanWegen,2005,ArchitectureInUse,ArcitecturalPress,Oxford.
GalihWidjilPangarsa,2006,MerahPutihArsitekturNusantaraAndiOfsetYogyakarta.
GeorgeRitzer,DouglassJ,Goodman,2008,TeoriSosiologiKreasiWacana,Yogyakarta.
GeorgeRitzer,2008,TheGlobalizationofNothingAtmajayaYogyakarta.
Jane Stokes2003 francois Lyotard ,2009, Kondisi Postmodern, Suatu laporan Mengenai
PengetahuanSelasarPublishingSurabaya.
Koentjoroningrat,1974,KebudayaanMentaliteitDanPembanunan,GramediaYogyakarta.
KlausKrippendorf,2006,TheSemanticTurn,anewFoundationForDesign,CRCPressPerancis.
MichaelFoucault,2009,pengetahuan&MetodaKaryakaryapentingFoucolt,JalaSutraBandung.
MudjiSutrisno&HendarPutranto,2005,TeoriTeoriKebudayaan,KanisiusYogyakarta.
ProfDrCAVanPeursen,1994,StrategiKebudayaan,KanisiusYogyakarta
YB.Mangunwidjaya,1988,WastuCitra,GramediaJakarta.
YuswadiSalya,2003,PerjalananMalamHariiAIdanLSAIJakarta

277

278

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

Elemenkritisbagikonservasiklentengtua,
maknakosmologidenahsiheyuan

SugiriKustedja1,AntariksaSudikno2,PurnamaSalura3

Abstrak
Sangat memprihatinkan bahwa beberapa bangunan heritage klenteng tua dengan denah khas
arsitektur tradisional Tionghoa siheyuan telah dirubah total. Bangunan artefak sejarah budaya yang tidak
ternilai telah musnah dan tidak mungkin dipulihkan kembali lagi. Tulisan ini menguraikan makna simbolisme dan
falsafah budaya yang tersirat pada elemen arsitektur khusus ini. Penelitian literature dilakukan berdasarkan hasil
penelitian sosiohistoris dan sejarah arsitektur, dilengkapi tulisan mengenai kepercayaan rakyat tradisional dan
kosmologiTionghoapurba.Denganpengertianyangjelasdiharapkanmerekayangberkepentinganmenyadaridan
berhatihatiketikabertindakpadabangunanklentengtuabersejarah.
Katakunci:Sejaraharsitektur,Tradisional,Konservasi,Pelestarian,Siheyuan.

Pendahuluan
Ketika melakukanpenelitian arsitektur Tionghoa pada bangunan klentengtuatradisional di
pulauJawa,penulismenemukanbeberapakasusklentengtuayangsesungguhnyamerupakanheritage
sejarah telah ditangani secara keliru4. Ketidak tahuan pengurus mengenai makna yang tersirat pada
elemenarsitekturbangunan,penyebabutamaperusakanfatalartefaktsb.
Diantara bangunan yang dimaksud adalah klenteng Hok Tek Bio, Fu De Miao di
Purwokerto (mungkin?) dan Klenteng Ban Sian Tong, Wan Shan Tang , jl. Pagarsih, Bandung.
Bangunan klenteng aslinya berdenah bentuk siheyuan , telah dirubah total menjadi bentuk yang
sekedarsuaturuanganluas,gelapdantertutup;seruparuangaulagedungserbagunasaja!!
Paper ini menguraikan makna yang tersirat pada denah siheyuan tsb, agar jelas bahwa
denah bangunan mutlak harus dipertahankan pada konservasi dan preservasi. Klenteng tua di pulau

1
Mahasiswaprogrampascasarjana,jurusanArsitekturpadaUniversitasKatolikParahyangan,Bandung.
2
GurubesarjurusanArsitekturpadaUniversitasBrawijaya,Malang.
3
DosenjurusanArsitekturpadaUniversitasKatolikParahyangan,Bandung.
4
Arsipdokumentasifotodari90anklentengyangpernahdikunjungidapatdilihatpadablogberikut:
http://indonesiachinesetemple.wordpress.com/
http://klentengchinesetemples.blogspot.com/

279

Kustedja, S., Sudikno, A., Salura, P.

Jawa pemrakarsa pembangunannya mayoritas para migrant dari Tiongkok Selatan; maka pembahasan
akanfokuspadaunsurarsitekturTiongkokSelatan.

Metode
Sitevisit, studi literatur, sosiohistoris, folkcult, antropologi, etnografik. analisa : hermeunetik,
semiotik,kwalitatif.

StudiLiteratur
Pembahasanberangkatdaridenahrumahsederhana3jian (ruang,rohang,bay)yang
merupakan hunian rakyat jelata, jumlah bilangan selalu ganjil agar simetris pada sumbu utama. Di
Tiongkok utara jian
selebar 3.3 m3.6 m; di Tiongkok selatan 3.6 m 3.9 m. Kearah dalam jian di
Tiongkokutarasekitar4.8m,diselatansampai6.6m.Padapengembanganbangunanberikutnyamodul
jianawalakanberulanglagi.
Denah rumah type ini biasa disebut satu hall dua kamar yitangernei , atau satu
terang dua gelap yimingliangan . Dalam sejarah kekaisaran pernah ada peraturan yang
melarangmasyarakatumummembangunhunianlebihdari3jian.


Gambar1.Denahrumahdasarumum3jian (rohang,bay)diTiongkokutara.dindingbelakangtanpa
jendela/bukaan.Umumnyakamardilengkapiranjangbata,kangyangmendapatkanhawapanasdaritungku
didapursebelahnya.(Knapp,RonaldG.2006:31).

280

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar2.Denahrumahsederhanaumum3jian .(rohangbay)diTiongkokselatan,lebihpanjangkearah
dalam.Dindingbelakangberjendela/bukaan.(Knapp,RonaldG.2006:31).


Gambar3.Denahcourtyardsedehana/awal.1=pintumasuk,2=courtyard,3=ruangleluhur.

Denahdasarpengembanganberikutnyaberupasanheyuan
,tetapdilengkapitingyuan

dandindingmuka dakmutlakharusrapat.


Gambar4.Denahdasarsanheyuan.1=pintumasuk,2=courtyard,3=ruangleluhur.

281

Kustedja, S., Sudikno, A., Salura, P.


Gambar5.RumahSanheyuan.ContohdiatasadalahrumahmasakecilDengSiaoPing.(Knapp,RonaldG.
2006:240,243).

Setelah kedua bentuk denah dasar diatas, perkembangan selanjutnya ialah hunian besar
dikenal sebagai bentuk siheyuan dengan courtyard, tingyuan didalam. Berupa persil
yangkempatsisinyadibatasiolehbangunansebagaidindingpembataspersilyangrapat.


Gambar6.Polapertumbuhanrumahawal3jian (rohangbay)sehinggamembentukdenahtertutupsihe
yuan;untukdaerahTiongkokutaradanselatan.Perhatikanproporsibukaantianjing yangmengecildiselatan.
(Knapp,RonaldG.2006:25).

282

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar7.Denahdasarsiheyuan.1=pintumasuk,2=courtyardtingyuan,3=ruangleluhur.

Jumlah tingyuan di tengah hunian ini, akibat perluasan memanjang; akan menunjukan
tingkatstatussosialpemiliknya.Maksimumyangpernahdibangunsampai5buahtingyuanmemanjang
dalamsatupersil.Umumnyahanyasampai3buahtingyuankearahmemanjang.Bentukdenahdasar
inidipakaijugadidaerahTiongkokselatan.

FungsiRuanganpadaDenahSiHeYuan
.
Diawalidenganbentuksatuhallduakamar,yitangernei padasusunaniniruanghall
tengah khusus diperuntukan sebagai ruang abu, ruang leluhur. Tempat menyimpan meja abu leluhur,
ruangkumpulkeluarga,ataujugaruangmakan.Fungsiruangleluhuriniakanterusdipertahankanketika
denah berubah menjadi bangunan lebih luas. Ruang leluhur biasa disebut sebagai ruang cahaya,
mingjien .
Blok bangunan utama berupa deretan ruang dengan ruang leluhur disebut shangfang ,
terletakdibagianterdalamdaridenahsiheyuan.Blokbangunanderetanruangdisisiterdepansihe
yuan dinamai blok bangunan lawan, taozuo . Di bagian tengah dinding muka terdapat pintu
masukutamadamen .Blokbangunansampingdi2sisidisebutbangunankelilingxiangfang atau
tembokkeliling;weiqiang .Bidangtanahditengah;disebutzhongting .
Denahdasarsiheyuantanpablokderetanbangunanmukataozuo disebutsanheyuan

.
Bangunan inti shangfang menjadi bagian terpenting dalam denah siheyuan
sebabdisiniterdapatruangleluhur,merupakantitikfokalseluruhorientasibangunan.
a.) Tempat menaruh meja abu leluhur, tempat upacara ritual penghormatan sesuai kalender acara
tahunan.
b.) Tempatberlangsungnyaupacarapentingkeluarga,pernikahan,kematian,

283

Kustedja, S., Sudikno, A., Salura, P.

c.) Ruang penerimaan tamu dan keluarga, syarat utama yang boleh masuk kedalam ruang, khusus
keluarga,anggotakerabatdekat.
d.) Merupakanruangyangdibangundenganbahanterbaik,ornamenterindah,tempatmengantungkan
kaligrafi,lukisan.
e.) Pada bangunan shangfang merupakan tempat tinggal anggota keluarga tertua, yang paling di
hormatidalamhirarkikeluarga.
f.) Atap, wuwungan dan ketinggian lantai shangfang merupakan yang tertinggi diantara semua
bangunandalamlingkungansiheyuantersebut.Melambangkanhirarkiordertertinggishangfang
terhadapbangunanlaindisekelilingnya.
Susunanruangpadaxiangfang jugamengiku urutanseper padashangfang ,hanya
di sini ruang leluhur berubah menjadi ruang serba guna, diantaranya tempat menerima tamu bukan
keluarga.
Bangunan batas muka taozuo , harafiah berarti bangunan lawan. Dianggap
sebagaipenyeimbangdariunitshangfang .Ditengahunitbangunanmukaterletakpintuentrance
utamadamen ,padakeduasisipintuterdapatruangbagikaryawan,penjagapintu,pembantu,atau
gudang.Daerahinimerupakandaerahservice,sertaorangluarmasihdiijinkanuntukmasuk.Padapintu
dameninidiletakantembokpenghalangtembokbayangan;yingbi
sehinggapihakdiluartembok
terhalangmelihatlangsungkedalamkearahcourtyard;zhongting .
Zhongting ; tingyuan ; merupakan jiwa dari denah siheyuan ini. Memiliki
multifungsidalamkehidupankeluargapenghuni.
a. Ketika upacara ritual keluarga, umat pertama kali bersembahyang kearah langit dan bumi;
melambangkanalamsemesta,menghadapkeruangterbukazhongtingini.Baruritualselanjutnya
menghadapkearahmejaabukeluargaleluhur.
b. Seluruhjendeladanpinturuangansekelilingbangunanmenghadappadabidangzhongting.
c. Penerangan dan penghawaan ruangan sekelilingnya mengandalkan cahaya dan aliran udara dari
bidangini.
d. Tempatmenampungairhujandarisebagianatapdanbukaansumurlangit,tianjing.
e. Tempatbermainbagianakanakdanbercengkremadiantaraanggotakeluargapenghuni.
f. Kadangditempatkantanamanhiasdantumbuhanlaindalampotdisekelilingnya.
g. Merupakansimpulpergerakanpenghunikesemuabagianbangunan.

284

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

h. Tempatmengerjakantugasrutinrumahtangga,mencuci,menjemursambilmengawasianakanak
belia.
Tembok batas keliling, weiqiang , merupakan salah satu ciri dari denah sihe
yuan: tembok membatasi dengan tegas lingkungan ruang privat keluarga yang tertutup, dipisahkan
dengan ruang di luar yang dianggap ruang umum yang tidak teratur (chaos). Ruang dalam yang di
pisahkan disimbolkan sebagai copy alam semesta yang teratur (faham kosmologi makrokosmos)
menjadisuatumikrokosmosyangdapatdiaturdanditataolehmanusiadengantertib.
Ruangdianggaptelahdikuasaimutlak(territory),ruangbangunaninisejakawalmembangun
telahmelewatiberbagaiupacararitualdibersihkan/disucikanagarbaikuntukhunian.Dilakukanpada
tahapan:awalpembuatanpondasi,menegakkantiang,memasanggordingterakhirpadawuwungan,
danmemasangkosenpintumasukutama(entrance).
Setelah rampung, satu ruang khusus mingjien , secara tetap diperuntukan bagi ritual
penghormatanleluhur.

PerluasanUnitSiHeYuan.
Unitmodulsiheyuan
;disebutjin
harafiahberartimasuk,berupabesaranjarakpada
sumbudaripintumasukutama,melewatizhongting ,hingga kterdalamruangleluhur.
Perluasanarahmemanjang padapersilsiheyuanakanmerupakanpengulanganmodul
jin ini, pengulangan akan menghasilkan zhongting
jamak. Sehingga jarak dari pintu damen
sampai bagian terdalam ruang leluhur bertambah panjang. Hal ini bagi keluarga petani akan sangat
merepotkan dan mengotori hunian; ketika ia harus mengangkut alatalat bertani setiap pagi hari dan
sore.Makaperluasanmemanjangpadasiheyuanhanyacocokbagikeluargapedagangataupejabat.

285

Kustedja, S., Sudikno, A., Salura, P.



Gambar8.Denahperluasanmemanjangsebanyak3chin,1=pintumasuk,2=zhongting,3=ruangleluhur,
11=tianjing.(LiuTunChen,1957:85)

Padabangunanberdenahsiheyuanmemanjangdemikianterlihatbeberapahal.
1) Sirkulasipergerakanpenghunisepanjangkoridor,sejajardengansumbuutama;melewatitepi
zhongting. Atau mengikuti garis sumbu utama melewati zhongting dan ruang yang dapat
tembus.
2) Tinggi atap, wuwungan atap dan lantai bangunan secara gradual meninggi, dengan makin
kedalamnyaletakbangunan.Hirarkiorderkekeluargaankonsistendipertahankan.
3) Garisvirtualsumbusimetrisiheyuankonsistendipertahankan.
4) Daripenelitianpersilsiheyuanmemanjangmaksimumhingga5chin,umumnyahanyasampai
3chin.
Bagikeluargapetanilebihleluasabiladilakukan perluasanmelebarkearahsamping,
dengan pintu masuk tambahan di samping pintu utama. Jarak tempuh dari pintu masuk ke ruang
terdalammenjadilebihdekat.
Bangunan samping demikian disebut sebagai bangunan naga pelindung; hulong Pada

bentuk bangunan naga pelindung hulong ke nggian atap, dan wuwungan harus lebih rendah dari

286

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

padaketinggianbangunanutamashangfang ;sertabangunanlainnyadariunitin siheyuanyang


sudah ada. Bangunan tambahan terluar akan dihuni oleh keluarga yang lebih muda pada hirarki
kekerabatankeluarga.
Dari kedua courtyard samping terdapat masingmasing pintu tambahan keluar di bagian
mukadanbelakangbangunan.


Gambar9.Denahsiheyuandenganperluasankesamping.1=pintumasuk,2=courtyard,3=ruangleluhur,4=
sumurmataharirijing,5=sumurnagalongjing,6=sumurbulanyuejing,7=sumurharimauhu
jing.


Gambar10.RumahSiheyuan.Denganperluasankesamping.Satuvariant.(Knapp,RonaldG.2000:25).

Padabangunanjenissiheyuanmelebarterlihatbeberapahal.
1) PadabangunandidaerahTiongkokselatanlebarkoridordanatapnyalebihlebardaripadadi
daerahTiongkokutara.untukmenghindariterikmatahariyanglangsungkedalamruangan.
2) Sumbuutamasimetrispersilinduksiheyuankonsistendipertahankan.Bangunanpadakedua
sampingdengandenahberbentukcerminan.

287

Kustedja, S., Sudikno, A., Salura, P.

3) Wuwungan, atap bangunan samping lebih rendah dari bangunan inti. Shangfang tetap
tertinggidominandalamseluruhkompleks.

ZoningpadaBangunanTradisionalSiHeYuan.
Peruntukan dalam persil siheyuan bagi penghuni ditata sesuai dengan falsafah Konfusius
mengenai hirarki kekeluargaan. Peruntukan berurutan berdasarkan social rangking, dimulai dengan
bagian muka sebagai daerah publik, kemudian daerah peralihan setengah privat, dan terakhir daerah
privat total di bangunan terdalam. Secara rangking kerabat kekeluargaan zoning ditata berurutan:
daerah servis (bagi pembantu dan karyawan)di bagian paling muka, lalu daerah keluarga muda,
kemudian daerah anggota keluarga yang belum menikah yang terbagi lagi dengan daerah anak
perempuansertaanaklakilaki,danterakhirdaerahorangtua,keluargatertuayangmenghunipersilsi
heyuantsb.
Batasanantaradaerahzoningditandaisecaraberagam.Bentukpembatasyangtegasberupa
tembok pembatas dan pintu untuk masuk pada tiap daerah. Bentuk batas imajiner dengan ruang
terbukapetakzhongting (padacourtyardjamak).Padapembatasolehzhongting dapatditambah
unitbangunanmelintangmiripshangfang denganruangleluhurmenjadiruangserbagunadengan
pintutembus.
Patutdiingatbahwapembagianzoningyangsangattegasiniberlakupadamasatradisional
sampaisebelumtahun1911.Padamasatradisionalsangateratberhubungandengansistimmasyarakat
agraris yang memerlukan jumlah besar tenaga kerja manusia bagi penggarapan sawah ladang. Makin
luaskekayaankeluargamakinbanyaktenagapenggarapdiperlukan.
Halmendetaildiatasdibahasdalamtulisaninisebabobjekpenelitianklentengtuadibangun
pada periode yang sama, dalam nuansa dan kebiasaan masyarakat tradisional di tempat asalnya
TiongkokSelatan.

288

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar11.DenahsiheyuanbangunanutamaklentengHiapThianKiongdiBandung.Perhatikan2
(dua)kotaktianjingsampingtelahberubahfungsimenjadibangunantambahanbaru.


Gambar12.Denahsiheyuanbangunanutama,perhatikan2buahcourtyardsampingtelahditutupatap
danlantaidisatukan.KlentengHokTekBio,Bogor.

KosmologiHunianTradisionalTionghoaSiHeYuan .
ParapenelitiarkeologiTiongkokpurbatelahmenemukanbeberapasitusdanartefakhunian
prasejarahyangmenggambarkanperkembanganbentukhuniansejalandenganperkembanganbudaya
padamasanya.
PenelitiYangHungHsundalamtulisannyaDevelopmentofarchitectureinearlyChina,1980.
MemperkirakanpadatahapawalnyahunianmanusiapurbadiTiongkokberadadiguaguapadatebing
perbukitan,kemudianberalihpadahuniandibawahpermukaantanahberupalubanghasilgalian.Pada
keduabentukhunianawalinisenantiasatersedialubangtempatasapkeluarkelangit.

289

Kustedja, S., Sudikno, A., Salura, P.

Tahap berikutnya hunian mulai muncul diatas muka bumi dengan sebagian masih dalam
galian di bawah permukaan tanah. Selanjutnya ruang hunian bergeser seluruhnya berada di atas
permukaanbumi.Padakeduatahapterakhirinisudahmulaidibangunatapberbentuklingkaranuntuk
melindungi ruang di bawahnya. Pada puncak atap hunian disediakan lubang keluarnya asap akibat
menghidupkanapididalamnya.
Apidigunakanuntukmemasakkeperluanpenghunidanjugauntukmembakarpersembahan
kurban bagi yang dianggap berkuasa pada alam sekitar. Lubang atap juga berfungsi untuk perhawaan
(ventilasi)danpenerangandiruangdalamhunian.
Dari situs artefak purba di temukan juga banyak bekas hunian berbentuk lingkaran
mengelilingi secara konsentris sebuah rumah besar di tengahtengah nya. Agaknya di rumah besar ini
dihuniolehkepalasukuyangmenjadipimpinankelompok.Bahandankonstruksitampaknyalebihrumit
dibandingkanhunianberbentukbulatsekelilingnya.


Gambar13.Perkiraanhunianpurbaawal;didalamgua.(Chang,SSH.1986:135)
Gambar14.Perkiraanperkembangan,seluruhhuniandalamlubanggaliandibawahpermukaantanah.(Chang,
SSH.1986:135)

290

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Gambar15.Tahapberikut,huniansebagiansajadalamgalian,sebagiandiataspermukaantanah.(Chang,SSH.
1986:135)
Gambar16.Hunianseluruhnyadiataspermukaantanah.Padaseluruhtahapselalutersedialubang
pembuanganasap.(Chang,SSH.1986:135)


Gambar17.Rekonstruksirumahbulat,berdasarkanartefakyangtelahditemukan.Lubangperhawaandipuncak
atap.(Chang,SSH.1986:138)

Pembangunan rumah besar juga melalui bermacam upacara, hal ini terlihat dengan
ditemukandisekitarsitustulangtulangrangkahewankorban;kadangjugaditemukanrangkamanusia
korban. Padapermukaan tanah di tengahruangan rumah besar dibuat lubang perapian tempatuntuk
memasak dan tempat bakaran kurban. Upacara ritual dilakukan oleh kepala suku yang merangkap
sebagaiorangyangmampuberhubungandenganparapenguasaalam.Rumahbesarberfungsisebagai
huniankepalasuku,simbolpusatorientasiwargasukudantempatupacararitualbersama.

291

Kustedja, S., Sudikno, A., Salura, P.


Gambar18.Rekonstruksiperkiraanrumahbesarkepalasuku,berbentuksegiempat.(Chang,SSH.1986:136)

Tempat upacara ini ditandai dengan daerah yang ditinggikan dari lingkungan sekitarnya
merupakan platform; podium dari tanah. Ditempatkan juga patung dari tokoh penguasa alam atau
benda lainnya yang di hormati, untuk menyenangkan tokoh ini; dihadapannya diadakan ritual serta
bakaran persembahan kurban berupa hewan atau pun manusia. Pesan dan harapan manusia terkirim
dalamsimbolasapyangmencuatkelangitmencapaitokohyangdituju.
Kemudian pada tahap para kelompok suku yang telah membesar melanjutkan usaha
penyatuan meluas baik berbentuk persekutuan maupun oleh kekuatan militer, terbentuklah kerajaan
kerajaan. Dalam proses konsolidasi ini ditata sistim dinasti kerajaan serta pengaturan susunan
masyarakatsecarafeudal.Terbentukkelompokpenguasakerajaan,parapemilikbudak,dankelompok
budakataupunrakyatjelata.Kepercayaanmasyarakatdisatukanmengikutikepercayaanpenguasa.
Awalnya upacara ritual untuk menghormati alam dilakukan pada daerah eksklusif yang
khusus hanya boleh dimasuki kepala suku dinamai sheji berupa ritual pada penguasa bumi. Pada
masakerajaan;mulaidiadakankuil/klentengleluhur(ancestortemple)zongmiao untukmenghorma
pendirikerajaan/dinasti,disampingtetapmenghormatipenguasaalamsemesta.Terdapatritualkhusus
yang hanya dilakukan raja atau kaisar, orang kebanyakan dilarang keras melakukannya. Hanya kaisar
sebagaiputralangityangdapatdanbolehberhubungandenganpenguasatertinggilangit.
Sedangkanritualuntukkeluargadiselengarakandihunian,dalamruangleluhurzhengting
;menghorma leluhurkeluargadanalamsemesta.Ritualbersifatumumdilakukandiklentengumum
bersamasama. Pemanfaatan hunian sebagai tempat tinggal dan juga tempat ritual berimbas ruang
leluhurmerupakanpusatkehidupankeluargadanorientasiperancangandenahbangunanhunian.

292

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Upacararitualmenghormatialamsemestalangitdanbumimembutuhkanruangterbukadi
dalam hunian, maka diadakan bukaan pada atap berupa: sumur langit; tianjing dan zhongting
padadenahunitsiheyuan .
Dari segi analisa sejarah arsitektur secara etimologi; melalui analisa penamaan elemen
lubang pada atap masa prasejarah tempat terjadinya tetesan air hujan masuk ke dalam hunian, ini
dinamai zhongliu ar harafiah tetesan air di pusat. Ke ka bentuk hunian menjadi lebih baku
berbentukdenahsegiempatsiheyuan ,bukaandisebutyanliu ar harafiahtetesanairdaritepi
atap.Airdariempatsisiatapkelilingakanterkumpulpadapetakzhongting ;yangterletakdibawah
sumurlangit;tianjing .Istilahzhongliu dahulukaladipakaijugauntukpenamaanlubanggaliandi
tanahtempatmenyalakanapibakarankurbanbagipenguasabumi.

MakroKosmosdanMikroKosmosHunian
Pada artefak hunian purba ditemukan banyak tulang belulang dari hewan kurban, kadang
juga berbarengan dengan tulang rangka manusia. Artefak kurban ini ditemukan terutama pada sisi
selatan bangunan. Catatan pada naskah kuno menceritakan tahapan ritual ketika membangun. Awal
sekaliketikamembersihkanlahan,laluketikamulaimemasangfondasi,terakhirsaatpemasanganpintu
masuk utama. Kemudian pada masa kebudayaan setelahnya juga pada saat menaikan gording
wuwunganterakhirbangunan.
Hewankurbanberupasapi;kambing,danhewanpeliharaananjing.Ditemukanjugakurban
manusia; mereka berpakaian tentara lengkap dengan senjata, tameng, panah dan busurnya. Mereka
dikuburkandenganberlututpadakeduasisipintumasuk.Bentukinipadaperkembangankemudianhari
beralihmenjadipatungpatungpenjagapintumasuk,berupapatungsingaatauperwiralangit.Agaknya
makintinggiposisipemilikbangunandalamhirarkimasyarakatmakinbanyakkurbanyangditemukan.
Dalam mitologi kosmogoni Tionghoa kuno selalu diceritakan peran serta tokoh manusia
simbolisdalamprosesterbentuknyaalamsemesta(anthropomorphic).Selaludikisahkanawalalamyang
kacaubalautidakberbentukmenjaditertibteratur,semuanyamerupakanhasilkaryatokohtokohtsb.
Urutanhalyangsamajugatercerminkanpadaritualdalamprosespembangunanini.
Padaawalsekalibilamembangunakandicarinasehat,prediksi,persetujuandaripenguasa
alam semesta mengenai lokasi terbaik bagi pembangunan yang direncanakan. Dilakukan dengan
menafsirkanretakanpadamediakulitbatokkurakura,atautulangbelikathewanyangdibakardengan
logampanas.Prosesinimerupakanusahauntukmengambilpilihandiantarabanyakkemungkinanyang
tidak pasti. Pada lokasi yang terpilih dilakukan upacara ritual, setelahnya dimulai pembersihan lahan

293

Kustedja, S., Sudikno, A., Salura, P.

menjadi siap bangun. Ritual ini menggambarkan sebagian lokasi dari alam telah dibersihkan,
dipisahkandarialamsemestayangtidakberaturanchaos,sebagaisimbolmulaidisiapkanlokasiyang
akanditatadengantertib.
Selama proses pembangunan pada tahapan tertentu; yang dianggap kritis diselengarakan
upacararitual.RitualinimenggambarkanseriusnyamasyarakattradisionalTionghoamenghargaisuatu
bangunanhunian.Merekaberusahadenganberbagaisimboluntukmengsucikanbangunan,yangakan
dihuni oleh keluarganya. Mereka berharap kelancaran selama pembangunan, keselamatan, dan
kebahagianselamatinggaldibangunanitu.Denganusahamembangunmikrokosmosbangunanselaras
denganalamsemestayanglebihbesarmakrokosmos.
Pada periode budaya selanjutnya pemilihan situs dilakukan dengan menggunakan
kepercayaan popular yang disebut yangzhai , atau fengshui . Sedangkan tahapan upacara
dilakukan serupa dengan sebelumnya. Sedangkan hewan kurban digantikan dengan makanan sebagai
simbolkemakmuran.
Dalam paham kosmologi kuno ruang angkasa tian alam semesta dibagi dalam 4 bagian
ruang langit sesuai 4 arah mata angin, masingmasing bagian dikuasai oleh satu hewan simbolis yang
terdiridari7rasibintang.
Langit tian sendiri dianggap memiliki sumbu pusat pada bintang utara yang menetap
sedangkan benda langit lainnya bergerak disekeliling sumbu langit ini. Sumbu langit ini akan
berhubunganpadabumidi di ksimboldianggapawalsumbubumicosmicaxis.Sedangkanmanusia
renyangmenghunibumimerupakanpenghubunglangitdanbumi.Konsepinidisebutsebagaifalsafah
tiandiren ;langitbumimanusia.
Falsafah ini ditransformasi pada bentuk hunian sebagai unit berdenah siheyuan .
Sumbulangitdiproyeksikansebagaisumbuutamasimetrisdenahbangunan,denganarahsumbuutama
tepat utaraselatan merupakan garis simbol menghubungi titik bintang utara, dan titik simbul pusat
bumiaxismundi;merupakanujunglaindarisumbulangityangberawaldaribumi.Titikaxismundiini
diproyeksikan pada lambang bagian bukaan atap yanliu ar harafiah tetesan air dari tepi atap,
atau sumur langit; tianjing dan dengan courtyard; zhongting dipermukaan bumi. Sedangkan
pembagian ruang langit menurut 4 mata angin ditransformasikan dalam bentuk denah segiempat
dengankeempatsisinyamengarahtepatpada4mataangin.
Dengan seluruh simbolisme demikian dibayangkan suatu mikrokosmos yang merupakan
proyeksi makrokosmos dengan dimensi terjangkau dalam bentuk hunian manusia yang selaras,

294

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

harmonis dengan alam semesta. Sehingga hunian akan mendapat daya qi


semesta alam yang
mendukungkehidupanpenghunibangunan.

KajianbagiKlentengTuaBerdenahSiHeYuan
Pada budaya Tionghoa susunan ruang bangunan klenteng mirip dengan denah bangunan
hunian.Bangunanklentengdanhunianselaludapatsalingdipertukarkan.
Sering terjadi bila seorang raja telah memiliki kediaman baru, maka istana lama berubah
fungsi menjadi klenteng. Kadang juga terjadi rumah seorang hartawan atau pejabat tinggi diserahkan
untuk digunakan sebagai klenteng. Tidak ada perbedaan mendasar pada denah dasar antara rumah
huniandanbangunanklenteng.
Pada klenteng tua berdenah siheyuan di Jawa Barat, seluruh dinding pemisah antara
ruangandihilangkanpadasemuabagian:padakeduaunitxiangfang ,unittaozuo denganpintu
damen , unit shangfang dengan ruang leluhur zhengting menjadi tempat rupang tokoh
tuanrumahdanpendampingnya.Koridordanruangtanpapenyekatmenyatumengelilingicourtyard
zhongting .
Analisa,KesimpulandanAnjuranBagiKonservasi
Uraian di atas menjelaskan makna budaya dan pesan yang tersirat dalam bentuk denah
bangunan tradisional Tionghoa siheyuan . Di Nusantara bentuk denah ini diantaranya dijumpai
padabeberapabangunanklentengtua.
Pada proses preservasi klenteng tua dengan denah siheyuan , mutlak harus
dipertahankan bentuk denah asli tersebut. Syarat ini hanya salah satu dari banyak hal lain yang juga
harusdiperhatikanagarkonservasioptimum.
Pengertian mengenai makna yang tersirat dan nilai budaya dari objek heritage harus
dimengertilebihdahuluolehparapengelola.Sebelummelakukantindakanperawatan.
Ketidak tahuan bukan alasan pembenaran untuk melakukan perubahan sembarangan. Bila
dalam keadaan tidak yakin, sebaiknya pemeliharaan hanya berbentuk perbaikan saja. Tidak berupa
perubahanyangberakibatfatalbagibangunanheritagetsb,hanyaakanmenghasilkankehancurandari
nilaisejarahbangunanheritagebudayatsb.



295

Kustedja, S., Sudikno, A., Salura, P.

DaftarPustaka
Chang,SimonShiehHaw.1986.Thespatialorganizationandsocioculturalbasisoftraditionalcourtyardhouses.
UniversityofEdinburgh.U.K.Disertation.
FuXinian,etal,2002.ChineseArchitecture.YaleUniversityPress.NewHaven.
Institute of the history of Natural Sciences Chinese academy of sciences. Zhang Yuhuan. 1986. History and
DevelopmentofAncientChineseArchitecture.SciencePress.Beijing.
Knapp,RonaldG.2000.ChinasOldDwellings.UniversityofHawaiiPress.Honolulu.
Knapp,RonaldG.2003.AsiasOldDwellings.Tradition,resilienceandchange.OxfordUniversityPress,HongKong.
Knapp,RonaldG.2006.Chinesehouse.Thearchitecturalheritageofanation.Tuttle.
LiangSsucheng.2005.ChineseArchitecture.Apictorialhistory.DoverPublications.NewYork.
Lip,Evelyn.1983.ChinesetemplearchitectureinSingapore.SingaporeUniversityPress.Singapore.
Lip,Evelyn.1986.Chinesetemplesanddeities.TimesBooksInternational.Singapore.
LiuTunChen.1957.GeneralaccountoftheChineseHouse.Taipei.MingWen.
Needham,Joseph,1971.ScienceandcivilizationinChina.vol4,part3.CambridgeUniversityPress,Cambridge.
Salmon, Claudine & Lombard, Denys. 1977. The Chinese of Jakarta. Temples and communal life. Association
Archipel.Paris.
ShanDeqi.2003.ChineseVernacularDwelling.ChinaIntercontinentalPress.Beijing.
YangHungHsundalamtulisannyaDevelopmentofarchitectureinearlyChina,1980.

296

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KonservasiMasjidAmpelSurabaya:
UpayaRekontekstualisasiArsitekturNusantara

PudjiPratitisWismantara1

Abstrak
Konservasi berperan penting dalam menciptakan identitas atau memori suatu kawasan sekaligus
menghadirkan konteks kekiniannya. Melalui jelajah kasus Masjid Ampel, riset ini berupaya mengungkapkan
identitas Masjid sebagai alternatif keberlanjutan arsitektur yang berkarakter Nusantara. Langkah awalnya adalah
merumuskan dua aspek konservasi, yaitu karakterdasar dan ruangwaktu arsitektural. Langkah kedua, adalah
melakukan jelajah atas masjid tersebut dengan menggunakan dua aspek di atas sebagai alat bacanya. Langkah
berikutnya adalah melakukan kajian interpretif atas identitas masjid. Paper ini menghasilkan rumusan identitas
Masjid Ampel yang berpijak pada kenusantaraan dan kekinian arsitektural. Rumusan ini bisa dijadikan sebagai
strategi rekontekstualisasi arsitektur masjid yang menusantara, mengkini, sekaligus berwawasan sosioeko
arsitektur.
KataKunci:Identitas,Nusantara,Sosioekoarsitektur,Rekontekstualisasi

Pendahuluan
Dalamtradisilisandantertulis,semenjakIslammenanamkanpengaruhnyadiNusantara
MasjidDemakdianggapmasjidagungpertamadiNusantara.Bentuknyamengacupadatradisilokalnon
Islam yang telah ada sebelumnya (meru), berupa atap piramida bersusun, yang ditopang oleh empat
tiang (sakaguru), dan juga ruang serambi (Khan, 1994). Sehingga masjid ini bisa dijadikan titik pijak
desain,yangmenginspirasikanperkembanganarsitekturmasjidNusantaradimasaselanjutnya.Dengan
mengacu pada kelokalan, masjid ini bukanlah monumen yang memberikan identitas Islam universal
kepadakomunitasmuslimsetempat.
Dalam perkembangan selanjutnya, muncul sejumlah masjid tipe Demakan (Javanese
Vernacular)diseluruhpelosokNusantara.Masjiddengantipeinimemilikiwujudyangmengambilacuan
dasar Masjid Demak sebagai faktor keajegan, yang telah mengalami transformasi sebagai faktor
perubahannya. Masjid Ampel Surabaya adalah contoh yang mengambil keajegan atap piramida

1
Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Email:
vismantara@yahoo.co.id

297

Wismantara, P. P.

bersusun, dengan beberapa transformasi, sesuai dengan karakter ruangwaktu saat membangunnya.
Dalam perkembangan mutakhir, masjid ini adalah contoh hasil konservasi arsitektural, yang
mendasarkanwujudnyapadakekinianrancangan,danberwawasanNusantara.
Melalui jelajah Masjid Ampel, paper ini bertujuan meneropong upaya konservasi masjid
Nusantara yang akan dijadikan titik pijak bagi keberlanjutan arsitektural yang lebih baik. Tingkat
keberhasilankonservasisebagaiupayapemberlanjutanarsitekturinisetidaknyaharusmemperhatikan
konteksruangNusantaradanwaktukekiniannya.Strategikonservasiinibisadijadikansebagaititikpijak
bagi strategi rekontekstualisasi arsitektur masjid yang menusantara, mengkini, sekaligus berwawasan
sosioekoarsitektur.KonsepArsitekturNusantaradisinidipahamisebagaiarsitekturyangberadapada
ruangbudaya Nusantara (Pangarsa, 2008); kontekstual dengan ruang Nusantara dan waktu kekinian;
berdimensi kesemestaan (universal) dan kesetempatan (lokal), sesuai dengan fitrah manusia dan
alamnya(Pangarsa,2011);danmemilikisistempengetahuannyasendiri(Prijotomo,2004).

Metode
UpayamengkajikualitaskonservasiarsitekturMasjidAmpeldiSurabayasetidaknyaperlutiga
langkah. Langkah pertama adalah merumuskan dua aspek konservasi, yaitu karakterdasar dan ruang
waktu arsitektural. Dua aspek ini merupakan rumusan interpretif dari penulis, yang bersumber pada
sejumlah teori atau wacana yang berpotensi mendukung upaya konservasi. Langkah kedua, adalah
melakukan jelajah atas Masjid Ampel dengan menggunakan dua aspek di atas sebagai alat bacanya.
Langkahberikutnyaadalahmelakukankritikinterpretifatasidentitasmasjid.Kritikinimendasarkanpada
aspek intuisi dan menjadi sarana menemukan pengetahuan baru tanpa harus menggunakan langkah
kaku logika, dengan tetap bertumpu pada evidensi objektif. Pengenalan identitas secara mendalam
mengenaiMasjidAmpelini(yangbermuatannilaikekinianuniversalIslamdanlokalitasNusantara),bisa
dijadikan titik pijak dalam upaya konservasi dan pengembangan arsitektur masjid yang sesuai fitrah
(selaras)alamdan(memanusiakan)manusia.

StudiLiteratur
Konservasiarsitekturmemegangperananpentingdalammenciptakanidentitasataumemori
suatukawasan,sekaligusmenghadirkankontekskekiniannya(Budihardjo,2004).Adatigastrategiyang
harus ada dalam konservasi, yaitu: kontinyuitas, pengembangan, dan pemanfaatan (Hatmoko, 1999).
Kontinyuitasmenunjukkanpengakaranpadatradisisetempat,demikeberlanjutanidentitasbangunandi
masakinidanmendatang.Pengembanganadalahprosesperubahandanpenyesuaiandengankekinian

298

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

dari suatu bangunan (wujud style dan teknologi konstruksi), untuk mendapatkan kondisi terbaik.
Pemanfaatanadalahmenciptakankegunaanataumemberiwadahbagikegiatan,demikeberlangsungan
eksistensibangunanlama,dimasakinidanmendatang.
Kerjakonservasibukanuntukkembalikemasalalu.Arsitekturakanmatijikadibakukandan
dibekukan sebagai pusaka tradisi yang tak boleh berubah. Hal penting dalam konservasi adalah
membangunbersamasebuahlandasanbagikeberlanjutanarsitekturyanglebihbaik(Pangarsa,2011).
Langkahutamayangharusdilakukanadalahupayamenemukankembalidanmengembangkankarakter
dasararsitektur.Karakterdasararsitekturadalahungkapanpemikiranyangberupafilosofi,konsep,dan
wujud. Karakterdasar diperlukan untuk menumbuhkembangkan atau mempertahankan eksistensi
suatu arsitektur. Menurut Pangarsa (2011), karakterdasar ini didapatkan dari kedalaman yang
berbeda,yaitudariyangkasatmataseperticirimorfologinya(sosoksiluet,bahan,ataukenangandari
unsur bangunannya). Juga dari konsepkonsep ruang arsitektural dan semua tradisi lokalnya. Atau,
diwujudkandarifilosofinya.
Konservasibisajugaberartiupayapengembanganarsitekturaldemikeberlanjutanyanglebih
baik. Menurut Pangarsa (2010), pengembangan ini harus didudukkan pada pandangan keilmuan
arsitektur,dititikperimbanganyangadildanbijak,yangharusselarasdenganfitrahmanusiadanfitrah
alam (Pangarsa, 2010). Realitas alam dan manusia yang selalu berubah dan berkembang menuntut
suatu tindakan pembaharuan dengan cara membangunulang lingkungan binaan secara tepatpasti
bijak,sebagaihasilpengambilankeputusanbersamadalamsuatumasyarakat.
MasjidAmpeldiSurabayadibangunolehSunanAmpel,salahseorangwalisongoseniorpada
tahun 1450 M. Penampilan masjid sekarang adalah hasil beberapa kali perluasan dan renovasi, yang
dimulai pada era kolonial hingga kemerdekaan di akhir abad XX. Menurut Santoso (1999), bangunan
masjidlamamasihmengacupadatipeDemakan,berdenahbujursangkar,didalamnyaterdapatempat
tiang(sakaguru)darikayujati,yangmenyanggaatappiramid(tajug)bersusundua.Didalambangunan
indukinijugaterdapatmenaradenganpuncakyangberatapkerucut.Disekelilingbangunanindukini
terdapat serambi. Langgam Demakan pada masjid lama ini, juga dipadukan dengan langgam Indische
Empire, yang terwujudkan pada unsur dinding tebal, dan pintu dengan unsur lengkung di bagian
atasnya.Langgaminisangatpopulerpadamasakolonial,saatbangunandirenovasidandiperluas.

299

Wismantara, P. P.


Gambar1.BangunanmasjidAmpellama,memilikikombinasilanggamJawadenganIndisEmpire,sepertiyang
ditunjukkanolehkolombesardanpintuyanglebar
Sumber:dokumenpribadi(2008)


Gambar2.RuangdalammasjidAmpellamayangdidominasiunsurstrukturkayu
Sumber:dokumenpribadi(2008)

Bangunanperluasanmasjidterletakdisebelahutara,danmasjidbaruterletakdisebelahbarat
laut masjid lama. Renovasi terbesar dan menyeluruh dilaksanakan pada tahun 1990an, dengan
melakukan penataan seluruh kompleks masjid, dan penambahan beberapa bangunan. Pada bagian

300

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

perluasan masjid, terhadirkan perpaduan antara style setempat, seperti atap piramid (tajug), dengan
unsurpendatangbergayaModerndanPanIslamic,berupakomposisigeometridanarabesk.Atapmasjid
barumenunjukkanperpaduanantarastylesetempatdanstylependatang,sepertiatappiramid(tajug)
yangberuparusukrusukpadabagianpuncaknya,dankubahyangberadadidalamnya(Santoso,1999).

KarakterDasarArsitekturMasjidAmpel
ArsitekturmasjiddiNusantaradapatdikatakanmerepresentasikantempatibadahyangrahmatan
lilalamin(bermanfaatbagimanusiadanalam)danarRahim(penghambaankepadaAllah).Menurut
prinsip ini, masjid dalam lingkup ruangbudaya Nusantara terbagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah
depan (serambi) dan wilayah belakang (ruang shalat). Wilayah depan memiliki orientasi keluar,
berfungsisebagaipenaung,tidakdibatasiselubungmasif,sehinggaterjadiresonansigetarketenagaan
antara seseorang yang memiliki berinteraksi dengan tempat yang dipijaknya beserta lingkungan
sekitarnya.Seseorangyangberadawilayahdepanbisamengaktifkankesadaranintelektualnya(pikiran,
akal) Dengan menduduki wilayah depan, seseorang merasa menguasai dan mengorientasikan dirinya
atastempatinisekaligusmembuatbatasandenganlingkungkitarnyayangmasihterlihatsecaravisual.
Selainserambi,yangtermasukdalamwilayahinipadaMasjidAmpeladalahbangunanperluasan.

Tabel1.PerbedaanSignifikanantaraWilayahDepandanWilayahBelakangpadaMasjidAmpeldiSurabaya

WilayahDepan(Serambi) WilayahBelakang(RuangShalat)
orientasikeluar orientasikedalam
terang(visible) gelap(invisible)
terbuka,ternaung,beratap,tanpadinding tertutup,terlindung,beratap,berdinding
terhubungdenganlingkunganluar terpisahdenganliingkunganluar
simbolkesementaraan simbolkeabadian
potensiintelektual potensispiritual
pikiranakal perasaanhati
Sumber:hasilanalisis(2012)

Wilayahbelakang(ruangshalat)memilikiorientasikedalam,berfungsisebagaipelindung,dan
dibatasi oleh selubung masif. Dengan kondisi ini, seseorang yang berada di sini bisa mengaktifkan
kesadaran spiritualnya (perasaan, hati). Memasuki wilayah belakang berarti memutus interaksi antara
seseorangdenganlingkungansekitarnyadansekaligusmengaktifkanruangspiritualitasnya.

301

Wismantara, P. P.

Masjid Ampel dengan dua struktur ruangnya (serambi dan ruang shalat), menunjukkan
penghayatanakansebuahperjalanan.Padawilayahbelakangterdapatrongrongan,yaitusebuahruang
yang terbentuk di dalam tiang utama (sakaguru) yang mengarah ke atas (bagian tumpangsari). Rong
rongandimaknaisebagairuangpengingatanakandimensivertikalitaspadasaatmelakukanperjalanan
horisontal(dariwilayahdepan/serambikebelakang/ruangshalat).

LapisanRuangdanWaktuArsitekturalpadaMasjidAmpel
Secara visual, tampilan keseluruhan kompleks masjid Ampel menunjukkan adanya kombinasi
antaraunsurunsursetempat,danunsurunsurpendatang,lamadanbaru,tanpaharusmenghapuskan
atau mengabaikan salah satu unsur. Masjid ini menunjukkan diri sebagai arsitektur masjid Nusantara,
beratap piramid (tajug), berlanggam Jawa. Masjid ini juga menerima dan memadukan dirinya dengan
unsur pendatang, seperti langgam Indische Empire, langgam Pan Islamic (kubah, busur, geometri,
arabesk),dansentuhankonstruksimodern.


Gambar3.SitePlanMasjidAmpel.Masjidlamaberataphijau,sedangkanbangunantambahandanmasjidbaru
beratapmerah
Sumber:dokumenpribadi(2008)

Upaya konservasi masjid lama dilakukan dengan mempertahankan keasliannya, seperti pada
masaperluasandanrenovasimasjiddierakolonial.Unsurdindingyangmelingkupiruangdalammasjid

302

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

mengacu pada langgam Indische Empire, berupa tembok masif dengan beberapa pintu berjalusi kayu,
yangberventilasilengkungberteralisdiatasnya.Ruangdalammasjidlamainimemilikisuasanaterpusat,
terlindungiatauterlingkupi,karenakeberadaandindingmasifdanpintuberjalusiyangberkesankokoh
dantegar.Dengandemikian,masjidlamainimenunjukkanadanyakombinasiantaraunsurberlanggam
Nusantara(Jawa)denganunsurberlanggamIndischeEmpireyangpopulerdierakolonial.


Gambar4.MasjidlamaAmpelyangmenunjukkanadanyakombinasiantaraunsurberlanggamNusantara(Jawa)
denganunsurberlanggamIndischeEmpire
Sumber:dokumenpribadi(2008)

Bangunanhasilperluasandisebelahutara,danmasjidbarudisebelahbaratlaut,menunjukkan
adanya kombinasi antara unsurunsur setempat dan unsurunsur pendatang. Langgam masjid
Nusantara,yangberupaatappiramid(tajug)yangdisanggaolehempatkolom(sakaguru)diserentakkan
kehadirannya dengan langgam Pan Islamic, yang berupa unsur kubah, arabesk, geometri dan busur.
Pada masjid baru terlihat upaya menggabungkan unsur piramid (tajug) dengan unsur kubah, yang
diwujudkanpadaatapkubahyangdikurungolehbatangbatangrusukyangberwujudpiramid(tajug).
Secara fungsional, kegiatan ibadah masih menggunakan masjid lama, yang masih bisa
menunjukkan suasana sakral dan historis. Jika kegiatan peribadahan dilakukan orang dalam jumlah
banyak, pusat aktifitas yang berupa mihrab bergeser ke masjid baru. Dengan mengamati keseluruhan
tampilan masjid, terlihat penyatuan antara masjid lama, perluasan masjid, dan masjid baru, yang

303

Wismantara, P. P.

terpadu dan selaras. Bangunan masjid lama yang berlanggam gabungan JawaIndische Empire,
diserentakkankehadirannyadenganbangunanperluasan,danmasjidbaruyangberlanggamgabungan
JawaPanIslamic.


Gambar5.MasjidlamaAmpelyangmenunjukkanadanyakombinasiantaraunsurberlanggamNusantara(Jawa)
denganunsurberlanggamPanIslamic
Sumber:dokumenpribadi(2008)

304

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar6.Bangunanperluasanmasjidyangmenempelpadamasjidlama,mengacupadalanggammasalaluyang
dipadukandenganlanggammasakini
Sumber:dokumenpribadi(2008)

Adanya dominasi gaya arsitektur Jawa pada bangunan lama dan bangunan baru, menjadikan
langgam Jawa sebagai unsur pengikat keseluruhan bangunan. Dengan kata lain, unsur Jawa melebur
padabangunanlamadanbaru.Masjidlamatetapmempertahankankeasliannya,sedangkanbangunan
perluasan beserta masjid baru berupaya menggapai kekiniannya, dengan mengakomodasi unsur
modern, dan unsur universalitas Islam. Meski begitu, keduanya adalah satukesatuan yang melebur
pada satu identitas: arsitektur masjid Nusantara. Teknologi konstruksi baru, seperti sistem bangunan
bentang lebar, disandingkan dengan teknologi yang sudah ada sebelumnya, seperti sistem dinding
pemikul dan pemakaian empat tiang utama (sakaguru) beserta beberapa tiang tambahan (sakarewa),
yangdisambungdengansistempurus.

305

Wismantara, P. P.


Gambar7.Bangunanperluasanmasjidyangmenempelpadamasjidbaru,mengacupadalanggammodernyang
dipadukandenganlanggamPanIslamic
Sumber:dokumenpribadi(2008)

Wujud konservasi pada bangunan masjid Ampel lama bisa dikategorikan sebagai preservasi.
Alasannya, mengingat bangunan ini bersejarah dan bernilai arsitektur tinggi, maka titik tolak tindakan
konservasinya adalah memelihara dan melestarikan sesuai kondisi bangunan dan lingkungan yang
bersangkutandarikerusakan.Preservasidilakukandenganmerujukpadakondisisepertiaslinya,dengan
tingkatperubahankecil.
Sementara wujud konservasi pada bangunan perluasan di sebelah utara masjid lama, bisa
dikategorikan sebagai rehabilitasi. Dalam perkembangannya, bangunan perluasan ini mengalami
kemunduran (degradasi) fungsi. Rehabilitasi berupaya mengembalikan atau memulihkan kondisi, dan
melengkapi sarana dan prasarana yang kurang. Rehabilitasi dilakukan dengan merujuk pada kondisi
aslinya, agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, serta melakukan penyesuaian terhadap tuntutan
kegunaanbaru,dengantingkatperubahansedang.
Penambahan desain masjid Ampel baru pada sisi barat laut masjid lama, bisa dikategorikan
sebagai addisi. Masjid baru ini dibangun, karena adanya kebutuhan ruang yang lebih luas di kawasan
cagar budaya (Masjid Ampel lama beserta perluasannya). Addisi berupaya mengabstraksikan pola
bentuk yang mengacu pada bangunan yang sudah ada, sehingga bangunan baru ini dapat menunjang
karakterkawasan.

306

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Java+PanIslamicstyle
Maintainingauthenticity Ampel Mosque
andaccommodate
contemporary
AccommodationModern NewMosque Java+PanIslamicstyle


andIslamicelements
ContemporaryTechnology
(Modern) Reachingthepresent/
Contemporary
AccommodationModern
andIslamicelements
ContemporaryTechnology
ExpansionBuilding
(ClassicalModern)
OldMosque
(Classical)
Java+IndisEmpirestyle
Maintainingauthenticity
andaccommodate
contemporary
Java+IndisEmpirestyle AccomodationModern
Maintainingauthenticity andWesternClassical
AccommodationWestern elements
Classicalelements OldTechnology
OldTechnology

Gambar8.PemetaanMasjidAmpeldiSurabaya
Sumber:hasilanalisis(2012)

KajianKritis
SaatkitameninjauMasjidAmpelsebagaiartefakmasalalu,yangseringmenjadiacuanadalah
nostalgia (ingatan) masa lalu yang manis, yang mencakup pelestarian bangunan lama, kawasan lama,
ataugayaarsitekturlama(Hidayat,2010).Denganpendekatansepertiini,meskipundipandangunikdan
orisinal, Masjid Ampel menjadi arsitektur yang sendirian, terlepas dari kebaruan lingkungan
sekitarnya.PerspektifiniberasaldarikaidahkonservasialapositivismeErosentris,yangberpijakkepada
being. Perspektif positivisme ini hanya melestarikan wujud fisik arsitektur lama, yang harus dijaga
seperti aslinya, yang tak boleh diubah, tanpa peduli konteks kemajuan dan perkembangan sejarah
peradabanmanusia.
Untuk arsitektur, seharusnya yang dilestarikan adalah spiritnya, yang menjiwai dan melatari
bangunan bersejarah (Hidayat, 210). Pelestarian spirit (yang bersifat nonfisik) pada Masjid Ampel,
justru lebih urgen dan mengena. Aspek nonfisik tersebut misalnya, bagaimana Masjid Ampel
menyelaraskandiridenganlingkungannya,memanusiakanmasyarakatsekitarnya,merajutuniversalitas

307

Wismantara, P. P.

Islam dengan lokalitas Nusantara, mengakomodasi kebersamaanberkemakmuran, atau menggapai


kekiniannya(presentness).
Masjid Ampel perlu ditinjau sebagai sebagai arsitektur, yang menggabungkan fragmen
fragmenyangterpisah.Masjidiniterdiridarijejakjejaksejarah,yangsalingbersinggungan.Jejakjejak
itu bisa berasal dari waktu yang lain, dan bisa juga, berasal dari tempat yang lain, dalam jumlah yang
bervariasi. Sehingga, Masjid Ampel bukanlah sebuah bangunan yang ada pada dirinya. Terdapat
banyakpengaruhdariluaryangikutmasuk,danmenjadibagiantakterpisahkandarimasjidini.Jejak
jejak itu, misalnya adalah Java Style, Indische Empire Style, Modern Style, PanIslamic style, dan
sebagainya, yang saling bersinggungan satu sama lain. Masjid Ampel telah menjadi tempat
persinggungan antar beberapa elemen sejarah, yang berbedabeda. Persinggungan itu tidak lantas
menjadipenjumlahanwujudfisikarsitektursecaramatematis,karenaadaunsurspirityangberbicaradi
dalamnya. Dari spririt itulah, kita bisa menangkap makna Masjid Ampel, yang berkarakter unik dan
orisinal,dantakbisaditemuiditempatlain.
Adabaiknya jika kita meninjau Masjid Ampel, yang tersusundari sekumpulan layer(lapisan)
sejarahdanbudaya:layermasalalu,layermasakini,layersetempat,danlayerpedatang.Ketikamasjid
lama yang dari layer kolonial, bertemu dengan masjid baru dari layer poskolonial, bisa kita nikmati
dialoglayeryangbagus.Kedualayerinitampildalamkekiniannya.Masjidlamabukanlagibagiandari
masalalu,karenadiaadalahkekinianyangmenyapakita,ketikabangunanlainseusianyasudahmusnah.
Masjid lama adalah layer masa lalu yang mampu menembus masa kini, yang dimunculkan untuk
menyekarang(presentness).Sudahseharusnyabangunanwarisanmasalalu,bisadiperlakukansebagai
sebuaharsitekturyangmenyekarang(presentness).Terbuktimasjidlamainimampumenembuslayer
layersesudahnya,danhadirdiantaralayerlayeryanglain,padasaatini.
Sebuah dialog antar layer, bukan berarti layer yang lama dilestarikan secara kaku, dan tidak
boleh ada layer baru di sekitarnya. Bukan pula berarti layer baru boleh didirikan seenaknya di sekitar
layerlama.MenurutAnasHidayat(2010),yangterpentingadalahbagaimanalayerlayeryangadabisa
samasama menjadi sekarang, sehingga terjadi dialog antarlayer yang toleran dan elegan. Jadi, tidak
adapemujaan masa lalu yang fisik, dan tidak adaarogansi masa kini yang berlebihan. Kita tidakperlu
mempersoalkanwaktu,karenaarsitekturadalahsosokyangselalumenujukekiniannya.
Dengan demikian, pengetahuan tentang konservasi dan pelestarian situs dari khasanah
pengetahuan positivisme Erosentris, sudah sepatutnya kita tinjau kembali. Situs masa lalu harus kita
terimasebagaientitasmasakini,dankitakelolasebagaibagiandarikehidupankita,dalamdialogantar

308

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

layer.Situsmasalaluperlukitaajakberdialogdanhidupbersamadenganelemenarsitekturyangbaru,
agarbisaberkembang,bisamemperkuatkembalidayahidupnya,danbisalebihdihargaidandihormati.

Kesimpulan
Konservasi arsitektur berperan dalam menciptakan identitas atau memori suatu kawasan,
sekaligus menghadirkan konteks kekiniannya. Usaha konservasi pada rancangan arsitektur,
mensyaratkan adanya kombinasi antara unsurunsur setempat, dan unsurunsur pendatang, lama dan
baru, tanpa harus menghapuskan atau mengabaikan salah satu unsur. Masjid Ampel perlu ditinjau
sebagai sebagai arsitektur, yang tersusun dari sekumpulan layer sejarah dan budaya: layer masa lalu,
layer masa kini, layer yang setempat, dan layer yang pedatang, yang saling bersinggungan. Sehingga,
MasjidAmpelbukanlahsebuahbangunanyangadapadadirinya.Terdapatbanyakpengaruhdariluar
yangikutmasuk,danmenjadibagiantakterpisahkandarimasjidini.Sebuahdialogantarlayeradalah,
bagaimana layerlayer yang ada bisa samasama menjadi sekarang, sehingga terjadi dialog antarlayer
yangtolerandanelegan.Tidakadapemujaanmasalaluyangfisik,dantidakadaarogansimasakiniyang
berlebihan.Kitatidakperlumempersoalkanwaktu,karenaarsitekturadalahsosokyangselalumenuju
kekiniannya.
SecarafisikkitabisamengakomodasiunsurunsurPanIslamicpadaarsitekturmasjid,sebagai
simbol bersama masyarakat muslim dunia, dengan memadukan unsurunsur berkarakter lokal
Nusantara.MenurutGalihW.Pangarsa(2010),halyangpalingsulitdalammerancangarsitekturmasjid
adalahmengetahuimuatannilaiuniversaldanlokalnya.Halyangterpentinglagi,lanjutPangarsa,adalah
perlukeputusanyangtepatbijakdalammendesainmasjid,denganmenggunakanstrukturdansistem,
yangdapatmembangunketerpaduannilainilaiuniversalIslamdanlokalitasmuslimNusantara.
DalamperancanganarsitekturmasjiddiNusantarapadasaatini,mulaiadaupayapeletarian
karakter Nusantara. Tapi, tampaknya baru sebatas penyelesaian rupa, atau wujud fisik saja. Itupun
sudahsangatbaik.Upayapelestariankarakterini,perlumenukiklebihdalamlagi,denganmenemukan
inti dasar karakternya, atau spiritnya, yang menjiwai dan melatari arsitektur masjid. Pelestarian spirit
(yangbersifatnonfisik)padaMasjidAmpel,justrulebihurgendanmengena.Penemuankarakteratau
spiritini,harusberlanjutpadaupayapengembangannya,sehinggamenghasilkanwujudarsitekturbaru,
yangsesuaidengankonteksruangdankontekswaktunya.
Kecenderungan (fitrah) manusia, selalu merindukan kebaharuan (Pangarsa, 2008). Kebaruan
itu adalah pencapaian harkat dan derajat manusia, menuju yang lebih sempurna, ke arah Allah Yang
MahaSempurna.Dengandemikian,konservasijustruharusdiletakkandalamkontekskebaharuan.Saat

309

Wismantara, P. P.

ini masyarakat muslim dihadapkan pada kondisi modernitas, di mana kita dihadapkan pada berbagai
pilihanyangkitabawadarimasalalu,dengankemungkinanbarudimasadepan.Dengandidasariprinsip
universalitas nilai Islam, dan hibriditas yang mengacu pada kelokalan, pencarian ekspresi dan bentuk
arsitektur,harusmencerminkanupaya(ijtihad)kitadalammenafsirkankondisikebaruankita.

DaftarPustaka
Budihardjo,Eko(2004),S.O.SWarisanArsitekturIndonesia,ArsitekturdanKotadiIndonesia5th,P.T
Alumni,Bandung.
Hatmoko,AdiUtomo(1999),WeavingHeritageSitesintoLargerContext,ProceddingofInternational
SeminaronVernacularSettlement,FacultyofEngineeringUniversityofIndonesia,1999.
Hidayat,Anas(2010),ArsitekturKoprol:MenyentikSurabaya,MenggelitikJawaTimur,DewanKesenian
JawaTimur,Surabaya.
Khan,HasanudDin(1994),AnOverviewofContemporaryMosques,MartinFrishman&HasanudDin
Khan (eds.), Mosque: History, Architectural Development and Regional Diversity, Thames &
Hudson,London.
Pangarsa, GalihWidjil,(2011),DNAArsitektur Nias padaLorong Gravitasi NusantaraKontemporer,(E
bookEngineonarsiteknusantara.blogspot.com),Malang:@YouPublish.[10Agustus2011]
Pangarsa, Galih W. (2010). Materialisme pada Masjid Nusantara. (Ebook Engine on
arsiteknusantara.blogspot.com),Malang:@YouPublish.[10Agustus2011]
Pangarsa,GalihW.(2008),ArsitekturuntukKemanusiaan,WastuLanasGrafika,Surabaya
Prijotomo,Josef.(2004).ArsitekturNusantara,sebuahKeniscayaan,WastuLanasGrafika,Surabaya
Santosa, Revianto B, (1999). Atap (Masjid Sunan Ampel) Dalam Dinamika Arsitektur Masjid
KontemporerNusantara,dalamSNEIDAN2:AtapArsitekturMasjid,LSAI,Surabaya

310

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

PelestarianKawasanPecinanKembangJepunKotaSurabayaBerdasarkan
PersepsiMasyarakat

KartikaEkaSari1,Antariksa2,EddiBasukiKurniawan3

Abstrak
Tujuanpenelitianadalahmengidentifikasikarakterfisik,sosial,ekonomidanbudayakawasanKembang
Jepun, menganalisis potensi masalah terkait pelestarian kawasan Kembang Jepun dan menentukan strategi
pelestariankawasanKembangJepun.PerkembangandaneksistensiPecinansemakinkuatpadamasapemerintahan
Kolonial Belanda melalui pemberlakuan UU Wilayah (Wijkenstelsel) tahun 1843. Pada kondisi eksisting Kawasan
KembangJepunmemilikipenggunaanlahanperdaganganjasa(84,86%)denganskalapelayanannasional,regional
dan kota, perumahan (14,71%), peribadatan berupa kelenteng (0.29%) dan kantor (0.14%). Jaringan jalan yang
terdapatdiwilayahstuditerdiridarijaringanjalanarterisekunder,kolektorsekunderdanjalanlokal.koridorjalan
KembangJepunmemilikinilaiLHRsebesar1012smp/jamdengankapasitasjalansebesar1799smp/jamdantingkat
pelayananC.Strategipelestarianterdiridaristrategirevitalisasikawasan,penciptaanidentitaskawasandanstrategi
pelestarianbangunan.
KataKunci:Pelestarian,Pecinan,Kembangjepun

Pendahuluan
Sebagai kota dengan sejarah panjang, Surabaya memiliki kawasan kota lama yang dikenal
dengan nama Kota Bawah atau Beneden Stad yang berkembang sejak abad 18, lokasinya berada di
sekitarkawasanJl.KembangJepun,AmpeldanJl.RajawaliVeteran.SejarahpanjangKotaBawahdapat
dilihat melalui keberadaanbangunanyangdidirikan pada periodeyangberbeda, mulai tahun 1870an
sampaidengantahun1900andenganlanggamarsitekturyangberagam(Kwanda,2004:1).Salahsatu
cirikotalamabentukanPemerintahKolonialBelandaadalahpembagianclusterberdasarkanetnis.Kota
bawahataubenedenStadterdiridariKawasanEropa,KawasanTionghoadankawasanArab(Handinoto,
1996: 91). Kawasan Eropa terletak di sebelah Barat Jembatan Merah dan Kawasan Tionghoa, Melayu
sertaArabterletakdisebelahtimurJembatanMerah(Handinoto,1996).

1
DosenPerencanaanWilayah&KotaFakultasTeknikUniversitasBrawijayaMalang
2
DosenPerencanaanWilayah&KotaFakultasTeknikUniversitasBrawijayaMalang
3
DosenPerencanaanWilayah&KotaFakultasTeknikUniversitasBrawijayaMalang

311

Wismantara, P. P.

Menurut Faber dalam Handinoto (1996: 66), masyarakat Tionghoa sudah ada di Surabaya
sejaktahun1411yangpadaawalnyamenempatidaerahdiTimurKalimasyangdisebutChineseCamp.
Masyarakat Tionghoa memegang peranan penting dalam kegiatan perdagangan Kota Surabaya. Pada
masaKolonial,masyarakatTionghoamemilikiperansebagaipedagangperantaraantaraorangpribumi
sebagai penghasil produkproduk pertanian kemudian menjualnya pada pedagangpedagang besar
Eropa(Handinoto,1999:24).
SeiringdenganperkembanganfungsiKotaSurabaya,khususnyadikawasanKotaLama,maka
peran Kembang Jepun sudah tidak sevital seperti pada masa Kolonial. Fenomen penurunan vitalitas
KawasanKembangJepundapatdilihatdaribeberapaaspekantaralain(Putra,2009:8085),pudarnya
karakteristik arsitektur Cina pada Kawasan Kembang Jepun, pudarnya tradisi kebudayaan Pecinan,
hilangnyafungsiRukoatauRumahTokodantidakterawatnyalingkungan.Upayapelestarianbangunan
dankawasanbersejarahdiKotaSurabayamulairesmidilakukanbersamaandengandikeluarkannyaSK
WalikotaNomor188.45/251/251/402.1.04/1996(Poerbantanoe,2001:44).
Kawasan Kembang Jepun sebagai bagian dari Kota Bawah juga tidak terlepas dari kendala
pelestariandanturunnyakualitaslingkungankawasanbersejarah(Putra,2008:3).Salahsatupenyebab
turunnyakualitaslingkungancagarbudayaKembangJepunadalahkurangnyapengetahuanmasyarakat
tentang urban herritage dan kurangnya sosialisasi mengenai rencana pelestarian cagar budaya (Putra,
2008:137).
Berdasarkan keberadaan kawasan Kembang Jepun sebagai bagian dari Beneden Stad Kota
Surabaya, potensi bangunan kuno di kawasan Kembang Jepun serta kendala pelestarian di kawasan
tersebutmakaperludiadakanpenelitianmengenaipelestariankawasanPecinanKembangJepun.Proses
penelitiandilakukanbertahapmlaidarimengidentifikasikarakteristikfisik,ekonomi,sosialdanbudaya
di Kawasan Pecinan Kembang Jepun. Kemudian menganalisis potensi dan masalah kawasan Pecinan
Kembang Jepun terkait dengan pelestarian kawasan bersejarah dan menganalisis serta menentukan
strategipelestarianKawasanPecinanKembangJepunyangsesuaidenganpersepsimasyarakat.

Metode
Jenis analisis yang digunakan antara lain 1) analisis karakteristik dengan metode statistika
eksplanatorydibantudengantabel,diagram,gambardanpetadananalisisplace;2)analisispreskriptif
denganmetodeimportanceperformanceanalysis.

312

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

SejarahPerkembangan
Padamasakolonial(tahun1411)masyarakatTionghoasudahdatangkekotaSurabayadan
hidup secara berkelompok di sebelah Timur Kalimas yang dibatasi oleh jalan Kembang Jepun (Utara),
jalanKaret(Barat),jalanCoklat(Selatan)danjalanSlompretan(Timur).

Gambar19LokasiawalPecinanKembangJepun

MelaluiketentuanUndangundangWilayahatauWijkenstelselpadatahun1843,KotaBawah
(Beneden Stad) dibagi menjadi menjadi beberapa wilayah permukiman berdasarkan etnis yaitu
permukiman orang Eropa berada di sisi Barat Jembatan Merah dan permukiman masyarakat Timur
Asing (Vreande Oosterlingen) berada di sisi Timur yang terdiri dari permukiman Tionghoa (Chineesche
Kamp),Arab(ArabischeKamp)danpermukimanmasyarakatpribumiyangmenyebardisekitarhunian
masyarakatTionghoadanArab

313

Wismantara, P. P.












Gambar20KotaSurabayatahun1866sebagaiKotaBenteng

Penghancuran benteng kota pada tahun 1871 dan pada tahun 1910 UU Wilayah
(Wijkenstelsel)sudahtidakdiberlakukanmenyebabkansemakinluasnyapengaruhmasyarakatTionghoa
terhadap kegiatan perdagangan dan jasa, semakin luasnya pengaruh budaya Tionghoa yang ditandai
denganberdirinyakelentengdiluarkawasanasliTionghoa(KembangJepun).


Gambar21KotaSurabayatahun1905

314

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

PerkembanganPenggunaanLahan
Kawasan Kembang Jepun memiliki penggunaan lahan perdagangan dan jasa (84,86%),
perumahan (14,71%), peribadatan berupa kelenteng (0.29%) dan kantor (0.14%). Pola ruang
perdagangan dan jasa membentuk pola linier mengikuti jaringan jalan (jalan Karet, Jalan Gula, Jalan
Coklat, Jalan Teh, jalan Slompretan, Jalan Bongkaran, Jalan Waspada, Jalan Kalimati Wetan dan Jalan
Panggung)dankonsentrik(JalanKembangJepun).




Gambar22Prosentasepenggunaanlahan

KondisiBentukdanTatananMassaBangunan
Sebanyak28%bangunankunoterdapatdikoridorJalanKembangJepun(24bangunan)dan
sebanyak 8 bangunan kuno terdapat di Jalan Kalimati Kulon dan sisanya tersebar di koridor Jalan
Panggung,JalanDukuh,JalanSongoyudan,JalanBibis,JalanKaret,JalanCokelat,JalanTeh,JalanGula,
Jalan Slompretan, Jalan Kopi, Jalan Waspada, Jalan Samudra, Jalan Bongkaran dan Jalan Bunguran.
BangunankunodiKawasanKembangJepunmemilikifungsiperdagangan(67%),jasa(8%),perkantoran
(8%),rumah(6%),gudang(6%),peribadatan(4%)danpendidikan(1%).

315

Wismantara, P. P.


Gambar23KondisifungsibangunankunodikawasanKembangJepun

Sebanyak 19% bangunan kuno sudah pernah mengalami perubahan fungsi, sedangkan 81%
bangunankunomasihmempertahankanfungsiasli(Gambar6).


Gambar 24 Perubahan fungsi bangunan kuno

Sebesar 47% masyarakat sudah tinggal di Kawasan Kembang Jepun selama lebih dari 15
tahun,sedangkan51%masyarakatdiKawasanKembangJepunmendapatkanbangunanyangditempati
sekarangdengancaramenyewadanstatusbangunankunodiKawasanKembangJepunsebanyak40%
adalahHakGunaBangunan.
Pemeliharaanyangdilakukanpadabangunankunoumumnyaadalahrenovasibagiandalam
bangunan (46%) dan kesulitan yang dialami pemilik dalam kegiatan pemeliharan bangunan kuno
umumnyaadalahkarenatidakmengetahuiteknisperawatanbangunankuno(45%).


316

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Tabel1Pemeliharanbangunankuno
No. Pemeliharaanbangunan sampel %
Tindakan
1 Pengecatansecaraberkala 18 20
2 Perbaikanornamenyangrusak 11 12
3 Merombakbagianluarbangunan 2 2
4 Merenovasibagiandalambangunan 40 46
5 Tidakadaperawatan 18 20
Kendalapemeliharaan
1 Biayaperawatanmahal 7 8
2 Tidakmengetahuiteknisperawatan 40 45
3 Sulitmendapatkanornamenasli 22 25
4 Tidakadabantuanpemerintah 9 10
5 Tidakminatmelakukanpemeliharaan 11 12
Sumber:EkaSari,2011

Intensitas kepadatan bangunan di kawasan Kembang Jepun adalah 80100%, KLB 0,6 3,6
dangarissempadanbangunan020meter.

KondisiSosialEkonomi
97%pendudukbekerjadisektorjasa/perdagangan,sedangkan3%pendudukbekerjadisektor
industri(Gambar7).


Gambar 25 Struktur mata pencaharian penduduk

Berdasarkansuku,masyarakatTionghoayangtinggaldikawasanKembangJepunmayoritas
adalahsukuHokKian/Hakkadenganmatapencaharianutamasebagaipedagang(Simatauw,2005:31).
LebihjelasmengenaimatapencaharianTionghoadikawasanKembangJepunsebagiaberikut(Tabel2).

317

Wismantara, P. P.

Tabel2RagamSukudanMataPencaharianEtniTionghoadiKawasanKembangJepun
Suku Subsuku Matapencaharian
HokKian/Hakka TjwanTjiu Pedagangpalawija
Toko
HokJia Pedagangkelontong
Pedagangkain
Pedagangbesi
Pedagangbahanbangunan
HokTjiu Pengrajin/pedagangbarangbarangdariemas
SienNiu Persewaan/pengrajin/pedagangsepeda
KwangTung/Canton SinHwe Pengrajin/tukangkayu
ThaiSan Pengusaharestoran
Tukangmasak
Penjahit
GekLang PedagangobatobatamCina
HuPek Tukanggigi
Sumber:Simatauw(2005:32)

KondisiSosialBudaya
Orangorang Tionghoa perantauan datang ke Surabaya pada waktu Surabaya masih
berbentukkerajaan,yaituabadke14.PadaawalnyaorangTionghoaberaktifitassebagaipedaganghasil
bumi, terutama beras di kawasan Pasar Besar. Pada awal kedatangannya, orangorang Tionghoa
bermukimsecarakelompokdisebelahTimurKalimasyangdibatasiolehJalanKaret,JalanCoklat,Jalan
SlompretandanJalanKembangJepun.PerkembanganawalpermukimanorangTionghoaadalahkearah
Utara memasuki kawasan Perkampungan Arab. Awalnya Hendelstraat (Jl. Kembang Jepun) adalah
perbatasan antara kampung Pecinan dengan kampung Arab. Jalan Kalimati dan Jalan Songoyudan
awalnyatermasukwilayahKampungArab,tetapikemudianwilayahinidiberikanolehorangorangArab
sendiri ke orangorang Tionghoa dengan tujuan mencari keuntungan dan meramaikan perdagangan
orangorang Arab sendiri. Secara umum nuansa Pecinan yang ada di wilayah studi dapat dilihat dari
keberadaanfasilitasyangberkaitandenganmasyarakatetnisTionghoa,seperti(Elviana,2009:55):
Tersedianya menu makanan khas Cina, seperti kue Tiong Ciu Pia yang dijual pada beberapa
restoranatautokotokoyangtersebardidalamkawasan;
Adanyatokotokoyangmenjualkhususperalatandanperlengkapansembahyang,sepertihio,dupa,
ilinsertahiasanhiasanCinalainnya,sepertilampiondanlainlain;
Adanyatokoyangmenjualsenibatupahatuntukmakam,yaitubatubongpai;

318

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Masih terdapat sarana sebagai tempat pengobatan tradisional ala Cina seperti tusuk
jaruam/akupuntur;dan
Adanya perkumpulan sosial, yang secara rutin menyelenggarakan berbagai acara pagelaran seni
sepertibarongsai.
SalahsatuupayaPemerintahKotaSurabayauntukmeningkatkanvitalitaskawasanKembang
JepunadalahprogramKyakya.PelaksanaanprogramKyakyadiawalidenganpembangunangerbangdi
keduaujungJalanKembangJepunyangdidesainmenyerupaibentukasligerbangpadatahun1931an
(Gambar 8). Proyek pengembangan Kya kya dilakukan pada tahun 2003 yang meliputi pembangunan
gerbang(Gambar9).

Gambar26GerbangKawasanKembangJepunpadaTahun1931an








Gambar27GerbangKawasanKembangJepunpadaTahun2004

319

Wismantara, P. P.

KondisiStrukturPenduduk
Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, masyarakat Tionghoa terbagi menjadi dua
golongan,yaitugolongantotokdangolonganperanakan.padaawalkedatanganetnisTionghoabanyak
didominasi pria, kemudian menikah dengan wanita pribumi menghasilkan keturunan Tionghoa
peranakan.Penggolonganinimasihberlakuhinggasekarang.Golonganperanakanmenyebutgolongan
totokdengansebutan singkehyang berarti tamubarukarenagolongan totok lahirdi luar Indonesia
atau Cina yang masih berdarah murni Tionghoa, jadi mereka disebut Singkeh. Berbeda dengan
golongan totok, kehidupan golongan peranakan lebih terbuka dan lebih mudah beradaptasi dengan
masyarakatsetempat,selainitugolonganperanakanjugalebihterbukadalamhalmenerimapengaruh
kebudayaan, agama dan kepercayaan setempat. Sistem sosial yang terbentuk dalam etnis Tionghoa
adalahlebihsukabekerjasamadansalingmembantusesamaTionghoadengancaramembentukkongsi
kongsidagang.Dengansistemkerjasamatersebutdapatmenjagaakumulasimodaldanhanyaberputar
dilingkunganetnisTionghoa.SecarakulturetnisTionghoadikenalmemilikisifatulet,rajindanhemat.

KegiatanMasyarakat
Kegiatan yang dilakukan masyarakat Kembang Jepun, terutama masyarakat etnis Tionghoa
terdiridarikegiatanekonomiperdagangan,kegiatankeagamaan,kegiatanmenjalankantradisi/leluhur,
kegiatankemasyarakatandankegiatansenibudaya(Elviana,2009:130133).
A. Kegiatanekonomiperdagangan
Kegiatan usaha perdagangan umumnya dilakukan secara turun temurun. Kegiatan untuk
menjalankan usaha toko ini merupakan bagian dari rutinitas kegiatan seharihari, sehingga
menjadikanaktifitashunianmenyatudenganaktifitasekonomi
B. Kegiatankeagamaan
Kegiatan yang bersifat keagamaan seperti bersembahyang dan berdoa dilakukan di kelenteng,
dapatdilakukansewaktuwaktusesuaidengankebutuhandanadabeberapaanggotamasyarakat
yang melakukan kegiatan keagamaan secara rutin. Kegiatan bersembahyang dilakukan secara
pribadi dan berkelompok, dengan memanfaatkan kelenteng Hok An Kiong di Jalan Coklat.
Disamping kegiatan keagamaan Konghucu, juga ada kegiatan keagamaan umat Kristen di gereja
KristusTuhandiJalanSamudra(Gambar10).

