You are on page 1of 4

HOME BAHTSUL MASAIL SHALAWAT/WIRID RAMADHAN ILMU HADITS KHUTBAH

TASAWUF/AKHLAK SIRAH NABAWIYAH DOA TAFSIR HIKMAH TAFSIR MIMPI


NIKAH/KELUARGA ILMU TAUHID DOA LAINNYA KHUTBAH Khutbah Idul Adha: Belajar
Ketegaran Jiwa dari Nabi Ismail Sunnatullah Senin, 26 Juni 2023 | 21:00 WIB Naskah
khutbah Idul Adha berikut ini mengajak kepada para jamaah untuk belajar dan
meneladani kesalehan dan ketegaran jiwa Nabi Ismail dalam sejarah kurban yang
terjadi ratusan tahun yang lalu. Dalam catatan historisnya, Nabi Ismail merupakan
anak yang masih kecil, namun kesalehan dan ketegarannya tidak kalah dengan
orang-orang yang sudah tua, bahkan ia rela mengorbankan dirinya sendiri demi
menaati perintah Allah swt. Teks khutbah berikut ini dengan judul, “Khutbah Idul
Adha: Belajar Ketegaran Jiwa dari Nabi Ismail”. Untuk mencetak atau mengunduh
naskah khutbah Idul Adha ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau
bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! Khutbah I
ADVERTISEMENT ‫ اَل ِاٰل َه ِااَّل ُهللا َو ُهللا‬. ‫ ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر‬. ‫ ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر‬. ‫ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر‬
‫ اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو ْح َد ُه َص َد َق َو ْع َد ُه َو َن َص َر‬، ‫ َو ُسْب َح اَن ِهَّللا ُبْك َر ًة َو َأِص ياًل‬،‫ َو اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َك ِثيًر ا‬،‫ ُهللا َأْك َب ُر َو ِهلل اْلَح ْم ُد ُهَّللا َأْك َب ُر َك ِبيًر ا‬. ‫َأْك َب ُر‬
‫ اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو اَل َن ْع ُبُد ِإاَّل ِإَّياُه ُم ْخ ِلِص ْي َن َلُه الِّدْي َن َو َلْو َك ِر َه اْلَك اِفُر ْو َن َاْلَح ْم ُد ِهلِل اَّلِذْي َج َع َل َش ْه َر اْلَح ِّج‬.‫َع ْبَد ُه َو َه َز َم اَأْلْح َز اَب َو ْح َد ُه‬
‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َاْلَم ْبُعْو ِث َع َلى‬. ‫ َو َفَّضَل َأَّياَم ُه َع َلى َس اِئِر اَأْلَّياِم‬، ‫ َو َأْج َز َل ِفْيِه اْلَفَض اَئ َل َو اِاْلْن َع اِم‬، ‫ُغَّز َة َو ْج ِه اْلَع اِم‬
، ‫ َأْش َه ُد َأْن اَل ِاَلَه ِااَّل هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْي َك َلُه ِاَلٌه َتَفَّر َد ِباْلَك َم اِل َو الَّت َم اِم‬. ‫ َو َع َلى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه ُهَد اِة اَأْلَن اِم َو َمَص اِبْي ِح الَّظ اَل ِم‬، ‫َج ِمْي ِع اَأْلَن اِم‬
‫ َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع لَى َأِلِه َو َص ْح ِبِه اَّلِذْي ُشِّبُهْو ا‬. ‫َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َأْف َض ُل َم ْن َص َّلى َو َص اَم‬
‫ ِباْم ِتَث اِل َأَو اِم ِر ِه‬،‫ ُأْو ِص ْي ُك ْم َو ِاَي اَي ِبَت ْق َو ى ِهللا َو َط اَع ِتِه‬،‫ َفيآ َأُّيَه ا اْلُمْؤ ِم ُنْو َن َر ِحَم ُك ْم ُهللا‬، ‫ َفَم ْن َت ِبَع ُه َفَقْد َن اَل ُسُبَل الَّت اِم َأَّما َب ْع ُد‬، ‫ِباَأْلْن َج اِم‬
:‫ َو َقاَل َأْيًضا‬. ‫ َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو ال َت ُموُتَّن ِإَّال َو َأْنُتْم ُمْس ِلُموَن‬: ‫ َقاَل ُهللا َت َع اَلى ِفْي ِك َت اِبِه اْلَك ِر ْي ِم‬.‫َو اْج ِتَن اِب َن َو اِهْيِه‬
