You are on page 1of 14

BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

Khutbah Idul Adha 1438 H / 2017 M

Belajar Taat pada Nabi Ibrahim,


Hajar, dan Ismail
Oleh Irfan S. Awwas














.

: .






::


.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
...
Marilah kita bersyukur kepada Allah Swt, yang telah
menunjukkan jalan Islam kepada kita, dan menurunkan syariat-Nya
sebagai rahmatan lil alamin. Sebagai agama dan jalan hidup, Islam

Khutbah Idul Adha 1438 H | 1


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

merupakan pilihan terbaik yang telah dirintis oleh para Nabi dan
Rasul-Nya, dan diikuti oleh manusia yang mendapat karunia Ilahy.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah kepada
Muhammad Rasulullah Saw., manusia pilihan yang menjadi juru
bicara Ilahiy untuk menjelaskan kehendak Allah; tentang bagaimana
seharusnya manusia menjalani kehidupannya di dunia secara benar
dan berfaedah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Sesungguhnya Rasulullah Saw telah membimbing kita dan
memberi petunjuk untuk kemaslahatan hidup kita di dunia dan
akhirat. Karena itu, kita ridha menjadikan Islam sebagai agama dan
Muhammad sebagai Rasul-Nya. Semoga Allah menjadikan kita
hamba-Nya yang berhak mendapatkan kenikmatan. Karena itu,
marilah kita meningkatkan taqwa dan berkata jujur, sebagaimana
seruan Allah:
Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan
berkatalah dengan perkataan yang benar. Dengan begitu, niscaya
semua yang kalian lakukan hasilnya akan menjadi baik dan dosa-
dosa kalian akan diampuni Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, sungguh dia memperoleh kemenangan yang sangat
besar. (Qs. Al-Ahzab, 33:70-71)

Pendidikan Keshalihan
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
...
Pada hari yang penuh barakah ini, tanggal 10 Dzulhijjah 1438
H bertepatan dengan 1 September 2017 M, berjuta-juta kaum
Muslimin dari segala penjuru dunia terhampar di padang Arafah,
menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang ke lima. Lebih dari dua
juta hamba Allah mengalir syahdu menggemakan takbir dan tahmid,
memuji kebesaran Allah, berziarah menuju tempat-tempat suci dan

Khutbah Idul Adha 1438 H | 2


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

bersejarah seraya mengenang histori abadi khalilullah, kekasih


Allah, Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail As.
Inilah hari Idul Adha, hari besar keimanan dan kemanusiaan,
yang diangkat dari sejarah dan kisah Nabi Ibrahim As dan puteranya
Ismail As. Ditandai dengan syiar penyembelihan hewan qurban,
untuk mengenang peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim setelah
beliau menerima wahyu llahy melalui mimpi, yang memerintahkan
supaya beliau menyembelih puteranya Ismail.
Idul Adha adalah hari besar Islam, untuk mengingatkan kita
pada sosok seorang suami, Ibrahim As yang rela diperintah
menyembelih anaknya demi imannya pada Allah. Juga tentang
Hajar, seorang istri shalihah yang taat pada perintah suami demi
taatnya pada Allah Swt. Kemudian tentang Ismail yang merelakan
diri untuk disembelih oleh ayahnya karena yakin bahwa perintah
Allah pasti yang baik dan benar.
Nabi Ibrahim, seorang yang sangat lembut hati lagi penyantun.
Ia senantiasa menyempurnakan janji, taat pada Allah, dan istiqamah.
Ia sangat beradab dengan adab yang diajarkan Allah kepadanya. Hal
ini tercermin saat beliau memohon dan berdoa kepada Allah, agar
mendapat keturunan yang shalih:


Ibrahim berdoa: Wahai Tuhanku, karuniakanlah anak yang
shalih kepadaku. (Qs. As-Shaffat, 37:100)
Akhirnya, Allah memberi keturunan seorang putra yang diberi
nama Ismail. Suatu ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim
membawa istri dan anaknya yang masih menyusu itu ke suatu
tempat di dekat Baitullah di sisi pohon dauhah, yang sekarang
dipahami tempat itu di antara sumur Zamzam dan Kabah (Masjidil
Haram).
Setelah itu, dengan berbekal tempat makanan berisi kurma dan
tempat minum berisi air, Ibrahim meninggalkan keduanya untuk
selanjutnya pergi ke Palestina. Hajar mengikutinya dan bertanya,