320

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar28FasilitasuntukkegiatankeagamaandiKembangJepun

C. Kegiatanmenjalankantradisi/leluhur
Kegatan yang bersifat menjalankan tradisi leluhur cukup bervariatif dan umumnya berhubungan
denganhariharibesarkeagamaanseperti:
KegiatanyangdilaksanakanpadaperayaanImlekantaralainbazar,pagelaranwayangpotehi.
Perayaan Cap Gome, yaitu kegiatan saling mengunjungi sanak saudara dan diakhiri dengan
berkumpulseluruhkeluargabesaruntukmakanbersama;
Kegiatan Ceng Beng, yaitu ritual mengunjungi dan membersihkan makam leluhur serta
mengirimkandoayangdilakukandirumahabu;dan
KegiatanpengobatantradisionalTionghoa,yaituakupuntur/tusukjarum.
D. Kegiatankemasyarakatan
Kegiatan kemasyarakatan di kawasan Kembang Jepun dilakukan melalui anggota perkumpulan.
Kegiatan anggota perkumpulan ini disesuaikan dengan lingkungannya. Bagi masyarakat Tionghoa
yang menjadi umat Kristiani, mereka tergabung dalam Perkumpulan Bakti Doa di Gereja Kristus
TuhandiJalanSamudra.UmatBudhaatauKonghucutergabungdalamperkumpulanMeditasiTri
Dharmayangumumnyamenyelenggarakankegiatandiluarwilayahstudi.
E. Kegiatansenibudaya
Kegiatan seni budaya yang dijalankan sebagian masyarakat Tionghoa terdiri dari seni bela diri
(wushu)dansenitari(Barongsai).Kegiataninibersifatmassal/kelompokdengananggotapuluhan
orang. Kegiatan pelatihannya dilakukan secara rutin yang bertempat di luar area kawasan studi.
Pagelaran seni wushu dan barongsai umumnya dilakukan di kawasan studi pada saat eveneven
tertentusepertiharirayaImlek


321

Wismantara, P. P.

NilaiMaknaKulturalBangunan
Dasar yang digunakan untuk mengevaluasi nilai makna bangunan adalah persepsi dan
preferensi masyarakat Kembang Jepun yang dianalisis dengan metode Importance Performance
Analysis.AdapunsubvariabelmaknakulturalsertaitemdalamanalisisIPA(Tabel4.25).

Tabel3ItemitemuntukImportancePerformanceAnalysis
No. Subvariabelmakna Itemitempenilaian
kultural
1 Umur - usia bangunan minimal 50 tahun (dibangun pada periode tahun 1960 dan
sebelumnya)
2 Estetika - Bangunan memiliki gaya arsitektur kolonial Belanda (Indische Empire Stijl, Modern
1900an, Modern Romantik, Modern 1915an, Nieuwe Kunst) atau gaya arsitektur
Cina(RumaToko)
3 - Memilikicirikhasornamenarsitekturkolonialpadafasadebangunankanopi/tritisan
dandormer)
4 - Memilikibahan/materialbangunanyangtahanlama
5 - KDB,KLB,DANGSmBsamadenganbangunankunosekitar
6 Kelangkaan - DikategorikansebagaisituscagarbudayadalamSKCagarBudaya
7 - MewakiligayaarsitekturkolonialBelandadanCina
8 Keaslian - Fisik bangunan yang menunjukkan karakter arsitektur kolonial Belanda atau Cina
tidakberubah
9 - Catbangunantidakberubah
10 - Bahan/materialbangunantidakberubah
11 - Bentukmukabangunantidakberubah
12 Memperkuat - Berukuranmonumental
13 kawasan - Fungsibangunandipertahankansesuaifungsiaslinya
14 Citrakawasan - Ciribangunandiulangsecaradominanpadabangunanlain
15 - Merupakantengerankawasan
16 - MewakiliperkembanganarsitekturKolonialdiKotaSurabaya
17 - Fungsi bangunan sesuai dengan ciri khas Kawasan Kembang Jepun (perdagangan
skalakecildanrumah)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Importance Performance Analysis dapat


diketahui bahwa prioritas bobot makna kultural untuk bangunan kuno di Kawasan Kembang Jepun
terdiri : a) Prioritas sangat penting (bobot 3) adalah itemitem makna kultural yang terdapat pada
kuadran4padaDiagramCartesiusIPA;b)Prioritaspenting(bobot2)adalahitemitemmaknakultural
yang terdapat pada kuadran 1 pada diagram Cartesius IPA; dan c) Prioritas tidak penting (bobot 1)

322

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

adalah itemitem makna kultural yang terdapat pada kuadran 3 pada diagram Cartesius IPA (Gambar
11).

KuadranIV KuadranI
ConcentrateHere KeepUpTheGoodWork
(PrioritasUtama) (PertahankanPrestasi)

KuadranIII
LowPriority
KuadranII
PossibleOverkill
(PrioritasRendah)
(Berlebihan)

Gambar29DiagramCartesiusPersepsiPreferensiMasyarakatKembangJepun

LebihjelasmengenaibobotmasingmasingitemmaknakulturaldikawasanKembangJepun(Tabel
3).









323

Wismantara, P. P.

Tabel4BobotItemMaknaKulturalBangunanKunodiKawasanKembangJepun
Maknakultural Kode Item Bobot
Umur(A) 1 Bangunanberusiaminimal50tahun 1
Estetika(B) 2 BangunanmemilikigayaarsitekturKolonial/Cina 1
3 Memilikicirrikhasornamenarsitekturkolonial/Cinapadafasade 2
4 Bahan/materialtahanlama 2
5 KDB,KLB,DANGSmBsamadenganbangunankunosekitar 1
Kelangkaan(C) 6 DikategorikansebagaisituscagarbudayadalamSKCagarBudaya 2
7 MewakiligayaarsitekturkolonialKolonial/Cina 2
Keaslian(D) 8 FiskbangunanyangmenunjukkankarakterarsitekturKolonialatau 2
Cinatidakberubah
9 Catbangunantidakberubah 1
10 Bahan/materialbangunantidakberubah 2
11 Bentukmukabangunantidakberubah 1
Memperkuatkawasan(E) 12 Berukuranmonumental 1
13 Fungsiaslibangunandipertahankan 3
Citrakawasan(F) 14 Cirribangunandiulangsecaradominanpadabangunanlain 3
15 Merupakantengerankawasan 3
16 MewakiliperkembanganarsitekturKotaSurabaya 2
17 Fungsibangunansesuaidengankarakterkawasan 3
sumber:EkaSari,2011

Setelahdiketahuibobotmasingmasingitemmaknakultural,selanjutnyauntukmengetahui
nilai makna kultural masing bangunan kuno maka dilakukan pembobotan dengan menggabungkan
bobot item makna kultural berdasarkan analisis IPA dengan nilai masingmasing bangunan kuno
berdasarkan hasil observasi lapangan. Itemitem yang dinilai dalam mengobservasi nilai bangunan
menggunakanitemitemmaknakultural.SebagaicontohberikutadalahnilaibangunanKembangJepun
138(KJ138)







324

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Tabel5NilaiMaknaKulturalBangunanKunoKJ138
Kode kodemakna Nilai Bobotmakna Nilaimaknakuturalbangunan
bangunan kultural bangunan kultural
KJ138 A1 2 1 2
B2 2 1 2
B3 2 2 4
B4 2 2 4
B5 2 1 2
C6 1 2 2
C7 2 2 4
D8 2 2 4
D9 2 1 2
D10 2 2 4
D11 2 1 2
E12 1 1 1
E13 2 3 6
F14 2 3 6
F15 1 3 3
F16 1 2 2
F17 2 3 6
Totalnilaimaknakulturalbangunan 56
Sumber:EkaSari,2011

StrategiPelestarianBangunanKuno
Berdasarkanperhitunganterhadapsemuabangunansampeldiwilayahstudidapatdiketahui
bahwanilaimaknakulturalpalingrendahuntukbangunankunodiKawasanKembangJepunsebesar41
dan nilai makna kultural paling tinggi untuk bangunan kuno di Kawasan Kembang Jepun adalah 64.
Berikut adalah penggolongan bangunan kuno berdasarkan hasil Importance Performance Analysis dan
hasilobservasilapangan:
Bangunan kuno golongan A dengan tingkat pelestarian tinggi dan strategi preservasi. Terdapat 11
bangunankunoyangdiarahkanuntukstrategipelestarianpreservasi;
Bangunan kuno golongan B dengan tingkat pelestarian cukup tinggi dan strategi pelestarian
konservasi.Terdapat34bangunankunodikawasanKembangJepunyangdiarahkanuntukstrategi
pelestariankonservasi;

325

Wismantara, P. P.

Bangunan kuno golongan C dengan tingkat pelestarian sedang dan strategi pelestarian revitalisasi.
Terdapat27bangunankunodikawasanKembangJepunyangdiarahkanuntukstrategipelestarian
revitalisasi;dan
BangunankunogolonganDdengantingkatpelestarianrendahdanstrategipelestarianrehabilitasi.
Terdapat17bangunankunodikawasanKembangJepunyangdiarahkanuntukstrategipelestarian
rehabilitasi.

Gambar30Strategipelestarianbangunankuno

KonsepRevitalisasiKawasanKembangJepun
KonsepstrukturtataruangkawasanKembangJepunterdiridari:1)Pusatkawasandiarahkan
padakoridorjalanKembangJepundenganpenggunaanlahanperdagangandanjasaberskalanasional,
regional dan kota serta pengembangan wisata cagar budaya Kota Surabaya; 2) Sub pusat kawasan
diarahkan pada penggunaan lahan perdagangan dan jasa skala kota; 3) Pengarahan skala pelayanan
didukung dengan pengaturan sistem parkir dan pedestrian way dan 4) Pemerataan pelayanan antara
pusatdengansubpusatkawasandiciptakanmelaluikonsepsistemhubungan/linkagesystemkawasan
pecinanKembangJepun.

326

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Gambar31Konsepstrukturtataruang

Konseppenggunaanlahanyangterdiridari:1)Koridorpusatkawasan(JalanKembangJepun)
diarahkan untuk penggunaan lahan perdagangan dan jasa serta perkembangan wisata cagar budaya
Pecinan;2)Koridorjalanutamadisubpusatkawasandiarahkanuntukpenggunaanlahanperdagangan
dan jasa dengan sifat linear mengikuti pola koridor jalan; 3) Penggunaan lahan permukiman serta
fasilitasumumdiarahkandidalamkawasan;4)Bangunankunodenganfungsiperibadatanyangterletak
di koridor jalan utama jalan Coklat, Jalan Karet dan Jalan Dukuh dipertahankan sebagai elemen citra
kawasan dan 5) Pengendalian perkembangan penggunaan lahan menggunakan elemen perpajakan
(Gambar14).

Gambar32Konseppenggunaanlahan

327

Wismantara, P. P.


Konseppenataanbangunanyangterdiridari:1)KDBbangunandenganfungsiperdagangan
dan jasa serta fasilitas umum diarahkanpada KDB maksimal 100%, sedangkan bangunan permukiman
diarahkan pada KDB maksimal 80%; 2) Ketinggian bangunan disesuaikan dengan kesan ruang, pada
koridor jalan dengan kesan ruang yang sempit diarahkan pada ketinggian maksimum 10 12 meter
dengan menggunakan setback bangunan. Koridor jalan dengan kesan ruang netral dan harmonis
diarahkan pada ketinggian maksimum 12 20 meter; dan 3) Penambahan ketinggian bangunan
disesuaikan dengan aturan street level perspective yang terdapat dalam Perda No. 7 tahun 1992
TentangBangunandiwilayahKotaSurabaya.

Gambar33Konsepkepadatanbangunan

Konseppelestarianekonomi,sosialdanbudayaterdiridaripendekatanekonomi,sosialdan
budaya.Lebihjelassebagaiberikut(Tabel6).


Tabel6Konseppelestarianekonomi,sosialdanbudaya
Strategi Arahan
Insentifpajak Pengurangantarifpajakuntukbangunankuno
Pemberianpajakyanglebihkeciluntukbangunandenganfungsiperdagangandanjasa
Pengalihanhakhakmembangun Penetapankebijakanmengenaihakdankewaijbanpemilik/pengelolabangunankuno
(TransferDevelopmentRights) Bantuanmodalbagibangunankunoyangmengalamikerusakan

328

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Strategi Arahan
Metodesosial Pemberiansertifikatkepemilikanbangunancagarbudayakepadapemilikbangunankuno
MengikutsertakanpemilikbangunankunokedalamTimCagarBudayaKotaSurabaya
Pemberianpenghargaanterhadapkontribusipemilikbangunanterhadapperawatan
bangunankuno
Pedomandesain PenyusunandokumenpedomandesainbagikawasanKembangJepunterkaitdengan
tampilanbangunandankepadatanbangunan
Penyuluhankemasyarakatmengenaiteknikperawatanbangunankuno
Perlindunganhukum InventarisasipotensibangunancagarbudayadikawasanKembangJepun
PerbaikanPerdaNo.5tahun2005agarlebihmengaturtentangperubahanfisikatau
fungsibangunansertaarahanpelestarianyangbersifatteknisagardapatdioperasikandi
lapangan
PengaturaninsentifdandisinsentifterhadapkegiatanpelestariandikawasanKembang
Jepun

KesimpulandanSaran
1. Karakteristikfisik,sosialekonomidanbudayaKawasanKembangJepun
Sejak dibangunan benteng beneden stad dan pemberlakuan UU Wilayah ((Wijkenstelsel)
padatahun1843semakinmemperkuatkawsanTimurKalimassebagaikawasanPecinan.
Kawasan Kembang Jepun memiliki penggunaan lahan perdagangan dan jasa (84,86%),
perumahan(14,71%),peribadatanberupakelenteng(0.29%)dankantor(0.14%);
Bangunan kuno di Kawasan Kembang Jepun memiliki fungsi perdagangan (67%), jasa (8%),
perkantoran (8%), rumah (6%), gudang (6%), peribadatan (4%) dan pendidikan (1%) dengan dominasi
status Hak Guna Bangunan (40%). Intensitas kepadatan bangunan di kawasan Kembang Jepun adalah
80100%,KLB0,63,6dangarissempadanbangunan020meterdengansifatgroundyangfigurative.
Pada awal kedatangannya, orangorang Tionghoa bermukim secara kelompok di sebelah
TimurKalimasyangdibatasiolehJalanKaret,JalanCoklat,JalanSlompretandanJalanKembangJepun
denganarahperkembangankawasanPecinankearahUtara.
Sebanyak 97% penduduk bekerja di sektor jasa/perdagangan, sedangkan 3% penduduk
bekerjadisektorindustri.
KegiatankemasyarakatterutamaetnisTionghoaterdiridarikegiatankeagamaan(sembayang
dan berdoa di klenteng), kegiatan tradisi (wayang poyehi, Cap Gomeh dan Ceng Beng), kegiatan
kemasyarakatan(PerkumpulanbaktidoaGerejaKristusTuhandanMeditasiTriDharma)sertakegiatan
budaya(wushudanbarongsai).

329

Wismantara, P. P.

2. Strategipelestariankawasan
Pengaturan struktur tata ruang terdiri dari penetepan pusat kawasan di koridor jalan
KembangJepundanSubpusatkawasandiarahkanpadapenggunaanlahanperdagangandanjasaskala
kota.PenggunaanlahandikawasanKembangJepundiarahkanuntukpenggunaanlahanperdagangan
danjasasertaperkembanganwisatacagarbudayaPecinanpadapusatkawasandanpermukimanserta
fasilitasumumdisubpusatkawasan
Strategipelestarianbangunankuno,terdapat11bangunankunodenganstrategipelestarian
preservasi, 34 bangunan kuno dengan strategi pelesatrian konservasi, 27 bangunan kuno dengan
strategirevitalisasidan17bangunankunodenganstrategipelestarianrehabilitasi.
Konsep pelestarian non fisik (sosial ekonomi budaya) menggunakan pendekatan insentif
pajak,pengalihanhakmembangun,metodesosial,pedomandesaindanperlindunganhukum.

UcapanTerimakasih
Terimakasih kami ucapkan kepada Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan,UKPetra,AgusDwiHariyantoST.,MSc.;TimPengarah:Ir.JoyceM.Laurens,M.Arch.,IAI;
TimoticinKwanda,B.Sc.,MRP.,Ph.D.(Cand.);Ir.DannyS.Mintorogo,M.Arch.;Ir.BisatyaW.Maer,M.T.;
danPanitiaSeminarNasionalDr.(Cand.)RonyGunawanSunaryo,ST.,MT.,AltrerosjeAsri,ST.,MT.,dan
AnikJuniwati,ST.,MT.

DaftarPustaka
Eka Sari, Kartika. 2011. Pelestarian Kawasan Kembang Jepun Kota Surabaya, Malang: Tesis tidak
diterbitkan
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Colonial Belanda di Surabaya (18701940),
Yogyakarta:PenerbitANDIYogyakarta
Handinoto. 1999. Lingkungan Pecinan Dalam Tata Ruang Kota di Jawa Pada Masa Kolonial, Jurnal
DimensiTeknikSipil,Juli,1999,Hal.2029
Kwanda, Timoticin. 2004. Potensi dan Masalah Kota Bawah Surabaya Sebagai Kawasan Pusaka
Budaya, Makalah disampaikan pada The 1st International Urban Conference, Surabaya:
tanggal2325Agustus2004
Putra,RadhityaTrsitya.2009.ArahanRevitalisasiKawasanPecinanKembangJepunSurabaya.Skripsi
TidakDiterbitkan.Surabaya:ITS,2009

330

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Poerbantanoe, Benny. Partisipasi Masyarakat Didalam Pelestarian Dan Pendokumentasian Warisan


(Arsitektur) Kota Surabaya Tahun 1706 1940: Universitas Kristen Petra Surabaya,
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
Pemerintah Kota Surabaya. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Pelestarian Bangunan
Dan/Atau Lingkungan Cagar Budaya. Surabaya: Badan Perencanaan Pembangunan Kota
Surabaya

331

332

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012
1
PelestarianArsitekturGerejaKatedralPeninggalanKolonialBelandadi
KotaBandung

AlwinSuryono,Antariksa,PurnamaSalura

Abstrak
GerejaKatedralSantoPetrusBandung(1922)kinimasihasli,utuhdanberfungsibaik,namunterganggu
kesakralannya,yangtakterhindarkan.StudiinibertujuanmengungkapMaknaKulturalgereja,menetapkanwujud
maknakulturalpadaelemenarsitekturnya,danmenetapkancarapelestariannya.Teoriyangdigunakanialahteori
Strukturalisme Saussure (membaca bentuk kebudayaan dengan memahami sistemsistem utamanya melalui
analogi bahasa); teori Capon (melihat arsitektur sebagai susunan dari elemenelemennya, yang dikatagorikan
Fungsibentukmakna);teoriPelestarianArsitekturOrbasli,Feilden,SidhartaBudihardjo(menggunakanpendekatan
Nilai Makna Kultural dalam pelestarian arsitektur). Nilainilai ini akan dipertahankan melalui tindakan pelestarian.
PermasalahanMaknaKulturalgerejadanwujudnyadalamElemenelemenArsitekturialahhalmendasar,karena
itustudiinibesifatkualitatif.MaknakulturalyangdiungkapterkaitdenganelemenarsitekturBentukfungsimakna,
yaitu: aspek bentuk berupa Nilai Arsitektural dan Kekriyaan, aspek Fungsi berupa Nilai Keteknikan dan Kelokalan,
aspek Makna berupa nilai Sejarah dan Simbolik bangunan. Hasil studi ini: makna kultural gereja ini terletak pada
nilainilai Arsitektural, Kekriyaan, Keteknikan dan Simbolik. Nilai Sejarah pada gaya arsitektur NeoGotik (jelas
terbaca), sedangkan nilai Kelokalan kurang berperan. Wujudnya adalah: 1). Aspek bentuk: Selubung bangunan
bertampilan megah, sakral, indah; Tata ruang bertema/bentuk salibgotik terasa indah, nyaman dan sakral. 2).
Aspekfungsi:Dindingselubungmerangkapstrukturutamadanpenyerapbising/lembab;PlafongayaGotikberperan
sebagaielemenakustikdankeindahan;Jendelajendelasebagaisumberpeneranganalamidanelemenestetiktema
Gotik;Menaraloncengdanornamensalibsebagaisimbolspiritual.3).Aspekmakna:Bangunanberproporsitinggi,
menara lonceng, lambang salib merupakan elemenelemen bermakna spiritual (kini tergannggu dengan adanya
bangunan tinggibesar di persil sebelah); Selubung bangunan Gotik bermakna sejarah (arsitektur Gotik). Elemen
elemenarsitekturtersebutmasihutuh,aslidankokoh,hanyaadakerusakankecil,kotor,lembab,berkarat.Maka
tindakan pelestariannya adalah Preservasi, yaitu mempertahankan bangunan dan mencegah kerusakan tanpa
perubahanmelaluiperawatanrutindanpengendalianlingkungan.

1) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasParahyangan (emailalwin@unpar.ac.id)
2) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasBrawijaya
3) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasParahyangan

333

Suryono, A., Antariksa, Salura, P.

Katakunci:Maknakultural,Bentuk,Fungsi,Makna,Preservasi.
Pendahuluan
Politik Etis (Balas Budi) yang diawali pidato Ratu Wihelmina tahun 1901 telah mengubah
pendekatan kolonialisme Belanda, menjadi peduli pada kemakmuran rakyat Indonesia
(Ricklefs,1993:152). Pemerintah Belanda lalu memodernisasi kotakota lama abad ke13 dan ke14 di
HindiaBelanda(Sachari,2007:45;Passchier,2009:132),sertamenghadirkanbangunanbangunankolonial
yangmemperhatikanalam/budayalokal.GayaArsitekturIndis(sintesaunsurarsitekturtradisionallokal
teknologi Eropa) menampilkan tradisi lokal yang modern, sedangkan gaya modern Nieuwe Bouwen
(sintesa arsitektur modern Eropa alam/budaya lokal) menampilkan modernitas Eropa yang tanggap
lingkungan.Kearifanlokaltelahmenjadidasarpadaduaarsitekturkolonialini,namundengantampilan
berbeda. Gaya Neoklasik yang sedang populer saat itu (gaya Eropa, tampilan monumental) menjadi
juga memperhatikan alam/budaya lokal (Kusno,2009:174). Sampai saat ini, arsitektur kolonial Belanda
tersebut masih banyak terdapat di kotakota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya
(Handinoto,2010:24; Sachari,2001: 28). Pemandangan kota dengan bangunanbangunan megah yang
mewakili zamannya, menjadikan suatu daya tarik wisata (Soekiman, 2000:309). Namun banyak juga
bangunanyangbernilaisejarahdanbudayatinggidigerogotiolehkepentingankomersialdandigantikan
oleh arsitektur modern, yang mengikuti selera internasional. Hasilnya, kota yang seragam dan
monoton (Danisworo,1999:104). Gereja Katedral Santo Petrus Bandung dibangun tahun 1922 oleh M.
Kunst berdasarkan desain arsitek CP. Wolff Schoemaker (Winarwan,2002) yang masih asli, utuh dan
berfungsibaiksaatinijugamengalamigangguan.PosisinyadipojokjalanMerdekajalanJawa(jalan
utama) dan di tepi rel kereta api menjadikan bangunan ini terkena dampak gangguan getaran tanah,
polusidebuasapkendaraan,bising.Hotelbesaryangtingginyaduakalitinggigerejainidipersilsebelah
menjadigangguanterhadapnilaispiritualnya.Efekglobalisasiinitakterhindarkan,namunkeadaanini
perludisikapidengantepatterkaitkonteksnyasebagaiBangunanCagarBudayakelasA.
Bangunan Cagar Budaya adalah kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi
pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga perlu dilestarikan (UURI no.11 tahun 2010).
Pelestariannya bermanfaat pada dunia arsitektur dan halhal terkait, seperti: 1. Sebagai media ajar
perkembangan arsitekturdan kota.2.Memberikantautan bermaknadengan masa lalu. 3. Membantu
terpeliharanya warisan arsitektur (Antariksa, 2004). Maka upaya melestarikan arsitektur warisan
kolonialBelandabermaknakulturalinimenjadipentinguntukdikedepankan.Tujuanstudiiniialah:1.
Mengungkap Makna Kultural gereja Katedral. 2. Menetapkan wujud makna kultural pada elemen

334

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

arsitektur gereja. 3. Penetapan Elemen bangunan gereja yang perlu dilestarikan. 4. Mengevaluasi
pelestarian yang telah dijalankan. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pengetahuan
teoritis/empiris pelestarian arsitektur, memberi pemikiran tentang pendekatan arsitektural dalam
pelestarianbangunanbersejarah.

TeoriTeoriyangDigunakan

Strukturalisme
Melalui studi ini akan dibaca bentukan arsitektur berupa bangunan peninggalan kolonial
Belanda yang dilestarikan, dan diperlukan pendekatan yang membaca objek studi melalui struktur
elemenelemennya. Paham Strukturalis berusaha membaca semua bentuk kebudayaan dengan
memahamisistemsistemutamanya,melaluianalogibahasa(SaussuredalamLeach,1997).Teoriutama
arsitektur strukturalis dipilih dari teori Capon, dengan pertimbangan: (1) Melihat arsitektur sebagai
susunan dari elemenelemennya, yang dikatagorikan dengan Fungsibentukmakna. (2) Aspek
tinjauannya tergolong luas. (3) Teori Capon merupakan hasil rangkuman dari berbagai teori arsitektur
strukturalis. Untuk teori utama Pelestarian dipilih teori SidhartaBudihardjo (1989), Orbasli (2008),
Feilden(2003)yangmenggunakanpendekatanNilaiMaknaKulturaldalampelestarianarsitektur.Nilai
nilai inilah yang akan dipertahankan melalui tindakan pelestarian. Teoriteori pendukung juga dari
strukturalisme,agarsejalan.

TeoriArsitektur
Capon (1999,ix) berargumen bahwa semua unsur di alam selalu mengacu kepada struktur.
Selanjutnya, arsitektur merupakan struktur dari elemenelemennya, yang dikatagorikan dalam Fungsi
bentukmakna. Teori arsitektur Capon yang dipilih merupakan dasar untuk mengungkap elemen
arsitektur pada objek studi. Dasarnya, idea awal arsitektur ialah kebutuhan ruang untuk Kegiatan
(fungsi). Ruang yang dibutuhkan tersebut dan pelingkup fisiknya diakomodasi oleh medium (bentuk).
Lalu bentuk menampilkan pesan yang membawa arti/makna (Salura, 2010:50). Maka Fungsibentuk
maknaialahelemenarsitektur(Capon,1999;Salura,2010),diuraikansebagaiberikut:
Bentuk. Bentuk dapat dilihat melalui: (1). Elemennya: garis, bidang dan volume. (2). Susunannya:
melaluipenggunaansumbu,grid,pengulangandanrotasi.(3).Estetikanya,melaluiasasasaskesatuan,
keragaman, tema/variasi tema, keseimbangan, evolusi dan hirarki (Capon,1999:41; Parker dalam
Sachari,2001:158).BentukgarislurusmerupakanbentukyangdominanpadaArsitekturawalabad20

335

Suryono, A., Antariksa, Salura, P.

(Capon,1999;49). Bentuk bidang dapat berupa dinding dengan bukaan pintu/jendela yang berperan
untuk penonjolan bentuk bangunan atau pola komposisi fasad bangunan. Susunan bentuk melalui
penggunaan sumbu di atas adalah untuk memudahkan pemahaman bentuk tersebut, atau untuk
mengatur tatanan arsitektural. Pengulangan merupakan cara yang sering digunakan pada Arsitektur
Modern(Taut,dalamCapon,1999:55),termasukArsitekturKolonial.Susunanbentukjugadapatberpola
radial,kluster,terpusat,linier(Ching,1979).Asastemadapatberupakeragaman(kontras/perbedaan),
harmoni(Capon,1999:41)ataukesatuandalamkeragaman(BerlagedalamCapon,1999:61).Iramapada
selubung bangunan dapat berupa pola susunan jendela, bidang kaca, susunan kolom atau lainnya.
Relasielemenbentukdenganfungsidanmaknaadalah:
Relasinya dengan Fungsi dapat berupa: bentuk yang penekanannya pada fungsi, atau bentuk
dipadukan dengan fungsi.
Relasinya dengan Makna dapat berupa: bentuk yang memberi citra, ide, simbol.
Bentukbangunanterkaitdengancaradiwujudkan,yaituberkenaandenganprosesdanmaterialnya.
Proses terdiri dari proses menjadi, berubah dan berhenti. Proses menjadi meliputi desain dan
konstruksi, proses berubah berupa rehabilitasi, adaptasi atau lainnya, sedangkan proses berhenti
berupapenghancuran.Material,adalahintifisikbangunan,yangmengalamiperubahanmenerus(Kant,
dalamCapon,1999:143).
Fungsi. Fungsi didefinisikan sebagai Peran bangunan untuk memenuhi maksud/tujuan yang telah
ditetapkan, yang meliputi: fungsi fisik, sosial, simbol budaya (Ligo dalam Capon,1999:76;
Schulz,1997:109).FungsiFisikialahperanbangunanmenyediakankenyamananfisikuntukaktifitasyang
diwadahi,antaralain(Mangunwijaya,1981:161;Olgay,1992:16):
Kenyamanan ruang, terkait luas dan bentuk ruang terhadap kebutuhan aktivitasnya.
Kenyamanan termal, faktornya: suhu ruang, kelembaban relatif, radiasi sinar matahari,
pergerakan udara.
Kenyamanan visual, terkait teratasinya masalah silau, misal melalui teritis yang lebar.
Kenyamanan audial, terkait teratasinya gangguan bunyi secara Aktif dan/atau secara Pasif.

Fungsisimbolialahperanbangunanmemberitandapadafungsiyangdiwadahinya.
Fungsiarsitekturselaluterkaitdengankonteksnya,yangdikelompokkansebagai:(1).Konteksmanusia:
pengguna bangunan, hasil karya (aturan, pedoman, tradisi, bentuk/warna kesukaan), kelompok sosial
yangberpengaruh(danbudayanya).(2).Konteksalam:tempatdaribangunan(karakterfisik,spirit)dan
lingkunganalamnya(yangmewadahitempatdanmemberipengaruh).(3).Konteksbangunan:bentukan

336

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

bangunan dan tapak di sekelilingnya yang berkaitan. Misalkan konteks melalui pola gaya arsitektur,
bentuk atap, ornamentasi atau material (Salura, 2010:14; Capon,1999:185). Ornamen ialah perlakuan
padapermukaanberupanilainilaisimbolik,yangbelakangantakmementingkanmaknalagi.Ornamen
berkaitan dengan konteks visual dan perasaan, lebih dari sekedar fungsional. (Moholy, dalam
Capon,1999:207).Padabangunantuayangfungsinyatetap,standarfungsitersebutdapatberkembang
sesuai kebutuhan terkini. Misalnya standar kenyamanan, kesehatan, keamanan yang berdampak pada
peningkatankebutuhansistemkelengkapanbangunandaninterior(Prudon,2008:30).
Makna. Arsitektur adalah suatu bentuk pengungkapan perasaan, yang disampaikan melalui desain
(Gorman, 1998:89). Bangunan hendaknya tak hanya terlihat baik dan berfungsi baik, tapi juga
berkomunikasi baik (Ruskin dalam Capon,1999:107). Makna suatu bangunan diperoleh melalui
interpretasiseni/sejarah,danmaknasimbolikbangunandapatberupa:(1)Simbolikpemilik/organisasi.
(2) Simbolik budaya/gaya hidup (3) Simbolik untuk tujuan tertentu (Capon,1999:120). Simbol dapat
berlaku hanya untuk sekelompok orang/masyarakat. Makna (arti pesan yang ditampilkan) dapat
tentangfungsinyaatautentangsusunanelemenbentuknya(Salura,2010:83).Bentuksimetrismemusat
mengekspresikan simbol kekuasaan (Sachari, 2007:161). Tampilan dapat mengekspresikan suatu
keinginan/emosi.Ekspresimerupakanfungsidaribentukbangunansedangkanmaknasebagaipengganti
komunikasi isinya. Penekanan ekspresi dapat pada fungsi, struktur, kegunaan, atau budaya periode
tertentu.
Penerapan elemen arsitektur pada objek studi adalah:
Bentuk mengacu pada bangunan dan tempat/lingkungannya. Bangunan berupa selubung
bangunan, tata ruang, struktur, elemen dekoratif, ornamen. Tempat/lingkungan ialah ruang luar
terkait.
Fungsi, mengacu kepada peran/kegunaan bangunan, berupa fungsi fisik (kenyamanan ruang,
termal/audial/ visual), fungsi simbol (tanda dari aktivitas yang diwadahinya).
Makna, dapat berupa spirit zaman kolonialisme baru, simbolik budaya Eropa/daerah di
Nusantara atau makna tentang fungsi/susunan bentuk.

TeoriPelestarian

PemahamanPelestarian
Secara umum, pelestarian ialah perbuatan menjadikan sesuatu tetap tak berubah
(Poerwadarminta, 2003:698). Pelestarian ialah proses memiliki kembali keutuhan suatu objek yang


337

Suryono, A., Antariksa, Salura, P.

masih ada (Murtagh,1988:16), atau seluruh proses memahami dan menjaga suatu tempat untuk
mempertahankannilainilaibudayanya(PiagamBurra,1999;Orbasli,2008:38).Prosestersebuttermasuk
perawatan dan, tergantung keadaan, mencakup preservasi, restorasi, rehabilitasi, adaptasi atau
kombinasinya. Pendapat lain, pelestarian adalah upaya untuk mempertahankan dan melindungi
bangunan bersejarah, untuk memahami masa lalu dan memperkaya masa kini, sehingga bermanfaat
bagiperkembangankotadangenerasimasadatang(Antariksa,2010).Untukpenelitianini,pengertian
pelestarianyangdigunakanadalah:Upayamemahami,mempertahankandanmelindungisuatutempat
(bangunan/lingkungan)bersejarahyangmasihada,agarmaknakulturalnyabertahan. Pelaksanaannya
dengan cara perawatan, disertai tindakan pelestarian yang sesuai, seperti: preservasi, restorasi,
rehabilitasi,adaptasi,ataukombinasinya.

PendekatanPelestarian
Studi pelestarian arsitektur ini menggunakan pendekatan arsitektural dan makna kultural.
Pendekatan arsitektural untuk mengkatagorikan elemenelemen arsitektur objek studi sebagai Fungsi
bentukmakna, berdasarkan teori Capon. Lalu tiap elemen arsitektur ini akan diungkap Makna
Kulturalnya (berupaNilainilai terkait),yang akandipertahankan semaksimalnya. Nilai Arsitektural dan
Kekriyaan pada elemen Bentuk, nilai Keteknikan dan Kelokalan pada elemen Fungsi, nilai Sejarah dan
Simbol pada elemen Makna (Orbasli,2008; Feilden:2003; SidhartaBudihardjo,1989). Peran pelestarian
adalah mempertahankan nilainilai tersebut dan mempertinggi nilai yang cocok (Orbasli,2008:38).
Tindakan pelestarian ditetapkan berdasarkan kondisi fisik elemenelemen arsitektur di atas serta
tuntutanmasakini,dalammempertahankannilainilainya.

PrinsipPelestarian
Prinsip pelestarian yang jadi pegangan dalam studi ini adalah: (Orbasli,2008:51 dan
SidhartaBudihardjo, 1989:14): 1.Keutuhan, meliputi bentuk, material, struktur, estetika,
konteks/suasana.2.Keaslian,terkaitdenganbentuk,material,teknik/tradisikonstruksi,tempat,konteks,
lingkungan dan fungsi. Perubahan yang dapat merusak keaslian harus dihindari. 3. Keamanan, terkait
tindakan pelestarian harus bisa menjamin keamanan dan pemeliharaannya di masa mendatang. 4.
Intervensi fisik, harus diupayakan sedikit mungkin agar tidak mengubah bukti sejarah, demi
penghargaan pada keadaan semula. 5. Bukti sejarah tidak boleh dipalsukan, sehingga penggantian
bagianyanghilangharusharmonisdenganbagianyanglama,tapimudahdibedakan.

338

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

TindakanPelestarian
Tindakan pelestarian diperlukan untuk mempertahankan makna kultural suatu objek/bangunan
berdasarkankondisifisiknya,penyebabkerusakannyadankondisibaruyangdiinginkan(Feilden,2003:8)
serta dipengaruhi oleh kondisi lapangan, anggaran, penaikan mutu yang disyaratkan (Orbasli,2008).
UntukstudipelestariangerejaKatedralBandung,makajenistindakanpelestarianyangdigunakanialah:
(1) Preservasi, yaitu mempertahankan bangunan pada bentuk dan kondisi yang ada (Feilden, 2003:9;
Orbasli: 2008:47) dan mencegah/memperlambat penurunan mutu (Rodwell, 2007:8) tanpa ada
perubahan (SidhartaBidihardjo,1989). Upaya mencegah penurunan mutu dapat berupa: a).
Pengendalian lingkungan, agar perantara penurunan mutu bangunan tidak berubah menjadi aktif
(Feilden,2003:9) dan memperlambat proses kerusakan (Orbasli,2008:47). Bentuknya dapat berupa
pengaturan pertumbuhan vegetasi, buangan drainase, keamanan vandalisme. b). Penguatan elemen
bangunan (struktural, pengisi, penutup) untuk menjamin ketahanan dan keutuh an strukturnya
(Feilden,2003:9)danmenghentikanpenurunankekuatan/ketidakstabilanstruktural(Orbasli,2008:47).
(2) Adaptasi, ialah perubahan tidak drastis pada bangunan untuk suatu kegunaan (Sidharta
Budiharjo,1989:11).

AspekStrukturaldanMaterialBangunanTua
Bangunantuaumumnyamemilikicadangankekuatannamuntidakmerata,sehinggabeberapa
bagianbangunanrelatiflebihkuatataulemahdarilainnya(Feilden,2003:25).Makapenelitiankekuatan
bangunan perlu mempertimbangkan: 1) bentuk keseluruhan struktur bangunan. 2) seluruh elemen
strukturaldanlapisandibawahbangunan.3)materialbangunan. Penyebab penurunan kekuatan
bangunantuaumumnyaialahgayaberat,tindakanmanusia,perantaraalamdanlingkungan.Tindakan
manusia umumnya berupa pengabaian atau kekurangtahuan yang berakibat pada kerusakan,
vandalisme atau kebakaran. Perantara alam, umumnya berupa: panas sinar matahari, temperatur
udara, hujan, angin. Perubahan temperatur dan kelembaban dapat mengakibatkan pemuaian dan
penyusutan, yang jika tertahan menghasilkan tegangantegangan yang cukup besar (Feilden, 2003;
Schodek,1999). Perantara lingkungan berupa getaran lalu lintas akan berdampak jangka panjang,
walaupunbebannyatermasukkecil(Feilden,2003).


339

Suryono, A., Antariksa, Salura, P.

MetodeyangDigunakan
Studi ini merupakan pemahaman secara deskripsi pada fenomena pelestarian bangunan
gereja Katedral di Kota Bandung terhadap tuntutan arsitektural masa kini. Karena itu studi ini dapat
digolongkansebagaiPenelitianKualitatif.PermasalahanyangdistudibersifatmendasarterkaitElemen
elemenArsitekturgerejadanMaknaKulturalyangterkandung.UntukmaksudinidibutuhkanMetode
Kualitatif,berupapengamatan,wawancara,telaahdokumen,danmenghasilkandatadeskriptif.

MaknaKultural
Nilainilai makna kultural yang diungkap dari gereja Katedral perlu terkait dengan elemen
arsitekturnyaBentukfungsimaknadariteoriCapon,yaitu:aspekbentukberupaNilaiArsitekturaldan
Kekriyaan,aspekFungsiberupaNilaiKeteknikandanKelokalan,aspekMaknaberupanilaiSejarahdan
Simbolikbangunan.Kaitannilainilaitersebutdenganelemenbangunangerejaialah:
1.NilaiArsitektural,terkaitselubungbangunan,tataruang,strukturbangunan.
2.NilaiKekriyaan,terkaitelemendekoratifdanornamen.
3.NilaiKeteknikan,terkaitteknikkonstruksidankenyamanfisik.
4.NilaiKelokalan,terkaitkontekslokal(tempat,iklim,tardisiarsitektur)
5.NilaiSejarah,terkaitperangerejakatolikdalamsejarah.
6.NilaiSimbolik,terkaitbangunansebagaisimbolbudayaatauaktifitasyangdiwadahi.

WujudElemenArsitekturFungsibentukmakna
Wujud elemen arsitektur fungsi bentuk makna dalam bangunan gereja adalah sebagai
berikut:
1.AspekFungsiberupafungsifisikdanfungsisimbol.Fungsifisikialahperanbangunanmenyediakan
kenyamananfisikuntukakivitasyangdiwadahi,meliputi:1).Kenyamananruang(luasdanbentukruang
terhadap kebutuhan). 2). Kenyamanan termal, faktornya: (a) Suhu nyaman, yaitu 25C27C. (b)
Kelembaban udara relatif, area nyaman 40% 70%. (c) Bebas radiasi sinar matahari, karena diserap
/dipantulkan bangunan. (d) Pergerakan udara, area nyaman 0,250,5 meter/detik. 3). Kenyamanan
Visual, terkait teratasinya masalah silau. 4). Kenyamanan Audial, terkait teratasinya gangguan bunyi
secaraAktif(padasumberbunyi)dan/atausecaraPasif(sistemakustikruangan).Fungsisimbolialah
peranbangunansebagaitandadariaktivitasyangdiwadahinyaatautempatnya.

340

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

2. Aspek Bentuk berupa: 1). Bangunan (selubung, tata ruang, struktur bangunan). 2). Ruang luar
(tapak,lingkungan.3).elemendekoratif,ornamnen.Estetikabentukdibacamelaluiasasasaskesatuan,
keseimbangan,keragaman,tema/variasitema,evolusi,hirarki.
3.AspekMaknamengacukegayaarsitekturNeoGotikyangtelahberadaptasidenganiklimlokal,dan
padamaknasimbolikspiritual.

HasildanPembahasan
GerejaKatedralSantoPetrusBandungdibanguntahun1921,dandiberkatitahun1922oleh
Mgr. Luypen, adalah gereja katolik tertua di Kota Bandung, menggantikan gereja St. Franciscus Regis
(berdiri tahun 1895) yang kemudian difungsikan untuk gedung perkumpulan sosial Katolik. Gaya
arsitekturnyaadalahgayaNeogotik,lengkapdenganJendelamawar(rosewindow)danjendelajendela
lukisankacapatribertemaketuhanan.
MaknaKultural.
Pembahasannilainilaimaknakulturaldiberikanberurutansesuaiaspekbentuk,fungsilalumakna.Nilai
Arsitektural: 1. Selubung bangunan: Tema NeoGotik tampak jelas dan indah dari proporsiskala
bangunan,susunanjendelapolalengkungGotik(Gambar1).2.TataruangbertemasalibGotik,susunan
jendela kaca di kirikanan ruang umat, membentuk keindahan dan suasana spiritual yang baik, pada
Gambar 1. Nilai Kekriyaan (craftmanship) dapat dilihat pada jendela lukisan kaca patri bertema
ketuhananyangdibuatamatindahdanakurat;plafonlambriseringkayupolabentukGotikyangamat
indahcermat,padaGambar1.NilaiKeteknikan:1).KonstruksiplafonpapankayujatibentukGotik.2).
Akustikruanganyangbaik(tidakbergema,bisingdariluartakterdengar).3).Kenyamanantermalalami
sistem ventilasi silang. 4). Kenyamanan visual penerangan alami melalui deretan jendela besar pola
Gotikkirikananruangumatdandibelakangaltar(Gambar1).NilaiKelokalanberupaadaptasibangunan
terhadap iklim setempat melalui ventilasi alami dan penerangan alami, bentukbentuk arsitektur lokal
takterasa.NilaiSejarahberupagerejatertuayangmasihaktifdiwujudkandengangayaarsitekturNeo
Gotikpadaselubungbangunanmaupunruangdalamnya.
Nilai Simbolik diwujudkan melalui bentuk bangunan yang tinggi, menara lonceng dan
ornamensalibpadapuncakmenaradanatapentranceutama,padaGambar1.

Dapat disimpulkan bahwa makna kultural terletak pada nilainilai Arsitektural, Kekriyaan, Keteknikan
danSimbolik.NilaiSejarahpadagayaarsitekturNeoGotik,sedangkannilaiKelokalankurangberperan.


341

Suryono, A., Antariksa, Salura, P.











Keterangan:
1. PintuBarat
2. NarthexSerambiKatedral:
A.Baptiserium
B.Ruang Tangga menara
Lonceng
C.KapelMaria
3. NaveRuangUmat

4. KamarPengakuan
5. TranseptUtara
6. PintuUtara
7. TranseptSelatan
8. PintuSelatan
9. Apse,untukPantiImam
10. Sakristi

Gambar 1. Bentuk bangunan. Kiri atas: bentuk selubung 3 dimensi, deretan jendela bentuk gotik, entrance utama

samping, menara lonceng. Kiri bawah: Denah lantai, tata ruang dan keterangan ruang di kanan nya. Kanan atas:
umat, altarjen dela kaca patri,plafonpola Neogotik. Tengah atas: jendela kaca patribertema ketuhanandi
ruang
b l k l hb h i b h k l d j d l
WujudElemenArsitektur
Berdasarkan uraian makna kultural di atas, maka wujud elemen arsitektur Bentukfungsi
maknapadagerejaKatedralBandungadalahsebagaiberikut:
Bentuk. Wujudnya pada Gambar 2: 1. Selubung bangunan gaya arsitektur NeoGotik: proporsiskala
bangunanyangtinggibesar,atapcuram,susunanjendelapolalengkungGotikdanjendelamawaruntuk
penerangan alami; pintu entrance besarberpola, bertampilan megah, sakral, indah. 2. Tata ruang
bertema/bentuksalib,plafonbertemagotik(pointedarch),susunanjendelakacapolaGotikdikirikanan
atas ruang umat, membentuk keindahan, kenyamanan dan suasana spiritual yang baik. 3. Jendela

342

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

lukisankacapatribertemaketuhanandibelakangaltar,plafonlambriseringkayupolaGotik,pintuutama
kayujatiberpolakotakkotakdibuatamatindahcermat.

Ruang Umat, plafon bentuk Gotik,


Detilbentukplafon PintuUtama(barat),
jendela atas kirikanan, kaca patri Gotik lantaiMezzanine
Denah gereja
berbentuk Salib

Gambar2.BentukBanguan:Selubungandalam3dimensi,RuangUmat
plafon Gotikjendela atas kirikananaltar, detil plafon, pintu utama
lantaimezzanine

Bentuk 3 Dimensi,
strukturbangunan


Fungsi.Wujudnya(Gambar2):1.Konstruksidindingpemikulpasanganbatasebagaiselubung,struktur
utamasertapenyerapbisingdanlembab.2.KonstruksiplafonlambriseringkayuberbentukbusurGotik
berperansebagaielemenakustikdankeindahan.3.Jendelajendelakirikananruangumatdanjendela
mawar sebagai sumber penerangan alami dan elemen estetik tema Gotik. 4. Menara lonceng dan
ornamensalibuntuksimbolspiritualkatolik.
Makna.Wujudnyaberupa:1.Bangunanberproporsitinggiatapcuram,menaralonceng,lambangsalib
merupakanelemenelemenbermaknaspiritual,yangkinitergannggudenganadanyabangunantinggi
besardipersilsebelah.2.SelubungbangunanGotikbermaknasejarah(arsitekturGotik).


343

Suryono, A., Antariksa, Salura, P.

Gambar 3. Lingkungan gereja dahulu (kiri) dan kini Gambar4.SituasiGerejaKatedraldanBangunan


sebelah (sumber:googleearth.)


Berdasarkan uraian di atas, maka elemen bangunan yang perlu dipertahankan antara lain:
selubungbangunan(atap,dindingfasad,jendelajendelakaca,lubangventilasi),entrance,ruangdalam,
plafontemaGotik.

TindakanPelestarian
Berdasarkanstudilapangan,kondisibangunangerejamasihutuh,aslidankokoh.Kerusakan
kecilterjadipadadindingluarberuparetakretakplester,catterkelupas,kerakkerak/kotoran.Jendela
kacasampingtampakkotor,tapijendelabelakangaltarrelatiflebihbersih.Padatalangatapadayang
telah ditumbuhi tanaman, ada pula yang telah berkarat. Penurunan mutu tersebut relatif ringan.
Penyebab kerusakan antara lain: 1. Kurangnya perawatan. 2. Faktor lingkungan: polusi asap getaran
kendaraan,debu,hujananginuaplembab,tumbuhanliar.Makatindakanpelestarianyangdianggap
cocok adalah Preservasi, yaitu mempertahankan bangunan pada bentuk aslinya dan mencegah
kerusakantanpaadaperubahan,berupa:a).Penanamandanpengaturanpertumbuhanpohonpenyerap
polusidanpeneduhbesarberdaunjarum(cemaraangin/bulan)untukpeneduhbangunandanhalaman.
Saluran drainase perlu perawatan rutin. b). Perbaikanpenguatan dinding luar yang retak dan lapisan
finishingnya untuk menjamin ketahanan dan keutuhan. c). Perawatan rutin perlu dilakukan, dengan
periode sesuai kebutuhan tiap elemen bangunan (perbikan retak dan pengecatan dinding, penecatan
pintu utama dengan cat transparan (lasur, polyurethane) dan plafon dengan lasur. d). Penanaman

344

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

pohonpohonpinus/cemaradaunjarumpadabatassisiSelatanpersilgereja,untukmempertahankan
skalasakralgerejaterhadapbangunanbesartinggidisebalahselatan.

Kesimpulan
Bangunan gereja Katedral Bandung adalah bangunan Cagar Budaya yang memiliki Makna
KulturalamatbaikdanletaknyastrategisdiKotaBandung.Maknakulturalgerejainiterletakpadanilai
nilaiArsitektural,Kekriyaan,KeteknikandanSimbolik.NilaiSejarahpadagayaarsitekturNeoGotik(jelas
terbaca),sedangkannilaiKelokalankurangberperan.Wujudmaknatersebutialah:1).Aspekbentuk:
Selubung bangunan megah, sakral, indah; Tata ruang bertema/bentuk salibgotik yang indah, nyaman
dansakral.2).Aspekfungsi:Dindingselubungmerangkapstrukturutamadanpenyerapbising/lembab;
Plafon gaya Gotik berperan sebagai elemen akustik dan keindahan; Jendelajendela sebagai sumber
penerangan alami dan elemen estetik tema Gotik; Menara lonceng dan ornamen salib sebagai simbol
spiritual. 3). Aspek makna: Bangunan berproporsi tinggi, menara lonceng, lambang salib merupakan
elemenelemen bermakna spiritual (kini tergannggu dengan adanya bangunan tinggibesar di persil
sebelah); Selubung bangunan Gotik bermakna sejarah (arsitektur Gotik). Elemenelemen arsitektur
tersebutmasihutuh,aslidankokoh,hanyaadakerusakankecil,kotor,lembab,berkarat.Makatindakan
pelestariannya adalah Preservasi, yaitu mempertahankan bangunan dan mencegah kerusakan tanpa
perubahanmelaluiperawatanrutindanpengendalianlingkunganberupatanamanpenyerappolusidan
peneduhberdaunjarum.

DaftarPustaka
Antariksa (2010), Pendekatan DeskriptifEksploratif dalam Pelestarian Arsitektur Bangunan Kolonial di
KawasanPecinanKotaPasuruan,prosedingSeminarNasionalMetodeRisetdalamArsitektur,
UdayanaUniversityPress,Denpasar.
Capon,DavidSmith(1999),LeCorbusiersLegacy,JohnWilley&SonsLtd,BaffinsLane,Chichester,West
Sussex.
Ching,FDK.(1979),Form,SpaceandOrder,
Danisworo, Mohammad (1999), Kesinambungan dan Perubahan dalam Konservasi Kota, dalam
MonumendanSitusIndonesia,ICOMOSScientificPublication,Bandung.
Feilden,BernardM.(1994),ConservationofHistoricBuildings,ButterworthHeinemannLtd.,Oxford.
Handinoto(2010),ArsitekturdanKotakotadiJawapadamasaKolonial,GrahaIlmu,Yogyakarta.
Leach,Neil(1997),RethinkingArchitecture,Routledge,London.

345

Suryono, A., Antariksa, Salura, P.

Kusno,Abidin(2009),GayaImperiumyangHidupKembaliSetelahMati,dalamMasaLaludalamMasa
KiniArsitekturIndonesia,PT.GramediaPustakaUtama,Jakarta.
Mangunwijaya,YB(1981),PasalpasalPenghantarFisikaBangunan,PT.Gramedia,Jakarta.
Moleong(2010),MetodologiPenelitianKualitatif,PT.RemajaRosdakaarya,Bandung.
Murtagh,WilliamJ.(1988),KeepingTime,thehistoryandtheoryofpreservationinAmerica,TheMain
StreetPress,Pittstown.
Orbasli,Aylin(2008),ArchitecturalConservation,BlackwellScienceLtd.,Oxford
Passchier, C. (2009), Arsitektur Kolonial di Indonesia, dalam Masa Lalu dalam Masa Kini Arsitektur
Indonesia,PT.GramediaPustakaUtama,Jakarta.
Poerwadarminta,WJS.(2003),KamusUmumBahasaIndonesia,edisiketiga,BalaiPustaka,Jakarta.
Prudon,TheodoreHM.(2008),PreservationofModernArchitecture,JohnWiley&Son,Inc.,NewJersey.
PiagamBurra,1999.
Riawanti,Selly(2003),MetodaKualitatifdalamIlmuilmuSosial,JurusanAntropologi,FISIP,UNPAD.
Rodwell, Dennis (2007), Conservation and Sustainability in Historic Cities, Blackwell Publishing Ltd.,
Oxford.
Salura,P.(2010),ArsitekturyangMembodohkan,CSSPublishing,Bandung.
Sachari,Agus(2001),WacanaTransformasiBudaya,PenerbitITB,Bandung.
Schodek,Daniel(1999),Structures,
Schulz,CN.(1997),IntentionsinArchitecture,MITPress,Cambrigde.
Sidharta; Budihardjo, Eko (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta,
GajahMadaUniversityPress,Yogyakarta.
Soekiman,Djoko(2000),KebudayaanIndisdanGayaHidupMasyarakatPendukungnyadiJawa,Yayasan
BentangBudaya, Yogyakarta.
UndangundangRepublikIndonesiano.11,2010.

346

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KeberlanjutandanMasaDepanArsitekturUmeKbubudiSukuAtoni,
KampungMaslete

DianisariRindaAMunarto1,danIwanSuprijanto2

Abstrak
Penelitianinibertujuanuntukmengidentifikasifaktorfaktorapasajayangmenentukankontinuitas
pembangunan rumah adat tradisional (Ume Kbubu) pada suku Atoni, Desa Maslete, Kabupaten Timor Tengah
Utara,ProvinsiNusaTenggaraTimur.Penurunankuantitasmaupunkualitasbahanbangunanlokaldiyakinimenjadi
penyebabutamamasalahminatmasyarakatuntuktetapmempertahankankontinuitasbangunanbangunanrumah
adat mereka. Ini merupakan penelitian kualitatif etnografi. Data dikumpulkan melalui observasi lapangan, semi
terstrukturmendalamwawancara,dokumenreviewdariliteraturyangterkumpul,sertapercakapansantaidengan
penghuniUmeKbubu.Penelitianinimengungkapkanperluadanyasolusikebijakanpemerintahdalampenyediaan
bahan atau penyediaan bahan pengganti kayu sebagai bahan yangdapat diterima oleh masyarakat Atoni.
Kebanyakan suku Atoni di Desa Maslete menghabiskan lebih banyak kegiatan hariannya di dalam Ume Kbubu.
Sehingga keterkaitan tradisi dan budaya yang telah menjadi elemen bagian dari masyarakat tersebut dapat
berlanjutdalameraperubahanjaman.
KataKunci:Penurunankualitas,Bahanbangunan,Kontinuitas

Pendahuluan
Globalisasi merupakan fenomena terkini yang melanda kehidupan di seluruh dunia.
Akibatnya,hubunganlokaldanglobalmenjadiintensyangmenyebabkanhilangnyaunsurkebudayaan
lokal. Pengaruh globalisasi terjadi pada aspek sosial, ekonomi, politik, budaya dan fisik, yang
menimbulkan akibat positif dan negatif di berbagai tempat. Dalam arus globalisasi, kebudayaan lokal
mengalami tantangan serius, sebab berbenturan dengan nilai nilai dan budaya baru yang kadang
mengusik keberadaannya. Untuk tetap melestarikan warisan arsitektur Indonesia, maka penelitian
penelitian arsitektur nusantara perlu dikembangkan. Arsitektur lokal Ume Kbubu di Desa Maslete,

1
Staf Seksi Litbang Urusan Arsitektur, Balai PTPT Denpasar Puslitbang Permukiman Litbang Kementerian PU,
dianisari@yahoo.co.uk
2
Kepala Balai, Balai PTPT Denpasar Puslitbang Permukiman Litbang Kementerian PU,
lokatekkimdenpasar@yahoo.com

347

Munarto, D. R. A., Suprijanto, I.

KabupatenTimorTengahUtara,ProvinsiNusaTenggaraTimurmerupakansalahsatuwarisanlokalyang
tengahmengalamikedesakanglobalisasi.
Bangunan hunian ini memiliki beragam makna yang tersirat dalam pola ruang, bentuk
bangunan, struktur konstruksi, ornamen dan lain sebagainya. Penelitian mengenai makna tersebut
dilakukan sebagai pengetahuan akan arsitektur lokal yang belum terungkap di dalam Arsitektur
NusantarasebagaiwujudpelestarianUmeKbubu.
Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) melakukan eksplorasi mendalam tentang bentuk
arsitektur Ume Kbubu untuk menemukan keunikan adat budaya dan berbagai hal yang
mempengaruhinya, dan (2) menemukan faktor faktor apa saja yang mempengaruhi keberlanjutan
arsitekturUmeKbubupadasukuAtoni.

MetodePenelitian
Pendekatankualitatifmelaluimetodeethnographydilakukanuntukmendapatkaninformasi
yangdibutuhkan.Pengumpulandatafisiktatalingkungandengancaramelakukanpengamatanlangsung
di lokasi penelitian. Catatan lapangan disusun secara sistemik menjadi logbook yang mendukung
kemantapansubstansidansumberkekuatanbagipenelitianini.Hasiltemuantersebutdikaitkandengan
sistemsosialbudayasehinggadidapatkajianyangmemilikilatarbelakangyangmendalam.Observasiini
terdiriatasdeskripsitentangbanyakhalyangadadiDesaMaslete,baiktentangelemenelemenruang,
kegiatan kegiatan, kejadian kejadian unik, dan adat istiadat di Desa tersebut. Data tersebut
kemudiandituangkankedalamnarasimakalahyangterstruktur.

StudiLiteratur
BillHillier(1989)mencetuskankonsepspatialculture,yangmenegaskanbahwaruangterkait
denganrealitasmanusiadanartefakartefakbuatannya.Hilliermelihatbahwastuditentangruangselalu
beradadalamkerangkakajianspaceandsociety,yangmemandangruangdanmasyarakatselaludalam
hubungantimbalbalik.Aktivitasinisecaralangsungakanmempengaruhiwadah,yaitulingkunganyang
diantaranya adalah ruangruang dalam permukiman dan perumahan. Arsitektur tidak hanya sekedar
penyediaanwadahbagiaktivitasmanusiatetapijugamenciptakanruangruangyangmemilikimakna
sosial dan simbolik. Masyarakat menterjemahkan ruang ruang yang berkaitan dengan fungsi publik
dan ritual ke dalam lingkungan huniannya dengan cara yang berbeda dan membentuk variasi variasi
tertentusehinggaterbentukpolayangberagam(Waterson,1990:III,43).

348

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Rumah Tradisional di berbagai daerah di Indonesia hampir sebagian besar menggunakan


arsitektur rumah kayu. Hal itu berhubungan dengan kondisi alam di Indonesia yang banyak
menghasilkan pohon dan bambu serta bahan alam lainnya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
arsitektur masyarakat tradisional, khususnya arsitektur rumah kayu adalah bagian dari jasad hidup
(organisme) yang selalu berkembang dan tumbuh sejalan dengan perkembangan masyarakat di
dalamnya. Bangunan tradisional selalu memperhatikan nilai keselarasan alam yang luas dengan alam
yangsempit.

Analisa
Daerah studi kampung Maslete ( berasal dari kata Nmas = rapih dan Lete = kayu putih)
terletak di kelurahan Tubhue, kecamatan Kota Kabupaten Timor Tengah Utara yang secara geografis
terletak pada garis 1230 1280 Bujur Timur dan 80 110 Lintang Selatan. Desa ini terletak di daerah
pegununganyangdikelilingiolehperbukitanhutansemitropissebagaisumberpenghidupanmasyarakat
setempat. Jarak desa ini dengan pusat kota Kefamenanu (Ibukota Kabupaten TTU) lebih kurang 4 km,
yangdapatditempuhdenganmenggunakanberbagaijeniskendaraanmaupundenganberjalankaki.
Pola perkampungan pada kampung Maslete ini dibuat terpusat pada rumah raja yang
posisinya paling tinggi (bukit) dan terletak di tengah kampung, sementara masyarakat/rakyatnya yang
dianggap sebagai penopang raja berada di lereng bukit atau tempat yang lebih rendah. Pada gambar
dibawahininampakbentuksimbolisasipenyembahankepadaraja/Tuhan.
Pola perkampungan suku Atoni asli adalah kelompok padat dengan rumahrumah (cluster)
dengan beberapa kandang ternak (sapi/babi). Perumahan rakyat biasanya terdiri dari kelompok
kelompok yang masingmasing dihuni oleh anggota sebuah marga. Setiap kelompok marga ini
mempunyairumahyangdikeramatkanyangdisebutdenganrumahmarga.

BentukUmeKbubu
Ume Kbubu (Ume = rumah, Kbubu = bulat) atau dengan sebutan lain Ume Bife (Ume =
rumah, Bife = perempuan), berbentuk bulat dengan diameter bangunannya antara 5 sampai 7 meter
(luasnya tergantung pada kebutuhan dan status sosial ekonomi pemilik). Bagian dalam (interior)
bangunan tidak memiliki penyekat ruangan dan hanya terdiri dari atas bangku/tempat duduk (harak)
yang diletakkan di sebelah kiri dan kanan pintu masuk. Selanjutnya diantara tiang penyangga utama
bangunandiletakkanduabuahtempattidur,masingmasingsebelahkiriposisijalanmasuktempattidur
untukorangtua(malatupamnasi)dansebelahkananpintumasukdiletakkantempattiduruntukanak

349

Munarto, D. R. A., Suprijanto, I.

anak(halliana).Padabagiantengahyangmerupakantitikpusatbangunandiletakkantungkuapiuntuk
memasak, dan pada ujung bagian belakang (berhadapan dengan pintu masuk) ditempatkan rak untuk
meletakkanperalatanmakanminum,peralatanmasakdanlainsebagainya.
Rumahinimemilikibentukpuncakatapyangmeruncing(kerucut)setinggilebihkurangdari6
meterdanujungbawahatapnyahampirmenyentuhtanah,dimanabahanpenutupatapnyaterbuatdari
daunrumbiaataualangalang.MenurutKeyakinansetempatbahwaatapyangdemikianmemilikifungsi
untuk melindungi manusia dari bahaya/ancaman dan pengaruhpengaruh negatif seperti keganasan
alam dan binatang buas. Pertemuan antara atap dengan denah (bagian dinding teratas) disesuaikan
denganbentukalamsemesta,dimanabumidilingkupiolehbentanganlangit.Selainitudenganbentuk
atap demikian diyakini sebagai sumber turunnya keadilan (tetus Ma Nit) serta sumber kesejukan dan
keselamatan(ManikinMaOetenen)penghuninya.










Gambar1.FotoUmeKbubu
Sumber:Pribadi,2011

OrganisasiRuangUmeKbubu
Secarahorisontal,ruangpadabangunanUmeKbubudapatdibedakanberdasarkansifatdan
jeniskegiatanyangberlangsungdidalamnya,yaitu:
1. Bagiandepan/teras(Sulak)
Ruang ini digunakan untuk pertemuan kepalakepala suku. Umumnya rapat awal dilaksanakan di
Lopo. Bila dilakukan rapat lanjutan yang lebih formal maka lokasi rapat dilanjutkan di Sulak. Kini
ruanginijugaberfungsiuntukmenerimakunjungantamu/wisatawan.PadaSulakterdapattempat

350

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

tidur / dipan, dimana dipan di sebelah utara untuk lakilaki dan dipan di sebelah selatan untuk
perempuan.
2. Bagianbelakang(Bife)
Ruangyangdigunakansebagaitempattinggal,memasak,tidur,menyimpanbendapusaka.Ruang
ini bersifatprivat, hanyaboleh dimasuki oleh pemiliknya. Selain pemilik rumah yang akan masuk
kedalamruanganiniharusmelaluiritualataupermohonanijinkepadaleluhurpenghunirumahdan
harussanggupmentaatipantanganpantanganyangada.








Gambar2.FotoUmeKbubu
Sumber:Pribadi,2011

Secara vertikal, ruang pada bangunan Ume Kbubu dapat dibedakan berdasarkan jenis
kegiatanyaitu:
1. Ruang aktivitas manusia, berada di lantai dasar yang digunakan untuk berbagai keperluan sesuai
dengansituasi,waktudankeadaan.
2. Ruangmenyimpanhasilbumidanbendaberhargayangterletakdiloteng.

SirkulasiUmeKbubu
PolasirkulasidalambangunanUmeKbubuyaitupolalinier,dimanapintumasukterletakdi
tengahbangunan.

StrukturdanKonstruksiUmeKbubu
Bagianbagianyangterdapatpadarumahiniadalah:


351

Munarto, D. R. A., Suprijanto, I.

1. Pondasi(Baki)danLantai(Nijan):
Pondasi tebentuk dari susunan batu gunung ceper membentuk denah lingkaran dengan tinggi
pondasi2040cm.Fungsidaripeninggiantapakituuntukmencegahmasuknyaairpadasaatmusim
penghujan. Lantai rumah Ume Kbubu terbuat dari tanah yang dipadatkan sampai rata, dikelilingi
pondasibatukaliagarpeninggiantersebuttidakturun.

Tumpukan Batu Cadas
Setinggi20 40Cm
UruganLantaiTanah

TanahKeras

Gambar3.PondasidanLantai
Sumber:Pribadi

2. Tiang(Ni)
Jenisjenis tiang penyangga pada rumah ini (Ume Kbubu) terdiri atas: tiang yang mengelilingi
bangunan(NiAna),tiangloteng(Nitefu),dantiangpenopangbangunanyangmembentukpuncak
atap (Ni Enaf). Umumnya tiangtiang ini berbentuk bulat, yang ditanam sedalam 0,50 meter dan
biasanyadipilihdarijeniskayuyangkuatdanberteras,sepertikayumerah(k,e),kayuPutih(hue),
kayu Meranti (Matani), dimana bagian ujungnya harus dibiarkan bercabang dua (matola) guna
memudahkanpenopanganbalok(kbaf)diatasnya.

NIEnaf
Dengandiameter1015cm

NITEFU
Dengandiameter2025cm

NIANA
Dengandiameter1015cm

Gambar4.Tiang
Sumber:Pribadi

352

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

3. Dinding(Niki)
DindingpadaUmeKbubuhanyaterdapatdisekelilingbangunan.Dindinginidipasangdenganposisi
horisontal atau dijepit diantara dua belahan bambu, masingmasing satu jepitan pada bagian atas
dansatujepitandibagianbawah.Kayu(gelagar)horisontalmaupunbelahanbambupenjepitdinding
yangterbuatdarilembaranpapan,diikatkanpadatiangyangmengelilingibangunan(NiAna).Bahan
dinding dipilih dari beberapa jenis bahan. Pada studi ini, panjang setiap lembar papan yang
membentukdindingberkisarantara60cmsampai125cm,dimanaujungbawahnyadiletakkanpada
susunanlempenganbatu(batubatupondasi)agartidakmudahdimakanrayap.

PAPANPENJEPITATAS
NIANA

NIKI

PAPANPENJEPITBAWAH


Gambar5.Dinding
Sumber:Pribadi

4. Atap(Tefi)
Atapdiyakinisebagaibentanganlangityangmelingkupibumi.Puncakatapmempunyaiduabentuk
yaitukerucut(sanggulwanita)denganpalunganterbalik.ElemenelemenpadakonstruksiatauUme
Kbubuterdiridari:










353

Munarto, D. R. A., Suprijanto, I.

Tabel1.StrukturAtap

No StrukturAtapmenurut StrukturAtapmenurutbahasaIndonesia
bahasalokal

1. NonoAna RingBalok

2. NonoTefu BalokLoteng

3. NonoNifu/NonoSene Makelar

Kudakudaatapyang
4. Suaf
merupakankaso

5. Takpani Reng

Penutupatapalang
6. Hun
alang
Sumber:LaporanLapangan2011,BalaiPTPTDenpasar

5. Loteng
Lotengpadabangunanini(beradadidalamruangatap),jugaberbentuklingkaranmengikutibentuk
atapnya dengan tinggi sampai pada bagian atap yang paling lancip sekitar 2.5 meter. Loteng
difungsikanuntukmenyimpanbahanmakanandanhasilbumiyangdipersiapkanuntukpembibitan
padamusimtanamberikutnya.
Balokbalokyangmembentukrangkalotengdansusunannyaadalahsebagaiberikut:
1. Suif,yakniduabuahbalokyangmenumpuhdiatastiangloteng(NiTetu).
2. Nono,adalahbalokyangdiletakkanmelintangdiatasSuif.

354

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

3. Tunis, balok yang melintang di atas Nono, yang kemudian di atasnya digelar bambu cincang
ataubatangpinangyangdibelahsebagaibahanpenutuplantailoteng.
6. Pintu(Enok)
Enok tebentuk dari susunan papan atau belahan bambu, juga kadangkadang terbuat dari batang
daunGewang(bebak).DaunpintupadaUmeKbubuiniberukuran:lebar80cmdantingginya125
cm.Bagianbagianpadapinturumahterdiridari:
1. Daunpintu(Bena)yangberarticeperataudatar.
2. BalokdiatasdaunpintudisebutKbafnesuFafof.
3. BalokdibawahpintudisebutKbafnesuPinaf.
7. Tangga(Elak)
TanggapadaUmeKbubudipakaiuntukmemasukirumahdanuntuknaikkeloteng:
ElakSeat,adalahtanggayangterbuatdarisebatangbambuyangditakikdenganjaraktakikansama
sepertiElakMabola.

KeberlanjutanUmeKbubu
Nilainilai lokal sangat penting dan terkait erat dengan karakteristik suku Atoni yang dapat
dijumpai saat ini. Konsep ekologis yang dihayati merupakan konsep yang unik sebab ada kerjasama
antara manusia yang masih hidup dengan nenekmoyang mereka yang tinggal di duniaarwah dalam
mengelolaalamlingkungan.Fenomenakerjasamaatauketerlibatannenekmoyang(beinai)dengan
kehidupan sangat nyata, sehingga menjadi aspek yang tidak pernah bisa ditinggalkan sebab melekat
(embeded)padanilainilailokaltersebut.
Akibat perkembangan kota yang sangat pesat, maka ketersediaan lahan hijau penghasil
materialkayumengancamkeberlanjutanpermukimantradisional,inidapatdibuktikanjikarumahakan
direnovasi jelas membutuhkan kayu dengan jenis dan ukuran yang sama sebagaimana kebutuhan
material rumah yang direnovasi. Disisi lain jika masyarakat membangun rumah baru, dengan
ketersediaanmaterialyangkurangakanmenyulitkanmasyarakatmemenuhikebutuhanakankayu,yang
akhirnyaakanmenghambatpembangunanrumahtradisionalyangsemuabahannyaterbuatdarikayu.
Keinginan mempertahankan keberlanjutan permukiman tradisional ini banyak menemui tantangan,
namun selama ini dapat diatasi. Sebagai rumah panggung yang hampir semua materialnya dari kayu
mulai terancam keberadaannya. Ketersediaan kayu di pasaran mulai berkurang dan mengakibatkan
hargayangtinggisebagaiefekekonomipasar.


355

Munarto, D. R. A., Suprijanto, I.

KebertahananUmeKbubuyangselamainimasihdapatdiatasi,dipengaruhiolehtradisiyang
masihtetapdipegangteguholehsukuAtoni,Dawan.TradisisebagaipenjagakeberlanjutanDesaadat
Masletedapatdijelaskansebagaiberikut:
a. BentukRumah,
b. HakKepemilikan,
c. Adatistiadatatauritual,
d. Adanyanormadanundangundangyangtetapdipegangteguh.
Tradisi ini dapat dijabarkan dalam diagram di bawah ini menurut observasi lapangan yang telah
dilakukan:

SonafsebagaiRumahRaja
BentukRumahdanciri
khas UmeKbubusebagaiRumahRakyat


HakKepemilikanLahanmembatasi
pemindahanhak
Hakkepemilikan
sebagaikontrol HakKepemilikanrumahturuntemurun


Ritualpenentuanlokasipenempatankolom

Ritualsebagaikontrol Ritualmembangunrumah
Ritualmenempatirumah

Undang undangcagarbudaya
Peraturansebagai
kontrol Undang undangpertanahan

Gambar6.TradisiKeberlanjutanDesaMaslete

Kini, pelestarian budaya lokal tersebut tidak seimbang dengan keadaan alam tempat
bangunan berpijak. Menurut antara news.com, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya
menegaskan selama 20 tahun terakhir kerusakan hutan di wilayah kepulauan ini telah mencapai
15.163,65hektar,daripotensihutandanlahanseluas2.109.496,76hektar.(2011)

356

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Kontinuitas permukiman tradisional Desa Maslete mulai terusik, ada sebagian masyarakat
mulaimeninggalkanUmeKbubudanmulaimembangunrumahrumahpermanenbercirikanmodern
minimalis sebagai efek kurangnya ketersediaan material bangunan. Dari analisis kajian dapat
dirumuskan bahwa melihat kondisi rumah tradisional Ume Kbubu di Desa Maslete ditinjau dari
ketersediaanmaterial mungkin tidak akan bertambah jumlahnyadanbahkan akanberkurangataupun
akanhilang.

KesimpulandanSaran
Kurangnyamaterialmengancamkeberlanjutanpermukimantradisionaldapatdibuktikan:
1. Kelangkaan dan kurangnya stok kayu mengakibatkan rendahnya keinginan Suku Atoni untuk
membangun Ume Kbubu. Yang akan menjadi ancaman adalah jika dikemudian hari dilakukan
renovasiapakahketersediaanmaterialkayusebagaimanakondisirumahtersebutdapatdipenuhi.
2. Jenis kayu untuk rumah tradisional Ume Kubu yaitu jenis kayu putih dan cemara, dengan tidak
adanya jenis kayu ini mengakibatkan masyarakat tidak akan dapat membuat rumah dengan jenis
kayulainsebagaimanayangdisyaratkanolehbudayanya.
Ketersediaankayusebagaimaterialutama,diharapkankepadapemerintahmencarikansolusiuntuk
mengatasikelangkaankayudenganjalan:
1. Memberikan kemudahan memperoleh kayu kepada masyarakat tradisional khususnya Suku Atoni,
DesaMasleteuntukmembuatdanmerenovasirumahadat
2. MelaluifasilitasDinasKehutananuntukdapatmenyediakankayukhususuntukpembangunanrumah
yangberadadiDesaMaslete.
3. Adanya solusi dari pemerintah untuk mencarikan alternatif bahan bangunan pengganti kayu yang
dapatditerimadansesuaidengankebudayaanmasyarakatAtoni,DesaMaslete.


357

Munarto, D. R. A., Suprijanto, I.


KelangkaanKayu
Menghambat ModifikasiSebagai
Solusi
PembuatanUmeKbubu


Ukurandanjeniskayu PenyambunganKayu

PenurunanLuasLahan PenggantianJenisKayu
Hutan

BahanBangunan
PenggantiKayu

Gambar7.RumusanKajianKurangnyaMaterialmengancamkontinuitasArsitekturUmeKbubu

UcapanTerimakasih
Ucapkan terima kasih disampaikan kepada Balai Pengembangan Teknologi Perumahan
Tradisional Denpasar (Balai PTPT Denpasar) Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,
KementerianPekerjaanUmum,yangtelahmendukungproseskegiatanpenelitian.

DaftarPustaka
BalaiPTPTDenpasar,Laporanakhir2011(FinalReport),KegiatanPenelitianDanPengkajianKeandalan
Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Tradisional Uma Lengge (Mbojo), Sao Ria (Ende),
DanUmeKbubu(Atoni).
BayM.2006.DaftarIsianPotensiDesaFatumnasi(TheProfileofFatumnasiVillage).Fatumnasi.
Hillier,B.&Hanson,J.,1984,TheSocialLogicofSpace,Cambridge:CambridgeUniversityPress.
JuniasMS.2005.PengaruhFaktorFisikRumahAdatSukuDawanterhadapKejadianISPA:StudidiDesa
ObesidanNeonbesiKecamatanMolloUtaraKabupatenTimorTengahSelatanProvinsiNusa
Tenggara Timur. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Faculty of Population Health). Surabaya, The
University of Airlangga, Surabaya, IndonesiaKelompok Kerja Arsitektur Vernakular. 1992.
Arsitektur Proto Mongoloid Negroid Austroloid. Kupang NTT: Universitas Widya
Mandira.

358

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Purbadi, Yohanes Djarot. 2010. Tata Suku dan Tata Spasial Pada Permukiman Arsitektur Permukiman
Tradisional Suku Dawan di Desa Kaenbaun di Pulau Timor. Program Pasca Sarjana Fakultas
TeknikUniversitasYogyakarta.
Rapoport, A., 1977, Human Aspects of Urban Form: Towards a ManEnvironment Approach to Urban
FormandDesign,NewYork:PergamonPress
Silab, W, dkk, 1997, Rumah Tradisional Suku Bangsa AtoniTimor, Nusa Tenggara Timur, Kupang:
DepdikbudKanwilPropinsiNusaTenggaraTimur
TimPenelitiBalaiPTPTDenpasar.2010.LaporanLapanganKonservasidanPengembanganPolaSpasial
padaLingkunganPermukimanTradisional.BalaiPTPTDenpasar
Tahun E. 2006. Rencana Pembangunan Rumah Sehat Kabupaten Timor Tengah Selatan (Rumah Sehat
ProgramPlanningoftheSouthCentralTimorDistrict).IntheCommunityHousingandPublic
InfrastructureDepartment(Chpid)ofSouthCentralTimorDistrict(ed.).CHPID.
Waterson, R., 1990, The Living House, An Anthropology of Architecture in SouthEast Asia, Singapore:
OxfordUniversityPress.


