Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Pendahuluan
Filariasis (penyakit kaki gajah) Filariasis di Indonesia pertama kali
adalah penyakit menular yang menahun di laporkan oleh Haga dan Van Eecke pada
yang disebabkan oleh cacing filaria dan tahun 1889 di Jakarta yaitu dengan di
ditularkan oleh vector perantara yaitu temukannya penderita filariasis skrotumt.
nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Pada saat itu pula Jakarta diketahui
Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran endemik limfatik yang disebabkan oleh
dan kelenjar getah bening. Pada stadium Brugia malayi. Pada tahun 1937 Brug
yaitu stadium lanjut dapat menimbulkan membuat suatu rangkuman tentang laporan
cacat yang menetap berupa pembesaran filariasis di seluruh Indonesia pada waktu
kaki, lengan, payudara, dan alat kelamin. itu telah diketahui dan spesies cacing filaria
(Chin, 2006) sebagai penyebabnya yaitu Wuchereria
bancrofti dan Brugia malayi. (Depkes RI, dengan microfilaria (MF) rate 3,1% (0,5-
2009) 19,64%). Berdasarkan data survei untuk
Selanjutnya pada tahun 1997 WHO pemeriksaan mikroskopis pada desa dengan
membuat resolusi tengtang eliminasi jumlah penderita terbanyak pada tahun
penyakit kaki gajah, pada tahun 2000 WHO 2002-2005 terutama di Sumatera dan
menetapkan komitmen global untuk Kalimantan telah juga terindentifikasi 84
mengeliminasi penyakit kaki gajah (The Kabupaten/Kota dengan microfilaria rate
Global Goal Of Elimination Of Limphatik 1% atau bisa juga lebih. Data tersebut
Year 2020), menyusul kesepakatan global menggambarkan bahwa seluruh daerah di
tersebut pada tahun 2002 di Indonesia Sumatera dan Kalimantan merupakan
mencanangkan gerakan eliminasi penyakit daerah endemis filariasis. (Nasri Noor,
kaki gajah yang disingkat ELKAGA pada 2006)
tahun 2020. Eliminasi filariasis bertujuan Menurut Depkes Mei tahun 2009
untuk menurunkan prevalensi (MF – rate) tercatat 11.189 kasus kronis filariasis yang
hingga dibawah 1% sehingga filariasis di laporkan daerah yang tersebar di 378
tidak lagi merupakan masalah kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia tergolong
masyarakat. (Depkes RI, 2009) daerah endemis filariasis. Dari jumlah
Pada tahun 2004 filariasis telah penduduk di daerah endemis yang berisiko
menginfeksi 14,45% penduduk di 83 tertular filariasis 150 juta jiwa (Depkes RI,
negara di seluruh dunia, terutama negara- 2007). Berdasarkan Profil Kesehatan
negara di daerah tropis dan beberapa daerah Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat tahun
subtropis seperti India, Bangladesh, 2012, Kabupaten Sijunjung merupakan
Taiwan, China, Philipina, Afrika, Amerika daerah endemis filariasis pada tahun 2010
Latin, daerah pasifik dan negara-negara di sampai dengan tahun 2012 terjadi
Asia Tenggara. Di Indonesia, berdasarkan peningkatan kasus filariasis. Dengan kasus
survei yang dilaksanakan pada tahun 2000- tahun 2010 ada 24 kasus dan tahun 2012
2004 terdapat lebih dari 8000 orang meningkat menjasi 70 kasus. (Dinkes Kab.
menderita klinis kronis atau lama filariasis Sijunjung, 2012)
(elephantiasis) yang tersebar diseluruh Lingkungan merupakan salah satu
provinsi. Secara epidemiologi data ini variabel yang kerap mendapat perhatian
mengindikasikan lebih dari 60 juta khusus dalam menilai kondisi kesehatan
penduduk Indonesia berada yang berisiko masyarakat. Kabupaten Sijunjung Provinsi
tinggi tertular filariasis dengan 6 juta Sumatera Barat merupakan daerah-daerah
penduduk diantaranya telah terinfeksi. sepanjang pesisir Sumatera Barat yang
(Depkes RI, 2007) terdiri dari rawa-rawa dataran rendah dan
Penyakit ini ditemukan hampir di bebukitan yang berpenghuni. Banyak
seluruh wilayah Indonesia seperti di masyarakat diantaranya, masyarakatnya
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, yang memiliki kolam di belakang rumah
Nusa tenggara, dan Papua baik di perkotaan serta adanya juga rawa-rawa disekitar
maupun pedesaan. Kasus di pedesaan rumahnya. (Dinkes Kab.Sijunjung, 2012)
banyak di temukan di kawasan Indonesia Berdasarkan latar belakang diatas,
bagian timur, sedangkan untuk di perkotaan maka perlu di lakukan penelitian untuk
banyak di temukan di daerah seperti mengetahui beberapa faktor-faktor yang
Bekasi, Tanggerang, Pekalongan, dan berhubungan dengan kejadian filariasis di
Lebak (Banten). (Depkes RI, 2006) Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung.
Data ini belum menggambarkan Perumusan masalah
keadaan yang sebenarnya karena hanya di Belum di ketahui Faktor-faktor apa
laporkan oleh 42% Puskesmas dari 7.221 saja yang berhubungan dengan kejadian
Puskesmas. Tingkat endemisitas filariasis filariasis di wilayah kerja Puskesmas
di Indonesia tahun 1999 masih tinggi Gambok Kabupaten Sijunjung.