Khutbah Idul Adha 1438 H | 3


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

Hendak ke manakah, wahai Ibrahim? Engkau meninggalkan kami


di lembah yang tiada teman atau apa pun?
Hajar mengulang pertanyaannya beberapa kali. Saat
dilihatnya Ibrahim hanya diam, segera ia tersadar. Apakah Allah
yang menyuruhmu berbuat demikian?" tanya Hajar penasaran.
Benar, jawab Ibrahim.
Jika demikian, maka Allah tak akan menelantarkan kami,
ucap Hajar optimis.
Kemudian Hajar kembali ke tempat semula, sedangkan
Ibrahim melanjutkan perjalanan dakwahnya menuju Palestina, tanpa
memberi bekal apa-apa pada keluarganya. Tidak ada deposito,
ATM, kartu kredit, mobil, apalagi rumah; kecuali menitipkan
keluarganya hanya pada Allah.
Setelah berjalan agak jauh hingga di satu daerah bernama
Hudai, Ibrahim menengok ke belakang, tapi sudah tidak kelihatan
lagi anak dan istrinya. Disitulah Nabi Ibrahim menghadapkan
wajahnya ke Baitullah seraya mengangkat kedua tangannya dan
dengan linangan airmata ia doa:




Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebagian anak keturunanku di lembah sekitar Masjidil Haram,
daerah yang tidak dapat ditumbuhi tanaman. Wahai Tuhan kami,
muliakanlah mereka supaya mereka melaksanakan shalat. Dan
jadikanlah hati sebagian manusia senang kepada mereka. Dan
berilah mereka rezeki dari buah-buahan supaya mereka mau taat
kepada-Mu. (Qs. Ibrahim [14]:37)
Sepeninggal Ibrahim banyak cobaan menimpa bunda Hajar.
Terutama saat Ismail menangis kehausan. Hajar mencari-cari

Khutbah Idul Adha 1438 H | 4


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

sumber mata air tapi tak ada. Ia berlari-lari mengelilingi lembah


dengan nafas yang tersengal. Tapi dia tidak menemukan mata air.
Ia ingin pergi ke luar lembah, akan tetapi Ibrahim sudah
berpesan: apa pun yang terjadi jangan pernah meninggalkan lembah
ini.
Dalam keadaan lelah, bunda Hajar kembali menemui Ismail
yang ia tinggal sendirian di bawah pohon. Ia memperhatikan
anaknya yang berguling-guling kehausan. Ia tak tega. Dengan penuh
cinta, ia beranjak pergi mendaki Bukit Shafa. Ia berharap ada orang
yang akan menolongnya atau menemukan oase di tengah gurun
pasir. Ketika tak menemukan apa yang dicarinya, ia menaiki Bukit
Marwah. Terus-menerus seperti itu sebanyak tujuh kali, sampai
datanglah pertolongan Allah.
Tiba-tiba air keluar dari bawah kaki Ismail kecil yang
menangis karena kehausan. Hajar takjub dan berkata, Zamzam,
zamzam. Berkumpul-berkumpul. Ia segera membuat kolam kecil
agar air Zamzam tak melimpah kemana-mana.
Air itulah yang selalu memancar deras dan tak pernah kering
bahkan setelah berabad-abad kemudian. Mata air inilah yang sampai
sekarang kita sebut air zamzam.
Peristiwa mendaki Bukit Shafa dan Bukit Marwah diabadikan
Allah sebagai salah satu rukun haji dan umrah. Tujuannya adalah
agar kita yakin bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan kita jika kita
senantiasa patuh dan berusaha maksimal dalam kehidupan ini,
termasuk dalam berjuang untuk mendidik dan mencerdaskan anak-
anak kita.
Alangkah mulianya akhlak seorang istri seperti Hajar, baik
sebagai istri maupun sebagai hamba Allah. Hajar tidak protes begitu
tahu suaminya melakukan sesuatu yang tampaknya tidak
berprikemanusiaan itu. Hajar justru meyakinkan suaminya, bahwa
Allah pasti akan melindungi dirinya dan putranya Ismail.
Meski mereka setengah mati karena kehausan, bunda Hajar
tidak meninggalkan lembah, demi menjaga wasiat suaminya.
Bandingkan dengan istri-istri jaman sekarang, yang sudah