359

360

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

MembentukLingkunganBinaanyangBerkelanjutandenganPendekatan
KearifanLokaldanEtikaLingkungan

MunichyB.Edrees1

Abstrak
Bila kita membicarakan tentang lingkungan binaan, maka persepsi kita pasti akan mengarah pada
pembentukan lingkungan urban, karena lingkungan binaan dapat diartikan sebagai lingkungan terbangun, adalah
suatulingkunganyangdidominasistrukturbuatanmanusia.Namunsesungguhnyamembentuklingkunganbinaan
sebaiknya tidak hanya berkutat pada lingkungan urban, tetapi juga lingkungan suburban, lingkungan pedesaan,
maupun lingkungan yang baru dibuka sebagai suatu komplek hunian, dimulai dari skala kecil, hingga membentuk
skalayanglebihbesar.Lingkunganbinaaniniharusdiaturagarmanusiadapatmempertahankanhidupnyadengan
baik.
Membentuk lingkungan binaan, seharusnya berkonsep pembangunan berkelanjutan (termasuk
sustainablearchitecture).Namunhalinikurangdipahamiolehkalanganawamdanbahkanoleharsiteksendiri.
Selain itu, teknologi konstruksi bangunan tidak berkembang sepesat teknologi lainnya. Sustainable architecture
atau dalam bahasa Indonesianya diartikan sebagai arsitektur berkelanjutan,adalah sebuah konsep terapan dalam
bidangarsitekturuntukmendukungkonsepberkelanjutan,yaitukonsepmempertahankansumberdayaalamagar
bertahanlebihlama,yangdikaitkandenganumurpotensivitalsumberdayaalamdanlingkunganekologismanusia,
sepertisistemiklimplanet,sistempertanian,industri,kehutanan,dantentusajaarsitektur.
Bangsa Indonesia sudah saatnya menjadikan kearifan lokal yang bersumber dari aneka kebudayaan
tradisional sebagai sumber nilai penting dalam membentuk lingkungan binaan yang berprinsip arsitektur
berkelanjutan. Hal ini bisa dilakukan dengan mulai membangkitkan apresiasi terhadap kebudayaan tradisional.
Apabilakitamenilikkebelakang,dapatkitalihatbahwatanpateknologihitech,paraleluhurkitamampubertahan
hidup, diantaranya adalah dengan menghargai alam dan selalu memperhatikan terhadap setiap perubahan yang
terjadipadaalamyangselanjutnyakitasebutdenganetikaterhadaplingkungan.Sudahseharusnyamanusiayang
sudahmengenalteknologijauhlebihmaju,dapatmenggunakanteknologitersebutuntukmembentuklingkungan
yangberkelanjutan,sehinggamanusiamampumembentukmasadepanyanglebihbaik.
Keywords:LingkunganbinaanpembangunanberkelanjutankearifanlokaldanEtikalingkungan

1
StaffPengajarJurusanArsitektur,UniversitasIslamIndonesia
m_bachronedrees@yahoo.co.id

361

Edrees, M. B.

Pendahuluan
Banyakorangcenderungmelihatkebudayaansebatashasilfisik,sepertiwarisanberupaartefak
ataujenisjenisekspresiseniatauproduklainyangmemilikinilaieksotikdanlayakjualsebagaiobyek
wisata. Padahal kebudayaan (bisa diartikan sebagai kearifan lokal) bisa berupa kehidupan seharihari
masyarakat,baikdalampergaulan,senibangunan,maupundalamtataruang(dalamhalinitataruang
tempattinggal/rumah).
Salah satu penyebab kerusakan adalah pendirian bangunanbangunan. Faktanya bangunan
adalah pengguna energi terbesar di dunia. Lebih dari setengah penggunaan energi di dunia
didedikasikan untuk bangunan, mulai dari konstruksi, bahan bangunan, hingga saat bangunan
beroperasi, perawatannya, hingga dihancurkannya. Namun sayangnya, arsitek seringkali mengabaikan
faktabahwabangunanadalahpenggunaenergiterbesardidunia.Apabiladilakukanlifecycleanalysis
sebuah bangunan, akan terlihat berbagai dampaknya terhadap lingkungan dan dapat disimpulkan
bahwabiayakeseluruhandariarsitekturyangtidakberkelanjutanadalahjauhlebihtinggidaripadayang
sustainable. Contohnya, bahan cladding alumunium tidaklah costeffective dalam jangka panjang,
apabilaseluruhbiayamulaidaripenambangannyadiperhitungkan.
Untuk menata lingkungan hunianbinaanyang menyentuh segala kelasmasyarakat, kita perlu
mencermati kembali kearifan lokal dalam arsitektur, karena terbukti lebih ramah lingkungan, dan
memulai menggunakan teknologi yang ramah lingkungan/dapat diperbarui, dengan mengacu kepada
konteks.
1. LingkunganBinaanyangBerkelanjutan
Pengertian lingkungan binaanataulingkungan terbangunadalah suatulingkunganyang
ditandai dominasistrukturbuatanmanusia. Sistem lingkungan binaanbergantung pada asupan energi,
sumberdaya, dan rekayasa manusia untuk dapat bertahan. Dalamperencanaan kota, istilah ini
memberikan kesimpulan bahwa sebagian besar lingkungan yang dipakai manusia adalah lingkungan
buatan, dan lingkungan buatan ini harus diatur agar dapat mempertahankan hidup manusia dengan
baik.
Lingkungan tersebut tentunya tidak lepas dari masalah ruang. Ruang, dalam undangundang
didefinisikansebagaiwadahyangmeliputiruangdaratan,ruanglautandanruangudarasebagaisuatu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta
memelihara kelangsungan hidupnya. Berdasarkan definisi tersebut, ruang dilihat sebagai wadah di
mana keseluruhan interaksi sistem sosial (yang meliputi manusia dengan seluruh kegiatan sosial,
ekonomi, dan budaya) dengan ekosistem (sumber daya alam dan sumber daya buatan) berlangsung.

362

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Interaksi ini tidak selalu secara otomatis berlangsung seimbang dan saling menguntungkan berbagai
pihak yang ada karena adanya perbedaan kemampuan, kepentingan dan adanya sifat perkembangan
ekonomi yang akumulatif. Oleh karena itu, ruang perlu ditata agar dapat memelihara keseimbangan
lingkungan dan memberikan dukungan yang nyaman terhadap manusia serta makhluk hidup lainnya
dalammelakukankegiatandanmemeliharakelangsunganhidupnyasecaraoptimal.
Ada dua komponen utama yang membentuk tata ruang, yakni wujud struktural dan pola
pemanfaatanruang.Sebagaisuatukegiatan,tataruangmempunyaiukurankualitasyangbukansemata
menggambarkanmututataletakdanketerkaitanhirarkis,baikantarkegiatanmaupunantarpusat,akan
tetapijugamenggambarkantatanankehidupanmasyarakatyangada.
Padahakekatnyakegiatanpenataanruangmemilikitujuanakhirberupapenciptaanlingkungan
bermukim yang lebih baik, di mana menetapkan apakah suatu lingkungan bermukim tersebut baik,
kurang baik atau bahkan buruk bukanlah suatu pekerjaan yang dengan mudah dapat dilakukan.
Seringkalipengkategoriankualitastersebutberkaitaneratdengankonteksbudayasetempat(Rapoport,
1979),sehinggakualitasbaikbagisuatukelompokpadasuatutempatakanberbedadengankelompok
lain(ataukelompokyangsama,padamasayangberbeda)padatempatyangsama.
Dengan demikian, kualitas lingkungan bermukim perlu dipahami dan dikaji dalam konteks
budayanya,sepertiyangtelahditetapkandandimengertiolehkelompokyangterlibatdalampengkajian
tersebut(Samadhi,2004).Dengankatalain,apaartikualitaslingkunganbermukimbagisuatukelompok
masyarakattertentumerupakanpertanyaanmendasarsebelummelakukankegiatanpenataan.
Gambar.1 Gambar.2


363

Edrees, M. B.

Bila kita perhatikan gambar. 1 dan gambar. 2, terlihat jelas perbedaannya. Bagaimana suatu
lingkungan masyarakat kelasbawah tumbuh dengan sendirinya sehingga membentuk komplek hunian
kumuhyangkurangsehatdantidakindah.Jalankeluarberuparumahsusunpundibuatseadanyadan
asal, sehingga tidak menyelesaikan masalah, tapi malah menimbulkan masalah baru. Bandingkan
dengangambar.2yangmerupakankomplekhunianmasyarakatkelasatas,terlihatbegitutertatadan
menyediakan berbagai fasilitas. Sebenarnya, apabila kita membicarakan sebuah komplek hunian,
masyarakatkelasapapunmempunyaikebutuhandasaryangsama,yaitusamasamabutuhruanghijau
terbuka, samasama butuh arena bermain, samasama butuh fasilitas drainase dan sanitasi yang baik,
samasama butuh hidup nyaman bebas dari penyakit maupun kejahatan, dan lainlain. Namun
kehidupan kapitalisme menjadikan uang segalagalanya, sehingga masalah hunian yang hijau, yang
mempunyaiberbagaifasilitas,adalahhalhalyangharusdibeli,sehinggamasyarakatkelasbawahtidak
mampumenjangkaunya.
Bangunangedungdanlingkungandisekitarnyamerupakantempataktivitasutamakitasehari
hari. Pembentukan lingkungan yang memadukan keserasian antara bentuk rancang bangun dengan
lingkungan sekitarnya menjadi konsep yang diusung ecosettlement. Salah satunya menggalakkan
pembangunanpermukimandengankonseparsitekturramahlingkunganatauarsitekturhijau.
Permukiman ramah lingkungan adalah permukiman yang aman, nyaman, dan dirancang
sedemikian rupa sehingga minim mengkonsumsi sumber daya alam (listrik, air, mineral dan material)
sertaminimmemberikandampaknegatifterhadapalam,lingkungandanmanusia(minimmengemisiCO
2 , minim menyisakan limbah padat, cair dan gas, tidak menimbulkan pemanasan lingkungan, banjir,
tanah longsor, dsb). Beberapa kriteria yang patut ditempuh untuk mewujudkan bangunan hijau
diantaranya adalah taat peraturan, zero waste , zero run off (air hujan dapat diserap tanah, tidak
menjadialiranairpermukaan).
"Green design" merupakan suatu konsep perancangan untuk menghasilkan suatulingkungan
binaan yang dibangun serta beroperasi secara berkelanjutan (sustainable). Arsitektur berkelanjutan
pada lingkungan binaan merupakan suatu kondisi di mana unsurunsur yang terlibat selama proses
pemanfaatan/operasisuatusistem(misalnya:bangunan,komplekshunian,kota)sebagianbesardapat
berfungsi dalam waktu cukup lama dengan terusmenerus memperbarui sumber daya dari dirinya
sendiri, sedikit mengalami penggantian, atau tidak menyebabkan sumber lain berkurang jumlah serta
kualitasnya."Greendesign"bukanlahsuatualiranataugaya(style)perancangan,iatidakmewakilisuatu
bentuk atau ekspresi tertentu. Ia lebih merupakan prinsip perancangan yang memasukkan
aspeklingkungansebagaisalahsatupertimbanganutamadalamdesainnya.

364

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Gambar.3
2. PENDEKATANKEARIFANLOKAL
Nilaikearifanlokalbanyakterkandungdalamkaryaarsitekturtropisdanmemanglebihcocok
diterapkan karena sesuai kondisi iklim di Indonesia. Ada tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam
merancangberdasarkankearifanlokal:
1. Konsep merancang untuk menghasilkan keselarasan dengan lingkungan kita. Dalam konsep ini
sangat dianjurkan untuk memilih site dan orientasi bangunan yang memungkinkan pemanfaatan
potensi alam seperti angin, air dan sinar matahari semaksimal mungkin, sehingga mengurangi
pemakaiansumbersumberbuatan.Selanjutnyaadalahmemanfaatkanvegetasilokalyangmudah
tumbuh, tahan terhadap cuaca dan mudah dipelihara untuk menciptakan keteduhan dan
keindahan, meski mungkin tampilan estetisnya kalah bila dibandingkan tanaman nonlokal.
Duahalberikutnyayangsangatpentingadalah,semaksimalmungkingunakanmaterialbangunan
yangtidakbersifatpolutifatauberacun,dapatdiperbarui,dapatdidaurulangdenganefeknegatif
ke lingkungan sekecil mungkin. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan menggunakan
bahanbahanyangbersumberdarilingkungansekitar(lokal).Selainitu,jangansampaimembuang
sisaaktivitaslangsungkelingkungansekitar,misalnyaairbuangan,setidaknyadiprosesdulusecara
sederhana sebelum diresapkan ke tanah atau dibuang ke riol kota. Terakhir, usahakan untuk
memanfaatkankembaliairhujandanairbekascuciuntukkegiatanlainyangmemungkinkan.
2. Konsep desain yang menciptakan kedamaian jiwa untuk menumbuhkan spirit atau semangat
hidup. Dalam konsep desain bangunan menyatu dengan alam dan komunitas sekitar, melalui
pemilihan gaya atau tampilan bangunan, skala bangunan dan material bangunan yang selaras
dengan gaya, skala dan material bangunan dan alam sekitarnya. Pemilihan warnawarna dan
teksturbangunandaribahanbahanyangalamisertapemilihansitedanorientasibangunanyang
tepatakanmemperkuatkonsepini.


365

Edrees, M. B.

3. Konsep desain demi kesehatan fisik penghuni. Dalam konsep ini sebuah rumah/bangunan harus
mampu "bernapas" secara alami, membiarkan alam mengatur suhu, kelembaban, aliran dan
kualitas udara. Bila alam tidak mampu memenuhi kebutuhan, dibuat desain sealamiah mungkin
untuk meningkatkan fungsinya, seperti penambahan vegetasi dan pemilihan bahan bangunan
tertentu.Gunakandesainyangmembuatsinarmataharicukupmasukkedalamrumah.Usahakan
membangun rumah jauh dari radiasi elektromagnetik yang berasal dari lingkungan sekitar dan
kurangi pemakaian peralatan elektronik di dalam rumah. Bebaskan rumah dari kebisingan, baik
yangmunculdiluarmaupundaridalamrumah.

Gambar.4

3. ETIKALINGKUNGAN
Sebagai pegangan dan tuntunan bagi perilaku manusia, termasuk arsitek dalam membangun
jugaharusmemegangdanmemahamiprinsipprinsipdalametikalingkungan,yaitu:
1. SikaphormatterhadapAlam.
2.PrinsipTanggungJawab
Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individu melainkan juga kolektif yang menuntut manusia
untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga
alamsemestadenganisinya.
3.PrinsipSolidaritas
Yaituprinsipyangmembangkitkanrasasolider,perasaansepenanggungandenganalamdandengan
maklukhiduplainnyasehiggamendorongmanusiauntukmenyelamatkanlingkungan.


4.PrinsipKasihSayangdanKepedulian
Prinsip satu arah, menuju yang lain tanpa mengaharapkan balasan, tidak didasarkan kepada
kepentinganpribaditapisematamatauntukalam.

366

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

5.PrinsipNoHarm
Yaitu Tidak Merugikan atau merusak, karena manusia mempunyai kewajiban moral dan tanggung
jawabterhadapalam,palingtidakmanusiatidakakanmaumerugikanalamsecaratidakperlu
6.PrinsipHidupSederhanadanSelarasdenganAlam
Iniberarti,polakonsumsidanproduksimanusiamodernharusdibatasi.Prinsipinimunculdidasari
karenaselamainialamhanyasebagaiobyekeksploitasidanpemuaskepentinganhidupmanusia.
7.PrinsipKeadilan
Prinsipiniberbicaraterhadapaksesyangsamabagisemuakelompokdananggotamasyarakatdalam
ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian alam, dan dalam ikut
menikmatimanfaatsumberdayaalamsecaralestari.
8.PrinsipDemokrasi
Prinsipinididsariterhadapberbagaijenisperbeaankeanekaragamansehinggaprinsipiniterutama
berkaitandenganpengambilankebijakandidalammenentukanbaikburuknya,tusaktidaknya,suatu
sumberdayaalam.
9.PrinsipIntegritasMoral
Prinsipinimenuntutpejabatpublikagarmempunyaisikapdanperilakumoralyangterhormatserta
memegangteguhuntukmengamankankepentinganpublikyangterkaitdengansumberdayaalam.

MenurutLehmannadaduacarauntukmenetapkandasarpemikiranekologis,yaitu:belajardari
presedenmasalaluatauarsitekturvernakular,danmenerapkanteknologibangunanyangbaru.
EtikaLingkungandapatdimulaidarihalhalyangkecildansederhanasepertitidakmembuang
sampahsembarangan,menghematair,listrikdanbahanbakar.Sudahsaatnyakita(manusia)menyadari
kesalahandantidaklagiberkehendakuntukmenaklukanalam,tetapiinginhidupsecaraharmonisdan
produktifdenganalamdanlingkungan.

4. PENDEKATANARSITEKTURALYANGBERETIKA
RichardBuckminsterFuller(18951983)seorangarsiteksekaligusfilsuftelahmengenalkanpada
dunia tentang pentingnya design thinking, yang merupakan bagian integral pada kontrol lingkungan.
Dengan belajar dari kearifan lokal, kita akan lebih mengetahui teknologiteknologi yang selayaknya
dipakai.


367

Edrees, M. B.

Arsiteksudahwaktunyamembuatdesainyangberwawasanlingkungan.Arsitekdapatbermain
dengan alam (play with nature), mengintegrasikan bangunan dengan alam. Arsitek harus meyakini
bahwaarsitekturdapatberperansertadalampembangunanberkelanjutan,danbagaimanaparaarsitek
membuat keputusan dan menetapkan prioritas. Dasar pemikiran ekologis menjadi dasar pengambilan
keputusandalamarsitektur.Disinilahmerupakantantanganbagiarsitek,bagaimanadapatmembuat
desainyangindah,benar,sekaligusramahlingkungan.
Gambar.5


Arsitek/perencana dalam mendesain harus memperhatikan dan mematuhi lima prinsip di
bawahini,yaitu:
Function.Fungsibangunandipengaruhiolehaktifitasmanusianya,sedangkanmanusiadipengaruhioleh
aspekbiologis, psikologis, sosial, danjugadipengaruhi oleh akalbudidanbudaya. Aspek
aspek tersebut membentuk pola perilaku manusia, yang akhirnya akan mempengaruhi
bentuk ruang. Jadi bentuk ruang harus mempertimbangkan pola/konfigurasi perilaku
manusia, yang dalam konteks lingkungan pola tersebut dibentuk bukan berdasarkan
individu,namunkelompokkecenderungan.
Form. Formbangunanatauruangdipengaruhiolehperilakumanusiapenggunanya,dimanapada
akhirnya form dibentuk berdasarkan fungsinya. Sebagai contoh, misalkan kita akan
mendesain ruang tamu, tentunya akan berbeda dengan desain ruang makan, ruang tidur,
dapur,etc.Begitujuga,saatkitamendesainbangunandenganfungsikomersial,tentunya
jugaakanberbedadenganbangunanyangberfungsiprivat.

368

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Saatkitamendesain,antarafunctiondanformsangatberkaitaneratsatudenganlainnya,namundalam
membentuk form harus juga mempertimbangkan technics, safety, and comfortability. Safety and
comfortability merupakan kebutuhan dasar manusia saat beraktifitas. Safety and comfortability
dipengaruhiolehkebutuhanmanusiabaikdariaspekpsikologimaupunfisiologi.Semuaprinsipdesain
tersebut (function, form, technics, safety, comfortability) haruslah bersifat efficient, yang harus selalu
memperhatikan context dimana bangunan/lingkungan tersebut akan dibentuk/direncanakan, karena
semuanyakembalikepadakarakterdanperilakumanusiayangakanmenggunakannya.

KesimpulandanRekomendasi
Arsitekturadalahsenidanilmudalammerancangbangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level
makroyaituperencanaankota,perancanganperkotaan,arsitekturlansekap,hinggakelevelmikroyaitu
desainbangunan,desain perabotdandesain produk.Arsitektur juga merujuk kepada hasilhasil proses
perancangantersebut.
Kearifanlokaldalamarsitektursudahbukansaatnyadidasarkanpadapengetahuanyangturun
temurun dan berdasar dari pengalaman (trial and error), namun sudah seharusnya berasal dari
pengetahuanakanbentukgeometridanprinsipprinsipfisika.Kearifanlokalyangberdasarkantrialand
error bisa kita jadikan pijakan, yang untuk selanjutnya harus kita kembangkan dengan menyesuaikan
lingkungan dan iklim yang ada, yang tentunya akan berhasil sebagai arsitektur berkelanjutan apabila
didukungdenganteknologi.Teknologiharusmampumelahirkanteknologiramahlingkungan,sehingga
bisa diterapkan oleh arsitek dalam merancang bangunan yang berprinsip green design, untuk
membentuklingkunganbinaanyangsustainable.
Arsitek akan dianggap gagal mendesain bila bangunan/ruang/lingkungan yang
direncanakan/dibentuknya tidak mampu mewadahi kebutuhan penggunanya, tidak mampu mengatur
perilaku negatif penggunanya. Arsitek harus mampu mendesain suatu bangunan/lingkungan dengan
pendekatan 5 prinsip dalam berarsitektur. Arsitektur adalah sebuah wadah yang mewadahi aktifitas
manusiadidalamnya,sehinggaarsitekharusmampumendesaintidakhanyaindahsecaraform,namun
juga mampumerefleksikankarakterpenggunanya, harus mampu memenuhi kebutuhanpenggunanya,
harussesuaidengankontekslingkungan,mampubersahabatdenganalam,sehinggaapayangdibangun
bersifat sustainable/berkelanjutan. Inilah cara arsitek dalam berempati terhadap pembangunan
lingkungansebuahkomunitas.


369

Edrees, M. B.

DaftarPustaka
BuckyWorks:BuckminsterFuller'sIdeasforToday,Baldwin,J,JohnWilley&Sons,NewYork,1996
DesigningWithNature,Mc.GrawHill,USA,1995
Ecodesign:InstructionManual,WileyAcademy,UK
EtikaLingkungan,A.SonnyKeraf
GreenSpacesResidential,FuturArcvol.7
ReinventingtheSkyscraper:AVerticalTheoryofUrbanDesign,WileyAcademy,UK,2002
TheHOKGuidebooktoSustainableDesign
The Green Skyscraper: The Basis for Designing Sustainable Intensive Buildings, Prestel, Germany,
2000

370

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

PolaKampungLengkongUlama:KekhasanyangSudahLamaIngin
Didengar

Dipl.Ing.MuhammarKhamdevi,ST.1

Abstrak
Siapa yang tahu tentang Kampung Lengkong Ulama, Serpong? Mungkin dikenal oleh kaum bersarung
saja, karena bergaung hanya di mediamedia agama. Tahun 1983, muncullah buku sejarah kampung ini karangan
tokohsetempat;UstadzMukriMian,namuntanpapenerbit.Padatahun2009,hadirsatubukupencerahkarangan
arkeolog Indonesia; alm. Uka Tjandrasasmita. Namun beliau tidak menyebutkan tentang pola khas kampung ini,
sebagaimanaUstadzMukriMiangambarkanpadabukunya,bahwaposisibangunanmengikutiposisiarahkiblat.Hal
inibeliauambildarinaskahkunoaslituruntemurunkampungini.Tapinaskahituhilang,sejakdipinjamhampirdua
dekade. Dengan absennya bukti sejarah tersebut, apakah arsitektur bisa memberikan suatu hasil kajian ilmiah
tentang pola Kampung Lengkong Ulama, sehingga menjadi referensi baru? Sejauh mana kajiannya? Riset ini
membahas tentang pola kampung ini dengan pendekatan arsitektur; terutama urban. Diharapkan paper ini juga
mampu menyuarakan salah satu kekhasan kampung ini, sebagai rasa untuk memahami dan mendukung warga
KampungLengkongUlama,bahwakekhasanmerekaperludilestarikandandiakui.
Keywords:Kampungbersejarah,Konservasi,desakota

Pendahuluan
Kampung Lengkong Ulama terletak di jantung kota Serpong, berdampingan dengan
pengembangan kota Bumi Serpong Damai (BSD). Eksistensinya semakin dikhawatirkan, karena makin
lama kampungkampung disekitarnya mulai pudar tergantikan dengan perumahan dan fungsi baru.
Apalagi kekhawatiran itu makin bertambah, sejak salah satu jembatanpenghubungwilayah baratdan
timur Sungai Cisadane mulai terealisasikan, Juli 2010 (Seno, 2011), yang sudah satu dekade tertunda
akibat ketidaksetujuan warga setempat. Tentu saja hal ini akan memberikan dampak yang besar bagi
eksistensi kampung ini, yang sejak lama tertutup dan tersembunyi secara alamiah, akan terekspos
denganperubahanyangcenderungakanekstrim.

1
Dosen Tetap, Program Studi Arsitektur, Universitas Pembangunan Jaya, Tangerang Selatan, email:
arch_fiqh@yahoo.com

371

Khamdevi, M.

Padahal berdasarkan analisa sejarah, arkeologis, tradisi setempat, bahkan dari segi geografis
serta lingkungannya, Kampung Lengkong Sumedang atau Lengkong Ulama, merupakan kampung
bersejarah atau situs bersejarah (historical site) yang perlu diperhatikan kelestariannya (Uka
Tjandrasasmita,2009).Namunnampaknyaresponpemerintahmaupunpengembangtidakmenyambut
kenyataantersebut.
DataarkeologiskampunginiadalahmakamRadenAryaWangsakarayangbertipearkaik(Abad
17)danletaknyaberadadiatasbukityangmengingatkanpadamodelmakamparaSunandanSultandi
Jawa, makam Kyai Mustaqim yang bertipe antefik (abad 1819), bekas rumah istri kedua Raden Arya
Wangsakara dan Masjid Raden Arya Wangsakara yang sekarang sudah dirombak habis menjadi lebih
modern.
Selainituadabuktitertulis,naskahasliyangpernahdisimpanolehalmarhumKyaiMuchtardan
Bapak Yasin, yang ditulis dalam huruf pegon pada kertas daluwang dengan tinta cina. Naskah asli
tersebut pernah dipinjamkan kepada dosen dan beberapa mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja
Nyata.Naskahinitidakpernahdikembalikan,namunarkeolog;UkaTjandrasasmita,memastikanbahwa
naskah itu sudah pasti asli, dan patut ditelusuri ke mana sekarang naskah itu berada. (Uka
Tjandrasasmita,2009).
Sebenarnyaadamakamlainnyayangmungkinbisadigolongkansebagaidataarkeologis;yakni
makam Kyai Azhari dan Musholla Al Azhari, yang merupakan salah satu tokoh Kyai kampung ini pada
abad 19 (Mukri Mian, 1983). Hal lain yang tidak disebutkan oleh Uka Tjandrasasmita adalah pola
kampunginiyangsangatkhas,yangtidakumumpadapolapolakampungyangadadinusantara.Pola
kampunginisedemikianrupamengikutiposisiarahkiblat(MukriMian,1983).Polainidisebutkanpada
bukukaranganUstadzMukriMiandiatas,yangbisajadireferensinyaadalahdarinaskahasliyanghilang
tersebutdiatas.
MakapaperinimencobamembahasfisikKampungLengkongUlama,sehinggadidapatkanhasil
kajian yang mendalam untuk membuktikan bahwa pola kampung ini memang seperti yang tertulis
dalamnaskahkunoataubahkantidaksamasekali.

MetodePenelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan kajian mendalam dan gambaran yang
utuh,paperinimenggunakanmetodestudikasus.Diawalidariliteraturreview;studisejarah,studiteori
dan pembanding, sebagai bahan awal memahami materi penelitian, dan menjadi data sekunder
penelitian. Lalu dilanjutkan ke tahap pengumpulan data yang berasal dari observasi lapangan dan

372

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

wawancara, serta sumber informasi lainnya yang dianggap perlu untuk memperkuat argumentasi dan
rumusan.Datadatayangtelahdikumpulkandarisegalasumbertersebutdianalisisdandiperbandingkan
untukmenghasilkankesimpulandanlaporanyanglebihobjektif.

StudiSejarahKampungLengkongUlama
Selain dikenal sebagai Kampung Lengkong Kyai, seperti yang tertera pada signage yang saya
temui di sana, kampung ini juga dikenal dengan banyak nama, seperti; Lengkong Sumedang dan
Lengkong Ulama (Tata Septayuda, 2011) dan bahkan Lengkong Alit atau Lengkong Kecil (Mukri Mian,
1983). Bahkan pada peta topografi hanya disebut dengan Lengkong saja (Uka Tjandrasasmita, 2009).
Lain halnya yang disebutkan di majalah Media Dakwah, yakni disebut sebagai Lengkong Kulon (Media
Dakwah,1992).KataLengkonginidiambildariasalkampungRadenAryaWangsaDiKaradiSumedang
(MukriMian,1983).RadenWangsaDiKara,atauRadenAryaWangsakaradidugaadalahPangeranArya
WirarajaIIyangberasaldariSumedang,yangpindahdariSumedangkeBantenuntukmenghindaridari
tekanan Kerjaan Mataram dan dari Pemberontakan Dipati Ukur (Uka Tjandrasasmita,2009). Selain itu
kataLengkonginijugamenunjukkanbahwalokasikampunginiberadapadasebuahlingkungair;sungai
(MukriMian,1983).
Kampung ini juga telah dilalui oleh banyak peristiwa sejarah, terutama mewarnai sejarah
Tangerang. Dari semenjak zaman kerajaan Mataram, lalu perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap
VOCBelanda(UkaTjandrasasmita,2009),hinggajugapadamasakemerdekaan;terutamamenjadisalah
satubasisMasyumi(MukriMian,1983)danjugamenjadiareapertempuranMayorDaanMogot,yang
dikenalsebagaiPertempuranLengkong(Seno,2011).
Raden Arya Wangsakara yang juga adalah seorang ulama, mendirikan kampung ini sebagai
basissyiarIslamdenganmembangunmasjiddanpemukimansantri(gubuggubug),dengansantrisantri
yangbersamanya sejakdariSumedang (Mukri Mian,1983).Kampungyang terletak secara strategis di
SungaiCisadaneuntuksyiarIslamdanperdagangan,dariduluhinggasekarangtelahmencetakbanyak
ulama. Tak heran dalam satu kampung terdapat banyak Kyai yang memiliki pengikut yang tersebar di
wilayah Tangerang pada saat ini (Mukri Mian, 2001). Selain itu para ulama dan santrinya memiliki
keterampilandalamkaligrafiyangdiakuihinggaduniainternasional(TataSeptayuda,2011).
Setelah berpindahpindah beberapa kali, akibat ancaman dari VOC, akhirnya Raden Arya
Wangsakaramendapatkanlokasiyangtepat.Lokasikampunginistrategistersembunyidanterlindungi
olehalam(hutanbambu)dandilingkungiSungaiCisadanedankalikecil.Danuniknya,penentuanlokasi
yang dilakukan beliau berdasarkan pemilihan bagian alur Sungai Cisadane yang secara kebetulan

373

Khamdevi, M.

menghadap kiblat. Hal ini mempengaruhi posisi bangunan rumahrumah santri yang berupa gubug
panggungyangmengikutiposisikiblat,sertabagianmemanjangrumahtersebutmenghadapsungaidan
bukit(MukriMian,1983).

StudiPolaKampung
Kampung, dalam hal ini desa, adalah merupakan suatu hasil perpaduan antara kegiatan
kelompok manusia dengan lingkungannya. Pola ruang desa, terutama di pulau Jawa, dapat dibedakan
menjadi empat macam (Bintarto, 1983). Pertama, memusat; bentuk perdesaan ini terpencar
menyendiri.Kedua,linier;bentukperdesaaninimemanjangmengikutijalurjalanraya,alursungaiatau
garis pantai. Ketiga, terpencar; bentuk perdesaan yang terpencar cenderung menyendiri. Keempat,
mengelilingifasilitas;bentukperdesaanmengelilingifasilitasfasilitasumum.

StudiPolaPesantrenTradisional
PesantrenataupondokpesantrenmerupakanlembagapendidikanIslamyangcukupunikkaren
memiliki elemen dan karakteristik yang berbeda dengan lembaga pendidikan Islam lainnya. Elemen
elemen Islam yang paling pokok, yaitu: pondok atau tempat tinggal para santri, masjid, kitabkitab
klasik,kyaidansantri(Dhofier,1985).
Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan, yang sering
disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut kolektif (Dhofier,
1985).
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat,
kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak
santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai.
Parasantriselanjutnyamemopulerkankeberadaanpondokpesantrentersebut,contohnyasepertipada
pondokpondokyangtimbulpadazamanWalisongo(Hielmy,2000).

Kajian
Dilihat dari lingkungan alamiah eksistingnya, posisi alur Sungai Cisadane yang menjadi lokasi
KampungLengkongUlamamemangterlihatsecarakebetulansesuaidenganarahkiblat;agaksedikitke
arah barat laut. Dari data vegetasi dan topografi, kampung ini benarbenar tersembunyi dan tertutup
dari lingkungan lainnya, sehingga dapat menjadi tempat untuk berlindung dari tekanan VOC dan juga

374

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

melaksanakanpengajaranIslamdenganlebihnyamandanaman.Halinimenunjukkanpemilihanlokasi
olehRadenAryaWangsakaramemangsudahdiperhitungkandenganmatang.

Musholla
S.Cisadane

M.Talim

Masjid
Pesantren
dan
Baru

K.Cipicung

Makam
Madrasah

Gambar1.PetaSatelitKampungLengkongUlama,Serpong,Banten
Sumber:GoogleMap

Selainfungsihunian,terdapatfasilitasfasilitasumumberupa;masjid,musholla,majelistalim,
makam,pesantrendanmadrasah.Objekobjeksejarahyangadadikampungini,antaralain:MasjidAl
Muttaqin, Makam Raden Arya Wangsakara, Makam Kyai Mustaqim, Makam Kyai Azhari dan Musholla
Azhari.
Pintu masuk ke lokasi kampung ini bisa melalui jalur sungai dengan ditandai dengan alat
transportasigetekyangberadapadasisitimurkampungdanjugabisamelaluijalurdaratyangberada
padasisibaratkampungini,dimanapintumasukiniditandaidenganturunanyangcuram,hutanyang
lebatdanjembatanKaliCipicung.


375

Khamdevi, M.

Node

Edge
Path

Landmark

Path:Sejarah

Path:Fasum

Gambar2.PetaKampungLengkongUlama,Serpong,Banten
Sumber:JarotdanPurwono,GeografiUI

Masjidyangmenjorokkesungaidanmakambersejarahyangberadadibukit,yangmerupakan
cirisejarahkampungini,menunjukkansebuahhubungankesatuantimelinesejarah.Hubunganinijuga
seakanakan mengumpamakan hubungan dunia (masjid dan sungai) dan akhirat (makam dan bukit),
bahwaapapun yangdilakukan oleh seorang manusia,baik di dunia maupun di akhirat, tak akan lepas
dariketergantungankepadaTuhannya.
Dari analisis figure ground,dapatdiketahui bahwapola kampung inimemiliki pola linear dan
terpusatkeMasjid.NamuinpolaliniearinijustrutidakumumsepertipoladesayangadadiIndonesia
umumnya. Seharusnya dengan kampung ini berada di sisi sungai, maka ia harus mengikuti pola alur
sungainya.Namuninitidak,justruiamenentangpolalingkunganalamiahnya.

376

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Gambar3.PetaKampungLengkongUlama,Serpong,Banten
Sumber:JarotdanPurwono,GeografiUI

Darisinipundiketahuipula,bahwapolapolabangunansecaraumum,selainMasjid,sepertinya
memang mengikuti posisi kiblat, dengan sisi yang memanjang menghadap ke arah utara dan selatan;
sungai dan bukit (makam). Hal ini bisa disebabkan, bahwa pada mula berdirinya, kampung ini
merupakan pesantren yang terdiri dari masjid dan pondok (gubug) santri. Dengan berdirinya masjid,
posisi pondok dan bangunan pendukung lainnya pun praktis mengikuti posisi masjid. Maka dengan
makin berkembangnya pesantren dan santrisantrinya menetap, maka yang tadinya hanyalah sebuah
pesantren,justruberkembangmenjadisebuahkampungbaru.
Darianalisisinijugaterlihat,bahwasemakinkeluar,adabeberapaposisibangunanmulaitidak
mengikutipolasebelumnya,seakanterjadiinkonsistensi.MenurutpenuturanUstadzMukriMian(2001),
bahwapolainitidaklahmengikatdantergantungbentukkavlingyangdimiliki.Walaubegitu,inijustru


377

Khamdevi, M.

memudahkan dalam menentukan mana yang merupakan kampung bagian yang lama dan mana yang
baru.

HasilAnalisis
Daribeberapaanalisisdiatas,KampungLengkongUlamamemilikikekhasanyangtersendiri.Di
manakampunginidilingkungiolehobjekalamiah,berupa;sungai,kali,hutanbambudanbukit,sehingga
kampung ini tertutup dari wilayah sekitarnya. Akses masuk ke kampung ada di sisi barat (darat) dan
padasisitimur(air/getek).
Dari hasil analisis ini juga diketahui bahwa kampung lama berada pada lapis pertama yang
dekatdenganbibirSungaiCisadane.Poladanposisibangunankampunginiberpolalineardanterpusat,
dimana hampir 100 % mengikuti posisi arah kiblat. Bagian yang memanjang dari bangunannya
menghadapbukitdansungai.Bukitmakamdansungaimasjidmerepresentasikanhubungantimeline
sejarahdanjugahubungananalogiduniaakhiratdalamkaitannyadenganKetuhanan.

Kesimpulan
Dari riset ini, maka disimpulkan bahwa pola kampung Lengkong Ulama adalah linier dan
mengikutiposisiarahkiblat,dimanabagianmemanjangbangunan,terutamahunian,menghadaputara
dan selatan; sungai dan bukit. Selain itu ditemukan pula temuantemuan baru lainnya, seperti: letak
kampungpermulaanadalalapisanpertamayangdekatdenganbibirsungaidanhubungansejarahdan
analogiduniaakhiratantaraletakmasjiddanmakam.
Dengan potensi yang begitu beragam, baik secara fisik maupun budaya, kampung ini sangat
cocoksekalimenjadikawasanwisatareligidanbudaya.Namunperludilakukanupayapenataanuntuk
merevitalisasi kampung ini. Ini menjadi bahan riset berikut peneliti, selain melengkapi riset saat ini
dengandatasegar.

DaftarPustaka
Bintarto,R.(1983).InteraksiDesaKotaDanPermasalahannya.Yogyakarta:GhaliaIndonesia.
Dhofier,Zamakhsyari(1985).TradisiPesantren:StudiTentangPandanganHidupKyai.CetI,Jakarta:
LP3ES
Hielmy,Irfan(2000).WacanaIslam.Ciamis:PusatInformasiPesantren.
Mian,Mukri(1983).SejarahKampungLengkong.Lengkong:tanpapenerbit.

378

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

NN.(1992)LengkongKulon:KampungUlamayangNyarisPunah.Jakarta:MediaDakwah.
Seno (2011). Kelak, Makam Pahlawan Kab. Tangerang Ada di Lengkong Kulon. Jakarta:
Kompasiana.com. (http://sejarah.kompasiana.com/2011/07/24/kelakmakampahlawankab
tangerangadadilengkongkulon/).
Seno (2011). Lengkong Kulon, Desa yang Nyaris Hilang. Jakarta: Kompasiana.com.
(http://sejarah.kompasiana.com/2011/07/24/lengkongkulondesayangnyarishilang/).
Septayuda, Tata (2011). Jejak Arkeologis Penyebaran Agama Islam di Tangerang. Ponorogo: Majalah
Gontor.
Tjandrasasmita,Uka(2009).ArkeologiIslamNusantara.Jakarta:KepustakaanPopulerGramedia.


379

380

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

ArsitekturBerempatiyangTerpinggirkan
StudiKasus:OmoHada,Nias;RumahTongkonan,Toraja;BiaraChiLin,
HongKong

ParmonanganManurung1

Abstrak
Arsitektur tradisional di nusantara memiliki empati dan keterikatan dengan alam sebagai konteks
keberadaannya, serta manusia sebagai penghuninya. Namun, keberadaan arsitektur yang memiliki kearifan lokal
tersebut justru tidak mendapat empati dan cenderung terabaikan. Kondisi ini terjadi hampir di seluruh wilayah
nusantara. Bangunanbangunan asli yang dibangun dengan penuh kepedulian terhadap alamsosial dan budaya,
sertaberorientasipadalokalitasdanjatidiribangsa,justrutergerusolehglobalisasi.
Paper ini mencoba mengkaji arsitektur tradisional nusantara dan kondisinya pada masa kini. Serta
melakukankomparasidenganarsitekturtradisionalCinayangterdapatdiHongKong.
Hasil yang didapatkan adalah, arsitektur tradisional di Hong Kong dapat tetap eksis karena mendapat
empatidaripemerintahdanmasyarakat,sedangkanhalyangsebaliknyaterjadipadaarsitekturnusantara.
Dari kajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa, arsitektur tradisional yang memiliki kearifan lokal dan
empatibagimanusiadanlingkungannya,harustetapdilestarikankarenajugamerepresentasikanjatidiriarsitektur
danbangsaIndonesia,sertadapatmejadireferensibagiarsitekdalammenghasilkankaryakaryaarsitektur.
KataKunci:Arsitekturtradisional,Berempati,Nusantara,Jatidiri

Pendahuluan
Terdiri dari ribuan pulaudan beragambudaya, Indonesia memiliki kekayaanyang sangat luar
biasa. Keragaman budaya yang tersebar di nusantara telah membawa pada terciptanya beragam
arsitektur tradisional. Sebuah karya arsitektur yang tercipta dari kearifan budaya, dialog harmonis
denganalam,sertaempatiyangdalamkepadamanusiadalampelayananfungsionalnya.
Dialogdenganalamsebagaisebuahkomunikasidalammenjagakeharmonisan,membawapada
terciptanyaberagamarsitekturtradisionalditanahair.Arsitekturnusantarahadirbukansematauntuk
memenuhi tugasnya dalam mengakomodasi fungsi, tetapi sebagai sebuah upaya menghargai alam,
tempat di mana dia hadir. Sebuah apresiasi yang diwujudkan dalam pengolahan geometri, pemilihan

1
StafPengajarFakultasTeknik,JurusanArsitektur,UniversitasKristenDutaWacana,Yogyakarta

381

Manurung, P.

material dan sistem struktur, orientasi bangunan, maupun dalam mewadahi kegiatan manusia yang
dilayaninya.
Masyarakat pesisir akan memiliki cara yang berbeda dalam berkomunikasi dengan alam bila
dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan. Pun halnya masyarakat Dayak yang
tinggalditepiansungaiditengahkerapatanhutanKalimantan,akanberbedadenganmasyarakatyang
tinggal di pulau Jawa. Namun, keharmonisan tetap dijaga sebagai sebuah apresiasi dengan alam, dan
keragaman tercipta karena perbedaan kondisi geografis yang ada. Arsitektur tradisional sangat dalam
dalammeresponkonteksnya,lokalitas,sertaempatiterhadapmanusiadanlingkungannya.
Namun, kearifan arsitektur tradisional perlahan terkikis oleh globalisasi dan kapitalisme.
Bangunanbangunanbarutumbuhdanberkembangdengansangatpragmatis,hanyaberorientasipada
guna tanpa memerhatikan citra diri dan kearifan lokal, sebagaimana yang diajarkan nenek moyang
dalammerancangdanmendirikanbangunan.Gayaarsitektursaatini,terutamadikotakotabesarhadir
dengancitradiriyangentahdarimanadatangnya.Takbisadibedakanmelaluijatidiridankarakteryang
dimiliki,semuanyasemakinseragamtanpamenyisakannilainilailokal.
Semakin berkembang dan menjamurnya gaya arsitektur tersebut, baik pada rumah tinggal,
bagunan komersial, dan bahkan perkantoran, membuat arsitektur tradisional yang sangat berempati
menjaditerpinggirkan.Kearifanlokalyangmenyertainyadengankekayaanlokalitas,semakinmemudar.
Bangunanbangunantradisionalyangtersisapunbanyakyangmemrihatinkan,karenasamasekalitidak
mendapatkanempatiuntukeksistensinya.

Metode
Metodeyangdigunakandalampenelitianiniadalahdenganmelakukanpengamatanterhadap
tiga arsitektur tradisional, yaitu rumah adat (Omo Hada) di Nias Utara, Nias Tengah dan Nias Selatan.
SertapengamatanterhadaprumahtradisionalToraja,Tongkonan,diKabupatenTorajaUtaradanToraja
Selatan. Sebagai komparasi, juga dilakukan pengamatan terhadap arsitektur tradisional di salah satu
kota terbesar di dunia, Hong Kong, yaitu Biara Chi Lin. Biara Chi Lin menjadi bagian dari studi karena
kemampuaneksistensinyaditengahtengahhimpitanarsitekturmodern.
Selainmelakukanstuditerhadapketigaobjekamatantersebut,jugadilakukanstudiliteraturguna
mendapatkan teoriteori mengenai arsitektur dan berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk
mempertahankaneksistensinyaditengahhegemodiarsitektursaatinidaniklimglobalisasi.

382

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

StudiLiteratur
Arsitekturtradisionaldibangunandengansebuahprosesyangpanjangdanempatiyangdalam.
Kehadirannya kerap merupakan upaya dalam menghargai alam dan manusia sebagai penghuninya.
Menurut Mangunwijaya (2009, hlm.47), bangunan, biar benda mati namun tidak berarti tak berjiwa.
Rumah yang kita bangun ialah rumah manusia. Oleh karena itu merupakan sesuatu yang sebenarnya
selaludinafasikehidupanmanusia,olehwatakdankecenderungankecenderungan,olehnafsudancita
citanya.RumahselaluadalahCITRAsangmanusiapembangunnya.Inimenunjukkanbahwabangunan
hadirdalammelayanipenghuninya,sertamerupakancitradiripenghuninya.
Senada dengan Mangunwijaya, menurut Insall (2008), berjumpa dengan sebuah bangunan
samasepertiberjumpadenganmanusia;sebuahbangunanhanyalahsesuatuyangsangatmenarikuntuk
mengetahuinya. Bangunan pada hakekatnya dibangunan sebagai representasi pemilik atau
penghuninya,segalakebutuhanyangadacobadipenuhidandiwujudnyatakanmelaluidesain.Demikian
arsitektur tradisional yang melalui sebuah proses desain yang panjang sebagai sebuah arsitektur yang
berempati.Halinisangatberbedadenganarsitekturdewasainiyangkeraptidakmemerhatikankonteks,
danhadirdenganhegemoninya.Lebihjauh,Insallmenyatakanbahwa,ketikapertamakalidilahirkan,
tiaptiapbangunanmerupakanekspresilangsungdarilokalitasdanmaterial,meresponkondisispesifik
darisite.
Bangunan seyogyanyalah dibangun untuk memenuhi kebutuhan penggunanya, merespon
lokalitas, dan memerhatikan konteksnya. Tak ada bangunan yang bersifat final, tetapi merupakan
ekspresi dari masa lalu dan masa kini (Insall, 2008). Ini berarti bangunan selalu berproses karena
konteksnya pun akan senantiasa berubah. Bangunan tak bisa serta merta hadir secara seragam di
berbagai lokasi atau konteks yang berbeda, karena masingmasing bangunan akan berproses dan
meresponkonteksnyadengancarayangberbeda.

OmoHada,Nias
Omo Hada, atau rumah adat di Nias, merupakan karya arsitektural yang sangat kaya, serta
dibangunan melalui sebuah proses dalam melayani fungsinya serta merespon konteksnya. Omo Hada
secara umum terbagi atas tiga tipe, yaitu yang berada di Nias Utara, Nias Tengah dan Nias Selatan.
PerbedaanyangsangattegasterlihatpadaNiasUtaradanNiasSelatan.OmoHadadiNiasutaralebih
bersifat bangunan tunggal dan berbentuk oval, sedangkan di Nias Selatan lebih bersifat bangunan


383

Manurung, P.

majemukyangsalingberhimpitansertaberbentukpersegipanjang.SedangkanbangunanOmoHadadi
NiasTengahcenderungmerupakantransisikeduanya.
Berada di pulau yang rawan akan gempa dan tsunami, Omo Hada terlihat dibangun dengan
sangatmemerhatikankonteksnya.StrukturbangunansalingmenguncidenganbeberapakolomVShape
yang berperan untuk menahan gaya lateral gempa. Lokasi yang berada di dataran tinggi juga seakan
dipilihuntukmenghindariamukantsunamiyangkerapmenghantampulaukeciltersebut.
Struktur kayu tanpa paku yang digunakan pun terlihat sangat logis, dengan mengalirkan gaya
danbebanbangunansecarameratakedalampondasi.Terlihatsebuahupayamelindungipenghuninya
dari ancaman gempa yang setiap saat mengancam. Kemampuan Omo Hada dalam merespon perilaku
alampuntelahterujiketikagempabesardantsunamumenghantampulauSumaterapadatahun2004
lalu.OmoHadatetapberdiridenganstabil.
Namun, kehadiran bangunanbangunan baru dengan material pabrikasi, membuat Omo Hada
semakin terpinggirkan. Beberapa bangunan yang telah berusia puluhan bahkan ratusan tahun terlihat
mengalami kerusakan. Bangunan yang mengajarkan cara merespon alam dan memiliki empati yang
tinggijustrusemakinterpinggirkan.


Gambar1.OmoHadadiNiasSelatan,strukturdanbentukbangunanhadiruntukmeresponkonteksdanmelayani
fungsi
Sumber:Manurung(2012)

384

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar2.OmoHadadiNiasUtara,bentukovaldankolomyangsalingmenguncimerupakanjawabanlogis
terhadapkonteksnyayangrawangempa.
Sumber:Manurung(2012)
Tongkonan,Toraja
Tongkonan, rumah tradisional Toraja di Sulawesi Selatan ini merupakan salah satu arsitektur
tradisional nusantara yang unik dan kaya akan filosofi. Bangunan yang biasanya di dampingi oleh
lumbungpadiinipunmemilikisistemstrukturyangsangatmenarik,baiksistemstrukturatapmaupun
kolomkolomnya.
Sebagaimana halnya Omo Hada, Tongkonan pun tak diperkuat oleh paku pada setiap detail
sambungannya. Kolom dan balok saling mengunci satu sama lain dengan tektonika yang luar biasa,
memerhatikansetiapdetaildangayayangterjadi.
Secaraumum,bentukTongkonanhampirsamasatudenganyanglain,perbedaanhanyaterlihat
pada skala dan proporsi yang dimilikinya. Sedangkan material atap, bambu dan batu merupakan dua
material yang kerap digunakan. Namun iklim globalisasi telah membawa perubahan, sehingga saat ini
materialsenglebihbanyakdigunakanuntukmenggantikanperanbambuyangsangatramahlingkungan.


385

Manurung, P.


Gambar3.TongkonandiwilayahPalawaToraja,strukturatapyangmenjulangmeresponsiteyangberadadidaerah
pegunungan.
Sumber:Dokumentasipribadi.
Dari sisi peruangan, Tongkonan terbagi atas tiga ruang utama, bagian depan, tengah dan
belakang. Sedangkan secara struktur, kolomkolom yang saling berhimpitan secara rapat menjadi
penopang utama bangunan. Sistem struktur yang sangat kokoh membuat bangunan sangat stabil
meskipun memiliki bobotyang sangatberat. Aapyangmenjulangdengan sistem kantilever, diperkuat
denganmenambahkankolompadabagiandepan.Kolomyangjugaberfungsiuntukmeletakkantanduk
kerbau,sebuahsimbolkemakmuransebuahkeluarga.
PadaTongkonandenganatapbatu,batubatudibentukdenganmodul40x60cmsertadiikatkan
padarengdibagianatapbangunan.Perlakuaninimenyebabkanataptidakakanberjatuhansaatterjadi
gempa atau gaya lateral. Serta akan dapat disusun kembali ke tempatnya dengan sangat mudah. Hal
yangtidakdilakukanpadaatapgentengmoderndikebanyakantempat.
Namun, sebagaimana halnya Omo Hada dan rumah tradisional lainnya yang kaya akan
pemahaman terhadap lokalitas, keberadaan Tongkonan kurang mendapat perhatian. Beberapa
bangunanlamayangmerupakankekayaanarsitekturtakternilai,tidakterawat.Demikianhalnyadengan
bangunan baru, secara naif mengaplikasikan bentuk Tongkonan ke fungsi lain seperti perkantoran,
sekolahdanbahkanhotel.

386

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar4.Kolomkolomsalingmengikatsatusamalain.
Sumber:Dokumentasipribadi.
BiaraChiLin,HongKong
Biara Chi Lin, sebuah kekayaan arsitektur Cina yang terdapat di Hong Kong, merupakan
bangunanpeninggalanjamanDinastiTang.SebagaimanahalnyaOmoHadadanTongkonan,bangunan
ini memiliki sistem struktur kayu yang saling mengikat satu sama lain, tanpa menggunakan sepotong
pakupun.
Sistem struktur batu pun terlihat diperhatikan dengan sangat detil, di mana sambungan batu
didesainsalingmengikatsatusamalaindanmengandalkankekuatanberatdangravitasiuntukkekuatan
strukturnya.
Namunsatuhalyangsangatberbedaialah,biarainisangatdilindungikeberadaannya,sehingga
tetapterawatsampaisaatinimeskipundihimpitolehgedunggedungpencakarlangit.Demikianhalnya
dengan jalan raya yang melaluinya,, bukan bangunan biara ini yang dibuat tunduk pada proyek jalan
raya,namunjustrujalantersebutyangharusmelaluibagianbawahareaini.


387

Manurung, P.


Gambar5.BiaraChiLin,tetapeksisditengahhimpitanbangunanpencakarlangit.
Sumber:Dokumentasipribadi.


Gambar6.Sistemstrukturbatuyangsalingmengikatmembantuksistempondasidantanggabangunan.
Sumber:Dokumentasipribadi.

388

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gambar7.Sistemstrukturkayuyangtanpamenggunakanpaku.
Sumber:Dokumentasipribadi.
Pembahasan
Indonesiamemilikiarsitekturyangsangatkayadanunik.Karyaarsitekturnusantaradihasilkan
dari sebuah proses panjang terhadap pencarian dan relasi antara manusia dengan alam dan sesama
manusia.

Arsitektur Omo Hada di Nias dan Tongkonan di Toraja, sesungguhnya memiliki kearifan lokal
yang sangat tinggi. Pemilihan bentuk bangunan, sistem struktur dan material yang digunakan,
sepenuhnya berorientasi lokal, baik mempertimbangkan kondisi geografis, cuaca, sosial budaya, dan
ketersediaanmateriallokal.
MengacupadaInsall(2008),terdapat10tingkatanintervensiyangdapatdilakukanuntukdalam
menjaga dan mempertahankan arsitektur tradisional yang merupakan arsitektur berempati agar tidak
terpinggirkandantergerusoleharsitekturmodernyangtidakberorientasilokal,yaitu:
1. Perhatianharikehari
2. Perawatanterprogram
3. Konservasi
4. Perbaikanbesar
5. Perbaikanradikal

389

Manurung, P.

6.Restorasidanpembangunankembali
7.Rehabilitasi
8.Reinkorporasi
9.Bangunanbarudalamkonteks
10.
Konservasidalammerubahsebuahkawasanhistoris
Dengan memberikan perhatian pada kekayaan arsitektur tradisional melalui perhatian,
perawatan terprogram, atau melakukan konservasi, maka arsitektur berempati yang ada di Indonesia
akan dapat menjadi referensi bagi perkembangan arsitektur di tanah air. Juga menjadi referensi bagi
bangunanbangunanbarudalammenghasilkankaryakaryaarsitekturyangberorientasilokal.
Apa yang terjadi pada Omo Hada dan Tongkonan di Nias tidaklah demikin, banyak terlihat
bangunanbangunan tradisional yang terlah berusia puluhan bahkan ratusan tahun mengalami
kerusakan dan tanpa perawatan. Hal yang sangat berbeda terjadi pada Biara Chi Lin di Hong Kong.
Bangunantradisionalyangberorientasipadalokalitastersebut,mendapatkanapresiasiyangluarbiasa.
PembangunankawasandisekitarnyaterlihattetapmengutamakankeberadaanBiaraChiLin.Perawatan
danperbaikanrutindilakukantanpamengubahstrukturdanbentukbangunan.
Tanpa adanyatindakannyata sebagaimana ke sepuluh tingkatan intervensi yangdisampaikan
Insall,makakeberadaanarsitekturberempatidiIndonesiasebagaimanayangterdapatpadaarstitektur
tradisional, akan semakin terpinggirkan. Dan, di sisi lain arsitektur modern yang berorientasi ke barat
akan semakin menunjukkan hegemoninya. Arsitektur yang tidak berorientasi lokal hanya akan
menghasilkanpermasalahandalamkonteksnya.

Kesimpulan
Arsitektur tradisional yang memiliki kekayaan dan nilainilai filosofi yang tinggi, merupakan
arsitektur berempati yang melayani fungsinya dengan baik, memerhatikan konteksnya, serta
mengutamakan lokalitas. Namun, keberadaan arsitektur tradisional yang penuh empati, di Indonesia,
justrumerupakanarsitekturyangterpinggirkan.Haliniberbedadengankondisiyangterjadidinegara
lain, kepedulian pemerintah merupakan kunci penting dalam mempertahankan arsitektur berempati
agardapatkembalimenjadisebuaharsitekturyangeksissesuailokasinyamasingmasing.

390

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

DaftarPustaka
Insall, D., (2008), Living Building, Architectural Conservation: Philosophy, Principles and Practice, The
ImagesPublishingGroupPty,Victoria.
Mangunwijaya,Y.B.,(2009),WastuCitra,GramediaPustakaUtama,Jakarta
Manurung, P., (2008), Kualitas Pencahayaan pada Bangunan Bersejarah, Jurnal Teknik Arsitektur
DIMENSI,Juli2008.
Manurung,P.,(2011),BelajarKearifanArsitekturNusantaraMelaluiServiceLearning,ProsidingSeminar
NasionalRAPIke10UniversitasMuhammadiyahSurakarta,13Desember2011.
Manurung, P., (2011), The Astuteness of Torajas Traditional Architecture, Indonesia Design Magazine,
Vol.8.No.45.JulAug2011,hlm.100103.
Manurung,P.,(2012),OmoHada:APictureofBeauty,IndonesiaDesignMagazine,Vol.9.No.48.JanFeb
2012,hlm.8892.
Mofiett,M.;Fazio,M.;Wodehouse,L.,(2003),WorldHistoryofArchitecture,LaurenceKingPublishing,
Ltd,London.


391

392

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

EksistensiArsitekturTradisionalCinadiantaraBudayaSundadanBetawi
diTelukNaga,Tanggerang

AgungWahyudi1

Abstrak
Budaya betawi sekarang ini merupakan perpaduan dari banyak kelompok etnis yang tinggal bersama di
Jakarta,sepertiSunda,Jawa,Arab,Bali,Sumbawa,Ambon,CinadanMelayu.OrangCinadiTelukNaga,Tanggerang
disebut Cina beteng tinggal bersamasama dengan mayoritas Sunda dan Betawi disebut "Betawi Teluk Naga".
OrangSundayangtinggaldididaerahiniadalahsebagaipetanidanOrangBetawiadalahseorangnelayandidaerah
pesisir. Apa jenis aktivitas orang Cina di antara dua kelompok etnis yang berbeda? Bagaimana aktivitas tersebut
mempengaruhibentukarsitekturrumahtinggal?Makalahinimenganalisisperubahandanpenyelesaianarsitektur
CinadiantarabudayaSundadanBetawi.
KataKunci:Arsitekturtradisional,Cinabeteng

Pendahuluan
Sebenarnya, beberapa ahli menyadari bahwa Betawi adalah pendatang baru di Jakarta.
KelompoketnislahirsebagaiperpaduandariberbagaikelompoketnislokalyangtelahtinggaldiJakarta,
seperti Sunda, Jawa, Bali, Sumbawan, Ambon, dan Melayu, dan juga Arab, Cina, Eropa, dan Pilipino.
Seorang Antropolog Indonesia, Dr Yasmine Zaki Shahab MA memperkirakan bahwa Betawi terbentuk
sekitarsatuabadlalu,18151893.
Estimasi didasarkan pada studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dipelopori oleh
sejarawan Australia, Lance Castles. Di era kolonial Belanda, pemerintah selalu menggunakan sensus
penduduk untuk membedakan populasi jumlah kelompok etnis. Sensus penduduk Jakarta 1615 dan
1815,adaberbagaikelompoketnis,tetapitidakadacatatantentangkelompokBetawiitu.
Disisilain,sensus1893menunjukkanadakelompoketnisyanghilangdarisensussebelumnya.
SebagaicontohArabdanMoors,orangJawadanSunda,SulawesiSelatan,Sumbawanese,Ambondan
Banda, dan orang Melayu. Pada tahun 1923 Moh Husni Thamrin, seorang tokoh masyarakat Betawi,
menyatakan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Deklarasi ini adalah menunjukkan bahwa Betawi itu ada
sebagaisebuahkelompoketnisdansebagaikesatuansosialdanpolitik

1
JurusanTeknikArsitektur,UniversitasGunadarma,agung_wyd@staff.gunadarma.ac.id

393

Wahyudi, A.

Tabel1.PendudukJakarta1615dan1815
Kelompok 1615 1815
EuropeansandpartEuropeans 2.750 2.028
Chinese 2.747 11.854
Mardjikers 5.362
Arabs 318
Moors 6.339 119
Javanese(includingSundanese) 4.139
SouthSulawesigroups 4.139
Balinese 981 7.720
AmboneseandBandanese 82
Malays 611 3.155
Slaves 13.278 14.249
32.068 47.227
Sumber:Siswantari2000

LiteraturTentangBetawiTelukNaga
Menurut Saidi (dalam Siswantari, 2000) asal Betawi yang diikuti dengan teori Nothofer Bern
tentang dialek Melayu di Jakarta. Bahasa ini berasal dari bahasa Melayu Polinesia yang tersebar dari
KalimantanBarat.
Nothofer (dalam Siswantari, 2000) percaya bahwa sekitar abad ke10 ada migrasi Melayu
kerajaanTarumanegara,KalimantanBaratkeJakarta,melaluiBangkadanPalembang.Paramigrandari
Melayu berakulturasi dengan orangorang lokal dari Jawa, dan kemudian menciptakan generasi baru
yangdisebutJawaMelayu.Padaabadke15,merekamemelukIslamdandisebutSelamolehorangCina.
OrangCinadisebutSelam,karenamerekamerasasulituntukmengatakanIslam.IniMelayuJawaadalah
pendiriBetawiitu.
Saidi (1994) menjelaskan bahwa Hindu Tarumanegara kerajaan terletak sekitar di tepi sungai
dari sungai Citarum (hari ini adalah batas dari Jakarta dan Karawang). Kewenangan tersebar sampai
daerahBogor(prasastiCiaruteun)danMarunda(TuguprasastidiKampungBatuTumbuh,hariKramat
Tunggak). Mereka yang hari ini disebut Betawi berasal dari orangorang dari kerajaan Tarumanegara.
Shahab (2000) diklasifikasikan Betawi tergantung pada karakteristik dari pemukiman menjadi empat
kategori:BetawiTengah,Betawipinggir,DesaBetawi,danBetawiPesisir.
1. Betawi tengah, hidup sekitar Gambir, Menteng, Senen, Kemayoran, Sawah Besar, dan Taman
Sari.ParaBetawiTengahawalnyadiucapkandenganekuatkhasseperti(ADAmenjadiade).

394

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

2. Betawi pinggir, tinggal di sekitar Pasar Rebo, Pasar Minggu, Pulo Gadung, Jatinegara,
Kebayoran,danMampangPrapatan.
3. DesaatauBetawiUdik,tinggaldidaerahCengkareng,Tangerang,BatuCeper,Cileduk,Ciputat,
Sawangan, Cimanggis, Pondok Gede, Bekasi, Kebon Jeruk, Kebayoran Lama, Cilandak, Kramat
Jati,danCakung
4. BetawiPesisir,tinggaldisekitarTelukNaga,Mauk,Japad,TanjungPriok,Marunda,Kalapa,dan
KepulauanSeribu
OrangCinaBentengyangketurundariburuhdibawakeIndonesiaolehpenjajahBelandapada
abad 18 dan19, dankebanyakan dari mereka masih buruh, nelayandanpetani. Mereka awalnyadari
propinsi Fujian, Cina Selatan. Mereka juga secara budaya berbeda dari komunitas Cina lain di daerah
tersebut: sementara hampir tidak menggunakan bahasa dialek Cina, budaya Taoisme mereka sangat
kuat dan masih mempertahankan tempattempat ibadah mereka sendiri dan tempat ibadah untuk
masyarakat.MerekamasihmengggunakanperayaanCinasepertiCapGoMeh,PekCun,TiongCiuPia,
danPekGweeCapGo.


Gambar1.TempatSembahyang
Sumber:dok.Peneliti(2011)


395

Wahyudi, A.

Mereka adalah etnis dan budaya campuran, sehingga disebut akulturasi. Dalam bahasa,
masyarakat Cina Benteng yang tinggal di sekitar Tangerang telah kehilangan bahasa ibu mereka.
SekarangmerekaberbicaraMelayuBetawi.contoh:
aye(kota),sayah(udik),gue(informal):saya
lu(informal):kamu
iye(kuate,sepertidialekMalaysia),iyah:ya
kagak,ora(udikvariarsidanpengaruhjawa):tidak
Encingmopegikemane?:Kakakmaukemana?
Daganganayeudehbures,dah:Dagangansayasudahlakusemua
Orang orang Cina Benteng hidup bersama dengan orang Sunda dan Betawi di Teluk Naga
daerah pantai utara, bagian barat Jakarta. Masyarakat terletak di antara dua kampung, yang disebut
"DesaLemo"dan"DesaMuara".PendudukdesaLemoadalahmayoritasSundadandesaMuaraadalah
mayoritasBetawi.KeduadesaberadadiTelukNagaKabupaten,KabupatenTangerang,PropinsiBanten.






Lokasi




Gambar2.Lokasi
Sumber:dokPribadi(2011)

TradisitradisidankeanekaragaanarsitekturvernakularCinataktertandingididunia(Knapp&
Laude,2005).Selainitu,tempattinggaldipedesaanseringmewakilimasyarakatmiskindanseringtidak
tau apa yang orangorang pikirkan tentang dunia yang luas. Di Cina yang sering kita pikirkan adalah
Tembok Besar Cina dan kuilkuil besar daripada rumahrumah kecil yang kita lihat satu di daerah
pertanian.HalinimerupakanbagianyangmenarikuntukmelihatbeberapabagiandariarsitekturCina.

396

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Tempat tinggal pedesaan umumnya sering menggunakan langgam yang turuntemurun dan terus
menerus digunakan selama bertahuntahun. Di Cina memiliki langgam yang berbeda dari gayagaya
arsitektur yang telah berkembang selama ribuan tahun dan dilakukan dalam berbagai cara melalui
pengaturanrumahdidaerahpedesaan(Bradbury,2005).
Bagaimana dengan Penyelesaian arsitektur vernakular di Cina Benteng? Merujuk kepada
penelitian menurut Knapp (1989) dan Bradburry (2005), paper ini menyajikan perbandingan antara
arsitekturdaridaerahpedesaanChinadanarsitekturCinaBenteng.

CinaBetengsebagaiKasusStudi
Lokasi tempat tinggal pedesaan juga memiliki banyak hubungannya dengan jenis hunian ini
dibangunbukanhanyabudayamasyarakatdidaerahitu.PerumahanpedesaandiCinaberdiridiantara
pemukimankelompokuntukperumahanindividudiseluruhbidangdanlahanpertanian(Knapp,1989).
Karakteristik hunin dalam satu kelompok dikelilingi dan dibatasi oleh dinding, di beberapa tempat,
menggunakanpintugerbang,halinidiperuntukkansebagaibatasantarrumahindividudenganrumah
yang lainnya. Daerah pedesaan yang memiliki kelompokkelompok kecil banyak ditemukan di daerah
China paling selatan. Desa yang lebih besar lagi dan memiliki kelompok yang lebih besar banyak
ditemukan di perbukitan propinsi Zhejiang. Jenis pemukiman didirikan seabagai tempat perlindungan
sertaaksesibilitasbagipertanianbagimasyarakat(Knapp,1989).
Dalam pemukiman Cina Benteng cenderung sebuah rumah keluarga tunggal dan terletak di
depan persawahan. Orientasi bangunan diarahkan ke jalan, dan berdampingan dengan bangunan
lainnya.IniadalahpolakampungsebagiandiIndonesia.
Wilayah dan lokasi bangunan di China, bersama dengan kondisi lingkungan dan pengaruh
sejarah di daerah yang memiliki banyak hubungannya dengan apa yang tampak seperti rumah
pedesaan, tapi itu tidak semua. Berbagai jenis bentuk atap dan atau bangunan juga merupakan
simbolisasi dalam beberapa hal. Pola dasar seperti atap berbentuk U atau bersayap dan jenis tempat
tinggalyangunikdantampaksepertigubuk,denganmemilikibeberapagaya.Rumahrumahterbuatdari
tanahdankayubersamadenganbahanbakulokaldanmemanfaatkantradisiuntukmembuatrumah
rumah pedesaan menyerupai hunian tua. Rumahrumah lain terbuat dari batu bata dan batu (Knapp,
1989).


397

Wahyudi, A.








Gambar3.BambudiTelukNagadanKayudiGuangxi
Sumber:dokpribadi(2011)danKnapp(1989)

InteriordanEkterior
Demikian pula di rumahrumah persegi panjang, atap Cina Benteng tidak tepat untuk atap
berbentuk U atau bersayap di Cina. Atap adalah, mungkin, dipengaruhi oleh arsitektur lokal. Rumah
rumah itu terbuat dari bahan lokal seperti batu bata, bambu, dan kayu. Khususnya, bambu adalah
materiyangunikbiasanyadigunakanolehBetawipedesaandanarsitekturSunda.
Interior dan eksterior tempat tinggal telah berubah dari waktu ke waktu sebagai kondisi
ekonomi telah berevolusi untuk memungkinkan mereka (Knapp, 1989). Bagian dalam rumah biasanya
disesuaikanuntukkebutuhankeluargadanmenggunakan.Tempattinggalutarakhassecaratradisional
persegipanjangsatulantaidengankedalamanhanyasaturuang.Padasederhana,tempattinggaladalah
sebuahruangkeciltertutupolehempatdindingmemanjangmenjadisebuahpersegipanjangyangbesar
sebagai keadaan diijinkan. Hanya satu dinding akan memiliki jendela atau pintu dan itu akan menjadi
selatan,yangkhasistanaCina.







398

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati








Gambar4.DapurdiTelukNagatanpakompordandiFujianmenggunakankompor







Gambar5.DapuryangterbukadiTelukNagaterdapatkompor
Sumber:DokPribadi(2011)

Tempattinggalpedesaanlebihjelasditandaidenganjumlahkamaryangdikandungnya.Rumah
rumahlaindinegarainiadalah"satuterbuka,tertutupdua"jenisyangmerupakantempattinggalkhas
dari tiga kamar. Akan ada dua kamar tidur dipisahkan oleh ruang terbuka pusat, yang akan berfungsi
sebagairuangpenyimpanandankoridor.Secaratradisionaldiruangtengah,yangseringdapur,kompor
sentraljugaberfungsisebagaimaknasimbolis.GambardariDewaDapuratau"...representasitertulis
dari namanya yang disisipkan di atas kompor sebagai hiasan dan mengingatkan pentingnya persatuan
keluargadanperlindungan..."rumahtangga(Knapp,1989).
OrangCinaBentengmenggunakandapuruntukruangmakandimanatidakterdapatkompordi
dalamnya.Kompormerekaterletakluardapur,yaituditerasbelakang,tempatberkumpulnyakeluarga..
Elemen eksterior dan arsitektur rumah Cina adalah elemen yang paling sering dikenal orang
dariseluruhdunia.DalamgarisatapdandindingCinaselatanmemilikipolavisualyangmencolok.Atap
miringbertingkatumumnyaadalahberbentukVyangterlihatsepertigunung.Kemudianadastruktur

399

Wahyudi, A.

tanggayangdisebut"limapuncakmemujasurga",kemudianadagayalainsecaramelingkar,gayaatap
bulatdisebut"kucingmerangkak"(Knapp,1989).
Elemen eksterior rumah Cina Benteng di Teluk Naga sangat sederhana, bentuk atap V dan
alfabet tidak banyak dari mereka yang tidak tahu artinya. Sebuah pintu dan jendela yang terletak di
depanrumahmenggunakanornamensangatsederhana.










Gambar6.OrnamenpintudiTelukNagadandiGuangxiZhuang
Sumber:dokpribadi(2011)danKnapp(1989)

WarnadanSimbol
Warna dan simbolsimbol lainnya juga sering digunakan sebagai bagian yang arsitektur dari
rumahCina.Merahadalahwarnayangpalingumumdigunakandalambangunandanbahkanalatyang
digunakan untuk membangun rumah memiliki makna (Knapp, 1989). Sayangnya, di Teluk Naga hanya
tempatpemujaanyangberwarnamerah,danbahkanadabeberaparumahberwarnahijaubaikdiatap
dankolomnya.Warnaalamidariatap,kayudanbambuadalahwarnayangpalingdominan.
Selain perbandingan dengan arsitektur pedesaan di Cina, ada beberapa elemen yang
dipengaruhi oleh budaya lokal. Ruang luar (teras )adalah sesuatu yang unik,hal inidipengaruhi oleh
aritektur kampung di Indonesian yang berprngaruh besar terhadap orang Cina Benteng. Anggota
keluarga besar bercengkrama bersamasama atau duduk di bangku besar di teras depan seperti
kebiasaanorangBetawi.
OrangCinaBentengmembangunsebuahhalamandepansepertiorangJawa(atauSunda)yaitu
dari batu bata untuk mengeringkan tanaman padi. Mereka juga membangun konstruksi atap mirip
denganbentuklokal.

400

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Kesimpulan
Arsitektur tradisional Cina di Teluk Naga dipengaruhi oleh budaya lokal ( Betawi dan Sunda)
termasuk juga arsitektur kaum pedesaan di China. Hanya sedikit elemen dari arsitektur pedesaan di
China yang mempengaruhi arsitektur perkampungan di Teluk Naga, antara lain elemen ekterior dan
bentuk denah. Yang banyak berpengaruh adalah arsitektur lokal seperti material lokal, warna alami,
bentuk kampung, pola ruang, teras dan bentuk atap. Walaupun demikian, bentuk arsitektur tersebut
merupakanbagiandarikekayaanarsitekturIndonesiasehinggakeberadaandankelestarianarsitektur
iniharusdilestarikan,karenasaatinisudahtergerusdenganmoderenisasiperkotaan.

DaftarPustaka
Bradbury,M. (2005), The Chinese Rural Home Architecture and Decorations
http://faculty.rmwc.edu/fwebb/buck/mebradbury/ChinesePaper.html
Knapp,R.G.&Laude,O.(2005).ChineseRuralArchitecture.
http://www.atlasmagazine.com/photo/laude6/
Knapp, R. G. (1989) China's Vernacular Architecture House Form and Culture. Honolulu: University of
HawaiiPress.
Saidi,R.(1994)OrangBetawidanModernisasiJakarta.Jakarta:LSIP.
Shahab, Y. (2000). Aristocratic Betawi: A Challenge to outsiders Perception. In Kees Grijns dan Peter
J.M.Nas.(1985)JakartaBatavia:SocioCulturalEssays.Leiden:KITLVPress.
Siswantari, (2000) Kedudukan dan Peran Belakang Betawi dalam Pemerintahan serta Masyarakat
Jakarta.Thesis.Depok:ProgramStudiIlmusejarahBidangIlmuBudayaProgramPascaSarjana
UI.


401

402

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

BelajarBerempatidariArsitekturNusantara

JohannesAdiyanto1

Abstrak
Pemahaman kata empati merupakan sebuah proses dari perasaan yang tidak sama menjadi perasaan
yangsama/senasib.Inididasarkanpadalogikabiner,adaduaentitasyangberbeda/kontras.
DenganmenggunakanarsitekturnusantaradiwakiliarsitekturJawapemahamanempatitidakberlaku,
karena bagi masyarkat nusantara tidak ada dua entitas yang bertentangan tapi dua entitas itu saling
melengkapi/menyempurnakan.HaliniterbuktidalamkegiatanslametansaatproseskontruksibangunanJawadan
kasusdusunNgibikan.
KataKunci:Empati,LogikabinerdanArsitekturjawa

Pendahuluan
Empati merupakan kata yang berasal dari manca, bukan kata yang berasal dari bahasa
nusantara.NamunkataempatitelahmasukdalamKamusBesarBahasaIndonesiadenganpengertian
keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan
perasaanataupikiranyangsamadenganorangataukelompoklain.
Dengankatayangtidakberasaldaribahasanusantara,apakahkatatersebuttermanifestasikan
dalamkaryaarsitekturnusantara?Ataupalingtidakapakaharsitekturnusantaramampumewujudkan
maknaempatiitusendiri?
Kertas kerja ini bersifat eksplorasi kemampuan arsitektur nusantara untuk menjawab issue
global.Eksplorasikemampuan,eksplorasihartakarunyangseharusnyakitakembangkan.

KajianPustaka
KataempatiberasaldarikataEinfhlung(kataJerman)yangdalambahasaInggrisbermakna
feeling. Jika ditinjau dari terminologi teori seni bermakna apresiasi yang bergantung pada sudut
pandangkemampuandariseseorangkesudutpandangobyek2.Empatijugamempunyaipemahaman:

1
Dosen;ProgramStudiTeknikArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasSriwijaya;
johannes_adiyanto@yahoo.com
2
http://www.etymonline.com/index.php?allowed_in_frame=0&search=empathy&searchmode=none

403

Adiyanto, J.

Thetermempathyhasalwaysincludedtheideaofknowingabouttheawarenessofanother,andthus
understandingisemphasizedinmostconceptualizationsofempathy(Hkansson,2003:17).
Daripengertiandanpemahamantersebutdapatditarikkesimpulanbahwaempatimerupakan
perasaansamadariseseorangterhadapobyek.Disiniyangmenjadititikperhatianadalahperasaan.
Jikaditelaahlebihlanjutperasaansama/senasibitumunculkarenasebelumnyaadaperasaanyangtidak
sama. Ada perbedaan antara subyek dengan obyek. Hal inilah yang perlu dibuktikan dalam arsitektur
nusantara.Apakahperasaansamaitumunculdariketidaksamaan,ataujustrutidakmengenalempati
sebagaisuatuprosesdarisatuperasaantidaksamamenjadisama.