‫َفَلَّما َب َلَغ َمَع ُه الَّسْع َي َقاَل َي ا ُبَن َّي ِإِّن ي َأَر ى ِفي اْلَم َن اِم َأِّن ي َأْذ َب ُح َك َفاْن ُظ ْر َم اَذ ا َت َر ى َقاَل َي ا َأَبِت اْف َع ْل َم ا ُتْؤ َم ُر َس َت ِج ُد ِني ِإْن َش اَء ُهَّللا ِمَن‬
‫ الَّصاِبِر يَن‬Baca Juga: Khutbah Idul Adha: Tiga Pelajaran Utama Hari Raya Kurban
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Syukur
alhamdulillah mari kita tanamkan dalam hati dan ucapkan dengan lisan sebagai
kata kunci pertama atas segala nikmat dan karunia yang Allah swt berikan kepada
kita semua. Salah satunya adalah kembali mempertemukan kita semua dengan hari
raya Idul Adha. Semoga ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima
oleh-Nya. Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad saw, allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alih wa sahbih, yang
telah sukses menjadi contoh dan teladan bagi kita semua, baik dalam berucap,
bertindak, maupun berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, beserta para sahabat,
keluarga, dan semua pengikutnya yang senantiasa berusaha untuk mengikuti
seluruh jejak langkahnya. Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib
mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir
pada pelaksanaan shalat sunnah Idul Adha ini, untuk terus berusaha dan berupaya
dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Karena hanya
dengan modal takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat, baik di dunia
maupun di akhirat. Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati
Allah Salah satu sejarah penting yang berhubungan dengan perayaan hari raya Idul
Adha adalah sejarah tentang ketegaran jiwa Nabi Ismail di saat mendapatkan ujian
dari Allah, berupa menjadikan dirinya sebagai kurban untuk disembelih. Kisah ini
akan terus dikenang oleh kita semua, dan menjadi pelajaran penting untuk terus
tumbuh sebagai manusia yang tegar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Baca
Juga: Khutbah Idul Adha: Tiga Makna di Balik Ibadah Haji Alkisah, suatu saat ketika
Nabi Ibrahim dikaruniai seorang anak yang sudah sangat ia dambakan sejak dahulu,
ternyata dalam tidurnya bermimpi menyembelih dan mengurbankan putra
tersayangnya itu. Saat itu, Nabi Ismail sudah bisa membantu ayahnya dalam setiap
pekerjaan-pekerjaannya. Ia sudah tumbuh menjadi anak yang bisa bertanggung
jawab. Sebagian ada yang mengatakan umur 7 tahun, dan ada juga yang
mengatakan sudah berumur 13 tahun. Menyikapi mimpinya itu, Nabi Ibrahim
sangat bingung dan gelisah. Ia tidak lantas membenarkan, namun tidak pula
mengingkari. Ia merenunginya beberapa kali, dan memohon kepada Allah untuk
memberi petunjuk yang benar kepadanya. Setelah malam yang sangat
membingungkan itu selesai, ternyata malam kedua juga datang kepadanya mimpi
yang sama, begitupun dengan malam ketiga. Setelah mimpinya yang ketiga, barulah
ia meyakini dan membenarkan, bahwa mimpi itu benar-benar nyata dan harus
dilaksanakan. Kisah ini sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an surat As-Sffat,