Khutbah Idul Adha 1438 H | 5


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

mengenyam pendidikan emansipasi, belajar kesetaraan gender, dan


mengerti hukum kekerasan dalam rumah tangga. Sekiranya para ibu
di zaman modern ini berada dalam posisi Hajar, mungkinkah akan
tetap di lembah melihat anaknya hampir mati kehausan. Atau
berinisiatif mencari pertolongan, bahkan sekalian ajak Ismail untuk
pergi dari lembah? Namun, bunda Hajar taat pada suaminya dan
taqwa pada Allah Swt.
Beberapa tahun kemudian, Allah Swt mengijinkan Ibrahim
untuk menengok istri dan anaknya di Makkah. Ibrahim menyaksikan
ternyata Makah sudah berubah menjadi perkampungan kecil, sudah
ada rumah, ada penduduk, ada juga telaga, ada kambing-kambing,
ada sumur.
Namun siapa mengira, setelah akhirnya diberi keturunan dan
di kala Ismail meningkat dewasa, usia 13 tahun, Allah Swt
memerintahkan pada Ibrahim As melalui mimpi supaya
menyembelih anaknya, sebagaimana terekam dalam dialog Ilahiyah
di bawah ini:


...

Tatkala anak itu sudah dewasa, Ibrahim berkata kepada
anaknya: "Wahai anakku, sungguh aku telah bermimpi
menyembelih kamu. Karena itu, apa pendapatmu tentang mimpiku
itu? (Qs. Ash Shaffat [37]:102).
Bayangkanlah, seorang anak yang ditinggal pergi bapaknya di
tengah gurun selama bertahun-tahun. Dan saat bertemu kembali,
saat sedang asyik-asyiknya melepas rindu, tiba-tiba sang bapak
bertanya: Apakah aku boleh menyembelihmu?
Jika hal yang sama kita tanyakan pada anak-anak zaman
sekarang, niscaya kita akan dianggap gila dan menolak dengan
alasan melanggar hukum tentang kekerasan terhadap anak, sehingga
bisa jadi malah ayahnya yang disembelih oleh anaknya.

Khutbah Idul Adha 1438 H | 6


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

Namun, jawaban Ismail As atas pertanyaan ayahnya sungguh


luar biasa. Jawaban yang menunjukkan kualitas iman, yang hanya
muncul dari anak yang shalih, putera dari bapak yang shalih.



Ismail berkata: "Wahai ayahanda, lakukanlah apa yang
diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan mendapati aku
termasuk orang yang sabar. (Qs. Ash Shaffat [37]:102).
Hari itu, 10 Dzulhijjah, sepasang suami istri Ibrahim dan
Hajar, beserta anaknya yang taat pada Allah sedang diuji.
Keikhlasan dan kepasrahan Nabi Ibrahim dalam meninggikan
kalimat Allah sekalipun dengan mengorbankan harta, jiwa, bahkan
putera kesayangannya sendiri. Dan kesetiaan Ismail untuk menaati
ayahandanya dalam rangka melaksanakan Syariat Allah, walau
harus menyerahkan nyawanya sendiri, merupakan ujian keimanan,
sebagaimana firman-Nya:



Ketika Ibrahim dan Ismail telah pasrah kepada Allah dan
Ibrahim pun membaring-kan puteranya, maka Kami berseru
kepadanya, maka Kami berseru kepadanya: "Wahai Ibrahim, kamu
telah membenarkan mimpimu. Sungguh Kami akan memberi pahala
kepada orang-orang yang beramal shalih." Sungguh perintah Allah
kepada Ibrahim itu merupakan suatu ujian keimanan yang sangat
jelas. Kami ganti Ismail dengan seekor domba yang sangat besar.
(Qs. Ash-Shaffat, 37:104-111).

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah


...