InterpretasiArsitekturNusantara
KasusarsitekturnusantarayangdigunakandalamkertaskerjainiadalaharsitekturJawa.Dalam
suatuproseskonstruksiarsitekturJawa,dikenaltahapanslametandenganmenggunakantumpeng.Apa
maknaslametanini?Bagipembacaanarsitekturmancaterhadapritualiniadalahsebuahritualmistis,
karenadikaitkandenganmitosdalammasyarakatJawa.Tetapiapakahhalituyangterjadi?Dalamritus
slametan tersebut terjadi makan tumpeng bersama antara pemilik dan pekerja. Pemilik bukan lagi
juragan yang memerintahkan pekerja untuk bekerja; tetapi dalam kegiatan ini pemilik rumah dan
pekerjaberadadalamkondisisejajar.Tidakadalagiperbedaanstrata.Tujuannyahanyasatuagarproses
konstruksiiniberjalanlancardantidakadahalangandanrintangan.Kegiatanslametaninijugaterkait
permintaan ijin pemilik terhadap alam karena dia akan masuk dalam alam mereka. Apakah ini
empati?Marikitatelaahsecaralebihkritis.
Saat pemilik melakukan kegiatan slametan, pemilik tidak mendasarkan kegiatan ini sebagai
manifestasi dari rasa empatinya terhadap pekerja, tapi sebuah kegiatan yang harus dilakukan. Hal itu
didasarkanpadapemahamanmasyarakatJawabahwakegiatanslametanmempunyaitujuanuntukrasa
tentram dan kenyamanan psikologis dirinya saat menghuni rumah tersebut (House, 2009). Jadi bukan
masalahempati.
Mari kita lihat kasus lain yang lebih kontemporer. Kasus kontemporer yang terjadi pada
arsitekturJawadapatdigunakankasusDusunNgibikan.InterpretasidusunNgibikantelahdilakukanoleh
penulisdandipublikasipadaJurnalNakharano.7,Oktober2011(Adiyanto,2011).Padakertaskerjaini
akan ditinjau dari sudut pandang lain. Dusun Ngibikan membuktikan bahwa bagi masyarakat Jawa
bencana alam (dalam hal ini gempa) adalah sebuah proses kehidupan, cara alam mencari
keseimbangannya. Maryono sebagai Ketua RT mengkoordinasi warganya untuk bangkit dan
membangunkehidupan mereka jadi tidak hanya membangun wadah kehidupantapi kehidupan itu

404

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

sendiri (Pangarsa, 2008).Walaupun rumah Maryonotidak hancurkarena gempa,karena perhitungan


konstruksiyangtepat,lalubertindaksebagaikoordinatorwarganya,belumtentudiabertindaksebagai
manifestasipemahamanempati.Marikitatelaahlebihlanjut.
Sebagaian warga dari RT tempat Maryono adalah tukang kayu yang bekerja sama dengan
Maryono (berprofesi sebagai mandor). Jadi bisa dikatakan saat gempa melanda Ngibikan dan
menghancurkan hampir seluruh dusun itu, Maryono seperti kehilangan keluarganya. Walau rumah
Maryonomasihtegakberdiri,danrumahwarganyahancur;bukankarenaempatiMaryonobertindak.
Empati mengisyaratkan keadaan sebelum perasaan tidak sama yang kemudian
berubah/bertransformasimenjadiperasaansenasibsepenanggunan.SejakawalMaryonomemahami
warganya;perasaannyasamadenganperasaanwarganyasebelumgempaberlangsung.Perasaansama
dan menjadi bagian dari diri warga inilah yang justru mempermudah Maryono melakukan koordinasi
untuk proses rekonsturksi pasca gempa. Dalam kondisi ini gempa bisa dipandang sebagai ritual
slametan, yang menjadi pemilik adalah alam dan pekerja adalah Maryono dan warganya. Jika
pemahaman yang digunakan maka hubungan subyek dan obyek dalam pemahaman empati menjadi
sulit dipisahkan karena Maryono dan warga adalah satu kesatuan, dan bahkan satu kesatuan juga
dengan alam. Buktinya apa? Saat proses rekonstruksi warga melakukannya dengan sukacita.
MasyarakatJawamenyimpanmemoriinidalamtahapangorogorodipagelaranwayang.
LaluapayangbisadipahamidenganempatidengankasusarsitekturJawadiatas?Empatidapat
dipastikanmunculdarilogikabiner.Empatimembutuhkanduaentitasyangberseberangan.Entitassatu
bisadikatakanlebihsuperiordaripadayangentitaslain.Mengapademikian?Empatimerupakanproses
berubahnya perasaan dari yang tidak sama menjadi sama/senasib dan perubahan itu dikarenakan
perasaan kasihan. Disinilah titik utamanya.Perasaan kasihan muncul karena satu entitas merasa lebih
beruntung daripada entitas lain. Bagaimana di nusantara? Jabaran kasus arsitektur Jawa diatas
membuktikanbahwamasyarakatJawatidakmengenallogikabiner.Logikabinermemahamisegalanya
menjadiduabagianyangsalingbertolakbelakang.Empatiadalahlompatandariyangberbedamenjadi
sama.Pemahamansamamasihberupaduaentitas,hanyasifatnyayangsama,bukanserupa.Berbeda
denganlogikamasyarakatJawa.Perbedaanduaentitastidakuntukdikontraskan,tapijustrumelengkapi
dan menyempurnakan. Pemilik dan pekerja di kegiatan slametan bukan hubungan antara bos dan
anakbuahtapihubunganantaramanusiayangkebetulansedanginginmempunyairumahdanmanusia
lain yang kebetulan berprofesi sebagai tukang. Atau Maryono yang kebetulan sebagai ketua RT dan
wargayangkebetulanberprofesisebagaitukangdananakbuahMaryono;kemudianmerekabersama
sama berhadap dengan sebuah gempa dashyat sehingga mereka bersamasama merekonstruksi

405

Adiyanto, J.

kehidupan mereka. Empati tidak terjadi disini, karena yang dihadapi adalah sebuah kenyataan
kehidupandanmerekamenjalankannyabukankarenamerubahperasaanmerekamenjadisamadengan
perasaanyanglain;tetapikarenamerekasadarakankedudukandanperanmasingmasing.

Kesimpulan
Jabaraneksploratifdiatasmenjabarkanbahwadalamarsitekturnusantarayangdiwakilioleh
arsitektur Jawa tidak mengenal empati. Hal ini terjadi karena arsitektur nusantara tidak didasarkan
pada logika biner. Arsitektur Jawa yang diwakili oleh kegiatan meruang dan proses konstruksi
memandang kehidupan sebagai sebuah keseimbangan, sehingga dua hal yang berbeda karena itulah
keseimbangankehidupan.Empatimerupakanprosesdariyangperasaantidaksamamenjadiperasaan
sama/senasib. Dalam arsitektur Jawa tidak terjadi perubahan, tapi kesadaran akan kedudukan dan
peranmasingmasingentitaskehidupan.
Jika kemudian dikaitkan dengan tema seminar nasional ini, jelas sekali pemahaman menuju
arsitekturberempatimendasarkanpemahamannyapadaarsitekturerosentrisyangberlogikabiner.Jika
didasarkan pada arsitektur nusantara yang merupakan hartakarun kita maka tema ini tidak akan
muncul, sebab sejak dulu arsitektur nusantara sudah berempati dengan cara memahami kedudukan
danperanmasingmasingentitaskehidupan.Duaentitasberbedabukanuntukdisamakantapiberguna
untukmenyeimbangkanproseskehidupan.

DaftarPustaka
Adiyanto, J. (2011). Ngibikan Village: Spirituality Design in Javanese Architecture. Nakhara, Journal of
EnvironmentalDesignandPlanning,89101.
Hkansson, J. (2003). Exploring the phenomenon of Empathy. Stockholm, Sweden: Department of
Psychology,StockholmUniversity.
House,C.A.(Director).(2009).Arsitektur:sebuahpencarianbersama[MotionPicture].
Pangarsa, G. W. (2008). Arsitektur untuk Kemanusian: Teropong Visual Culture atas KaryaKarya Eko
Prawoto.Surabaya:PT.WastuLanasGrafika.
Prawoto, E. (2010, December 20). Ngibikan Bangkit. Retrieved January 07, 2011, from Ruang 17:
http://ruang17.wordpress.com/2010/12/20/ngibikanbangkit/

406

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012


MemahamiRelasiKonsepFungsi,BentukdanMaknaArsitekturRumah
TinggalMasyarakatKotaPesisirUtaradiKawasanJawaTimur
KasusStudi:RumahTinggaldiPecinanKampungKarangturidan
KampungJawaSumberGirang,Lasem

BachtiarFauzi1Antariksa2,PurnamaSalura3

Abstrak
Arsitektur rumah tinggal di Pecinan Kampung Karangturi Lasem merupakan arsitektur komunitas etnis
Cina yang dipengaruhi oleh gaya arsitektur Cina dan diperkuat dengan data sejarah masuknya budaya Cina sejak
abad ke13. Studi ini mengungkap relasi konsep fungsi, bentuk dan makna arsitektur rumah tinggal masyarakat
kotaPesisirutaradikawasanJawaTimur,denganmelihatsejauhmanapengaruharsitekturPecinanpadarumahdi
KampungKarangturimempengaruhirumahtinggaldiKampungJawaSumberGirang,Lasem.TeoriStrukturalisme
danTipologidigunakanuntukmengungkapfenomenakonsepfungsi,bentukdanmaknaarsitekturpesisir,sehingga
polatersebutdapatditerapkanpadarumahrumahdikawasanpesisiryangbermanfaatsebagairujukanbagikasus
studiyangserupa.
KataKunci:Relasi,Konsep,Fungsi,Bentuk,Makna,Arsitektur,Rumahtinggal

Pendahuluan
PengetahuanArsitekturPesisir
SejarahmenunjukkanbahwaarsitekturdiNusantarasejakdahulutelahmembukadiriterhadap
pengaruhbudayaluar.Prosespercampuranbudaya(akulturasi)diawalidenganmasuknyapendatang
yangmempunyaibudayaberbeda.KotaPesisirutaradikawasanJawaTimurmerupakanawalmasuknya

[1]
MahasiswaS3Arsitektur,ProgramPascasarjanaUniversitasKatolikParahyangandanDosenJurusanArsitektur,
FakultasTeknikUniversitasKatolikParahyanganBandung,Indonesia
tiar@home.unpar.ac.id
[2]
DosenJurusanArsitektur,FakultasTeknikUniversitasBrawijayaMalang,Indonesia
mr.antariksa@gmail.com
[3]
DosenJurusanArsitektur,FakultasTeknikUniversitasKatolikParahyanganBandung,Indonesia
purnamasalura@yahoo.com

407

Fauzi, B., Antariksa, Salura, P.

pendatangasinguntukberdagang.KotakotayangberadadikawasanPesisirutaraJawaTimur,seperti
Lasem, Tuban dan Gresik merupakan kota yang memiliki pelabuhan yang pada masanya berfungsi
sebagai kawasan perdagangan, sehingga orangorang Cina, Arab dan Belanda (VOC tahun1602)
menggunakanpelabuhantersebutuntukkeperluanberdagang.
Berdasar catatan sejarah ada tiga etnis pendatang yang melakukan kegiatan perdagangan di
kawasan kota Pesisir, bahkan menetap dalam waktu yang cukup lama, yakni : etnis Cina, Arab dan
Belanda. Masuknya pendatang ditengarai melalui beberapa periode, seperti : Cina sekitar abad
ke1314,Arabpadaabadke1516danBelandapadaabadke1619bersamaandenganberdirinya
VOCdanmasakoloniBelanda(Lombard,1996).
Padaeratersebutmulaiterjadipercampuranunsurunsurbudayayangmembentukcikalbakal
budayaPesisir.KawasankotaPesisirdianggapsebagaidaerahyangterbukabagipendatang,sehingga
memudahkan terjadinya proses pertemuan dan percampuran budaya melalui kegiatan berdagang.
Dalam perkembangannya percampuran budaya (Cina, Arab dan Belanda) memberikan pengaruh pada
arsitektur masyarakat kota Pesisir yang terwujud dalam berbagai ragam nilai dan bentuk yang
didasarkanpadasosokdanwujudarsitekturnya.
Akulturasi berpengaruh pada arsitektur, dengan demikian akulturasi yang terjadi di kawasan
masyarakat kota Pesisir utara Jawa juga berpengaruh terhadap proses pembentukan arsitekturnya,
khususnya dalam bentuk percampuran tipe bentuk, ragam arsitektur, pola ruang dan tatanannya.
Pengetahuanmengenairelasikonsepfungsi,bentukdanmaknaarsitekturpentingdalammenentukan
arahperkembanganarsitekturmasyarakatkotaPesisirutaraJawa.

RuangLingkupKajian
Kajian tentang relasi konsep fungsi, bentuk dan makna arsitektur Pesisir ini akan berpumpun
padafaktorfaktorpengaruh,prosesketerkaitandankonteksunsurbudayadanarsitekturdanbersifat
deskriptifanalitisdaninterpretatif,berlandaskanpadabuktiempirisyangditemukandalamkasusstudi
berdasarkan tingkat paparan (exposure) terhadap pengaruh luar, latar belakang budaya dan unsur
pembentukarsitekturnya.
KajianinidilakukandikotaPesisirutaradikawasanJawaTimur,yakni:Lasemyangmerupakan
kawasanyangsangatbanyakdipengaruhiolehbudayaCinamelaluiprosesakulturasibudaya,sehingga
kawasan ini sangat representatif untuk menjadi kajian. Objek yang diteliti berupa arsitektur rumah
tinggal di Pecinan Kampung Karangturi sebagai patron yang mempengaruhi rumah tinggal tradisional
etnis Jawa sebagai klien kampung tumbuh mandiri yang berada di kawasan Kampung Jawa Sumber

408

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Girang, Lasem. Kajian ini ditentukan secara purposive dan dilakukan telaah secara retrospektif
diakronis sejauh dimungkinkan berdasarkan catatan empiris lapangan serta dengan membaca dan
mendeskripsikansecaramendalamrelasikonsepfungsi,bentukdanmaknaarsitekturnya.

1. PemahamanPesisirMelaluiPendekatanTeoriBudayaDanArsitektur
PemahamantentangPesisirutaradikawasanJawaTimurdapatdilakukanmelaluipendekatan
budaya,budayayangdimaksudjugaberkenaandengansejarahpanjangkawasanpesisiryangterbentuk
melalui proses akulturasi budaya. Konteks budaya menjadi salah satu unsur yang dapat digunakan
untukmenelaahadanyafenomenayangterjadipadakomunitasmasyarakatJawayangadadikawasan
kotaPesisirutaraJawa.

TeoriBudaya
1. TeoriBudayaJawa
Kebudayaan Jawa merupakan awal dari pola tata laku manusia dan masyarakat Jawa yang
terbentuk melalui sejarah panjang berdasarkan pendekatan kulturhistoris manusia Jawa. Konsep
budayaJawasangatsaratdengannilainilaikearifanlokalyangdikenaldengankearifanJawa.Nilainilai
yang dimaksud juga merupakan representasi dari relasi dan sikap manusia Jawa dengan Tuhan, alam,
masyarakat/sosial dan pribadi/individu, sehingga nilainilai inilah yang terus dikembangkan oleh
masyarakatJawamenjadipedomandalammelakukankehidupanseharihari.
Dalam pemahaman tentang ruang dalam masyarakat Jawa berkembang dari sosok dan wujud
yang sederhana sampai kompleks. Dualisme ruang menurut pandangan masyarakat Jawa, seperti
kanankiri,depanbelakang,atasbawah,utaraselatandanlainnyamerupakanekspresidarisikap
danorientasiruang.Teoripasanganinijugatercermindalamarsitekturdalamwujudbentuksusunan
ruangyangsimetriberdasarkanhirarkiruangnya.
Ruang pada arsitektur rumah tinggal Jawa merupakan ungkapan dari hakikat penghayatan
terhadap kehidupan dan kepercayaan masyarakatnya. Orientasi terhadap sumbu kosmis utara
selatansedikitbanyakberkaitandenganmitosRatuLautSelatan.Mancapatataususunan45juga
mendasari pola penataan ruang arsitektur rumah tinggal Jawa, baik dalam skala hunian maupun pola
kampungsecarakeseluruhan.


409

Fauzi, B., Antariksa, Salura, P.

2.TeoribudayaCina
Budaya Cina merupakan Agama tradisional orang Cina (Tionghoa) bersifat sinkretis yang
diturunkandaritigaajaran,yakniKonfusius,TaoismedanBudhisme,yangsangatmenonjoldarikegiatan
religiusmerekaadalahpenyembahanarwahleluhuryangsebenarnyasangattuamenjadikepercayaan
merekadankemudiandiperkuatolehajaranKonfusius.Agamayangsinkretikinilebihdikenalsebagai
kebudayaanCina.Penyembahanarwahleluhuradalahpemujaanyangmengkontribusikepadaintegrasi
dan mengekalkan kehadiran leluhur di dalam keluarga sebagai satu unit dasar masyarakat Tionghoa
(Pratiwo,2010).
Konsep kosmologi diterjemahkan ke dalam konsep ruang untuk permukiman yang
diperuntukkan bagi komunitas masyarakat Cina, sehingga konsep inilah yang menjadi acuan dalam
penataanorderruangdanhirarkiyangditerjemahkankedalamgugusruang.Orientasirumahmenjadi
salahsatuciriyangterekspresidalambentukanarsitekturnya.Unsurunsuryangselalumelekatpada
budaya Cina adalah unsur yang memberikan gambaran tentang alam (flora dan fauna) serta bentuk
bentukgeometrikyangdipadukandengannuansawarnadanteksturnya.
Ruang pada arsitektur rumah tinggal Cina di Jawa didasarkan pada bentuk dan hirarki rumah
tinggalCinadidaratan,namunmengalamipenyesuaiandenganlokasidanbudayasetempat.Dalam
kondisilengkapterdiridari12massautamadan2massatambahan.Hirarkiditentukanolehlokasi
ruangkepalakeluargadanaltarpersembahankepadanenekmoyang.

2.TeoribudayaPesisir
Masyarakat kota Pesisir yang sangat terbuka akan memberikan implikasi pada terbentuknya
budayabarumelaluiprosesakulturasibudaya,budayabudayapendatangyangmasukdikawasankota
Pesisir pada akhirnya akan membentuk budaya baru, yang dikenal dengan budaya Pesisir. Budaya
masyarakatkotaPesisirmerupakanwujuddaripolatatalakudanstruktursosialmasyarakatpesisiryang
membentuk arsitektur kota Pesisir. Arsitektur kota pesisir memiliki karakteristik spesifik dengan
berbagai ragam bentuk paduan dari wujud percampuran budaya pendatang (Cina, Arab dan Belanda)
danbudayaJawa(Pesisir).
Budaya dalam konteks peradaban Pesisir (peradaban daerah pantai) merupakan gambaran
adanya aneka ragam budaya yang memiliki prinsip interaksi dinamis atau pergerakan dan kreasi aktif
heterogenitasdenganadanyakemiripankulturaltentanggambaranmatarantaiperdagangan,pergaulan
sosial,hubunganpolitiksertainteraksikesusasteraandankesenian(Vickers,2009).

410

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

a. PendekatanTeoriBudayaDanArsitektur
Untuk mengungkap fenomena arsitektur masyarakat kota Pesisir utara Jawa, maka perlu
diuraikan teori yang memberikan pengaruh signifikan pada perkembangan pengetahuan arsitektur.
Dalam telaah teoritik ini, sedikitnya ada dua teori yang patut dikedepankan (Salura, 2007) sebagai
berikut:
1.TeoriStrukturalisme(BudayadanArsitektur)
Teoristrukturalismemengkaitkanantararealitasdenganstrukturdalamyangterkandungpada
seluruhaspekkehidupanmanusia.Pandangandalamteoriiniterdiridariduasisi,yakni:strukturdan
sistem. Pemikir seperti Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce telah mengangkat
strukturalisme ke dalam tataran epistemologis dan metodologis melalui konsep yang dikembangkan
denganstrukturdiadic(langueparoledansignifiersignified)dantriadic(signobjectinterpretant).
TeoriStrukturalisme(LevisStrauss,1958)merupakanteoriyangdapatmengungkapsuatusistem
ataupolayangterjadidalamsatukomunitasfisikmaupunnonfisik.Teoriinimenjelaskanbagaimana
kebudayaan melalui kajian tentang perilaku, dimana perilaku tersebut diungkap untuk mendapatkan
konsep yang melatarbelakanginya. Konsep inilah yang diharapkan dapat terwujud melalui kajian
secarakomprehensifpengamatanperilakutermasukadanyamitosyangberupaceritayangkompleks
yangmengungkapkaneksistensimanusia.
Mengacupadadefinisisecaraantropologis,Salura(2011)menyebutkanbahwaStrukturadalah
sebuahbangunyangsecaraabstrakberkaitansatusamalain,bangunmerupakankonsepabstrakyang
dapat dipahami berdasarkan tiga sifat dasar, yakni : transformasi, totalitas dan otoregulasi.
Konsepstrukturdapatdipandangsebagaisuatufenomenakonkrit,tetapijugaadapandangansebagai
fenomenaabstrak(AdimihardjadanSalura,2004).
2.TeoriTipomorfo(Arsitektur)
Diyakini bahwa unsur arsitektur selalu terdiri dari : pertama, fungsi sebagai satu jenis atau
kumpulanaktivitas;keduabentukyangberuparuangatauruanganfisikyangmengakomodasiaktivitas;
ketigamaknaatauartiyangditangkapolehpengamatnyadaritampilanakitivitasdanbangunantersebut
(Salura,2010).TipomorfoyangdikemukakanolehQuatremeredeQuincydandikembangkanolehAldo
Rosi. Tipologi masuk kedalam kategori teori klasifikasi yang dalam perjalanannya tipologi sering juga
digunakanuntukmengklasifikasikanbentukfisikataufungsibangunan.
Argumeninidikembangkandandielaborasilanjutpadastudiiniselaintipologifisiksertafungsi
bangunan, juga tipologi yang mengabstraksikan bentuk dan kegiatan fisik menjadi tipe abstrak.

411

Fauzi, B., Antariksa, Salura, P.

BentukarsitekturrumahtinggaldengangayakolonialdiKotaPasuruanberdasarkanteorikebudayaan
yang ada di kawasan kota Pesisir utara Jawa memiliki tipologi bentuk berdasarkan elemen wajah
bangunan,ornamen,gayadantahunpembuatannya.GayayangdimaksudadalahIndischeEmpireStyle,
Voor1900,NA1900(Antariksa,2010).
Antariksa(2010)menyebutkanbahwatipologimerupakanstudiyangberkaitandengantipedari
beberapa objek yang memiliki jenis yang sama. Tipologi merupakan sebuah bidang studi yang
mengklasifikasikan, mengkelaskan dan mengelompokkan objek dengan ciri khas struktur formal yang
samadankesamaansifatdasarkedalamtipetipetertentudengancaramemilahbentukkeragamandan
kesamaan jenis. Aspek klasifikasi berdasarkan aspekaspek/kaidahkaidah tertentu, seperti : fungsi,
bentuk maupun gaya. Sulistijowati dalam Antariksa (2010) dalam upaya mengkelaskan,
mengelompokkanberdasarkanaspekfungsi,geometrikdanlanggam.

b. KonsepDanRelasiFungsi,BentukDanMaknaArsitekturPesisir
Sosok arsitektur di kawasan Pesisir utara Jawa terbentuk melalui berbagai konsep yang
melingkupinya.Konsepsebagaibentukrepresentasinilaidanunsuryangdianutolehmasyarakatkota
Pesisirdalambentuktradisisecaraturuntemurun.Tradisiyangdimaksudsekaligusmerupakanekspresi
bentukpercampurannilainilaibudayapendatang(Cina)yangmasukdanmeleburkedalambudayalokal
Jawa(Pesisir).
Arsitektur Pesisir dapat dipandang sebagai konsep arsitektur yang merupakan relasi antara
fungsi, bentuk dan makna arsitektur rumah tinggal Pesisir sebagai kesatuan yang utuh dalam
membentukidentitasarsitekturkotaPesisir,denganciriyangmelekatsebagaibentukakulturasibudaya
danmemilikinilaidanunsuryangadaptifterhadapsegalaperubahan.Relasiyangterjadiantarafungsi,
bentukdanmaknaakanmembukakonsepyangadadibelakangnyadariobjekrumahtinggaldiPecinan
KampungKarangturidanKampungJawaSumberGirang,Lasem.
1.KonsepBentuksebagaiRelasiTipeKegiatandanTipeRuang(StrukturdalamFungsi)
KonsepfungsiyangterekspresidalamarsitekturmasyarakatkotaPesisirterlihatdaribagaimana
relasi yang terkait antara Tipe Kegiatan dan Tipe Ruang yang akan menghasilkan Struktur Dalam
Fungsi.Konsepfungsiinilahyangpadaakhirnyaakanmembentukpoladantiperuang,termasukakan
menentukanberbagaitipekegiatanyangdilakukandalamkehidupanseharihari.

412

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Tabel1:RelasiManusiaJawa(Pesisir)denganTipeKegiatandanTipeRuang(StrukturDalamFungsi)
No. RelasiManusiaJawa TipeKegiatan TipeRuang StrukturDalamFungsi
(Pesisir)
1. ManusiaTuhan Ritual PersembahanRoh/Tuhan HirarkiRuang
2. ManusiaAlam Perilaku/Aktivitas PasrahterhadapAlam RelasiRuangDalamdanLuar
3. ManusiaMasyarakat Sosialisasi GotongRoyong LokasiRuangDalamdanLuar
4. ManusiaPribadi RuanguntukKegiatan SesuaidenganNormadan RuangDalamdanLuar
Seharihari KearifanLokalnya

2.KonsepBentuksebagaiRelasiTipeWadahdanStrukturKonstruksi(StrukturdalamBentuk)
Konsep bentuk yang terekspresi dalam arsitektur Pesisir terlihat dari bagaimana relasi yang
terkaitantaraTipeWadahdanStrukturKonstruksiyangakanmenghasilkanStrukturDalamBentuk.
Konsep bentuk inilah yang pada akhirnya akan membentuk tipe wadah dan struktur konstruksi,
termasukakanmenentukanberbagaitipewadahyangdilakukandalamkehidupanseharihari.

Tabel2:RelasiManusiaJawa(Pesisir)denganTipeWadahdanStrukturKonstruksi(StrukturDalamBentuk)
No. RelasiManusiaJawa TipeWadah StrukturdanKonstruksi StrukturDalamBentuk
(Pesisir)
1. ManusiaTuhan SentongTengah KegiatanRitual PosisiRuang
2. ManusiaAlam RagamBentuk KegiatanProduksi BentukBangunan
3. ManusiaMasyarakat Sosialisasi KegiatanSosial BentukRuang
4. ManusiaPribadi KegiatanSeharihari KegiatanSeharihari TatananRuang

3.KonsepBentuksebagaiRelasiTipeMaknadanTampilanBentuk(StrukturdalamMakna)
KonsepbentukyangterekspresidalamarsitekturrumahtinggalmasyarakatkotaPesisirutaradi
kawasanJawaTimurterlihatdaribagaimanarelasiyangterkaitantaratipemaknadantampilanbentuk
yangakanmenghasilkanstrukturdalammakna.Maknainilahyangakanmembentuktipemaknadan
tampilan bentuk, termasuk akan menentukan berbagai tipe makna yang terwujud dalam kehidupan
seharihari.


413

Fauzi, B., Antariksa, Salura, P.

Tabel3:RelasiManusiaJawa(Pesisir)denganTipeMaknadanTampilanBentuk(StrukturDalamMakna)
No. RelasiKonsep TipeMakna TampilanBentuk StrukturDalamMakna
ManusiaJawa(Pesisiran)
1. ManusiaTuhan Religi/kepercayaan Strukturtataletakruang Relasiketuhanan
2. ManusiaAlam tindakan Penggunaanmaterial Relasialam
3. ManusiaMasyarakat Gotongroyong Kebersamaan(saranadan Relasikemanusiaan
prasaranapublik)
4. ManusiaPribadi Statussosial Penggunaanragambentuk Relasiindividu/pribadi

c. ArsitekturPesisirUtaraJawaTimurdiLasem
ArsitekturPesisirutaraJawamerupakansosoklingkunganbinaanyangterwujudmelaluiproses
percampuranberbagaibudaya,dandikenaldenganpengertianAkulturasiBudaya.Budayapendatang
Cina mempengaruhi terbentuknya arsitektur masyarakat kota Pesisir yang terekspresi pada
arsitekturnya.

PecinandiKampungKarangturidanKampungSumberGirang,Lasem
Pecinan di Kampung Karangturi dipengaruhi oleh nilainilai budaya Cina dan merupakan
kampung yang dihuni oleh komunitas masyarakat etnis Cina Jawa Pesisir, keberadaan kampung ini
dengan bangunanbangunan yang dipengaruhi oleh Arsitektur etnis Cina sebagai patron. Gubahan
arsitekturnyadenganbeberaparagambentukperpaduanarsitekturJawadanCina.KampungSumber
GirangmemilikipengaruhbudayaCinaberdasarkanfenomenadiPesisirutarakawasanJawaTimur.
Kampung Sumber Girang, Lasem yang merupakan kawasan periferi Pecinan sebagai kampung
mandiri dengan bentukan arsitekturnya sebagai klien. Kampung ini berada di kawasan pusat kota
LasemyangmerupakankawasanarealperkampunganrumahetnisJawa.Bentukbentukarsitekturnya
dipengaruhiolehpolabentukarsitekturCina.

ArsitekturrumahtinggalIbuUntaridiPecinanKampungKarangturi,Lasem.
Rumahtinggalsebagaiobjekarsitekturmemilikiciridankarakteristikunsurunsurbudayaetnis
Cina.BerdasarkanfenomenamasyarakatkotaPesisirdikawasanutaraJawaTimur,arsitekturrumah
tinggal di kampung Sumber Girang, Lasem yang merupakan kawasan periferi Pecinan Kampung

414

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Karangturi. Rumah ini memiliki karakteristik spesifik, bentuk arsitekturnya berlanggam arsitektur dan
budayaetnisCina.
SusunanruangpadarumahtinggaldiKampungKarangturimemilikisusunanruangyangsimetri
dan ruang terbagi menjadi empat area, yakni area teras, ruang tamu/keluarga, ruang tidur dan ruang
servis/dapur.SusunaninimengingatkanpadabentukarsitekturCinapadaumumnyayangmemberikan
kesanformalpadagubahanruangnyasertaadakejelasanpadapembagianruangnya.

1 2 3

Gambar1,2,3.Denah(gb.1)dantampakdepan(gb.2)danpotonganmelintang(gb.3)
arsitekturrumahtinggalIbuUntaridiPecinanKampungKarangturi,Lasem

Bentuk atap dengan menggunakan tipe pelana menunjukkan pada bentukan arsitektur Cina,
bentuk atap ini didukung dengan sistem konstruksi atap dengan kuda kuda tipe konstruksi Cina yang
menumpu pada kolom dan balok terlihat juga pada sistem kolom pendukung strukturnya. Seluruh
struktur,konstruksidandindingpengisinyamenggunakanmaterialkayuyangmengekspresikanbentuk
arsitekturtradisional,sepertihalnyabangunantradisionalJawalainnya.

Tabel4.SosokarsitekturrumahtinggalIbuUntaridiPecinanKampungKarangturi,Lasem
Sosokarsitekturrumahtinggal Sosokarsitekturrumahtinggal






Gb1,2.TampakdepanpagardangerbangbangunanTampak Gb3,4.Tampakdepandanterasdepanbangunanutama
depanbangunandengantipebangunanbenteng Tampakdepandenganpintuutamaditengah

415

Fauzi, B., Antariksa, Salura, P.







Gb5,6.KonstruksiatapCina Gb7,8.Ruangbelakangdanservis
KonstruksiatapCinaterlihatsangatspesifik Ruangservisberadapadasusunanruangbelakang

ArsitekturrumahtinggalBapakSolehdiKampungSumberGirang,Lasem.
Rumahtinggalsebagaiobjekarsitekturmemilikiciridankarakteristikunsurunsurbudayaetnis
Cina.berdasarkanfenomenamasyarakatkotaPesisiryangterjadidikawasanutaraJawaTimur,yakni
arsitektur rumah tinggal yang berada di kampung Sumber Girang, Lasem yang merupakan periferi
kawasanPecinan(KampungKarangturi).Rumahinimemilikikarakteristikspesifik,bentukarsitekturnya
dipengaruhiolehlanggamarsitekturdanbudayaetnisCina.
SusunanruangpadarumahtinggaldiKampungSumberGirangmemilikikesamaandenganpola
bangunan arsitektur rumahdi Pecinan KampungKarangturi,yaknidengan susunan ruangyang simetri
dan ruang terbagi menjadi empat area, yakni area teras, ruang tamu/keluarga, ruang tidur dan ruang
servis/dapur.SusunaninimengingatkanpadabentukarsitekturCinapadaumumnyayangmemberikan
kesanformalpadagubahanruangnyasertaadakejelasanpadapembagianruangnya.

4 5 6
Gambar4,5,6.Denah(gb.4),tampakdepan(gb.5)danpotonganmelintang(gb.6)
arsitekturrumahtinggalBapakSolehdiKampungSumberGirang,Lasem

416

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Bentuk atap dengan menggunakan tipe pelana menunjukkan pada bentukan arsitektur Jawa,
bentukatapinididukungdengansistemkonstruksiatapdengankudakudayangmenumpupadakolom
dan balok. Seluruh struktur, konstruksi dan dinding pengisinya menggunakan material kayu yang
mengekspresikanbentukarsitekturtradisional,sepertihalnyabangunantradisionalJawalainnya.
Bentukbentuk elemen dan ornamen yang diterapkan pada arsitektur rumah tinggal ini
dipengaruhi oleh unsurunsur budaya dan arsitektur Cina, bentuk tersebut mencakup detaildetail
konstruksiatap,penggunaanbadukanditerasdepan,motifrailingterasdanlainnya.Bentuktersebut
hanya memberikan karakter yang sifatnya elementer dan pada akhirnya juga mewarnai pembentukan
identitasarsitekturPesisirutaradikawasanJawaTimur.
Ekspresi bangunan dari tampilan depan bangunan menunjukkan gubahan bentuk simetri,
terlihatpadasusunanruang,pintuditengahdankeduajendelayangberadadisisikanandankiri,empat
tiang depan dengan konstruksi kayu juga diperlihatkan sebagai ekspresi pola bangunan di kawasan
pecinan.

Tabel5.SosokarsitekturrumahtinggalBapakSolehdikampungSumberGirang,Lasem
Sosokarsitekturrumahtinggal Sososkarsitekturrumahtinggal


Gb1,2.Tampakdepandanterasdepan Gb3,4.Tampaksampingdankonstruksiruangtengah
Tampilandepanbangunanmenunjukkankarakterbentukyang TampaksampingdepanmenunjukkanbentukanatapJawadan
simetri dengan pembagian dua jendela kiri kanan dan pintu tepi bangunan dengan dinding kayu dan konstruksi ruang
utamaditengahdanterasdepan.Pembagianelemenfasade tengahdengansusunankolomdanbalokkayu
jugamewarnaikarakteristikarsitekturJawapadaumumnya



Gb7,8.Jendelasampingdepandanteritissamping
Gb5,6.Ruangdepan(tamu)danterasdepan
Jendela samping depan bangunan menunjukkan adanya
Ruangdepanmenunjukkanhirarkiareautamadanterasdepan
kejelasan bukaan pada bagian fasade bangunan depan dan
berfungsisebagairuangpenerimautamaatauruangperalihan
teritissampingmerupakanpenyelesaianbagiantepiatap


417

Fauzi, B., Antariksa, Salura, P.

Relasi konsep manusia Jawa dengan Tuhan, alam, masyarakat dan pribadi terhadap konsep
fungsi,bentukdanmaknayangterjadipadaarsitekturlokalPesisirutaradikawasanJawaTimurakan
membentuk kebertahanandalam menghadapi pengaruhbudayadan arsitektur pendatang. Arsitektur
rumah tinggal di kampung Sumber Girang memiliki beberapa unsur bentukan arsitektur yang tetap
bertahankarenaunsurbudayaJawayangcukupdominanpadatipebentukatap,polaruangutamadan
sistemstrukturkonstruksibangunannya,sedangkanunsuryangberubah(pengaruhbudayaCina)pada
tipepembataskavlinglahanrumah,penggunaanornamentasipadabangunannya(Tabel6):

Tabel6.Unsurunsuryangtetapbertahan(unsurbudayaJawa)danunsuryangberubah(pengaruhunsurbudaya
Cina)padaarsitekturrumahtinggalBapakSolehdikampungSumberGirang,Lasem

No. Unsurunsurarsitektur Unsuryangtetapbertahan Unsuryangberubah


(JawaPesisiran) (unsurbudayaJawa) (pengaruhunsurbudayaCina)
1. Bentukatap Poladantipebentukatappelana
2. Polaruang Sirkulasisampingrumah(areaservices)
3. Strukturkonstruksi Penggunaanstrukturdankonstruksi Sistemtumpuankonstruksiatapdinding
kayupadaseluruhbangunan pemikul
Sambungankonstruksikayudengan
pen
4. Ornamen(non Penggunaanbentukornamenkayupada
5. struktural) railingterasdepan
Elemen(nonstruktural) Dudukanbatapadasisikiridankananteras
6. Bataslahanmenjadisalahsatukarakter
Bataslahan arsitekturCina(pembatas)

Kearifan lokal yang terbentuk pada arsitektur rumah tinggal Bapak Soleh di kampung Sumber
Girang karena kuatnya nilainilai tradisi lokal dan konsep budaya Jawa berdasarkan tradisi dan relasi
manusia Jawa dengan Tuhan, alam, sosial dan pribadi secara turun menurun, sehingga terjadinya
pengaruhbentukbentukarsitekturtersebutterbataspadatipedanpolabentukelementernya.

418

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Kesimpulan
Bentuk arsitektur lokal di kawasan pesisir utara Jawa Timur merupakan arsitektur Jawa
Pesisiran yang sangat dipengaruhi oleh nilainilai budaya Cina. Arsitektur rumah di Pecinan kampung
KarangturiLasemmerupakanarsitekturkomunitasetnisCinadengangayaarsitekturnyayangterlihat
padaekspresibentukbentukdansusunanruangyangsimetriberdasarkanfungsinya.
Arsitektur rumah tinggal di Kampung Jawa Sumber Girang, Lasem dipengaruhi oleh arsitektur
rumah tinggal di Pecinan Kampung Karangturi, Lasem yang terlihat dari unsurunsur budaya dan
arsitekturCinayangterekspresidalamkonsepfungsi,bentukdanmaknanyadalamwujudtipebentuk,
pola bentuk ruang dan tatanannya serta struktur dan konstruksi yang memiliki karakteristik sebagai
arsitekturyangdipengaruhiolehunsurunsurbentukarsitekturCina.
Arsitektur rumah tinggal di Pecinan Kampung Karangturi dan Kampung Jawa Sumber Girang
memilikikonsepfungsi,bentukdanmaknaarsitekturyangsamadandapatditerapkansebagairujukan
bagi kasus studi pada rumahrumah di kawasan perumahan tradisional lainnya berdasarkan latar
belakangpengaruhbudayanya.

DaftarPustaka
Abel,Chris[1997],ArchitectureandIdentity,Arch.Press,Singapore.
Adimihardja,Kusnaka;PurnamaSalura[2004],ArsitekturDalamBingkaiKebudayaan,Foris,Bandung.
Adimihardja,Kusnaka[2008],DinamikaBudayaLokal,IndraPrahasta+LBPB.
Antariksa[2010],MenujuPendidikanArsitekturIndonesiaBerbasisRiset[SeminarNasionalMetodeRiset
DalamArsitektur],Udayana
UniversityPress,Bali,2010.
Christomy,Tommy[2002],Indonesia:TandaYangRetak,WedatanaWidyaSastra,Jakarta.
Endraswara, Suwardi [2010], Falsafah Hidup Jawa, Menggali Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat
Kejawen,PT.BhuanaIlmu
Populer[KompasGramediaGroup],Jakarta.
Geertz,Clifford[1983],LocalKnowledge,BasicBook,USA.
Gelernter,Mark[1995],SourcesofArchitecturalForm,ManchesterUniversityPress,NewYork.
Hall,S[1991],TheLocalandTheGlobal,MacMillanPress,NewYork.
Lombard, Denys [1996], Nusa Jawa : Silang Budaya, Kajian Sejarah Terpadu, Bagian 1 : Batas Batas
Pembaratan,GramediaPustaka


419

Fauzi, B., Antariksa, Salura, P.

Utama,Jakarta.
Mangunwijaya,Y.B.[1988],WastuCitra.
Rapoport,Amos[1969],HouseFormandCulture,PrenticeHallInternationalInc.,London.
Salura, Purnama [2001], BerArsitektur, Membuat, Menggunakan, Mengalami dan Memahami
Arsitektur,Bandung.
Salura,Purnama[2010],ArsitekturYangMembodohkan,CiptaSastraSalura,Bandung.
Vickers, Adrian [2009], Peradaban Pesisir : Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara, Pustaka Larasan,
UdayanaUniversityPress,Dps.

420

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

TektonikaArsitekturTradisionalBali

NiKetutAyusiwalatri1,JosefPrijotomo2

Abstrak
Tektonika merupakan seni konstruksi bangunan, dimana peranan tektonika pada masa kini sudah mulai
ditinggalkan karena berbagai alasan. Penggunaan tektonika untuk mempercantik bangunnan banyak digunakan
terutamapadaarsitekturtradisional,karenapadaarsitekturtradisionalcenderungbentukbangunansederhanadan
tidakbanyakmemilikivariasibentuk..ArsitekturtradisionalBalitektonikadapatdilihatdaripenggunaanmaterial
yaitukayu,batudanmaterialyangdiikat.KeterampilantukangdanparaUndagimenciptakankonstruksibangunan
yangindahdapatmenjadisumberilmupengetahuanbagikitasemua.Mempelajaritektonikaarsitekturtradisional
merupakansalahsatusikapempatiyangharusdimilikigenerasimasakini,sehinggailmupengetahuanyangdimiliki
parapendahulukitatidakhilangtergerusolehjaman.
Katakunci:ArsitekturtradisionalBali,Konstruksibangunan,Undagi

Pendahuluan
Arsitektur sering disamakan dengan karya seni yang harus memiliki nilai estetika, walaupun
Arsitekturtidaksepenuhnyamerupakansenimurni.Padasetiapperkembanganarsitekturpenekanan
kualitas estetika arsitektur berbedabeda. Pada masa arsitektur klasik estetika bangunan lebih
ditekankan pada bentuk proporsi dan tampilan bangunan secara keseluruhan, sedangkan pada
perkembanganarsitekturBaroklebihbanyakmengeksploitasiornamentdandekorasi.
Arsitektur tradisional di Indonesia memiliki berbagai perioda perkembangan. Ada beberapa
daerahyang perkembanganarsitekturnya sudah sangat tinggi terutama di wilayah Jawa dan Sumatra,
sedangkan dibeberapa daerah Indonesia timur, arsitekturnya masih sangat sederhana. Namun dari
semua perkembangan arsitektur di nusantara harus dilihat sebagai sumber ilmu pengetahuan yang
harusterusdigalidandipelajarisehinggatidakhanyamenjadieforiadidalamseminarataudiskusi,dan
setelah acara berakhir kemudian dilupakan. Apalagi kemudian ada fenomena dimana pembelajaran
arsitektur tradisional nusantara di beberapa perguruan tinggi sudah mulai dihapuskan, sehingga mata
rantaipembelajaranperancanganarsitekturakansemakinterputusdariakararsitekturlokal.

[1]
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasUdayana
[2]
ProgramStudiArsitektur,FTSP,InstitutTeknologiSepuluhNopemberSurabaya

421

Siwalatri, N. K. A., Prijotomo, J.

Arsitektur tradisional Bali adalah salah satu arsitektur etnik nusantara yang masih tetap
digunakan oleh masyarakat, walaupun banyak mendapatkan tantangan dengan masuknya berbagai
informasi arsitektur dunia melalui teknologi informasi. Salah satu potensi yang dimiliki arsitektur
tradisional Bali adalah bagaimana pengetahuan tektonika yang dimiliki masyarakat Bali untuk
memperindaharsitekturnyaatauuntukmemberikankesankesanberbedapadaekspresiarsitekturnya.
Tulisan ini mencoba menggali pengetahuan tekntonika masyarakat Bali melalui dokumentasi
yangdilakukanpadaarsitekturtradisionalBaliyangtersebardiberbagaidaerahdiBali.Arsitekturyang
didokumentasimencakupsemuafungsiyaitufungsiparhyangan,pawongandanpalemahan.Informasi
yangterkumpulkemudiandiinterpretasikandenganpendekatanyangrasionalsehinggadapatmenjadi
ilmupengetahuanyangdapatdipelajari.
Terminologi tektonika mengacu pada seni dan ilmu konstruksi (Poter, 2004:148). Tektonika
sering diasosiasikan dengan ekspresi artistik dari sistem konstruksi, dan sekarang tektonika dan
turunannya yaitu teknologi diterapkan di semua bentuk konstuksi arsitektur dan hasil produksi karya
manusia secara umum. Gottfied Semper Dalam bukunya Four Elements of Architecture 1851
menggunakan istilah tektonik yang mengacu pada sistem konstruksi rangka ruang yang ringan dan
berlawannandenganstereotomicyangmenggunakantembokmasif.Katatektonikdiperkenalkanpada
literaturarsitekturolehCarlBoetticherdalambukunya:TheTectonicsofHellenes,Berlin1862.
Tektonika merupakan salah satu cara untuk mengartikulasikan arsitektur, terutama
mengekspresikan sistem struktur dan konstruksi yang dipergunakan. Artikulasi arsitektur sangat
tergantung pada bagaimana strategi memecah continuitas dari ekspresi. Artikulasi nampak apabila
integritas antara dua elemen (seperti dinding dan lantai) atau dua material tetap terjaga pada titik
sambungannyamelaluikontaklangsung,ataumemainkanvoidsoliddansebagainya.Denganekspresi
arsitektur yang jelas terutama pada sambungan atau hubungan antara komponen bangunan satu
dengan lainnya, dan memiliki sensitifitas pada detail akan menghasilkan ekspresi yang indah
(Poter,2004:147.)
Definisi tektonika kalau dilihat di kamus berarti: pertaining to building or construction in
general, constructional, constructive used espcially in reference to architecture and kindred art.
(Framton, 1996:520). Tektonika selalu dikaitkan dengan konstruksi dan teknologi. Kata tektonika
berasaldaribahasaYunani,tektonyangmemilikipengertiantukangkayuatautukangbangunan.Dalam
bahasasansekertajugamengenalteksanyangmengacupadapengertiankerajinanseorangtukangkayu
(Framton, 1996:521) Kata tektonika dapat juga ditemui di beberapa bahasa yang pada umumnya
memilikipengertianyangmiripyaituberkaitandengantukangkayu.

422

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Terminologitektonikatidakdapatdipisahkandenganteknologidanhalinimemberipengertian
yangambivalendankondisiinidapatdibedakanmenjadi3kondisiyaitu(a)objekteknologiyangmuncul
langsung karena kebutuhan instrument, (b) scenographic object yang biasanya digunakan untuk
menyembunyikanataumembuattidaklangsungsebuahelemen,(c)danobjektektonikyangmengacu
pada dua mode yaitu tektonik ontological dan representasional. Moda yang pertama yaitu tektonik
ontology merupakan elemen konstruksi yang menekankan pada statika dan status budaya dan moda
kedua yang merepresentasikan elemen konstruksi yang ditampilkan tetapi tersembunyi (Framton,
1996:521)
Mambahas tektonika pada arsitektur tradisional Bali dapat dikelompokkan berdasarkan
material yang digunakan yaitu (a) kayu, (b)batu, batu bata, dan batu paras, (c) material yang diikat
seperti alangalang daun kelapa dan ijuk. Namun tektonika juga dapat dikelompokkan menjadi
tektonika untuk bangunan tetap/permanen dan untuk bangunan temporer/semi permanen. Kalau
dilihat dari pertimbangan ber tektonika ada empat hal yang menjadi pertimbangan yaitu fungsi,
struktur, material dan alat/ teknologi yang digunakan (Prijotomo, 2012). Pembahasan tektonika pada
arsitektur tradisional Bali akan dilihat dari variasi penggunaan material dan ekspresi konstruksi yang
digunakan,sedangkanaspekyanglainhanyamenjadipengkayaanpembahasan.

Pembahasan
1. Materialkayu
Kayu merupakan material utama yang digunakan pada konstruksi tradisional Bali. Kayu
digunakan untuk kolom, balok, sunduk dan kadang untuk usuk dan listplang. Penggunaan kayu pada
arsitektur tradisional Bali,hampir semuakonstruksinyaadalahdi ekspose, oleh karena itu ada banyak
bentukbentuk konstruksi kayu yang dibuat artistic yang juga berfungsi sebagai ornament. Dari
beberapakegiatandokumentasiyangdilakukanadaberbagaibentukartisticyangdiciptakanolehpara
tukang dan Undagi diBali. Bentukbentuk ini jarang ditemukan pada rumah rakyat tetapi banyak
ditemukanpadapuradanpuri,karenafungsiinimemilikikekhusuanyaituuntukpemujaandanrumah
raja.
SistemkonstruksikayutradisionalBalipadaumunyaberupahubunganantarakolom(saka)dan
balok(sineblambang)dengansistemsambunganpurusdanlobang.Sistemkonstruksiinimembutuhkan
elemen penyangga untuk menahan beban horizontal dan menjaga bangunan tidak puntir dan kaku,
penyangga ini disebut dengan canggah wang. Pada titiktitik kolom yang dianggap tidak menerima
beban, kolom dan balok menggunakan purus dengan diameter yang sangat kecil (23 cm) dan dihias

423

Siwalatri, N. K. A., Prijotomo, J.

dengan kencut (gambar 1). Pada bangunan bale pawedan ini, sistem konstruksi kayu yang digunakan
pada gambar (3) adalah untuk bangunan dengan lima tiang (bale panca Rsi) di Pura Maospahit.
Bangunan ini berfungsi sebagai tempat untuk para pendeta untuk melakukan pemujaan. Bangunan
dengan tipe ini hanya dijumpai pada pura tertentu saja (parhyangan). Karena secara filosofis dan
tuntutanfungsibangunaniniharusmenggunakan5tiang,makadigunakanbentukcanggahwangyang
panjanguntukmenopangbalokmemanjangbangunan.Duabuahtiangdikirikanantiangutamaadalah
tambahan yang sebelumnya tidak ada, karena masyarakat sekarang kurang percaya pada kekuatan
systemkonstruksinya.Gambarkeduajugamenerapkankonstruksiyangsama.Untukmemberikesan
ringan tiang kayu di kiri kanan di putuskan dan untuk menopang beban ditambahkan canggahwang
Penyangga ini disebut dengan canggah wang. Bangunan ini merupakan sanggah kemulan di Puri
Payangan.Dariketigacontohkonstruksiyangditampilkan,Nampakbahwaartikulasisystemkonstruksi
dilakukandenganbaik.Fungsicanggahwangmemanguntkmenopangbalokyangmenerimabebanatap
yangberat.Dengankonstruksitersebutkesannyamenjadiringandanestetik.






Gambar1,2dan3menunjukkanbagaimanaarsitekturmembuatkonstruksiyangartistic(sumberdokumentasiPHKI
JurusanArsitekturFTUnud,2009)

2. MaterialbatuatauBatubata
Batubatadanbebatuanlainnyabiasanyadigunakanpadabagiandasarbangunan(bebaturan),
tetapiadabeberapabangunanyangsecarakeseluruhanmenggunakanbatubataataubebatuanlainnya
seperti candi bentar, kori agung,dan beberapa pelinggih atau tempat pemujaan. Batu bata banyak
digunakandikabupatenBadung,sehinggaekspresigayanyadisebutdenganbebadungan.Materialbatu
batamemilikibeberapakarakteristikyaitumemilikiukuranyangsama(modular),agakgetasdanporus,
dan karakter warna bata yang merah menjadi ciri khususnya. Penggunaan material bata untuk
arsitekturmembutuhkanpermainanpemasanganbatayangkhusus.Kekuatannyatektonikanyaadalah
pada detail dan permainan garis dan bagaimana melakukan pengakhiran. God lies on detail
merupakan slogan Mies van de Rohe, nampak sangat kental pada tektonika batu bata, karena

424

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

materialnyamemilikiwarnadanteksturyangsama,danbersifatmodular,makaperanandetailsebagai
generator bentuk arsitektur dan peranannya menjadi sangat signifikan pada arsitektur ini. Arsitektur
sesungguhnya terdiri dari banyak detail dan banyak arsitek sekarang melupakannya
(porphyios,1982:56). Disini terlihat bagaimana detai mendemonstrasikan artibut material melalui
hukumhukumkonstruksidanmampumengartikulasikandesigndenganbaik.Detaildapatmenampilkan
ornamentyangmemilikimaknayangmendalam,danpadamasakiniornamenseringdigunakandengan
carayangsalah.Memahamipengetahuantektonikanenekmoyangakanmemberikanberbagaipilihan
untuk menciptakan bentuk arsitektur yang indah, karena detail mampu merubah bahasa arsitektur
(Gregotti, 1996:496). GAmbar 4,5 dan 6 menunjukkan bagaimana tukang mengeksploitasi batu bata
dengan segala keterbatasan sifat materialnya menghasilkan bentukan arsitektur yang artistic melalui
aplikasidetailyangindah.










Gambar4,5dan6variasipasangantektonikabatubatadengandetailyangartistic(dokumentasiPura
MospahitDenpasar,2010)

3. Materialyangdiikat
Materialalangalangdanmaterialyangdiikatlainnyabiasanyadigunakanuntukpenutupatap.
Materialyangdigunakandapatberupaalangalang,ijuk,daunkelapadandaunbluataumateriallainnya
yang tersedia di sekitar lokasi. Sistem konstruksi yang digunakan adalah konstruksi ikat, baik untuk
mengikatmaterialalangalangpadasebatangbambusehinggamenjadibilahanpenutupatap,maupun
pada saat menggunakan bilahan yang sudah terakit menjadi penutup atap. Bangunan tradisional Bali
dahulutidakmenggunakanplafon,sehinggakonstruksiusuk(igaiga)daribambudanikatanalangalang
diekspose dan sekaligus berfungsi sebagai plafon. Untuk tujuan ekspose maka konstruksi atap

425

Siwalatri, N. K. A., Prijotomo, J.

mendapatkan perhatian yang baik dari para tukang dan undagi di Bali. Tali yang digunakan mengikat
alangalang untuk menjadi helaian penutup atap biasanya diberi warna dengan merebus tali bambu
denganperwarna(biasanyawarnamerah).Sedangkanhelaian/bilahanalangalangakandiikatdengan
tali yang terbuat dari ijuk dan berwarna hitam. Teknik mengikat menggunakan ikatan yang khas
sehingga menghasilkan tekstur dan irama yang menerus. Dan pemilihan ukuran bambu untuk usuk
dilakukan dengan teliti yaitu harus memiliki ukuran yang relative sama, lurus dan gradasi uluran
mengecil yang teratur, sehingga menghasilkan ekspresi konstruksi yang rapi, indah dan berirama. Di
bagian sudut ada pemucu dan pemade di bagaian tengah yang menggunakan balok kayu sebagai
penekanandengankarakterbahandanwarnayangberbeda..Dibagianpuncakpertemuandigunakan
kayupengunciyangdisebutdenganpetaka.Dibeberapabangunanpetakainidiukirdandibericatyang
indahsehuinggamenjadifokalpoinpadabidangatapkalaudilihatdaribawah.Penanganantektonika
bangunan dengan detail yang baik dan teliti akan dapat menciptakan arsitektur yang baik juga.
PendapatPophyirosyangmenyatakanbahwaarsitektursesungguhnyaterdiridarirangkaindetail,dapat
dilihat pada arsitektur tradisional Bali yang menyelasaikan detail dengan baik dan karakteristik bahan
dan sistem konstruksi diaplikasikan dengan tepat. Penggunaa teknologi sederhana namun
mendapatkanpenangananyangtelitimampumenciptakanarsitekturyangbermakna.







Gambar7.8dan9variasipasangantektonikadengankonstruksiikatdenganmaterialbambu,kayudanalang
alang(dokumentasiPuriPuridiBali,2009)

Konstruksi ikat banyak juga dipergunakan pada bangunan temporer. Arsitektur/banunan
temporer memiliki peranan penting pada arsitektur tradisional Bali, terutama pada saat pelaksanan
upacara keagamaan. Banunan ini pada umumnya menggunakan material bamboo untuk struktur nya
dan anyaman daun kelapa atau alangalang untuk penutup atapnya. Membahas tektonika bangunan
temporer ini menjadi menarik karena bentuknya yang artistic walaupun hanya dipergunakan untuk
waktuyangterbatas.

426

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Bangunan temporer (biasanya disebut dengan tetaring) biasanya dibutuhkan untuk


melaksanakan upacara keagamaan baik tingkat rumah tinggal maupun ditingkat desa. Bangunan
temporer biasanya menggunakan material bamboo untuk rankanya, dan daun kelapa yang dianyam
untuk penutup atapnya. Sistem konstruksi menggunakan sistem ikat dengan tali yang terbuat dari
bamboo.Bangunaniniharusdibuattemporerkarenasecarafilosofisharusmenggunakanmaterialyang
baru(sukla)danakandirobohkanapabilaupacaratelahselesai.Bangunaninidibutuhkankerenapada
saatprosesiupacaramembutuhkanwaktuyangagaklamadariseminggusampai3bulan.Selainituada
beberapabentuktetaringyangdibuatdenganbentuktertentukarenamemilikimaknasimbolis.Selain
bentuktetaringadajugabentukbangunantemporeryangdibutuhkanuntukmeletakkansesaji,tempat
pemujaan,dantempatuntukparapendetamelakukanpemujaanpadatuhanyangMahaEsa.Sisitem
konstruksi yang digunakan sangat sederhana, dengan ikat, system konstruksi takik setengah untuk
bamboo, dan anyaman daun kelapa. Modelmodel anyaman juag sangat bervariasi sesuai dengan
fungsinya dan makna simbolik yang dikandungnya. Pengetahuan mengenai tetaring dan anyaman ini
membutuhkan eksplorasi dan dokumentasi, karena dengan perkembangan jaman, bamboo banyak
diganti dengan pipa dan anyaman digantikan dengan kain, apabila tidak mau pengetahuan ini hilang
ditelankemajuanteknologi.










Gambar10.Konstruksitemporerdenganmaterialbambu,daunkelapadankonstruksiikat,gambar11dan12
artikulasimaterialyangberbedadiekspresikandenganjelas(dokumentasiPuradiBali,2010)



427

Siwalatri, N. K. A., Prijotomo, J.


Kesimpulan
Penggunaan sisitem konstruksi dan tektonika pada arsitektur tradisional Bali tetap
memperhatikankaedahkaedahpembebanandandistribusi,walaupunmasyarakattradisionalpadasaat
itu belum menggunakan perhitungan mekanikan teknik seperti saat ini. Pengetahuan ini diperoleh
melalui proses percobaan yang panjang sehingga menjadi pengetahuan seni konstruksi yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dan dari pembahasan diatas nampak bahwa pengetahuan tentang sistem
konstruksi dan tektonika pada arsitektur tradisional nusantara, khusunya Arsitektur tradisional Bali
sangat kaya dan harus terus digali dan dipahami sehingga menjadi sumber ilmu pengetahuan untuk
perancanganarsitekturdimasakinidanmasadepan.

DaftarPustaka
Framton,Kenneth,1996,RappelALOrdre,TheCaseforTheTectonic,dalamTheorizingaNewAgenda
ForArchitectureAnthologyofArchitecturalTheory19651995,PrincentonArchitecturePress
Frascari, Marco, 1996, The Tell The Tale Detail, dalam Theorizing a New Agenda For Architecture
AnthologyofArchitecturalTheory19651995,PrincentonArchitecturePress
Gregotti, Vittorio, 1996, The Exercise of Detailing, dalam Theorizing a New Agenda For Architecture
AnthologyofArchitecturalTheory19651995,PrincentonArchitecturePress
Jurusan Arsitektur FT Universitas Udayana, 2009, Laporan Dokumentasi Arsitektur tradisional Bali,
ProgramHibahKompetisiInstitusi.
Porphyrios,Demitri,1982,ClassicismisnotaStyle,ArchitecturalRecord,ClassicismisnotaStyle56,pp
56
Poter,Tom,2004,ArchispeakAllIllustratedGuidetoArchitecturalTerms,SponPressTaylorandFrancis
Group,LondonandNewYork
Trebilcock, Peter and Lawson Mark, 2004, Architecture Design in Steel, Spon Press Taylor and Francis
Group,LondonandNewYork,TheStellConstructinnstitute

428

SUBTEMA 4

TEKNOLOGI
DAN REKAYASA
ARSITEKTUR
Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

PanoptisismepadaInteriorKantorBiroAdministrasiKeuangan

SherlydeYong,S.Sn1

Abstrak
Tatanan ruang kantor yang baik juga dapat meningkatkan produktivitas penggunanya dan melancarkan
komunikasi kerja antar pengguna, sehingga koordinasi dan pengawasan semakin mudah. Michel Foucault
mengenalkansebuahprinsipuntukmeningkatkanpengawasan,danmengontroldisiplinsekaligusmemperhatikan
utilitas / kegunaan dibandingkan dengan keindahan / estetika yang dinamakan panoptisisme. Kantor Biro
Administrasi Keuangan merupakan sebuah biro yang berfungsi mengatur segala bentuk urusan keuangan
universitas.Semuaarsiparsip/dokumenpentingdisimpandidalamkantorini.Sebagaisalahsatubiroadministrasi
yangmemilikifungsipenting,makabiroiniharusmendapatperhatiankhususdalamhalkeamanan,pengontrolan
serta kedisiplinan para pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tolok ukur dan penerapan
panoptisismepadainteriorkantorruangbiroadministrasikeuangan.Penelitianinijugabisadimanfaatkansebagai
data acuan untuk desain interior biro administrasi keuangan dari segi penerapan panoptisismenya. Secara umum
penelitian ini bisa dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Metode analisa penelitian yang digunakan adalah
metodeanalisadeduktifinduktif.Hasildaripenelitianiniadalah:prinsipprinsippanoptisismesudahditerapkan.
KataKunci:Panoptisisme,Kantor,Biroadministrasikeuangan

Pendahuluan
Bekerja merupakan salah satu aktvitas yang penting di dalam hidup seseorang. Manusia
berusaha memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan bekerja. Kantor, yang memiliki pengertian
sebagai tempat bekerja, memiliki peranan penting dalam mewadahi aktivitas manusia. Penataan
ruangan kantor yang baik, dapat membantu para pekerja dalam meningkatkan produktivitas. Selain
dapat meningkatkan produktivitas, penataan kantor yang baik juga dapat memberikan keuntungan
lainnya,sepertimemungkinkanpemakaianruangkerjasecaraefisiendanmelancarkankomunikasiantar
pengguna, sehingga koordinasi dan pengawasan semakin mudah. Selain keefektifitasan di dalam
bekerja,penataanruangkantoryangbaikdapatmempengaruhidisiplinpenggunadidalambekerja.
Michel Foucault2, di dalam bukunya discipline and punish, memperkenalkan sebuah prinsip
untukmeningkatkanpengawasan,danmengontroldisiplinsekaligusmemperhatikanutilitas/kegunaan

1
SherlydeYong,S.Sn,UniversitasKristenPetra,sherly_de_yong@peter.petra.ac.id

429

deYong,S.

dibandingkandengankeindahan/estetika(growthofsurveillanceanddisciplinarypoweralongsitethe
utilitarian logic of early capitalism). Prinsip ini yang kemudian disebut dengan panoptisisme
(Panopticism).(Foucault,1977)
Foucault mengilustrasikan fungsi disiplin panoptisisme sebagai bentuk kekuasaan,
mendapatkan gagasan dari panopticon yang dikonsepkan oleh Jeremy Bentham3, dan menerapkan
fungsidisiplindidalampenjaradanmekanismekedisiplinandidalamlingkunganseharihari.Rancangan
penjara ponopticon merupakan bangunan penjara, melingkar dengan banyak kamar di sepanjang tepi
lingkarannya dan ditengahtengahnya terdapat menara pengawas. Setiap kamar yang terdapat di
sepanjang lingkaran tepi bangunan memiliki dua jendela, satu menghadap ke pusat menara yang
memungkinkanadanyapemantauanlangsungdarimenaradansatunyalagiberfungsisebagaipenerus
cahayadariselyangsatukeselyanglainnya.(Tantoro:116)
Kantor Biro Administrasi Keuangan (BAK) merupakan sebuah biro yang berfungsi mengatur
segala bentuk urusan keuangan mahasiswa. Semua arsiparsip / dokumen penting kemahasiswaann
disimpandidalamkantorbiroini.KantorBAKinijugaberkembangsebagaisaranapenyediainformasi
danmenunjangkemudahanpelaksanaantugasdisegalabidang.KantorBAKinijugaberfungsisebagai
pusatpelayanandaninformasibagipegawaidanmahasiswa.TataletakinteriorruangBAKinipunsudah
seharusnyaberkonseppanoptisismekarenabiroiniberhubungandengankeamanan,pengontrolandan
kedisiplinanpengguna.

MetodePenelitian
Secara umum, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Data
primeryangdiperlukanberupadatadatamengenaiinterior(danarsitektur)biroadministrasikeuangan
(BAK) dan yang menjadi kasus studi adalah BAK Universitas Kristen Petra, baik perwujudan fisiknon
fisiknya maupun konsepkonsep filosofi yang melatarbelakanginya serta data pengguna dan aktivitas
yangterjadididalamBAKyangberpengaruhlangsungterhadaptataletakkantorBAK.Metodeyangbisa
digunakanuntukmengumpulkandataprimeryaitudenganpengamatanlangsung,wawancara,danstudi
literatur.

2
MichelFoucaultadalahseorangfilsufdariPerancis,yanglahirpadatanggal15Oktober1926danseorangpakar
teoridibidangsosialdanidesejarah.
3
JeremyBenthamadalahseorangfilsufdariInggris,yanglahirpadatanggal15Februari1748.Diajugaseorangyang
memilikiidetentangpanopticon.

430

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Data sekunder berupa datadata kepustakaan mengenai teori tentang psikologi ruang,
pengaruhruang,tataletakkantordanlatarbelakangUniversitasdalamhaliniUniversitasKristenPetra
dan kantor BAK. Hasil data sekunder digolongkan sebagai data literatur yang diperoleh melalui studi
pustaka terhadap bukubuku, jurnal, artikel majalah/ surat kabar/ internet yang berhubungan dengan
topikyangditeliti.
Analisisakandilakukandenganmemperbandingkandataliteraturdengandatalapangan.Pola
berpikir yang akan digunakan adalah pola berpikir deduktif dan induktif. Dalam penelitian ini, analisa
komparatif yang menggunakan pola berpikir deduktif adalah pada penganalisaan menggunakan teori
teori tentang konsep ruang panoptisisme, konsep ruang dan unsur pembangunnya secara arsitektur,
interiordanbudaya,maknasimboliktandasesuaikonteks.Sedangkananalisayangmenggunakanpola
berpikirinduktifadalahpenganalisaanmenggunakaninterpretasipenelitiyangdidasarkanpadakonteks
budaya.Keduapolapikirinidigabungkanuntukmendapatkanhasilyanglebihoptimal.
Dari analisis ini dapat disusun suatu kesimpulan mengenai penerapan prinsipprinsip
panoptisismepadainteriorkantorbiroadministrasikeuangan(BAK)khususnyakantorBAKUniversitas
Kristen Petra. Prinsipprinsip panoptisisme ini diperbandingkan, dihubungkan dan dikaitkan dengan
konteksdanteks.Fokusnyaadapadakonseppanoptisismepadatataletakinteriorkantordankonsep
panoptisismepadaruangBAKUniversitas.

PanoptisismemenurutMichelFoucault
Foucault di dalam mengilustrasikan fungsi disiplin panoptisisme sebagai bentuk kekuasaan,
mendapatkangagasandaripanopticonyangdikonsepkanolehJeremyBenthamPanopticonmerupakan
mekanisme pengawasan yang menghubungkan kepala pengawas dengan setiap bagian, dimana
pengawasan tersebut dilakukan bukan saja pada setiap individu, melainkan juga pada kelompok
kelompok kecil, individu terusmenerus diawasi oleh penjaga, hal ini untuk menghilangkan kekuasaan
danmencegahdaritindakanyangsalah.(FoucaultdalamChaney,1996:172)

431

deYong,S.

Gambar1.PenjaraPanoptikon
Sumber:DisciplineandPunishment:TheBirthofthePrison

Sama halnya seperti konsep panoptikon penjara, pada ruang kerja ada suatu bentuk
mekanismepengawasanyangdapatdilakukansecaramenyeluruh,padasetiapbagiandanmenjangkau
seluruhindividuindividuyangberadadidalamnya.Melaluipanoptikon,penggunatidaklagimendapat
perlakuan secara fisik, namun lebih kepada segi psikis, oleh karena itu panoptikon ini disebut sebagai
pendisiplinanyangbaru.
Sistem panoptikon menjadi bentuk pengawasan yang memungkinkan untuk mendapat
kepatuhan dan keteraturan dengan meminimalkan tindakan yang sulit diramalkan. Prinsipnya,
pengawasan bisa dilakukan secara diskontinu, efek kesadaran diawasi kontinu. Keuntungan sistem
panoptikon itu ada tiga. Pertama, dari segi ekonomi, membuat pelaksanaan kekuasaan atau
pendisiplinanlebihmurah.Kedua,darisegipolitik,merupakanbentukkontrolyangtidakkelihatandan
mencegahperlawanan,dampakkekuasaansosialinimenjangkausecaraintensifdanluasdenganrisiko
kegagalan rendah. Ketiga, memaksimalkan manfaat sarana pedagogi dengan tekanan memaksimalkan
peranunsurunsurdalamsistem.

Kajian
Dari data literatur tentang prinsip panoptisisme, panoptisime memiliki prinsip one is totally
seenwithouteverseeingandoneseeseverythingwithouteverbeingseenyangartinyaprinsipdimana
disatupihakadaorangyangselaludiawasiterusmenerustanpapernahtahusiapayangmengawasidan
di pihak lain ada orang yang selalu bisa mengawasi tanpa dilihat oleh yang diawasi. Agar bisa
menerapkanprinsipini,Foucaultmejelaskantentangbeberapasyarat,yaitu:
1. AdanyaPusatOrientasi
2. Adanyaperiphericring(bersekatdandikelompokkan)
3. Adanyaefekpencahayaandimanaareayangdiawasiselalulebihterang
4. Adanya sistem yang haris dijalankan dan dipatuhi oleh orang yang diawasi (baik sistem penataan
interior,surveillancedanperilaku/aktivitaspengguna.
Selain syarat yang sudah dijelaskan oleh Foucault, Haryadi dalam bukunya yang berjudul
Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku juga menjelaskan bahwa ada variabelvariabel ruang yang bisa
mempengaruhi perilaku penggunanya (Haryadi, 2010). Variabelvariabel tersebut adalah ukuran dan

432

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


bentuk,perabotdanpenataanya,warnadanunsurlingkunganhidup.Keempatvariabeliniyangmenjadi
batasanruanguntukmerumuskantolokukurdarisistempanoptisisme.

Tabel1.TabelKesimpulanAnalisaSistemPanoptisisme
VariabelFungsiRuangyangMempengaruhiPerilaku
No SyaratPanoptisisme Perabotdan
UkurandanBentuk Warna UnsurLingkunganHidup
Penataannya
1 BerorientasiPusat v v v
2 Hirarki v v v v
3 Pengelompokan v v v v
4 Penyekatan v v
SistemPengawasan v v
5
Interior
Sumber:DokumentasiPribadi

433

deYong,S.

HasilAnalisa

Tabel2.TabelKesimpulanAnalisaSistemPanoptisismediRuangBAK(studikasusUniversitasKristenPetra)
VariabelFungsiRuang
Syarat Check
No yangMempengaruhi Keterangan&Kesimpulan
Panoptisisme List
Perilaku
1 BerorientasiPusat UkurandanBentuk v Ruang Kepala BAK merupakan pusat orientasi variabel
bentuk,sedangkanuntukvariabelukuran,masihadajarak
proksemik dan masih beriorientasi kepada ruang kepala
BAK.
Perabotdan v Pola perabot yang kurang ditata untuk berorientasi pada
Penataannya satutitik/pusat,tetapipolaperabotdiruangBAKsudah

disusun berdasarkan struktur organisasi yang dapat
memudahkanpengawasan.
Warna
SistemUtitlitas v Sistem surveillance kamera tidak ada di ruang BAK

sehinggasisteminitidakadaorientasikepadakepala


Gambar2.GambarOrganisasiTerpusatBAK
Sumber:DokumentasiPribadi
2 Hirarki UkurandanBentuk v Hirarkiyangberdasarkanpadaperbedaanukuran,bentuk
dasar dan Penempatan (untuk penempatan bisa lebih
privatataulebihtinggi)dimanaruangBAKberadadiopen
plan dan ruang kepala biro berada di ruang privat
tertutup.

434

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Perabotdan v Hirarki pada perabot yang berbeda berdasarkan ukuran,


Penataannya bentuk perabot dan pola penempatan perabot.

(perbedaan ukuran, jumlah dan jenis perabot kepala biro
denganstafmenunjukkanhirarki)
Warna v Perbedaanwarnayangmenunjukkanhirarki(warnaterang
untuk yang diawasi, warna lebih gelap untuk yang

mengawasi) sesuai dengan ruang BAK dimana ruang
kepalabirolebihgelapdibandingkanruangstaf
SistemUtitlitas v Pencahayaan pada atasan lebih gelap dibandingkan
denganbawahandengantujuanatasandapatmengawasi
bawahan sudah diterapkan, sedangkan untuk sistem

akustik sudah menggunakan dinding sebagai pembatas
hirarki sistem akustik, sistem pengawasan surveillance
kameratidakditerapkan.
3 Pengelompokan UkurandanBentuk v Organisasiorganisasi ruang pada ruang BAK yang
dikelompokkan (clustered) berdasarkan bentuk dan
ukuranruang.
Perabotdan v Pengelompokan dan penempatan perabot berdasarkan
Penataannya jenis dan fungsi dari perabot tidak termasuk di dalam
panoptisismekarenaperabottersebuttersebardiseluruh
ruang. Sedangkan penataan perabot sesuai struktur
organisasinyamembantupengawasanpanoptisisme.
Warna v Pengelompokan dengan dominasi warna di ruang BAK
tidakmenunjukkanperbedaanjabatandanpengawasandi
dalampanoptisisme
SistemUtitlitas v Sistem elektrikal dan sistem akses sekuriti (kunci) yang
sama dalam ruang BAK yang sama untuk karyawan yang
memilikijabatanyangsamasudahditerapkan.

Gambar4.GambarPengelompokanperabotdanpenataannya

435

deYong,S.

Sumber:DokumentasiPribadi
4 Bersekat UkurandanBentuk v DidalamRuangBAK,ada6macampenyekatanruangyang
dibagiberdasarkankebutuhandanaktivitaspengguna.Hal
inimembantupengawasanpanoptisisme
Perabotdan v Penyekatan perabot di ruang BAK dari segi privasi sangat
Penataannya kurang,namundarisegiefisiensi,fungsidanpengawasan
sangatmaksimal.
Warna
SistemUtitlitas
5 SistemPengawasan UkurandanBentuk
Interior

Perabotdan

Penataannya
Warna v Warnawarna terang (banyak menggunakan campuran
warna putih) memudahkan pengawasan karena warna
terang memantulkan cahaya. Hal ini sudah diterapkan di
ruang open plan dan memudahkan pengawasan oleh
kepalabiro.
SistemUtitlitas v Adanya sistem pencahayaan dan penghawaan buatan,
sistem elektrikal dan sekuriti memudahkan pengawasan.
Tidak adanya sistem kamera dan entry door yang tidak
terkunci kurang menunjang sistem pengawasan di ruang
BAK

Kesimpulan
Berdasarkanhasilanalisiskomparatifterhadapdatadatadilapangan,makadapatdisimpulkan
bahwa prinsipprinsip panoptisisme sudah umum diterapkan pada ruang BAK (yakni pada prinsip
orientasipusat,hirarki,pengelompokan,bersekatdansistempengawasaninterior).

UcapanTerimakasih
TerimakasihkamiucapkankepadaKetuaJurusanDesainInterior,FakultasSenidanDesain,UK
Petra, Ir. Hedy C. Indrani, M.T.; Koordinator GKDI: Ir. Lintu.T., M.Ds.; Kepala Bidang BAKu: Ibu Supit;
keluargadantemantemandosendanBAKuyangsudahmembantupeneliti.

436

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


DaftarPustaka
Chaney,D.(2009)LifestylesSebuahPengantarkomprehensif,Jalasutra,Yogyakarta
Foucault,M.(1977)DisciplineandPunishment:TheBirthofthePrison,Billings&Sons,London
Haryadi, Setiawan, B. (2010). Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Tantoro,D.D.,DisiplinTubuhFoucault,SuatuPendekatanGenealogiuntukmenghadirkanKonsepRuang
Kekuasaan,MajalahIlmiahUnikom,6.hlm:111118.

437

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

438

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KeandalanStrukturBangunanTerhadapGempaBumipadaBangunan
RumahTinggalPadatPendudukdiPerkotaan
(StudiKasusPemukimanPadatPendudukdiTamansariKotaBandung)

ErnaKrisnanto ,DianHardijana2
1

Abstrak
Berkembangnya permukiman padat penduduk diperkotaan yang dibangun tanpa meperhatikan kualitas
struktur menjadikan bangunan rumah tinggal sebagai tempat berhuninya msyarakat padat penduduk menjadi
rentanterhadapbebanlateraldinamikgempabumi.Ancamangempabumidapatterjadikapansajakarenatidak
adasatuwilayahdiindonesiayangtidakberpotensiterhadapterjadinyagelombangseismikgempabumi.
Munculnyakondisistrukturbangunanrumahtinggalpadapermukimanpadatpenduduklebihdisebabkan
oleh kondisi ekonomi masyarakat dan ketidaktahuan mereka tentang pentingnya kualitas struktur bangunanan
sebagaipenopangbebanbangunandangayaeksternalgempabumi.Kondisirumahtinggalpadapemukimanseperti
ini,bilaterjadibencanagempabumibesardapatmenyebabkanjatuhnyakorbanjiwayangdisebabkanbukanoleh
peristiwagelombangseismik,namunlebihdisebabkanolehtertimpanyamaterialbangunanakibattidakandalnya
strukturbangunanterhadapgempabumi.
Tujuan utama penelitian adalah untuk mengetahui kondisi atau keadaan keandalan struktur bangunan
rumah tinggal pada penduduk padat di perkotaan terhadap pengaruh gaya lateral/gempa bumi. Penelitian ini
menggunakanpendekatankualitatif,melaluipendekataninidiperolehtentang:(1).Deskripsisistemstrukturrumah
tinggalpendudukpadatdiperkotaan.(2).Deskripsigambarantingkatkeandalansistemstrukturrumahtinggalpada
penduduk padat terhadap pengaruh gaya lateral/ gempa bumi. (3). Deskripsi bagaimana masyarakat penduduk
padat diperkotaan menentukan model struktur bangunan rumah tinggalnya dan faktor apa sajakah yang
mempengaruhi masyarakat penduduk padat dalam menentukan kualitas struktur bangunan rumah tinggalnya.
Lokasi penelitian berada di pemukiman padat penduduk Kelurahan Tamansari Kota Bandung, objek penelitiannya
adalahstrukturbangunanrumahtinggal.
Hasilpenelitianmenyebutkan;(1).SistemstrukturbangunanrumahtinggalpendudukpadatdiTamansari
pada umumnya menggunakan sistem rangka kaku dengan material beton bertulang dan dibuat secara
konvensional. (2). Pemukiman penduduk padat di Tamansari merupakan salah satu pemukiman padat di kota
Bandungdengankondisifisikstrukturbangunanrumahtinggalyangpadaumumnyadibanguntanpapemahaman

1
StafPengajarJurusanPendidikanTeknikArsitekturFPTKUPIemail:krisna_stmt@yahoo.com
2
StafPengajarJurusanPendidikanTeknikSipilFPTKUPIemail:dianhardijana@yahoo.com

439

Krisnanto, E., Hardijana, D.

dan pengetahuan ilmu rancang bangun yang benar, hal ini menjadikan bangunan pemukiman yang dihasilkan
rentanterhadappengaruhgempabumidenganskalabesar.(3).Strukturbangunanrumahtinggalpendudukpadat
di Tamansari pada umumnya hanya diperhitungkan terhadap beban statikgravitasi saja, tanpa secara khusus
diperhitungkan stabilitas, kekuatan dan daktilitasnya terhadap beban lateral dinamik gempa. Walaupun demikian
tingkatkeandalanbangunaninimasihdapatmenahanbebanlateraldinamikpadaskalagemparingandansedang.
Keyword:Keandalanstrukturbangunan,Rumahtinggal,Gempabumi,Padatpenduduk.

