You are on page 1of 8

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MENJAGA KADAR AIR PADA BENIH KAKAO (Theobroma cacao)

BIDANG KEGIATAN

PKM-GT

Disusun oleh:

Reyzhadi Neoriky 23030113140063


Triyoga Budi Kriswijayanto 23030113130067
Dedytha Nur Annisa 23030113190073
Maruf Pandu Negoro 23030113140077
Denanda Purba 23030113140046
Dyah Ayu Kartika sari 23030113130065
Rifaya Dania sari 23030113140070
Oky Mahendra 23030113130079
Dzakiron 23030113130062

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Benih rekalsitran didefinisikan sebagai benih yang tidak mengalami proses


pengeringan pada saat benih masak di pohon induknya, cepat mengalami
kemunduran, daya simpannya singkat dan mati apabila kadar air turun menjadi
15-20% atau setara dengan keseimbangan kadar air benih pada kelembaban 70%
dan suhu 20C (Lin, 1996). Kondisi benih rekalsitran bergantung pada kondisi
akhir kadar air benih setelah penyimpanan, makin tingginya kadar air benih
setelah disimpan akan semakin tinggi pula viabilitas benih tersebut (Hereri, 1993).
Benih rekalsitran umumnya berukuran besar, benihnya tidak pernah kering
walaupun benih tersebut telah masak, walaupun rontok benihnya selalu dalam
keadaan lembab dan akan mati apabila kadar airnya dikurangi sampai dibawah
titik kritis (Hasanah, 1988). Benih rekalsitran peka terhadap pengeringan dengan
derajat kepekaanya bervariasi antar spesies dengan kadar air benih yang berkisar
35%. Contohnya benih kakao dengan kadar kritisnya adalah 26 %.
Benih kakao merupakan salah satu jenis yang tergolong benih rekalsitran
dan besarnya pengaruh kadar air pada benih rekalsitran maka perlu diketahui laju
penurunan kadar air benih rekalsitran kakao. Laju penurunan kadar air benih akan
merupakan petunjuk dalam mengelola benih rekalsitran kakao. Dengan
mengetahui dinamika penurunan kadar air maka penanganan pada benih
rekalsitran kakao akan lebih mudah. Benih kakao tidak mempunyai masa
dormansi dan kadar airnya cukup tinggi yaitu sekitar 40%. Hal ini menunjukkan
bahwa benih kakao adalah benih rekalsitran, viabilitas benih rekalsitran hanya
dapat dipertahankan beberapa minggu atau bulan saja, meskipun disimpan pada
kondisi optimum (Bewley dan Black, 1994). Penyimpanan benih rekalsitran
kakao tanpa kemasan pada ruang bersuhu kamar (26-270C; RH80-90%)
menyebabkan terjadinya penurunan kadar air benih. Hasil pengukuran kadar air
benih setiap 6 (enam) jam menunjukkan terjadinya penurunan pada setiap interval
waktu tersebut. Banyaknya kadar air yang berkurang berkisar antara 0,78-3,86%
setiap 6 (enam) jam, 2,96-4,75% setiap 12 jam, dan 6,48-7,08% setiap 24 jam.
Contoh dari wadah yang permeabel adalah karung goni, kantong kain,
karung nilon, keranjang, kotak kayu, kertas, karton dan papan serat yang tidak
dilapisi lilin, sedangkan wadah yang tidak permeabel adalah kaleng logam, botol,
dan gelas (Siregar, 2000).

Tujuan

Berdasarkan uraian pada latar belakang, tujuan penulisan ini adalah


sebagai berikut:

1. Untuk menjaga kadar air pada benih rekalsitran khususnya benih kakao.
2. Untuk menjaga daya tumbuh benih rekalsitran.
3. Membuat benih agar tidak cepat berkecambah.