Khutbah Idul Adha 1438 H | 7


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

Apa yang kita rasakan, menyaksikan episode sejarah yang


begitu menggetarkan jiwa dan menggoncang sanubari ini? Seorang
ayah yang sudah berusia 86 tahun, yang sedang mencurahkan
kerinduan hatinya, dan harapan pun tertumpah pada kader muda
penerus risalahnya, sekaligus putera beliau yang sedang menanjak
dewasa. Tiba-tiba datang perintah Allah, diminta menyembelih
putera kesayangan dan satu-satunya itu. Apakah akan ditaati atau
menentangnya? Sungguh dilematis, apakah rasa sayang dan
kecintaan kepada putera lelakinya, menghalanginya untuk menaati
perintah Allah? Nabi Ibrahim, akhirnya lulus melewati ujian Ilahy.
Peristiwa bersejarah ini memberi pelajaran bagi setiap
Muslim, bahwa anak yang shalih dan shalihah hanya dapat lahir dari
keturunan dan lingkungan keluarga yang shalih juga, sekalipun
selalu ada pengecualian. Laksana pepatah, daun jatuh tidak akan
jauh dari pohonnya.
Di zaman kita sekarang, hanya sedikit orang-orang sukses
yang melahirkan orang yang sukses pula. Keshalihan Ismail, bukan
diperoleh dari bangku kuliah di universitas, bukan pula celupan dari
adat istiadat serta budaya masyarakatnya; melainkan karena
ketaatannya pada ajaran agama.
Namun sungguh memprihatinkan, akhir-akhir ini di negeri
kita, masih terdapat orang yang terus terang menunjukkan
antipatinya terhadap ajaran agama. Lalu mereka menyeru kepada
ideologi sekuler, liberal, komunis. Bukan saja mereka anti agama
tapi juga anti Tuhan.
Kita semakin prihatin, ternyata dari kalangan umat Islam
sendiri ada yang mencurigai Islam, sebagaimana kecurigaan orang-
orang kafir bahwa ajaran Islam menghambat kemajuan, intoleran,
dan anti kebhinekaan. Gagal mengamalkan ajaran Islam dengan
benar, malah seorang muslimah bergelar professor mengusulkan
untuk menghapus pelajaran agama di sekolah.
Sebaiknya ya untuk pendidikan agama di Indonesia alangkah
baiknya dihapus saja supaya bisa mencontoh negara yang sudah
sukses, salah satu contohnya adalah Australia, katanya.

Khutbah Idul Adha 1438 H | 8


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

Senada dengan itu, Menteri Agama justru mencela siswa yang


serius menjalankan agama, khawatir menjadi teroris dan radikal.
Kita jangan terlalu tegang dalam menganut paham Agama, jangan
kita terlalu formalistis dalam menjalani kehidupan keagamaan atau
terlalu serius, itu berpotensi menimbulkan sesuatu yang berlebihan
dan dapat mengurangi rasa toleransi dalam kehidupan sehari-hari,
kata menteri agama.
Padahal berbagai kerusakan moral yang terjadi di tengah-
tengah masyarakat, justru akibat mengabaikan ajaran agama, dan
bermain-main dalam beragama.
Sebagai Muslim, kita yakin dan percaya bahwa Islam
merupakan rahmat terbesar yang diturunkan Allah untuk mengatur
kehidupan manusia. Jika manusia menjalani kehidupan berdasarkan
petunjuk Allah, maka ia akan bahagia. Begitulah informasi Al-
Quranul Karim.



Di antara kami ada yang tunduk patuh kepada Allah dan ada
pula yang durhaka. Siapa saja yang patuh kepada Allah, berarti
mereka telah memilih agama yang benar. Adapun orang-orang
yang durhaka, mereka pasti menjadi bahan bakar neraka Jahanam.
Sekiranya orang-orang durhaka itu mau mengikuti Islam,
niscaya Kami akan memberi rezeki yang banyak sekali kepada
mereka. Kami ingin menguji manusia dengan nikmat Kami itu.
Siapa saja yang menjauhi peringatan Al-Qur'an, niscaya dia akan
merasakan adzab yang berat di akhirat. (Qs. Al Jin [72]: 14-17)

Khutbah Idul Adha 1438 H | 9


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

Tangis Muslim Rohingya


Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
...
Jika hari ini umat Islam sedunia menyambut hari raya qurban
dengan gembira, bisa makan-makan, minum-minum, menyembelih
hewan qurban. Maka jangan lupakan nasib derita saudara kita di
Rohingya. Kondisi mereka, jangankan untuk makan, untuk bertahan
hidup pun mereka tak bisa.
Anak-anak, para gadis, dan ibu-ibu dibantai, menjadi korban
penyembelihan militer musyrik Budha. Masjid dibakar, ribuan
rumah dihancurkan oleh kaum kafir Budha. Tanpa terkecuali,
kekerasan dilakukan secara besar-besaran oleh masyarakat Budha
terhadap keluarga Muslim dan komunitasnya, termasuk anak-anak
dan bayi mereka.
Militer Myanmar beserta warga sipil Budha bersekutu
melakukan pengusiran terhadap warga Muslim dengan taktik dan
metode rahasia yang berbeda-beda. Seperti pembunuhan massal,
penembakan terbuka, memperkosa para wanita, menjarah harta
benda dan uang, penangkapan yang semena-mena, pembakaran
rumah-rumah, membakar hidup-hidup para guru dan siswa.
Termasuk pembakaran Al-Quran yang mulia, masjid-masjid serta
madrasah-madrasah melalui berbagai peristiwa rekayasa yang
semena-mena.
Nasib kaum muslim Rohingya semakin mengenaskan setelah
serangan militer di Rakhine. Saat mereka mengungsi dengan
melintas ke sejumlah perbatasan negara, termasuk Bangladesh,
justru diusir oleh aparat keamanan setempat. Lebih dari 30 ribu
saudara kita muslim Rohingya di Miyanmar mengungsi karena
kebiadaban penguasa.
Di Myanmar terdapat sekitar 1,1 juta warga muslim
mengalami diskriminasi, penyiksaan dan penindasan secara brutal
yang dilakukan rezim dictator militer Myanmar. Kebiadaban yang