Pendahuluan
LatarBelakang
Berkembangnyapermukimanpadatpendudukdiperkotaanyangdibanguntanpameperhatikan
kualitas struktur mejadikan bangunan rumah tinggal sebagai tempat berhuninya msyarakat padat
pendudukmenjadirapuhterhadapbahayagempabumi.Ancamangempabumidapatterjadikapansaja
karenatidakadasatuwilayahdiindonesiayangtidakberpotensiterhadapterjadinyagelombangseismik
gempabumi.
Munculnyakondisistrukturbangunanrumahtinggalpadapermukimanpadatpenduduklebih
disebabkanolehlemahnyakondisiekonomimasyarakatdanketidaktahuanmerekatentangpentingnya
kualitasstrukturbangunanansebagaipenopangbebanbangunandangayadaripengaruhluarbangunan
seperti gempa bumi. Kondisi rumah tinggal pada permukiman seperti ini, bila terjadi bencana gempa
bumi dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang disebabkan bukan oleh peristiwa gelombang
seismiknamunlebihdisebabkanolehtertimpanyamaterialbangunanakibatruntuhnyabangunanyang
tidakmampumenahanpengaruhgayalateral/gempabumi.
Beberapagambaranperistiwaruntuhnyabangunanakibatbencanagempabumiyangterjadidi
wilayahIndonesiadanmasihsegarpadaingatankita.AkhirDesember2004gempabumidiNangroAceh
Darusalamdengankekuatan9MagnitudoSkalaRichterdisertaigelombangsunamiyangmenyebabkan
banyak bangunan runtuh dan kurang lebih 180 ribu jiwa meninggal. Berikutnya, 27 Mei 2006 di
Yogyakarta terjadi gempa bumi dengan kekuatan 5.8 Magnitudo Skala Richter yang mengakibatkan
jatuhnyaribuankorbanjiwa.Kerusakandankorbanjiwasaatgempabumitidaksajahanyadisebabkan
oleh gelombang seismik, namun kerusakan dan korban jiwa lebih banyak disebabkan oleh runtuhnya
bangunan yang dikarenakan struktur bangunan tidak mampu menahan gaya lateral. Hal ini terjadi
karena pada saat proses membangun kurang memperhatikan model struktur yang andal terhadap
gempabumi.

440

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Oleh karena itu pada membangun bangunan rumah tinggal perlu memperhatikan model
strukturbangunanyangandalterhadapgempabumi,sehinggamampumenahangerakangelombang
seismikagarbangunantidakmudahruntuhyangdapatmenyebabkankerusakandanjatuhnyakorban
jiwa. Menurut pedoman bangunan tahan gempa (Frick, 2006), bahwa tujuan membangun bangunan
tahan gempa itu adalah; (1). Pada gempa dengan intensitas kecil (di bawah MMI 8.0) yang terjadi
beberapa kali dalam masa daya tahan sebuah gedung, tidak boleh terjadi retak dan kerusakan
struktural,(2).Padagempadenganintensitaskuat(diatasMMI8.0)tidakbolehterjadikerusakanpada
gedung yang membahayakan nyawa penghuni3. Tujuan tersebut dapat dicapai apa bila pada saat
membangundidahuluidenganmenentukanmodelstrukturbangunanyangmemperhatikankekakuan,
stabilitas,danelastisitaspadastrukturgedung.
Sehubungan latar belakang di atas, peneliti memandang perlu mengungkapkan kondisi
ketahananstrukturbangunanterhadapgempabumipadabangunanrumahtinggalpadatpendudukdi
perkotaan.
PerumusanMasalah
Darilatarbelakangsepertidiungkapdiatas,makadapatditarikrumusanmasalahnyasebagai
berikut : Bagaimanakah gambaran umum kondisi ketahanan struktur bangunan rumah tinggal pada
pendudukpadatdiperkotaan?.Secararincipertayaanpenelitianinidapatdirumuskansebagaiberikut:
1. Bagaimanakahsistemstrukturbangunanrumahtinggalpadapendudukpadatdiperkotaan?
2. Bagaimanakah gambaran tingkat keandalan sistem struktur bangunan rumah tinggal pada
pendudukpadatterhadappengaruhgayalateral/gempabumi?
3. Bagaimana masyarakat penduduk padat diperkotaan menentukan model struktur bangunan
rumah tinggalnya dan faktor apa sajakah yang mempengaruhi masyarakat penduduk padat
dalammenentukankualitasstrukturbangunanrumahtinggalnya?
TujuanPenelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi atau keadaan keandalan
struktur bangunan rumah tinggal pada penduduk padat di perkotaan terhadap pengaruh gaya
lateral/gempabumi.Secarakhusustujuanyangingindicapaipadapenelitianiniadalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem struktur rumah tinggal yang dibangun pada penduduk
padatdiperkotaankhususnyadipemukimanTamansari.

3
Frick,Heinz&HestiM,Tri,(2006),PedomanBangunanTahanGempa.Kanisius.Yogyakarta

441

Krisnanto, E., Hardijana, D.

2. Untukmengetahuifaktorapasajakahyangmempengaruhimasyarakatpendudukpadatdalam
menentukankualitasstrukturbangunanrumahtinggalnya.
3. Untukmengetahuikarakteriristikdankualitasstrukturbangunanrumahtinggalpadapenduduk
padatdiperkotaan.
ManfaatPenelitian
Manfaatyangdapatdiambildaripenelitianiniadalahsebagaiberikut:
1. Dapat memberikan kontribusi dan rekomendasi bagi pengambil keputusan dalam
pengembangan model struktur bangunan rumah tinggal pada penduduk padat di perkotaan
yangtahanterhadapgempabumi.
2. Dapatmemberikankontribusidalampengembanganteoridandisainstrukturbangunanrumah
tinggalterhadapancamanbahayagempabumi.
3. Dapatmemberikanpemahamantentangkondisikeandalanstrukturbanguananrumahtinggal
padapendudukpadatdiperkotaanterhadapgempabumi.
4. Sebagai usaha untuk membuka jalan penelitian lanjut dibidang ilmu yang relevan mengenai
struktur bangunan, khususnya bidang arsitektur terutama dalam studi struktur konstruksi
bangunan,sertauntukmelengkapihasilhasilpenelitiansebelumnya.

TinjauanTeori
StrukturBangunanDalamMendukungKonsepArsitektur(ArchitectureConcept).
StrukturBangunan(BuildingStructure)bisadiartikansuatusaranayangmenyalurkanbebanke
dalam tanah dalam rangka mendukung konsep arsitektur (Architecture Concept). Suatu struktur
dianggap kokoh apabila mempunyai kekokohan diberbagai arah, sedangkan yang dimaksud dengan
kekokohan adalah mampu mengantisipasi beban sehingga terjadi deformasi (perubahan bentuk) yang
seminimal mungkin. Sedangkan fungsi dan struktur itu sendiri pada umumnya adalah melindungi
kebutuhanruangkegiatandanmendukungataumenahandanmenyalurkanbeban.Bebanbangunanitu
sendiridibagimenjadibeberapamacamyaitu:
Bebanmati :bebanstruktur(balok,kolom),bebanutilitas(lift,panel,pompa)
Bebanhidup :bebanfungsi(lemari,manusia)
Beban luar gedung: Meteorologis : hujan, salju, suhu, Angin, Air tanah dan Seismologist:
gempa,pergerakantanah(pelapukan,penyusutan)
Bebankonstruksi(bahanbangunan)danbebansaatkontruksi(peralatandanpekerja)
Bebanakibatpelaksanaantidaksempurnaataubebansekunder.

442

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Untukituagarfungsidanstrukturdapatterpenuhidenganbaikmakapersyaratanyangharus
dipenuhiadalah:Equilibrium(seimbang),Stabil,Mekanikadapatdiperhitungkan,Dapatdihitungsecara
matematis,Estetis,Ekonomis.
BebanYangBekerjaPadaBangunan(Load)
Beban(Load)yangbekerjapadasuatustrukturditimbulkanlangsungolehgayagayayangdilakukanoleh
manusia.Dengankatalainterdapatduasumberbabanbangunan,yaitugeofisikdanbuatanmanusia.
Sedangkanpengertianbeban(load)itusendiriadalahsesuatuyangditerima
oleh media sehingga media tersebut menerimanya dalam bentuk gaya.
Karakteristik beban itu sendiri adalah : batang menerima beban aksial,
mengalami deformasi yaitu memanjang dan memendek, sehingga batang
mengalami gaya tarik (gaya yang berlawanan arah dan besarnya sama,
menjauhi satu titik dan bekerja pada arah dan besarnya sama, mendekati
satu titik dan bekerja pada satu garis yang sama). Beban bangunan itu
sendiridibagimenjadibeberapamacamyaitu4:
a.Bebanmati(bebanstatis),yaituberatdansemuabagiansuatugedungyangbersifatcontoh:beban
struktur(balok,kolom),bebanutilitas(lift,panel,pompa)
b. Beban hidup (beban dinamis), yaitu semua beban yang terjadi akibat adanya penggunaan suatu
gedungcontohnya:bebanfungsi(lemari,manusia)
c.Bebanluargedung:Meteorologis:hujan,salju,suhudanbeban
d.BebanGempa/Seismologist
Bebangempa,apabiladitinjaudaridesaingempa,makaharusdiperhatikanmengenaistrategi
bagaimanakah yang terbaik untuk desain gedung pada daerah yang mempunyai potensi gempa. Ada
beberapa jenis gempa bumi, antara lain keruntuhan permukaan, guncangan tanah, keruntuhan tanah
dan tsunami (gelombang laut yang diakibatkan oleh gempa bumi). Pergerakan tanah
(pelapukan,penyusutan), gelombang gempa ada 2 (dua) macam yaitu : gelombang gempa T wave
(teruraisecaravertikal)danSwave(teruraisecarahorisontal),haliniditentukanoleh:
1)Strukturtanah,2)Pusatgempa,3)Jenisbangunan,4)Massabangunan(dimensi,ketinggian,bentuk),
5) Struktur dan kekakuan bangunan (ductility), 6) Sambungan dan tumpuan bangunan, 7) Intensitas /
kekuatan

4
Cowan,HenryJ&Wilson,Forrest,(1981),StructureSystem.VanNostrandReinholdCompany,NewYork.

443

Krisnanto, E., Hardijana, D.

Gempabumidibedakanmenjadiduabagian,yaitu:
1. GempabumiVulcanic,gempayangdiakibatkanadanyagetaranpermukaan.
2. Gempa bumi Tectonic, gempa yang diakibatkan karena gerakan lempengan bumi. disebabkan
oleh patahan/retakan pada kerak bumi yang menimbulkan getaran yang kuat dibawah
permukaandanmeneruskangelombanggeteransesuaidenganmediatanah.
Pascaskalagempaberat,kondisibangunanbolehrusaktetapistrukturutamatidakbolehruntuhatau
rusakdansampaimenimbulkankorbanjiwa.Pascaskalagempakecilbangunantidakbolehrusakberat
danstrukturtidakbolehrusak,contohnya:dindingretak,plafonrusak.

GayayangBekerjaPadaBangunan(Forces)
Gaya(Forces)adalahenergiyangdisalurkanmelaluisuatumediadanmempunyaibesarandan
arah),untukitupemilihanbahanstrukturrangkasangatmenentukandalammengantisipasigayayang
diakibatkankarenaadanyabebanyangdisalurkan.Karakteristikyangdimilikiolehgayaadalah:
oGayabisamengalamikeseimbangan
oGayamerupakanenergiyangdisalurkanmelaluistrukturtersebutdanmempunyaibesarandanarah.
Danmenurutmacamnyagayadibagimenjadi2macam,yaitu
1. Gaya normal, yaitu gaya yang berlawanan arah dan besarnya sama terletak dalam satu garis
serta menuju satu titik tertentu (gaya tekan) dan gaya yang berlawanan arah dan besarnya
samaterletakdalamsatugarissertamenjauhisatutitik(gayatarik).
2. Gaya tak normal, gaya yang tidak bekerja dalam satu garis dan arahnya bisa sama. Gaya tak
normal mi bisa berupa gaya puntir (momen) yaitu gaya yang berlawanan arah dan besarnya
samamenjauhisatutitiktidakterletakdalamsatugarisataugayageseryaitugayaberlawanan
arahdansamabesarnyamenjauhisatutitiktidakterletakdalamsatugaris.
Kesetimbangan(equilibrium)
Kesetimbangan (equilibrium) yaitu benda berada dalam kesetimbangan, apabila sistem gaya
yang bekerja pada benda tersebut tidak menyebabkan translasi maupun rotasi pada benda tersebut.
Keseimbangan akan ada dan sistem gaya kongkuren yang bekerja pada titik atau pertikel apabila
resultansistemgayakongkrentersebutsarnadengannol.Suatusisterngayakongkrenyangmernpunyai
gaya resultan dapat dijadikan seimbang dengan membenikan suatu gaya (penyeimbang) yang sama
besardanbenlawananarahdenganresultantersebut.
SistemStrukturBangunan

444

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Sistemadalahtatasusunanantarberbagaielemenyangmembentuksatukesatuanyangutuh,
sedangkan Strukture adalah bagaimana suatu beban disalurkan kedalam tanah dalam rangka
mendukung konsep arsitektur (Architecture Concept). Suatu struktur dianggap kokoh apabila
mempunyai kekokohan diberbagai arah, sementara yang dimaksud dengan kekokohan adalah mampu
mengantisipasi beban sehingga terjadi deformasi (perubahan bentuk) yang seminimal mungkin.
Sedangkanfungsidanstrukturitusendiripadaumumnyaadalahmelindungikebutuhanruangkegiatan
dan mendukung atau menahan dan menyalurkan beban. Berdasarkan bahannya struktur bangunan
dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1). Struktur yang menggunakan bahan beton (bertulang), (2).
Strukturyangmenggunakanbahanbaja.
Sementara bila dilihat berdasarkan sistemnya, struktur bangunan dibedakan menjadi : (1), Sistem
pemusatangaya,(2).Sistempemerataangaya,(3).Sistemkoordinasigaya.
GempaBumidanPengaruhnyaPadaStrukturBangunan
Gempa bumi merupakan gerakan atau pergeseran lempeng bumi dan menyebabkan terjadinya
gempa dislokasi (sesar). Gempa pada permukaan bumi dapat dibagi atas : (1). Getaran tanah oleh
gelombang seismik, (2), Pergeseran bumi (sesar) oleh retakan, longsor, penurunan permukaan tanah
dansebagainya,(3).Mencairnyabagianbumitertentusehinggamenghilangkankestabilannya.Getaran
tanaholehgempabumidapatdigolongkanmenjadi:
Getaran tanah yang merupakan goncangan tunggal yang terjadi pada keadaan tanah yang keras,
dimana jarak episentral dan kedalaman pusat gempa agak kecil. Getaran tanah berarah seragam,
dengan frekuensi di bawah 0.2 detik dan amplitudo (simpangan getar) agak kecil beberapa
sentimetersaja.
Getarantanahsedangdenganlama2030detikdanarahtidakteratur.Getrantanahberfrekuensi
sangattidakmeratadiantara0.056detikdenganamplitudolumayanbesar(kuranglebihhingga20
cm)getaraninimerupakanjenisyangpalingumum.
Getarantanahlambatdenganlamasampai5menitdanarahagakseragam,terjadipadakeadaan
tanahyangagaklunak.Amplitudogetarantanahiniagakbesar(hingga30cm).
Bagi gedung kecepatan gerak bumilah yang menentukan, karena nilai maksimal dapat mencapai daya
tarik (g = 981 cm/s2). Gedung umumnya dikonstruksikan untuk gayagaya vertikal saja, sementara
percepatan horisontal oleh gempa bumi sangat membahayakan kestabilan gedung. Berkaitan dengan
resonansi antara getaran gedung dan getaran tanah, maka frekuensi di antara 0.1 6 detik paling
membahayakan. Frekuensi kecil umumnya mempengaruhi gedung yang kaku, sedangkan frekuensi

445

Krisnanto, E., Hardijana, D.

besar mempengaruhi gedung yang agak fleksibel dan sifat mengubah bentuk (duktility) pada bahan
bangunansangatmempengaruhikestabilangedung.Tujuanmembangungedungtahangempaadalah5:
(1).PadagempadenganintensitaskecildibawahMMI8.0yangterjadibeberapakalidalammasadaya
tahan gedung, tidak boleh terjadi retak dan kerusakan struktural, (2). Pada gempa dengan intensitas
kuat(lebihbesardariMMI8.0)tidakbolehterjadikerusakanpadagedungyangmembahayakannyawa
penghuni.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memperhatikan kekakuan, stabilitas, elastisitas pada
struktur bangunan. Untuk menghindari sifat yang kurang menguntungkan, maka harus diperhatikan
lendutan (kemungkinan melengkung ke bawah) pada balok yang dapat membebani bagian bangunan
yang tidak menerima beban, atau yang menerima guncangan oleh struktur bangunan tetangga yang
bergoyang. Terjadinya retakan pada dinding dan guncangan, walaupun mempengaruhi kestabilan
struktural, dapat membuat panik penghuni. Bangunan tahan gempa dapat dicapai terutama dengan
memilihbentukdanstrukturyangmenguntungkan,sertakonstruksiyangsederhana.

Metodologi
AlurPenelitian
Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang diharapkan dan sebagai pedoman langkah
langkah penelitian yang akan dilakukan, maka perlu disusun prosedur penelitian, yang secara grafis
dapatdigambarkansebagaiberikut:





5
Frick,Heinz&HestiM,Tri,(2006),PedomanBangunanTahanGempa.Kanisius.Yogyakarta

446

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati



Pengkajiandan
Perumusan Studipendahuluan


Penyusunaninstrument Penentuanobjek



Pengumpulandata


Pengolahandata


Perumusanhasildan

Luaranpenelitian:

Artikeljurnal

Bahanajar

Gambar3.1.Alurprosedurpenelitian
PendekatanPenelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, melalui pendekatan ini akan diperoleh
tentang : (1) Deskripsi sistem struktur rumah tinggal pada penduduk padat diperkotaan bila dikaitkan
dengan keandalannya terhadap gaya lateral/gempa bumi. (2) Deskripsi gambaran tingkat keandalan
sistemstrukturrumahtinggalpadapendudukpadatterhadappengaruhgayalateralbilaterjadigempa
bumi. (3) Deskripsi Bagaimana masyarakat penduduk padat diperkotaan menentukan model struktur
bangunanrumahtinggalnyadanfaktorapasajakahyangmempengaruhimasyarakatpendudukpadat
dalammenentukankualitasstrukturbangunanrumahtinggalnya.
LokasidanObjekPenelitian
Lokasi penelitian berada di pemukiman padat penduduk Kelurahan Tamansari Kota Bandung,
sementara yang menjadi objek penelitiannya adalah struktur bangunan rumah tinggal. Mengingat
padatnya bangunan rumah tinggal yang hampir tidak menyisakan ruang maka pengambilan atau
perekamanobjekdilakukanmelaluijalurjalurbukaangang.Objekdipilihsecarapurposifberdasarkan
pertimbanganteoritikdanpragmatik

447

Krisnanto, E., Hardijana, D.

PengumpulanData
1. Wawancara:sebagaialatpengumpuldatasecaralangsungdannaturaldariresponden.Wawancara
dilakukan secara tersetruktur yang telah disiapkan berdasarkan aspekaspek yang akan diungkap
dan sesuai tujuan penelitian. Tujuan wanwancara adalah untuk mengetahui gambaran, kronologi
tentangcara/teknismasyarakatpadatpendudukdalammembanguntempathuniannya.
2. Dokumentasi:teknikdokumentasidimaksudkanuntukmemperolehdatadarisumberinformsiyang
berkaitan dengan masalah penelitian. Dokumentasi yang yang dikumpulkan berupa foto, gambar
perencanaan, gambar rekonstruksi desain struktur dari objek penelitian yaitu rumahrumah
pendudukpadatdiTamansari.
PengolahanDatadanAnalisaData
Seluruh pengolahan data dilakukan melalui analisis secara kualitatif berdasarkan konfirmasi
padateoridanahli.Sementaraanalisadatadilkakukandengan:
datalapanganyangtelahdiperolehdianalisissecarakualitatif.Seluruhdatalapangandiseleksidan
didiskusikan secara internal maupun eksternal, hal ini untuk memperoleh penafsiran yang sama
sesuaikriteriayangtelahditentukanberdasarkanteoridanahli.
Tahap selanjutnya mencoba menginterpretasikan dan menkomparasikan hasil analisis data
lapangandenganmerujukkepadateoridankerangkateoritisyangtelahditetapkan,yangmencakup
kaidahkaidah perilaku gaya pada bangunan, pembebanan bangunan, prinsip kekakuan struktur
bangunan,prinsipkeandalanbangunantahangempayangditinjaudarihasilanalisisdatalapangan.
Interpretasi dilakukan dengan cara mengkomparasikan hasil analisa lapangan berdasarkan
karakteristiksistemstrukturbangunantahangempa.

DeskripsiHasilPenelitian
DeskripsiLokasidanObjekPenelitian
Pemukiman penduduk di kelurahan Tamansari merupakan salah satu pemukiman padat
pendudukdiKotaBandung.PemukimaniniterletakdisepanjanglembahbantaranSungaiCikapundung
dengansetiaphektarnyadihunioleh125jiwa,halinisudahtidaksesuaistandardaribadankesehatan
internasional WHO yang mensyaratkan 96 jiwa per hektar. Warga memiliki profesi yang bervariasi
dengantingkatpendidikandankondisiekonomiyangberbedabeda.Kepadatanhunianyangdibarengi
denganrendahnyakualitasbangunantempattinggalnyadenganstrukturruangdalamdanruangluarnya
yang tidak lagi manusiwai akan menimbulkan kerawanan terhadap bencana seperti gempa bumi.
TingkathunianyangpadatdiTamansaridenganminimnyaruangterbukadanjalurjalurgangjalanyang

448

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


sangat sempitdapat menyebabkan wargakesulitandalam melakukan penyelamatandiri ketika terjadi


bencana.
Sementara gambaran tentang hunian pemukiman penduduk di bantaran Sungai Cikapundung
Kelurahan Tamansari, bangunan rumah tinggal warga dibangun dengan menggunakan pilihan bahan
utamayaitu;batu,bata,betondankayu.Sistemmembangunyangdilakukanolehpenduduksebagian
besar dilakukan sendiri dengan bantuan jasa tukang batu yang tidak memiliki beckground keahlian
dibidangilmurancangbangun,namunsebagiannyalagidalammembangunnyamenggunakanbantuan
ahli rancang bangun seperti jasa arsitek ataupun ahli struktur atau sipil bangunan. Karena sebagian
besarrumahtinggalnyadibanguntanpamenggunakanjasaahlirancangbangundanyangterjadihanya
mengedepankan fungsionalnya saja tanpa memperhatikan persyaratan teknis yang diperlukan agar
bangunandapatberdirikokohdanamanuntukdihuni.



KepadatanpandudukdikawasanTamansaridisebelahutaradandisebelahselatanFlyoverPasupati.
Gambar1:Wilayah/PetaLokasiPenelitian
Sumber:Dokumentasipribadi,(2010).

StrukturPenopangBangunan(Pondasi)
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa seluruh bangunan rumah tinggal yang
terdapat di pemukiman padat balubur menggunakan pondasi. Terdapat dua macam pondasi pada
bangunan tidak bertingkat masyarakat menggunakan pondasi menerus batu belah, untuk bangunan
bertingkat satu dan dua lantai masyarakat menggunakan pondasi setempat beton bertulang, namun
tidaksemuabangunanrumahtinggalbertingkatmenggunakanpondasisetempatbetonbertulang,hal

449

Krisnanto, E., Hardijana, D.

ini disebabkan tidak semua pemilik rumah mengetahui prinsipprinsip struktur bangunan, bila untuk
bangunan bertingkat sistem penyaluran gaya tidak bersifat disebar secara merata, namun gaya
disalurkan terpusat pada elemenelemen struktur bangunan. Walaupun seluruh bangunan
menggunakan sistem penopang pondasi namun tidak semua bangunan rumah tinggal bertingkat
menggunakansistempondasitapaksebagaikrakteristikdaripenyalurangayayangbersifatmemusathal
inidapatmenyebabkanssitemstrukturbangunantidakandalterhadapgempabumi.

BalokPengkaku(Sloof)
Balok pengkaku pada bagian super struktur bangunan merupakan komponen yang sangat
penting dalam bangunan, sebab balok pengkaku ini merupakan sistem pengkaku agar susunan sistem
superstrukturmenjdikaku(rigitframe).Kekakuanstrukturbangunanmenjadisyaratbangunanmenjadi
adaptif terhadap pengaruh gelombang seismik gempa bumi. Berdasarkan data yang diperoleh pada
lokasi penelitian menyebutkan bahwa bangunan rumah tinggal padat penduduk yang terdapat di
kawasan penelitian yaitu balubur tidak semua sistem super struktur bangunanannya menggunakan
sistem balok pengkaku (sloof). Terdapat dua macam sistem konstruksi yang digunkan dalam
membangun bangunan rumah tinggalnya, pertama; penduduk menggunakan sistem pasangan rolag
bata,pasanganinitidakberfungsisebagaipengikatantarkompoenstrukturbangunannamunkonstruksi
rolag bata berfungsi sebagai pembagi/penyebar gaya dan konstruksi semacam ini tidak dimaksudkan
sebagaipenahangayagayahorizontalsepertigempabumi,kedua;sebagianpendudukmembangunan
dengan sistem rangka beton, sloof sebagai salah satu komponen struktur rangka beton memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan kekakuan super struktur bangunan. Walaupun
sebagianpenduduktelahmengguakansloofsebagaisistempengkakunamunkarenateknispengerjaan
dan pembuatan sistem konstruksinya yang tidak berdasarkan pengetahuan teknis yang benar yang
hanyadidasarkanolehkebiasaantukangbatusajadanbukanahlimakabaloksloofyangdimaksudkan
sebagaipengkakupadabagiansuperstrukturbiarpunsementaratahanterhadapgeserannamunpada
jointsloofdankolommenjaditidakkakudanlemahterhadapgerakangelombangseismikgempabumi.
Kolom(KomponenStrukturVertikalBangunan)
Kolom merupakan komponen struktur bangunan yang berfungsi sebagai penahan beban
bangunan dan penyalur gaya vertikal untuk selanjutnya diteruskan ke pondasi dan disebarkan ke
permukaan tanah keras. Dengan demikian kolom menjadi komponen yang sangat penting dalam
mendukungbebanbangunandanmerupakansistempembentukrangkayangkakudalamsistemportal
strukturbangunan.

450

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Berdasarkan data lapangan struktur bangunan rumah tinggal penduduk di bantaran Sungai
CikapundungkelurahanTamansarisebagianbesardibangunandenganbentukbangunansatulantaiatau
tidak bertingkat dengan menggunakan konstruksi dinding batu bata dan batako dengan sistem
perkuatan pengkaku bidang dinding menggunakan kolom praktis beton bertulang. Sementara untuk
bangunanbertingkatmenggunkankonstruksiyangsamayaitubatadanbatakodengansistempengkaku
dinding kolom beton bertulang sebagai penopang lantai bangunan diatasnya yang sekaligus sebagai
pengkaku konstruksi bidang dinding. Kolom sebagai komponen struktur utama bangunan secara
struktural konstruksi kolom memiliki persyaratan spesifik berkaitan dengan lebar penampang kolom,
dimensi dan jumlah besi tulangan. Kecukupan lebar penampang kolom bertujuan untuk menghasilkan
tingkat kekakuan struktur kolom. Sementara dimensi dan jumlah besi tulangan lebih bertujuan untuk
menahan gaya tarik. Data lapangan menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat penduduk padat di
Tamansari, pada saat rancang bangunannya memperhatikan persyaratan struktur kolom tersebut,
karena pada saat rancang bangun teknis konstruksinya hanya dibuat berdasarkan kemampuan tukang
yanghanyamengutamakankebiasaanyangseringdilakukantanpapengetahuanyangmemadahi.
BalokdanPlatLantai
Baloklantaiberfungsisebagaipenopangplatlantai,elemeninisebagaipenyalurgayamenuju
kolom. Dengan demikian keberadaan balok lantai menjadi hal yang penting dalam sistem bangunan
bertingkat. Konstruksi plat lantai dan balok lantai untuk rumah bertingkat yang digunakan pada
pemukiman penduduk padat di Tamansari sangatbervariasi, ada yangmenggunakanbeton bertulang,
papan dan balok kayu, kombinasi plat lantai beton dengan balok kayu, dan papan lantai kayu dengan
balokbeton.Namunkebanyakkanmasyarakatmenggunakankonstruksiplatlantaidanbaloklantaidari
bahan beton bertulang. Konstruksi dengan beton bertulang memiliki beban yang sangat berat, bila
secara teknis pengerjaan kontruksinya tidak didasarkan pada pengetahuan yang baik dan benar maka
sistem struktur yang dihasilkan akan menjadi tidak daktail dan rawan teradap goyangan dan geseran
pengaruhgempabumi.
Dinding,PengkakuDinding,danRingBalok
Dinding dalam bangunan memiliki fungsi sebagai komponen pengisi atau hanya sebagai
pembatas ruang. Agar komponen dinding dapat berdiri kokoh dan aman, terdapat persyaratan yang
sebaiknya dipenuhi. Persyaratan tersebut adalah, bahwa untuk bangunan dinding pasangan dari bata

451

Krisnanto, E., Hardijana, D.

harus ada ikatan antara bidang dinding dan kolom, dinding dan ring balok serta dinding dan sloof6.
Setiap konstruksi dinding dengan luas 12 m2 harus dilengapi dengan elemenelemen pengkaku balok
sloof, kolom praktis dan ring balok dengan dimensi yang sama dengan tebal dinding dan terbuat dari
campuran beton dengan besi bertulang. Agar konstruksi dinding dengan elemen pengkaku dapat
menyatu, perlu setiap pasangan dinding dan elemen pengkaku dilengkapi dengan jangkar atau besi
angkurpadasetiapjarak11,5meter.Agarhubungankolomdanbalokpengkakumemilikikemampuan
menahan gaya geser, pedoman bangunan tahan gempa mensyaratkan bahwa setiap joint balok dan
kolom pengkaku harus dilengkapi dengan adanya tulangan pengikat sebagai peredam gaya geser bila
terjadigempabumi.
Berdasarkandatalapangankonstruksidindinguntukrumahtinggalwargadipemukimanpadat
diTamansari,terbuatdaripasanganbatamerahdanbatako.Materialinisangatberatdanberpengaruh
terhadap dimensi dan kekuatan struktur bangunan. Secara teknis dinding bangunan rumah tinggal
warga telah dibuat berdasakan persyaratan teknis konstruksi dengan kolombalok pengkaku, namun
terdapat juga dindingdinding bangunan rumah warga yang tidak memperhatikan dan mengabaikan
persyaratan teknis tersebut, dinding bangunan tanpa diberikan elemen pengkaku seperti kolom dan
balokbeton.Walaupuntedapatwargayangtelahmembuatdindingrumahtinggalnyadilengkapidengan
elemen pengkaku balokkolom, namun pemberian balokkolom pengkaku tidak dipasang berdasarkan
persyaratan konstruksi yang benar, meliputi lebar bidang dinding, dimensi penampang balokkolom,
dimensibesitulangandanjumlahnya.Konstruksidindingyangmengabaikanpersyaratanteknistersebut
akansangatrentanterhadapgerakanlateraldinamikgempa.

6
Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Daerah di Bidang Penataan Bangunan Bab 3 Keandalan Bangunan
BagianA,KetentuanUmum.

452

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati




Gambar2:Dindingpasanganbataco Gambar 3 : Dinding pasangan bata Gambar 4: Rumah tinggal dengan
rumah tinggal tanpa elemen merahrumahtinggaltanpaelemen dindingberhimpitdanterletakdiatas
pengkakudinding(kolomdanbalok) pengkaku dinding (kolom dan bibir tebing sungai tanpa struktur
Sumber:Dokumentasipribadi balok) dinding dan penopang yang
Sumber:Dokumentasipribadi memadahi
Sumber:Dokumentasipribadi

RangkadanPenutupAtap
Struktur atau rangka atap merupakan komponen penopang dan pembentuk bidangbidang
miringatap.Sementarapenutupatapmerupakanpelindungruangdanbadanbangunandaripengaruh
cuaca,hujan,panas,angin,dandebu.Strukturatapbangunansecartekniskonstruksinyadapatterbuat
daribahanbambu,kayu,bajaringan,balokbaja,danbetonbertulang.Sedangkanbahanpenutupatap
dapatberupagentengkeramik,gentengbeton,asbesgelombang,senggelombangdanzinkalum.
Data lapangan menunjukkan bahwa rumah tinggal pada penduduk padat di Tamansari lebih
didominasi dengan pilihan rangka atap menggunakan konstruksi kayu dengan alasan kayu mudah
didapat, mudah dikerjakan secara sederhana dengan bantuan tukang kayu. Walaupun harga kayu
dengan kualitas rendah yang cukup mahal, hal ini tidak menjadi alasan mereka untuk tidak
menggunakan bahan kayu sebagai bahan konstruksinya. Sementara penutup atap rumah tinggalnya
lebih didominasi dengan pilihan bahan menggunakan genteng keramik konvensional dengan alasan
hargagentengtersebutrelativcukupmurahdanterjangkau.
Secara teknis susunan antar komponen atap memiliki persyaratan konstruksi yang penting
untukdiperhatikanpadasaatmelakukanrancangbangunagaratapdapatberdirikokohdaripengaruh
gempa bumi, angin dan hujan. Untuk meningkatkan ketahanan struktur atap dapat dilakukan melalui

453

Krisnanto, E., Hardijana, D.

penjangkaran, ikatan silang, dan kesinambungan7. Sementara Data lapangan menyebutkan bahwa
susunan komponen struktur atap pada rumah tinggal penduduk padat di Tamansari telah dilengkapi
dengankomponenkomponenatapsepertikudakuda,gording,bloktembok,balokbubungandanbalok
pengikatantarkomponen.Walaupunkomponenatapnyasudahlengkapnamunsebagianbesarbelum
melakukan upaya untuk meningkatkan ketahanan struktur atapnya yaitu tidak dilakukan dengan cara
penjangkaran, ikatan silang dan kesinambungan, selanjutnya susunan konstruksi sambungannya juga
kurang memperhatikan persyaratan teknis seperti pemilihan model konstruksi sambungan kayu yang
tidak sesuai dengan gaya yang diderita oleh batangbatang kayu, sehingga menyebabkan sambungan
sambungan pada bentuk atap menjadi kurang kokoh dan riskan terhadap goyangan dari pengaruh
gempabumidanangin.


Gambar 5: Hampir semua rumah Gambar6:Modelatappelana,dan Gambar 7: Konstruksi atap tersusun
tinggal padat di tamansari limasan banyak digunakan untuk begitu saja tanpa memperhatikan
menggunakan penutup atap rumah tinggal penduduk padat di system ketahanan struktur atap yang
gentengyangcenderungberat tamansari dengan konstruksi kayu andal terhadap pengaruh beban
Sumber:Dokumentasipribadi dan kurang memperhatikan syarat eksternal dan hanya mengutamakan
konstruksidankeamanan fungsi untuk berlindung yangbersifat
Sumber:Dokumentasipribadi sementara
Sumber:Dokumentasipribadi

PembahasanHasilPenelitian

7
Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Daerah di Bidang Penataan Bangunan Bab 3 Keandalan Bangunan
BagianA,KetentuanUmum.

454

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Padaprinsipnyaagarbangunandapatberdirikokohdiataspermukaantanah,bangunanharus
memiliki sistem super struktur yaitu pondasi sebagai penopang beban bangunan yang selanjutnya
diteruskankedalampermukaantanahkeras.Pemilihanjenisdanmacampondasilebihdidasarkanpada
kondisi kedalaman tanah keras dan beban bangunan. Berdasarkan hasil penelitian, walaupun seluruh
bangunan rumah tinggal padat penduduk di Tamansari telah menggunakan sistem penopang pondasi,
namundalampenentuanmacampondasiyangdigunakanadayangbelummemperhatikanprinsipdasar
dari perilaku gayagaya yang bekerja pada bangunan. Hal ini terlihat tidak semua bangunan rumah
tinggal bertingkat menggunakan sistem pondasi tapak sebagai krakteristik dari penyaluran gaya yang
bersifatmemusat,inidapatmenyebabkansistemstrukturbangunantidakandalterhadapgempabumi.
Kolom sebagai salah satu komponen struktur vertikal yang berfungsi sebagai penahan beban
danpenyalurgayakepondasi.Sementarasloofsebagaipengikatbagianbawahantarkolom.Jointkolom
dan sloof agar kedua komponen tersebut dapat andal terhadap gaya gempa harus dilengkapi dengan
tulangan pengikat gaya geser. Walaupun sebagian penduduk telah menggunakan sloof sebagai sistem
pengkaku namun karena teknis pengerjaan dan pembuatan sistem konstruksinya yang tidak
berdasarkan pengetahuan teknis yang benar yang hanya didasarkan oleh kebiasaan tukang batu saja
danbukanahlimakabaloksloofyangdimaksudkansebagaipengkakupadabagiansuperstruktur,walau
sementarasaattidakterjadigempatahanterhadapgeserannamunpadajointsloofdankolommenjadi
tidakkakudanlemahterhadapgerakangelombangseismikketikaterjadigempabumi.
MenurutPeraturanBetonIndonesia(PBI1971)mensyaratkantebalplatlantaiminimal12cm,
tebalplatatapminimal7cm.sementraberdasarkanasumsianalisissecarapraktisdimensibaloklantai
dapat ditentukan berdasarkan 1/12 1/14 bentang. Untuk melihat apakah bangunan tahan gempa,
menurutpedomanbangunantahangempa,strukturharusmemilikiciriberikut;strukturnyamempunyai
sistempenahangayalateraldinamikgempa8.Berdasarkantemuanpenelitiankebanyakkanmasyarakat
membangun menggunakan konstruksi plat lantai dan balok lantai dari bahan beton bertulang,
persyaratan konstruksi belum sepenuhnya diperhatikan sistem struktur hanya diperhitungkan,
direncanakan dan dilaksanakan hanya terhadap beban staticgravitasi saja, tanpa secara khusus
diperhitungkastabilitas,kekuatandandaktilitasnyaterhadapbebanlateraldinamikgempa.Konstruksi
denganbetonbertulangmemilikibebanyangsangatberat,bilasecarateknispengerjaankontruksinya

8
Frick,Heinz&HestiM,Tri,(2006),PedomanBangunanTahanGempa.Kanisius.Yogyakarta

455

Krisnanto, E., Hardijana, D.

tidak didasarkan pada pengetahuan yang baik dan benar maka sistem struktur yang dihasilkan akan
menjaditidakdaktaildanrawanterhadapgoyangandangeseranpengaruhgempabumi.
Berdasarkan hasil penelitian konstruksi dinding rumah tinggal warga Tamansari, sebagian
wargatelahmembangundindingrumahtinggalnyadengankonstruksiyangdilengkapidenganelemen
pengkaku balokkolom, namun pemberian balokkolom pengkaku tidak dipasang berdasarkan
persyaratan konstruksi yang benar, sementara ada juga rumah tinggal warga yang konstruksi dinding
rumah tinggalnya mengabaikan sistem pengkaku dinding. Persyaratan yang diabaikan pada konstruksi
dindingtersebutmeliputikekakuanlebarbidangdinding,dimensipenampangbalokkolom,dimensibesi
tulangandanjumlahnya.Konstruksidindingyangmengabaikanpersyaratanteknistersebutakansangat
rentanterhadapgerakanlateraldinamikgempa.
Berdasarkanhasilpenelitian,strukturrangkaatapyangbanyakdigunakanwargaadalahdengan
pilihankonstruksikayu.Sementarapenutupatapnyalebihbanyakmenggunakanpilihanbahangenteng
keramik yang dibuat secara konvensional. Pada rangka atap kebanyakan susunan konstruksi
sambungannya kurang memperhatikan persyaratan teknis seperti pemilihan model konstruksi
sambungan kayu yang tidak sesuai dengan gaya yang diderita oleh batangbatang kayu, sehingga
menyebabkan sambungansambungan pada bentuk atap menjadi kurang kokoh dan rentan terhadap
goyangandaripengaruhgempabumidanangin.

Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian tentang Keandalan Struktur Bangunan
Terhadap Gempa Bumi Pada Bangunan Rumah Tinggal Padat Penduduk di Perkotaan yang telah
dilakukan,makadapatditarikkesimpulansebagaiberikut:
1. Sistem struktur bangunan rumah tinggal penduduk padat di tamansari pada umumnya
menggunakan sistem rangka kaku dengan material beton bertulang yang dibuat secara
konvensional.
2. Pemukiman penduduk padat di Tamansari merupakan salah satu pemukiman padat di kota
Bandung dengan kondisi fisik struktur bangunan rumah tinggal yang pada umumnya dibangun
tanpa pemahaman dan pengetahuan ilmu rancang bangun yang benar, hal ini menjadikan
bangunanpemukimanyangdihasilkanrentanterhadappengaruhgempabumi.
3. Struktur bangunan rumah tinggal penduduk padat di Tamansari pada umumnya hanya
diperhitungkanterhadapbebanstatikgravitasisaja,tanpasecarakhususdiperhitungkanstabilitas,
kekuatan dan daktilitasnya terhadap beban lateral dinamik gempa. Walaupun demikian tingkat

456

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


keandalan bangunan ini masih dapat menahan beban lateral dinamik pada skala gempa ringan
dansedang.
4. Mengingatkondisilingkunganpemukimanyangsangatpadatdanhampirtidakmenyisakanruang
ruangterbukadenganjalurjalurbukaangangyangsangatsempitdantidakmanusiawidengansisi
kanan dan kirinya adalah dindingdinding bangunan rumah tinggal yang tidak memenuhi syarat
kekokohandanmudahruntuh,makaketikaterjadibencanagempabumi,bukaanganggangjalan
akanmudahtertutupolehruntuhnyadindingdindingbangunanyangmenyebabkansulitnyawarga
melakukanpenyelamatandiridanmudahterjebakolehreruntuhanbangunan.

Saran
Rekomendasi ini ditujukan khususnya untuk kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan
disainstrukturkonstruksibangunanrendah,wargapendudukpadatdiTamansaridanpemerintahkota
sebagai pembuat kebijakan dalam perancangan bangunan pemukiman. Rekomendasi ini merupakan
hasilakhirdarikegiatanpenelitiandanberdasarkanhasilkesimpulanpenelitiantersebutmakapeneliti
merekomendasikan:
1. BagiwargapendudukpadatdiTamansarisebaiknyapadasaatmelakukanrancangbangunpenting
memperhatikan persyaratanpersyaratan teknis, hal ini penting dilakukan agar bangunan tidak
mudah runtuh bila terjadi gerakangerakan lateral yang disebabkan oleh gempa bumi maupun
pengaruhkondisialamlainnya.
2. Megingat kondisi fisik pemukiman penduduk padat di Tamansari yang pada umumnya tidak
memenuhi syarat struktur yang aman terhadap gerakan seismik gempa bumi, agar warga lebih
mengenali lingkungan disekitarnya sebagai tempat yang aman untuk menyelamatkan diri ketika
terjadi gempa bumi agar tidak mudah terjebak pada reruntuhan bangunan rumah tinggalnya dan
bangunanbangunandisekitarnya.
3. Bagi pemerintah kota penentu kebijakan tentang pemukiman khususnya pemukiman penduduk
padatpentingdilakukansosialisasicaramembangunsistemstrukturyangandaltehadappengaruh
gempabumi,sehinggawargamasyarakatmengetahui,memahamidandapatmengapliksikancara
membangunsistemstrukturyangbenardanandalterhadapgempabumi.

457

Krisnanto, E., Hardijana, D.

UcapanTerimakasih
Atas termuatnya makalah pada seminar Nasional arsitektur berEMPATI ini untuk selanjutnya
kami menyampaikan ucapan terimaksih kepada Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan,UKPetra,AgusDwiHariyantoST.,MSc.;TimPengarah:Ir.JoyceM.Laurens,M.Arch.,IAI;
TimoticinKwanda,B.Sc.,MRP.,Ph.D.(Cand.);Ir.DannyS.Mintorogo,M.Arch.;Ir.BisatyaW.Maer,M.T.;
danPanitiaSeminarNasionalDr.(Cand.)RonyGunawanSunaryo,ST.,MT.,AltrerosjeAsri,ST.,MT.,dan
AnikJuniwati,ST.,MT.

DaftarPustaka
Cowan, Henry J & Wilson, Forrest, (1981), Structure System. Van Nostrand Reinhold Company, New
York.
Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Daerah di Bidang Penataan Bangunan Bab 3 Keandalan
BangunanBagianA,KetentuanUmum.
Frick,Heinz&HestiM,Tri,(2006),PedomanBangunanTahanGempa.Kanisius.Yogyakarta
Frick,Heinz&Purwanto,LMF,(2002),SistemBentukStrukturBangunan.Kanisius.Yogyakarta
Frick,Heinz,(2002),SistemStrukturdanUtilitasBangunan.Kanisius.Yogyakarta
Levy,Mathys&Salvadori,Mario,(1992),WhyBuildingsFallDown.W.w.Norton&Company,NewYork.
London.
RobertE,Fischer,(1980),EngineeringForArchitecture.McGrawHill,USA.
Snyder,JamesC,(1984),ArchitectureResearch.VanNostrandReinholdCompany,NewYork.
W,Suryamanto,(2002),StrukturdanKonstruksiBangunanBertingkatRendah.ITB.

458

Dies45JurusanArsitekturUniversitasKristenPetra
SeminarNasionalMenujuArsitekturberEmpati
Surabaya,45Mei2012

PerancanganKBAdiRuangKerjaUntukPeningkatanProduktivitasKerja

FreddyMarihotRNainggolan1,Fajrin2,Tuhari3

Abstrak
Untuk meningkatkan produktivitas kerja dibutuhkan semangat kerja. Semangat kerja ditimbulkan dari
faktorfisikmaupunpsikisbaiklingkungankerjamaupunpemakai.MelaluiKecerdasanBuatanArsitekturpadaruang
kerjauntukmemberikankenyamanandanmeningkatkanproduktifitaskerja.
Dengan sistem Deteksi dan Otomasi pada suhu dan cahaya, emosi pengguna ruang dan pergerakan
penggunaruangdihasilkanpenunjangkenyamananruangkerjaberupacahayabuatan,penhawaanalami,dinding
dinding tematik, dan pesan untuk penyediaan makananminuman melalui sinyal ke dapur. Semua itu untuk
mendukungpemakairuanguntukbekerjasecaramaksimal.
KataKunci:Ruangkerja,Kecerdasanbuatan,Deteksi,Kenyamanan.

Pendahuluan
Produktivitas kerja ditentukan oleh banyak faktor. Kebugaran fisik, suasana dan emosional
merupakan faktorfaktor yang dianggap berpengaruh secara signifikan terhadap produktifitas kerja.
Dalam tayangan dibeberapa media elektronik sering terlihat beberapa anggota DPR yang tertidur.
Demikian pula beberapa karyawan disebuah perusahaan tertidur. Faktafakta ini tentu saja akan
menggangguproduktifitaskerja.
Bagibanyakpekerja,ruangkerjaadalahtempatdimanasebagianbesarkegiatandalamjamjam
produktif dilakukan. Ini menyebabkan betapa pentingnya sebuah ruang kerja dirancang secara khusus
agardalammelakukanaktivitasdapatoptimal.
Bila pencahayaan yang dipakai berlebihan pun berakibat buruk karena, pencahayaan yang
tinggidapatmenyebabkankerjamatamenjadipendek,sehinggamatacepatmengalamikelelahan.
Ruang Kerja yang dingin ruangan (AC) dapat membuat pengguna merasa nyaman secara
thermal. Tetapi penggunaan AC yang tidak tepat juga dapat mengganggu aktifitas kerja karena dapat

1
Arsitek,PT.BhumiMerapiEratama,UniversitasAtmaJayaYogyakarta,fmr_ngl@yahoo.com
2
Karyawan,KontraktorPulauIntanBajaPerkasa,UniversitasAtmaJayaYogyakarta,iyin_arch@yahoo.co.id
3
StafPengajar,SMKN2Wonosari,UniversitasAtmaJayaYogyakarta,tuharibinpd@yahoo.com

459

Nainggolan,F.M.R.,Fajrin.,Tuhari

menimbulkanrasamalassehinggaproduktifitassemakinmenurun.PenggunaanACinidiletakkanpada
alternatifterakhirmanakalaterjadidisfungsipadasistemakibatbukaanmaksimaldancoolingfantidak
bisamengatasipenyesuaiansuhudenganstandar
Selainkenyamanthermaldanvisual,faktoryangmempengaruhiproduktifitaskerjayaitufaktor
spasialyaitufaktoryangberasaldaridalamtubuhsertadariemosi(Mood),karenaitudibutuhkancara
untukdapatmereleksasikantubuhsaatkerjasehinggatidakmerasategangdanstress.
Untukmeningkatkanproduktifitaskerjamakaperludicarisolusiuntukmengatasipermasalahan
yang ada, dengan cara mendesain sebuah ruang kerja yang dipadukan dengan kecerdasan buatan,
sehinggamenghasilkansuaturuangkerjayangdapatmemberikankenyamanankepadapenggunaruang
secaraotomatisdenganmendeteksibahasatubuhpenggunaruangkerjatersebut.

KecerdasanBuatanArsitektur
Kecerdasan buatan (AI) adalah intelijen mesin dan cabang dari ilmu komputer yang bertujuan
untuk menciptakan itu. Buku AI mendefinisikan bidang sebagai "studi dan desain dari agenagen
cerdas"di mana agen cerdas adalah sistem yang merasakan lingkungan dan mengambil tindakan yang
memaksimalkan peluang keberhasilan. John McCarthy, yang menciptakan istilah ini pada tahun 1956,
mendefinisikan sebagai "ilmu pengetahuan dan teknik pembuatan mesinmesin cerdas."4Secara awam
kecerdasan buatan diterjemahkan sebagai sebuah system saraf, atau sensor atau otak yang diciptakan
olehsebuahmesin.
AlanTuring5,ahlimatematikaberkebangsaanInggrisyangdijulukibapakkomputermoderndan
pembongkar sandi Nazi dalam era PerangDunia II tahun 1950, dia menetapkan definisi Artificial
Intelligent : Jika computer tidak dapat dibedakan dengan manusia saat berbincang melalui terminal
komputer,makabisadikatakancomputeritucerdas,mempunyaiintelegensi.

4
Definisi Artificial Intelligence (AI) dikutip pada tanggal 16 Februari 2012 dari :
http://en.wikipedia.org/wiki/Artificial_intelligence
5
Alan Mathison Turing, OBE, FRS (23 Juni 19127 Juni 1954), adalah matematikawan Inggris, semiotika, peneliti
matematika, dan ilmuwan komputer. Ia adalah sangat berpengaruh dalam pengembangan ilmu komputer,
menyediakan formalisation konsep "algoritma" dan "komputasi" dengan mesin Turing, yang memainkan peran
penting dalam penciptaan komputer modern. Turing secara luas dianggap sebagai Bapak ilmu komputer dan
kecerdasanbuatan.

460

SeminarNasionalMenujuArsitekturberEmpati

ARSITEKTUR KECERDASANBUATAN


Skema1HubunganKBAdalamArsitekturdan
KecerdasanBuatan
Sumber:TimPenulis(2012)

Kecerdasan Buatan Arsitektur (KBA) adalah ilmu yang menjadi pertemuan antara Kecerdasan
BuatandanArsitektur(skema1).Adanyateknologikomputeryangmampumengolahdatadengancepat
dipakai untuk kenyamanan dan pelayanan secara maksimal pada penghuni rumah sehingga tidak
membutuhkanpemikiranmanusiauntukmelayanidirisendirikarenatelahdilayaniolehsistemcomputer
yangcanggih.

PeripheralInterfaceController
Merujuk pada Barsoum (2010) Controller Peripheral Interface (PIC) adalah perangkat baru
dibidang pengendalian elektronik. Ini adalah kontrol sistem komputer yang lengkap pada satu chip.
Dalam aplikasi kehidupan nyata, PIC mikrokontroler digunakan untuk menggantikan metode
konvensionalmengendalikanmesinindustrisepertikontrolkecepatanmotor.

SistemOtomasi
Sistem otomasi dapat didefinisikan sebagai suatu tekhnologi yang berkaitan dengan aplikasi
mekanik, elektronik dan sistem yang berbasis komputer Semuanya bergabung menjadi satu untuk
memberikanfungsiterhadapmanipulator(mekanik)sehinggaakanmemilikifungsitertentu.
Mengacu pada Pambudi (2006), terdapat tiga elemen dasar yang menjadi syarat mutlak bagi
sistemotomasi,yaitupower,programofinstruction,kontrolsistemyangkesemuanyauntukmendukung
prosesdarisistemotomasitersebut

461

Nainggolan,F.M.R.,Fajrin.,Tuhari

Tiga peralatan utama dalamsistem otomatisasi adalah :Sensor,Aktuator danKontrol6 Untuk


menjalankaninisemuadiperlukanKomputerisasidanLAN(LocalAreaNetwork)

Empati
Mengutip Baron & Byrne (2004), Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan
emosionaloranglain,merasasimpatikdanmencobamenyelesaikanmasalah,danmengambilperspektif
orang lain. Dengan penjelasan yang lebih luas lagi Empati adalah berkisar pada orang lain yang
menciptakan keinginan untuk menolong, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain,
mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan orang lain
(Hodges, S.D., & Klein, K.J, 2001). Perancangan KBA di ruang Kerja ini berempati dengan memakai dua
prinsippenting:Memahamikebutuhanpsikispenggunauntukproduktifdalamberkaryamelaluisensor
padamood/emosi,memahamikebutuhanfisikpenggunauntukproduktifdalamberkaryamelaluisensor
pada suhu, dan pergerakan. Pada akhirnya semua instrumen yang ada berkolaborasi dengan arsitektur
ruang untuk meningkatkan produktivitas kerja. Ruang kerja yang berempati bagi penggunanya dalam
bentukRuangkerjayangnyaman,tidakpanas(gerah),tidakterlaludingin,tidakterkurasenergisehingga
tidak lekas lelah. Dalam kondisi ruang yang nyaman, aktivitas bekerja akan optimal dan menghasilkan
produktivitastinggi.

MetodePerancanganRuangKerjayangPintar
PrinsipdariPerancanganKBAdiruangkerjainiadalahmerancangruangkerjayangPintaryang
berprinsippadaefisien,efektifdanfleksibelterhadapperubahan.Sistemruangkerjayangpintardengan
sistem otomatisasi, sensor dan control dijadikan sistem yang mensinergikan alatalat dengan ruangan
dan perilaku pengguna. Merumuskan kebutuhan pendukung produktivitas kerja bagi pengguna dalam
ruang kerja , sebagai kebutuhan pencarian gagasan penyelesaian perancangan yang akan diselesaikan
melaluisistemdanalatpadaruangkerjapintar.

GagasanSkematik
Menurut Adnyani (2008), Produktivitas tidak berarti membuat karyawan bekerja lebih lama
ataulebihkeras,tetapimenekankanhasilperencanaanyangtepat,investasiyangbijaksana,teknologi

6
Dikutip dari Materi Kuliah Kecerdasan Buatan Arsitektur Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Digital
ArsitekturUniversitasAtmaJayaYogyakartaApril2012olehIr.AgDjokoIstiadji,MScBldSc

462

SeminarNasionalMenujuArsitekturberEmpati

baru, cara kerja yang lebih baik, dan meningkatkan efisiensi. Moekijat (1997) menyatakan bahwa
semangat kerja menggambarkan perasaan berhubungan dengan jiwa, semangat kelompok,
kegembiraan, dan kegiatan. Beberapa permasalahan yang ada untuk meningkatkan semangat kerja
diselesaikandenganKBApadaruangkerja.(Skema2)


Skema2KerangkaPikir
Sumber:TimPenulis(2012)

Dalamdesainruangkerjayangdapatmeningkatkanproduktifitaskerja,makadibantudengan
kecerdasan buatan yang berupa penggunaan elemen tambahan yaitu detektor. Detektor yang dipakai
yaitusensorsuhuyangmendeteksisuhudancahaya,sensormooddanemosi,sertasensorgerakyang
mendeteksipergerakanyangterjadipadaruangkerja.
Sensor Suhu, alat yang berkembang saat ini yaitu Siemens Room Thermostat yang dapat
mendeteksi suhu dan cahaya dan akan memberi input pesan terhadap sumber cahaya dan Jendela
Mekanik Elektronic yang akan membuka dan menutup secara otomatis sehingga suhu ruang sesuai
standardkenyamananthermaliklimtropisyangditerapkan(Gambar2).Bilasuhuruangterdeteksilebih
tinggi dari standar, maka sistem akan memperluas bukaan ventilasi sehingga suhu sesuai standar,
sebaliknya jika suhu lebih rendah, maka sistem akan mempersempit bukaan ventilasi sehingga suhu
kembali sesuai standar. Meskipun demikian ada situasi dimana suhu diatas standar. Misalnya pada
musim hujan, ketika hujan hampir turun, biasanya terjadi tekanan udara minimum, sehingga aliran
udara kecil atau bahkan berhenti, maka suhu akan sangat panas, sehingga terjadi disfungsi sistem
otomatis ini. Bila ini terjadi solusinya adalah sistem diprogram ke switch otomatis menghidupkan

463

Nainggolan,F.M.R.,Fajrin.,Tuhari

ArtificialVentilationNonAC(misalnya:coolingfan),bilamasihterjadidisfungsi,barualternatifterakhir
sistem diprogram menghidupkan switch Air Condition (AC). Metoda penentuan kenyamanan thermal
dapatdilakukansebagaiberikut:
a. Mencaridasarstandarthermalcomfortdarihasilpenelitiandiwilayahtropis,ada
beberapapenelitianyangterangkumdalamtabelsebagaitinjauansebagaiberikut:

Tabel1studikomparasikenyamananthermaldibeberapaNegara


Sumber:HenryFeriadi,NyukHienWong,SekharChandraandKokWaiCheong(2003)

b. Dari hasil penelitian tersebut diatas bisa diambil kesimpulan sebagai standard themal
comfort yang dipakai sebagai dasar (pengontrol) thermostart untuk mengatur suhu
ruangkerjayangberpenghawaankolaborasicerdas.
c. Dengan metode ini pemakaian listrik (AC dan Cooling Fan) bisa terkontrol terintegrasi
secaraefisien

464

SeminarNasionalMenujuArsitekturberEmpati



Gambar1EyeGazeEstimation
Gambar3Simulasiruangdengan
Gambar2SimulasiSiemensRoom
Sumber : Asteradis, S., Tzouveli, P., Karpouzis, K.,
SiemensRoomThermostats
Thermostat
Kollias,S.(2008) Sumber:
Sumber:
www.buildingtechnologies.siemens.com


Tabel2ActionCharacteristicofacutepainface
Inner Outer Brow Upper Cheek Lid Lip Upper Nasol Lip
brow brow lower lid raiser tighten corner lip furrow corner
raiser raiser raiser depr. raiser deepen puller
Sadness X X X X X
Fear X X X X
Anger X X X X
Pain X X X X X

Nose Chin Lip Lip Lip Lip Mouth Head Eyes Eyes
wrinkler raiser stretch funnel tighten pressor stretch down closed down
Sadness X X
Fear X
Anger X X X X
Pain X X X X
Sumber:Amanda,C.,Williams,N.(2002)

Sensor Mood atau Emosi, MingHsuang Yang dalam Face Detection , mendefinisikan Deteksi
wajah adalah focus pada pencarian apakah ada wajah dalam gambar tertentu (biasanya dalam skala
abuabu)dan,jikahadir,kembalilokasigambardanisidarisetiapwajah.Iniadalahlangkahpertamadari
setiap sistem otomatis yang menganalisis informasi yang terdapat di wajah (misalnya, identitas, jenis
kelamin,ekspresi,usia,rasdanpose).
Beberapapenelitimenelitiekspresiwajahdengangerakantertentu.Dengankemajuansaatini
sensor wajah ini berkembang menjadi sensor pandangan mata (eye gaze estimation) seperti pada

465

Nainggolan,F.M.R.,Fajrin.,Tuhari

Gambar 1. dan Sensor gerak tubuh seperti pada Gambar 3 . Karakteristik wajah juga terdeteksi dan
dapatdianalisaberdasarkandatayangdidapatsepertipadaTabel1.


Tabel3StandarPencahayaanBuatan
Sumber:DepartemenPekerjaanUmum(1985)

Sensor Gerak, Prinsip dalam referensi gerak ini adalah bila terdeteksi gerak tertentu, sistem
akanmenghasilkanoutput(lighting)tertentusesuaistandarkebutuhanpencahayaanyangdiperlukan
lihatpadaGambar4.Gambarinimerupakaninspirasiawalyangdikembangkansebagaisebuahsistem
dalamteknologikecerdasanbuatanArsitektur.


Gambar4stepskemaaplikasisensorgerak
Gambar3sensorgeraktubuh
Sumber:TimPenulis(2012)
Sumber:Asteradis,S.,Tzouveli,P.,

Karpouzis,K.,Kollias,S.(2008)

466

SeminarNasionalMenujuArsitekturberEmpati

KeteranganGambar4.:
Saat pintu dibuka system secara otomatis akan menghidupkan lampu, dengan sensor gerak lampu
akan secara otomatis menerangi sumber gerakan dan mendeteksi gerakan agar cahaya
menyesuaikankebutuhancahayalampu.Saatdudukdimejakerjasecaraotomatislampumenerangi
mejakerjadancomputermenyala.Saattidakadanyagerakandidalamruangkerja,secaraotomatis
semuasystemakanmati.


BeberapaperangkatberikutnyaakanmenjelaskanfungsifungsipadaGambar3.:
KomputerPengolahData,prinsipkerjamelaluiInputdata,akandiolaholehKomputerdanakan
menentukandanmengirimkanpesankepadaperalatanyangakanterkaitdenganelemenelemenruang
(Gambar3.)Padatahapinijikainputdata=0makakomputerakanmembacabahwaruangankosong
sehinggaperalatanakanotomatisshutdown.


Skema3SkemaPerancangan
Sumber:TimPenulis(2012)

Output, berupa aroma therapy, cahaya buatan, dan udara terkondisi. Aroma therapy akan di
keluarkan dari langitlangit, cahaya buatan akan dikeluarkan dari langitlangit dan elemen pelapis
dinding yang akan mengeluarkan warnawarna yang membuat nyaman dengan target posisi kerja
pemakairuang,dansuhuudaraterkondisiyangakandicapaimelaluipenghawaanalamidengansistem
otomatispadasumberbukaansetelahmembacapesantemperaturruang(Gambar5).

467

Nainggolan,F.M.R.,Fajrin.,Tuhari


Gambar5skemasistemdalamruang
Sumber:TimPenulis(2012)

Evaluasi&Kontrol,Padafaseinikomputeriniakanmembacakualitasoutputuntukkemudian
memberikankembalidatakepadadetektoruntukmendeteksikebutuhan(Gambar5).

PenjelasanAplikasiRancangan

Sensor keluar-masuk


Gambar7ViewA,foyerdengansensorpemakai
Gambar6Layoutruangkerja
ruang
Sumber:TimPenulis(2012)
Sumber:TimPenulis(2012)

468

Denahkunci(Gambar6)menunjukkanposisiimageyangakanditerangkan.DalamposisiViewA
sensorpergerakansudahbekerjamendeteksisetiappemakairuangyangakanmasuk(ataukeluar)pada
Gambar7.
Pergerakan pemakai ruang selanjutnya akan terdeteksi dengan sensor pergerakan sehingga
pencahayaan buatan yang diberikan sesuai dengan aktivitas. Sensor terhadap suhu terletak pada tepi
langitlangit.Posisiiniselainsebagaifungsiestetikajugauntukmendeteksiudarapanasyangakannaik
(Gambar8.).
Kebutuhanpenghawaanakanditentukanberdasarkansensorsuhuyangterkoneksidenganalat
pembuka/penutup jendela. Selanjutnya dalam aktivitas pekerjaan cahaya akan menyesuaikan dengan
posisidudukpemakai(Gambar9).
Monitorpadamejakerjaakanterintegrasidengancamerayangakanmendeteksiemosimelalui
wajah(Gambar11).Hasilsensoremosiakanmenghasilkanaromatherapidanperubahanpadadinding
LED.Temailustrasiakanmenyesuaikankondisiemosipemakai(Gambar10)

Sensorsuhu
Dinding dengan LCD akan
disesuaikan dengan tema
Pencahayaanmengikuti berdasarkansensoremosi
Pergerakanpemakai

Gambar8ViewB,menunjukkanpencahayaanyang Gambar9ViewD,DindingdenganLED
mengikutipemakai Sumber:TimPenulis(2012)
Sumber:TimPenulis(2012)

469

Nainggolan,F.M.R.,Fajrin.,Tuhari

Jendela dikendalikan
berdasarkan input dari sensor
Camera sensor emosi membaca
pergerakandansuhu
melaluiindra

Gambar11ViewE,Pemakaidipantaudengansensor
Gambar10ViewC,OtomatikJendela
emosi
Sumber:TimPenulis(2012)
Sumber:TimPenulis(2012)

Kesimpulan
Kecerdasan Buatan Arsitektur dalam ruang kerja untuk memberikan kenyamanan dan
meningkatkanproduktifitaskerja.Prinsipkerjaadalahsystemdeteksidansystemotomasipadapelaku
diruangkerja.
Deteksi dilakukan pada Suhu dan cahaya, emosi pengguna ruang dan pergerakan pengguna
ruang. Deteksi akan memberikan input kepada system computer untuk menghasilkan output berupa
cahaya buatan, system penghawaan alami, dindingdinding LED bertema, dan penyediaan makanan
minumanmelaluisinyalkedapur,yangmendukungpemakairuanguntukbekerjasecaramaksimal.

UcapanTerimaKasih
Tim Penulis berterima kasih kepada Universitas Atmajaya Yogyakarta dan bimbingan
Prof.Ir.Suyoto, M.Sc., Ph.D. dan Prof. Prasasto Satwiko, Ir.,M.B.Sc. Ph.D. yang telah memberikan
masukansehinggakaryatulisinidapatterselesaikan.

DaftarPustaka
Adnyani,I.G.A.D.(2008)Membinasemangatkerjauntukmeningkatkanproduktivitaskerjakaryawan.
Buletin Studi Ekonomi Volume 13 No 2 tahun 2008. Retrieved : March 16, 2012 from :
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/dewi%20adnyani.pdf
Amanda,C.,Williams,N.(2002)Facialexpressionofpain:anevolutionaryaccount.BehavioralandBrain
Sciences2002,25.Retrieved:March8,2012fromEBSCOJournal.

470

Asteradis,S.,Tzouveli,P.,Karpouzis,K.,Kollias,S.(2008)Estimationofbehavioraluserstatebasedon
eye gaze and head poseapplication in an elearning environment. Multimed Tool Appl 2009,
41:469493.Retrieved:March8,2012fromProQuestdatabase.
BadanStandardisasiNasional(2000),Konservasienergypadasystempencahayaan,JakartaRetrieved:
February,15,2012from:http://www.slideshare.net/ical_am/sni0361972000presentation
Baron&Byrne,PsikologiSosialJilid2,Jakarta:Erlangga,2004,hal.111.
Barsoum, N. (2010) Speed control of the induction drive by temperature and light sensors via pic .
Global Journal on Technology & Optimization Vol.12010, 53.Retrieved : March 8, 2012 from
ProQuestdatabase.
Daghigh, R., Adams, NM., Sopian, K., Sahari, B. (2009) Thermal comfort of an airconditioned office
though different windowsdoor opening arrangements . Building Serv. Eng. Res. Technologi.
30,1,2009,PP.4963.Retrieved:March8,2012fromProQuestdatabase.
DepartemenPekerjaanUmum(1985),StandardPeneranganBuatandiDalamGedunggedung,Bandung
:PenerbitYayasanLembagaPenyelidikanMasalahBangunan,Bandung
Feriadi.Henry,Wong.NyukHien,Chandra.Sekhar,Cheong.KokWai,(2003),Adaptivebehaviourand
thermal comfort in Singapores naturally ventilated housing(Building Research & Information)
ISSN 09613218 print/ISSN 14664321 online 2003 Taylor & Francis Ltd
http://www.tandf.co.uk/journalsDOI:10.1080/0961321021000013830)
Hodges,S.D.,&Klein,K.J.(2001).Regulatingthecostsofempathy:thepriceofbeinghuman.Journalof
SocioEconomics
Hung, P. C., Mcloone. S. F., Irwin, G. W., Kee, R. J. (2008) Sliding window twothermocouple sensor
characterization for variable flow enviroments. Transactions Of the Institute of Measurement
andControl30,5,2008PP.349370.Retrieved:March14,2012fromEBSCOdatabase.
Liu, P., Brambley, M. R. (2009) Occupancy based control strategy for VAV terminal box system..
Retrieved:March12,2012fromEBSCOdatabase.
Maarof,S.,Jones,P.(2009).Thermalcomfortfactortinhot.Retrieved:March14,2012fromSASBE.
Moekijat.(1995).Pengembanganorganisasi.Bandung:PT.RemajaRosdakarya
Moekijat.(1997).ManajemenTenagaKerjadanHubunganKerja.Bandung:PenerbitCV.PionirJaya.
Nicol, J. F., Humphrey,M,C. (2007) Adaptive thermal and sustainable thermal standart for buildings.
Journal of Oxford Center For Sustainable Development.Retrieved : March 14, 2012 from :
http://nceub.greenlux.org/uploads/Paper05_Nicol.pdf.

471

Nainggolan,F.M.R.,Fajrin.,Tuhari

Pambudi, N. A. (2006), Sistem otomasi lup terbuka material handling menggunakan pengendali pc (
personal computer), Skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang 2006 retrieved :
February, 15, 2012 from : http://www.pustakaskripsi.com/sistemotomasilupterbuka
materialhandlingmenggunakanpengendalipcpersonalcomputer3780.html
Siemens room thermostats (n.d) retrieved : February, 15, 2012 from :
http://www.buildingtechnologies.siemens.com/bt/global/en/buildingautomationhvac/hvac
products/roomthermostatsroomcontrols/roomthermostats/Pages/roomthermostats.aspx
Wirelessmotiondetector:Powerfull20footrange(brochure)(n.d).Retrieved:February,15,2012from
:http://www.x10.com/security/x10_ms10a.htm#
Yang, H. M., (n.d), Face detection Retrieved : February, 15, 2012 from :
http://faculty.ucmerced.edu/mhyang/papers/facedetectionchapter.pdf

472

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

CCTVMultifungsiPenjagaOrangLanjutUsiadiRumahTinggal

SilviaMaycellaYuficaChandra1,FX.RickyFerdinanSutrisno2,danRakhmanFarisi3

Abstrak
CCTV merupakan alat untuk mengawasi keadaan ruangan. CCTV penting digunakan pada rumah tinggal
yangterdapatoranglanjutusiakarenakemampuanpancainderaoranglanjutusiasudahmenurunsehinggaharus
lebihdiawasi.CCTVmultifungsiyangdipasangselaindapatmengawasikeadaanrumahjugasebagaiperlindungan
keamanan pintu dan jendela dan memiliki sensor yang dapat mendeteksi keadaan yang berbahaya seperti
kebakaran,kebocorangas,pencuriandanmengawasiorangtualanjutusiadarijatuh.Sensortersebutdapatsegera
memberikansinyalalarmkepadapengguna,kantorpolisi,rumahsakitmaupunpemadamkebakaran.Penggunaan
CCTVmultifungsidiharapkandapatmembuatpenghunirumahmerasaamansaatmeninggalkanrumahdanorang
tuayangsudahlanjutusia.
KataKunci:CCTV,Sensor,Sinyalalarm

Pendahuluan
LatarBelakang
Orang lanjut usia harus lebih diperhatikan dan diberikan pengawasan karena kemampuan
panca indera sudah menurun. Dengan kemampuan panca indera yang mulai menurun akan sangat
berbahaya jika ditinggal sendirian di dalam rumah. Walaupun ada penjaga tetapi tetap berbahaya
karena tidak bisa mengawasi 24 jam sehari apalagi pada sekarang ini banyak orang yang tidak jujur
misalnya saja penjaga rumah menjadi pencuri. Keadaan tersebut itulah maka CCTV perlu dipasang di
dalamrumahkarenaselaindapatmengawasiorangtuajugadapatmengawasikeadaanrumah,sebagai
pengamanpintu dan jendela dan mendeteksi adanya halhal berbahaya seperti kebakaran,kebocoran
gas, pencurian, jatuh sehingga menjadi tidak sadar dan sebagainya karena CCTV dilengkapi dengan
alarmyangterkoneksidenganpengguna,kantorpolisi,rumahsakitdanpemadamkebakaran.CCTVjuga

1
Mahasiswi Magister Digital Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta, email:
fang20587@yahoo.com
2
Mahasiswa Magister Digital Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta, email:
rickyfica@yahoo.com
3
Mahasiswa Magister Digital Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta, email:
rfarisi@yahoo.com

473

Chandra, S.M.Y., Sutrisno, FX.R.F., Farisi, Rakhman

dilengkapidenganberbagaisensoryaitusensorsuhutubuhmanusia,sensorgerakantipencuri,sensor
cahaya,sensorsuara,dansensorkebocorangasdanasap.

TujuanPenulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui manfaat dari penggabungan berbagai sensor yang
dimasukanpadaCCTVsehinggadiperolehCCTVmultifungsiyangfungsiutamanyaadalahmenjagaorang
tualanjutusiasekaligusdapatmengawasikeadaanrumah.

RuangLingkupPenulisan
Ruanglingkuppenulisanmeliputi:
Pengertian,fungsi,dansistemkerjaCCTV
Pengertiansensorsuhu,sensorgerak,sensorcahaya,sensorsuara,dansensorkebocorangas
danasap.
Bentuk,sistemkerjadanpemasanganCCTVyangdilengkapidenganalarmdanberbagaisensor
pada rumah tinggal yang berfungsi untuk menjaga orang lanjut usia dan mengawasi keadaan
rumah.

Metode
Metodeyangdigunakanuntukpencariandataadalahstudiliteraturdaribukudaninternetyang
berupajurnal.MetodedalammenganalisaadalahmenerapakanCCTVmultifungsiuntukmenjagaorang
tua yang sudah lanjut usia dan mengawasi keadaan ruangan pada rumah tinggal. Metode dalam
penarikankesimpulanadalahdenganmengambilbutirbutirintidaripembahasanCCTVyangdilengkapi
dengan alarm dan berbagai sensor untuk menjaga orang tua yang sudah lanjut usia dan mengawasi
keadaanruanganpadarumahtinggal.

TinjauanPustaka
A. Pengertian,FungsidanSistemKerjaCCTV
Closed Circuit Television (CCTV) yang berarti menggunakan sinyal yang bersifat tertutup, tidak
seperti televisi biasa yang merupakan sinyal siaran. Fungsi CCTV sebagai pelengkap keamanan dan
banyak dipakai di dalam industriindustri seperti militer, bandara, toko, kantor, pabrik dan bahkan
sekarangperumahanpuntelahbanyakyangmenggunakanteknologiini(sumber:www.wikipedia.com).

474

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


SistemkerjaCCTVadalahCCTVdengantipe Camera Network bisamenggunakanjejaringseperti


layanan telkom speedy dengan network bersifat pararel, bercabang dan tidak memerlukan satu kabel
khususuntuktiapkameradalampengaksesannyayangbisalangsungdihubungkandenganlaptopatau
handphonepengguna.Sistemkerjatersebutdapatdigambarkanpadagambar













Gambar1.SistemKerjaCCTVdenganTipeCameraNetwok
Sumber:www.google.com

B. Pengertiansensorsuhu,sensorgerak,sensorcahaya,sensorsuara,dansensorkebocorangasdan
asap(sumber:www.wikipedia.com)
Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk mengubahbesaranpanasmenjadi
besaranlistrikyang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Sensor gerak adalah alat yang sensitif
dalam mendeteksi pergerakan obyek. Sensor cahaya adalah alat yang digunakan untuk
mengubahbesarancahaya menjadi besaranlistrik. Sensor suara adalah sebuah alat yang mampu
mengubah gelombangSinusiodasuara menjadi gelombang sinus energi listrik (Alternating Sinusioda
Electric Current). Sensor kebocoran gas dan asap adalah alat yang sensitif dalam mendeteksi adanya
kebocorangasLPGdanasap


475

Chandra, S.M.Y., Sutrisno, FX.R.F., Farisi, Rakhman

SistemyangDiambil
Closed Circuit Television (CCTV) merupakan alat yang berfungsi untuk mengawasi keadaan
suaturuanganmelaluiperekamangambardansuara.CCTVyangdilengkapidenganalarmdanberbagai
sensor seperti sensor suhu tubuh manusia, sensor gerak, sensor cahaya, sensor suara, dan sensor
kebocoran gas dan asap dapat berfungsi selain menjaga dan mengawasi keadaan rumah juga dapat
berfungsi untuk menjaga orang tua yang sudah lanjut usia jika penghuni yang lain sibuk bekerja atau
beradadiluarrumah.Jikaterjadikeadaanyangmembahayakanpenghuniyangsedangberadadidalam
rumah khususnya orang tua yang sudah lanjut usia, CCTV akan memberikan sinyal alarm yang
tersambung pada handphone dan laptop penghuni lain sehingga dapat segera dipanggilkan polisi,
dokterataupetugaspemadamkebakaran.
.
Pembahasan
A. SistemkerjaCCTVmutifungsiyangdilengkapidenganalarmdansensorsuhu,sensorgerak,sensor
cahaya,sensorsuara,dansensorkebocorangasdanasap.
CCTV yang akan digunakan pada rumah tinggal selain berfungsi untuk mengawasi keadaan
rumah juga berfungsi untuk menjaga dan mengawasi orang lanjut usia dengan segera mengirimkan
sinyalalarmjikaterjadikeadaanyangmembahayakanjiwasepertikebakaran,pencurian,adayangjatuh
ataubocornyagasLPGsehinggadapatsegeraterdeteksiolehanggotakeluargalainmelaluihandphone
ataulaptopmeskipunberadajauhdarirumahdanjikaanggotakeluargabekerjasamadenganinstansi
lain (dalam hal ini juga bekerja sama dengan jaringan telkom speedy) maka CCTV dapat mengirimkan
sinyalalarmkepadapolisi,pemadamkebakaranatauambulanceagardatangkerumah.CCTVtersebut
jugadapatmenyimpanrekamangambardansuaramelaluimemorycardyangterpasangdidalamnya.
CCTV juga disambungkan dengan jaringan listrik sehingga jika baterei habis maka otomatis
menggunakanjaringanlistrik.UntukmengaktifkandanmenonaktifkansensoryangterdapatpadaCCTV
dapat dipilih dengan menggunakan remote control. Sistem kerja tersebut dapat digambarkan pada
gambar2dan3.




476

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati




1 2 3
4 5 6
8 9
7

10 11 12

ON OFF



Gambar2.SistemKerjaCCTVMultifungsi
Sumber:analisispenulis
Sumbergambar:www.google.com




1 2 3 Keterangantombol:

4 5 6 1sensorsuhuhidup 2sensorsuhumati
3sensorgerakhidup 4sensorgerakmati
7 8 9
5sensorcahayahidup 6sensorcahayamati
10 11 12 7sensorsuarahidup 8sensorsuaramati

9sensorkebocorangasdanasaphidup10sensorkebocorangasdan

ON OFF asapmati

11lampudarurathidup 12lampudaruratmati

On:alarmhidup Off:alarmmati

Gambar3.RemoteControlCCTVMultifungsi
Sumber:analisispenulis
Sumbergambar:www.google.com

477

Chandra, S.M.Y., Sutrisno, FX.R.F., Farisi, Rakhman

B. PemasanganCCTVmultifungsidirumahtinggal
Pemasangan CCTV di pintu masuk dipasang pada lampu gantung dan ada fingerprint di pintu
dengansensoryangaktifadalahsensorgerak;padaruangtamudipasangdiaquariumdansensoryang
diaktifkanadalahsensorgerak,sensorsuhu,sensorcahaya,dansensorsuara;padadapurdipasangdi
lampugantungdansensoryangdiaktifkanadalahsensorsuhu,sensorcahaya,sensorsuaradansensor
kebocorangasdanasap;padaruangtidurdipasangdilukisandansensoryangdiaktifkanadalahsensor
suhu,sensorgerak,sensorcahayadansensorsuaradanpadakamarmandidipasangdilampuplafond
dansensoryangdiaktifkanadalahsensorsuhu,sensorsuara,dansensorcahaya.