Tujuan penelitian Popoulasi sampel penelitian ini
Untuk mengetahui faktor-faktor yang adalah 100 orang. Sampel penelitian ini
berhubungan dengan kejadian filariasis di adalah 100 orang.
wilayah kerja Kab. Sijunjung Puskesmas Data dalam penelitian ini adalah
Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun data primer dan data sekunder. Data primer
2013.Tujuan khusus penelitian ini adalah: diperoleh secara langsung dari orang yang
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi menderita filariasis dengan menggunakan
responden berdasarkan sosiodemografi, metode wawancara dan juga menggunakan
yang meliputi : umur, jenis kelamin dan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari
pekerjaan data yang berobat di Puskesmas Gambok
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi Kab. Sijunjung.
penderita filariasis menurut lingkungan
fisik rumah penderita filariasis meliputi Hasil Penelitian dan Pembahasan
ketersediaan saluran pembuangan air Distribusi proporsi berdasarkan
limbah, tempat perkembangbiakan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Data
nyamuk, tempat peristirahatan nyamuk, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.
kawat kasa pada ventilasi, dan Tabel 1. Distribusi Proporsi Filariasis
pencahayaan Berdasarkan Sosiodemografi
c. Untuk mengetahui proporsi penderita di Wilayah Kerja Puskesmas
filariasis menurut lingkungan sosial Gambok Kab.Sijunjung
penderita filariasis meliputi kebiasaan Karakteristik f %
keluar malam hari, pemakaian kelambu,
Umur (Tahun)
pemakaian obat anti nyamuk bakar, >30 tahun 79 79
kebiasaan memakai repellent. <30 tahun 21 21
Manfaat penelitian Jenis Kelamin
a. Bagi Mahasiswa Laki-laki 72 72
Dengan penelitian ini, mahasiswa Perempuan 28 28
dapat menerapkan ilmu dan teori yang
Pekerjaan
telah diperoleh, juga dapat menambah Petani 36 36
wawasan dan pengetahuan mengenai Buruh 17 17
filariasis serta faktor-faktor yang PNS/TNI/Polri 14 14
berhubungan dengan kejadian filariasis Pegawai Swasta 13 13
di Puskesmas Gambok. Pedagang 10 10
b. Bagi Puskesmas Gambok TidakBekerja/Ibu 9 9
Hasil penelitian dapat dijadikan rumah Tangga
bahan masukan dan informasi mengenai Total 100 100
faktor-faktor yang berhubungan dengan Berdasarkan tabel 1 di atas dapat
filariasis di Puskesmas Gambok agar diketahui bahwa proporsi jumlah penderita
tidak mengalami masalah kesehatan filariasis yang tercatat dalam rekam medis
dikemudian hari akibat filariasis. di wilayah kerja Pukesmas Gambok Kab.
c. Bagi Peneliti Lain Sijunjung berdasarkan umur, paling banyak
Sebagai informasi kepada peneliti ditemukan pada golongan umur > 30 tahun
lain untuk melaksanakan penelitian yaitu 79 orang (79%), kemudian pada
selanjutnya. golongan umur < 30 tahun yaitu 21 orang
Metode Penelitian (21%),
Jenis penelitian ini adalah Proporsi penderita filariasis yang
bersifat deskriptif melalui pendekatan case tercatat dalam rekam medis Pukesmas
series. Penelitian ini dilaksanakan di Gambok Kab. Sijunjung berdasarkan jenis
wilayah kerja Puskesmas Gambok, kelamin, lebih banyak ditemukan pada
Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung.
laki-laki yaitu 72 orang (72%), sedangkan trasmisi penyakit seperti kolera, thypus,
pada perempuan yaitu 28 orang (28%). disentri, malaria dan demam berdarah.
Proporsi penderita filariasis yang Sarana pembuangan air limbah yang sehat
tercatat dalam rekam medis Pukesmas dapat mengalirkan limbah ke tempat
Gambok Kab. Sijunjung berdasarkan penampungan air limbah dengan lancar
pekerjaan, paling banyak ditemukan pada tanpa mencemari lingkungan dan badan air.
Petani yaitu 36 orang (36%), Buruh yaitu Menurut Yatim (2007) pencegahan
17 orang (17%), Pns/tni/polri yaitu 14 yang dilakukan untuk mengurangi
orang (14%), Pegawai swasta yaitu 13 terjadinya kontak dengan nyamuk yaitu
orang (13%), Pedagang yaitu 10 orang dengan pemasangan kawat kasa pada
(10%) sedangkan yang paling sedikit ventilasi.
adalah Tidak bekerja/Ibu rumah tangga Menurut Sarudji (2010) juga secara
yaitu 9 orang (9%). implisit pencahayaan dalam rumah perlu
Menurut penelitian Nasrin(2008) di mendapatkan perhatian khusus karena
kabupaten Bangka Barat orang yang berpengaruh dalam aspek kenyamanan,
memiliki jenis pekerjaan berisiko akan keamanan dan keselamatan, produktivitas
berpeluang terkena penyakit filariasis serta estetika.
sebesar 4,4 kali dibandingkan dengan orang Tabel 3. Distribusi Proporsi Penderita
yang memiliki pekerjaan tidak berisiko. Filariasis Berdasarkan Tempat
Tabel 2. Distribusi Proporsi Filariasis Perkembangbiakan Nyamuk,
Berdasarkan Lingkungan Fisik dan Tempat Peristirahatan
Filariasis di Wilayah Kerja Nyamuk di Wilayah Kerja
Puskesmas Gambok Kab. Puskesmas Gambok Kab.
Sijunjung Sijunjung
Lingkungan Ada Tidak Jumlah Lingkungan Ada Tidak Jumlah
Fisik Ada Fisik Ada
f 5% f % f % f 5% f % f %