Allah swt mengisahkan perkataan Nabi Ibrahim kepada anak semata wayangnya
setelah mengalami mimpi berkali-kali datang kepadanya. Dalam Al-Qur’an
diceritakan: ‫ َفَلَّما َب َلَغ َمَع ُه الَّسْع َي َقاَل ياُبَن َّي ِإِّن ي َأَر ى ِفي اْلَم َن اِم َأِّن ي َأْذ َب ُح َك َفانُظ ْر َم اَذ ا َت َر ى‬Artinya, “Maka ketika
anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata,
‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’” Mendengar pernyataan dan pertanyaan
ayahnya, dengan penuh ketegaran jiwa dan kesabaran, Nabi Ismail yang masih
bocah itu menjawab: ‫ َقاَل ياَأَبِت اْف َع ْل َم ا ُتؤَم ُر َس َت ِج ُد ِني ِإن َش آَء ُهَّللا ِمَن الَّصاِبِر يَن‬Artinya, “Dia (Ismail)
menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu;
insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-Saffat:
102). Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Sebagai
sosok hamba yang taat, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail melakukan apa yang telah
diperintahkan kepada keduanya. Dengan hati yang sedih dan raut wajah yang
dipenuhi linangan air mata, keduanya harus sama-sama ikhlas dan ridha demi
memenuhi perintah Tuhannya, bahkan Nabi Ibrahim harus mengurbankan anaknya
sendiri, disembelih di hadapannya dan dilakukan dengan tangannya sendiri. Imam
Fakhruddin ar-Razi dalam salah satu karyanya, Tafsir Mafatih al-Ghaib, mengisahkan
percakapan keduanya ketika sudah sepakat untuk melakukan penyembelihan. Nabi
Ibrahim membawa putranya ke Mina dan membaringkannya di atas pelipisnya.
Saat-saat penuh kesedihan itu, Nabi Ismail berkata kepada ayahnya dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran, ‫ َو اْك ُفْف َع ِّن ي ِثَي اَبَك اَل َي ْن َت ِض َح َع َلْي َه ا َش ْي ٌء ِمْن‬، ‫َي ا َأَبِت اْش ُدْد ِر َباِط ي ِفَّي َك ْي اَل َأْض َط ِر َب‬
‫ َو اْق َر ْأ َع َلى ُأِّمي َس اَل ِمي َو ِإْن‬، ‫ َو اْس َت ِح َّد َش ْف َر َت َك َو َأْس ِر ْع ِإْم َر اَر َه ا َع َلى َح ْلِقي ِلَي ُك وَن َأْه َو َن َفِإَّن اْلَم ْو َت َش ِديٌد‬، ‫َد ِمي َفَت َر اُه ُأِّمي َفَت ْح َز َن‬
‫ َر َأْيَت َأْن َت ُر َّد َقِميِص ي َع َلى ُأِّمي َفاْف َع ْل َفِإَّن ُه َع َس ى َأْن َي ُك وَن َأْس َهَل َلَه ا‬Artinya, “Wahai ayahku!
Kencangkanlah ikatanku agar aku tidak lagi bergerak, singsingkanlah bajumu agar
darahku tidak mengotori, dan (jika nanti) ibu melihat bercak darah itu niscaya ia
akan bersedih, asah dulu pisaumu hingga tajam dan percepatlah gerakan pisau itu
dari leherku, agar terasa lebih ringan bagiku, karena sungguh kematian itu sangat
dahsyat. Dan, apabila engkau telah kembali maka sampaikanlah salam (kasih)ku
kepadaya. Dan jika engkau hendak menyerahkan baju ini, lakukanlah mudah-
mudahan bisa lebih memudahkan baginya.” ‫ ُثَّم َأْق َبَل‬،‫ ِنْع َم اْلَع ْو ُن َأْن َت َي ا ُبَن َّي َع َلى َأْم ِر ِهَّللا‬:‫َفَقاَل ِإْب َر اِهيُم‬
‫ َع َلْيِه ُيَق ِّب ُلُه َو َقْد َر َب َط ُه َو ُه َم ا َي ْب ِكَي اِن ُثَّم َو َض َع الِّس ِّك يَن َع َلى َح ْلِقِه‬Artinya, “Nabi Ibrahim berkata: ‘Sungguh
sebaik-baiknya pertolongan itu adalah kamu wahai anakku atas perintah Allah.’