CCTV
Lampugantung

CCTV CCTV



CCTV

Aquarium


Lampugantung

CCTV

Gambar4.PeletakanCCTVpadaRumahTinggal
Sumber:analisisdandenahpenulis.Sumbergambar:www.google.com





478

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati









Letak CCTV pada
lampu gantung di
Fingerprint


Gambar5.PeletakanCCTVdanFingerprint
Sumber:analisispenulis.Sumbergambar:www.google.com
Sumbergambartampak:dokumentasipenulis.Sumbergambar:www.google.com

C. Hasilanalisa
Sensor suhu hanya akan mendeteksi suhu orang yang sudah lanjut usia saja dengan cara
memasukan data suhu ratarata orang yang sudah lanjut usia sehingga jika terdeteksi suhu di bawah
rataratatersebutsecaraotomatissinyalalarmakanmenghubungirumahsakitdanpenghunilainyang
terhubungmelaluijaringaninternetatauhandphone.Sensorgerakakanmendeteksijikaadapergerakan
obyekdalamjarakjangkauan10meteruntukyangdiluarruangandan5meteruntukdidalamruangan
denganlebarsudutpancar60danjikaterjadipergerakanmencurigakanmakakameraakanmenangkap
gambar dan otomatis sinyal alarm akan menghubungi kantor polisi terdekat dan penghuni lain yang
terhubung melalui jaringan internet atau handphone. Sensor cahaya akan langsung otomatis menyala
jika ruangan tibatiba gelap dan memancarkan cahaya lampu LED yang letaknya berada mengelilingi
CCTVsebagaisumberpenerangandarurat.Sensorsuarahanyaakanmendeteksisuaramanusiasajadan
merekamnyadidalamkartumemori.Sensorkebocorangasdanasapakanmemberikansinyalalarmjika
mendeteksikebocorangasLPGdanasapyangsecaraotomatisakanmenghubungipemadamkebakaran
terdekatdanpenghunilainyangterhubungmelaluijaringaninternetatauhandphone.

479

Chandra, S.M.Y., Sutrisno, FX.R.F., Farisi, Rakhman

Kesimpulan
CCTV multifungsi dengan sensor suhu, sensor gerak, sensor cahaya, sensor suara dan sensor
kebocorangasdanasapdenganmengaktifkansensormenggunakanremotecontroluntukmenjagadan
mengawasioranglanjutusiasekaligusrumahtinggal.

UcapanTerimakasih
Terimakasih kami ucapkan kepada Ketua Program Pascasarjana, Magister Arsitektur,
UniversitasAtmaJayaYogyakarta,Dr.AmosSetiadi,ST.,MT.;TimDosenPembimbing:Prof.Ir.Suyoto,
M.Sc,Ph.D.;Prof.Ir.PrasastoSatwiko,Ph.D.,danIr.A.DjokoIstiadji,M.Sc.

DaftarPustaka
Nationwide Sales and Service Center, (2011), Project Manual Technical Specifications, Volume 2:
Divisions1533.
Welsh, Brandon., P. Farrington, David., (2002), Crime Prevention Effects of Closed Circuit Television: A
SystematicReview,HomeOfficeResearchStudy252.
Brown, Ben., (1995), CCTV in Town Centres: Three Case Studie, POLICE RESEARCH GROUP CRIME
DETECTION AND PREVENTION SERIES: PAPER NO 68 LONDON: HOME OFFICE POLICE
DEPARTMENT.
Norris,Clive.,McCahill,Mike.,Wood,David.,(2004),Editorial.TheGrowthofCCTV:AGlobalPerspective
ontheInternationalDiffusionofVideoSurveillanceinPubliclyAccessibleSpace,2(2/3).page:
110135.
HomeOffice(2004)HomeOfficeCrimeReductionProgrammeCCTVInitiative.Availableat
http://www.crimereduction.gov.uk/cctvminisite1.htm.
Armitage,R.(2002)ToCCTVofNottoCCTV:areviewofcurrentresearchintotheeffectivenessofCCTV
systemsinreducingcrime,NACROCommunitySafetyBriefing,NACROLondon.Availableat:
http://www.nacro.org.uk/templates/publications/briefingItem.cfm/2002062800csps.htm.
Cameron,H.(2004)CCTVand(In)dividuation,Surveillance&Society2(2/3):136144
http://www.surveillanceandsociety.org/articles2(2)/individuation.pdf.
Garland,D.(2001),TheCultureofControl:CrimeandSocialOrderinContemporarySociety,Oxford:OUP.
Keynote(2003)ClosedCircuitCCTV:MarketReport2003:KeyNoteLtd.,Middlesex,TW122HQ,United
Kingdom.

480

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Leeds Today (2004) Super Cameras to Catch Criminals . Available at


http://www.cleansafeworldwide.org/doc.asp?doc=1890&cat=22.
Norris, C. (2003) From personal to digital: CCTV, the panopticon and the technological mediation of
suspicion andsocial control, inD. Lyon (ed.)Surveillance andSocialSorting: Privacy Risk and
AutomatedDiscrimination,London:Routledge.
SecurityInstaller(2001)SlowdowninalarmsandCCTVsectorsisexpected,September2001.
http://www.securityinstaller.
co.uk/story.asp?storyType=47&sectioncode=124&storyCode=1010784
Phillips, Coretta, A REVIEW OF CCTV EVALUATIONS: CRIME REDUCTION EFFECTS AND ATTITUDES
TOWARDSITSUSE,volume10,pp.123155.
BoneWellsAssociates(1998)."CCTV:PotentialCrimeImpact."(Unpublishedreport.)Bristol,UK:Bristol
CityCouncil.
Chatterton,M.R.andS.J.Frenz(1994)."ClosedCircuitTelevision:ItsRoleinReducingBurglariesandthe
FearofCrimeinShelteredAccommodationfortheElderly."SecurityJournal5(3):133139.
Davies,S.(1995)."WelcomeHomeBigBrother."Wired(May):5862.
Davies, S. (1998). "CCTV: A New Battleground for Privacy." In: C. Norris, J. Moran and G. Armstrong
(eds.),Surveillance,ClosedCircuitTelevisionandSocialControl.Aldershot,UK:Ashgate.
Musheno, M.C, J.P. Levine and D.J. Palumbo (1978). "Television Surveillance and Crime Prevention:
EvaluatingAnAttempttoCreateDefensibleSpaceinPublicHousing."SocialScienceQuarterly
58(4):647656.

481

482

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

PrototypeModelRumahMurahSejahteraBerbasisPotensiBahan
BangunanLokaldiProvinsiNusaTenggaraTimur

DianisariRindaAMunarto1,danIwanSuprijanto2

Abstrak
Bahan bangunan menempati 6080% komponen biaya pembangunan fisik rumah. Dalam upaya
pengadaan rumah murah sejahtera yang memenuhi persyaratan dan ketentuan bangunan maka perlu dukungan
teknologikhususnyainovasipemanfaatanbahanbangunanlokal.BeberapabahanbangunanlokaldiProvinsiNusa
Tenggara Timur yang merupakan hasil litbang Balai PTPT Denpasar seperti panel gewang laminasi, dapat
dimanfaatkan.Dengankonseprumahtradisionalsetempatsesuaibudayadanperilakumasyarakat,makaBalaiPTPT
Denpasartelahmengembangkanprototypemodelrumahmurahsejahteraberbasisbahanlokal.Metodepenelitian
yang digunakan adalah simulasi eksperimental yaitu prototype modelling dalam simulasi desain menggunakan
program 3d Sketch Up dan diformulasikan pada perhitungan Rencana Anggaran Biaya. Lokasi penelitian:
kabupaten/kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Sumba, Flores dan Timor). Hasil penelitian adalah
prototypemodelrumahmurahsejahteraT36yanglayakhuni,tahangempadanmengakomodirkearifanlokaldi
wilayahProvinsiNTT.Prototypemodeldiharapkanmenjadirujukanmasyarakatdalammembangunrumahmurah
sejahteradiwilayahtersebut.Estimasibiayapembangunanprototypemodelinidiharapkandapatmenjadipanduan
penetapanhargarumahmurahsejahteradiProvinsiNusaTenggaraTimur.
KataKunci:Rumahmurahsejahtera,Prototipe,Gewanglaminasi

Pendahuluan
Dalam upaya pengadaan rumah murah sejahtera persyaratan akan ketentuan bangunan dan
perumahansertabiayayangterjangkaumasyarakatharusdapatterpenuhi.DalamseminarMembedah
Kinerja Perumahan Rakyat, Sekretaris Kemenpera Iskandar Saleh menyatakan akan menaikkan target
penyediaanrumahmurah,dalamperiodetahun20112014.HargarumahmurahdipatokRp25jutaper
unit di luar harga tanah. Hal ini tentunya berkembang menurut harga satuan per Provinsi. Salah satu
sarana pendukung dalam memenuhi program pengadaan rumah murah sejahtera adalah dukungan

1
Staf Litbang Urusan Arsitektur, Balai PTPT Denpasar Puslitbang Permukiman Litbang Kementerian PU,
dianisari@yahoo.co.uk
2
Kepala Balai, Balai PTPT Denpasar Puslitbang Permukiman Litbang Kementerian PU,
lokatekkimdenpasar@yahoo.com

483

Munarto, D.R.A., Suprijanto,Iwan

teknologi khususnya inovasi pemanfaatan bahan bangunan lokal. Rumah murah yang saat ini
dicanangkan oleh pemerintah menurut mantan Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa di BTN
Expo 2011, menyatakan bahwa rencana pengadaan rumah murah akan dibangun di Nusa Tenggara
TimuruntukparapengungsiTimorTimuryangmemilihuntukmenjadiWargaNegaraIndonesia.Untuk
itumakadiperlukanpengetahuanakanpotensibahanbangunanlokalyangada,yangdiharapkandapat
meminimalisirbiayapengerjaanrumahmurahsehinggadapatterjangkauolehmasyarakatbanyak.
BalaiPengembanganTeknologiPerumahanTradisionalDenpasar(PTPT)telahmengembangkan
teknologipemanfaatanbahanbangunanlokalsepertibebaklaminasidankayulokalpadapulauTimor.
Pemanfaatanbahanlokaluntukbahanbangunanrumahmurahdiharapkanmampumenjadipengganti
bahanbangunanlaingunamemenuhikebutuhanhunianmurahsejahterauntukmasyarakatbanyak.

MetodePenelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental dan simulasi, yang mana
prototype modelling disimulasikan ke dalam desain menggunakan program 3d Sketch Up dan
diformulasikan pada perhitungan Rencana Anggaran Biaya, sehingga desain yang dituju mengarah
kepadanominalhargabangunyangpalingminimum.

KajianTeori
RumahMurahdiProvinsiNusaTenggaraTimur
Secara garis besar perbedaan Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana (Syafri Lubis,
2011)dapatdilihatdarisegi:luasbangunan(RS36m2:RSS21m2),letakkamarmandi(RSkamarmandi
dalam : RSS kamar mandi luar), dan jumlah kamar (RS 2 kamar : RSS 1 kamar). Pemerintah Indonesia
memilikirencanaaksiprogramrumahsangatmurah/RSuntukdirealisasikanpadatahun2012.Sebaran
rumah murah tersebut teralokasikan sebesar 2.970 unit di Provinsi Nusa Tenggara Timur (sumber
KementerianPerumahanRakyat).




\

484

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Tabel1.SebaranRumahSangatMurahTahun2012diWilayahIndonesiaBagianTimur
TotalPerProvinsi
Provinsi
PB PK Total

Bali 245 255 500

NusaTenggaraBarat 733 757 1.490

NusaTenggaraTimur 1.449 1.521 2.970

MalukuUtara 367 373 740

Maluku 615 640 1.255

PapuaBarat 602 623 1.225

Papua 1.361 1.409 2.770

TOTAL 26.250 27.083 53.333


Sumber:KementerianPerumahanRakyat

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 1.192 pulau.
Diantara 432 pulau yang sudah bernama terdapat 4 pulau besar: Flores, Sumba, Timor dan Alor
(FLOBAMORA) dan dihuni oleh masyarakat bangsa Atoni dan Dawan. Total wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur adalah 48.718,10 km2, populasi total 4.679.316 jiwa pada tahun 2010 dengan
kepadatan 95 jiwa/km2 (wikipedia.org). Menurut BPS Republik Indonesia (tabel 2), Jumlah rumah
tangga(RT)sebesar952.508,dimanasebanyak623.137atau65,42%masukkategorimiskin.Kondisiini
ditunjukkan dengan tingkat pendapatan perkapita NTT, yaitu: Rp 3.24 juta/tahun, lebih kecil
dibandingkandenganpendapatanrataratanasionalRp11.2juta/tahun,sehinggapresentasependuduk
miskindiProvinsiNusaTenggaraTimurmasukkedalam5.






485

Munarto, D.R.A., Suprijanto,Iwan

Tabel2.JumlahdanPersentasePendudukMiskin,GarisKemiskinan,IndeksKedalamanKemiskinan(P1),danIndeks
KeparahanKemiskinan(P2)MenurutProvinsi
JumlahPendudukMiskin
PresentasePendudukMiskin
(000)
Provinsi
Kota+ Kota+
Kota Desa Kota Desa
Desa Desa
Nusa
Tenggara 107.4 906.7 1014.1 13.57 25.10 23.03
Timur
Gorontalo 17.8 192.0 209.9 6.29 30.89 23.19

Maluku 36.3 342.3 378.6 10.20 33.94 27.74

PapuaBarat 9.6 246.7 256.3 5.73 43.48 34.88

Papua 26.2 735.4 761.6 5.55 46.02 36.80


SumberBadanPusatStatistikRepublikIndonesiaTahun2009

Dengandatatertulissepertitabeltabeldiatas,makaaksiprogramrumahmurahdiProvinsi
NusaTenggaraTimurharusdapatdidukungolehbantuanbantuandaripemerintahsepertidukungan
teknologiyangdapatmemberikankontribusibagipembangunantersebut.

PotensiBahandiProvinsiNusaTenggaraTimur
SalahsatupotensibahanlokalyangdapatdijumpaidiPulauTimorNTTadalahpohongewang.
ProdukdariGewangsepertiRumahGewangyangartinyahampirsemuabagianrumah(atap,dinding,
tiang/balok) berasal dari Gewang. Balai PTPT Denpasar telah melakukan penelitian pada pelepah
gewang(bebak)denganmelakukanrekayasateknologi

TeknologiHasilLitbangPermukiman,KementerianPekerjaanUmum
A. BebakLaminasi
Salah satu potensi bahan lokal yang dapat dijumpai di Pulau Timor NTT adalah pohon gewang.
ProdukdariGewangsepertiRumahGewangyangartinyahampirsemuabagianrumah(atap,dinding,
tiang/balok) berasal dari Gewang. Balai PTPT Denpasar telah melakukan penelitian pada pelepah
gewang (bebak) dengan melakukan rekayasa teknologi bebak menjadi bebak laminasi yang dipakai
untukpenutupdindingpartisi,sehingggakelemahanbebakkonvensionaldarisisiestetikadanmekanika

486

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


bahan teratasi. Hasil pengujian laboratorium fisika dan mekanika papan bebak laminasi mengalami
peningkatanmutudankualitassesuaiperaturanSNIsepertiyangterlihatpadatabelIII.

Tabel3.HasilPengujianBebakLaminasi
Kriteria
MacamPengujian HasilUji SNI
Syarat
Kerapatan 0,6 0,40,9 Memenuhi

KadarAir 18,09% 14% Memenuhi


Pengembangan
34,01% 12% Memenuhi
Tebal
KeteguhanLentur 133,06kg/cm2 133kg/cm2 Memenuhi
KeteguhanTarik
TegakLurus 9,6kg/cm2 3,1kg/cm2 Memenuhi
Permukaan
KeteguhanCabut
41kg/cm2 41kg/cm2 Memenuhi
Sekrup
SumberBalaiPTPTDenpasar2011

B. RISHA(RumahInstanSederhanaSehat)
RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) telah dikembangkan oleh Puslitbang Permukiman
Kementerian Pekerjaan Umum. RISHA merupakan sistem rangka struktur precast yang dikembangkan
untukrumahsederhanasehat.SistemutamaRISHAhanyamemberikanrangkastrukturbangunan,Panel
dinding hanya merupakan komponen tambahan, yang berfungsi sebagai dinding non struktural. Panel
dindingpengisidapatterbuatdariberagammaterial.(Sabaruddin,2006)
KelebihandariteknologiRISHAadalah:
1. Komponen RISHA mengikuti prinsip lego sehingga memakai sistem rakit dalam pemasangannya
Panel20x120x10cm,Panel30x120x10cm,Panel30x30x30x10cm;
2. JumlahkomponenRISHAsedikitsehinggamudahdirakitdandibongkarpasang;
3. Kemudahan dalam membongkar pasang memungkinkan untuk berpindah lokasi atau perubahan
padatampaknya;
4. Tidakdiperlukanpengecoransamasekali;
5. Pembangunandapatdilakukandalamwaktusingkatdanmenurunkanbiayakonstruksi;
6. PadatkaryakarenaproduksikomponendapatdilakukanolehUKM;

487

Munarto, D.R.A., Suprijanto,Iwan

7. StrukturRISHAtelahdiujiterhadapresikogempasampaidenganzona6;
8. Rishadapatdibangundiatasberbagaijenislahan,akantetapiuntuktanahlunakjenispondasiharus
disesuaikan.

SimulasiDesain
Melaluimetodesimulasieksperimentaldenganaplikasi3dimensiprogramSketchUp,rumah
murahdenganmenggunakanbahanbakugewangdanbambulaminasisebagaipenerapanbahanlokaldi
ProvinsiNTT,terdapatduaalternatifpilihandesainyangdapatdiaplikasikankedalamsite.Tipedesain
yang dimaksud menggunakan bahan struktur rumah murah yang telah dicanangkan oleh Pemerintah
sertamemenuhipersyaratanpengujian,yaituRISHAdenganpenutupdindingbebaklaminasi,ataupun
struktur konvensional dengan dinding bebak laminasi. Sehingga perbandingan dari segi bentuk dan
luasandapatterlihat.
Strukturkonvensionalkayudenganpartisibebaklaminasidanbatakoekspose

Tabel4.SpesifikasiTeknisDesainTipe1
Elemen/
Spesifikasi Bahan
Komponen

PenutupAtap Pelanadgkemiringansesuaibahan Senggelombang

Pelanadenganrangka
RangkaAtap Kudakudakayu
kayuinstan

Rangka Rangkakayugewang
Rangkabatang
Bangunan laminasi

Gewang+Rangka,
Partisi/Dinding Dindingnonstruktural
batakoexpose

Penutuplantai Lantaikering Plesteran1:6

Tergantungkondisitanah&rangka
Pondasi
struktur

KM/WC 1.5x1.0mdgclosetjongkok Plesteran1:2

ME Listrikterpasangdg6titiklampu Standar

488

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati






Tabel5.SpesifikasiDesain1
Rangkakayu AtapSengGelombang Rangkakayu

KM/WCplesteran
Dindingbatakoexpose

PapanGewangLaminasi PINTU JENDELA PenutupLantaiplesteran

StrukturRISHAdenganpartisibebaklaminasi

Tabel6.SpesifikasiTeknisDesainTipe2
Elemen/
Spesifikasi Bahan
Komponen

Pelanadgkemiringan
PenutupAtap Senggelombang
sesuaibahan

Pelanadenganrangka
RangkaAtap Kudakudakayu
kayuinstan

489

Munarto, D.R.A., Suprijanto,Iwan

Rangka Rangkakayugewang
Rangkabatang
Bangunan laminasi

Partisi/
Dindingnonstruktural GewangLaminasi
Dinding

Penutuplantai Lantaikering Plesteran1:6

Tergantungkondisi
Pondasi tanah&rangka
struktur

1.5x1.0mdgcloset
KM/WC Plesteran1:2
jongkok

Listrikterpasangdg6
ME Standar
titiklampu


Tabel7.SpesifikasiDesain2

Rangkakayuinstan AtapSengGelombang Rangkakayu

KM/WCplesteran
Dindingbatakoexpose

PapanGewangLaminasi PINTU JENDELA PenutupLantaiplesteran

490

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


SimulasiDesainEstimasiBiayaPembangunanModelPrototypediProvinsiNusa
TenggaraTimur
Penyediaan RISHA akan mulai digarapkan secara massal di 2012 oleh Kementerian Pekerjaan
Umum. Program ini bagian dari rumah murah yang dicanangkan pemerintah bagi masyarakat tak
mampu. Kepala Puslitbang Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum Anita Firmanti mengatakan,
Harga per unit dari RISHA untuk rumah tipe 36 dibandrol dengan harga kisaran Rp 37 juta (di luar
tanah)danhargaRIKARp24,6jutaperunit(diluartanah).Datadibawahinimerupakanestimasibiaya
strukturdikotaBandung.

Tabel8.EstimasiStrukturdiKotaBandung
RISHA HARGA(JUTA)
(RumahInstan
SederhanaSehat) TIPE18 TIPE27 TIPE36

Struktur 9.6juta 11.4juta 19.0juta

Strukturrangkaberatap 13,6juta 20.1juta 26.0juta

Strukturrangkaberatap+
17.1juta 20.1juta 30.2juta
kmmandi

Lengkap 22.4juta 31.0juta 39.0 juta

SumberKatalogProduk,PusatPenelitiandanPengembanganPermukimanKementerianPU

Tabel9. EstimasiBiayaPembangunanModelPrototypediProvinsiNTT

Elemen/ Bahan
Spesifikasi
Komponen Tipe1 Tipe2

PenutupAtap Pelana&kemiringansesuaibahan Senggelombang Senggelombang

PelanaRangkakayu PelanaRangkakayu
RangkaAtap Kudakudakayu
gewang gewang

RangkaBangunan Rangkabatang RISHA KayuLokal

491

Munarto, D.R.A., Suprijanto,Iwan

Partisi/Dinding Dindingnonstruktural Gewang+Rangka Gewang+Rangka

Penutup
Lantaikering Plesteran1:6 Plesteran1:6
lantai

Tergantungkondisi
Pondasi Pondasisetempat
tanah&rangkastruktur

KM/WC 1.5x1.0m&closetjongkok Plesteran1:2 Plesteran1:2

ME Listrikterpasang&6titiklampu Standar Standar

Harga 26.250.000,00 20.200.000,00

SumberBalaiPTPTDenpasar2011

Kesimpulan
Dengan prototipe model 1 dan 2, pengaplikasian desain dengan biaya yang telah
diperhitungkan,makaprototypeinidarisegihargadapatmenunjangprogramrumahmurahyangtelah
dicanangkan oleh pemerintah. Potensi lokal yang ada di setiap wilayah NTT dapat menjadi masukkan
untuk bahan rumah murah. Pembangunan rumah murah sejahtera di Provinsi NTT dengan
menggunakan metode struktur RISHA maupun struktur kayu konvensional, dengan pengisi dinding
bebaklaminasi,dapatdijadikanacuansebagaipilihanyanglebihmurah.

UcapanTerimakasih
Ucapkan terima kasih disampaikan kepada Balai Pengembangan Teknologi Perumahan
Tradisional Denpasar (Balai PTPT Denpasar) Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,
KementerianPekerjaanUmum,yangtelahmendukungproseskegiatanobservasilapangan.

DaftarPustaka
BalaiPTPTDenpasar,Laporanakhir2009(FinalReport),PeningkatanKualitasDanPemanfaaatanBahan
Bangunan Lokal Untuk Menunjang Pelestarian Arsitektur Tradisional Akmal, I., (2005),
IndonesianArchitectureNow,BorneoPublishing,Jakarta.
BeritaResmiStatistikNo.45/07/Th.2XIII,1Juli2010,ProfilKemiskinandiIndonesiaMaret2010,Badan
PusatStatistikRepublikIndonesia,

492

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Kurnia Wiji Prasetiyo, Subyakto dan B. Paul Naiola (2008), Sifat Fisik dan Mekanik Batang Gewang
(CoryphautanLamk.)dariNusaTenggaraTimur,J.TropicalWoodScienceandTechnologyVol.
6No.1,.
PusatPenelitiandanPengembanganPermukiman2006,PengembanganRumahInstanSederhanaSehat,
CileunyiBandung,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman 2011, Katalog Produk Litbang Bidang Permukiman,
KementerianPekerjaanUmum,CileunyiBandung,
Sulistyono (2009), Rumah Prefabrikasi Kayu Akasia Sebagai Konstruksi Berkelanjutan yang Ramah
Lingkungan untuk Menjawab Tantangan Perubahan Iklim, Disertasi Sekolah Pasca Sarjana
InstitutPertanianBogor,
Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan Bali (2011), Daftar Harga Satuan Bahan Bangunan, Upah
Kerja, Analisa Biaya Konstruksi, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sulistyono
(2009), Rumah Prefabrikasi Kayu Akasia Sebagai Konstruksi Berkelanjutan yang Ramah
Lingkungan untuk Menjawab Tantangan Perubahan Iklim, Disertasi Sekolah Pasca Sarjana
InstitutPertanianBogor,
Syafri Lubis, Thesis Analisis Determinan Permintaan Rumah Sangat Sederhana (RSS) Di Kota Medan,
UniversitasSumateraUtara,
Sekretariat Kementerian Perumahan Rakyat (Oktober 2011), Buku Saku, Rencana dan Capaian yang
DiperolehdariKegiatanKementerianPerumahanRakyatTahun2011sertaPerencanaanTahun
2012,KementerianPerumahanRakyat.

493

494

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

BisakahStrukturRongRonganRumahJogloHanyaMengandalkan
Santen?
BisatyaW.Maer

Abstrak
TulisaninimembahasstrukturbangunanrumahtradisionalJawajoglo.Penelitianpenulisdiawalidari
hasil penelitian Prihatmaji (2007) tentang perilaku rumah tradisional jawa joglo terhadap gempa. Dalam
kesimpulannya dinyatakan bahwa struktur rumah joglo aman untuk wilayah gempa 3, apabila sistem tumpuan
dibuatjepit.Tujuanpenelitianiniadalahmembuatrancanganmodelstruktureksperimenyang:pertamamengambil
bentukstrukturdankondisitumpuansamadenganrongronganasli,dankeduadiharapkanmempunyaikekakuan
laterallebihbesardibandingkandenganmodelstrukturrongronganaslitersebut.Stabilitasdankekakuanlateral
model struktur rongrongan asli mengandalkan pada sistem sambungan kaku antara sakasunduk/kili, sedangkan
1
stabilitas dan kekakuan lateral model struktur eksperimen mengandalkan pada SANTEN . Sistem sambungan
sakasunduk/kilipadamodelstruktureksperimenditetapkansendisehinggastabilitasdankekakuanlateralstruktur
benarbenar hanya tergantung dari SANTENsaja. Hasil simulasi empat buah model struktur dengan software
ETABS menunjukkan bahwa modelmodel struktur eksperimen dapat mempunyai kekakuan minimal sama, atau
lebihbesardibandingkandenganmodelstrukturrongronganasli.
Katakunci:Rongrongan,SANTEN,Kekakuan,Struktur,Sendi.

Pendahuluan
Mei 2006 Yogyakarta digoncang gempa bumi tektonik, Departemen Pekerjaan Umum
mencatat berdasarkan data per 11 Juni sebanyak 5.737 orangmeninggal dunia, 570.490 rumah rusak,
diantaranya 96.730 rumah rata dengan tanah (http://ciptakarya.pu.go.id /dok/gempa/main.htm).
Bencana semacam ini mengingatkan kita bahwa keamanan jiwa penghuni/pengguna bangunan
merupakan faktor utama yang harus diperhatikan oleh para perancang bangunan maupun para

StafPengajarJurusanArsitekturU.K.Petra
1
SANTEN adalah komponen dalam model eksperimen yang mengambil bentuk santen, dan letaknya di dalam
rongrongansamadenganletaksanten.Santentersebutadalahkomponenpenggenapdidalamrongronganrumah
joglo yang terletak diantara blandar/pangeret dan sunduk/kili serta berfungsi untuk menghindari lendutan
blandar/pangeret(Prijotomo2005).Santenaktifbekerjaterhadapgayaaksialtekan,sedangkanSANTENdalam
modeleksperimenberfungsisebagaipenahangayageserlateral,merupakankomponenyangaktifbekerjaterhadap
gayageserlateraldangayaaksial.

495

Maer, Bisatya.W

pembangun.Salahsatuelemenbangunanyangdapatberperanmenjagakeamananbangunanterhadap
gempa adalah struktur dan konstruksi bangunannya. Dalam perancangan struktur bangunan terhadap
gempa, disyaratkan bangunan boleh rusak berat, tapi tidak boleh roboh terhadap gempa kuat untuk
menjamin keselamatan jiwa penghuni. Tulisan ini difokuskan pada pembahasan keamanan struktur
bangunanterhadapgempabumi,khususnyarumahtradisionalJawajoglo.Penulistertarikuntuklebih
mendalamistrukturbangunannya,bukanuntukmembuktikankekuatanstrukturtapiuntukmenemukan
sistemyangdapatmeningkatkankekakuannya.
Penulis memulai penelitian ini dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihatmaji (2007)
tentangperilakurumahtradisionalJawajogloterhadapgempa,yangmenyimpulkanbahwastruktur
rumahjogloamanuntukwilayahgempa3apabilasistemtumpuandibuatjepit.Strukturutamarumah
jogloyang mendukung beban gempa adalah struktur rangkasakaguru (Prihatmaji menyebutnya rong
rongan).MenurutPrihatmajidandalamkenyataannya,tumpuansakagurudiatasumpakbersifatsendi
atau rol dan bukan jepit, maka hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa sebenarnya struktur
rongrongan tidak benarbenar aman terhadap gempa di wilayah 3. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk menemukan rancangan model struktur eksperimen dengan mengambil bentuk struktur rong
rongan asli, yang diharapkan mempunyai kekakuan lateral lebih besar dibandingkan dengan model
strukturrongronganasli,tanpaharusmenghilangkankeunikantampilanfisikrongrongantersebut.
Dalam beberapa struktur rongrongan terdapat santen (tidak di semua rongrongan ada
santennya) yang letaknya diapit oleh blandar/ pangeret (balok ring) dengan sunduk/kili (balok
portal). Menurut Prijotomo (2005), peran santen adalah sebagai penggenap, yaitu menghindari
lendutanblandar/pangeretyangterdapatdidalamrongrongan.Dalampenelitianini,penulismerubah
fungsistrukturalsantentersebutmenjadikomponenpenahangayageserlateralterhadapgayagempa,
selanjutnya disebut SANTEN. Model struktur eksperimen yang dikemukakan dalam penelitian ini
adalah: struktur rangka pemikul momen yang mengandalkan pada kemampuan SANTEN menahan
gayageserlateral.Modelstruktureksperimentersebutwalaupunbentukfisiknyasamadenganbentuk
strukturrongronganasli,namunmodelstrukturnyaberbeda.
Tujuanpenelitian:
Membuat rancangan model struktur eksperimen (Mse) yang mengambil bentuk struktur dan
kondisitumpuansamadenganrongronganasli.
MembuatrancanganMSeyangmempunyaikekakuanlaterallebihbesardibandingkandengan
modelstrukturrongronganyangasli(MSr).

496

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


MembandingkankekakuanMSrdengankekakuanMSemelaluiperbandinganbesarnyadefleksi
lateralantarakeduamodelstrukturtersebut.

Metode
Rancangan MSe diawali dengan studi literatur dan kajian teoritis tentang anatomi rong
rongan, penyaluran gaya dan perilaku terhadap gaya lateral dari tiap sambungannya, serta perilaku
sistem struktur terhadap gempa. Peningkatan kekakuan MSe dibandingkan dengan MSr terhadap
gempadiukurdaribesarnyadefleksilateralstrukturnya.Perbandinganbesarnyadefleksilateralstruktur
rongrongan asli dengan defleksi lateral struktur eksperimen, dilakukan dengan simulasi empat buah
modelstruktur(teoritis)menggunakansoftwareETABSnonlinearversion9.0.7.,yaitu:modelstruktur
rongronganasli(MSr),dibandingkandengantigabuahmodelstruktureksperimen:Mse1,Mse2,Mse
3, masingmasing model tersebut dijelaskan dalam pembahasan pemodelan struktur. Variable bebas
MSe adalah dimensi lebar santen, dan jumlah santen, sedangkan variabel tergantungnya adalah
defleksilateralmaksimal.

StudiLiteratur
1. PerilakuRumahTradisionalJawaJogloTerhadapGempa(Prihatmaji,2007).
Struktur rongrongan (umpaksakagurublandar/tumpang sari) bekerja sebagai struktur inti
penahangayalateral,termasukgempa.Sistemtumpuanbersifatsendidanataurol,sistemsambungan
lidahalur.Hasilpengujianmodelstrukturrongronganterhadapgetarangayagempadenganhorizontal
sliptable,menunjukkanbahwa;
Terhadap gempa dengan frekuensi tinggi: 10.0 Hz (waktu getar pendek: 0.1 detik) dan akselerasi
rendah sampai tinggi, sistem pembebanan bagian atas (tumpangsari dan atap) di struktur rong
ronganmenyumbangkestabilan.
Terhadapgempadenganfrekuensirendah:1Hz10.0Hz(waktugetarpanjang:10.1detik)dan
akselerasi rendah sampai tinggi, sistem pembebanan bagian atas membuat model lebih banyak
mengalamideformasi.
Prihatmajimenyimpulkanbahwastrukturrumahjogloamanuntukwilayahgempa3apabilasistem
tumpuandibuatjepit.
2. AnatomiStrukturBangunanJogloRumahJawa.
Tulisaninihanyadifokuskanpadapembahasansektorgurusaja(gambar1).Blandar/pangeretdan
sunduk/kilidiletakkandengan posisi penampang melintang tidur (secondmoment terkecil terhadap

497

Maer, Bisatya.W

gayavertikal).Diantarablandar/pangeretdansunduk/kili,padabeberaparangkasakaguruterdapatsatu
buahataulebihsanten.Tumpangsaridiatasblandardanpangeretdisusunbertumpukmelebarkeatas,
kearah interior dan eksterior. Balok tumpangsari yang paling atas dan paling luar menjadi tumpuan
usukusuk pandedel. Rangkaian blandarpangeret, sundukkili, santen dan empat buah sakaguru
merupakan kesatuan struktur yang oleh Frick disebut kudakuda sakaguru yang membentuk rong
rongan (gambar 1). Dalam tulisan ini struktur bangunan sektor guru hanya ditinjau bagian rong
rongannya saja, yaitu mulai dari umpak, sakaguru sampai dengan tumpangsari. Atap di atas
tumpangsariterdiridaridudur(jurai),usukpandedel(usuk),gonja,ander,molo,dalampenelitianini
dimasukkansebagaibebangravitasi.
Strukturdankonstruksibangunanrongrongandapatdipelajaridaribeberapadetailkonstruksi
sambungannyaberikutini:
Detail A (gambar 2) menunjukkan konstruksi sambungan kolombalok atas (sakablandar, dan
sakapangeret)denganpendiujungsaka,danlubangdiblandarmaupunpangeret,pertemuanini
bersifatsendi.Tumpukanbalokbaloktumpangsaridiatasblandardipasaksatusamalain,danyang
terbawah dipasak ke blandar, sehingga tumpangsari menjadi satu dengan blandar/pangeret dan
membentuk balok sangat kaku yang ditumpu di ujungujung saka. Usuk pandedel diletakkan
diatas tumpangsari sisi eksterior, maka beban atap membebani balok tumpangsari
blandar/pangeret dan diteruskan ke empat buah sakaguru (gambar 3). Tumpangsari pendek dan
tumpangsaripanjangdihubungkan dengansambungancoakan setengah balok danditembus oleh
pendarisaka,sehinggapadabidangdenahsalingmengunci(gambar2)danbersamadenganrangka
plafondbekerjasebagaidiafragmahorisontalyangkaku.
DetailB(gambar2)menunjukkankonstruksisambunganbalokkolom(sakasundukdansakakili)
dengan konstruksi penlubang saling mengunci. Di saka terdapat dua buah lubang pen, satu
menghadapkearahsunduk(lubangpenbesar),yanglainmenghadapkearahkili(lubangpenkecil).
Padapensundukdiberilubanguntukmasuknyapenkilimenembussakadanpensunduktersebut,
dandiujungpenkiliyangmenonjolkeluardarisakadiberipasakkayu.Sambungantersebutsaling
mengunciantarasaka,sundukdankiliyangmampumenahanmomen,makarangkasakagurudapat
bekerjasebagairangkapemikulmomen.
Detail C (gambar 2) menunjukkan konstruksi pertemuan santen dengan blandar dan sunduk.
Santen merupakan komponen penggenap yang berfungsi untuk meniadakan lendutan
blandar(Prijotomo,2005),berartisantentidakberperanmenahangayageserlateral.Haliniterlihat
daribentuksantenyangtidakmempunyaisatuprototipe,adasantenyangberbentukmembidang

498

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


(kedalamanstrukturbesar)danadayangberbentukbatang/kurus.Santenberbentukbatangtidak
dapat bekerja efektif menahan gaya geser lateral, sedangkan santen berbentuk membidang
mampudandapatefektifbekerjamelawangayageserlateral.
d
c g
b
f


Gambar1.StrukturRongrongantanpatumpangsari
Sumber:Frick,1997

(a=saka,b=sunduk,c=blandar,d=santen,f=kili,g=pangeret)

KajianTeoritis
Konstruksi sambungan santenblandar dan santensunduk (C) adalah konstruksi sambungan
pen dan lubang (gambar 2). Bentuk santen di dalam gambar 2 dan 3 adalah salah satu varian dari
bentukbentuk santen yang beragam. Dari uraian sebelumnya dinyatakan bahwa santen hanya
merupakankomponenpenggenapuntukmenghindarilendutanblandar/pangeretdantidakselaluada
dalam rongrongan, maka diasumsikan santen hanya aktif terhadap gaya aksial tekan,
dan dimodelkan sebagai batang kurus (gambar 4). Terhadap gaya geser lateral dari kiri,
blandar/pangeret cenderung bergeser kekanan lebih jauh dibandingkan sunduk/kili. Perilaku tersebut
menyebabkan santen mau berputar dan cenderungan dilawan oleh santen melalui bekerjanya gaya
geserdititiktitiktemuujungujungsantenblandar/pangeretdansantensunduk/kili(gayagayab1dan
b2). Tapi karena santen berbentuk kurus/berbentuk batang, maka perlawanan terhadap perpurtaran
tersebut kecil karena lengan momennya kecil, sehingga kemampuan pelawanan tersebut diabaikan
(gambar4).

499

Maer, Bisatya.W

g h j pasak
i
c
A C c
f d
d
Ba b b
a
Gambar2.Detailkonstruksisambungan
sakasunduk/kili,saka Gambar3.Detailpenampang
konstruksitumpangsari
blandar/pangeret,santen
blandar/sunduk Sumber:Frick,1997
Sumber:Frick,1997 (a=saka,b=sunduk,c=
(a=saka,b=sunduk,c=blandar,d= blandar,d=santen,i=
santen,f=kili,g=pangeret,h= tumpangsari,
dadapeksi) j=usukpandedel)

lengan
momen
blandar
b2
b1


santen
sundu

b2 b1

Gambar4.Perilakugayadisanten

kurus/batang

Oleh karena itu struktur rongrongan merupakan struktur rangka pemikul momen dengan
tumpuansendi,yangstabilitasdankekakuanlateralnyaditentukanolehsistemsambungankakuantara
saka dengan sunduk/kili (detail B di gambar 2). Rangka rongrongan tersebut disatukan secara lateral
olehtumpangsaridanplafon(gambar3)sebagaidiafragmahorisontalkaku.

500

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Menurut Prihatmaji (2007), terhadap gempa dengan waktu getar panjang/frekuensi rendah
(dalamujicobalab,frekuensiantara1.010.0HZatauwaktugetar10.1detik)danakselerasirendah
sampaitinggi,strukturrongronganlebihbanyakmengalamideformasi.MenurutArnold(1982)apabila
waktu getar struktur sama dengan dengan waktu getar alami tanah, maka akan terjadi quasi
resonance,berartiterjadiamplifikasigetaranpadamodegetarantertentudandiposisitertentudalam
struktur. Bila hasil penelitian Prihatmaji dikaitkan dengan teori Arnold tersebut, maka hal ini
menunjukkan bahwa struktur rongrongan tune terhadap karakteristik getaran yang memiliki waktu
getar panjang, baik untuk akselerari rendah maupun tinggi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
struktur rongrongan mempunyai waktu getar yang panjang. Struktur dengan waktu getar panjang
cenderung terjadi pada struktur yang mempunyai kekakuan kecil. Untuk memperpendak waktu getar
bangunantersebutagartidaktunedenganwaktugetaralamitanahmakastrukturharusdiperkaku.
Kekakuanlateralstruktur,menurutLin(1981)dapatditingkatkandenganmeningkatkanratio
antara:kekakuansambungankolombalokdengankekakuankolom.Semakinkakusambungankolom
balok dibandingkan dengan kekakuan kolom, maka defleksi akibat momen lateral semakin kecil.
Kekakuan sambungan kolombalok tersebut dapat ditingkatkan dengan: 1) menambah dimensi
kedalamanbalokdipertemuankolombalok,merubahbalokmenjadi2)rangkabatang,atau3)merubah
balok menjadi virendeel truss. Bentuk rangka rongrongan yang didalamnya terdapat santen, lebih
cenderung disesuaikan dengan bentuk vierendeel truss. Vierendeel merupakan truss tanpa batang
diagonal, unitunitnya berbentuk empat persegi membentuk rangka yang terdiri dari batangbatang
horizontal atas, batangbatang horizontal bawah dan batangbatang vertikal. Tiap pertemuan batang
horizontal dan vertikal dihubungkan dengan sambungankaku pemikulmomen. Vierendeel truss dapat
berkinerja baik terhadap beban gravitasi karena perilaku perlawanan momen dan geser di setiap
pertemuan batang vertikal dan batang horizontal, namun batang vertikal yang terletak di tengah
bentangtidakmelakukanperlawananmomendangeserterhadapgayagravitasi,karenadititiktersebut
gaya geser eksternalnya adalah nol, sehingga batang vertikal tidak berputar. Namun terhadap gaya
lateral, semua batang vertikal mengalami perputaran sudut karena batang horizontal atas cenderung
bergeser lebih jauh dibandingkan batang horizontal bawah, maka vierendeel truss dapat bekerja
terhadap gaya lateral walaupun hanya ada satu batang verikal di tengah bentang (disarikan dari:
Schueller, 1977 dan Engel, 1977). Apabila diterapkan pada bentuk rongrongan MSe: sebagai batang
horizontal atas adalah blandar/pangeret (tidak termasuk tumpangsari), sebagai batang horizontal
bawahadalahsunduk/kili,dansebagaibatangvertikaladalahSANTEN.SANTEN(gambar6)pada
MSetersebutadalahpenahangayageser,dikembangkandarisantenyangproporsinyamembidang

501

Maer, Bisatya.W


blandar l a 2cm


B1

A1

b S b
santen hs h1
h
sunduk


B1 a ls 2cm
A1

Gambar5.Santenbidang:perilakugaya,
Gambar6.ModelstrukturSANTEN,a=
perlawanangeserdanmomen batangkayu5/5,b=batangkayu5/5,S=shell
kayu5cm,=sambungansendi
(gambar 5). Tumpangsari MSe, sengaja tidak disatukan dengan blandar /pangeret sebagai
balokyang sangat kaku seperti yang adapada strukturrongrongan asli, agar kinerja vierendeel truss
tersebutefektif.
Pemilihanbentuksantenbidangkarenaperilakunyaterhadapperputaransuduttidakseperti
perilakusantenkurus(gambar5,bandingkandengangambar4).Kecenderunganblandarmaubergeser
terhadapsunduk,ataupangeretterhadapkiliakanmemaksasantenbidanguntukberputar.Perputaran
sudut santenbidang tersebutdilawan oleh kopel A1 x lengan momen h, dan B1 xlengan momen l.
Kopel perlawanan tersebut cukup berarti karena lengan momen l cukup besar, sehingga pergeseran
antarablandarsundukdanpangeretkiliterkekang.Pengekangantersebutmengakibatkanperputaran
sudut antara saka dengan blandar/pangeret dan dengan sunduk/kili juga terkekang, dengan demikian
apabila sambungan blandar/pangeretsaka dan sunduk/kilisaka dikondisikan sebagai sambungan
geser/sendi,MSetetapdapatbekerjasebagirangkapemikulmomen.Vierendeeltrussyangterbentuk
dari rangkaian blandar/pangeretsantensunduk/kili, mempunyai kedalaman struktur (h) yang relatif
kecilbiladibandingkandenganvierendeeltrusspadaumumnya.Bentukvierendeeltrusstersebutmirip
denganbalokkompositstubgirder(gambar7).Stubgirderadalahbalokkompositantarabajaprofil,
pelatlantaibeton,danstub.Pelatlantaibetondiidealisasikansebagaibatang(=pelat)horizontalatas,
balok baja sebagai batang horizontal bawah, dan stub sebagai batang vertikal yang sangat kaku
(Taranath,2005).BentukstubinilahyangmenginspirasibentukSANTENdalamtulisanini.

502

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


stub



Gambar7.StubGirder
Sumber:AmericanInstituteofSteelConstruction

PemodelanStrukturRongrongan
Dalam pemodelan ini diusahakan agar semua komponen mempunyai kondisi struktur yang
sama, antara MSr dan MSe. Apabila karena perbedaan sistem perlu diadakan pembedaan, maka
perbedaan tersebut dibuat sedemikian rupa agar tetap setara dalam hal jumlah beban. Komponen
komponen yang dapat disamakan adalah: dimensi bangunan, jenis material, dimensi saka, dimensi
sunduk/kili,dankondisitumpuan.
DiambildenahrumahNotoprajandenganukuranrongrongan22X36kilan(=690cmukuranaske
astermasukdimensisaka)danemperan27kilan(=530cmukuranaskeastermasukdimensisaka),
Frick(1997).
Tinggirongrongan(H)=444cm.
Jaraktinggisundukkeblandar/pangeret(h1)=44cm.
Materialdarikayudenganmassajenis0.0009kg/cm3.
Dimensisunduk,dankili15/20cm2.
Dimensisakaguru40/40cm2.
Kondisitumpuanbersifatsendi.
Masukangempa:responspektrumgempawilayah3menurutSNI0317262002.
PemodelantumpangsariuntukMSrdanuntukmodelstruktureksperimenperludibedakan.Halini
disebabkan karena tumpangsari eksterior menerima beban atap, sedangkan tumpangsari interior
hanyamemikulberatnyasendiridanbebanplafond.

503

Maer, Bisatya.W

Tumpangsariinteriordanpenutupplafonsangatkakupadaarahlateraldanbekerjasebagai
diafragmahorisontalyangkaku,olehkarenaitutumpangsariinteriorbersamaplafondimodelkan
sebagaibidangshellkayu.Ketebalanbidangshellkayudisesuaikandenganmasingmasingmodel,
ketebalannyadiperhitungkandaritotalberattumpangsariinteriorditambahdenganplafond
dibagiluasproyeksinyapadadenahdandibagimassajeniskayu.Diasumsikanjeniskayusama
denganjeniskayustrukturrongrongan.
PadaMSr,blandardisatukandengantumpangsarieksteriordimodelkansebagaibalok15/65cm2.
SedangkanpadaMSe,blandardibebaskandarikerjasamadengantumpangsari,dimensiblandar
padaMSeadalah15/20.

1. Modelstrukturrongronganasli(MSr),gambar8.
MSr dimodelkan sebagai rangka pemikul momen dengan sambungan pertemuan sunduk/kilisaka
bersifat kaku, maka stabilitas dan kekakuan struktur MSr mengandalkan hanya pada kekakuan
sambungan tersebut. Sedangkan sambungan antara pertemuan blandar/pangeretsaka bersifat
sendi,sehinggatidakberperanterhadapperlawananmomen(gambar10).
Batangbatangvertikalsanten5/5ditetapkan2buahdenganjaraksepertiyangadadimodelMSe,
agarpembagianpanjangblandar/pangeretdansunduk/kilisamadenganMSe.
Model blandar dan tumpangsari eksterior disederhanakan dari kondisi aslinya, dianggap sebuah
balokyangmenyatudenganblandardengandimensi15/65.Pemodelaninididasarkanpadadetail
konstruksi tumpangsari (gambar 3) dimana tumpangsari dipasak satu sama lain dan menyatu
denganblandarsehinggamembentukkesatuansebagaibalokyangtinggi,memikulbebandariatap.
Agar kondisi sambungan sendi balok 15/65saka pada MSr setara dengan sambungan sendi
blandar/pangeretsaka dan sunduk/kilisaka pada MSe, maka balok 15/65 dibuat terpancung
sehinggadimensibalokyangbertemudengansakadimensinyadisamakandenganMSe=15/20.
Bebanatapyangmembebanibalokblandar/pangerettumpangsaridiperhitungkansebagaibeban
sebesar3.75kg/cm.
Tumpangsariinteriordimodelkansebagaibidangshellkayusetebal5.7cm(tumpangsarieksterior
sudahdigabungdenganblandarsebagaibalok15/65).



504

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Titik104 Titik104
h1 hs h1

SANTEN ls
H
H


L L
Gambar8.ModelStruktur Gambar9.ModelStruktur
RongronganAsli(MSr) Eksperimen(MSe1danMSe2)

Notasi: =sambungankaku, =tumpuansendi, =sambungansendi

2. Modelstruktureksperimen(MSe1),gambar9.
DalamMSe1ditetapkanjumlahSANTENsatubuah(jumlahminimimaluntukmodelstruktur
eksperimen),kontribusiSANTENuntukmemikulbebangravitasidiabaikan.
Sambunganblandar/pangeretsakadansunduk/kilisakadikondisikansebagaisambungan
sendi, sehinga stabilitas dan kekakuan strukturnya hanya tergantung dari kemampuan
SANTENmenahangayageserlateral.Tumpuandidasarsakadikondisikansebagaisendi.
SANTENdimodelkansebagaibidangshellkayutebal5cmdikelilingirangkakayu5/5.Dimensi
SANTEN: hs X ls = 40 cm x 50 cm untuk arah blandar, dan 40 x 40 untuk arah pangeret
(gambar 9). Pertemuan batang vertikal SANTEN dengan blandar/pangeret dan dengan
sunduk/kilidikondisikansebagaisambungansendi.Sisabatangvetikalyangbebasdaribidang
shell kayu dibuat sangat pendek (2 cm) agar tidak mengurangi kekakuan rangka kayu
SANTEN5/5.
Blandardimodelkansebagaibalok15/20denganposisiberdiri.Halinidimaksudkanuntuk
mengefektifkan kerjasama antara blandar/pangeretsantensunduk/kili sebagai balok
vierendeel.
Tumpangsari interior dan eksterior ditambah plafon dimodelkan sebagai bidang shell kayu
setebal12cm.
Bebanatap3.75kg/cm.

505

Maer, Bisatya.W

3. Modelstruktureksperimen(MSe2),(=gambar9).
MSe2 merupakan varian dari MSe1 dengan jumlah SANTEN satu buah untuk tiap portal,
dengan merubah dimensi bidang SANTEN menjadi: hs x ls = 40 cm x 60 cm untuk arah
blandar,dan40x50untukarahpangeret.
ButirlainnyasamadenganMSe2.

4. Modelstruktureksperimen(MSe3),gambar10.
MSe3merupakanvariandariMSe1denganjumlahSANTENduabuahuntuktiapportal,
dimensibidangSANTEN:hsXls=40cmX40cmuntukarahblandar,dan40x30untukarah
pangeret.JarakSANTENterhadapsakal1=105cmuntukarahpangeret,dan180cmuntuk
arahblandar(gambar10).
ButirlainnyasamadenganMSe2.

Titik104
hs h1

l1 ls ls l1
L
Gambar13.ModelStrukturEksperimenMSe3

HasilAnalisisdanKajian
PerbandinganMSrdenganMSe1,MSe2,danMSe3:
Defleksi lateral UX, UY,dan UZ yang diamati adalah di titik 104 di puncak saka. Hasil analisis ETABS
denganmasukanresponspektrumgempawilayah3kedalammodelMSr,MSe1,MSe2,MSe3dengan
3arahsumbu,yaitusumbux,sumbu45odansumbuy(tabel1,tabel2,tabel3),menunjukkan:
MSe1dengansatubuahSANTEN,defleksinya(Ux)sedikitlebihbesar/relativesamadengan
defleksiMSrterhadapresponspektrumarahx,sedangkanterhadapresponspektrum45odan
90odefleksiMSe1semuanyalebihkecildaridefleksiMSr.KekakuanlateralstrukturMSrdan
MSe1relativehampirsama.

506

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Ketika dimensi SANTEN diperlebar pada MSe2, defleksinya lebih kecil dari MSr, berarti
kekakuan lateralnya meningkat dibandingkan dengan kekakuan MSe1, dan secara
keseluruhanmenjadilebihkakudariMSr.
Penambahan jumlah SANTEN menjadi dua buah tiap portal pada MSe3 semakin
meningkatkankekakuanmodel,terutamauntukarahsumbuxdansumbu45o.
PeningkatankekakuanMSe2(defleksilateral=1.888cm)danMSe3(defleksilateral=1.8835
cm)terhadapMSruntukarahsumbuyhampirsama.Berartipenambahanjumlahsantenlebih
memberikan pengaruh terhadap struktur yang kekakuannya kecil (arah sumbu x, bentang
lebihlebar).
Tabel 1.Defleks ilateral maksi mal MSrdanMSe,ResponSpektrumArahSumbuX
Story Point Load UX UY UZ
MSr STORY3 104 COMB4MAX 2.2727 1.3106 0.0032
MSe1 STORY3 104 COMB4MAX 2.2749 1.1666 0.0045
MSe2 STORY3 104 COMB4MAX 2.2087 1.1311 0.0045
MSe3 STORY3 104 COMB4MAX 2.1178 1.1273 0.0045

Tabel2.Defl eks il ateral maks i malMSrdanMSe,Res ponSpektrumArahSumbu45derajat


Story Point Load UX UY UZ
MSr STORY3 104 COMB4BMAX 2.0243 1.8639 0.0028
MSe1 STORY3 104 COMB4BMAX 2.0085 1.7175 0.004
MSe2 STORY3 104 COMB4BMAX 1.9497 1.6663 0.004
MSe3 STORY3 104 COMB4BMAX 1.8692 1.662 0.0041

Tabel 3.Defleks ilateral maksi mal MSrdanMSe,ResponSpektrumArahSumbuy


Story Point Load UX UY UZ
MSr STORY3 104 COMB4CMAX 1.4247 2.0931 0.0025
MSe1 STORY3 104 COMB4CMAX 1.3654 1.9458 0.0037
MSe2 STORY3 104 COMB4CMAX 1.3245 1.888 0.0037
MSe3 STORY3 104 COMB4CMAX 1.2689 1.8835 0.0037
Keterangan:
Ux=defleksilateralarahsumbux

Uy=defleksilateralarahsumbuy
Kesimpulan Uz=defleksilateralarahsumbuz
1. Simulasi empat model membuktikan bahwa model struktur eksperimen yang stabilitas dan
kekakuannya mengandalkan hanya pada SANTEN, dapat memberikan stabilitas dan kekakuan
struktur,minimalsamadenganmodelstrukturrongronganasli.
2. Meningkatkan kekakuan model struktur eksperimen dapat dilakukan dengan menambah dimensi
lebarSANTENataumenambahjumlahSANTEN.

507

Maer, Bisatya.W

Hasilanalisisdalampenelitianinihanyamembuktikanbahwamodelmodelstruktureksperimendapat
lebihkakudaripadamodelstrukturrongronganasli.

Rekomendasi
1. Penelitian ini baru merupakan penelitian awal yang dapat dilanjutkan dengan penelitian lebih
mendalam, serta uji laboratorium untuk mempelajari perilaku model struktur eksperimen
terhadapgempa.
2. Munculgagasanpenulisuntukpenelitianlebihlanjuttentangpeningkatankinerjastruktur,yaitu:
SANTENsebagaifuseuntukmeredamgetarangempapadastruktur,padastrukturbangunan
rongrongan, atau pada struktur bangunan yang lebih berat dengan bentang lebih lebar, seperti
betonpracetakdanbaja.

DaftarPustaka
Arnold,C.(1982),Buildingconfiguratuionandseismicdesign,JohnWiley&Sons.
BadanStandardNasionalBSN,Standarperencanaantahangempauntukstrukturbangunangedung,
SNI0317262002.
Engel,Henry(1977),Structuresystems,DeutscheVerlagsAnstalt,StutgartGermany
Frick,Heinz(1997),PolastrukturaldanteknikbangunandiIndonesia,PenerbitKanisius
Lin,T.Y.,&Stotesbury,S.D.(1981),Structuralconceptsandsystemsforarchitectsandengineers,John
Wiley&Sons
Prihatmaji,YuliantoP(2007),Perilakurumahtradisionaljawajogloterhadapgempa,JournalDimensi
TeknikArsitekturVol.35,No.1.Juli2007,hlm:112.
Priotomo,Josef(2005),PengkonstruksiansektorgurudarigriyaJawa:tafsirataskawruhkalang,Journal
DimensiTeknikArsitekturVol.33,No2.Desember2005,hlm:99111.
Schueller,Wolfgang(1977),Highrisebuildingstructures,JohnWiley&Sons.
Taranath, Bungale S. (2005), Wind and Earthquake Resistant Buildings, structural analysis and design,
MarcelDekkerNewYork.

508

SUBTEMA 5

PEMBELAJARAN
ARSITEKTUR
Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

PenerapanDesignThinkingdalamInovasiPembelajaranDesaindan
Arsitektur

FilipusPriyoSuprobo1

Abstrak
Design thinking sebagai pola pikir, metode, dan perangkat kerja telah memberi warna dalam
pembelajaran desain dan arsitektur dengan menerapkan 5 (lima) tahapannya yang terdiri atas discovery,
interpretation,ideation,experiment,danevolution.
Halinijugatelahmemberikantingkatkeberhasilantinggimelaluipengukuranselfefficacyataudorongan
diri para mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Dari sepuluh variabel, semuanya menunjukkan
skalaantara3(hampirtinggi)sampaidengan4(sangattinggi).Analisismenggunakanpendekatannonparametrik
dengan instrumen GSE Scale (General SelfEfficacy). Analisis menunjukkan bahwa data diambil dari populasi yang
acak(asymp.Sig>0.05),sehinggahasilstatistikdeskriptifnyadianggapmewakili.
KataKunci:Designthinking,Pembelajaranarsitektur,Selfefficacy

Pendahuluan
Banyakpemikirmetodedesainselalumenyampaikanisubahwastrateginovasiyangdilakukan
olehsuatukonsultandesain,akademisi,danpenelitiilmiahadalahberbeda(Simons,Gupta,Buchanan,
2011). Di sisi lain Simons dan kawankawan setuju bahwa saat ini sedang berjalan fenomena menarik
yang memberi pengaruh dalam proses pekerjaan kreatif di berbagai bidang, termasuk di dunia
pendidikanataupembelajaran,yaknidesignthinking.
Design thinking adalah pola pikir yang sekarang menjadi fenomena di banyak negara dan di
berbagai bidang. Pink(2005) mengungkapkan bahwa di era kreativitas, keterampilan yang berbeda
darierasebelumnyadiperlukan.Salahsatukemampuanpentingadalahkemampuandesain.Avitaldan
Boland(2008)menyebutkemampuaninisebagaidesignattitude.
Apakah design thinking itu? Tim Brown(2008, 2009) merumuskan design thinking sebagai
sebuah metode untuk menciptakan nilai bagi calon pengguna dan peluang pasarsecara keseluruhan,

1
Staf Pengajar dan Peneliti di Program Studi Arsitektur Universitas Widya Kartika Surabaya, email.
priyo_suprobo@yahoo.co.id.

509

Suprobo, F. P.

bukan hanya berdasarkan penampilan dan fungsi saja. Seluruh sistem didasarkan pada korespondensi
antarakeinginan,kelayakanteknologidankelangsunganhidupstrategibisnis.Kegiatannyaadalahuntuk
menerjemahkan hasil observasi menjadi inspirasi yangmendorong ke dalam penciptaanproduk, jasa,
prosesdanbahkanstrategiuntukkualitashidupyanglebihbaik.
Ada beberapa perluasan penerapannya di beberapa bidang seperti untuk desain organisasi,
perencanaan strategis wilayah/ sektor publik, praktek manajemen, penciptaan bisnis baru, inovasi
pendidikandanbahkansosialbagipembangunanmasyarakat(Brown,2008;Wyatt,2010).
Berdasarkanfenomenadankebutuhaninovasidiberbagaibidang,makapenelitianiniberfokus
kepadapertanyaantentangbagaimanajikadesignthinkinginiditerapkanuntukpembenahandibidang
inovasipendidikandesaindanarsitektur.Dengandemikian,pendekatandesignthinkinginidiharapkan
dapat(1)memberikanwarnaalternatifdalamsistimpembelajarandesaindanarsitekturyangberbasis
solusi , (2) memberikan deskripsi bagaimana implementasi design thinking yang tepat dalam suatu
pembelajarandesaindanarsitektur,(3)memberikandeskripsikeberhasilanmelaluipengukurankinerja
dirisiswadalampembelajarandesaindanarsitektur.

TelaahPustaka
DesignThinking
Fenomenagerakanpemikirankreatifmelaluipemikirandesainsudahdiprediksiolehbeberapa
ahli. Dr Edward de Bono, salah satu pakar terkemuka pada kreativitas dan cara berpikir, telah
menyarankanbahwadesainsebenarnyaberakarpadakemampuanberpikiryangberbedayangdisebut
"design thinking".Cara berpikir tradisional kita terutama didasarkan pada pengenalan pola (misalnya
analisis, penilaian, dan logika).Sementara itu, berbeda dalam kemampuan berpikir desain yang
didasarkan pada pola baru penciptaan. Pola berpikir kreatif (creative thinking) sebagai komponen
penting design thinking sudah seharusnya dilihat untuk menjadi bagian penting pengajaran di semua
sektorsepertihalnyacriticalthinkingdanjangandipandangsebagaipemberianmistikyangtidakdapat
diajarkanDeBono(2000).
Hal inilah yang membedakan bagaimana pola creative thinking atau design thinking selalu
mendasarkanpadapersepsi,posibilitis,danpraktek,sementaradicriticalthinkingselalumendasarkan
pada analisis, fakta temuan, dan justifikasi. Critical thinking adalah cara kerja linier yang kita kenal
sekarang sebagai suatu metode ilmiah, sehingga tidak dipungkiri bahwa hasilnya cenderung bersifat
improvement(perbaikan),bukaninovasi.

510

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

PenerapanDesignThinkingdalamPendidikan
Berdasarkanfenomenaini,ditemukanpentingnyapemikirandesaindisegalabidang,termasuk
pendidikan.IDEO (2011), sebuah perusahaan desain dunia secara khusus juga telah
mengimplementasikannya, walaupun di tingkat pendidikan dasar. Dalam pendidikan teknik, cara
berpikir kritis telah lama dikenal tetapi dengan mempelajari pergerakan fenomena yang terjadi, ada
beberapa institusi pendidikan yang menjalankan pembelajaran berbasis pemikiran kreatif (Awang &
Ramly, 2008).Awang dan Ramly (2008) menemukan perbedaan yang signifikan antara metode
pembelajaran berbasis masalah dengan berpikir kreatif dan pendekatan konvensional di kelas
rekayasa.
AwangdanRamlymengatakanbahwadalampendekatanberpikirkreatifmelaluipembelajaran
berbasismasalah,siswabelajaruntukbekerjasecaramandiridankolaboratif.Pendekatankognitifuntuk
memecahkan masalah dalam PBL masih cukup efektif diantara pendekatan lainnya (Abadi, Jahan, &
Shoorcheh,2011).Karenasifatberpikirkreatiflebihfleksibel,kondisiinitaklepasdariotonomipelajar,
regulasidiri,danmetakognisi(Cubukcu,2009).Disisilain,Lawanto(2010)menemukanbahwaorientasi
tujuan yang tinggi pada siswa terkait dengan efikasi diri mereka atau kemampuan diri sendiri dalam
menyelesaikantugasyangdiberikan.Ditemukankoefisienkorelasikuatantaraintrinsikmahasiswadan
efikasi dirinya daripada ekstrinsik dan efikasi dirinya.Pada studi Lawanto (2009) dalam hal perubahan
metakognisi ditemukan perbedaan signifikan dalam mahasiswa teknik yang melakukan metode
pendekatan yang berfokus pada solusi. Hal ini didukung oleh studi Case & Gunstone (2002) yang
menyatakan bahwa pendekatan belajar berbasis algorithmic (metode solusi) akan lebih menunjukkan
perubahanmetakognisisiswadibandingkanpendekatanberbasiskonsepataupuninformasi.
Studi tentang Awang & Ramly (2008) dan Lawanto (2009, 2010) memberikan rekomendasi
bahwa siswa yang belajar berpikir kreatif atau dengan design thinking dalam memecahkan masalah
harusmemilikiregulasidiriyangtinggi,sehinggadapatberdampakpadaperubahanmetakognisitinggi.

Metode
a. Partisipan
Penelitianinimelibatkan6(enam)timatauproyekyangterdiriatas14mahasiswadiprogram
studi desain dan arsitektur dari 2 (dua) institusi, yakni Institut Informatika Indonesia dan Universitas
Widya Kartika. Dalam tuntutan metode yang bersifat kolaboratif, maka para mahasiswa ini diminta
untuk bekerja sama secara tim dengan masingmasing tim diminta untuk menyelesaikan sebuah
tantangandesain.

511

Suprobo, F. P.

b. InstrumenPenelitian
Dengan keterbatasan partisipan yang tidak bersesuaian dengan riset Lawanto (2010), maka
untuk instrumen dalam penelitian ini diserahkan kepada General SelfEfficacy (GSE) Scale oleh Aristi
Born,RalfSchwarzer&MatthiasJerusalem(1995).Instrumeninitelahmemilikikehandalanyangtinggi
dalam mengukur motivasi diri atas suatu tugas, dari sejak diciptakan pada tahun 1979 hingga saat ini
dengan10itempernyataandanberskala4(empat)poin.
c. PengumpulanDatadanAnalisis
Prosedur penelitian dimulai dengan penerapan tahap demi tahap design thinking sampai
dengan solusi proyek dihasilkan. Pengukuran kinerja motivasi diri (selfregulation) dilakukan setelah
para mahasiswa menyelesaikan proyek mereka. Untuk hasil pengukuran dilakukan analisis non
parametrik dengan menggunakan paket statistik SPSS yang digunakan dengan tujuan untuk (1)
memberikanhasilstatistikdeskriptifdalammenggambarkanhasiltemuanempirisdan(2)memberikan
hasilstatistikinferensialdalammembuktikanbahwahasilperhitunganbersesuaiandenganpopulasinya.

PenerapanDesignThinking
IDEO (2011) mengembangkan tahapan design thinking dalam rumusan langkah Discovery,
Interpretation, Ideation, Experiment, dan Evolution. Dalam penelitian ini, 5 (lima) langkah inilah yang
akandijalankandandapatdilaporkansecarasistematisdibawahini.

Gambar1.TahapDiscoveryuntuk Gambar2.TahapDiscoverydalam
penetapanmasalah. kegiatanobservasimenggaliinspirasi.
Sumber:dokumentasipeneliti Sumber:dokumentasipeneliti

512

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

a. TahapDiscovery
Dalamtahapini,timmelakukanprosespenetapanmasalah,penetapanpartisipanyangterlibat
untuk diwawancarai dalam penggalian inspirasi, perencanaan riset dari mulai pembagian kerja, daftar
pertanyaan, rencana tempat, peralatan serta alokasi waktu. Membenamkan diri di dalam konteks/
lingkunganpermasalahan,baiksaatwawancaramaupunobservasiselaludilakukandenganmenanyakan
bagaimanajikaataubagaimanaseandainya?.Jadiapayangmenjaditemuanadalahsebuahwawasan/
persepsibaruyangakanmenjadiinspirasi.dansebaiknyatercatatsebagaikatakunciyangringkasdan
jelas,dimanasatukatakuncidicatatdisatupostit.
b. TahapInterpretation
Inspirasiyangdiperolehselamawawancaradanobservasiinidiceritakandiforumstorytelling
yang kemudian ditangkap oleh forum dalam persepsi masingmasing. Dengan demikian, persepsi itu
menjadiinspirasiyangsemakinberbuahlebihbanyakuntuksetiapproyek.
Setelah semua inspirasi tersebut terkumpul, saatnya bagi tim untuk melakukan pengelompokan dan
kategorisasiberdasarkankesamaantema/topik.Pengkajianyanglebihmendalamatastematemayang
ada menjadikan hubungan antar tema menjadi lebih jelas dan menghasilkan suatu kerangka aksi dan
peluang.

Gambar3.TahapInterpretationyang Gambar4.TahapIdeationdan
memunculkanKerangkaAksidan Eksperimenyangdilakukandengan
Peluangberdasarhubunganantar memunculkanbanyakpossibilitas
temainspirasi tanpajustifikasi
Sumber:dokumentasipeneliti Sumber: dokumentasi peneliti


513

Suprobo, F. P.

c. TahapIdeationdanExperiment
Dalam tahap menghasilkan ide berdasarkan rencana aksi dan peluang ini, tim akan berfokus
pada kuantitas ide dan berpotensi untuk selalu menambahkan ide yang dihasilkan sebelumnya.
Prosesnyajugadapatberbarengansambilmenghasilkanprototipeyangbisadiujicobakan.Pemanfaatan
material seadanya dan menangkap perwujudan ide melalui model skenario, video ataupun roll play
dapatmewakiliprototipejuga.
d. TahapEvolution
Dalamtahapini,timmemperolehrespondariparacalonpenggunanyaatasujicobaprototipe
yang dilakukan. Umpan balik ini ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan desain. Tim
mendokumentasikansemuaprosesdanprototipekaryanyadalamberbagaipaketmultimediauntuksiap
diwujudkanataudikembangkanbersamainvestor.
AnalisisdanPembahasan
Prosespengukurantingkatkeberhasilanpenerapandesignthinkingatas6(enam)proyekatau
timyangmelibatkan14mahasiswadilakukandiakhirproyek.PengukuranmendasarkanpadaGeneral
SelfEfficacy (GSE) para mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. GSE sendiri ditetapkan
ada10variabeldengan4(empat)skalapoin.Tabel1menunjukkanhasilolahanpaketstatistikSPPSdari
hasilpengumpulandataGSEyangdisajikanuntukkebutuhandeskriptifdananalisisinferensialnya.

Tabel1.Hasilanalisisdeskriptif&inferensialGeneralSelfEfficacy(GSE)
Skala Pvalue
VariabelSelfEfficacy/SelfRegulation 2 Makna
rata RUNTest
Pemecahansoalsoalyangsulitdalamproyekini Sangat
4 0,715
selaluberhasilbagisaya,kalausayaberusaha. Tinggi
Jikaseseorangmenghambattujuansaya,saya Hampir
3 1,000
telahdapatmencaricaradanjalankeluar Tinggi
Sayatidakmempunyaikesulitanuntuk Hampir
3 0,239
melaksanakanniatdantujuansayadalamproyek Tinggi
Dalamsituasiyangtidakterduga,sayatahu Hampir
3 1,000
bagaimanasayaharusbertingkahlaku/bertindak. Tinggi
Kalausayaakanberkonfrontasidengansesuatu
Hampir
yangbaru,sayasudahtahubagaimanasayadapat 3 0,965
Tinggi
menanggulanginya.
Mendekati
Untuksetiapproblem,sayapastimempunyai
3.5 Sangat 0,164
pemecahannya.
Tinggi

514

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Skala Pvalue
VariabelSelfEfficacy/SelfRegulation 2 Makna
rata RUNTest
Sayadapatmenghadapikesulitandengantenang, Mendekati
karenasayamampumengandalkankemampuan 3.5 Sangat 0,781
saya. Tinggi
Kalausayamenghadapikesulitan,sayasudah
Hampir
terbiasamempunyaibanyakideuntuk 3 0,571
Tinggi
mengatasinya.
Jugadalamkejadianyangtidakterduga,saya Hampir
3 0,585
mampumenanganikejadiandenganbaik. Tinggi
Apapunyangterjadidalamproyekini,sayasudah Sangat
4 0,350
siapmenanganinya. Tinggi

Dalam hal analisis inferensial untuk mengetahui apakah hasil deskriptif skala ratarata dan
maknatersebutdapatdigunakanuntukmewakilipopulasi,digunakanujirunsyangmenunjukkanhasil
bahwa hampir semua variabel memberikan nilai Asymp. Sig. adalah > 0.05 (nilai probabilitas error/p
value) . Dengan demikian hipotesis awal untuk suatu uji runs, yang menunjukkan bahwa data yang
diperolehbersifat random(acak), dapatditerima. Dengan demikian,hasil sajian deskriptif dari GSE ini
dapatdigunakanuntukmewakilipopulasi.
Berdasarkan pengukuran tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa design thinking ternyata
memberikan tingkat motivasi atau dorongan diri yang besar bagi para mahasiswa partisipan dalam
menyelesaikantugasyangdiberikan.DantemuaniniberartimendukungtemuanhasilpenelitianAwang
&Ramly(2008)danLawanto(2009,2010),sehinggadapatdikembangkanbahwadesignthinkinginijuga
akanmenghasilkanperubahanmetakognisiyangtinggi.

KesimpulandanDiskusi
Design thinking sebagai pola pikir, metode, dan perangkat kerja telah memberi warna dalam
pembelajarandesaindanarsitekturdenganmenerapkan5(lima)tahapannyayangterdiriatasdiscovery,
interpretation, ideation, experiment, dan evolution. Hal ini juga telah memberikan tingkat
keberhasilannyayangtinggimelaluipengukuranselfefficacyataudorongandiriparamahasiswadalam
menyelesaikantugasyangdiberikan.
Menjadi diskusi yang menarik untuk mengembangkan riset ini lebih dalam, terutama dalam
kajiannya untuk mendukung perubahan metakognisi atau kemampuan berpikir para mahasiswa.
Sedangkan yang kedua dalam tataran konsep mengapa para mahasiswa memberikan apresiasi yang

515

Suprobo, F. P.

tinggipadadesignthinkingdanbukanpadapendekatanlainnya,khususnyadibidangpendidikandesain
danarsitektur.

DaftarPustaka
Abadi,BahramaliAGH.,Abadi,MustafaB.,Jahan,ZahraVJ.&Soorcheh,RM.,(2011),Comparisonofthe
Effectiveness of the Transactional Analysis, Existential, Cognitive, and Integrated Group
Therapies on Improving ProblemSolving Skill, Psychology, 2, No.4, p.307311. Scientific
Research.
Awang, H. & Ramly, Ishak., (2008), Creative Thinking Skill Approach Through ProblemBased Learning:
PedagogyandPracticeintheEngineeringClassroom,InternationalJournalofHumanandSocial
Sciences,3,No.1,p.1823.
Avital,M.&Boland,RJ.,(2008),ManagingasDesigningwithaPositiveLens,AdvancedinAppreciative
InquiryVolume2:DesigningInformationandOrganizationswithaPositiveLens.ElsevierLtd.
Brown,T.&Wyatt,J.,(2010),DesignThinkingforSocialInnovation.StanfordSocialInnovationReview,
winter2010,LelandStanfordJr.University.
Brown,T.,(2009),ChangebyDesign,NewYork,HarperCollins
Brown,T.,(2008),DesignThinking,HarvardBusinessReview,June2008,p.8492.
Cubukcu,Feryal,(2009),LearnerAutonomy,SelfRegulation,andMetacognition.InternationalElectronic
JournalofElementaryEducation,2,Issue1,p.5364
Case,J.,&Gunstone,R.,(2002).MetacognitiveDevelopmentasaShiftinApproachtoLearning:anin
depthstudy.StudiesinHigherEducation,27(4),459470.
DeBono,Edward,(2000),NewThinkingfortheNewMillennium,CA,NewMillenniumEntertainment
IDEO,(2011),DesignThinkingforEducatorsversionone,April2011.
Lawanto,Oenardi,(2010),UnderstandingtheCorrelationbetweenGoalOrientationandSelfEfficacyfor
LearningandPerformanceinanEngineeringDesignActivityinGrade912.Proceedingsofthe
2010AmericanSocietyforEngineeringEducationZoneIVConference,p.355362
Lawanto,Oenardi,(2009),MetacognitionChangesduringanEngineeringDesignProject,39thASEE/IEEE
FrontiersinEducationConferenceT2F1.Oct1821,2009,SanAntonio,TX.
Pink, D.H., (2005), A Whole New Mind: berpindah dari jaman informasi menuju jaman konseptual,
Jakarta,PenerbitDinastindo

516

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Simons,T.,Gupta,A.&Buchanan,M.,(2011),InnovationinR&D:Usingdesignthinkingtodevelopnew
modelsofinventiveness,productivityandcollaboration.JournalofCommercialBiotechnology,
17,No.4,p.301307.
Schwarzer,R.,&Jerusalem,M.,(1995),GeneralizedSelfEfficacyscale.InJ.Weinman,S.Wright,&M.
Johnston,Measuresinhealthpsychology:Ausersportfolio.Causalandcontrolbeliefs(pp.35
37).Windsor,UK:NFERNELSON.
Wang, AY. (2011). Contexts of Creative Thinking: A Comparison on Creative Performance of Student
TeachersinTaiwanandtheUnitedStates.JournalofInternationalandCrossCulturalStudies,2,
Issue1,p.114.

517

518

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

MelaluiPendekatanDesainInklusiMenujuArsitekturyangHumanis

2 3
JoyceM.Laurens ,GunawanTanuwidjaja

Abstrak
Keberlanjutanyangmerupakanisupentingdewasaini,merupakantantanganbagiparaperancanguntuk
menciptakan rancangan yang peduli pada unsur kemanusiaan. Pendidikan arsitektur berperan dalam mengubah
sikapparaperancangagarpedulipadapenggunadalampopulasiyangberagam,bukanhanyamempertimbangkan
bentukartefakmaterialatauestetikasemata.Makalahinimemaparkansuatumetodependidikanarsitekturdengan
pendekatandesaininklusi,yangbertujuanagarsetiaporangdapatmengenalidanmenggunakandesainnyadengan
aman,mudah,secaramandiridanalamitanpaperluadaptasiatausolusikhusus.Berdasarkanpengalamandidaktif
danreflektifyangdilaluinyadalamprogramini,mahasiswadapatmengasahkecerdasanintelektual,mental,sosial
danpunyakepedulianpadapenggunanya.
KataKunci:Arsitektur,Kemanusiaan,DidaktifReflektif,Desaininklusi

Pendahuluan
Memasuki abad ke 21, masyarakat terkondisi oleh budaya serba cepat yang semakin hari
menjadi semakin cepat. Meningkatnya tuntutan kecepatan sistem ekonomi menuntut respon yang
cepat,sehinggacenderungberjangkapendek.Disisilainduniajugadihadapkanpadaisukeberlanjutan,
yang sesungguhnya merupakan tren berpikir jangka panjang dalam ketiga elemennya, ekonomi,
masyarakatdanlingkungan.Jangkapanjangberartimenyangkutkondisiyangtidakmudahdilihatatau
dirasakansaatini.Orangakanlebihmudahpedulipadakondisirumahnyayangbocorhariinidaripada
kondisi lingkungannya 20 tahun mendatang; arsitek lebih mudah peduli pada kebutuhan klien saat ini
daripadakebutuhanpenggunakaryadesainnya20tahunmendatang.
Tuntutanresponyangserbacepattersebutmerupakantantanganbagiinstitusipendidikandan
unsurkemanusiaan. Pendidikanselaluterkaitdenganmasadepan,denganvisiyangjauhdarihanyahari
ini.Pendidikanakanmenujukrisisdalampengembangannya,apabilatidakmempertimbangkansesuatu
yang jauh di depan sebagai bagian dari tindakan manusia saat ini. Karena itu dibutuhkan pemikiran
kembali cara mengartikulasikan epistemologi dan metodologi pendidikan arsitektur, agar karya yang

2
DosenJurusanArsitekturUniversitasKristenPetra,joyce@peter.petra.ac.id
3
DosenJurusanArsitekturUniversitasKristenPetra,gunte@peter.petra.ac.id

519

Joyce M.Laurens, Gunawan Tanuwidjaja

terciptaadalahkaryayangpekaterhadapkeberlanjutankemanusiaan.Bagaimanaseorangarsitekdapat
menciptakanlingkunganmasadepanyanglebihmenyejahterakanpenggunanya,jikaterbiasadilatihkan
hanyaberpikirjangkapendekataudalamlingkupyangsempit?
Pendidikanarsitekturberperanuntukmembentukperubahansikapseseorang.Perubahansikap
dapat terjadi karena adanya informasi dan motivasi (Fishebein, Ajzen 1975). Dalam kehidupan sehari
hari, untuk memulai suatu perubahan sikap, orang membutuhkan kombinasi antara motivasi dan
informasi.
Informasi yang diperoleh dari kurikulum jurusan arsitektur maupun lingkungan belajarnya
berperan mengubah sikap mahasiswa arsitektur. Materi dalam pendidikan arsitektur yang lebih
menekankanpadahasilteknologi,akanmengiringprosespembelajaranmenujupadatemuanteknologi,
ataumenghasilkanperubahandalamteknologi.Namunlebihdariitu,mengembangkankesadaranakan
keberlanjutan lingkungan dan kemanusiaan sebagai konsep multidimensional merupakan tantangan
pendidikanarsitektur.
Makalah ini memaparkan sebuah program jurusan arsitektur Universitas Kristen Petra untuk
mengembangkan kepedulian akan dimensi kemanusiaan dalam desain, melalui pendekatan desain
inklusiyangmemberikanpengalamandeduktifreflektifbagimahasiswaarsitekturtahunketiga.