Manfaat

Berdasarkan uraian pada latar belakang, manfaat penulisan ini adalah


sebagai berikut:

1. Menjaga kadar air pada benih kakao.


2. Menjaga daya tumbuh pada benih rekalsitran.
3. Mempermudah petani dalam mengetahui waktu tanam.
Gagasan

Kondisi Kekinian

Penggunaan Benih Rekalsitran

Benih rekalsitran memiliki kadar air serta kandungan lemak yang tinggi
sehingga bila diturunkan kadar airnya maka proses respirasi akan berjalan cepat
sehingga cadangan makanan akan habis yang mengakibatkan embrio mati dan
kandungan lemak teroksidasi mengakibatkan benih tidak dapat disimpan lama,
karena akan menyebabkan kematian benih. Beberapa faktor yang mempengaruhi
viabilitas benih rekalsitran antara lain kadar air benih, kelembapan, suhu ruang
simpan, wadah simpan, periode simpan. Kadar air benih sangat menentukan
viabilitas benih untuk mempertahankan daya simpannya sampai batas tertentu
dengan menggunakan suatu media penyimpanan. Kadar air benih diusahakan
tetap tinggi dalam lingkungan yang lembab selama penyimpanan atau sebelum
dikecambahkan. Apabila kemasan, media, dan kondisi penyimpanan tidak sesuai,
kadar benih akan menurun secara berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya penurunan viabilitas benih secara drastis sehingga mencapai daya
tumbuh dibawah 50%. Sedangkan penyimpanan benih dengan kadar air yang
cukup tinggi dapat menyebabkan serangan cendawan dipenyimpanan, yang
menyebabkan penurunan mutu benih. Keadaan tersebut perlu dicari jalan
keluarnya agar tingkat penurunan viabilitas dan vigor benih dapat ditekan selama
masa pengiriman atau penyimpanan. Untuk itu, diperlukan adanya suatu
penelitian yang dapat memberikan informasi tentang kondisi penyimpanan yang
lebih tepat untuk benih rekalsitran kakao.

Kelemahan Benih Kakao Sebagai Benih Rekalsitran

Benih kakao termasuk benih yang bersifat rekalsitran, yaitu benih yang
memiliki daya simpan rendah dan cepat kehilangan viabilitasnya pada berbagai
kondisi lingkungan. Benih rekalsitran memerlukan teknik penyimpanan yang
tepat, sehingga sangat diperlukan guna mempertahankan vigor benih agar tidak
cepat menurun dalam jangka waktu tertentu. Selain kondisi lingkungan benih,
kandungan air benih dan kelembapan ruang penyimpanan juga merupakan
kendala utama dalam penyimpanan benih kakao. Kadar air rata-rata benih kakao
sebelum penyimpanan atau pada saat masak fisiologis adalah 30-41%. Kondisi
lingkungan yang sesuai untuk penyimpanan benih kakao dengan menggunakan
serbuk arang diduga memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan
media lainnya. Kondisi lingkungan serbuk arang mampu menjaga kelembapan
dalam kondisi lingkungan dan mempertahankan kadar air benih tetap stabil yakni
36%.

Dampak Penggunaan Benih Kakao Pada Petani Perkebunan Coklat

Benih kakao yang merupaka benih rekalsitran sangat tidak


menguntungkan karena semakin cepatnya penurunan daya tumbuh pada benih
pada saat keluar dari buah. Benih rekalsitran sanagat dipengaruhi oleh
kelembaban, suhu, kadar air benih yang tinggi, aerasi dan aktivitas jamur,
sehingga perlu perlakukan yang cepat dan benar agar benih bisa digunakan secara
maksimal. Contoh kecil dari pelakukan yang dilakukan secara cepat yaitu dengan
membersihkan daging buah yan masih menempel pada biji kakao, karena daging
buah yang masih menempel pada biji kakao memicu tumbuhnya cendawa, bakteri,
virus dan patogen lainnya.