Kemudian ia menghadap anaknya dengan linangan air mata yang membasahi
pipinya, maka Ismail pun juga menangis.” Di saat-saat menegangkan itu, Nabi Ismail
berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Telungkupkan dulu wajahku hingga tak
terlihat olehmu! Karena bisa saja dengan terlihatnya wajahku, engkau akan selalu
merasa iba, yang dengan perasaan tersebut bisa menjadi penghalang bagi kita
untuk melaksanakan perintah Allah, apalagi di depanku terlihat kilatan pisau tajam
yang akan membuatku ketakutan.” Lantas Nabi Ibrahim melaksanakan semua
permohonan dan permintaan putranya itu. Namun ketika pisau itu disembelihkan
kepada leher Ismail, pisau yang begitu tajam itu tidak bisa melukainya, bahkan
berkali-kali pisau itu diasahnya hingga sangat tajam, namun tetap saja tidak bisa
melukainya. Di saat itulah, Allah swt berfirman kepadanya: ‫َو َن اَد ْي َن اُه َأْن َي ا ِإْب َر اِهيُم َقْد َص َّد ْق َت الُّر ْؤ يا‬
‫ِإَّن ا َك َذ ِلَك َن ْج ِز ي اْلُمْح ِس ِنيَن ِإَّن َه َذ ا َلُهَو اْلَب الُء اْلُم ِبيُن َو َفَد ْي َن اُه ِبِذْب ٍح َع ِظ يٍم َو َت َر ْك َن ا َع َلْيِه ِفي اآْل ِخ ِر يَن‬. Artinya, “Lalu Kami
panggil dia, ‘Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.’
Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak
itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim
(pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.” (QS As-Saffat: 104-108)
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Itulah kisah
ketegaran Nabi Ismail dalam menjalankan perintah dari Allah swt. Ia lakukan
semuanya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, sekalipun nyawa akan menjadi
taruhannya. Sungguh semua ini menjadi suri teladan yang sangat mulia bagi kita
semua, untuk kita pelajari dan kita ikuti jejak langkahnya dalam membangun jiwa
yang tegar dan sabar. Oleh karena itu, mari kita jadikan momentum perayaan dan
pelaksanaan shalat sunnah Idul Adha ini sebagai ajang untuk meneladani ketegaran
jiwa Nabi Ismail as dalam bersabar atas segala ujian yang diberikan oleh Allah,
sehingga bisa menjadikan kita semua sebagai hamba pilihan yang dicintai oleh-Nya.
Demikian khutbah Idul Adha perihal belajar dan meneladani ketegaran jiwa Nabi
Ismail dalam peristiwa kurban. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan
bagi kita semua, dan digolongkan sebagai orang-orang yang bisa bersabar dalam
menjalani semua ujian dari-Nya. Amin ya rabbal alamin. ، ‫َب اَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفْي َه َذ ا اْلَي ْو ِم اْلَك ِر ْي ِم‬
‫ َو َت َقَّبَل ِم ِّن ْي َو ِم ْنُك ْم َج ِمْي َع َأْع َم اِلَن ا ِإَّن ُه ُه َو‬،‫َو َنَفَع ِنْي َو ِاَي اُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِمَن الَّص اَل ِة َو الَّز َك اِة َو الَّصَد َقِة َو ِتاَل َو ِة اْلُقْر َاِن َو َج ِمْي ِع الَّط اَع اِت‬