Metode
Studiinidilakukandenganpendekatanfenomenologi,yangbertujuanuntukmengetahuisecara
lebih mendalam dan mengungkap halhal yang terkait dengan sikap dan pandangan mahasiswa
arsitektur Universitas Kristen Petra terhadap unsur kemanusiaan dalam karya desainnya. Data
dikumpulkan melalui pengamatan dan diskusi dengan mahasiswa peserta matakuliah Desain inklusi
tahun 2011 dan 2012. Uraian kualitatif dari penelaahan ini didasarkan pada studi literatur dan proses
pembelajaran yang mengacu pada metode Duarte, C.R., Cohen, R., (2007) yaitu meliputi pemahaman
nilai, pengetahuan dan prinsip desaininklusi; simulasi sebagai pengguna desaininklusi; berdiskusi
dengan pengguna desaininklusi yaitu guru maupun siswa Sekolah Menengah Pertama untuk Tuna
Netra, penghuni dan pengelola Wisma Usiawan/panti jompo; refleksi diri, analisis desain arsitektur,
sertamenerapkanprinsipdesaininklusidalamprosesdesainarsitektur.

StudiLiteratur
Dalam beberapa dekade terakhir, ada cukup banyak penelitian yang menelaah pengaruh
berbagai pendekatan dan teknik intervensi untuk mengubah sikap orang agar lebih mempedulikan

520

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

lingkungannya. Misalnya Dwyer dkk, (1993) menganalisis 54 penelitian dan studi yang mempelajari
perubahankepedulianorangakanlingkungan.Tetapi,jarangditemuipenelitianyangmempelajariteknik
intervensi untuk mengubah sikap orang terhadap sesamanya atau meningkatkan kepedulian akan
sesamanya. Arsitek atau mereka yang pekerjaannya berdampak pada desain dan kualitas lingkungan
diharapkan dapat melakukan intervensi desain secara inklusif untuk memenuhi kebutuhan pengguna
yang beragam. Keberhasilan kualitas desain dinilai berdasarkan keberhasilannya mencapai lingkungan
yanginklusif(CABE,2006)

1. PendekatanDesainInklusi
Desaininklusi adalah istilah yang dewasa ini banyak digunakan dalam profesi desain;
mempunyai latar belakang yang sama dengan istilah lain seperti desain universal, desain untuk
semua,desainyangaksesibel,desainyangrespekpadamanusia,desainuntukkeberagaman,yaitu
menciptakan dunia agar setiap orang dapat berpartisipasi semaksimal mungkin. Istilah desaininklusi
lahir sebagai respon karena istilah desainuniversal yang berawal dari pergerakan bagi penyandang
disabilitas,seringkalidisalahartikansebagaiusahamencarisolusiuniversaluntukmemenuhikebutuhan
semuaorang(Steinfeld,Tauke,2002).
The Tomar Resolution ReSAP (2001) Council of Europe, menjelaskan bahwa desain universal
adalah sebuah strategi, yang bertujuan membuat desain dan komposisi dari berbagai lingkungan dan
produk yang berbeda agar dapat dipahami dan digunakan oleh setiap orang sampai batas tertentu,
secarasangatmandiridanalami,tanpaperluadaptasiatausolusidesainsecarakhusus.
Di sisi lain, Imrie (2001) mengatakan bahwa desain universal mengurusi isuisu teknis dan
prosedural,dangagalmengatasihambatansosialdanperilaku,sepertistigmatisasikarenadesainjustru
mengakomodasi ketidakmampuan seseorang (Story, 2002). Ia berpendapat bahwa pada pendekatan
desain inklusi terdapat peningkatan aksesibilitas desain dan mengurangi stigmatisasi atau pengucilan
individu, yaitu melalui pendekatan integratif dengan berjalan bersama pengguna daripada untuk
pengguna.Disinilahperbedaanyangsangatpentingantarakeduaistilahtersebut.
Sehinggadesaininklusidiartikansebagaisebuahprosesmendesainyangmenghasilkanproduk
atau lingkungan, yang dapat digunakan dan dikenali oleh setiap orang dari berbagai usia, gender,
kemampuandankondisi,denganbekerjabersamapenggunauntukmenghilangkanhambatandalamhal
sosial, teknik, politik dan proses ekonomi yang menyokong bangunan dan desain (Newton, Ormerad,
2003).

521

Joyce M.Laurens, Gunawan Tanuwidjaja

Sepertihalnyadesainuniversal,terdapattujuhprinsipdesaininklusiyangperludikuasaiyaitu
Kesetaraan dalam Penggunaan, Fleksibilitas Penggunaan, Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif,
InformasiyangJelas,ToleransiterhadapKesalahan,UpayaFisikyangRendah,UkurandanRuanguntuk
PencapaiandanPenggunaan.
Penerapan desain inklusi memberikan hak mendasar bagi setiap warga negara untuk datang
dan pergi, apapun kondisi fisik mereka. Kesadaran mengenai perubahan ini dalam masyarakat yang
inklusif harus datang dari semua segmen masyarakat, terutama pemerintah yang harus mampu
menjamin hak dasar warganya untuk bepergian, apapun kondisinya. Pemerintah Indonesia
sesungguhnyasudahmemperhatikanhalini.Secarateoritis,kebutuhanpenyandangdisabilitasdijamin
olehberbagaiperaturanantaralain:UndangUndangNo.4Tahun1997;PeraturanPemerintahNo.43
Tahun 1998; Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 30/PRT/M/2006). Berbagai program Pemerintah seperti
GerakanNasionaluntukkaumdifabel(GAUN2000,2005)jugabertujuanmemperkuatjaminantersebut.
SesuaiPeraturantersebutseharusnyapadasetiapbangunandanlingkunganumumtersediakemudahan
akses bagi para penyandang disabilitas. Tetapi pada kenyataannya penerapan desain inklusi ini belum
menjadiisupentingbagimasyarakatdiIndonesia.

2. KognisidanAfeksi
Dalam studi perilaku, dikenal model tripartite, yang menunjukkan bahwa sikap seseorang
didasarkan pada berbagai informasi dalam domain kognisi, afeksi dan perilaku. Peran afeksi harus
didalamibersamaandenganperankognisi(Ulrich,1983,Iozzi,1989,dalamPooley,J.A,2000).
Padapendidikanlingkungandinyatakanperlunyamembekaliinformasidanpengetahuanuntuk
mengubah perilaku seseorang agar peduli lingkungan (Hungerford & Volk, 1990; Magnus, Martinez &
Pedauye,1997),danpintumasukuntukmengembangkankesadaranperilakupedulilingkunganadalah
domainafektif(Iozzi,1989b,sepertidikutipdalamPooley,J.A.,2000).
Mengacu pada studi tersebut, maka untuk dapat menciptakan perubahan sikap peduli pada
kebutuhan sesama, khususnya pada mahasiswa arsitektur, juga diperlukan pembekalan informasi,
pengetahuan(kognisi),danpengembangankesadaran(afeksi)perilakupedulisesamapadamahasiswa
arsitektur.


522

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

3. ParadigmaPendidikanArsitektur.
Dalam argumentasinya, Donald Schoen kerapkali menyatakan bahwa pendidikan arsitektur
haruslah bertujuan membuat peserta didik menjadi seorang praktisi yang reflektif, mampu
merefleksikanapayangdialaminyauntukpembentukandirinya.Intidariargumentasiiniadalahbahwa
pendidikanarsitekturataupendidikandesainpadaumumnyaharusmampumengatasikekakuanaspek
intelektualuntukmencapairelevansisosial.Disisilain,sejumlahkritikmengatakanbahwapendapatini
membawa pendidikan arsitektur hanya terfokus pada kreativitas subjektif, sementara paradigma
pendidikanterfokuspadarasionalitasyangobjektif.
Lingkungan belajar di sudio desain yang cenderung homogen, mempunyai keterbatasan bagi
mahasiswa dalam memperkaya pengalaman akan kompleksitas lingkungan, akan keberagaman
kebutuhan pengguna karya desain. Agar pendidikan arsitektur tetap memenuhi nilainilai akademis,
makaseyogyanyamenujupadapendidikanyangrasionalsekaligusmenghargaipengalamankreatif.
Meningkatnya kompleksitas desain dewasa ini, memungkinkan pendidikan desain
meningkatkan kembali aspek rasionalitasnya (Wang, Tsungjuang, 2010). Mengenal dan mengalami
keberagaman dimensi kemanusiaan, dapat membawa tugastugas di studio desain, yang sejauh ini
merupakan tulang punggung pendidikan arsitektur, bukan hanya merupakan persoalan dengan solusi
rasional saja, tetapi sebagai sebuah sistem yang memerlukan pengungkapan makna dan nilai yang
dikandungnya; di mana kreativitas sebanding dengan rasionalitas, dan dapat diterapkan dalam
masyarakatIndonesia.

AnalisisdanDiskusi
Sesuai tahapan dalam proses pembelajaran dengan pendekatan desain inklusi, analisis
dilakukan terhadap sejumlah kemampuan yang diperoleh mahasiswa melalui pengalaman didaktik
refleksinya,dalamdomainkognitifdanafektif,sebagaiberikut:

1. Pemahamandanpengetahuanakanprinsipdesaininklusi
Mahasiswamampumemahamiketujuhprinsipdesaininklusi,melaluieksplorasidengancontoh
produk atau desain untuk setiap prinsip. Namun yang seringkali keliru dipahami adalah pandangan
bahwadesaininklusiadalahadaptasisecaracepatpadasebuahlingkungan,sepertipenambahanramp
atau memasang lift untuk penyandang disabilitas. Masih banyak perancang/ arsitek yang juga
mempunyaipemahamansepertiini,bahkantidaksedikitperancangyangmenganggapdesainyangbaik
adalahdesainyanglebihpedulipadabentukestetikabangunanataukonsumsienergibangunan.

523

Joyce M.Laurens, Gunawan Tanuwidjaja

Mereka juga mengetahui manfaat dari desain inklusi adalah memberi peluang agar desain
dapat diakses dan digunakan oleh sebanyak mungkin orang; memungkinkan penggunaannya dalam
lingkunganatausituasiyangberagamdenganamantanpaharusmengeluarkanusahayangekstrakeras;
responsif terhadap kebutuhan setiap orang. Manfaatnya bukan hanya individual, tetapi juga meluas
pada konteks lingkungan dan masyarakat, sehingga desain inklusi menyangkut isu sosial, membentuk
masyarakat yang lebih adil, dengan lebih banyak peluang ekonomi bagi semua, membangun
kemandirian,danhargadiridanmartabatsecaraemosional.

2. Kemampuanberkomunikasi
Melalui pengalaman berada dalam lingkungan yang berbeda dengan lingkungan belajarnya di
studio desain, mahasiswa diajak untuk lebih mengasah kepekaannya akan keberagaman kebutuhan
manusia dalam desain arsitektur. Berada di lingkungan masyarakat yang berbeda latar belakang,
berbeda kemampuan, yaitu kaum difabel dan para lansia, melatih mahasiswa untuk berkomunikasi
denganbaik.
Dengan membangun kemampuan berkomunikasi, dan menceritakan kembali pengalamannya
dalam kelas, seorang mahasiswa akan dapat membangun kemampuan menginterpretasikan
pengalaman ruang seseorang. Suatu kemampuan yang diperlukan untuk menjadikan desainnya lebih
humanis,meningkatkankemampuankomunikasiinterpersonal,danmengembangkanpemahamanyang
lebihdalammengenaidesainyangberorientasipadapengguna.

3. Kepekaandankemampuanberempati
Berdasarkanpengalamanmelakukansimulasi,dantemuannyadilapangandalamberkunjung,
berdiskusidanbelajarbersamakaumtunanetradankaumlansia,danpemahamannyatentangdesain
inklusi,mahasiswamelakukanrefleksidiri.Mahasiswamenyadaridanmerasakankesulitanyangdialami
olehparapenyandangdisabilitasdalammelakukankegiatannyaseharihari.Misalnya,diawalprogram,
mahasiswamenjawabbayarorangsaja,ataukanadapetugasketikaharusmenyelesaikanpekerjaan
sederhanayangmembutuhkanusahabesarkarenadesaingedungyangtidakaksesibel.Tetapikemudian
menyadari bahwa para petugas adalah juga pengguna bangunan yang harus diperhatikan
kebutuhannya.
Kesadaraninimembukapeluanguntukterjadinyaperubahansikapdalamprosesperancangan
di studio desain untuk lebih berorientasi pada pengguna. Mereka menyadari bahwa dengan desain

524

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

inklusi maka lingkungan menjadi cukup fleksibel untuk memenuhi kebutuhan para pengguna pemula
maupunlanjutdanjugabersahabatbagipenggunasecaraumum,mudahdimengertidandigunakan.
Analisis yang dituliskan mahasiswa sebagai refleksi mereka menunjukkan bahwa keterlibatan
dalammateridesaininklusi,memberipengalamanbelajartransformatifyangmembukapeluangproses
desain yang lebih humanis, dengan membina kemampuan berempati pada pengguna, meningkatkan
konsep dan visualisasi yang multisensori dan memfasilitasi kemampuan berpikir, merancang secara
lebihholistik.

4. Kemampuanmerancangdenganorientasipadapengguna
Melaluibedahdesaindenganmengacupadatujuhprinsipdesaininklusi,terhadapkaryayang
pernahdibuatnyadistudiodesain;mengevaluasilingkunganarsitekturyangdialaminyabersamakaum
tunanetradanlansia;kampustempatnyabelajardanterminalbissebagaibangunanpublik,mahasiswa
menemukanbahwalingkungantersebuttidakaksesibel.
Pengalaman desain menempatkan mahasiswa dalam posisi yang membutuhkan fokus lebih
besar pada isuisu kemanusiaan dalam desainnya. Idealnya, desain mampu melayani masyarakat
penggunadanmenjadibagiannya.Kenyataaninimendorongparadigmadanmetodaperancanganuntuk
keluardariparadigmtradisionalyangberkutatpadaartefakmaterialsaja.Desaininklusimemungkinkan
mahasiswameningkatkanpemahamannyamengenaipengalamanruangmanusiayangberbeda.
Didukung dengan penelitian sederhana untuk mendapatkan informasi mengenai spektrum
pengguna karya desainnya, maka perancangan yang dilakukan lebih didasarkan pada pengembangan
berorientasipengguna.Adabanyakinovasidapatdiciptakan,denganmembongkarparadigmlamadan
menciptakanmasyarakatyanginovatifaksesibleberkelanjutan

Kesimpulan
Tujuanmendasardarisebuahpendidikanadalahmenyiapkankaummudauntukmenjadiwarga
negara yang baik, membantu mereka menciptakan masa depan yang berkelanjutan, mampu
mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan yang diambilnya dapat memperbaiki dimensi
kemanusiaandalamsemualini.
Pengembanganyangberkelanjutantidakdapatterlaksanaapabilaorangmeninggalkansegmen
pentingdalammasyarakatsepertiorangtuadanorangberkebutuhankhusus.
Pembelajarandenganpendekatandesaininklusiinimenyiapkanmekanismeuntukmelakukan
eksplorasi dan membantu mahasiswa terlibat secara emosional dengan desainnya. Proses refleksi

525

Joyce M.Laurens, Gunawan Tanuwidjaja

membuka kesempatan meningkatkan bukan hanya kemampuan mendesain karya arsitektur yang
mempertimbangkan spektrum penggunanya, tetapi juga pengembangan segi spiritual dan sosial.
Melalui pengalaman didaktik yang dilaluinya, mahasiswa dapat mengasah kecerdasan intelektual,
mental,sosial,dansebagaiwarganegarayangmemilikikepedulianpadasesamanya,baikkaumdifabel
ataupunkaummarginalyangselamainitidaktersentuhdalampelatihandistudioperancangan.
Apabilakitamelihatbagaimanaorangberinteraksidenganlingkungannya,makajelaslahbahwa
perubahan dapat terjadi dari lingkungan itu sendiri, dari pengguna yang mengubah perilakunya atau
kombinasikeduanya.Manusiatidakdapatdipaksauntukbereaksiterhadapperubahanyangtidakdapat
dirasakannya. Karena itu pendidikan arsitektur berperan untuk menyadarkan mahasiswanya agar
mampu mempertimbangkan sesuatu yang jauh di depan sebagai bagian dari tindakan desainnya.
Pembelajaran desaininklusi membentuk perubahan sikap para mahasiswa terutama dalam
kepeduliannyaakanlingkungandansesamanya.

DaftarPustaka
Duarte, C.R., Cohen, R.,(2007),Research and Teaching of Accessibilityand Universal Design on Brazil:
Hindrances and Challenges in a Developing Country dalam Nasar, J. L., EvansCowley, J (ed),
(2007),UniversalDesignandVisitability:FromAccessibilitytoZoning,TheJohnGlennSchoolof
PublicAffairs,Columbus,Ohio
http://www.ncsu.edu/www/ncsu/design/sod5/cud/
http://wwwedc.eng.cam.ac.uk/betterdesign/
Levine, D., (2003), Universal Design New York, Center for Inclusive Design and Environmental Access,
UniversityatBuffalo,TheStateUniversityofNewYork,Buffalo,NY
Ormerod, Marcus, Newton, Rita, (2011) Is Your Inclusive My Exclusive?, paper in International
ConferenceResearchoninclusiveEnvironmentforAll,Edinburgh
Pooley,JulieAnn,OConnor,Moira,(2000)EnvironmentalEducationandAttitudes.EmotionsandBeliefs
areWhatisNeeded,JurnalEnvironmentandBehavior2000,32,p.711
Wang,Tsungjuang,(2010),AnewparadigmforDesignStudioEducation,InternationalJournalofArtand
DesignEducation,vol29,issue,pp.173183

526

PENYAJI POSTER
Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra
Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

RumahPenginapandenganKecerdasanBuatan

RatihDyahA1,Argiadi2,DoniMalwitaS3

Abstrak
Dizamansekarangini,teknologisudahbegituberkembangdengansangathebat.Kecerdasanbuatanyang
berkembang sekarang ini sudah mempengaruhi banyak pengetahuan, salah satunya software system, robotica
system dan sensor system. Masih banyak bidangbidang nyata yang dapat dikerjakan teknologi komputer untuk
membantu menyelesaikan pekerjaan manusia sekarang ini. Sehingga, berkembangnya teknologi diiringi dengan
majunya pola pikir manusia di dalam kehidupan seharihari. Kegiatan manusia seharihari di Guest House room
yang menginginkan kepraktisan, efisiensi waktu menjadi hal yang sudah tak asing lagi. Kegiatan membuang
sampah,membersihkandebu,merapikantempattidursudahmenjadihalbiasa.Belajardaripengalamanmanusia
menggunakan Furniture Guest House Room seharihari, seperti usulan dari pilihan, kebutuhan dan kenyamanan
penggunaGuestHouseroom.MakatimbulinovasidalammemilihFurnitureGuestHouseRoomyangcerdas.
KataKunci:Kecerdasanbuatan,Furnitureguesthouseroom,teknologi,Menyelesaikanpersoalanmanusia

Pendahuluan
Perkembangan zaman di era modern ini, kemajuan teknologi sudah sedemikian pesatnya.
Sehingga, berkembangnya teknologi diiringi dengan majunya pola pikir manusia di dalam kehidupan
seharihari.Kegiatanmanusiasehariharidirumahyangmenginginkankepraktisan,efisiensiwaktuserta
kerapianmenjadihalyangsudahtakasinglagi.
Modernisasidanaktivitasmanusiayangsedemikianpadatnya,apakahmampumemilikiwaktu
yangbisadibilangcukupuntukmelakukanaktivitasdiGuestHouse?Namun,bagaimanacaramanusia
supaya saat membersihkan debu, merapikan tempat tidur dan 3D hologram pakaian tersebut dapat
mudahselesaidengancepatdanefisien?Takhanyamasalahwaktusaja,akantetapikenyamanansaat
melakukan kegiatan di dalamnya. Keinginan manusia untuk merasa efisien dan nyaman pun menjadi

1
RatihDyahA,mahasiswaPascasarjanaUniversitasAtmajaya,ratihrara7483@yahoo.com
1
Argiadi,mahasiswaPascasarjanaUniversitasAtmajaya
3
DoniMalwitaS,mahasiswaPascasarjanaUniversitasAtmajaya

527

Dyah, R. A., Argiadi, Malwita, D. S.

pijakan bagi produsen furniture yang dilengkapi dengan teknologi canggih. Pemanfaatan teknologi
digitaluntukdesainarsitekturalhinggakeluarbatasurusanfungsiruangmenujufungsiseni.3
Penggunaan kecerdasan buatan dalam bentuk hologram 3D, tempat tidur multifungsi dan
sepatu pembersih diharapkan dapat diterapkan dalam ruangruang di dalam Guest House. Sehingga
fasilitasinidapatdinikmatiolehparatamudariGuestHouse,untukmempermudahaktivitasmereka.

Metode
Metode Penelitian Kualitatif ini dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir
yang akan digunakan dalam penelitian selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan
danpengolahandatauntukmemberikanpenjelasandanargumentasi.MenurutAmos(2010),masalah
dalam penelitian ini bersifat kompleks. Data Primer berupa Study Kasus : sebagai upaya untuk
mengetahui kondisi pada Guest House room serta menjelaskan cara teknologi furniture Guest House
room.DocumentReviewnyaberupafoto,gambar,dokumentertulis/text,sketsa,danlainsebagainya.
Data Sekunder berupa studi literature yakni suatu bahan Kajian atau referensi yang kiranya dapat
membanturiset,tentunyayangberhubungandenganfurnituredanGuestHouseroom.Padakajianini
tentunya tidak hanya media pustaka, akan tetapi media internet kiranya dapat mendukung
terkumpulnya informasi data yang berhubungan dengan teknologi furniture serta cara furniture
tersebutbekerjapadaGuestHouseroom.

StudiLiteratur
Ventilasi alami menawarkan ventilasi yang sehat, nyaman tanpa memerlukan energi
tambahan.4Penghawaanalamitermasukdalamkategoripendinginpasif.Pendinginpasifadalahkondisi
didalamruangyangberubahubahtergantungdariarahanginyangdatang.Suplaiudarabersihudara
dalam dibedakan tingkatnya menjadi: untuk fungsi kesehatan, untuk fungsi kenyamanan, fungsi
pendinginan (Christina2005). Guest House adalah pesanggrahan; tempat peristirahatan; wisma tamu;
penginapan yang disewakan menyerupai rumah tinggal pada umumnya dengan tambahan fasilitas
(Uniek2009). Bentuk dan ruang setiap bangunan harus menyatakan hirarki yang melekat di dalam
fungsi yang dimiliki (D.K.Ching2000). Menurut kualitas kenyamanan, sifat dan bentuk ruang juga
mempengaruhipenghuni(HeinzFrickdanPetraWidmer2006).Makadariitu,penghawaanalamidipilih

3
BukuPrasastoSatwikoberjudulFisikaBangunan,tahun2009,pp.1
4
BukuPrasastoSatwikoberjudulArsitekturDigital,tahun2010,pp.47

528

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

karena melihat dari masalah CO2 dan polusi udara yang semakin meningkat di lingkungan sekitarnya
(Prof.Dr.KoesnadiHardjosoemantri,S.H,M.I2006).
Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence didefinisikan sebagai kecerdasan yang
ditunjukkan oleh suatu entitas buatan. Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. kecerdasan
diciptakandandimasukkankedalamsuatumesin(komputer)agardapatmelakukanpekerjaanseperti
yang dapat dilakukan manusia. Dalam kehidupan manusia, komputer dapat membantu dalam bidang
Pekerjaan Rumah tangga adalah salah satunya. Karena tujuan dari sisi teknologi dan seni dari
kecerdasan buatan adalah untuk menyelesaikan permasalahan nyata. Aktivitas seni bukanlah sesuatu
kekuatan dari dalam materi, tetapi adalah campur tangan dari luar pada bahan materi (Dipl.Ing.Y.B
Mangunwijaya1995).PolapikirdanpengembanganidepenulisdinarasikanpadagambarIII.1danIII.2
sebagaiberikut:





GambarIII.1PolaPikirDesainFurnitureGuestHouse
Sumber:polapikirpenulis,2012





GambarIII.2PengembanganIdeFurnitureGuestHouse
Sumber:polapikirpenulis,2012


529

Dyah, R. A., Argiadi, Malwita, D. S.

Kajian
Rumah satu lantai memberikan kebebasan yang sangat luas untuk perencanaannya (Neufert
1991).IdedesainuntukGuestHouseinidirencanakanagarpenghuninyaman.Kenyamanandisiniadalah
penghuniGuestHouseyangmenggunakanfurniturecanggihyangdilengkapidenganteknologimodern.
Pemanfaatanteknologimajumerupakanbagianpentingagarlingkunganmenjadilebihnyaman(Priyo
2011).Kajianempatipadafurnitureiniialah:
A. SEPATUPEMBERSIH
Kebersihan menjadi dasar utama saat orang berada di suatu ruangan. Pengguna tidak perlu
repotrepot mencari orang untuk membersihkan ruangan. Cukup hanya menggunakan sepatu ini, dan
dapat di gunakan saat pengguna beraktivitas.FOKI adalah sepatu dalam ruangan yang difungsikan
sebagaidesinfectan,denganalatpembersihutamanyayaitusepasangcleaneryangterdapatdibagian
bawah sepatu. Cleaner ini berputar dan mampu membunuh kumankuman dan menghilangkan debu
debumikroyangberbahayabagitubuh.PadagambarIV.IsepatuFOKIinidisupportolehrechargeable
battery,bateraiyangdapatdiisiulang.Carapakainyasepertimemakaisepatubiasa,adasebuahtombol
onoff,danlayarinteraksidimasingmasingsepatu.Layarinimemberikaninformasitentangstatuskerja
FOKIdanlevelkebersihanlantai.
Sepatuinidisupportolehrechargeablebattery,bateraiyangdapatdiisiulang.Denganmemakai
FOKI, manusia bisa jalan di dalam rumah, mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, dan sekaligus
membersihkan lantai. Alat ini hanya berfungsi apabila tombol onoff ditekan, dan alat dipakai sedikit
melayang terhadap lantai, dan apabila kaki manusia menapak kuat dilantai, otomatis alat akan
berhentibekerja.






GambarIV.1SepatuFOKI
Sumber:http://www.ispyce.com/2010/11/shoesthatcleanfloor.html

530

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

B. TEMPATTIDURMULTIFUNGSI
Secara umum desain furniture multi fungsi tempat tidur berupa bagian bawah yang juga
berfungsisebagaicoffetable.Tempattidursepertiinimemilikilacilacipenyimpan,dandiatasnyadapat
dipakaifungsilain,yaitusebagaimejadansebagaitempattidurselainitujugadapatberfungsisebagai
tempattidurlipat.

GambarIV.2tempattidurmultifungsi
Sumber:http://www.astudioarchitect.com
Kecerdasan buatan yang diterapkan pada tempat tidur ini bagaimana membuat mesin
(komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia bahkan bisa
lebih baik daripada yang dilakukan manusia. Untuk mengetahui dan memodelkan proses proses
berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan perilaku manusia. Gambar IV.3
menjelaskan tentang bagaimana Kerangka desain kecerdasan buatan tempat tidur berupa skema di
bawahini:

GambarIV.3PengembanganidedesainTempatTidurMultifungsi
Sumber:analisapenulis,2012

531

Dyah, R. A., Argiadi, Malwita, D. S.

C. 3DHOLOGRAM
3D hologram merupakan teknologi komunikasi baru bagi dunia, yang memungkinkan untuk
mengirimataumenghadirkansuatubenda,bahkanmanusia,tanpamendatangkannyasecaralangsung
meskijaraknyabermilmiljauhnya.3Dhologramjugadapatdigunakanuntukberbagaisimulasiberbagai
kepentingan manusia, seperti Gambar IV.4, Hologram Kate Moss saat konser. Cara kerja hologram :
Obyek sesungguhnya disinari lampu khusus yang telah melewati lensa pembias. Pengamat akan
melihatobyekvirtualyangdibiaskanlensa.

GambarIV.4HologramKateMosssaatkonsermusiknya
Sumber:www.prweb.com

GambarIV.5Carakerja3Dhologram
Sumber:www.howstuffworks.co.uk

Perkembangan Teknologi begitu pesat, dan menghasilkan teknologi yang canggih, salah
satunya adalah kamera ZCam yang merupakan kamera video yang memiliki kemampuan untuk
menghasilkan gambar hologram. Pada gambar IV.5, cara kerja kamera video ini adalah, kamera ini
mampumerekamhinggabagianyangpalingdalamdariobjek.Kamerainimembuatgambar3Ddengan
mengirim gelombang infra merah ke dalam scene video, serta kamera ini juga menggunakan prinsip
waktu dari cahaya sehingga dengan prinsip seperti itu, cara kerja kamera ini akan akan mendeteksi
cahayayangdirefleksikanolehpermukaanobjek.

532

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

HasilAnalisa
A.SEPATUPEMBERSIHRSHOES
Sifat sepatu pembersih memiliki sifat mandiri dan gerakan manusia. Karena sepatu ini
digerakkan oleh manusia/pembantu, mengingat pembantu tidak bisa di tiadakan karena merupakan
tenaga kerja di Indonesia. Untuk guest house ini terdapat pada kamar, lihat gambar V.6, dimana ada
denah, tampak dan potongan yang menjelaskan bahwa ruang guest house ini memiliki beberapa
furniture dengan teknologi canggih. Sepatu pembersih lantai R SHOES pada gambar V.1, merupakan
sepatu yang berfungsi membersihkan lantai dari debu dan membunuh bakteri. Ini memiliki delapan
pembersihputardibawahsetiapsepatuuntukmendeteksidebu,bakteridanmenghilangkanbauserta
memudahkankegiatanmanusia.SepatutanpakabelmemilikitampilanLEDpadasisiujungdepanuntuk
menunjukkantingkatlamanyapenggunaanbatereidanstatuspembersihan.
Caramenggunakansepatuinisepertimemakaisepatubiasa,sepatuinimemilikisebuahtombol
onoff di bagian belakang sepatu, dan layar interaksi di arah depan sepatu. Layar ini memberikan
informasi tentang status kerja dan level kebersihan lantai. Sepatu ini disupport oleh rechargeable
battery, baterai yang dapat diisi ulang dengan kabel charge. Dengan memakai RShoes manusia bisa
jalandidalamrumah,mengerjakanpekerjaanrumahyanglain,dansembarimembersihkanlantai.Alat
ini hanya berfungsi apabila tombol onoff ditekan di bagian belakang sepatu, dan alat dipakai sedikit
melayangterhadaplantai.










GambarV.1sketsasepatu&
PeletakkanSepatuRShoes
Sumber:analisapenulis,2012

533

Dyah, R. A., Argiadi, Malwita, D. S.

B.TEMPATTIDURMULTIFUNGSI
IdedesaintempattidurberasaldarianalogibentukdaunsepertigambarV.2.Materialterbuat
dari kayu atau besi, dengan bentuk analogi daun yang ukurannya sama dengan standar ukuran
umumnya namun punya ketinggian tertentu, sekitar dua meter atau lebih. Pada bagian sisi kiri dan
kanan tempat tidur diberi lubang besar atau pintu terbuka tanpa daun sehingga orang bisa masuk
dengan ke dalam tempat tidur tersebut dengan mudah. Hal ini mengingatkan kita pada tempat tidur
yang menggunakan kelambu untuk menghindari serangan nyamuk, terutama pada daerah yang
udaranya panas dan tropis. Namun bedanya, tempat tidur ini tidak menggunakan kelambu atau jenis
kain yang lain sebagai penutupnya. Hal ini menjadikan kotak tempat tidur tersebut tetap bersifat
terbukadan nyaman digunakan karena bisa mendapat sirkulasi udara yang segar, meski ketika masuk
dalamkotaktempattidurinipenggunaakanmerasasepertimasukkedalamsebuahruangyangkecil.


I. ..Z

GambarV.2AnalogiBentukDaundanLubangPintuTempatTidur
Sumber:analisapenulis,2012





GambarV.3FasilitasTVdanLampusertawarnayangdapatberubahubah
Sumber:analisapenulis,2012

Sementara itu, untuk kasurnya tetap menggunakan kasur biasa atau spring bed yang bisa
diletakansecarapas,karenaukurandarikotaktempattidurinimemangdisesuaikandenganukurandari
kasur atau spring bed yang memiliki standar ukuran internasional. Yang paling istimewa dari kotak
tempattiduriniterletakdibagiandepankasur.PadagambarV.3ditempatinidiletakkansebuatpesawat

534

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

televisilayardataryangmenggunakanteknologimasakinisehinggatampilannyabisamenyatudengan
dindingkotak.







GambarV.4SpringBedmenyesuaikanbentuktubuhdanalatsensorgerak
Sumber:analisapenulis,2012

Selain itu kotak tempat tidur ini masih diberi fasilitas yang lain yaitu berupa sistem
pencahayaanyangsangatbagus.Karenajenissinaryangdikeluarkanmampumemunculkankesanyang
sejuk,tenangdannyaman.Kemudianuntukpenggunaanwarnanya,adaberbagaimacampilihanwarna
yangtentunyabertujuanagarkonsumenbisalebihbebasmemilihjeniswarnayangdisukai.Namunyang
pastiadalahwarnawarnayangdigunakanbiasanyamenghasilkankesanyanglembutdandinginnamun
tidakmenghilangkannuansaceriadanakrab.
Dijelaskan pada gambar V.4, misalnya warna putih dengan sistem pencahayaan yang
menggunakanwarnabirulangit.Selainmerupakanwarnayangnetral,warnaputihjugamemunculkan
kesanyanglebihluasdanlapangpadakotaktempattidurtersebut.Sedangkanuntuksinarbirunyaakan
menimbulkankesanyangsejuknamuntetapsegar.Laluuntukkasuratauspringbednyamenggunakan
warnaputihyangdipadukandengankremdancoklattua.Paduanwarnainiakanmemunculkannuansa
yangtenangdanakrab.
C.3DHOLOGRAM
Ide pengembangan: pada kaitannya dengan ruang tidur di guest house. Aplikasi teknologi 3D
hologram pada gambar V.5, kamar tidur dapat berupa diantaranya yaitu: Film 3D hologram.dan 3D
Hologram simulasi manusia yang mengenakan pakaian dari dalam lemari pakaian. 3D hologram
memiliki tujuan antara lain : pengguna ruang tidur dapat menikmati hiburan dengan menonton film
yang biasanya dari layar televisi, saat ini dengan gambar berupa hologram 3D serta pengguna ruang
tidur dapat memilih pakaian yang ingin dikenakan tanpa perlu mencoba pakaian didepan cermin.

535

Dyah, R. A., Argiadi, Malwita, D. S.

Simulasi badan pengguna dalam bentuk 3D hologram dapat diubahubah pakaiannya, kemudian
penggunaakanmemilihpakaianyangpalingdiinginkanuntukdikenakan.








GambarV.53DHologrampadaGuestHouse
Sumber:analisapenulis,2012

C-C' D-D'

2.00 4.00

1.00

1.50
WC
-0.05

5.00

2.50 PANTRY
+0.00
R.TIDUR
+0.00

A-A' A-A'

R.TAMU
2.00

2.00
+0.00

TERAS
1
B-B'
-0.05 1
B-B'

CARPORT
-0.25

3.00 3.00
C-C' D-D'


GambarV.6Tampakdanpotonga,denahGuestHouse
Sumber:analisispenulis,2012

536

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Kesimpulan
Berdasarkan ide tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : kenyamanan dapat
diterapkan, tidak hanya pada guest house saja,namun jugaditerapkanpada rumah tinggal. Teknologi
dapatmembantumemberikankenyamananmaupunbantuanbagipenggunanya.Selainrobot,furniture
GuestHousedapatbekerjasecarasensorsystemdanmenggunakanteknologikamera.

UcapanTerimakasih
Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah Kecerdasan Buatan Arsitektur (KBA),
ProfesorPrasastoSatwiko,M.Build.Sc.,Ph.D.danProfesorIr.Suyoto,M.Sc.,Ph.Dyangtelahmemberikan
sarandankritiksehinggadapatterselesaikannyarisettentangFurnitureGuestHouseini.

DaftarPustaka
Ching,D.K.(2000).Arsitektur:Bentuk,RuangdanTatanan.PenerbitErlangga,Jakarta.
Frick,Heinz.(2006).Membangun,membentukdanmenghuni.PenerbitKanisius,Yogyakarta.
Hardjasoemantri, Koesnadi. (2006). Ekologi, Manusia dan Kebudayaan. Lapera Pustaka Utama,
Yogyakarta.
Mangunwijaya,Dipl.Ing.Y.B.(1995).Wastucitra.PT.GramediaPustakaUtama,Jakarta.
Mediastika,Christina.E.(2005).MenujuRumahIdealnyamandansehat.PenerbitUniversitasAtmajaya,
Yogyakarta.
Neufert,Ernest.(1991).DataArsitekjilid1edisiKedua.PenerbitErlangga,Jakarta.
Praptiningrum, Uniek.K. (2009). Glosari Arsitektur kamus istilah dalam arsitektur. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Pratikno,Priyo.(2011).EtikadanEstetika.PenerbitAndi,Yogyakarta.
Satwiko,Prasasto.(2009).FisikaBangunan.PenerbitAndi,Yogyakarta.
Satwiko,Prasasto.(2010).ArsitekturDigital.PenerbitUniversitasAtmajaya,Yogyakarta.
Setiadi,Dr.Amos.(2010).PengantarMetodologiPenelitian.PenerbitUniversitasAtmajaya,Yogyakarta.

http://www.ispyce.com/2010/11/shoesthatcleanfloor.html
http://www.astudioarchitect.com
http://www.prweb.com
http://www.howstuffworks.co.uk

537

538

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KamarMandiCerdas
PemanfaatanShowerMandisebagaiAlatTerapiKesehatan

CorneliaHildegardis1

Abstrak
Perkembangan teknologi, diharapkan mampu memberikan sumbangsih tidak hanya pada bidang
elektronikasaja,namunpadabidanglainnya.Selainteknologiyangdapatmembantumanusiadalammelaksanakan
tugasnya, diharapkan juga teknologi yang digunakan merupakanteknologi yang memberikan nilai tambah seperti
kenyamanan maupun kesehatan. Seperti pada sebuah rumah tinggal, kesehatan pun bermula pada setiap
ruangannya,tidakterkecualikamarmandi.Kamarmandidimasadepan,diharapkandapatbekerjasamadengan
teknologi sehingga dapat menghasilkan sebuah rancangan kamar mandi yang dapat memberikan fasilitas lebih,
sehinggadapatmembantupemakainyamenjadilebihnyamandansehat.
KataKunci:Kecerdasanbuatan,Teknologi,Desain,Kamarmandi,dansehat

Pendahuluan
Di zaman yang serba canggih ini, kamar mandi banyak menyediakan fasilitas yang dapat
membantu para pemakainya sehingga dapat merasakan kenyamanan didalamnya. Fasilitas yang
digunakan antara lain dengan menggunakan shower. Sebagian besar orang memilih mandi dengan
menggunakanshowerkarenakepraktisandankeefisiensemata.Aktivitasmandidenganmenggunakan
shower dapat menghemat waktu mandi. Menggunakan shower dalam kamar mandi juga dapat
menghemat luas area kamar mandi, terutama jika dibandingkan dengan kamar mandi yang
menggunakanbakmandikonvensional.Selainitu,sebagianbesarorangcenderungmenganggapmandi
dengan pancuran lebih higienis dibandingkan dengan air dari bak mandi, sebab airnya terus mengalir
dansisasisasabunbisadibersihkansecaralebihmerata2.

1
MahasiswaMagisterTeknikArsitektur,UniversitasAtmajayapangeran_besepeda@yahoo.com
2
SeriRumahIde:Saniter,Edisi7/II,hal.23

539

Hildegardis, C.





Gambar1.Kamarmandidenganpeletakanshower
Sumber:SeriRumahIde:Saniter,Edisi7/II,2007

KamarMandiCerdas
LatarBelakang
Saatini,beredarperingatanagarsaatmandijanganlangsungmengguyurairkekepala
karenabisaberisikostroke.Ternyatamenurutpakarsarafkemungkinanituada,terutamapada
orangorangtertentuyaknisaatudaraterlaludinginataupanasdansuhutubuhsedangdalam
kondisisebaliknya.
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Prof. dr. Teguh Ranakusuma, SpS (K),
dokter spesialis saraf dari Departemen Neurologi FKUIRSCM, pada orangorang tertentu,
mengguyur air langsung ke kepala dengan suhu yang berlawanan bisa menyebabkan stroke.
(detikhealth,senin26/9/2011).
Prof. Teguh menyebutkan, perubahan suhu yang tibatiba bisa menyebabkan stroke
bila terjadi pada tipetipe orang dengan penyakit tertentu, yaitu:penyakit jantung,tekanan
darahtinggi,gangguanpembuluhdarah(kardiovaskuler)dangangguandarah.
Untukmenghindaririsikokepalakagetdisarankansaatudaraterlaludinginataupanas
dansuhutubuhsedangdalamkondisisebaliknya,makasaatmandijanganlangsungmengguyur
airdikepala.Beritubuhpenyesuaiandulusepertimenyiramtanganlalubadanbarukekepala.

Berdasarkanpenjelasantersebutdiatas,makapenulisinginmembuatsebuahkamar
mandi cerdas yang dapat bekerja berdasarkan perubahan temperatur atau suhu manusia
melalui teknologi sensor, sehingga kamar mandi yang digunakan dapat beradaptasi dan tidak
membahayakanpemakainya.

540

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Metodologi
Penerapan kamar mandi cerdas dalam hubungannya dengan kecerdasan buatan antara lain
dilakukandenganpengendalianmenggunakansistemkomputerisasidanpenggunaansensor.
Polayangdikembangkandalamdesainkamarmandicerdasiniadalahsebuahkamarmandiyang
cerdas yang memanfaatkan teknologi digital sehingga dapat memberikan kenyamanan, kemudahan
sekaligus kesehatan bagi penggunanya.Penyajiannya langsung berupa sensor tubuh yang dapat
menyesuaikandengantemperaturatausuhutubuhmanusia.

Skema1:Hubungankecerdasanbuatandengankamarmandi

Skema2:Pengembanganidekamarmandicerdas

KAMAR MANDI TUBUH MANUSIA


KAMAR MANDI CERDAS


SHOWER

SENSOR

TEMPERATUR PEMIJATAN ARAH PENYIRAMAN
AIR SHOWER

541

Hildegardis, C.


Kamarmandicerdasdiharapkanmampu:
o Mendeteksisuhutubuhpenggunasehinggaairdansuhuruanganbisamenyesuaikandengan
suhutubuhpengguna.
o Memberikan kenyamanan saat pengguna mandi dengan shower, dimana penyemprotan air
dilakukan dari bagian bawah (kaki), kemudian dilanjutkan ke bagian atas, sehingga badan
dapatmenyesuaikandengansuhuairyangkeluarkandarishower.
o Memberikan pijatan pada pengguna. Tekanan pijatan disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna

Simulasi/eksperimen/kajian
1. Pendeteksisuhutubuhuntuksuhuruangan
SensorbekerjasamasepertiHVAC.KerangkaplugandplayuntukHVACpengendalian
udaraunit (AHU) dengan sistem kontrol seperti yang diusulkan padabagian I dari
pekerjaan ini(Zhou dan Nelson 2011). Dalam Bagian II, pola struktural Latalgoritma
nitionuntuksecaraotomatismengenalisuhusensordikembangkan.Sebuahprototipe
darikerangkadibangundandigunakandalampercobaanyangdirancanguntukmenguji
validitasmetode untuk secara otomatis mengenali lokasi. Karakteristik sensor dalam
AHUmampumengidentifikasidalamberagamposisi.

Skema3:AplikasipintarsederhanadariIEEE1451









Sumber:IEEE,2010

542

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Tabel1.Pergerakandankecepatanudara


Sumber:ANSI/ASHRAEStandard552004
2. Sensorpemijatan
Relaksasipijat,yangdimaksudkanadalahuntukmendorongrasarelaksasi,yangterdiri
dari gerakan melingkar, getaran, goyang dan berdesakdesakan terus. Terapis diberi
bataswaktuuntuksetiapwilayahtubuh,termasuk7sampai20menitdibelakangdan
pantat. Terapis bisa memberikan compact disk dari 2,5menit latihan relaksasi untuk
meningkatkandanmemperpanjangmanfaatterapi(DanielC.Cherkindkk,2011)
Tabel2.KarakteristikPemijatan










Sumber:www.annals.org

543

Hildegardis, C.


3. Sensorpenentukemiringanair
Sistem ini bekerja disesuaikan pada tinggi rendahnya pengguna dalam kamar mandi.
Kemiringanpundapatditentukanpadabagianyangakandipijatmelaluisensortubuh
yangdiberikanpengguna.



Gambar2.Titiktitiktubuhpadamanusia
Sumber:THEJOURNALOFALTERNATIVEANDCOMPLEMENTARYMEDICINE,16(7),2010

4. Penempatanpanelmanual
Panel manual diletakkan di dinding shower. Diharapkan dengan peletakkan panel
manualinipenggunabisamemilihsuhuair,teknikpemijatanuntukrelaksasiatauuntuk
menyegarkan,danlubangshowermanayangdiinginkandantidakdiinginkan.
Sehingga,selainterdapatfungsiotomatisyangterjadikarenadatadatapenggunayang
didapat dari sensor, juga disediakan sebuah panel manual di dalam shower, sehingga
penggunabisamenentukanpilihanterhadapfungsifungsishowerini.








Gambar3.LetakPanelmanual,sensordanshower
Sumber:analisispenulis

544

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati











Gambar4.UkuranKamarmandi,showerdanjarakantarashower
Sumber:analisispenulis

Kesimpulan
Dalam perkembangan desain maupun teknologi, kamar mandi cerdas diharapkan mampu
menjawab permasalahan dalam bidang kesehatan dan mampu memberikan kenyamanan bagi
penggunanya.Pemanfaatansensorsebagaibagiandalamruangkamarmandiyangpintarmerupakan
sebuah alternatif yang dapat dimanfaatkan pada bangunan pintar sehingga dapat berguna bagi
penggunanya. Sensor pun diletakkan sehingga dapat memberikan respon bagi setiap kebutuhan yang
diinginkanpengguna.
UcapanTerimakasih
Terimakasih kami ucapkan kepada Ketua Prodi Magister Arsitektur Universitas Atmajaya Dr.
Amos Setiadi, ST., MT., dan dosen pembimbing mata kuliah Kecerdasan Buatan Arsitektur, Prof. Ir.
PrasastoSatwiko,M.Build.Sc.,Ph.D.,Prof.Ir.Suyoto,M.Sc.,Ph.D.danIr.DjokoIstiadji,M.Sc.Bld.




545

Hildegardis, C.

DaftarPustaka
Akmal,I.,(2007).Serirumahide:saniter.Jakarta:PT.Gramedia.
ASHRAE.(2008).ASHRAE Vision 2020.American Societyof Heating,Refrigerating and AirConditioning
Engineers, Atlanta.
http://www.ashrae.org/File%20Library/docLib/Public/20080226_ashraevision2020.pdf.
Cherkin,D.C.,Sherman,K.J.,Kahn,J.,Wellman,R.,Cook,A.J.,Johnson,E.,etal.(2011).Acomparison
oftheeffectsof2typesofmassageandusualcareonchroniclowbackpain.AnnalsofInternal
Medicine,155(1),112.
Sefton, J. M., Yarar, C., Berry, J. W., & Pascoe, D. D., (2010) Therapeutic massage of the neck and
shoulders produces changes in peripheral blood flow when assessed with dynamic infrared
thermography.TheJournalOfAlternativeAndComplementaryMedicine,16(7),723732.
IEEE.2010.IEEEDraftP1451.7/D1.3,IEEEDraftStandardforaSmartTransducerInterfaceforSensors
andActuatorsTransducerstoRadioFrequencyIdentification(RFID)SystemsCommunication
Protocols and Transducer Electronic Data Sheet Formats.
http://ieeexplore.ieee.org/xpl/mostRecentIssue.jsp?punumber=5200245.
Zhou, X., & Nelson, R. M., (2011). a plugandplay framework for an hvac airconditioning unit and
temperaturesensorautorecognitiontechniquepartI:reviewofcriticaltechnologies.ASHRAE
Transactions,838855.
Zhou, X., & Nelson, R. M., (2011). A plugandplay framework for an hvac airhandling unit and
temperaturesensorautorecognitiontechniquepartII:patternrecognitionandtests.ASHRAE
Transactions,856875.
http://health.detik.com/read/2011/09/26/190454/1730890/766/guyur-airlangsung-ke-kepala-saat-mandi-
berisiko-stroke?lbbank
www.annals.org

546

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KenyamananSebagaiSalahSatuKebutuhan
RuangBerkumpulInformalMahasiswa
StudiKasus:UniversitasMercuBuana

AndjarWidajanti1

Abstrak
Theneedforthecomfortisoneofthecriteriatobeconsideredandcannotbeseparatedinthedesign.But
how comfort is, and what are the criterias that need to be used for the informal public space for students with
positiveactivities.
The method used in this study is the observations and interviews. Observations by the method of Place
Centered Map, Person Centered Map and Physical Traces. Interviews are conducted for students who are in the
informalpublicspacesandinterviewstotheotherswhoserelated.
Therearetwotypesofspacearedistinguishedbyactivitiescarriedoutbythestudentsandtheirgroup,i.e.
thespaceusedforpositiveactivitiesandthespaceusedfornegativeactivities.
The findings of this study are every the informal public space for students at the UMB campus need
comfort, accessibility and visibility of users. However, accessibility and visibility by others outside the group of
studentsarenecessarytoavoidnegativeactivities.
Keywords:Comfortable,Sociality,Accessibility,Visibility

Pendahuluan
Kenyamanan di ruang berkumpul informal mahasiswa merupakan kriteria penting bagi
mahasiswa dalam melakukan kegiatannya. Menurut Wiesman (1981), kenyamanan adalah keadaan
lingkunganyangmemberikanrasayangpaskepadapancainderadanantropometrikdisertaifasilitas
fasilitas yang sesuai dengan kegiatannya. Antropometrik adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia
dan karakteristik fisiologis lainlainnya dan kesanggupankesanggupan berhubungan dengan kegiatan
manusiayangberbedabedadanmikrolingkungan.Disebutjugafaktorfaktormanusiawiataudalam
penerapan ergonomic mengenai masalahmasalah seperti tingginya permukaan kerja bagi berbagai
kegiatan, jajaran ketinggian yang akan menyenangkan bagi semuanya, kecuali yang terpendek dan

1
ProgramStudiArsitektur,UniversitasMercuBuana,Jakarta,Indonesia
email:andjar_umb@yahoo.com

547

Widajanti, A.

terpanjangdandimensikritisyangmempengaruhiperancanganunsurunsurarsitekturmikroatauyang
memenuhiruanguntukanakanak,pria,wanitadankaumtua(Moore,dalamSnyder,1984).
Pada penelitian sebelumnya (Widajanti, 2011) ditemukan bahwa ruang berkumpul informal
mahasiswa di Kampus Universitas Mercu Buana memiliki karakteristik atribut dan tolok ukur sebagai
berikut:
1. Di manapun terdapat ruang berkumpul informal mahasiswa, akan dimanfaatkan bagi kegiatan
berkumpul, jika ruang tersebut memiliki kenyamanan fisik, yaitu berupa tempat yang dapat
digunakan untuk duduk, selain ruang tersebut juga dapat digunakan untuk bersosialitas, serta
memilikikenyamanansensoriyaituberuparuangyangteduh.
2. Ruang berkumpul informal mahasiswa, akan dimanfaatkan bagi kegiatan berkumpul, jika ruang
tersebut memiliki visibilitas atau memberi kenyamanan visual ke arah kehadiran dosen/ teman/
obyek yang menarik; serta ruang tersebut memiliki aksesibilitas menuju ruang yang dituju baik ke
ruangdosenataukeruangkelas.
Dengan melihat bagaimana pertimbangan perilaku mahasiswa menjadi sangat penting dalam
suatuperencanaaanpengadaanruangkegiatanberkumpulmahasiswadidalamkampus,makamuncul
suatupertanyaanpenelitian:
1. Kenyamanan yang bagaimana yang harus dipertimbangkan dalam perancangan ruang berkumpul
informaltersebut?
2. Ruang berkumpul informal seperti apa yang digunakan untuk kegiatan positif mahasiswa atau
kelompokmahasiswa?
Faedah yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memperluas wawasan penelitian
arsitektur berkaitan dengan pendekatan pada bidang pendidikan. Selain itu secara praksis diharapkan
dapatdigunakanolehUniversitassebagaimasukandalammempertimbangkanpenangananruangruang
untuk kegiatan mahasiswa. Bagi penentu kebijaksanaan lain adalah sebagai arahan untuk melakukan
rencana penataan, dan peningkatan kualitas ruang bagi kegiatan mahasiswa di Universitas Mercu
Buana.

Metodologi
Alat penelitian yang digunakan untuk menjaring data adalah wawancara untuk memperoleh
informasiyangmendukungisuutamapenelitianini,sertadenganobservasilapanganyangdilakukandengan
metodePlaceCenterdMapdanPersonCenteredMap,sertaPhysicalTracesdibantudenganfotofoto.
Analisadengancaramengkomparasikantolokukurteoriperformansidenganperformansiyangterjadi

548

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

dilapanganuntukmendapatkankarakteristikruang.Darikarakteristikruangyangditemukan,kemudian
dilakukaneksplanasimelaluiteoriteoriyangberkaitanuntukmendapatkangambarankonsepruang
ruanginformalmahasiswa.

HasildanPembahasan
Lokasi penelitian adalah di luar ruang kelas, di luar ruang dosen dan di luar ruang dalam
akademik lainnya. Ruang tersebut terletak Gedung Rektorat, gedung A, B, C, D, E dan di sekitar
lapangan olah raga di Kampus Universitas Mercu Buana Jakarta. Ruang tersebut digunakan untuk
berkumpulinformalmahasiswaProgramStudiDiploma(D3)danStrataSatu(S1)Reguler.
Kegiatan berkumpul yang dilakukan di ruang tersebut adalah kegiatan informal, diantaranya
adalah: menunggu kuliah, menunggu dosen, menunggu teman, ngobrol, diskusi, membaca, belajar,
mengerjakan tugas (dengan kertas/ buku maupun notebook), minummakan, rekreasi melihat
perempuan/lakilaki,istirahat,tidurandantidur,bahkanadayangmerokokdanbermainkartu(dengan
taruhanuang/judiataupuntidak).
Kegiatankegiatantersebutdilakukandenganberbagaisikappostural,diantaranyadenganduduk,
baik duduk di lantai maupun tangga, di bangku dengan berbagai bentuk bangku, jongkok, lesehan,
tidurandilantai,sandarandidindingberbagairuangpublikinformal.
Merekamemilihruangtersebutdiantaranyakarenaruangtersebutteduh,adanyaaksesbilitaske
ruangdosen,keruangkelas,kearahangkutanumum,kearahparkir,maupunkearahruangtertentu
yangdituju(misalnya:bank).Sertaruangtersebutmemilikivisibilitaskearahkehadirantemanatauke
arah kehadiran dosen atau ke arah obyek tertentu (misalnya: mahasiswa cantik dari program studi
tertentu).
Dari10kasussetingruangberkumpulinformalmahasiswaditinjaudariruangnyaterdapatdua
tiperuang:
1. Ruang berkumpul informal dengan kegiatan positif, yaitu menunggu dosen, menunggu teman,
mengerjakantugas,diskusi,ngobrol,bercanda.
2. Ruang berkumpul informal dengan kegiatan negatif, yaitu: merokok, berjudi (main kartu dengan
taruhan),minum,mencoretcoret(grafiti).
Temuan dari penelitian ini adalah bahwa: setiap ruang berkumpul informal mahasiswa di
kampusUMBmemerlukanruangyangmemiliki:

549

Widajanti, A.

1. Kenyamanan
a. Kenyamananfisikberupatempatyangbisadigunakanuntukduduk,berkumpuldanmelakukan
kegiatannya;sepertiruangtersebuttidakkotordanmemilikiketeduhan.Tempatduduktersebut
dapatberupalantaidantanggasertaberupabangkudenganbeberapabentukbangku.
Gambar 1. Meskipun tipe tempat duduk di selasar lantai dan tangga ini bisa menampung berbagai kebutuhan, namun
tidak direkomendasikan jika lantai dan tangga hanya diperuntukkan sebagai jalur sirkulasi, karena menghalangi rute
pejalankaki.
Gambar2.Alternatiftanggayangdilengkapidengantempatduduk(sumber:Rutledge,1983)
Beberapa bangku berikut dapat digunakan untuk berkumpul 2, 3 dan 4 orang, namun perlu
berputarorientasikearahtemanpercakapannya.
Gambar3.Bangkuluruspanjang(sumber:lapangan,Widajanti,2011)danstraightslab(sumber:Rutledge,1985).Cocok
untukmelihatkejadiansecaralangsungdidepannya,namunperluberputarkeorientasipercakapanpasangannyadan
bisa beradu lultut. Tidak baik untuk interaksi kelompok, karena orangorang yang berdiri di depan bangku tersebut
menghalangisirkulasipejalankaki.

Gambar4.Bangkupanjangberbelok(sumber:lapangan,Widajanti,2011)danmultijogs(sumber:Rutledge,1985).Bangkuini
palingnyamandigunakanberkumpul2,3,4orangdanbisamelebihijikasambildidepannyatanpamengganggusirkulasi.

550

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

b. Kenyamanansensoriberuparuangyangteduh,berasaldari:
pohonyangrindang,atapdandindingpenuh,atapdandindingsebagian,sertabayangan
bangunan.Ruangdenganbayanganbangunanhanyadigunakanpadasaatsaattertentusaja,
yaitudiwaktutidakhujandanwaktupanastidakmengenairuangkegiatanmereka.


2. Sosialitas
Sosialitas adalah tingkat kemampuan seseorang dalam melakukan hubungan sosial pada suatu
setting.Sosialitasadalahjarakantaraperseorangan,maupunperilakunonverbalsepertisuduttubuh,
kontak mata, dan ekspresi muka, adalah sangat menunjukkan kualitas dari sosialisasi diantara

551

Widajanti, A.

perseorangan.Suatutingkatdimanaorangdapatmengungkapkandirinyadalamhubunganperilaku
dihubungkan secara langsung pada susunan tempat duduk dan meja dari suatu ruang umum
(Weisman,1981).

Gambar6.Mahasiswabersosialitasdengan2,3,4orangataulebih,bahkankelompokdenganbeberapakegiatannya.

Sosialitasdengan2orangperlu,tetapimahasiswaperlumengembangkansosialitasmenjadi3,4dan
kelompok. Sebaiknya sosialitas dengan kelompok dilakukan di ruang yang cukup luas, teduh dan
tidakmengganggusirkulasi.
3. Aksesibilitas
Aksesbilitas adalah kemudahan bergerak melalui dan menggunakan lingkungan. Kemudahan
bergerak yang
dimaksudkan adalah
berkaitan dengan
sirkulasi(jalan)danvisual
(Weisman, 1981).
Sirkulasi (jalan) dalam
kaitannya dengan
kelayakan lebar minimal
90cm.Disampingitujuga
memperhatikan
kelancaran sirkulasi
dalam arti tidak
menyulitkan pemakai,
tidak berlikuliku dan
membahayakan (licin).
Sedang visual berarti
terlihatataunampakjelasaksesnya/komponensetting.
Aksesbilitasdiruangberkumpulinformalmahasiswadengankegiatanpositif,berartimenggerakkan
suatukeinginan:
o Mahasiswa/ kelompoknya dari ruangberkumpul tersebut mudah mencapai ke ruang lain yang
dituju disesuaikandengan kebutuhan mahasiswa dankelompoknya, seperti ruang kelas, ruang
dosen,parkirsepedamotor,kantindanpintumasuk/keluarkampus

552

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

o Oranglaindiluarkelompokmahasiswamudahmencapaikeruangberkumpulinformaltersebut.
Namun ruang berkumpul informal mahasiswa dengan kegiatan negatif terjadi jika aksesibilitas ke
ruangtersebuttidakmudahdicapaiolehoranglaindiluarkelompoknya.Haltersebutkarenaorang
lain di luar kelompoknya merasa tidak perlu ke ruang tersebut atau tidak perlu melewati ruang
tersebut.
4. Visibilitas
Adalah kemampuan melihat tanpa terhalang secara visual pada obyek yang dituju. Visibilitas
berkaitandenganjarakyangdirasakanolehmanusia.Ruangberkumpulinformalmahasiswadengan
kegiatanpositifterbentukkarena:
o Mahasiswa/kelompoknyadariruangberkumpultersebutmudahmelihattanpaterhalangkearah
kehadirandosen/temannya/visuallainnyayangmenarikbagimahasiswa/kelompoknya.
o Oranglaindiluarkelompoknyamudahmelihatkondisiruangberkumpulinformaltersebut.
Namun ruang berkumpul informal mahasiswa dengan kegiatan negatif terjadi jika visibilitas ke
arahruangtersebuttidakmudahdilihatkeberadaanolehoranglaindiluarkelompoknya.Halitu
terjadikarenaruangtersebuttertutup/tidakdapatterlihatsecarautuh/jarakpandangterlalujauh
maupunruangtersebutsengajaditutupolehmahasiswadankelompoknya.

KesimpulandanRekomendasi
1. Setiap ruang berkumpul informal mahasiswa di kampus UMB membutuhkan kenyamanan fisik
berupa tempat duduk yang nyaman (tidak kotor) dan memiliki keteduhan, guna bersosialisasi
dengan teman atau kelompoknya; memiliki aksesbilitas ke ruangruang yang dituju mahasiswa
(misalnyakelas,kantin,ruangdosen)sertamemilkivisibilitaskearahtertentu(misalnyakehadiran
teman,dosen,bahkankearahkendaraanyangditunggu).
2. Ruang berkumpul informal mahasiswa harus mudah dicapai (aksesbilitas) dan harus mudah dilihat
tanpa terhalang (visibilitas) oleh orang lain di luar kelompok mahasiswa, untuk menghindari
terjadinyakegiatannegatifdiruanginformalmahasiswatersebut.
3. Sehubungan mahasiswa perlu melakukan hubungan sosial dan mengekspresikan apresiasi mereka
denganbanyakorang/kelompok,makaperluadanyaruangyangbisadigunakanuntukdudukyang
nyamandanbersosialisasidalamjumlahyangcukupbesardanterbuka.
DaftarPustaka
Dober,RichardP,1982,CampusDesign,JohnWiley&Sons,NewYork.

553

Widajanti, A.

Haryadi,2010,Arsitektur,LingkungandanPerilaku,GadjahMadaUniversityPress,Yogyakarta.
Holahan,C.J.,1982,EnvironmentPsychology,Rand0mHouse,NewYork.
Rutledge,AlbertJ.,AVisualApproachtoParkDesign,JohnWiley&Sons,NY,1985
Sarwono,SarlitoWirawan,1992,PsikologiLingkungan,RasindoGramedia,Jakarta.
Snyder,James,C.,1984,ArchitecturalResearch:EnvironmentDesignSeries,VNRCompany,NewYork.
Weisman,1981,ModellingEnviromentBehavioralSystem,Pensylvania,USA.
Widajanti, Andjar, 2011, Ruang Berkumpul Informal Mahasiswa di Kampus Universitas Mercu Buana,
LPPUMB,Jakarta
Whyte, William H., 1980, The Social Life of Small Urban Spaces, The Conservation Foundation,
WashingtonD.C.

554

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

CakupanEmpathyManusiapadaKaryaArsitektur

WandaWidigdo ,IKetutCanadarma2
1


Abstrak
Tulisaninibertujuanuntukmemberikanreferensiatauopini,bahwaempathyatauperhatiandenganikut
merasakanpenderitaanyanglain,dalamkaryaarsitekturtidakhanyaterbataspadamanusiabagimanusia.Tetapi
empathy manusia seharusnya berkembang sampai pada empathy terhadap semua kehidupan diluar manusia, di
alam semesta ini. Karena semua yang ada di muka bumi ini merupakan penunjang kesejahteraan hidup manusia
secarafisikdannonfisik.PemikiraninidiIndonesiasudahadayaitudenganadanyakonsepkonseppembangunan
yangberkelanjutanatauramahlingkungan.
Apakahpemikiranberkelanjutanatauramahlingkunganyangadasudahdapatmengaplikasikanempathy
manusiapadapenunjangkesejahteraanhidupnyadiluarkaryaarsitektur,melaluikaryaarsitektur.Jawabannyayang
dikhawatirkan terjadisalahtafsirpada paradigma pembangunan berkelanjutan yang kini dilaksanakan, dimana
seharusnyayangberkelanjutanadadialam.Pembangunanberkelanjutanini,akansesuaidengantujuannyakalau
disertai rasa empathy manusia pada keberlangsungan sistimsistim ekologi dan sumber daya dialam ini; yaitu
denganmelakukankeberlanjutanekologidanmenerapkanetikayangtepatpadalingkungan.
KataKunci:empathymanusia,rancanganarsitektural,ekologi,pembangunanberkelanjutan.

Pendahuluan
Sampai saat kini dalam bidang Arsitektur, sebagian besar perhatian adalah bagaimana menaruh
perhatianatauempathypadamanusiadalamkaryaarsitektural.Padahaluntukhidupsejahteramanusia
tidakhanyamembutuhkankaryaarsitekturyangdapatmelindungidansebagaiwadahaktifitasmanusia
dalamkondisifisikmaupunmenthalapapun.Adahallainyangdibutuhkanmanusiauntukkelangsungan
hidupdengankualitasyangbaikselainkaryaarsitektural,halhaliniseringkalisecaralangsungmaupun
tidak langsung dilupakan. Penunjang kelangsungan kesejahteraan hidup manusia secara fisik dan non
fisiktersebutsemuaberadadandisediakanolehalamsemestabaikyangorganikmaupunanorganik.
Sejalan dengan meningkatnya populasi manusia, maka kebutuhan penunjang kesejahteraan
hidup manusiapun meningkat. Sedangkan kemampuan alam untuk menyediakan kebutuhan hidup

1
Dosentetap,JurusanArsitektur,FTSP,UKPetra,Surabaya,wandaw@peter.petra.ac.id
2
Dosentetap,JurusanArsitektur,FDTP,UniversitasPelitaHarapan,Tanggerang,k3tut_c@yahoo.de

555

Widigdo, W., Canadarma, I. K.

manusiaterbatas.Kesadaranketerbatasanalammenyediakankebutuhanhidupmanusiasudahtimbul,
yaitu dengan adanya pemikiran pembangunan yang berkelanjutan atau ramah lingkungan. Konsep
konsep pembangunan berkelanjutan atau ramah lingkungan bersumber padaOur Common Future,
daritheBrundtlandReport:[1987],yangmengatakan:
"Sustainable development is development that meets the needs of the present without
compromising the ability of future generations to meet their own needs. It contains within it two key
concepts:
theconceptofneeds,inparticulartheessentialneedsoftheworld'spoor,towhichoverriding
priorityshouldbegiven;and
the idea of limitations imposed by the state of technology and social organization on the
environment'sabilitytomeetpresentandfutureneeds."

Laporan ini, menurut earthsummit 2012, ada tiga komponen mendasar untuk pembangunan
berkelanjutan, yaitu: perlindungan lingkungan, pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial. Konsep
pembangunan berkelanjutan memusatkan perhatian pada mencari strategi untuk mempromosikan
kemajuan ekonomi dan sosial dengan cara menghindari degradasi lingkungan, overeksploitasi atau
polusi, dan perdebatan yang kurang produktif tentang apakah memprioritaskan pembangunan atau
lingkungan. Sehingga konsep pembangunan berkelanjutan ini, juga mencakup tiga lingkup kebijakan:
pembangunanekonomi,pembangunansosialdanperlindunganlingkungan(selanjutnyadisebut3Pilar
Pembangunan berkelanjutan). Dokumendokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005
menyebut ketiga pilar tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan
berkelanjutan.Idealnya,ketigahaltersebutdapatberjalanbersamasamadanmenjadifokuspendorong
dalampembangunanberkelanjutan.
Bidang Arsitektur yang mewujudkan rancangan dengan mengubah alam menjadi lingkungan
binaan harus dipertimbangkan dalam pembangunan berkelanjutan yang bertujuan menjamin
keberlanjutan pendukung kesejahteraan hidup manusia, termasuk yang ada diluar karya arsitektural.
Penggunaan konsepkonsep tersebut pada bidang arsitektural dapat dilihat dengan banyaknya
rancangan arsitektural dengan konsepkonsep pembangunan berkelanjutan, misalnya Arsitektur Hijau,
SustainableArchitecture,GreenArchitecture,BioclimaticArchitecture,EcoArchitecture,danlainnya.
Pertanyaannyaapakahpemikirandankonsepkonseppembangunankeberlanjutanatauramah
lingkungan dapat menjamin keberlanjutan penunjang kesejahteraan hidup manusia diluar karya
arsitektur, melalui rancangan karya arsitektur. Bagaimanakah seharusnya yang perlu menjadi

556

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

pertimbangan agar penunjang kehidupan terus berlanjut ? Apakah diperlukan empathy manusia pada
penunjangkesejahteraanhidupnyadialamsemesta,melaluirancanganarsitektural?Penulisanmakalah
inidilakukanberdasarkanstudiliteratur.
Empathymanusiapadapenunjangkehidupannyamelaluikaryaarsitektural.
Padarancanganarsitektural,selaluditekankanpadabagaimanamemberikankenyamananpada
manusia beraktivitas, bagaimana fungsi, bentuk, makna, filosofi dan simbolsimbol direfleksikan pada
bentuk bangunan, bagaimana nilainilai sejarah dan sosial budaya diperhatikan. Bahkan kini sudah
memikirkanbagaimanapembuangantidakmencemarilingkungansertabagaimanasistimstrukturdan
material dapat berkelanjutan serta hemat energi. Tetapi kelangsungan alam untuk menyediakan
kebutuhanmanusiatampaknyamasihbelumterpikirkanlebihjauhdansecaraterinci.
Sudah disadari, bahwa kesejahteraan hidup manusia sangat tergantung pada tersedianya
kebutuhan hidup primier dan sekunder yang tersedia dialam. Kebutuhan hidup manusia primer dan
sekunder banyak tergantung pada tidak terputusnya rantai makanan yang mampu disediakan alam.
Kelangsungan rantai makanan di alam untuk menyediakan kebutuhan hidup manusia, seperti pada
gambar1,tidakmudahterjadidenganbaik,karenabutuhtingkatkesadaranmanusiauntukmemelihara
dan mengelola alam. Pemeliharaan dan pengelolaan alam ini diharapkan mampu menjamin
kelangsungan ekosistimekosistim yang ada di alam, sebagai penunjang kehidupan manusia yang
merupakanmatarantaiterbanyakpopulasinyadanberakalbudi.


Gambar1:Rantaimakanansederhana
Sumber:Dr.Ir.BramastoNugroho,MS

557

Widigdo, W., Canadarma, I. K.

Kalau diperhatikan rantai makananyang sederhana seperti pada gambar 1 , maka tampaklah
bahwa bagaimana eratnya ketergantungan semua mahluk hidup satu dengan yang lain termasuk
manusia.Inimengekspresikanbegitueratnyaketerkaitanantarasatuaspekdenganaspeklainnyadalam
suatuekosistemdanlingkungantempatdimanamanusiahidup.Bicaraekosistim,makasetiapekosistim
adalahsumberdayayangadadialam,dimanadalamsetiapkegiatanmanusiapastitidakakanterlepas
dari pemanfaatan sumber daya yang ada dialam. Semua proses rantai makanan akan terjadi dengan
sempurnabilamediatempatterjadinyasiklusekosistimdialammemungkinan.Olehkarenaitu,sangat
dibutuhkan pengelolaan keberlanjutan sumber daya alam, mengingat populasi manusia yang
membutuhkan sumber daya alam terus meningkat, sedangkan kemampuan alam memberlanjutkan
sumberdayaalammenurun.Penurunankemampuanalamuntukmemberlanjutkansumberdayaalam,
sangat dipengaruhi oleh exploitasi oleh manusia. Terus meningkatnya populasi manusia berarti
meningkat pula semua kebutuhan hidupnya termasuk bangunan dan lingkungan binaan sebanding
denganpopulasinya.
Padakonseppembangunanberkelanjutanuntukmencapaitujuanutamanya,harusmerupakan
integrasidari3PilarPembangunanberkelanjutan.Sehinggaperluadanyapemahamandanaplikasiyang
benardaritujuanparadigmatersebut,terutamadibidanglingkungankhususnyaekologi.Sarosadalam
buku Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21 (Buku 1) menyampaikan bahwa
pada era sebelum pembangunan berkelanjutan digaungkan, pertumbuhan ekonomi merupakan satu
satunya tujuan dilaksanakannya suatu pembangunan tanpa mempertimbangkan aspek lainnya.
Kemudian disadari, terjadi exploitasi sumber daya alam tanpa terkendali, yang justru menghabiskan
sumber kebutuhan hidup manusia. Sehingga timbul usaha pengelolaan sumber daya alam pada era
pembangunan berkelanjutan, dimana saat ini ada 3 tahapan yang dilalui oleh setiap negara. Tahap
pertama dasar pertimbangannya hanya pada keseimbangan ekologi. Tahap kedua dasar
pertimbangannyaharustelahmemasukkanpulaaspekkeadilansosial.Tahapketiga,semestinyadasar
pertimbangan dalam pembangunan mencakup pula aspek aspirasi politis dan sosial budaya dari
masyarakat setempat. Tahapantahapan ini digambarkan sebagai evolusi konsep pembangunan
berkelanjutan, seperti dalam Gambar 4. Pada bagan di gambar 4 tersebut tampak bahwa, di setiap
tahaptujuanpembangunanadalahpertumbuhanekonomidankeberlanjutanekologiselaluada,dengan
dasarpertimbanganaspekaspekyangsemakinkomprehensifdalamtiaptahapannya.Darisini,tampak
bahwa untuk mencapai suatu kesejahteraan hidup manusia dasar yang utama harus dipertimbangkan
adalahpertumbuhanekonomidankeberlanjutanekologi.

558

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati



Di Indonesia, rancangan arsitektur untuk membangun lingkungan binaan, diharapkan juga
berjalan dengan memperhatikan dan berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan, dimana
indikator pembangunan berkelanjutan tidak akan terlepas dari aspek ekonomi, ekologi/lingkungan,
sosial, politik, dan budaya. Sejalan dengan pemikiran tersebut, Djajadiningrat(2005) dalam buku
Suistanable Future: Menggagas Warisan Peradaban bagi Anak Cucu, Seputar Pemikiran Surna Tjahja
Djajadiningrat,menyatakanbahwadalampembangunanberkelanjutan,aspekaspekkeberlanjutanyang
perlu diperhatikan, yaitu: keberlanjutan Ekologis, disamping keberlanjutan di Bidang Ekonomi, Sosial
danBudaya,PolitiksertakeberlanjutanPertahananKeamanan
MenurutProf.OttoSoemarwotodalamSutisna(2006),untukmenilaikeberhasilanpelaksanaan
proses pembangunan berkelanjutan, secara sederhana ada enam tolok ukur pembangunan
berkelanjutanyangdapatdigunakanmeliputi:prolingkunganhidup,prorakyatmiskin,prokesetaraan
Gambar4:TahapandalamKonsepPembangunanBerkelanjutan
jender, pro penciptaan lapangan kerja, danpro dengan bentuk negara kesatuan RI, sertaharus anti
Sumber:Sarosa,BungaRampaiPembangunanKotaIndonesiadalamAbad21
korupsi, kolusi serta nepotisme. Sedangkan penjelasan umum dari tolok ukur pro lingkungan(pro

559

Widigdo, W., Canadarma, I. K.

environment), dimana hal ini yang berkaitan dengan rancangan arsitektural dan pembangunan
lingkunganbinaansecarafisik,diuraikansebagaiberikut:
Pro lingkungan hidup dapat diukur dengan berbagai indikator. Salah satunya adalah indeks
kesesuaian,seperti misalnya nisbah luas hutan terhadap luaswilayah (semakin berkurang atau tidak),
nisbah debit air sungai dalam musim hujan terhadapmusim kemarau, kualitas udara, dan sebagainya.
Berbagai bentuk pencemaran lingkungan dapatmenjadi indikator yang mengukur keberpihakan
terhadap lingkungan. Terkait dengan tolok ukur pro lingkungan ini, Syahputra (2007) mengajukan
beberapa hal yang dapat menjadi ramburambu dalam pengelolaan lingkungan yang dapat dijadikan
indikator,yaitu:
Menempatkansuatukegiatandanproyekpembangunanpadalokasisecarabenarmenurutkaidah
ekologi.
Pemanfaatansumberdayaterbarukan(renewableresources)tidakbolehmelebihipotensilestarinya
sertaupayamencaripenggantibagisumberdayatakterbarukan(nonrenewableresources).
Pembuangan limbah industri maupun rumah tangga tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi
pencemaran.
Perubahan fungsi ekologis tidak boleh melebihi kapasitas daya dukung lingkungan (carrying
capacity).
SedangkanmenurutGondokusumo(2005),syaratsyaratyangperludipenuhiuntuktercapainya
prosespembangunanberkelanjutansecaraumumterbagidalam3indikatorutama,yaitu:proEkonomi
Kesejahteraan, dicapai melalui teknologi inovatif yang berdampak minimum terhadap lingkungan. Pro
Lingkungan Berkelanjutan, maksudnya etika lingkungan non antroposentris yang menjadi pedoman
hidup masyarakat, sehingga mereka selalu mengupayakan kelestarian dan keseimbangan lingkungan,
konservasisumberdayaalamvital,danmengutamakanpeningkatankualitashidupnonmaterial.Serta
proKeadilanSosial,maksudnyaadalahkeadilandankesetaraanaksesterhadapsumberdayaalamdan
pelayananpublik,menghargaidiversitasbudaya.
Dalam aplikasinya konsep pembangunan berkelanjutan yang berkaitan dengan pembangunan
fisiklingkunganbinaanmenurutBudimanta(2005),perlumemperhatikancaraberpikiryangintegratif,
yaitu;haruslahmelihatketerkaitanfungsionaldarikompleksitasantarasistemalam,sistemsosialdan
manusia di dalam merencanakan, mengorganisasikan maupun melaksanakan pembangunan tersebut.
Pembangunanberkelanjutanharusdilihatdalamperspektifjangkapanjang.Hinggasaatiniyangbanyak
mendominasipemikiran para pengambil keputusandalam pembangunan adalah kerangka pikir jangka
pendek, yang ingin cepat mendapatkan hasil dari proses pembangunan yang dilaksanakan. Kondisi ini

560

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

seringkalimembuatkeputusanyangtidakmemperhitungkanakibatdanimplikasipadajangkapanjang.
Budimanta (2005) juga mengisyaratkan harus mempertimbangkan keanekaragaman hayati, untuk
memastikan bahwa sumberdaya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa
mendatang.Yangtakkalahpentingnyaadalahjugapengakuandanperawatankeanekaragamanbudaya
yang akan mendorong perlakukan yang merata terhadap berbagai tradisi masyarakat sehingga dapat
lebihdimengertiolehmasyarakat,menjaminadanyapemerataandankeadilansosial.
Olehkarenaituberdirinyasebuahbangunanataulingkunganbinaan,sebagaiwadahkegiatan
manusiayangakanselalumenempatisebidanglahan,dimanaawalnyaalami,diubahmenjadilingkungan
binaan sesuai kebutuhan manusia. Pada pengubahan lahan yang alami menjadi bangunan atau
lingkungan binaan ini perlu adanya berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan kelangsungan
penyediaansumberdayaalambagimanusia.Karenadidalamsetiaplahanyangalamiterjadisiklussiklus
ekosistim yang sangat kompleks dan berkaitan satu dengan lainnya. Proses siklussiklus ekosistim ini
yangakanmenyediakansumberdayaalamyangmenyediakankebutuhanhidupmanusia.
Makasangatdibutuhkansikapdankepedulianmanusiabagikelangsungansumberdayadalam
ekosistim nya. Hal ini berkaitan dengan ketika akan membuat suatu kebijakanpada saat perancangan
arsitekturalyangterkaitdenganpemanfaatansumberdayaalamtentujugaharusyangditimbulkanya.
Maka sudah sepatutnya manusia mempunyai rasa kepedulian pada kesulitan alam, masalahmasalah
yang menyebabkan terhambatnya siklussiklus ekosistim dialam, yang berdampak pada turunnya
kualitas penunjang kehidupan manusia. Hal ini harus dilakukan pada setiap kegiatan manusia apalagi
bagi rancangan arsitektural yang pasti akan mengubah sebagian alam menjadi binaan. Sehingga pada
setiap rancangan arsitektural menuntut kebijakankebijakan bagi alam yang seringkali lebih berpihak
pada keuntungan manusia, tanpa memperhitungkan dampaknya pada alam yang berkaitan dengan
ketersediaansumberdayaalam.Adakalanyadalammenentukankebijakanpertimbanganpertimbangan
tersulit adalah dalam menaksir atau dampak pada sumber daya alam. Menurut Bramasto Nugroho :
menentukannominalakanlebihmudah.Nilainominaldariakibatyangditimbulkantersebutdapatalam.
Tingkatkesulitanmemperkirakanbesarandampaksepertiyangdigambarkantersebut,dapatdikurangi
ataudiperkecilbilamanusiapadasetiaplangkahnyabaikpadakegiatansetiapharimaupundalamkaitan
rancanganpembangunanmempunyairasatanggungjawabdankepedulianpadaalamsebagaitempat
kehidupanmanusia.