Khutbah Idul Adha 1438 H | 10


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

dialami etnis Rohingya di Myanmar merupakan kejahatan


kemanusiaan yang sama biadabnya dengan perlakuan Israel
terhadap warga Palestina.
Eksistensi Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warga
negara di Myanmar yang mayoritas warganya beragama Budha.
Sebagai warga minoritas, selama bertahun-tahun mereka kesulitan
memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan perumahan yang
layak.
Tragedi yang menimpa muslim Rahingya bukanlah konflik
masyarakat atau konflik sektarian antara mayoritas Budha dengan
minoritas Muslim, melainkan rangkaian ketidakadilan, serangan
keji yang menargetkan pembasmian etnis Rohingya.
Oleh karena itu, solidaritas umat Muhammad Saw sedang
ditunggu, sebagaimana firman Allah Swt:




Wahai kaum mukmin, mengapa kalian tidak mau berperang
untuk membela Islam? Padahal kaum laki-laki, perempuan dan
anak-anak yang tertindas telah berdo'a: "Wahai Tuhan kami,
keluarkanlah kami dari negeri yang penduduknya berbuat zhalim.
Berikanlah kepada kami seorang penolong dari sisi-Mu. Berikanlah
kepada kami seorang pembela dari sisi-Mu. (Qs. An Nisa [4]:75)

MUNAJAT
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Kini, saat kita bersimpuh di haribaan Ilahy, marilah kita
muhasabah, meluruskan aqidah dan memperbaiki akhlak, sekaligus
koreksi total atas dosa serta kesalahan pemahaman dan pengamalan

Khutbah Idul Adha 1438 H | 11


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

Islam kita. Di hari yang penuh barakah ini, wahai kaum Muslimin,
marilah kita buktikan bahwa Umat Nabi Muhammad Saw. belum
mati di negeri ini, dengan menegakkan Quran dan Sunnah beliau
dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan Negara, sembari


kita bermunajat kepada Allah Azza wajalla:





Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin laki-laki dan
perempuan, mu'min laki-laki dan perempuan, baik yg masih hidup
maupun yg sudah wafat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar,
dekat dan mengabulkan doa-doa, wahai Dzat yg memenuhi segala


kebutuhan.




.
Ya Allah turunkanlah hukuman-Mu pada orang-orang
zhalim dan para penolongnya yang telah melakukan kezhaliman
dengan membunuh saudara-saudara kami kaum muslimin dimana


pun saudara kami berada.




Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami kaum
muslimin yang lemah dimanapun mereka berada. Ya Allah sayangi
dan kasihilah mereka dan keluarkanlah mereka dari pengepungan
dan keadaan sempit yang mereka alami saat ini.





Khutbah Idul Adha 1438 H | 12


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

Ya Allah terimalah syuhada mereka dan sembuhkanlah yang


sakit dan terluka dari kalangan mereka. Ya Allah karuniakanlah
kebaikan pada mereka dan janganlah Engkau timpakan keburukan
pada mereka karena tiada daya dan kekuatan bagi mereka kecuali
dengan pertolongan-Mu.

.


.
.
Semoga shalawat senantiasa tercurah kepada pemimpin kami
Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya semua. Maha suci
Tuhanmu Pemilik kemuliaan dari apa yang mereka persekutukan.
Semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada para rasul dan
segala puji hanya bagi Tuhan semesta alam.

Khutbah Idul Adha 1438 H | 13


BELAJAR TAAT PADA NABI IBRAHIM, HAJAR, DAN ISMAIL

Khutbah Idul Adha 1438 H | 14

You might also like