‫ ِاَّن ُه ُه َو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِحْي ُم‬،‫ َفاْس َتْغ ِفُرْو ُه‬، ‫ َأُقْو ُل َقْو ِلْي َه َذ ا َو َأْس َتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم‬،‫ اْلَح ِكْي ُم اْلَع ِلْي ُم‬Khutbah II ‫ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا‬
‫ َو ُسْب َح اَن‬،‫ َو اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َك ِثيًر ا‬،‫ ُهللا َأْك َب ُر َو ِهلل اْلَح ْم ُد ُهَّللا َأْك َب ُر َك ِبيًر ا‬. ‫ اَل ِاٰل َه ِااَّل ُهللا َو ُهللا َأْك َب ُر‬. ‫ ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر‬. ‫َأْك َب ُر‬
‫ِهَّللا ُبْك َر ًة َو َأِص ياًل ‪َ .‬أْش َه ُد َأْن اَل ِاَلَه ِااَّل هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْي َك َلُه‪ِ ،‬اَلٌه َلْم َي َز ْل َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َو ِكْي اًل ‪َ .‬و َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫َو َح ِبْيُبُه َو َخ ِلْي ُلُه‪َ ،‬أْك َر ِم اَأْلَّو ِلْي َن َو اَأْلِخ ِر ْي َن ‪َ ،‬اْلَم ْبُعْو ِث َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِمْي َن ‪ .‬اللهم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع لَى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن‬
‫َك اَن َلُهْم ِمَن الَّت اِبِعْي َن ‪َ ،‬ص اَل ًة َد اِئَم ًة ِبَد َو اِم الَّسَمَو اِت َو اَأْلْر ِض ْي َن ‪َ .‬أَّما َب ْع ُد ‪َ :‬فَي ا َأُّيَه ا اْلَح اِض ُرْو َن اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َذ ُر ْو ا اْلَف َو اِحَش َم ا‬
‫ْأ‬
‫َظ َهَر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َط َن ‪َ .‬و َح اِفُظ ْو ا َع َلى الَّط اَع ِة َو ُحُضْو ِر اْلُجْم َع ِة َو اْلَج َم اَع ِة َو الَّصْو ِم َو َج ِمْي ِع اْلَم ُمْو َر اِت َو اْلَو اِج َباِت ‪َ .‬و اْع َلُمْو ا َأَّن َهللا‬
‫َأَمَر ُك ْم ِبَأْم ٍر َب َد َأ ِبَن ْف ِس ِه‪َ .‬و َث َن ى ِبَم اَل ِئَك ِة اْلُم َس ِّب َح ِة ِبُقْد ِس ِه ‪ .‬اللهم اْغ ِفْر ِلْلُمْس ِلِمْي َن َو اْلُمْس ِلَماِت َو اْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َن اِت َاَأْلْح َي اِء ِم ْن ُهْم‬
‫ِو اَأْلْم َو اِت ‪ .‬اللهم اْد َفْع َع َّن ا اْلَب اَل َء َو اْلَغ اَل َء َو اْلَو َب اَء َو اْلَفْح َش اَء َو اْلُم ْن َك َر َو اْلَب ْغ َي َو الُّسُيْو َف اْلُم ْخ َت ِلَفَة َو الَّش َد اِئَد َو اْلِمَح َن ‪َ ،‬م ا َظ َهَر ِم ْن َه ا‬
‫ْأ‬
‫َو َم ا َب َط َن ‪ِ ،‬مْن َب َلِد َن ا َه َذ ا َخ اَص ًة َو ِمْن ُبْلَد اِن اْلُمْس ِلِمْي َن َع اَم ًة ‪ِ ،‬اَّن َك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ِع َب اَد ِهللا‪ِ ،‬اَّن َهللا َي ُمُر ُك ْم ِباْلَع ْد ِل َو اِاْلْح َس اِن‬
‫َو ِاْي َت اِء ِذْي اْلُقْر َب ى َو َي ْن َه ى َع ِن اْلَف ْح َش اِء َو اْلُم ْن َك ِر َو اْلَب ْغ ِي‪َ ،‬يِع ُظ ُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذ َّك ُرْو َن ‪َ .‬فاْذ ُك ُرْو ا َهللا اْلَع ِظ ْي َم َي ْذ ُك ُر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َب ُر‬

‫‪Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-belajar-ketegaran-jiwa-‬‬
‫‪dari-nabi-ismail-nR3xg‬‬

You might also like