561

Widigdo, W., Canadarma, I. K.


Gambar2:ValuasiSumberdayaAlam
Sumber:Dr.Ir.BramastoNugroho,MS

Sebagai contoh yang paling sederhana tidak adanya empathy pada alam dalam perancangan
dan pelaksanaan bangunan, yaitu seringkali dijumpai pemanfaatan lahan menjadi bangunan secara
maksimal atau penutupan lahan terbuka dengan perkerasan. Pemanfaatan seperti itu, akan
menurunkanpenyerapanairyangjatuhketanahyangdalamprosesalamakandikembalikanmenjadiair
bersih, tidak adanya tempat vegetasi untuk tumbuh. Padahal vegetasi adalah bagian dari rantai
makananyangpalingsederhanayanghanyabutuhair,mineraldanradiasimatahariuntuktumbuhdan
memberi kehidupan bagi mahluk lain kelompok Herbivora yang hidupnya membutuhkan vegetasi.
Denganpenutupanlahandenganperkerasanataubangunan,makaakanterjadihambatanpadaproses
pengubahansampahorganikmenjadimineralolehdecomposerataupenguraiyangadadidalamtanah,
karenakurangnyaairdanhilangnyasampahorganikyangjatuhpadapermukaanterebut.Contohlain,
seringkali pada perancangan bangunan lahan cenderungdilihat sebagai lahandatardan kosong tanpa
kehidupan. Hal ini memang akan memudahkan perancangan dan pembangunan yang sesuai dengan
keinginanperancangdanpenghuni.Yangmenjadimasalahadalahbilalahantersebutseandainyatidak
datar dan ada ekosistim tertentu yang ada disana, maka dengan menganggap datar dan kosong akan
merubah ekosistim yang ada disana. Apakah halhal ini sudah diperhitungkan pada saat perancangan
bangunan tersebut, berapa nilai kerugian ekosistim yang menunjang kebutuhan hidup manusia selain
yang akan terhenti. Pada skala lebih luas, gambar 3, memberikan ilustrasi dampak pembukaan hutan,
apakahmanfaatpembukaanhutandibandingkandengandampakyangberakibatpadaekosistimdisana
yang telah berlangsung lama ? Secara alamiah terjadilah degradasi dan deplesi kualitas alam, yaitu

562

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

penurunan kelembaban hutan yang menyebabkan perubahan iklim mikro, daya simpan air menurun,
kemungkinanerosi,sedimentasi,hilangnyaunsurhara,hilangnyakeanekaragamanhayati,berkurangnya
penghasil oksigen, peningkatan carbon, hilangnya habitat satwa. Biaya yang diperoleh dari manfaat
pembukaan hutan apakah sebanding dengan biaya perbaikan dari dampak penurunan kualitas alam
yangberakibatpadaturunnyakualitashidupmanusia.












Gambar3:.AnalisaHipotetikRasionalisasiPemanfaatanSDA
Sumber:Dr.Ir.BramastoNugroho,MS

Dampakdarikurangnyarasatanggungjawabdankepedulianmanusiaterhadapkeberlanjutan
alam dapat menimbulkan turunnya kualitas alam dan sumber dayanya. Pada gambar 3 yang
dicontohkan, untuk mengembalikan kualitas lingkungan dan sumber daya sesuai dengan yang
dibutuhkan manusia, membutuhkan biaya yang sangat besar. Sehingga kelayakan pemanfaatan lahan
untuksesuatuhal,apalagimenjadibangunantidaksebandingdengankerusakanalamdanpenurunan
sumberdayanya.Untukmengurangidampakyanglebihparahpadaalamakibatrancanganarsitektural,
maka perlu adanya suatu kesadaran manusia untuk berempathy atau bertanggung jawab atas
perlakuannyaterhadapalamdanmahlukhiduplainnya.
DiIndonesia,upayatanggungjawabdanpedulimanusiapadaalamditunjukandengankonsep
pembangunan berkelanjutan, menurut Keraf, 2002, paradigma keberkelanjutan tidak banyak

563

Widigdo, W., Canadarma, I. K.

diimplementasikan, bahkan masih belum luas dipahami dan diketahui dengan benar. Lebih lanjut
dikatakan bahwa paradigma pembangunan berkelanjutan harus dipahami sebagai etika politik
pembangunan. Dikatakan pula bahwa; paradigma pembangunan berkelanjutan merupakan komitmen
moral.DisampingitumasihmenurutKeraf,paradigmapembangunanberkelanjutanmasihmenegaskan
ideologi developmentmentalisme, yaitu ; mengunggulkan kembali pembangunan dengan fokus utama
pertumbuhanekonomi.Dalampembangunanberkelanjutanyangkinidilaksanakan,menurutWolfgang
SachsdalamKeraf,yangdikonservasidandiberlanjutkanolehpembangunanberkelanjutankiniadalah
pembangunan itu sendiri bukan ekologi sebagai penunjang kehidupan manusia. Oleh karena itu hasil
yang dicapai tetap saja eksploitasi sumber daya alam dengan dampak negatif bagi lingkungan hidup,
meliputi kerusakan alam dan pencemaran lingkungan hidup. Dalam bukunya yang berjudul Etika
Lingkungan2002,menurutKeraf,kritikbagiparadigmapembangunanberkelanjutan,seharusnyayang
dilakukanadalahparadigmakeberlanjutanekologi.

Bentukempathymanusiapadalingkungan
Paradigma pembangunan berkelanjutan yang saat ini dipahami dan dijalankan sering tidak
dipahamisebagaiprinsippokokpolitikpembangunan,sehinggatujuandibalikparadigmtersebuttidak
tercapai. Oleh karena itu seharusnya didalam setiap kegiatan manusia termasuk pembangunan
lingkunganbinaan,rancanganarsitekturaljugamengupayakankeberlanjutanekologi.NaessdalamKeraf
mengatakan, sebaiknya yang digunakan adalah paradigm keberlanjutan ekologi yang luas sebagai
gantipembangunanyangberkelanjutan.Sasaranutamakeberlanjutanekologiadalahmempertahankan
dan melestarikan ekologi dan seluruh kekayaan bentukbentuk kehidupan didalamnya. Hal ini harus
menjadi komitmen politik pembangunan baik nasional maupun global untuk mengatasi kehancuran
lingkungandanancamanbagikehidupanmanusia.Yanghendakdicapaimelaluikeberlanjutanekonomi
adalah bagaimana masyarakat setempat mengembangkan kehidupan ekonomi, mengatasi masalah
kemiskinanbersamaandenganmelestarikandanmenjaminekosistimsekitarnya.MenurutNaess,yang
menjadi tolok ukur keberhasilan paradigm ini adalah kualitas kehidupan yang menjamin kehidupan
ekologis,sosialbudayadanekonomisecaraproporsional.
Menurut Yoshihiro Yamakawa, dalam journalnya berjudul New Energy Option for 21st
Century,yangdisitirolehGedeAdhiyaksa:menulis3halterpentingyangmenjadiisudunia(3ETrilema)
meliputi EnergyEconomyEnvironment. Hal ini ditanggapi oleh Gede Adhyaksa, sebagai berikut:
Indonesia negara yang benarbenar kompleks, dan kompleks juga permasalahannya. Sangat sulit
menyelesaikan sebuah permasalahan dengan kacamata satu tinjauan (1 solusi spesifik), ini dikaitkan

564

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

dengan faktor manusia Indonesia yang bermacammacam latar belakang. Maka ada faktor bernama
Empathy sebagai satu solusi komprehensif daripada satu solusi spesifik.Empathy sebenarnya sudah
menjadi tradisi atau jiwa masyarakat Indonesia sejak dulu. Empathy terhadap lingkungan, empathy
terhadapsesamamanusia,danlainsebagainya.MasihmenurutGedeAdhyaksa,empathymulailuntur,
akibat faktor desakan ekonomi yang begitu kuat, masyarakat mulai acuh terhadap lingkunganalam
sekitarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di Indonesia, keberlanjutan akan tercapai bila terjadi
sinergi dan timbal balik antara tuntutan ekonomi, keterbatasan energi, keterbatasan daya dukung
lingkungandanrasaempathymanusiapadakondisiini.










Gambar5:HubunganEnvironment,Energy,Economy,EmpathydalamSustainability
Sumber:GedeWPAdiyaksa

Dengan mempertimbangkan kenyataan terus menurunnya ketersediaan dan kualitas sumber
daya yang dapat disediakan alam saat ini. Maka sudah sepatutnya focus dari setiap kegiatan manusia
saatiniharusmempertimbangkankelangsungansistimekologidialam,sebagaijaminankualitashidup
manusiadimasadepan.Untukituperluadanyaacuanbagaimanamanusiamemperlakukanalam,ikut
merasakan kesulitan alam, bertanggung jawab terhadap perlakuan manusia terhadap alam. Sehingga
sudah sepatutnya manusia, punya rasa empathy pada alam, minimal pada lingkungan sekitarnya.
Apalagiyangberkaitandenganpengubahanalammenjadibangunan.
Bagaimana bentuk empathy tersebut dapat dilakukan yaitu dengan bagaimana manusia
memperlakukan alam, yaitu dengan sikap dan tata cara yang lazim disebut etika. Etika yang meliputi
bagaimana manusia bertanggung jawab, menghormati, menjaga dan mengelola, tidak merusak serta

565

Widigdo, W., Canadarma, I. K.

menghargaihakhidupsemuamahlukhidupsamadenganmanusia.Secaralebihterincietikaterhadap
lingkunganinisudahada,misalnyasepertiyangdikemukakanKerafdalambukunyaEtikaLingkungan,
masalahnya apakah sudah di pahami dan digunakan oleh semua manusia apapun
pekerjaannya.Demikianjugaolehparapengambilkeputusankebijaksanaandanpelakurancangbangun
yang sangat menentukan kelestarian alam dan kelangsungan ekologi. Upaya ini sudah dilakukan oleh
Ken Yeang dengan konsep Ecodesignnya yang menganalisis semua aspek arsitektur rancangannya
secaraekologi,dikatakanpulabahwarancangansistimsistimdidalambangunanseharusnyamengikuti
siklussiklusyangterjadidialam.

Penutup
Pada prinsipnya, apapun konsep perancangan arsitektural dan pembangunanyang digunakan
kiniharusmempertimbangkankeberlanjutansumberdayaalam.Olehkarenaituperluadanyasikapdan
etika manusia memperlakukan alam beserta sistim ekologis didalamnya. Hal ini merupakan tanggung
jawabmanusiapadaalamdenganmemeliharadanmengelolanya,tidakmerusakdenganmemanfaatkan
untukkenyamananmanusiasaja,tetapimenghormatihakhidupsesamamahlukhidup.
Kepekaanakanketergantungandanketerkaitansemuaaspekkehidupandalamsetiaptindakan
manusiaterutamadalambidangrancangbangunakanmenjaminkeberlangsunganekologi.Inilahyang
dimaksud dengan empathy manusia pada alam dan mahluk hidup lainnya. Bentuk empathy ini dalam
rancangbanguntidakcukuphanyadenganmenggunakanmanagemendanpengolahanlimbahsajaatau
penggunaan bahan bangunan lokal atau penggunaan teknologi yang ramah lingkungan atau energi
alternatif atau konsep rancangan yang selaras dengan alam. Tetapi yang utama adalah bagaimana
semua tindakan manusia termasuk rancanga narsitektural mulai dari ide awal dan konsep yang
digunakan harus mempertimbangkan kelangsungan siklussiklus ekosistim alami.Kini rancangan
arsitektural yang diharapkan adalah rancangan yang tidak hanya mengedepankan bentuk bangunan
yang menakjubkan, penggunaan teknologi yang hitech, empathy pada pengguna (manusia),
menonjolkan egocentris perancangnya, tetapi rancangan arsitektural yang mampu menjamin
keberlanjutan ekologi dan sumber daya dalam alam, dengan memperhatikan kondisi fisik lingkungan
alam setempat, mempunyai nilai lokalitas fisik, lingkungan bahkan sosial budaya. Maka cakupan
empathypadakaryaarsitekturseharusnyameliputijugterjadinyakeseimbanganekologidilingkungan
alamsekitarnya,setelahbangunantersebutberoperasi.

566

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

DaftarPustaka
Braodbent G & Brebbia CA, ed, 2006, EcoArchitecture, Harmonisation between Architecture and
Nature,WITPress,Southampton,Boston.
Yeang,Ken,1995,DesignwithNature,TheEcologicalBasisforArchitecturalDesign,McGrawHill,USA
Yeang,Ken,2006,EcoDesign,AManualforEcologicalDesign,JohnWiley&SonsLtd,GreatBritain
Keraf,A.Sonny,2002,EtikaLingkungan,PenerbitBukuKompas,PTKompasMediaNusantara,Jakarta.
Naess,Arne,1993,Ecology,CommunityandLifestyle,CambrigdeUniversityPress,Cambrigde.
Nash, R Frazier, 1989, The Right of Nature: A History of Environmental Ethics, The University of
WisconsinPress,Madison
Bramasto Nugroho, 2010, Valuasi Sumber Daya Alam, Hutan Indonesia,
forestindonesia.wordpress.com/tag/valuasisumberdayaalam/
Gede Widia Pratama Adhyaksa, 2010, 4 Faktor E sebagai Kunci Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia,ekonomi.kompasiana.com/
Stakeholder Forum For Sustainable Future, 2012, The Brundtland Report Our Common Future,
earthsummit2012.org
UN Documents, Gathering a body of global agreements, 1987, Report of the World Commission on
EnvironmentandDevelopment:OurCommonFuture,www.undocuments.net/wcedocf.htm
DewanRedaksiBulletinonlineTataRuang,2009,IndikatorPembangunanBerkelanjutanIndonesia,Tata
Ruang, Bulletin Online ISSN 19781571 EDISI JANUARI FEBRUARI 2009.

567

568

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

PeningkatanKualitasRumahRakyatMenggunakanPapanBebak
Laminasi(Rumbela)DiProvinsiNTT

IwanSuprijanto1,Rusli2,DediKusmawan3,DianisariRindaA.M3

Abstrak
Gewang(CoryphautanLamarck)yangtermasukkedalamsukuArecaceae(palmae)ataupinangpinangan,
merupakan salah satu jenis palm yang tumbuh di savana NTT. Metode yang digunakan adalah kualitatif yang
digunakan,denganmemberikanilustrasipemasanganpapanbebaklaminasiukuran60x120cmyangdiaplikasikan
padapembangunanrumahmurahtype36diProvinsiNTT.Dimensipapanyangdibuatukuran60x120cmdengan
tebal2,2cm,bahanperekatyangdigunakanadalahpolymerisocyanateyangmerupakanjenisperekatyangdapat
digunakansebagaiinteriormaupuneksterior.Sehinggabebaklaminasidapatdiaplikasikansebagaipenutupdinding.
Dengan penggunaan bebak laminasi dapat meningkatkan kualitas dari segi penampilan dan kekuatan, sehingga
sebagaihunianlebihnyamandibandingkandenganbahanpenutupdindingmenggunakanbebaksecaratradisional.
Katakunci:Gewang,Bebak,Laminasi

Pendahuluan
Gewang(CoryphautanLamarck)yangtermasukkedalamsukuArecaceae(palmae)ataupinang
pinangan,merupakansalahsatujenispalmyangtumbuhdisavanaNTT.Dalamkehidupanseharihari,
gewangtelahdimanfaatkandengancukupintensif,terutamaolehmasyarakatpedesaandimanajenisini
tumbuhdanmenyebar(Naiola.dkk,2007).
BebakadalahpapanyangdibuatdaritangkaidaungewangyangdibuatolehmasyarakatdiNTT
terutama Pulau Timor. Gewang oleh masyarakat Pulau Timor dapat dimanfaatkan berbagai keperluan
seperti,bahanbangunan,bahanmakananternak.
Bangunan rumah masyarakat Pulau Timor pada umumnya berbentuk persegi dengan stuktur
dan rangka menggunakan kayu lokal. Bahan penutup dinding menggunakan pelepah gewang yang
disusunsecaraberjajarkemudianditusukmenggunakanbambuyangdisebutolehmasyarakatsetempat

1
KepalaBalaiPengembanganTeknologiPerumahanTradisionalDenpasar
2
KasiePenerapandanPelayananTeknisBalaiPengembanganTeknologiPerumahanTradisionalDenpasar
3
StafBalaiPengembanganTeknologiPerumahanTradisionalDenpasar

569

Suprijanto, I., Rusli, Kusmawan, D., Rinda, D.A.M.

yaitu Bebakdenganpanjang bahan210 cm dan lebar2530 cm. Bahan penutup atap menggunakan
daungewangatausengtergantungdaritingkatpendapatmasyarakat.











Gambar1.RumahMasyarakatdiProvinsiNTT

Pembuatanbebaksecaratradisionalmemilikibeberapakelemahanyaitupenggunaanterbatas,
bentuk kurang menarik. Untuk itu perlu dilakukan rekayasa teknologi sebagai peningkatan bahan
bangunanuntukrumahrakyatdiProvinsiNTT.
Bebak laminasi merupakan teknologi untuk meningkatkan bahan bangunan lokal berbasis
potensilokaldarisegikekuatandanpenampilanlebihmenarikuntukdijadikansebagaibahanpenutup
dinding. Dengan adanya program pembangunan rumah murah oleh Menpera di daerah NTT, maka
diperlukan solusi akan bahan lokal yang dapat dijadikan sebagai alternatif bahan bangunan, sesuai
dengananggaranbiayasaturumahmurahdibawahRp25juta.
TargetpembangunanrumahmurahDirektifPresidentahun20112012melauiMenpera,yaitu
(tanpaKabupatenAlor):






570

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Tabel1.

TargetTA RealisasiTA TargetTA RencanaRealisasiTA


Keterangan
2011 2011 2012 2012

KotaKupang 300 255


KabupatenKupang 1.000 550
KabupatenTTS 500 300
KabupatenTTU 500 200 4.162 7.042

KabupatenBelu 2.800 915


Total 5.100 2.220
Sisa 2.880

TargetPembangunanRumahMBRolehMenperA
Sumber:KementerianPerumahanRakyat(2012)

AdapungambarperspektifyangakandibangunolehMenperaadalahsebagaiberikut:

Gambar2.PerspektifRumahMurah
Sumber:KementerianPerumahanRakyat(2012)

571

Suprijanto, I., Rusli, Kusmawan, D., Rinda, D.A.M.

MetodePenelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan memberikan ilustrasi
pemasanganpapanbebaklaminasiukuran60x120cmyangdiaplikasikanpadapembangunanrumah
murahtype36diProvinsiNTT.
TeknikpengumpulandatamenggunakandatasekunderyangmerupakanhasilpenelitianBalai
PengembanganTeknologiPerumahanTradisionalDenpasarTahun2011.
Kemudian dilakukan analisis dengan cara mendeskripsikan data dan disajikan dalam bentuk
gambar.

StudiLiteratur
BebakLaminasi
BerdasarkanhasilpenelitianBalaiPTPTDenpasar2011tentangKegiatanbebaklaminasi,maka
diperolehhasilbahwabebaklaminasidibuatdengansusunan3(tiga)lapissecarabersilangan,dengan
ukuran60x120cmdantebal2,2cm.HasilpengujianlaboratoriummengacukepadaSNI0321052006
mengenaipapanpartikel,adapunhasilpengujianantaralain:

Tabel2.HasilUjiMekanika

SNIPapanpartikel
Hasilujibebak
No. Pengujian (0321052006)
laminasi
3
3 0,40,9gr/cm
1 Kerapatan 0,46gr/cm

14%
2 Kadarair 10.63%

Original 34,01 %,
12%
3 Pengembangantebal dengan pelapis cat
Polyuretane10,35%
2
2 82kg/cm
4 Keteguhanlentur 96,45kg/cm

2
Keteguhan tarik tegak 2 3,1kg/cm
5 9,6kg/cm
luruspermukaan
2
Keteguhan cabut 2 41kg/cm
6 41kg/cm
sekrup
Sumber,HasilujiBalaiPTPT
Denpasar,2011
572

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

RumahMurahMBR
BanyaknyawargabarudiProvinsiNusaTenggaraTimurmerupakankondisiyangsedangdialami
oleh pemerintah daerah. Hal ini menjadi permasalahan dalam sisi ketersediaan fasilitas penunjang
kehidupan mereka yang layak sehingga Kementerian Perumahan Rakyat memiliki target ataupun
kegiatankhususDirektifPresidenuntukProvinsiNusaTenggaraTimur.
ProgramPenyediaanrumahuntukmasyarakatberpenghasilanrendah(MBR)DirektifPresiden
di Provinsi Nusa Tenggara Timur telah dilaksanakan dari tahun 2011.Adapun hasil dari pembangunan
yangtelahdilaksanakandanyangakandilaksanakanadalah:

PembangunanRumahdanResettlement

yangtelahdilaksanakan

WargaBaru=10.490unit Warga yang masih tinggal

WargaLokal=9.740unit diKamp:4.762KK(25.000

Jiwa)

Wargalokal5.000Unit

Jumlah20.230Unit:
Rusak Berat 30%
(6.070Unit)
Rusak Ringan 70 %
(14.160Unit)

RencanaPenanganan

ProgramPerumahan ProgramPerumahan

Swadaya=20.230Unit Khusus=9.762Unit

Gambar3.ProgramPenyediaanRumahMuraholehMenpera(2011)

573

Suprijanto, I., Rusli, Kusmawan, D., Rinda, D.A.M.

Adapun Program / Kegiatan Tahun Anggaran 2011 2012 Kementerian Perumahan Rakyat
adalahdibawahini:
Tabel3.TA20112012KementerianPerumahanRakyat
No Uraian Target TA2011 TA2012
1 RumahKhusus 9.762unit 5.600unit 4.162unit
2 PerumahanSwadaya: 20.230unit 5.050unit 15.180unit
RumahBaruSwadaya 6.070unit 4.050unit 2.020unit
PeningkatanKualitas 14.160unit 1.000unit 13.160unit
Swadaya
3 KegiatanPendukung LS LS LS*)
Jumlah 29.992unit 10.650unit 19.342unit
Anggaran Rp.1Trilyun Rp.300Milyar Rp.700Milyar
Sumber:Menpera2011

HasildanPembahasan
AlternatifDesain

Gambar4.DesainRumahMurahBebakLaminasi

Ukuran bangunan merupakan ukuran Rumah Sederhana tipe 36 dengan struktur kayu konvensional.
Tinggibangunandiambil2.70meterdenganstandaryangtelahditentukan.

574

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Gambar5.PerspektifDesainRumahBebakLaminasi

Dimensi papan yang dibuat ukuran 60 x 120 cm dengan tebal 2,2 cm, bahan perekat yang
digunakan adalah polymer isocyanate yang merupakan jenis perekat yang dapat digunakan sebagai
interiormaupuneksterior.Sehinggabebaklaminasidapatdiaplikasikansebagaipenutupdinding.
Dimensiyangdibuatberdasarkankarakteristikbahankarenatidaklurusyangmemilikiukuran
panjang23meterdenganlebar510cm,sehinggaakansulituntukmemperolehpanjang240cm.Untuk
itu papan bebak laminasi ini dibuat dari standar multiplex ukuran 120 x 240 cm, sehingga dapat
mempermudahcarapemasangannya.
Berdasarkan alternatif design yang dibuat Balai Pengembangan Teknologi Perumahan
TradisionalDenpasar,makaDalampemasanganpapanbebaklaminasiadalahsebagaiberikut:
.


180cm




90cm

Gambar6.IlustrasiPemasangandengantinggitembokbawah90cm

575

Suprijanto, I., Rusli, Kusmawan, D., Rinda, D.A.M.

Gambar7.Isometripemasangan
Sepertiyangdijelaskanpadagambardiataspemasanganpapanbebaklaminasidisusunsecara
vertikal120cmdanhorizontal60cmdiatasdindingbatakosetinggi90cmuntukmenghindarikontak
langsungtanah.Rangkayangdigunakansebagaipenyanggayaitudemensikayu5x7cmdan4x6cm
denganpakusebagaipenyambungnya.
Berdasarkan kajian Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar bahwa
kebutuhan untuk 1 (satu) unit rumah type 36 membutuhkan 77 papan ukuran 60 x 120 cm dengan
menggunakanskatdalam.
Apabilatargetpembangunanrumahmurahakanditerapkanseluruhnyasebanyak29.992unit
olehMenperamenggunakanpapanbebaklaminasi,makakebutuhanpapanbebaklaminasiukuran60x
120 cm sebanyak 2.309.384. Sehingga apabila dikembangkan unit produksi papan bebak laminasi di
ProvinsiNTTakanmeningkatkansektorriil.

Kesimpulan
Dengan penggunaan bebak laminasi dapat meningkatkan kualitas dari segi penampilan dan
kekuatan, sehingga sebagai hunian lebih nyaman dibandingkan dengan bahan penutup dinding
menggunakanbebaksecaratradisional.Bebaklaminasidapatmendukungpenyediaanbahanbangunan

576

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

untuk pembangunan rumah murah di Provinsi NTT. Dengan pengembangan unit produksi bebak
laminasidiProvinsiNTTdapatmeningkatkanekonomikerakyatanberbasispotensilocal.

UcapanTerimaKasih
Ucapkan terima kasih disampaikan kepada Balai Pengembangan Teknologi Perumahan
TradisionalDenpasarPusatPenelitiandanPengembanganPermukiman,KementerianPekerjaanUmum
yangtelahmendukungproseskegiatanujilaboratorium.

DaftarPustaka
BalaiPTPTDenpasar.2011.Laporanakhirkegiatangewanglaminasi.
Kemenpera,2011,PelaksanaanprogrampenyediaanrumahMBRDirektifPresidendiProvinsiNTT
Naioladkk.2007.Gewang.LembagaIlmuPengetahuanIndonesia(LIPI).
(SNI).StandarNasionalIndonesia.2006.Papanpartikel.BSN.

577

578

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

KajianKeandalanBangunanGedungDiSurabaya
ObjekStudi:MasjidAlAkbarSurabaya

IbrahimTohar1

Abstrak
Bangunan gedung sebagai tempat manusia dalam melakukan kegiatannya, mempunyai peran yang
sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, serta jati diri. Selain itu, bangunan
gedung berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, sosial, ekonomi, budaya, maupun kegiatan
khusus.
Dalam menjamin kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan penghuninya serta
mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri serta seimbang, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya,perluadanyasuatupengaturanyangmenjaminkeandalanbangunangedung.
Kondisi yang ada saat ini, masih banyak bangunan gedung yang runtuh sebagian atau seluruhnya
sebagai dampak yang ditimbulkan akibat bencana alam seperti angin kencang, gempa humi, tanah longsor,
perubahan fungsi, dan lain sebagainya, oleh karena itu diperlukan adanya sebuah kajian tentang keandalan
bangunangedung.
Sebagai objek studi dalam kajian ini adalah Masjid Al Akbar Surabaya. Kajian dilakukan dari aspek
arsitektur, struktur, utilitas, dan aksesibilitas. Hasil kajian tersebut akan menentukan tingkat keandalan
bangunanMasjidAgungAlAkbarSurabaya,sertarekomendasiterhadapobjekstuditersebutsecararinci.
KataKunci:Keandalanbangunan,MasjidAlAkbarSurabaya

LatarBelakang
Merujuk UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dalam Pasal 3 menyatakan
bahwa untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan
gedungyangserasidanselarasdenganlingkungannya,harusmenjaminkeandalanbangunan
gedungdarisegikeselamatan,kesehatan,kenyamanan,dankemudahan.
Kemudian dipertegas lagi dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
UndangUndangNo.28Tahun2005tentangBangunanGedung,Pasal16ayat(1)menyatakanbahwa

1
StafPengajarProgramStudiTeknikArsitekturUniv.17Agustus1945Surabaya
ibrahimtohar@yahoo.co.id

579

Tohar, I.

keandalan bangunan gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan
keselamatan,kesehatan,kenyamanan,dankemudahanbangunangedungsesuaidengankebutuhan
fungsiyangtelahditetapkan.
Kondisi saat ini, masih banyak bangunan gedung yang runtuh sebagian atau seluruhnya
sebagaidampakyangditimbulkanakibatbencanaalamsepertianginkencang,gempahumi,tanah
longsor, perubahan fungsi, dan lain sebagainya, yang diakibatkan oleh kegagalan struktur, oleh
karenaitudiperlukanadanyapemeriksaankeandalanbangunangedungbaikyangbertingkatmaupun
tidakbertingkat.
Masjid Al Akbar Surabaya sebagai sebagai salah satu bangunan yang banyak dikunjungi
publik dari dalam maupun luar kota Surabaya dan sebagai ikon Kota Surabaya, sudah seharusnya
memiliki tingkat keamanan, kenyamanan yang memadai. Dalam Kajian ini, akan menilai tingkat
keandalanbangunanMasjidAlAkbarSurabayasebagaisebuahfasilitaspublik.

Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah melakukan penilaian keandalan fisik bangunan Masjid Al Akbar
Surabaya, dari aspek arsitektur, struktur, utilitas, dan aksesibilitas, serta memberikan rekomendasi
terkaithasilpenilaianyangtelahdilakukan.

LingkupPenilaian
Pelaksanaanpengumpulandatadilapangandanpenilaianmeliputiaspek
a) Arsitektur
Pemeriksaanarsitekturdibatasipadafinishingbangunanbaikyangberadapadabagiandalam
bangunangedung,maupunyangberadapadabagianluarbangunangedung,mencakup:
a. Fungsibangunangedungterhadapkesesuaianperuntukanlahan.
b. Interior, antara lain: finishing lantai, dinding, pintu, plafond, jendela, kaca dan mebel
terpasang
c. Eksterior,antaralain:finishingdinding,lantai,pagar,danlingkunganpendukung.
b) Struktur
Evaluasidilakukanterhadapkondisifisik,kolom,balok,dinding,core,shearwall,plafonddan
atap.

580

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

c) Utilitas
Evaluasi dilakukan terhadap sistern transportasi vertikal, seperti elevator, eskalator, sistern
instalasi plumbing (air bersih, air kotor dan limbah, dan air hujan), sistem instalasi listrik,
sistem instalasi tata udara/penghawaan, sistem instalasi penangkal petir, sistern instalasi
komunikasi dan tata suara, sistem pembuangan sampah, dan sistem BAS (Building
AutomationSystem)
d) Kebakaran
Evaluasi dilakukan pada sistem proteksi pasif dan aktif yang terdapatpada obyek bangunan
gedung, termasuk pemeriksaan terhadap peralatan pemadam kebakaran, material insulator
kebakaran.
e) Aksesibilitaspenyandangcacat
Evaluasidilakukanterhadapelemenaksesibilitasyangterdapatpadaobyekbangunangedung,
sesuai dengan ketentuan pada Permen PU No. 30/ PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis
FasilitasdanAksesibilitasPadaBangunanGedungdanLingkungan.

Metode
Metode pelaksanaankegiatan penilaian keandalan fisikbangunanMasjid AlAkbar Surabaya ini,
meliputi:
a.TahapPersiapan
Mempersiapkan teknis pelaksanaan survai berupa penyiapan perangkat keras dan
perangkat lunak pengumpulan data lapangan, proses pengolahannya, dan keluaran
berupainformasiyangdiinginkan.Salahsatunyaadalahpenyiapanformat(modelteknis)
pemeriksaankeandalanbangunangedung;
b.TahapPelaksanaanPemeriksaanKeandalan
1) Survei dan wawancara kepada aparat pemerintah daerah, masyarakat, pemangku
kepentingan lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung dan
persyaratanadministratif;
2) Pelaksanaan pemeriksaan keandalan bangunan gedung didampingi oleh pengelola
gedung.
c.TahapKompilasidanAnalisis
1) Melakukankajianterhadapkelengkapanadministrasipadaobyekbangunangedungyang
diperiksa.

581

Tohar, I.

2) Melakukan kajian terhadap kondisi fisik bangunan gedung sesuai komponen


pemeriksaan,dilengkapidengangambarpendukung.
d.TahapKesimpulandanRekomendasi
Membuat rekomendasi pemeriksaan keandalan bangunan gedung, terhadap masing
masingobyekbangunangedungyangdiperiksa.

OBJEKSTUDI:MASJIDNASIONALALAKBARSURABAYA
DATA UMUM BANGUNAN GEDUNG

No Data Umum

1 Data Pokok
a Nama Bangunan : MASJID NASIONAL AL-AKBAR SURABAYA
b Lokasi/Alamat : Jl. Pagesangan Surabaya
c Fungsi : Tempat Ibadah
d Total Luas : 28.509 m2
e Jumlah Lantai : 2 Lantai
f Pemilik : Pemerintah Propinsi Jawa Timur

khusus untuk bangunan yang terbakar :


g Waktu Terbakar : Tahun 1997 ( waktu pembuatan bahan untuk atap )
h Perkiraan Lamanya Api : 6 jam
i Persentase Luas Terbakar : 60 % luas basement

data struktur bangunan bawah


j Kondisi Tanah : Tanah Urug ( Tanah Sawah )
k Jenis Pondasi : Beton Bertulang + Tiang Pancang 24 meter
l Setleman pada Lt. Dasar (bila ada) : -
m Retak pada Lt. Dasar (bila ada) : Tidak Ada
n Kondisi Tie Beam : Baik

Jenis Struktur Bangunan (isi kotak pilihan berikut ini dengan menggunakan tanda "x")

o Struktur Rangka Beton dan Dinding Pasangan


p Struktur Rangka Baja dan Dinding Pasangan
q Struktur Rangka Beton dan Dinding Geser
r Struktur Dinding Pasangan + Rangka Beton Praktis x

2 Data Penunjang
a Tahun Pembangunan : 1995
b Perencana : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ( ITS )
c Kontraktor : PT. Waskita Karya
d Pengawas/Manajemen Konstruksi : ASOSIASI ( PT. Bina Graha - PT. Bina Karsa )
e Nilai Bangunan : 60 Milyar

582

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

PenilaianKeandalanAspekArsitektur
FORM - ARS
NILAI KEANDALAN KELOMPOK KOMPONEN : ARSITEKTUR
Nama Bangunan MASJID NASIONAL AL-AKBAR SURABAYA
Lokasi/Alamat Jl.Pagesangan
Fungsi Tempat Ibadah
Luas 28.509 m2
Jumlah lantai 2 lantai
Pemilik Pemerintah Propinsi Jawa Timur

NILAI K R I T E R I A P E N I L A I A N (dalam %) NILAI


SUB MAKSIMUM KONDISI N.K. KURANG N.K. TIDAK N.K. KEANDALAN
KOMPONEN
KOMPONEN KEANDALAN ANDAL (%) ANDAL (%) ANDAL (%) TOTAL
(%) 95 - 100 75 - <95 <75 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Kesesuaian penggunaan 15 Sesuai 100.00 masih sesuai 0.00 Tidak sesuai 0.00 15
fungsi fungsi dengan fungsi
Pelapis muka lantai 10 baik 99.97 retak rambut 0.00 belah, pecah 0.00 9.99715

Plesteran lantai 10 baik 99.97 retak rambut 0.00 retak, belah, 0.00 9.99715
RUANG pecah
DALAM Pelapis muka dinding 10 baik 99.79 buram, ter- 0.00 hilang, tidak 0.00 9.9788
79.8727
(80%) kelupas <10% tampak
Plesteran dinding 10 baik 99.84 terkelupas <10% 0.00 hilang, tidak 0.00 9.98408
tampak
Pintu/jendela 15 Berfungsi 99.46 Masih berfungsi 0.00 Tidak berfungsi 0.00 14.9194
baik
Pelapis muka langit- 10 baik 99.96 terkelupas <10% 0.00 Terkelupas 0.00 9.9962
langit >=10%
SUB TOTAL 79.8727
Gambar6.1.1.BentukArsitekturKubahdanMenara
Penutup atap 10 baik 100.00 Tidak berlubang 0.00 berlubang, 0.00 10
hancur
MasjidAlAkbarSurabaya
RUANG Pelapis muka dinding 2.5 baik 99.93 buram <50% 0.00 buram >=50% 0.00 2.49824
LUAR Pelapis luar
muka lantai luar 3 baik 99.61 aus, bergelombang 0.00 terbelah, pecah 0.00 2.98824
19.9797
buram, kasar terlepas

Plesteran lantai luar 2.5 baik 99.75 retak, terkelupas 0.00 terbelah, pecah 0.00 2.49375
berlubang <5% terlepas
(20%) Pelapis muka 2 baik 99.97 terkelupas <10% 0.00 terkelupas 0.00 1.99944
langit-langit luar >=10%
SUB TOTAL 19.9797

TOTAL 99.852
Gb.6.1.1.KondisifisikKolom,Plafon,LantaiMasjidAlAkbarSurabaya
PenilaianKeandalanAspekStruktur
Kesimpulan :
1. Bangunan secara keseluruhan dapat dinilai

ANDAL



583

Tohar, I.

Gb.6.1.1.KondisifisikKolom,Plafon,LantaiMasjidAlAkbarSurabaya

PenilaianKeandalanAspekStruktur
PENILAIAN KEANDALAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG RANGKA BETON DAN DINDING PASANGAN

Nama Bangunan MASJID NASIONAL AL- AKBAR SURABAYA


Lokasi/Alamat Jl. Pagesangan Surabaya
Fungsi Tempat Ibadah
Luas 28.509 m2
Jumlah lantai 2 lantai
Pemilik Pemerintah Propinsi Jawa Timur

Faktor Reduksi
Nilai
Nilai Maks
keandalan Kondisi N.K Kurang N.K N.K Nilai Keandalan
Komponen Sub Komponen Keandalan Tidak Andal
komponen Andal (%) Andal (%) (%) Total (%)
(%)
struktur
95 - 100 85 - <95 < 85
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Tidak stabil,
Pondasi, Kepala Kuat, Kaku, Kuat, Kurang
Struktur 25 100.00 100.00 retak, tidak kuat, 25.00
Pondasi, Balok Pondasi Stabil Kaku, Stabil
pecah
Bawah
Sub Total 25.00
Kuat, tetapi Tidak kaku,
Kuat, Kaku,
Join Kolom - Balok 15 100.00 Daktail
100.00 telah retak retak sudah 15.00
rambut tampak
Kuat, Kaku, Kuat, retak Retak
Kolom 20 100.00 Daktail
100.00
lentur lentur/geser
20.00

Kuat, Kaku, Kuat, retak Retak


Balok 15 100.00 Daktail
100.00
lentur lentur/geser
15.00
Struktur Atas Kuat, Awet,
Slab Lantai 4.5 100.00 Aman
100.00 Retak rambut Retak 1-3 mm 4.50

Kuat, Awet,
Slab Atap 0.5 100.00 Aman
100.00 Retak rambut Retak, bocor 0.50

Rangka Atap, Ikatan Kuat, Kaku,


5 100.00 100.00 Lendut > L/300 Retak, bocor 5.00
Angin, Gording Aman

Sub Total 60.00


Penggantung Langit- Kuat, Kuat, kurang Kurang rata, ada
1 100.00 100.00 1.00
langit Rata/Datar rata lendutan

Batang jangkar Tanpa jangkar


Dinding Pasangan Kuat, tanpa
2 100.00 100.00 lemah, retak ikat dinding 2.00
Struktur Bata/Batako retak
rambut retak/belah
Pelengkap Balok Anak, Leufel, Kuat, kaku, Kuat, retak Retak
6 100.00 100.00 6.00
Canopy daktail lentur lentur/geser
Retak rambut, Rusak, tidak
Tangga beton/baja/kayu 6 100.00 Kuat, kaku 100.00
kuat, lendut kaku, melendut
6.00

Sub Total 15.00

TOTAL NILAI KEANDALAN BANGUNAN 100.00

Kesimpulan:
Struktur gedung secara keseluruhan adalah ANDAL

Interpretasi hasil pemeriksaan keandalan:


Struktur bangunan dikatakan andal apabila secara keseluruhan komponen struktur mampu memberikan kinerja minimum yang menjamin keselamatan
bangunan dalam masa pemanfaatannya, setiap bangunan gedung wajib memenuhi persyaratan teknis terkait dengan keselamatan.
1. Apabila nilai total keandalan struktur secara keseluruhan berada di atas 95 %, dan tidak ada satupun komponen terkait dengan persyaratan keselamatan
membutuhkan perbaikan, maka bangunan tersebut dinyatakan "Andal"
2. Apabila nilai total keandalan struktur secara keseluruhan berada di atas 95 %, tetapi ada bagian komponen struktur terkait dengan persyaratan
keselamatan membutuhkan perbaikan, maka bangunan gedung tersebut dinyatakan "Andal sebagian", dan dapat digunakan dengan perbaikan
terlebih dahulu pada komponen yang dimaksud.
3. Apabila nilai total keandalan struktur secara keseluruhan dalam lingkup "Kurang andal" dan "Tidak Andal" maka wajib dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut, untuk kemudian dilakukan perbaikan sebelum masa pemanfaatan.

584

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

PeniilaianKeandalanAspekUtilitas
Form A
Uraian Analisa Nilai Keandalan Utilitas Bangunan Gedung

No. Jenis Komponen Nilai ku Kondisi Andal, Kurang Andal, Keandalan


Komp. Utilitas Gedung Maks. (%) Tidak Andal (%) N ku
Util. Instalasi: Keandalan Andal KA TA (%)
i (%) 99 -100 95 - <99 <95
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Intalasi Pencegahan
1 20 79.60 x x 79.6
Kebakaran

2 Transportasi Vertikal 15 100.00 100 x x

3 Plambing 15 100.00 100 x x

4 Instalasi Listrik 20 100.00 100 x x

5 Tata Udara, AC 15 54.00 x x 54

Instalasi Penangkal
6 5 100.00 100 x x
Petir

7 Instalasi Komunikasi 10 100.00 100 x x

Total Nilai Keandalan seluruh Komponen Utilitas Maka Utilitas gedung secara keseluruhan : Andal/
90.51 Tidak Andal
(ku.i) Kurang/Tidak Andal
Keterangan :
Andal : ku = 99 100 %; Kurang andal ; ku = 95 99 %; Tidak andal : ku = < 95 %


Gb.6.3.4.InstalasiAirBersihkondisiberfungsidenganbaik

585

Tohar, I.

PenilaianKeandalanAspekAksesibilitas
Form A
Uraian Analisa Nilai Keandalan Aksesibilitas Bangunan Gedung

Nomor Jenis Komponen Nilai ku Kondisi Andal, Kurang Andal, Nilai Keandalan
Komponen Aksesibilitas Maks. (%) Tidak Andal (%) Keandalan N ku
Aksesibilitas Bangunan Gedung Keandalan Andal KA TA Terfaktor (%)
(%) 99 - 100 90 - <99 <90 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Ukuran Dasar Ruang 20 100.00 100 x x 20.00

2 Jalur Pedestrian & RAM 20 100.00 100 x x 20.00

3 Area Parkir 20 100.00 100 x x 20.00

4 Perlengkapan & Peralatan Kontrol 5 100.00 100 x x 5.00

5 Toilet 20 100.00 100 x x 20.00 100

6 Pintu 15 100.00 100 x x 15.00

7 Lif Aksesibilitas 0 x x x x 0.00

8 Telepon 0 x x x x 0.00

9 Lif tangga 0 x x x x 0.00

Total Nilai Keandalan seluruh Komponen Utilitas


Maka Utilitas gedung secara keseluruhan : Andal/
(ku.i) Kurang/Tidak Andal
ANDAL

Keterangan
Lif aksesibilitas dipersyaratkan bagi bangunan lebih dari 5 lantai
Lif tangga dipersyaratkan bagi bangunan dengan jumlah lantai minimal 3 lantai


Gb.6.4.1.AreaParkiruntukDifabel

586

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

PenilaianKeandalanAspekTataBangunandanLingkungan
Nilai Keandalan Kelompok : TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Nilai Keandalan Nilai


No. Kode
Kondisi Kefungsian Maksimum Terfaktor Keandalan
Komponen
Komponen Parkir Keandalan (%)

(1) (2) (3) (5) (10)


KESESUAIAN DENGAN DOKUMEN RENCANA KOTA
Kesesuaian dengan dokumen rencana
Ya Tidak 5 5
kota
Kesesuaian KDB x 2 2 100
Kesesuaian KLB x 2 2
Kesesuaian GSB x 1 1

SUB TOTAL 100


Keterangan :
Andal : ku = 95 <100%; Kurang andal ; ku = 75 <95%; Tidak andal : ku = <75 %

KESIMPULAN :
X ANDAL

KURANG ANDAL

TIDAK ANDAL


Gb.6.5.1.SalahsatusuduttapakMasjidAlAkbar

587

Tohar, I.

PenilaianTotalKeandalanBangunan
Form Penilaian Keandalan Bangunan

Nama Bangunan MASJID AL-AKBAR SURABAYA


Lokasi/alamat Jl. Pagesangan Surabaya
Fungsi Tempat Ibadah
Luas 28.509 m2
Jumlah lantai 2 Lantai lantai
Pemilik Pemerintah Propinsi Jawa Timur

Kategori Penilaian Bobot Nilai Keandalan


No Aspek Yang dinilai Andal NK Kurang Andal NK Tidak Andal NK Penilaian Total
(%) (%) (%) (%) (%)
(1) (2) (3) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Arsitektur 95% - 100%
99.852 75% - <95% - <75% - 10 9.99
2 Struktur Dinding Pasangan + Rangka 95% - 100% 85% - <95% - <85% - 30 30.00
Beton Praktis 100

3 Utilitas & Proteksi Kebakaran 100% - 95% - <100% - <95%


90.51 50 45.26
4 Aksesibilitas 95% - 100% 100.00 75% - <95% - <75%
- 5 5.00
5 Tata Bangunan & Lingkungan 95% - 100%
100 75% - <95% - <75% - 5 5.00
Jumlah Total 100 95.24

Bangunan yang diperiksa masuk kategori ANDAL

Interpretasi :
a. Nilai suatu bangunan "Andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau
nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari
nilai batas terendah kategori andal sebagaimana tersebut dibawah
b. Nilai suatu bangunan "Kurang andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau
nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari
nilai batas terendah kategori kurang andal sebagaimana tersebut dibawah
c. Nilai suatu bangunan "Tidak andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau
nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) kurang dari
nilai batas terendah kategori kurang andal sebagaimana tersebut dibawah
1. Tingkat Keandalan Struktur dianggap :
a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 95% atau (95%<=NKA<=100%)
b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 85%<=NKA<=95%
c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 85 %
2. Tingkat Keandalan Arsitektur dianggap
a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 95% atau (95%<=NKA<=100%)
b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 75%<=NKA<=95%
c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 75 %
3. Tingkat Keandalan Utilitas dianggap
a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 99% atau (99%<=NKA<=100%)
b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 95%<=NKA<=99%
c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 95 %
d. Untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan gedung secara keseluruhan, NKA, NKS, dan NKU
tid k b l h k d i 95 %

588

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Gb.6.5.2.Detailjoinkolomdanbalokkondisimasihkokoh


Gb.6.5.3.KondisistrukturKubahMasjidAlAkbar
Kesimpulan
Secara keseluruhan, hasil pemeriksaan keandalan fisik bangunan gedung, Gedung Masjid
Nasional AlAkbar memiliki Nilai Keandalan Total 95.23%, nilai ini tidak kurang dari 95% sebagai nilai
batas sebuah bangunan gedung dapat dikategorikan andal. Sehingga dengan nilai 95.23% tersebut,
bangunangedungMasjidNasionalAlAkbarSurabayadapatdikategorikanandal.
Secararinci,sebarannilaipadamasingmasingaspek,sebagaiberikut:
Untuk aspek Arsitektur, memiliki nilai 99.85% yang termasuk kategori andal. Sehingga perlu
dipertahankan nilai tersebut. Untuk aspek Struktur, memiliki nilai yang termasuk kategori andal.
Sehinggaperludipertahankannilaitersebutdenganmelakukanperawatansecaraintensif.Untukaspek
Utilitas, memiliki nilai 90.51%, termasuk kategori tidak andal, sehingga perlu dilakuan penambahan

589

Tohar, I.

sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Untuk aspek Aksesibilitas, memiliki nilai 99.86%
yangtermasukkategoriandal.

Rekomendasi
Darikesimpulantersebutdiatas,makadapatdirekomendasikanhalhalsebagaiberikut:
Untuk Aspek Arsitektur, perlu dilakukan perawatanperawatan yang lebih intensif pada
elemenelemen bangunan gedung: lantai, dinding, pintu dan jendela bangunan gedung
tersebut.
Untuk Aspek Struktur, perlu dilakukan perawatan secara intensif pada elemen kolom,
balok,slablantai,slabatap,danrangkaatap.
UntukaspekUtilitas,perludilakuanpenambahansaranapencegahandanpenanggulangan
kebakaranseperti:sistemdeteksialarmkebakaran,springklerotomatis,danhidran.
Untuk aspek Aksesibilitas, perlu melakukan penyempurnaan pada jalur pedestrian dan
ram.

590

Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati
Surabaya, 45 Mei 2012

TransformasiRuangSemiPrivatDanPrivatSebagaiRuangKomunal
TemporalDiDukuhKrajan,DesaKromengan,KabupatenMalang

SriWinarni1,GalihWijilPangarsa2,LisaDwiWulandari

Abstrak
Masyarakat Dukuh Krajan Desa Kromengan identik dengan masyarakat agraris atau petani, pemukiman
DukuhKrajanmerupakansalahsatupedesaanyangmasihmemegangdanmempertahankannilainilaitradisi,sosial
dan budaya baik dalam kehidupan seharihari maupun kehidupan sosial, ikatan perasaan batin yang kuat antar
sesama menjadi bagian yang tidak dipisahkan dari lingkungan tempat tinggalnya sehingga Interaksi sosial dalam
kehidupan bersama memberikan pengaruh pada pembentukan pola kawasan pemukiman pedesaan khususnya
pembentukanruangkomunaltemporal.Untukitutujuanpenelitianiniuntukmengetahuibagaimanakarakterruang
komunal temporal agar eksistensinya tetap ada dan terjaga dengan baik dalam kehidupan bersama masyarakat
DukuhKrajan.
Metodeyangdigunakanmetodedeskriptifkualitatifdenganpendekatanfenomenayangterkaitdenganruang
komunal kawasan pemukiman melalui informasi yang diperoleh berupa observasi dan wawancara dengan tokoh
masyarakat dan masyarakat umum setempat. Transformasi ruang semiprivatprivat sebagai ruang komunal
temporaldiDukuhKrajan,DesaKromengan,KabupatenMalang,dipengaruhiolehadanyafaktorkekerabatandan
kekeluargaan,masyarakatmenjagaprinsipkerukunandankebersamaan,merasasalingmemiliki,menghormati,dan
menghargai lingkungannya, Karakteristik ruang komunal yang ada di Dukuh Krajan adalah bahwa ruang yang
bersifat semiprivatprivat bisa menjadi ruang komunal atau bersama, perubahannya tergantung dengan waktu,
aktifitasdanpelakunya,RuangkomunalyangdimilikimasyarakatDukuhKrajanmemilikinilaiprivasi,bahwadaerah
privattersebutkhususmilikwargayaitumasyarakatDukuhKrajan.
KataKunci:Transformasiruang,RuangkomunalTemporal,Pemukimanpedesaan

Pendahuluan
Masyarakatdesaidentikdenganmasyarakatagrarisyanglebihmenggantungkanpadasistemmata
pencaharian,kehidupanbercocoktanambaikpersawahanmaupunperkebunan.Masyarakatpedesaan
merupakan kelompok masyarakat yang tinggal di suatu wilayah desa dengan penghuni yang memiliki

1
MahasiswaPascaSarjanaArsitekturLingkunganBinaan,UniversitasBrawijaya,wi2n_mlg27@yahoo.com
2
StafPengajarProgramMagisterdanDoktor,UniversitasBrawijaya,galihwpangarsa@gmail.com
3
StafPengajarProgramMagisterdanDoktor,UniversitasBrawijaya,lisaromansya@yahoo.co.uk

591

Winarni, S., Pangarsa, G. W., Wulandari, L. D.

ikatanperasaanbatinyangkuatantarsesamamasyarakatsehinggaperasaanakandirinyayangmenjadi
bagian yang tidak dipisahkan dari lingkungan tempat tinggalnya berhuni. Sistem kehidupan di desa
bersifatkelompokdengandasarkekeluargaan,Masyarakatpedesaanbersifathomogen,sepertidalam
halmatapencaharian,agama,adaptistiadat,dansebagainya.
http://achmadsaugi.wordpress.com/2009/12/11/masyarakatperkotaandanpedesaan/.
Permukiman kawasan pedesaan Dukuh Krajan merupakan suatu permukiman yang masih
memegang nilainilai tradisi, sosial dan budaya yang telah diwariskan secara turuntemurun dari
generasi ke generasi. Secara wujud fisik arsitektural, nampak adanya bangunan adat tradisional yang
sedikitterpeliharadenganbaikdanjugamasihmempertahankanpenggunaanruangbersamamaupun
ruangbudaya.
Ruangkomunaldalampermukimandesaberfungsisebagairuangpublikyangmewadahiberbagai
kegiatan bersama oleh masyarakat desa, hubungan kedekatan antar tetangga serta interaksi sosial
mempengaruhiterbentuknyaruangbersamatergantungdarikegiatanyangbersifatkepentinganpribadi
atau kepentingan sosial. Kegiatankegiatan dalam kehidupan sosial dapat mempengaruhi kehidupan
privasi individu. Hidup dan bekerja dalam suatu tatanan yang memungkinkan bagi seorang individu
untuk memilih keterbukaan atau ketertutupan dalam berinteraksi dengan orang lain (Laurens,
2005:165).Dengandemikiandalamtingkatanhirarkiruang,mulaidariruangpublikhinggaruangyang
bersifatprivatmemilikiperbedaantingkatanprivasimasingmasingruangtergantungakanketerbukaan
danketertutupanindividuberinteraksidenganoranglaindalammembentukruangbersama.
Dalam penelitian ini mengambil studi kasus permukiman pedesaan di Dukuh Krajan, Desa
Kromengan,KabupatenMalang,tujuannyauntukmempertahankanexistensiruangkomunalagartetap
ada dan terjaga dengan baik. Masalah yang akan diteliti merupakan telaah deskriptif bagaimana
transformasiruangsemiprivatprivatmenjadiruangkomunaltemporaldankarakteristikruangkomunal
yangadadiDukuhKrajan,DesaKromengan,KabupatenMalang

MetodePenelitian
Metode penelitian dengan menggunakan metode deskriptifkualitatif (Moleong,1990), data
data yang diperoleh berupa sumber primer yang diawali dengan tahap pengumpulan data dan fakta
denganmengamatidanmenyerapberbagaifenomenayangadadilokasipenelitian,untukselanjutnya
dapatdiolahdandianalisis.Penjabarandarikondisieksistingterutamadariberbagaiaspekpembentuk
permukimandankemudianmenganalisisberbagaifaktoryangadadibalikfenomenatersebut.

592

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

StudiLiteratur
Transformasikatadasarnyaadalahtransform,padakamusWebstersdiartikan:tochangethe
formoroutwardappearanceof,danbisajugadiartikantochangetothecondition,nature,orfunction
of:confertdanjugadapatdiartikantochangethepersonalityorcharacterof.(http://www.websters
onlinedictionary.org/definitions/transform).Transformasidapatdiartikanmengadakanperubahanyang
meliputi pada bentuk atau tampilan luar, kondisi, alam atau fungsinya, dan transformasi juga dapat
diartikanmerubahkarakterpribadi.Bahwadalammengadakantransformasitidakhanyafisikyangbisa
ditangani, akan tetapi juga bisa bersifat non fisik yang dapat dirasakan oleh seluruh pancaindra.
MenurutAnthonyC.A(dalamSusilo,2009)bahwadalamsalurantransformasidengancaratransformasi
tradisionaldapatdilakukandenganempatlangkahyangdapatdilaluiyaitu:1).Pernyataanvisualdengan
pendekatan konseptual terhadap permasalahan dengan menggunakan gambar tiga dimensional,
2).Evaluasi terhadap ideide dan memilih ide yang paling memuaskan semua pihak sebagai alternatif
maksimal, ide ini kemudianmenjadi dasar dari proses transformasi, 3). Melakukan transformasi, yaitu
dengan cara penggeseran, perputaran, pencerminan, penarikan,pemampatan, skala dan memuntir
(translation,rotation,reflection,stretching,shrinking,scale,twisting),4).Penyampaianinformasikepada
pihakluarsehinggabisaditerima,dibangundandinikmati.
TransformasiPenggunaanRuang,MenurutHall(1966)dalamLang(1987:119)mengidentifikasi
adatigapokokpolatataletakterkaitdengantransformasipenggunaanruang:1).Fixedfeaturespace,
suaturuangyangdibatasidenganelemen(dindingpadat,(lantai,jendela,danperlengkapanlain)dan
tidak mudah mengalami perubahan. 2). Semifixedfeature space, suatu ruang terdapat perabot dan
dinding pemisah yang mudah dipindah sesuai kebutuhan dan waktu. 3). Informal space, terjadi
perubahan terhadap fixed dan semi fixed feature space,melibatkan antara dua orang atau lebih
didalamnyaterhadapfungsiruangyangtelahditentukan.
Ruang dalam kajian arsitektur lingkungan dan perilaku adalah suatu petak yang dibatasi oleh
dinding dan atap baik oleh unsur yang permanen maupun tidak permanen, dalam kaitannya dengan
manusia, pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian ruang tersebut
(Haryadi, 2010:56), Menurut Robinson (2001), menjelaskan tingkatan hirarki ruang yang dijelaskan
sebagaiberikut:1).RanahPublikkepentinganumum(publiccivicdomain),sepertijalanutamadimana
sejumlahmanusiabisaberkumpul,500oranghinggalebih(ranahbagiorangasing,terbukauntukakses
umum, dimana setiap orang bisa masuk didalamnya), 2).Ranah Publiktetangga(public neightborood
domain),sepertijalanutamaataujalansampingyangmembentuksubbagiandarikawasanurbanyang
lebih besar, unit wilayah dari 100500 orang ( ranah dimana semua orang dapat pergi atau berada

593

Winarni, S., Pangarsa, G. W., Wulandari, L. D.

ditempat tersebut dengan alasan tertentu, 3). Semi publik (colective domain) seperti jalan blok
perumahanyangterdiridari5sampai30orang(tempatsetiaporangbisaberadadisanadengansuatu
alasan,tetapilingkungantetanggabisamerasakanbahwaapabilaadaorangyangdatangtanpatujuan
akan terlihat mencurigakan dan mereka merasa tidak nyaman, 4).Ranah Semi Privat (semi private
domain)sepertihalamanrumput,serambiatauentrance(areayangberbatasandenganareaprivatyang
dikontrol oleh penghuni dan ketika seseorang yang masuk tanpa ijin akan ada sanksi tertentu dari
penghuni),5).RanahPrivat(privatedomain),sepertiruangtamu,dapuratauruangmakanyangbiasanya
digunakanhingga 6 orangdalam rumah tersebut, 6).Ranah Semi Intim (semi intimate domain) seperti
hallyangberhubungandengankamartidurdankamarmandi,7).RanahIntim(Intimatedomain),Kamar
tidurataukamarmandi(ranaheksklusifbagiindividu,danoranglainharusmendapatijinuntukmasuk
didalamnya.
Ruang Personal (Ruang Privat), Menurut Sommer,1969 (dalam Haryadi, 2010:4243) ruang
privat/personal space sebagai batas tak tampak disekitar seseorang yang mana orang lain tidak boleh
ataumerasaengganmemasukinya,sedangkanjarakindividuyangdijagauntukmendapatkanpersonal
spacedisebutdenganindividualdistance.
Ruang Komunal, berdasarkan penelitian Wijayanti (2000), Setting ruang komunal
pembentukannya dilatarbelakangi oleh aktifitas atau kegiatan yang dilakukan,
dipengaruhi oleh kondisi setting, organisasi ruang lay out bangunan dan tuntutan atribut.
Komunal atau communal dalam kamus bahasa Inggris yang berarti berhubungan dengan umum, Jadi
ruang komunal adalah ruang bersama atau umum/publik yang dibatasi dengan elemen fisik maupun
nonfisikyangdidalamnyamenampungkegiatansosialdenganpelakuutamakomunitasmasyarakat.
Privasi, Menurut Halim (2005:89) ruang sebagai kebutuhan manusia selain dilihat sebagi
kebutuhan fisik seperti tidur, makan,ngobrol, kebutuhan akan ruang juga disebut sebagai kebutuhan
psikologis, yaitu: kepemilikan ruang, personalisasi ruang, tingkat privasi ruang dan kontrol atas ruang.
Kebutuhan psikologis ini akan mempengaruhi pengaturan spasial ruang. Menurut Rapoport (dalam
Halim,2005:196)privasisebagaikemampuanuntukmengendalikaninteraksiuntukmempunyaipilihan
danuntukmendapatkaninteraksiyangdiinginkan.SedangkanmenurutAltman(1984:75)privasiadalah
konsepsentralyangmenghubungkanantararuangpribadi,teritoridanperilakusosial.
Budaya,Perilaku,SistemAktivitasdanSistemSetting,menurutHaryadi(2010),Latarbelakang
manusiasepertipandanganhidup,kepercayaanyangdianut,nilainilaidannormanormayangdipegang
akan menentukan perilaku seseorang yang antara lain tercermin dalam cara hidup dan peran yang

594

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

dipilihnya dimasyarakat, Konteks kultur dan sosial akan menentukan sistem aktivitas atau kegiatan
manusia(dalamRapoport,1977).
Menurut Rapoport (1982) dalam Kent (1990:13), konseptualitas lingkungan terdiri dari fixed-
feature elemen (bangunan), semi fixed feature elemen (furniture) dan non fixed feature elemen (manusia
d an perilaku). Banyak aktivitas yang mungkin berlangsung dalam suatu tempat dengan perubahan
semifixed feature elemen, namun tanpa perubahan pada beberapa fixed feature elemen, yang
terdahulu menjadi lebih kritis dibandingkan yang belakangan untuk menguji aktivitas dalam suatu
setting. Rapoport (1982) dalam Kent (1990:18-19), Konsep ini mengemukakan beberapa poin seperti
tersebut di bawah ini: 1).Perilaku dipengaruhi secara bebas oleh arsitektur,2).Pada umumnya, semi
fixed feature elemen menunjukkan perilaku dalam setting, dan lebih penting lagi, mereka mengubah
aktivitas dalam locus arsitektural yang sama sebagaimana digambarkan oleh fixed feature elemen -
ruang yang sama menjadi sebuah setting yang berbeda, 3).Manusia dapat memainkan peran yang
sama dalam setting, begitu juga dalam bertindak, 4).Aktivitas tidak terjadi dalam arsitektur namun
dalam suatu system of setting, dimana termasuk didalamnya outdoor area, permukiman, dan beyond -
segala hal yang berhubungan dengan lansekap budaya, 5).Aktivitas tidak hanya mengorganisasi
ruang tetapi juga waktu, 6).Aktivitas sangat bervariasi dalam aspek yang tersembunyi (makna ruang),
dan juga bagaimana mereka mengorganisasikannya ke dalam sistem. Jadi mata rantai antara aktivitas
dan budaya sangatlah erat berhubungan dengan tiga aspek dari suatu aktivitas dan tujuannya,
7).Studi perilaku seharusnya menerangkan makna dari aktivitas dalam suatu sistem aktivitas dengan
sebuah system of setting.
Teritorialitas, Altman (1984:129134) membagi teritori menjadi tiga kategori dikaitkan dengan
keterlibatanpribadiseseorang,kedekatandengankehidupanseharihariseseorangataukelompokdan
frekuensi penggunaannya. Tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut: 1). Primary, adalah tempat
tempatyangdimilikiseseorangatausekelompokorang,digunakansecaraeksklusif,disadariolehorang
lain,dikendalikansecarapermanen,danmenjadibagianutamadalamkegiatansehariharipenghuninya,
2). Secondary, adalah tempattempat yang dimiliki tidak terlalu digunakan secara eksklusif oleh
seseorangatausekelompokorang,mempunyaicakupanareayangrelatifluas,dandikendalikansecara
berkala, juga sebagai tempat yang dimiliki bersama yang cukup saling mengenal,3). Public territory.
adalah tempattempat yang digunakan dan dapat dimasuki oleh siapapun atau tempat umum, akan
tetapiiaharusmematuhinormanormasertaaturanyangberlakudiareatersebut.


595

Winarni, S., Pangarsa, G. W., Wulandari, L. D.


HasilAnalisa
Sejarah Desa Kromengan, Desa Kromengan merupakan permukiman pedesaan yang berada di
lereng Gunung Kawi sebelah selatan, tepatnya di Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang.
Berdasarkanhasilwawancaradengantokohmasyarakatsetempat,padajamandahulu,desainiberdiri
kurang lebih tiga abad yang lalu, yaitu sekitar tahun 1700. Pada waktu itu, wilayah Desa Kromengan
masihberbentukhutanbelantarayangtidakberpenghuni.Kemudiandatanglahsuaturombonganyang
terdiridarilimasaudaradancantrikyangberasaldariKerajaanMataramJawaTengah,yangmelakukan
babat alas di wilayah tersebut, sehingga terbentuklah suatu perkampungan atau pedesaan. Setelah
kedatangannya, mereka berpencar ke wilayah yang berbedabeda. Ada tiga saudara yang menetap di
Desa Kromengan, yang tetap tinggal dan membangun desa, hingga keturunanketurunanya terus
membangundanmengembangkandesasampaimenjadisepertikondisidesayangsekarangini.
Berdasarkan sejarah desa tersebut, bentuk fisik yang berupa rumah tradisional memiliki ciri khas
khususakulturasibudayaJawa,merupakancerminandarisejarahpembentukandesa,yangberawaldari
beberapa orang yang berasal dari Kerajaan Mataram Jawa Tengah. Permukiman wilayahnya Desa
Kromengan terbagi menjadi tiga (3) wilayah; Dukuh Ringinanom, Dukuh Krajan, Dukuh Baloan. Dari
masingmasing pedukuhan, Dukuh Krajan merupakan pusat pemerintahan desa, pusat pemerintahan
kecamatan dan pusat perekonomian, karakteristik dukuh krajan memiliki ciri khas yang cukup bisa
mewakilidarikeseluruhanpedukuhanyangadadiDukuhKrajan.

DukuhKrajan

Dukuh
Baloan
D k h Ringinanom

Gambar1.PetaKawasanDesaKromengan Gambar2.PetapembagianwilayahDesa
Sumber:TNIADjakarta1988 Kromengan,Sumber:RPJMDes,20102014

Gambar3.HunianTradisional&ModernDukuhKrajan
Sumber:Dokumentasi,2011
596

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati


Transformasi Ruang SemiprivatPrivat pada Kehidupan SehariHari (Daily) sebagai Ruang Komunal
Temporal
Dalamkehidupanseharihari,halamandepansertaterasdijadikanruangkomunal/bersamadalam
berinteraksisosialsepertitempatngobrol,anakanakbermain,menjemurhasilpanen,menjemurkayu
dan lainlain, perubahan fungsi ruang terutama pada hunian mengakibatkan ruang semi privat dan
privat berubah menjadi ruang bersama, menurut hasil survey masyarakat berpendapat, bahwa ruang
privatmemilikitingkatprivasisendiri,namundikarenakanadanyafaktorkebersamaandankekeluargaan
antar tetangga, mereka tidak terlalu memerlukan ruang privat untuk ruang pribadinya namun untuk
ruang bersama, kecuali kamar tidur, kamar mandi memiliki batas atau teritori yang jelas tidak untuk
bersama.Dalamkehidupansehariharibatas/teritoriyangadalebihdijelaskandalamAltman,1980yaitu
kategoriteritoriprimerdimanabatasbersifatpribadinamunhanyabolehorangdekat/akrabyangboleh
masuk. Dibawah ini salah satu hunian warga yang digunakan dalam berinteraksi sosial, dalam
penggunaanruangsemiprivatprivatuntukruangbersama.


RuangPrivat

RuangSemiprivat

Gambar4.Hunianwargadalam
penggunaanruangbersama,
Sumber:DokumentasiGambar,2011







Gambar5.Aktivitasngobrolmasyarakatditeras,halamandanruangtamu
Sumber:Dokumentasi,2012

Pada rumahrumah modern sebagian besar memiliki pagar besi dimana penambahan pagar ini
bukan hanya sebagai tingkat keamanan juga mempertegas teritori kepemilikan lahan. Dengan adanya

597

Winarni, S., Pangarsa, G. W., Wulandari, L. D.

pagarbesiinimemberikankeberadaanruangkomunal/bersamasemakinhilang.Adajugarumahyang
memilikipagarbetondenganketinggian80cmsertapagartanaman,namunmasihmemberikanruang
bersamadalammenjalinteposeliroantartetanggadankebersamaanmasihtetapterjagadenganbaik.
SaranaPrasaranaPedesaansebagaiRuangBersama
Masjid dan Mushola, Balai Pertemuan Warga , Balai Desa merupakan sarana dan prasarana yang
menjadi ruang bersama dalam interaksi sosialbudaya masyarakat pedesaan, dalam keseharian ruang
semiprivatprivat pada bangunan saranaprasarana juga akan mengalami perubahan fungsi ruang
tergantung akan waktu dan kegiatan yang diadakan seperti kegiatan beribadah, belajar agama,
berkumpul,bermusyawarahdantempatpengajianataukegiatanyanglain.Denganaturan,tradisidan
tatacarakebiasaandidesamerekamengaturtingkatkenyamananyangdiinginkan,sebenarnyamereka
merasa terganggu apabila ada pendatang baru yang hadir dan menempati ruang privatnya, sebagian
besar masyarakat sudah mempunyai cara dalam mengatasinya yaitu dengan keramahtamahan dan
teposeliromasyarakatdesadalammenerimapendatangdalamsuatukegiatanbersama.




Gambar6.BalaiPertemuan,BalaiDesadanMasjid

Sumber:Dokumentasi,2011

Transformasi Ruang SemiprivatPrivat pada kegiatan Hajatan (eventual) sebagai Ruang Komunal
Temporal
Kegiatanhajatanpernikahan,berdasarkanaktifitasseharihariwarga,zonaruangpubliksemipublik,
semiprivatdanprivatsudahberfungsisebagaimanamestinyanamunfungsitersebutakanberubahjika
adasuatukegiatanyangbersifatkebersamaan,orangyangpunyahajatmaupunkerabat/tetanggatidak
terlalu menjaga tingkat privasi mereka mengganggap rumah tersebut milik pribadinya,menurut hasil
wawancara dan foto dokumentasi dalam kegiatan hajatan dirumah bapak Agus Swandio, prosesi
kegiatan hajatan mengalami perubahan fungsi ruang antara lain sebagai berikut: 1).Ruang keluarga
yangseharusnyaberfungsisebagairuangprivatkemudiandijadikantempatmenyiapkanmakananakan
mengalami perubahan fungsi menjadi ruang komunal temporal, 2).Salah satu kamar tidur dijadikan
tempat penyimpanan keperluan hajatan, sehingga fungsi ruang sudah berubah ruang privat menjadi
ruang bersama. 3).Pawon atau dapur berfungsi sebagai ruang privat bagi penghuninya, saat hajatan

598

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

kebersamaan di ruang pawon sangat tinggi kerabat, saudara, tetangga berkumpul membantu dalam
menyiapkan masakan sehingga ruang pawon akan mengalami perubahan fungsi menjadi ruang
bersama/komunaltemporal.

RuangKeluarga,KamarTidur,
Km/Wcdanpawonsebagai
RuangPrivatbagipenghuni

Gambar7.PolaRuangHunian
sebelumadanyahajatan

RuangtamuRuang
privatbagipenghuni Sumber:DokumentasiGambar,2011

DapurTungkuyang dipakaisehari

harimenjadiruangkomunal

Ruangtamu,KamardanKeluarga
menjadi ruangkomunal
Gambar8.Perubahanruang

padahajatanpernikahan
HalamandanTerasberubahfungsi
menjadiruangbersama
Sumber:DokumentasiGambar,2011









Gambar9.Kebersamaanwargadalamhajatanpernikahan
Sumber:Dokumentasi,2011

JikadibandingkandenganpenelitianyanglainsepertipadapenelitianPergeseranRuangPrivatPublik
Pada Rumah Hunian Yang Memiliki Pondokan Mahasiswa (dalam Junara, 2009), memiliki sedikit
perbedaan,komparasidarikeduapenelitianiniadalah:

599

Winarni, S., Pangarsa, G. W., Wulandari, L. D.

1. Kedua penelitian ini memiliki topik yang sama, yaitu perubahan fungsi ruang, hanya saja
pengaruhnyayangberbeda,padapenelitianpergeseranruangprivatpublikpadarumahhunian
yang memiliki pondokan mahasiswa, lebih kearah peningkatan ekonomi, sedangkan pada
penelitiantransformasiruangsemiprivatprivatsebagairuangkomunaltemporal,lebihkearah
menjalin kebersamaan dalam ruang komunal temporal, ruang dalam hunian siapa pun
dianggapsepertimilikpribadinya.
2. Pemaknaan ruang, dari kedua penelitian ini dalam setiap perubahan makna ruang sangat
tergantungakanwaktu,aktifitasdanpelakunya,
3. Samasama menjaga tingkat privasi, bagaimana caranya mengatur hubungan ruang tersebut
dapattercapaidenganbaikdannyamandipergunakan.

Kesimpulan
Transformasi ruang semiprivatprivat sebagai ruang komunal temporal di Dukuh Krajan, Desa
Kromengan, Kabupaten Malang, dipengaruhi oleh adanya faktor kekerabatan dan kekeluargaan,
masyarakat menjaga prinsip kerukunan dan kebersamaan, merasa saling memiliki, menghormati, dan
menghargai lingkungannya, Karakteristik ruang komunal yang ada di Dukuh Krajan adalah ruang yang
bersifatsemiprivatprivatbisamenjadiruangkomunalataubersama,perubahannyatergantungdengan
waktu, aktifitas dan pelakunya, Ruang komunal yang dimiliki masyarakat Dukuh Krajan memiliki nilai
privasi,bahwadaerahprivattersebutkhususmilikwargayaitumasyarakatDukuhKrajan.

DaftarPustaka
Altman,I.,danChemers,M.,1980,CultureandEnvironment.Monterey,California:BrooksCole.
Halim,Deddy.,2005,PsikologiArsitektur.Jakarta:PT.Grasindo.
Haryadi.2010,Arsitektur,LingkungandanPerilaku.Yogyakarta:GadjahMadaUniversityPress.
Junara, Nunik. 2010, Pergeseran Ruang PrivatPublik pada Hunian yang menyatukan dengan
PondokanMahasiswaditinjaudariaspekHumanisme,SeminarNasionalRisetArsitekturdan
Perencanaan,Yogyakarta:UniversitasGadjahMada.
Kent, Susan., 1990, Domestic Architecture And The Use Of Space. London,New York: Cambridge
UniversityPress.
Kusnadi, Rahmat, 2010. Pengertian Desa Kota. Entry from
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/02/pengertiandesakota.html.14April2011
Lang,Jon.,1987,CreatingArchitecturalTheory,VanNostrandReinholdCompany,NewYork.

600

Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati

Laurens,J.M.,2005,ArsitekturdanPerilakuManusia.Jakarta:PTGrasindo.
Moleong,L.J.,1990,MetodologiPenelitianKuantitatif.Bandung:PT.RemajaRosdakarya
Purnomo, Dony. 2010. Interaksi Desa Kota. Entry from http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/14/desa
kota/.14April2011.
Rapoport,Amos,1969.HouseFormAndCulture.EngelwoodCliffs,NewYork:PrenticeHallInc.
Robinson, Julia W. 2001, Institutional Space, Domestic Space, and Power Relations: Revisiting
territorialitywithspacesyntax.3rdInternationalSpaceSyntaxSymposiumAtlanta.
Susilo, G.A., 2009, Transformasi Bentuk Arsitektur Jawa. Seminar Nasional 6789, Group Konservasi
ArsitekturdanKota,UniversitasMerdekaMalang.
Saugi, Achmad,2009. Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan. Entry from
http://achmadsaugi.wordpress.com/2009/12/11/masyarakatperkotaandanpedesaan/.11
Desember2009
Wijayanti,S.,2000.PolaSettingRuangKomunalInteraksiSosialMahasiswastudiKasus.Thesis.Jurusan
ArsitekturFakultasTeknik,UNDIP.

601

You might also like