Gagasan Pelapisan Lilin Untuk Menjaga Kadar Air Benih Kakao

Lilin merupakan suatu bahan yang terbuat dari parafin. Lilin mudah
mencair jika dipanaskan, biasanya digunakan untuk penerang maupun membatik.
Benih dapat menggunakan lilin untuk menjaga kadar airnya, karena lilin memiliki
sifat impermeabel. Lilin yang memiliki sifat impermiabel tersebut dapat
digunakan dalam pengimpelentasian untuk menjaga kadar air dan dapar menjaga
benih dalam keadaan daya tumbuh yang baik. Dengan bisa menjaga kadar air
yang baik, maka benih yang dilapisi tersebut bisa dengan mudah diatur waktu
penanamannya agar mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang seragam. Oleh
karena itu pelapisan lilin bisa menyelesaikan masalah untuk menjaga daya tumbuh
atau viabilitas pada benih.
Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan lilin dengan melapisi lapisan pada
kulit terluar benih rekalsitran dapat menjadi solusi yang efektif dalam menjaga
kadar air benih. Pelapisan lilin juga menjaga daya tumbuh benih dan dapat
mengatur waktu tanam yang diinginkan agar dapat mendapatkan pertumbuhan
yang efektif dan seragam.
Pihak-pihak yang dapat dilibatkan dalam Implementasi Pelapisan Lilin pada

Benih Kakao

Mahasiswa

Petani Kakao

Perusahan

Langkah-langkah Implementasi Pelapisan Lilin pada Benih Kakao

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menjaga kadar air benih kakao

yang pertama adalah mengajak kerjasama mahasiswa yang mengerti bidang

pertanian, khususnya agroekoteknologi. Kedua, menggunakan rancangan dengan

menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan (benih kakao dan lilin), memilih dan

memilah benih yang baik dari segi fisik, memanasakan lilin pada panci ukuran

besar, kemudian memasukan benih hingga merata keseluruh bagian kulit terluar

benih, setelah seluruh benih tertutup dan terlapisi, kemudian diangkat dan

ditiriskan. Ketiga mengajak kerjasama pihak-pihak terkait yang terjun langsung

menangani kakao, misalnya pengusaha kakao, pemilik perkebunan kakao, dan

dinas perkebunan. Hal ini dilakukan agar teknik menjaga benih kakao dengan lilin

dapat diimpelamentasikan.
KESIMPULAN

Benih rekalsitran merupakan benih yang berkadar air tinggi dan akan mati
jika kadar air turun hingga dibawah 20%. Benih kakao yang merupakan benih
rekalsitran sangat tidak menguntungkan karena
Pemanfaatan lilin untuk melapisi bagian terluar benih kakao merupakan
cara efektif untuk menjaga stabilitas kadar air yang cenderung turun daya
tumbuhnya. Pelapisan benih kakao dengan parafin atau lilin ini sangat baik untuk
menjaga daya tumbuh benih, pada saat pengemasan dan permintaan pengiriman
yang jauh dan membutuhkan waktu yang lama. Untuk menjaga kualitas daya
tumbuh pada benih rekalsitran, Pelapisan lilin dipandang paling cocok untuk
benih yang berkadar air tinggi karena dapat mempertahankan daya tumbuh atau
viabilitas pada benih itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Bewley, J.D. and M. Black, 1994. Seeds: Physiologi of Development and


Germination. 3rd Edition Plenum Press. New York and London. 367 p.
Hasanah, M., 1988, Teori dan Karakteristik Benih Rekalsitran, Makalah, Pada
Latihan Metodologi Penelitian Teknologi Benih I. BALITAN Sukamandi,
Agustus September 1988.
Hereri, A. I. 1993. Pengaruh Perporasi pada Plastik Kemasan dan Periode Simpan
Terhadap Kandungan Air dan Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 82 hlm.
Lin, T.P. 1996. Seed storage behaviour deviating from the orthodox and
recalcitrant type. Seed Sci. & Technol. 24: 523-532.
Rahardjo. P., 1981. Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Daya Hidup
Benih Coklat. Menara Perkebunan 49 (3).

Siregar, S. T. 2000. Penyimpanan Benih (Pengemasan dan Penyimpanan Benih).


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Palembang. Palembang.

Susanto. F. X. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius,


Yogyakarta.

You might also like